• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsumsi Gizi dan Kadar Hb terhadap Produktivitas Kerja pada Wanita Pekerja Informal di Industri Pengolahan Ubi di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Konsumsi Gizi dan Kadar Hb terhadap Produktivitas Kerja pada Wanita Pekerja Informal di Industri Pengolahan Ubi di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai 2013"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSUMSI GIZI DAN KADAR Hb TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA WANITA PEKERJA

INFORMAL DI INDUSTRI PENGOLAHAN UBI DI DESA PEGAJAHAN KECAMATAN

PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI 2013

TESIS

Oleh

BETTY DEBORA MANURUNG 117032241 / IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE INFLUENCE OF NUTRITION CONSUMPTION AND Hb CONTENT ON WORK PRODUCTIVITY OF INFORMAL FEMALE WORKERS

AT CASSAVA PROCESSING INDUSTRY AT PEGAJAHAN VILLAGE, PEGAJAHAN SUBDISTRICT, SERDANG

BEDAGAI DISTRICT, IN 2013

THESIS

By

BETTY DEBORA MANURUNG 117032241/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGARUH KONSUMSI GIZI DAN KADAR Hb TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA WANITA PEKERJA

INFORMAL DI INDUSTRI PENGOLAHAN UBI DI DESA PEGAJAHAN KECAMATAN

PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

BETTY DEBORA MANURUNG 117032241 / IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : PENGARUH KONSUMSI GIZI DAN KADAR Hb TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA WANITA PEKERJA INFORMAL DI INDUSTRI PENGOLAHAN UBI DI DESA PEGAJAHAN KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI 2013 Nama Mahasiswa : Betty Debora Manurung

Nomor Induk Mahasiswa : 117032241

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Kerja

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si) (

Ketua Anggota

Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S)

Dekan `

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 11 Februari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si Anggota : 1. Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S

2. Ir. Kalsum, M. Kes

(6)

PERNYATAAN

PENGARUH KONSUMSI GIZI DAN KADAR Hb TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA WANITA PEKERJA

INFORMAL DI INDUSTRI PENGOLAHAN UBI DI DESA PEGAJAHAN KECAMATAN

PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2014

(7)

ABSTRAK

Data statistik tenaga pekerja wanita di Indonesia setiap tahun meningkat termasuk pekerja sektor informal di Provinsi Sumatera Utara yaitu 51,60% dari total pekerja. Hasil penelitian melaporkan 35% tenaga kerja wanita Indonesia menderita anemia zat besi dan mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja sebanyak 20%. Hal ini juga terlihat pada tenaga kerja wanita di Desa Pegajahan, didapati hasil asupan energi, protein, dan fe dalam kategori kurang baik dan 6 orang kadar Hbnya dibawah 12 gr %.

Jenis penelitian ini adalah survey bersifat deskriptif analitik yang bertujuan menggambarkan dan menganalisis pengaruh konsumsi gizi (energi, protein, fe) dan kadar Hb terhadap produktivitas kerja pada wanita pekerja informal di industri pengolahan ubi di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai 2013. Populasi adalah wanita pekerja informal di industri pengolahan ubi kayu dan sampel dibatasi dengan kriteria inklusi dan eksklusi menjadi 51 orang.

Hasil analisis Chi-Square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi gizi (energi dan protein) dengan kadar Hb (p=0,714 dan p=0,246) tetapi ada hubungan antara Fe dengan kadar Hb (p=0,012). Ada hubungan yang bermakna antara konsumsi gizi (energi dan protein) dan kadar Hb dengan produktivitas kerja (p=0,008, p=0,000 dan p=0,007) tetapi tidak ada hubungan antara Fe dengan produktivitas kerja (p=0,110). Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa wanita pekerja informal dengan kadar Hb yang baik mempunyai kemungkinan 9 kali akan memiliki produktivitas kerja yang baik dibandingkan dengan wanita pekerja informal dengan kadar Hb yang kurang baik (Exp(B)=9,041 pada CI:95%). Rata-rata konsumsi gizi dan kadar Hb ditemukan rendah, yaitu energi: 1885,58 kkal, protein: 49,71 gr, Fe: 25,13 mg dan kadar Hb: 11,38 gr%.

Disarankan petugas kesehatan melakukan penyuluhan tentang bahan makanan sumber energi, protein, fe dan faktor-faktor penghambat penyerapan makanan, serta pemeriksaan kadar Hb bagi wanita yang produktivitas kerja kurang baik.

(8)

ABSTRACT

According to the data available, statistically, the number of women workers in Indonesia increases every year including the number of the women workers working in informal sectors in Sumatera Utara province which is 51.60% of the total number of workers. The result of previous study reported that 35% of the Indonesian women workers suffering from iron anemia that resulted in the decrease of their work productivity for 20%. This condition also applies to the women workers in Desa Pegajahan where it was found out that their energy, protein and Fe intake belonged to poor category and 6 (six) of them had Hb level under 12gr%.

The purpose of this descriptive analytical study was to describe abd analyze the influence of the consumption of nutrition (energy, protein and Fe) and Hb level on the work productivity of informal women workers working for cassava processing industry in Desa Pegajahan, Pegajahan Subdistrict, Serdang Bedagai District in 2013. The population of this study was all of the informal women workers working for cassava processing industry and 51 of them were selected to be the samples for this study selected based on the inclusion and exclusion criteria.

The result of Chi-square analysis showed that there was no significant relationship between the consumption of nutrition (energy and protein) and Hb level (P = 0.714 and p = 0.246), but there was relationship between Fe and Hb level (p = 0.012). There was a signficant relationship between the consumption of nutrition (energy and protein) and Hb level and work productivity (p = 0.008, p = 0.000, and p = 0.007), but there was no relationship between Fe and work productivity (p = 0.110). The result of logistic regression analysis showed that the informal women workers with good Hb level had 9 time opportunity to have good work opportunity compared to the informal women workers with poor Hb level (Exp (B) = 9.041 at CI: 95%). It was found that the average consumption of nutrition and Hb level was low where energy = 1885.58 kkal, protein = 49.71 gr, Fe = 25.13 mg, and Hb level = 11.38 gr%.

The health workers are suggested to to provide the extension on foodstuff as sources of energy, the factors inhibiting food absorption, and Hb level examination for the women withunfavorable work productivity.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan kasihNya sehingga dengan izin – Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Pengaruh Konsumsi Gizi dan Kadar Hb terhadap Produktivitas Kerja pada Wanita Pekerja Informal di Industri Pengolahan Ubi di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai 2013”

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan Pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan, semangat dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M&H., M.Sc (CTM).,Sp.A, (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan penulis menjadi mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(10)

4. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Anggota Komisi Pembimbing Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S. atas segala ketulusannya dalam menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan perhatian selama proses proposal hingga tesis ini selesai.

5. Ir. Kalsum, M.Kes selaku Ketua Tim Penguji dan Anggota Komisi Penguji, Ernawaty Nasution, SKM, M.Kes yang telah memberikan saran dan bimbingan selama penulisan tesis ini.

6. Kepala Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai, bapak Mhd. Yamin, yang telah berkenan memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. dr. Evraim Hutagalung, selaku Kepala Puskesmas Pegajahan, atas segala saran dan bantuan yang diberikan selama proses pengambilan data di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan.

8. Mohd. Razali, yang telah membantu langsung penulis di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan mulai dari awal sampai selesai penelitian.

9. Para dosen, staff dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

10.Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat tahun

(11)

memberikan semangat dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi S2

IKM FKM-USU.

11.Ucapan terima kasih juga penulis hadiahkan kepada orang tua tersayang, ibunda

Ny. R br. Marpaung dan ibu mertua Ny. N. br. Napitupulu yang selalu

memberikan dukungan doa. Ucapan terima kasih yang paling istimewa penulis

sampaikan kepada suami tercinta, P. Sibarani, dan ananda Christian P. Sibarani

yang selalu memberikan dorongan semangat dan pengertian kepada penulis

dalam menyelesaikan pendidikan.

12. Teman-teman seperjuangan pada minat studi kesehatan kerja Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, atas bantuannya dalam penyusunan tesis ini.

