• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada benk devisa go public di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada benk devisa go public di Indonesia"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA BANK DEVISA GO PUBLIC DI INDONESIA

(PERIODE 2002-2008)

Oleh:

Nurul Lutfah 105081002584

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Diri

Nama : Nurul Lutfah

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 11 April 1988 No. Telepon/ HP : 021-7354757/ 08561756048

E-mail : [email protected]

Alamat : Jl. H. Gaim Rt.10/ 02 No.12 Kelurahan Petukangan Utara Pesanggrahan Jakarta Selatan, Kode Pos 12260.

II. Pendidikan

1. Tahun 1996-2001 : SDI Darul Muttaqien

(4)

ABSTRACT

On bank capital structure is one aspect that has become the focus of our customers and investors. The investors in assessing the company not only saw the profit generated in one period but continued to monitor the change in earnings from year to year. The aim for this research is influence of firm size, profitability, CVA, NDTS to leverage and profitability of own capital for seven years on foreign banks that went public and listed on the Indonesia Stock Exchange and Bank of Indonesia.

The sample in this study is that foreign banks publicly listed in the Indonesia Stock Exchange and Ban of Indonesia period 2002 - 2008 which amounted to 20 foreign exchange banks to go public. There are six variables and three sub-structures that were examined in this study are: firm size, profitability, CVA, NDTS, leverage and profitability of own capital. The data obtained were analyzed using path analysis or path analysis using SPSS tools and images using AMOS.

The results of seven studies showed firm size, profitability, and the collateral value of assets in the first sub-structure have an influence on leverage of 13.1%. In the second sub-structure showed firm size, profitability, and the collateral value of assets has an impact on profitability of own capital of 9.0%. While variable collateral value of assets does not have a significant effect with leverage and profitability of own capital. In the third sub-structure shows non debt tax shield and leverage have an influence on profitability of own capital of 62.7% but the variable does not have a significant leverage on profitability of own capital.

(5)

ABSTRAK

Struktur modal pada bank merupakan salah satu aspek yang menjadi pusat perhatian para nasabah dan investor. Para investor dalam menilai perusahan tidak hanya melihat laba yang dihasilkan dalam satu periode melainkan terus memantau perubahan laba dari tahun ke tahun. Tujuan Penelitian ini adalah pengaruh firm size, profitability, CVA, NDTS terhadap leverage dan rentabilitas modal sendiri selama tujuh tahun kedepan pada bank devisa go public yang terdaftar di BEI dan BI.

Sampel dalam penelitian ini adalah bank devisa yang go public terdaftar di BEI dan BI periode 2002- 2008 yang berjumlah 20 bank devisa go public. Ada enam variabel dan tiga sub struktur yang dikaji dalam penelitian ini yaitu: firm size, profitability, CVA, NDTS, leverage dan rentabilitas modal sendiri. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan path analisis atau analisis jalur dengan menggunakan alat bantu program SPSS dan gambar menggunakan AMOS.

Hasil penelitian menunjukkan firm size, profitability, dan collateral value of assets pada sub struktur pertama mempunyai pengaruh terhadap leverage

sebesar 13,1%. Pada sub struktur kedua menunjukkan firm size, profitability, dan

collateral value of assets mempunyai pengaruh terhadap rentabilitas modal sendiri sebesar 9,0%. Sedangkan variabel collateral value of assets tidak berpengaruh signifikan dengan leverage maupun rentabilitas modal sendiri. Pada sub struktur ketiga menunjukkan non debt tax shield dan leverage mempunyai pengaruh terhadap rentabilitas modal sendiri sebesar 62,7% namun variabel leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT karena Rahmat dan Karunia-Nya yang tak terhingga ini, serta kepada nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis bisa menyelesaikan Skripsi ini dengan judul

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA BANK DEVISA GO PUBLIC DI INDONESIA (PERIODE 2002-2008) . Adapun penelitian ini disusun guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program Strata Satu (S1) Jurusan Manajemen, Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN).

Dalam kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam jalannya penulisan skripsi yang kemudian membantu dalam proses penulisan ini, yaitu kepada :

1. Prof. Dr. Abdul Hamid,MS Dekan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

2. Indoyama Nasaruddin,MAB Ketua Jurusan Manajemen yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni,MM Dosen pembimbing I yang telah memberi persetujuan, petunjuk dan bimbingan dalam menyusun skripsi ini.

4. Arief Mufraini,Lc.M.Si Dosen Pembimbing II yang telah memberi petunjuk, dan bimbingan serta meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini.

5. Para dosen pengajar, staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. 6. Kedua orang tua Bapakku H. Muhammad Zein dan Ibuku Hj. Saamih, Kak

(7)

7. Sahabatku, Miftahul Jannah, Desie Dian Febriani, Vetania Kosasih, Titin Ristina, Rakhmawati, Septian Adityawati, Septi Uli Rahmi, Intan Nurhayati, Taufan, Najahi, Ridho, Faisal dan Lia yang telah mendukung dan memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Teman-temanku di Manajemen angkatan 2005 khususnya teman-teman

Manajemen E, dan Manajemen perbankan yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Guru dan Karyawan Yayasan Darul Muttaqien, serta Adik-adik Giys Community yang selalu memberikan semangat, doa, senyuman dan cerita seru.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan moral maupun material dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, karena sempurna hanya milik Allah SWT. Akhir kata penyusun sangat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis sendiri khususnya.

Jakarta, November 2009 Penulis

Nurul Lutfah

(8)

DAFTAR ISI

Riwayat Hidup... i

Abstract ... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ...viii

Daftar Gambar ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Kegunaan Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Pengertian Struktur Modal ... 13

B. Struktur Modal Optimum ... 17

C. Teori Struktur Modal... 18

1. Pendekatan Tradisional ... 18

2. Pendekatan Laba Besih atau Net Income (NI) ... 19

3. Pendekatan Laba Bersih Operarasi atau Net Operating Income (NOI)... 20

4. Pendekatan Mondigliani dan Miller ... 21

5. Pecking Order Theory ... 22

6. Signaling Theory ... 23

7. Asymetric Information Theory... 24

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal... 25

1. Firm Size ... 26

2. Profitability... 27

(9)

E. Penelitian Sebelumnya ... 31

F. Kerangka Pemikiran ... 34

G. Perumusan Hipotesis... 34

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN ... 36

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 36

B. Metode Penentuan Sampel ... 36

C. Metode Pengumpulan Sampel ... 37

D. Metode Analisis... 37

1. Analisis Jalur (Path Analysis)... 38

2. Uji T atau Pengaruh Secara Parsial ... 41

3. Uji Model Fit ... 41

4. Uji Statistik F (uji simultan) ... 42

E. Operasional Variabel dan Pengukuran VariabeDl ... 43

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45

1. Sejarah Perbankan di Indonesia ... 45

2. Bank Devisa ... 47

3. Bank Go Public ... 48

B. Penemuan dan Pembahasan ... 52

1. Analisis faktor-Faktor Struktur Modal ... 52

2. Analisis Deskriptif... 54

C. Pengujian Analisis Jalur ... 64

1. Pengujian Hubungan Sub Struktur Pertama ... 64

2. Pengujian Hubungan Sub Struktur Kedua... 77

3. Pengujian Hubungan Sub Struktur Ketiga ... 90

D. Intepretasi Hasil ...101

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ...102

A. Kesimpulan...102

B. Implikasi ...103 Daftar Pustaka

(10)

