FAKTOR-FAKTOR KEIKUSERTAAN LANSIA DALAM KEGIATAN
SENAM DI KELOMPOK LANSIA MANDIRI KELURAHAN RANTAU LABAN KECAMATAN RAMBUTAN
KOTA TEBING TINGGI
SKRIPSI
OLEH
LILI PRATIWI 101101010
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis persembahkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis menyelesaikan skripsi
penelitian dengan judul “Fakor-faktor Yang Mempengaruhi Keikutsertaan Lansia
Dalam Kegiatan Senam Di Kelompok Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban
Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi”, yang merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan Progaram Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses
menyelesaikan skripsi ini, sebagai berikut;
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai pembantu Dekan I Fakutas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ismayadi, S.Kep. Ns, M.Kes, CWCCA selaku dosen pembimbing skripsi
penulis yang selalu sabar untuk membimbing, memberikan saran dan perbaikan
berharga juga mengarahkan penulis dalam proses penulisan skripsi.
4. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep.Ns, M.Kep. sebagai dosen penguji I dan Ibu Evi
Karota Bukit S.Kp, MNS sebagai dosen penguji II yang dengan teliti memberikan
4. Bapak Lurah Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi
yang telah memberikan saya izin untuk melakukan survey awal.
6. Bapak Ketua Kelompok Lansia Mandiri Kelurahan Rantau laban
KecamatanRambutan Kota Tebing Tinggi yang telah memebrikan informasi
mengenai senam lansia di kelompok tersebut yang akan digunakan untuk
kepintingan skripsi ini.
7. Teristimewa kepada Ayahanda Muliyono dan ibunda S.F.Masyitah tercinta.
Terima kasih tiada tara penulis persembahkan untuk doa yang tiada hentinya,
dukungan moril maupun materil, nasehat, kasih sayang, cinta dan perhatian, dan
pengorbanan serta motivasi yang tulus untuk kelancaran penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Adik-adik tersayang Diba Sari Putri dan Ira Syafira yang selalu mendoakan dan
member dukungan kepeda penulis.
9. Sahabat-sahabat tercinta yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya yang
selalu memberikan support dan semangat yang tiada habisnya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman sejawat dan seperjuangan KBK 2010 yang selalu memberikan
bantuan, motivasi, partisipasi, dan saran-saran kepda penulis dalam
menyelesaikan proposal penelitian ini.
Semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat dan karunianya pada semua
bermanfaat demi kemajuan ilmu pengatahuan di dunia kesehatan khususnya di dunia
keperawatan
Medan, juli 2014
Penulis
2.2 Manfaat Senam Lansia. ... 13
2.3 Prinsip Senam Lansia. ... 14
2.4 Dosis Lantihan.. ... 15
2.5 Prinsip Program Latihan Fisik (senam... ... 15
2.6 Pakaian Senam... 16
BAB 4. METODOLOGI PENELTIAN ... 26
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 35
1. Hasil Penelitian………. 35
2. Pembahasan……….. 46
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN……….... 53
1. Kesimpulan……….. 53
2. Saran……… 54
Daftar Pustaka………... 56
Lampiran-Lampiran
1. Inform Consent
2. Jadwal Tentatif Penelitian 3. Taksasi Dana Penelitian 4. Instrument Penelitian 5. Surat Izin Penelitian
DAFTAR SKEMA
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Defenisi Operasional………..24
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Responden (n=30)
………36
Tabel 3 Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Di Kelompok
Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota
Tebing Tinggi (n=30)……….37
Tabel 4 Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Di Kelompok
Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota
Tebing Tinggi Berdasarkan Aspek Pengetahuan
(n=30)………38
Tabel 5 Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Di Kelompok
Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota
Tebing Tinggi Berdasarkan Aspek Fasilitas Kesehatan
(n=30)………..39
Tabel 6 Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Di Kelompok
Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota
Tebing Tinggi Berdasarkan Aspek Letak Pelayanan Kesehatan
(n=30)……….41
Tabel 7 Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Di Kelompok
Tebing Tinggi Berdasarkan Aspek Peran Petugas Kesehatan (kader)
(n=30)……….42
Tabel 8 Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Di Kelompok
Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota
Tebing Tinggi Berdasarkan Aspek Peran Keluarga
Judul : Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Di Kelompok Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.
Nama Mahasiswa : Lili Pratiwi
NIM : 101101010
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2014
Meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia juga akan menimbulkan berbagai masalah seperti masalah kesehatan, untuk mengatasi masalah terserbut pemerintah membuat program kegiatan kelompok lansia yang salah satu kegiatannya adalah senam lansia yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam dikelompok lansia Mandiri. Penelitian ini mengunakan desain penelitian deskriptif dan dilaksanakan mulai tanggal 8 maret sampai 22 maret 2014 dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi. Metode pengambilan sampel adalah convenience sampling yaitu lansia yang ada pada saat itu, dengan jumlah populasi 118 dan sampel 30 orang. Hasil penelitian 5 faktor yaitu faktor pengetahuan tentang keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam diperoleh hasil pengetahuan lansia dalam kategori baik (90%) dan kategori cukup (10%), faktor fasilitas kesehatan dalam kategori baik (70%) dan dalam kategori cukup (30%), faktor letak pelayanan kesehatan dalam kategori baik (70%) dan dalam kategori cukup (30%), faktor peran petugas kesehatan dalam kategori baik (83,3%) dan kategori cukup (16,7%) dan peran keluarga dalam kategori baik (73,3%) dan kategori cukup (26,7%). Kesimpulan kelima faktor dalam kategori baik dan cukup tidak ada faktor dalam kategori kurang. Persentase tertinggi adalah faktor pengetahuan yaitu sebanyak (90%). Saran bagi peneliti selanjutnya untuk melihat faktor yang mempengaruhi keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam.
Abstrak
Title :Factors of the Elderly Participationin Gymnastics Activities in Mandiri Elderly Community in Village of Rantau Laban District of Rambutan Town of Tebing Tinggi
Student Name : Lili Pratiwi Student Number : 101101010
Department : Bachelor of Nursing (S.Kep)
Year : 2014
Abstract
The increasing number of the elderly population will also cause various problems such as health problem to overcome that problem the government makes an activity program for elderly community with some activities, one of which is the elderly gymnastics which is aimed to increase the health degree of the elderly. The purpose of this research is to identify factors of the elderly participation in gymnastic activities in Mandiri elderly community. This research uses descriptive research design and is conducted from March 8th until March 22nd 2014 in Mandiri Elderly Community in Village of Rantau Laban District of Rambutan Town of Tebing Tinggi. Its sampling method is convenience sampling, that is the existing elderly at the time, with the number of population 118 and sample 30 persons. The result of research on 5 factors is; for factor of knowledge about participation of elderly in the gymnastic activity it is obtained that the knowledge of the elderly is in good category (90%) and moderate category (10%), for factor of the health facilities is in good category (70%) and moderate category (30%), for factor of health service setting is in good category (70%) and moderate category (30%), for factor of the health workers role is in good category (83,3%) and moderate category (16,7%), and the role is in good category (73,3%) and moderate category (26,7%). The conclusion of those five factors is in good and moderate category, no factors in bad category. The highest percentage is factor of knowledge, that is (90%). An advice for the next researcher is to find the factors that influence the participation of elderly in gymnastics activities.
Judul : Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Di Kelompok Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.
