• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2002 Tentang Retribusi Pelayanan dan Izin Trayek di Bidang Perhubungan Kota Medan (Studi pada Dinas Perhubungan Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2002 Tentang Retribusi Pelayanan dan Izin Trayek di Bidang Perhubungan Kota Medan (Studi pada Dinas Perhubungan Kota Medan)"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdul, Wahab Solichin 2004. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, Burhan 2007. Penilitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Danin, Sudarman. 2002. Menjadi Penilitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analisys.

Yogyakarta: Gaya Media.

Kadir, Abdul. dkk. 2008. Peran Ganda Perpajakan Daerah dan Distribusi Daerah dalam Menopang Desentralisasi Fiskal, Fisip USU Press, Medan.

Kusumanegara, Solahuddin. 2010. Model dan Aktor dalam Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gava Media.

Lexi J, Moleong. 2007. Metodelogi Penilitian Kualitatif. Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.

Parsons, Wayne. 2005. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Samodra, Wibawa. 1994. Kebijakan Publik Proses dan Analisis. Jakarta : Intermedia

Singarimbun, Masri. 2008. Metode Penilitian Survai. Jakarta: LP3ES

Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitaif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sutedi, Adrian. 2011. Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, Jakarta, Sinar Grafika.

Tangkilisin, Hesel Nogi. 2003. Implementasi Kebijakan Publik: Transformasi Pikiran George Edward III. Yogyakarta: Lukman Offset YPAPI.

Winarno, Budi 2002. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta: Media Pressindo

B. Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Daerah kota Medan Nomor 33 Tahun 2002 Tentang Retribusi

(2)

C. Website

Dikson.2008.KualitasPelayananPerizinanSIUP.URL:http://dikson.blogspot.com/0 7/02/kualitas-pelayanan-perijinan-siup-pdf-doc.html, diakses pada tanggal 7 Februari 2016

(3)

BABIII

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1SejarahRingkasDinasPerhubungan Kota Medan

Sebagai gambaran umum Dinas Perhubungan Kota Medan sebelum tahun

2002 semula bernama Cabang Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (LLAJR)

yang berada dibawah induk Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (LLAJR)

Tingkat I Provinsi Sumatera Utara yang kemudian diubah namanya menjadi

Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (LLAJR) sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyerahan Sebagian Wewenang

Pemerintah Pusat Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan kepada daerah provinsi

dan kabupaten/kota yang sampai sekarang dikenal dengan nama Dinas

Perhubungan Kota Medan.

Rencana Kerja Dinas Perhubungan Tahun 2015 merupakan rencana tahun

kedua pelaksanaan pembangunan Rencana Strategis Dinas Perhubungan Kota

Medan 2014-2018. Rencana Kerja Dinas Perhubungan Kota Medan tahun 2015

disusun berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Propinsi Sumatera Utara

Tahun 2015, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

2014-2018 dan Rencana Strategis Dinas Perhubungan Kota Medan

Tahun2014-2018, dimaksudkan untuk menjadi acuan dalam pelaksanaan tugas Dinas

Perhubungan Kota Medan pada tahun 2015. Rencana Kerja Dinas Perhubungan

Tahun 2015 berisi kebijakan pembangunan perhubungan, yaitu transportasi dan

(4)

Uraian ini akan diawali dengan kondisi umum yang secara singkat menguraikan

pencapaian kinerja sampai dengan tahun 2018 dan perkiraan tahun 2020.

A. Visi DinasPerhubunganKotaMedan

VisiDinasPerhubunganPropinsiSumateraUtara adalah mewujudkan

penyelenggaranpelayananperhubunganyang handal, berdayasaing dan

memberikan nilai tambah dalam upaya menciptakan masyarakat yang

beriman,maju, mandiri, mapandanberkeadilandidalamkebhinekaanyang

didukungtatapemerintahanyangbaik.

B. Misi DinasPerhubunganKotaMedan

Yangmenjadi misi dariDinas Perhubungan KotaMedan adalah:

a. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, baik aparatur

maupun masyarakat.

b. Mewujudkan sistem angkutan massal terpadu.

c. Menyediakanaksesibilitas transportasi bagi semuagolongan.

d. Meningkatkanefisiensi danefektifitas kinerjapelayanan transportasi.

e. Mempromosikan transportasiyangtertib,selamat danramah.

C. Tujuan Dinas PerhubunganKotaMedan

Adapun tujuan dari Dinas Perhubungan ini adalah untuk mewujudkan

pelayanan yang baik di bidang perhubungan yang semakin maju agar dapat terus

memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dengan kemajuan Ilmu dan

(5)

Gambar3.1

LOGO DINASPERHUBUNGANKOTA MEDAN Sumber:DinasPerhubunganKota Medan 2016

Logo Departemen Perhubungan adalah suatu bentuk simbolisyang

menggambarkankeluarga besar DinasPerhubungan.Adapunmaknadarilogotersebut

adalah sebagai berikut:

1. Rodabergerigi berarti matra perhubungan darat.

2. Jangka berarti matra perhubungan laut.

3. Burung garuda berarti matra perhubungan udara.

4. Bulatan bumi berarti lingkup pelayanan jasa perhubungan.

(6)

3.2StrukturOrganisasi Dinas Perhubungan Kota Medan

Struktur organisasidiperlukan untuk membedakan batas-batas wewenang

dantanggungjawabsecarasistematisyang menunjukkanadanya

hubungan/keterkaitan antara setiapbagianuntukmencapaitujuanyangtelah

ditetapkan.Strukturorganisasiakanmenggambarkansecara jelasmengenai

pembagian dan pembatasan antara tugas, wewenang, dan tanggungjawab

setiaporang dalamsuatuorganisasiuntukmencapai tujuansetiapbagiandan

tujuanorganisasiitu dengancarayang palingefektif.Strukturorganisasiini

mengandung unsur-unsurspesialisasikerja.Berikuturaianstrukturorganisasi dan

kemudian menyajikan dalam bentuk bagan.

Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Medan adalah

(7)

Sumber: Dinas Perhubungan kota Medan, 2016

Gambar 5

Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Medan Kepala Dinas Sekretaris Kassubag umum Kassubag Keuangan Kassubag Program Kabid Hub. Laut & Udara

Kabid Parkir

Kasi

Kepelabuhan& Kebandarudara an

Kasi Lalin & Angkutan Laut Kasi Penunjangan Kes. Pelayaran Kasi Parkir Khusus Kasi Parkir Harian Wilayah I Kasi Parkir Harian Wilayah II Kabid Teksapra Angkutan

Kabid Lalin & Angkutan Darat Kasi Teknik Perbengkelan Karoseri Kasi Teknik Pengujian Kendaraan Motor Kasi Pengembangan Teknik Terminal Kasi Pengendalian & Keterlibatan Kasi Angkutan Darat Kasi Manajemen & Rekayasa Lalin

UPTD Pengujian Bermotor Amplas Kassubag TU UPTD PKB Amplas UPTD Terminal Penumpang Type A Amplas Kassubag UPTD Terminal Amplas UPTD Terminal Penumpang Type

A P. Baris

UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor P. Baris

Kassubag TU UPTD PKB P. Baris

(8)

A. Deskripsi Tugas Dinas Perhubungan 1. Kepala Dinas

KepalaDinas bertugasuntuk merumuskan, menyusun, mengoordinasikan,

melaksanakan, mengendalikan dan mengawasi

sertamengevaluasikanhasilkegiatan yangberkaitandengan tugas pokokDinas

PerhubunganKota Medanyaitudalambidang perhubungan lalu lintas dan

angkutan darat, perhubungan laut dan udara, perparkiran dan tehnik sarana dan

prasarana angkutan darat untukmenunjang tercapainya

usahakesejahteraanmasyarakatdan melaksanakantugas pembangunansesuai

denganbidangtugasnya.

2. Sekretaris

SekretarisKepala Dinasbertugasuntukmerencanakan,menyusun,

mendistribusikan, mengoordinasikan, menyelenggarakan dan melaporkan lingkup

Sekretariat Dinas Perhubungan Kota Medan sesuaiketentuan perundang-undangan

untukoptimalisasikegiatan kedinasan.

3. KepalaSub Bagian Umum

Kepala SubBagianUmumbertugasmerencanakan,membagitugas,

membimbing, memberi petunjuk, menyiapkan, mengkonsep dan melaporkan

lingkup Sub BagianUmum Sekretariat Dinas Perhubungan Kota

Medansesuaiketentuanperundang-undanganuntukoptimalisasi

kegiatankedinasan.Selainitu juga bertugasmelaksanakantugas kedinasan

lainyangdiperintahkan oleh atasan.

(9)

Kepala SubBagianKeuanganbertugasmerencanakan,membagitugas,

memberi petunjuk, menyiapkan, mengonsep, menilai, mengoreksi dan

melaporkan lingkup Sub Bagian Keuangan Dinas Perhubungan Kota Medan

sesuai ketentuan perundang-undanganuntuk optimalisasi kegiatan kedinasan.

5. KepalaSub Bagian PenyusunanProgram

Kepala SubBagian PenyusunanProgrambertugasmerencanakan,

membagitugas, member petunjuk, menyiapkan, mengkonsep, mengendalikan,

melaporkan, dan melaksanakanlingkup Sub Bagian Penyusunan Program Dinas

Perhubungan Kota Medan sesuai ketentuan perundang-undangan untuk

optimalisasi kegiatan kedinasan.

