• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fakor-faktor Yang Mempengaruhi Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam di Kelompok Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Fakor-faktor Yang Mempengaruhi Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam di Kelompok Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR KEIKUSERTAAN LANSIA DALAM KEGIATAN

SENAM DI KELOMPOK LANSIA MANDIRI KELURAHAN RANTAU LABAN KECAMATAN RAMBUTAN

KOTA TEBING TINGGI

SKRIPSI

OLEH

LILI PRATIWI 101101010

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis persembahkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis menyelesaikan skripsi

penelitian dengan judul “Fakor-faktor Yang Mempengaruhi Keikutsertaan Lansia

Dalam Kegiatan Senam Di Kelompok Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban

Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi”, yang merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan Progaram Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses

menyelesaikan skripsi ini, sebagai berikut;

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai pembantu Dekan I Fakutas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ismayadi, S.Kep. Ns, M.Kes, CWCCA selaku dosen pembimbing skripsi

penulis yang selalu sabar untuk membimbing, memberikan saran dan perbaikan

berharga juga mengarahkan penulis dalam proses penulisan skripsi.

4. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep.Ns, M.Kep. sebagai dosen penguji I dan Ibu Evi

Karota Bukit S.Kp, MNS sebagai dosen penguji II yang dengan teliti memberikan

(4)

4. Bapak Lurah Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi

yang telah memberikan saya izin untuk melakukan survey awal.

6. Bapak Ketua Kelompok Lansia Mandiri Kelurahan Rantau laban

KecamatanRambutan Kota Tebing Tinggi yang telah memebrikan informasi

mengenai senam lansia di kelompok tersebut yang akan digunakan untuk

kepintingan skripsi ini.

7. Teristimewa kepada Ayahanda Muliyono dan ibunda S.F.Masyitah tercinta.

Terima kasih tiada tara penulis persembahkan untuk doa yang tiada hentinya,

dukungan moril maupun materil, nasehat, kasih sayang, cinta dan perhatian, dan

pengorbanan serta motivasi yang tulus untuk kelancaran penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Adik-adik tersayang Diba Sari Putri dan Ira Syafira yang selalu mendoakan dan

member dukungan kepeda penulis.

9. Sahabat-sahabat tercinta yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya yang

selalu memberikan support dan semangat yang tiada habisnya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman sejawat dan seperjuangan KBK 2010 yang selalu memberikan

bantuan, motivasi, partisipasi, dan saran-saran kepda penulis dalam

menyelesaikan proposal penelitian ini.

Semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat dan karunianya pada semua

(5)

bermanfaat demi kemajuan ilmu pengatahuan di dunia kesehatan khususnya di dunia

keperawatan

Medan, juli 2014

Penulis

(6)
(7)

2.2 Manfaat Senam Lansia. ... 13

2.3 Prinsip Senam Lansia. ... 14

2.4 Dosis Lantihan.. ... 15

2.5 Prinsip Program Latihan Fisik (senam... ... 15

2.6 Pakaian Senam... 16

BAB 4. METODOLOGI PENELTIAN ... 26

(8)

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 35

1. Hasil Penelitian………. 35

2. Pembahasan……….. 46

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN……….... 53

1. Kesimpulan……….. 53

2. Saran……… 54

Daftar Pustaka………... 56

Lampiran-Lampiran

1. Inform Consent

2. Jadwal Tentatif Penelitian 3. Taksasi Dana Penelitian 4. Instrument Penelitian 5. Surat Izin Penelitian

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Defenisi Operasional………..24

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Responden (n=30)

………36

Tabel 3 Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Di Kelompok

Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota

Tebing Tinggi (n=30)……….37

Tabel 4 Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Di Kelompok

Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota

Tebing Tinggi Berdasarkan Aspek Pengetahuan

(n=30)………38

Tabel 5 Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Di Kelompok

Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota

Tebing Tinggi Berdasarkan Aspek Fasilitas Kesehatan

(n=30)………..39

Tabel 6 Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Di Kelompok

Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota

Tebing Tinggi Berdasarkan Aspek Letak Pelayanan Kesehatan

(n=30)……….41

Tabel 7 Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Di Kelompok

(11)

Tebing Tinggi Berdasarkan Aspek Peran Petugas Kesehatan (kader)

(n=30)……….42

Tabel 8 Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Di Kelompok

Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota

Tebing Tinggi Berdasarkan Aspek Peran Keluarga

(12)

Judul : Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Di Kelompok Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.

Nama Mahasiswa : Lili Pratiwi

NIM : 101101010

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

Meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia juga akan menimbulkan berbagai masalah seperti masalah kesehatan, untuk mengatasi masalah terserbut pemerintah membuat program kegiatan kelompok lansia yang salah satu kegiatannya adalah senam lansia yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam dikelompok lansia Mandiri. Penelitian ini mengunakan desain penelitian deskriptif dan dilaksanakan mulai tanggal 8 maret sampai 22 maret 2014 dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi. Metode pengambilan sampel adalah convenience sampling yaitu lansia yang ada pada saat itu, dengan jumlah populasi 118 dan sampel 30 orang. Hasil penelitian 5 faktor yaitu faktor pengetahuan tentang keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam diperoleh hasil pengetahuan lansia dalam kategori baik (90%) dan kategori cukup (10%), faktor fasilitas kesehatan dalam kategori baik (70%) dan dalam kategori cukup (30%), faktor letak pelayanan kesehatan dalam kategori baik (70%) dan dalam kategori cukup (30%), faktor peran petugas kesehatan dalam kategori baik (83,3%) dan kategori cukup (16,7%) dan peran keluarga dalam kategori baik (73,3%) dan kategori cukup (26,7%). Kesimpulan kelima faktor dalam kategori baik dan cukup tidak ada faktor dalam kategori kurang. Persentase tertinggi adalah faktor pengetahuan yaitu sebanyak (90%). Saran bagi peneliti selanjutnya untuk melihat faktor yang mempengaruhi keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam.

Abstrak

(13)

Title :Factors of the Elderly Participationin Gymnastics Activities in Mandiri Elderly Community in Village of Rantau Laban District of Rambutan Town of Tebing Tinggi

Student Name : Lili Pratiwi Student Number : 101101010

Department : Bachelor of Nursing (S.Kep)

Year : 2014

Abstract

The increasing number of the elderly population will also cause various problems such as health problem to overcome that problem the government makes an activity program for elderly community with some activities, one of which is the elderly gymnastics which is aimed to increase the health degree of the elderly. The purpose of this research is to identify factors of the elderly participation in gymnastic activities in Mandiri elderly community. This research uses descriptive research design and is conducted from March 8th until March 22nd 2014 in Mandiri Elderly Community in Village of Rantau Laban District of Rambutan Town of Tebing Tinggi. Its sampling method is convenience sampling, that is the existing elderly at the time, with the number of population 118 and sample 30 persons. The result of research on 5 factors is; for factor of knowledge about participation of elderly in the gymnastic activity it is obtained that the knowledge of the elderly is in good category (90%) and moderate category (10%), for factor of the health facilities is in good category (70%) and moderate category (30%), for factor of health service setting is in good category (70%) and moderate category (30%), for factor of the health workers role is in good category (83,3%) and moderate category (16,7%), and the role is in good category (73,3%) and moderate category (26,7%). The conclusion of those five factors is in good and moderate category, no factors in bad category. The highest percentage is factor of knowledge, that is (90%). An advice for the next researcher is to find the factors that influence the participation of elderly in gymnastics activities.

(14)

Judul : Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Di Kelompok Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.