Nama Mahasiswa : Lili Pratiwi
NIM : 101101010
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2014
Meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia juga akan menimbulkan berbagai masalah seperti masalah kesehatan, untuk mengatasi masalah terserbut pemerintah membuat program kegiatan kelompok lansia yang salah satu kegiatannya adalah senam lansia yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam dikelompok lansia Mandiri. Penelitian ini mengunakan desain penelitian deskriptif dan dilaksanakan mulai tanggal 8 maret sampai 22 maret 2014 dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi. Metode pengambilan sampel adalah convenience sampling yaitu lansia yang ada pada saat itu, dengan jumlah populasi 118 dan sampel 30 orang. Hasil penelitian 5 faktor yaitu faktor pengetahuan tentang keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam diperoleh hasil pengetahuan lansia dalam kategori baik (90%) dan kategori cukup (10%), faktor fasilitas kesehatan dalam kategori baik (70%) dan dalam kategori cukup (30%), faktor letak pelayanan kesehatan dalam kategori baik (70%) dan dalam kategori cukup (30%), faktor peran petugas kesehatan dalam kategori baik (83,3%) dan kategori cukup (16,7%) dan peran keluarga dalam kategori baik (73,3%) dan kategori cukup (26,7%). Kesimpulan kelima faktor dalam kategori baik dan cukup tidak ada faktor dalam kategori kurang. Persentase tertinggi adalah faktor pengetahuan yaitu sebanyak (90%). Saran bagi peneliti selanjutnya untuk melihat faktor yang mempengaruhi keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam.
Abstrak
Title :Factors of the Elderly Participationin Gymnastics Activities in Mandiri Elderly Community in Village of Rantau Laban District of Rambutan Town of Tebing Tinggi
Student Name : Lili Pratiwi Student Number : 101101010
Department : Bachelor of Nursing (S.Kep)
Year : 2014
Abstract
The increasing number of the elderly population will also cause various problems such as health problem to overcome that problem the government makes an activity program for elderly community with some activities, one of which is the elderly gymnastics which is aimed to increase the health degree of the elderly. The purpose of this research is to identify factors of the elderly participation in gymnastic activities in Mandiri elderly community. This research uses descriptive research design and is conducted from March 8th until March 22nd 2014 in Mandiri Elderly Community in Village of Rantau Laban District of Rambutan Town of Tebing Tinggi. Its sampling method is convenience sampling, that is the existing elderly at the time, with the number of population 118 and sample 30 persons. The result of research on 5 factors is; for factor of knowledge about participation of elderly in the gymnastic activity it is obtained that the knowledge of the elderly is in good category (90%) and moderate category (10%), for factor of the health facilities is in good category (70%) and moderate category (30%), for factor of health service setting is in good category (70%) and moderate category (30%), for factor of the health workers role is in good category (83,3%) and moderate category (16,7%), and the role is in good category (73,3%) and moderate category (26,7%). The conclusion of those five factors is in good and moderate category, no factors in bad category. The highest percentage is factor of knowledge, that is (90%). An advice for the next researcher is to find the factors that influence the participation of elderly in gymnastics activities.
BAB 1 PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Keberhasilan pemerintah dalam Pembangunan Nasional, bisa dikatakan
berhasil dan mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang. Keberhasilan tersebut
dapat dilihat dengan adanya kemajuan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi,
terutama dalam bidang medis, ilmu kedokteran dan keperawatan. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan adanya peningkatan umur harapan hidup, yang berarti bertambah
pula populasi lanjut usia (lansia) (Widyastuti, 2013).
Sejak tahun 1950, penduduk lansia Amerika yang berusia 65 tahun ke atas
telah bertambah dua kali, dan penduduk lansia yang lemah berusia 85 tahun ke atas
telah bertambah lebih dari empat kali lipat. Tahun 2002 penduduk usia lanjut di
seluruh dunia diperkiran sebanyak 426 juta, jumlah ini akan terus meningkat hampir
dua kali lipat pada tahun 2025 yaitu sekitar 828 juta jiwa (Notoatmodjo, 2007).
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan jumlah penduduk lanjut usia diatas
60 tahun di provinsi sumatera utara mengalami peningkatan dari sebesar 554.765 juta
(4,65%) pada tahun 2005 meningkat menjadi sebesar 765.822 jiwa (5,9%) pada tahun
2010. Sementara menurut Badan Pusat Statistik Kota medan berdasarkan sensus
penduduk 2010 jumlah penduduk lanjut usia di Kota mencapai 117.216 orang (5,9%)
yang meningkat jumlahnya dari tahun 2005 sebesar 77.837 orang (3,85%).
kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Usia
lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan. Sedangkan
menurut pasal 1 ayat (2),(3),(4) UU No.13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan
bahwa usia lanjut adalah seseorang yang mencapai usia lebih dari 60 tahun( Maryam,
2008). Secara individu, memasuki tua berarti terjadi proses penuaan secara ilmiah,
hal ini menimbulkan masalah fisik, mental, sosial,berkaitan dengan kesehatan dan
kesejahteraan mereka, sehingga menyebabkan kebutuhan terhadap pelayanan
kesehatan ( Notoatmodjo, 2007).
Upaya- upaya untuk mempertahankan kesehatan pada lansia dapat dilakuakan
degan berbagai cara; preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Salain itu upaya yang
dilakukan adalah dengan cara promotif, yaitu dengan cara peningkatan kesehatan
pada lansia yang salah satunya dapat dilakukan dengan olah raga atau senam secara
teratur (Ekasari dkk, 2005).
Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta
terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud
meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut (dalam
Agustina, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian Agustina (2010) tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan praktik senam lansia dipanti werda (PSTW), bahwa sebanyak 70
responden menunjukkan jenis kelamin yang paling banyak perempuan sebesar 65,7%,
rata-rata berusia 74 tahun, rata-rata tidak berpendidikan sebesar 42%, dukungan
51,4%, memiliki pengetahuan cukup baik sebesar 48,6% dan memiliki sikap positif
sebesar 61,4%, yang rutin mengikuti senam sebesar 38,6%, dan yang tidak rutin
mengikuti senam 61,4%.
Berdasarkan hasil tersebut faktor sikap yang berhubungan dengan praktik
senam lansia. Hasil penelitian Lestari (2011), faktor yang berpengaruh terhadap
keaktifan kunjungan lansia ke posyandu yaitu umur, tidak bekerja, sikap yang baik,
fasilitas yang baik, pelayanan kader dan petugas kesehatan yang baik, peran keluarga
yang baik, faktor yang tidak berpengaruh yaitu tingkat pendidikan, kondisi sosial
ekonomi, pengatahuan, akses, peran sosial lansia.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di kelompok lansia mandri
Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi, diperoleh
informasi dari ketua kelompok lansia mandiri menyebutkan bahwa senam lansia
dilakukan setiap hari sabtu pukul 7.30-9.00 WIB. Hasil wawancara yang dilakukan
pada ketua kelompok lansia ini, kelompok lansia ini merupakan kelompok terbaik di
kota ini, kelompok lansia ini juga pernah memenangkan perlombaan kelompok lansia
tingkat propinsi dan di nasional menjadi pemenang favorit. Senam lansia pada
kelompok ini juga sudah lama berlangsung sejak januari 2010 sampai saat ini. Hasil
wawancara kepada beberapa anggota kelompok lansia mandiri, ketidakaktifan lansia
dalam mengikuti senam karena kondisi kesehatan, faktor ekonomi, sehingga lansia
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik meneliti “faktor-faktor
keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam di kelompok lansia mandiri Kelurahan
Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi”.
2. PERTANYAAN PENELITIAN
Bagaimana faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam
dikelompok lansia mandiri Kelurahan Raban Laban Kecamatan Rambutan Kota
Tebing Tinggi?
3. TUJUAN PENELITIAN 3.1. Tujuan
Mengidentifikasi faktor-faktor keikusertaan lansia dalam kegiatan senam
dikelompok lansia mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan
Kota Tebing Tinggi
3.2. Tujuan Khusus
3.2.1. Mengidentifikasi faktor pengetahuan dalam keikutsertaan lansia dalam
kegiatan senam dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban
Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.
3.2.1. Mengidentifikasi faktor fasilitas kesehatan dalam keikutsertaan lansia
dalam kegiatan senam dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau
3.2.1. Mengidentifikasi faktor letak pelayanan kesehatan dalam keikutsertaan
lansia dalam kegiatan senam dikelompok lansia Mandiri Kelurahan
Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.
3.2.1. Mengidentifikasi faktor peran petugas kesehatan (kader) dalam
keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam dikelompok lansia Mandiri
Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.
3.2.1. Mengidentifikasi faktor peran keluarga dalam keikutsertaan lansia
dalam kegiatan senam dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau
Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.
4. MANFAAT PENELITIAN 4.1. Bagi Kelompok Lansia
Memberikan masukan dan informasi secara objektif mengenai faktor-faktor
lansia dalam mengikuti kegiatan senam lansia sehingga dapat meninggkatkan
keberhasilan kegiatan senam lansia.
4.2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan.
a. Memberikan informasi khususnya kepada perawat gerontik mengenai faktor-faktor keikutsertaan lansia dengan senam lansia.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan
4.3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan mengenai faktor-faktor lansia dalam mengikuti kegiatan senam lansia sebagai usaha peningkatan kesehatan lansia.
4.4 Bagi Keluarga
Menambah wawasan bagi keluarga yang memiliki lansia dan juga
memberikan informasi kepada keluarga mengenai faktor-faktor keikutsertaan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. LANSIA 1.1. Defenisi Lansia
Usia Lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia (Keliat, 1999 dalam Maryam, 2008). Menurut pasal 1 ayat (2),
(3), (4) UU No 13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Sedangkan menurut Potter &
Perry (2005), masa dewasa tua (lansia) di mulai setelah pensiun, biasanya antara usia
61 dan 75 tahun.
1.2. Klasifikasi Lansia
Lima klasifikasi pada lansia (Maryam, 2008).
a. Pralansia (presenilis)
Seseorang yang berusia 45-59 tahun.
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau
d. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan kegiatan dan/ atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa.
e. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain.
1.3. Karakteristik Lansia
Menurut Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dan
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
1.4. Perubahan Akibat Proses Menua
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga mudah untuk terinfeksi serta memperbaiki kerusakan
suatu proses perubahan di mana kepekaan bertambah atau batas kemampuan
beradaptasi menjadi berkurang yang sering dikenal dengan geriatric giant, di mana
lansia akan mengalami 13 i, yaitu imobilisasi; instabilitas (mudah jatuh);
intelektualitas terganggu (demensia); isolasi (depresi); inkontinensia; impotensi;
imunodifisiensi; infeksi mudah terjadi; impaksi (konstipasi); iatrogenesis (kesalahan
diagnosis); insomnia; impairment of (gangguan pada); penglihatan, pendengaran,
pengecapan, penciuman, komunikasi, dan integritas kulit, inaniation (malnutrisi)
(Darmojo, 2004 dalam Maryam, 2008). Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi
perubahan fisik, sosial, dan psikologis (Maryam, 2008).
a. Perubahan Fisik
Perubahan fisik lansia menurut Maryam (2008)
Perubahan fisik lansia meliputi perubahan sel, jumlah berkurang, ukuran
membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan intraseluler menurun; kardiovaskuler,
kemampuan memompa darah menurun, elastisitas pembuluh darah menurun, serta
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat;
respirasi, elastisitas paru meningkat, kapasitas residu meningkat sehingga menarik
nafas lebih berat, kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada
bronkus; persarafan, saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya menurun serta
lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan
stress; muskuloskletal, cairan tubuh menurun sehingga mudah rapuh, bungkuk, kram,
tremor, persendian membesar dan menjadi kaku; gastrointestinal, asam lambung
ginjal mengecil, aliran darah keginjal menurun; vesika urinaria, otot-otot melemah,
retensi urin; vagina, selaput lender mongering, sekresi menurun; pendengaran,
gangguan pendengaran; penglihatan, lapang pandang menurun dan katarak; endokrin,
produksi hormone menurun; kulit, rambut memutih, kelenjar keringat menurun, kuku
keras dan rapuh; belajar dan memori, kemampuan belajar masih ada tapi relative
menurun.
b. Perubahan Sosial
Perubahan sosial lansia menurut Maryam (2008)
Perubahan sosial lansia yaitu; keluarga, kesendirian dan kehampaan; teman, ketika
lansia lainnya meninggal maka akan muncul perasaan kapan akan meninggal;
pensiun, kalau menjadi PNS aka nada tabungan (dana pensiun); ekonomi, kesempatan
untuk mendapatkan perekerjaan yang cocok bagi lansia dan income security; rekreasi,
untuk ketenangan batin; keamanan, jatuh terpeleset; agama, melakukan ibadah.
c. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis lansia menurut Maryam (2008).
Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi,
kesepian,takut kehilangan kebabasan, takut menghadapi kematiaan, perubahan
keinginan, depresi, dan kecemasan.
1.5. Pencegahan Penyakit
Menurut Maryam (2008), pencegahan (preventif) meliputi pencegahan primer,
1.5.1. Pencegahan Primer
Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat, tidak ada
penyakit, dan promosi kesehatan.
Jenis pelayanan pencegahan primer adalah sebagai berikut.
a. Program imunisasi, misalnya vaksin influenza.
b. Konseling, misalnya berhenti merokok dan minum beralkohol.
c. Dukungan nutrisi
d. Ecercise, misalnya senam
e. Keamanan di dalam dan sekitar rumah.
1.5.2 Pencegahan Sekunder
Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa
gejala, dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak secara klinis,
dan mengidap faktor resiko.
Jenis pelayanan pencegahan sekunder antara lain sebagai berikut.
a. Kontrol hipertensi
b. Deteksi dan pengobatan kanker
c. Papsmer, pemeriksaan rectal.
Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sesudah terdapat gejala penyakit
dan cacat, mencegah cacat bertambah dan ketergantungan, serta perawatan bertahap.
Jenis pelayanan pencegahan tersier adalah sebagai berikut; Mencegah
berkembangnya gejala dengan memfasilitasi rehabilitasi dan membatasi
ketidakmampuan akibat kondisi kronis, misalnya oesteoporosis atau inkontinensia
urin.
Berdasarkan penjelasan diatas, telah dijalaskan bahwa proses menua
merupakan proses terus-menerus/ berkelanjutan secara alamiah dan umumnya
dialami oleh semua makhluk hidup, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan
pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain. Kecepatan proses menua setiap individu
pada organ tubuh tidaklah sama. Salah satu cara yang dapat memperlambat proses
penuaan adalah dengan melakukan senam. Keikutsertaan lansia dalam kegiatan
senam adalah merupakan cara pencegahan primer yang dapat dilakukan untuk
memperlambat proses penuaan karena senam memiliki banyak manfaat.
2. SENAM LANSIA
2.1. Defenisi
Senam adalah gerakan badan dengan gerakan tertentu (kamus bahasa
Indonesia,1999). Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun (maryam, 2008). Jadi senam lansia adalah gerakan badan dengan gerakan
2..2. Manfaat Senam Lansia
Menurut Maryam (2008), manfaat melakukan senam secara teratur dan benar
dalamjangka waktu yang cukup adalah sebagai berikut:
a. Mempertahankan atau meningkatkan taraf kesegaran jasmani yang baik.
b. Memperlambat proses degenerasi karena perubahan usia.
c. Daya tahan tubuh meningkat.
d. Membentuk kondisi fisik (kekuatan otot, kelenturan, keseimbangan, ketahanan,
keluwesan, dan kecepatan).
e. Membentuk berbagai sikap kejiwaan ( membentuk keberanian, kepercayaan diri,
kesiapan diri, dan kesanggupan bekerja sama).
f. Meningkatkan kesehtan mental, mengurangi ketegangan dan sters.
g. Memupuk rasa tanggung jawab terhadap kesehatan diri sendri dan masyarakat.
h. Memberikan rangsangan bagi saraf-saraf yang lemah.
2.3. Prinsip-Prinsip Senam Lansia
Menurut Pujiastuti (2003), prinsip- prinsip senam adalah sebagai berikut:
a. Gerakan Pemanasan
Pemanasan bertujuan untuk memberi dorongan hasrat agar bersemangat,
memanaskan jaringan tubuh agar tidak kaku akibat lama tidak bergerak dan
meningkatkan denyut jantung, tekan darah, konsumsi oksigen, dilatasi pembuluh
darah. Gerakan dimulai dari bagian proksimal ked distal, tidak membebani sendi, dan
disertai peregangan.
b. Gerakan Inti
Gerakan inti sangat bergantung pada sasaran latihan yang diinginkan. lamanya
gerakan inti kurang lebih berlangsung 20-39 menit atau di sesuaikan dengan tujuan.
Gerakan inti bertujuan untuk meningkatkan kebugaran, meningkatkan kekuatan otot,
meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kelenturan sendi, dan meningkatkan
ketangkasan/keterampilan.
c. Gerakan Pendinginan
Gerakan pendinginan dapat menurunkan kerja jantung secara perlahan dan
keseluruhan proses metabolisme yang meningkat selama latihan. Keuntungan
pendinginan, yaitu mencegah penggumpalan darah dalam vena, mencegah kekakuan
dan nyeri otot.
2.4. Dosis latihan
Menurut Pujiastuti (2003), Secara umum dosis latihan dijabarkan sebagai
berikut.
a.. Frekuensi
Dilakukan tiga atau lima kali per minggu. Untuk meningkatkan kebugaran
jantung paru minimal harus berlatih tiga kali dalam seminggu.
Bagi pemula intensitas yang dianjurkan adalah 50-60% dari VO2 maks. Untuk
meningkatkan kebugaran jantung paru. American College Of Sports (ACSM)
menganjurkan latihan dengan intensitas 60-90% dari denyut jantung maksimal.
c. Durasi
Untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat bagi kebugaran jantung paru,
berlatih pada zona latihan selama 15-30 menit dan diakhiri dengan pendinginan
selama 5-10 menit.
d. Macam
Untuk mendapat kebugaran jasmani yang adekuat, jenis latihan harus
disesuaikan dengan manfaat yang diharapkan. Misalnya senam Tai Chi Chuan (TC)
adalah salah satu bentuk latihan fisik yang menggabungkan latihan pernafasan,
relaksasi, dan struktur gerakan yang pelan dan lamban yang mempunyai manfaat
tinggi bagi lansia.
2.5. Prinsip Program Latihan Fisik (Senam)
Menurut Maryam (2008), program latihan fisik (senam) mempunyai prisip
sebagai berikut.
a. Membantu tubuh agar tetap bergerak.
b. Menaikan kemampuan daya tahan tubuh.
c. Memberikan kontak psikologis dengan sesame sehingga tidak merasa terasing.
d. Mencegah terjadinya cedera.
2.6. Pakaian Senam
Menurut Pujiastuti (2003), pakaian yang digunakan sebaikanya
mempertimbangkan hal-hal berikut.
a. Tidak menghalangi gerakan (ketat/kendur).
b. Cukup ventilasi.
c. Mudah menyerap keringat,
d. Tampak rapi dalam penampilan.
e. Bahan katun murni.
f. Sepatu datar supaya tidak menghalangi peregangan betis.
3. FAKTOR-FAKTOR KEIKUTSERTAAN LANSIA DALAM
KEGIATAN SENAM
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena
perilaku merupakan resultasi dari berbagagi faktor, baik internal maupun eksternal
(lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu,
aspek fisik, psikis, dan sosial, Akan tetapi dari ke 3 asspek tersebut sulit untuk
dipastikan aspek mana yang paling mempengaruhi perilaku manusia.
Secara lebih terinci perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala
kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak minat, motivasi, presepsi, sikap
Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkapkan derminan perilaku
berangkat dari analisi faktor faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku
yang berhubungan dengan kesehatan antara lain teori Lawrence Green (1980).
3.1. Teori Lawrence Green
Lawrence Green mencoba mengenalisis perilaku manusia, ia mengatakan
bahwa kesehatan individu/masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu, faktor
perilaku dan faktor diluar perilaku (non-perilaku) (Noorkasiani, 2009). Selanjutnya
faktor perilaku itu sendiri ditentukan oleh tiga kelompok faktor, yakni :
3.1.1 Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor pencetus yang berfungsi untuk
memotivasi individu atau kelompok untuk melakukan tindakan yang terwujud
diataranya pengetahuan.
1. Pengetahuan
pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terhadap objek
terjadi melalui panca indra manusia yakni pengelihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas pengetahuan presepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoadmodjo, 2003).
Pada dasarnya seseorang menggunakan jasa pelayanan kesehatan dipengaruhi
seseorang untuk tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan didasari oleh pengetahuan
orang yang bersangkutan akan pengatahuan yang berhubungan dengan suatu program
maupun dengan pelayanan kesehatan tersebut. Sementara itu jumlah pengetahuan
yang ada pada setiap orang yang terbentuk dari seberapa jauh orang tersebut
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan masalah kesehatan (Tukiman, 1994).
Berdasrkan hasil penelitian Fratika (2013), pengatahuan berpengaruh terhadap
pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian Zuraidah (2006), tingkat pengetahuan lansia
tentang senam lansia adalah 56,9% yang dapat dikatagorikan dalam tingkat
pengetahuan cukup.
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu,
aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan mementukan sikap seseorang
semakin banyak aspek positf dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan
sikap makin positif terhadap objek tertentu (Wawan, 2011).
Semakin banyak informasi yang diterima oleh masyarakat tentang pelayanan
kesehatan semakin baik presepsi terhadap pelayanan kesehatan tersebut.
Pengetahuan individu tentang pentingnya untuk mempertahankan kesehatan
juga diperlukan agar individu memiliki presepsi yang positif terhadap pelayanan
kesehatan, sehingga seseorang mau memanfaatkan pelayanan kesehtan yang ada
3.1.2. Faktor Pendukung
Faktor-faktor yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak
tersedianya fasilitas atau sarana-saran kesehatan misalnya, puskesmas dan
sebagainya.
1. Fasilitas Kesehatan
Menurut UUD No.36 Tahun 2009 tentang kesehtan fasilitas kesehatan adalah
suatu alat dan /atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, maupun rehabilitatif yang dilakukan
oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan /atau masyarakat.
Sarana dan prasarana untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di kelompok
lanjut usia, dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang, antara lain; tempat kegiatan
(gedung, ruangan atau tempat terbuka); meja kursi; alat tulis; buku pencatatan (buku
register bantu); kit lanjut usia, yang berisi, timbangan dewasa, meteran pengukuran
tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboraturium sederhana, termometer;
kartu menuju sehat (KMS) lanjut usia; buku pedoman pemeliharaan kesehatan
(BPPK) lanjut usia.
2. Letak Pelayanan Kesehatan
Letak pelayanan kesehatan yang dimaksud disini adalah jarak ke tempat
pelayanan kesehatan. Jarak dalam hal ini diartikan secara fisik yakni berapa jauh
lokasi tempat tinggal dengan lokasi pelayanan dalam satuan kilometer. Pelayanan
kesehatan yang lokasinya terlalu jauh dari daerah tempat tinggal tentu tidak mudah
Semakin jauh jarak kelokasi fasilitas pelayanan kesehatan, maka semakin rendah
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Henniwati (2008), menunjukkan
bahwa jarak tempat tinggal lansia ke tempat pelayanan mempengaruhi lansia dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Semakin mudah pelayanan kesehatan untuk
dijangkau maka semakin sering lansia menggunakan pelayanan kesehatan tersebut
(Pertiwi, 2013).
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau
posyandu tanpa terus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan
daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi
posyandu ini berhubungan dengan keamanan atau kecelakaan bagi lansia. Jika lansia
merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus
menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat
mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu salah
satunya senam (Pertiwi, 2013).
3.1.3 Faktor Pendorong
Faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan prilaku petugas kesehtan
atau yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
1. Peran Petugas Kesetahan.
Petugas kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan
maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam upaya
kesehatan.
Menurtut WHO (1998) kader kesehatan adalah laki-laki atau wanita yang
dipilh oleh masyarakat dekat dengan tempat-tempat pemberi pelayanan kesehatan.
Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat, mau dan
mampu bekerja bersama dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan secara sukarela.
Kader posyandu lansia mempunyai peran yang penting karena merupakan
penyedia pelayanan kesehatan (health provider0 yang setiap bulannya bertugas di
posyandu membantu petugas kesehatan saat ada pelakasanaan kegiatan posyandu
lansia di wilayahnya (Departeman Kesehatan RI, 2006). Secara umum kader
posyandu lansia mempunyai tiga peran (role), yaitu 1) sebagai pelaksanan, 2) sebagai
pengelola dan 3) sekaligus dapat berperan sebagai penggunan posyandu lansia,
khususnya kader yang sudah memasuki lanjut usia (fallen dan budi Dwi K, 2010).
Peran anggota masyarakat (kader) adalah sebagai motivator atau penyuluh
kesehatan yang membantu para petugas kesehatan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang perilaku hidup sehat dan memotivasi mereka untuk melakukan
tindakan pencegahan penyakit dengan menggunakan sarana kesehatan yang ada
(Sarwono, 2004). Menurut WHO kader masyarakat merupakan salah satu unsur yang
memiliki peranan penting dalam pelayanan kesehatan di masyarakat. Menurut
Depkes RI, (2003) peran kader posyandu lansia, menyiapkan alat dan bahan,
melaksanakan pembagian tugas, menyiapkan materi/media penyuluhan, mendaftar
berpartisipasi dalam kegiatan kelompok usia lanjut, menggali dan menggalan sumber
daya termasuk pendanaan yang bersumber masyarakat, membuat catatan kegiatan
posyandu.
2. Peran Keluarga
Peran keluarga adalah tingkah laku yang dilakukan seseorang dalam kontek
keluarga. UU kesehatan No.23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan setiap orang
berkewajiban untuk ikut serta dalam meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan
perorangan, keluarga dan lingkungan.
Menurut Maryam (2008), dalam melakukan perawatan pada lansia, setiap
anggota keluarga memiliki peran yang sangat penting, ada beberapa hal yang dapat
dilakukan oleh anggota keluarga dalam melaksanakan peranannya terhadap lansia
yaitu, melakukan pemberian terarah, mempertahankan keluaraga, memberi kasih
sayang, menghormati dan menghargai, bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku
lansia, memberi dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan diluar rumah
termassuk pengembangan hobi, memberi dorongan untuk tetap hidup bersih dan
sehat.
Berdasarkan hasil penelitian Siswanu (2010), adanya hubungan antara faktor
dukungan keluarga dengan keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesehatan
lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator
lansia ke posyandu. Mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi tentang
faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam, untuk dapat mengidentifikasi hal
tersebut maka peneliti mencoba mengembangkan berdasarkan teori perilaku Green
(1980) yang mengatakan bahwa sesorang dipengaruhi oleh faktor predisposisi yang
terwujud diantaranya Pengetatahuan. Faktor pendukung yang terwujud dalam
lingkungan fasilitas kesehatan, letak pelayanan kesehatan. Faktor pendorong yaitu
dari orang-orang yang memepunyai pengaruh diantaranya dukungan petugas
kesehatan (kader) dan dukungan keluarga.
Skema 1. Kerangka konseptual Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan
Senam “ Berdasarkan Teori Perliaku Green (1980)”. Faktor-faktor keiutsertaan lansia dalam
kegiatan senam
1. Faktor Pengetahuan 2. Faktor Fasilitas Kesehatan
3. Faktor Letak Pelayanan Kesehatan 4. Faktor Peran Petugas Kesehatan (Kader) 5. Faktor Peran keluarga
2. DEFENISI OPERASIONAL
Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel penelitian
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur dan
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu
penelitian yang menggambarkan tentang hal yang mempengaruhi lansia mengikuti
senam. Hal ini dilakukan untuk melihat faktor–faktor keikutsertaan lansia dalam
kegiatan senam di kelompok lansia Mandiri kelurahan Rantau Laban Kecamatan
Rambutan Kota Tebing Tinggi.
2. POPULASI DAN SAMPEL
2.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua anggota kelompok lansia Mandiri
di Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi. Hasil survey
awal yang dilakukan oleh peneliti pada bulan oktober 2013, jumlah anggota
kelompok lansia mandiri berjumlah 118 orang .
2.2. Sampel
Sampel merupakn bagian dari populasi yang akan dilteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Penentuan
jumlah sampel dalam penelitioan ini mengacu pada rumusan Arikunto (2002), yaitu
untuk populasi lebih dari 100 orang maka ketentuan jumlah sampel diambil 10-15%
atau 20-25%. Sampel dalam penelitian ini berdasarkan ketentuan tersebut ditentukan
pengambilan sampel dengan menggunakan convenience sampling yaitu teknik
penarikan sampel yang dilakukan dengan mengambil responden yang tersedia pada
saat itu dan telah memenuhi kreteria sampel yang telah ditentukan terlebih dahulu
(Arikunto, 2002). Adapun sampel yang diambil harus memiliki kreteria inklusi.
a.Kriteria Inklusi
1. Merupakan anggota kelompok lansia Mandiri di Kelurahan Rantau Laban
Kecamatan Rambuatan Kota Tebing Tinggi
2. Bersedia menjadi resonden
3. Lansia yang dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan
4. Pernah mengikuti kegiatan senam lansia.
b.Kriteria Eksklusi
1. Lansia yang sakit fisik atau menggunakan alat bantu dalam beraktifitass
2. Lansia yang tidak pernah mengikuti senam yang diadakan oleh kelompok lansia
mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.
3. LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan
Kota Tebing Tinggi. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 8 maret samapai tanggal
22 maret 2014 di Kelompok lansia Mandiri kelurahan Rantau Laban Kecamatan
Rambutan Kota Tebing Tinggi. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah karena
tersedianya responden yang memadai dikelurahan ini. Kelompok lansia ini juga
lama berlangsung. Tempatnya juga tidak jauh dari tempat tinggal peneliti dan di
kelompok lansia ini juga belum pernah dilakukan penelitian tentang faktor-faktor
keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam.
4. PERTIMBANGAN ETIK
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung
dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatiakn (Hidayat, 2007).
Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian disetujui dan peneliti
mendapat persetujuan dari Komisi Etik Fakultas Keperawatan dan kelompok Lansia
di Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi. Etika
penelitian ini bertujuan untuk menjamin kerahasian identitas responden, melindungi
dan menghormati hak responden, dengan mengajukan surat pernyataan persetujuan
(informed consent). Sebelum menandatangani surat persetujuan, peneliti menjelaskan
judul penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan menjelaskan kepada
responden bahwa penelitian ini tidak akan membahayakan bagi responden. Penelitian
ini, dimana data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian
5. INSTRUMENT PENELITIAN
5.1. Kuesioner Penelitian
Untuk memperoleh data dari responden, peneliti menggunakan alat
pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner
terdiri atas dua bagian, bagian pertama berisi data demografi yang terdiri atas insial,
umur, jenis kelamin, pendidikan, rieayat pekerjaan dan riwayat penyakit.
Bagian kedua berisi 25 pertanyaan tertutup dalam bentuk pernyataan positif
dan pernyataan negatif tentang faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan
senam. Faktor ini dibagi masing masing 5 pernyataan, yaitu Faktor pengetahuan,
Faktor fasilitas kesehatan, Faktor letak pelayanan kesehatan, Faktor peran petugas
kesehatan (kader), Faktor peran keluarga. Faktor yaitu pengetahuan ada 5 pernyataan
(1 pernyataan negatif yaitu soal no 3 dan 4 pernyataan positif soal no1, 2, 4. 5 ),
faktor fasilitas kesehatan ada 5 pernyataan (5 pernyataan positif yaitu soal no 1, 2, 3,
4, 5 ), faktor letak pelayanan kesehatan 5 pernyataan (2 pernyataan positif yaitu soal
no 1, 2 dan 3 pernyataan negatif, soal no 3. 4. 5), faktor peran petugas kesehatan
(kader) 5 pernyataan (1 pernyataan negatif yaitu soal no 5 dan 4 pernyataan positif,
soal no 1, 2, 3, 4) dan faktor peran keluarga 5 pernyataan (1 pernyataan negatif yaitu
soal no 5 dan 4 pernyataan positif yaitu soal no 1, 2, 3, 4 ). Kuesioner faktor-faktor
yang mempengaruhi keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam ini menggunakan
skala Likert dengan jawaban SS (Sangat setuju), S (Setuju), RR (Ragu-ragu), TS
(Tidak Setuju), Sangat Tidak Setuju (STS). Bobot nilai yang diberikan bagi
pernyataan negatif diberi skor SS = 1, S = 2, RR = 3, TS = 4, STS = 5.
Masing-masing faktor memiliki 5 pernyataan, sehingga nilai yang tertinggi adalah 25 dan
nilai terendah adalah 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan lansia dalam
kegiatan senam dikatagorikan dengan berpengaruh dan tidak berpengaruh dengan
rumus statistik menurut Sudjana (2005).
Dimana P merupakan panjang kelas, rentang merupakan nilai tertinggi
dikurangi nilai terendah, dan banyak kelas adalah 3 (baik, cukup dan kurang).
Menggunakan rumus tersebut maka didapatkan .
P=25-5 :3
P = 6
Sehingga diperoleh nilai 5-11 faktor kurang, nilai 12-18 faktor cukup.dan
nilai 19-25 faktor baik.
5.2. Validitas Instrumen
Validitas instrument adalah suatu indeks yang menggunakan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuesioner tersebut. Pada penelitian ini peneliti melakukan uji validitas
instrument diuji kelayakannya oleh ahli dibidangnya dari Departeman Jiwa Daan
Komunitas Universitas Sumatera Utara. Uji validitas yang dilakukan adalah validitas
menguasai topik yang akan diteliti (Dempsey & Dempsey, 2002). Setelah Uji
validitas dilakukan dan dinyatakan valid oleh ahli maka dilanjutkan uji reliabilitas.
5.3. Reliabilitas instrument
Pada penelitian ini digunakan uji reliabilitas konsistensi internal karena
memiliki kelebihan yaitu pemberian instrument satu kali dengan satu bentuk
instrument kepada satu subjek studi ( Dempsey & Dempsey, 2002). Uji reliabilitas
pada penelitian ini akan dilakukan sebelum pengumpulan data terhadap 10 orang
responden yang memiliki kriteria sampel. Uji dilakukan setelah mengumpulkan data
kepada 10 responden yang bukan merupakan sampel penelitian tetapi memliki
kriteria sampel yang sama. Pada penelitian ini uji reliabiltas dilakukan dikelompok
lansia yang berbeda yaitu kelompok lansia Sejati di Puskesmas Pabatu yang
memperoleh hasil reliabilitas yaitu 0,728 yang dilakukan dengan menggunakan
cronbach’ alpha. Suatu kuesioner dikatan reliable apabila nilai alpha (α) lebih besar
atau sama dengan 0,70 (Arikunto, 2006). Jadi kuesioner yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini sudah reliable.
6. PENGUMPULAN DATA
Metode penggumpulan data yang digunakan adalah memberikan kuesioner
kepada responden. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin
pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan USU dan
surat izin penelitian dari kelurahan, kemudian mengantarkan surat tersebut ke
penggumpulan data peneliti menjelaskan waktu, tujuan, manfaat, dan prosedur
pelaksanaan penelitian kepada calon responden dan bersedia berpartisipasi, kemudian
responden diminta untuk mendatangani informed consent. Setelah mendapat
persetujuan dari responden maka pengumpulan data dimulai. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara melakukan wawancara setelah responden mengikuti senam.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendampingi responden selama 10-15
menit. Pada saat pengumpulan data peneliti meminta bantuan enumerator untuk
membantu dalam penelitian. Syarat menjadi enumerator yaitu yang presepsinya sama
dengan peneliti dan berprofesi sebagai tenaga kesehatan, yaitu seorang kader dan
seorang mahasiswa keperawatan semester 8. Peneliti memeriksa kembali kuesioner
tersebut apabila ada perrtanyaan yang belum terjawab peneliti kembali melakukan
wawancara kepada responden agar dapat terjawab. Setelah data terkumpul akan
dilakukan pengelolahan data dengan menggunakan komputerisasi.
7. ANALISIS DATA
Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan pengolahan data. Analisis
data yang dilakukan melalui beberapa tahap yang di mulai dengan editing untuk
memeriksa kelengkapan identitas data dan responden serta memastikanbahwa semua
jawaban telah diisi, dilanjutkan dengan memberi kode (coding) untuk memudahkan
peneliti dalam melakukan tabulasi data. Data yang dibersihkan kemudian dimasukkan
kedalam program komputerisasi (entri), setelah data dimasukkan ke dalam
dilakukan penyimpanan data untuk siap di analisa. Pengolahan data dilakukan
mengguakan teknik komputerisasi.