6. Kepala Bidang TeknikSarana danPrasarana AngkutanDarat

KepalaBidang TeknikSaranadanPrasaranaAngkutanDaratbertugas

merencanakan, menyusun, mendistribusikan, mengoordinasikan,

memberipetunjuk, mengendalikan,menyelenggarakan,membuat laporan dan

melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai arahan dan petunjukatasanserta

peraturanyangberlakuuntukkelancarantugas bidang Teknik Saranadan

PrasaranaAngkutan DaratDinas Perhubungan KotaMedan.

7. KepalaSeksi TeknikPerbengkelanKaroseri

Kepala SeksiTeknik PerbengkelanKaroseribertugas merencanakan,

membagitugas, menyiapkan, mengonsep, mengendalikan, melaporkan

melaksanakan tugas kedinasan lainnyalingkupseksi pengembangan teknik

perbengkelan dan karoseri sesuai ketentuan perundang- undangan untuk

(10)

8. KepalaSeksi PengembanganTeknikPengujian KendaraanBermotor

Kepala Seksi PengembanganTeknik PengujianKendaraanBermotor

bertugas merencanakan,membagitugas, menyusun, menyiapkan, mengonsep,

mengendalikan, melaporkan dan melaksanakan tugas

sesuaipetunjukatasandanperaturanyang berlakuuntukkelancaran tugaslingkup

teknik pengujian kendaraanbermotor. Selain itu juga

bertugasmelakukanpembinaankepada kepada seluruhstaf seksi Pengembangan

Pengujian Dinas Perhubungan KotaMedan.

9. KepalaSeksi PengembanganTeknik Terminal

Kepala SeksiPengembanganTeknikTerminal bertugasmerencanakan,

membagitugas, menyusun, menyiapkan, mengonsep, mengendalikan, melaporkan

dan melaksanakan tugas sesuaipetunjukatasandan peraturanyang

berlakuuntukkelancarantugaslingkuppengembangan teknik terminal.

10.KepalaBidangLalu Lintasdan Angkutan Darat

Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Darat bertugas merencanakan,

mendistribusikan, mengoordinasikan, memberi petunjuk, menyusun,

melaksanakan,mengendalikan, menyelenggarakan, membuatlaporan

danmelaksanakan tugas kedinasanlainsesuaiarahandanpetunjukatasanserta

peraturanyang berlaku untuk kelancaran tugas Bidang Bidang LaluLintas dan

AngkutanDarat Dinas Perhubungan KotaMedan.

(11)

Kepala SeksiManajemendan RekayasaLaluLintasbertugas merencanakan,

membagi tugas, menyiapkan,mengonsep, mengendalikan, melaporkan dan

melaksanakan tugas kedinasan lainnya lingkup SeksiManajemendan

RekayasaLaluLintasDinas Perhubungan Kota

Medansesuaiketentuanperundang-undanganuntuk optimalisasi kegiatan kedinasan.

12.KepalaSeksi AngkutanDarat

Kepala SeksiAngkutanDaratbertugasuntukmerencanakan,membagi tugas,

menyiapkan,mengonsep, mengendalikan, melaporkan dan melaksanakan tugas

kedinasan lain lingkup Seksi Angkutan Darat Dinas Perhubungan KotaMedan

sesuaiketentuan perundang-undangan untuk optimalisasi kegiatan kedinasan.

13.KepalaSeksi Pengendalian dan Ketertiban

Kepala SeksiPengendaliandanKetertibanbertugasmerencanakan,

membagitugas,menyiapkan,mengonsep,mengendalikan,melaporkan dan

melaksanakan tugas kedinasan lain lingkup Seksi Pengendalian dan Ketertiban

Dinas Perhubungan Kota Medan sesuai ketentuan perundang-undangan untuk

optimalisasi kegiatan kedinasan.

14.KepalaBidangPerhubunganLautdan Udara

KepalaBidang PerhubunganLautdanUdarabertugasmerencanakan,

menyusun, mendistribusikan, mengoordinasikan,memberi petunjuk,

melaksanakan,menyelenggarakan,mengendalikan, membuat laporan dan

melaksanakan tugaskedinasan lain sesuaidengan arahan dan petunjukatasanserta

peraturanyangberlakuuntukkelancarantugas lingkup bidangperhubungan laut dan

(12)

15.KepalaSeksi Kepelabuhan danKebandarudaraan

Kepala Seksi Kepelabuhan danKebandarudaraan mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian lingkup Kepelabuhan dan kebandarudaraan pada

Dinas Perhubungan Kota Medan, yaitu merencanakan, membagi tugas,

menyiapkan, mengkonsep, mengendalikan, melaporkan dan melaksanakan tugas

kedinasan lainnya sesuai petunjuk atasan dan peraturan yang berlaku untuk

kelancaran tugas lingkup Seksi Kepelabuhan dan Kebandarudaraan.

16.KepalaSeksi Lalu Lintasdan Angkutan Laut

KepalaSeksiLaluLintas danAngkutanLautbertugasmerencanakan,

membagitugas, menyiapkan, mengonsep, mengendalikan, melaporkan, dan

melaksanakantugaskedinasan lainnyasesuaipetunjuk atasan dan

peraturanyangberlaku.Tujuan jabatan merencanakan program kerjadi Bidang Lalu

Lintas dan Angkutan.

17.KepalaSeksi PenunjangPelayaran

KepalaSeksiPenunjang Pelayaranbertugasmelaksanakansebagian

tugaspadabidang perhubunganlaut,yaknimerencanakan,membagi tugas,

menyiapkan,mengonsep, mengendalikan, melaporkan dan

melaksanakantugaskedinasanlainnya sesuaipetunjukatasandan peraturan yang

berlaku untuk kelancaran tugas lingkup seksi penunjangkeselamatanpelayaran.

18.Kepala Bidang Perparkiran

KepalaBidang Perparkiranbertugasmerencanakan,menyusun,

(13)

menyelenggarakan, mengendalikan, membuatlaporan

danmelaksanakantugaskedinasanlainsesuai arahandanpetunjuk

atasansertaperaturan yangberlakuuntukkelancaran tugasBidang Perparkiran.

19.KepalaSeksi ParkirKhusus

Kepala Seksi Parkir Khususbertugasmerencanakan,membagitugas,

menyiapkan, mengkonsep,mengendalikandanmelaksanakanpelayanan dibidang

perparkirankhusussesuaipetunjukatasandanperaturanyang berlaku untuk

kelancarantugas lingkup parkirkhusus.

20.Kepala Seksi ParkirHarian (WilayahI)

KepalaSeksiParkirHarian (WilayahI) bertugasmerencanakan,membagi

tugas, menyiapkan, mengkonsep, mengendalikan, melaporkan

danmelaksanakantugaspelayanandibidang perparkiran Harian (WilayahI)

sesuaipetunjukatasandanperaturanyang berlakuuntukkelancarantugas lingkup

parkirHarian (WilayahI).

21.KepalaSeksi ParkirHarian(WilayahII)

KepalaSeksiParkir Harian (WilayahII)bertugasmerencanakan,membagi

tugas, menyiapkan,mengkonsep, mengendalikan, melaporkandan

melaksanakanpelayanandibidangperparkiranHarian(WilayahII) sesuai petunjuk

atasan dan peraturan yang berlaku untuk kelancaran tugas lingkup parkirHarian

(WilayahII).

22.KepalaUnitPelaksanaTeknis (UPT)TerminalTipeA

Kepala Unit PelaksanaTeknis(UPT) TerminalTipeAmelaksanakan

(14)

1) melaksanakandanbertanggungjawabterhadapseluruhtugas/pekerjaan

yangdiberikanKepalaDinas baikmelaluiperintah lisan maupunsecara

tertulisdanmelaporkannyakembalikepadaKepala Dinas, 2) bertanggung

jawabterhadapseluruhassetPemerintahKotaMedanyang ada diUPT Terminal serta

perawatannya.

23.Kepala Unit Pelaksana (UPT) Pengujian Kendaraan Bermotor

Kepala Unit Pelaksana Teknis mempunyai tugas sebagai Pelaksana Harian

Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengujian Medan, menyelenggarakan secara

rutin speksi atau pun pengujian kendaraan terhadap kendaraan bermotor,

melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan, melaksanakan

kegiatan Teknis Operasional dan Kegiatan Teknis Penunjang, dan melaksanakan

sebagian kegiatan Dinas di bidang Penyelenggaraan Pengujian Kendaraan

Bermotor.