Daftar Tabel

Tabel 1.1 ... 8

Tabel 3.1 ... 44

Tabel 4.1 ... 53

Tabel 4.2 ... 54

Tabel 4.3 ... 56

Tabel 4.4 ... 58

Tabel 4.5 ... 60

Tabel 4.6 ... 61

Tabel 4.7 ... 63

Tabel 4.8 ... 64

Tabel 4.9 ... 65

Tabel 4.10 ... 65

Tabel 4.11 ... 66

Tabel 4.12 ... 69

Tabel 4.13 ... 69

Tabel 4.14 ... 71

Tabel 4.15 ... 72

Tabel 4.16 ... 73

Tabel 4.17 ... 74

Tabel 4.18 ... 75

Tabel 4.19 ... 77

Tabel 4.20 ... 78

Tabel 4.21 ... 78

Tabel 4.22 ... 79

Tabel 4.23 ... 82

(11)

Tabel 4.26 ... 85

Tabel 4.27 ... 86

Tabel 4.28 ... 88

Tabel 4.29 ... 88

Tabel 4.30 ... 90

Tabel 4.31 ... 91

Tabel 4.32 ... 91

Tabel 4.33 ... 92

Tabel 4.34 ... 94

(12)

Daftar Gambar

Gambar 2.1 ... 34

Gambar 4.1 ... 70

Gambar 4.2 ... 76

Gambar 4.3 ... 83

Gambar 4.4 ... 89

Gambar 4.5 ... 96

Gambar 4.6 ... 99

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Terjadinya krisis moneter yang berlanjut menjadi krisis ekonomi di tahun 1997, memberikan dampak yang buruk terhadap semua sektor, terutama sektor perbankan dan keuangan lainnya. Krisis tahun 1997 tersebut juga menghantam dengan keras seluruh pasar modal di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia, dengan adanya penarikan investasi asing secara besar-besaran, sebagai pertanda bahwa investor internasional juga mulai khawatir dengan adanya risiko yang sangat tinggi pada negara-negara yang terpengaruh oleh krisis keuangan.

(14)

Pada November 1997, banyak bank baik swasta maupun persero BUMN mulai terganggu likuiditasnya yang akhirnya membuat beberapa bank terlikuidasi dan banyak bank yang tidak sehat. Bank yang tidak sehat tersebut antara lain dikarenakan kredit macet CAR dibawah 5 % dan telah mengambil

KLBI 200 % - 500 %.

Di kondisi ekonomi nasional sebelumnya yang di dukung oleh sejumlah indikator makro yang membanggakan dan optimisme perekonomian berkembang serta semakin maju, namun malah terjadi sebaliknya. Menurut data BPS untuk tahun 1995 dan tahun 1996 secara berturut-turut adalah pertumbuhan GDP riil 8,21 % dan 7,82 %; GDP per kapita US $1,023 dan US $1,128; laju inflasi 8,6 % dan 6,47 %. Sejalan dengan terjadinya krisis ekonomi, semua prestasi tersebut turun drastis. Masih menurut BPS, untuk tahun 1998, pertumbuhan GDP riil minus 13,7 %; GDP per kapita US $487; dan laju inflasi melonjak menjadi 77,6% (Muliaman, 2004).

Namun indikator makro itu berubah setelah terjadinya krisis moneter, bahkan selama periode 1997-2000 pemerintah telah menutup atau melikuidasi sebanyak 67 bank. Tindakan ini merupakan salah satu langkah kebijakan yang diambil pemerintah selaku otoritas moneter guna menyehatkan sektor keuangan khususnya sektor perbankan.

(15)

dapat menjadi masalah yang sering dihadapi oleh perbankan antara lain kualitas menajemen yang tidak memadai, pemberian kredit pada kelompok atau grup usaha sendiri, dan rendahnya modal untuk menyerap berbagai resiko kerugian merupakan masalah-masalah mendasar yang sering dihadapi oleh dunia perbankan di Indonesia. Menghadapi krisis ekonomi yang berkepanjangan dan permasalahan perbankan yang sangat kompleks tersebut, beberapa bank dapat bertahan hidup (tidak terlikuidasi) namun sebagian lagi tidak dapat menghindar dari kebijakan likuidasi yang merupakan keputusan akhir dari pemerintah, bahkan karena ketidaksanggupan bank itu sendiri.

Dalam krisis tersebut bank membutuhkan modal dari para investor untuk menata kembali kondisi bank yang baik dan terhindar dari adanya likuidasi. Bank perlu menata struktur modalnya untuk bisa tetap melanjutkan kelangsungan operasi atau going concern-nya serta dengan pertimbangan agar usaha yang dilakukan tidak mengalami keterpurukan, sebab kertergantungan yang begitu besar pada hutang, terutama yang berasal dari sistem perbankan domestik, merupakan penyebab terjadinya keterpurukan dunia usaha di Indonesia. Hal ini direfleksikan oleh tingkat leverage yang tinggi pada perusahaan-perusahaan Indonesia.

(16)

yang tinggi. Hal tersebut membuat struktur modal menjadi tidak seimbang antara equity dengan debt.

Dengan demikian bank harus membuat keputusan dalam hal financial

adalah menentukan pilihan antara pembiayaan dari dalam bank itu sendiri

(equity financing) dan pembiayaan dari luar bank (debt financing). Dengan demikian perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal tersebut sehingga kebutuhan akan finansial bisa terpenuhi.

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 7/15/PBI/2005 tanggal 1 Juli 2005 mengenai jumlah minimum modal inti bank umum, pada pasal dua dalam peraturan tersebut bahwa bank wajib memenuhi jumlah modal inti paling kurang sebesar Rp. 80.000.000.000,- (delapan puluh miliar rupiah) pada tanggal 31 Desemer 2007 dan bank yang telah memenuhi jumlah modal inti paling kurang sebesar Rp. 100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah) pada tanggal 31 Desember 2010. Selanjutnya pada pasal tiga disebutkan bahwa bagi bank yang pada saat mulai berlakunya ketentuan tersebut belum memenuhi jumlah modal inti minimum sebagaimana dimaksud dalam pasal dua, direksi bank wajib menyusun rencana pemenuhan modal inti minimum dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham.

(17)

Dana dari dalam perusahaan, yaitu melalui laba ditahan dan depresiasi serta dana dari luar perusahaan yaitu dana yang berasal dari para kreditur dan dana dari peserta yang mengambil bagian dari perusahaan yang akan menjadi modal sendiri.

Modal (pembelanjaan dari luar perusahaan) dikelompokkan dalam dua jenis, yakni: hutang dan ekuitas (= modal sendiri). Hutang mempunyai keunggulan berupa (Brigham and Gapenski, 1997: 767-768): 1) bunga mengurangi pajak sehingga biaya hutang rendah, 2) kreditur memperoleh return terbatas sehingga pemegang saham tidak perlu berbagi keuntungan ketika kondisi bisnis sedang maju, 3) kreditur tidak memiliki hak suara sehingga pemegang saham dapat mengendalikan perusahaan dengan penyertaan dana yang kecil. Meskipun demikian, hutang juga mempunyai kelemahan, yaitu: 1) hutang biasanya berjangka waktu tertentu untuk dilunasi tepat waktu, 2) rasio hutang yang tinggi akan meningkatkan risiko yang selanjutnya akan meningkatkan biaya modal, 3) bila perusahaan dalam kondisi sulit dan labanya tidak dapat memenuhi beban bunga maka tidak tertutup kemungkinan dilakukan tindakan likuidasi.

