ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO2) DAN PARTICULATE MATTER 10 (PM10) UDARA AMBIEN DAN KELUHAN KESEHATAN
PADA PEDAGANG KAKI LIMA DI SEPANJANG JALAN RAYA KELURAHAN LALANG
KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2014
SKRIPSI
Oleh :
NIM. 091000012
HENNY PRADIPTA BR. TARIGAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO2) DAN PARTICULATE MATTER 10 (PM10) UDARA AMBIEN DAN KELUHAN KESEHATAN
PADA PEDAGANG KAKI LIMA DI SEPANJANG JALAN RAYA KELURAHAN LALANG
KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
HENNY PRADIPTA BR. TARIGAN NIM.091000012
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Jalan raya adalah jalan yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan lain. Jalan raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal merupakan pintu masuk bagi transportasi yang berasal dari Deli Serdang, Binjai, Langkat, maupun kota lainnya yang hendak masuk ke Medan. Kegiatan transportasi akan memberikan dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya yaitu berupa pencemaran udara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar nitrogen dioksida (NO2) dan
particulate matter (PM10) udara ambien dan keluhan kesehatan pada pedagang kaki
lima di sepanjang jalan raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2014.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sampel dalam penelitian ini 45 orang dengan menggunakan proportional stratified random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak berumur 40 – 50 tahun (42,2%), jenis kelamin terbanyak perempuan (55,6%), responden yang merokok (33,3%). Responden telah berdagang > 10 tahun (64,4%) dan jam berdagang responden < 12 jam per hari (95,6%). Berdasarkan hasil pengukuran, kadar tertinggi yakni 40,97 µg/Nm3 untuk NO2 dan 121 µg/Nm3 untuk PM10.
Sebanyak 33 pedagang kaki lima yang mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan dan 23 pedagang kaki lima yang mengalami keluhan iritasi mata.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa kadar NO2 dan PM10 di
sepanjang jalan raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal belum melebihi batas baku mutu udara ambien. Disarankan kepada pedagang kaki lima agar menggunakan pelindung diri pada saat berdagang dan meletakkan tanaman yang dapat menyerap debu sebagai upaya preventif.
ABSTRACT
Main road is the road that connecting one region with another. Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal highway was the gateway for transportation that derived from Deli Serdang, Binjai, Langkat, and other cities to Medan. Transportation activities will generate positive impacts and negative impact. One of the negative impact is in form of air pollution.
The research is aimed to know that levels of nitrogen dioxide ( NO2 ) and
particulate matter ( PM10 ) air ambient and cadger health complaints along
Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal road in 2014.
The type of research is descriptive. The sample in this study are 45 persons using proportional stratified random sampling.
The result showed that the most respondents was 40 - 50 years ( 42,2 % ),
most were gender female ( 55,6 % ), respondent who smoking ( 33.3 % ). Respondents has traded >10 years ( 64,4 % ) and respondents has traded < 12 hours per day ( 95.6 % ). Based on the measurement result, the highest levels is 40,97 µg/Nm3 for NO2 dan 121 µg/Nm3 for PM10. A number of 33 cadger who have
complaints of the respiratory tract disorders and as much as 23 cadger who have complaints of eye irritation.
The conclusion of this research is the level of NO2 and PM10 along Kelurahan
Lalang Kecamatan Medan Sunggal road not exceeding from the limit of quality standards. Advised to cadger to use self protective when trading and put the plants that can absorb dust as preventive efforts.
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Henny Pradipta Br. Tarigan Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 21 Desember 1991
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Anak ke : 2 (satu) dari 3 (tiga) bersaudara
Alamat Rumah : Dusun III Sei Sengkol Gg. Jambu No.78 Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang
Riwayat Pendidikan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kadar Nitrogen Dioksida (NO2) Dan Particulate Matter 10 (PM10) Udara Ambien Dan Keluhan Kesehatan Pada Pedagang Kaki Lima Di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014”.
Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa tercurahkan pada beliau yang telah menjadi teladan utama bagi umatnya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini penulis persembahkan kepada ayahanda Alm. M. Syafii Tarigan dan ibunda Darmiati Bukit, S.Pd yang telah memberikan kasih sayang yang tidak henti-hentinya, dukungan moral maupun materil dan do’a kepada penulis dan yang menjadi motivasi penulis selama ini. Semoga Allah memberikan kebahagian kepada keduanya baik di dunia maupun di akhirat. Amin.
Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak dr. Surya Dharma, MPH, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu, motivasi, kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu, motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku Dosen Penguji yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. 6. Ibu Dra. Nurmaini,MKM, Ph.D selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
arahan dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. 7. Seluruh Dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara yang telah memberikan ilmu selama penulis menjadi mahasiswa di FKM USU.
8. Bapak Alfattah Faisal, S.Si., M.Kes, selaku manajer teknik Lab. Fisika Udara & Radiasi BTKL yang telah banyak membantu dan membimbing penulis.
9. Bapak Subhan Fajri Harahap, SSTP, selaku Lurah Lalang Kecamatan Medan Sunggal beserta seluruh staf.
10. Buat Kakak dan Adik tersayang “Rini Aditya Utami Tarigan, S.Pd” dan “Fajar Alfahri Tarigan yang selalu mendoakan dan menyemangati penulis.
11. Buat kakakku “Ika Handayani Tarigan, SSTP, M.Si” yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
” Mahmuddin Bukit, S.Sos” yang telah banyak memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
13. Buat sahabat-sahabatku “Putri Ramadhani Ir, SKM”, “Cahya Elika Lubis”, “Bunga F. Bukit, S.Si”, “Dhea R. Darus, S.I.P”, “Citra Rubianisa, Amd” yang telah banyak memberi dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. 14. Buat Muhammad Riza Fitrianto yang selalu memberikan dukungan dan motivasi
dalam penyelesaian skripsi ini.
