• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MOTIVASI DAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI SAINS DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMTI TANJUNG KARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MOTIVASI DAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI SAINS DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMTI TANJUNG KARANG"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sains merupakan konsep pembelajaran yang mempunyai hubungan yang sangat luas dengan lingkungan kehidupan manusia. Pembelajaran sains sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena pembelajarannya mengandung unsur-unsur ilmiah yang menekankan agar peserta didik dapat memahami secara utuh konsep-konsep suatu

pembelajaran sains untuk mengungkap kejadian ilmiah.

(2)

Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMTI) merupakan salah satu sekolah yang mengutamakan keahlian dibidangnya, pada sekolah ini dibutuhkan pendidikan mengajar yang mempunyai teknologi untuk menunjang siswa aktif dalam belajar, yang didukung mempunyai kemampuan berkomunikasi sains agar lulusan sekolah ini langsung dapat bekerja dan dapat

dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hal tersebut, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal telah berusaha melaksanakan kegiatan yang mengarah pada tercapainya tujuan pendidikan nasional. Namun ketercapaian tujuan ini bukan tidak ada halangan dan masalah. Salah satu permasalahan pokok dalam proses pembelajaran saat ini yaitu kesulitan siswa dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan oleh guru. Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik apabila di dalamnya terdapat kesiapan antara guru dengan peserta didik. Guru sebagai fasilitator dituntut untuk bisa membawa siswanya ke dalam pembelajaran yang aktif, inovatif dan menyenangkan, sehingga siswa dapat menikmati pembelajaran dan dapat menjangkau semua sudut kelas. Bukan merupakan pembelajaran konvensional yang selama ini berpusat pada guru, akan terkesan merugikan siswa, terutama siswa yang

(3)

pembelajaran. Untuk itu, guru hendaknya selalu berusaha memperhatikan motivasi sebelum proses pembelajaran berlangsung.

Motivasi siswa dapat dibangun dengan memberikan suatu kepercayaan kepada siswa dalam menyelesaikan permasalahan sendiri memberikan contoh-contoh yang mudah dipahami oleh siswa, memberikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan lingkungan siswa, memberikan penghargaan terhadap pencapaian hasil belajar yang baik, dan masih banyak cara lainnya. Selain motivasi, perlunya penguasaan konsep yang diterima siswa dalam proses belajar mengajar juga ikut menentukan keberhasilan pembelajaran fisika, yaitu salah satunya dengan berkomunikasi sains yang dapat dibangun dengan mengajak siswa untuk ikut serta atau berperan aktif dalam proses pemecahan masalah, misalnya dengan diskusi kelompok.

Salah satu hal yang paling penting yang harus dimiliki oleh siswa, terutama dalam pelajaran fisika adalah keterampilan berkomunikasi sains. Diharapkan siswa dapat mengungkapkan ekspresi dan kreativitas tentang fisika yang dicantumkan lewat media seperti diskusi dan sebagainya.

Inovasi yang dilakukan oleh guru dalam memperbaiki keadaan siswanya sehingga tercapai tujuan pembelajaran dimulai dengan menggunakan metode, pendekatan atau bahkan model yang dapat membangkitkan siswanya untuk memotivasi belajar, berusaha menghadirkan pembelajaran yang menarik dan diminati oleh siswa, sehingga hasil belajar siswa bukan lagi menjadi masalah yang besar. Salah satu model yang dapat digunakan adalah model

(4)

penggunaan model tersebut dapat meningkatkan motivasi dan komunikasi sains dan hasil belajar siswa.

Pembelajaran kooperatif tipe GI dirancang dengan tahapan mengidentifikasi topik, membagi siswa ke dalam kelompok, merencanakan tugas, membuat penyelidikan, mempersiapkan tugas akhir, dan mempresentasikan tugas akhir. Pada tahap perencanaan digunakan sumber-sumber yang menarik perhatian siswa. Pada tahap persiapan tugas, siswa mempersiapkan materi semenarik mungkin. Pada tahap mempresentasikan tugas akhir, presentasi yang disajikan adalah hasil kerja siswa sendiri sehingga dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat meningkatkan minat, motivasi, dan hasil belajar fisika siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe GI yang diduga dapat menjadi alternatif metode pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan motivasi, kemampuan berkomunikasi sains dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, telah dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Motivasi dan Kemampuan

(5)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(1) Adakah pengaruh motivasi dalam pembelajaran kooperatif Tipe GI (Group Investigation) terhadap hasil belajar fisika siswa?

(2) Adakah pengaruh kemampuan berkomunikasi sains dalam pembelajaran kooperatif Tipe GI (Group Investigation) terhadap hasil belajar fisika siswa?

(3) Adakah pengaruh motivasi dan berkomunikasi sains dalam pembelajaran kooperatif Tipe GI (Group Investigation) terhadap hasil belajar fisika siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

(1) Pengaruh motivasi siswa dalam pembelajaran kooperatif Tipe GI (Group Investigation) terhadap hasil belajar fisika siswa.

(2) Pengaruh kemampuan berkomunikasi sains siswa dalam pembelajaran kooperatif Tipe GI (Group Investigation) terhadap hasil belajar fisika siswa.

(6)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat :

(1) Sebagai masukan bagi para guru fisika dalam melakukan kegiatan pembelajaran dikelas untuk menggunakan berbagai model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pembelajaran sehingga dapat lebih memotivasi belajar fisika siswa dan mempermudah kemampuan berkomunikasi sains dan hasil belajar fisika siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimum.

(2) Dapat mengetahui pengaruh motivasi dan kemampuan berkomunikasi sains terhadap hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation).

(3) Sebagai penambahan wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan keterampilan meneliti serta pengetahuan lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Motivasi adalah tenaga pendorong yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi pada setiap siswa berbeda, ada yang tinggi, ada yang rendah. Motivasi erat kaitannya dengan hasil belajar.

(2) Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

(7)

tugas-tugas yang terstruktur demi mencapai tujua bersama. Pembelajaran kooperatif GI merupakan suatu model pembelajaran yang dirancang dengan tahapan: mengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok, merencanakan tugas, membuat penyelidikan, mempersiapkan tugas akhir, mempresentasikan tugas akhir, dan evaluasi.

(3) Komunikasi sains berarti menyampaikan pendapat secara sains baik secara lisan maupun tulisan. Dalam tulisan bisa dalam berbentuk rangkuman, gambar, poster dan sebagainya. Keterampilan komunikasi dilakukan agar siswa terbiasanya berani mengemukakan pendapat dan berani tampil di depan umum.

(4) Hasil belajar yang dibatasi pada ranah kognitif.

(5) Objek penelitian ini adalah siswa kelas XIC SMTI Tanjung Karang. (6) Materi yang dibelajarkan dalam penelitian ini adalah materi pokok

(8)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoretis

1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bertukar pendapat dengan teman dalam satu kelompok kecil untuk memecahkan masalah serta menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur demi mencapai tujuan bersama.

Menurut Lie (2004: 12) bahwa:

Pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur dengan guru bertindak sebagai fasilitator.

Lebih lanjut, Suherman (2003: 260) menyatakan bahwa:

Pembelajaran Kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja dalam sebuah tim untuk menyesaikan sebuah masalah,

menyelesikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.

(9)

Pada model pembelajaran kooperatif harus menerapkan lima unsur menurut Lie (2004: 31), yaitu:

Saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok. Jika kelima unsur tersebut dilaksanakan dengan baik, maka akan tercipta suasana kerja kelompok yang maksimal.

Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan sesama siswa dan memberikan dampak positif terhadap siswa. Siswa dilatih keterampilan-keterampilan khusus seperti memahami konsep,

kemampuan bekerja sama, kemampuan berpikir kritis dan sifat toleran kepada siswa lain.

Menurut Ibrahim (2000: 18) manfaat pembelajaran kooperatif adalah: (1) Meningkatkan pencurahan waktu dan tugas, (2) Rasa harga diri menjadi tinggi, (3) Memperbaiki sikap terhadap ilmu pengetahuan dan sekolah, (4) Memperbaiki kehadiran, (5) Penerimaan terhadap

perbedaan individu lebih besar, (6) Perselisihan antar pribadi kurang, (7) Sikap apatis kurang, (8) Pemahaman yang lebih mendalam, (9) Motivasi lebih besar, (10) Hasil belajar lebih tinggi,

(11) Meningkatkan budi pekerti, kepekaan dan toleransi.

Berdasarkan pendapat Lie, Suherman, dan Ibrahim di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berpusat pada aktivitas siswa di dalam kelompok untuk menggali informasi di mana guru berperan sebagai fasilitator. Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang

(10)

Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Ibrahim (2000: 20)

menyatakan:

Dalam penerapan penelitian kelompok ini guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota lima atau enam siswa yang heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas. Tahap kegiatan yang dilakukan dalam penelitian kelompok yaitu: pemilihan topik, perencanaan kooperatif, implementasi, analisis, sintesis, dan presentasi hasil final.

Slavin dalam Maesaroh (2005: 29) menyatakan:

Enam tahapan kemajuan siswa di dalam model pembelajaran tipe Group Investigation, yaitu (1) Mengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok, (2) Merencanakan tugas, (3) Membuat penyelidikan, (4) Mempersiapkan tugas akhir, (5) Mempresentasikan tugas akhir, dan (6) Evaluasi.

Berdasarkan pendapat Ibrahim dan Slavin di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran GI adalah pembelajaran secara berkelompok untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam proses pembelajaran di mana langkah-langkahnya adalah identifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok, merencanakan tugas, membuat penyelidikan, mempersiapkan tugas akhir, mempresentasikan tugas akhir, dan evaluasi.

2. Motivasi Belajar

(11)

Hal ini diungkapkan oleh Sardiman (2001: 72)

Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa, yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Motivasi adalah tenaga pendorong yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi pada setiap siswa berbeda, ada yang tinggi, ada yang rendah. Motivasi erat kaitannya dengan hasil belajar. Motivasi dapat ditingkatkan dengan cara menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (2002: 239)

Motivasi belajar merupkan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.

Hamalik (2001: 156) menyatakan bahwa “motivasi belajar penting artinya

dalam proses belajar siswa, karena fungsinya yang mendorong,

menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar”.

Demikian pula pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman (2001: 72) bahwa

“peran motivasi yang utama adalah penumbuhan gairah, merasa senang, dan

semangat untuk belajar”.

(12)

Sedangkan menutut Hamzah (2007: 23), motivasi belajar terdiri dari beberapa aspek yaitu :

(1) Adanya hasrat dan keinginan belajar, (2) adanya dorongan dam kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita, (4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya kegiatan yang menarik, (6) adanya upaya menciptakan lingkungan yang kondusif.

Motivasi dapat tumbuh di dalam diri siswa disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu faktor yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri (intrinsik) dan faktor yang muncul dari luar diri siswa (ekstrinsik). Hal tersebut diungkapkan oleh Hakim (2000: 30) bahwa Motivasi belajar seseorang dapat dibangkitkan dengan mengusahakan agar siswa atau mahasiswa memiliki motif intrinsik dan motif ekstrinsik dalam belajar.

Contoh dari faktor intrinsik adalah pemahaman manfaat, minat, bakat, dan pemikiran tentang masa depan. Sedangkan contoh dari faktor ekstrinsik yang dapat menimbulkan motivasi adalah keinginan untuk mendapat nilai yang baik, menjadi juara, lulus ujian, keinginan untuk menang dalam persaingan, keinginan untuk dikagumi, dan lain-lain.

3. Kemampuan Berkomunikasi Sains

Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku. Informasi yang disampaikan merupakan informasi yang jelas dan tidak ambigu.

Komunikasi dalam bahasa Inggris disebut dengan Communication yang berasal dari kata Communicatio atau dari kata Commlsnis yang berarti sama

atau sama maknanya atau pengertian bersama “ dengan maksud untuk

(13)

Menurut Effendi (1990: 10) bahwa :

Fungsi komunikasi pun tidak hanya informatif namun fungsi lain yang tidak kalah penting adalah persuasif dimana komunikator berusaha untuk menunjuk, merayu, mengajak dan meyakinkan orang lain untuk mengikuti dan melakukan apa yang diinginkan oleh komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain.

Komunikasi merupakan salah satu cara komunikator untuk menyampaikan dan memberitahukan pikiran dan perasaan kepada komunikan. Yang dibutuhkan dalam proses komunikasi adalah persamaan pemahaman atas suatu gagasan diantara kedua belah pihak yang tengah berkomunikasi meskipun pada akhirnya harapan komunikator adalah bahwa orang yang diajak berkomunikasi mengikuti apa yang diinginkan oleh komunikator.

Widjaja (2008: 150) menyatakan bahwa komunikasi itu dapat diartikan sebagai proses antar pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka .

Manusia perlu berkomunikasi untuk mendapatkan informasi yang sangat berguna, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan suatu media dan salah satu bagian dari media adalah media massa.

(14)

media. Tidak semua komunikasi berlangsung dengan kata, ada berbagai simbol bunyi dan grafis yang digunakan untuk berkomunikasi.

Informasi atau pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat disampaikan melalui media komunikasi. Media komunikasi sebagai alat-alat yang

membantu untuk mengombinasikan saluran-saluran komunikasi yang berbeda untuk menjadi pengangkut (transportation) sinyal-sinyal yang berbentuk tulisan (teks), visual, terdengar, tersentuh, dan tercium.

Komunikasi tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan tetapi kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide, Fungsi komunikasi yang dinyatakan oleh Widjaja, (2008: 9) yaitu sebagai berikut :

(1)Informasi, (2) sosialisasi, (3) motivasi,

(4) perdebatan dan diskusi pendidikan (5) memajukan kebudayaan

(15)

Menurut Widjaja (2008: 40) menyatakan :

Supaya apa yang kita sampaikan dapat dimengerti, maka komunikator harus menjelaskan komunikan dengan tuntas dan jelas apa yang dimaksud. Memahami orang lain dengan mamahami aspirasi tentang apa yang diinginkan Supaya gagasan kita dapat diterima orang lain harus diupayakan melalui pendekatan persuasive bukan pemaksaan kehendak.

Menggerakkan orang lain untuk melakukan suatu kegiatan dengan mempertimbangkan cara terbaik bagaimana untuk menggerakkan orang lain.

Komunikasi yang dilakukan akan efektif apabila mampu menimbulkan efek yang diinginkan dari komunikan, apabila komunikator mengenal siapa komunikannya.

Sedangkan menurut Yuniarti (1999: 200) :

Komunikasi sains dalam proses belajar mengajar didefinisikan sebagai salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan kemampuan siswa dalam menyampaikam laporan , ide, gagasan, menggambarkan hasil pengamatan secara visual dengan menyajikan hasil-hasil

pengamatannya dan penelitiannnya dalam bentuk lisan atau tulisan.

Komunikasi sains adalah suatu proses mengenai pembentukan,

(16)

Diskusi merupakan suatu kegiatan yang dapat melatih siswa untuk mengemukakan pendapat dan meningkatkan siswa dalam proses belajar mengajar. Proses diskusi melatih murid bersikap kritis, maupun beriteraksi sosial dan dapat berkomunikasi secara langsung.

Karateristik dalam berkomunikasi meliputi satu bentuk penyajian tertentu untuk diubah kebentuk penyajian lainnya misalnya bentuk uraian ke bentuk grafik, menggambarkan data empiris dengan grafik atau tabel atau diagaram, dan menjelasakan hasil percobaan.

Indikator keterampilan berkomunikasi menurut Rustaman (2003) adalah sebagai berikut :

1) Menggambarkan data empiris hasil percobaaan atau pengamatan dengan grafik atau table atau diagaram

2) Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis 3) Menjelasakan hasil percobaan atau penelitian

4) Membaca grafik atau tabel atau diagram

5) Mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau peristiwa . Sub indikator kemampuan berkomunikasi yaitu :

a) Membaca informasi atau gambar b) Membaca tabel

c) Membuat tabel

d) Membaca grafik dan membuat grafik

Dari uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan dasar untuk memecahkan masalah. Keterampilan komunikasi yaitu menyampaikan secara lisan ataupun tulisan. Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai penyampaian dan memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual atau suara dan visual. Dalam tulisan bisa dalam berbentuk rangkuman, grafik, tabel, gambar, poster dan sebagainya.

(17)

4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan (Hamalik, 2001: 31). Hasil belajar bukan hanya suatu penguasaan hasil latihan saja,melainkan adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Tingkah laku dalam belajar memiliki unsur subyektif dan unsur

motoris. Unsur subyektif adalah unsur rohaniah, sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek tersebut adalah :

1) Pengetahuan 2) Pengertian 3) Kebiasaan 4) Keterampilan 5) Apresiasi 6) Emosional 7) Hubungan sosial 8) Jasmani

9) Etis atau budi pekerti 10) Sikap

Jika seseorang telah melakukan perbuatan belajar, maka akan

(18)

a. Keterampilan dan kebiasaan. b. Pengetahuan dan pengertian. c. Sikap dan cita-cita.

Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, antara lain ; a. Informasi verbal

b. Keterampilan intelektual c. Strategi kognitif

d. Sikap

e. Keterampilan motoris.

Siswa yang mempunyai daya serap dan kemampuan kognitif tinggi akan memperoleh hasil yang berbeda dengan seorang siswa yang mempunyai kemampuan kognitif rendah. Hal tersebut didukung oleh pendapat Abdurrahman (1999: 3)

Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar yang dilakukan oleh penyaji pembelajaran dan pembelajar.

Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat Djamarah dan Zain (2006: 121)

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

Siswa yang memiliki kemampuan analisis, maka ia akan memecahkan suatu permasalahan teori tertentu dengan menganalisis pengetahuan yang

(19)

Hal tersebut didukung oleh pendapat Hamalik (2001: 19)

Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu.

Hasil belajar yang dicapai siswa dalam suatu mata pelajaran dapat diperoleh dengan berusaha mengamati, melakukan percobaan, memahami konsep-konsep, prinsip-prinsip, serta mampu untuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari setelah siswa mempelajari pokok bahasan yang diajarkan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sardiman (2005: 21)

Hasil belajar dapat diperoleh dari berbagai usaha, misalnya aktif dalam kegiatan pembelajaran, memahami eksperimen yang dilakukan, dan menganalisis hasil eksperimen dan menganalisis isi suatu buku. Seseorang yang mampu menguasai suatu materi keilmuan dapat dikatakan bahwa seseorang tersebut memiliki prestasi.

Hasil belajar merupakan prestasi aktual siswa yang dapat didukung dengan berbagai aktivitas pembelajaran. Hasil belajar yang baik akan diperoleh dengan usaha yang dilakukan oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat Keller dalam Mulyono (2002: 45)

Hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak, sedangkan usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar. Ini berarti bahwa besarnya usaha adalah indikator dari adanya aktivitas, sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh

(20)

Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh dari interaksi kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar itu dapat berupa tingkah laku, ranah berfikir, dan perasaaan. Hal tersebut dikemukakan oleh Anderson dalam Depdiknas (2004: 4)

Karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia dalam bidang pendidikan. Ketiga ranah tersebut merupakan hasil belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan, dimana hasil belajar mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

B. Kerangka Pemikiran

Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan suatu pembelajaran yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa bagaimana cara menggali dan menginvestigasi suatu permasalahan yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model GI dapat melatih siswa untuk

(21)

Pada siswa setelah timbulnya motivasi yang baik akan memberikan pengaruh dalam kelangsungan belajar, memberikan arah dalam kegiatan sehingga tujuan dapat tercapai. Setelah adanya motivasi pada siswa adanya keinginan pada siswa untuk menjadi juara dengan hasil belajar yang baik.

(22)

Adapun diagram kerangka pemikirannya adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pemikiran Siswa

Motivasi siswa 1. Hasrat dan keinginan

berhasil

2. Dorongan dan kebutuhan belajar

3. Harapan dan cita-cita masa depan

4. Penghargaan dalam belajar

5. Kegiatan yang menarik 6. Menciptakan lingkungan

yang kondusif

Kemampuan Berkomunikasi Sains siswa

Kelompok : Tertulis :

1. Menulis pendapat 2. Menulis laporan secara sistematis 3. membuat poster 4.Keterampilan menggambar 5. Terorganisasi

Individual : Lisan

1. Menyatakan pendapat 2. Bertanya

(23)

C. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas maka dapat hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Hipotesis Pertama O

H : Tidak ada pengaruh motivasi dalam pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) terhadap hasil belajar fisika siswa

1

H : Ada pengaruh motivasi dalam pembelajaran fisika dengan

pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) terhadap hasil belajar fisika siswa

2. Hipotesis Kedua O

H : Tidak ada pengaruh kemampuan berkomunikasi sains dalam

pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) terhadap hasil belajar fisika siswa

1

H : Ada pengaruh kemampuan berkomunikasi sains dalam pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) terhadap hasil belajar fisika siswa

3. Hipotesis Ketiga O

(24)

1

(25)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMTI (Sekolah Menengah Teknologi Industri) Tanjung Karang Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari empat kelas, yaitu kelas XIA sampai dengan XID dengan jumlah 120 siswa, dengan 56 siswa laki-laki dan 64 siswa perempuan.

B. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling karena kelas XIC dianggap memiliki unsur-unsur yang dikehendaki dalam penelitian. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yang digunakan dari populasi yang terdiri dari 4 kelas diambil 1 kelas sebagai sampel. Sampel yang diperoleh adalah kelas XIC yang berjumlah 35 siswa.

C. Variabel Penelitian

(26)

menggunakan angket motivasi lembar observer kemampuan berkomunikasi sains.

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang didukung dengan variabel moderator, maka dapat dijelaskan dengan paradigma pemikiran seperti berikut :

Gambar 3.1 Paradigma Pemikiran Keterangan :

X1 : Motivasi Belajar

X2 : Kemampuan berkomunikasi sain Y : Hasil Belajar

R1 : Pengaruh X1 terhadap Y R2 : Pengaruh X2 terhadap Y R3 : Pengaruh X1, X2 terhadap Y

D. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran pada siswa kelas XI.C. Desain penelitian ini menggunakan rancangan desain One-Shot Case Study (Sugiono 2010: 110) menjelaskan bahwa terdapat suatu kelompok yang diberi perlakuan dan selanjutnya diobservasi motivasi, kemampuan berkomunikasi sains dan hasil belajarnya. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah motivasi dan kemampuan komunikasi sains, sedangkan hasil belajar siswa merupakan

Motivasi

Hasil belajar

Komunikasi sains X1

X2

Y R1

(27)

variabel terikatnya. Secara prosedur rancangan desain penelitian seperti ditunjukkan dalam ilustrasi berikut ini.

Gambar 3.2 Desain One-Shot Case Study Keterangan:

X : Treatment (Pembelajaran GI (Group Investigation)

O :Observasi(Motivasi, Kemampuan Komunikasi Sains, Hasil Belajar) (Sugiyono, 2010: 110)

E. Prosedur Penelitian

Penelitian diawali dengan pemberian tugas memberikan perlakuan yaitu penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe GI pada kelassampel sebagai kelas ekperimen. Dalam pembelajaran dilakukan observasi

kemampuan berkomunikasi sains dan kemudian diberikan angket motivasi belajar. Selanjutnya kelas ekperimen diberikan post test untuk mengetahui hasil belajar siswa. Kemudian menganalisis data dan membuat kesimpulan.

F. Teknik Pengumpulan data

1. Teknik Tes

Dalam penelitian ini, pada masing-masing subpokok bahasan dilakukan dengan menggunakan pembelajaran GI (Group Investigation). Setelah dilakukan perlakuan GI (Group Investigation), dilakukan tes hasil belajar.

Setelah mengikuti tes hasil belajar, siswa akan meperoleh suatu skor yang besarnya ditentukan dari banyaknya soal yang dapat dijawab dengan benar.

(28)

Untuk mempermudah dalam pengolahan data skor yang diperoleh dibuat dalam bentuk nilai dengan rumus:

100%

maksimum skor

mentah skor

Nilai   (Sudjiono, 2005: 318)

2. Lembar Motivasi Belajar Siswa

Motivasi belajar adalah daya penggerak/pendorong baik internal maupun ekternal pada siswa pada proses komunikasi sain kurang baik untuk mengadakan perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan dalam tujuan komunikasi sain kurang baik melalui berbagai usaha.

Lembar angket motivasi siswa terdiri dari sejumlah pernyataan yang disesuiakan dengan aspek yang diukur. Angket ini berbentuk angket skala Likert yang di dalamnya terdapat pilihan jawaban selalu, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah.

Teknik pengumpulan data motivasi belajar siswa dilakukan menggunakan angket motivasi belajar siswa. Lembar angket motivasi belajar siswa terdiri dari sejumlah pernyataan yang disesuaikan dengan aspek yang diukur.

(29)

Tabel 3.1 Kisi – kisi Motivasi Belajar Variabel Indikator Sub Indikator

Pernyataan/No

Instrumen Jlh Positif (+) Negatif (-)

2. Lembar Observasi Kemampuan Berkomunikasi Sains

(30)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kemampuan berkomunikasi sains

Variabel Indikator Sub indikator Nomer

Observer Jlh dalam membuat poster

5,6 2

Keterampilan bertanya 11,12 2

Ekspresi muka 13,14 2

Memahami dan menarik perhatian orang lain

15,16 2

Terorganisasi 17,18 2

Menyatakan ide

ilmiah 19,20

Jumlah 20 20

Observasi dilakukan untuk mengamati keterampilan komunikasi sains siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam pengumpulan data

keterampilan komunikasi sains siswa dilakukan dengan menggunakan lembar observasi keterampilan komunikasi sains siswa. Lembar observasi

keterampilan komunikasi sains siswa digunakan untuk mengamati kegiatan yang relevan terhadap pembelajaran, dengan memberi mencontreng () pada setiap aspek keterampilan komunikasi sains yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aspek keterampilan komunikasi sains yang diamati yaitu perilaku yang relevan dengan kegiatan pembelajaran .

(31)

1. Tes

Selanjutnya untuk mempermudah pengamatan, diilustrasikan dalam data berikut :

Tabel 3.3 Data tes hasil belajar dengan perlakuan menggunakan pembelajaran Tipe GI (Group Investigation)

No Nama

Siswa

Skor Yang Diperoleh

Skor hasil belajar

1 2 3 4 5

1 2 3

…….

1. Angket Motivasi Belajar Siswa

Dalam motivasi belajar untuk mempermudah pengamatan, data diperoleh setelah siswa mendapatkan perlakuan pembelajaran GI (Group Investgation). Data setelah siswa mendapat perlakuan merupakan angket motivasi belajar dengan 20 soal dan terdiri dari lima pilihan jawaban.

Tabel 3.4. Analisis Motivasi Belajar Siswa No. Nama

siswa

Nomor Item Skor Motivasi

1 2 3 ….

1 2 3

….

Setelah data terkumpul, diadakan penggolongan pertanyaan negatif dan positif. a. Untuk pernyataan dengan kriteria positif:

1 = tidak pernah 2 = jarang 3 = kadang 4 = sering 5 = selalu

(32)

2 = sering 3 = kadang 4 = jarang

5 = tidak pernah (Suhadi, 2008)

Untuk skor rata-rata dihitung dengan rumus:

soal

2. Lembar Observasi Kemampuan Berkomunikasi Sains Siswa

Selanjutnya untuk mempermudah pengamatan, data diperoleh setelah mendapatkan perlakukan pembelajaran GI (Group Investigation). Tabel 3.5 Contoh lembar Observer Kemampuan komunikasi sains

No. Nama Siswa

Aspek Yang Diamati Skor Kemampuan Berkomunikasi

Proses analisis untuk data kemampuan komunikasi sains siswa adalah sebagai berikut:

a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah skor dari setiap aspek kemampuan komunikasi sains .

b) Nilai rata-rata kemampuan komunikasi siswa diperoleh dengan rumus

(33)

1. Validitas

Sebuah instumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti. Tinggi rendahnya validitas suatu instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang diteliti. Jadi, sebelum diberikan pada sampel yang sebenarnya, soal lembar observasi diuji cobakan terlebih dahulu di luar sampel tetapi masih dalam populasi untuk mengetahui tingkat validitas.

Untuk menguji validitas lembar observasi digunakan rumus korelasi product moment dengan rumus:

r =

r = Koefisien korelasi yang menyatakan validitas X = Skor butir soal

Y = Skor total n = Jumlah sampel (Arikunto, 2007: 72)

Dengan kriteria pengujian apabila dengan maka alat ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila maka alat ukur tersebut tidak valid.

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.00 dengan kriteria uji bila Corrected Item – Total Correlation lebih

(34)

besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construct yang kuat (valid).

2. Reliabilitas

Langkah selanjutnya adalah mencari harga reliabilitas instrument. Perhitungan ini didasarkan pada pendapat Arikunto (2007: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

Keterangan:

= reliabilitas yang dicari

= jumlah varians skor tiap-tiap soal = varians total

N = banyaknya soal

Dimana:

Keterangan:

Xi2 = kuadrat skor total tiap butir soal Xi = skor total tiap butir soal

Yi2 = kuadrat skor total tiap siswa Yi = skor total tiap siswa

N = banyaknya data

(35)

reliable jika digunakan beberapa kali dalam waktu yang berbeda untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang relative sama.

Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS 16.00. Pada program ini digunakan metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach’s 0 sampai 1.

Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Saputri (2010: 30), lembar observasi dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha yang lebih besar dari 0,6. Untuk menentukan besarnya koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alphayang diinterprestasikan sebagai berikut: 1. Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel. 2. Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel. 3. Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel. 4. Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.

5. Nilai Alpha Cronbach’s 0,80 sampai dengan 1,00 berarti sangat reliabel.

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.

(36)

Data yang diperoleh adalah data yang berbentuk skala Interval. Adanya probabilitas pada pengambilan sampel untuk digeneralisasikan maka untuk menganalisis data Interval tersebut digunakan statistik interferensial untuk menguji hipotesis penelitian. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 untuk menganalisis data maka sebelumnya dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu :

1. Uji normalitas pada sampel yang digunakan,

2. Uji homogenitas pada sampel yang digunakan. Setelah kedua uji prasyarat dilakukan, maka tahapan berikutnya adalah uji anova dua jalur untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

Untuk membuat diskripsi penelitian menggunakan aturan Starges dengan rumus 1 + 3,3 log (n), kemudian dicari:

Rentang = nilai maksimal – nilai minimal. Besarnya interval = �� ��

�� �� �

Keputusan hasil pengujian dilakukan dengan membandingkan hasil analisis dengan kriteria uji dari masing-masing jenis pengujian.

1. Uji Normalitas

Pada penelitian ini uji normalitas, digunakan dengan uji kolmogorov smirnov. Dasar dari pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan program program komputer dengan metode kolmogorov smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai asymp.sig (2-tiled), nilai yang

(37)

1. Jika nilai sigatau signitifikan atau probabilitas< 0,05 maka H0 diterima dengan arti bahwa data tidak terdistribusi normal.

2. Jika nilai sig atau signitifikan atau probabilitas > 0,05 maka H1 diterima dengan arti bahwa data terdistribusi normal.

2. Uji Analisis Regresi Berganda

Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan berkomunikasi Sains dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran GI (Group Investigation) terhadap hasil belajar siswa,digunakan analisis regresi berganda dengan SPSS 16.00 Analis regresi berganda adalah hubungan antara dua atau lebih variabel independen (X1,X2,...Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk memprediksikan nilai dari variabel dependen mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dan variabel dependen apakah masing – masing variabel independen

berhubungan positif atau negatif. Persamaan berganda sebagai berikut: Y = a + b1∑X1 + b2∑X2 +...+ bnXn

Dimana:

Y : Variabel Dependen X1,X2,..Xn : Variabel Independen

a : Konstanta (nilai Y apabila X1,X2,..Xn = 0) b1,b2,...bn : Koefisien Regresi

Untuk mencari Rhitung dengan menggunakan rumus:

Ry(1.2) =

Kuadratkan nilai R tersebut menjadi R2.

(38)

Freg = di mana :

n = Banyak Anggota Sampel m = Banyak Prediktor

Hitung Ftabel dengan menggunakan rumus: Ftabel = F(1 - α)(n – m – 1)

dengan α = 0,05. Kemudian lihat tabel F sehingga diperoleh Ftabel

Kriteria pengujian H0, yaitu : H0 = Tidak Signifikan H1 = Signifikan

Jika Fhitung ≤ Ftabel , maka tolak H0. Usman dan Akbar (2006: 242)

3. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik disusun berdasarkan hipotesis verbal yang telah

dikemukakan dalam hipotesis penelitian. Hipotesis statistik disusun sebagai berikut :

a. Hipotesis pertama:

Jika Fhitung> dari Ftabel terima H1 Jika Fhitung< dari Ftabel tolak H1

O

H : Tidak ada pengaruh motivasi dalam pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) terhadap hasil belajar fisika siswa

1

(39)

b. Hipotesis Kedua:

Jika Fhitung> dari Ftabel terima H1 Jika Fhitung< dari Ftabel tolak H1

O

H : Tidak ada pengaruh kemampuan berkomunikasi sains dalam

pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) terhadap hasil belajar fisika siswa

1

H

: Ada pengaruh kemampuan berkomunikasi sains dalam pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation terhadap hasil belajar fisika siswa

c. Hipotesis ketiga:

Jika Fhitung> dari Ftabel terima H1 Jika Fhitung< dari Ftabel tolak H1

O

H : Tidak ada pengaruh motivasi dan kemampuan berkomunikasi sains dalam pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) terhadap hasil belajar fisika siswa

1

(40)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh motivasi belajar dengan menggunakan pembelajaran GI (Group Investigation) terhadap hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari analisis data dengan nilai korelasi (r) kedua variable sebesar 0,679. Hubungan kedua variabel ini memiliki hubungan yang kuat dengan arah positif. Semakin tinggi motivasi belajar dengan menggunakan

pembelajaran GI (Group Investigation ) maka akan semakin tinggi pula hasil belajar fisika siswa. Dengan nilai r2 0,461, maka pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar sebesar 46,1%.

(41)

pengaruh kemampuan berkomunikasi sains siswa terhadap hasil belajar sebesar 49,5 %.

3. Ada pengaruh motivasi belajar dan kemampuan berkomunikasi sains

dengan menggunakan pembelajaran GI (Group Investigation) terhadap hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari analisis data dengan nilai korelasi (r) kedua variable sebesar 0,739. Hubungan bersama-sama kedua variabel ini memiliki hubungan yang kuat dengan arah positif. Artinya, Semakin tinggi motivasi belajar dan kemampuan berkomunikasi sains secara beersama-sama dengan menggunakan pembelajaran GI (Group

Investigation ) maka akan tinggi pula hasil belajar fisika siswa. Dengan nilai r2 0,547, maka pengaruh motivasi belajar siswa dan kemampuan komunikasi sains secara bersama-sama terhadap hasil belajar sebesar 54,7%.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

a. Bagi guru fisika khususnya guru fisika kelas XI di SMTI Tanjung Karang Bandar Lampung agar dapat menjadikan pembelajaran GI (Group

Investigation) sebagai solusi untuk meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan berkomunikasi siswa dalam belajar fisika.

b. Melakukan kegiatan diskusi di dalam kelas sehingga kemampuan

(42)
(43)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 1999. Metode Pembelajaran Tindakan Kelas. Jakarta: Grafindo Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara

Depdiknas. 2004. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Derpatemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah dan Zain. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Effendi. 1990. Komunikasi. Jakarta: Rineka Cipta

Hakim, Thursan. 2000. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Sarana Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Hamzah B.2007.Teori Motivasi dan pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara Ibrahim, Muslimin dan Muhammad Nur. 2000. Pembelajaran Kooperatif.

Surabaya: Universitas Negeri Surabaya

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-ruang Kelas. Jakarta : Grafindo

Maesaroh, Siti. 2005. Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Mulyono, Keller. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Pustaka

Rustaman. 2003. Menggunakan Ketrampilan Berkomunikasi Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran. [Network] diakses 5 Oktober 2010 dari

(44)

Sardiman, A.M. 2005. Interaksidan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Saputri, Novika. 2010. ”Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar pada

Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo

Tahun Pelajaran 2009/2010”. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Sudjiono. 2005. Teknik Pengumpulan Data. Bandung:Afa Beta Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Afa Beta

Suhadi. 2008. Angket Motivasi Terhadap Pelajaran. Diakses pada tanggal 10 Januari 2011 dari http://suhadinet.files.wordpress.com

Suherman, Erman. 2009. Jurnal Pendidikan dan Budaya: Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa. http://educare.e-fkipunla.net

______________. 2003. Strategi PembelajaranMatematika Kontemporer.

Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia

Usman dan Akbar.2006. Pengantar Statistik. Jakarta:Bumi Aksara

Wartono.2003.Human Communication an Interpersonal Perpective.Jakarta:B Widjaja. 2008. Managing Organational Behavior. Jakarta: Grafindo