Nama Mahasiswa : Lili Pratiwi

NIM : 101101010

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

Meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia juga akan menimbulkan berbagai masalah seperti masalah kesehatan, untuk mengatasi masalah terserbut pemerintah membuat program kegiatan kelompok lansia yang salah satu kegiatannya adalah senam lansia yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam dikelompok lansia Mandiri. Penelitian ini mengunakan desain penelitian deskriptif dan dilaksanakan mulai tanggal 8 maret sampai 22 maret 2014 dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi. Metode pengambilan sampel adalah convenience sampling yaitu lansia yang ada pada saat itu, dengan jumlah populasi 118 dan sampel 30 orang. Hasil penelitian 5 faktor yaitu faktor pengetahuan tentang keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam diperoleh hasil pengetahuan lansia dalam kategori baik (90%) dan kategori cukup (10%), faktor fasilitas kesehatan dalam kategori baik (70%) dan dalam kategori cukup (30%), faktor letak pelayanan kesehatan dalam kategori baik (70%) dan dalam kategori cukup (30%), faktor peran petugas kesehatan dalam kategori baik (83,3%) dan kategori cukup (16,7%) dan peran keluarga dalam kategori baik (73,3%) dan kategori cukup (26,7%). Kesimpulan kelima faktor dalam kategori baik dan cukup tidak ada faktor dalam kategori kurang. Persentase tertinggi adalah faktor pengetahuan yaitu sebanyak (90%). Saran bagi peneliti selanjutnya untuk melihat faktor yang mempengaruhi keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam.

Abstrak

(15)

Title :Factors of the Elderly Participationin Gymnastics Activities in Mandiri Elderly Community in Village of Rantau Laban District of Rambutan Town of Tebing Tinggi

Student Name : Lili Pratiwi Student Number : 101101010

Department : Bachelor of Nursing (S.Kep)

Year : 2014

Abstract

The increasing number of the elderly population will also cause various problems such as health problem to overcome that problem the government makes an activity program for elderly community with some activities, one of which is the elderly gymnastics which is aimed to increase the health degree of the elderly. The purpose of this research is to identify factors of the elderly participation in gymnastic activities in Mandiri elderly community. This research uses descriptive research design and is conducted from March 8th until March 22nd 2014 in Mandiri Elderly Community in Village of Rantau Laban District of Rambutan Town of Tebing Tinggi. Its sampling method is convenience sampling, that is the existing elderly at the time, with the number of population 118 and sample 30 persons. The result of research on 5 factors is; for factor of knowledge about participation of elderly in the gymnastic activity it is obtained that the knowledge of the elderly is in good category (90%) and moderate category (10%), for factor of the health facilities is in good category (70%) and moderate category (30%), for factor of health service setting is in good category (70%) and moderate category (30%), for factor of the health workers role is in good category (83,3%) and moderate category (16,7%), and the role is in good category (73,3%) and moderate category (26,7%). The conclusion of those five factors is in good and moderate category, no factors in bad category. The highest percentage is factor of knowledge, that is (90%). An advice for the next researcher is to find the factors that influence the participation of elderly in gymnastics activities.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Keberhasilan pemerintah dalam Pembangunan Nasional, bisa dikatakan

berhasil dan mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang. Keberhasilan tersebut

dapat dilihat dengan adanya kemajuan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi,

terutama dalam bidang medis, ilmu kedokteran dan keperawatan. Hal tersebut dapat

dibuktikan dengan adanya peningkatan umur harapan hidup, yang berarti bertambah

pula populasi lanjut usia (lansia) (Widyastuti, 2013).

Sejak tahun 1950, penduduk lansia Amerika yang berusia 65 tahun ke atas

telah bertambah dua kali, dan penduduk lansia yang lemah berusia 85 tahun ke atas

telah bertambah lebih dari empat kali lipat. Tahun 2002 penduduk usia lanjut di

seluruh dunia diperkiran sebanyak 426 juta, jumlah ini akan terus meningkat hampir

dua kali lipat pada tahun 2025 yaitu sekitar 828 juta jiwa (Notoatmodjo, 2007).

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan jumlah penduduk lanjut usia diatas

60 tahun di provinsi sumatera utara mengalami peningkatan dari sebesar 554.765 juta

(4,65%) pada tahun 2005 meningkat menjadi sebesar 765.822 jiwa (5,9%) pada tahun

2010. Sementara menurut Badan Pusat Statistik Kota medan berdasarkan sensus

penduduk 2010 jumlah penduduk lanjut usia di Kota mencapai 117.216 orang (5,9%)

yang meningkat jumlahnya dari tahun 2005 sebesar 77.837 orang (3,85%).

(17)

kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Usia

lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan. Sedangkan

menurut pasal 1 ayat (2),(3),(4) UU No.13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan

bahwa usia lanjut adalah seseorang yang mencapai usia lebih dari 60 tahun( Maryam,

2008). Secara individu, memasuki tua berarti terjadi proses penuaan secara ilmiah,

hal ini menimbulkan masalah fisik, mental, sosial,berkaitan dengan kesehatan dan

kesejahteraan mereka, sehingga menyebabkan kebutuhan terhadap pelayanan

kesehatan ( Notoatmodjo, 2007).

Upaya- upaya untuk mempertahankan kesehatan pada lansia dapat dilakuakan

degan berbagai cara; preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Salain itu upaya yang

dilakukan adalah dengan cara promotif, yaitu dengan cara peningkatan kesehatan

pada lansia yang salah satunya dapat dilakukan dengan olah raga atau senam secara

teratur (Ekasari dkk, 2005).

Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta

terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud

meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut (dalam

Agustina, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian Agustina (2010) tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan praktik senam lansia dipanti werda (PSTW), bahwa sebanyak 70

responden menunjukkan jenis kelamin yang paling banyak perempuan sebesar 65,7%,

rata-rata berusia 74 tahun, rata-rata tidak berpendidikan sebesar 42%, dukungan

(18)

51,4%, memiliki pengetahuan cukup baik sebesar 48,6% dan memiliki sikap positif

sebesar 61,4%, yang rutin mengikuti senam sebesar 38,6%, dan yang tidak rutin

mengikuti senam 61,4%.

Berdasarkan hasil tersebut faktor sikap yang berhubungan dengan praktik

senam lansia. Hasil penelitian Lestari (2011), faktor yang berpengaruh terhadap

keaktifan kunjungan lansia ke posyandu yaitu umur, tidak bekerja, sikap yang baik,

fasilitas yang baik, pelayanan kader dan petugas kesehatan yang baik, peran keluarga

yang baik, faktor yang tidak berpengaruh yaitu tingkat pendidikan, kondisi sosial

ekonomi, pengatahuan, akses, peran sosial lansia.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di kelompok lansia mandri

Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi, diperoleh

informasi dari ketua kelompok lansia mandiri menyebutkan bahwa senam lansia

dilakukan setiap hari sabtu pukul 7.30-9.00 WIB. Hasil wawancara yang dilakukan

pada ketua kelompok lansia ini, kelompok lansia ini merupakan kelompok terbaik di

kota ini, kelompok lansia ini juga pernah memenangkan perlombaan kelompok lansia

tingkat propinsi dan di nasional menjadi pemenang favorit. Senam lansia pada

kelompok ini juga sudah lama berlangsung sejak januari 2010 sampai saat ini. Hasil

wawancara kepada beberapa anggota kelompok lansia mandiri, ketidakaktifan lansia

dalam mengikuti senam karena kondisi kesehatan, faktor ekonomi, sehingga lansia

(19)

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik meneliti “faktor-faktor

keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam di kelompok lansia mandiri Kelurahan

Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi”.

2. PERTANYAAN PENELITIAN

Bagaimana faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam

dikelompok lansia mandiri Kelurahan Raban Laban Kecamatan Rambutan Kota

Tebing Tinggi?

3. TUJUAN PENELITIAN 3.1. Tujuan

Mengidentifikasi faktor-faktor keikusertaan lansia dalam kegiatan senam

dikelompok lansia mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan

Kota Tebing Tinggi

3.2. Tujuan Khusus

3.2.1. Mengidentifikasi faktor pengetahuan dalam keikutsertaan lansia dalam

kegiatan senam dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban

Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.

3.2.1. Mengidentifikasi faktor fasilitas kesehatan dalam keikutsertaan lansia

dalam kegiatan senam dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau

(20)

3.2.1. Mengidentifikasi faktor letak pelayanan kesehatan dalam keikutsertaan

lansia dalam kegiatan senam dikelompok lansia Mandiri Kelurahan

Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.

3.2.1. Mengidentifikasi faktor peran petugas kesehatan (kader) dalam

keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam dikelompok lansia Mandiri

Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.

3.2.1. Mengidentifikasi faktor peran keluarga dalam keikutsertaan lansia

dalam kegiatan senam dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau

Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.

4. MANFAAT PENELITIAN 4.1. Bagi Kelompok Lansia

Memberikan masukan dan informasi secara objektif mengenai faktor-faktor

lansia dalam mengikuti kegiatan senam lansia sehingga dapat meninggkatkan

keberhasilan kegiatan senam lansia.

4.2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan.

a. Memberikan informasi khususnya kepada perawat gerontik mengenai faktor-faktor keikutsertaan lansia dengan senam lansia.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan

(21)

4.3. Bagi Peneliti

Menambah wawasan mengenai faktor-faktor lansia dalam mengikuti kegiatan senam lansia sebagai usaha peningkatan kesehatan lansia.

4.4 Bagi Keluarga

Menambah wawasan bagi keluarga yang memiliki lansia dan juga

memberikan informasi kepada keluarga mengenai faktor-faktor keikutsertaan

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. LANSIA 1.1. Defenisi Lansia

Usia Lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia (Keliat, 1999 dalam Maryam, 2008). Menurut pasal 1 ayat (2),

(3), (4) UU No 13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah

seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Sedangkan menurut Potter &

Perry (2005), masa dewasa tua (lansia) di mulai setelah pensiun, biasanya antara usia

61 dan 75 tahun.

1.2. Klasifikasi Lansia

Lima klasifikasi pada lansia (Maryam, 2008).

a. Pralansia (presenilis)

Seseorang yang berusia 45-59 tahun.

b. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c. Lansia resiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau

(23)

d. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan kegiatan dan/ atau kegiatan yang dapat

menghasilkan barang/jasa.

e. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada

bantuan orang lain.

1.3. Karakteristik Lansia

Menurut Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut.

a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13

tentang kesehatan).

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dan

kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga

kondisi maladaptif.

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

1.4. Perubahan Akibat Proses Menua

Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan

fungsi normalnya sehingga mudah untuk terinfeksi serta memperbaiki kerusakan

(24)

suatu proses perubahan di mana kepekaan bertambah atau batas kemampuan

beradaptasi menjadi berkurang yang sering dikenal dengan geriatric giant, di mana

lansia akan mengalami 13 i, yaitu imobilisasi; instabilitas (mudah jatuh);

intelektualitas terganggu (demensia); isolasi (depresi); inkontinensia; impotensi;

imunodifisiensi; infeksi mudah terjadi; impaksi (konstipasi); iatrogenesis (kesalahan

diagnosis); insomnia; impairment of (gangguan pada); penglihatan, pendengaran,

pengecapan, penciuman, komunikasi, dan integritas kulit, inaniation (malnutrisi)

(Darmojo, 2004 dalam Maryam, 2008). Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi

perubahan fisik, sosial, dan psikologis (Maryam, 2008).

a. Perubahan Fisik

Perubahan fisik lansia menurut Maryam (2008)

Perubahan fisik lansia meliputi perubahan sel, jumlah berkurang, ukuran

membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan intraseluler menurun; kardiovaskuler,

kemampuan memompa darah menurun, elastisitas pembuluh darah menurun, serta

meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat;

respirasi, elastisitas paru meningkat, kapasitas residu meningkat sehingga menarik

nafas lebih berat, kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada

bronkus; persarafan, saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya menurun serta

lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan

stress; muskuloskletal, cairan tubuh menurun sehingga mudah rapuh, bungkuk, kram,

tremor, persendian membesar dan menjadi kaku; gastrointestinal, asam lambung

(25)

ginjal mengecil, aliran darah keginjal menurun; vesika urinaria, otot-otot melemah,

retensi urin; vagina, selaput lender mongering, sekresi menurun; pendengaran,

gangguan pendengaran; penglihatan, lapang pandang menurun dan katarak; endokrin,

produksi hormone menurun; kulit, rambut memutih, kelenjar keringat menurun, kuku

keras dan rapuh; belajar dan memori, kemampuan belajar masih ada tapi relative

menurun.

b. Perubahan Sosial

Perubahan sosial lansia menurut Maryam (2008)

Perubahan sosial lansia yaitu; keluarga, kesendirian dan kehampaan; teman, ketika

lansia lainnya meninggal maka akan muncul perasaan kapan akan meninggal;

pensiun, kalau menjadi PNS aka nada tabungan (dana pensiun); ekonomi, kesempatan

untuk mendapatkan perekerjaan yang cocok bagi lansia dan income security; rekreasi,

untuk ketenangan batin; keamanan, jatuh terpeleset; agama, melakukan ibadah.

c. Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis lansia menurut Maryam (2008).

Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi,

kesepian,takut kehilangan kebabasan, takut menghadapi kematiaan, perubahan

keinginan, depresi, dan kecemasan.

1.5. Pencegahan Penyakit

Menurut Maryam (2008), pencegahan (preventif) meliputi pencegahan primer,

(26)

1.5.1. Pencegahan Primer

Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat, tidak ada

penyakit, dan promosi kesehatan.

Jenis pelayanan pencegahan primer adalah sebagai berikut.

a. Program imunisasi, misalnya vaksin influenza.

b. Konseling, misalnya berhenti merokok dan minum beralkohol.

c. Dukungan nutrisi

d. Ecercise, misalnya senam

e. Keamanan di dalam dan sekitar rumah.

1.5.2 Pencegahan Sekunder

Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa

gejala, dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak secara klinis,

dan mengidap faktor resiko.

Jenis pelayanan pencegahan sekunder antara lain sebagai berikut.

a. Kontrol hipertensi

b. Deteksi dan pengobatan kanker

c. Papsmer, pemeriksaan rectal.

(27)

Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sesudah terdapat gejala penyakit

dan cacat, mencegah cacat bertambah dan ketergantungan, serta perawatan bertahap.

Jenis pelayanan pencegahan tersier adalah sebagai berikut; Mencegah

berkembangnya gejala dengan memfasilitasi rehabilitasi dan membatasi

ketidakmampuan akibat kondisi kronis, misalnya oesteoporosis atau inkontinensia

urin.

Berdasarkan penjelasan diatas, telah dijalaskan bahwa proses menua

merupakan proses terus-menerus/ berkelanjutan secara alamiah dan umumnya

dialami oleh semua makhluk hidup, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan

pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain. Kecepatan proses menua setiap individu

pada organ tubuh tidaklah sama. Salah satu cara yang dapat memperlambat proses

penuaan adalah dengan melakukan senam. Keikutsertaan lansia dalam kegiatan

senam adalah merupakan cara pencegahan primer yang dapat dilakukan untuk

memperlambat proses penuaan karena senam memiliki banyak manfaat.

2. SENAM LANSIA

2.1. Defenisi

Senam adalah gerakan badan dengan gerakan tertentu (kamus bahasa

Indonesia,1999). Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60

tahun (maryam, 2008). Jadi senam lansia adalah gerakan badan dengan gerakan

(28)

2..2. Manfaat Senam Lansia

Menurut Maryam (2008), manfaat melakukan senam secara teratur dan benar

dalamjangka waktu yang cukup adalah sebagai berikut:

a. Mempertahankan atau meningkatkan taraf kesegaran jasmani yang baik.

b. Memperlambat proses degenerasi karena perubahan usia.

c. Daya tahan tubuh meningkat.

d. Membentuk kondisi fisik (kekuatan otot, kelenturan, keseimbangan, ketahanan,

keluwesan, dan kecepatan).

e. Membentuk berbagai sikap kejiwaan ( membentuk keberanian, kepercayaan diri,

kesiapan diri, dan kesanggupan bekerja sama).

f. Meningkatkan kesehtan mental, mengurangi ketegangan dan sters.

g. Memupuk rasa tanggung jawab terhadap kesehatan diri sendri dan masyarakat.

h. Memberikan rangsangan bagi saraf-saraf yang lemah.

2.3. Prinsip-Prinsip Senam Lansia

Menurut Pujiastuti (2003), prinsip- prinsip senam adalah sebagai berikut:

a. Gerakan Pemanasan

Pemanasan bertujuan untuk memberi dorongan hasrat agar bersemangat,

memanaskan jaringan tubuh agar tidak kaku akibat lama tidak bergerak dan

(29)

meningkatkan denyut jantung, tekan darah, konsumsi oksigen, dilatasi pembuluh

darah. Gerakan dimulai dari bagian proksimal ked distal, tidak membebani sendi, dan

disertai peregangan.

b. Gerakan Inti

Gerakan inti sangat bergantung pada sasaran latihan yang diinginkan. lamanya

gerakan inti kurang lebih berlangsung 20-39 menit atau di sesuaikan dengan tujuan.

Gerakan inti bertujuan untuk meningkatkan kebugaran, meningkatkan kekuatan otot,

meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kelenturan sendi, dan meningkatkan

ketangkasan/keterampilan.

c. Gerakan Pendinginan

Gerakan pendinginan dapat menurunkan kerja jantung secara perlahan dan

keseluruhan proses metabolisme yang meningkat selama latihan. Keuntungan

pendinginan, yaitu mencegah penggumpalan darah dalam vena, mencegah kekakuan

dan nyeri otot.

2.4. Dosis latihan

Menurut Pujiastuti (2003), Secara umum dosis latihan dijabarkan sebagai

berikut.

a.. Frekuensi

Dilakukan tiga atau lima kali per minggu. Untuk meningkatkan kebugaran

jantung paru minimal harus berlatih tiga kali dalam seminggu.

(30)

Bagi pemula intensitas yang dianjurkan adalah 50-60% dari VO2 maks. Untuk

meningkatkan kebugaran jantung paru. American College Of Sports (ACSM)

menganjurkan latihan dengan intensitas 60-90% dari denyut jantung maksimal.

c. Durasi

Untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat bagi kebugaran jantung paru,

berlatih pada zona latihan selama 15-30 menit dan diakhiri dengan pendinginan

selama 5-10 menit.

d. Macam

Untuk mendapat kebugaran jasmani yang adekuat, jenis latihan harus

disesuaikan dengan manfaat yang diharapkan. Misalnya senam Tai Chi Chuan (TC)

adalah salah satu bentuk latihan fisik yang menggabungkan latihan pernafasan,

relaksasi, dan struktur gerakan yang pelan dan lamban yang mempunyai manfaat

tinggi bagi lansia.

2.5. Prinsip Program Latihan Fisik (Senam)

Menurut Maryam (2008), program latihan fisik (senam) mempunyai prisip

sebagai berikut.

a. Membantu tubuh agar tetap bergerak.

b. Menaikan kemampuan daya tahan tubuh.

c. Memberikan kontak psikologis dengan sesame sehingga tidak merasa terasing.

d. Mencegah terjadinya cedera.

(31)

2.6. Pakaian Senam

Menurut Pujiastuti (2003), pakaian yang digunakan sebaikanya

mempertimbangkan hal-hal berikut.

a. Tidak menghalangi gerakan (ketat/kendur).

b. Cukup ventilasi.

c. Mudah menyerap keringat,

d. Tampak rapi dalam penampilan.

e. Bahan katun murni.

f. Sepatu datar supaya tidak menghalangi peregangan betis.

3. FAKTOR-FAKTOR KEIKUTSERTAAN LANSIA DALAM

KEGIATAN SENAM

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena

perilaku merupakan resultasi dari berbagagi faktor, baik internal maupun eksternal

(lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu,

aspek fisik, psikis, dan sosial, Akan tetapi dari ke 3 asspek tersebut sulit untuk

dipastikan aspek mana yang paling mempengaruhi perilaku manusia.

Secara lebih terinci perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala

kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak minat, motivasi, presepsi, sikap

(32)

Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkapkan derminan perilaku

berangkat dari analisi faktor faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku

yang berhubungan dengan kesehatan antara lain teori Lawrence Green (1980).

3.1. Teori Lawrence Green

Lawrence Green mencoba mengenalisis perilaku manusia, ia mengatakan

bahwa kesehatan individu/masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu, faktor

perilaku dan faktor diluar perilaku (non-perilaku) (Noorkasiani, 2009). Selanjutnya

faktor perilaku itu sendiri ditentukan oleh tiga kelompok faktor, yakni :

3.1.1 Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi merupakan faktor pencetus yang berfungsi untuk

memotivasi individu atau kelompok untuk melakukan tindakan yang terwujud

diataranya pengetahuan.

1. Pengetahuan

pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terhadap objek

terjadi melalui panca indra manusia yakni pengelihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas pengetahuan presepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoadmodjo, 2003).

Pada dasarnya seseorang menggunakan jasa pelayanan kesehatan dipengaruhi

(33)

seseorang untuk tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan didasari oleh pengetahuan

orang yang bersangkutan akan pengatahuan yang berhubungan dengan suatu program

maupun dengan pelayanan kesehatan tersebut. Sementara itu jumlah pengetahuan

yang ada pada setiap orang yang terbentuk dari seberapa jauh orang tersebut

mendapatkan informasi yang berkaitan dengan masalah kesehatan (Tukiman, 1994).

Berdasrkan hasil penelitian Fratika (2013), pengatahuan berpengaruh terhadap

pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian Zuraidah (2006), tingkat pengetahuan lansia

tentang senam lansia adalah 56,9% yang dapat dikatagorikan dalam tingkat

pengetahuan cukup.

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu,

aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan mementukan sikap seseorang

semakin banyak aspek positf dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan

sikap makin positif terhadap objek tertentu (Wawan, 2011).

Semakin banyak informasi yang diterima oleh masyarakat tentang pelayanan

kesehatan semakin baik presepsi terhadap pelayanan kesehatan tersebut.

Pengetahuan individu tentang pentingnya untuk mempertahankan kesehatan

juga diperlukan agar individu memiliki presepsi yang positif terhadap pelayanan

kesehatan, sehingga seseorang mau memanfaatkan pelayanan kesehtan yang ada

(34)

3.1.2. Faktor Pendukung

Faktor-faktor yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak

tersedianya fasilitas atau sarana-saran kesehatan misalnya, puskesmas dan

sebagainya.

1. Fasilitas Kesehatan

Menurut UUD No.36 Tahun 2009 tentang kesehtan fasilitas kesehatan adalah

suatu alat dan /atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya

pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, maupun rehabilitatif yang dilakukan

oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan /atau masyarakat.

Sarana dan prasarana untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di kelompok

lanjut usia, dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang, antara lain; tempat kegiatan

(gedung, ruangan atau tempat terbuka); meja kursi; alat tulis; buku pencatatan (buku

register bantu); kit lanjut usia, yang berisi, timbangan dewasa, meteran pengukuran

tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboraturium sederhana, termometer;

kartu menuju sehat (KMS) lanjut usia; buku pedoman pemeliharaan kesehatan

(BPPK) lanjut usia.

2. Letak Pelayanan Kesehatan

Letak pelayanan kesehatan yang dimaksud disini adalah jarak ke tempat

pelayanan kesehatan. Jarak dalam hal ini diartikan secara fisik yakni berapa jauh

lokasi tempat tinggal dengan lokasi pelayanan dalam satuan kilometer. Pelayanan

kesehatan yang lokasinya terlalu jauh dari daerah tempat tinggal tentu tidak mudah

(35)

Semakin jauh jarak kelokasi fasilitas pelayanan kesehatan, maka semakin rendah

pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Henniwati (2008), menunjukkan

bahwa jarak tempat tinggal lansia ke tempat pelayanan mempengaruhi lansia dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Semakin mudah pelayanan kesehatan untuk

dijangkau maka semakin sering lansia menggunakan pelayanan kesehatan tersebut

(Pertiwi, 2013).

Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau

posyandu tanpa terus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan

daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi

posyandu ini berhubungan dengan keamanan atau kecelakaan bagi lansia. Jika lansia

merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus

menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat

mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu salah

satunya senam (Pertiwi, 2013).

3.1.3 Faktor Pendorong

Faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan prilaku petugas kesehtan

atau yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

1. Peran Petugas Kesetahan.

Petugas kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan

(36)

maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam upaya

kesehatan.

Menurtut WHO (1998) kader kesehatan adalah laki-laki atau wanita yang

dipilh oleh masyarakat dekat dengan tempat-tempat pemberi pelayanan kesehatan.

Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat, mau dan

mampu bekerja bersama dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan secara sukarela.

Kader posyandu lansia mempunyai peran yang penting karena merupakan

penyedia pelayanan kesehatan (health provider0 yang setiap bulannya bertugas di

posyandu membantu petugas kesehatan saat ada pelakasanaan kegiatan posyandu

lansia di wilayahnya (Departeman Kesehatan RI, 2006). Secara umum kader

posyandu lansia mempunyai tiga peran (role), yaitu 1) sebagai pelaksanan, 2) sebagai

pengelola dan 3) sekaligus dapat berperan sebagai penggunan posyandu lansia,

khususnya kader yang sudah memasuki lanjut usia (fallen dan budi Dwi K, 2010).

Peran anggota masyarakat (kader) adalah sebagai motivator atau penyuluh

kesehatan yang membantu para petugas kesehatan untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat tentang perilaku hidup sehat dan memotivasi mereka untuk melakukan

tindakan pencegahan penyakit dengan menggunakan sarana kesehatan yang ada

(Sarwono, 2004). Menurut WHO kader masyarakat merupakan salah satu unsur yang

memiliki peranan penting dalam pelayanan kesehatan di masyarakat. Menurut

Depkes RI, (2003) peran kader posyandu lansia, menyiapkan alat dan bahan,

melaksanakan pembagian tugas, menyiapkan materi/media penyuluhan, mendaftar

(37)

berpartisipasi dalam kegiatan kelompok usia lanjut, menggali dan menggalan sumber

daya termasuk pendanaan yang bersumber masyarakat, membuat catatan kegiatan

posyandu.

2. Peran Keluarga

Peran keluarga adalah tingkah laku yang dilakukan seseorang dalam kontek

keluarga. UU kesehatan No.23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan setiap orang

berkewajiban untuk ikut serta dalam meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan

perorangan, keluarga dan lingkungan.

Menurut Maryam (2008), dalam melakukan perawatan pada lansia, setiap

anggota keluarga memiliki peran yang sangat penting, ada beberapa hal yang dapat

dilakukan oleh anggota keluarga dalam melaksanakan peranannya terhadap lansia

yaitu, melakukan pemberian terarah, mempertahankan keluaraga, memberi kasih

sayang, menghormati dan menghargai, bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku

lansia, memberi dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan diluar rumah

termassuk pengembangan hobi, memberi dorongan untuk tetap hidup bersih dan

sehat.

Berdasarkan hasil penelitian Siswanu (2010), adanya hubungan antara faktor

dukungan keluarga dengan keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam.

Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesehatan

lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator

(38)

lansia ke posyandu. Mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha

(39)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi tentang

faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam, untuk dapat mengidentifikasi hal

tersebut maka peneliti mencoba mengembangkan berdasarkan teori perilaku Green

(1980) yang mengatakan bahwa sesorang dipengaruhi oleh faktor predisposisi yang

terwujud diantaranya Pengetatahuan. Faktor pendukung yang terwujud dalam

lingkungan fasilitas kesehatan, letak pelayanan kesehatan. Faktor pendorong yaitu

dari orang-orang yang memepunyai pengaruh diantaranya dukungan petugas

kesehatan (kader) dan dukungan keluarga.

Skema 1. Kerangka konseptual Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan

Senam “ Berdasarkan Teori Perliaku Green (1980)”. Faktor-faktor keiutsertaan lansia dalam

kegiatan senam

1. Faktor Pengetahuan 2. Faktor Fasilitas Kesehatan

3. Faktor Letak Pelayanan Kesehatan 4. Faktor Peran Petugas Kesehatan (Kader) 5. Faktor Peran keluarga

(40)

2. DEFENISI OPERASIONAL

Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel penelitian

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur dan

(41)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu

penelitian yang menggambarkan tentang hal yang mempengaruhi lansia mengikuti

senam. Hal ini dilakukan untuk melihat faktor–faktor keikutsertaan lansia dalam

kegiatan senam di kelompok lansia Mandiri kelurahan Rantau Laban Kecamatan

Rambutan Kota Tebing Tinggi.

2. POPULASI DAN SAMPEL

2.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua anggota kelompok lansia Mandiri

di Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi. Hasil survey

awal yang dilakukan oleh peneliti pada bulan oktober 2013, jumlah anggota

kelompok lansia mandiri berjumlah 118 orang .

2.2. Sampel

Sampel merupakn bagian dari populasi yang akan dilteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Penentuan

jumlah sampel dalam penelitioan ini mengacu pada rumusan Arikunto (2002), yaitu

untuk populasi lebih dari 100 orang maka ketentuan jumlah sampel diambil 10-15%

atau 20-25%. Sampel dalam penelitian ini berdasarkan ketentuan tersebut ditentukan

(42)

pengambilan sampel dengan menggunakan convenience sampling yaitu teknik

penarikan sampel yang dilakukan dengan mengambil responden yang tersedia pada

saat itu dan telah memenuhi kreteria sampel yang telah ditentukan terlebih dahulu

(Arikunto, 2002). Adapun sampel yang diambil harus memiliki kreteria inklusi.

a.Kriteria Inklusi

1. Merupakan anggota kelompok lansia Mandiri di Kelurahan Rantau Laban

Kecamatan Rambuatan Kota Tebing Tinggi

2. Bersedia menjadi resonden

3. Lansia yang dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan

4. Pernah mengikuti kegiatan senam lansia.

b.Kriteria Eksklusi

1. Lansia yang sakit fisik atau menggunakan alat bantu dalam beraktifitass

2. Lansia yang tidak pernah mengikuti senam yang diadakan oleh kelompok lansia

mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.

3. LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan

Kota Tebing Tinggi. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 8 maret samapai tanggal

22 maret 2014 di Kelompok lansia Mandiri kelurahan Rantau Laban Kecamatan

Rambutan Kota Tebing Tinggi. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah karena

tersedianya responden yang memadai dikelurahan ini. Kelompok lansia ini juga

(43)

lama berlangsung. Tempatnya juga tidak jauh dari tempat tinggal peneliti dan di

kelompok lansia ini juga belum pernah dilakukan penelitian tentang faktor-faktor

keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam.

4. PERTIMBANGAN ETIK

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung

dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatiakn (Hidayat, 2007).

Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian disetujui dan peneliti

mendapat persetujuan dari Komisi Etik Fakultas Keperawatan dan kelompok Lansia

di Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi. Etika

penelitian ini bertujuan untuk menjamin kerahasian identitas responden, melindungi

dan menghormati hak responden, dengan mengajukan surat pernyataan persetujuan

(informed consent). Sebelum menandatangani surat persetujuan, peneliti menjelaskan

judul penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan menjelaskan kepada

responden bahwa penelitian ini tidak akan membahayakan bagi responden. Penelitian

ini, dimana data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian

(44)

5. INSTRUMENT PENELITIAN

5.1. Kuesioner Penelitian

Untuk memperoleh data dari responden, peneliti menggunakan alat

pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner

terdiri atas dua bagian, bagian pertama berisi data demografi yang terdiri atas insial,

umur, jenis kelamin, pendidikan, rieayat pekerjaan dan riwayat penyakit.

Bagian kedua berisi 25 pertanyaan tertutup dalam bentuk pernyataan positif

dan pernyataan negatif tentang faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan

senam. Faktor ini dibagi masing masing 5 pernyataan, yaitu Faktor pengetahuan,

Faktor fasilitas kesehatan, Faktor letak pelayanan kesehatan, Faktor peran petugas

kesehatan (kader), Faktor peran keluarga. Faktor yaitu pengetahuan ada 5 pernyataan

(1 pernyataan negatif yaitu soal no 3 dan 4 pernyataan positif soal no1, 2, 4. 5 ),

faktor fasilitas kesehatan ada 5 pernyataan (5 pernyataan positif yaitu soal no 1, 2, 3,

4, 5 ), faktor letak pelayanan kesehatan 5 pernyataan (2 pernyataan positif yaitu soal

no 1, 2 dan 3 pernyataan negatif, soal no 3. 4. 5), faktor peran petugas kesehatan

(kader) 5 pernyataan (1 pernyataan negatif yaitu soal no 5 dan 4 pernyataan positif,

soal no 1, 2, 3, 4) dan faktor peran keluarga 5 pernyataan (1 pernyataan negatif yaitu

soal no 5 dan 4 pernyataan positif yaitu soal no 1, 2, 3, 4 ). Kuesioner faktor-faktor

yang mempengaruhi keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam ini menggunakan

skala Likert dengan jawaban SS (Sangat setuju), S (Setuju), RR (Ragu-ragu), TS

(Tidak Setuju), Sangat Tidak Setuju (STS). Bobot nilai yang diberikan bagi

(45)

pernyataan negatif diberi skor SS = 1, S = 2, RR = 3, TS = 4, STS = 5.

Masing-masing faktor memiliki 5 pernyataan, sehingga nilai yang tertinggi adalah 25 dan

nilai terendah adalah 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan lansia dalam

kegiatan senam dikatagorikan dengan berpengaruh dan tidak berpengaruh dengan

rumus statistik menurut Sudjana (2005).

Dimana P merupakan panjang kelas, rentang merupakan nilai tertinggi

dikurangi nilai terendah, dan banyak kelas adalah 3 (baik, cukup dan kurang).

Menggunakan rumus tersebut maka didapatkan .

P=25-5 :3

P = 6

Sehingga diperoleh nilai 5-11 faktor kurang, nilai 12-18 faktor cukup.dan

nilai 19-25 faktor baik.

5.2. Validitas Instrumen

Validitas instrument adalah suatu indeks yang menggunakan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika

pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur

oleh kuesioner tersebut. Pada penelitian ini peneliti melakukan uji validitas

instrument diuji kelayakannya oleh ahli dibidangnya dari Departeman Jiwa Daan

Komunitas Universitas Sumatera Utara. Uji validitas yang dilakukan adalah validitas

(46)

menguasai topik yang akan diteliti (Dempsey & Dempsey, 2002). Setelah Uji

validitas dilakukan dan dinyatakan valid oleh ahli maka dilanjutkan uji reliabilitas.

5.3. Reliabilitas instrument

Pada penelitian ini digunakan uji reliabilitas konsistensi internal karena

memiliki kelebihan yaitu pemberian instrument satu kali dengan satu bentuk

instrument kepada satu subjek studi ( Dempsey & Dempsey, 2002). Uji reliabilitas

pada penelitian ini akan dilakukan sebelum pengumpulan data terhadap 10 orang

responden yang memiliki kriteria sampel. Uji dilakukan setelah mengumpulkan data

kepada 10 responden yang bukan merupakan sampel penelitian tetapi memliki

kriteria sampel yang sama. Pada penelitian ini uji reliabiltas dilakukan dikelompok

lansia yang berbeda yaitu kelompok lansia Sejati di Puskesmas Pabatu yang

memperoleh hasil reliabilitas yaitu 0,728 yang dilakukan dengan menggunakan

cronbach’ alpha. Suatu kuesioner dikatan reliable apabila nilai alpha (α) lebih besar

atau sama dengan 0,70 (Arikunto, 2006). Jadi kuesioner yang digunakan peneliti

dalam penelitian ini sudah reliable.

6. PENGUMPULAN DATA

Metode penggumpulan data yang digunakan adalah memberikan kuesioner

kepada responden. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin

pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan USU dan

surat izin penelitian dari kelurahan, kemudian mengantarkan surat tersebut ke

(47)

penggumpulan data peneliti menjelaskan waktu, tujuan, manfaat, dan prosedur

pelaksanaan penelitian kepada calon responden dan bersedia berpartisipasi, kemudian

responden diminta untuk mendatangani informed consent. Setelah mendapat

persetujuan dari responden maka pengumpulan data dimulai. Pengumpulan data

dilakukan dengan cara melakukan wawancara setelah responden mengikuti senam.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendampingi responden selama 10-15

menit. Pada saat pengumpulan data peneliti meminta bantuan enumerator untuk

membantu dalam penelitian. Syarat menjadi enumerator yaitu yang presepsinya sama

dengan peneliti dan berprofesi sebagai tenaga kesehatan, yaitu seorang kader dan

seorang mahasiswa keperawatan semester 8. Peneliti memeriksa kembali kuesioner

tersebut apabila ada perrtanyaan yang belum terjawab peneliti kembali melakukan

wawancara kepada responden agar dapat terjawab. Setelah data terkumpul akan

dilakukan pengelolahan data dengan menggunakan komputerisasi.

7. ANALISIS DATA

Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan pengolahan data. Analisis

data yang dilakukan melalui beberapa tahap yang di mulai dengan editing untuk

memeriksa kelengkapan identitas data dan responden serta memastikanbahwa semua

jawaban telah diisi, dilanjutkan dengan memberi kode (coding) untuk memudahkan

peneliti dalam melakukan tabulasi data. Data yang dibersihkan kemudian dimasukkan

kedalam program komputerisasi (entri), setelah data dimasukkan ke dalam

(48)

dilakukan penyimpanan data untuk siap di analisa. Pengolahan data dilakukan

mengguakan teknik komputerisasi.

Pengolahan data demografi yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan dan

jenis kelamin. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan program yang

disesuaikan yaitu analisis data univariat. Analisis data dalam penelitian ini bersifat

deskriptif dengan melakukan pengukuran terhadap masing-masing jawaban

responden, lalu ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian dicari

besarnya persentase untuk masing-masing jawaban responden. Selanjutnya dengan

(49)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai faktor-faktor keikutsertaan

lansia dalam kegiatan senam di kelompok lansia mandiri kelurahan Rantau Laban

Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi yang diperoleh melalui proses

pengumpulan data yang dilakukan mulai 8 maret sampai 22 maret di kelompok lansia

Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.

1.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden yang akan dipaparkan

umur, pendidikan terakhir, jenis kelamin, pekerjaan, suku, riwayat penyakit dan

konsumsi obat-obatan. Berdasarkan data yang diperoleh (table 2) menunjukan

mayoritas responden pralansia berumur 45-59 tahun (53,3%), pendidikan terakhir SD

(56,7%), jenis kelamin perempuan (93,4%), pekerjaan ibu rumah tangga (83,3%),

suku jawa (86,7%), tidak ada riwayat penyakit (100%), tidak ada mengkonsumsi obat

(50)

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi (n=30).

Karakteristik Frekuensi Persentase

(51)

1.2 Deskripsi Faktor-Faktor Keikutsertaan Lansia Dalam kegiatan Senam

Dikelompok Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan

Kota Tebing Tinggi.

Deskripsi faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam meliputi

pengetahuan, fasilitas kesehatan, letak pelayanan kesehatan, peran petugas kesehatan

(kader), peran keluarga.

Tabel 3. Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam dikelompok

lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota

Tebing Tinggi (n=30)

Faktor-faktor keikutsertaan Baik Cukup Kurang

lansia dalam kegiatan senam n (%) n (%) n (%)

(52)

1. Pengetahuan

Table 4. Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Dikelompok

lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota

Tebing Tinggi Berdasarkan Aspek Pengetahuan (n=30)

Faktor-faktor SS S RR TS STS mempercepat pengeroposan

tulang

Berdasarkan faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam dikelompok

lansia dari aspek pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian faktor pengetahuan

diperoleh hasil sebanyak 28 (93,4%) lansia mengatakan bahwa manfaat senam adalah

daya tahan tubuh meningkat, sebanyak 28 (93,34%) lansia mengetahui senam

sebaiknya dilakukan selama 30-50 menit. Berdasarkan hasil penelitian mengenai

pengetahuan lansia mengenai senam lansia dipeoleh hasil sebanyak 27 (90%) lansia

(53)

lansia mengetahui urutan pertama dari senam adalah pemanasan, sebanyak 26

(86,7%) lansia mengetahui senam tidak dapat mempercepat pengeroposan tulang.

2. Fasilitas Kesehatan

Tabel 5. Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Dikelompok

Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota

Tebing Tinggi Berdasrkan Aspek Fasilitas Kesehatan (n=30)

(54)

Tabel 5. Lanjutan

Faktor-faktor SS S RR TS STS

keikutsertaan f (%) f (%) f (%) f (%) f (%)

Mengikuti senam karena 1 (3,3) 23 (76,7) 6 (20) - - setelah senam dapat

melakukan pemeriksaan kesehatan

Berdasarkan faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam dikelompok

lansia dari aspek fasilitas kesehatan. Berdasarkan hasil peneltian mengenai fasilitas

kesehatan diperoleh hasil sebanyak 25 (83,3%) lansia mau mengikuti senam jika

tempat nyaman bagi lansia, sebanyak 23 (76,7%) lansia mau mengikuti senam karena

dapat memeriksa kesehatan setelah mereka senam, sebanyak (70%) lansia mau

mengikuti senam karena setelah senam mereka dapat menimbang berat badan

mereka, sebanyak 19 (63,3%) lansia mau mengikuti senam karena setelah senam

mereka dapat memeriksa tekanan darah, dan sebanyak 18 (60%) lansia mau

(55)

3. Letak Pelayanan Kesehatan

Tabel 6. Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Dikelompok

Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota

Tabing Tinggi Berdasarkan Letak Pelayanan Kesehatan (n=30).

Faktor-faktor SS S RR TS STS

Berdasarkan faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam dikelompok

lansia dari aspek letak pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai

(56)

dari rumah mengikuti senam, sebanyak 24 (80%) lansia mengatakan kalau mengikuti

senam tidak banyak waktu mereka terbuang. Berdasarkan hasil penelitian mengenai

faktor letak pelayanan kesehatan sebanyak 21 (70%) lansia tidak merasakan keletihan

walaupun jarak tempat tinggal dengan tempat diselenggarakan senamnya jauh,

sebanyak 16 (53%) lansia mengatakan tidak mengeluarkan banyak biaya apabila

mengikuti senam, sebanyak 15 (50%) lansia mengatakan tempat tinggal mereka jauh

dari tempat diselenggarakannya senam.

4. Peran Petugas Kesehatan (kader)

Tabel 7. Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Dikelompok

Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota

Tebing Tinggi Berdasarkan Peran Petugas Kesehatan (kader) (n=30)

Faktor-faktor SS S RR TS STS

Keikutsertaan f (%) f (%) f (%) f (%) f (%)

Peran Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan 1 (3,3) 28 (93,3) 1 (3,3) - - memberikan informasi

mengenai manfaat senam

Petugas kesehatan 1 (3,3) 24 (80) 2 (6,7) 3 (10) - mengajak untuk

(57)

Tabel 7. Lanjutan

Faktor-faktor SS S RR TS STS

keikutsertaan f (%) f (%) f (%) f (%) f (%) Petugas kesehatan 1 (3,3) 24 (80) 2 (6,7) 3 (10) - memberikan motivasi

agar mengikuti senam

Petugas kesehatan - 25 (83,3) 5 (16,7) - - memberikan semangat

agar mengikuti senam

Petugas kesehatan 1 (3,3) 3 (10) 1 (3,3) 25 (83,3) - melarang untuk

mengikuti senam

Berdasarkan faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam dikelompok

lansia dari aspek peran petugas kesehatan (kader). Berdasarkan hasil penelitian

mengenai peran petugas kesehatan (kader) diperoleh hasil sebanyak 28 (93,4%) lansia

mendapat informasi dari kader mengenai manfaat senam lansia. Berdasarkan hasil

penelitian mengenai peran petugas kesehatan (kader) sebanyak 25 (83,3%) lansia

mendapat semangat dari kader untuk mengikuti senam, sebanyak 27 (90%) lansia

mengatakan bahwa tidak ada petugas kesehatan (kader) yang melarang mereka untuk

mengikuti senam, sebanyak 24 (80%) lansia mendapat ajakan dari petugas kesehatan

(kader) untuk mengikuti senam dan sebanyak 24 (80%) lansia mendapat motivasi dari

(58)

5. Peran Keluarga

Table 8. Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam Dikelompok

Lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota

Tebing Tinggi Berdasarkan Aspek Peran Keluarga (n=30)

Faktor-faktor yang SS S RR TS STS

Berdasarkan faktor-faktor keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam dikelompok

lansia dari aspek peran keluarga. Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran

keluarga diperoleh hasil sebanyak 29 (96,7%) lansia mendapat semangat dari

(59)

bahwa tidak ada keluarga mereka yang tidak peduli dengan kegiatan yang mereka

ikuti, sebanyak 27 (90%) lansia mendapatkan motivasi dari keluarga untuk mengikuti

senam, sebanyak 26 (86,7%) lansia mengatakan bahwa keluarga mereka selalu

mengingatkan jadwal senam ketika mereka lupa, dan sebanyak 21 (70%) lansia

(60)

2. Pembahasan

Dalam bab ini diuraikan pembahasan tentang faktor-faktor keikutsertaan

lansia dalam kegiatan senam dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban

Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.

2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terhadap objek

terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, penginderaan, penciuman,

rasa dan raba sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan

tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas pengetahuan presepsi teeerhadap

objek-objek. Sebagian besar pengethuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoadmodjo, 2003).

Pengetahuan individu tentang pentingnya untuk mempertahankan kesehatan

juga diperlukan agar individu memiliki presepsi yang positif terhadap pelayanan

kesehatan, sehingga seseorang mau meningkatkan pelayanan kesehatan yang ada

dengan optimal (Efendy. 1998).

Berdasarkan hasil penelitian dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau

Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi diperoleh hasil tentang senam

lansia mayoritas berpengetahuan baik yaitu sebanyak (90%), dan minoritas

berpengetahuan cukup sebanyak (10%). Hal ini berbanding terbalik dengan hasil

(61)

(56,6%), dan minoritas berpendidikan tidak sekolah sebanyak (3,3%). Hal ini sejalan

dengan hasil penelitian Fahrun (2009) yang menyatakan tidak adanya pengaruh

tingkat pendidikan terhadap kunjungan lansia ke posyandu lansia tersebut mungkin

saja terjadi karena pendidikan pada dasarnya tidak hanya dapat diperoleh dari bangku

sekolah (formal) tetapi juga lingkungan keluarga, masyarakat, dan dari media lainya

(majalah, berita dll).

Hasil yang sama juga dilaporkan dari hasil penelitian Sumiati (2013)

pengetahuan lansia tentang posyandu lansia mempengaruhi keaktifan lansia dalam

memanfaatakan posyandu lansia. Hasil penelitian Widyastuti (2012) yang

menyatakan semakin baik pengetahuan seseorang lansia mengenai senam lansia,

maka semakin aktif lansia mengikuti senam sehingga lansia tetap bugar dan harapan

hidup lansia semakin tinggi.

2.2. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan merupakan sarana dan prasarana yang digunakan dalam

kegiatan senam. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor fasilitas

kesehatan dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan

Kota Tebing Tinggi dalam kategori baik sebanyak (70%) dan katagori cukup (30%).

Hal ini disebabkan lansia yang mengikuti senam mengatakan tempat diselenggarakan

senamnya nyaman dan lansia dapat melakukan pemeriksaan kesehatan gratis.

Menurut lansia mereka mengikuti senam karena tempatnya nyaman, fasilitas yang

(62)

penelitian Novarinda (2012) yang menyatakan bahwa salah satu faktor ketidakaktifan

lansia untuk mengikuti senam adalah fasilitas senam yang diberikan kader kurang

mencukupi. Hasil penelitian Rifai (2004) juga menyatakan bahwa masyarakat

memperhatikan fasilitas kesehatan, sehingga fasilitas merupakan hal yang

berpengaruh terhadap keikutsertaan masyarakat.

2.3 Letak Pelayanan Kesehatan

Letak pelayanan kesehatan mengandung arti jarak yang harus ditempuh oleh

lansia dari tempat tinggalnya menuju tempat diselenggarakannya kegiatan senam.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa faktor letak pelayanan kesehatan dalam

kategori baik sebanyak (70%) dan dalam kategori cukup sebanyak (30%) terhadap

keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam dikelompok lansia Mandiri Kelurahan

Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi. Lansia berpendapat bahwa

mereka akan jarang mengikuti senam apabila tempat disenggarakannya kegiatan

senam dipindahkan dari lokasi yang jauh dari rumah mereka karena mereka akan

merasakan keletihan dan mengeluarkan biaya untuk transportasi. Hal ini disebabkan

mayoritas lansia berjalan kaki untuk mengikuti senam. Hal ini mungkin sejalan

dengan hasil penelitian mayoritas lansia yang mengikuti senam adalah berusia 45-54

tahun sebanyak (33,3%), dan minoritas usia lansia >70 tahun sebanyak (13,4%).

Secara individu memasuki usia tua maka terjadi penurunan secara ilmiah, hal ini

menimbulkan masalah fisik, mental, sosial berkaitan dengan kesehatan dan

(63)

kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Temuan Junardi (2012) yang menyatakan jarak posyandu yang dekat akan

membuat lansia menjangkau posyandu. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah

untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah

lebih serius maka hal ini akan mendorong meninat dan motivasi lansia untuk

mengikuti kegiatan posyandu. Hasil yang sama juga dilaporkan dari hasil penelitian

Henniwati (2008) yang menyatakan bahwa jarak tempat tinggal lansia ke tempat

pelayanan mempengaruhi lansia dalam memanfatkan pelayanan kesehatan. Hal yang

sama juga dikatakan Pertiwi (2013) yang menyatakan bahwa semakin mudah

pelayanan ksehatan untuk dijangkau maka semakin sering lansia menggunakan

pelayanan kesehatan tersebut. Hasil yang sama juga dilaporkan dari hasil penelitian

Sumati (2012) yang menyatakan bahwa kemampuan lansia dalam mengakses

pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh jarak rumah dengan posyandu lansia yaitu

semakin dekat jarak rumah dengan posyandu maka semakin aktif memanfaatkan

posyandu lansia.

2.4. Peran Petugas Kesehatan (kader)

Peran petugas kesehatan (kader) posyandu lansia mempunyai peran yang

penting karena merupakan penyedia kesehatan (healt provider) yang setiap bulannya

bertugas diposyandu membantu petugas kesehatan saat pelaksaan kegiatan posyandu

lansia di wilayahnya (Departeman Kesehatan RI, 2006). Secara umum kader

(64)

pengelola dan 3) sekaligus dapat berperan sebagai pengguna posyandu lansia

khususnya kader yang sudah memasuki usia lanjut usia (Valen dkk, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa faktor peran petugas kesehatan (kader)

dalam kategori baik sebanyak (83,3%) dan dalam kategori cukup (16,7%) terhadap

keikutsertaan lansia dalam kegiatan senam di kelompok lansia Mandiri Kelurahan

Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi. Hal ini disebabkan karena

petugas kesehatan (kader) menjalankan tugasnya sebagai motivator dan penyuluh

kesehatan yang membatu para petugas kesehatan untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat tentang perilaku kehidupan sehat dan memotivasi mereka untuk

melakukan tindakan pencegahan penyakit dengan menggunakan sarana yang ada.

Hal ini sesuai dengan hasil peneltian Maria (2008) yang menyatakan bahwa

dukungan kader mempengaruhi keaktifan kunjungan lansia ke posyandu. Hal yang

sama juga dilaporkan hasil penelitian Comancho dkk (2009) tentang perbedaan status

sosial ekonomi dan karakteristik institusional dalam pelayanan umum tindakan

preventif bagi lansia di Costa Rica yang menyatakan bahwa kebijakan kesehatan

berpengaruh terhadap peningkatan status kesehatan lansia melalui upaya perawatan

kesehtan primer secara professional.

2.5. Peran Keluarga

Peran keluarga adalah tingkah laku yang dilakukan seseorang dalam konteks

keluarga. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa faktor peran keluarga dalam

Gambar

Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel penelitian
Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden dikelompok lansia Mandiri Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi (n=30)
Tabel 3. Faktor-faktor Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan Senam dikelompok
Table 4. Faktor-faktor  Keikutsertaan Lansia Dalam Kegiatan  Senam Dikelompok
+6

Referensi

Dokumen terkait

(2) Fungsi koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a, merupakan fungsi koordinasi Unsur Pelaksana BPBD Provinsi dilaksanakan melalui koordinasi

Namun demikian, penyesuaian dilakukan pada beberapa variabel yang akan digunakan sesuai dengan tujuan penelitian, diantaranya penambahan variabel harga untuk menangkap

Inti permasalahan dari analisis yang saya lakukan pada pemodelan beban struktur bengunan bertingkat tinggi di daerah Bandung Utara adalah mendesain pondasi yang memiliki

Tugas Sarjana ini berjudul “ Rancang Bangun Alat Penguji Kapasitor Adsorpsi Adsorben Alumina Aktif Terhadap Refrigeran” yang akan membahas tentang pengujian terhadap

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Takhassus Al-Qur’an, Kabupaten Wonosobo untuk mengetahui Hubungan Adversity Quotient dengan Motivasi Belajar siswa kelas XI IPS dan

[r]

For the constant power waveform 50 amps charging current was utilized until the ultracapacitor module voltage reached 20 V with this limit is set by the switching circuitry3.

Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Malaikat Disajikan narasi tentang perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik dapat menunjukkan tanda tanda beriman