15.Teman - Teman seperjuangan Mahasiswa/i FKM USU khususnya “Sepka Syafdalni, SKM”, “Siti Rahmah Tarigan, SKM”, “Sukma Yalina, SKM”, “Ade Paramitha Zebua”, “Putri Ruth, SKM”, “Petty, SKM”, “Marlina, SKM”, “Jehan” dan teman-teman lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang selalu memberi dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin mencurahkan segala kemampuan yang ada pada diri penulis. Namun demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Januari 2014 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Abstract ... iii
Riwayat Hidup Penulis ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel ... xi
Daftar Lampiran ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1. Tujuan Umum ... 5
1.3.2. Tujuan Khusus ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Udara ... 7
2.2 Pencemaran Udara ... 8
2.2.1 Pengertian Pencemaran Udara ... 8
2.2.2 Penyebab Pencemaran Udara ... 9
2.2.3 Komponen Pencemaran Udara ... 10
2.2.4 Pengaruh Pencemaran Udara ... 10
2.3 Variabel Pergerakan Pencemaran Udara ... 12
2.4 Nitrogen Dioksida (NO2)... ... 13
2.4.1 Sumber Nitrogen Dioksida (NO2) ... 14
2.4.2 Penyebaran Nitrogen Dioksida (NO2) ... 16
2.4.3 Efek Nitrogen dioksida (NO2) Terhadap Kesehatan... 17
2.5 Partikel ... 19
2.5.1 Sumber Polusi Partikel ... 20
2.5.2 Sifat-Sifat Partikel ... 22
2.5.3 Efek Partikel Terhadap Kesehatan ... 24
2.6 Baku Mutu Udara Ambien ... 26
2.7 Pedagang Kaki Lima ... 27
2.8 Kerangka Konsep ... 28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 29
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 29
3.2.2 Waktu Penelitian ... 30
3.3 Objek Penelitian ... 30
3.4 Populasi dan Sampel ... 30
3.4.1 Populasi ... 30
3.4.2. Sampel ... 31
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 32
3.5.1 Data Primer ... 32
3.5.2 Data Sekunder ... 33
3.6 Defenisi Operasional ... 33
3.7 Aspek Pengukuran ... 34
3.7.1. Kadar Nitrogen Dioksida dan Particulate Matter 10 ... 34
3.7.2. Keluhan Kesehatan ... 35
3.8 Prosedur Pengukuran Nitrogen Dioksida (NO2) ... 35
3.8.1 Pengambilan Contoh Uji ... 35
3.8.2 Bahan/Pereaksi ... 35
3.8.3 Prosedur Analisis ... 37
3.8.4 Perhitungan ... 37
3.9 Prosedur Pengukuran Particulate Matter 10 (PM10) ... 39
3.10 Teknik Pengolahan Data ... 40
3.11 Teknik Analisa Data ... 40
BAB IV. HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 41
4.1.1. Gambaran Umum Kelurahan Lalang ... 41
4.2 Karakteristik Responden ... 41
4.2.1. Umur ... 42
4.2.2. Jenis Kelamin ... 42
4.2.3. Kebiasaan Merokok ... 43
4.2.4. Lama Berdagang ... 43
4.2.5. Lama Jam Berdagang ... 44
4.2.6. Riwayat Penyakit ... 44
4.3 Keluhan Kesehatan ... 45
4.3.1. Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan ... 45
4.3.1.1 Jenis Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Responden ... 45
4.3.2. Keluhan Iritasi Mata ... 46
4.4. Hasil Pengukuran Kadar NO2 dan PM10 ... 48
4.5. Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Berdasarkan Karakteristik Responden ... 49
4.5.1. Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Berdasarkan Umur Responden ... 49
4.5.3. Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Berdasarkan
Kebiasaan Merokok ... 50
4.5.4. Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Berdasarkan Lama Merokok ... 51
4.5.5. Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Berdasarkan Konsumsi Rokok ... 52
4.5.6. Jumlah Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Berdasarkan Lama Berdagang ... 52
4.5.7. Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Berdasarkan Jam Berdagang ... 53
4.5.8.Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Berdasarkan Riwayat Penyakit Responden ... 54
4.6. Keluhan iritasi Mata Berdasarkan Karakteristik Responden . 59 4.6.1. Keluhan Iritasi Mata Berdasarkan Umur Responden . 55 4.6.2. Keluhan Iritasi Mata Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56
4.6.3.Jumlah Keluhan Iritasi Mata Berdasarkan Lama Berdagang ... 56
4.6.4. Keluhan Iritasi Mata Berdasarkan Jam Berdagang .... 57
4.6.5. Keluhan Iritasi Mata Berdasarkan Riwayat Penyakit 58
BAB V. PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden ... 59
5.3 Kadar NO2 dan PM10 di Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal ... 60
5.4. Keluhan Kesehatan Pada Pedagang Kaki Lima ... 61
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 64
6.2 Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA... 65
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi Udara Normal
Tabel 2.2 Emisi Nitrogen Oksida di Seluruh Dunia Oleh Proses Pembakaran dan Sumber Alami
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Kadar NO2 dan PM10
Tabel 4.1 Distribusi Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Kelompok Umur Tabel 4.2 Distribusi Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan
Lalang Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.3 Distribusi Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Kebiasaan Merokok Tabel 4.4 Distribusi Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan
Lalang Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Lama Berdagang Tabel 4.5 Distribusi Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan
Lalang Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Lama Jam Berdagang Tabel 4.6 Distribusi Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan
Lalang Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan
Tabel 4.7 Distribusi Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Keluhan Iritasi Mata Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Kadar Nitrogen Dioksida (NO2) dan Particulate
Matter 10 (PM10) di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang
Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014
Tabel 4.9 Hasil Pengukuran Kecepatan Angin, Suhu dan Kelembaban di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014
Tabel 4.10 Tabulasi Silang antara Umur Responden dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014
Tabel 4.12 Tabulasi Silang antara Kebiasaan Merokok Responden dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014
Tabel 4.13 Tabulasi Silang antara Lama Merokok Responden dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014 Tabel 4.14 Tabulasi Silang antara Konsumsi Rokok Responden dengan Keluhan
Gangguan Saluran Pernafasan Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014 Tabel 4.15 Tabulasi Silang antara Lama Berdagang Responden dengan Jumlah
Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014
Tabel 4.16 Tabulasi Silang antara Jam Berdagang Responden dengan Jumlah Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014
Tabel 4.17 Tabulasi Silang antara Riwayat Penyakit Responden dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014 Tabel 4.18 Tabulasi Silang antara Umur Responden dengan Keluhan Iritasi Mata
Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014
Tabel 4.19 Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin Responden dengan Keluhan Iritasi Mata Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014
Tabel 4.20 Tabulasi Silang antara Lama Berdagang Responden dengan Jumlah Keluhan Iritasi Mata Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014
Tabel 4.21 Tabulasi Silang antara Jam Berdagang Responden dengan Jumlah Keluhan Iritasi Mata Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
Lampiran 2. Lembar Observasi
Lampiran 3. Denah Lokasi Pengukuran Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian Lampiran 5. Master Data
Lampiran 6. Hasil Pengolahan Data
Lampiran 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999
Lampiran 8. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal
Lampiran 9. Hasil Uji Laboratorium
ABSTRAK
Jalan raya adalah jalan yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan lain. Jalan raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal merupakan pintu masuk bagi transportasi yang berasal dari Deli Serdang, Binjai, Langkat, maupun kota lainnya yang hendak masuk ke Medan. Kegiatan transportasi akan memberikan dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya yaitu berupa pencemaran udara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar nitrogen dioksida (NO2) dan
particulate matter (PM10) udara ambien dan keluhan kesehatan pada pedagang kaki
lima di sepanjang jalan raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2014.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sampel dalam penelitian ini 45 orang dengan menggunakan proportional stratified random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak berumur 40 – 50 tahun (42,2%), jenis kelamin terbanyak perempuan (55,6%), responden yang merokok (33,3%). Responden telah berdagang > 10 tahun (64,4%) dan jam berdagang responden < 12 jam per hari (95,6%). Berdasarkan hasil pengukuran, kadar tertinggi yakni 40,97 µg/Nm3 untuk NO2 dan 121 µg/Nm3 untuk PM10.
Sebanyak 33 pedagang kaki lima yang mengalami keluhan gangguan saluran pernafasan dan 23 pedagang kaki lima yang mengalami keluhan iritasi mata.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa kadar NO2 dan PM10 di
sepanjang jalan raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal belum melebihi batas baku mutu udara ambien. Disarankan kepada pedagang kaki lima agar menggunakan pelindung diri pada saat berdagang dan meletakkan tanaman yang dapat menyerap debu sebagai upaya preventif.
ABSTRACT
Main road is the road that connecting one region with another. Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal highway was the gateway for transportation that derived from Deli Serdang, Binjai, Langkat, and other cities to Medan. Transportation activities will generate positive impacts and negative impact. One of the negative impact is in form of air pollution.
The research is aimed to know that levels of nitrogen dioxide ( NO2 ) and
particulate matter ( PM10 ) air ambient and cadger health complaints along
Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal road in 2014.
The type of research is descriptive. The sample in this study are 45 persons using proportional stratified random sampling.
The result showed that the most respondents was 40 - 50 years ( 42,2 % ),
most were gender female ( 55,6 % ), respondent who smoking ( 33.3 % ). Respondents has traded >10 years ( 64,4 % ) and respondents has traded < 12 hours per day ( 95.6 % ). Based on the measurement result, the highest levels is 40,97 µg/Nm3 for NO2 dan 121 µg/Nm3 for PM10. A number of 33 cadger who have
complaints of the respiratory tract disorders and as much as 23 cadger who have complaints of eye irritation.
