• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KETUNTASAN BELAJAR FISIKA PADA PEMBELAJARAN REMEDIAL DENGAN PENDEKATAN DAN PENGETAHUAN PRASYARAT YANG BERBEDA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI I BANDARLAMPUNG TAHUN 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN KETUNTASAN BELAJAR FISIKA PADA PEMBELAJARAN REMEDIAL DENGAN PENDEKATAN DAN PENGETAHUAN PRASYARAT YANG BERBEDA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI I BANDARLAMPUNG TAHUN 2009"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

A COMPARATIVE STUDY ON THE STUDENTS’ PHYSICS LEARNING MASTERY WITH DIFFERENT PREREQUISITE KNOWLEDGE AND

APPROACHES AT MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 BANDARLAMPUNG IN 2009

Oleh

NURWIDIYATI

This research was aimed at knowing the different achievement percentage of students’ remedial physics learning mastery using individual and group approaches.

The research was conducted on the first semester of X grade students of Madrasah Aliyah Negeri 1 Bandar Lampung in the academy year 2009/2010 from August to October 2009. It is considered to be experimental research by giving 20 students remedial treatments through review learning using individual approach and the other 20 students using group approach. They were distinguished between students who have high and low prerequisite knowledge.

There were three research results. First, there was interaction between individual and group remedial treatments with the students’ prerequisite skills. Second, there was a significant percentage difference on the students’ learning mastery given remedial learning through individual and group approaches. Students who were treated by individual and group approaches were able to get 100% and 85% achievement respectively. Third, the percentage of the students’ learning mastery having high

(2)

ABSTRAK

PERBANDINGAN KETUNTASAN BELAJAR FISIKA PADA PEMBELAJARAN REMEDIAL DENGAN PENDEKATAN DAN PENGETAHUAN PRASYARAT

YANG BERBEDA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI I BANDARLAMPUNG TAHUN 2009

Oleh

NURWIDIYATI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pebedaan persentase ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Fisika yang remedial melalui pembelajaran dengan pendekatan individual dan kelompok.

Penelitian dilakukan pada siswa kelas X semester ganjil tahun pembelajaran 2009/ 2010 di MAN I Bandarlampung. Penelitian menggunakan pendekatan eksperimen terhadap 20 siswa melalui pembelajaran ulang dengan pendekatan individual dan 20 siswa lainnya dengan pendekatan kelompok,dan dibedakan antara siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi dan rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Terdapat interaksi antara pembelajaran remedial secara individual dan kelompok dengan pengetahuan prasarat siswa. 2) Terdapat perbedaan persentase ketuntasan belajar siswa yang diberikan remedial melalui pembelajaran dengan pendekatan individual dan kelompok. Persentase ketuntasan belajar siswa yang remedial dengan pendekatan individual ketuntasan belajarnya mencapai 100%, sedangkan pendekatan kelompok ketuntasan belajarnya hanya 85%,

(3)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat interaksi antara remedial melalui pembelajaran dengan pendekatan

individual dan kelompok dengan pengetahuan prasyarat siswa.

2. Terdapat perbedaan ketuntasan belajar bidang studi fisika dalam pembelajaran Remedial dengan menggunakan pendekatan individual dan pendekatan kelompok. Ketuntasan belajar siswa yang diberikan pembelajaran remedial fisika dengan pendekatan individual lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberikan dengan pendekatan kelompok.

Pada remedial dengan pembelajaran dengan pendekatan individual ketuntasan belajar siswa mencapai 100%. Sedangkan pada remedial dengan pendekatan secara kelompok ketuntasan belajar siswa hanya 85% dan didapatkan thit = 2,902 sedang ttabel =2,704 sehingga thit > ttabel (hipotesa diterima).

(4)

3. Ketuntasan belajar fisika siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi yang diberi pembelajaran remedial dengan pendekatan individual, lebih tinggi dari pada yang remedial dengan pendekatan kelompok.

Secara persentase ketuntasan belajar siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi yang diberi remedial melalui pendekatan individual dan kelompok adalah sama yaitu 100%, tetapi rata- rata prestasi belajar siswa yang memiliki

pengetahuan prasyarat tinggi lebih tinggi (81) dari pada rata-rata prestasi siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat rendah (72,7).

Perhitungan menggunakan t-test didapatkan thit = 2,66. ttabel pada taraf signifikan 5% = 2,131 sehingga thit > tabel.

4. Ketuntasan belajar siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat rendah yang diberi pembelajaran remedial dengan pendekatan individual, lebih tinggi dari pada yang diberi perlakuan dengan pendekatan kelompok.