Pengolahan data demografi yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan dan
jenis kelamin. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan program yang
disesuaikan yaitu analisis data univariat. Analisis data dalam penelitian ini bersifat
deskriptif dengan melakukan pengukuran terhadap masing-masing jawaban
responden, lalu ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian dicari
besarnya persentase untuk masing-masing jawaban responden. Selanjutnya dengan
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai faktor-faktor keikutsertaan
lansia dalam kegiatan senam di kelompok lansia mandiri kelurahan Rantau Laban
Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi yang diperoleh melalui proses
pengumpulan data yang dilakukan mulai 8 maret sampai 22 maret di kelompok lansia
Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.
1.1 Karakteristik Responden
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden yang akan dipaparkan
umur, pendidikan terakhir, jenis kelamin, pekerjaan, suku, riwayat penyakit dan
konsumsi obat-obatan. Berdasarkan data yang diperoleh (table 2) menunjukan
mayoritas responden pralansia berumur 45-59 tahun (53,3%), pendidikan terakhir SD
(56,7%), jenis kelamin perempuan (93,4%), pekerjaan ibu rumah tangga (83,3%),
suku jawa (86,7%), tidak ada riwayat penyakit (100%), tidak ada mengkonsumsi obat
Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi (n=30).
Karakteristik Frekuensi Persentase
1.2 Deskripsi Faktor-Faktor Keikutsertaan Lansia Dalam kegiatan Senam
Dikelompok Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan
Kota Tebing Tinggi.
Deskripsi faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam meliputi
pengetahuan, fasilitas kesehatan, letak pelayanan kesehatan, peran petugas kesehatan
(kader), peran keluarga.
Tabel 3. Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam dikelompok
lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota
Tebing Tinggi (n=30)
Faktor-faktor keikutsertaan Baik Cukup Kurang
lansia dalam kegiatan senam n (%) n (%) n (%)
1. Pengetahuan
Table 4. Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Dikelompok
lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota
Tebing Tinggi Berdasarkan Aspek Pengetahuan (n=30)
Faktor-faktor SS S RR TS STS mempercepat pengeroposan
tulang
Berdasarkan faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam dikelompok
lansia dari aspek pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian faktor pengetahuan
diperoleh hasil sebanyak 28 (93,4%) lansia mengatakan bahwa manfaat senam adalah
daya tahan tubuh meningkat, sebanyak 28 (93,34%) lansia mengetahui senam
sebaiknya dilakukan selama 30-50 menit. Berdasarkan hasil penelitian mengenai
pengetahuan lansia mengenai senam lansia dipeoleh hasil sebanyak 27 (90%) lansia
lansia mengetahui urutan pertama dari senam adalah pemanasan, sebanyak 26
(86,7%) lansia mengetahui senam tidak dapat mempercepat pengeroposan tulang.
2. Fasilitas Kesehatan
Tabel 5. Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Dikelompok
Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota
Tebing Tinggi Berdasrkan Aspek Fasilitas Kesehatan (n=30)
Tabel 5. Lanjutan
Faktor-faktor SS S RR TS STS
keikutsertaan f (%) f (%) f (%) f (%) f (%)
Mengikuti senam karena 1 (3,3) 23 (76,7) 6 (20) - - setelah senam dapat
melakukan pemeriksaan kesehatan
Berdasarkan faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam dikelompok
lansia dari aspek fasilitas kesehatan. Berdasarkan hasil peneltian mengenai fasilitas
kesehatan diperoleh hasil sebanyak 25 (83,3%) lansia mau mengikuti senam jika
tempat nyaman bagi lansia, sebanyak 23 (76,7%) lansia mau mengikuti senam karena
dapat memeriksa kesehatan setelah mereka senam, sebanyak (70%) lansia mau
mengikuti senam karena setelah senam mereka dapat menimbang berat badan
mereka, sebanyak 19 (63,3%) lansia mau mengikuti senam karena setelah senam
mereka dapat memeriksa tekanan darah, dan sebanyak 18 (60%) lansia mau
3. Letak Pelayanan Kesehatan
Tabel 6. Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Dikelompok
Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota
Tabing Tinggi Berdasarkan Letak Pelayanan Kesehatan (n=30).
Faktor-faktor SS S RR TS STS
Berdasarkan faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam dikelompok
lansia dari aspek letak pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai
dari rumah mengikuti senam, sebanyak 24 (80%) lansia mengatakan kalau mengikuti
senam tidak banyak waktu mereka terbuang. Berdasarkan hasil penelitian mengenai
faktor letak pelayanan kesehatan sebanyak 21 (70%) lansia tidak merasakan keletihan
walaupun jarak tempat tinggal dengan tempat diselenggarakan senamnya jauh,
sebanyak 16 (53%) lansia mengatakan tidak mengeluarkan banyak biaya apabila
mengikuti senam, sebanyak 15 (50%) lansia mengatakan tempat tinggal mereka jauh
dari tempat diselenggarakannya senam.
4. Peran Petugas Kesehatan (kader)
Tabel 7. Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Dikelompok
Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota
Tebing Tinggi Berdasarkan Peran Petugas Kesehatan (kader) (n=30)
Faktor-faktor SS S RR TS STS
Keikutsertaan f (%) f (%) f (%) f (%) f (%)
Peran Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan 1 (3,3) 28 (93,3) 1 (3,3) - - memberikan informasi
mengenai manfaat senam
Petugas kesehatan 1 (3,3) 24 (80) 2 (6,7) 3 (10) - mengajak untuk
Tabel 7. Lanjutan
Faktor-faktor SS S RR TS STS
keikutsertaan f (%) f (%) f (%) f (%) f (%) Petugas kesehatan 1 (3,3) 24 (80) 2 (6,7) 3 (10) - memberikan motivasi
agar mengikuti senam
Petugas kesehatan - 25 (83,3) 5 (16,7) - - memberikan semangat
agar mengikuti senam
Petugas kesehatan 1 (3,3) 3 (10) 1 (3,3) 25 (83,3) - melarang untuk
mengikuti senam
Berdasarkan faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam dikelompok
lansia dari aspek peran petugas kesehatan (kader). Berdasarkan hasil penelitian
mengenai peran petugas kesehatan (kader) diperoleh hasil sebanyak 28 (93,4%) lansia
mendapat informasi dari kader mengenai manfaat senam lansia. Berdasarkan hasil
penelitian mengenai peran petugas kesehatan (kader) sebanyak 25 (83,3%) lansia
mendapat semangat dari kader untuk mengikuti senam, sebanyak 27 (90%) lansia
mengatakan bahwa tidak ada petugas kesehatan (kader) yang melarang mereka untuk
mengikuti senam, sebanyak 24 (80%) lansia mendapat ajakan dari petugas kesehatan
(kader) untuk mengikuti senam dan sebanyak 24 (80%) lansia mendapat motivasi dari
5. Peran Keluarga
Table 8. Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Dikelompok
Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota
Tebing Tinggi Berdasarkan Aspek Peran Keluarga (n=30)
Faktor-faktor yang SS S RR TS STS
Berdasarkan faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam dikelompok
lansia dari aspek peran keluarga. Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran
keluarga diperoleh hasil sebanyak 29 (96,7%) lansia mendapat semangat dari
bahwa tidak ada keluarga mereka yang tidak peduli dengan kegiatan yang mereka
ikuti, sebanyak 27 (90%) lansia mendapatkan motivasi dari keluarga untuk mengikuti
senam, sebanyak 26 (86,7%) lansia mengatakan bahwa keluarga mereka selalu
mengingatkan jadwal senam ketika mereka lupa, dan sebanyak 21 (70%) lansia
2. Pembahasan
Dalam bab ini diuraikan pembahasan tentang faktor-faktor keikutsertaan
lansia dalam kegiatan senam dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban
Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.
