1 1.1. Latar Belakang Penelitian Kerja Praktek
Universitas Komputer Indonesia merupakan salah satu perguruan tinggi swasta
yang berbasis IT. UNIKOM merupakan kampus yang berprestasi yang dapat
menghasilkan para ahli yang tidak dimiliki perguruan tinggi lainnya yang dapat
bersaing didunia kerja.
UNIKOM sendiri memiliki beberapa fakultas salah satunya adalah Fakultas
Ekonomi yang memilki beberapa program studi salah satunya Program Studi
Manajemen, untuk menghasilkan lulusan yang baik dan siap terjun dalam dunia
pekerjaan, UNIKOM melalui program studi manajemen melaksanakan kerja praktek
yang dimasukkan ke dalam mata kuliah wajib.
Adapun pelaksanaan kerja praktek tidak mengganggu perkuliahan, penulis
melaksanakan kerja praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya. Dimana
KPP Majalaya ini merupakan tempat atau sarana bagi masyarakat Indonesia untuk
memperoleh pelayanan yang berhubungan dengan pajak, tempat pembayaran pajak
bagi wajib pajak. Dengan tujuan menghimpun penerimaan pajak guna membiayai
Selama pelaksanaan kerja praktek penulis ditempatkan di bagian
ekstensifikasi, tugas- tugas yang diberikan oleh kepala seksi selama melakukan kerja
praktek antar lain, mendata surat himbauan yang akan dikirimkan kepada wajib pajak,
menyusun laporan rencana penerimaan dan realisasi pajak dari tahun ke tahun.
Tujuan menyusun laporan rencana penerimaan ini adalah untuk mengetahui langkah
apa yang harus dilakukan Direktorat Jenderal Pajak agar bisa menghimpun
penerimaan pajak sesuai rencana penerimaan yang telah dibuat. Rencana ini dibuat
bertujuan untuk meningkatkan penerimaan pajak.
Penerimaan pajak ini diharapkan membantu negara dalam melaksanakan
pembangunan di segala bidang kehidupan.
Pembangunan merupakan kegiatan penting bagi seluruh negara di dunia,
selain demi meningkatkan kesejahteraan warganya pembangunan tersebut juga dapat
menentukan apakah negara tersebut telah mengalami perkembangan, khususnya pada
negara-negara yang sedang berkembang dan sedang giat melakukan pembangunan di
segala bidang guna mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Melaksanakan pembangunan sudah tentu akan menghabiskan biaya yang
tidak sedikit terhadap kas negara. Oleh sebab itu, diperlukan adanya penerimaan bagi
negara untuk membiayai segala pengeluarannya dan memajukan pembangunan.
Penerimaan yang didapat selain untuk meningkatkan pembiayaan
pembangunan juga untuk memantapkan kestabilan ekonomi, pemerataan pendapatan
tersebut maka usaha yang dilakukan untuk meningkatkan penerimaan selain dari
sektor migas dan non migas adalah melalui sektor perpajakan.
Sektor perpajakan merupakan sumber penerimaan negara yang sangat
potensial, dimana pajak merupakan wujud nyata partisipasi masyarakat dalam proses
pembangunan sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan rasa tanggung jawab
masyarakat terhadap pembangunan.
Pajak itu sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu Pajak Pusat dan Pajak
Daerah. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan dikelola
oleh Direktorat Jenderal Pajak. Penerimaannya masuk ke APBN. Pajak Pusat terdiri
dari Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan atau Bangunan (BPHTB), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Bea Materai. Sedangkan Pajak Daerah
adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan dikelola oleh Dinas
Pendapatan Daerah. Hasil penerimaannya masuk ke APBD. Jenis Pajak Daerah
antara lain Pajak Propinsi dan Pajak Kebupaten/Kota.
Dalam rangka mengamankan dan meningkatkan penerimaan negara dari Pajak
Pusat yang akan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan, diperlukan peran aktif dari seluruh masyarakat.
Peran aktif masyarakat disini diartikan bahwa seluruh masyarakat Indonesia
diwajibkan untuk membayar pajak atas fasilitas yang mereka miliki dan mereka
rasakan. Contoh dari fasilitas itu sendiri adalah bangunan yang dijadikan tempat
Tetapi dalam faktanya masih banyak masyarakat yang belum disiplin untuk
membayar pajak atas bangunan yang mereka jadikan tempat tinggal, hal ini
mengakibatkan penerimaan pajak tidak mengalami kemajuan yang positif, sedangkan
pembangunan negara harus terus berjalan.
Hal ini jelas sekali menghambat tujuan departemen keuangan melalui
direktorat jenderal pajak untuk meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
Pada faktanya penerimaan Pajak atas bumi dan bangunan sendiri bertujuan untuk
memajukan pembangunan pusat dan pembangunan di daerah.
Dewasa ini Departemen Keuangan melalui direktorat jenderal pajak telah
mengeluarkan suatu peraturan dimana adanya pembagian penerimaan hasil
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan yang terbagi menjadi dua, yaitu untuk
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hal ini dimaksudkan adanya pemerataan
pembangunan antara pusat dan di daerah.
Adapun didalam peraturan tersebut dijelaskan pula mengenai pembagian hasil
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), alur penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB). Sehingga membuat saya sebagai penulis tertarik untuk membahas
lebih lanjut mengenai pembagian hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
ke dalam sebuah laporan praktek kerja lapangan yang berjudul “Tata Cara
1.2. Tujuan Kerja Praktek
Adapun tujuan dari kerja praktek ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pembagian hasil penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) di KPP Pratama Majalaya.
2. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan hasil penerimaan biaya
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di KPP Pratama Majalaya.
3. Untuk mengetahui hambatan dan solusi yang dilakukan dalam pembagian dan
penggunaan hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di KPP
Pratama Majalaya.
1.3. Kegunaan Kerja Praktek
Kegunaan yang diharapkan penulis dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah :
1. Bagi Penulis
a. Memperoleh pengalaman yang berharga dan bekal pengalaman untuk
mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.
b. Menambah wawasan penulis, terutama pengetahuan yang sebelumnya
tidak pernah didapatkan selama perkuliahan.
c. Mengetahui keadaan lingkungan kerja yang sebenarnya sebagai bahan
2. Bagi Perusahaan
a. Ikut menunjang program akademik, serta membantu pemerintah dalam
menyiapkan tenaga kerja yang berpengalaman di bidangnya.
b. Sebagai upaya untuk membantu menyiapkan tenaga terampil bagi
mahasiswa yang akan terjun ke dunia kerja.
c. Menjalin kerjasama dan saling mengenal antara Instansi kerja dan
pendidikan, sehingga bias dijadikan referensi untuk menyiapkan tenaga
kerja yang lebih maju dan kompetitif.
3. Bagi Pihak Luar
Penelitian dalam Kuliah Kerja Praktek ini diharapkan menjadi sumber
pengetahuan.
1.4. Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Penulis melakukan kerja praktek untuk memperoleh data yang dilaksanakan di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya, yang beralamat di Jalan Peta no. 7
Bandung.
Adapun waktu pelaksanaan kerja praktek yang disetujui terhitung dari tanggal
26 Juli 2010 sampai dengan 26 Agustus 2010. Kerja praktek ini dilakukan setiap hari
Tabel 1.1
Daftar Kegiatan Praktek Kerja Lapangan Di KPP Pratama Majalaya
Bagian Ekstensifikasi
No. Uraian Agustus September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. PelaksanaanKerjaPraktek
2. Pengumpulan Data
3. Bimbingan
4. EvaluasiLaporanKerjaPraktek
8 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan
2.1.1. Sejarah KPP Pratama Majalaya
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya (yang merupakan gabungan
fungsi dari KPP, KP. PBB dan KARIKPA) telah dipersiapkan keberadaannya
sesuai dengan SE-19/PJ/2007 tanggal 13 April 2007 tentang Persiapan
Penerapan Sistem administrasi Perpajakan Moderen Pada Kantor Wilayah DJP
dan Pembentukan KPP Pratama di Seluruh Indonesia Tahun 2007-2008. Semua
ini dilakukan sehubungan dengan adanya reorganisasi di lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
55/PMK.01/2007. Adapun Saat Mulai Beroperasi (SMO) KPP Pratama
Majalaya adalah tanggal 28 Agustus 2007 setelah diresmikan oleh Kepala
Kantor Wilayah DJP Jawa Barat I.
Kantor Pelayanan Pajak Majalaya telah memiliki gedung sendiri (eks.
Karikpa Bandung Satu dan Dua) yang beralamat di Jalan Peta No. 7 Bandung
dan memiliki wilayah administrasi fiskal yang merupakan gabungan dari
beberapa kantor pajak terdahulu, yaitu: KPP Cimahi dan KP. PBB Bandung
Walaupun secara geografis KPP Pratama Majalaya berada di wilayah
Kota Bandung, tetapi wilayah yang ‘dikuasainya’ sejatinya adalah Kabupaten
Bandung. Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat,
Indonesia. Ibukotanya adalah Soreang. Kabupaten ini berbatasan dengan
Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Sumedang di utara,
Kabupaten Garut di timur dan selatan, serta Kabupaten Cianjur di barat dan
selatan.
Pada Tahun 2006, Kabupaten bandung terdiri dari 45 Kecamatan dengan
jumlah desa seluruhnya 431 desa dan 9 kelurahan. Sejak tahun 2007,
berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 2007, kabupaten ini dimekarkan menjadi
Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat (dengan ibukota di
Ngamprah). Adapun wilayah Kabupaten Bandung yang menjadi tanggung jawab
KPP Pratama Majalaya berjumlah 15 kecamatan, antara lain: Kecamatan
Majalaya, Cileunyi dan lain-lain.
Didalam penyusunan monografi fiskal merupakan gambaran umum
mengenai potensi fiskal dari wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya
yang disajikan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dengan segala
aspeknya dalam rangka menentukan arah kebijaksanaan dalam mengambil
keputusan. Sedangkan data sekunder yang dijadikan acuan dalam menyusun
terbitan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung yang bekerjasama dengan
Badan Pembangunan Daerah.
Monografi Fiskal untuk daerah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Majalaya antara lain menggambarkan :
1. Keadaan ekonomi sosial dan hal-hal yang spesifik yang ada di masing-masing
daerah
Sektor sosial ekonomi yang menonjol pada wilayah kerja Kantor
Pelayanan Pajak Majalaya adalah sektor pertanian tanaman pangan (termasuk
perkebunan), peternakan, dan perikanan, hal ini dapat terlihat pada tingkat
masyarakat yang bekerja pada usaha tersebut yang secara rata-rata mengalami
peningkatan.
2. Sektor-sektor usaha yang menonjol dan mempunyai potensi perpajakan
Sektor usaha yang menonjol dan potensial adalah sektor industri
pengolahan, baik industri besar maupun sedang, misalnya: industri garment dan
lain-lain, disamping sektor lainnya, seperti sektor perdagangan, sektor
perhubungan, sektor komunikasi, sektor pariwisata, sektor peternakan dan
3. Sektor-sektor Strategis dari wilayah yang bersangkutan
Potensi ekonomi di wilayah Kabupaten Bandung sebagaimana yang
nampak dibeberapa wilayah kota kecamatan, mempunyai nilai strategis yang
menunjang adalah, sektor peternakan, sektor pariwisata, sektor komunikasi,
sektor perdagangan dan sektor industri serta sektor jasa konstruksi
bangunan/properti.
4. Potensi yang masih dapat digali dan kendala untuk menggali potensi yang ada
Potensi ekonomi di wilayah Kabupaten Bandung sebagaimana yang
nampak dibeberapa wilayah kota kecamatan, potensi fiskal yang dapat digali
adalah sektor perdagangan, sektor peternakan, sektor perikanan, dan sektor
pariwisata.
Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian
Kabupaten Bandung. Sektor ini (dahulu pernah) merupakan penyumbang
terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten Bandung. Guna meningkatkan penerimaan pajak (seperti PPN, PPh,
PBB dan BPHTB) diwilayah administrasi fiskal Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Majalaya, kami berusaha ‘membedah’ seluruh aspek ekstensifikasi dan
intensifikasi melalui rekomendasi-rekomendasi dalam mengidentifikasi dan
2.1.2. Geografis
Peta wilayah yang menjadi wewenang administrasi fiskal Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Majalaya berbeda dengan luas wilayah administrasi
Kabupaten Bandung yang meliputi 15 kecamatan dari 30 kecamatan (sesuai
dengan UU Nomor 12 Tahun 2007 tentang pemekaran di Kabupaten Bandung
Barat).