(18)

Struktur modal perusahaan merupakan salah satu faktor fundamental dalam operasi perusahaan. Struktur modal merupakan suatu pilihan pendanaan antara utang dan ekuitas. Banyak model yang digunakan untuk menjelaskan mengenai perilaku pendanaan perusahaan. Teori yang menjelaskan hal tersebut antara lain adalah static trade-off theory (Modigliani and Miller, 1963), pecking order theory (Myers, 1984) dan teori keagenan

(Jensen and Meckling, 1976). Struktur modal suatu perusahaan ditentukan oleh kebijakan pembelanjaan (financing policy) dari manajer keuangan yang senantiasa dihadapkan pada pertimbangan baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang mencakup tiga unsur penting, yaitu (Harnanto, 1995:306 dalam Muhammad Rizal, 2002):

1. Keharusan untuk membayar balas jasa atas penggunaan modal kepada pihak yang menyediakan dana tersebut, atau sifat keharusan untuk pembayaran biaya modal.

2. Sampai seberapa jauh kewenangan dan campur tangan pihak penyedia dana itu dalam mengelola perusahaan.

3. Resiko yang dihadapi perusahaan.

(19)

dana sendiri, modal saham maupun dengan hutang, baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang.

Perusahaan dituntut untuk melakukan pengelolaan yang tepat terhadap fungsi-fungsi penting yang ada di dalam perusahaan dan kemampuan untuk melakukan penyesuaian terhadap keadaan yang terjadi demi memperoleh keunggulan dalam persaingan yang dihadapi di era globalisasi. Salah satu fungsi tepenting dalam perusahaan adalah manajemen keuangan. Dalam manajemen keuangan, salah satu unsur yang harus diperhatikan adalah mengenai seberapa besar kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan untuk melaksanakan kegiatan operasional dan mengembangkan usahanya.

(20)

Berdasarkan pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia, diketahui bank-bank yang memiliki modal di bawah Rp. 100 Miliar saat ini jumlahnya ada 52 bank atau 39,7% dari total 131 bank yang ada. Berikut rincian dari bank-bank yang mempunyai modal di bawah Rp. 100 Miliar.

Tabel 1.1

Jumlah Bank dengan Modal di Bawah Rp. 100 Miliar

Modal Jumlah Bank

Sampai dengan Rp. 50 Miliar 29

Rp. 50 Miliar s.d Rp. 60 Miliar 4

Rp. 60 Miliar s.d Rp. 70 Miliar 3

Rp. 70 Miliar s.d Rp. 80 Miliar 5

Rp. 80 Miliar s.d Rp. 100 Miliar 11

Modal di bawah Rp. 100 Miliar (Total) 52 Sumber: Bank Indonesia, Diakses 12 Januari 2009

Pada akhirnya bank-bank saat ini harus bisa mengelola struktur modalnya agar bisa mengalokasikannya dengan baik serta mendapatkan pendanaan yang cukup.

(21)

indikator yang digunakan untuk mengukur atribut yang diidentifikasi sebagai penentu pemilihan struktur modal dianggap sebagai atribut yang sempurna (Harjanti, 2007) dan kebanyakan penelitian tersebut dilakukan pada perusahaan-perusahaan namun sedikit pada Bank.

Berdasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor penentu struktur modal yang kemudian disesuaikan dengan kondisi di Indonesia, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk menguji pengaruh firm size, profitability, collateral value of assets, dan non-debt tax shield terhadap struktur modal bank devisa yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis jalur atau path analysis dengan variabel dependent yaitu Struktur Modal leverage dan Rentabilitas Modal Sendiri. Variabel independent yaitu firm size, profitability, collateral value of assets, dan non-debt tax shield. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan bidang perbankan yang merupakan bank devisa nasional go public, antara tahun 2002-2008.

(22)

Melihat pentingnya penentu faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada bank devisa, maka penulis memilih judul penelitian ini

adalah ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

STRUKTUR MODAL PADA BANK DEVISA GO PUBLIC DI INDONESIA (PERIODE 2002-2008) .

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, serta beberapa penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor struktur modal maka penelitian ini dilakukan untuk melihat dan menganalisa:

1. Apakah terdapat pengaruh antara variabel firm size, profitability, dan

collateral value of assets dengan leverage pada bank devisa go public

pada periode 2002-2008?

2. Apakah terdapat pengaruh variabel firm size, profitability,dan collateral value of assets dengan rentabilitas modal sendiri pada bank devisa go public pada periode 2002-2008?

3. Apakah terdapat pengaruh variabel non debt tax shield dan leverage

(23)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh variabel firm size, profitability, dan

collateral value of assets dengan leverage pada bank devisa go public

pada periode 2002-2008.

2. Untuk menganalisis pengaruh variabel firm size, profitability,dan

collateral value of asset dengan rentabilitas modal sendiri pada bank devisa go public pada periode 2002-2008.

3. Untuk menganalisis pengaruh variabel non debt tax shield dan leverage

(24)

D. Kegunaan Penelitian 1.Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dalam menghubungkan antara ilmu pengetahuan yang teoritis dengan keadaan sebenarnya. Kemudian penelitian ini dapat menambah referensi, informasi dan wawasan teoritis khususnya mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada bank devisa Indonesia (periode 2002-2008). Sehingga peneliti dapat menerapkan ilmu ekonomi dalam bidang manajemen perbankan yang telah diperoleh selama masa kuliah.

2.Bagi Mahasiswa

Sebagai bahan kajian bagi para mahasiswa serta menambah wawasan dalam bahan bacaan, sehingga terpacu untuk mengembangkannya menjadi lebih baik.

3.Bagi Bank

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Struktur Modal

Struktur modal adalah merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa, capital surplus dan laba ditahan. Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan (Sartono, 2001).

Bambang Riyanto (1992:15) memberikan gambaran tentang pengertian struktur modal bahwa: struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Apabila struktur finansial tercermin pada keseluruhan pasiva dalam neraca, maka struktur modal hanya tercermin pada hutang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri dan kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau dana jangka panjang.

(26)

keputusan pendanaan mengharuskan manajer keuangan untuk dapat mempertimbangkan manfaat dan biaya dari sumber-sumber dana yang akan dipilih karena masing-masing sumber dana mempunyai konsekuensi finansial yang berbeda.

Menurut Weston dan Brigham (dalam Titman, 2000), setiap perusahaan menganalisis sejumlah faktor, dan kemudian menetapkan struktur modal yang ditargetkan. Target ini selalu berubah sesuai dengan perubahan kondisi, tetapi pada setiap saat dibenak manajemen perusahaan terdapat bayangan dari struktur modal yang ditargetkan tersebut. Jika tingkat hutang yang sesungguhnya berada dibawah target, mungkin perlu dilakukan ekspansi dengan melakukan pinjaman, sementara jika rasio hutang sudah melampaui target, barangkali saham perlu dijual. Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara resiko dan tingkat pengembalian-penambahan hutang memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Resiko yang makin tinggi akibatnya membesarnya hutang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham.