(5)

5. Remedial dengan pendekatan Individual lebih cocok diterapkan untuk siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi, sedangkan pendekatan kelompok lebih cocok diterapkan untuk siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat rendah.

5.2 Implikasi

Dari hasil analisis terhadap ketuntasan belajar siswa, maka untuk melakukan perbaikan atau remedial terhadap siswa yang mengalami beberapa kesulitan dalam belajarnya perlu memperhatikan beberapa hal yaitu:

5.2.1 Diperlukan bimbingan secara individual terhadap siswa karena tiap-tiap siswa mempunyai perbedaan/karakteristik yang berbeda satu sama lain seperti perbedaan gaya belajar, bakat, motivasi, cepat lambatnya menerima dan mengolah respon dan sebagainya karena ini adalah merupakan persoalan personal masing masing individu.

5.2.2 Bimbingan secara individual dapat dilakukan dengan model tutorial, dilakukan oleh guru dibantu dengan siswa lain yang lebih pandai dari kawannya yang bertindak sebagi tutor sebaya. Bimbingan ini merupakan bentuk bantuan yang diperlukan oleh masing masing individu siswa yang mengalami beberapa kesulitan dalam merespon pelajaran.

(6)

5.2.4 Remedial melalui pembelajaran ulang kepada siswa selain merupakan penguatan terhadap konsep-konsep yang telah dipelajari, juga merupakan sebuah cara pemberian kesempatan atau memberikan waktu yang cukup terutama bagi siswa-siswa yang mengalami kelambanan dalam belajarnya. 5.2.5 Untuk mengatasi keterbatasan waktu, maka remedial dilakukan pada jam diluar

kegiatan jam mengajar yang disebut dengan klinik remedi.

5.3. Saran

Kegiatan pembelajaran remedi merupakan suatu formula perbaikan yang diberikan kepada kelompok siswa yang memiliki kesulitan belajar agar dapat mengejar

ketertinggalannya dengan siswa lain. Berkaitan dengan itu beberapa saran untuk para guru dalam upaya perbaikan (remedial) sebagai berikut:

Kegiatan remedial merupakan sebuah kegiatan pemahaman terhadap kebutuhan individual siswa, oleh karena itu hendaknya para guru dapat memilih metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat. Perlu disadari juga bahwa kemampuan siswa dalam proses pembelajaran bervariasi, mereka adalah individu-individu yang tidak sama dalam pengetahuan awal, kecepatan menerima materi pembelajaran, kesiapan belajar dan sebagainya sehingga pembelajaran secara individual merupakan suatu solusi terutama untuk siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi.

(7)

cara mendiagnosis pada penyembuhan terhadap kesulitan belajar yang dialami siswa. Salah satu cara untuk mengetahui pengetahuan prasyarat siswa adalah melalui tes.

Hendaknya remedial dilakukan melalui pembelajaran ulang, karena dengan pembelajaran ulang selain memberikan waktu yang cukup kepada siswa yang mengalamim kesulitan belajar, juga merupakan penguatan terhadap stimulus yang diberikan sehingga respon yang didapat akan semakin baik.

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sejak diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang kemudian disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka pembelajaran berorientasi pada pengembangan seluruh potensi peserta didik menuju standar yang telah ditetapkan. KBK menuntut guru yang berkualitas dan profesional untuk melakukan peningkatan kualitas pendidikan.

Kurikulum Berbasis Kompetensi diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu . Siswa dipandang tuntas jika ia dapat melakukan seluruh kompetensi yang telah ditetapkan dalam tujuan pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru.

(9)

sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggungjawab.(Mulyasa, 2004 : 39)

Sedangkan DEPDIKNAS (2002) menyebutkan bahwa karakter kurikulum berbasis kompetensi adalah :

1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik individual maupun klasikal.

2) Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.

3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.

4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

5) Penilaian menekankan proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Selanjutnya, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum standar isi yang diatur melalui PP RI No.19 Th 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Dari pemahaman konsep di atas, maka ketuntasan belajar peserta didik ditengarai dengan pencapaian kompetensi yang memadai dan dapat dipertanggung jawabkan (berdasar pada standar/kriteria tertentu) sebagai prasarat penguasaan kompetensi berikutnya.

(10)

Salah satu dari prosedur penilaian berbasis kompetensi ditangani dengan “Program

Remedial“. Program ini merupakan tahapan proses pembelajaran dalam pelaksanaan

KBK sebagai realisasi Mastery Learning. Penyelenggaraan program remedial

dilakukan terhadap peserta didik yang tidak berhasil mencapai kriteria kelulusan atau ketuntasan yang telah ditentukan.

Berdasar teori belajar tuntas, maka seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia dapat menyelesaikan kompetensi dalam mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. (Mulyasa, 2004 : 99). Hal tersebut didasarkan dari hasil analisis terhadap kegiatan belajar, tugas-tugas, hasil tes dan ulangan.

Program remedial merupakan tindak lanjut dan perlakuan khusus terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Program ini akan berhasil dengan baik manakala dapat diungkap faktor kegagalannya. Kegagalan karena faktor non akademik seperti rumah tangga yang tidak harmonis, pergaulan, minat yang rendah terhadap matapelajaran dan lainnya, maka selain memberikan bimbingan belajar perlu pelacakan faktor-faktor penyebab kegagalan tersebut.

(11)

Fenomena tersebut memberikan gambaran pada kita bahwa program remedial ini sangat memerlukan perhatian terutama bagi para guru yang menangani proses pembelajaran .

Penanganan masalah remedial di MAN I Bandarlampung belum dikatakan baik, karena ada beberapa faktor penyebabnya antara lain:

1) Belum ada penjadwalan untuk pembelajaran remedial.

2) Guru belum maksimal dalam menangani masalah remedial, yang ditandai dengan penanganan khusus seperti dilakukannya pembelajaran ulang dalam rangka perbaikan.

3) Belum adanya pertimbangan beban tugas agar tidak menimbulkan kegagalan berikutnya.

4) Pemahaman terhadap program remedial belum baik, seperti belum adanya Pemberian perlakuan (treatment) kepada kelompok peserta didik yang mengalami remedial belum dilakukan.

5) Pendataan terhadap peserta didik yang belum tuntas belum baik.

Akibat dari faktor-faktor tersebut diatas menjadikan program remedial ini menjadi hal yang kurang bermakna bagi peserta didik dan terkesan hanya di “tuntas-tuntaskan.”

(12)

Sebagai gambaran ketuntasan siswa pada mata pelajaran fisika terutama pada Standar Kompetensi: menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya, selama tiga tahun terakhir adalah sebagaimana terdapat pada lampiran 1.

Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ketuntasan belajar siswa untuk mata pelajaran Fisika pada standar kompetensi menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya adalah sebagai berikut:

1. Pada tahun pelajaran 2005-2006 dari siswa kelas X.1 s/d X.9 yang berjumlah 315 orang yang tuntas sebanyak 211 orang, remedial sebanyak 104 orang yang berarti siswa yang remedial sebanyak 33 %.

2. Pada tahun pelajaran 2006-2007 dari siswa kelas X.1 s/d X.9 yang berjumlah 354 orang yang tuntas sebanyak 258 orang, yang remedial sebanyak 96 orang yang berarti siswa yang remedial sebanyak 27 %.

3. Pada tahun pelajaran 2007-2008 dari siswa kelas X.1 s/d X.9 yang berjumlah 358 orang yang tuntas sebanyak 232 orang, yang remedial sebanyak 126 orang yang berarti siswa yang remedial sebanyak 35 %.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka program remedial kiranya sangat perlu

mendapatkan perhatian dari para guru, dalam hal ini guru-guru di lingkungan MAN I Bandar Lampung, agar ketuntasan belajar siswa dapat dimaksimalkan.

Pelajaran fisika merupakan bagian dari IPA, dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan konsep dan ketrampilan (Depdikbud, 1995). Belajar fisika berarti

(13)

teori, dan hukum. Proses IPA meliputi ketrampilan mengamati, menafsirkan hasil pengamatan, menemukan pola dalam pengamatan, menarik kesimpulan, meramalkan apa yang akan terjadi berdasar hasil pengamatan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan dan menggunakan konsep serta menyusun hipotesis. Fisika sebagai bagian dari IPA dalam pembelajarannya mengembangkan sikap ilmiah dengan ketelitian tinggi dan dilakukan pengembangannya baik di kelas maupun di laboratorium.

Selanjutnya E. Budikase (1995 : VII) menegaskan: ”Fisika adalah suatu ilmu yang

lebih banyak memerlukan pemahaman dari pada penghapalan. Kunci sukses dalam belajar fisika adalah pada kemampuan memahami tiga hasil pakar fisika, yaitu konsep-konsep (pengertian), hukum-hukum atau azas-azas dan teori-teori.“

(14)

Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari dokumen sekolah, ternyata nilai hasil ujian siswa yang masuk disekolah tersebut untuk mata pelajaran matematika dan IPAdari sampel sebanyak 100 siswa rata-rata nilai untuk kedua mata pelajaran tersebut adalah 7,17 dan 6,87. Kedua nilai mata pelajaran tersebut adalah menjadi dasar (basis) untuk mempelajari Fisika. Dengan demikian dapat dikatan bahwa siswa yang masuk di MAN I khususnya untuk kedua mata pelajaran tersebut tergolong berkemampuan sedang. Untuk itu tentunya diperlukan usaha keras dalam pembinaan selanjutnya terutama bagi para guru mata pelajarn matematika, fisika dan kimia jika menginginkan para siswanya mencapai prestasi yang baik.