Batas-batas wilayah Kabupaten Bandung :
Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat,
Indonesia. Ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis umum letak Kabupaten
Bandung berada pada 6°,41’ – 7°,19’ Lintang Selatan dan diantara107°22’ –
108°5’ Bujur Timur dengan luas wilayah 176.239 ha. Batas Utara Kabupaten
Bandung Barat; Sebelah Timur Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut;
Sebelah Selatan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur sebelah Barat
Kabupaten Bandung Barat; di bagian Tengah Kota Bandung dan Kota Cimahi.
Kabupaten Bandung terdiri atas 30 kecamatan, 266 Desa dan 9 Kelurahan.
Adapun untuk wilayah kerja KPP Pratama Majalaya,adalah: Batas Utara
Kabupaten Subang, Wilayah KPP Pratama Cimahi (Lembang, Parongpong dsb.)
Garut; sebelah Selatan Kabupaten Garut; sebelah Barat Kota Bandung dan
Wilayah KPP Pratama Soreang (Pangalengan, Banjaran dsb.).
Keadaan Fisik Kabupaten Bandung (Wilayah KPP Pratama Majalaya):
a. Kabupaten Bandung Bagian Utara, merupakan gabungan variasi antara
dataran tinggi yang terdiri dari pegunungan atau bukit-bukit dan dataran
rendah yang pada umumnya digunakan sebagai areal perumahan,
persawahan, perkebunan.
b. Kabupaten Bandung Bagian Tengah, merupakan daerah yang cenderung
stabil walaupun posisi bagian ini lebih rendah diantara lainnya. Sungai
Citarum yang membelah bagian ini pernah menjadikan sektor industri
(garment/tekstil) tumbuh dan berkembang.
c. Kabupaten Bandung Bagian Timur, merupakan dataran tinggi yang
didominasi oleh bukit-bukit yang memiliki potensi dan nilai strategis bagi
sektor perdagangan dan jasa karena bagian ini dilalui oleh jalan raya lintas
propinsi.
d. Kabupaten Bandung Bagian Barat, merupakan dataran rendah yang banyak
daerahnya dipakai untuk membangun sarana perumahan (nilai tambah bagi
sektor jasa konstruksi) karena aksesnya yang mudah dijangkau dari Kota
Bandung serta bernilai strategis bagi sektor perikanan.
e. Kabupaten Bandung Bagian Selatan, merupakan daerah yang didominasi
bagian ini adalah perkebunan, lebih spesifik lagi yaitu perkebunan teh –
karena berbatasan langsung dengan Kecamatan Pangalengan (Wilayah KPP
Pratama Soreang). Di samping itu, sektor peternakan (yang menghasilkan
susu sapi) juga menjadi andalan masyarakat di bagian ini. Semua itu
tercermin dengan adanya komunitas resmi yang bernama Koperasi
Pengusaha Susu Bandung Selatan (KPBS).
Wilayah pemerintahan Kabupaten Bandung sesuai data tahun 2007
meliputi 15 kecamatan terdiri dari 134 desa/kelurahan, yaitu :
1. Wilayah Selatan, meliputi:
- Kecamatan Kertasari;
- Kecamatan Pacet;
- Kecataman Ibun.
2. Wilayah Tengah, meliputi:
- Kecamatan Majalaya;
- Kecamatan Solokanjeruk.
3. Wilayah Utara, meliputi:
- Kecamatan Cimenyan;
- Kecamatan Cilengkrang;
- Kecamatan Cileunyi;
4. Wilayah Timur, meliputi:
- Kecamatan Nagreg;
- Kecamatan Cicalengka;
- Kecamatan Cikancung;
- Kecamatan Paseh.
5. Wilayah Barat, meliputi:
- Kecamatan Bojongsoang;
- Kecamatan Ciparay.
2.1.3. Gambaran Sektor Usaha
Seperti telah digambarkan dalam Monografi Fiskal KPP Pratama
Majalaya yang disusun tahun 2008, sektor usaha yang menonjol dan potensial
untuk wilayah Kabupaten Bandung ada 3 (tiga) kelompok dan dapat
digambarkan/dijelaskan sebagai berikut:
1. Sektor Perindustrian yang terdiri dari industri besar dan industri sedang
merupakan sektor utama dalam perekonomian Kabupaten Bandung dan
sampai saat ini masih menjadi primadona dalam kaitannya dengan
penerimaan pajak karena merupakan penyumbang terbesar dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Bandung. Sektor ini didominasi oleh
industri tekstil disusul oleh industri pakaian jadi dan industri makanan dan
2. Posisi kedua ditempati oleh sektor perdagangan baik besar atau eceran. Hal
ini berbanding lurus dengan tingkat perekonomian masyarakat yang
cenderung meningkat seiring dengan pertambahan populasi dan
pertumbuhan jasa konstruksi (properti). Pertumbuhan yang cukup signifikan
pada sektor ini juga mengakibatkan tingkat konsumsi untuk listrik, gas dan
air meningkat.
3. Sektor jasa (usaha persewaan), real estat dan perbankan (keuangan) adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari perputaran cepat arus kas (cash flow)
seiring pesatnya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bandung.
2.1.4. Visi dan MIsi
Dalam pelaksanaan kegiatan perpajakan Indonesia Direktorat Jenderal
Pajak mempunyai visi dan misi yang dijadikan sebagai dasar penyelenggaraan
perpajakan.
Visi Direktorat Jenderal Pajak
Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi
perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan
Misi Direktorat Jenderal Pajak
Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-Undang
Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang
efektif dan efisien.
2.2. Struktur Organisasi
Dalam suatu perusahaan baik perusahaan kecil maupun besar, struktur organisasi
sangatlah penting, karena struktur organisasi merupakan alur job description dalam
pelaksanaan kerja yang baik dan terarah, serta dapat diketahui batas tanggung jawab
dari suatu pekerjaan.
Pengertian struktur sendiri adalah bagaimana bagian-bagian dari sesuatu
berhubungan satu dengan lain atau bagaimana sesuatu tersebut disatukan. Sedangkan
pengertian organisasi adalah adanya kebutuhan untuk melakukan pembagian kerja
diantara anggotanya dan kemudian melakukan koordinasi diantara berbagai
departemen, unit kerja, atau kelompok-kelompok yang berbeda-beda. Jadi, struktur
organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang
ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional
KPP Pratama Bandung Majalaya yang merupakan suatu organisasi yang besar
senantiasa mengadakan pembaharuan struktur organisasi sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan.
Penulis akan mengemukakan Struktur Organisasi dan uraian tugas di KPP
Pratama Bandung Majalaya. Struktur organisasi KPP Pratama Bandung Majalaya
dibuat dalam bentuk garis komando karena alur dan tanggung jawab secara vertikal,
dimana terdapat satu komando atau pimpinan yang memerintah dari atas sampai ke
bawah. Demikian pula tangga organisasi harus diajukan ke pihak atasan untuk
mendapat penyelesaian. Hal tersebut dapat terlihat pada gambar struktrur organisasi
Kepala Kantor
Pelaksana Pelaksana Pelaksana
Supervisor
Sumber: KPP Pratama Bandung Majalaya
Keterangan: Penempatan pada saat pelaksanaan kerja praktek
K
Gambar.2.1
Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Majalaya Fungsional
Terdapat beberapa kebaikan dan keburukan dalam struktur organisasi di KPP
Pratama Majalaya sebagai berikut:
Kebaikan struktur organisasi di KPP Pratama Majalaya:
- Dibuat dalam bentuk garis komando dan tanggung jawab secara vertikal,
sehingga memudahkan dalam pelaksanaan di lapangan.
- Terdapat satu komando atau pimpinan yang memerintah dari atas sampai ke
bawah, sehingga memudahkan dalam penyelesaian setiap ada permasalahan.
Keburukan struktur organisasi di KPP Pratama Majalaya:
- Belum optimalnya fungsi beberapa tim yang telah dibentuk dalam struktur
organisasi.
- Masih kurangnya tenaga penyuluhan perpajakan dalam struktur organisasi.
2.3. Deskripsi Jabatan
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Memiliki wewenang mengelola pelaksanaan penyuluhan, pelayanan,
dan pengawasan Wajib Pajak di bidang perpajakan dalam wilayah
wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
tanggung jawab menegakkan disiplin pegawai memberikan penghargaan atau
menjatuhkan hukuman disiplin kepada pegawai
2. Kepala Subbagian Umum
Memiliki wewenang melaksanakan tugas pelayanan kesekretariatan
dengan cara mengatur kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah
tangga serta perlengkapan untuk menunjang kelancaran tugas Kantor
Pelayanan Pajak.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Memiliki wewenang membantu pelaksanaan pengumpulan,
pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,perekaman dokumen
perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT
dan e-filing serta bertanggung jawab dalam penyiapan laporan kinerja
4. Seksi Pelayanan
Bertanggung jawab membantu pelaksanakan penetapan dan penerbitan
produk hukum perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan,
serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, dan pelaksanaan
registrasi Wajib Pajak sesuai ketentuan yang berlaku.
5. Kepala Seksi Penagihan
Memiliki wewenang dalam melaksanakan urusan penatausahaan
piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif,
usulan penghapusan piutang pajak, serta bertanggung jawab dalam
6. Kepala Seksi Pemeriksaan
Bertangung jawab melaksanakan penyusunan rencana pemeriksaan,
pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran
Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan
lainnya.
7. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Memiliki wewenang dalam melaksanakan pengawasan kepatuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak
dan konsultasi teknis perpajakan. Bertanggung jawab dalam penyusunan
Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak
dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
8. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Memiliki wewenang dalam melaksanakan pengamatan potensi
perpajakan, pencarian data dari pihak ketiga, pendataan obyek dan subyek
pajak. Dan bertanggung jawab dalam penilaian obyek pajak dalam rangka
ekstensifikasi perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
9. Juru Sita Pajak
Bertanggung jawab melakukan urusan penundaan dan angsuran
tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta
10.Account Representative
Memiliki wewenang dalam melaksanakan pengawasan kepatuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak
dan konsultasi teknis perpajakan. Dan bertanggung jawab dalam penyusunan
Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak
dalam rangka intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
11.Operator Console
Bertanggung jawab dalam melaksanakan pemeliharaan dan monitoring
data, program administrasi perpajakan, melakukan sosialisasi program
administrasi perpajakan, pengecekan, perbaikan komputer dan perangkat
penunjangnya, serta mengawasi pengoperasian komputer dan back-up data
dalam rangka memenuhi pelayanan terhadap pemakai
2.4. Aspek Kegiatan Perusahaan
Di KPP Bandung Majalaya di bagi menjadi beberapa bagian. Dimana setip
bagian memiliki kegiatan yang berbeda tetapi saling berkaitan. Kegiatan tersebut
rutin dilakukan oleh setiap bagian.
Adapun kegiatan perusahaan yang dilakukan oleh setiap bagian di KPP
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Menerima konsep penerbitan ketetapan pajak/produk hukum serta menelitinya.
2. Kepala Subbagian Umum
Menerima arsip in aktif (non berkas Wajib Pajak) yang diserahkan oleh
Seksi-seksi terkait dengan membuat berita acara, memantau dan mengawasi
pelaksanaan tugas pemrosesan berkas/arsip
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Menyusun laporan kegiatan Seksi, menyampaikan Laporan Kegiatan Seksi
kepada Kepala Kantor.
4. Seksi Pelayanan
Mengusulkan program penyuluhan perpajakan kepada Kepala Kantor,
melaksanakan program penyuluhan.
5. Kepala Seksi Penagihan
Menugaskan Juru Sita Pajak untuk membuat Surat Teguran, Surat Paksa Surat
Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) dan Surat Permintaan, meneliti konsep
Surat Teguran, Surat Paksa, SPMP, dan Surat Permintaan, pemblokiran serta
menyampaikan kepada Kepala Kantor untuk ditetapkan.
6. Kepala Seksi Pemeriksaan
Menerima, meneliti dan memaraf serta menyampaikan konsep penyesuaian
7. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Menugaskan AR untuk melaksanakan bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak
atas ketentuan perpajakan yang berlaku serta konsultasi teknis perpajakan dari
permasalahan Wajib Pajak yang disampaikan secara lisan maupun tertulis.
8. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Menyusun laporan kegiatan Seksi Ekstensifikasi Kantor Pelayanan Pajak
9. Juru Sita Pajak
Membuat Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan
(SPMP) dan Surat Permintaan Pemblokiran berdasarkan daftar tunggakan pajak
dalam Sistem Aplikasi Komputer dan menyampaikan kepada Kepala Seksi
Penagihan.
10.Account Representative
Membuat laporan hasil kunjungan kerja ke lokasi Wajib Pajak serta laporan
tindak lanjut hasil kunjungan kerja tersebut serta menyampaikan ke Kepala
Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
11.Operator Console
26 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 26 Juli 2010 – 26
Agustus 2010 penulis melaksanakan kerja praktek di KPP Pratama Bandung
Majalaya dan penulis ditempatkan di bagian Ekstensifikasi. Dalam menjalankan
Kerja Praktek diharapkan penulis dapat membantu dan mendukung proses
perusahaan.
3.2. Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Kegiatan–kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan Kerja Praktek di
KPP Pratama Bandung Majalaya adalah membantu kegiatan dari karyawan.
Adapun kegiatan rutin yang dilakukan selama mengikuti Kerja Praktek
adalah sebagai berikut:
1. Merekam data atau surat yang masuk serta keluar dari Seksi Ekstensifikasi
2. Menyampaikan data yang masuk ke Seksi Ekstensifikasi
3. Data dari Seksi Ekstensifikasi kemudian disampaikan ke Kepala Seksi
4. Mendisposisikan ke staf-staf/AR di Ektensifikasi
3.3. Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek
3.3.1. Pembagian Hasil Penerimaan PBB
Menurut Pasal 5 ayat 1 dan 2 PP No. 16 tahun 2000 tentang Pembagian
Hasil Penerimaan PBB antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai
berikut:
1. Hasil penerimaan PBB untuk biaya pemungutan dibagikan kepada Direktorat
Jenderal Pajak dan daerah.
2. Biaya pemungutan Direktorat Jenderal Pajak digunakan antara lain:
- Mendukung operasional pemungutan PBB.
- Peningkatan sumber daya manusia.
- Komputerisasi perpajakan.
- Pemberian insentif atas prestasi kerja Pegawai Direktorat Jenderal Pajak.
3.3.2. Penggunaan Hasil Penerimaan PBB
Berikut ini penggunaan hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB):
1. Imbangan pembagian biaya pemungutan PBB antara Direktorat Jenderal Pajak
dan daerah didasarkan pada besar kecilnya peranan masing-masing dalam
melakukan kegiatan operasional pemungutan PBB.
2. Besarnya imbangan biaya pemungutan PBB adalah:
- Operasional sektor perkotaan, 20% Direktorat Jenderal Pajak dan 80% daerah.
- Operasional sektor perkebunan, 60% Direktorat Jenderal Pajak dan 40%
daerah.
- Operasional sektor perhutanan, 65% Direktorat Jenderal Pajak dan 35%
daerah.
- Operasional sektor pertambangan, 70% Direktorat Jenderal Pajak dan 30%
daerah.
Menurut Pasal 18 ayat 1, 2, dan 3 UU No. 12 Tahun 1985 tentang PBB
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994 sebagai berikut:
1. Hasil penerimaan pajak merupakan penerimaan yang dibagi antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah dengan imbangan pembagian sekurang-kurangnya
90% untuk pemerintah daerah tingkat II dan pemerintah daerah tingkat I sebagai
pendapatan daerah yang bersangkutan.
2. Bagian pemerintah daerah sebagian besar diberikan kepada pemerintah daerah
tingkat II.
3. Imbangan pembagian hasil penerimaan pajak diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Sedangkan menurut Pasal 2 ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah No. 16
Tahun 2000 tentang Pembagian Hasil Penerimaan PBB antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah sebagai berikut:
1. Hasil penerimaan PBB untuk pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan
imbangan sebagai berikut:
- 90% untuk pemerintah daerah
2. Jumlah 90% bagian pemerintah daerah diperinci sebagai berikut:
- 16,2% untuk propinsi
- 64,8% untuk kabupaten atau kota yang bersangkutan
- 9% untuk Biaya Pemungutan
Menurut Pasal 2 ayat 1 dan 3 Peraturan Menteri Keuangan No.
34/PMK.03/2005 tentang Pembagian Hasil Penerimaan PBB antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah, jumlah 10% bagian pemerintah pusat dibagikan
kepada seluruh daerah kabupaten atau kota yang didasarkan atas realisasi
penerimaan PBB tahun anggaran berjalan, dengan imbangan sebagai berikut:
1. 65% dibagikan secara merata kepada seluruh kabupaten atau kota.
2. 35% dibagikan secara insentif kepada daerak kabupaten atau kota yang realisasi
Berikut ini adalah gambar pembagian hasil penerimaan PBB:
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak
Gambar 3.1
Berikut ini adalah Alur Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan:
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak
Gambar 3.2
Alur Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Berikut adalah penjelasan dari gambar alur penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan:
1. Wajib pajak melakukan pembayaran pajak sesuai dengan pajak yang harus
dibayar kepada petugas pemungut pajak melalui tempat pembayaran pajak.
2. Dari tempat pembayaran pajak, petugas pajak melimpahkan pungutan dari
wajib pajak kepada bank persepsi/ kantor pos.
3. Kemudian bank persepsi/kantor pos melimpahkan ke bagian operasional
perpajakan untuk kemudian dibagikan kepada pemerintah pusat sebesar 10%,
untuk propinsi 16,2%, kabupaten atau kota yang bersangkutan sebesar 64,8%,
dan 2 Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2000 tentang Pembagian Hasil
Penerimaan PBB antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
3.3.3. Hambatan-Hambatan dan Solusi dalam Pembagian dan Penggunaan Hasil Penerimaan PBB antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Hambatan-hambatan yang dihadapi di KPP Majalaya adalah:
1. Belum optimalnya fungsi tim ekstensifikasi dan intensifikasi yang telah
dibentuk.
2. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, sehingga
menghambat peningkatan penerimaan pajak.
3. Terbatasnya tenaga penyuluhan perpajakan.
Solusi yang sedang dilakukan dan akan dilakukan adalah:
1. Meningkatkan kualitas frekuensi koordinasi.
2. Melakukan canvassing, konseling, penyuluhan dan optimalisasi data
3. Penyederhanaan tata cara pembayaran pajak serta moderenisasi aturan
33 BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan atas pengamatan yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Bahwa pembagian hasil penerimaan PBB telah diatur sedemikian rupa seperti yang
tercantum dalam Pasal 5 ayat 1 dan 2 PP No. 16 Tahun 2000 Tentang Pembagian
Hasil Penerimaan PBB antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagai
berikut:
- Hasil penerimaan PBB untuk biaya pemungutan dibagikan kepada Direktorat
Jenderal Pajak dan daerah.
- Biaya pemungutan Direktorat Jenderal Pajak digunakan antara lain:
Mendukung operasional pemungutan PBB.
Peningkatan sumber daya manusia.
Komputerisasi perpajakan.
Pemberian insentif atas prestasi kerja Pegawai Direktorat Jenderal Pajak.
2. Pada dasarnya imbangan pembagian pemungutan PBB antara Direktorat Jenderal
Pajak dan daerah didasarkan pada besar kecilnya peranan masing-masing dalam
3. Hambatan-hambatan yang dihadapi di KPP Majalaya adalah:
1. Belum optimalnya fungsi tim ekstensifikasi dan intensifikasi yang telah
dibentuk.
2. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, sehingga
menghambat peningkatan penerimaan pajak.
3. Terbatasnya tenaga penyuluhan perpajakan.
Solusi yang sedang dilakukan dan akan dilakukan adalah:
1. Meningkatkan kualitas frekuensi koordinasi.
2. Melakukan canvassing, konseling, penyuluhan dan optimalisasi data
3. Penyederhanaan tata cara pembayaran pajak serta moderenisasi aturan cara
penerimaan pajak.
4.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan penulis
adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan dengan adanya sistem pembagian hasil penerimaan PBB dapat membantu
meningkatkan kualitas operasional Direktorat Jenderal Pajak.
2. Mengoptimalkan hasil pembagian pemungutan PBB untuk pemerintah pusat dan
3. Mengoptimalkan dan perbaikan tim fungsi ekstensifikasi dan intensifikasi