(27)

Menurut Mulyono (1995:104-107), modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap:

a. Modal inti, modal inti terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak dan laba yang diperoleh setelah diperhitungkan pajak. Secara rinci modal inti dapat berupa:

(1) Modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya;

(2) Agio saham, selisih lebih setoran modal yang diterima bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya;

(3) Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut dijual;

(4) Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penghasilan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham/rapat anggota sesuai dengan ketentuan pendirian / anggaran dasar masing-masing bank; (5) Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang

disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan RUPS/Rapat Anggota;

(28)

(7) Laba tahun lalu, yaitu seluruh laba bersih tahun-tahun yang lalu setelah diperhitungkan pajak dan belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS atau rapat anggota;

(8) Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran hutang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan tersebut diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%.

b. Modal pelengkap, yaitu modal yang terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasal dari laba, modal pinjaman serta pinjaman subordinasi. Secara rinci sebagai berikut:

1. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Dirjen Pajak.

2. Cadangan penghapusan aktiva produktif, yaitu cadangan yang dibentuk dengan membebani laba rugi tahun berjalan dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian dari keseluruhan aktiva produktif.

3. Modal pinjaman, yaitu hutang yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal.

4. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

(29)

(c) Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh, (d) Minimal berjangka waktu 5 tahun,

(e) Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank Indonesia dan dengan pelunasan tersebut permodalan bank tetap sehat,

(f) Hak tagihnya jika terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada (kedudukannya sama dengan modal).

B. Struktur Modal Optimum

Untuk menentukan kebijakan struktur modal, perusahaan sering kali mengalami kesulitan dalam menetapkan perimbangan yang optimal antara hutang dan modal sendiri. Biasanya seorang manajer akan melakukan penyeimbangan terhadap analisis kuantitatif yang dilakukan dan lebih memfokuskan perhatian pada penentuan tingkat hutang yang dianggap aman bagi perusahaan.

Struktur modal optimum menurut Weston, Besley, dan Brigham (2001) adalah struktur modal yang memperlihatkan keseimbangan antara risiko dan return yang memaksimalkan nilai harga saham. Sedangkan menurut Sartono (2001), di dalam pendekatan tradisional terdapat struktur modal optimum untuk setiap perusahaan.

(30)

C. Teori Struktur Modal

Kecenderungan perusahaan yang makin banyak menggunakan hutang, tanpa disadari secara berangsur-angsur, akan menimbulkan kewajiban yang makin berat bagi perusahaan saat harus melunasi (membayar kembali) hutang tersebut. Tidak jarang perusahaan-perusahaan yang akhirnya tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dan bahkan dinyatakan pailit. Teori struktur modal yang dikembangkan oleh para ahli memiliki pengaruh terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, pada penelitian ini setiap variabel didasarkan pada teori yang ada. Akan dijelaskan lebih mendetail, Menurut David Durand (dalam Arief: 2006), tiga teori struktur modal yaitu: Pendekatan Laba Bersih atau Net Income (NI), Pendekatan Laba Operasi Bersih atau Net Operating Income (NOI) dan Pendekatan Tradisional. Pendekatan lainnya yaitu Pendekatan Mondigliani dan Miller, Pecking Order Theory, Asymetric Information dan Signalling Theory.

1. Pendekatan Tradisional

(31)

Menurut Sartono (1990), pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga tingkat leverage tertentu. Resiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga baik K

e (biaya modal sendiri) maupun Kd (biaya hutang) relatif konstan. Namun demikian setelah leverage rasio utang tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya modal sendiri ini akan semakin besar dan bahkan akan semakin besar daripada penurunan biaya karena penggunaan hutang yang lebih murah. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat. Oleh karena itu nilai perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat dari penggunaan utang yang semakin besar. Dengan demikian menurut pendekatan tradisional ini, terdapat struktur modal yang optimal untuk setiap perusahaan. Struktur modal yang optimal tersebut terjadi pada saat nilai perusahaan maksimum atau struktur modal yang mengakibatkan biaya modal rata-rata modal tertimbang minimum.

2. Pendekatan Laba Bersih atau Net Income (NI)

Pendekatan laba bersih mengasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi (K

e) yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah hutangnya dengan tingkat biaya hutang (K

d) yang konstan pula. Karena Ke dan Kd konstan maka semakin besar jumlah hutang yang digunakan perusahaan, biaya modal rata-rata tertimbang (K

(32)

K

o = EDD+ . Kd ( 1 T ) + EDE+ Ke ... Dimana : K

o = biaya modal rata-rata tertimbang D = nilai pasar hutang perusahaan

E = nilai pasar saham biasa perusahaan K

d = biaya hutang

T = tingkat pajak perusahaan K

e = biaya modal sendiri

(33)

4. Pendekatan Mondigliani dan Miller

(34)

5. Pecking Order Theory

Secara singkat teori ini menyatakan bahwa: (a) Perusahaan menyukai

internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan berwujud laba ditahan), (b) Apabila pendanaan dari luar (eksternal financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dulu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan. Sesuai dengan teori ini, tidak ada suatu target debt to equity ratio, karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan eksternal. Modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan lebih disukai daripada modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan. Menurut Myers (1996) perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yaitu dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada pecking order theory adalah: internal fund (dana internal), debt

(35)

karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua, manajer khawatir kalau penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh pemodal, dan membuat harga saham akan turun. Hal ini disebabkan antara lain oleh kemungkinan adanya informasi asimetrik antara pihak manajemen dengan pihak pemodal.

6. Signaling Theory

Isyarat atau signal menurut (Brigham dan Houston, 1999: 36 dalam Saidi, 2001) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Dalam (Brigham dan Houston, 1999: 36 dalam Saidi, 2001), perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat

(36)

7. Asymmetric Information Theory

Asymmetric Information atau ketidaksamaan informasi menurut (Brigham dan Houston, 1999: 35 dalam Saidi, 2001) adalah situasi di mana manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor. Asimetris informasi ini terjadi karena pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak daripada para pemodal (Husnan, 1996: 325 dalam Saidi, 2001). Dengan demikian, pihak manajemen mungkin berpikir bahwa harga saham saat ini sedang overvalue (terlalu mahal). Kalau hal ini yang diperkirakan terjadi, maka manajemen tentu akan berpikir untuk lebih baik menawarkan saham baru sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih mahal dari yang seharusnya.

Tetapi pemodal akan menafsirkan kalau perusahaan menawarkan saham baru, salah satu kemungkinannya adalah harga saham saat ini sedang terlalu mahal (sesuai dengan persepsi pihak manajemen). Sebagai akibatnya para pemodal akan menawar harga saham baru tersebut dengan harga yang lebih rendah. Karena itu emisi saham baru akan menurunkan harga saham.

(37)

karena itu struktur modal akan mempengaruhi keputusan investasi. Selain itu, dalam model struktur finansial disebutkan bahwa menentukan struktur modal.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Dalam menentukan struktur modal berkaitan dengan pembiayaan, pembiayaan dihadapkan pada dua pilihan, yaitu apakah pembiayaan itu dilakukan menggunakan internal financial atau dengan menggunakan

external financial. Dalam memilih alternatif sumber pembiayaan yang akan dipilih, perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Menurut Brigham dan Houston (1990: 477) Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah :

Sales stability, assets structure, operating leverage, growth sales, profitability, taxes control, management attitudes, lender and agency attitudes, market conditions, the firm internal condition, financial flexibility.

Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kuo dan Lee (2003) yang berjudul The Determinants of Capital Structure of Commercial Banks in Taiwan menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal bank komersial di Taiwan adalah firm size, profitability, non debt tax shields, collateral value of assets, operating risk, dividend policy dan

(38)

membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya, untuk itu dalam penerapan struktur modal bank perlu mempertimbangkan variabel-variabel yang mempengaruhinya, dari penelitian sebelumnya mengenai struktur modal serta pengaruhnya maka dalam penelitian ini di ambil beberapa faktor sebagai variabel, yaitu:

1. Firm Size

Merupakan sebuah ukuran besaran perusahaan atau bank yang memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal, semakin besar ukuran perusahaan maka debt ratio makin besar, selain itu perusahan akan mempunyai kemampuan yang besar untuk melakukan pinjaman atau hutang. Karena perusahaan memiliki kebutuhan dana yang besar sesuai dengan ukurannya dan salah satu alternatif pendanaan adalah pendanaan yang tersedia melalui pendanaan eksternal (external financial). Namun resiko yang ditanggung juga semakin besar sesuai dengan pendanaan yang dilakukan. Sehingga variabel size memiliki pengaruh terhadap struktur modal.

Napa dan Mulyadi (1996) mengemukakan bahwa perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan yang lebih kecil, oleh karena itu dapat memungkinkan untuk perusahaan besar tingkat leverage-nya akan lebih besar dari perusahaan kecil.

(39)

perusahaan ada kecenderungan menggunakan jumlah pinjaman yang besar seiring dengan semakin besarnya kepercayaan yang dimiliki oleh para kreditur dalam memberikan pinjamannya.

2. Profitability

Profitability adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu dihasilkan perusahaan dalam menjalankan operasinya dan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.

Pembiayaan terkait dengan seberapa besar akan memperoleh keuntungan yang dihasilkan, sejauh ini pembiayaan yang paling murah adalah pembiayaan internal, hal ini disebabkan karena dana yang diperoleh melalui internal, seperti laba ditahan, tidak mengeluarkan biaya

issuance cost, sebagaimana halnya jika perusahaan menerbitkan obligasi ataupun saham.

(40)

3. Collateral Value Assets

Bank yang memiliki banyak aktiva tetap (fixed assets) dengan nilai jaminan yang tinggi, akan lebih mudah untuk mengakses ke pembiayaan eksternal (external financing), dan kemungkinan tingkat hutang yang tinggi dalam struktur modal mereka, dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki jaminan yang rendah. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh antara collateral value assets dengan tingkat hutang, dan berpengaruh terhadap struktur modal.

4. Non Debt Tax Shield

(41)

Leverage

Perusahaan pada umumnya banyak menggunakan baik pendanaan hutang maupun pendanaan ekuitas untuk memperoleh tingkat leverage.

Leverage mengacu pada jumlah pendaan hutang (yang memberikan pengembalian tetap) dalam struktur modal perusahaan. Perusahaan dengan

leverage keuangan disebut memperdagangkan ekuitas (trading on equity) hal ini menunjukkan perusahaan menggunakan modal ekuitas sebagai dasar pinjaman dengan tujuan meraih kelebihan pengembalian. Perusahaan yang hanya menggunakan ekuitas disebut unlevered firm , sedangkan yang menggunakan bauran ekuitas dan berbagai macam hutang disebut levered firm (Wild et.al 2005).

Menurut Sartono (2001: 257), dalam manajemen keuangan leverage

didefinisikan sebagai penggunaan aset dan sumber dana (source of funds)

oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Perusahaan menggunakan leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Sebaliknya leverage juga meningkatkan variabilitas (resiko) keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham.

(42)

Pengggunaan financial leverage menurutnya juga dapat menguntungkan ataupun merugikan bagi perusahaan dalam rangka meningkatkan keuntungan perusahaan. Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan (favourable financial leverage) atau efek yang positif kalau pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap dari penggunaan dana tersebut. Financial leverage itu merugikan (unfavourable financial leverage) kalau perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap yang harus dibayar.

Rentabilitas Modal Sendiri

Rentabilitas menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas Modal Sendiri atau sering juga dinamakan rentabilitas usaha adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income tax (EAT =

(43)

Pengertian rentabilitas modal sendiri menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuty (1998;74) rentabilitas modal sendiri adalah rasio yang mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri.

E. Penelitian Sebelumnya

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menguji penjelasan model dari struktur modal pada perilaku perusahaan pada Negara-negara yang berkembang, selain itu penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dilakukan dengan mengindentifikasi struktur modal tersebut. Maka faktor-faktor yang diujikan sebelumnya mempengaruhi dalam penentuan struktur modal yaitu, firm size, profitability, collateral of value assets, non debt tax shields, dan inflation yang kemudian diketahui bahwa masing-masing faktor mempunyai pengaruh yang berbeda-beda.

(44)

mempunyai hubungan positif terhadap struktur modal. Sementara itu

profitability mempunyai hubungan negatif terhadap non debt tax shields dan

operating risk serta deviden policy mempunyai hubungan yang bisa positif atau negatif.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan Kuo dan Lee (2003) dengan menggunakan 15 bank nasional, 15 bank swasta nasional dan 21 kantor cabang bank asing di Taiwan, disimpulkan bahwa terdapat 5 faktor utama dalam laporan keuangan yang dapat mempengaruhi struktur modal dari bank yaitu: (1) firm size, yang diukur dengan menggunakan log dari total aset. (2). Profitability, yang diukur dengan menggunakan return of total assets dan

return of equity. (3). Collateral value of assets, yang diukur dari fixed assets

terhadap total assets ratio dan fixed assets terhadap deposit ratio. (4).

Operating risk, yang diukur dari variance coefficient dari operating income. (5). Inflation, yang diukur dari yearly increasing rate of consumer price index.

Penelitian oleh Monica Octavia dan Rayna Brown (2008) yang berjudul Determinants of Bank Capital Structure in Developing Countries: Regulatory Capital Requirement Versus The Standard Determinants of Capital Structure, dengan variabel determinan yaitu Size (SIZE), Profitability

(45)

modal, penelitian ini menganalisa tingkat leverage dengan sampel bank-bank di tiap Negara berbeda, untuk membandingkan ekonomi secara makro. Hasil dari penelitin ini bahwa semua determinan memiliki hasil yang signifikan terhadap permintaan modal secara regular.

Penelitian yang dilakukan oleh Tahirman (2000), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dengan analisa hutang (debt ratio)

pada perusahaan go public di Bursa Efek Jakarta, penelitian ini dilakukan pada perusahaan dengan menganalisa hutang (debt ratio) yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Perusahaan yang dipilih adalah beberapa perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(46)

F. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Sumber : AMOS 16.0

G. Perumusan Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen) yang dapat di gambarkan sebagai berikut: Pada substruktur pertama :

Adanya pengaruh firm Size, profitability, dan collateral value of assets

dengan leverage.

H0: = 0 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara firm size, profitability, dan collateral value of assets dengan leverage.

[image:46.612.110.502.131.539.2]
(47)

Pada substruktur kedua :

Adanya pengaruh firm size, profitability, dan collateral value of assets

dengan rentabilitas modal sendiri.