Akhirnya penulis menyadari segala keterbatasan yang ada, untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan harapan semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Maret 2014 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Betty Debora Manurung lahir pada tanggal 07 Agustus 1971 di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara. Beragama Kristen Protestan. Bertempat tinggal di Jalan Karya Murni No. 54 Kelurahan Polonia I Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar di SD Negeri 060909 Medan, selesai tahun 1983, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 5 Medan, selesai tahun 1986, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 5 Medan, selesai tahun 1989. Pendidikan Strata-1 (S1) di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, selesai tahun 1994. Pada tahun 2011 diterima sebagai mahasiswa Program Studi S2 IKM di FKM USU dengan Minat Studi Kesehatan Kerja.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Hipotesis ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Konsumsi Gizi Pekerja ... 10

2.1.1.Metode Konsumsi Pangan ... 17

2.2. Anemia Gizi Besi pada Pekerja ... 20

2.2.1. Penyebab Anemia Gizi Besi ... 22

2.2.2. Dampak Anemia Gizi Besi pada Pekerja ... 23

2.3. Cara Mengukur Kadar Hemoglobin ... 24

2.3.1. Metode Sahli ... 24

2.3.2. Metode Cyanmethemoglobin ... 25

2.4. Pengaruh Anemia Gizi Besi terhadap Pekerja ... 28

2.5. Produktivitas Kerja ... 29

2.5.1. Produktivitas Tenaga Kerja ... 30

2.5.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Produktivitas ... 31

2.6. Sektor Informal ... 35

2.6.1. Ciri-ciri Pekerjaan Sektor Informal ... 36

2.6.2. Industri Rumah Tangga (Industri Kecil) ... 37

2.7. Industri Pengolahan Ubi di Desa Pegajahan ... 39

2.8. Landasan Teoritis ... 42

2.9. Kerangka Konsep ... 43

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 44

3.1.Jenis Penelitian ... 44

(14)

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 44

3.2.2. Waktu Penelitian ... 45

3.3.Populasi dan Sampel ... 45

3.3.1. Populasi ... 45

3.3.2. Sampel ... 45

3.4.Metode Pengumpulan Data ... 45

3.4.1. Data Primer ... 45

3.4.2. Data Sekunder ... 46

3.5.Variabel dan Definisi Operasional ... 46

3.5.1. Variabel Penelitian ... 46

3.5.2. Definisi Operasional ... 47

3.6.Metode Pengukuran ... 48

3.7.Metode Analisis Data ... 49

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 52

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 52

4.1.1. Deskripsi Desa Pegajahan ... 52

4.1.2. Gambaran Industri Pengolahan Ubi Kayu ... 53

4.2.Karakteristik Sampel ... 57

4.2.1. Umur ... 57

4.2.2. Pendidikan ... 57

4.2.3. Masa Kerja ... 58

4.3.Gambaran Konsumsi Makanan ... 58

4.4.Konsumsi Gizi (Tingkat Kecukupan Energi, Protein dan Fe) ... 59

4.4.1. Tingkat Kecukupan Energi ... 59

4.4.2. Tingkat Kecukupan Protein ... 60

4.4.3. Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe) ... 60

4.5.Kadar Hemoglobin (Hb) ... 61

4.6.Produktivitas Kerja ... 61

4.7.Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dengan Kadar Hb ... 62

4.8.Hubungan Tingkat Kecukupan Protein dengan Kadar Hb ... 63

4.9.Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe) dengan kadar Hb ... 64

4.10. Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dengan Produktivitas Kerja ... 65

4.11. Hubungan Tingkat Kecukupan Protein dengan Produktivitas Kerja ... 66

4.12. Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe) dengan Produktivitas Kerja ... 66

4.13. Hubungan Kadar Hb dengan Produktivitas Kerja ... 67

4.14. Hubungan Masa Kerja dengan Produktivitas Kerja ... 68

(15)

BAB 5. PEMBAHASAN ... 71

5.1.Hubungan Konsumsi Gizi (Energi) dengan Kadar Hb pada Wanita Pekerja Informal ... 71

5.2. Hubungan Konsumsi Gizi (Protein) dengan Kadar Hb pada Wanita Pekerja Informal ... 73

5.3. Hubungan Konsumsi Gizi (Fe) dengan Kadar Hb pada Wanita Pekerja Informal ... 75

5.4. Hubungan Konsumsi Gizi (Energi) dengan Produktivitas Kerja pada Wanita Pekerja Informal ... 77

5.5. Hubungan Konsumsi Gizi (Protein) dengan Produktivitas Kerja pada Wanita Pekerja Informal ... 80

5.6. Hubungan Konsumsi Gizi (Fe) dengan Produktivitas Kerja pada Wanita Pekerja Informal... 84

5.7. Hubungan Kadar Hb dengan Produktivitas Kerja pada Wanita Pekerja Informal ... 90

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 93

6.1.Kesimpulan ... 93

6.2.Saran ... 94

(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1. Angka Kecukupan Gizi Usia Dewasa ... 11

2.2. Rumus FAO/WHO/UNU untuk Menentukan AMB ... 15

2.3. Cara Menaksir Kebutuhan Energi Menurut Aktivitas dengan Menggunakan Kelipatan AMB ... 15

2.4. Ambang Batas Normal Kadar Hb untuk Berbagai Kelompok Usia ... 21

3.1 Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Dependen ... 49

4.1. Distribusi Penduduk Desa Pegajahan Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 52

4.2. Distribusi Frekuensi Menurut Kelompok Umur (Tahun) di Desa Pegajahan ... 57

4.3 Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pendidikan ... 57

4.4 Distribusi Frekuensi Menurut Masa Kerja ... 58

4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecukupan Energi ... 59

4.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecukupan Protein ... 60

4.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe) ... 60

4.8 Distribusi Frekuensi Kadar Hb (gr) ... 61

4.9 Distribusi Frekuensi Produksi Cetakan/Letrek ... 62

4.10. Tabulasi Silang Tingkat Kecukupan Energi dengan Kadar Hb ... 62

4.11. Tabulasi Silang Tingkat Kecukupan Protein dengan Kadar Hb ... 63

(17)

4.13. Tabulasi Silang Tingkat Kecukupan Energi dengan

Produktivitas Kerja ... 65

4.14. Tabulasi Silang Tingkat Kecukupan Protein dengan Produktivitas Kerja ... 66

4.15. Tabulasi Silang Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe) dengan Produktivitas Kerja ... 67

4.16 Tabulasi Silang Kadar Hb dengan Produktivitas Kerja ... 68

4.17 Tabulasi Silang Masa Kerja dengan Produktivitas Kerja ... 69

(18)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 100

2. Hasil Pengolahan SPSS ... 103

3. Master Data ... 116

4. Dokumentasi ... 118

(20)

ABSTRAK

Data statistik tenaga pekerja wanita di Indonesia setiap tahun meningkat termasuk pekerja sektor informal di Provinsi Sumatera Utara yaitu 51,60% dari total pekerja. Hasil penelitian melaporkan 35% tenaga kerja wanita Indonesia menderita anemia zat besi dan mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja sebanyak 20%. Hal ini juga terlihat pada tenaga kerja wanita di Desa Pegajahan, didapati hasil asupan energi, protein, dan fe dalam kategori kurang baik dan 6 orang kadar Hbnya dibawah 12 gr %.

Jenis penelitian ini adalah survey bersifat deskriptif analitik yang bertujuan menggambarkan dan menganalisis pengaruh konsumsi gizi (energi, protein, fe) dan kadar Hb terhadap produktivitas kerja pada wanita pekerja informal di industri pengolahan ubi di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai 2013. Populasi adalah wanita pekerja informal di industri pengolahan ubi kayu dan sampel dibatasi dengan kriteria inklusi dan eksklusi menjadi 51 orang.

Hasil analisis Chi-Square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi gizi (energi dan protein) dengan kadar Hb (p=0,714 dan p=0,246) tetapi ada hubungan antara Fe dengan kadar Hb (p=0,012). Ada hubungan yang bermakna antara konsumsi gizi (energi dan protein) dan kadar Hb dengan produktivitas kerja (p=0,008, p=0,000 dan p=0,007) tetapi tidak ada hubungan antara Fe dengan produktivitas kerja (p=0,110). Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa wanita pekerja informal dengan kadar Hb yang baik mempunyai kemungkinan 9 kali akan memiliki produktivitas kerja yang baik dibandingkan dengan wanita pekerja informal dengan kadar Hb yang kurang baik (Exp(B)=9,041 pada CI:95%). Rata-rata konsumsi gizi dan kadar Hb ditemukan rendah, yaitu energi: 1885,58 kkal, protein: 49,71 gr, Fe: 25,13 mg dan kadar Hb: 11,38 gr%.

Disarankan petugas kesehatan melakukan penyuluhan tentang bahan makanan sumber energi, protein, fe dan faktor-faktor penghambat penyerapan makanan, serta pemeriksaan kadar Hb bagi wanita yang produktivitas kerja kurang baik.

(21)

ABSTRACT

According to the data available, statistically, the number of women workers in Indonesia increases every year including the number of the women workers working in informal sectors in Sumatera Utara province which is 51.60% of the total number of workers. The result of previous study reported that 35% of the Indonesian women workers suffering from iron anemia that resulted in the decrease of their work productivity for 20%. This condition also applies to the women workers in Desa Pegajahan where it was found out that their energy, protein and Fe intake belonged to poor category and 6 (six) of them had Hb level under 12gr%.

The purpose of this descriptive analytical study was to describe abd analyze the influence of the consumption of nutrition (energy, protein and Fe) and Hb level on the work productivity of informal women workers working for cassava processing industry in Desa Pegajahan, Pegajahan Subdistrict, Serdang Bedagai District in 2013. The population of this study was all of the informal women workers working for cassava processing industry and 51 of them were selected to be the samples for this study selected based on the inclusion and exclusion criteria.

The result of Chi-square analysis showed that there was no significant relationship between the consumption of nutrition (energy and protein) and Hb level (P = 0.714 and p = 0.246), but there was relationship between Fe and Hb level (p = 0.012). There was a signficant relationship between the consumption of nutrition (energy and protein) and Hb level and work productivity (p = 0.008, p = 0.000, and p = 0.007), but there was no relationship between Fe and work productivity (p = 0.110). The result of logistic regression analysis showed that the informal women workers with good Hb level had 9 time opportunity to have good work opportunity compared to the informal women workers with poor Hb level (Exp (B) = 9.041 at CI: 95%). It was found that the average consumption of nutrition and Hb level was low where energy = 1885.58 kkal, protein = 49.71 gr, Fe = 25.13 mg, and Hb level = 11.38 gr%.

The health workers are suggested to to provide the extension on foodstuff as sources of energy, the factors inhibiting food absorption, and Hb level examination for the women withunfavorable work productivity.

(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. (UU Kesehatan No.36, 2009). Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan faktor penentu dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja dalam rangka menunjang keberhasilan pembangunan dan menyongsong era globalisasi. Dalam hubungan tersebut penduduk Indonesia harus mempunyai derajat kesehatan dan gizi yang lebih baik. Produktivitas kerja mempunyai kaitan dengan gizi yaitu kurang gizi akan menurunkan daya kerja.

Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan dimana perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas dan mempunyai produktivitas tinggi hingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan daya saing. Ketahanan dan kemampuan tubuh untuk melakukan pekerjaan dengan produktivitas yang memadai akan lebih dipunyai oleh individu dengan status gizi baik.

(23)

hemoglobin lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan (Tarwoto dkk, 2007). Anemia menimbulkan gejala letih, lesu dan cepat lelah yang akibatnya dapat menurunkan produktivitas kerja.

Masalah anemia yang menjadi perhatian selama ini adalah anemia pada pekerja wanita, wanita hamil dan remaja putri. Hal ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam makanan. Anemia pada pekerja wanita, masih merupakan masalah kesehatan yang dapat menurunkan produktivitas kerja. Selain sebagai tenaga kerja, wanita juga memiliki peran ganda yaitu sebagai wanita yang akan melahirkan anak dan mnenyusui dan secara alamiah setiap bulannya mengalami haid. Tenaga kerja yang menderita anemia, akan berkurang kemampuan untuk melaksanakan pekerjaannya dan badan menjadi cepat lelah, lemah, lesu sehingga produktivitas kerja menjadi kurang baik.

Partisipasi wanita dalam kegiatan ekonomi bukan merupakan fenomena yang baru di Indonesia, karena banyak wanita terutama dari golongan bawah sudah berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan. Handayani (2000) menyebutkan bahwa peningkatan tenaga kerja wanita yang cukup pesat banyak terserap pada sektor Informal, seperti industri kecil dengan teknologi sederhana dan modal yang terbatas.

(24)

tahun 2012, pekerja sektor informal sekitar 2.967.000 orang (51,60%) dari total pekerja.

Peningkatan bisa dilihat dari segi positif, yaitu bertambahnya tenaga produktif, dan dari segi negatifnya yaitu status kesehatan. Gizi pekerja pada umumnya belum mendapat perubahan yang baik sehingga berakibat akan menurunkan produktivitas kerja dan ongkos produksi menjadi tidak efisien. Umumnya pekerja wanita kelas menengah ke bawah sering menderita kurang gizi, kurang energi protein, anemia dan penyakit infeksi, sedangkan untuk tenaga kerja kerja wanita kelas menengah ke atas, umumnya sering terjadi kegemukan (obesitas).

Prevalensi anemia masih tinggi di Indonesia. Pekerja yang menderita anemia produktivitas kerja 20% lebih rendah dibandingkan dengan pekerja yang sehat dengan gizi yang baik.

Lusia (2001) juga menyebutkan bahwa anemia gizi akan menyebabkan rendahnya kemampuan fisik tenaga kerja wanita, dimana rendahnya kemampuan fisik akan berdampak pada produktivitas tenaga kerja dan akan berpengaruh pada hasil dan mutu produksi yang dihasilkan oleh perusahaan. Hasil penelitian melaporkan 35% tenaga kerja wanita Indonesia menderita anemia zat besi dan mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja sebanyak 20% (Sampoerna, 2004).

(25)

Oppusunggu (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dengan pemberian tablet tambah darah berhasil meningkatkan kadar hemoglobin sebesar 21,35% serta diikuti peningkatan produktivitas kerja sebesar 16,28%, artinya bila hemoglobin meningkat maka produktivitas kerja juga meningkat. Penelitian Nasution dan Lubis (2004) dan Widiastuti (2011) juga menunjukkan bahwa Hemoglobin merupakan variabel yang paling berhubungan dengan produktivitas kerja. Hal ini menunjukkan untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi dibutuhkan kadar hemoglobin darah yang normal.

Menurut WHO tahun 2008, prevalensi anemia pada wanita sebesar 30,2%. Data pada 8 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 1997 prevalensi anemia sebesar 78,4% dan tahun 2002 menurun menjadi 53,8%. Penelitian Husaini (1998) pada tenaga kerja wanita 30-40% menderita anemia, hasil studi di Tangerang (1999) menunjukkan prevalensi anemia pada pekerja wanita 69%. Survei anemia yang dilaksanakan di 4 kabupaten/kota menunjukkan bahwa 40,5% pekerja wanita menderita anemia pada tahun 2005. (Dinkes Provsu, 2011). Angka ini masih cukup tinggi dan menjadi masalah kesehatan masyarakat, yang harus mendapat perhatian serius. Data Riskesdas 2007 prevalensi anemia sebesar 25%, dan pada perempuan dewasa proporsi anemia 59,9%.

(26)

penanggulangan yang bersifat langsung seperti suplemen zat besi, fortifikasi dan KIE juga diarahkan untuk peningkatan penggunaan menu seimbang. Kenyataan yang ada, prevalensi anemia di Indonesia maupun di Provinsi Sumatera Utara masih tetap tinggi, sehingga program penanggulangan anemia gizi bagi pekerja wanita tetap dikembangkan yang bertujuan menurunkan prevalensi anemia gizi agar pekerja menjadi produktif (Oppusunggu, 2009).

Produktivitas adalah suatu konsep universal yang menciptakan lebih banyak barang dan jasa bagi kebutuhan manusia, dengan menggunakan sumber daya yang serba terbatas. (Tarwaka, 2004). Produktivitas juga dapat diartikan sebagai kemampuan tenaga kerja menghasilkan barang atau jasa dalam satuan waktu, sehingga jika semakin banyak dan bermutu barang atau jasa yang dihasilkan tersebut, maka semakin tinggi produktivitas tenaga kerja yang dimaksud.

Produktivitas tenaga kerja menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja tenaga kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk. Tenaga kerja yang mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan dalam satuan waktu yang lebih singkat atau memakai sumber daya yang lebih sedikit menunjukkan tingkat produktivitas yang tinggi (Ravianto, 1990).

(27)

(Ravianto,1990). Produktivitas kerja setiap tenaga kerja tidak sama, selain karena anemia, dapat juga tergantung pada kebutuhan zat gizi dalam tubuh. Nugroho (2007) menyebutkan bila keadaan kesehatan yang optimal tercapai dapat mewujudkan produktivitas yang tinggi. Penelitian di Jawa Tengah dan Sumatera Barat menunjukkan bahwa asupan energi berpengaruh terhadap tingkat produktivitas tenaga kerja.(Martaniah, SM, et al, 2005). Kekurangan konsumsi zat gizi bagi tenaga kerja dari ukuran minimum yang telah ditetapkan akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan, aktivitas, dan produktivitas kerja (Ariningsih,2005).

Masalah gizi pada pekerja sebagai akibat langsung yakni kurangnya asupan makanan tidak sesuai dengan beban kerja. Untuk itu, hal yang perlu diperhatikan adalah kondisi fisik dan beban kerja seseorang. Kondisi fisik yang baik tidak saja bermanfaat bagi tenaga kerja dan keluarganya, tetapi juga akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dalam hal ini industri rumah tangga, demikian juga sebaliknya karena derajat kesehatan dan status gizi yang kurang mengakibatkan berkurangnya kemampuan dan produktivitas kerja.

(28)

(Wiryo, 2002). Penelitian Surita (2011) juga menyebutkan ada hubungan yang bermakna antara beban kerja dan asupan kalori dengan status gizi pekerja.

Desa Pegajahan merupakan salah satu desa di Kecamatan Pegajahan yang mempunyai industri rumah tangga yang mengolah ubi kayu menjadi olahan pangan ubi yaitu kerupuk mie, opak lidah, balong kuok, rengginang dan opak koin. Dari hasil survey yang dilakukan pada bulan Juni 2013 di Desa Pegajahan terdapat 66 KK industri rumah tangga. Proses pekerjaan yang dilakukan dalam pengolahan pangan ubi kayu menjadi kerupuk mie adalah sortasi ubi kayu segar, pengupasan, pencucian, pemarutan, pencetakan/peletrekan, penjemuran ½ kering, pemotongan, dan dimasukkan ke ampia untuk mendapatkan kerupuk mie kemudian di jemur sampai kering.

Dalam pembuatan kerupuk mie tersebut proses yang paling penting adalah pada saat proses mencetak/meletrek dengan menggunakan tenaga kerja wanita. Meletrek adalah adonan bubur ubi kayu mentah diletakkan diatas plastik bening berukuran persegi panjang (55x40 cm) lalu diratakan dengan alat bantu. Jumlah tenaga kerja dibagian pencetan/peletrekan berjumlah 92 orang dengan masa kerja rata-rata 3 tahun.

(29)

berkunang-kunang, rasa lesu, gampang lelah, kurang konsentrasi, pusing dan pegal-pegal. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data pekerja paling banyak menyelesaikan peletrekan selama 7 jam. Hasil wawancara metode food recall terhadap 10 orang pekerja wanita tersebut didapatkan hasil asupan energi rata-rata 1169,94 kkal. Hasil food recall tersebut jika dibandingkan dengan kebutuhan energi untuk aktivitas fisik usia dewasa masih tergolong kurang baik, demikian juga dengan asupan protein rata-rata 47,24 gr dan asupan zat besi (fe) rata-rata 5,22 mg masih tergolong kurang baik dari Angka Kecukupan Gizi usia dewasa. Hasil pemeriksaan Hemoglobin dengan metode cyanmethemoglobin juga didapatkan sebanyak 6 orang (60%) kadar Hemoglobin dibawah kadar haemoglobin (Hb) yang seharusnya (12 gram %).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh konsumsi gizi (energi, protein dan fe) demikian juga dengan kadar Hb terhadap produktivitas kerja pada wanita pekerja informal di industri pengolahan ubi di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013.

1.2. Permasalahan

(30)

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh konsumsi gizi dan Kadar Hb terhadap produktivitas kerja pada wanita pekerja informal di industri pengolahan ubi di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh konsumsi gizi dan Kadar Hb terhadap produktivitas kerja pada wanita pekerja informal di industri pengolahan ubi di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Menjadi masukan bagi tenaga kerja wanita informal pada industri rumah tangga dalam upaya meningkatkan status gizi.

(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsumsi Gizi Pekerja

Gizi diartikan sebagai suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi tubuh serta menghasilkan tenaga. Sementara itu, gizi kerja didefinisikan sebagai gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan kalorinya sesuai dengan jenis pekerjaannya. Gizi kerja sebagai salah satu aspek penting dari kesehatan kerja mempunyai peran penting, baik bagi kesejahteraan maupun dalam rangka meningkatkan disiplin dan produktivitas. Kekurangan gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja akan membawa akibat buruk bagi mereka seperti pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, badan menjadi kurus, berat badan menurun, wajah pucat, kurang bersemangat, beraksi lamban, dan lain-lain. Dalam keadaan demikian, sulit tercapainya efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal (Wisnoe, 2005).

(32)
[image:32.612.119.527.306.654.2]

Kecukupan zat gizi pekerja terutama dipengaruhi oleh usia, ukuran tubuh, dan jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari, kondisi fisiologis, keadaan khusus seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia, serta keadaan lingkungan kerja. Faktor-faktor di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya kecukupan zat gizi pekerja. Berikut adalah kecukupan zat gizi per hari pekerja menurut umur dan jenis kelamin.

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Gizi Usia Dewasa

Zat Gizi

Laki-laki Perempuan

19-29 tahun 30-49 tahun 50-64 tahun 19-29 tahun 30-49 tahun 50-64 tahun Energi (kkal) 2550 2350 2250 1900 1800 1750

Protein (gram) 60 60 60 50 50 50

Vitamin A (RE) 600 600 600 500 500 500

Vitamin D (mg) 5 5 10 5 5 10

Vitamin E (mg) 15 15 15 15 15 15

Vitamin K (µg) 65 65 65 55 55 55

Tiamin (mg) 1,2 1,2 1,2 1,0 1,0 1,0

Riboflavin (mg) 1,3 1,3 1,3 1,1 1,1 1,1

Niasin (mg) 16 16 16 14 14 14

Asam Folat (µg) 400 400 400 400 400 400

Piridoksin (mg) 1,3 1,3 1,7 1,3 1,3 1,5

Vitamin B12 (µg) 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4

Vitamin C (mg) 90 90 90 75 75 75

Kalsium (mg) 800 800 1000 800 800 1000

Fosfor (mg) 600 600 600 600 600 600

Magnesium (mg) 290 300 300 250 270 270

Besi (mg) 13 13 13 26 26 12

Yodium (µg) 150 150 150 150 150 150

Seng (mg) 13,0 13,4 13,4 9,3 9,8 9,8

Selenium (µg) 30 30 30 30 30 30

Mangan (mg) 2,3 2,3 2,3 1,8 1,8 1,8

Fluor (mg) 3,0 3,1 3,1 2,5 2,7 2,7

(33)

Tingkat Kecukupan zat gizi pada usia dewasa antara lain : 1) Energi

Kebutuhan energi pada usia dewasa menurun sesuai dengan bertambahnya usia, yang disebabkan oleh menurunnya metabolisme basal dan berkurangnya aktivitas fisik. Usia dewasa muda berkisar 19-49 tahun merupakan usia produktif, banyak kegiatan fisik yang dilakukan sehingga kebutuhan energi kelompok ini lebih tinggi dibandingkan usia 50-64 tahun. AKG energi pada laki-laki adalah 2550 kkal pada usia 19-29 tahun, 2350 kkal pada usia 30-49 tahun dan 2250 kkal pada usia 50-64 tahun. Pada perempuan angka ini secara berturut-turut adalah 1900 kkal, 1800 kkal, dan 1750 kkal.

Kelebihan asupan energi akan menyebabkan kenaikan berat badan. Berat badan perlu dimonitor dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk mengetahui kesesuaiannya dengan tinggi badan. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, kencing manis, dan batu empedu. Upaya menurunkan berat badan hingga batas normal dapat mengurangi risiko tersebut. (Almatsier, 2011).

2) Protein

(34)

sedangkan untuk perempuan sebesar 50 g/hari. Seorang laki-laki dan perempuan dewasa membutuhkan protein kurang lebih 0,8 g/kg berat badan normal/hari. Kebutuhan protein ibu hamil dan menyusui ditambah 17 g/hari untuk kebutuhan janin dan ASI. Konsumsi protein yang terlalu tinggi dapat meningkatkan kehilangan kalsium melalui urin, sehingga risiko menderita osteoporosis bertambah. Asupan protein lebih dari dua kali jumlah yang dianjurkan dapat meningkatkan kejadian kanker tertentu, penyakit jantung koroner, terutama sebagai akibat tingginya asupan lemak jenuh dan kolesterol yang terdapat pada makanan hewani. Untuk mengurangi asupan lemak jenuh dianjurkan sebagian dari protein berasal dari makanan nabati, yaitu kacang-kacangan, berupa kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe serta kacang merah dan kacang hijau. (Almatsier, 2011).

3) Ferrum (Besi)

(35)

Penentuan kecukupan zat gizi seseorang dalam keadaan sehat dilakukan berdasarkan umur, gender, aktivitas fisik, serta kondisi khusus, yaitu ibu hamil dan menyusui.

1. Energi

Komponen utama yang menentukan kecukupan energi adalah Angka Metabolisme Basal (AMB) atau Basal Metabolic Rate (BMR) dan aktivitas fisik. AMB dipengaruhi oleh umur, berat badan, dan tinggi badan. Cara menentukan AMB ada beberapa cara, yaitu : (Almatsier, 2008)

(1) Menggunakan Rumus Harris Benedict (1919)

Laki-laki = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U) Perempuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U) Keterangan : BB = berat badan dalam kg

TB = tinggi badan dalam cm U = umur dalam tahun (2) Cara Cepat (2 Cara)

(a) Laki-laki = 1 kkal x kg BB x 24 jam Perempuan = 0,95 kkal x kg BB x 24 jam (b) Laki-laki = 30 kkal x kg BB

Perempuan = 25 kkal x kg BB (3) Cara FAO/WHO/UNU

(36)
[image:36.612.115.526.142.256.2]

Tabel 2.2. Rumus FAO/WHO/UNU untuk Menentukan AMB

Kelompok Umur AMB (kkal/hari)

Laki-laki Perempuan

0 - 3 60,9 BB – 54 61,0 BB - 51

3 - 10 22,7 BB + 495 22,5 BB + 499

10 – 18 17,5 BB + 651 12,2 BB + 746

18 – 30 15,3 BB + 679 14,7 BB + 496

30 – 60 11,6 BB + 879 8,7 BB + 829

≥ 60 13,5 BB + 487 10,5 BB + 596

Sumber : FAO/WHO/UNU 1985

Menurut WHO dalam Santoso (2004) berdasarkan jenis pekerjaan beban kerja dapat dibedakan atas beban kerja ringan, sedang dan berat. Kerja ringan yaitu jenis pekerjaan di kantor, dokter, perawat, guru, dan pekerjaan rumah tangga (dengan menggunakan mesin). Kerja sedang yaitu jenis pekerjaan pada industri ringan, mahasiswa, buruh bangunan, petani, kerja di toko dan pekerjaan rumah tangga (tanpa menggunakan mesin). Kerja berat yaitu jenis pekerjaan petani tanpa mesin, kuli angkat dan angkut, pekerja tambang, tukang kayu tanpa mesin, tukang besi, penari dan atlit.

Aktifitas fisik dapat dibagi dalam empat golongan, yaitu sangat ringan, ringan, sedang, dan berat. Kebutuhan energi untuk berbagai aktifitas fisik dinyatakan dalam kelipatan AMB dapat dilihat pada tabel 2.4. (Almatsier, 2008)

Tabel 2.3. Cara Menaksir Kebutuhan Energi Menurut Aktivitas dengan Menggunakan Kelipatan AMB

Aktivitas Gender

Laki-laki Perempuan

Sangat ringan 1,30 1,30

Ringan 1,65 1,55

Sedang 1,76 1,70

Berat 2,10 2,00

[image:36.612.114.529.599.682.2]
(37)

Contoh cara menaksir kebutuhan energi untuk seorang perempuan berumur 30 tahun dengan berat badan 52 kg dan tinggi badan 158 cm dengan aktivitas ringan dengan menggunakan 4 cara adalah sebagai brrikut:

1) Kebutuhan energi untuk AMB a. Harris Benedict

= 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U) = 655 + (9,6 x 52) + (1,8 x 158) – (4,7 x 30) = 1297,6 kkal (dibulatkan 1298 kkal) b. Rumus cepat 1

= 0,96 kkal x kg BB) x 24 jam = 0,96 kkal x 52 x 24

= 1185,8 kkal (dibulatkan 1186 kkal) c. Rumus cepat 2

= 25 kkal x kg BB = 25 kkal x 52 = 1300 kkal

d. Rumus FAO/WHO/UNU = 14,7 BB + 496 kkal = 14,7 x 52 + 496

(38)

Kebutuhan AMB menurut keempat cara diatas tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Oleh sebab itu, cara menghitung AMB dengan rumus cepat 1 dan 2 yang lebih praktis, dapat diterapkan di lapangan.

2) Kebutuhan energi dengan aktifitas fisik

Kalikan nilai AMB dengan kelipatan yang sesuai dengan jenis aktivitas, dalam hal ini aktivitas ringan (Tabel 2.4):

= 1,55 x 1300 kkal = 2015 kkal

2. Protein

Cara menentukan kebutuhan protein menurut WHO dalam Almatsier (2008) adalah : 10 – 15 % dari kebutuhan energi total. Bila kebutuhan energi dalam sehari adalah 2015 kkal, energi yang berasal dari protein dalam satuan kkal hendaknya 202-302 kkal, bila protein dalam satuan gram dibagi 4 menjadi 51 – 76 gr protein.

Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif. Adapun data tersebut sering dikumpulkan melalui metode konsumsi pangan, biokimia, pemeriksaan tanda-tanda klinik, dan antopometri.

2.1.1. Metode Konsumsi Pangan

(39)

dikonsumsi. Metode pengumpulan data yang dapat digunakan adalah metode recall 24 jam, food records, dan weighing method. Berdasarkan kandungan gizi yang terdapat dalam Daftar Kebutuhan Bahan Makanan (DKBM) maka dapat diketahui jumlah konsumsi zat gizi dari berbagai jenis dan kelompok pangan.

Menurut Supariasa, dkk (2002), salah satu cara untuk mendapatkan data konsumsi pangan masyarakat adalah metode 24 hour recall. Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan serta minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu atau sehari sebelum wawancara dilakukan. Dengan metode ini akan diketahui besarnya porsi pangan berdasarkan ukuran rumah tangga (urt) kemudian dikonversi ke ukuran metrik (g).

Prinsip dari metode 24 hour recall ini adalah mencatat semua jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu, dalam hal ini responden diminta untuk menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin), yang dimulai sejak bangun pagi kemarin sampai istirahat tidur pada malam harinya. Dapat juga dimulai dari waktu dilakukan wawancara mundur kebelakang 24 jam penuh.

Kelebihan 24 hour recall adalah :

a) Mudah dan pencatatan cepat hanya membutuhkan kurang lebih 20 menit b) Murah

c) Mendapatkan informasi secara detail tentang jenis bahkan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi

(40)

e) Dapat memperkirakan asupan zat gizi suatu kelompok

f) Recall secara beberapa kali dapat digunakan untuk memperkirakan asupan gizi tingkat individu. Biasanya 2 atau 3 kali dipilih weekday dan weekend.

g) Lebih objektif daripada metode riwayat diet h) Tidak mengubah kebiasaan diet

i) Berguna untuk pasien di klinik Keterbatasan 24 hour recall adalah :

a) Recall sekali tidak dapat mencerminkan secara representatif kebiasaan asupan individu

b) Kadang terjadi under/over reporting c) Bergantung pada memori

d) Kadang mengabaikan saus atau minuman ringan yang menyebabkan rendahnya asupan energi

e) Memerlukan data entri

Perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan keadaan gizi seseorang biasanya dilakukan dengan perbandingan pencapaian konsumsi zat gizi terhadap Angka kecukupan Gizi (AKG). Untuk zat gizi makro, Depkes RI dalam Supariasa (2002) membagi klasifikasi tingkat komsumsi menjadi 4 (empat) dengan cut of point masing-masing sebagai berikut :

(41)

3. Kurang : 70 – 79% AKG 4. Defisit : < 70% AKG

2.2. Anemia Gizi Besi pada Pekerja

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah akibat kekurangan zat besi (Fe) sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan (Tarwoto dkk, 2007).

Defisiensi besi biasanya terjadi dalam beberapa tingkat sebelum menjadi anemia. Pertama adalah keadaan cadangan zat besi dalam hati menurun tetapi belum sampai penyediaan zat besi untuk pembentukan sel-sel darah merah terganggu. Tahap kedua adalah terjadinya defisiensi penyediaan zat besi untuk eritropoiesis, yaitu suatu keadaan dimana penyediaan zat besi tidak cukup untuk pembentukan sel-sel darah merah teapi kadar Hb belum terpengaruh. Tahap ketiga adalah terjadi penurunan kadar Hb yang disebut anemia.

(42)

mg – 0,5 mg/hr.

[image:42.612.116.529.279.393.2]

Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Ukuran hemoglobin normal pada laki-laki sehat adalah 14-18 gr% dan wanita sehat12-16 gr%. Ambang Batas Normal Kadar Hb untuk berbagai kelompok usia (Dep.Kes R.I, 2003).

Tabel 2.4. Ambang Batas Normal Kadar Hb untuk Berbagai Kelompok Usia Usia Angka Kecukupan Zat Besi yang Dianjurkan

Anak Balita 11 gram %

Anak Sekolah 12 gram %

Wanita Dewasa 12 gram %

Laki-laki Dewasa 13 gram %

Ibu Hamil 11 gram %

Ibu Menyusui Eksklusif 11 gram %

Seseorang dikatakan anemia jika kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gr% untuk pria dan kurang dari 12,0 gr% untuk wanita. Klasifikasi derajat anemia menurut WHO dalam buku Handayani W, dan Haribowo AS (2008) adalah:

1) ringan sekali : Hb 10,00 gr%-13,00gr%; 2) ringan : Hb 8,00 gr%-9,90gr%; 3) sedang : Hb 6,00 gr%-7,90gr%; 4) berat : Hb <6 gr%.

(43)

2.2.1. Penyebab Anemia Gizi Besi

Menurut Komite Nasional PBB Bidang Pangan dan Pertanian (1992), anemia gizi besi dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor penyebab langsung dan tidak langsung. Faktor penyebab langsung meliputi jumlah Fe dalam makanan yang tidak cukup, absorpsi Fe rendah, kebutuhan naik serta kehilangan darah sehingga keadaan ini menyebabkan jumlah Fe dalam tubuh menurun. Menurunnya Fe dalam tubuh akan memberikan dampak negatif bagi fungsi tubuh. Hal ini dikarenakan zat ini merupakan salah satu zat gizi penting yang terdapat pada setiap sel hidup, baik sel tumbuhan dan hewan. Di dalam tubuh, zat besi sebagian besar terdapat dalam darah yang merupakan bagian dari protein yang disebut hemoglobin di dalam sel-sel darah merah dan disebut mioglobin di dalam sel-sel otot.

Zat besi yang ada di dalam tubuh berasal dari tiga sumber yaitu besi yang diperoleh dari hasil perusakan sel-sel darah merah (hemolisis), besi yang diambil dari penyimpanan dalam tubuh, dan besi yang diserap dari saluran pencernaan (Soekirman, 2000). Dari ketiga sumber tersebut, besi hasil hemolisis merupakan sumber utama.

(44)

ketersediaan biologik yang tinggi, besi di dalam serealia dan kacang-kacangan mempunyai ketersediaan biologik yang sedang, dan besi yang terdapat pada sebagian besar sayur-sayuran terutama yang mengandung asam oksalat tinggi seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik yang rendah.

Faktor penyebab anemia gizi besi yang tidak langsung meliputi praktik pemberian makanan yang kurang baik, komposisi makanan kurang beragam, pertumbuhan fisik, kehamilan dan menyusui, perdarahan kronis, parasit, infeksi, pelayanan kesehatan yang rendah, terdapatnya zat penghambat absorpsi, serta keadaan sosial ekonomi masyarakat rendah (Komite Nasional PBB Bidang Pangan dan pertanian, 1992).

2.2.2. Dampak Anemia Gizi Besi pada Pekerja

(45)

2.3. Cara Mengukur Kadar Hb

Terdapat beberapa cara untuk mengukur kandungan Hb di dalam darah, antara lain dengan metode sahli dan cyanmethemoglobin.

2.3.1. Metode Sahli a. Dasar

Metode sahli merupakan satu cara penetapan hemoglobin secara visual. Darah diencerkan dengan larutan HCl sehingga hemoglobin berubah menjadi hematin asam. Untuk dapat menentukan kadar hemoglobin dilakukan dengan mengencerkan larutan campuran tersebut dengan aquadest sampai warnanya sama dengan warna batang gelas standar.

b. Peralatan dan Pereaksi

1) Alat untuk mengambil darah vena atau darah kapiler 2) Hemometer sahli, yang terdiri atas:

a. Tabung pengencer. panjang 12cm, dinding bergaris mulai angka 2(bawah) s/d 22(atas)

b. Dua tabung standar warna

c. Pipet Hb. dengan pipa karet panjang 12,5 cm terdapat angka 20 d. Pipet HCl

e. Botol tempat aquadest dan HCl 0,1N f. Batang pengaduk (dari glass)

(46)

c. Spesimen

Dapat berupa darah kapiler atau darah vena (darah EDTA) d. Cara Kerja

1) Isi tabung pengencer dengan HCl 0,1N sampai angka 2

2) Dengan pipet Hb, hisap darah sampai angka 20 mm, jangan sampai ada gelembung udara yang ikut terhisap

3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet dengan tissue

4) Tuangkan darah ke dalam tabung pengencer, bilas dengan aquadest bila masih ada darah dalam pipet

5) Biarkan satu menit

6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes, aduk dengan batang kaca pengaduk 7) Bandingkan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standar 8) Bila sudah sama penambahan aquades dihentikan, baca kadar Hb pada skala

yang ada ditabung pengencer 2.3.2. Metode Cyanmethemoglobin a. Dasar

(47)

dapat berlangsung sempurna pada saat yang tepat. Deterjen berfungsi mempercepat hemolisa darah serta mencegah kekeruhan yang terjadi oleh protein plasma.

b. Peralatan dan Pereaksi

1) Mikropipet 20 mikroliter / mmk atau pipet Sahli 2) Pipet volumetrik 5 ml

3) Tabung reaksi ukuran 75 x 10mm

4) Spektrofotometer/kolorimeter dengan panjang gelombang 540 nm

5) Larutan Drabkin atau modifikasinya (diperdagangkan dalam bentuk kit), yang berisi kandungan kalium ferrosianida 200mg, KCN 50 mg, Kalium Hydrogen fosfat 140 mg, detergen 0,5-1 ml, dan aquadest 1000 ml

c. Spesimen

Darah kapiler atau darah EDTA d. Cara Kerja

1) Ke dalam tabung reaksi 75 x 10 mm, pipetkan 5 ml pereaksi

2) Dengan mikropipet tambahkan 20mikroliter / mmk darah penderita ke dalam pereaksi tersebut serta hindarilah terjadinya gelembung dan bersihkan bagian mikropipet.

(48)

4) Kadar hemoglobin dapat dibaca pada kurva kalibrasi atau dihitung dengan menggunakan faktor; dimana kadar Hb = serapan x faktor kurva kalibrasi dan faktor telah dipersiapkan sebelumnya.

e. Pembuatan Kurva Kalibrasi dan Perhitungan Faktor

Sebelum fotometer dipergunakan untuk penetapan kadar hemoglobin, harus dikalibrasi dulu, atau dihitung faktornya. Untuk keperluan tersebut dipergunakan larutan standart hemisianida (sianmethemoglobin) dan pengenceran larutan tersebut dalam pereaksi Drapkin. Kadar Hb dari larutan standart hemisianida dapat dihitung dalam gr/100ml atau gr/dl sebagai berikut:

Kadar Hb Larutan Standart = kadar hemisianida X 0,251 mg/dL

Buatlah pengenceran larutan standar 100, 75, 50, 25, dan 0% sebagai blanko dengan larutan Drapkin. Setelah masing-masing tercampur sempurna biarkan pada suhu kamar 3 menit dan baca serapan pada fotometer dengan 540 nm. Buatlah kurvanya dengan kadar Hb sebagai absisi dan serapan sebagai ordinat, maka hasil percobaan serapan pasien tinggi memplotkan pada kurva tera. Atau menggunakan faktor sebagai berikut:

Faktor (F) = JumlahKadarHb Jumlahserapan

f. Pengawasan Mutu

(49)

2.4. Pengaruh Anemia Gizi Besi terhadap Produktivitas Pekerja

Salah satu faktor yang menentukan produktivitas adalah status gizi tenaga pekerja yang baik, yang salah satunya adalah ferum (zat besi) di dalam tubuh jumlahnya harus mencukupi. Ferum (zat besi) adalah salah satu unsur untuk pembentukan Hb. Bila defisiensi zat besi ini maka pembentukan Hb akan berkurang yang dapat menyebabkan anemia zat besi. Kadar Hb yang rendah akan mengganggu proses metabolisme dalam tubuh. Untuk mengatasi hal ini dianjurkan untuk memberikan kebutuhan akan ferum secukupnya (Nasution, 2004).

Hasil penelitian Widiastuti (2011) menunjukkan bahwa kadar Hb merupakan faktor yang paling berhubungan dengan produktivitas tenaga kerja. Selanjutnya, Husaini (1987) juga menyatakan bahwa produktivitas tenaga kerja penderita anemia gizi besi menurun sebesar 20%. Demikian juga dengan penelitian Farihah (1999) yang menyatakan bahwa produktivitas pekerja penderita anemia menurun sekitar 24%.

(50)

Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi akan meningkatkan kemampuan sistem peredaran darah dan pernafasan untuk mendistribusikan oksigen ke otot-otot yang bekerja sesuai dengan kebutuhan untuk memulihkan tubuh dari efek bekerja.

Pekerja yang membutuhkan tenaga besar merasa cepat lelah karena anemia menyebabkan tenaga berkurang. Dengan demikian hasil kerjanya akan rendah sehingga produktivitas kerja menurun. Ketahanan dan kemampuan tubuh untuk melakukan pekerjaan dengan produktivitas yang baik, cenderung dilakukan oleh individu dengan tidak anemia.

2.5. Produktivitas Kerja

Produktivitas dapat dianggap sebagai keluaran atau sebagai masukan dari suatu sistem. Sebagai masukan maka produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan hari esok lebih baik daripada hari ini. Produktivitas sebagai keluaran biasanya dirumuskan sebagai rasio dari apa yang dihasilkan terhadap keseluruhan masukan (baik Individu, kelompok, maupun organisasi perusahaan) untuk menghasilkan suatu produk atau jasa dalam kondisi dan situasi tertentu.

(51)

Produktivitas kerja ditunjukkan sebagai rasio jumlah keluaran yang dihasilkan per jumlah tenaga kerja yang diperkerjakan. Masukan disini diukur dalam satuan jam manusia yaitu jam kerja yang dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Produktivitas tenaga kerja ditunjukkan dari hasil kerja seorang tenaga kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk.

Produktivitas Tenaga kerja =

Waktu Kerja Jumlah Hasil Kerja

Untuk jenis produk dimana tenaga kerja mencapai jumlah target produk tertentu selama jam kerja, maka produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan membandingkan jumlah produk yang dihasilkan selama jam kerja dengan jumlah target produk yang seharusnya diperoleh selama jam kerja (Ravianto, 1990).

Jumlah hasil Kerja/Waktu Kerja

Produktivitas Tenaga Kerja = --- x 100% Jumlah Target

2.5.1. Produktivitas Tenaga Kerja

(52)

standar yang telah ditentukan dalam satuan waktu yang lebih singkat atau memakai sumber daya yang lebih sedikit (Ravianto, 1990)

2.5.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Produktivitas

Menurut Ravianto (1990) produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Pendidikan dan Latihan

Pendidikan dan pelatihan pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan berbagai pengetahuan dan keterampilan. Semakin terampil dan cekatan seseorang biasanya juga semakin produktif.

b. Motivasi

Motivasi seseorang yang produktif ialah untuk selalu berprestasi. Bila motivasi ini dilandasi oleh disiplin dan etika kerja yang baik, maka hasilnya akan semakin positif. Apalagi tenaga kerja tersebut memiliki kemampuan, mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri, mempunyai sasaran hidup, mendapatkan kesempatan untuk berprestasi, lingkungan menunjang, adanya peralatan yang memadai, maka produktivitasnya akan tinggi.

c. Lingkungan dan Iklim Kerja

(53)

d. Makanan dan Minuman yang Sehat, Cukup dan Bergizi

Energi dalam tubuh bersumber dari makanan dan minuman. Makanan dan minuman yang sehat, cukup, dan bergizi, berguna untuk membangun dan menggantikan sel sel tubuh yang aus, memberi energi, serta memelihara tubuh. Seseorang yang mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat, cukup, dan bergizi serta didukung oleh gaya hidup yang teratur serta istirahat yang cukup akan menunjang produktivitasnya.

e. Tingkat Upah Minimal yang Berlaku

Tingkat upah yang terlalu rendah tidak memungkinkan tenaga kerja dapat memenuhi kebutuhan fisik minimal atau tidak mampu bekerja produktif atau malas bekerja akibat kekurangan gizi.

Bila produktivitas tenaga kerja hanya dikaitkan dengan satuan waktu, maka tinggi rendahnya produktivitas tenaga kerja sangat tergantung dari aktivitas tenaga kerja itu sendiri. Secara teoritis, aktivitas ini sangat tergantung pada gizi yang diperoleh dari makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh tenaga kerja.

(54)

1. Gizi dan Kesehatan

Jika hasil aktivitas persatuan waktu menjadi penyebab tinggi rendahnya produktivitas kerja maka secara teoritis aktivitas ini sangat tergantung dari kesehatan dan gizi yang diperoleh dari makanan. Bagi manusia dalam bekerja memerlukan bahan-bahan bergizi seperti karbohidrat, protein dan lemak sebagai sumber tenaga, pelindung seperti vitamin, garam garam mineral, zat besi dan lain lain.

Dengan demikian tenaga kerja dapat bekerja baik selama ia memiliki tenga yang diperoleh dari makanan. Gizi yang cukup dan badan yang sehat merupakan syarat bagi produktivitas kerja yang tinggi.

2. Pendidikan dan Pelatihan

Kemampuan seseorang untuk bekerja berawal dari pendidikan dan pelatihan yang dialaminya. Pendidikan dan pelatihan yang ditambah dengan praktek yang terus menerus akan menambah kecakapan seseorang, pekerjaannya akan semakin bermutu dan semakin cepat selesai, dengan kata lain produktivitasnya akan meningkat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi memberikan peluang penghasilan yang lebih tinggi serta produktivitasnya yang lebih tinggi. Hal ini terbukti dari tingginya rata rata pendidikan di Negara maju dan produktivitas yang tinggi.

3. Penghasilan dan Jaminan Sosial

(55)

tingkat upah yang layak secara objektif barulah mampu memenuhi kebutuhan hidup dirinya serta keluarganya. Pada tingkat upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang layak, produktivitas kerja memperoleh peluang untuk meningkat.

4. Kesempatan

Kesempatan yang terbuka bagi tenaga kerja untuk berbuat yang lebih baik merupakan persyaratan bagi perbaikan produktivitas kerja. Kesempatan dalam hal ini sekaligus mencakup kesempatan kerja, yaitu pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan keterampilan serta minatnya dan kesempatan untuk berprestasi serta mengembangkan diri.

5. Manajemen

Produktivitas juga dipengaruhi oleh manajemen dari kepemimpinan organisasi/ perusahaan. Faktor manajerial ini berpengaruh pada semangat kerja tenaga kerja melalui gaya kepemimpinan, kebijakan dan peraturan-peraturan perusahaan. Misalnya kebijaksanaan tentang insentif, pendidikan, pelatihan dan disiplin. Faktor manajerial lain adalah masukan tanda (signal masukan) sejauh mana petunjuk tanda-tanda yang diberikan kepada tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya dan sejauh mana hasilnya pekerjaan tenaga kerja diukur oleh manajer mereka.

6. Kebijaksanaan Pemerintah

(56)

teknologi, ketatalaksanaan, moneter dan perkreditan serta eksport yang menciptakan iklim berusaha yang merangsang perbaikan produktivitas

Anoraga (2001) menyebutkan ada sepuluh faktor yang diinginkan oleh pekerja tetap untuk meningkatkan produktivitas kerja yaitu:

1. Pekerjaan yang menarik 2. Upah yang baik

3. Keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan 4. Penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan 5. Lingkungan atau suasana kerja yang baik

6. Promosi dan pengembangan diri mereka sejalan dengan perkembangan perusahaan

7. Merasa terlibat dalam kegiatan organisasi

8. Pengertian dan simpati atas persoalan-persoalan pribadi 9. Kesetiaan pemimpin pada diri si pekerja

10.Disiplin kerja yang keras

2.6.Sektor Informal

(57)

ILO (International Labour Organization) mendefinisikan sektor informal sebagai cara melakukan pekerjaan apa pun dengan karakteristik mudah dimasuki, bersandar pada sumber daya lokal, usaha milik sendiri, beroperasi dalam skala kecil, padat karya dan dengan teknologi yang adaptif, memiliki keahlian di luar sistem pendidikan formal, tidak terkena langsung regulasi, dan pasarnya yang kompetitif. Dengan karakteristik seperti ini tentu sektor informal menjadi lahan yang tepat bagi mereka yang berpendidikan rendah, miskin, tidak mempunyai keterampilan khusus untuk bekerja (Kamsari, 2013).

Menurut Sethurahman (1996) dalam Budi (2008) istilah “sektor informal” biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Sektor informal di kota terutama harus dipandang sebagai unit-unit berskala kecil yang terlibat dalam produksi dan distribusi barang-barang yang masih dalam suatu proses evolusi daripada dianggap sebagai sekelompok perusahaan yang berskala kecil dengan masukan-masukan (inputs) modal dan pengelolaan (managerial) yang besar.

Hendri Saparini dan M. Chatib Basri menyebutkan bahwa tenaga kerja sektor informal adalah tenaga kerja yang bekerja pada segala jenis pekerjaan tanpa ada perlindungan negara dan atas usaha tersebut tidak dikenakan pajak (UI, 2010).

2.6.1 Ciri-ciri Pekerjaan Sektor Informal

Menurut Saparini (2010), ciri-ciri pekerjaan sektor informal adalah : a. Mudah masuk

(58)

b. Bersandar pada sumber daya lokal, biasanya usaha milik keluarga, operasi skala kecil, padat karya,

c. Keterampilan diperoleh dari luar sistem formal sekolah dan tidak diatur dan pasar yang kompetitif.

2.6.2 Industri Rumah Tangga (industri kecil)

Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang

dari lima orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja

berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala

rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman,

industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan.

Industri kecil merupakan salah satu sektor informal yang mempunya ciri-ciri sebagai berikut :

1. Kegiatan usahanya tidak terorganisir dengan baik. 2. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai ijin usaha.

3. Pola kegiatan usaha tidak terfokus dalam arti lokasi atau jam kerja.

4. Pada umunya kebijaksanaan pemerintah untuk membangun golongan ekonomi lemah tidak sampai ke sektor industri kecil.

5. Unit usaha mudah beralih ke sektor lain.

6. Teknologi yang digunakan masih bersifat sederhana.

(59)

8. Tidak memerlukan pendidikan formal, karena hanya berdasarkan pengalaman sambil kerja.

9. Pada umumnya bekerja sendiri atau hanya dibantu karyawan atau kerabat/ keluarga yang tidak perlu dibayar.

10. Sumber modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau dari lembaga keuangan yang tidak resmi.

11. Sebagian besar hasil produksi atau jasa mereka hanya dikenali oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah atau sebagian kecil atau golongan ekonomi menengah.

Berdasarkan pengertian dari BPS, menyebutkan bahwa industri kecil dibedakan menjadi 2, yaitu : industri rumah tangga dan pabrik kecil. Ciri-ciri dari industri rumah tangga yang menggunakan tenaga kerja kurang dari 5 orang adalah :

- Sebagian besar pekerjanya adalah anggota keluarga sendiri dari pemilik/pengusaha yang pada umumnya tidak dibayar.

- Proses produksinya masih manual dan dilakukan di rumah.

- Produksinya bersifat musiman mengikuti kegiatan produksi di sektor pertanian yang juga bersifat musiman.

- Jenis produksinya sederhana untuk konsumsi sederhana juga.

(60)

dibayarkan. Selanjutnya terserah pada pekerja apakah mau menerima penawaran tersebut atau tidak. Tawar menawar upah disektor informal ini lebih didasarkan pada rujukan upah yang berlaku untuk usaha sejenis di wilayah yang bersangkutan. Sistem pembayaran upah sering dilakukan secara harian dan mingguan, secara bulanan sangat jarang dilakukan.

2.7. Industri Pengolahan Ubi di Desa Pegajahan

Desa Pegajahan merupakan salah satu desa di Kecamatan Pegajahan yang mempunyai industri rumah tangga yang mengolah ubi kayu menjadi olahan pangan ubi yaitu kerupuk mie, opak lidah, balong kuok, rengginang dan opak koin. Dari hasil survey yang dilakukan pada bulan Juni 2013 di Desa Pegajahan terdapat 66 KK industri rumah tangga. Proses pekerjaan yang dilakukan dalam pengolahan pangan ubi kayu menjadi kerupuk mie adalah sortasi ubi kayu segar, pengupasan, pencucian, pemarutan, pencetakan/peletrekan, penjemuran ½ kering, pemotongan, dan dimasukkan ke ampia untuk mendapatkan kerupuk mie kemudian di jemur sampai kering.

(61)

Adapun proses kerja pembuat kerupuk mie ubi kayu dari mulai pengupasan sampai mejadi kerupuk mie ubi kayu sesuai prosedur di Desa Pegajahan terdiri dari beberapa tahapan yaitu:

1. Proses Sortasi

Proses sortasi adalah suatu kegiatan yang memisahkan ubi kayu berdasarkan tingkat keutuhan atau kerusakan ubi kayu, baik karena rusak disebabkan mekanis ataupun rusak karena bekas serangan hama atau penyakit.

2. Proses Pengupasan

Setelah proses sortasi dilanjutkan dengan proses pengupasan yaitu untuk menghilangkan kulit ubi sebagai bagian dari ubi yang tidak berfungsi atau tidak dibutuhkan dalam pengolahan bahan kerupuk mie ubi kayu.

3. Proses Cleaning (Pembersihan)

Proses selanjutnya adalah cleaning (pembersihan) ubi kayu, yaitu menghilangkan kotoran-kotoran pada ubi kayu dengan menggunakan air bersih kemudian ditiriskan.

4. Proses Pemarutan

Tahapan berikutnya adalah Proses pemarutan, yaitu ubi kayu dimasukkan ke dalam mesin parutan sehingga menjadi bubur mentah kemudian ditiriskan. 5. Proses Penirisan

(62)

6. Poses Pencetakan/Peletrekan

Proses pencetakan/peletrekan adalah adonan bubur ubi kayu sebanyak 0,5 kg diletakkan keatas plastik transparan dengan ukuran 55 x 40 cm lalu diratakan dengan ketebalan 0,25 cm.

7. Proses Pengukusan

Setelah semua adonan bubur ubi kayu selesai di cetak/letrek, proses selanjutnya adalah pengukusan, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk menghomogenkan adonan agar lebih merekat untuk proses penjemuran awal (setengah kering). 8. Proses Penjemuran Awal (Setengah Kering)

Proses penjemuran setengah kering adalah kegiatan pengeringan hasil cetakan/letrekan dengan panas matahari sampai setengah kering yang bertujuan agar bisa dimasukkan ke mesin ampia untuk proses selanjutnya.

9. Proses Pemotongan

Proses pemotongan adalah pengecilan ukuran cetakan/letrekan yang dilakukan melalui kerja mekanis menggunakan mesin ampia yang hasilnya berupa bentuk gumpalan mie.

10.Penjemuran Akhir (Kering)

Proses selanjutnya adalah penjemuran akhir, yaitu pengeringan gumpalan mie ubi kayu dibawah sinar matahari sampai bahan mencapai kadar air tertentu (ditandai oleh bahan kering yang mudah dipatahkan dengan tangan atau mie ubi kayu menjadi getas atau rapuh).

11. Hasil Akhir (Mie Ubi Kayu)

(63)

2.8. Landasan Teoritis

Faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja salah satunya adalah makanan dan minuman yang sehat, cukup dan bergizi. Energi dalam tubuh bersumber dari makanan dan minuman. Makanan dan minuman yang sehat, cukup, dan bergizi, berguna untuk membangun dan menggantikan sel sel tubuh yang aus, memberi energi, serta memelihara tubuh. Tenaga Kerja yang mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat, cukup, dan bergizi serta didukung oleh gaya hidup yang teratur serta istirahat yang cukup akan menunjang produktivitasnya. (Ravianto, 1990)

Gizi kerja adalah gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan kalorinya sesuai dengan jenis pekerjaannya. Tujuannya adalah untuk mencapai tingkat kesehatan tenaga kerja dan produktivitas kerja yang setingi-tingginya. Status Gizi tenaga kerja yang baik salah satunya adalah adanya ferum (zat besi) didalam tubuh dalam jumlah yang mencukupi. Ferum (zat besi) adalah salah satu unsur untuk pembentukan hemoglobin. Bila defisiensi zat besi ini maka pembentukan hemoglobin akan berkurang, yang dapat menyebabkan anemia zat besi. Kadar hemoglobin yang rendah akan mengganggu proses metabolisme dalam tubuh. Untuk mengatasi hal ini dianjurkan untuk memberikan kebutuhan akan ferum secukupnya (Mahdin, 1989).

(64)

kerja menurun. Ketahanan dan kemampuan tubuh untuk melakukan pekerjaan dengan produktivitas yang memadai akan lebih dipunyai oleh individu dengan tidak anemia (Wirahakusumah, 1999).

2.9. Kerangka Konsep

[image:64.612.129.480.290.445.2]

Berdasarkan teori-teori yang telah di bahas dalam tinjauan kepustakaan, maka kerangka teoritis dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Keterangan :

= Diteliti

= Tidak diteliti

Berdasarkan kerangka diatas, maka dapat dijelaskan bahwa kerangka konsep dalam penelitian ini adalah Kadar Hb dipengaruhi konsumsi gizi (Energi, Protein dan Zat Besi) mempengaruhi terhadap produktivitas Kerja yang dipengaruhi masa kerja.

Masa Kerja

Produktivitas Kerja Konsumsi Gizi:

- Energi: - Protein - Zat besi

(65)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei bersifat deskriptif analitik yang bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisis pengaruh konsumsi gizi dan kadar Hb terhadap produktivitas kerja pada wanita pekerja informal di industri pengolahan ubi di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

(66)

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan Maret sampai September 2013.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah wanita pekerja di industri pengolahan ubi di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai yang berjumlah 92 orang.

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah wanita pekerja informal di industri pengolahan ubi kayu di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai yang dibatasi dengan kri

Gambar

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Gizi Usia Dewasa
Tabel 2.2. Rumus FAO/WHO/UNU untuk Menentukan AMB
Tabel 2.4. Ambang Batas Normal Kadar Hb untuk Berbagai Kelompok Usia
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Iz provedene ankete i istraživanja koja su navedena u prijašnjim poglavljima da se zaključiti da mladi ljudi sve manje i manje čitaju tiskane novine, dok je korištenost

in expected value due to the merger, bidders of all types do have an incentive to merge. Moreover, the free riding issue is absent in the two-aspect model; the merging bidders

Bayi Berat Lahir Rendah.” Penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai syarat kelulusan strata-1 Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.. Dalam

Karakter kolaboratif pada model pembelajaran biologi SMA berbasis Konstruktivis-Kolaboratif menuntut siswa saling belajar melalui diskusi dan dialog, sehingga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Kranggan sudah dilaksanakan dengan baik, pelaksana kebijakan ada penyusunan anggota

Dari beberapa pengertian penilaian prestasi kerja diatas maka kita dapat menyimpulkan bahwa penilaian prestasi kerja membuat karyawan mengetahui tentang hasil kerja

Sesuai dengan kegiatan yang terkandung dalam rangkaian pelaksanaan observasi secara umum, pelaksanaan observasi dalam anamnesa juga mencakup aktifitas-aktivitas

REKAPITULASI DATA KEPENDUDUKAN MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2016 SEMESTER I1.