Yuniarti. 1999. Keterampilan Proses Sains dan Keterampilan berkomunikasi dalam Fotosintesis. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. [Network] diakses 5 Oktober 2011 dari

(45)

PENGARUH MOTIVASI DAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI SAINS DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP

INVESTIGATION) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

SISWA KELAS XI SMTI TANJUNG KARANG

(Skripsi)

Oleh SUHARNANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(46)

PENGARUH MOTIVASI DAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI SAINS DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP

INVESTIGATION) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

SISWA KELAS XI SMTI TANJUNG KARANG

Oleh SUHARNANI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(47)

Judul Skripsi : PENGARUH MOTIVASI DAN

KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI SAINS DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION)

TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

Nama Mahasiswa : Suharnani Nomor Pokok Mahasiswa : 0743022052 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Dr. Agus Suyatna, M.Si. NIP. 19600301 198503 1 003 NIP. 19600821 1985031 004

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

(48)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Undang Rosidin, M.Pd ...

Sekretaris : Dr. Agus Suyatna, M.Si ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Abdurrahman, M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003

(49)

i

PENGARUH MOTIVASI DAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI SAINS DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION)

TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMTI TANJUNG KARANG

Oleh SUHARNANI

Proses pembelajaran yang menggunakan metode kooperatif tipe GI (Group Investigation) dalam keterlaksanaan menjadi permasalahan tersendiri. Berdasarkan berbagai penelitian diketahui bahwa untuk mengetahui hasil belajar siswa terdapat beberapa pengaruh. Pengaruh itu dapat dilihat dari motivasi belajar siswa dan kemampuan berkomunikasi sains siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pengaruh motivasi belajar siswa dalam

pembelajaran kooperatif Tipe GI (Group Investigation) terhadap hasil belajar fisika siswa, (2) Pengaruh kemampuan berkomunikasi sains siswa dalam pembelajaran kooperatif Tipe GI (Group Investigation) terhadap hasil belajar fisika siswa, (3) Pengaruh motivasi dan berkomukiasi sains siswa dalam pembelajaran kooperatif Tipe GI (Group Investigation) terhadap hasil belajar fisika siswa.

Penelitian ini dilakukan di SMTI (Sekolah Menengah Teknologi Industri) Tanjung Karang Bandar Lampung, menggunakan satu kelas ekperimen (kelas XC) dengan jumlah sampel 35 siswa. Pada proses pembelajaran menggunakan bahan ajar yaitu LKS berbasis GI (Group Investigation). Tahapan pembelajaran GI yaitu (1) Mengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam

kelompok, (2) Merencanakan tugas, (3) Membuat penyelidikan, (4) Mempersiapkan tugas akhir, (5) Mempresentasikan tugas akhir, dan (6) Evaluasi. Adapun desain penelitian ini menggunakan desain one shot case study. Hasil belajar diukur dari nilai hasil evaluasi posttest, sedangkan kemampuan berkomunikasi sains diukur dari pencapaian indikator penilaian kemampuan berkomunikasi sains yang meliputi. Data motivasi belajar dapat diperoleh dengan angket motivasi belajar siswa. Setelah semua data diperoleh lalu data diuji dengan SPPS 16.00 yaitu dengan uji deskripsi penelitian, korelasi, regresi normalitas, homogenitas dan linieritas.

Dari hasil uji yang telah dilakukan menunjukkan bahwa: (1) Ada pengaruh motivasi belajar dengan menggunakan pembelajaran GI (Group Investigation) terhadap hasil belajar sebesar 46,1%. (2) Ada pengaruh kemampuan berkomunikasi sains dengan menggunakan pembelajaran GI (Group

Investigation) terhadap hasil belajar sebesar 49,5%. (3) Ada pengaruh motivasi belajar dan kemampuan berkomunikasi sains dengan menggunakan pembelajaran GI (Group Investigation) terhadap hasil belajar sebesar 54,7%.

Gambar

Gambar 2.1.  Diagram Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1  Paradigma  Pemikiran
Tabel 3.1 Kisi – kisi Motivasi Belajar
Tabel 3.2  Kisi-kisi Kemampuan berkomunikasi sains
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah melihat bagaimana keahlian seorang guru teknologi informasi dalam penerapan teknologi informasi tersebut dan kinerjanya pada kompetensi

Penilaian masyarakat tersebut sangat mungkin akan berpengaruh terhadap anak-anaknya, apalagi ketika anak-anak tersebut sudah mulai masuk pada periode remaja, periode ini anak

Dari data nilai viskositas instrinsik pada minggu ke-0 dari empat komposisi film poliblen PCL dengan PGA, komposisi 50%:50% merupakan poliblen PCL dengan PGA dengan bobot

[r]

Dengan demikian, penelitian ini akan diberi judul “ UPAYA PERAJIN BATIK DALAM MELESTARIKAN BATIK SUKAPURA DI KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN TASIKMALAYA..

PP ini diha- an pemerintah maupun pemerintah rapkan menjadi dasar untuk melaku- i daerah yang ironinya, di satu sisi, ma- kan tata hutan nasional, perencanaan : sih

The high number of macrophages will produce a lot of growth factors which will stimulate the growth of new cells (cell proliferation) and faster formation of granulation

Toksin T-2 yang diberikan pada tahap praimplantasi menyebabkan hambatan perkembangan embrio dengan menurunnya jumlah embrio yang mencapai tahap blastosis akhir, baik pada