• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Berbagai Tingkatan Mikoriza terhadap Produktivitas RumputSetaria sphacelata, Brachiaria humidicoladanPanicum maximum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Berbagai Tingkatan Mikoriza terhadap Produktivitas RumputSetaria sphacelata, Brachiaria humidicoladanPanicum maximum"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Keragaman Tinggi Tanaman (cm) pada Pemotonggan I. Sumber

Keterangan: ** = sangat nyata. tn = tidak nyata

Lampiran 2.Analisis Keragaman Tinggi Tanaman (cm) pada Pemotongan II. Sumber

Keterangan: ** = sangat nyata. tn = tidak nyata

Lampiran 3.Analisis Keragaman Tinggi Tanaman (cm) pada Pemotongan III. Sumber

(2)

Lampiran 4. Analisis Keragaman Jumlah Anakan Rumput pada Pemotongan I.

Keterangan: ** = sangat nyata. tn = tidak nyata

Lampiran 5. Analisis Keragaman Jumlah Anakan Rumput pada Pemotongan II. Sumber

Keterangan: ** = sangat nyata. tn = tidak nyata

Lampiran 6.Analisis Keragaman Jumlah Anakan Rumput pada Pemotongan III. Sumber

Keterangan: ** = sangat nyata. tn = tidak nyata

(3)

Lampiran 8. Analisis Keragaman Produksi Bahan Segar (g) Rumput pada Pemotongan II.

Keterangan: ** = sangat nyata. tn = tidak nyata

Lampiran 9. Analisis Keragaman Produksi Bahan Segar (g) Rumput pada Pemotongan III.

Lampiran 10. Analisis Keragaman Produksi Bahan Kering (g) Rumput pada Pemotongan I.

Keterangan: tn = tidak nyata

Lampiran 11. Analisis Keragaman Produksi Bahan Kering (g) Rumput pada Pemotongan II.

(4)

Lampiran 12. Analisis Keragaman Produksi Bahan Kering (g) Rumput pada Pemotongan III.

Sumber

keragaman Db Jk Kt F Hit

F tab 0.05 0.01

Hijauan 2 32.45 16.23 1.05 tn 3.40 5.61

Mikrofer 3 27.55 9.18 0.59 tn 3.01 4.72

Interaksi H x M 6 126.53 21.09 1.36 tn 2.51 3.67

Galat 24 371.96 15.50

Total 35 558.49

Keterangan: tn = tidak nyata

Lampiran 13. Analisis Keragaman Biomassa (g) Akar Rumput Sumber

keragaman Db Jk Kt F Hit

F tab 0.05 0.01 Hijauan 2 351759.06 175879.50 209.58** 3.4 5.61 Mikrofer 3 191765.56 63921.85 76.17** 3.01 4.72 Interaksi H x M 6 42215.25 7035.88 8.38** 2.51 3.67

Galat 24 20140.46 839.19

Total 35 605880.33

(5)

Bracharia Humidichola

Panicum Maximum

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi. 2008.

Ariyanto, D. P. 2010. Kesuburan Tanah Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Jakarta.

Buckman, H. O. dan N. C. Brady. 1982. Ilmu Tanah (Terjemahan Soegiman).Bhatara Karya Aksara, Jakarta.

Chrowder, L. V and H. R Chheda. 1982. Tropical Grassland Husbandry. Longman Inc, London and New York.

Cooke, G.W. 1982. Fertilizer For Maximum Yield. Granada Publishing. London Dartius, 1995.FisiologiTumbuhan. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Fitter A.H., Hay R.K.M. 1991.FisiologiLingkunganTanaman.GadjahMada University Press.Yogyakarta hlm. 321.

Foth, H. D. 1988. Dasar-DasarIlmu Tanah.EdisiKeenam.AlihBahasaSoenartoAdisoemarto. 1994. Erlangga, Jakarta. Guntoro, S. 2006. Leaftet ”Teknik Produksi dan Aplikasi Pupuk Organik Cair dari

Limbah Ternak”. Kerjasama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali dengan Bappeda Provinsi Bali.

Hadisuwito, S. 2007. Tata Cara PembuatanKomposCair. PT. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Harjadi, S.S., 1993. PengantarAgronomi. PT Gramedia, Jakarta.

Indriani. 2004. MembuatKomposSecaraKilat. PenebarSwadaya, Jakarta.

Judoamidjojo, M. Darwis, A.A. Said, E. G. 1992. TeknologiFermentasi. PenerbitRajawali, Jakarta.

Khasen.2011. http://jenis-pupuk-pemupukan.kha@plasa.com.html.

(7)

Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara. 2011, Medan Lawani, M. 1993. Panili.Kanisius, Yogyakarta.

Lingga, Pinus. 1991. Pupuk dan Cara Memupuk. Kanisius, Jakarta. Lingga. 2000. PetunjukPenggunaanPupuk. Kanisius, Jakarta.

Madjid, M. D., Bachtiar E.H., Fauzi H., Hamidah H. 2011. DasarPupukdanPemupukanKesuburan Tanah.USU-Press, Medan.

McIlroy, R. J. 1977. PengantarBudidaya Padang RumputTropika.PradyaPramita, Jakarta.

Misro Tech, 2009.

Murdowo, J. 2004. http//www.suaramerdeka.com/barisan/0408/19/slo 28htm (28 agustus 2006).

Nasution, H. F. 1991. Pengaruh Interval danTinggiPemotonganTerhadapProduksiRumputSetaria.Skripsi FP USU, Medan.

Nasution, H. F. 1997. DasarPeternakan.FP-USU, Medan.

Naswir. 2003. PemanfaatanUrineSapi yang DifermentasikanSebagaiNutrisiTanaman. http://www tumontou.net/702/07134/2006/07/20, htm 4. (09 Februari 2013)

Nita, Wayan. 2007. MenakarKomposisiKandungan EM4

Januari 2013).

Paturau, J. and Maurice. 1969. By-Products of the Cane Sugar Industry. New York: Elsevier Science Publishing Company Inc.

Penuntun Pembuatan Padang Penggembalaan (Hijauan Makanan Ternak). 1978. Direktorat Bina Produksi Peternakan, DirJen Peternakan Jakarta.

Petunjuk Teknis Penanaman Rumput Raja. 1989. Departemen Pertanian Liptan, BIP Sumatera Utara, Medan.

Prawiranata, S., S. Harran dan P. Tjondronegoro. 1981. Dasar-dasarFisiologiTumbuhan. DepartemenPertanian IPB, Bogor.

Prihmantoro, H danIndriyani, Y. H . 1994. HidroponikSayuranSemusim. PenebarSwadaya, Jakarta.

Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropika. BPFE, Yogyakarta.