H0: = 0 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara firm size, profitability, dan collateral value of assets dengan rentabilitas modal sendiri.

H1: 0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara firm size, profitability, dan collateral value of assets dengan rentabilitas modal sendiri.

Pada substruktur ketiga:

Adanya pengaruh non debt tax shields dan leverage dengan rentabilitas modal sendiri.

H0: i = 0 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara non debt tax shield

dan leverage dengan Rentabilitas Modal Sendiri.

(48)

BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif karena dalam penelitian ini penulis akan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada bank devisa Indonesia pada periode 2002-2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa seberapa besar faktor-faktor firm size, profitability, collateral value of assets, dan non debt tax shield mempengaruhi struktur modal (leverage dan rentabilitas modal sendiri) pada bank devisa go public di Indonesia. Data berasal dari laporan keuangan untuk tahun periode 2002-2008.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik

purposive sampling yaitu sampel ditarik sejumlah tertentu dari populasi emiten dengan menggunakan pertimbangan atau kriteria tertentu (Sugiyono, 1999). Adapun kriteria atau pertimbangan dalam pemilihan sampel adalah sebagai berikut:

(49)

2. Sampel yang dipilih yaitu 20 (dua puluh) bank devisa yang sudah go public tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan periode yaitu dari tahun 2002-2008.

3. Bank devisa yang memiliki asset dari 100 miliar 1 miliar.

C. Metode Pengumpulan Sampel

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder yang diperoleh dari:

1. Riset kepustakaan berasal dari buku-buku kuliah, jurnal-jurnal yang berkaitan, dan penelitian sebelumnya.

2. Laporan keuangan dan kinerja bank go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan di direktori Bank Indonesia pada tahun 2002-2008. 3. Untuk melengkapi data juga diambil dari berbagai media masa, artikel,

Koran, internet, dan lainnya.

D. Metode Analisis

(50)

1. Analisis Jalur (Path Analysis)

Analisis jalur adalah penggunaan regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model casual) yang telah diterapkan sebelumnya berdasarkan teori. Hubungan kausalitas antar variabel telah dibentuk dengan model berdasarkan landasan teoritis. Apa yang dapat dilakukan oleh analisis jalur adalah menentukan pola hubungan antara tiga atau lebih variabel dan tidak dapat digunakan untuk mengkonfirmasi atau menolak hipotesis kausalitas imajiner (Ghozali; 2005).

Analisis jalur (path analysis) digunakan untuk mempelajari sistem pengaruh beberapa variabel terhadap beberapa variabel lain dalam suatu model berdasarkan kerangka teori tertententu. Jika hubungan variabel X dan Y hanya hubungan korelasi, maka digambarkan dengan lintasan panah melengkung dua arah, dan notasi ukuran hubungannya adalah korelasinya, rXY. Jika X mempengaruhi Y secara langsung digambarkan dengan lintasan panah lurus satu arah, notasi intensitas hubungannya disebut koefisien path, YX. Definisi-definisi konsep dalam analisis jalur sebagai berikut (Pedhazur, 1982; hal. 178-181, hal.580-585 dalam Euis Soliha, 2002) :

(51)

causal-b. Variabel endogen (endogenus) : adalah variabel yang dipengaruhi, disebut juga variable dependen. Variabilitas variabel ini ditentukan oleh variabel eksogen dan variabel endogen lainnya dalam causal-model yang diteliti.

c. Pengaruh langsung (direct effect) : adalah bagian pengaruh suatu variabel eksogen terhadap variabel endogen tanpa perantaraan variabel lain.

d. Pengaruh tidak langsung (indirect effect) : adalah bagian pengaruh suatu variabel eksogen terhadap variabel endogen melalui variabel lain.

e. Pengaruh keseluruhan (total effect) : adalah jumlah pengaruh langsung dan semua pengaruh tidak langsung suatu variabel eksogen terhadap suatu variabel endogen.

f. Koefisien path : adalah ukuran intensitas pengaruh suatu variable eksogen terhadap variabel endogen. Koefisien path dilambangkan dengan p merupakan koefisien regresi z-score (standardized regression coeficient).

g. Galat (error term), : adalah komponen acak (unspecified) dari variabel endogen. Satu unit perubahan dalam galat akan menyebabkan (1-R2)1/2 perubahan dalam variabel endogen.

(52)

Y1= y1x1+ y1x2+ y1x3+ 1 Y2= y2x1+ y2x2+ y2x3+ 1 Y2= yx4 + Y1+ 2

variabel endogen yang bersesuaian maupun dengan variabel-variabel dibawah endogen tersebut; (iii) hanya terdapat lintasan lurus satu arah dalam sistem (model rekursive), tidak ada pengaruh langsung yang bolak-balik (reciprocal); (iv) variabel diukur dalam skala sekurang-kurang pada skala interval; dan (v) variabel diukur tanpa kesalahan pengukuran. Model persamaan analisis jalur (path analysis) dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

Y1 = Leverage

Y2 = Rentabilitas Modal Sendiri yx1 = Firm size

yx2 = Profitability

yx3 = Collateral value of assets

yx4 = Non- debt tax shield

(53)

2. Uji T atau Pengaruh Secara Parsial

Uji statistik t dilakukan untuk melihat signifikansi dan apakah variabel bebas (independen) mempengaruhi (signifikan) atau tidak terhadap variabel bebas lainnya konstanta (Mulyono, 2003), yang memiliki ketentuan sebagai berikut:

Jika t-statistik > t-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Jika t-statistik < t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

3. Uji Model Fit

Pengujian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengetahui koefisien determinant (R Square).

Adapun rumusnya adalah sebagai berikut: Dimana:

R2 = ESS / k 1

(54)

4. Uji Statistik F (uji simultan)

Sebuah pengujian yang menunjukkan apakah semua variabel eksogen dalam model mempunyai pengaruh secara bersamaan terhadap variabel endogen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh tersebut, maka diperlukan nilai hitung dan nilai F-tabel dengan hipotesis pengujiannya adalah:

Ho : y1x1 = y1x2 = y1x3 = 0 Ho : y2x1 = y2x2 = y2x3 = 0 Ho : y2x4 = y2y1 = 0

(tidak ada pengaruh variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel tidak bebas).

Ha : y1x1 = y1x2 = y1x3 0 Ha : y2x1 = y2x2 = y2x3 0 Ha : y2x4 = y2y1 0

(ada pengaruh variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel tidak bebas)

Jika F-hitung < F-tabel = Ho diterima dan Ha ditolak = tidak signifikan.

(55)

E. Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

1. Variabel endogen atau variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel eksogen, variabel endogen dari penelitian ini adalah struktur modal atau leverage dan rentabilitas modal sendiri dari suatu bank. Rumus yang digunakan yaitu (Riyanto, 2001: p.331) :

Leverage (Y1) : Total debt

Total Equity

Rentabilitas Modal Sendiri (Y2) : Keuntungan neto sesudah pajak

Modal Sendiri

2. Variabel eksogen atau variabel independen yaitu variabel yang bebas dan mempengaruhi variabel terikat, variabel eksogen dari penelitian ini untuk mengukur masing-masing variabel dijelaskan dibawah ini :

a. Firm Size (X1), ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total aset dengan rumus:

Firm size = Log(total aset) b. Profitability (X2)

Diukur dengan ROA (Return on Assets) yaitu : ROA = Laba sebelum pajak x 100%

(56)

c. Collateral Value of Assets (X3)

Pada nilai jaminan atas asset menggunakan rumus (Kuo dan Lee; 2003):

Collateral Value of Assets = Fixed assets

Total assets

d. Non Debt Tax Shield (X4)

Non Debt Tax Shield yaitu biaya depresiasi tahunan yang diskalakan dengan total aktiva di akhir tahun, variabel ini digunakan untuk menangkap argumen pelindung pajak non utang (Kou dan Lee: 2003)

Non-debt tax shield = Total biaya depresiasi tahunan

[image:56.612.112.499.159.697.2]

Total aktiva Tabel 3.1

Indikator Pengukuran Variabel

Variabel Indikator Skala

Pengukuran

Variabel Dependen

1. Leverage

2. Rentabilitas Modal Sendiri

Rasio Rasio

Variabel Independen

3. Firm Size

4. Profitability

5. Collateral Value of Assets

(57)

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Perbankan di Indonesia

Perekonomian Indonesia masih mengalami pasang-surut, pemerintah melakukan kebijakan deregulasi dan debirokratisasi yang dijalankan secara bertahap pada sektor keuangan dan perekonomian. Bank Indonesia tetap berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 13/1968 tentang bank sentral dan beberapa pasal dalam UU No. 14/1967 tentang perbankan.

Salah satu maksud dari kebijakan deregulasi dan debirokratisasi adalah upaya untuk membangun suatu sistem perbankan yang sehat, efisien, dan tangguh. Kondisi perekonomian pada akhir periode 1982/1983 kurang menguntungkan, baik karena faktor eksternal maupun internal. Kemampuan pemerintah untuk menopang dana pembangunan semakin berkurang, untuk itu dilakukan perubahan strategi untuk mendorong peranan swasta agar lebih besar.

(58)

juga menetapkan berbagai ketentuan tentang kehati-hatian pengelolaan bank dan pengenaan sanksi bagi pengurus bank yang melakukan tindakan sengaja yang merugikan bank, seperti tidak melakukan pencatatan dan pelaporan yang benar, serta pemberian kredit fiktif, dengan ancaman hukuman pidana. Selain itu, UU Perbankan 1992 juga memberi wewenang yang luas kepada Bank Indonesia untuk melaksanakan fungsi pengawasan terhadap perbankan.

Pada periode 1992-1993, perbankan nasional mulai menghadapi permasalahan yaitu meningkatnya kredit macet yang menimbulkan beban kerugian pada bank dan berdampak keengganan bank untuk melakukan ekspansi kredit.

Berikutnya, sejak 1994 perekonomian Indonesia mengalami

(59)

1996, sebagai upaya untuk menekan ekspansi kredit perbankan yang dianggap sebagai pemicu memanasnya mesin perekonomian, diterapkan kembali kebijakan moral dengan cara menghimbau bank untuk menekan laju ekspansi kreditnya. Mulai 1997, walaupun ekpansi kredit perbankan mulai dapat ditahan, namun perkembangan usaha perbankan menjadi lebih sulit dikendalikan.

2. Bank Devisa

Berdasarkan transaksinya bank dapat dibedakan menjadi Bank Devisa dan Bank Non Devisa. Bank Devisa adalah bank yang dapat mengadakan transaksi internasional seperti ekspor dan impor, jual beli valuta asing, dll. Sedangkan Bank Non Devisa, adalah bank yang tidak dapat melakukan transaksi internasional atau dengan kata lain hanya dapat melakukan transaksi dalam negeri saja. (Anita Febriyan, 2003).

(60)

3. Bank Go Public

Berdasarkan data dari Bank Indonesia, jumlah bank yang ada di Indonesia pada tahun 2005 mencapai 130 bank. Jumlah bank yang banyak menyebabkan tingkat persaingan di dunia perbankan sangat tinggi. Berdasarkan laporan keuangan perbankan di Indonesia, laba perbankan dari tahun 2000 sampai tahun 2004 terus mengalami peningkatan, tetapi pada tahun 2005 laba perbankan secara umum mengalami penurunan sebesar 23.56 %. Disamping itu angka NPL (Non Performing Loan) atau kredit macet mengalami peningkatan selama tahun 2005. Penurunan laba perbankan ini akan menyebabkan penurunan rentabilitas perbankan.

Kenaikan kredit macet yang secara umum dialami oleh bank-bank di Indonesia dapat disebabkan oleh adanya penurunan kualitas kredit yang disebabkan oleh penurunan kondisi keuangan debitur, adanya keterlambatan pembayaran, dan buruknya prospek usaha yang dijalani oleh debitor. Meningkatnya nilai kredit macet merupakan salah satu dari keputusan manajerial yang harus diatasi oleh bank disamping pengambilan keputusan investasi dan keuangan.

(61)

mengelola dana yang didapatkan dari nasabah dan investor. Pengelolaan dana yang sebaik mungkin merupakan bentuk tanggung jawab suatu bank terhadap dana yang didapat dari nasabah dan investor.

Informasi tentang tingkat kesehatan keuangan suatu bank dapat diketahui dari analisis rasio keuangan. Analisis kompetensi finansial bank telah banyak dilakukan oleh beberapa lembaga untuk mengetahui tingkat kesehatan bank. Perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Alternatif pendanaan dari dalam perusahaan, umumnya dengan menggunakan laba yang ditahan perusahaan. Sedangkan alternatif pendanaan dari luar perusahaan dapat berasal dari kreditur berupa hutang, pembiayaan bentuk lain atau dengan penerbitan surat-surat utang, maupun pendanaan yang bersifat penyertaan dalam bentuk saham (equity). Pendanaan melalui mekanisme penyertaan umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada masyarakat atau sering dikenal dengan

go public.

Untuk go public, perusahaan perlu melakukan persiapan internal dan penyiapan dokumentasi sesuai dengan persyaratan untuk go public

atau penawaran umum, serta memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan BAPEPAM-LK.

(62)

masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya.

Penawaran Umum mencakup kegiatan-kegiatan berikut:

Periode Pasar Perdana yaitu ketika Efek ditawarkan kepada pemodal oleh Penjamin Emisi melalui para Agen Penjual yang ditunjuk

Penjatahan Saham yaitu pengalokasian Efek pesanan para pemodal sesuai dengan jumlah Efek yang tersedia;

Pencatatan Efek di Bursa, yaitu saat Efek tersebut mulai diperdagangkan di Bursa.

Proses Penawaran Umum saham dapat dikelompokkan menjadi 4 tahapan berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses Penawaran Umum. Pada tahap yang paling awal perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meminta persetujuan para pemegang saham dalam rangka Penawaran Umum saham. Setelah mendapat persetujuan, selanjutnya emiten melakukan penunjukan penjamin emisi serta lembaga dan profesi penunjang pasar yaitu:

(63)

dokumen, membantu menyiapkan prospektus, dan memberikan penjaminan atas penerbitan.

Akuntan Publik (Auditor Independent). Bertugas melakukan audit atau pemeriksaan atas laporan keuangan calon emiten.

Penilai untuk melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan menentukan nilai wajar dari aktiva tetap tersebut;

Konsultan Hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion).

Notaris untuk membuat akta-akta perubahan Anggaran Dasar, akta perjanjian-perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulen-notulen rapat.

2. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran.

Pada tahap ini, dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung calon emiten menyampaikan pendaftaran kepada BAPEPAM-LK hingga BAPEPAM-LK menyatakan Pernyataan Pendaftaran menjadi Efektif. 3. Tahap Penawaran Saham.

(64)

Jika investor tidak mendapatkan saham pada pasar perdana, maka investor tersebut dapat membeli di pasar sekunder yaitu setelah saham dicatatkan di Bursa Efek.

4. Tahap Pencatatan saham di Bursa Efek.

Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham tersebut dicatatkan di Bursa Efek Indonesia.

B. PENEMUAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Faktor-Faktor Struktur Modal

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal bank pada devisa yang sudah go public dan tercatat di Bursa Efek Indonesia dan terdaftar di direktori Bank Indonesia serta di publikasikan. Alasan penulis memilih faktor-faktor struktur modal pada bank devisa go public adalah karena bank devisa yang go public

(65)

[image:65.612.103.497.250.681.2]

Adapun faktor-faktor yang akan diteliti adalah yang berpengaruh secara umum berdasarkan penelitian sebelumnya kemudian disesuaikan dengan keadaan di Indonesia yang sempat mengalami krisis ekonomi, bank devisa yang di pilih adalah yang sudah go public, memiliki total aset di bawah 50 miliar sampai dengan 100 miliar dan masih beroperasi selama 7 tahun pengamatan, yaitu periode 2002 sampai 2008 yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1

Daftar Bank Devisa Go Publik

TOTAL ASSET

No NAMA BANK STATUS

Tahun 2002 (juta Rp.)

1 Bank Mandiri,Tbk Bank Persero 252.923.131

2 Bank Negara Indonesia,Tbk Bank Persero 125.455.990

3 Bank Central Asia,Tbk BUSN 117.137.843

4 Bank Rakyat Indonesia,Tbk Bank Persero 86.859.176

5 Bank Danamon Indonesia,Tbk BUSN 46.909.240

6 Bank Internasional Indonesia,Tbk BUSN 36.156.557

7 Bank CIMB Niaga, Tbk BUSN 22.749.941

8 Pan Indonesia Bank,Tbk BUSN 15.940.612

9 Permata Bank, Tbk BUSN 27.873.532

10 Bank Mega, Tbk BUSN 12.405.100

11 Bank NISP, Tbk BUSN 10.794.603

12 Bank Ekonomi Raharja, Tbk BUSN 6.555.748

13 Bank Bumiputera Indonesia,Tbk BUSN 2.330.030

14 Bank Mayapada Internasional,Tbk BUSN 2.244.312

15 Bank Muamalat, Tbk BUSN 2.138.744

16 Bank Syariah Mandiri, Tbk BUSN 1.617.846

17 Bank Nusantara Parahyangan, Tbk BUSN 1.564.568

18 Bank Bumi Artha, Tbk BUSN 1.348.391

19 Bank Agroniaga, Tbk BUSN 1.230.047

20 Bank Kesawan, Tbk BUSN 1.031.797

Total 775.222.208

(66)

2. Analisis Deskriptif 2.1 Leverage

[image:66.612.106.523.217.673.2]

Leverage merupakan hasil dari total debt (hutang) dibagi total equity (ekuitas). Dalam penelitian hutang yang digunakan adalah keseluruhan hutang yang ada di bank. Tingkat leverage berpengaruh terhadap keuntungan bagi pemegang saham. Leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah leverage untuk tahun 2002-2008.

Tabel 4.2 Leverage Bank Devisa Go Public

Periode tahun 2002 2008

Leverage (Y1)

No NAMA BANK

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 Bank Mandiri,Tbk 17.492 15.206 9.542 10.888 9.624 10.376 11.09

2 Bank Negara Indonesia,Tbk 15.208 15.206 12.918 11.844 6.261 10.54 12.98

3 Bank Central Asia,Tbk 9.088 9.121 8.071 8.188 8.446 10.61 10.51

4 Bank Rakyat Indonesia,Tbk 12.761 10.212 7.981 8.532 8.428 10.47 11

5 Bank Danamon Indonesia,Tbk 8.955 7.426 6.985 7.309 8.023 7.98 9.83

6 Bank Internasional Indonesia,Tbk 10.346 9.467 15.441 7.818 9.263 9.601 10.83

7 Bank CIMB Niaga, Tbk 7.956 15.771 10.201 11.199 9.799 7.42 7

8 Pan Indonesia Bank,Tbk 12.725 6.264 9.233 9.115 9.842 10.268 11.029

9 Permata Bank, Tbk 3.645 11.354 10.602 7.393 6.276 6.82 7.91

10 Bank Mega, Tbk 19.072 11.354 12.192 11.803 10.602 10.04 12.581

11 Bank NISP, Tbk 21.029 19.399 16.413 11.226 14.015 13.95 11.183

12 Bank Ekonomi Raharja, Tbk 13.202 12.561 8.257 7.478 14.233 11.87 12.145

13 Bank Bumiputera Indonesia,Tbk 11.116 13.793 12.211 9.437 9.427 22.85 9.432

14 Bank Mayapada Internasional,Tbk 12.289 14.638 14.849 9.226 10.853 6.51 5.24

15 Bank Muamalat, Tbk 8.778 12.169 12.779 7.339 9.539 11.82 12.45

16 Bank Syariah Mandiri, Tbk 7.717 6.733 7.019 9.271 8.497 15.88 14.122

17 Bank Nusantara Parahyangan, Tbk 8.917 10.962 10.912 9.93 11.757 12.63 10.95

18 Bank Bumi Artha, Tbk 9.695 12 14.341 14.804 11.221 16.51 15.96

19 Bank Agroniaga, Tbk 5.395 6.338 7.346 7.214 8.657 8.2 9.21

(67)

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa di beberapa bank leverage

mengalami peningkatan maka hutang pada bank tersebut rata-rata mengalami peningkatan. Namun lebih banyak bank yang leverage-nya mengalami penurunan ini menandakan bahwa bank berangsur-angsur mengurangi tingkat hutangnya.

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari tahun 2002-2008 pada Bank CIMB Niaga Tbk, Mayapada Internasional Tbk, dan Bank Kesawan Tbk, bank tersebut mengalami penurunan leverage secara terus menerus selama tujuh periode tersebut.

(68)

2.2 Rentabilitas Modal Sendiri

Rentabilitas Modal Sendiri merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan

Gambar

Gambar 2.1
Tabel 3.1 Indikator Pengukuran Variabel
tabel sebagai berikut:
Tabel 4.2 Leverage Bank Devisa Go Public
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan hipotesis kedua bahwa Tangibility of Assets mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap Struktur Modal pada perusahaan Farmasi yang go publik di Bursa Efek

Hasil dari penelitian ini adalah ukuran perusahaan dan current ratio berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, akan tetapi untuk struktur aset, pertumbuhan

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG GO PUBLIC DI BURSA

Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan dengan arah positif terhadap struktur modal, sedangkan struktur aktiva dan

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah Ukuran Perusahaan (SIZE) berpengaruh terhadap Struktur Modal.Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada tabel 4.8 variabel

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, struktur aktiva, profitabilitas dan risiko bisnis terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur

Artinya bahwa ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan asset, kemampulabaan, dan struktur kepemilikan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan struktur

Margin, Degree of Operating Leverage, dan Pertumbuhan Penjualan berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa