ABSTRACT
DOMESTIC VIOLENCE RELATIONSHIP TO DO WITH HUSBAND TO WIFE MOTHER VIOLENT BEHAVIOR IN CHILDREN IN THE REGION
WARD KALIAWI DISTRICT TANJUNG KARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG
By: Novita Diniyanti
Domestic violence are all forms of violence perpetrated by husbands against wives that resulted in harm to the physical, psychological, sexual, and economic development, including threats and deprivation of liberty that occurred in the household. The husband who always act unpleasant for her parenting can affect the mother to the child. Emotions peaked wife and the absence of impingement or courage to disclose or their husbands, so that the child which will become victims of the impact of parents' emotional outlet.
who had experienced kekarasan from husband to children Kaliawi Sub Sub Regional Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung, and to explain the relationship of domestic violence husband and wife carried on the mother's violent behavior in children Kaliawi Sub Sub Regional Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung.
Type of research is explanatory (explanatory research), by taking a sample of the mother who has a husband and children who have experienced domestic violence in the Territory Kaliawi Village District Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung, amounting to 47 people. Data was collected by questionnaires and documentation. Meanwhile, the technique is done by the statistical analysis using Spearman Rank test.
ABSTRAK
HUBUNGAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA YANG DILAKUKAN SUAMI PADA ISTRI DENGAN PERILAKU KEKERASAN IBU PADA ANAK DI WILAYAH KELURAHAN KALIAWI KECAMATAN
TANJUNG KARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG
Oleh : Novita Diniyanti
Kekerasan dalam rumahtangga merupakan segala bentuk tindak kekerasan yang
dilakukan oleh suami terhadap istri yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis,
seksual, dan ekonomi, termasuk ancaman dan perampasan kebebasan yang terjadi
dalam rumahtangga. Suami yang selalu bertindak tidak menyenangkan bagi sang
istri dapat mempengaruhi terhadap pola asuh ibu kepada anak. Emosi istri yang
memuncak dan tidak adanya pelampiasan atau keberanian untuk mengungkapkan
ataupun melawan suami, sehingga anaklah yang akan menjadi korban dari adanya
dampak pelampiasan emosi orang tuanya.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah perilaku
kekerasan dalam rumahtangga yang dilakukan suami pada istri, dan
bagaimanakah perilaku kekerasan dalam rumahtangga yang dilakukan ibu pada
anak di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjung Karang Pusat Bandar
Lampung?, dan apakah ada hubungan kekerasan dalam rumahtangga yang
Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan tindak kekerasan dalam
rumahtangga yang dilakukan suami pada istri, dan perilaku kekerasan oleh istri
yang pernah mengalami kekarasan dari suami kepada anak di Wilayah Kelurahan
Kaliawi Kecamatan Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung, dan untuk
menjelaskan ada tidaknya hubungan kekerasan dalam rumahtangga yang
dilakukan suami pada istri dengan perilaku kekerasan ibu pada anak di Wilayah
Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung.
Tipe penelitian yang digunakan adalah eksplanatori (explanatory research),
dengan mengambil sampel yaitu ibu yang mempunyai suami dan anak yang
pernah mengalami KDRT di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjung
Karang Pusat Bandar Lampung yang berjumlah 47 orang. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan kuesioner dan dokumentasi. Sementara itu teknik analisa
dilakukan dengan perhitungan statistik menggunakan uji Rank Spearman.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada korelasi antara kekerasan dalam
rumahtangga yang dilakukan suami kepada istri dengan perilaku tindak
kekerasan ibu kepada anak. Hasil analisis menjelaskan bahwa perilaku seorang
istri yang pernah mendapatkan tindak kekerasan oleh suami akan memberikan
dampak yang negatif terhadap perilaku ibu dalam membimbing anaknya
sehari-hari. Jika kekerasan suami terhadap istri mengalami peningkatan maka tindak
kekerasan yang dilakukan ibu kepada anak cenderung akan mengalami
ii
HUBUNGAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA YANG DILAKUKAN SUAMI PADA ISTRI DENGAN PERILAKU KEKERASAN IBU PADA ANAK DI WILAYAH KELURAHAN KALIAWI KECAMATAN
TANJUNG KARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG
Oleh Novita Diniyanti
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI
Pada Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
DILAKUKAN SUAMI PADA ISTRI DENGAN PERILAKU KEKERASAN IBU PADA ANAK DI WILAYAH KELURAHAN KALIAWI KECAMATAN
TANJUNG KARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG
SKRIPSI
Oleh:
NOVITA DINIYANTI NPM 0856011025
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
xiii
DAFTAR GAMBAR
xi 2.1 Kekerasan dalam Rumahtangga ... 8
2.2 Kekerasan terhadap Istri ... 10
2.3 Dampak Kekerasan terhadap Istri ... 13
2.4 Kekerasan terhadap Anak ... 15
2.5 Dampak Kekerasan terhadap Anak ... 17
2.6 Respon Korban Tindak Kekerasan ... 19
2.7 Hubungan Kekerasan dalam Rumahtangga yang Dilakukan oleh Suami terhadap Istri dengan Kekerasan Ibu terhadap Anaknya ... 22
2.8 Kerangka Teori ... 25
2.9 Hipotesis ... 27
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 28
3.2 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 28
3.3 Populasi dan Sampel ... 31
1. Populasi ... 31
2. Sampel ... 31
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 32
3.5 Analisis Data ... 33
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah dan Letak Kelurahan Kaliawi ... 35
4.2 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk ... 36
4.3 Luas Wilayah menurut Penggunaan Lahan ... 38
4.4 Pendidikan ... 39
4.5 Agama ... 40
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden ... 42
5.2 Kekerasan dalam Rumahtangga yang Dilakukan Suami pada Istri ... 45
1. Kekerasan Fisik ... 46
xii
3. Kekerasan Seksual ... 57
4. Kekerasan Ekonomi ... 62
5.3 Kekerasan dalam Rumahtangga yang Dilakukan Ibu terhadap Anak ... 66
1. Psysical Abuse ... 67
2. Emotional Abuse ... 74
3. Neglect atau Pengabaian ... 79
4. Kekerasan Ekonomi terhadap Anak ... 85
5.4 Hubungan antara Kekerasan Suami pada Istri dengan Kekerasan Ibu pada Anak di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung ... 90
5.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 93
VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ...101
6.2 Saran ...102
DAFTAR PUSTAKA ...104
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penggunaan lahan di Kelurahan Kaliawi Kecamatan
Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung, Tahun 2011 ... 38 Tabel 2. Tingkat Pendidikan Penduduk di Kelurahan Kaliawi Kecamatan
Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung Thun 2011 menurut
Umur dan Jenis Kelamin ... 39 Tabel 3. Penganut Agama di Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang
Pusat Bandar Lampung ... 41 Tabel 4. Jumlah Ibu yang Mengalami KDRT di Kelurahan Kaliawi
Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung menurut
Tingkat Pendidikan, Tahun 2012 ... 42 Tabel 5. Jumlah Ibu yang Mengalami KDRT di Kelurahan Kaliawi
Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung menurut
Usia, Tahun 2012 ... 43 Tabel 6. Jenis Mata Pencaharian Kepala Keluarga dari Responden Penelitian
di Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandar
Lampung, Tahun 2012 ... 44 Tabel 7. Tindakan Kekerasan dalam Rumahtangga yang Dilakukan
Suami Kepada Istri di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung
dalam Enam Bulan Terakhir ... 45 Tabel 8. Tindak Kekerasan Fisik oleh Suami kepada Istri dalam Enam Bulan
Terakhir di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung ... 47 Tabel 9. Frekuensi Kekerasan Fisik oleh Suami kepada Istri dalam Enam
Bulan Terakhir di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan
Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung ... 48 Tabel 10. Bentuk Kekerasan Fisik yang Dilakukan Suami kepada Istri
di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang
xv
Tabel 11. Alasan Suami Melakukan Tindak Kekerasan Fisik terhadap Istri di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang
Pusat Bandar Lampung Enam Bulan Terakhir ... 50 Tabel 12. Akibat Tindak Kekerasan Fisik yang Dilakukan Suami terhadap
Istri di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang
Pusat Bandar Lampung ... 51 Tabel 13. Kekerasan Psikis yang Dilakukan Suami terhadap Istri
dalam Kurun Waktu Enam Bulan Terakhir di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang Pusat
Bandar Lampung ... 53 Tabel 14. Frekuensi Kekerasan Psikis yang Dialami Istri dalam Enam
Bulan Terakhir di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan
Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung ... 54 Tabel 15. Bentuk Kekerasan Psikis yang Dialami Istri di Wilayah
Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang Pusat
Bandar Lampung Enam Bulan Terakhir ... 55 Tabel 16. Alasan Suami Melakukan Kekerasan Psikis terhadap Istri
di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang
Pusat Bandar Lampung ... 56 Tabel 17. Akibat Tindak Kekerasan Psikis yang Dilakukan Suami terhadap
Istri di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang
Pusat Bandar Lampung ... 57 Tabel 18. Kekerasan Seksual yang Pernah Dialami Istri dalam Enam
Bulan Terakhir di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan
Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung ... 58 Tabel 19. Banyaknya Tindakan Kekerasan Seksual yang Dialami Istri
dalam Enam Bulan Terakhir di Wilayah Kelurahan Kaliawi
Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung ... 59 Tabel 20. Bentuk Kekerasan Seksual yang Dialami Istri di Wilayah
Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandar
Lampung Enam Bulan Terakhir ... 60 Tabel 21. Akibat Tindak Kekerasan Seksual yang Dialami Istri di
Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang
Pusat Bandar Lampung ... 61 Tabel 22. Tindak Kekerasan Ekonomi yang Dialami Istri dalam Enam
Bulan Terakhir di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan
xvi
Tabel 23. Bentuk Kekerasan Ekonomi yang Dialami Istri di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang Pusat
Bandar Lampung ... 63 Tabel 24. Alasan Suami Melakukan Tindak Kekerasan Ekonomi terhadap
Istri di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang
Pusat Bandar Lampung ... 64 Tabel 25. Akibat Tindak Kekerasan Ekonomi yang Dialami Istri di
Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang
Pusat Bandar Lampung ... 65 Tabel 26. Tindak Kekerasan dalam Rumahtangga yang Dilakukan
Ibu terhadap Anak di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung
Enam Bulan Terakhir... 67 Tabel 27. Kekerasan Fisik yang Pernah Dilakukan Ibu terhadap Anak
dalam Kurun Waktu Enam Bulan Terakhir di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang Pusat
Bandar Lampung ... 68 Tabel 28. Frekuensi Physical Abuse yang Dilakukan Ibu terhadap Anak
dalam Kurun Waktu Enam Bulan Terakhir di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang Pusat
Bandar Lampung ... 70 Tabel 29. Bentuk Physical Abuse yang Dilakukan Ibu terhadap Anak
di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang
Pusat Bandar Lampung Enam Bulan Terakhir ... 71 Tabel 30. Alasan Ibu Melakukan Physical Abuse terhadap Anak di
Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang
Pusat Bandar Lampung ... 72 Tabel 31. Akibat Physical Abuse yang Dilakukan Ibu terhadap Anak
di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang
Pusat Bandar Lampung ... 73 Tabel 32. Tindak Emotional Abuse yang Pernah Dilakukan Ibu dalam
Kurun Waktu Enam Bulan Terakhir di Wilayah Kelurahan
Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung ... 75 Tabel 33. Frekuensi Perlakuan Emotional Abuse atau Menyakiti Hati
Anak yang Dilakukan Ibu dalam Kurun Waktu Enam Bulan Terakhir di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan
xvii
Tabel 34. Bentuk Emotional Abuse yang Dilakukan Ibu terhadap Anak di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang
Pusat Bandar Lampung Enam Bulan Terakhir ... 77 Tabel 35. Alasan Ibu Melakukan Tindak Emotional Abuse atau Menyakiti
Hati Anak di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan
Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung ... 78 Tabel 36. Akibat Emotional Abuse yang Dilakukan Ibu terhadap Anak
di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang
Pusat Bandar Lampung ... 79 Tabel 37. Tindakan Pengabaian yang Dilakukan Ibu terhadap Anak dalam
Kurun Waktu Enam Bulan Terakhir di Wilayah Kelurahan
Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung ... 80 Tabel 38. Frekuensi Perlakuan Pengabaian yang Dilakukan Ibu terhadap
Anak dalam Enam Bulan Terakhir di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang Pusat
Bandar Lampung ... 81 Tabel 39. Bentuk Kekerasan Pengabaian yang Dilakukan Ibu terhadap
Anak di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan
Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung ... 82 Tabel 40. Alasan Ibu Melakukan Pengabaian terhadap Anak di
Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang
Pusat Bandar Lampung ... 83 Tabel 41. Akibat Pengabaian yang Dilakukan Ibu terhadap Anak
di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang
Pusat Bandar Lampung ... 84 Tabel 42. Kekerasan Ekonomi yang Dilakukan Ibu terhadap Anak dalam
Kurun Waktu Enam Bulan Terakhir di Wilayah Kelurahan
Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung ... 85 Tabel 43. Frekuensi Perlakuan Kekerasan Ekonomi yang Dilakukan Ibu
terhadap Anak di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan
Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung ... 86 Tabel 44. Bentuk Kekerasan Ekonomi yang Dilakukan Ibu terhadap
Anak di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan
Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung ... 87 Tabel 45. Alasan Ibu Melakukan Tindak Kekerasan Ekonomi terhadap
xviii
Tabel 46. Akibat Tindak Kekerasan Ekonomi yang Dilakukan Ibu terhadap Anak di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung ... 89 Tabel 47. Pengaruh Tindak Kekerasan yang dialami oleh Istri terhadap
Tindak Kekerasan Ibu pada Anak di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjung Karang
Pusat Bandar Lampung ... 90 Tabel 48. Hubungan Kekerasan dalam Rumahtangga yang Dilakukan
Suami kepada Istri dengan Perilaku Kekerasan Ibu kepada Anak di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjung
vi MOTTO
“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu Sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar” (Al-Baqarah: 153)
Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang.
Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.
“Andrew Jackson”
Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putus-Nya dipukul ombak.
Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia menenteramkan amarah ombak dan gelombang itu.
“Marcus Aurelius”
Berangkat dengan penuh keyakinan Berjalan dengan penuh keikhlasan Istiqomah dalam menghadapi cobaan.
Jadi diri sendiri, cari jati diri, and dapetin hidup yang mandiri optimis, kaena hidup terus mengalir dan kehidupan terus berputar
sesekali liat ke belakang untuk melanjutkan perjalanan yang tiada berujung.
Bila semua menjadi amat sangat mudah Tak akan ada lagi rasa syukur
Kesulitan dan hambatan itu yang mengajarkan seseorang agar tetap bersyukur.
Railah apa yang di inginkan,
Jangan biarkan keinganan itu tetap menjadi harapan Wujudkan apa yang menjadi impian, jangan biarkan
Impian itu tetap menjadi mimpi.
iv
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. I Gede Sidemen, M.Si ...
Penguji Utama : Dewi Ayu Hidayati, S.Sos. M.Si ...
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si. NIP. 19580109 198603 1 002
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah..
Puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan Hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Ku persembahkan karya sederhana ini untuk Kedua Orang tuaKu yang selalu memberikan
hal terbaik dalam hidupKu.
kakakKu Suci yang selalu memberikan motivasi dalam menyelesaikan studi ini.
Sahabat-sahabat terbaik dan semua orang yang selalu Mendoakan keberhasilanKu.
Kekasihku yang selalu memberikan motivasi dan support selama ini M. Ibnu Maulana Ryacudu.
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah..
Puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan Hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Ku persembahkan karya sederhana ini untuk Kedua Orang tuaKu yang selalu memberikan
hal terbaik dalam hidupKu.
kakakKu Suci yang selalu memberikan motivasi dalam menyelesaikan studi ini.
Sahabat-sahabat terbaik dan semua orang yang selalu Mendoakan keberhasilanKu.
Kekasihku yang selalu memberikan motivasi dan support selama ini M. Ibnu Maulana Ryacudu.
iii
Judul Skripsi : HUBUNGAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA YANG DILAKUKAN SUAMI PADA ISTRI DENGAN PERILAKU KEKERASAN IBU PADA ANAK DI WILAYAH
KELURAHAN KALIAWI KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG
Nama Mahasiswa : Novita Diniyanti
Nomor Pokok Mahasiswa : 0856011025
Jurusan : Sosiologi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Drs. I. Gede Sidemen, M.Si. NIP. 19580415 1988603 1 004
2. Ketua Jurusan Sosiologi
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 02 November 1990 di
Palembang. Putri bungsu Dua bersaudara dari pasangan
AKP Nurdin Syukri, SH dan Ibu Aiptu Elysa Waryanti.
Penulis mengawali pendidikan pada Taman kanak-kanak Aisyiyah Bustanul
Athfal Palembang pada tahun 1996, dilanjutkan ke pendidikan formal pada
Sekolah Dasar Muhammadiyah 10 Palembang samapi kelas 4 SD dan kelas 5 SD
dilanjutkan di Sekolah Dasar Pertiwi Teladan Metro Pusat pada tahun 2002,
dilanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Metro pada tahun 2005,
penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Umum Negeri 8
Bandar Lampung yang di selesaikan pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis
terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Sosiologi Universitas Lampung melalui
Ujian Masuk Mandiri (UM).
Semasa menjadi Mahasiwi, penulis juga aktif di beberapa Organisasi di Kampus.
Pada periode 2008-2009 penulis aktif di HMJ Sosiologi sebagai Sekretaris Bidang
Kemasyarakatan. Tahun 2011 penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata
yang di adakan UNILA di Desa Rejo Asri Lampung Tengah. Di luar Kampus
penulis juga aktif di KNPI Kota Bandar Lampung sebagai anggota dan di Hijabers
viii
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “Hubungan
Kekerasan dalam Rumahtangga yang dilakukan Suami pada Istri dengan Perilaku
Kekerasan Ibu pada Anak di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjung
Karang Pusat Bandar Lampung”
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak memperoleh bantuan, bimbingan dan
support dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang dalam dan tulus
kepada:
1. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Ibu Dra. Anita Damayanti, M.H. selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. I. Gede Sidemen, M.Si. selaku dosen pembimbing penulis, terima
kasih atas waktu, motivasi, bimbingan, saran dan kesabarannya dalam proses
penulisan skripsi ini, sehingga saya dapat meraih gelar Sarjana Sosiologi
ix
5. Ibu Dewi Ayu Hidayati, S.Sos. M.Si. selaku dosen pembahas terimakasih
telah memberi banyak saran, perhatian dan bimbingan dalam penulisan skripsi
ini, ibu is the best.
6. Seluruh dosen di Jurusan Sosiologi dan FISIP Unila yang telah membekali
penulis dengan ilmu dan pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan
semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.
7. Seluruh staf administrasi dan karyawan di FISIP Unila yang membantu dan
melayani urusan administrasi perkuliahan dan skripsi.
8. Seluruh staff Polresta Bandar Lampung, Dispenda, dan responden penelitian
di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjung Karang Pusat Bandar
Lampung, dan semua yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi
ini, yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam proses
pengumpulan data.
9. Kedua orang tuaku tercinta Papa dan Mama, begitu banyak energi, materi dan
perhatian yang kalian curahkan untuk penulis, tak cukup lembaran dan
goresan tinta ini untuk menuliskan segala pengorbanan yang kalian berikan.
Kesabaran Mama menjadi kekuatan penulis. Semoga Allah SWT memuliakan
kalian berdua di dunia ini dan akhirat kelak.
10.Kakaku Suci yang selalu memberikan masukan dan semangat, nenekku
tercinta, saudara-saudara ku Desti dan Devi, keponakan kecilku Rafi dan fadil
love you so much.
11.M Ibnu Maula Ryacudu kekasihku terimakasih masukan dan sarannya,
kesabarannya yang senantiasa menemaniku di saat bimbingan skripsi love you
x
12.Sahabat-sahabatku yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih
atas motivasi dan dukungannya yang sangat luar biasa.
13.Teman seperjuanganku Anisa dan Aniek. Alhamdulillah kita bisa
menyelesaikan skripsi ini, terimakasih waktu dan saran kalian.
14.Untuk teman-teman Sosiologi 2008, Iha, Obrin, Hendi, Agus, Febri, Elyson,
Amel, Asep, Sutikno, Denny, Lova, Iyan, Putri, Ambar, Desi, Nur tetep
semangat buat jadi orang sukses, terimakasih atas persahabatan yang indah
ini... really-really miss you.
15.Teman ku Raysa Deagustama, Dwi Agung Novrian, all frend Hijabers
Lampung terimakasih masukan dan semangat nya.
Semoga Allah senantiasa memberikan kebaikan dan balasan atas jasa dan budi
yang telah diberikan kepada penulis. Demikian juga halnya dalam penulisan
skripsi ini, mohon maaf atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 02 November 2012 Penulis,
2.1 Kekerasan dalam Rumahtangga
Kekerasan dalam rumahtangga adalah segala bentuk tindak kekerasan yang
dilakukan oleh suami terhadap istri yang berakibat menyakiti secara fisik,
psikis, seksual, dan ekonomi, termasuk ancaman dan perampasan kebebasan
yang terjadi dalam rumahtangga. Selain itu, hubungan antara suami dan istri
diwarnai dengan penyiksaan secara verbal, tidak adanya kehangatan
emosional, ketidaksetiaan, dan menggunakan kekuasaan untuk mengendalikan
istri. Artinya kekerasan pada istri bukan hanya terwujud dalam penyiksaan
fisik, namun juga penyiksaan secara verbal yang sering dianggap remeh
namun akan berakibat lebih fatal dimasa yang akan datang. Kekerasan dalam
rumahtangga lebih banyak dilakukan oleh suami kepada istri (Susilowati,
2008).
Dengan adanya perilaku tersebut Susilowati dalam teorinya juga
menambahkan bahwa suami yang selalu bertindak tidak menyenangkan bagi
sang istri dapat mempengaruhi terhadap pola asuh ibu kepada anak.
Disebabkan emosi istri yang memuncak dan tidak adanya pelampiasan atau
keberanian istri untuk mengungkapkan ataupun melawan suami, sehingga
anaklah yang akan menjadi korban dari adanya dampak pelampiasan emosi
Adapun bentuk kekerasan tersebut dapat berupa kekerasan yang meliputi fisik
dan non fisik kepada anak, sehingga dampak negatif dari kejadian tersebut
adalah kemungkinan kehidupan sang anak akan dibimbing dengan kekerasan.
Peluang terjadinya perilaku yang kejam pada anak akan lebih tinggi, anak
dapat mengalami depresi, dan anak berpotensi untuk melakukan kekerasan
pada pasangannya apabila telah menikah kelak, karena anak akan mengimitasi
perilaku dan cara memperlakukan orang lain sebagaimana yang dilakukan
oleh orang tuanya terhadap dirinya (Susilowati, 2008).
Kekerasan dalam rumahtangga lebih banyak terjadi di kalangan kelompok
sosial ekonomi kelas bawah, meskipun masih ada pertanyaan menyangkut hal
ini. Kekerasan tentu saja tidak terbatas pada kelas sosial tertentu, kebanyakan
kekerasan dalam rumahtangga berhubungan langsung dengan stres sosial
dalam keluarga. Keluarga yang melakukan kekerasan secara sosial terisolasi
keberadaannya dengan masalah-masalah kepribadian dan psikopatologi dalam
keluarga yang memiliki hubungan dengan kekerasan dalam keluarga itu
sendiri (Susilowati, 2008).
Steinmetz (dalam Susilowati, 2008) menyatakan bahwa kekerasan dalam
keluarga merujuk pada suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang anggota
keluarga dengan sengaja, atau suatu tindakan yang terasa memiliki unsur
kesengajaan, yang secara fisik dapat melukai seorang anggota keluarga
Jadi yang dimaksud kekerasan dalam rumahtangga menurut undang-undang
No. 23 tahun 2004 ditegaskan bahwa Kekerasan dalam Rumahtangga adalah
setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum
dalam lingkup rumah tangga. Sebagian besar korban KDRT adalah perempuan
(istri) dan pelakunya adalah suami, tetapi ada juga sebaliknya, atau
orang-orang yang tersubordinasi di dalam rumahtangga itu. Pelaku atau korban
KDRT adalah orang yang mempunyai hubungan darah, perkawinan,
persusuan, pengasuhan, perwalian dengan suami, dan anak bahkan pembantu
rumahtangga, tinggal di rumah yang sama.
2.2 Kekerasan terhadap Istri
Tindakan kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri dalam rumahtangga
merupakan salah satu bentuk kekerasan yang seringkali terjadi pada
perempuan dan terjadi di balik pintu tertutup. Tindakan ini seringkali
dikaitkan dengan penyiksaan, baik fisik maupun psikis yang dilakukan oleh
orang yang mempunyai hubungan yang dekat (Hasbianto, 2006).
Menurut Saputri, (2008) menyatakan bahwa tindak kekerasan terhadap istri
dalam rumahtangga terjadi dikarenakan telah diyakini bahwa masyarakat atau
budaya yang mendominasi saat ini adalah patriarkhi, dimana laki-laki
merupakan superior dan perempuan adalah inferior, seakan laki-laki
perempuan tersubordinasi. Di samping itu, terdapat interpretasi yang keliru
terhadapstereotipi genderyang tersosialisasi sangat lama, dimana perempuan
dianggap lemah, sedangkan laki-laki umumnya lebih kuat. Sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Sciortino dan Smyth, 1997; dan Suara APIK,1997, bahwa
menguasai atau memukul istri sebenarnya merupakan manifestasi dari sifat
superiorlaki-laki terhadap perempuan.
Kecenderungan terjadinya tindak kekerasan dalam rumahtangga disebabkan
karena faktor dukungan sosial dan kultur (budaya), dimana istri dipersepsikan
sebagai orang nomor dua dan bisa diperlakukan dengan cara apa saja. Hal ini
muncul karena transformasi pengetahuan yang diperoleh dari masa lalu, yaitu
istri harus nurut apa kata suami. Jika istri melawan, maka suami tidak
segan-segan untuk melakukan pemukulan. Kultur di masyarakat suami lebih
dominan pada istri, sehingga tindak kekerasan dalam rumahtangga dianggap
masalah privasi, dan masyarakat tidak boleh ikut campur (Saputri, 2008).
Faktor lain yang dapat menjadi pencetus kekerasan didasarkan pada
pendidikan istri yang rendah, masalah seksual dan ekonomi. Ada suami yang
malu mempunyai istri yang pendidikannya rendah, lalu melakukan
perselingkuhan. Ketika diketahui oleh istrinya, istri mendapat perlakuan
kekerasan dari suami (Kurniasih, 2007).
Adapun bentuk-bentuk kekerasan terhadap istri menurut (Susilowati, 2008),
1. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik adalah suatu tindakan kekerasan, seperti memukul,
menendang, dan lain-lain yang mengakibatkan luka, rasa sakit, atau cacat
pada tubuh istri hingga menyebabkan kematian.
2. Kekerasan Psikis
Kekerasan psikis adalah suatu tindakan penyiksaan secara verbal (seperti
menghina, berkata kasar dan kotor) yang mengakibatkan menurunnya rasa
percaya diri, meningkatkan rasa takut, hilangnya kemampuan untuk
bertindak dan tidak berdaya. Kekerasan psikis ini, apabila sering terjadi
maka dapat mengakibatkan istri semakin tergantung pada suami meskipun
suaminya telah membuatnya menderita. Di sisi lain, kekerasan psikis juga
dapat memicu dendam di hati istri.
3. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual adalah suatu perbuatan yang berhubungan dengan
memaksa istri untuk melakukan hubungan seksual dengan cara-cara yang
tidak wajar atau bahkan tidak memenuhi kebutuhan seksual istri.
4. Kekerasan Ekonomi
Kekerasan ekonomi adalah suatu tindakan yang membatasi istri untuk
bekerja di dalam atau di luar rumah untuk menghasilkan uang dan barang,
atau sebaliknya membiarkan istri yang bekerja untuk dieksploitasi,
sementara si suami tidak memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Sebagian suami juga tidak memberikan gajinya pada istri karena istrinya
tidak memberi uang belanja yang mencukupi, atau tidak memberi uang
belanja samasekali, menuntut istri memperoleh penghasilan lebih banyak,
dan tidak mengijinkan istri untuk meningkatkan karirnya. Sesuai dengan
tujuan penelitian ini maka peneliti hanya membahas mengenai
bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri.
2.3 Dampak Kekerasan terhadap Istri
Menurut Suryakusuma (2005) efek psikologis penganiayaan bagi banyak
perempuan lebih buruk dibanding efek fisiknya, seperti merasa rendah diri,
cemas, penuh rasa takut, sedih, putus asa, terlihat lebih tua dari usianya,
sering merasa sakit kepala, mengalami kesulitan tidur, mengeluh nyeri yang
tidak jelas penyebabnya, kesemutan, nyeri perut, bersikap agresif tanpa
penyebab yang jelas, kurang percaya diri, cenderung banyak melamun,
tekanan mental yang berkepanjangan, cemas berkepanjangan, merasa tidak
memiliki harga diri, mengalami rasa tidak berdaya, mengalami
ketergantungan pada suami yang sudah menyiksa dirinya, mengalami stress
pasca trauma, mengalami depresi, dan keinginan untuk bunuh diri. Dampak
kekerasan jangka pendek bagi istri adalah penderitaan fisik seperti luka-luka,
rasa sakit, atau cacat pada tubuh hingga menyebabkan kematian.
Menurut Mu’tadin (2006), penyiksaan atau kekerasan dapat berdampak pada
beberapa masalah, yaitu:
1. Masalah Relasional
a. Kesulitan membina hubungan atau persahabatan dengan orang lain
c. Kesulitan membentuk hubungan yang harmonis
d. Sulit mempercayai diri sendiri dan orang lain
e. Menjalin hubungan yang tidak sehat, misalnya terlalu bergantung atau
terlalu mandiri
f. Sulit membagi perhatian antara mengurus diri sendiri dan orang lain
g. Mudah curiga dan terlalu berhati-hati terhadap orang lain
h. Memiliki perilaku yang tidak sopan
i. Kesulitan beradaptasi
j. Lebih suka menyendiri
k. Suka memusuhi orang lain atau dimusuhi
l. Merasa takut menjalin hubungan fisik dengan orang lain
m. Sulit membuat komitmen
n. Terlalu bertanggungjawab atau justru menghindar dari
tanggungjawab.
2. Masalah Emosional
a. Merasa bersalah
b. Menyimpan perasaan dendam
c. Depresi
d. Merasa takut ketularan gangguan mental yang dialami orang tua
e. Merasa takut masalah dirinya diketahui oleh orang lain
f. Tidak mampu mengekspresikan kemarahan secara positif
g. Merasa bingung dengan identitasnya
3. Masalah Kognisi
a. Memiliki persepsi negatif terhadap kehidupan
b. Timbul pikiran negatif tentang diri sendiri yang diikuti oleh tindakan
yang cenderung merugikan diri sendiri
c. Memberikan penilaian yang rendah terhadap kemampuan prestasi
d. Sulit berkonsentrasi di sekolah
e. Memiliki citra negatif
4. Masalah Perilaku
a. Perilaku berbohong
b. Perbuatan kriminal dan kenakalan
c. Tidak mengurus diri sendiri dengan baik
d. Menunjukkan perilaku yang tidak wajar
e. Mengalami sulit tidur
f. Muncul perilaku seksual yang tidak wajar
g. Kecanduan obat bius, minuman keras, dan narkotika
2.4 Kekerasan terhadap Anak
Kekerasan pada anak adalah perilaku orangtua yang melakukan kekerasan
kepada anak. Contoh kasus perilaku tersebut adalah orangtua yang menyetrika
kaki, menyiram dengan air panas, pemerkosaan terhadap anak kandung atau
anak tiri oleh sang Bapak, dan juga pemukulan dan bahkan pembunuhan. Ada
juga dalam bentuk non-fisik, seperti kurangnya perhatian dan kasih sayang,
memarahi anak hampir setiap saat, mengkomersialkan anak sebagai pelacur,
Menurut Komisi Perlindungan Anak (Komnas PA), yang dimaksud kekerasan
terhadap anak adalah segala bentuk perbuatan atau tindakaan terhaap anak
yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisisk, seksual,
mental atau emosi, ataupun psikologis dan penelantaran, termasuk ancaman,
pemaksaan, dan perendahan martabat (Budi, 2009).
Latar belakang kekerasan bermacam-macam, ada yang menyebutkan si anak
memang bandel atau susah diatur, pola asuh yang salah, pelampiasan emosi
orang tua akibat himpitan ekonomi, dan karena tidak sadar ketika melakukan
kekerasan. Dengan sedikit saja faktor pemicu, seperti berkaitan dengan
tangisan tanpa henti, dan ketidakpatuhan, terjadilah penganiayaan pada anak
yang membawa malapetaka bagi anak dan keluarganya. Saat kekerasan pada
anak terjadi, lantaran perbuatan itu, pelaku tidak sadar bahwa tindakannya
akan diancam dengan pidana penjara dan denda. Akibat kekerasan yang
dialami anak-anak, baik di rumah maupun di sekolah berakibat pada trauma.
Bahkan bukan tidak mungkin peristiwa yang dialaminya itu menjadi ingatan
buruk yang akan ia ulangi kelak pada orang lain (Rasmun, 2000).
Kasus kekerasan terhadap anak seringkali berlangsung kronis dan tidak
terdeteksi dalam waktu lama atau diketahui setelah anak menderita akibat
yang parah baik secara fisik maupun mental emosional. Semua tindak
kekerasan kepada anak-anak tesebut akan direkam dalam alam bawah sadar
mereka dan akan dibawa sampai kepada masa dewasa dan terus menerus
2.5 Dampak Kekerasan terhadap Anak
Anak merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang dititipkan kepada orang tua
untuk dijaga, dirawat, dan diberikan pendidikan serta penghidupan yang layak
bukan untuk dianiaya maupun ditelantarkan yang tidak lain dilakukan oleh
orangtua si anak itu sendiri (Kuncoro, 2010).
Kekerasan terhadap anak memiliki berbagai macam faktor yang dapat
menjadi penyebab dari adanya tindakan tersebut, dan tentu saja mempunyai
dampak yang secara langsung maupun tidak langsung terhadap anak, baik
secara fisik, tumbuh kembang dan psikologi pertumbuhan anak. Anak
merupakan individu yang belum matang baik secara fisik, mental maupun
sosial. Karena kondisinya yang rentan terhadap perilaku dan hal-hal yang
baru, jika dibandingkan dengan orang dewasa jelas anak lebih beresiko
terhadap tindak kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan lain-lain (Kuncoro,
2010).
Dampak yang terjadi akibat kekerasan tersebut mungkin saja akan diingat
dalam jangka panjang oleh anak hingga ia beranjak dewasa. Tidak menutup
kemungkinan kekerasan yang telah menimpanya akan ia lakukan juga
terhadap anaknya nanti. Berbagai kasus terhadap terjadinya kekerasan
terhadap anak sering disertai dengan penelantaran terhadap anak. Baik
penganiayaan maupun penelantaran yang dapat memberikan dampak pada
Dampak kekerasan jenis ini akan berpengaruh pada situasi perasaan tidak
aman dan nyaman, menurunkan harga diri serta martabat korban. Wujud
konkrit kekerasan atau pelanggaran jenis ini adalah; penggunaan kata-kata
kasar, penyalahgunaan kepercayaan, mempermalukan orang di depan orang
lain atau di depan umum, melontarkan ancaman dengan kata-kata dan
sebagainya. Akibat adanya perilaku tersebut biasanya korban akan merasa
rendah diri, minder, merasa tidak berharga dan lemah dalam membuat
keputusan (deccision making)(Suyanto, 2004).
Sedangkan menurut Purnianti, (2005) menyatakan bahwa secara umum akibat
dari adanya tindak kekerasan terhadap anak adalah sangat serius dan
berbahaya karena seorang anak sedang berada pada masa pertumbuhan baik
fisik maupun mentalnya. Seseorang anak yang mengalami kekerasan jika
penanganannya tidak tepat maka ia akan mengalami cacat tetap yang bukan
pada fisik saja tetapi juga pada mental dan emosinya. Kecacatan mental dan
emosi inilah yang akan merubah hidupnya dan masa depannya serta akan
dibawanya terus hingga dewasa.
Secara rinci menurut Purnianti (2005) dampak kekerasan terhadap anak
adalah sebagai berikut:
1. Anak menjadi negatif dan agresif serta mudah frustasi
2. Menjadi sangat pasif dan apatis
3. Tidak mempunyai kepribadian sendiri, apa yang dilakukan sepanjang
hidupnya hanyalah memenuhi keinginan orang tuanya (parental
4. Rendah diri
5. Sulit menjalin relasi dengan individu lain
2.6 Respon Korban Tindak Kekerasan
Respon korban tindak kekerasan sangat tergantung pada tingkat
perkembangan korban pada saat terjadi tindak kekerasan tersebut. Bila tindak
kekerasan itu pada orang dewasa, biasanya sudah berlangsung lama dan
mereka memiliki banyak hambatan psikis.
Respon korban terhadap tindak kekerasan perlu dikaji dengan memperhatikan
tahap perkembangan individu dan proses adaptasi terhadap tindak kekerasan,
yang dikenal dengan sindroma trauma tindak kekerasan. Korban tindak
kekerasan atau korban serangan dengan ancaman akan mengalami ketidak
seimbangan internal dan eksternal sebagai akibat situasi yang mengancam
kehidupan dan menimbulkan perasaan takut serta tidak berdaya yang luar
biasa. Respon korban tindak kekerasan dapat ditinjau dari respons fisik,
respons biologik, respons psikologik, respons perilaku, respons interpersonal ,
dan respons sebagaimana dikemukakan oleh Boyd dan Nihart (dalam Yani,
2004), sebagai berikut:
1. Respon Fisik
Korban tindak kekerasan menderita sejumlah konsekuensi fisik dari yang
ringan hingga berat. Cidera ringan bisa hanya abrasi atau lecet pada
kepala, leher, muka, torso dan alat pergerakan. Cidera berat merupakan
trauma ganda, fraktur yang parah, laserasi, dan cidera bagian dalam
pukulan pada kepala. Korban penganiayaan seksual dapat mengalami
trauma pada vagina dan perineum yang sampai memerlukan tindakan
pembedahan. Kekerasan fisik atau seksual dapat mengakibatkan trauma
kepala yang menimbulkan perubahan dalam kemampuan berfikir, efek,
motivasi, dan perilaku.
2. Respons Biologik
Depresi merupakan salah satu respon yang paling sering terjadi akibat
penganiayaan. Depresi berdasarkan gangguan yang bersifat biologik
sebagai pengaruh dari stress kronik terhadap neurotransmitter dan sistem
neuroendokrin. Sebagian besar jenis penganiayaan merupakan bentuk
ekstrim dari stres yang kronik.
3. Respons Psikologik
Respons psikologik terdiri dari harga diri rendah, rasa bersalah dan malu
serta marah, yang diuraikan sebagai berikut:
Pertama, harga diri rendah. Penganiayaan mempengaruhi harga diri
korban. Harga diri rendah bisa sebagai akibat langsung dari penganiayaan
fisik atau seksual atau sebagai penyerta penganiayaan psikologik. Kedua,
rasa bersalah dan malu. Perasaan bersalah membuat korban meyakini
bahwa merekalah yang salah dan penyebab terjadinya tindak kekerasan.
Ketiga,marah. Rasa tersinggung dan mudah marah yang kronik, perasaan
marah yang tidak terkendalikan, dan kesulitan untuk mengekspresikan
4. Respons Perilaku
Perempuan yang pernah mengalami penganiayaan, terutama penganiayaan
seksual pada masa kanak-kanak, seringkali menjadi peminum alkohol atau
penyalahgunaan zat aditif lainnya. Menurut Miller dan Downs (dalam
Hermawan, 2003), perempuan peminum alkohol dan obat lain, dua
setengah kali lebih banyak yang melaporkan bahwa mereka pernah
dianiaya secara seksual ketika kanak-kanak dibandingkan yang tidak
menggunakan alkohol.
5. Respons Interpersonal
Sebagai akibat penganiayaan yang sering dilakukan oleh keluarga dekat
bahkan orangtua yang seharusnya menyayangi dan melindungi mereka,
maka anak-anak korban penganiayaan akan tumbuh sebagai orang dewasa
yang sulit untuk menjalin hubungan rasa percaya dan intim. Anak yang
mengalami kekerasan akan cenderung merasa kurang percaya diri di masa
dewasanya.
6. Respons Ekonomi
Perilaku kekerasan secara ekonomi dengan melarang pasangan untuk
bekerja atau mencampuri pekerjaan pasangan, menolak memberikan uang
atau mengambil uang, serta mengurangi jatah belanja bulanan merupakan
contoh konkrit bentuk kekerasan ekonomi. Sebagai akibat terhadap
tindakan tersebut secara langsung ataupun tidak, kondisi ini membuat sang
istri atau pasangan merasa terintimidasi terhadap adanya perilaku tindak
kekerasan ekonomi yang dialaminya, dan dapat membentuk terhadap
Pada anak-anak, kekerasan jenis ini sering terjadi ketika orang tua
memaksa anak yang masih berusia di bawah umur untuk dapat
memberikan kontribusi ekonomi keluarga. Sehingga memberikan tekanan
mental yang buruk kepada anak, anak menjadi murung, iri hati, dan
minder dalam bergaul dengan teman-temannya.
2.7 Hubungan Kekerasan dalam Rumahtangga yang Dilakukan oleh Suami terhadap Istri dengan Kekerasan Ibu terhadap Anaknya
Kekerasan dalam rumahtangga menurut Undang-undang RI No. 23 Tahun
2004 tentang KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologis, atau penelantaran rumahtangga, termasuk ancaman
untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan
secara melawan hukum dalam lingkup rumahtangga.
Tindakan kekerasan terhadap istri dalam rumahtangga merupakan salah satu
bentuk kekerasan yang seringkali terjadi pada perempuan dan terjadi di balik
pintu tertutup. Tindakan ini seringkali dikaitkan dengan penyiksaan, baik fisik
maupun psikis yang dilakukan oleh orang yang mempunyai hubungan yang
dekat. Tindak kekerasan terhadap istri dalam rumahtangga terjadi
dikarenakan lelaki lebih berkuasa dibandingkan dengan perempuan, sehingga
laki-laki seolah-olah dibenarkan untuk menguasai dan mengontrol perempuan
karena perempuan dianggap lemah, sedangkan laki-laki lebih kuat. Sesuai
dengan yang dinyatakan Sciortino dan Smyth 1997; Suara APIK 1997, bahwa
menguasai atau memukul istri sebenarnya merupakan manifestasi dari sifat
Kecenderungan tindak kekerasan dalam rumahtangga terjadi karena faktor
dukungan sosial dan kultur (budaya) dimana istri dipersepsikan sebagai orang
nomor dua dan bisa diperlakukan dengan cara apa saja. Hal ini muncul karena
transformasi pengetahuan yang diperoleh dari masa lalu, istri harus mengikuti
kata suami, bila istri mendebat dipukul. Kultur di masyarakat menganggap
suami lebih dominan pada istri dan tindak kekerasan dalam rumahtangga
dianggap masalah privasi, masyarakat tidak boleh ikut campur (Saputri,
2008).
Akibat dari tindakan kekerasan tersebut juga dapat berdampak negatif
terhadap anak. Kekerasan ibu terhadap anak sering terjadi sebagai akibat dari
perlakuan buruk suami terhadap istri. Istri merasa dilecehkan oleh suami,
sehingga melampiaskannya kepada anak. Kekerasan terhadap anak dapat
berupa serangan pada bagian tubuh, kekerasan berupa komunikasi berisi
penghinaan, membuat malu dan menakut-nakuti, sehingga kekerasan
berakibat pada kegagalan anak. Kekerasan pada anak bukan hanya berupa
deraan fisik saja, tapi juga hal lain yang dapat melukai perasaan atau mental
anak (Saputri, 2008).
Sedangkan menurut Ciciek, (2005) menyatakan bahwa kekerasan terhadap
anak merupakan fenomena yang sering dilakukan oleh orang-orang terdekat
anak, yaitu kekerasan berupa ancaman yang berpotensi mengakibatkan
kematian, trauma, dan hal hal yang berbahaya. Tindakan yang dilakukan
mencakup fisik, psikologis, emosional, neglect dan komersialisasi yang
(a) Physical Abuse
Physical abuse, terjadi ketika orang tua sebagai pengasuh dan pelindung
anak memukul anak (ketika anak sebenarnya memerlukan perhatian).
Pukulan akan diingat anak jika kekerasan fisik itu berlangsung dalam
periode tertentu. Kekerasan yang dilakukan seseorang berupa melukai
bagian tubuh anak.
(b) Emotional Abuse
Emotional abuse terjadi ketika orang tua atau pengasuh dan pelindung
anak tidak memberikan perhatian terhadap anak. Walaupun orang tua
mengetahui anaknya meminta perhatian, namun orang tua tetap
mengabaikan anaknya. Misalnya Ia membiarkan anaknya basah atau lapar
karena ibu terlalu sibuk atau tidak ingin diganggu pada waktu itu.
Kebutuhan anak adalah untuk dipeluk atau dilindungi. Apabila tindak
kekerasan seperti ini terjadi secara terus menerus, menyebabkan anak
akan mengingat semua kekerasan emosional jika kekerasan itu
berlangsung konsisten. Pada umumnya orang tua yang secara emosional
berlaku keji pada anaknya akan terus-menerus melakukan hal sama
sepanjang kehidupan anak itu, biasanya berupa perilaku verbal dimana
pelaku melakukan pola komunikasi yang berisi penghinaan, ataupun
kata-kata yang melecehkan anak. Pelaku melakukan tindakan mental abuse,
menyalahkan, melabeli, atau juga mengkambing hitamkan.
(c)Neglectatau Pengabaian
Pengabaian di sini dalam artian anak tidak mendapatkan perlindungan
sekitarnya. Pengabaian bisa terjadi baik secara sengaja maupun tidak di
sengaja, yaitu orangtua mengabaikan dalam perawatan anak, gagal
menciptakan lingkungan yang aman dan gagal memenuhi kebutuhan
dasar anak dengan baik. Pada umumnya, tanda-tanda pengabaian tersebut
yaitu seperti ibu membiarkan pakian anak yang kotor dan tidak sesuai
dengan ukuran,hygieneburuk, tanda-tanda malnutrisi (tubuh kurus, perut
buncit dll), lesu dan lelah, dan isolasi sosial.
(d) Komersialisasi
Kekerasan tipe ini merupakan kekerasan dimana orangtua dengan sengaja
memforsir tenaga anak untuk dapat menghasilkan uang dengan
sebanyak-banyaknya, yaitu dengan cara memaksa anak melakukan pekerjaan yang
keuntungannya hanya sedikit dirasakan oleh anak dan bahkan tidak sama
sekali. Tipe kekerasan ini merupakan unsur pengambilan keuntungan
materi secara sepihak oleh pelaku kekerasan terhadap korban, baik secara
sengaja maupun tidak sengaja.
2.8 Kerangka Teori
Kekerasan yang dilakukan suami kepada istri dapat terjadi dalam bentuk
kekerasan fisik seperti pemukulan, penganiayaan, dan lain sebagainya.
Kekerasan psikis juga dilakukan dengan tindakan penyiksaan secara verbal
(seperti menghina, berkata kasar, dan kotor) yang mengakibatkan
menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan rasa takut, hilangnya
kemampuan untuk bertindak dan tidak berdaya. Kekerasan seksual dilakukan
dengan perbuatan memaksa istri untuk melakukan hubungan seksual dengan
yang melakukan kekerasan kepada anak. Contoh kasus perilaku tersebut
adalah orangtua yang menyetrika kaki, menyiram dengan air panas,
pemerkosaan terhadap anak kandung atau anak tiri oleh sang Bapak, dan juga
pemukulan dan bahkan pembunuhan (Susilowati, 2008).
Adapun kekerasan ekonomi dilakukan dengan membatasi istri untuk bekerja
di dalam atau di luar rumah untuk menghasilkan uang dan barang, atau
sebaliknya membiarkan istri yang bekerja untuk dieksploitasi, sementara si
suami tidak memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Semua bentuk
kekerasan tersebut akan berdampak pada masalah-masalah relasional,
emosional, kognisi, dan perilaku dengan menyimpan trauma atau dendam
untuk melakukan kekerasan kepada orang lain termasuk anaknya (Susilowati,
2008). Keseluruh teori tersebut dirangkum dalam bentuk kerangka
variabel-variabel teori berikut ini:
Skema Kerangka Pikir
Gambar 1. Kerangka Teori Kekerasan Suami terhadap Istri
1. Kekerasan Fisik 2. Kekerasan Psikis 3. Kekerasan Seksual 4. Kekerasan Ekonomi
Kekerasan Istri terhadap Anak
1. Physical Abuse 2. Emotional Abuse
3. Neglectatau Pengabaian
2.9 Hipotesis
Hipotesis merupakan kesimpulan sementara yang harus dibuktikan
kebenarannya atau dapat dikatakan proposisi tentatif tentang hubungan antara
dua variabel atau lebih (Masyhuri dan Zainuddin, 2008). Berdasarkan
kerangka pikir di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Ada hubungan kekerasan dalam rumahtangga yang dilakukan suami pada
istri dengan perilaku kekerasan ibu pada anak di Wilayah Kelurahan
Kaliawi Kecamatan Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung”.
2. Tidak ada hubungan kekerasan dalam rumahtangga yang dilakukan suami
pada istri dengan perilaku kekerasan ibu pada anak di Wilayah Kelurahan
3.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah eksplanatori (explanatory research) yakni tipe
penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui
pengujian hipotesis. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional,
yaitu pengambilan data (berasal dari variabel independen dan variabel
dependen) yang dilakukan secara bersamaan. Penelitian eksplanatori meliputi
pengumpulan data dalam rangka pengujian hipotesis atau menjawab
pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari
pokok suatu penelitian (Istijanto, 2005).
3.2 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel
1. Definisi Konseptual
Definisi konseptual merupakan pemaknaan dari konsep yang digunakan
sehingga memudahkan peneliti untuk mengoperasikan konsep tersebut di
lapangan (Singarimbun dan Effendi, 1995). Definisi konseptual dan
operasional variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Kekerasan Suami terhadap Isteri
Segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap
istri yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis, seksual, dan
dalam rumahtangga. Adapun operasionalisasi dari definisi tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Kekerasan Fisik
Suatu tindakan kekerasan, seperti memukul, menendang, dan
lain-lain yang mengakibatkan luka, rasa sakit, atau cacat pada tubuh
istri hingga menyebabkan kematian.
2) Kekerasan Psikis
Suatu tindakan penyiksaan secara verbal (seperti menghina,
berkata kasar dan kotor) yang mengakibatkan menurunnya rasa
percaya diri, meningkatkan rasa takut, hilangnya kemampuan
untuk bertindak dan tidak berdaya.
3) Kekerasan Seksual
Suatu perbuatan yang berhubungan dengan memaksa istri untuk
melakukan hubungan seksual dengan cara-cara yang tidak wajar
atau bahkan tidak memenuhi kebutuhan seksual istri.
4) Kekerasan Ekonomi
Suatu tindakan yang membatasi istri untuk bekerja di dalam atau
di luar rumah untuk menghasilkan uang dan barang, atau
sebaliknya memaksa istri bekerja untuk dieksploitasi, sementara si
suami tidak memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
b. Kekerasan Istri terhadap Anak
Kekerasan terhadap anak dapat berupa serangan pada bagian tubuh,
kekerasan berupa komunikasi berisi penghinaan, membuat malu dan
Kekerasan pada anak bukan hanya berupa deraan fisik saja, tapi juga
hal lain yang dapat melukai perasaan dan mental anak. Kekerasan
terhadap anak merupakan fenomena yang sering dilakukan oleh
orang-orang terdekat anak, yaitu kekerasan berupa ancaman yang
berpotensi mengakibatkan kematian, trauma, dan hal-hal yang
berbahaya. Tindakan yang dilakukan mencakup fisik, psikologis,
emosional, dan seksual yang dilakukan oleh orang tua (ibu). Adapun
operasionalisasi dari definisi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Physical Abuse
Physical abuse merupakan perbuatan atau tindakan ibu terhadap
anaknya dengan cara menganiaya atau memukuli anak (ketika
anak sebenarnya memerlukan perhatian). Adapun kekerasan yang
dilakukan ibu adalah berupa melukai bagian tubuh anak.
2) Emotional Abuse
Emotional abuseadalah perbuatan atau tindakan ibu dengan tidak
memberikan perhatian terhadap anak, seperti mengabaikan anak
yang ingin dipeluk atau dilindungi oleh ibu. Walaupun ibu
mengetahui anaknya meminta perhatian, namun ibu tetap
mengabaikan anaknya.
3) Neglectatau Pengabaian
Dalam artian anak tidak mendapatkan perlindungan ataupun
perhatian dari ibunya serta orang di lingkungan sekitarnya.
Perbuatan ini lebih mengarah terhadap perilaku ibu yang
lingkungan yang aman dan gagal memenuhi kebutuhan dasar anak
dengan baik.
4) Komersialisasi
Yaitu dengan cara memaksa anak melakukan pekerjaan yang
keuntungannya hanya sedikit dirasakan oleh anak dan bahkan
tidak sama sekali. Tipe kekerasan ini merupakan unsur
pengambilan keuntungan materi secara sepihak oleh ibu terhadap
anaknya, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
3.3 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Notoatmodjo, 2002).
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah istri yang mempunyai suami
dan anak, pernah mengalami KDRT selama empat tahun terakhir
(2008-2011) yang tinggal di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjung
Karang Pusat Bandar Lampung. Berdasarkan data dari Polresta setempat,
didapati jumlah keluarga yang melaporkan tindak kekerasan dalam
rumahtangganya selama empat tahun terakhir yaitu sebanyak 47 Kepala
Keluarga (Polresta Bandar Lampung, 2011).
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari subjek penelitian (populasi) yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2002). Sampel dalam penelitian ini diambil dengan metode
total sampling yaitu dengan melakukan wawancara terhadap ibu yang
mempunyai suami dan anak yang pernah mengalami KDRT di Wilayah
Adapun jumlah sampel berdasarkan banyaknya rumahtangga yang
melaporkan tindak kekerasan dalam rumahtangganya kepada Polresta
setempat selama empat tahun terakhir (2008-2011) yaitu berjumlah 47
Kepala Keluarga (Polresta Bandar Lampung, 2011).
3.4 Metode Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Penggunaan kuesioner atau angket digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dengan menggunakan daftar pertanyaan. Teknik
ini digunakan untuk mendapatkan data primer yang diarahkan pada
masalah yang diteliti. Kuesioner disebarkan atau diberikan pada orang tua
(ibu) yang berdomisili di Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjung Karang
Pusat Bandar Lampung.
2. Wawancara
Suatu percakapan yang diarahkan pada masalah yang diteliti. Hal ini
merupakan proses tanyajawab lisan dimana dua orang atau lebih
berhadapan secara fisik. Wawancara ini dilakukan pada orang tua (ibu)
yang berdomisili di Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjung Karang Pusat
Bandar Lampung.
3. Observasi
Suatu studi yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan.
Metode ini digunakan untuk mengamati keadaan responden yang tidak
secara mudah dapat ditangkap melalui metode wawancara dan kuesioner.
Dari sini dapat diketahui keadaan sebenarnya dari kegiatan sehari-hari
4. Studi Kepustakaan
Teknik pengumpulan data ini dilakukan untuk mendapatkan litelatur yang
dapat mendukung dan memberikan informasi bagi pelaksanaan penelitian
ini, seperti buku-buku atau arsip-arsip yang terkait dengan kegiatan
penelitian.
3.5 Analisis Data
Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), analisis data merupakan
penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan sesuai dengan tipe penelitian yang digunakan. Analisis ini
diambil dari data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner, wawancara,
observasi, dan studi kepustakaan yang didapat dari penelitian. Setelah semua
data diolah, data kemudian disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan
analisisnya. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan
perhitungan-perhitungan statistika deskriptif, kemudian diinterpretasikan dengan
menggunakan susunan kata, dan kalimat bermakna secara sistematis sebagai
jawaban atas permasalahan yang diteliti.
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, uji statistik yang digunakan
adalah nonparametrik, yakni korelasi “Rank Spearman” yang dimaksudkan
untuk melihat hubungan antara kekerasan dalam rumahtangga yang dilakukan
suami pada istri dengan perilaku kekerasan ibu pada anak. Uji ini dipilih
dengan pertimbangan bahwa kedua variabel penelitan skala pengukurannya
Rumus korelasi “Rank Spearman” yang digunakan dalam hal ini adalah
sebagai berikut:
Keterangan:
Pxy : Korelasi rho
N : Jumlah kasus atau sampel
D : Selisih ranking antara variabel X dan Y untuk tiap subyek
1&6 : Angka konstant ) 1 (
. 6
1 2
2
N N
D
xy
5.1 Identitas Responden
Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah
Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung, yang
melaporkan tindak kekerasan dalam rumahtangganya selama empat tahun
terakhir ini yaitu sebanyak 47 Kepala Keluarga (data tersebut didapatkan dari
Polresta Bandar Lampung tahun 2011). Penentuan responden yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Total Sampling, dimana
seluruh anggota populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Dari
keseluruhan responden, diketahui karakteristik secara demografis seperti usia,
pendidikan dan jenis mata pencaharian kepala keluarga, distribusi datanya
terlihat seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Ibu yang Mengalami KDRT di Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung menurut Tingkat Pendidikan, Tahun 2012
No Pendidikan Jumlah Persentase
1 Tamat SD 13 27,7
2 Tamat SMP 17 36,2
3 Tamat SMA 17 36,2
Total 47 100,0
Sumber: Data Primer, Juni 2012
Pada Tabel 4 terlihat distribusi tingkat pendidikan responden, dimana
responden yang tamat SMP sebanyak 36,2 persen, dan responden yang tamat
SMA sebanyak 36,2 persen. Data tersebut menunjukkan bahwa responden
yang berpendidikan SMP dan SMA memiliki persentase yang sama. Adapun
karakteristik responden berdasarkan usia adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Jumlah Ibu yang Mengalami KDRT di Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung menurut Usia, Tahun 2012
Data di atas menunjukkan bahwa, responden yang berusia antara 21-27 tahun
berjumlah sebanyak 25,5 persen, responden yang berusia 28-34 tahun
sebanyak 55,3 persen, dan responden yang berusia antara 35-42 tahun
sebanyak 19,1 persen. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah responden
yang memiliki usia antara 28-34 tahun memiliki proporsi yang paling banyak
mengalami kekerasan dalam rumahtangga. Disebabkan pada usia tersebut
responden masih labil dalam membina keutuhan rumahtangganya, adanya
kebosanan dengan permasalahan-permasalahan baru yang semakin
bertambah, adanya tuntutan terhadap suami dalam pemenuhan kebutuhan
yang semakin bertambah.
Untuk mengetahui terhadap kegiatan sehari-hari kepala keluarga responden,
yaitu peneliti juga melakukan penelitian terhadap pekerjaan atau mata
ini adalah jenis kegiatan kepala keluarga untuk mendapatkan pendapatan
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Jenis mata
pencaharian yang didapat sangat berpengaruh pada latar belakang pendidikan
yang dimiliki. Berdasarkan penelitian, kepala keluarga yang berada di
Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung
sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai buruh, hal ini dapat
disebabkan oleh latar belakang pendidikan yang rendah. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jenis Mata Pencaharian Kepala Keluarga dari Responden
Penelitian di Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung, Tahun 2012
5 Pegawai Negeri Sipil 2 4,3
6 Fotografer 1 2,1
Pada Tabel 6 dapat dilihat sebagian besar dari responden yaitu sebanyak 17
KK atau 36,2% bekerja sebagai buruh, dan sisa responden lainnya memiliki
mata pencaharian yang beragam tetapi hanya 2 KK atau 4,3% yang memiliki
mata pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil. Banyaknya responden yang
pendidikan yang rendah sehingga sulit untuk bersaing dalam mendapatkan
mata pencaharian pada sektor formal.
5.2 Kekerasan dalam Rumahtangga yang Dilakukan Suami pada Istri
Kekerasan dalam rumahtangga adalah segala bentuk tindak kekerasan yang
dilakukan oleh suami terhadap istri yang berakibat menyakiti baik secara fisik
maupun hati. Tindak kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri dalam
rumahtangga merupakan salah satu bentuk kekerasan yang seringkali terjadi
pada perempuan dan terjadi di balik pintu tertutup. Tindakan ini seringkali
dikaitkan dengan penyiksaan, baik fisik maupun psikis yang dilakukan oleh
orang yang mempunyai hubungan yang dekat. Adapun dalam penelitian ini,
dapat digambarkan tindak kekerasan dalam rumahtangga yang dilakukan
suami kepada istri meliputi tindak kekerasan secara fisik, psikis, seksual, dan
ekonomi.
Tabel 7. Tindakan Kekerasan dalam Rumahtangga yang Dilakukan Suami Kepada Istri di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung dalam Enam Bulan
Terakhir
Tabel 7 menjelaskan gambaran kekerasan dalam rumahtangga yang dilakukan
suami kepada istri di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang
Pusat Bandar Lampung. Sebanyak sebelas responden atau 23,4% menyatakan
tigapuluh enam responden atau 76,6% menyatakan bahwa suami pernah
melakukan tindak kekerasan dalam rumahtangganya.
Pada penelitian ini bentuk kekerasan suami terhadap istri dibedakan menjadi
4 (empat) macam, yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual,
dan kekerasan ekonomi. Masing-masing bentuk kekerasan tersebut
ditanyakan kepada responden melalui kuesioner yang sudah disebarkan.
Untuk bentuk kekerasan fisik terdiri dari 5 pertanyaan, bentuk kekerasan
psikis terdiri dari 5 pertanyaan, kekerasan seksual terdiri dari 4 pertanyaan,
dan kekerasan ekonomi terdiri dari 3 pertanyaan. Adapun informasi yang
diperoleh dari hasil penelitian yang berkaitan dengan kekerasan suami
terhadap istri berdasarkan masing-masing bentuk kekerasan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik merupakan suatu tindakan kekerasan, seperti memukul,
menendang, dan lain-lain yang mengakibatkan luka, rasa sakit, atau cacat
pada tubuh istri, bahkan hingga menyebabkan kematian. Untuk
mengetahui jawaban responden dari masing-masing pertanyaan tentang
kekerasan fisik yang terdiri dari 5 pertanyaan, informasinya adalah sebagai
berikut:
a. Kekerasan Fisik yang Dilakukan Suami dalam Waktu 6 Bulan Terakhir
Suami yang selalu melakukan tindakan kekerasan fisik terhadap istri
akan berdampak buruk pula terhadap kondisi psikologis istri.
dalam bentuk perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit,
atau luka berat. Prilaku kekerasan yang termasuk dalam golongan ini
antara lain adalah menampar, memukul, meludahi, menarik rambut
(menjambak), menendang, menyulut dengan rokok, memukul/melukai
dengan senjata, dan sebagainya. Biasanya perlakuan ini akan nampak
seperti bilur-bilur, muka lebam, gigi patah, atau bekas luka lainnya.
Data mengenai kekerasan fisik yang dilakukan suami dalam waktu 6
bulan terakhir ini, dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Tindak Kekerasan Fisik oleh Suami kepada Istri dalam Enam Bulan Terakhir di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung
No Jawaban Jumlah Persentase
1 Pernah 32 68.1
2 Tidak pernah 15 31.9
Total 47 100,0
Sumber: Data Primer, Juni 2012
Dari Tabel 8 di atas, terdapat tigapuluh dua responden yang pernah
mengalami kekerasan fisik atau 68,1 persen, sedangkan limabelas
responden lainnya atau sebesar 31,9 persen tidak pernah mengalami
kekerasan fisik. Dengan demikian secara persentase responden yang
pernah mengalami kekerasan fisik lebih banyak dibandingkan
responden yang tidak pernah mengalami kekerasan fisik. Kekerasan
fisik yang dilakukan biasanya dalam bentuk tindakan seperti memukul,
menendang, dan lain-lain yang mengakibatkan luka, rasa sakit, atau