2.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terhadap objek
terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, penginderaan, penciuman,
rasa dan raba sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan
tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas pengetahuan presepsi teeerhadap
objek-objek. Sebagian besar pengethuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoadmodjo, 2003).
Pengetahuan individu tentang pentingnya untuk mempertahankan kesehatan
juga diperlukan agar individu memiliki presepsi yang positif terhadap pelayanan
kesehatan, sehingga seseorang mau meningkatkan pelayanan kesehatan yang ada
dengan optimal (Efendy. 1998).
Berdasarkan hasil penelitian dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau
Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi diperoleh hasil tentang senam
lansia mayoritas berpengetahuan baik yaitu sebanyak (90%), dan minoritas
berpengetahuan cukup sebanyak (10%). Hal ini berbanding terbalik dengan hasil
(56,6%), dan minoritas berpendidikan tidak sekolah sebanyak (3,3%). Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Fahrun (2009) yang menyatakan tidak adanya pengaruh
tingkat pendidikan terhadap kunjungan lansia ke posyandu lansia tersebut mungkin
saja terjadi karena pendidikan pada dasarnya tidak hanya dapat diperoleh dari bangku
sekolah (formal) tetapi juga lingkungan keluarga, masyarakat, dan dari media lainya
(majalah, berita dll).
Hasil yang sama juga dilaporkan dari hasil penelitian Sumiati (2013)
pengetahuan lansia tentang posyandu lansia mempengaruhi keaktifan lansia dalam
memanfaatakan posyandu lansia. Hasil penelitian Widyastuti (2012) yang
menyatakan semakin baik pengetahuan seseorang lansia mengenai senam lansia,
maka semakin aktif lansia mengikuti senam sehingga lansia tetap bugar dan harapan
hidup lansia semakin tinggi.
2.2. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan merupakan sarana dan prasarana yang digunakan dalam
kegiatan senam. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor fasilitas
kesehatan dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan
Kota Tebing Tinggi dalam kategori baik sebanyak (70%) dan katagori cukup (30%).
Hal ini disebabkan lansia yang mengikuti senam mengatakan tempat diselenggarakan
senamnya nyaman dan lansia dapat melakukan pemeriksaan kesehatan gratis.
Menurut lansia mereka mengikuti senam karena tempatnya nyaman, fasilitas yang
penelitian Novarinda (2012) yang menyatakan bahwa salah satu faktor ketidakaktifan
lansia untuk mengikuti senam adalah fasilitas senam yang diberikan kader kurang
mencukupi. Hasil penelitian Rifai (2004) juga menyatakan bahwa masyarakat
memperhatikan fasilitas kesehatan, sehingga fasilitas merupakan hal yang
berpengaruh terhadap keikutsertaan masyarakat.
2.3 Letak Pelayanan Kesehatan
Letak pelayanan kesehatan mengandung arti jarak yang harus ditempuh oleh
lansia dari tempat tinggalnya menuju tempat diselenggarakannya kegiatan senam.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa faktor letak pelayanan kesehatan dalam
kategori baik sebanyak (70%) dan dalam kategori cukup sebanyak (30%) terhadap
keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam dikelompok lansia Mandiri Kelurahan
Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi. Lansia berpendapat bahwa
mereka akan jarang mengikuti senam apabila tempat disenggarakannya kegiatan
senam dipindahkan dari lokasi yang jauh dari rumah mereka karena mereka akan
merasakan keletihan dan mengeluarkan biaya untuk transportasi. Hal ini disebabkan
mayoritas lansia berjalan kaki untuk mengikuti senam. Hal ini mungkin sejalan
dengan hasil penelitian mayoritas lansia yang mengikuti senam adalah berusia 45-54
tahun sebanyak (33,3%), dan minoritas usia lansia >70 tahun sebanyak (13,4%).
Secara individu memasuki usia tua maka terjadi penurunan secara ilmiah, hal ini
menimbulkan masalah fisik, mental, sosial berkaitan dengan kesehatan dan
kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
Temuan Junardi (2012) yang menyatakan jarak posyandu yang dekat akan
membuat lansia menjangkau posyandu. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah
untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah
lebih serius maka hal ini akan mendorong meninat dan motivasi lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu. Hasil yang sama juga dilaporkan dari hasil penelitian
Henniwati (2008) yang menyatakan bahwa jarak tempat tinggal lansia ke tempat
pelayanan mempengaruhi lansia dalam memanfatkan pelayanan kesehatan. Hal yang
sama juga dikatakan Pertiwi (2013) yang menyatakan bahwa semakin mudah
pelayanan ksehatan untuk dijangkau maka semakin sering lansia menggunakan
pelayanan kesehatan tersebut. Hasil yang sama juga dilaporkan dari hasil penelitian
Sumati (2012) yang menyatakan bahwa kemampuan lansia dalam mengakses
pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh jarak rumah dengan posyandu lansia yaitu
semakin dekat jarak rumah dengan posyandu maka semakin aktif memanfaatkan
posyandu lansia.
2.4. Peran Petugas Kesehatan (kader)
Peran petugas kesehatan (kader) posyandu lansia mempunyai peran yang
penting karena merupakan penyedia kesehatan (healt provider) yang setiap bulannya
bertugas diposyandu membantu petugas kesehatan saat pelaksaan kegiatan posyandu
lansia di wilayahnya (Departeman Kesehatan RI, 2006). Secara umum kader
pengelola dan 3) sekaligus dapat berperan sebagai pengguna posyandu lansia
khususnya kader yang sudah memasuki usia lanjut usia (Valen dkk, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa faktor peran petugas kesehatan (kader)
dalam kategori baik sebanyak (83,3%) dan dalam kategori cukup (16,7%) terhadap
keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam di kelompok lansia Mandiri Kelurahan
Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi. Hal ini disebabkan karena
petugas kesehatan (kader) menjalankan tugasnya sebagai motivator dan penyuluh
kesehatan yang membatu para petugas kesehatan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang perilaku kehidupan sehat dan memotivasi mereka untuk
melakukan tindakan pencegahan penyakit dengan menggunakan sarana yang ada.
Hal ini sesuai dengan hasil peneltian Maria (2008) yang menyatakan bahwa
dukungan kader mempengaruhi keaktifan kunjungan lansia ke posyandu. Hal yang
sama juga dilaporkan hasil penelitian Comancho dkk (2009) tentang perbedaan status
sosial ekonomi dan karakteristik institusional dalam pelayanan umum tindakan
preventif bagi lansia di Costa Rica yang menyatakan bahwa kebijakan kesehatan
berpengaruh terhadap peningkatan status kesehatan lansia melalui upaya perawatan
kesehtan primer secara professional.
2.5. Peran Keluarga
Peran keluarga adalah tingkah laku yang dilakukan seseorang dalam konteks
keluarga. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa faktor peran keluarga dalam