• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peubah Ganda (Multivariate Analysis) Untuk Status Gizi Mahasiswa Baru IPB 2003/2004 Berdasarkan Sosioekonomi dan Wilayah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Peubah Ganda (Multivariate Analysis) Untuk Status Gizi Mahasiswa Baru IPB 2003/2004 Berdasarkan Sosioekonomi dan Wilayah"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEUBAH GANDA (

MULTIVARIATE ANALYSIS

) UNTUK STATUS GIZI

MAHASISWA BARU IPB 2003/2004 BERDASARKAN SOSIOEKONOMI DAN

WILAYAH

Kusman Sadik1)

Penelitian ini bertujuan untuk (a) menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi mahasiswa baru IPB 2003/2004 ditinjau dari aspek sosioekonomi dan wilayah (b) mengelompokkan berbagai sosioekonomi dan wilayah asal mahasiswa berdasarkan status gizi, dan (c) mengukur pengaruh status gizi terhadap prestasi mahasiswa baru ketika masih di tingkat SMU, seperti nilai rapor dan nilai ujian akhir nasional.

Status gizi mahasiswa USMI 2003/2004 didasarkan pada nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur , yaitu kurus jika IMT kurang dari persentil ke-5, normal jika IMT antara persentil ke-5 sampai persentil ke-85, dan gemuk jika IMT lebih besar dari persentil ke-85 (WHO, 1995). Dari total mahsiswa USMI (1855), terdapat 214 (11.5%) mahasiswa yang kurus, 103 (5.6%) mahasiswa yang gemuk, dan 1538 (82.9%) mahasiswa dengan status gizi normal. Proporsi mahasiswa yang kurus jauh lebih besar dibandingkan dengan proporsi mahasiswa yang gemuk, hampir setara dengan dua kalinya. Namun secara umum, status gizi mahasiswa USMI berada pada kriteria normal.

Melalui analisis dua peubah yaitu berdasarkan uji Likelihood Ratio Chi-Square

diketahui bahwa sebaran status gizi mahasiswa (kurus, normal, dan gemuk) berhubungan dengan jenis kelamin, fakultas di IPB, pekerjaan ayah, pendidikan ayah, pekerjaan ibu, pendidikan ibu, dan besarnya kiriman tiap bulan. Mahasiswa pria cenderung lebih kurus dibandingkan dengan mahasiswa wanita, atau mahasiswa wanita cenderung berstatus gizi normal. Mahasiswa yang pendidikan orang tuanya adalah SLTA, Diploma atau Sarjana cenderung berstatus gizi normal, sedangkan yang orang tuanya berpendidikan SD atau tidak tamat SD cenderung berstatus gizi kurus. Sedangkan mahasiswa yang pekerjaan orang tuanya adalah PNS atau TNI/Polri cenderung berstatus gizi normal, sedangkan yang pekerjaannya petani cenderung berstatus gizi kurus.

Berdasarkan analisis faktor (factor analysis) diperoleh tiga faktor umum (common

factors) yang dapat menerangkan keragaman mahasiswa yang berstatus gizi kurus.

Faktor-1 berasosiasi dengan peubah pekerjaan ayah, pendidikan ayah, pekerjaan ibu, pendidikan ibu, dan status ekonomi yaitu besarnya kiriman orang tua tiap bulan. Faktor-2 berasosiasi dengan peubah daerah asal, jumlah saudara sekandung, dan anak yang keberapa dalam keluarga. Sedangkan Faktor-3 berasosiasi dengan jenis kelamin dan prestasi di SMU yaitu Nilai Ujian Akhir Nasional (NUN).

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Ihsan (2012) mengenai faktor yang berhubungan dengan status gizi anak balita menunjukkan bahwa riwayat diare mempunyai hubungan yang bermakna secara

PENGARUH PENGENDALIAN DIRI DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN1. SISWA SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN

Puskesmas Sentosa Baru, merupakan salah satu puskesmas dari 39 Puskesmas di Kota Medan yang memiliki kasus gizi buruk dan kurang pada balita masih tinggi. Pengukuran

Menyatakan bahwa Tugas Akhir yang berjudul “ANALISA STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI KELUARGA MENGGUNAKAN UJI CHI SQUARE DAN KORELASI GANDA DENGAN SPSS”,

Puskesmas Sentosa Baru, merupakan salah satu puskesmas dari 39 Puskesmas di Kota Medan yang memiliki kasus gizi buruk dan kurang pada balita masih tinggi.. Pengukuran

dalam penelitian ini adalah cross sectional untuk mengetahui gambaran status gizi anak balita berdasarkan Antropometri di Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan1.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian MP-ASI dini dengan status gizi bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Harapan

Pediatrics (2004), Ikterus adalah salah satu faktor yang mempengaruhi angka kematian bayi, Penelitian di dunia kedokteran menyebutkan bahwa 70% bayi baru lahir