(8)

Rosmarkam, A dan N.W Yuwono. 2002. IlmuKesuburan Tanah. Kanisius.

Sarief, S., 1986.KesuburandanPemupukan Tanah Pertanian.PustakaBuana. Bandung.

Sarno, 2008.

Soepardi, G. 1979. SifatdanCiri Tanah.DepartemenIlmu Tanah. FP IPB, Bogor.

Sumarsono, S. Anwar, S. Budiyanto, D. Permatasari, D. W. Widjajanto. 2006. Prosiding

Seminar NasionalPengembangan Usaha PembibitanTernakPolaIntegrasiTanamanTernakdalamRangkaMendukungKecukup

anDaging 2010. UniversitasSebelasMaret, Surakarta. Hal.36-41.

Susetyo, S. 1980. Padang Penggembalaan dan Pengelolaan Pastura dan Padang Rumput. FP IPB, Bogor.

Sutanto, R. 2006. PertanianOrganik.Cetakankeenam.Kanisius, Yogyakarta. Sutedjo, M. M. 2002. Pupukdan Cara Pemupukan.RinekaCipta, Jakarta.

Tan Kim Hong, 1982. Principles of Soil Chemistry. Marcel Dekker Inc. New York.

ThariWidodo. 2008.

Tisdale, S. H. L and Nelson. 1965. Soil Fertily and Fertilizer. McMillanco, New York.

Web master

Wibisono.

Williamson, E. and W. J. A. Payne.1993.PengantarPeternakan di Daerah Tropik.Gajah Mada University–Press, Yogyakarta.

(9)

BAHAN, ALAT DAN METODE PENELITIAN

TempatdanWaktuPenelitian

Penelitian ini dimulai pada tanggal 14 April 2013 sampai dengan tanggal 07 September 2013 di lahan percobaan unit penelitian Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Jl. Prof. Dr. Sofyan, Medan.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Rumput (Setaria sphacelata,Panicum maximum danBrachiariahumidicola) sebagai objek penelitian yang diperoleh dari lahan percobaan Sei Putih.Fungi Mikoriza Arbuskula sebagai perlakuan. Tanah ultisol sebagai media tanam. Polybag ukuran 5 kg sebagai tempat menanam tanaman.

Alat

Peralatan yang digunakan meliputi:ayakan tanah, gunting, oven,kertas semen, alattulis, kamera digital,cangkul, meteran, gembor,kertas label dan pisau.Timbangan sebagai alat menimbang bahan segar dan bahan kering, karung sebagai alat tempat rumput yang dipotong. Oven sebagai alat pengering bahan segar setelah panen sehingga diperoleh bahan kering.

(10)

MetodePenelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial,yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan. Faktor pertama adalah dosis atau level pemberian mikoriza, seperti berikut ini:

M0

Faktor kedua yaitu jenis Rumput yang digunakan sebagai objek penelitian. Adapun jenis rumput tersebut adalah sebagai berikut:

= 15 gram FMA

R1 R

= Setaria sphacelata 2

R3=Panicun maximum = Brachiaria humidicola

Penelitian ini terdiri atas : 5 x 4 x 3 = 60 satuan percobaan. Penelitian ini dilakukan di lahan dengan menggunakan polybag. Dalam 1 polybag digunakan 5 kg tanah.Model linear yang akandigunakanadalahRancanganAcakLengkap (RAL) Faktorial dengan model rancangansebagaiberikut:

Dimana: Yijk : pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan taraf ke-I dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B

µ : rataan atau nilai tengah

αi : pengaruh taraf ke-I dari faktor A βj : pengaruh taraf ke-j dari faktor B

(11)

Ɛijk : pengaruh acak dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan ij. €ij ~ N (0,σ2

)

PELAKSANAAN PENELITIAN Parameter yang diamati

1. Pertumbuhan tinggi vertikal tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung dauntertinggi dengan cara mengatupkan seluruh daun keatas dengan tangan sampai tegak lurus kemudian dilakukan pengukuran secara vertical pada bagian tanaman yang paling tinggi dari permukaan tanah.

2. Jumlah anakan

Anakan rumput yang dihitung adalah anakan yang muncul dari dalam tanah atau tumbuh pada rhizoma batang,bukan yang tumbuh ke sampingpada buku batang yang tidak terpotong. Jumlah anakan diukur setiap 5 minggu sekali dengan 3 pemanenan.

3. Produksi Segar dan Bahan Kering

Bahan kering seluruh bagian rumput pada akhir percobaan diukur dengan cara mengeringkan udara terlebih dahulu kemudian dimasukkan kedalam oven pada suhu 700 C selama 48 jam.

4. Biomassa Akar

(12)

5.TeknikPelaksanaan

Teknik pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap , yaitu :

1. Tahappersiapan. Tanah ultisol dikering udara kan selama tiga hari kemudian di ayak dengan ayakan .Kemudian dimasukkan kedalam polybag sebanyak 5 kg/ polybag. 2. Penanamandanpemberianinokulan. inokulum mikoriza sesuai dengan perlakuan

sebanyak0 gr, 10 gr, 20 gr dan 30 gr/ poly bag diletakkan 5 cm dibawah permukaan tanah dan sobekan rumpun (pols) rumput diambil yang seragam dan ditanam ke polybag.

3. Perlakuan Trimming.Pemangkasan dilakukan setelah tanaman berumur tiga minggu setelah tanam dan dengan cara memotong bagian atas tanaman supaya tingginya sama. Pertumbuhan setelah pemangkasan ini dianggap sebagai pengaruh dari perlakuan yang diberikan.

4. Pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman dan penyiangan. Penyiraman dilakukan satu kali sehari yaitu pada pagi hari. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan cara mencabut gulma yang tumbuh setiap hari.

(13)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi Bahan Segar (g)

Produksi segar rumput (setaria sphacelata, bracharia humidicoladan panicum maximum) diperoleh dengan melakukan pemotongan dan penimbangan daun, batang rumput dalam keadaan segar yang ditimbang secara langsung tanpa harus dilakukan pengeringan terlebih dahulu cara pengambilan datadilakukan pada setiap perlakuan dari ke tiga jenis rumput. Rataan produksi bahan segar rumput dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Rataan Produksi Bahan Segar (g) Rumput Selama Penelitian.

Hijauan Perlakuan Pemotongan Total Rataan

I II III

(14)
(15)

berupa hara mineral dan air yang penyerapannya dibantu oleh FMA sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman meningkat.

Untuk rataan produksi bahan segar pada rumputPannicum maximum pada perlakuan diatas menunjukkan hasil yang cenderung lebih baik dibandingkan dengan jenis rumput lainnya. Ini dikarenakan secara fisiologis rumput Pannicum maximum mempunya ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan Setariadan Brachiaria humidicola.Sehingga produksi bahan segarnya pun pasti lebih banyak.Reksohadiprodjo (1994), dalam bukunya menyatakan bahwa Pannicum maximummerupakan tumbuhan yang berumur panjang, tumbuh tegak membentuk rumpun seperti padi. Tinggi bisa mencapai 0,5 – 2 meter. Sistem perakarannya dalam dan menyebar luas.Tahan terhadap musim kering.Tekstur daun halus dan berwarna hijau tua.Umumnya tahan terhadap lindungan sehingga memungkinkan untuk ditanam di antara pohon-pohon perkebunan.Dapat tumbuh pada tempat dengan ketinggian sampai 1.950 m dpl dan curah hujan 1000 – 2000 mm/tahun.Pembiakan jenis rumput ini bisa dengan biji atau sobekan rumpun.Kebutuhan biji untuk penanaman berkisar 4 – 11kg/ha tergantung jarak tanam yang digunakan.

(16)

Produksi Bahan Kering (g)

Produksi bahan kering bagian rumput diambil setiap 35 hari pada tiap pemotongan. Produksi bahan kering diambil dengan cara mengeringudarakan terlebih dahulu kemudian dimasukkan kedalam oven pada suhu 700

Tabel 2. Rataan Produksi Bahan Kering (g) Rumput Selama Penelitian.

C selama 48 jam.Rataan produksi bahan kering rumput dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Hijauan Perlakuan Pemotongan Total Rataan

(17)

pemberian mikoriza lainnya seperti M0, M1 dan M2 namun dari data rataan produksi bahan kering tersebut tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata antara pengaruh pemberian Fungi Mikoriza arbuskula terhadap tanaman rumput.Pemberian mikoriza pada level 15 % dan dan pada tingkatan waktu pemotongan ke 3 hanya memperlihatkan mikoriza sedikit mempengaruhi perakaran pada tanaman terutama dalam menyediakan unsur hara dan untuk memberikan pembenahan pada tanah ultisol dan salah satunya merangsang pertumbuhan vegetatif pada tanaman yang berpengaruh terhadap produktivitas bahan kering rumput . Hal ini sesuai seperti pernyataan yang dijelaskan Haryantini dan Santoso (2001), yang menyatakan bahwa inokulasi FMA dapat meningkatkan serapan P dan meningkatkan adaptasiterhadap kekeringan. Fungi mikoriza arbuskula yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang akan memproduksi jalinan hifa eksternal yang dapat tumbuh secara ekspansif dan menembus lapisan subsoil dalam penyedia unsur hara yg dibutuhkan tanaman.

Selain itu mikoriza juga berperan sebagai pembenah tanah dan juga sebagai penyumbang unsur hara salah satunya berfungsi merangsang pertumbuhanvegetatif pada tanaman. Dalam hal ini untuk pertumbuhan vegetatif rumput tersebut saat dipotong akan menghasilkan produksi bahan segar rumput yang masih mengandung airakan tetapi hasil dari pemberian mikoriza 15% (M3) memanfaatkan air yang diserap untuk proses fotosintesa dengan baik sehingga setelah dihitung produksi bahan keringnya lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.

(18)

biasanya tumbuh lebih baik dari pada tanaman yang tidak bermikoriza. Mikoriza memiliki peranan bagi pertumbuhan dan produksi tanaman, peranan mikoriza bagi tanaman sebagai berikut : a) mikoriza meningkatkan penyerapan unsur hara, b) mikoriza melindungi tanaman inang dari pengaruh yang merusak yang disebabkan oleh stres kekeringan, c) mikoriza dapat beradaptasi dengan cepat pada tanah yang terkontaminasi, e) mikoriza dapat memperbaiki produktivitas tanah dan tanah memantapkan struktur tanah akan tetapi pada tahap pembesaran sel yang terlihat dari pertambahan tinggi tanaman, diameter, perbanyakan daun dan pertumbuhan akar untuk cekaman air menyebabkan penurunan turgor pada sel tanaman dan berakibat pada penurunan proses fisiologi yang mempengaruhi produktivitas rumput termasuk produksi bahan kering rumput.Dapat diliat dari rataan produksi bahan kering rumput pada tiap pemotongannya.

(19)

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung dauntertinggi dengan cara mengatupkan seluruh daun keatas dengan tangan sampai tegak lurus kemudian dilakukan pengukuran secara vertikal pada bagian tanaman yang paling tinggi daripermukaan tanah.Rataan tinggi rumput pada tiap pemotongan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Rataan Tinggi (cm) RumputSelama Penelitian.

Hijauan Perlakuan Pemotongan Total Rataan

(20)

pemberian mikoriza terhadap produktivitas beberapa jenis rumput. Seperti pada perlakuan R3M3 untuk jenis rumput Bracharia Humidichola (R3)yang diberi perlakuan mikoriza sebanyak 15 g/ polybag menunjukkan hasil rataan yang cendrung lebih tinggi dibandingkan dengan jenis rumput Setaria Sphacelata(R1)danPanicum Maximum(R3) pada tiap level pemotongan dan pada pemberian tingkatan level mikoriza. Hal ini hanya menunjukkan bahwa pada tanaman Bracharia Humidichola (R2) memiliki tingkatpertumbuhan tinggi tanaman yang baik pada setiap tingkat pemotongannya dibandingkan rumput lainnya. Hal ini juga menjelaskan bahwa semakin tinggi umur rumput Bracharia Humidichola maka semakin sempurna bentuk tanaman inimulai dari perakaran batang dan daun untuk mendukung produksi tinggi tanamannya .Terlihat padarataan rumput yang cenderung lebih tinggi terdapat pada perlakuan R3M3 yaitu sebesar 106,61 cm dan yang terendah terdapat pada perlakuan R2M0 yaitu sebesar 38,07 cm. Rumput Brachiaria Humidicola memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih baikbila dibandingkan denganSetaria Sphacelata danPannnicum maximum hal ini karenaBrachiaria humidicola termasuk jenis rumput yang memang memiliki pertumbuhan yang cepat hal ini sesuai dengan pernyataan Mcllroy(1977), yang menyatakan bahwa Brachiarria humidicola merupakan rumput berumur panjang, berkembang secara vegetatif dengan stolon yang memiliki pertumbuhan cepat sehingga bila ditanam di lapangan segera membentuk hamparan.Brachiariahumidicola dapat ditanam secara vegetatif dengan pols, stolon atau biji Selain itu, Brachiaria humidicola mempunyai toleransi pada daerah dengan drainase jelek.

(21)

bahwa pertumbuhan Setaria dan Brachiaria humidicola merupakan hijauan yang paling cepat pertambahan tingginya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Reksohadiprodjo (1994) dan Mcllroy (1977), yang menyatakan bahwa rumput setaria dapat tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi. Pada kondisi yang baik satu rumpun bisa mencapai ratusan batang. Pertumbuhan kembali sehabis dilakukan pemotongan sangat cepat, sehingga baik digunakan sebagai rumput gembala. Begitu pula rumput Brachiaria humidicola, rumput inimerupakan rumput berumur panjang, berkembang secara vegetatif dengan stolon yang memiliki pertumbuhan cepat sehingga bila ditanam di lapangan segera membentuk hamparan.

(22)

Jumlah Anakan (rumpun)

Jumlah anakan adalah rumpun rumput yang sama yang tumbuh dan muncul dekat disekitar tanaman inangnya pada rhizoma batang. Untuk cara pengambilan data jumlah anakan rumput yang dihitung adalah anakan tanaman yang muncul dari dalam tanah atau tumbuh pada rhizoma batang bukan yang tumbuh ke sampingpada buku batang yang tidak terpotong. Jumlah anakan diukur setiap 35 harisekali. Hasil jumlah anakan (rumpun) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.Rataan Jumlah Anakan (rumpun) Rumput Selama Penelitian

Hijauan Perlakuan Pemotongan Total Rataan

I II III

(23)

dibandingkan dengan tanpa pemberian mikoriza (M0) . Dari tabel diatas pada perlakuan R1M3 pada jenis rumput setaria sphacelatamenunjukkan hasil rataan jumlah anakan yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan jenis rumput Bracharia Humidichola (R2) danPanicum Maximum(R3) akan tetapi itu tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada perlakuan pemberian mikoriza terhadap produktivitas rumput.Terlihat pada pemberian mikoriza 15 % terlihat menunjukkan pengaruh yang baik bila dibandingkan terhadap perlakuan tanpa mikoriza (M0) hal ini hanya menunjukkan mikoriza telah mempengaruhi struktur dalam tanah sebagai penyedia unsur hara penyedia unsur p sehingga tanah ultisol dapat digunakan sebagai media tanam yang sedikit lebih baik tetapi untuk pengaruh terhadap jenis rumput hasil data rataan pada tabel jumlah anakan diatas tidak menunjukkan pengaruh yang nyata . Hal tersebut juga dapat dilihat dari data rataan diatas jika diliat dari jenis rumputnya rumputSetaria sphacelata (R1) menunjukkan hasil rumput dengan jumlah anakan yang cenderung lebih tinggiyaitu pada perlakuan R1M3 yaitu 18,11 untukproduksi jumlah anakan.Akan tetapi hal itu tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata antara perlakuan pemberian mikoriza terhadap produktivitas jumlah anakan rumput. Hal ini hanya menunjukkan bahwasannya rumput Setaria Sphacelata.Memiliki produktivitas untuk jumlah anakan yg lebih baik Seperti pernyataan Reksohadiprodjo (1994), yang menyatakan dalam bukunya bahwa Setaria sphacelatamerupakan rumput yang tumbuh tegak dan membentuk rumpun. Pada kondisi yang baik satu rumpun bisa mencapai ratusan batang. Pertumbuhan kembali sehabis dilakukan pemotongan sangat cepat, sehingga baik digunakan sebagai rumput gembala.

(24)

mikoriza terhadap produktivitas jumlah anakan rumput. Pemberian mikoriza arbuskula sebanyak 15 g / polybag terlihat adanya sedikit kecendrungan pada produktivitas jumlah anakan dari ketiga jenis rumput rumput (Setaria Sphacelata, Brachiaria humidicola, dan Pannicum maximum).FungiMikoriza Arbuskulatelah meningkatkan ketersediaan hara pada tanah ultisol, sehingga tanah ultisol dapat digunakan sebagai media tanam yang cenderung lebih baik. Seperti pernyataan,Lynch (1983) dan Harjadi (1993), menyatakan bahwa teknologi tanah yang dikombinasikan dengan praktek-praktek usaha tani merupakan alat yang sangat penting untuk mengembangkan pertanian pada tanah mineral masam tropika. Teknologi ini mencakup segala upaya memanipulasi jasad renik tanah dan proses metabolik mereka untuk mengoptimumkan produksi tanaman. Penggunaan jasad renik mikoriza telah mulai diupayakan dalam kebijaksanaan pengelolaan tanah mineral masam tropika. Mikoriza mempunyai peranan yang besar dalam pengelolaan tanah mineral masam tropika. Pada tanah-tanah tersebut ditemukan beberapa spesies mikoriza yang mempunyai ketahanan tinggi terhadap kemasaman dan keracunan Al serta berpotensi besar dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.Sehingga Pertumbuhan kembali sehabis dilakukan pemotongan dapat lebih cepat.

Biomasa Akar

(25)

dankemudian dianalisa di laoratorium. Rataan biomassa akar pada masing-masing hijauan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel5. Rataan Biomassa Akar (g) Rumput.

Hijauan Perlakuan Ulangan Total Rataan

(26)

Tabel 6. Analisis Uji Jarak Berganda Duncan Perlakuan Terhadap Biomassa Akar Rumput.

Hijauan Perlakuan Total Rataan

M 0 M 1 M 2 M 3

R1 175.34 220.17 285.85 486.84 1168.20 330.95b R2 695.85 837.69 979.83 1220.27 3733.64 1012.60 R3

a

475.19 675.04 1115.02 1367.00 3632.25 1052.35 Total

c

1346.38 1732.90 2380.70 3074.11

Rataan 448.79a 577.63ab 793.57b 1024.70c

Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05)

(27)

memperbaiki sifat fisik tanah dan merangsang sistem kerja akar sehingga dapat membuat tanah menjadi gembur.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian mikoriza pada dosis 5% , 10% dan 15% tidak menunjukkan hasil yang nyata terhadap produksi bahan segar, produksi bahan kering, jumlah anakan dan respon tinggi tanaman pada rumput Setaria Sphacelata, Bracharia Humidichola dan Panicum Maximum tetapi menunjukkan hasil yang nyata berbeda terhadap biomassa akar yaitu pada level M3 yaitu 15 g/ polybag. Mikoriza cenderung menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap Biomassa akar yang menunjukkan mikoriza memerlukan rentan waktu yang cukup lama untuk melihat pengaruhnya terhadap rumput Setaria Sphacelata, Bracharia Humidichola dan Panicum Maximumuntuk produksi bahan segar , produksi bahan kering, jumlah anakan dan respon tinggi tanaman.

Saran

(28)

TINJAUAN PUSTAKA

Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)

Mikoriza adalah suatu struktur khas pada sistem perakaran yang terbentuk sebagai manifestasi adanya simbiosis mutualisme antara cendawan (myces) dan perakaran (rhiza

Fungi Mikoiza Arbuskula (FMA) adalah salah satu tipe cendawan pembentuk mikoriza yang akhir-akhir ini cukup populer dan mendapat perhatian dari para peneliti lingkunagn dan biologis. Cendawan ini diperkirakan dimasa mendatang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif teknologi untuk membantu pertumbuhan, meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman terutama yang ditanam pada lahan-lahan marginal yang kurang subur (Delvian, 2006).

) dari tumbuhan tingkat tinggi. Berdasarkan struktur dan cara infeksinya pada sistem perakaran inang maka mikoriza dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu ektomikoriza dan endomikoriza. Endomikoriza dapat dibedakan dengan ektomikoriza dengan memperlihatkan karakteristik sbb : 1). Sistem perakaran yang kena infeksi tidak membesar (tidak merubah morfologi akar). 2). Cendawannya membentuk struktur lapisan hifa tipis dan tidak merata pada permukaan akar. 3). Hifa menyerang ke dalam individu sampai jaringan korteks. 4). Pada umunya ditemukan struktur percabangan hifa yang disebut arbuskula dan struktur khusus berbentuk oval yang disebut dengan vesikel (Smith dan Read, 1997).

(29)

sehingga hara tersedia bagi tanaman. FMA juga berperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu membuat tanah menjadi gembur (Musfal, 2010).

Tanah Ultisol

Ultisol umunya bereaksi masam, produktifitasnya rendah, kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB) yang rendah kejenuhan Aluminium (Al) yang tinggi, kandungan bahan organik rendah dan peka terhadap erosi.Masalah utama pada ultisol ini adalah jumlah kelarutan dan kejenuhan Al yang tinggi sehingga mengakibatkan fosfor (P) membentuk senyawa yang tidak larut dengan Al. Akibatnya ketersediaan P sangat rendah bagi tanaman sehingga pertumbuhan tanaman terganggu (Sanchez, 1992).

Kekurangan P di tanah ultisol merupakan masalah keharaan yang paling penting, sebab kekurangan P itu memperlambat tingkat pertumbuhan tanaman dan mengurangi tersedianya unsur hara dan mineral dalam tanah (Hardjowigeno, 1993).

Lynch (1983), menyatakan bahwa teknologi tanah yang dikombinasikan dengan praktek-praktek usaha tani merupakan alat yang sangat penting untuk mengembangkan pertanian pada tanah mineral masam tropika. Teknologi ini mencakup segala upaya memanipulasi jasad renik tanah dan proses metabolik mereka untuk mengoptimumkan produksi tanaman. Penggunaan jasad renik mikoriza telah mulai diupayakan dalam kebijaksanaan pengelolaan tanah mineral masam tropika.

(30)

Rumput Setaria (Setaria sphacelata)

Setaria sphacelatamerupakan rumput yang tumbuh tegak dan membentuk rumpun. Rumput ini berasal dari daerah tropik Afrika dan dikenal juga dengan nama rumput lampung. Rumput setaria ini dapat tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi. Pada kondisi yang baik satu rumpun bisa mencapai ratusan batang. Pertumbuhan kembali sehabis dilakukan pemotongan sangat cepat, sehingga baik digunakan sebagai rumput gembala (Reksohadiprodjo, 1994).

Setaria merupakan rumput penutup tanah padang penggembalaan dan rumput potongan, yang dapat langsung diberikan pada ternak atau diawetkan dengan cara hay atau dengan silase (Rismunandar, 1986).

Sistematika rumput Setaria sphacelata adalah sebagai berikut; Phylum : Spermatophyta, Sub phylum : Angiospermae, Kelas : Monokotiledoneae, Ordo : Glumifora, Family : Gramineae, Sub family : Panicoideae, Genus : Setaria, Spesies : Setaria sphacelata (Reksohadiprodjo, 1994).

Umumnya setaria adaptif terhadap jenis tanah dengan struktur tanah ringan, sedang sampai berat. Di daerah dataran rendah, rumput ini bisa tumbuh baik pula, jika mendapatkan curah hujan yang cukup. (Nasution, 1991).

Pada saat tanaman rumput dipotong, bagian yang ditinggalkan tidak boleh terlalu pendek ataupun terlalu tinggi. Sebab semakin pendek bagian tanaman yang ditinggalkan dan semakin sering dipotong pertumbuhan kembali tanaman tersebut akan semakin lambat karena persediaan energi (karbohidrat) dan pati yang ditinggalkan pada tunggulpun semakin sedikit (Nasution, 1991).

(31)

Salah satu faktor yang mempengaruhi petumbuhan adalah persediaan karbohidrat di dalam akar yang ditinggalkan setelah pemotongan, kadar protein akan menurun sesuai dengan meningkatnya umur tanaman, sedangkan serat kasar semakin tinggi. Pada pemotongan 4-5 minggu batang rumput masih rendah, kandungan air dan proteinnya tinggi (Rismunandar, 1986).

Panicum maximum

Tanaman ini berumur panjang, tumbuh tegak membentuk rumpun seperti padi. Tinggi bisa mencapai 0,5 – 2 meter. Sistem perakarannya dalam dan menyebar luas.Tahan terhadap musim kering.Tekstur daun halus dan berwarna hijau tua.Umumnya tahan terhadap lindungan sehingga memungkinkan untuk ditanam di antara pohon-pohon perkebunan.Dapat tumbuh pada tempat dengan ketinggian sampai 1.950 m dpl dan curah hujan 1000 – 2000 mm/tahun.Pembiakan jenis rumput ini bisa dengan biji atau sobekan rumpun.Kebutuhan biji untuk penanaman berkisar 4 – 11kg/ha tergantung jarak tanam yang digunakan(Reksohadiprodjo, 1994).

Menurut Wikipedia (2011), klasifikasi rumput benggala (Panicum maximum) yaitu:Kingdom : Plantae, Phylum : Spermatophyte, Subphylum : Angiospermae, Class : Monocotyledonae, Ordo : Giumiflora, Family : Poaceae, Sub Familia : Panicoideae, Genus : Panicum, Species : Panicum maximum

(32)

Brachiaria humidicola

Rumput Brachiaria humidicola merupakan rumput asli Afrika Selatan, kemudian menyebar ke daerah Fiji dan Papua New Guinea. Terkenal dengan namaKoronivia grass (Mcllroy, 1977). Rumput ini merupakan rumput berumur panjang, berkembang secara vegetatif dengan stolon yang memiliki pertumbuhan cepat sehingga bila ditanam di lapangan segera membentuk hamparan.Rumput Brachiariahumidicola dapat ditanam secara vegetatif dengan pols, stolon atau biji.Batang yang berkembang dapat mencapai tinggi 20-60 cm, helai daun berwama hijau terang, lebar 5-16 mm dan panjang 12-25 cm. Jayacii (1991), menyatakan bahwa rurnputBrachiaria humidicola sesuai untuk dataran rendah tropika basah. Rumput ini dapat menghasilkan 20 ton bahan kering per tahun.Selain itu, Brachiaria humidicola mempunyai toleransi pada daerah dengan drainase jelek dan tahan terhadap tekanan penggembalaan berat. Rumput Brachiaria humidicola tidak beracun, palatabilitas tinggi pada umur muda, tetapi palatabilitasnya akan menurun ketika produktivitasnya maksimum. Rumput Brachiaria humidicola tanpa pemupukan dapat menghasilkan 10,8 ton bahan kering/hektar dan dengan perlakuan pemupukan menghasilkan 33,7 ton bahan kering/hektar saat dipupuk 450 kg nitrogen / hektar (Chrowder and Chheda, 1982).

Komposisi zat makanan rumput Brachiaria humidicola muda berdasarkan persentase dari bahan kering mengandung protein kasar (PK) 5,1%; serat kasar (SK) 37,4%; abu 9,8%, dan BETN sebesar 46,1%. Sedangkan yang sudah berbunga atau dewasa mengandung protein kasar 7,9%; serat kasar 35,5%; abu 14,7% dan BETN sebesar 39,9% (Nasution, 1991).

Pengaruh Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) pada Tanaman

(33)

(Brundrett et al., 1996).Secara alami terdapat asosiasi mikoriza antara fungi dan tanaman dalam bentuk simbiosis mutualisme.Manfaat fungsional yang diperoleh FMA dapat dilihat dari adanya pembentukan struktur arbuskula dan vesikula di dalam sel-sel akar serta produksi spora yang tinggi.Perkembangan FMA dan produksi spora membutuhkan energi yang diperoleh melalui penyerapan karbon organik dari tanaman inang (Smith dan Read, 1997).Sementara itu, tanaman inang dapat memanfaatkan fungi simbiosis berupa hara mineral dan air yang penyerapannya dibantu oleh FMA sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman meningkat.

Adanya simbiosis dengan FMA telah banyak diketahui mampu memperbaiki hara tanaman inang melalui penyerapan hara dan air yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Inokulasi FMA pada cabai dapat meningkatkan serapan P (Haryantini dan Santoso, 2001) dan meningkatkan adaptasiterhadap kekeringan. Fungi mikoriza arbuskula yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang akan memproduksi jalinan hifa eksternal yang dapat tumbuh secara ekspansif dan menembus lapisan subsoil sehingga kapasitas akar dalam penyerapan hara dan air meningkat.

(34)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hijauan rumput maupun legum termasuk pakan utama ternak ruminansia. Pengadaan hijauan perlu dikelola dengan baik dan terencana sehingga tercapai sasarannya yaitu tersedianya makanan ternak yang berkualitas baik dan tersedia sepanjang tahun. Agar usaha tersebut dapat tercapai maka perlu diimbangi dengan manajemen yang baik antara lain pemilihan jenis hijauan makanan ternak yangunggul yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ternaksepanjang tahun.

(35)

digunakan sehingga penyediaan pakan dalam memenuhi kebutuhan ternak tidak mencukupi.

Tanah ultisol merupakan tanah yang kurang subur.Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, bersifat asam miskin hara, tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih dari 2500 mm/ tahun.Pada tanah ultisol tingkat keasaman yang tinggi,sehingga pertumbuhan tanaman terhambat.Untuk mengatasi keadaan tersebut dapat dilakukan dengan penggunaan mikroorganisme tanah yang potensial dan ramah lingkungan. Mikroorganisme tanah yang potensial tersebut antara lain Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA). Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K).

Berdasarkan pemikiran, maka perlu ditanam beberapa hijauan makanan ternak untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak akan hijauan tersebut dilahan atau tanah berjenis ultisol. Penggunaan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) diharapkan dapat meningkatkan produktivitas rumput sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk sehingga lebih efisien.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon berbagai tingkatan Mikoriza terhadap produktivitas rumputSetaria sphacelata, Panicum maximumdan Brachiaria humidicola.

Kegunaan Penelitian

(36)

penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pembudidayaan hijauan pakan ternak.

Hipotesis Penelitian

(37)

ABSTRAK

TAUFIK ARDIANSYAH, 2014: “Respon Berbagai Tingkatan Mikoriza Terhadap Produktivitas Rumput (Setaria sphacelata, Pannicum maximum dan Brachiaria humidicola)”. Dibimbing oleh Nevy Diana Hanafi dan Usman Budi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon berbagai tingkatan Mikoriza terhadap produktivitas rumput Setaria Setaria sphacelata, Panicum maximum dan Brachiaria humidicola. Penelitian dilaksanakan di Lahan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2012. Rancangan yang dipakai dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial. Faktor pertama adalah jenis rumput yang diapakai, yaitu Setaria Setaria sphacelata, Panicum maximum dan Brachiaria humidicola. Sedangkan factor kedua adalah level pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) ,yaitu P0 = 0 gr FMA /polybag (kontrol), P1 = 5 gr FMA / polybag, P2 = 10 gr FMA / polybag dan P3 = 15 FMA/polybag. Parameter yang diteliti adalah tinggi tanaman, jumlah anakan, produksi bahan segar, produksi bahan kering, dan biomasa akar Setaria Setaria sphacelata, Panicum maximum dan Brachiaria humidicola.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa produksi ketiga jenis rumput yang tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu pemberian level mikoriza arbuskula sebanyak 15 gr/polybag dengan hasil rataan tinggi tanaman Setariaspachelata (110,17 cm), Pannicum maximum (80,67 cm),Brachiariahumidicola (144,17 cm), jumlah anakan

Setaria spachelata (23,67 rumpun), Pannicum maximum (21,67 rumpun), Brachiaria

humidicola (15,00 rumpun), produksi bahan segar Setariaspachelata (69,70 g), Pannicum

maximum (113,30 g),Brachiaria humidicola (69,40 g), produksi bahan kering Setaria

spachelata (25,90 g), Pannicum maximum (25,30 g), Brachiaria humidicola (22,29 g)

dan biomasa akar Setaria spachelata (162,28), Pannicum maximum (406,76 g),Brachiaria humidicola (455,67 g).Kesimpulannya adalah,dosis pemberian mikoriza arbuskula pada level 115 g menunjukkan hasil terbaik pada pertumbuhan dan produksi rumput Setaria spachelata, Pannicum maximum,Brachiaria humidicola.

(38)

ABSTRACT

TAUFIK ARDIANSYAH, 2014: "Effect of Levels Mycorhiza Arbuskular on Productivity of Grass (Setaria spachelata, Panicum maximum And brachiaria humidicola) on The Ultisol”. Under Supervised byNevy Diana Hanafi andUsman Budi

This study aimed to examined the growth of Setaria spachelata, Panicum maximum And Abrachiaria humidicola on the ultisol by granting different levels of arbuscularmycorrhizal. The experiment was conducted at the Agricultural Faculty, North Sumatera University in June to October 2012. The design used in the study was completely randomized design (CRD) Factorial. The First factor are the kinds of grass are Setaria spachelata, Panicum maximum And Abrachiaria humidicola. The second factor was arbuscularmycorrhizal level P0 = 0 g FMA/polybag ( control ), P1 = 5 g FMA/polybag , P2 = 10 g FMA/polybag and P3 = 15 g FMA/polybag . The parameters studied were plant height, number of tillers, fresh production, dry matter production, and root biomass of Setaria spachelata, Panicum maximum And Abrachiaria humidicola.

The results showed that the production Setaria spachelata, Panicum maximum And Abrachiaria humidicola were highest at P3 treatment is the provision of arbuscular mycorrhizal level of 15 g/polybag with the results of the average plant height of Setariaspachelata (110,17 cm), Pannicum maximum (80,67 cm),Brachiariahumidicola (144,17 cm), number of tillers from Setariaspachelata (23,67 clumps), Pannicum maximum (21,67 clumps),Brachiariahumidicola (15,00 iclumps), fresh production ofSetariaspachelata (69,70 g), Pannicum maximum (113,30 g),Brachiariahumidicola (69,40 g), dry matter production ofSetariaspachelata (25,90 g), Pannicum maximum (25,30 g),Brachiariahumidicola (22,29 g) and the biomass root of Setariaspachelata (162,28), Pannicum maximum (406,76 g),Brachiaria humidicola (455,67 g).

(39)

RESPON BERBAGAI TINGKATAN MIKORIZA TERHADAP

PRODUKTIVITAS RUMPUT (

Setaria sphacelata

,

Brachiaria humidicola

dan

Panicum maximum )

SKRIPSI

Oleh:

TAUFIK ARDIANSYAH 080306025

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(40)

RESPON BERBAGAI TINGKATAN MIKORIZA TERHADAP

PRODUKTIVITAS RUMPUT (

Setaria sphacelata

,

Brachiaria humidicola

dan

Panicum maximum

SKRIPSI

Oleh:

TAUFIK ARDIANSYAH 080306025

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(41)

Judul Skripsi : Respon Berbagai Tingkatan Mikoriza terhadap Produktivitas RumputSetaria sphacelata, Brachiaria humidicoladanPanicum maximum Nama : Taufik Ardiansyah

NIM : 080306025 Program Studi : Peternakan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr.Nevy Diana Hanafi,S.Pt, M.Si Usman Budi, S.Pt., M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

(42)

ABSTRAK

TAUFIK ARDIANSYAH, 2014: “Respon Berbagai Tingkatan Mikoriza Terhadap Produktivitas Rumput (Setaria sphacelata, Pannicum maximum dan Brachiaria humidicola)”. Dibimbing oleh Nevy Diana Hanafi dan Usman Budi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon berbagai tingkatan Mikoriza terhadap produktivitas rumput Setaria Setaria sphacelata, Panicum maximum dan Brachiaria humidicola. Penelitian dilaksanakan di Lahan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2012. Rancangan yang dipakai dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial. Faktor pertama adalah jenis rumput yang diapakai, yaitu Setaria Setaria sphacelata, Panicum maximum dan Brachiaria humidicola. Sedangkan factor kedua adalah level pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) ,yaitu P0 = 0 gr FMA /polybag (kontrol), P1 = 5 gr FMA / polybag, P2 = 10 gr FMA / polybag dan P3 = 15 FMA/polybag. Parameter yang diteliti adalah tinggi tanaman, jumlah anakan, produksi bahan segar, produksi bahan kering, dan biomasa akar Setaria Setaria sphacelata, Panicum maximum dan Brachiaria humidicola.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa produksi ketiga jenis rumput yang tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu pemberian level mikoriza arbuskula sebanyak 15 gr/polybag dengan hasil rataan tinggi tanaman Setariaspachelata (110,17 cm), Pannicum maximum (80,67 cm),Brachiariahumidicola (144,17 cm), jumlah anakan

Setaria spachelata (23,67 rumpun), Pannicum maximum (21,67 rumpun), Brachiaria

humidicola (15,00 rumpun), produksi bahan segar Setariaspachelata (69,70 g), Pannicum

maximum (113,30 g),Brachiaria humidicola (69,40 g), produksi bahan kering Setaria

spachelata (25,90 g), Pannicum maximum (25,30 g), Brachiaria humidicola (22,29 g)

dan biomasa akar Setaria spachelata (162,28), Pannicum maximum (406,76 g),Brachiaria humidicola (455,67 g).Kesimpulannya adalah,dosis pemberian mikoriza arbuskula pada level 115 g menunjukkan hasil terbaik pada pertumbuhan dan produksi rumput Setaria spachelata, Pannicum maximum,Brachiaria humidicola.

(43)

ABSTRACT

TAUFIK ARDIANSYAH, 2014: "Effect of Levels Mycorhiza Arbuskular on Productivity of Grass (Setaria spachelata, Panicum maximum And brachiaria humidicola) on The Ultisol”. Under Supervised byNevy Diana Hanafi andUsman Budi

This study aimed to examined the growth of Setaria spachelata, Panicum maximum And Abrachiaria humidicola on the ultisol by granting different levels of arbuscularmycorrhizal. The experiment was conducted at the Agricultural Faculty, North Sumatera University in June to October 2012. The design used in the study was completely randomized design (CRD) Factorial. The First factor are the kinds of grass are Setaria spachelata, Panicum maximum And Abrachiaria humidicola. The second factor was arbuscularmycorrhizal level P0 = 0 g FMA/polybag ( control ), P1 = 5 g FMA/polybag , P2 = 10 g FMA/polybag and P3 = 15 g FMA/polybag . The parameters studied were plant height, number of tillers, fresh production, dry matter production, and root biomass of Setaria spachelata, Panicum maximum And Abrachiaria humidicola.