The conclusion of this research is the level of NO2 and PM10 along Kelurahan
Lalang Kecamatan Medan Sunggal road not exceeding from the limit of quality standards. Advised to cadger to use self protective when trading and put the plants that can absorb dust as preventive efforts.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2009).
Indonesia tidak mungkin menghindar dari dampak yang ditimbulkan oleh perubahan lingkungan global. Disamping itu Indonesia juga menghadapi masalah lingkungan yang bersifat lokal meliputi dampak proses industrialisasi dan urbanisasi (terkait di dalamnya polusi udara, air, dan tanah).
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.
Setiap detik organisme memerlukan udara untuk bernafas. Udara yang bersih adalah udara yang cukup akan kebutuhan oksigen (O2) yang kita butuhkan untuk
Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.
Industri dan transportasi yang semakin maju akan memberikan dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya yaitu berupa pencemaran udara dan kebisingan. Keadaan ini dapat membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya penularan penyakit. Pencemaran udara dan kebisingan akibat keadaan tersebut diperkirakan akan meningkat 2 kali pada tahun 2000 dari kondisi tahun 1990 dan 10 kali pada tahun 2020. (Depkes RI, 2012).
Kendaraan bermotor merupakan sumber utama polusi udara di daerah perkotaan dan menyumbang 70% emisi NOx, 52% emisi VOC dan 23% partikulat
(Department of Environment & Conservation dalam Tarigan 2009). Menurut
Hasil studi yang dilakukan oleh Ditjen PPM & PL (1999) pada pusat keramaian di 3 kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta dan Semarang menunjukkan gambaran sebagai berikut : kadar debu (SPM) 280 ug/m3, kadar SO2 sebesar 0,76 ppm, dan kadar NOx sebesar 0,50 ppm, dimana angka tersebut telah melebihi nilai ambang batas/standar kualitas udara. Hasil pemeriksaan kualitas udara disekitar stasiun kereta api dan terminal di kota Yogyakarta pada tahun 1992 menunjukkan kualitas udara sudah menurun, yaitu kadar debu rata-rata 699 ug/m3, kadar SO2 sebesar 0,03–0,086 ppm, kadar NOx sebesar 0,05 ppm dan kadar Hidro Karbon sebesar 0,35–0,68 ppm. Kondisi kualitas udara di Jakarta Khususnya kualitas debu sudah cukup memprihatinkan, yaitu di Pulo Gadung rata-rata 155ug/m3, dan Casablanca rata-rata 680 ug/m3 (Depkes RI, 2012).s
Berdasarkan data BPS tahun 2010 jumlah kendaraan bermotor menurut jenis kendaraan di Kota Medan adalah sebanyak 4.039.127 unit, yang terdiri dari Mobil Penumpang 325.795 unit, Mobil Bus 29.978 unit, Mobil Gerobak 205.124 unit, Sepeda Motor 3.478.230 unit.
Pertumbuhan penduduk yang demikian pesat akan membawa konsekuensi peningkatan aktivitas penduduk yang berakibat kepada peningkatan polusi udara. Peningkatan jumlah penduduk di Kota Medan diikuti dengan peningkatan sarana transportasi yang berpotensi menimbulkan pencemaran akibat emisi kendaraan bermotor serta dapat membahayakan kesehatan masyarakat.
Avrianto (2010) juga diketahui kadar Particulate Matter 10 (PM10) di udara pada
lokasi yng sama pada sore hari melebihi baku mutu udara ambient yaitu sebesar 162µg/Nm3 dan terdapat gangguan pernafasan pada masyarakat di lokasi tersebut.
Penulis tertarik untuk melakukan penelitian di sekitar Jalan Raya di Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan karena merupakan salah satu daerah yang padat transportasi. Dimana kelurahan Lalang merupakan batas wilayah antara kota Medan dan Deli Serdang yang merupakan pintu masuk bagi transportasi yang berasal dari Deli Serdang, Binjai, Langkat, maupun kota lainnya yang hendak masuk ke Medan. Dan di sepanjang jalan ini banyak dilakukakn aktivitas bisnis, salah satu pelakunya yaitu pedagang kaki lima. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui kadar Nitrogen dioksida (NO2) dan Particulate Matter 10 (PM10) udara ambien dan keluhan kesehatan
pada pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang jalan raya Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2014.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahannya adalah Jumlah Kadar Nitrogen Dioksida (NO2) dan Particulate
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui kadar pencemaran udara NO2 dan PM10 UdaraAmbien dan keluhan kesehatan pada pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang jalan raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi karakteristik responden yaitu umur, Jenis kelamin, lama berjualan, jam kerja dan kebiasaan merokok pedagang kaki lima yang terpapar di sepanjang jalan raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal
b. Untuk mengetahui kadar NO2 udara ambien pada beberapa ruas jalan raya di Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal
c. Untuk mengetahui kadar PM10 udara ambien pada beberapa ruas jalan raya di Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal
d. Untuk mengetahui keluhan kesehatan pada pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang jalan raya di Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal. 1.4 Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi masyarakat khususnya pedagang kaki lima di Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal.
b. Sebagai masukan informasi bagi peneliti lainnya mengenai kadar Nitrogen Dioksida (NO2) dan Particulate Matter 10 (PM10) udara ambien dan keluhan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Udara
Udara adalah campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya (Wardhana, 2001). Menurut Sunu (2001) udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Dalam udara terdapat oksigen (O2)
untuk bernafas, karbon dioksida untuk proses fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultra violet. Susunan (komposisi) udara bersih dan kering
tersusun oleh :
− Nitrogen (N2) : 78,09% volume
− Oksigen (O2) : 21,94% volume
− Argon (Ar) : 0,93% volume − Karbon dioksida (CO2) : 0,032% volume
Gas-gas lain yang terdapat dalam udara antara lain gas-gas mulia, nitrogen oksida, hidrogen, methana, belerang dioksida, ammonia dan lain-lain. Komposisi udara normal dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Komposisi Udara Normal
Unsur %Volume Kandungan (ppm)
Nitrogen 78.09 780.900
Oksigen 20.94 209.400
Argon 0.93 9300
Karbon dioksida 0.0318 318
Neon 0.0018 18
Helium 0.00052 5.2
1 2 3
Xenon 0.000008 0.008
Nitrogen oksida 0.000025 0.25
Hidrogen 0.00005 0.5
Metana 0.00015 1.5
Nitrogen dioksida 0.0000001 0.001
Ozon 0.000002 0.02
Belerang dioksida 0.00000002 0.0002
Karbon monoksida 0.00001 0.1
Amonia 0.000001 0.01
Sumber : (Wardhana, 2001)
Apabila komposisi udara diatas mengalami perubahan susunan dari keadaan normal dan kemudian mengganggu kehidupan manusia, hewan dan binatang, berarti udara telah tercemar.
2.2. Pencemaran Udara
2.2.1. Pengertian Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya unsur lain ke dalam udara, baik oleh kegiatan manusia atau akibat proses alam baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang kondusif sehingga memberikan efek terhadap interaksi udara dan keadaan sekitarnya (Soemirat, 2000).
Menurut holdgate dalam Koning (1987) pencemaran udara didefinisikan sebagai energy atau bahan limbah yang dibuang ke lingkungan udara dimana dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia. Dan berdasarkan PP. RI. No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara dikatakan bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energy, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien tidak sesuai dengan fungsinya.
Dalam pengertian pencemaran udara di atas dapat diketahui bahwa sumber pencemar tidak hanya dibatasi pada sumber-sumber pencemar yang berasal dari aktivitas manusia, tetapi juga oleh sumber-sumber pencemar yang datangnya akibat peristiwa alamiah, seperti gunung meletus, bencana alam dan lain-lain (Kristanto, 2002).
2.2.2. Penyebab Pencemaran Udara
Pembangunan yang berkembang pesat dewasa ini terutama meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil (minyak) menyebabkan udara yang kita hirup disekitar kita menjadi tercemar oleh gas-gas buangan hasil pembakaran. Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu (Wardhana, 2001)
1. Faktor internal (alamiah)
2. Faktor eksternal (ulah manusia)
a. Hasil pembakaran bahan bakar fosil b. Debu dari kegiatan industri
c. Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara 2.2.3. Komponen Pencemar Udara
Menurut Harssema dalam Sumantri 2010 pencemaran udara diawali dengan emisi. Emisi merupakan jumlah polutan yang dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu. Komponen pencemaran udara yang paling berpengaruh terhadap pencemaran udara yaitu :
1. Karbon monoksida (CO) 2. Nitrogen oksida (NOx)
3. Belerang Oksida (SOx)
4. Hidrokarbon (HC) 5. Partikel lain
2.2.4. Pengaruh Pencemaran Udara
Pengaruh pencemaran udara pada dasarnya dapat dibedakan menjadi pengaruh terhadap manusia, hewan dan tumbuhan sebagai makhluk hidup dan pengaruh terhadap bukan makhluk hidup sebagai berikut:
1. Terhadap makhluk hidup a. Terhadap manusia
Polutan udara dapat menjdi sumber penyakit virus, bakteri, dan beberapa jenis cacing. Dampak yang diakibatkan oleh bahan pencemar udara yang buruk dapat mengakibatkan seseorang menjadi alergi yang selanjutnya menjadi pintu masuk bagi bakteri yang dapat berpotensi terjadinya infeksi. Polutan udara yang terjadi secara kronis berpotensi untuk mendorong terjadinya penyakit kanker.
Polusi dengan udara panas dapat menimbulkan beberapa jenis penyakit dan manusia tidak dapat mentoleransi suhu udara di atas 50°C. Kelembaban udara melebihi normal akan mempercepat pertumbuhan bakteri. Negara yang memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi biasanya Negara yang berada di daerah tropis seperti di Indonesia.
b. Terhadap hewan
meningkatnya polutan udara di atas normal juga berpotensi menurunkan produksi hewan.
c. Terhadap tumbuhan
Meningkatnya suhu udara di ats normal akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sehingga akan menurunkan produksi beberapa jenis pangan, sayuran, dan buah-buahan. Pengaruh pencemaran udara terhadap tanaman bukan hanya pada kerugian ekonomis, melainkan memberikan efek terhadap manusia, terutama emisi oleh flour (F), sulfur dioksida (SO2),
Ozon (O3), dan peroksiacetil nitrat. Pengaruh utamanya pada daun
mengakibatkan gangguan proses asimilasi. 2. Terhadap bukan makhluk hidup
Pengaruh pencemaran udara terhadap benda mati sangat merugikan atau memberikan perubahan estetik seperti batu, tanah liat, metal, kayu, cat karet, bahan kulit, bahan tekstil dan makanan. Pencemaran udara dapat menyebabkan abrasi, terutama akibat fisik atau kimia (Sunu, 2001).
2.3. Variabel Penentu Pergerakan Pencemaran Udara
Sebelum kontak dengan manusia, pencemaran udara mengalami beberapa proses dalam dinamikanya menuju kelompok masyarakat, di antaranya yaitu (Achmadi, 2011) :
1. Arah dan kecepatang angin
tercerai berai. Proses pengenceran dapat dikatakan berjalan baik. Konsentrasi menjadi lebih kecil dan terbawa angin hingga pedesaan di sekitar kota, sambil bahan-bahan pencemar juga mengalami perubahan-perubahan di lingkungan. Di antara bahan pencemar yang paling sulit terdegradasi adalah karbon monoksida. 2. Kelembaban
Kelembaban yang tinggi akan mengakibatkan reaksi-reaksi antara kandungan uap air di udara dengan zat pencemar menjadi zat lain yang tidak berbahaya atau menjadi pencemar sekunder. Sebagai contoh reaksi-reaksi SO2 menjadi ikatan
sulfit dan sulfat yang bersifat korosif. Benda-benda purbakala seperti candi dapat terkena korosi bahan pencemar yang asam ini.
3. Suhu
Suhu yang menurun pada permukaan bumi dapat menyebabkan kelembaban udara relatif, sehingga akan meningkatkan efek korosif. Suhu meningkat akan meningkatkan kecepatan reaksi suatu bahan kimia.
4. Sinar matahari
Sinar matahari dapat memengaruhi oksidan terutama O3 di atmosfer. Keadaan
tersebut dapat menyebabkan kerusakan bahan alat bangunan atau bahan-bahan terbuat dari karet.
2.4. Nitrogen dioksida (NO2)
Nitrogen dioksida (NO2) yaitu gas yang beracun, berwarna coklat kemerahan
dan pada umumnya mengganggu sistem pernafasan. Gas nitrogen dioksida (NO2)
merupakan gas yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara selain nitrogen monoksida (NO) dan empat kali lebih toksik dari nitrogen monoksida (NO) (Sunu, 2001).
2.4.1. Sumber Nitrogen dioksida (NO2) A. Dari Nitrogen Di Atmosfer (Alami)
Udara terdiri dari sekitar 80% volume nitrogen dan 20% oksigen. Pembentukan nitrogen oksida dan nitrogen dioksida mencakup reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara sehingga membentuk nitrogen oksida (NO). dan selanjutnya reaksi antara NO dengan lebih banyak oksigen membentuk nitrogen dioksida (NO2).
N2 + O2 2NO
2NO + O2 2NO2
Pembentukan NO hanya dirangsang pada suhu tinggi, dengan demikian NO di dalam campuran ekuilibrum pada suhu tinggi akan terdisosiasi kembali menjadi N2
dan O2 jika suhu campuran tersebut diturunkan secara bertahap untuk memberikan
waktu yang memadai bagi NO terdisosiasi. Akan tetapi bila campuran ekuilibrum didinginkan secara mendadak, akan banyak NO yang masih terdapat pada campuran suhu rendah tersebut. Pendinginan cepat tersebut sering dilakukan pada proses pembakaran.
Kecepatan reaksi pembentukan NO2 dapat dipengaruhi oleh konsentrasi
kalinya dan bila konsentrasi NO menurun menjadi setengahnya maka kecepatan reaksi akan berkurang menjadi seperempatnya. Kenaikan jumlah oksigen dan penurunan suhu menyebabkan sedikit kenaikan dalam kecepatan reaksi, dan hanya sedikit dari NO yang diproduksi selama pembakaran akan diubah menjadi NO2
selama proses pendinginan dan pengenceran. Sebagian NO yang terdapat di atmosfer akan diubah menjadi NO2 melalui proses yang disebut siklus fotolisis NO2
yang bukan merupakan reaksi langsung dengan oksigen (Sunu,2001).
Menurut Robinson dan Robins dalam Stern (1976) emisi NOx secara alami di
seluruh dunia diperkirakan menjadi 430x106 ton per tahun. Konsentrasi ini tidak tetap dan sulit untuk diukur. Waktu tinggal NOx di udara adalah sekitar 5 hari.
Menurut Duffus (1980) hamper semua emisi NOx berasal dari sumber alami, yang
menyumbang 80% dari isi atmosfer.
B. Hasil Kegiatan Manusia
Pencemaran nitrogen dioksida yang bersumber dari alam belum menjadi masalah yang serius, karena menyebar lebih merata dalam area yang luas. Sedangkan pencemaran nitrogen dioksida yang diproduksi oleh kegiatan manusia dengan berbagai kepentingannya lebih mendatangkan masalah karena terlokalisir di tempat-tempat tertentu saja.
Pencemaran udara di perkotaan cenderung meningkat termasuk konsentrasi NO2 yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pegunungan. Emisi NOx
dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi
pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx sebagai akibat dari kegiatan
[image:33.612.120.478.223.428.2]manusia dengan berbagai kepentingannya berasal dari pembakaran arang, minyak, gas alam dan bensin (Sunu, 2001).
Tabel 2.2 Emisi Nitrogen Oksida di Seluruh Dunia Oleh Proses Pembakaran dan Sumber Alami
Sumber Emisi NOx Sebagai N
(106 t.tahun-1)
Pembakaran Batu Bara 8,2
Pembangkit Tenaga 3,7
Industri 4,2
Rumah tangga/Komersial 0,3
Pembakaran Minyak Bumi 6,6
Sisa Minyak 2,7
Bensin 2,3
Minyak Bahan Bakar 1,1
Lainnya 0,5
Pembakaran Gas Alam 0,6
Kebakaran Hutan <0,2
Sumber Alamiah 150
Sumber : (Gorham dalam Connel & Miller, 1995)
2.4.2. Penyebaran Nitrogen Dioksida (NO2)
Konsentrasi nitrogen oksida (NOx) di udara sangat dipengaruhi oleh sinar
matahari dan aktivitas kendaraan bermotor. Perubahan konsentrasi NOx di udara berlangsung sebagai berikut :
a. Konsentrasi NO dan NOx tetap stabil sebelum matahari terbit
c. Pada siang hari, sinar matahri memancarkan sinar ultraviolet sehingga konsentrasi NO2 meningkat karena perubahan NO primer menjadi NO2
sekunder
d. Dengan menurunnya konsentrasi NO di bawah 0,1 ppm, maka konsentrasi ozon (O3) meningkat
e. Konsentrasi NO mulai meningkat kembali apabila intensitas energi sinar matahari cenderung menurun pada sore hari
f. O3 yang terkumpul disepanjang hari akan bereaksi dengan NO yang berakibat
terjadinya kenaikan konsentrasiNO2 dan penurunan konsentrasiO3.
2.4.3. Efek Nitrogen dioksida (NO2) Terhadap Kesehatan
Paru-paru merupakan organ yang paling peka terhadap pencemaran gas ini.
Dalam konsentrasi tinggi NO2 dapat membahayakan, umumnya dalam jangka waktu
berada di tempat yang tidak terlindung hanya menyebabkan batuk-batuk, kelelahan,
dan mual-mual ringan. NO2 merupakan uap yang iritan yang menyerang selaput
lendir pernafasan bagian atas. Iritasi selaput lendir menimbulkan sakit pada kelopak
mata (cunjunctiva). Efek lokal gas ini adalah iritasi pada mata, dan iritasi pada
membran mukosa saluran pernapasan atas. Efek sistemik terjadi pada paru. Iritasi
pada paru yang hebat menyebabkan pulmonary edema. Kerusakan pada bronchioles
yang terjadi secara perlahan menyebabakan obstrusi pada saluran napas atas (Sarudji,
2010). Konsentrasi uap NO2 yang tinggi dapat membahayakan, rasa sakit dan
pangkal tenggorok (glottis), pengerutan cabang paru-paru yang mendorong terjadinya
pingsan karena tidak bernafas.
Kekejangan yang hebat atau edema pangkal tenggorok dapat mengakibatkan kematian. Bila keracunan tidak fatal, masa kesembuhannya biasanya lambat dan sering mendapat komplikasi seperti kelemahan umum (asthenia), serangan asma, bronchitis kronis yang kadang-kadang menjalar febrosis paru-paru dan emphysema (sel-sel jaringan terisi udara) dan kerja jantung tidak teratur (Adiwisastra, 1992).
Apabila udara tercemar oleh gas NO2 dan bereaksi dengan uap air maka akan
menjadi korosif dan memberikan efek terhadap mata, paru dan kulit (Mukono, 2005) a. Terhadap alat pernafasan
Iritasi terhadap paru akan menyebabkan edema paru setelah terpapar oleh gas NO2 selama 48-72 jam, apabila terpapar dengan dosis yang
meningkat akan menjadi fatal. b. Terhadap mata
Iritasi mata dapat terjadi apabila NO2 berupa uap yang pekat.
c. Terhadap kulit
Iritasi terhadap kulit terjadi apabila kulit kontak dengan uap air nitrogen akan menyebabkan luka bakar.
d. Efek lain (terhadap darah)
2.5. Partikel
Partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama dengan
bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan sebagai bahan pencemar
berbentuk padatan (Sumantri, 2010). Debu termasuk golongan partikulat. Menurut
Slamet (2000) debu adalah zat padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan
merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan atau zat padat yang berukuran
0,1-25 mikron. Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel
yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter/SPM) dengan ukuran 1
mikron sampai 500 mikron. Suspended partikulat adalah partikel halus di udara yang
terbentuk pada pembakaran bahan bakar minyak. Terutama partikulat halus yang
disebut PM10. Particulat Matter 10 (PM10) adalah partikel debu yang berukuran ≤ 10
mikron. Debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk
menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan
dan keselamatan kerja.
Partikel debu akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam
keadaan melayang-layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernafasan. Selain dapat membahayakan terhadap kesehatan juga dapat mengganggu
daya tembus pandang mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi kimia sehingga
komposisi debu di udara menjadi partikel yang sangat rumit karena merupakan
campuran dari berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk yang relatif berbeda-beda
Menurut Wardhana dalam Sumantri (2010), dalam kaitannya dengan pencemaran lingkungan maka partikel dapat berupa keadaan-keadaan berikut :
1. Aerosol adalah istilah umum yang menyatakan adanya partikel yang
terhambur dan melayang di udara.
2. Fog atau kabut adalah aerosol yang merupakan butiran air yang berada di udara.
3. Smoke atau asap adalah aerosol yang berupa campuran antara butir padatan dan cairan yang terhambur melayang di udara.
4. Dust atau debu adalah aerosol yang berupa butiran padat yang terhambur dan melayang di udara karena adanya hembusan angin.
5. Mist artinya mirip dengan kabut penyebabnya adalah butiran-butiran zat cair (bukan butiran air) yang terhambur dan melayang di udara
6. Fume adalah aerosol yang berasal dari kondensasi uap logam.
7. Flume adalah asap yang keluar dari cerobong asap suatu industri 8. Smog adalah bentuk campuran antra smoke dan fog.
2.5.1. Sumber Polusi Partikel
Menurut Fardiaz (1992) terdapat hubungan antara ukuran partikel polutan dengan sumbernya. Partikel yang berdiameter lebih besar dari 10 mikron dihasilkan dari proses-proses mekanis seperti erosi angin, penghancuran dan penyemprotan, dan pelindasan benda-benda oleh kendaraan atau pejalan kaki. Partikel yang berukuran diameter diantara 1-10 mikron biasanya termasuk tanah, debu dan prodruk-produk pembakaran dari industri lokal, dan pada tempat-tempat tertentu juga terdapat garam laut. Partikel yang mempunyai diameter antara 0,1-1 mikron terutama merupakan produk-produk pembakaran dan aerosol fotokimia. Partikel yang mempunyai diameter kurang dari 0,1 mikron belum diidentifikasi secara kimia, tetapi diduga berasal dari sumber-sumber pembakaran.
Debu partikulat ini juga terutama dihasilkan dari emisi gas buang kendaraan. Sekitar 50%-60% dari partikel melayang merupakan debu berdiameter 10µm atau dikenal dengan PM10. Debu PM10 dikategorikan sebagai Respirable Particulate Matter
2.5.2. Sifat-Sifat Partikel
Sifat-sifat partikel adalah : 1. Mengendap
Partikel yang berukuran lebih besar dari 2-40 mikron (tergantung dari densitasnya) tidak bertahan terus di udara, melainkan akan mengendap. Partikel yang tersuspensi secara permanen di udara juga mempunyai kecepatan pengendapan, tetapi partikel-partikel ini tetap terdapat di udara karena gerakan udara.
2. Sifat Adsorbsi
Kemampuannya sebagai tempat adsorbsi (sorbsi secara fisik) atau kimirisorbsi (sorbsi disertai dengan interaksi kimia).
3. Sifat Absorbsi
Jika molekul yang tersorbsi tersebut larut di dalam partikel, jenis sorbsi ini sangat mementukan tingkat bahaya dari partikel.
4. Sifat Optik
penting dalam menentukan pengaruh partikel atmosfir terhadap radiasi dan visibilitas solar energi (Fardiaz, 1992).
Sedangkan menurut Pudjiastuti (2002) sifat debu di kategorikan Sebagai berikut:
1. Sifat Pengendap
Debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya gravitasi bumi. Namun karena ukurannya yang relatif kecil berada di udara. Debu yang mengendap dapat mengandung proporsi partikel yang lebih besar dari debu yang terdapat di udara.
2. Sifat permukaan basah
Sifat selalu basah di lapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. 3. Sifat Penggumpalan
Karena sifat selalu basah maka debu satu dengan yang lainnya cenderung menempel membentuk gumpalan. Tingkat kelembaban di atas titik saturasi dan adanya turbelensi di udara mempermudah debu membentuk gumpalan. 4. Listrik statik (elektrostatik)
5. Sifat Opsis
Sifat ini menyebabkan debu dapat menarik partikel lain yang berlawanan. Adanya partikel yang tertarik ke dalam debu akan mempercepat terjadinya proses penggumpalan.
2.5.3. Efek Partikel Terhadap Kesehatan
Menurut Pudjiastuti (2002) partikel debu dapat mengganggu kesehatan manusia seperti timbulnya iritasi pada mata, alergi, gangguan pernafasan dan kanker paru-paru. Efek debu terhadap kesehatan sangat tergantung pada solubity (mudah larut), komposisi kimia, konsentrasi debu dan ukuran partikel debu. Sistem pernafasan mempunyai beberapa sistem pertahanan yang mencegah masuknya partikel-partikel baik berbentuk padat maupun cair, kedalam paru-paru. Bulu-bulu hidung akan mencegah masuknya partikel-partikel berukuran besar, sedangkan partikel yang berukuran lebih kecil akan dicegah masuk oleh membran mukosa yang terdapat disepanjang sistem pernafasan dan merupakan permukaan tempat partikel menempel.
Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada saluran pernafasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai organ target sebagai berikut (Pudjiastuti, 2002) :
a. 5-10 mikron akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian atas. b. 2-5 mikron akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian tengah.
d. 0,1-0,5 mikron melayang di permukan alveoli.
Partikel PM10 yang berdiameter 10 mikron memiliki tingkat kelolosan yang
tinggi dari saringan pernafasan manusia dan bertahan di udara dalam waktu cukup lama. Tingkat bahaya semakin meningkat pada pagi dan malam hari karena asap bercampur dengan uap air. PM10 tidak terdeteksi oleh bulu hidung sehingga masuk ke
paru-paru. Jika partikel tersebut terdeposit ke paru-paru akan menimbulkan peradangan saluran pernapasan, gangguan penglihatan dan iritasi kulit (Anonimous, 2002).
Partikel-partikel yang masuk dan tertinggal di dalam paru-paru mungkin berbahaya bagi kesehatan karena tiga hal penting, yaitu (Fardiaz, 1992):
a. Partikel tersebut mungkin beracun karena sifat-sifat kimia dan fisiknya. b. Partikel tersebut mungkin bersifat inert (tidak beraksi) tetapi tinggal di
dalam saluran pernafasan dapat menggangagu pembersihan bahan-bahan lain yang berbahaya.
c. Partikel-partikel tersebut mungkin dapat membawa molekul-molekul gas yang berbahaya, baik dengan cara mengabsorbsi atau mengadsorbsi, sehingga molekul-molekul gas tersebut dapat mencapai dan tertinggal di bagian paru-paru yang sensitif. Karbon merupakan partikel yang umum dengan kemampuan yang baik untuk mengabsorbsi molekul-molekul gas pada permukaannya.
sistem pernafasan akan tetapi bila berlangsung cukup lama maka sistem tersebut tidak dapat lagi menahan masuknya bahan tersebut ke paru-paru.
Debu, aerosol dan gas iritan kuat menyebabkan refleks batuk atau spasme laring (penghentian bernafas), bila zat-zat tersebut masuk ke dalam paru-paru dapat menyebabkan bronchitis kronik, edema paru atau pneumonitis. Para pekerja menjadi toleran terhadap paparan iritan berkadar rendah dengan meningkatkan sekresi mucus, suatu mekanisme yang khas pada bronchitis dan juga terlihat pada perokok tembakau.
Tempat utama bagi absorbsi di saluran nafas adalah alveoli paru-paru. Ini terutama berlaku untuk gas dan juga uap cairan. Kemudahan absorbsi ini berkaitan dengan luasnya permukaan alveoli, cepatnya aliran darah dan dekatnya darah dengan alveoli.
2.6. Baku Mutu Udara Ambien
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara, udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan.atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien dan kadar NO2 dan PM10 yang memenuhi syarat adalah tidak melebihi dari 400µg/Nm3
2.7. Pedagang Kaki Lima
Menurut kamus bahasa Indonesia kaki lima yaitu lantai yang diberi atap sebagai penghubung rumah dengan rumah, arti kedua yaitu lantai (tangga) dimuka pintu atau di tepi jalan. Jadi pedagang kaki lima yaitu pedagang yang menjual barang dagangannya di pinggir jalan atau di dalam usahanya menggunakan sarana dan perlengkapan yang mudah di bongkar pasang atau di pindahkan serta mempergunakan bagian jalan atau troroar, tempat-tempat yang tidak diperuntukkan bagi tempat untuk berusaha atau tempat lain yang bukan miliknya.
2.8. Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang dan penelusuran pustaka, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
Kadar Nitrogen dioksida (NO2) udara ambien di
Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal
Kadar Particulate Matter 10 (PM10) udra ambien di
Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal
Karakteristik Responden 1. Umur
2. Jenis kelamin 3. Lama Berjualan 4. Jam Kerja
5. Kebiasaan merokok
Keluhan kesehatan
− Gangguan Saluran Pernafasan (Bersin, batuk, pilek (hidung berair), sesak nafas)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif yaitu mengetahui kadar Nitrogen dioksida (NO2) dan Particulate Matter 10 (PM10) Udara Ambien dan keluhan kesehatan pada pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang jalan raya di Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini sekitar jalan raya yang terdapat di Kelurahan Lalang. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah karena :
1. Padatnya transportasi di jalan raya tersebut
2. Umumnya banyak yang tinggal dan melakukan aktivitas masyarakat kelurahan lalang di sekitar jalan raya, termasuk pedagang kaki lima yang setiap hari terpapar oleh gas NO2 dan PM10 udara ambien yang berasal dari
kendaraan bermotor yang melewati jalan raya tersebut.
3. Berdasarkan penelitian terdahulu mengenal PM10 pada lokasi yang sama yang
melebihi baku mutu dan terdapat keluhan pada masyarakat yang tinggal di kelurahan lalang, sehingga penulis ingin mengetahui kadar NO2 dan PM10 dan
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada November 2013 - Desember 2013. 3.3. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah udara ambien dan pedagang kaki lima yang berada di sekitar jalan raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal. Adapun lokasi pengukuran kadar NO2 dan PM10 udara ambien sebanyak 4 lokasi yaitu :
1. Lokasi I : Jl. Binjai – Medan, dimulai dari gapura selamat datang sampai simpang lampu merah.
2. Lokasi II : Jl. Kelambir V, dimulai dari simpang lampu merah sampai sepanjang 100 meter.
3. Lokasi III : Jl. Gatot Subroto, dimulai dari simpang lampu merah sampai sepanjang 100 meter
4. Lokasi IV : Jl. Pinang Baris, dimulai dari simpang lampu merah sampai sepanjang 100 meter.
3.4. Populasi dan Sampel 3.4.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima yang berdagang di sepanjang jalan raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal yang setiap harinya melaksanakan aktivitas hidupnya di jalan raya tersebut, sehingga kemungkinan mereka terpapar oleh bahan polutan yang ditimbulkan oleh aktivitas transportasi yaitu sebanyak 83 orang pedagang dengan rincian sebagai berikut :
2. Lokasi II : Jl. Kelambir V, dimulai dari simpang lampu merah sampai sepanjang 100 meter sebanyak 11 pedagang.
3. Lokasi III : Jl. Gatot Subroto, dimulai dari simpang lampu merah sampai sepanjang 100 meter sebanyak 21 pedagang
4. Lokasi IV : Jl. Pinang Baris, dimulai dari simpang lampu merah sampai sepanjang 100 meter 13 pedagang.
3.4.2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pengambilan sampel acak stratifikasi proporsional (Proportional stratified random sampling), karena jumlah sampel penelitian berbeda antara strata yang satu dengan strata yang lain. Kemudian dari masing-masing strata di ambil sampel yang mewakilinya.
Untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000 maka besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dari rumus :
Keterangan :
N: Besar populasi
n: Besar sampel
d: Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)
(Notoatmodjo, 2005)
Dengan mensubsitusi nilai N dan d ke dalam formula besar sampel, maka: = 83
= 83 1 + 0,83 = 45,3 = 45
Berdasarkan perhitungan besar sampel tersebut dengan jumlah populasi sebesar 83 orang maka ditetapkan jumlah sampel sebanyak 45 orang. Dengan demikian dapat diketahui jumlah sampel yang akan di ambil di Jalan Binjai-Medan, Jalan Kelambir V, Jalan Gatot Subroto dan Jalan Pinang Baris yaitu:
1. Besar sampel Jl. Binjai-Medan (N= 38 orang)
2. Besar sampel Jl. Kelambir V (N= 11 orang)
3. Besar sampel Jl. Gatot Subroto (N= 21 orang)
4. Besar sampel Jl. Pinang Baris (N=13 orang)
3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer
3.5.2. Data Sekunder
Diperoleh dari literatur perpustakaan dan instansi terkait yang ada hubungannya dengan objek penelitian.
3.6. Defenisi Operasional
1. Nitrogen dioksida (NO2) yaitu gas berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. Gas ini merupakan gas yang toksik bagi manusia dan pada umumnya mengganggu sistem pernafasan.
2. Kadar Nitrogen dioksida (NO2) Udara Ambien adalah konsentrasi NO2 di udara
ambien berdasarkan hasil pengukuran-pengukuran dengan menggunakan alat Spektrofotometer (NO2) yang diukur disekitar jalan raya di Kelurahan Lalang
Kecamatan Sunggal.
3. Particulate Matter 10 (PM10) merupakan partikel debu yang berukuran < 10 mikron.
4. Kadar Particulate Matter 10 (PM10) Udara Ambien adalah konsentrasi debu
partikel mikron di udara ambien berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan alat pengukur debu yaitu Haz Dust EPAM-5000 yang diukur disekitar jalan raya di Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal.
5. Jalan raya adalah jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan lain.
sesak nafas) dan iritasi mata (mata merah, mata berair, mata gatal dan mata kotor/belek).
7. Pedagang kaki lima adalah pedagang yang menjual barang dagangannya di pinggir jalan atau di dalam usahanya menggunakan sarana dan perlengkapan yang mudah di bongkar pasang atau dipindahkan serta mempergunakan bagian jalan atau trotoar, tempat-tempat yang tidak diperuntukkan bagi tempat untuk berusaha atau tempat lain yang bukan miliknya.
8. Umur adalah usia responden dihitung dari ulang tahun terakhir dalam satu tahun. 9. Lama berjualan adalah lamanya bekerja sebagai pedagang kaki lima di
Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal.
10. Jam kerja adalah lama bekerja dalam satu hari dihitung dalam bilangan jam. 11. Kebiasaan merokok yaitu kebiasaan pedagang kaki lima untuk merokok yang
diperoleh dari hasil pengisian kuesioner. 3.7. Aspek Pengukuran
[image:51.612.112.528.527.624.2]3.7.1. Kadar Nitrogen Dioksida (NO2) dan Particulate Matter 10 (PM10) Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Kadar NO2 dan PM10
No. Parameter Waktu Pengukuran
Satuan Alat Ukur
Standar Metode Analisis 1. NO2 1 jam µg/Nm3 Impinger 400
µg/Nm3
Saltzman 2. PM10 1 jam µg/Nm3 Haz Dust
EPAM-5000
150 µg/Nm3
Gravimetric
Berdasarkan aspek pengukuran di atas, mengacu pada satuan alat ukur yang digunakan maka kadar NO2 dan PM10 dinyatakan dengan satuan µg /Nm3 sesuai
3.7.2. Keluhan Kesehatan
Untuk mengetahui adanya keluhan kesehatan, dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan kategori sebagai berikut :
a) Gangguan pernafasan (bersin, batuk, pilek dan sesak nafas)
b) Iritasi mata (mata merah, mata berair, mata gatal dan mata kotor/belek) 3.8. Prosedur Pengukuran Nitrogen dioksida (NO2)
3.8.1. Pengambilan Contoh Uji
1. Susun peralatan pengambilan contoh uji dengan baik dan benar
2. Masukkan larutan penyerap Griess Saltzam sebanyak 10 mL ke dalam botol penyerap. Atur botol penyerap agar terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung,
3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,4 L/menit, setelah stabil catat laju alir awal F1
4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat temperatur dan tekanan udara
5. Setelah satu jam catat laju alir akhir dan kemudian matikan pompa penghisap 6. Analisis yang dilakukan dilapangan segera setelah pengambilan contoh. 3.8.2. Bahan/ Pereaksi
1. Hablur asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H)
2. Larutan asam asetat glasial (CH3COOH)
4. Larutan nitrit N - (1-naftil)-etiendiamin dihidroklorida (NEDA, C12H16CI2N2)
- Larutkan 0,1 gr NEDA dengan air suling ke dalam botol coklat dan disimpan dilemari pendingin, kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda tera
- Larutan tersebut dipindahkan ke dalam botol coklat dan disimpan dilemari pendingin
5. Aseton (C3H6O)
6. Larutan penyerap Griess Saltzman
- Larutkan 5 gr asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H) dalam gelas piala 1000 ml dengan 140 ml asam asetat glasial, aduk secara hati – hati dengan stirer sambil ditambahkan dengan air suling hingga kurang lebih 800 ml
- Pindahkan larutan tersebut kedalam labu ukur 1000 ml
- Tambahkan 20 ml larutan induk NEDA, dan 10 ml aseton, tambahkan air suling hingga sampai tanda tera, lalu homogenkan
7. Larutan induk NO2 1640 µg/ML
- Keringkan natrium nitrit (NaNO2) dalam oven selama 2 jam pada suhu 105ºC, dan dinginkan dengan desikator
- Timbang 0,246 gr natrium nitrit yang tersebut di atas, kemudian larutkan ke dalam labu ukur 100 ml dengan air suling, tambahkan air suling hingga tanda tera, lalu homogenkan
8. Larutan standar nitrit (NO2)
Masukkan 10 ml larutan induk natrium nitrit ke dalam labu ukur 1000 ml, tambahkan air suling hingga tanda tera, alu homogenkan
3.8.3. Prosedur Analisis
1. Pembuatan Kurva Kalibrasi
a. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat
b. Masukkan masing – masing 0,0 ml; 0,1 ml; 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml; 1,0 ml, larutan standar nitrit menggunakan pipet volumetri atau buret mikro ke dalam tabung uji 25 ml
c. Tambahkan larutan penyerap sampai tanda tera, kocok dengan baik dan biarkan selama 15 menit agar pembentukan warna sempurna
d. Ukur serapan masing – masing larutan standar dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm
e. Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah N02 (µg)
2. Pengujian Contoh Uji
a. Masukkan larutan contoh uji ke dalam kurvet pada alat spektofotometer, ukur intensitas warna merah muda yang terbentuk pada panjang geombang 550 nm b. Baca serapan contoh uji kemudian hitung konsentrasi dengan menggunakan
kurva kalibrasi 3.8.4. Perhitungan
1. Volume contoh uji udara yang diambil
Dimana :
V : Volume udara yang dihisap F1 : Laju alir awal (L/menit)
F2 : Laju alir akhir (L/menit)
T : Durasi pengambilan contoh uji
Pa : Tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji
( mmHg)
Ta : Temperatur rata – rata selama pengambilan contoh uji (K)
298 : Konversi temperatur ke dalam kelvin 760 : Tekanan udara standar (mmHg) 2. Konsentrasi NO2 di udara ambien
Konsentrasi NO2 dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Dimana :
C : Konsentrasi NO2 di udara (µg/Nm3)
b : Jumlah NO2 dari contoh uji hasil perhitungan dari kurva kalibrasi (µg)
V : Volume udara yang dihisap 10/25 : Faktor pengenceran
3.9. Prosedur Pengukuran Particulate Matter 10 (PM10)
Pengambilan objek penelitian menggunakan Haz-Dust Model EPAM-5000 yang merupakan jenis High Volume Air Sampler dan menggunakan metode
gravimetric, yaitu dengan cara : 1. Pilih filter PM10
2. Masukkan filter k Sleve Arm
3. Sleve Arm tempatkan di lubang inlet instrument. 4. Tekan tombol 1/0 kemudian tekan enter
5. Pilih special function kemudian tekan enter 6. Pilih system option kemudian tekan enter 7. Pilih extended option kemudian tekan enter
8. Pilih Size Select kemudian enter yaitu untuk memilih filter yang akan digunakan (yang sudah ada Sleve Arm)
9. Kemudian tekan main
10.Pilih Calibration kemudian tekan enter Tunggu selama 100 detik
3.10. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan cara : 1. Editing
Memeriksa data terlebih dahulu apakah telah sesuai seperti yang diharapkan, misalnya memeriksa kelengkapan, kesinambungan, dan keseragaman data.
2. Koding
Menyederhanakan semua jawaban jika cara pengumpulan data menggunakan pertanyaan. Menyederhanakan jawaban tersebut dilakukan dalam bentuk memberikan simbol – simbol tertentu.
3. Tabulasi
Mengelompokkan data dalam suatu tabel tertentu menurut sifat – sifat yang dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian.
4. Cleaning
Memeriksa kembali data untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, kemudian dilakukan perbaikan/koreksi.
3.11. Teknik Analisa Data
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Kelurahan Lalang
Kelurahan Lalang merupakan salah satu Kelurahan dari Kecamatan Medan Sunggal yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Sunggal Deli serdang yang merupakan akses pintu masuk menuju Medan dari Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai dan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Adapun gambaran umum dan keadaan daerah Kelurahan Lalang sebagai berikut:
Kelurahan Lalang terdiri dari 13 Lingkungan, mempunyai luas wilayah 125,0 Ha. Adapun batas-batas wilayah kelurahan Lalang sebagai berikut:
− Sebelah Utara : berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Gusta − Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kelurahan Sunggal
− Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Sunggal Kabupaten Deli
Serdang
− Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Sei Sikambing B dan
Kelurahan Cinta Damai 4.2. Karakteristik Responden
dapat gambaran tentang karakteristik responden dan distribusinya dalam tabel-tabel berikut ini.
4.2.1. Umur
Distribusi responden berdasarkan umur responden yang berdagang di sepanjang jalan raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Distribusi Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Kelompok Umur
No Umur Jumlah
(orang)
Persentase (%)
1 < 30 tahun 6 13,3
2 30-39 tahun 8 17,8
3 40-50 tahun 19 42,2
4 >50 tahun 12 26,7
[image:59.612.116.525.276.378.2]Jumlah 45 100,0
Tabel diatas menunjukkan bahwa pedagang kaki lima terbanyak berumur 40-50 tahun yaitu sebanyak 19 orang (42,2%) sedangkan pedagang kaki lima dengan jumlah paling sedikit yaitu berumur <30 tahun sebanyak 6 orang (13,3%).
4.2.2. Jenis Kelamin
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin responden yang berdagang di sepanjang jalan raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
(orang)
Persentase (%)
1 Laki-laki 20 44,4
2 Perempuan 25 55,6
Tabel diatas menunjukkan bahwa pedagang kaki lima terbanyak adalah perempuan yaitu 25 orang (55,6) sedangkan pedagang kaki lima dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 20 responden (44,4).
4.2.3. Kebiasaan Merokok
[image:60.612.112.529.282.393.2]Distribusi responden berdasarkan kebiasaan merokok responden yang berdagang di sepanjang jalan raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Distribusi Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Kebiasaan Merokok.
No Kebiasaan
Merokok
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1 Ya 15 33,3
2 Tidak 30 66,7
Jumlah 45 100,0
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 45 pedagang kaki lima yang memiliki kebiasaan merokok yaitu 15 orang (33,3%) sedangkan responden yang tidak merokok yaitu sebanyak 30 orang (66,7%).
4.2.4. Lama Berdagang
[image:60.612.114.528.591.699.2]Distribusi responden berdasarkan lama berdagang responden yang berdagang di sepanjang jalan raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Distribusi Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Lama Berdagang.
No Lama Berdagang Jumlah
(orang)
Persentase (%)
1 <1 tahun 1 2,2
2 1-10 tahun 15 33,3
3 >10 tahun 29 64,4
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 45 pedagang kaki lima sebagian besar telah berdagang selama > 10 tahun sebanyak 29 orang (64,4%), sebanyak 15 orang (33,3%) telah berdagang selama 1-10 tahun dan sebanyak 1 orang (2,2%) telah berdagang selama < 1 tahun.
4.2.5. Lama Jam Berdagang
[image:61.612.115.526.330.422.2]Distribusi responden berdasarkan lama jam berdagang responden yang berdagang di sepanjang jalan raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Distribusi Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Lama Jam Berdagang.
No Lama Jam
Berdagang
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1 12 jam 43 95,6
2 >12 jam 2 4,4
Jumlah 45 100,0
Tabel diatas menunjukkan bahwa responden dengan jam berdagang terbanyak adalah pada kelompok 12 jam yaitu sebanyak 43 responden (95,6%), sedangkan
responden dengan jam berjualan terendah yaitu > 12 jam yaitu sebanyak 2 responden (4,4%).
4.2.6. Riwayat Penyakit
4.3. Keluhan Kesehatan
4.3.1. Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan
Untuk mendapatkan gambaran tentang keluhan gangguan saluran pernapasan responden yang berdagang di sepanjang jalan raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Setelah dilakukan analisa, di dapat gambaran tentang keluhan ganggunan saluran pernapasan responden dengan jenis keluhan bersin, batuk, pilek (hidung berair), sesak nafas sebagaimana dalam tabel-tabel berikut ini.
Tabel 4.6. Distribusi Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Keluhan Gangguan Saluran Pernafasan
No Keluhan Ganggguan Saluran Pernafasan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1 Ya 33 73,3
2 Tidak 12 26,7
Jumlah 45