B. Sarana dan Parasarana Dinas Perhubungan Tabel 2: Pegawai Dinas Perhubungan Kota Medan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai (Orang)

PNS Non PNS

1 S-3 - -

2 S-2 9 -

3 S-1/D4 184 30

4 DIII/Akademi 17 8

5 DII - -

(15)

Jumlah Keseluruhan Pegawai 570 689

Sumber: Dinas Perhubungan kota Medan

Tabel 3: Prasarana jalan di Wilayah Kota / Ibukota

No Status

2013 2014 2015

Panjan g (Km) Leba r (m) Panjan g (Km) Leba r (m) Panjan g (Km) Lebar(m )

1 Jalan Nasional 115,35 9 170,70 9 170,70 9

2 Jalan Propinsi 40,20 7 35,20 7 35,20 7

3 Jalan Kab/Kota 3279,50 5 3505,84 5 3505,84 5

Jumlah 3435 21 3712 21 3712 21

Sumber: Dinas Perhubungan kota Medan, 2016 Tabel 4: Prasarana halte

No Status Jumlah yang dibutuhkan Jumlah yang terpasang

1 Jalan Nasional 45 36

2 Jalan Provinsi 40 23

3 Jalan Kab/Kota 106 60

Jumlah 191 119

Sumber: Dinas Perhubungan kota Medan, 2016 Tabel 5: Prasarana terminal

No Nama Terminal Tipe Luas (m2) Instansi Pengelola

1 Terminal Amplas A 26,58 Dishub

2 Terminal Pinang Baris A 19,94 Dishub

3 Terminal Sambu C 2,6 Dishub

4 Terminal Veteran C 3,5 Dishub

5 Terminal Belawan C 1,08 Dishub

(16)

Tabel 7: Fasilitas yang ada di terminal

No Fasilitas Jenis fasilitas

1 Fasilitas umum 1. Jalur pemberangkatan kendaraan umum a. AKAP

b. AKDP

c. Angkot/Angdes

2. Jalur kedatangan kendaraan umum a. AKAP

b. AKDP

c. Angkot/Angdes

3. Tempat parkir kendaraan umum selama

menunggu keberangkatan, termasuk di dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum

4. Bangunan kantor terminal

5. Tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar a. AKAP

b. AKDP

c. Angkot/Angdes 6. Menara pengawas 7. Loket penjualan karcis

8. Rambu-rambu dan papan informasi, minimal memuat petunjuk jurusan, tarif dan jadwal perjalanan

9. Pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi.

2 Fasilitas tambahan 1. kamar kecil/toilet

2. Musholla

3. Kios/kantin

4. Ruang pengobatan/klinik

5. Ruang informasi dan pengaduan 6. Telpon umum

7. Tempat penitipan barang

8. Taman

(17)

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini akan disajikan data dan informasi yang telah diperoleh selama

melakukan penelitian di lapangan untuk kemudian dianalisis berdasarkan teori

yang ada. Data tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder. Yang dimaksud

dengan data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan

informan dan observasi, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari

sumber-sumber tertulis yang mendukung data primer. Adapun permasalahan

utama yang disajikan dalam bab ini yaitu Implementasi Peraturan Daerah Nomor

33 Tahun 2002 Tentang Retribusi Pelayanan dan Izin Trayek di Bidang

Perhubungan Kota Medan.

4.1 Latar Belakang Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menetapkan subjek penelitian yang terdiri

dari tiga kelompok yang terdiri dari informan kunci, informan utama dan

informan tambahan. Informan kunci terdiri dari Kassi Angkutan Darat Dinas

Perhubungan Kota Medan beserta kepala bidang lain yang terkait dengan objek

penelitian. Sedangkan informan utama adalah Pemilik Badan Usaha Angkutan

Umum di Kota Medan dan informan tambahan merupakan pengemudi angkutan

(18)

Dalam penelitian ini, Penulis tidak menunjukkan jumlah informan kunci dan

informan utama dan informan tambahan. Penulis menyelesaikan wawancara kepada

informan setelah hasil wawancara menemukan titik jenuh. Titik jenuh ditemukan

setelah mewawancarai 10 Orang informan yang terdiri dari 4 Orang pegawai Dinas

Perhubungan Kota Medan, 3 Orang masyarakat pengemudi angkutan umum, dan 3

Orang masyarakat pemilik badan usaha angkutan umum.

Berdasarkan pengambilan data di lapangan diperoleh identitas informan Dinas

Perhubungan Kota Medan yaitu sebagai berikut dalam tabel:

Tabel 8: Data informan Dinas Perhubungan Kota Medan

Nama Jenis Kelamin Ket. Identitas Pekerjaan

Imeda Herlina, SH Perempuan Kassubag Umum

Hendrik Ginting ATD Laki-laki Kasi Angkutan Darat

Surya F Anggi Laki-laki Staf Angkutan Darat

Teguh Fadli Laki-laki Staf Angkutan Darat

Sumber: Penelitian lapangan, 2016

Berdasarkan pengambilan data di lapangan diperoleh identitas informan

pemilik Badan Usaha Angkutan Umum yaitu sebagai berikut dalam tabel:

Tabel 9: Data informan pemilik badan usaha angkutan umum

Nama Jenis Kelamin Ket. Identitas Pekerjaan

Ali Akram Laki-laki Ketua III KPUM

Jumongkas Hutagaol Laki-laki Direktur CV Medan Bus

Drs. Mont Gomery Munthe Laki-laki Direktur PT.RMC

(19)

Berdasarkan pengambilan data di lapangan diperoleh identitas informan

pengendara angkutan umum yaitu sebagai berikut dalam tabel:

Tabel 10: Data informan pengemudi angkutan umum

Nama Jenis Kelamin Ket. Identitas Pekerjaan

Zainuddin Sibuea Laki-laki Pengemudi angkutan umum KPUM

Ramli Surbakti Laki-laki Pengemudi angkutan umum PT.RMC

Darma Gurky Laki-laki Pengemudi angkutan umum CV Medan

Bus

Sumber: Hasil penelitian lapangan, 2016

4.2Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 33 Tahun 2002 Tentang Retribusi Pelayanan dan Izin Trayek di Bidang Perhubungan Kota Medan

A. Kepentingan yang terpenuhi oleh kebijakan

Suatu kebijakan tidak akan terlepas dari kepentingan-kepentingan yang

akan dipenuhi oleh kebijakan, karena suatu kebijakan akan berkaitan dengan

berbagai kepentingan yang akan mempengaruhi suatu implementasi kebijakan

tersebut. Apabila suatu kebijakan tidak memberikan kerugian kepada salah satu

pihak baik pihak pelaksana maupun pihak penerima kebijakan, maka

implementasinya akan lebih mudah karena tidak ada perlawanan bagi yang

kepentingannya dirugikan. Seperti yang dikatakan oleh informan bahwa dengan

adanya peraturan ini Dinas Perhubungan memiliki landasan hukum dalam hal

pelaksanaan tugasdalam memberikan pelayanan (retribus dan izin) dan

memberikan wewenang kepada Dinas Perhubungan untuk memberikan sanksi

kepada masyarakat yang tidak bisa menaati peraturan tersebut. Adapun sanksi

(20)

dari Dinas Perhubungan yaitu dalam meningkatkan PAD dari pembayaran

retribusi (terminal, parkir, izin trayek, dan PKB) yang dilakukan oleh masyarakat.

Dari peningkatan PAD yang dilakukan Dinas Perhubungan maka segala kegiatan

kedinasan akan terpenui dan terlaksana dengan baik karena adanya dana yang

memadai dari APBD. Dalam meningkatkan PAD, maka Dinas Perhubungan

memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat,

agar masyarakat mau melaksanakan kewajibannya dalam bidang perhubungan.37

Keterangan dari informan lain, bahwa dengan adanya peraturan ini

perusahaan angkutan kota mendapatkan hak dan kewajiban. Adapun yang menjadi

hak dari perusahaan angkutan kota adalah mereka bisa memberikan sanksi bagi

supir angkot yang tidak bisa tertib dalam melaksanakan kewajibannya dalam

mengurus izin trayek dan uji kendaraan, sehingga diharapkan semakin banyak

angkot yang melaksanakan kewajibannya khususnya dalam uji kendaraan.

Kewajiban bagi perusahaan angkutan kota adalah mengurus perizinan bagi usaha

dan angkutannya, membayar retribusi dan membayar pajak, dan memberikan

pelayanan bagi masyarakat dalam mendaftarkan kendaraan umumnya kepada

perusahaan yang akan bergabung dengan trayek yang ada diperusahaan tersebut

dan memberikan sosialisasi kepada supir angkot untuk melakukan uji

kendaraan.38

Dikatakan oleh informan bahwa dari adanya peraturan ini supir angkot

memiliki trayek yang sesuai dengan nomer plafon yang dibawanya. Tetapi hal ini

37

Wawancara dengan Hendrik Ginting ATD Kasi Angkutan Darat pada tanggal 28 April 2016

38

(21)

tidak membuat supir angkot tenang karena harus bersaing dengan jumlah angkot

yang banyak dengan nomer trayek (64) yang sama dan dengan trayek yang sama.