The results showed that the production Setaria spachelata, Panicum maximum And Abrachiaria humidicola were highest at P3 treatment is the provision of arbuscular mycorrhizal level of 15 g/polybag with the results of the average plant height of Setariaspachelata (110,17 cm), Pannicum maximum (80,67 cm),Brachiariahumidicola (144,17 cm), number of tillers from Setariaspachelata (23,67 clumps), Pannicum maximum (21,67 clumps),Brachiariahumidicola (15,00 iclumps), fresh production ofSetariaspachelata (69,70 g), Pannicum maximum (113,30 g),Brachiariahumidicola (69,40 g), dry matter production ofSetariaspachelata (25,90 g), Pannicum maximum (25,30 g),Brachiariahumidicola (22,29 g) and the biomass root of Setariaspachelata (162,28), Pannicum maximum (406,76 g),Brachiaria humidicola (455,67 g).

(44)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 22 July 1989 di Dolok Masihul. Anak dari

Ayahanda Baharudin dan Ibunda Rodiah Batu Bara. Penulis merupakan dari anak ke dua

dari empat bersaudara.

Tahun 2008 lulus dari SMA Negeri 1 Dolok Masihul dan pada tahun yang sama diterima

sebagai mahasiswa di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota dari Ikatan

Mahasiswa Peternakan (IMAPET) dan sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Muslim

Peternakan (HIMMIP).

Penulis melaksanakan Pengabdian Masyarakat dan Praktek Kerja Lapangan

(PKL) mulai juni 2011- juli 2011di Peternakan Rakyat Kerbau Perah Desa Sidodadi ,

Sibirubiru Delitua dan di PT. Adisa Lestari Desa Karang Rejo Kec. Medan Polonia

tanggal 22 Juni sampai 22 Juli Tahun 2011. Serta melaksanakan penelitian Skripsi pada

April 2013-September 2013 di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatra

Utara USU, Jl. Prof. Dr. Sofyan, Medan

(45)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

memberikan rahmat sertakarunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

Sekripsi dengan judul : “Respon Berbagai Tingkatan Mikoriza Terhadap

Produktivitas Rumput Setaria Sphacelata , Panicum Maximum dan Brachiaria

Humidicola”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada k edua orang tua atas doa ,

semangat dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini.

Kepada Ibu Dr. Ir. Nevy Diana Hanafi,M.Si. selaku ketua komis pembimbing dan

Bapak Usman Budi, S.Pt., M.Si. selaku anggota komisi pembimbing yang telah

memberikan arahan dan bimbingannya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dan

kepada semua pihak yang ikut membantu.

Demi kesempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata

(46)

DAFTAR ISI

RumputSetaria (Setariasphacelata) ... 6

Panicum maximum ... 7

Brachiariahumidicola... 8

Pengaruh FMA pada Tanaman ... 9

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

Pelaksanaan Penelitian ... 13

Parameter Penelitian ... 13

(47)

Jumlah Anakan ... 13

Produksi Segar dan Kering ... 13

Biomasa Akar ... 13

Teknik Pelaksanaan ... 14

Teknik Persiapan ...14

Penanaman dan Pemberian Inokulan ...14

Perlakuan Trimming ...14

Pemeliharaan ...14

Pemanenan dan Pengambilan Sampel ...14

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bahan Segar (g) ...16

Produksi Bahan Kering (g) ...19

Tinggi Tanaman (cm) ...22

Jumlah Anakan (g) ...25

Biomasa Akar(g) ...29

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(48)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Rataan ProduksiBahan Segar (g) RumputSelamaPenelitian... 16

2. Rataan ProduksiBahanKering (g) RumputSelamaPenelitian... 19

3. Rataan TinggiTanaman (rumpun) RumputSelamaPenen ... 22

4. Rataan JumlahAnakan(g) RumputSelamaPenelitian…. ... 25

5 RataanBiomasaAkar (g) Rumput ...29

(49)

DAFTAR TABEL

No Hal.

1. AnalisisKeragamanTinggiRumput (cm) padaPemotongan I ... 36

2. AnalisisKeragamanTinggiRumput (cm) padaPemotongan II ... 36

3. AnalisisKeragamanTinggiRumput (cm) padaPemotongan III ... 36

4. AnalisisKeragamanJumlahAnakanRumputpadaPemotongan I ... 37

5. AnalisisKeragamanJumlahAnakanRumputpadaPemotongan II ... 37

6. AnalisisKeragamanJumlahAnakanRumputpadaPemotongan III ... 37

7. AnalisisKeragamanProduksiBahan Segar (g) RumputpadaPemotongan I ... 38

8. AnalisisKeragamanProduksiBahan Segar (g) RumputpadaPemotongan II ... 38

9. AnalisisKeragamanProduksiBahan Segar (g) RumputpadaPemotongan III ... 38

10. AnalisisKeragamanProduksiBahanKering (g) RumputpadaPemotongan I ... 39

11. AnalisisKeragamanProduksiBahanKering (g) RumputpadaPemotongan II... 39

12. AnalisisKeragamanProduksiBahanKering (g) RumputpadaPemotongan III ... 39

Gambar

Tabel 1. Rataan Produksi Bahan Segar  (g) Rumput  Selama Penelitian.
Tabel  2. Rataan Produksi Bahan Kering (g) Rumput Selama Penelitian.
Tabel 3. Rataan Tinggi (cm) RumputSelama Penelitian.
Tabel 4.Rataan  Jumlah Anakan (rumpun) Rumput Selama Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan pemberian berbagai pupuk organik memberikan pengaruh yang nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai per rumpun, jumlah biji bernas per

Hal ini menunjukan bahwa perlakuan penyiraman (W1) memberikan respon terbaik pada rumput Setaria splendida terhadap nilai kadar air relatif daun, sebaliknya perlakuan tanpa

KESIMPULAN Perlakuan P1 merupakan hasil perlakuan yang terbaik ditinjau dari produksi bahan segar, tinggi tanaman dan jumlah anakan rumput odot dengan pemberian pupuk multifungsi

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa produksi rumput Gajah (Pennisetum purpureum) tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu pemberian level mikoriza

Dosis pemupukan berpengaruh nyata (P&lt;0,05) terhadap rataan jumlah anakan, dimana rataan jumlah anakan pada pemupukan 100 kg N/ha (2,56) nyata lebih tinggi dibandingkan

Hasil penelitian ini adalah pemberian kompos Trichoderma sp tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah anakan rumput Brachiaria decumbens namun berpengaruh

Interaksi antara cekaman kekeringan dan aplikasi FMA dengan jenis rumput menunjukan bahwa perlakuan dengan penyiraman (W0) pada rumput Brachiaria decumben menghasilkan produksi

Jumlah Anakan Hasil analisis kondisi lahan dan kultivar padi gogo lokal Sultra terhadap jumlah anakan tidak menunjukkan interaksi, namun pada pengamatan mandiri perlakuan kondisi