TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS
DI DESA SIMPANG EMPAT KABUPATEN ASAHAN
SKRIPSI
Oleh
Asmadi 121121047
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : : Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Di Desa Simpang Empat Kabupaten Asahan 2013.
Peneliti : Asmadi
NIM : 121121047
Program : Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Tahun : 2014
ABSTRAK
Masa remaja merupakan salah satu priode dari perkembangan manusia, masa ini merupakan perubahan atau peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial.. Kiranya tidak dapat di ingkari lagi bahwa keluarga merupakan lingkungan primer hampir setiap individu, sejak ia lahir sampai datang masanya ia meninggalkan rumah untuk membentuk keluarga sendiri oleh sebab itu keluarga harus bisa menyampaikan pengetahuan sekiranya yang dapat menambah wawasan remaja tentang penyakit HIV/AIDS. Penelitian ini bersifat deskriptif, populasi dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengetahuan seorang remaja tentang HIV/AIDS di Desa Simpang Empat Kabupaten Asahan, sampel penelitian ini adalah dengan menggunakan sistem acak (random sampling) dimana anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel dari penelitian. Hasil analisa menemukan bahwa dari 66 responden menunjukkan bahwa berdasarkan kategori pengetahuan remaja di Desa Simpang Empat Kabupaten Asahan menunjukkan bahwa kategori pengetahuan yang baik (63,6%), pengetahuan cukup (33,3%), sedangkan yang berpengetahuan kurang (3,1%). Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya sumber informasi HIV/AIDS pada remaja.
Title : Teen's level of knowledge About HIV/AIDS in the village of Simpang Asahan Regency Four 2013
Student Name : Asmadi
Student Number : 121121047
Major : Bachelor of Nursing (S.Kep)
Year : 2014
ABSTRACT
Adolescence is a period of human development, the present is a change or transition from childhood into adulthood that includes biological changes, psychological changes, and social change. I can't deny that the family is the primary environment nearly every individual, since he was born until the time came he left the House. to form a family of her own. Therefore, the families should be able to convey the knowledge if that can add insight into adolescents about HIV/AIDS disease. This research is descriptive, the population in this research is how big a teen's knowledge about HIV/AIDS in the village of Simpang Asahan Regency, Four samples of this research is to use a system of random (random sampling) where a member of a population has an equal chance to be a sample of the research. Results analysis found that of the 66 respondents indicated that based on the category of knowledge teenagers in the village of Simpang Enpat Asahan Regency pointed out that good knowledge categories (63,6%), enough knowledge (33.3%), while the less knowledgeable (3.1%). Expected to medical workers in order to further enhance outreach about the importance of information sources on HIV/AIDS in teenagers.
PRAKATA
Puji beserta syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan hidayahNya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS di Desa Simpang Empat Kabupaten Asahan” dapat diselesaikan. Skripsi ini ditulis terkait dengan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Ucapkan terimakasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi inikepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memfasilitasi terlaksananya pendidikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Erniyati, S.Kp., MNS. Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan 3. Evi Karota, S.Kp, MNS. Selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
4. Ikhsanuddin A. Hrp, S.Kp,MNS. Selaku Pembantu Dekan III Fakultas Universitas Sumatera Utara.
5. Reni Asmara Ariga S.Kp.MARS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh perhatian dengan penuh perhatian dan cermat, sehingga proposal ini diselesaikan dengan baik. 6. Bapak Ismayadi,S,Kep,Ns,M,Kes,Cwcca,CHtN. Selaku Dosen Penguji Uji
Validitas pada kuesioner penelitian ini.
7. Ibu Nur Asnah Sitohang,S,Kep,Ns. Selaku Dosen Penguji pada sindang Skripsi ini.
9. Kepala Desa Simpang Empat Kabupaten Asahan yang telah memberikan kesempatan dan dukungan untuk melakukan penelitian di Desa Simpang Empat.
10.Kepada Bapak dan Ibu Saya, Kakak, Abang, dan Adek serta seluruh keluarga yang mencintai dan menyanyagiku, yang telah memberikan do”a restu dan dukungan sepanjang kehidupanku dan selama menjalani pendidikan di Fakultas Universitas Sumatera Utara ini.
11.Dan tidak lupa kepada istriku Yunita yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam penyelesain skripsi ini.
12.Rekan-rekan mahasiswa Ekstensi Keperawatan 2012 Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan.
Semoga segala bantuan, kebaikkan dan dukungan yang telah diberikan
kepada penulis mendapatkan berkah, rahmat, dan hidayah dari ALLAH
SWT, Amin.
Medan,19 Januari 2014
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1 Tujuan Umum ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.4.1 Praktek Keperawatan... 5
1.4.2 Pendidikan Dalam Keperawatan ... 5
1.4.3 Penelitian Dalam Keperawatan ... 5
1.4.4 Remaja ... 5
BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan ... 6
2.1.1 Defenisin Pengetahuan ... 6
2.1.2 Tingkat Pengetahuan Di Dalam Domian Kognitif ... 6
2.2 Remaja ... 8
2.2.2 Remaja Di Tinjau Dari Sudut Pandang Fisik ... 8
2.2.3 Batasan Remaja Menurut WHO ... 9
2.2.4 Remaja Sebagai Anggota Keluarga... 9
2.3 Remaja Dalam Masyarakat ... 10
2.3.1 Remaja Denga HIV/AIDS ... 10
2.3.2 Faktor Penyebaba Seksualitas Pada Remaja ... 11
2.3.3 Ancaman Seksualitas Pada Remaja... 12
2.3.4 Remaja Perlu Perlindungan ... 12
2.4 HIV/AIDS ... 13
2.5 Pencegahan HIV/AIDS ... 16
2.5.1 Pencegahan HIV/AIDS Antara Lain ... 17
2.6 Penularan HIV/AIDS ... 17
2.6. 1 Penularan ... 17
2.6.2 Perjalanan Penyakit HIV Hingga Timbul AIDS ... 19
2.7 Etiologi ... 20
2.7.1 Tanda – Tanda Dan Gejala ... 21
2.8 Komplikasi ... 21
2.8.1 Pengobatan ... 22
2.8.2 Gajala Klinis HIV/AIDS ... 22
2.9 Dingnosis HIV/AIDS ... 23
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konseptual ... 24
3.2 Definisi Operasional ... 24
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 26
4.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 26
4.2.1 Populasi Penelitian ... 26
4.2.2 Sampel Penelitian ... 26
4.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 28
4.3.1 Lokasi Penelitian ... 28
4.4 Pertimbangan Etik ... 29
4.5 Instrumen Penelitian ... 30
4.6 Validitas Dan Realibilitas ... 31
4.6.1 Uji Validitas ... 31
4.6.2 Uji Realibilitas... 32
4.7 Pengumpulan Data ... 32
4.8 Analisa Data ... 33
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 34
5.1.1 Karekterisitik Responden ... 34
5.2 Distribusi Remaja ... 36
5.3 Pengetahuan Remaja ... 37
5.4 Pembahasan ... 37
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMONDASI 6.1 Kesimpulan ... 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR SKEMA
DAFTAR TABEL
1. Defenisi Operasional...26
2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden...36
3. Pengetashuan Remaja Tentang HIV/AIDS ...37
Judul : : Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Di Desa Simpang Empat Kabupaten Asahan 2013.
Peneliti : Asmadi
NIM : 121121047
Program : Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Tahun : 2014
ABSTRAK
Masa remaja merupakan salah satu priode dari perkembangan manusia, masa ini merupakan perubahan atau peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial.. Kiranya tidak dapat di ingkari lagi bahwa keluarga merupakan lingkungan primer hampir setiap individu, sejak ia lahir sampai datang masanya ia meninggalkan rumah untuk membentuk keluarga sendiri oleh sebab itu keluarga harus bisa menyampaikan pengetahuan sekiranya yang dapat menambah wawasan remaja tentang penyakit HIV/AIDS. Penelitian ini bersifat deskriptif, populasi dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengetahuan seorang remaja tentang HIV/AIDS di Desa Simpang Empat Kabupaten Asahan, sampel penelitian ini adalah dengan menggunakan sistem acak (random sampling) dimana anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel dari penelitian. Hasil analisa menemukan bahwa dari 66 responden menunjukkan bahwa berdasarkan kategori pengetahuan remaja di Desa Simpang Empat Kabupaten Asahan menunjukkan bahwa kategori pengetahuan yang baik (63,6%), pengetahuan cukup (33,3%), sedangkan yang berpengetahuan kurang (3,1%). Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya sumber informasi HIV/AIDS pada remaja.
Title : Teen's level of knowledge About HIV/AIDS in the village of Simpang Asahan Regency Four 2013
Student Name : Asmadi
Student Number : 121121047
Major : Bachelor of Nursing (S.Kep)
Year : 2014
ABSTRACT
Adolescence is a period of human development, the present is a change or transition from childhood into adulthood that includes biological changes, psychological changes, and social change. I can't deny that the family is the primary environment nearly every individual, since he was born until the time came he left the House. to form a family of her own. Therefore, the families should be able to convey the knowledge if that can add insight into adolescents about HIV/AIDS disease. This research is descriptive, the population in this research is how big a teen's knowledge about HIV/AIDS in the village of Simpang Asahan Regency, Four samples of this research is to use a system of random (random sampling) where a member of a population has an equal chance to be a sample of the research. Results analysis found that of the 66 respondents indicated that based on the category of knowledge teenagers in the village of Simpang Enpat Asahan Regency pointed out that good knowledge categories (63,6%), enough knowledge (33.3%), while the less knowledgeable (3.1%). Expected to medical workers in order to further enhance outreach about the importance of information sources on HIV/AIDS in teenagers.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan
gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan penyakit bawaan tetapi
didapat dari hasil penularan. Penyakit ini di sebabkan oleh human
immunodeficiency virus (HIV). Penyakit ini telah menjadi masalah internasional
karena dalam waktu yang relatif singkat terjadi dan begitu banyak fenomena -
fenomena dimana peningkatan jumlah pasien dan semakin melanda banyak
negara. Sampai saat ini belum di temukan vaksin atau obat yang relatif efektif
untuk AIDS sehingga menimbulkan keresahan di dunia (Widoyono, 2011 )
Virus berada dalam darah dan semua cairan tubuh dan di tularkan melalui
kontak seksual (>70%), terpapar darah atau cairan tubuh yang terinfeksi secara
parental atau masuknya virus secara transplasenta dari ibu ke janin. Kelompok
dengan resiko tertinggi terhadap infeksi HIV adalah homoseksual, pria biseksual,
penyalahgunaan obat-obatan intravena dan penderita homofilia yang mendapat
transfusi darah. Kelompok resiko tinggi lainnya adalah kaum prostitusi dan mitra
heteroseksual pria yang berada dalam kelompok resiko tinggi. Semua darah harus
di scrining terhadap HIV sebelum di transfusikan untuk memperkecil melalu
tranfusi. Wanita lebih mudah mendapat virus dari pria dibanding sebaliknya
karena konsentrasi HIV dalam semen tinggi dan robekan mukosa pada intoitus.
Menurut data dari WHO, menujukkan bahwa hiv/aids telah menyebabkan
kematian lebih dari 25% Juta orang pada tanggal 5 Juni tahun 2000. Dengan
demikian penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam
sejarah. AIDS telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4%. hingga 3,3% Juta
jiwa pada tahun 2005 saja. Dan lebih dari 570.000% Jiwa di antaranya adalah
anak – anak sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub – Suhara,
sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan sumber daya
manusia di sana. Perawatan antriettrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV/AIDS namun akses terhadap
pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.(WHO, 2007)
Indonesia, pada tahun 2002 pemerintahan memberikan 90.000-130.000
orang Indonesia saat ini terjangkit penyakit HIV, kebanyakan dari mereka tidak
menyadari bahwa mereka positif HIV/AIDS. Pada bulan September 2005,
Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan, Departemen Kesehatan RI melaporkan 8.251 kasus HIV/AIDS di 32
propinsi, 4.065%, merupakan kasus HIV dan di 31 propinsi, 4.186 merupakan
kasus HIV/AIDS. (Rampengan, 2008).
Pada bulan September Tahun 2011 menunjukkan bahwa angka kumulatif
yang terjangkit HIV/AIDS di Kota Medan mencapai 2.755 orang. Angka ini
cenderung terus mengalami peningkatan setiap bulannya sehingga lebih
Hal ini menunjukkan bahwa HIV/AIDS sudah menyebar pada kelompok
masyarakat yang tadinya dianggap bukan kelompok risiko tinggi. Pada tingkat
nasional, kasus HIV/AIDS di kalangan ibu rumah tangga menduduki peringkat
tertinggi sebanyak 622 % kasus pada 2011, diikuti dengan wiraswasta dengan
544%, kasus (Satriawan, 2012).
Salah satu upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan (kemkes) adalah
perawatan pederita HIV sejak tahun 2005. Jumlah ODHA (orang dengan
HIV/AIDS) sampai 30 september 2010 sebanyak 18.982 orang yang masih
menerima ARV (60,3%), dari yang pernah menerima ARV. Jumlah ODHA yang
masih dalam pengobatan ARV (Anti Retroviral Virus) tertinggi berasal dari DKI
Jakarta (6.946 %), Jawa Barat (1.418 %), Jawa Timur (1.138) Bali (835%), Papua
(724%), Jawa Tengah (562%), Sumatera Utara (543%), Kalimantan Barat
(380%), Kepulauan Riau (420%) dan Sulawesi Selatan (347%). Kematian ODHA
menurun dari 46% pada tahun 2006 menjadi 18% pada tahun 2009.
(Hutapea, 2011).
Berdasarkan hasil data yang di lakukan pada tanggal 25 Mei 2013 di
dapatkan dari DINKES Kabupaten Asahan, dan informasi yang di dapat dari
seseorang sebutkan saja inisial J Ny.S menceritakan kronologis kejadian bahwa
anak beliau setahun belakangan ini, melamun dan tidak mau beraktivitas seperti
mana biasnya di karenakan ada alasan yang membuat dia tidak mau lagi
beraktivitas seperti halnya yang di lakukaknnya sebelumnya seorang J mengetahui
bahwa iya sudah positif terjangkit penyakit AIDS. Hal ini menunjukkan bahwa di
di temukan pada bulan Maret – Desember tahun 2013 di temukan 13% pasien
yang terjangkit penyakit HIV/AIDS. pada bulan Januari – April tahun 2013
sebayak 13% kasus HIV/AIDS. Pada tahun 2012 sebayak 45% pasien terkena
HIV/AIDS. Pada tahun 2011 sebanyak 25% pasien yang terkena penyakit
HIV/AIDS. Maka untuk itu peneliti tertarik untuk menuliskan tentang penyakit
HIV/AIDS (Dinkes Asahan 2013).
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas begitu banyak fenomena – fenomena atau
angka kejadian tentang HIV/AIDS. Maka dapat di rumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah Tingkat Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di Desa
Simpang Empat. Kabupaten.Asahan.
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar
pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS ini sehingga remaja dapat
memahami,menginterveinsikan dan merasionalkan,apa itu HIV/AIDS.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi tambahan
dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan penularan
HIV/AIDS.
1.4.2 Masyarakat di Desa Simpang Empat
Di harapkan kepada masyarakat agar dapat menerima masukan demi
masukan yang telah di jelaskan mengenai HIV/AIDS ini dan bisa menambah
wawasan kepada masyarakat khususnya pada remaja tentang pengertian
HIV/AIDS.
1.4.3 Untuk Remaja
Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat mengevaluasi dan sebagai
masukan bagi remaja – remaja untuk dapat meningkatkan kemampuan remaja
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
Dari latar belakang masalah di atas, maka pada bab ini akan di bahas lebih
lanjut tentang. Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS di Desa Simpang Empat.
yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini.
2.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui indra
manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diproleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2007).
2.1.2 Pengetahuan di dalam domian koqnitif
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang di cakup dalam domain
kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara
lain : menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginter-prestasikan materi
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelakan dan menyebutkan. Misalnya dapat menjelaskan
mengapa harus makan-makanan yang bergizi.
3. Aplikasi(application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya) misalnya dapat
mengunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari
kasus yang diberikan.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk memenjabarkan materi atau objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dari suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Misalnya dapat menyusun dapat merencanakan, dapat meringkas dapat
menyesuaikan dan sebagainya.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
2.2 Remaja
2.2.1 Definisi Remaja
Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak – kanak dan
masa dewasa yang pada umumnya di mulai pada usia 12 –atau 13 tahun dan
berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Menurut
Adam & Gullota masa remaja meliputi antara 11 hingga 20 tahun (Adam, 2010).
Masa remaja merupakan salah satu priode dari perkembangan manusia,
masa ini merupakan perubahan atau peralihan dari masa kanak – kanak ke masa
dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan
sosial. Sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja umumnya di mulai
pada usia 10 – 13 tahun dan berakhir pada usia 18 – 22 tahun (Notoatdmojo,
2007).
2.2.2 Remaja Di Tinjau Dari Sudut Perkembangan Fisik
Dalam ilmu – ilmu kedokteran dan ilmu- ilmu lainnya yang terkait (seperti
Biologi dan Ilmu faal ), remaja dikenal dalam satu tahap perkembangan fisik,
yaitu masa alat – alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara
anatomis berarti alat – alat kelamin khususnya dan tubuh pada umumnya
memperoleh bentuk yang sempurna dan secara faali alat- alat kelamin tersebut
berfungsi secara sempurna pula, pada akhir dari peran perkembangan fisik ini
akan terjadi seseorang pria yang berotot dan berkumis / berjanggut yang mampu
2.2.3 Batasan Remaja Menurut WHO
WHO menjelaskan berdasarkan pada usia kesuburan atau fertilitas wanita
batasan tersebut juga berlaku untuk remaja pria dan WHO membagi kurun usia
tersebut dalam 2 bagian, yaitu remaja awal usia 10 – 14 tahun dan remaja akhir 15
– 20 tahun. Dalam pada itu perserikatan bangsa –bangsa (PBB), sendiri
menetapkan usia 15 sampai 24 tahun sebagai usia pemuda (Sarwono, 2011).
2.2.4 Remaja Sebagai Anggota Keluarga
Kiranya tidak dapat di ingkari lagi bahwa keluarga merupakan lingkungan
primer hampir setiap individu, sejak ia lahir sampai datang masanya ia
meninggalkan rumah untuk membentuk keluarga sendiri. Sebagai lingkungan
primer hubungan antara manusia yang paling intensif dan paling awal terjadi
dalam keluarga sebelum seseorang anak mengenal lingkungan lebih luas,
seseorang tersebut terlebih dahulu mengenal lingkungan keluarganya. Karena Itu
sebelum ia mengenal norma- norma dan nilai – nilai dari masyarakat umum
pertama kali, ia mernyerap norma –norma nilai – nilai yang berlaku dalam
keluarganya untuk di jadikan bagian dari kepribadiannya (Sarwono, 2011).
2.3 Remaja Dalam Masyarakat
Masyarakat sebagai lingkungan tersier (ketiga), adalah lingkungan terluas
bagi remaja sekaligus paling banyak menawarkan pilihan, terutama dengan maju
pesatnya teknologi komunikasi masa, maka hampir – hampir tidak ada batas –
batas geografis, etnis politis maupun sosial antara satu masyarakat lainnya. Waktu
senayan jakarta, setiap malam minggu ada pameran ketermapilan yang merupakan
acara spontanitas dari remajaa- remaja jakarta, tetapi yang lebih menakjubkan
budaya breakdence ini menyebar ke seluruh pelosok tanah air demikian pula
busana wanita timur tengah (Sarwono, 2011).
2.3.1 Remaja Dengan HIV/AIDS
Remaja merupakan salah satu kelompok yang paling berisiko untuk
terinfeksi HIV/AIDS. Data dari UNAIDS menunjukkan bahwa diperkirakan
terdapat sekitar 900.000. Remaja yang terinfeksi HIV/AIDS setiap tahunnya.
Remaja sangat dikaitkan dengan aktifitas seksual yang berisiko dan penggunaan
napza sehingga menjadi kelompok yang berisiko. Ketika dikaitkan dengan onset
dan perjalanan infeksi HIV, bisa dimaklumi jika pada umumnya infeksi dimulai
ketika usia remaja. Rata-rata kasus AIDS tertinggi di Indonesia ada pada usia
antara 21 sampai 29 tahun. Artinya bisa diperkirakan bahwa awal infeksi virus ini
sekitar usia belasan. Disamping tantangan dan hambatan yang muncul terkait HIV
dan remaja, kelompok usia ini mempunyai peluang untuk menghambat laju
epidemi HIV dan dapat diterima dan diimplementasikan kepada seluruh lapisan
2.3.2 Faktor – Faktor Penyebab Masalah Seksualitas Pada Remaja
1. Meningkatnya Libido Seksualitas
Menurut Robert Havighurs, seorang remaja menghadapi tugas
perkembangan (devlomental teks), sehubungan dengan perubahan fisik dan peran sosial yang sedang terjadi pada dirinya.
2. Penundaan Usia Perkawinan
Di indonesia terutama di daerah – daerah pendesaan, masih banyak
terdapat perkawinan – perkawinan di bawah usia. Kebiasaan ini berasal
dari adat yang berlaku sejak dahulu yang masih terbawa sampai sekarang.
Ukuran perkawinan di masyarakat seperti itu adalah kematangan fisik
belaka. Haid, bentuk tubuh yang sudah menunjukan tanda – tanda seksual
skunder.
3. Tabu – Larangan
Kebiasaan – kebiasaan dan norma – norma yang menyulitkan perkawinan
yang di sebutkan oleh Fawcett tersebut muncul dalam masyarakat
berbagai bentuk. Hull dan Adioetomo menyebutkan dalam tulisannya,
beberapa penelitian tentang hubungan antarusia perkawinan yang legal
2.3.3 Ancaman Penyakit Menular Seksual Pada Remaja
Karena sifatnya yang lethal, (mematikan), AIDS telah menjadi pusat berita selama kurang lebih, satu dekade ini akan tetapt sesungguhnya PMS (singkatan
dair penyakit menular seksual), lainnya memberi ancaman yang lebih luas
walaupun tidak membawa ancaman maut seperti AIDS. Pada bagian sebelumnya
telah di kemukakan hasil studi yang meliputi 16.000 mahasiswa pada 19 kampus
di amerika serikat. Di temukan bahwa satu dari 500 mahasiswa ternyata terinfeksi
HIV, juga di jumpai bahwa infeksi oleh kuman chlamydia trachomatis. (bakteri yang menimbulkan chlamdyia), dan human papiloma virus. (HPV), yaitu yang menyebabkan genetalia warts, atau kutil di daerah kemaluan terdapat satu dari sepuluh mahasiswa.Banyak mahasiswa/i tidak pernah mendengar tantang HPV,
yang tidak boleh di kacaukan dengan HIV, kuman HOV ini adalah virus yang
menimbulkan genital warts dan telah sering di hubungkan dengan adanya kanker
leher rahim pada wanita (Hutapea, 2011).
2.3.4 Remaja Perlu Perlindungan
Dalam sebuah artikel mengenai pemerkosaan baru – baru ini di salah satu
harian ibu kota di cantumkan mengenai data tentang kejadian perkosaan di
indonesia, tercatat bahwa dalam ketiga tahun 3005 terdapat 212 kasus perkosaan,
patokan jumlah kasus yang sesungguhnya mengingat kejadian perkosaan yang
tidak di laporkan karena berbagai alasan jauh lebih tinggi (Hutapea, 2011).
Belum di ketahui bagaimana insiden perkosaan - perkosaan di kalangan
remaja namun akan sangat menarik apabila data itu dapat di publikasikan lebih
TV upaya untuk mengurangi atau membuat kapok para pelaku perkosaan. Salah
satunya aspek positif dari gagasan (Hutapea, 2011).
2.4 HIV/AIDS
2.4.1 Definisi HIV/ AIDS
Acquried immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan
gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan penyakit bawaan tetapi
di dapat dari hasil penularan. Penyakit ini di sebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). Penyakit ini telah menjadi masalah intenasional karena dalam waktu yang relatif singkat terjadi peningkatan jumlah pasien dan
semakin melanda banyak negara. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin atau
obat yang relatif atau efektif untuk AIDS sehingga menimbulkan keresahan di
dunia (Widonyono,2011).
HIV merupakan sejenis virus, singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. AIDS di sebabkan dengan serangan atau infeksi virus. Biasanya berbagai jenis penyakit infeksi bisa di tangkal orang sehat karena tubuh mempunyai sel –
sel darah putih yang bertugas mempertahankan diri orang tersebut, sel- sel darah
putih ini akan menerangi setiap serangan dari luar dengan menggerakan sebarisan
sel untuk melakukan serangan balik terhadap benda asing yang masuk ketubuh.
Salah satu jenis dari sel- sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi yang di
sebut. T – Limfosit atau “Sel T – 4”. Virus HIV di klasifikasikan kedalam
sel- sel mamalia termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan patologi secara
lambat (Yatim, 2006).
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk
melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS
melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya timbul
berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006).
AIDS disebut suatu sindrom karena terdiri dari beberapa variasi gejala.
Fase awal dari kasus AIDS yang matang di tandai dengan gejala seperti lemah,
keringat malam, demam yang bandel, kelenjar limfa membengkak, diare dan
turunnya berat badan yang tak diketahu sebabnya. HIV dapat juga menyerang
susunan saraf pusat, menimbulkan AIDS Dementia Complex (ADC), dementia, adalah suatu keadaan dimana seseorang nyata sekali kebingungan
dan kehilangan arah. Orang-orang dengan ADC sering dengan cepat kehilangan,k
emampuan berkonsentrasi, komunikasi, belajar, mengingat sesuatu, menyadari
apa yang terjadi di sekelilingnya, dan mengendalikan gerakan ototnya. Lebih dari
sebagian penderita AIDS akhirnya akan mengalami masalah seperti ini.
(Hutapea, 2011).
Kelompok usia anak – anak di bawah 15 tahun yang terinfeksi HIV/AIDS
peningkatan yang sengnifikan yaitu berjumlah 2,1% juta anak terinfeksi dengan
perkiraan 1.2 – 2.9%, juta resiko infeksi pada kelompok usia anak di sebabkan
melalui transplasenta saat janin dalam kandungan memlalui air susu ibu saat
proses menyusui. Penularan kepada anak – anak dari ibu yang terinfeksi
HIV/AIDS di sebabkan oleh faktor biologi (inherited biologica risk), di mana infeksi pada anak di tularkan secara langsung dari darah ibu kejanin yang di
kandungnya. Darah ibu terinfeksi oleh virus HIV, dan secara langsung dapat di
tularkan kepada anaknya, selain itu juga bisa terjadi melalui air susu ibu saat
proses menyusui (Triyanto, 2012).
Jumlah wanita yang terkena AIDS dewasa ini menunjukkan peningkatan
yang nyata. Pada tahun 2003, AIDS telah menjadi salah satu dari 10% penyebab
utama kematian di kalangan wanita Amerika berusia subur, yaitu 15 – 44 tahun.
Angka kejadian semangkin meningkat di kalangan wanita di bandingkan pada
pria. Masih banyak pertanyaan menyangkut bagaimana infeksi HIV/AIDS,
mempengaruhi kesehatan wanita. Kebanyakan pengetahuan kita tentang
perjalanan penyakit AIDS ini di peroleh dari riwayat penyakit di kalangan pria
gay. Sanyangnya penyakit ini tidak selalu menunjukkan gejala yang tak sampai di
curigai atau terdiagnosis salah pada wanita. Kini telah di ketahui bahwa pasien
AIDS wanita memperlihatkan gejala penyakit yang tidak di temukan pada pria.
Penyakit atau kelainan yang dapat di jadikan indikator keterlibatan infeksi
HIV/AIDS pada wanita meliputi antara lain. IPD (pelvic inflamatory diasease). Yaitu radang organ – organ dalam rongga panggul, vaginal candidiasis yaitu sejenis jamur, precanerous cervical diasease. Yaitu penyakit leher rahim yang cenderung menjadi kanker dan akhirnya kanker leher rahim yang inpasif
Anak – anak yang tertular HIV bisa saja tampak normal secara klinis.
Penyakit penanda AIDS, tersering yang di temukan pada anak adalah penumonia
yang di sebabkan Pneumocytesis carrini. Gejala umum yang di temukan pada bayi dengan infeksi HIV merupakan gangguan tumbuh kembang kondidiasis oral,
diare, kronis atau hepatosplenomegali (pembesaran hepar dan lien). Mengingat
antibodi ibu bisa sampai bayi berusia 18 bulan, maka tes ELISA dan Western Blot
akan positif meskipun bayi tidak terinfeksi HIV karena tes ini berdasarkan ada
atau tidaknya antibodi terhadap virus HIV. Tes paling spesifik untuk
mengidentifikasi HIV adalah PCR untuk DNA HIV, kultur HIV yang positif juga
menunjukan pasien terinfeksi HIV. Untuk pemeriksaan PCR, pada dua saat
berlainan. DNA PCR pertama di ambil saat bayi berusia 1 bulan karena tes ini
kurang sensitif selama priode satu bulan setelah lahir (Kurniawati, 2011).
2.5 Pencegahan HIV/AIDS
Jumlah kasus baru tertinggi di San Fransisco terjadi pada tahun 2004 ketika
di laporkan adanya 8.000%. kasus baru. Kini jumlah itu telah menurun hingga
tinggal sekitar 1.000% kasus baru setahun. Terbukti menurut laporan itu bahwa
program pencegahan tanpa perlu tindakan diskriminansi, dapat menghambat laju
2.5.1 Pencegahan penyakit HIV/AIDS
1. Menghindari hubungan seksual dangan penderita AIDS atau tersangka
penderita AIDS
2. Mencegah hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti atau
dengan orang yang mempunyai banyak pasangan.
3. Menghindari hubungan seksual dengan pecandu narkotika obat suntik.
4. Melarang orang-orang yang termasuk kedalam kelompok beresiko tinggi
untuk melakukan donor darah.
5. Memberikan tranfusi darah hanya untuk pasien yang benar-benar
memerlukan.
2.6 Penularan HIV/AIDS
2.6.1 Penularan
HIV ditularkan melalui darah, cairan sperma dan vagina orang yang tertular.
Orang mengalami kontak dengan cairan–cairan ini melalui hubungan seks vaginal
dan anal (hubungan anal adalah dimasukannya penis ke dalam lubang dubur, yaitu
cara penularan pada pria gay), transfusi dengan darah tercemar dengan cara inilah
petenis Wimbledon terkenal Arthur Ashe terkena infeksi HIV), transplantasi
dengan organ atau jaringan yang terinfeksi, menggunakan jarum suntik bekas
(sering di kalangan pengguna obat suntik liar), atau secara tidak sengaja tersuntik
jarum bekas seseorang yang mengandung HIV kadang-kadang dapat terjadi pada
Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu : kontak seksual,
kontak dengan darah atau sekret yang infeksius, ibu ke anak selama masa
kehamilan, persalinan dan pemberian air susu ibu.
1. Penularan Penyakit HIV/AIDS
a. Seksual
Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang paling dominan
dari semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat
terjadi selama senggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki
dengan laki-laki. Senggama berarti kontak seksual dengan penetrasi
vaginal, anal (anus), oral (mulut) antara dua individu. Resiko tertinggi
adalah penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang
terinfeksi HIV.
b. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan
virus HIV.
c. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau
tertusuk ke dalam tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV, seperti
jarum tato atau pada pengguna narkotik suntik secara bergantian. Bisa
juga terjadi ketika melakukan prosedur tindakan medik ataupun terjadi
sebagai kecelakaan kerja (tidak sengaja) bagi petugas kesehatan.
d. Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian hendaknya
dihindarkan karena dapat menularkan virus HIV kecuali benda-benda
tersebut disterilkan sepenuhnya sebelum digunakan.
f. Penularan dari ibu ke anak Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat
dari ibunya saat ia dikandung, dilahirkan dan sesudah lahir melalui ASI.
g. Penularan HIV melalui pekerjaan: Pekerja kesehatan dan petugas
laboratorium. (Zein, 2006).
2. Menurut WHO (2004), terdapat beberapa cara dimana HIV tidak
dapat ditularkan:
a. Kontak fisik
Orang yang berada dalam satu rumah dengan penderita HIV/AIDS,
bernapas dengan udara yang sama, bekerja maupun berada dalam suatu
ruangan dengan pasien tidak akan tertular. Bersalaman, berpelukan
maupun mencium pipi, tangan dan kening penderita HIV/AIDS tidak
akan menyebabkan seseorang tertular.
b. Memakai milik penderita
Menggunakan tempat duduk toilet, handuk, peralatan makan maupun
peralatan kerja penderita HIV/AIDS tidak akan menular. Digigit
nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya (WHO, 2011).
2.6.2 Perjalanan Penyakit Sejak Infeksi HIV Hingga Timbulnya AIDS
Begitu memasuki peredaran darah kita, HIV dapat mengalami nasib yang
mujur atau merugikan, namun kebanyakan bernasib buruk. Oleh karena itulah
banyak orang dewasa yang tertular HIV tetapi bebas gejala selama bertahun.
Namun pada sebagian orang lainnya, HIV dapat membunuh sel CD4 dalam tempo
dengan flu, seperti lemas, demam, sakit kepala dan nyeri otot, nafsu makan buruk,
mual, muntah, kelenjer membengkak dan bercak di kulit (Hutapea, 2011).
Perjalanan klinis pasien dari tahap terinfeksi HIV sampai tahap AIDS,
sejalan dengan penurunan derajat imunitas pasien, terutama imunitas seluler dan
menunjukkan gambaran penyakit yang kronis. Penurunan imunitas biasanya
diikuti asanya peningkatan risiko dan derajat keparahan infeksi oportunistik serta
penyakit keganasan (Depkes RI,2003),
Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang menjadi AIDS
pada 3 tahun pertama, 50% menjadi AIDS sesudah sepuluh tahun, dan hampir
100% pasien HIV menunjukkan gejala AIDS setelah 13 tahun (Kurniawati, 2011)
2.7 Etiologi
HIV/AIDS termasuk dalam golongan retrovirus berinti RNA (sebagian
besar virus lain adalah DNA) dan mempunyai enzim reverse transcriptase yang
mampu mengubah kode genetik dari DNA ke RNA. Virus ini tediri dari inti (core)
dengan lapisan luar bernama amplop (Rampengan, 2008).
Secara sederhana sel HIV terdiri dari:
1. Inti – RNA dan enzim transkriptase reversi (polimerase), protase, dan ini
Integrase
2. Kapsid – antigen p24.
3. Sampul antigen p17 dan tonjolan glikoprotein gp120 dan gp41
2.7.1 Tanda – Tanda dan Gejala
Disharge mukopurelen khas terjadi pada infeksi servik oleh klamidia dan
servik memperlihatkan adanya peradangan hipertrofi (servisitis mukopurelen),
infeksi bergejala pada 15% wanita tidak hamil yang aktif secara seksual.
(Benson, 2009).
1. Gejala yang timbul antara laiin yaitu :
Herpes di mulut dan bagian genital bisa jadi tanda ARS dan stadium akhir infeksi
HIV.
2. Penurunan berat badan
3. Demam yang hilang timbul
4. Lelah
5. Diare berulang
6. Anemia
7. Trush infeksi jamur di mulut (Sadina, 2011)
2.8 Komplikasi
Komplikasi utama infeksi servik oleh C.trachomatis, adalah salpingingitis. Sanyangnya. Jika pasien hamil dan tidak diobati, konjuktivitis klamidia dapat
terjadi 50% neonatus yang di lahirkan per vaginam dan 10% mangalami
pneumonitis dengan onset lambat. Kelahiran prematur dan endometritis
2.8.1 Pengobatan HIV/AIDS
Pengobatan pada penderita HIV/AIDS meliputi:
1. Pengobatan suportif
2. Penaggulangan penyakit oportunitis
3. Pemberian obat antivirus
4. Penanggulangan dampak psikososial (Widoyono, 2011).
Angka kesembuhan > 95% dapat di capai dengan menggunakan salah satu
dari beberapa regimen ini. Regimen yang di sukai adalah tetraksilin 500mg. PO 4
x sehari selama 7 hari, atau doksiksiklin 100mg, 2 x sehari selama 7 hari. Jika
tetraksiklin merupakan kontrakdikasi, dapat di berikan erittromisin basa 500mg, 4
x sehari selama 7 hari, atau ertitromisin etilsuksinat 800mg, 4 xsehari selama 7
hari (Benson, 2009)
2.8.2 Gejala klinis HIV/AIDS
1. Masa inkubasi 6 bulan-5 tahun
2. Window period selama 6-8 minggu, adalah waktu saat tubuh sudah
terinfeksi HIV tetapi belum terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium.
3. Seseorang dengan penyakit HIV dapat bertahan sampai dengan 5 tahun.
Jika tidak di obati, maka penyakit ini akan bermanifestasi sebagai AIDS.
Gejala klinis muncul sebagai penyakit yang tidak khas seperti:
a. Diare kronis
2.9 Diagnosis HIV/AIDS
Infeksi HIV dapat di periksa dengan suatu tes darah yang di sebut ELISA,
singkatan dari enzyme linked immunosorbent assay. ELISA mendekati adanya antibody terhadap infeksi HIV di dalam aliran darah. Seseorang mulai membentuk
antibody terhadap infeksi HIV lama sebelum menunjukkan gejala-gejala dalam
bertahun-tahun sebelum sampai pada tahap AIDS. Sekalipun tes antibody tidak
secara langsung menunjukkan terdapatnya virus, suatu hasil tes yang positif
(dikatakan seropositif) umumnya menandakan bahwa orang itu telah teratur HIV
dan bahwa imun tubuhnya telah menghasilkan antibodi terhadap infeksi tersebut.
Namun demikian terdapat sedikitnya satu pengecualian. Semua bayi yang di
lahirkan oleh ibu penyandang HIV pada permulaan akan menunjukkan tes positif
terhadap antibodi HIV, sekalipun hanya sepertiga di antaranya yang
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis
beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2007).
3.2 Definisi Operational
Definisi operasional adalah mendefinisikan tentang pengetahuan remaja
tentang HIV/AIDS, karena dalam hal ini pengetahuan remaja sangat
mempengaruhi dan perlu di kembangkan tentang apa itu pengertian dari
HIV/AIDS.
Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS.
a. Pengertian HIV/AIDS b. Pencegahan HIV/AIDS c. Penularan HIV/AIDS
Tingkat Pengetahuan
1. Baik
2. Cukup
Tabel .1
Gambaran pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS
No Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Pengetahu an
pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang
bertujuan untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di Desa
Simpang Empat Kabupaten Asahan.
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
4.2.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu (Hidayat, 2011). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh remaja yang bertempat tinggal di desa simpang
empat. Berdasarkan data yang di peroleh dari desa simpang empat kabupaten.
Asahan, yaitu populasi remaja sebanyak 312 orang pada bulan Mei sampai
dengan Agustus tahun 2013.
4.2.2 Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2011). Apabila populasi
lebih dari 100 maka pengambilan sampel dapat di ambil antara 10-15% atau
Adapaun tehnik pengambilan sampel yang akan di gunakan peneliti adalah
“Rendom Sampling” yaitu sampel yang di dasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang di buat oleh peneliti sendiri. Dalam penelitian ini sampel yang akan
diambil adalah 10% dari 312 pupulasi yaitu 66 orang.
Adapun kriteria inklusi penelitian ini yaitu:
1. Remaja yang bertempat tinggal di Desa Simpang Empat
2. Usia responden 15 – 20 tahun
3. Pendidikan SD
4. SMP
5. SMA
6. Perguruan Tinggi
Dengan jumlah populasi yang di peroleh maka di tentukan sampel dengan
menggunakan rumus :
n
=
�+� (�)�
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
d = Tingkat Kepercayaan atau ketetpan yang di inginkan (0,1)
Rumus :
n =
����+��� (�,�)�
n =
����+���
n =
����,��
n
=��RespondenKeterbatasan peneliti dalam penelitian ini hanya mendapatkan,(66) Responden.
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Simpang Empat Kabupaten Asahan
Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah :
Menurut peneliti sendiri alasan pengambilan tempat lokasi ini adalah kerena
lokasi ini merupakan wilanyah yang kurang mendapatkan penyuluhan tentang
apa itu HIV/AIDS dan bagaimana proses – proses terjadianya penyakit HIV/AIDS
itu. Karena kurangnya penyuluhan tentang HIV/AIDS maka peneliti tertarik
untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang pengetahuan remaja tentang
4.4 Pertimbangan Etik
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu mengajukan
permohonan pada bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara untuk melakukan studi pendahuluan dalam penyusunan proposal ini.
Kemudian dengan pengantar tersebut peneliti akan memberikan kuesioner kepada
responden yang akan diteliti dengan terlebih dahulu menjelaskan maksud dan
tujuan penelitian kepada responden dengan menekankan pada masalah yang
meliputi:
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar
persetujuan diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden. Jika subjek bersedia, maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak
bersedia, maka peneliti harus menghormati hak mereka.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset
(Hidayat, 2011).
4.5 Instrumen Penelitian
Menurut Hidayat (2009) dan peneliti memodifikasi dari sumber kepustakaan
sesuai dengan kerangka konseptual. Maka, kuesioner dalam penelitian ini adalah
1. Kuesioner data demografi responden berupa nama, umur, pendidikan
dan pekerjaan.
2. Kuesioner pengetahuan remaja tentang pengetahuan HIV/AIDS di desa
simpang empat kabupaten asahan sumatera utara, terdiri dari 20
pertanyaan positif dengan menggunakan skala Guttmen yaitu dengan
memberi jawaban Ya atau Tidak. Apabila skor Ya nilai 1 dan apabila
skor Tidak nilai 0 dengan hasil ukur Baik 14 – 20, Cukup 7 – 13,
Kurang 0 -6.
Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2005) adalah:
P
=
���������
1. Keterangan:
P = Panjang kelas/interval
2. Sementara kategori adalah 3 yaitu baik, cukup, dan kurang.
Maka :
P = 20
3
P=6
3. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
a. Baik : Apabila responden mendapat nilai 14 – 20
b. Cukup : Apabila responden mendapat nilai 7– 13
c. Kurang : Apabila responden mendapat nilai 0–6
4.6 Validitas dan Reliabilitas
4.6.1 Uji Validitas
Sebuah instrumen diakatakan valid, apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Dengan kata lain secara sederhana dapat dikatakan bahwa sebuah instrument
dianggap valid jika instrument itu benar-benar dapat dijadikan sebagai alat ukur
untuk mengukur apa yang akan diukur (Setiadi, 2007). Uji Validitas di lakukan
secara konten validity kepada ahlinya yaitu dosen keperawatan komunitas. Yaitu
Bapak Ismayadi,S,Kep,Ns,M,Kes,CWCCA CHtN. Uji validitas di lakukan
dengan menggunakan Conten Validity Indeks sehingga di peroleh nilai indeks
(CVI). Dikatakan Valit jika CVI >0,75 (Notoadmodjo, 2010). Hasil validitas pada
4.6.2 Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen akan dilakukan uji reabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar
derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang
akan diukur (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian dilakukan uji realibilitas pada
10 responden dengan 20 item pertanyaan yang dilakukan pada bulan Oktober di
Simpang Empat. Uji realibilitas ini menggunakan KR-21 karena memiliki
instrumen dengan jumlah pertanyaan genap. Adapun hasil uji realibilitas yang
didapat dari hasil pengetesan pada 10 responden dengan menggunakan KR-21
yaitu menunjukkan hasil 0,73 dinyatakan realiabel.
Menurut Arikunto (2010), suatu instrumen dikatakan realiabel jika
mempunyai nilai alpha 0,5 atau lebih.
4.7 Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif ini dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi
pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ke tempat penelitian
(Desa Simpang Empat Kabupaten Asahan).
3. Setelah mendapat izin dari Desa Simpang Empat Kabupaten Asahan,
4. Menjelaskan kepada calon responden tentang prosedur, manfaat
penelitian dan cara pengisian kuesionar.
5. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian.
6. Setelah mendapat persetujuan responden, pengumpulan data dimulai.
7. Peneliti menganalisa data
4.8 Analisa Data
Setelah semua data terkumpul maka peneliti mengadakan analisa data
melalui beberapa tahap yang dimulai dengan edinting yaitu untuk memeriksa kelengkapan indentitas dan data responden serta memastikan semua lembar
kuesioner telah terisi, dilanjutkan dengan memberikan kode pada setiap kuesioner
untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data, kemudian peneliti
memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base computer, kemudian memuat distribusi frekuensi data sederhana, setelah itu peneliti melakukan tehnik analisis, yang dilakukan secara diskriptif dengan melihat persentase data yang telah terkumpul dalam tabel distribusi frekuensi.
Analisa data dilakukan dengan membahas hasil penelitian dengan menggunkan
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan. Penelitian
yang telah dilakukan dari tanggal 28 September sampai dengan 23 Oktober 2013
pada remaja di Desa Simpang Empat Kabupaten Asahan dengan jumlah
responden sebanyak 66. Penyajian hasil analisa data dalam penelitian ini meliputi
deskriptif karakteristik responden.
5.1.1 Karakteristik Responden
Pada tabel 5.1 dapat dilihat data hasil penelitian tentang karakteristik
responden dengan jumlah 66 orang yang meliputi usia remaja, jenis
kelamin,agama,suku,pendidikan terakhir, informasi yang pernah didapat tentang
penyakit HIV/AIDS. Data yang diperoleh menunjukkan manyoritas responden
usia remaja 20 tahun (33,3%). Jenis Kelamin Laki – Laki (63,6%). Agama
(100%). Suku Jawa (71,2%), Pendidikan Terakhir SMA (59,1%). Informasi yang
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden (n=66)
Karakteristik Frekuensi Persentase
Usia Remaja
Pernah mendapatkan sumber informasi tentang HIV/AIDS
Tabel 5.2 Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS di Desa Simpang Empat Kabupaten Asahan.
No Berdasarkan Pengetahuan Remaja Ya
N(%) 2 Seseorang yang positif HIV akan menderita AIDS 59 (89,4%)
1
7 (10,6%) 0 3 HIV dapat menular melalui hubungan seksual bebas 55 (83,3%)
1
11 (16,7%) 0 4 Penularan HIV dapat terjadi melalui gigitan
nyamuk
50 (75,8%) 1
16 (24,2%) 0 5 Pemakaian kamar mandi bersamaan dapat
menularkan terjadinya penyakit HIV
38 (57,6%) 1
28 (42,4%) 0 6 Seseorang yang melakukan hubungan seksual
bebas sangat beresiko terjadinya HIV
47 (71,2%) 1
19 (28,8%) 0 7 Remaja sangat dikaitkan dengan aktifitas seksual
yang beresiko dengan penggunaan Napza.
43 (65,2%) 1
23 (34,8%) 0 8 AIDS adalah suatu kumpulan gejala penyakit
kerusakan sistem kekebalan tubuh
38 (57,2%) 1
28 (42,4%) 0 9 HIV/AIDS merupakan penyakit yang dapat di
sembuhkan
37 (56,1%) 1
29 (43,9%) 0 10 Remaja merupakan salah satu kelompok yang
paling berisiko untuk terinfeksi HIV/AIDS.
40 (60,6%) 1
26 (39,4%) 0 11 AIDS sama dengan HIV keduanya adalah istilah
yang menyatakan penyakit yang sama.
45 (68,2%) 1
21 (31,8%) 0 12 HIV/AIDS dapat ditularkan melalui darah, cairan
sperma dan vagina
48 (72,7%) 1
18 (27,3%) 0 13 HIV/AIDS di sebabkan oleh faktor biologi
(inherited biologica risk), di mana infeksi pada anak di tularkan secara langsung dari darah ibu.
39 (59,1%) 1
27 (40,9%) 0
14 HIV dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu : kontak seksual, kontak dengan darah atau sekret yang infeksius, ibu ke anak selama masa kehamilan
48 (72,7%) 1
18 (27,3%) 0
15 Seorang ibu yang terkena HIV/AIDS dapat memprogramkan kehamilannya
40 (60,6%) 1
26 (39,4%) 0
16 Penularan HIV/AIDS dapat terjadi selama Laki – Laki Dan Perempuan Melakukan hubungan seksual melalui penetrasi vagina,dari lubang anus dan mulut
49 (74,2%) 1
17 (25,8%) 0
17 Bagi pemakai narkoba jenis jarum suntik secara bergantian beresiko terjadinya HIV/AIDS
50 (75,8%) 1
16 (24,2%) 0 18 ARV (Anti Retrovarial Virus) merupakan salah satu
pengobatan HIV/AIDS
42 (63,6%) 1
24 (36,4%) 0 19 HIV/AIDS tidak dapat di tularkan melalui
bersalaman, berpelukan maupun berciuman bibir
45 (68,2%) 1
21 (31,8%) 0 20 Laki – laki lebih beresiko terhadap penyakit
HIV/AIDS
48 (72,7%) 1
5.3 Pengetahuan Remaja
Berdasarkan hasil penelitian.pengetahuan remaja mayoritas remaja 42 orang
(63,6%), remaja berpengetahuan baik, 22 orang denagan kategori cukup (33,3%),
dan 2 orang dengan kategori kurang (3,0%). Selengkapnya dapat dilihat dari tabel
Tabel 5.3 Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS di Desa Simpang Empat Kabupaten Asahan Tahun 2013.(n=66)
Kategori Remaja Frekuensi Persentase
Baik 42 63,6
Cukup 22 33,3
Kurang 2 3,1
Total 66 100
5.4 Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas tingkat pengetahuan remaja
tentang HIV/AIDS dengan kategori baik (63,6%),hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Hermayana (2010),pada 98 responden dengan
judul pencegahan HIV/AIDS didapat hasil penelitian berjumlah (64,78%) remaja
memiliki pengetahuan baik tentang penyakit HIV/AIDS, hal ini dimungkinkan
karena (100%), pernah mendapatkan informasi dari media elektronik sepertidari
internet (43,9%), penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nora (2011), yang berjudul perkembangan teknologi, didapat mayoritas
responden yang berjenis laki – laki (63,6%), bila dilihat dari faktor jenis kelamin
dapat mempengaruhi pengetahuan seorang remaja dan hal ini dimungkinkan
karena sumber – sumber informasi yang didapatkan menunjukkan pernah
mendapatkan informasi, karena para remaja khusunya pada laki – laki akan lebih
merusak hidup mereka dan memungkinkan dari pengalaman – pengalaman
mereka yang mengetahui akan bahwanya penyakit HIV/AIDS itu.
Suparlan (2005) yang berjudul perkembangan psikologi mengatakan bahwa
salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah usia dimana usia sangat
mempengaruhi perkembangan seseorang dalam memahami sesuatu. Menurut
beberapa peneliti bahwa pengetahuan seseorang bertambah sesuai dengan
pertambahan usia, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan pada
responden yang mayoritas berumur 20 tahun (30,3%), dimana biasanya para
anggota remaja dengan berumur 20 tahun sudah mendapatkan informasi dan
banyak memilki pengalamandari lingkungan dan dari pergaulan yang positif yang
mampu membuat mereka dapat mencegah hal – hal terjadinya penyakit menular
HIV/AIDS dan seperti halnya mereka mendapatkan informasi dari teman –teman
dan dari media elektronik lainnya.
Akan tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Aswar (2011), yang berjudul pengetahuan tentang HIV/AIDS
terhadap 64 responden dengan tujuan menggambarkan pengetahuan remaja
didapatkan mayoritas yang memiliki pengetahuan kurang (75,52%), dikarenakan
bahwa (81,4%), masih berpendidikan SMP, sedangkan pada penelitian ini
mayoritas memiliki pendidikan SMA (59,1%), hal ini sesuai yang dikemukan oleh
Suparlan (2005), bahwa pendidikan adalah proses penyampaian bahan atau materi
pendidiakan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai perubahan
tingkat prilaku. Pada umumnya pendidikan meningkatkan tingkat intelegensinya.
tinggi maka semangkin tinggi pula tingkat pengetahuannya, maka hal ini
disebabkan karena institusi pendidikan merupakan media untuk membina dan
mengembangkan pengetahuan remaj sehingga makin tinggi pendidikan remaja
semakin banyak pula informasi yang didapatkannya.
Dalam penelitian ini masih ada responden yang memiliki pengetahuan
cukup (33,3%), sedangkan berpengetahuan kurang sebanyak (3,1%), artinya tidak
semua peryataan dalam kuesioner yang dipakai untuk mengukur pengetahuan
remaja tentang penyakit HIV/AIDS tidak dijawab secara maksiamal oleh para
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMONDASI
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
menganai pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di Desa Simpang Empat
Kabupaten Asahan. Sebagai Berikut:
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 28
September sampai dengan 23 Oktober 2013 pada remaja di Desa Simpang Empat
Kabupaten Asahan. Di simpulkan bahwa data hasil penelitian tentang
karekterisitik responden dengan jumlah 66 orang yang meliputi usia, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pernah mendapat ini formasi mengenai HIV/AIDS
dan jika dari mana. Data yang diperoleh menujukan manyoritas responden usia 20
tahun (30,3%), Dan berdasarkan jenis kelamin, laki – laki (63,6%), dan responden
berdasarkan jenjang pendidikan SMA (59,1%), yang bersuku jawa (71,2%),
sedangkan berdasarkan sumber informasi yang pernah didapatkan dari Internet
(43,9%). Dan rata – rata skor total pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS
sebagian besar berada dalam kategori baik (63,2%). Dan kategori cukup (33,3%),
6.2 Saran
1. Pelayanan keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para perawat
komunitas khususnya yang bertugas di masyarakat agar dapat meningkatkan
penyuluhan tentang pentingnya sumber informasi HIV/AIDS pada remaja.
2. Untuk Remaja
Kepada remaja agar lebih mewaspadai lagi dalam hal pengetahuan tentang
HIV/AIDS agar bisa hidup lebih sehat dan melihat lagi bahwa pentingnya
kesehatan dalam kehidupan, dan menghindari pergaulan bebas agar tidak
terjadi resiko penyakit tersebut.
3. Penelitian keperawatan
penelitian ini diharapkan menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya
yang berhubungan dengan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS. Di samping itu untuk menciptakan kesempurnaan ilmu pengetahuan tentang
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi 2010 Prosedur Penelitian, Rineka Cipta Jakarta
Adam S,2010 Apri
Aora 2010. Apri
Aswar 2011 Arilhtttp://www.voaindonesia.com/conten/pengetahuan HIV1.diakses
tanggal 12 januari 2014.
Annehera2005,Apri
Benson,Ralph.C. 2009. Buku Saku Obsetri & Ginekologi , suslani wijaya, Jakarta
Bagus Prabudi
Hermayana 2010 Pencegahan Tentang HIV/AIDS Rineka Cipta Jakarta Hutapea Ronald 2011, AIDS Dan PMS Dan Perkosaan .Rineka Cipta Jakarta Hidayat Alimul Aziz A 2007. Metode Penelitian Keperawatan Dan Tehnik
Analisa Data. Rineka Cipta Jakarta
Hidayat Alimul Aziz A 20011. Metode Penelitian Keperawatan Dan Tehnik Analisa Data.
Kurniawati Dian Ninuk.2011, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi. Penerbit Salemba Medika Jakarta.
Notoatdmojo,2007 Perkembagan Pada Remaja, . Rineka Cipta Jakarta. Nora,Phona 2011 Perkembangan Teknologi Rineka Cipta Jakarta.
Prof. Dr. Notoatmodjo. Soekidjo Natodmojho 2003 Sarjana Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta Jakarta.
Prof. Dr. Notoatmodjo. Soekidjo. 2010 Metodologi Penelitian Kesehatan Rineka Cipta.Jakarta.
Prawira,S
Prabowo,Rahmat.Bagus,RemajaDanHIV/AI
Rampengan, T.H. 2008. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak , Jakarta
Siagian Hendry 2009, Seksualita Pada Remaja Yang Terinfeksi Virus HIV/AIDS. Rineka Cipta Jakarta
Sarhanry Hardy 2003 pergaulan remaja, Rineka Cipta Jakarta.
SantrockdanAnneahera
Sarlito Sarwono.2011. Psikologi Remaja. : Rajawali Pers. Jakarta
Satriawan,Y. 2013. Kasus HIV/AIDS di Jawa Tengah Melonjak,http://www.voain donesia.com/content/article/1349196.html, diakses tanggal 26 April 2013
Suparlan S. 2005. Psikologi Perkembangan, Yokyakarta: Ar- Ruzz Media
Trinyanto Endang,S.Kep,Ns,M.Kep.2012 Strategi Pelanyanan Keperawatan Bagi Penderita AIDS. Yogyakarta.
WHO2011.Renmaja,dengan,perkem
Widoyono, 2011. Penyakit Tropis , Penerbit Erlangga, Jakarta
Yatim Irwan Danny,2006 Dialog Seputar AIDS. Penerbit PT Gransindo Jakarta.
ZoyaAmririn.
diakses tanggal 28 Apri 2013
Zei
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI DESA SIMPANG EMPAT KAB. ASAHAN
TAHUN 2013
Petunjuk Pengisian
1. Isilah pertanyaan dengan benar.
2. Bacalah pertanyaan dengan baik untuk menentukan jawaban yang akan di pilih.
3. Setelah selesai kembalikan kuesioner dengan baik
A. Data Demografi
Kode Responden :
Umur : ...Tahun
Jenis Kelamin : ( ) Laki – Laki ( ) Perempuan
Agama :
Suku :
Pendidikan 1. SD 2. SMP 3. SMA
4. Perguruan Tinggi
Sumber Informasi : Koran TV/Radio Internet Petugas Kesehatan
Lampiran 2
Petunjuk Pengisian
1. Beri tanda check list (√) pada jawaban yang anda pilih
2. Bacalah pertanyaan dengan baik untuk menentukan jawaban yang akan di pilih.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 HIV adalah virus penyebab AIDS
2 Seseorang yang positif HIV akan menderita AIDS 3 HIV dapat menular melalui hubungan seksual bebas 4 Penularan HIV dapat terjadi melalui gigitan nyamuk 5 Pemakaian kamar mandi bersamaan dapat menularkan
terjadinya penyakit HIV
6 Seseorang yang melakukan hubungan seksual bebas sangat beresiko terjadinya HIV
7 Remaja sangat dikaitkan dengan aktifitas seksual yang beresiko dengan penggunaan Napza.
8 AIDS adalah suatu kumpulan gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh
9 HIV/AIDS merupakan penyakit yang dapat di sembuhkan
10 Remaja merupakan salah satu kelompok yang paling berisiko untuk terinfeksi HIV/AIDS.
11 AIDS sama dengan HIV keduanya adalah istilah yang menyatakan penyakit yang sama.
12 HIV/AIDS dapat ditularkan melalui darah, cairan sperma dan vagina
14 HIV dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu : kontak seksual, kontak dengan darah atau sekret yang infeksius, ibu ke anak selama masa kehamilan
15 Seorang ibu yang terkena HIV/AIDS dapat
memprogramkan kehamilannya
16 Penularan HIV/AIDS dapat terjadi selama Laki – Laki Dan Perempuan Melakukan hubungan seksual melalui penetrasi vagina,dari lubang anus dan mulut
17 Bagi pemakai narkoba jenis jarum suntik secara bergantian beresiko terjadinya HIV/AIDS
18 ARV (Anti Retrovarial Virus) merupakan salah satu pengobatan HIV/AIDS
19 HIV/AIDS tidak dapat di tularkan melalui bersalaman, berpelukan maupun berciuman bibir
Lampiran 3
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Saya adalah seorang mahasiswa di program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melaksanakan penelitian tentang Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS. Penelitian ini adalah merupakan salah satu kegiatan dalam melakukan tugas akhir di program studi ilmu keperawatan. Diharapkan kesediaan para remajan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Dimana hal ini tidak akan memberi dampak yang buruk dan membahayakan bagi remaja. Jika remaja setuju maka saya akan membagikan kuisioner untuk diisi.
Partisipasi para remaja dalam penelitiaan ini sifatnya sukarela, sehingga remaja bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Semua informasi yang diberikan dalam penelitian akan dijaga kerahasiaanya dan akan digunakan hanya dalam penelitian ini. Atas partisipasi para remaja sekalian saya ucapkan terimakasih.
Medan, Mei 2013
Peneliti Responden
CONTENT VALIDITY INDEX
TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI DESA SIMPANG EMPAT KABUPATEN ASAHAN.
No. Pertanyaan 0,6 0,7 0,8 0,9 1
1 HIV adalah virus penyebab AIDS?
2 Seseprang yang positif HIV akan terkena AIDS?
3 HIV dapat menular melalui hubungan seksual?
4 Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seksual?
5 Pemakaian kamar mandi bersamaan dapat
menularkan terjadinya penyakit HIV?
6 Seseorang yang melakukan hubungan seksual bebas senagt beresiko terjadinya HIV?
7 Remaja sangat dikaitkan dengan aktifitas seksual yang beresiko dengan penggunaanNapza?
8 AIDS adalah satu kumpulan gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh?
9 HIV/AIDS merupakan penyakit yang dapat disembuhkan?
10 Remaja merupakan salah satu kelompok yang paling beresiko untuk terinfeksi HIV/AIDS?
11 AIDS sama dengan HIV keduanya adalah
istilah yang menyatakan penyakit yang sama?
12 HIV/AIDS dapat ditularkan melalui darah, cairan sperma dan vagina?