Supir angkot mengeluh dengan keadaan yang seperti ini, karena penumpang tidak

banyak. Setiap angkot harus masuk ke terminal yang sesuai dengan trayeknya dan

membayar retribusi sebesar Rp200-,/sekali masuk terminal, selain itu setiap

angkot juga wajib melaksanakan uji kendaraan yang dilakukan per enam bulan

sekali.39

Bahwasanya suatu kebijakan dalam pengimplementasiannya pasti

melibatkan banyak kepentingan-kepentingan, baik itu kepentingan bagi pelaksana

kebijakan maupun penerima kebijakan. Dari keterangan informan diatas

mengenai kepentingan yang terpenuhi oleh kebijakan, maka terlihatlah bahwa

Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2002 tersebut dapat memenuhi kepentingan

baik kepentingan dari Dinas Perhubungan, perusahaan angkutan kota dan dari

supir angkot itu sendiri.Akan tetapi kepentingan dari supir angkot tidak terpenuhi

sepenuhnya, karena kepentingan supir angkot dalam mendapatkan penghasilan

tidak terpenuhi. Hal ini terjadi karena banyaknya jumlah angkot yang ada didalam

satu trayek dan membuat supir angkot harus rebutan penumpang dan

berlomba-lomba dijalanan untuk mendapatkan penumpang. Jadi, dalam implementasinya

Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2002 sudah memenuhi

kepentingan-kepentingan dari pelaksana maupun penerima kebijakan, tetapi tidak secara

menyeluruh kepentingan-kepentingan itu terpenuhi khususnya dalam hal

39

(22)

penetapan jumlah angkutan/unit didalam satu trayek yang membuat kepentingan

dari pengemudi angkot tidak terpenuhi secara menyeluruh.

B. Jenis manfaat yang dihasilkan

Dalam suatu kebijakan harus terdapat manfaat yang menunjukkan dampak

positif yang dihasilkan dari pengimplementasian kebijakan yang akan

dilaksanakan. Dari keterangan informan manfaat yang dihasilkan dari kebijakan

tersebut membuat Dinas Perhubungan lebih mudah melaksanakan tugasnya dalam

memberikan pelayanan di bidang perhubungan, karena didalam peraturan tersebut

disebutkan pelayanan apa saja yang diberikan kepada masyarakat dan retribusi

apasaja yang dipungut di bidang perhubungan. Manfaat lain dari peraturan ini

perusahaan angkutan dan supir angkot lebih mengetahui apasaja yang menjadi

kewajibannya (mengurus izin, membayar retribusi dan uji kendaraan). Tetapi

dalam hal uji kendaraan tidak semua supir angkutan melaksanakan kewajibannya.

Padahal hal ini sangat penting melihat kelayakan operasional dari angkot tersebut.

Jika sudah tidak layak jalan maka dilakukan peremajaan terhadap angkot itu.

Manfaat ini bisa tercapai karena adanya pengawasan dan monitoring yang

dilakukan Dishub kepada masyarakat.40

Setiap peraturan yang diimplementasikan pasti memberikan manfaat yang

positif, karena tidak ada peraturan yang dikeluarkan untuk menghasilkan manfaat

yang negative. Begitu juga dengan peraturan daerah nomor 33 tahun 2002

dikelurkan dengan tujuan memberikan kepastian bagi Dinas Perhubungan,

perusahaan, dan supir angkot. Kepastian yang diterima Dishub dari peraturan ini

40

(23)

adalah dalam pelaksanaan tugas dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat

dan Dishub memberikan sumbangan yang terus meningkat ke PAD melaui

retribusi di bidang perhubungan. Karena dengan tidak adanya peraturan daerah

nomor 33 tahun 2002 maka Dishub akan kesusahan dalam melaksakan tugasnya

dalam memberikan pelayanan, karena pelayanan yang diberikan Dishub kepada

masyarakat sangat banyak. Melalui peraturan ini Dishub juga melakukan

pengawasan dan monitoring dibidang perhubungan, melalui pengawasan dan

monitoring ini Dishub bisa langsung memberitahukan kepada masyarakat tentang

kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masyarakat. Khususnya dalam

pengujian kendaraan yang sangat diperlukan bagi setiap angkutan, karena masih

banyak angkutan yang tidak mengindahkan kewajiban ini.Melihat keterangan dari

informan maka peraturan daerah nomor 33 tahun 2002 tentang retribusi dan

pelayanan izin trayek di bidang perhubungan memberikan manfaat yang langsung

tertuju kepada masyarakat, karena melihat kelapangan apabila tidak adanya

peraturan daerah tersebut masyarakat tidak tahu-menahu dengan kewajibannya

dalam mengurus perizinan dan membayar retribusi. Dari ketidaktahuan itu,

melalui peraturan tersebut Dishub menjalin komunikasi yang searah baik dari

antara masyarakat, komunikasi ini terjalin melalui pendekatan (pengawasan dan

monitoring) yang dilakukan oleh Dishub.

C. Derajat perubahan yang diinginkan

Setiap kebijakan memiliki target yang hendak dan ingin dicapai. Seperti

yang dikatakan informanperubahan yang diharapkan dari peraturan inisemakin

(24)

mengurus perizinan, pembayaran retribusi dan uji kendaraan dengan adanya

respon yang tinggi dari masyarakat terhadap peraturan tersebut dan tidak adanya

pelanggaran yang terjadi, maka Dinas Perhubungan mampu

mengimplementasikan peraturan tersebut dengan baik dan tujuan dari peraturan

tersebut langsung tertuju kepada masyarakat.Dalam meningkatkan respon

masyarakat terhadap kewajibannya, Dinas Perhubungan melakukan pengawasan

langsung kepada masyarakat dan memonitoring setiap kegiatan masyarakat dalam

bidang perhubungan.41

Keterangan informan lain mengatakan dari adanya peraturan ini

diharapkan kinerja dari Dinas Perhubungan lebih baik dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat, karena sudah tertera dengan jelas pelayanan apa

saja yang diberikan Dinas Perhubungan kepada masyarakat. Dalammeningkatkan

kuantitas kinerja pegawai, Dinas Perhubungan melakukan diklat (pelatihan)

kepada pegawainya.42

Perubahan yang diinginkan dari adanya Peraturan Daerah Nomor 33

Tahun 2002 tersebut adalah mampu mengubah sikap dan perilaku dari pelaksana

dan penerima kebijakan. Sikap dan perilaku dari pelaksana kebijakan yang ingin

dirubah dari adanya kebijakan ini adalah dalam hal pemberian pelayanan, baik

dalam pemberian pelayanan pengurusan perizinan maupun pelayanan dalam

pembayaran retribusi. Dengan adanya peningkatan pelayanan, maka masyarakat

41

Wawancara dengan Hendrik Ginting ATD Kasi Angkutan Darat pada tanggal 28 April 2016

42

(25)

akan lebih tertib dalam melaksanakan kewajibannya. Sehingga masyarakat akan

lebih respon terhadap peraturan yang ada.

D. Letak pengambilan keputusan

Letak pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan sangatlah penting

dan harus jelas dimana letak pengambilan keputusan yang akan

diimplementasikan. Dari keterangan informan keputusan yang diambil dari

peraturan tersebut adalah kewajiban bagi setiap orang pribadi atau badan yang

berusaha di bidang perhubungan wajib memiliki izin, dan keputusan itu memang

sudah menjadi tugas dari Dinas Perhubungan dalam melaksanakan dan

memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mengurus izin dan membayar

retribusi di bidang perhubungan.Keputusan ini langsung ditujukan kepada

masyarakat yang memiliki usaha di bidang perhubungan.43

Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan penting

dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka dalam pengambilan keputusan tidak

bisa dilakukan dengan sebelah pihak harus dilihat bagaimana suatu program dari

peraturan derah nomor 33 tahun 2002 bisa memberikan manfaat kepada

masyarakat dan terpenuhinya kepentingan-kepentingan yang ada.Kewajiban bagi

setiap orang pribadi atau badan usaha yang berada di bidang perhubungan untuk

memiliki izin merupakan keputusan yang tepat dilakukanoleh Dinas Perhubungan

karena melihat banyaknya angkutan umum di Kota Medan yang sudah memiliki

43

(26)

izin yaitu 10.724 unit dari 14 perusahaan angkutan dan ada 225 trayek yang sudah

terdaftar di Dinas Perhubungan.

E. Pelaksana program

Dalam melakukan suatu kebijakan atau suatu program harusdidukung

dengan pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi keberhasilan suatu

kebijakan.Hal demikian juga dikatakan oleh informan pelaksana dari peraturan ini

adalah seluruh pegawai dari Dinas Perhubungan sesuai dengan tugas dan fungsi

dari masing-masing bidang. Dari bagian umum mempunyai tugas

dalammembimbing dan membagi tugas dari para pegawai atau staf untuk

memahami peraturan yang ada, agar tidak ada pegawai/staf yang tidak tahu apa

tugas dan fungsinya,merencanakan program dan kegiatan, dan mengelola

administrasi. Selain itu pegawai juga diberikan pelatihan agar lebih baik lagi dan

lebih kompeten dalam pelaksanaan tugas yang diberikan kepadanya.44

Keterangan lain dari informan bahwa dalam pelaksanaan program dari

peraturan ini dilakukan oleh Kasi angkutan darat beserta staf-stafnya. Kasi

angkutan darat memiliki tanggungjawab yang besar dalam terlaksananya

peraturan ini, karena kasi angkutan darat sebagai pelaksana pelayanan perizinan

dan pelayanan lainnya yang memiliki lingkup lalu lintas dan angkutan kota, maka

kinerja dari kasi angkutan darat baik kepala seksi maupun staf-stafnya harus

memiliki keahlian yang sesuai dengan bidangnya. Kepala seksi juga memberikan

44

(27)