Kenyataan ini memberikan motivasi serta inspirasi pada penulis untuk mengangkat judul:

Perbandingan ketuntasan belajar fisika pada pembelajaran remedial dengan pendekatan dan pengetahuan prasyarat yang berbeda di Madrasah Aliyah Negeri

(MAN ) I Bandarlampung Tahun 2009”

1.2. Identifikasi Masalah

Dari berbagai masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat beberapa masalah pokok, yaitu belum ada perlakuan (treatmen) :

1. Penjadwalan belum ada. 2. Bentuk tugas yang belum jelas.

3. Pertimbangan beban tugas masih kurang diperhatikan. 4. belum ada model pembelajarn atau perlakuan.

(15)

6. Pemahaman terhadap program remedial belum baik

1.3. Pembatasan Masalah

Dari beberapa masalah yang teridentifikasi, yang dibahas adalah masalah no.4 diatas yaitu Belum ada model pembelajaran remedial, yang berarti belum dilakukanya remedial melalui pembelajaran baik dengan pendekatan individual maupun kelompok tentang :

1. Ketuntasan belajar siswa yang mendapat perlakuan remedial dengan pendekatan individual dan kelompok.

2. Perbedaan ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran remedial menggunakan pendekatan individual dan kelompok.

3. Interaksi antara remedial menggunakan pendekatan individual dan kelompok dengan pengetahuan prasarat siswa terhadap ketuntasan belajarnya.

1.4. Rumusan Masalah

Atas dasar pemikiran tersebut maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran remedial dengan pendekatan individual dan kelompok dengan pengetahuan prasarat siswa?.

2. Apakah ketuntasan belajar siswa yang mendapat perlakuan remedial dengan pendekatan individual lebih tinggi dibanding melalui pembelajaran

(16)

3. Apakah terdapat perbedaan ketuntasan belajar bidang studi fisika siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi dan rendah dalam pembelajaran Remedial dengan menggunakan pendekatan individual dan kelompok?

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Mengetahui interaksi antara pembelajaran remedial dengan pendekatan individual dan kelompok dengan pengetahuan prasarat siswa?

2. Mengetahui perbedaan ketuntasan belajar peserta didik yang remedial melalui pendekatan individual dan kelompok.

3. Mengetahui perbedaan ketuntasan belajar bidang studi fisika siswa yang memiliki pengetahuan prasyarat tinggi dan rendah dalam pembelajaran Remedial dengan menggunakan pendekatan individual dan kelompok.

1.6. Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemahaman ilmu pengetahuan khususnya teknologi pendidikan pada kawasan pengembangan pembelajaran, terutama pada pembelajaran remedial.

Adapun beberapa manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah:

(17)

2. Ikut menyumbangkan pemikiran tentang pendekatan pembelajaran dalam rangka melayani perbedaan karakteristik peserta didik sehingga masing-masing dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara maksimal. 3. Menerapkan pendekatan pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, maka telah dilakukan kajian untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi sistem agroforestri yang terdapat di kawasan penyangga Ekosistem Leuser, khususnya

Selain itu, Suyanto juga mencontohkan masyarakat Dusun Ngepeh, Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, yang terdiri dari tiga penganut agama besar di Indonesia, yaitu Islam, Kristen,

Minggu Kemampuan Akhir yang Diharapkan Bahan Kajian (Materi Ajar) Bentuk Pembelajaran Kriteria/Indikator Penilaian Bobot Nilai Standar Kompetensi Profesi 1-2

Untuk menentukan bobot masing-masing alternatif, ada dua metode yang biasa digunakan.Metode subjektif, yaitu pengambil keputusan menetapkan suatu nilai sebagai bobot sesuai

*Pembelajaran remedial dilaksanakan bagi peserta didik yang belum mencapai ketuntasan minimal pada KD yang dibahas. * Remedial diberikan dengan model remedial teaching

dilakukan terhadap peserta didik yang tidak berhasil mencapai kriteria kelulusan atau ketuntasan yang telah ditentukan. Berdasar teori belajar tuntas, maka seorang peserta

Antibiosis adalah salah satu mekanisme keta- hanan tanaman terhadap serangga yang dapat disebabkan oleh pengaruh fisiologis, akibat serangga makan tanaman, baik bersifat semen-

Program remedial atau perbaikan adalah program pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar atau tingkat minimal