tanggungjawab kepada stafnya dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan tugas dan

fungsi dari kasi angkutan darat.45

Dari keterangan lain yang diberikan informan, staf kasi angkutan

daratdiberikan tugas dan tanggungjawab untuk melaksanakan tugas dalam

memberikan bantuan kepada pemimpin dalam menyelesaikan suatu pekerjaan

atau masalah, memberikan informasi kepada pemimpin mengenai program, dan

membantu menjalankan peraturan yang ada. Staf kasi angkutan darat harus

memiliki pemahaman yang luas di bidang perhubungan dalam melaksanakan

tugas yang diberikan kepadanya.46

F. Sumber-sumber yang diterapkan

Manakala pelaksana program memiliki kemampuan yang sesuai dengan

bidang kerjanya dan memberikan dukungan dalam pelaksanaan kebijakan, maka

tingkat keberhasilan dari implementasi kebijakan itu akan tinggi. Berdasarkan

keterangan dari informan pelaksana program peraturan daerah nomor 33 tahun

2002 memiliki hubungan antara satu satuan kerja dengan berbagai satuan kerja

yang lain, jenjang hirarki jabatan-jabatan yang jelas dan kesesuaiantugas,

sehingga terlihat siapa yang bertanggung jawab kepada siapa dan berbagai saluran

komunikasi yang terdapat dalam pelaksanaan program dan jaringan informasi

yang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan, baik yang sifatnya

institusional maupun individual.

Pelaksanaan kebijakan harus didukung oleh sumberdaya-sumberdaya yang

ada agar pelaksaan kebijakan tersebut berjalan dengan baik. Dari keterangan

45

Wawancara dengan Hendrik Ginting ATD Kasi Angkutan Darat pada tanggal 28 April 2016

46

(28)

informan pelaksanaan peraturan ini membutuhkan sumber daya manusia yang

memiliki keahlian dan pengalaman kerja, untuk mendapatkan pegawai yang

mempunyai keahlian dalam bidang perhubungan khususnya dalam pelayanan

maka Dinas Perhubungan melakukan pelatihan bagi pegawainya secara

bergantian. Sumber daya manusai yang ada di Dishub kota Medan sudah

memenuhi kualifikasi. Hal ini bisa dilihat dari sudah banyaknya pegawai yang

melakukan pelatihan (diklat), lama penugasannya, kesesuaian jabatan yang

didudukinya, dan memiliki keahlian dibidangnya.Sumber daya lain yang

diperlukan dalam pelaksanaan peraturan ini adalah dana. Dinas Perhubungan

memperoleh dana untuk melaksanakan segala kegiatan atau program dari

APBD.47

Tersedianya sumberdaya yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan

peraturan daerah nomor 33 tahun 2002, dengan sendirinya akan mempemudah

pelaksanaan peraturan tersebut. Sumberdaya-sumberdaya yang ada sudah

memadai dalam pelaksaan peratuaran daerah nomor 33 tahun 2002. Dimana

sumber daya manusia yang ada sudah memiliki kualitas dan kuantitas dalam

menjalankan peraturan tersebut, dan setiap pegawai memiliki keahlian yang sesuai

dengan bidangnya. Setiap pegawai yang ditugaskan disetiap bidang yang sesuai

dengan keahliannya, maka peraturan tersebut akan terlaksana dengan

baik.Sumberdaya lain yang dibutuhkan dalam melaksanakan peraturan daerah

nomor 33 tahun 2002 ini adalah dana. Jika tidak ada dana yang memadai dalam

pelaksanaan peraturan ini, maka hanya akan menjadi peraturan yang tidak berjalan

47

(29)

(sia-sia). Dana yang dialokasikan APBD kepada Dinas Perhubungan dalam

melaksanakan program atau kegiatan untuk menunjang keberhasilan peraturan in

sudah sesuai dengan kebutuhan yang ada. Sumberdaya-sumberdaya yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan peraturan ini harus terpenuhi, baik dari sumber

daya manusia maupun dari sumber daya non-manusia.

G. Kekuasaan, kepentingan dan strategi-strategi dari aktor yang terlibat

Strategi, sumber dan posisi kekuasaan implementor akan menentukan

tingkat keberhasilan kebijakan yang diimplementasikannya. Dari keterangan

informanDinas Perhubungan mempunyai kekuasaan sebagai pelakasana peraturan

tersebut, dimana kekuasaan itu digunakan Dishub untuk memenuhi

kepentinganpublik dalam mendapatkan pelayanan yang baik, dalam pencapaian

keberhasilan peraturan tersebut dan menertibkan masyarakat dalam bidang

perhubungan dan strategi yang dilakukan agar kepentingan tersebut terpenuhi,

maka Dishub dengan terus melakukan perubahan dalam pelayanan (melakukan

pelatihan) dan terus melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui

pengawasan dan monitoring.48

Dalam suatu kebijakan perlu diperhatikan kekuasaan, kepentingan dan

strategi apa yang dilakukan oleh para aktor guna memperlancar jalannya

pelakasanaan peraturan daerah nomor 33 tahun 2002. Dari kekuasaan yang

dimiliki Dinas Perhubungan sebagai pelaksana peraturan daerah nomor 33 tahun

2002, tidak membuat kepentingan dari Dishub menjadi kepentingan pribadi yang

ingin dicapai. Dinas Perhubungan tetap pada kepentingan publik demi

48

(30)

terlaksananya peraturan daerah nomor 33 tahun 2002 ini dengan baik. Jika dari

kekuasaan yang dimiliki Dishub digunakan untuk kepentinga pribadi, maka sangat

besar kemungkinan peraturan yang akan diimplementasikan akan jauh dari hasil

yang diharapkan.

H. Karakteristik kelembagaan

Dalam melihat karakteristik dari suatu lembaga, maka hal ini tidak bisa

terlepas dari struktur birokrasi. Struktur birokrasi sebagai karakteristik

kelembagaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap implementasi kebijakan.

Dari keterangan informan struktur birokrasi yang ada sudah tersusun dengan baik

dan jelas, dan struktur birokrasi yang ada di Dishub tidak memiliki struktur yang

panjang. Dan setiap kepala bidang memiliki kepala seksi dan staf-staf yang

mendukung pekerjaannya. Dari adanya struktur birokrasi ini seluruh pegawai akan

tahu dari siapa tanggungjawab itu didapat dan untuk siapa tanggungjawab itu

dikembalikan dan pola-pola hubungan yang terjalin antara satu bidang dengan

bidang lain berjalan dengan baik dan komunikasi yang ada juga berjalan searah.49

Dalam suatu implementasi kebijakan agar mencapai keberhasilan maksimal

harus diidentifikasikan dan diketahui karakteristik yang mencakup struktur

birokrasi dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, semua itu akan

mempengaruhi implementasi suatu program kebijakan yang telah ditentukan.

Struktur organisasi pada Dinas Perhubungan berjalan dengan baik semua pihak

menjalankan kewajiban sesuai dengan peran dan tanggung jawab yang diberikan,

dari hal tersebut dapat dilihat bahwa struktur birokrasi di Dinas Perhubungan kota

49

(31)

Medan secara umumsudah berjalan dengan baik. Dari hasil pemaparan diatas,

dapat diketahui bahwa Dinas Perhubungan Kota Medan sudah dapat dikatakan

memiliki struktur birokrasi yang baik untuk melakukan implementasi Peraturan

Daerah Nomor33 Tahun Retribusi Pelayanan dan Izin di Bidang Perhubungan

Kota Medan.

I. Konsitensi dan daya tanggap

Hal lain yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan

adalah konsistensi dan daya tanggap dari pelaksana dan penerima kebijakan.

Keterangan dari informan Dinas Perhubungan memegang teguh prinsip-prinsip,

visi dan misi dari Dinas Perhubungan dalam melaksanakan tugasnya dalam

memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Daya tanggapdari Dinas

Perhubungan terhadap peraturan sudah baik, dan kepekaan Dishub terhadap

pelayanan yang dibutuhkan masyarakat dalam pengurusan kepengurusan izin,

pembayaran retribusi, dan uji kendaraan juga sudah berjalan dengan baik. Akan

tetapi Dishub sendiri melihat konsistensi dan daya tanggap masyarakat belum

berjalan dengan baik, karena masih ada pelanggaran yang terjadi, seperti

keterlambatan mengurus perpanjangan izin dan masyarakat yang masih banyak

tidak melakukan uji kendaraan. Tidak jarang Dishub memberikan surat peringatan

kepada perusahaan angkutan untuk mengurus perpanjangan izinnya.50

Dari keterangan informan perusahaan angkutan sudah konsistensi dan

memiliki daya tanggap yang ditunjukkan dari kepedulian dalam hal mendaftarkan

50

(32)

badan usahanya dan angkutannya untuk mendapatkan izin usaha dan izin trayek

dan dalam mengurus perpanjangan izin.51

Keterangan lain juga diberikan informan konsistensi dan daya tanggap

supir angkot ditunjukkan dari ketertiban pengendaradari membayar retribusi dan

melakukan uji kir yang dilakukan dalam 6 bulan sekali dan ini dilakukan langsung

oleh Dinas Perhubungan.52

Ketimpangan informasi yang didapat, baik dari Dishub maupun dari

masyarakat dapat disimpulkan bahwa masih belum adanya konsistensi dan daya Idealnya, pelaksana maupun penerima kebijakan harus mempunya

konsistensi yang tinggi dan memiliki daya tanggap terhadap suatu peraturan.

Dinas Perhubungan sudah menunjukkan konsistensi dalam pelaksaaan tugasnya

dan tanggap dalam melihat kebutuhan masyarakat dalam pelayanan perizinan dan

retribusi. Tetapi hal ini masih belum ditunjukkan oleh masyarakat dalam

pelaksanaan peraturan daerah nomor 33 tahun 2002. Hal ini didukung dengan

pengamatan peneliti yang dilakukan dilapangan dan melihat data-data yang ada,

memang masih banyak masyarakat yang masih belum melaksanakan

kewajibannya dalam bidang perhubungan, seperti perusahaan yang tidak tepat

waktu dalam pengurusan perizinan dan supir angkot yang masih banyak tidak

melakukan uji kendaraan.

51 Wawancara dengan Jumongkas Hutagaol Direktur CV Medan Buspada tanggal 4 Mei

2016

52

Wawancara dengan Darma Gurky pengemudi angkutan umum CV Medan bus pada

(33)

tanggap dari masyarakat dan dibutuhkannya kerjasama yang baik antara Dinas

Perhubungan dan masyarakat guna menjaga konsistensi dan daya tanggap

terhadap peraturan daerah nomor 33 tahun 2002.

J. Dampaknya terhadap masyarakat, perseorangan dan kelompok

Suatu kebijakan pasti memiliki dampak positif atau negative yang akan

terjadi dalam pelaksanaannya, baik itu dampak bagi masyarakat, perseorangan dan

kelompok. Dari keterangan informan dampak dari adanya peraturan daerah ini

adalah terlaksananya program yang mewajibkan bagi setiap kendaraan umum

untuk memiliki izin trayek dan pembayaran retribusi. Dari pembayaran retribusi

yang dilakukan masyarakat dalam bidang perhubungan memberi dampak yang

positif bagi PAD.53

Informan lain mengatakan dampak yang dirasakan bagi perusahaan

angkutan yaitu, kejelasan hak dan kewajiban bagi pemilik perusahaan angkutan

dalam menjalankan usahanya.54

Dari keterangan informan dampak yang diberikan dari peraturan tersebut

bagi supir angkot adalah memberikan kepastian trayek agar supir angkot dapat

mengoperasikan kendaraannya sesuai dengan trayek yang sudah ada.55

Peraturan daerah nomor 33 tahun 2002 sudah memberikan dampak bagi

pelaksana dan penerimanya. Akan tetapi dampak yang diberikan tidak terlalu

53

Wawancara dengan Hendrik Ginting ATD Kasi Angkutan Darat pada tanggal 28 April 2016

54

Wawancara dengan Drs. Mont Gomery Munthe Direktur PT.RMC pada tanggal 3 Mei 2016

55

(34)

memberikan angin segar pada masyarakat khususnya supir angkot. Dampak yang

diberikan kepada masyarakat dari peraturan ini adalah hanya kepastian hukum

tentang izin usaha dan trayek di bidang perhubungan, dan cara bagaimana

mendapatkan izin dan retribusi apa yang harus mereka bayar dan jumlah yang

harus dibayarkan, hanya mengenai kewajiban yang harus masyarakat laksanakan,

tetapi kepentingan dari supir angkot masih belum terpenuhi, karena kepentingan

supir angkot dalam mendapatkan penumpang masih belum terpenuhi. Hal ini

terjadi karena tidak adanya ketentuan yang diatur mengenai pembatasan jumlah

angkot di satu trayek, sehingga hal ini membuat supir angkot masih harus

berebutan dalam mendapatkan penumpang dengan angkot yang lain.

K. Tingkat perubahan dan penerimaannya

Suatu kebijakan yang dimplementasikan pasti memiliki tingkat perubahan

yang diharapkan dalam penerpannya dan sejauhmana perubahan itu diterima oleh

pelaksana maupun penerima dari kebijakan tersebut. Dari keterangan

informandari pengimplementasian peraturan tersebut, sudah bisa dikatakan

mencapai tingkat keberhasilannya, karena dari 14 perusahaan angkutan di kota

Medan sudah memiliki izin usaha dan izin trayek. Dan pelanggaran yang sering

dilakukan hanya pada keterlambatan perpanjangan perizinan oleh perusahaan

angkutan dan tidak melakukan uji kendaraan. Dan dalam hal pelayanan yang

diberikan Dishub kepada masyarakat sudah terlaksana sebagaimana mestinya.

Peraturan daerah nomor 33 tahun 2002 ini belum diterima dengan baik oleh

(35)

dalam hal perizinan dan retribusi, karena masih ada masyarakat yang tidak

melaksanakan kewajibannya.56

4.3Data Sekunder

Tingkat perubahan yang diharapkan dari adanya peraturan daerah nomor

33 tahun 2002 sudah masih belum seperti yang diharapkan, karena masih ada

pelanggaran yang dilakukan masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya.

Begitu juga dengan penerimaannya yang masih belum semua masyarakat

menerima peraturan tersebut. Hal ini bisa dilihat dari masih adanya

pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat yang tidak sesuai dengan peraturan

tersebut.

Selain dari hasil wawancara dengan informan, peneliti juga memperoleh

data-data pendukung yang berasal dari Dinas Perhubungan kota Medan mengenai

pendapatan yang dihasilkan dari retribusi pelayanan perhubungan serta

penggunaan dana alokasi dari APBD, seperti yang tertera pada tabel:

56

(36)
[image:36.595.113.475.139.354.2]

Tabel 11: Jumlah pendapatan yang diterima Dinas Perhubungan

No Jenis Pendapatan

Jumlah Pendapatan (Juta rupiah)

2013 2014

1 Pajak Kendaraan Bermotor 32.272,07 33.970,60

2 Pajak BBM 35.674,51 37.552,12

3 Pajak Parkir 5.031,16 5.295,96

4 Retribusi Terminal 1690.467 1416.271 5 Retribusi Parkir 12718.949 13591.477 6 Retribusi Ijin Trayek 270.362 351.527 7 Retribusi PKB 5288.271 5707.940 8 Lain-lain (bidang LLAJ) 1643.438 1611.326

Total PAD 72.977,74

76.818,67 Sumber: Dinas Perhubungan kota Medan, 2015

Tabel 12: Alokasi dana untuk kegiatan sarana dan prasarana LLAJ

No Peruntukan/Alokasi

Dana APBD (Juta Rupiah)

DAK (Juta Rupiah) 2013 2014 2013 2014 Sarana dan Prasarana LLAJ

1 Rehabilitasi Terminal 16000

2 Rehabilitasi Fasilitas Keselamatan 36271 22354 837

3 Pengembangan Angkutan Umum 5850 2150

TOTAL 42121 40504 0 837

Jalan dan Jembatan

1 Pembangunan Jalan 59910 40377 11723 10505

2 Pembangunan Jalan 109732 264798

3 Pembangunan Jalan

TOTAL 169642 305175 11723 10505

TOTAL KESELURUHAN 211763 345679 11723 11342

[image:36.595.116.524.451.678.2]
(37)

Adapun data lain yang diperoleh dari Dinas Perhubungan mengenai

kualifikasi dari pegawai di Dinas Perhubungan, seperti yang terlihat dalam tabel:

Tabel 13: Kualifikasi pejabat di Dinas Perhubungan

No Jabatan Pendidikan

Diklat bidang transportasi

Pengalaman kerja (tahun)

1 Kepala Dinas S-2 Pernah 33

2 Sekretaris Dinas S-2 Tidak Pernah 2

3 Kabid Lalin & AD S-2 Pernah 20

4 Kabid Tekhsapra AD S-1 Pernah 13

5 Kabid Perparkiran S-1 Tidak Pernah 3

6 Kasi Tek. Perbengkelan Karoseri

S-1 Tidak Pernah 2

7 Kasi Pengembangan Teknik PKB

S-2 Pernah 19

8 Kasi Pengembangan Teknik Terminal

S-2 Pernah 14

9 Kasi Manajemen &Rekayasa Lalulintas

S-2 Pernah 15

10 Kasi Angkutan Darat S-1 Pernah 28

11 Kasi Pengendalian & Ketertiban

S-1 Tidak Pernah 15

12 Kasi Pelabuhan & Kebandar Udaraan

S-1 Pernah 18

13 Kasi Lalin & AD S-1 Pernah 20

14 Kasi Penunjang Kes. Pelayaran

S-1 Pernah 15

15 Kasi Parkir Khusus S-1 Tidak Pernah 54

16 Kasi Parkir Harian Wilayah I S-1 Tidak Pernah 17 17 Kasi Parkir Harian Wilayah II S-1 Pernah 28 18 UPTD Pengujian Kendaran

Bermotor

S-1 Pernah 144

19 UPTD Terminal Penumpang Type A Amplas

S-2 Pernah 18

20 UPTD Terminal Penumpang Type A P. Baris

S-1 Pernah 12

21 UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Type A P. Baris

S-1 Pernah 15

(38)

Data lain yang diperoleh dari Dinas Perhubungan yaitu rekapitulasi

[image:38.595.87.572.192.451.2]

angkotan kota di Medan pada tahun 2015, yang bisa kita lihat pada tabel:

Tabel 14: Rekapitulasi angkutan kota di Medan

Perusahaan Izin Jumlah trayek Dilayani Sisa MPU Plafon Bus MPU Realisasi Bus MPU Sisa Bus

KPUM 93 49 44 6.061 - 2.890 - 3.171 -

CV MEDAN BUS 9 6 3 100 800 25 443 75 357

PT. MARS 20 7 13 - 1.025 - 95 - 830

CV HIKMA 4 2 2 - 250 - 84 - 166

FAMEKAR JAYA 4 2 2 310 - 156 - 154 -

PT NASIONAL 8 3 5 100 505 7 185 93 321

PTU MORINA 20 9 11 1.055 - 485 - 570 -

PERUM DAMRI 5 1 4 - 60 - 136 - 54

PT RMC 16 14 2 2.055 676 1.205 566 850 110

KOP MRX 6 1 5 - 290 - 136 - 154

CV MITRA 9 3 6 150 550 17 160 133 390

CV WAMPU MINI 8 5 3 543 - 323 - 220 -

PU GAJAH MADA 8 3 4 350 - 134 - 216 -

CV DESA MAJU 7 3 4 - 294 - 134 - 160

Jumlah 217 108 109 10.724 4.450 5.242 1.908 5.482 2.542

(39)

BAB V PENUTUP 5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan penulis

dengan judul “Implementasi Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2002 Tentang

Retribusi Pelayanan dan Izin di Bidang Perhubungan (Studi pada Dinas

Perhubungan kota Medan) dapat disimpulkan, bahwa Implementasi peraturan

daerah kota medan nomor 33 tahun 2002 tentang retribusi pelayanan dan izin di

bidang perhubungan kota medan belum sepenuhnya terlaksana dengan baik

karena masih adanya kekurangan-kerurangan yang ditemui pada beberapa

indikator, meskipun beberapa indikator lainnya sudah berjalan dengan baik.

Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

implementasi Merille S. Grindle, dengan indikator:

1. Kepentingan yang terpenuhi oleh kebijakan

Peraturan daerah nomor 33 tahun 2002 sudah dapat memenuhi

kepentingan dari Dinas Perhubungan, perusahaan angkutan, dan supir

angkutan kota (angkot). Tetapi terpenuhinya kepentingan itu tidak secara

menyeluruh bagi kepentingan supir angkot, kepentingan yang terpenuhi

dari supir angkot hanya kejelasan trayek yang akan dilaluinya karena

sudah mendaftarkan izin trayek angkotnya, tetapi dalam kepentingan

mendapatkan penumpang masih belum terpenuhi dikarenakan didalam

(40)

Hal ini membuat supir angkot harus berlomba-lomba untuk mendapatkan

penumpang.

2. Jenis manfaat yang dihasilkan

Peraturan daerah nomor 33 tahun 2002 tentang retribusi dan pelayanan

izin di bidang perhubungan memberikan manfaat yang langsung tertuju

kepada masyarakat, karena melihat kelapangan apabila tidak adanya

peraturan daerah tersebut masyarakat tidak tahu-menahu dengan

kewajibannya dalam mengurus perizinan dan membayar retribusi. Dari

ketidaktahuan itu, melalui peraturan tersebut Dishub menjalin komunikasi

yang searah baik dari antara masyarakat, komunikasi ini terjalin melalui

pendekatan (pengawasan dan monitoring) yang dilakukan oleh Dishub.

3. Derajat perubahan yang diinginkan

Peraturan daerah nomor 33 tahun 2002 ini ingin merubah sikap dan

perilaku dari pelaksana dan penerima kebijakan. Tetapi peraturan ini

masih belum bisa merubah perilaku dari masyarakat yang masih tidak

melaksanakan kewajibannya meskipun didalam peraturan ini sudah ada

tertera sanksi yang akan diberikan jiakalau masyarakat tidak melaksanakan

kewajibannya.

4. Letak pengambilan keputusan

Keputusan dari peraturan daerah nomor 33 tahun 2002 mengenai

kewajiban bagi setiap kendaraan umum wajib memiliki izin, sudah sangat

(41)

angkutan yang memiliki izin trayek harus membayar retribusi yang sudah

ditentukan, juga memberikan kepastian rute trayek bagi setiap angkutan.

5. Pelaksana program

Pelaksana program dari peraturan daerah nomor 33 tahun 2002 sudah

memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat baik dalam

kepengrusuan perizinan, pembayaran retribusi, maupun uji kendaraan.

6. Sumberdaya-sumberdaya yang dibutuhkan

Dalam pelaksaaan peraturan daerah nomor 33 tahun 2002 ini

membutuhkan sumber daya manusia, dana dan sarana. Kebutuhan

peraturan ini akan sumber daya manusia jika dilihat dari kualitas dan

kuantitas sudah terpenuhi begitu juga dengan dana dalam melakukan

kegiatana/program Dishub. Akan tetapi, jika dilihat dari penyediaan

saranamasih belum memadai, karena pegawai/staf dari Dinas Perhubungan

masih banyak menggunakan kendaraan milik pribadi untuk melakukan

monitor dan pengawasan ke lapangan. Jadi sumberdaya-sumberdaya yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan peraturan daerah nomor 33 tahun 2002

masih belum terpenuhi secara keseluruhan.

7. Kekuasaan, kepentingan dan strategi yang dilakukan para aktor

Dari adanya kekuasaan Dinas perhubunga dalam melaksanakan peraturan

daerah nomor 33 tahun 2002, Dishub lebih mengutamakan kepentingan

publik dengan strategi yang lebih mengarah kepada masyarakat. Jika

Dinas Perhubungan terus melakukan hal ini, maka akan sangat membantu

(42)

8. Karakteristik kelembagaan

Struktur birokrasi yang ada di Dinas Perhubungan kota Medan sudah

berjalan dengan baik dan dengan bertahannya kondisi seperti ini akan

membantu pengimplementasian peraturan daerah nomor 33 tahun 2002

tentang retribusi pelayanan dan izin di bidang perhubugan ini menjadi

lebih maksimal.

9. Konsistensi dan daya tanggap

Konsistensi dan daya tanggap pelaksanaan peraturan daerah nomor 33

tahun 2002 masih jauh dari yang diharapkan. Melihat masih ada

masyarakat yang tidak melaksanakan kewajibannya dalam bidang

perhubungan. Jika tidak ada komunikasi yang baik dari Dinas

Perhubungan dengan masyarakat mengenai kewajiban masyarakat, maka

peraturan daerah tersebut belum bisa terlaksana dengan maksimal.

10.Dampak bagi masyarakat, perseorangan, dan kelompok

Dampak dari peraturan daerah nomor 33 tahun 2002 masih belum

dirasakan oleh masyarakat, karena dari adanya peraturan tersebut masih

adanya keluhan dari masyarakat mengenai tidak adanya ketentuan jumlah

maksimal didalam satu trayek yang diatur dalam peraturan ini.

11.Tingkat perubahan dan penerimaannya

Tingkat perubahan dari peraturan daerah nomor 33 tahun 2002 ini masih

belum bisa dikatakan berhasil, karena masih ada masyarakat yang

melakukan pelanggaran, begitu juga penerimaan masyarakat terhadap

(43)

5.2Saran

Adapun saran yang penulis dapat berikan sehubungan dengan

implementasi peraturan daerah nomor 33 tahun 2002 tentang retribusi pelayanan

dan izin di bidang perhubungan, adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengurangi adanya pelanggaran yang dilakukan oleh masyrakat

dalam pelaksanaan peraturan ini perlu adanya sosialisasi yang harus

dilakukan Dinas Perhubungan kepada masyarakat, agar masyarakat

lebih lebih respon terhadap peraturan tersebut.

2. Kurangnya sarana dari Dinas Perhubungan seperti kendaraan untuk

melakukan pengawasan lapangan, perlu dimasukkan kedalam salah

satu anggaran yang akan dilakukan.

3. Untuk menghindari adanya pungli dari pihak pelaksana kebijakan,

maka para pegawai/staf dari Dinas Perhubungan perlu melakukan

(44)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang memusatkan perhatian kepada masalah-masalah atau

fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan

fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian yang sesuai dengan

kenyataan sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa untuk memberikan

kebenaran berdasarkan data yang diperoleh. 31

Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial

yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam

kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam

bahasanya dan dalam peristilahannya.32 Penelitian kualitatif haruslah dilakukan

secara objektif. Metode yang dilakukan oleh peneliti membantu peneliti untuk

menghindari subjektivitas. Satu teknik dalam penelitian kualitatif adalah harus

diketahui bahkan dipelajari serta disepakati oleh subjek penelitian.33 Dengan

demikian, jika terjadi prasangka atau pandangan atau sikap suka-tidak suka

muncul, hal tersebut akan dicek secara langsung.

31

Sudarman Danin. 2002. Menjadi Penilitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia, hal 41 32Moleong, Lexi J. 2007. Metodelogi Penilitian Kualitatif. Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya, hal 3

(45)

2.2Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Perhubungan kota Medan Jl.Pinang

Baris No. 114 A Medan.

2.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari

hasil penelitian yang dilakukan sehingga subyek penelitian yang telah tercermin

dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Informan penelitian adalah

subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang

lain yang memahami objek penelitian.34

a. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki

berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.

Adapun informan yang menjadi objek penelitian ini dibedakan atas dua

jenis yaitu

Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kassi Angkutan Darat

Dinas Perhubungan Kota Medan.

b. Informan utama adalah mereka yang terlibat secara langsung dalam

interaksi sosial yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini

adalah orang atau badan usaha yang mengurus izin dan membayar

retribusi dibidang perhubungan.

c. Informan tambahan adalah mereka yang tidak terlibat secara langsung

dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan tambahan dalam

penelitian ini adalah beberapa supir atau pengemudi angkutan umum.

34

(46)

2.4Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data dan informasi,

keterangan-keterangan yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut:

1. Teknik pengumpulan data primer

Pengumpulan data yang dilakukan secara langsung ke lokasi penelitian

(field research) untuk mendapatkan data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data primer

tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Metode observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan

melakukan pengamatan langsung terhadap sejumlah acuan yang

berkenaan dengan topik penelitian ke lokasi penelitian.

b. Metode wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan

dengan cara tanya jawab sambil bertatap antara pewawancara

dengan informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman

wawancara.

2. Teknik pengumpulan data sekunder

Pengumpulan data yang dilakukan dengan pengumpulan bahan-bahan

kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik pengumpulan

data sekunder tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Studi kepustakaan, merupakan teknik pengumpulan data dengan

menggunakan berbagai literatur seperti buku, karya ilmiah dan

(47)

b. Dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan

menggunakan catatan atau foto-foto dan rekaman yang ada di

lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan

objek penelitian.

2.5Teknik Analisis Data

Analisis-analisis kualitatif cenderung menggunakan pendekatan logika

induktif, dimana silogisme dibangun berdasarkan pada hal-hal khusus atau data di

lapangan dan bermuara pada kesimpulan umum.35

Beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu:

Melalui metode analisis data,

peneliti menguji kemampuan bernalar dalam mengelaborasi fakta, data, dan

informasi yang diperoleh. Selanjutnya, peneliti menganalisisnya sehingga dapat

menghasilkan informasi dan kebenaran dari setiap permasalahan yang ada dalam

penelitian ini.

36

1. Reduksi data

Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan

data. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan peneliti untuk

35 Burhan Bungin, Op.cit, hal 143 36

(48)

memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami.

3. Penarikan kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada sesuai dengan pemahaman dan

(49)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kota Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia berdasarkan

yang terdapat di Kemendagri, kota Medan memiliki jumlah penduduk

2.465.469 Jiwa. Tentu dengan jumlah sebanyak ini kota Medan memiliki banyak

masalah yang harus dipenuhi,karena kecenderungandari semakin banyaknya

penduduk maka tuntutan juga akan semakin banyak, hal ini berarti permasalahan

semakin kompleks. Kota Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia yang

telah menjelmakan diri menjadi pusat segala aktifitas masyarakat. Sebagai pusat

dari berbagai aktifitas masyarakat, tentunya banyak dampak yang dialami oleh

kota Medan itu sendiri baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak

positifnya berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat karena semakin

membuka peluang pekerjaan baik dalam berwirausaha, maupun menjadi pegawai

kantor perusahaan. Selain hal tersebut terdapat dampak negatif yang dialami oleh

kota Medan sehingga menimbulkan masalah kepadatan penduduk. Salah satu

masalah yang terasa akibat kepadatan penduduk adalah semakin banyaknya

kendaraan di kota Medan.

Jumlah kendaraan yang ada di kota Medan setiap tahunnya mengalami

kenaikan, baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Khususnya sepeda

motor dan mobil pribadi yang mengalami penambahan jumlah yang sangat besar

(50)

Tabel 1: Jumlah kendaraan pribadi dan umum di kota Medan

No Jenis kendaraan

Jumlah (unit)

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2016

1

Sepeda motor 2.318.632 2.550.495 2.805.545

2 Mobil penumpang a. Umum b. Pribadi 33.434 189.457 35.607 201.772 38.028 215.493 3 Mobil barang

a. Umum b. Pribadi 2.173 142.692 2.227 146.259 2.261 148.453

4 Bus besar a. Umum b. Bukan umum

1.770 - 1.788 - 1.805 - 5 Bus sedang

a. Umum b. Bukan umum

2.655 - 2.681 - 2.708 - 6 Bus kecil

a. Umum b. Bukan umum

17.698 - 17.875 - 18.054 - 7 Kendaraan roda tiga

a. Umum b. Bukan umum

26.825 135 26.289 132 25.763 130

8 Becak 25.426 23.211 2.385

9 Andong - - -

10 Lain-lain 8.983 9.054 9.054

Jumlah 2.769.880 3.017.390 3.269.679

Sumber: Dinas Perhubungan Kota Medan, 2016

Bagi warga kota Medan angkutan umummerupakan sarana transportasi

vital yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam setiap kegiatan, baik bekerja,

sekolah, berbelanja, dan lain sebagainya tidak bisa terlepaskan dari angkutan

umum, terutama bagi masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Hal ini

menjadi peluang yang besar bagi para pengusaha untuk mendirikan usaha dan

(51)

masyarakat kota Medan terhadap transportasi angkutan umum. Tingginya

keperluan masyarakat terhadap angkutan umum membuat angkutan umum di kota

Medan semakin marak bahkan dalam satu trayek terdapat beberapa armada

angkutan umum yang berbeda tetapi dengan tujuan yang sama.

Adanya aktivitas lalu lintas yang cukup tinggi di kota Medan tidak

menutup kemungkinan terjadinya pelanggaran-pelanggaran. Salah satu yang

disorot peneliti adalah pelanggaran dalam bidang transportasi yakni tentang

retribusi maupun perizinan trayek angkutan umum. Seperti yang terdapat didalam

Peraturan Daerah kota Medan Nomor33 Tahun 2002 yang menyebutkan dalam

Pasal5 bahwa “Setiap orang pribadi atau badan yang berusaha di bidang

perhubungan wajib memiliki izin dari Kepala Daerah”. Dari pernyataan tersebut

sudah seharusnya setiap angkutan umum mempunyai izin trayek dan membayar

retribusi.

Ranperda tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan di Kota Medan sangat

dibutuhkan. Peraturan itu merupakan kebutuhan mendesak demi ketertiban dan

kenyamanan para pengguna jalan. Begitupun, kesiapan Pemko Medan masih

diragukan untuk pelaksanaan peraturan tersebut. Keraguan itu di dasari atas

kinerja Dinas Perhubungan dalam pengawasan dan pengendalian lalulintas masih

belum maksimal. "Karena pada tahun 2011 lalu baru dibahas dan tetapkan Perda

tentang retribusi pelayanan bidang perhubungan yang ternyata hingga saat ini

tidak terealisasi sebagaimana mestinya," kata Parlaungan dalam sidang, Senin

(52)

lalulintas di Kota Medan masih coba-coba dan tidak memiliki konsep

penyelesaian masalah.1

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 dengan jelas menyatakan bahwa

satu di antara sumber keuangan daerah adalah berasal dari Retribusi Daerah.

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi Daerah

sebagai salah satu Pendapatan Asli Daerah diharapkan menjadi sumber Dinas Perhubungan, melakukan kegiatan yang didalamnya

merupakankegiatanyang berhubungan dengan pelayanan jasa masyarakat dimana

didalamnya terdapat pendapatan berupa retribusi yangdikenakan pada

bidang-bidang tertentu. Dinas Perhubungan sebenarnya mempunyai peran yang cukup

Gambar

Gambar 5 Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Medan
Tabel 2: Pegawai Dinas Perhubungan Kota Medan
Tabel 4: Prasarana halte
Tabel 7: Fasilitas yang ada di terminal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Budaya adhokrasi identik dengan tempat kerja yang dinamis dan bersifat entrepreneurial yang membuat setiap indi- vidu di dalam organisasi bertanggung jawab dan

Kementerian Kehutanan, Pertanian, Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, BPK, UKP Pokja Nasional menetapkan Skenario Mitigasi Nasional berdasarkan usulan skenario mitigasi

Peraturan Bupati Sleman Nomor 15 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Peraturan Bupati No 80 Tahun 2009 tentang Prosedur Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan

Untuk mengejar ketertinggalan dari Bangsa lain, diperlukan pengenalan komputer sedini mungkin, salah satunya dengan menarik masyarakat melalui game. Berdasarkan latar belakang

Peraturan Bupati Sleman Nomor 15 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Peraturan Bupati No 80 Tahun 2009 tentang Prosedur Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan

Pemegang kuasa ini diberi hak untuk menghadap dan berbicara dimuka pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kabupaten sleman, mengajukan bukti-bukti dan

Desain tampilan situs dibuat menggunakan PHP dan pemrograman menggunakan Edit Plus V 2.20 yang digunakan sebagai teks editor untuk mengetikan atau mengedit (merubah) skrip PHP dan

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran