• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Sistem Pengelolaan Sampah Melalui Pemilahan Sampah Organik Dan Anorganik Berdasarkan Persepsi Ibu - Ibu Rumah Tangga.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Desain Sistem Pengelolaan Sampah Melalui Pemilahan Sampah Organik Dan Anorganik Berdasarkan Persepsi Ibu - Ibu Rumah Tangga."

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI

PEMILAHAN SAMPAH ORGANIK DAN ANORGANIK

BERDASARKAN PERSEPSI IBU - IBU RUMAH TANGGA

SRI ANASTASIA YUDISTIRANI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Desain Sistem Pengelolaan Sampah melalui Pemilahan Sampah Organik dan Anorganik berdasarkan Persepsi Ibu - ibu Rumah Tangga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Sri Anastasia Yudistirani

(3)

RINGKASAN

SRI ANASTASIA YUDISTIRANI. Desain Sistem Pengelolaan Sampah melalui Pemilahan Sampah Organik dan Anorganik berdasarkan Persepsi Ibu - ibu Rumah Tangga. Dibimbing oleh LAILAN SYAUFINA dan SRI MULATSIH.

Volume sampah tertinggal yang menjadi masalah masyarakat Jakarta termasuk masyarakat di Jakarta Timur, sebesar 30% sampah tidak terangkut ke pembuangan akhir yang menimbulkan dampak yang tidak baik bagi warga sekitarnya. Masih banyaknya masyarakat yang enggan memilah sampah, antara lain disebabkan belum adanya kesadaran bersama bahwa masalah sampah adalah masalah bersama, dan belum diterapkannya peraturan pemerintah yang mengharuskan pemilahan sampah dilakukan mulai dari sumbernya. Pengelolaan yang ada baru bersifat sesaat dan belum terintegrasi kepada semua komponen sehingga tidak dicapai hasil yang optimal. Untuk itu diperlukan sebuah sistem yang baru yang memasukan komponen penting yang selama ini belum masuk dalam sistem.

Tujuan penelitian ini adalah membuat desain sistem pengelolaan sampah organik dan anorganik untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memilah sampah khususnya bagi ibu rumah tangga. Dengan mengukur partisipasi ibu-ibu rumah tangga dalam memilah sampah dan menganalisis persepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilahan sampah oleh ibu-ibu rumah tangga diharapkan tujuan dari penelitian dapat dicapai.

Metode menggunakan Regresi Logit serta analisa deskriptif terhadap persepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilahan dapat dijadikan dasar dalam membuat desain pengelolaan sampah tersebut.

(4)

Saran yang ditawarkan adalah bahwa pemerintah harus menggiatkan penyuluhan berjenjang dari wali kota sampai ketingkat ketua Rumah Tangga, sehingga tujuan pemilahan dapat disosialisasikan dengan baik sampai ke ibu-ibu rumah tangga, dan harus memperbaiki sistem yang sudah ada dengan cara menyediakan bak sampah dan truk dengan warna yang berbeda untuk masing-masing jenis sampah.Untuk ituPemerintah Daerah melalui Dinas Kebersihan yang melibatkan aparatur kecamatan/kelurahan agar memantau proses pemilahan sampah yang dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga secara periodik/ berkala. Pemerintah juga dapat bekerjasama dengan penggiat daur ulang (swasta) untuk mengelola sampah anorganik sehingga volume sampah yang ditangani pemerintah hanya sampah organik.

Dapat disimpulkan bahwa partisipasi responden dalam pemilahan sampah di wilayah Bogor sebanyak (65.8%) dan wilayah Jakarta sebanyak (18.8%) sedangkan faktor yang berpengaruh nyata dalam pemilahan sampah adalah faktor pendidikan, umur dan penyuluhan. Penerapan PP No. 81 tahun 2012 tentang pemilahan sampah dari sumbernya oleh pemerintah setempat akan menjadi mendorong utama rumah tangga untuk melakukan pemilahan sampah.

Kata kunci: pengelolaan sampah, pemilahan, sampah organik, sampah anorganik, persepsi dan pengelolaan lingkungan

(5)

SUMMARY

SRI ANASTASIA YUDISTIRANI

.

Design of Waste Management System Through Separation of Organic and Anorganic Waste based on Housewives Perception. Supervised by LAILAN SYAUFINAand SRI MULATSIH

Residual waste volume is still a major concern in East Jakarta. About 30% of waste are not sent to Tempat Pembuangan Akhir (TPA) and give negative impact for citizen in Jakarta. Waste sorting are not fully implemented in society. This is due to lack of awareness of citizen to sort the waste products. There are still no government policy that regulate sorting of waste products. The current management system is not integrated to all the components, so the optimal results are not achieved. A new system is required that would include an important component that has not been entered in the system.

The purpose of this research is to design a system of organic and inorganic waste management to increase public participation in waste sorting, especially for the mother-housewife. By measuring the participation of women in the household garbage sorting and analyzing the perception and the factors that affect the sorting of waste by mothers of households expected the purpose of the research can be achieved.

Methods are using logit regression method and descriptive analysis of the expected perception and the factors that affect the sorting can be relied upon in making the design of the waste management.

The approaching strategy from educational factors should be applied. The respondens with the level of high school education down are given counseling about the waste using a simpler method while for respondens with graduate degree given approach regarding the obligation of segregation while the extension is not needed anymore, the strategy using age approaching is more prioritize education for respondens who are aged between 30 years to 50 years, because this is the age range of the respondens are still many respondens who have not been through the trash, while the Local Government should implement PP. No. 81 Tahun 2012 regulation which requires every citizen to perform sorting of waste at the source and apply sanctions for those who are not willing to sort the waste should manage their own waste to dispose of waste in place itself (not the public facilities available in the surrounding environment), because of the results of the questionnaire obtained that the respondent amounted to 63 respondens from 65 respondens who have not sorting garbage sorting will do if the application of the policy of Government Regulation No. 81 Tahun 2012 is applied.

(6)

inorganic waste so that the volume of only organic waste handled by the government.

It can be concluded that the responden's participation in waste sorting in Bogor and Jakarta are (65.8%) and (18.8%) consequtively. Whereas significant factor in waste sorting are education factor, age and education. Application of PP 81 of 2012 on the waste sorting at the source by the local government will be the main driver for sorting household garbage.

(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)
(9)

Penguji Luar Komisi

Pada Ujian Tesis : Senin 24 Agustus 2015 Pukul 08.00 WIB Dr. Drh. Akhmad Arif Amin

(10)

Judul Tesis : Desain Sistem Pengelolaan Sampah Melalui Pemilahan Sampah Organik dan Anorganik Berdasarkan Persepsi Ibu - Ibu Rumah Tangga

Nama : Sri Anastasia Yudistirani NRP : P052110294

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr. Ir Lailan Syaufina, M.Sc Ketua

Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr. Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian: 24 Agustus 2015

(11)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilakukan sejak bulan September 2014 sampai Maret 2015 ini ialah pengelolaan lingkungan dengan judul Desain Sistem Pengelolaan Sampah melalui Pemilahan Sampah Organik dan Anorganik berdasarkan Persepsi Ibu - ibu Rumah Tangga. Penelitian ini merupakan syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Ir Lailan Syaufina, M.Sc. dan ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr. selaku pembimbing serta semua pihak yang telah membantu dalam proses pengumpulan data sehingga saya berhasil menyelesaikan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada suami, anak serta seluruh keluarga, atas segala doa, kasih sayang, dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bogor, Agustus 2015

(12)
(13)

DAFTAR TABEL

1. 2. 3.

4. 5. 6. 7.

Karakteristik Ekstrinsik Responden Wilayah Bogor dan Jakarta 2014 Hasil Analisis Statistik Faktor-Faktor Penentu Pemilah Sampah Responden Wilayah Bogor dan Jakarta 2014

Pemilah Berdasarkan Kelompok Umur Responden Wilayah Bogor dan Jakarta 2014

Status Pemilah Berdasarkan Daerah Penelitian Wilayah Bogor dan Jakarta 2014

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilah Sampah untuk Responden Wilayah Bogor dan Jakarta 2014

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Bukan Pemilah Sampah untuk Responden Wilayah Bogor dan Jakarta 2014

Timbunan Sampah Di Wilayah Jakarta Timur Tahun 2011 dan Tahun 2013

(14)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Komposisi Sampah di DKI Jakarta 2013

2. Kerangka Pemikiran Penelitian

3. Tempat Pembuangan Sampah Akhir, Bantar Gebang, Bekasi 4. Faktor yang mempengaruhi Persepsi

5. Technology Acceptance Model dengan memasukkan pengaruh sosial

6. Bagan Elemen Desain

7. Pemilah Bedasarkan Kelompok Umur

8. Deskripsi Desain Sistem Pengelolaan Sampah tingkat Rumah Tangga

2 3 5 9 9 10 18 29

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran SPSS – Regresi Logistik 34

Lampiran Rekap Kuisioner Dengan SPSS 49

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sampah adalah material sisa dari aktivitas manusia yang tidak memiliki keterpakaian, karenanya harus dikelola. Tanpa pengelolaan secara baik dan benar, sampah dapat menimbulkan kerugian karena akan menyebabkan banjir, meningkatnya pemanasan global, menimbulkan bau busuk, mengganggu keindahan, memperburuk sanitasi lingkungan dan ancaman meningkatnya berbagai macam penyakit.

Rumah tangga merupakan penghasil sampah terbesar (78%), disamping penghasil sampah lembaga (rumah sakit, kantor, pasar dan instansi lainnya). Persoalan sampah terus berkembang seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan gaya hidup yang menghasilkan banyak sampah.

Pertumbuhan penduduk DKI yang meningkat 1.49 % per tahun pada tahun 2011, dan perilaku hidup modern juga meningkatkan volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat DKI. Menurut data Dinas Kebersihan Jakarta Timur pada tahun 2012 setiap orang di DKI menghasilkan 0.74072 Kg perhari (Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur, 2013)

Selama ini pemda DKI membuang sampah ke penampungan akhir Bantargebang, Cilincing dan Sunter dengan alat transportasi yang dimiliki sebanyak 236 buah armada truk. Pengangkutan sampah dilakukan pada malam hari untuk menghindari polusi bau yang menyengat yang dirasa penduduk dekat pembuangan akhir tsb. Terbatasnya armada truk dan waktu pengangkutan, menyebabkan banyak sampah yang tidak terangkut, dan menumpuk di TPS (Tempat Pembuangan Sementara).

Di Jakarta Timur timbunan sampah berasal dari 10 kecamatan, 7 kecamatan di antaranya masih terdapat sampah yang tidak terangkat setiap harinya yaitu: (Kecamatan Matraman 16.76 Ton/hr, Jatinegara 14.53 Ton/hr, Pasar Rebo 59.06 Ton/hr, Cakung 207.7 Ton/hr, Duren Sawit 137.98 Ton/hr, Ciracas 31.46 Ton/hr, Cipayung 77,27 Ton/hr) (Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur, 2011). Sampah yang menumpuk jika dikelola akan menjadi berkah, sebaliknya jika tidak dikelola dapat menimbulkan masalah.

Selama ini masyarakat di Jakarta Timur dalam mengelola sampah masih menggunakan pendekatan Kumpul, Angkut dan Buang ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir). Sampah yang terbuang ini terdiri dari sampah anorganik dan sampah organik. Paradigma baru penanganan sampah adalah dengan cara pengelolaan sampah serta kegiatan pengurangan volume (karena akan terus bertambah seiring pertambahan manusia). Pengurangan volume sampah dilakukan melalui kegiatan pemilahan, pembatasan, penggunaan kembali, dan daur ulang.

Pemilahan sampah dilakukan dengan memisahkan sampah organik dan anorganik. Beberapa jenis sampah anorganik banyak yang memiliki nilai ekonomis untuk didaur ulang seperti botol plastik, kertas, dan lain sebagainya. Disamping itu kerapatan jenis sampah anorganik (selain logam) memiliki nilai yang lebih kecil dibanding sampah organik. Oleh karena itu volume sampah ini lebih besar dibanding sampah organik dan membutuhkan ruang yang lebih besar.

(18)

(yaitu rumah tangga), oleh penggiat daur ulang. Dengan demikian maka dapat mengurangi 33% beban volume sampah yang harus diangkut pemerintah daerah ke TPA. Angka ini melebihi rata-rata sampah yang tertinggal di wilayah Jakarta Timur setiap harinya sebesar 29.95%.

.

67 17

6 7

1,5

0,6 0,4 0,5

Sumber: Dinas Kebersihan DKI Jakarta, 2013

Gambar 1. Komposisi Sampah di DKI Jakarta 2013

Sampah yang sudah berkurang volumenya diharapkan mampu diangkut seluruhnya dan tidak lagi ada penumpukan sampah.

Sistem pengelolaan sampah melalui pemilahan juga tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Pada pasal 17 (1) disebutkan bahwa pemilahan dilakukan oleh setiap orang pada sumbernya. Pemilihan judul diambil berdasarkan pendekatan terhadap masyarakat dikarenakan selama ini masyarakat belum dilibatkan ke dalam sistem pengelolaan sampah secara simultan. Agar daur ulang sampah anorganik bisa berjalan efektif, maka diperlukan partisipasi pengelola sampah rumah tangga.

Kerangka Pemikiran

(19)

3

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian

Rumusan Masalah

Pemilahan sampah oleh masyarakat masih belum banyak dilakukan. Padahal peran serta masyarakat dalam mengurangi volume sampah dengan cara memilah sampah dari sumber asalnya sangat penting. Rumah tangga merupakan salah satu sumber asal sampah yang tertinggal terbesar di DKI Jakarta sebesar 78%. Oleh karena itu, peran rumah tangga dalam pemilahan sampah merupakan ujung tombak dalam pengelolaan sampah secara keseluruhan. Untuk mengkaji sejauh mana peran rumah tangga dalam pemilahan sampah, maka beberapa pertanyaan yang perlu dijawab adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana partisipasi ibu-ibu rumah tangga dalam memilah sampah

(20)

3. Bagaimana desain sistem pengelolaan sampah anorganik untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memilah sampah.

Tujuan Utama Penelitian

Membuat design sistem pengelolaan sampah anorganik untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memilah sampah berdasarkan persepsi ibu-ibu rumah tangga.

Tujuan Khusus Penelitian

1. Mengukur partisipasi ibu-ibu rumah tangga dalam memilah sampah

2. Menganalisis persepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilah sampah oleh ibu-ibu rumah tangga.

Manfaat Penelitian

(21)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Pengelolaan Sampah dan Faktor yang Mempengaruhi

Sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan (Slamet 2002).

sumber: Komunitas Jurnalis Bekasi, 2014

Gambar 3. Tempat Pembuangan Sampah Akhir, Bantar Gebang, Bekasi

Sampah Anorganik terdiri dari; plastik, kertas, logam, kaca, karet dan lain-lain untuk masing-masing kota memiliki komposisi volume yang berbeda-beda tergantung dari gaya hidup penduduknya. Komposisi sampah di salah satu kota terbesar di Indonesia DKI Jakarta tahun 2013 adalah 67% sampah organik dan 33% sampah anorganik, kendala utama masalah sampah selain transportasi baik dari alat angkutnya, waktu di jalan karena macet dan volume sampah yang meningkat setiap tahunnya juga komposisi sampah yang masih tercampur antara sampah organik dan anorganik yang mengakibatkan sampah yang masih tercampur tersebut diangkut dengan volume 100%.

Secara teoritik, untuk mengatasi persoalan sampah mengharuskan dilakukannya pergeseran pendekatan dari pendekatan ujung-pipa (end-pipe of solution) ke pendekatan sumber. Dengan pendekatan sumber, maka sampah yang ditangani berada pada wilayah hulu sebelum sampah itu sampai ke tempat pengolahan akhir (hilir) (Putro 2002).

Dinas Kebersihan DKI Jakarta selama ini menggunakan 2 cara pengumpulan sampah sebagai berikut:

a. Sistem door to door, pengumpulan dilakukan oleh petugas dengan mendatangi tiap-tiap rumah tangga (alat gerobak sampah bervolume 0.5 - 1.0 m3, truk, dan lain lain), kemudian dikumpulkan di tempat penampungan sementara.

b. Sistem Komunal, pengumpulan dilakukan sendiri oleh masing-masing rumah tangga ke tempat yang sudah disediakan. Tempat tersebut berupa kontainer komunal dengan volume 6-8 m3 atau tempat penampungan sementara (TPS) sebelum diangkut ke tempat penampungan akhir (TPA). Kapasitas maksimum penampungan TPST dan TPA dengan batasan sebagai

berikut:

(22)

b. TPST PDUK Cacing (Cakung-Cilincing) dengan kapasitas daya tampung maksimum 1300 ton/hari dan dapat menampung sampah yang berasal dari wilayah Jakarta Timur sebesar 1300 x 26.5% = 344 ton/hari

c. TPA Bantar Gebang dengan kapasitas daya tampung maksimum 5200 ton/hari dan dapat menampung sampah yang berasal dari wilayah Jakarta Timur 5200 x 26.5% = 1378 ton/hari

Dari kapasitas maksimum ke 3 TPA tersebut dapat diketahui kemampuan daya tampung TPA dan dapat dihitung berapa banyak sampah yang akan tertinggal seiring bertambahnya waktu, pertambahan penduduk linier dengan bertambahnya sampah.

Penelitian untuk mengatasi masalah volume dan transportasi sampah sudah dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi baik negeri maupun swasta tetapi masalah sampah belum signifikan dapat teratasi.

Tempat sampah terpilah yang berfungsi sebagai pengumpul (kolekting) sampah yang bernilai ekonomi (jenis plastik, logam, kain, kemasan bahan daur ulang) harus tersedia, dengan sarana itu, sampah jenis anorganik (plastik, kertas, logam, kain) akan berada dalam keadaan bersih, sehingga layak di daur ulang. Memang belum semua sampah bisa diolah dan didayagunakan, masih ada sampah (sisa bahan B3, waste un-recycle, sampah medis dari umah sakit dan klinik). Jenis sampah kategori B3 ini memerlukan penanganan khusus (Abidin 1995).

Pembakaran sampah di bawah 10000 C tetap beresiko menghasilkan dioxin yang berbahaya bagi lingkungan. Jalan teraman adalah penanganan sampah secara berjenjang dan terdesentralisasi dimulai di level rumah dengan pemilahan, kemudian menyediakan kontainer berdasar jenis, mendaur ulang jenis plastik, kertas, logam serta sisanya berupa sampah undegradable dan sampah klinis dikelola di Tempat Pengelolaan Akhir (Friman 2010).

Peran serta masyarakat sangat penting didalam pengelolaan sampah menjadi faktor yang sangat menentukan didalam mengatasi masalah sampah dan pada akhirnya sistem pengelolaan sampah anorganik ini harus memasukan variabel masyarakat didalamnya. Untuk itulah kesadaran masyarakat sebagai penghasil sampah juga harus ditumbuhkan dengan memberi tanggung jawabnya sebagai pengelola sampah juga.

Persepsi dan Faktor yang Mempengaruhi

Persepsi adalah proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses kategorisasi dan interpretasi yang bersifat selektif (Kotler 1993).

(23)

7

Proses Terbentuknya Persepsi

Proses pembentukan persepsi diawali dengan masuknya sumber melalui suara, penglihatan, rasa, aroma atau sentuhan manusia, diterima oleh indera manusia (sensory receptor) sebagai bentuk sensasi. Sejumlah besar sensasi yang diperoleh dari proses pertama diatas kemudian diseleksi dan diterima. Fungsi penyaringan ini dijalankan oleh faktor seperti harapan individu, motivasi, dan sikap. Sensasi yang diperoleh dari hasil penyaringan pada tahap kedua itu merupakan input bagi tahap ketiga, tahap pengorganisasian sensation. Dari tahap ini akan diperoleh sensasi yang merupakan satu kesatuan yang lebih teratur dibandingkan dengan sensasi yang sebelumnya. Tahap keempat merupakan tahap penginterpretasian seperti pengalaman, proses belajar, dan kepribadian. Apabila proses ini selesai dilalui, maka akan diperoleh hasil akhir berupa Persepsi.

Menurut Kotler (2000) persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti.

Winardi (1992) mengemukakan bahwa konsep persepsi merupakan proses kognitif, di mana seseorang individu memberikan arti pada lingkungan. Mengingat bahwa masing-masing orang memberi artinya sendiri terhadap stimuli maka dapat dikatakan bahwa individu-individu yang berbeda, melihat hal yang sama dengan cara yang berbeda. Persepsi meliputi aktivitas menerima stimuli, mengorganisir stimuli tersebut, dan menterjemahkan atau menafsirkan stimuli yang terorganisir tersebut sedemikian rupa, sehingga ia dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap.

Gibson, dkk (1989) memberikan definisi persepsi sebagai proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri.

Menurut Mulyana (2000) persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian-balik (decoding) dalam proses komunikasi. Selanjutnya mulyana mengemukakan persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan lain. Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita (Baron, Paulus,1991). Persepsi timbul karena adanya dua faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal tergantung pada proses pemahaman sesuatu termasuk di dalamnya sistem nilai, tujuan, kepercayaan dan tanggapannya terhadap hasil yang dicapai. Faktor eksternal berupa lingkungan, kedua faktor ini menimbulkan persepsi karena didahului oleh suatu proses yang dikenal dengan komunikasi.

(24)

Desiderato (1976) dalam Rakhmat (1996) mengemukakan bahwa persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberi makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli).

Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Vincent (1997), pengalaman masa lalu (terdahulu) dapat mempengaruhi seseorang karena manusia biasanya akan menarik kesimpulan yang sama dengan apa yang ia lihat, dengar, dan rasakan. Keinginan dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam hal membuat keputusan. Manusia cenderung menolak tawaran yang tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Pengalaman dari teman-teman, dimana mereka akan menceritakan pengalaman yang telah dialaminya. Hal ini jelas mempengaruhi persepsi seseorang.

Di antara karakteristik pribadi yang lebih relevan yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan (ekspektasi). Situasi yang meliputi waktu, keadaan / tempat kerja / lingkungan, keadaan sosial dapat mempengaruhi persepsi kita. Walgito (2002) menyatakan bahwa lingkungan atau situasi khususnya yang melatar belakangi stimulus juga akan berpengaruh dalam persepsi, lebih-lebih bila objek persepsi adalah manusia

Ivancevich dan Donelly (1996) mengemukakan bahwa persepsi membantu individu dalam memilih, mengatur, menyimpan dan menginterpretasikan rangsangan menjadi gambaran dunia yang utuh dan berarti.

Davidoff (1981) mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, nampak bahwa daya persepsi manusia mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya,

(25)

9

Gambar 4. Faktor yang mempengaruhi Persepsi Pemilah Sampah

Pareek (1984) mengemukakan ada 4 (empat) faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi, yaitu: Pertama perhatian terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak semua stimulus yang ada di sekitar dapat ditangkap semuanya secara bersamaan. Kedua perhatian biasanya hanya tertuju pada satu atau dua objek yang menarik bagi kita. Ketiga kebutuhan Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu kebutuhan yang sifatnya menetap maupun kebutuhan yang sifatnya hanya sesaat, dimana masing-masing orang memiliki kebutuhan yang tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Keempat kesediaan-kesediaan adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dahulu. Sistem Nilai - Sistem Nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang.

Gambar 5. Technology Acceptance Model dengan memasukkan pengaruh sosial Sumber: Modifikasi dari Malhorta dan Galletta (1999)

(26)

Hubungan Antara Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik dengan Overt Integrity Integritas sangat berkaitan dengan kepribadian seseorang, hasil penelitian menunjukkan integritas mengarahkan seseorang untuk memilih dalam berbagai kondisi, apakah harus mengikuti norma atau tidak.

overt integrity

Menunjukkan sejauh mana seseorang mampu untuk menampilkan perilaku jujur untuk mematuhi norma, peraturan dan bersikap seseorang yang memiliki nilai positif. Hal tersebut menunjukkan adanya keuntungan bagi individu yang menjalankan perilaku tersebut

Menurut Damanhuri (2015) sampai sekarang, pengelolaan sampah di Indonesia masih menggunakan paradigma lama: kumpul-angkut-buang. Source reduction (reduksi mulai dari sumbernya) atau pemilahan sampah tidak pernah berjalan dengan baik, meskipun telah ada upaya pengomposan dan daur ulang, tapi masih terbatas dan tidak sustainable teknologi pengolahan sampah itu sebenarnya banyak sekali, dari mulai yang paling murah sampai yang paling mahal. Yang sulit adalah merubah perilaku manusianya. Perilaku manusia yang dimaksud tentu saja adalah perilaku seenaknya dalam mengelola sampah, termasuk yang paling parah adalah membuang sampah sembarangan.

Witoelar (2005) mengatakan manajemen pengelolaan sampah yang dilakukan sampai saat ini masih lebih pada memindahkan masalah, artinya, sampah dari satu tempat diangkut ke tempat lain, sedangkan pengelolaannya juga lebih menggunakan cara open dumping yang tidak memenuhi standar-standar yang memadai, dan lokasi TPA tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah (RTRW). Akibatnya, timbul berbagai masalah antara lain pencemaran lingkungan, konflik sosial dan menimbulkan penyakit bagi masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi TPA. Pendekatan yang digunakan sekarang ini dalam pengelolan sampah cenderung masih menggunakan end of pipe solution, bukan pada pendekatan sumber.

Desain Sistem

Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan.

Lingkungan

Sumber : Burch

Gambar 6. Bagan Elemen Desain

(27)

11

(28)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diambil dari wawancara dengan ibu-ibu rumah tangga sebagai responden. Data sekunder diambil dari data Suku Dinas Kebersihan DKI Jakarta serta hasil penelitian sebelumnya. Sampel ibu-ibu diambil secara purposif dengan jumlah 102 responden, yang terdiri dari 64 orang di Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur dan 38 orang dari Kecamatan Bogor Utara, Bogor. Alasan pengambilan dua kecamatan tersebut adalah untuk mewakili wilayah yang belum mendapatkan penyuluhan pemilahan sampah (Jakarta Timur) dan yang sudah mendapatkan penyuluhan (Bogor)

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa informasi tentang persepsi ibu-ibu rumah tangga yang memilah sampah dan yang bukan memilah sampah dikumpulkan melalui wawancara dengan ibu-ibu rumah tangga langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, dan instansi-instansi pemerintah yang terkait dengan penelitian.

Metode Analisis

Untuk menjawab tujuan khusus penelitian digunakan analisis Regresi Logit yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi responden dalam memilah sampah dan analisis Deskriptif untuk mengetahui seberapa besar partisipasi ibu-ibu dalam memilah sampah, setelah hasil dari kedua tujuan tersebut didapat kemudian digunakan dalam menentukan design pengelolaan sampah dan strategi dalam mencapai tujuan khusus penelitian ini.

Regresi logit

Metode regresi logistic untuk menjawab faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi masyarakat (ibu-ibu rumah tangga) dalam memilah sampah, persamaan regresi logistic berdasarkan Firdaus dan Farid (2008) yaitu:

Y

1 = Logit (pi) = log e ...(1)

Pendekatan fungsi logit digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilahan sampah oleh masyarakat.

(29)

13 pemodelan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon dilakukan melalui transformasi dari regresi linier ke logit.

Dengan pi adalah peluang munculnya kejadian kategori sukses dari peubah respon untuk orang ke i dan log e adalah logaritma dengan basis bilangan e. Kategori sukses secara umum merupakan kategori yang menjadi perhatian dalam penelitian. Peubah respon adalah keputusan masyarakat dalam memilah sampah (1) atau tidak memilah (0), yang ditransformasikan dari bentuk kualitatif menjadi kuantitatif, dengan menggunakan fungsi distribusi normal kumulatif, sehingga nilainya berkisar dari 0 sampai 1 (Gujarati 2003). Dengan demikian model yang digunakan dalam analisis logit adalah (Firdaus dan Farid 2008):

Logit (pi) = β0 + β1X1 + β2X2 + ...+β7X7+ε...(2)

pi : peluang rumah tangga memilah sampah X i-n : peubah penjelas ke i-n

β0 : konstanta intersep model garis regresi

β11-n : koefisien peubah penjelas ke 1-n

ε : error term

Dalam menentukan faktor - faktor penentu pemilah digunakan 7 peubah penjelas atau peubah bebas, yaitu:

X1= Pendidikan terakhir (0= SMA, 1= S1 dan 2 =S2) X2= Umur (0< 30 th, 1= antara 30 – 50 th, dan 2 = > 50 th) X3= Lama tinggal (0 = < 5 th, 1 = antara 5 – 20 th, 2 = > 20 th) X4= Jenis Pekerjaan (0 = ibu rumah tangga, 1 = PNS, dan 2 = swasta)

X5= Jumlah anggota keluarga (0= 4 orang, 1=antara 4–10 orang, dan 2= > 10 orang)

X6= Pendapatan ( 0 = < 5 juta, 1 = antara 5 juta – 20 juta, 2 = > 20 juta) X7= Penyuluhan ( 0 = belum ada penyuluhan, dan 1 = sudah ada penyuluhan)

Metode deskriptif

Dalam rangka meningkatkan partisipasi responden yang belum memilah sampah untuk menjadi pemilah sampah, maka dibutuhkan stimulus berupa faktor target yang harus dicapai. Untuk mencapai target tersebut dibutuhkan desain sistem pengelolaan sampah melalui intervensi faktor internal dan eksternal yang dideskripsikan pada pembahasan hasil penelitian ini dalam bentuk tabel deskriptif Faktor – faktor penting peubah pemilah sampah.

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ibu dalam rumah tangga adalah orang yang memiliki keterkaitan paling besar di dalam mengurus rumah, antara lain dalam menjaga kebersihan rumah dan kesehatan lingkungan. Peran ibu sebagai pendidik anak diharapkan mampu memberikan penjelasan ataupun pendidikan mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, antara lain dengan pemilahan sampah yang dilakukan dari rumah sendiri. Melalui peran ibu–ibu rumah tangga inilah diharapkan seluruh elemen rumah tangga dapat dilibatkan untuk dapat turut melakukan pemilahan sampah.

Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan ciri-ciri yang dimiliki seseorang baik yang bersifat intrinsik (melekat pada diri responden) maupun ekstrinsik (tidak melekat pada diri responden). Karakteristik Ekstrinsik Responden di wilayah penelitian Jakarta Timur dan wilayah Bogor menunjukkan adanya variasi baik dari aspek umur, pendidikan, lama tinggal, status pekerjaan, pendapatan, dan aspek lainnya (Tabel 1.).

Tabel 1. Karakteristik Ekstrinsik Responden

Karakteristik Keterangan Jumlah

(31)

15

Pendidikan

Pengaruh faktor pendidikan diperkirakan dapat mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu, karena faktor pendidikan erat kaitannya dengan banyaknya informasi serta bertambahnya ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku pendidikan, sehingga diharapkan pengambilan keputusan akan lebih bijak, termasuk keputusan dalam pengelolaan sampah yang baik (Adiprigandari SA, 2011) . Sebagian besar responden berpendidikan maksimal SMA mencapai 55.9% dan S1 yaitu 42.2%. Distribusi responden antara pendidikan dan wilayah menunjukkan bahwa baik responden yang berada di wilayah Bogor maupun Jakarta didominasi oleh tingkat pendidikan maksimal SMA. Hal ini mengindikasikan bahwa distribusi pendidikan antara kedua wilayah relatif tidak berbeda jauh

Usia responden

Faktor usia berkaitan dengan tingkat kedewasaan seseorang yang akan berpengaruh pada pengambilan keputusan. Dengan bertambah dewasanya seseorang, cenderung bijak dalam memutuskan sesuatu. Faktor usia ini juga dipengaruhi oleh lingkungan, waktu, pendidikan yang melekat pada diri orang tersebut (Maharani 2007). Usia responden berkisar 30 hingga lebih dari 50 tahun. Dilihat dari faktor ini terlihat bahwa sebagian besar berusia 30-50 tahun mencapai 67.6%

Lama Tinggal

Faktor lama tinggal diperkirakan memiliki pengaruh pada tingkat kecintaan akan tempat tinggal dan lingkungan yang diharapkan dapat menjadi pendorong seseorang untuk menjaga kebersihan lingkungannya yang terkait dengan pengelolaan sampah di wilayahnya. Domisili responden didominasi oleh mereka dengan lama tinggal 5 – 20 tahun mencapai 53%. Adapun responden dengan lama tinggal di atas 20 tahun mencapai 36%. Responden yang berasal dari Jakarta

(32)

Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga diperkirakan dapat mempengaruhi seseorang dalam memutuskan cara mengelola sampah. lebih baik dibanding dengan seseorang yang berpendapatan lebih rendah, hal ini disebabkan dengan tingginya pendapatan keluarga maka penghuninya diperkirakan memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik sehingga hubungan antara pendapatan dan pendidikan ini akan menghasilkan praktek yang lebih baik dalam pengelolaan sampah di lingkungan tempat tinggalnya. Pendapatan responden terbesar baik mereka yang tinggal di Jakarta atau di Bogor didominasi oleh mereka yg berpendapatan kurang dari 5 juta mencapai 54.9%, sedangkan pendapatan antara 5 hingga 20 Juta rupiah mencapai 43% dan yang berpendapatan lebih dari 20 Juta 2 %. Meskipun demikian, untuk mereka yang tinggal di Jakarta dengan pendapatan 5-20 juta rupiah menunjukan jumlah responden yang tinggi tercatat mencapai 29 responden. Demikian dengan responden yang tinggal di Bogor dengan pendapatan 5 – 20 juta rupiah mencapai 16 responden.

Partisipasi ibu rumah tangga dalam pemilahan sampah

Model Logit yang digunakan dalam penelitian ini bersifat binary yaitu memilah sampah (nilai 1) dan tidak memilah sampah (nilai 0). Hasil analisis

stepwise didapatkan adanya beberapa faktor yang berpengaruh yaitu tiga faktor intrinsik ditambah satu faktor ekstrinsik seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil analisis statistik faktor-faktor penentu pemilah sampah

Peubah df B Wald Odd Ratio /

Exp(B) P Hitung

Pendidikan 2 5.528 0.063*

Pendidikan (1) 1 1.327 5.528 3.770 0.019**

Pendidikan (2) 1 -21.005 0.000 0.000 0.999

Umur 2 4.743 0.093

Umur (1) 1 -2.015 4.150 0.133 0.042**

Umur (2) 1 -1.098 1.226 0.333 0.268

Penyuluhan (1) 1 -2.496 17.115 0.082 0.000***

Constant 1 1.739 3.353 5.693 0.067

Chi Square (df=7) 40.939

Probabilitas 0.000

Nagelkerke R square 0.453

Count R square

(percentage Correct) 77.5

***sangat nyata pada taraf uji < 1%, ** nyata pada taraf uji 5%, * cenderung nyata pada taraf uji < 10%

(33)

17 memilah sampah (pemilah dan bukan pemilah) yaitu pendidikan, umur dan penyuluhan. Model logit yang terbentuk adalah sebagai berikut:

Logit Y = 1.739 + 1.327*Pendidikan(1) -21.005*Pendidikan(2) – 2.015*Umur(1) -1.098*Umur(2) – 2.496*Penyuluhan(1)

Nilai probabilitas (0.000) lebih kecil dari 0.01 mengindikasikan bahwa model cukup baik yang mengestimasi pengaruh nyata terhadap peluang responden untuk memilah sampah atau belum memilah sampah. Selain itu nilai P < 0.01 mengindikasikan bahwa minimal ada satu parameter atau variable yang masuk dalam model yang mampu membedakan perilaku responden pemilahan sampah. Dari ketiga variable yang memberikan kontribusi terhadap model tercatat nilai nagelkerke R ssquare adalah 0.453 yang berarti pendidikan, umur dan penyuluhan mampu menjelaskan 45.3% variabel pemilah dan bukan pemilah, ini berarti bahwa ketiga variabel tesebut dalam uji step wise menjadi variabel yang sangat penting dalam membedakan status pemilah dan bukan pemilah, adapun sisanya 54.7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian.

Hasil model uji regresi dengan teknik Stepwise mampu memprediksi ketepatan model sebesar 77.5% artinya bahwa variable pendidikan, umur dan penyuluhan mampu memprediksi responden tepat terklasifikasikan sebagai pemilih atau bukan pemilih sebesar 77.5%.

Pendidikan

Dari variable pendidikan terlihat bahwa responden dengan pendidikan S1 mempunyai pengaruh nyata pada model dengan nilai P hitung 0.019 kurang dari 5% dan nilai Odd rasio 3.770 yang berarti bahwa peluang 1.327 orang untuk memilah sampah yang berpendidikan S1 lebih tinggi dari responden yang berpendidikan SMA

Adapun pendidikan S2 nampaknya tidak memberikan makna pada model atau dengan kata lain bahwa kemungkinan untuk memilah sampah atau tidak memilah sampah tidak berbeda nyata dengan pendidikan SMA. Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pemahaman terhadap pentingnya lingkungan yang bersih, dan mengetahui bahwa sampah perlu dikelola lebih baik.

(34)

Umur

Variable umur menunjukkan bahwa responden dengan umur 30 tahun hingga 50 tahun mempunyai pengaruh nyata pada model dengan nilai P hitung 0.042 kurang dari 5% dan nilai Odd rasio 0.133 yang berarti bahwa Responden yang memilah sampah di bawah 30 tahun ada 41.7% dari 12 orang yang berumur di bawah 30 tahun. Sedangkan responden yang memilah sampah dengan usia di atas 50 tahun sebesar 38.1% atau 8 orang dari 21 orang responden berusia di atas 50 tahun. Jika dihubungkan dengan waktu luang, usia responden di bawah 30 tahun merupakan ibu rumah tangga yang masih memiliki keluarga kecil dengan beban waktu luang lebih besar dari responden dengan usia antara 30 hingga 50 tahun, begitu juga untuk responden dengan usia di atas 50 tahun merupakan mayoritas ibu rumah tangga dengan waktu luang yang lebih besar di banding usia antara 30 hingga 50 tahun yang tentunya memiliki kesempatan untuk menjadi pemilah sampah lebih besar.

Kelompok Umur

Gambar 9. Pemilah sampah berdasarkan Kelompok Umur

(35)

19

Tabel 3. Pemilah berdasarkan Kelompok Umur Status Pemilah

Total (Orang) Umur (tahun) Pemilah

Orang %

bukan pemilah Orang %

< 30 5 41.7 7 58.3 12 30 – 50 24 34.8 45 65.2 69 > 50 8 38.1 13 61.9 21 37 36.3 65 63.7 102

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Maharani (2007) yang menyebutkan usia mayoritas kepala keluarga di Kecamatan Banyuwangi adalah usia produktif, yaitu berkisar antara 25 sampai dengan 50 tahun. Pada usia produktif masyarakat memiliki pengetahuan dan kesadaraan yang cukup tinggi mengenai kesehatan dan kebersihan lingkungan.

Penyuluhan

Responden yang belum mendapatkan penyuluhan memiliki 0.082 kali lebih rendah untuk memilah sampah dibandingkan dengan responden yang sudah diberikan penyuluhan. Hal ini mengindikasikan bahwa penyuluhan sampah menjadi faktor pendorong yang sangat penting bagi responden dalam melakukan pemilahan sampah. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Maharani (2007) yang menunjukkan bahwa dengan menerapkan beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam pengelolaan timbulan sampah pada industri penunjang pariwisata Kecamatan Banyuwangi antara lain, pendidikan lingkungan bagi komponen industri penunjang pariwisata khususnya tentang sampah dan pengelolaannya melalui seminar, pelatihan, atau lokakarya tentang pengelolaan dan potensi sampah dapat menyeimbangkan teori dan praktek di lapangan dalam bidang pengelolaan timbulan sampah yang dihasilkan oleh industri penunjang pariwisata

Prosentase Pemilah Sampah

(36)

Tabel 4. Status pemilah berdasarkan daerah penelitian

Status Pemilah

lokasi penelitian Pemilah Orang %

bukan pemilah Orang %

Total Bogor 25 65.8 13 34.2 38 Jakarta 12 18.8 52 81.2 64 Total 37 36.3 65 63.7 102

Alasan responden telah memilah sampah adalah lebih dominan karena mereka ingin membantu melestarikan lingkungan yaitu tercatat sebanyak 30 orang dari 37 orang pemilah sampah (81%) sedangkan sisanya 7 orang atau 19% responden beralasan bermanfaat untuk diri sendiri. Berdasarkan interview kualitatif peneliti dengan responden mereka sangat memahami bahwa masalah sampah dapat menimbulkan kerusakan lingkungan yang berujung penurunan kualitas kesehatan, tetapi mereka berharap semua komponen masyarakat dapat melakukannya serentak dan bersamaan sehingga tercapai lingkungan bersih yang signifikan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilah Sampah oleh Ibu-Ibu Rumah Tangga.

(37)

21

Tabel 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilah Sampah No Faktor-Faktor Yang

Bermanfaat untuk diri sendiri 7 19 Membantu pelestarian 6 pemberi penyuluhan Pengurus RT

Penyuluh Dinas Kebersihan

peraturan pemilahan

(38)

10 Pengaruh dari alasan bukan pemilah pemilah sampah. Selanjutnya tercatat 13% responden belum memilah sampah dikarenakan bahwa memilah sampah tidak bermanfaat dantidak memiliki 2 jenis tempat sampah atau tidak terbiasa. Hal ini menyita waktu mereka, dan banyak juga dari mereka karena tidak terbiasa menjadi sering lupa, banyak tetangga juga belum peduli.

Pelibatan pihak Swasta dalam Pengelolaan Sampah Anorganik

(39)

23 yaitu mencapai 57.6%. Sedangkan yang memiliki alasan adanya kompensasi dan karena adanya peraturan masing–masing 21 orang atau 21.2% responden. Adapun dua orang yang menyatakan tidak setuju perlunya melibatkan penggiat daur ulang karena alasan bahwa sampah anorganik memiliki nilai ekonomis sehingga tidak perlu keterlibatan penggiat daur ulang. Kedua orang tersebut selama ini telah mengelola bank sampah. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Firman (2002), seperti halnya di daerah lain, warga Banjarasari juga memberi kebebasan pada para pemulung untuk menjelajah kampung Banjarsari mencari barang-barang lapak. Warga telah melakukan pendekatan kepada para pemulung dalam rangka mengoptimalkan peran mereka. Selain mereduksi jumlah sampah yang diangkut ke TPS, mereka juga membantu menjaga kebersihan di sekitar wadah sampah sehingga sampah tidak tercecer di mana-mana.

Alasan Tidak Setuju untuk Memilah Sampah

Alasan responden yang tidak bersedia memilah sampah berjumlah 5 responden dan kelima responden tersebut mengatakan bahwa mereka dapat

mengelolaan sampah anorganiknya sendiri sejak awal karena memang sudah memanfaatkan nilai ekonomisnya.

Pengaruh Pemilah yang berasal dari Penyuluhan dan Pengetahuan tentang Peraturan Pemilahan Sampah

Untuk daerah penelitian Bogor Utara telah dilakukan penyuluhan pemilahan sampah dimana tercatat 25 responden (65.8%) bersedia menjadi pemilah sampah sedangkan 13 orang lainnya menyatakan belum bersedia. Sedangkan untuk wilayah Jakarta responden belum pernah memperoleh penyuluhan. Dari responden Jakarta 12 orang sudah memilah sampah (18.8%) sedangkan 52 lainnya (81.2%)belum memilah sampah. Responden di Bogor yang sudah diberikan penyuluhan namum belum bersedia memilah memberikan alasan antara lain bahwa mereka memang sudah terbiasa memberikan botol plastik kepada pemulung dan mereka beranggapan sudah cukup dengan memilah sebatas pada botol plastik, responden lain beranggapan bahwa kompensasi yang ditawarkan tidak sebanding dengan repotnya memilah, walaupun mereka paham tentang manfaat yang didapat dari memilah terhadap kualitas lingkungan hidupnya. Penyuluhan dapat memberikan pengaruh nyata terhadap responden untuk memilah sampah. Penyuluhan tentang memilah sampah dilakukan oleh pihak pengurus RT di Bogor Utara. Sebagian besar responden 74.5% belum pernah mengetahui kewajiban memilah sampah Bagi pemilah atau bukan pemilah nampaknya mempunyai kecenderungan yang sama bahwa mereka sebagian besar belum mengetahui peraturan memilah sampah. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Erfinna (2012) berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa variabel tingkat pengetahuan berhubungan secara signifikan dengan partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah.

(40)

Preferensi Jarak Tempat Pembuangan Sampah Sementara

Sebagian besar responden (51%) memilih jarak lebih dari 20 meter dari rumah untuk letak tempat pembuangan sampah sementara atau sebesar 50% dari jumlah responden, sedangkan 47 responden memilih jarak pembuangan dari rumah 10 m - 20 m atau sebesar 46.1% dan 4 orang lainnya memilih jarak tempat pembuangan sampah dari rumahnya kurang dari 10 m. Dengan demikian, penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Aswadi (2011) yang menyebutkan bahwa jarak tempat pembuangan sementara dari rumah yang jauh mengakibatkan lahan yang belum dimanfaatkan dijadikan alternatif untuk membuang sampah.

Jenis Sampah Yang Dihasilkan

Sebagian besar responden lebih dominan menghasilkan sampah anorganik mencapai 53.9% sedangkan 38.2% menghasilkan jenis sampah yang sama dan 7.8 % menghasilkan lebih banyak sampah organik, dari data ini dapat disimpulkan ,jika rata – rata responden menghasilkan volume sampah sama besar maka di daerah ini volume sampah anorganik dapat dipastikan lebih besar dari sampah organik. Baik pemilah maupun bukan pemilah menghasilkan lebih dominan jenis sampah anorganik kemudian campuran (anorganik dan organik)

Tingkat Persepsi setelah diberi Fasilitas

Meskipun demikian terlihat bahwa responden yang belum memilah nampaknya bersedia untuk memilah asalkan diberikan fasilitas. Terlihat 90.8% bersedia memilah sampah. Alasan bersedia memilah lebih dominan karena membantu program kebersihan mencapai 75% responden yang bukan pemilah

Responden yang bukan pemilah sampah yang tidak bersedia memiliki alasan tidak terbiasa. Dari responden bukan pemilah, 5 orang tetap menyatakan tidak bersedia memilah sampah walaupun sudah diberi fasilitas

Sumber informasi bagi pemilah untuk memilah sampah lebih didominasi karena faktor orang lain yang mencapai 92.3% atau 24 responden dari 26 responden yang memilah. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Maharani (2007) bahwa dorongan dari lingkungan tempat tinggal bagi pemilah untuk memilah sampah mencapai 80% dari responden pemilah sampah karena bagi yang tidak memiliki wadah akan langsung membuang sampahnya ke lahan kosong (tidak berpenghuni) atau ke sungai, terutama bagi warga yang tinggal di sepanjang bantaran sungai.

Tingkat Persepsi karena Faktor Ekonomi

(41)

25 peningkatan jumlah penghasilan akan meningkatkan volume sampah. Tetapi penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Mifbakhuddin (2010), tidak ada hubungan antara pendapatan perkapita dengan pengelolaan sampah rumah tangga dikarenakan sebagian besar responden pendapatan perkapitanya lebih dari standar UMR sehingga tidak mau kerepotan adanya sampah yang dihasilkan kemudian diserahkan untuk dikelola pada petugas kebersihan atau merasa mampu menggaji orang untuk mengelola sampah yang dihasilkan. Berarti dalam penelitian ini pendapatan perkapita tidak mempengaruhi pengelolaan sampah rumah tangga, dan penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Riswan (2011), yang menyatakan ada korelasi yang bermakna antara pendapatan dengan pengelolaan sampah rumah tangga yang mengutip arti pendapat Neolaka (2008), kemiskinan membuat orang tidak peduli dengan lingkungan.

Tabel 6. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Bukan Pemilah Sampah

Faktor Penentu Peubah Bukan Pemilah

Jumlah % Alasan Bersedia memilah Siap membantu

program kebersihan

Tabel 6.Menunjukkan faktor – faktor penting peubah pemilah sampah sebagai berikut:

(42)

b. Penerapan peraturan (PP No. 81 tahun 2012) terdapat 63 orang yang bersedia memilah sampah dari total 65 responden yang berstatus bukan pemilah sampah, sedangkan 2 orang tetap menyatakan tidak bersedia untuk menjadi pemilah sampah. Berarti penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Wardi (2008) yang menyarankan strategi penerapan peraturan pengelolaan lingkungan (sampah) secara efektif melalui mekanisme

reward (bagi yang berjasa) dan punishment (bagi yang melanggar) di daerah Gianyar, Badung and Denpasar

c. Baik responden dengan status pemilah maupun responden dengan status bukan pemilah sama–sama setuju bahwa pengelolaan sampah anorganik melibatkan pihak penggiat daur ulang (swasta). Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Wardi (2008) yang menyatakan bahwapemerintah daerah diharapkan memperhatikan aspirasi, keluhan, saran, dan masukan dari masyarakat dengan cara membentuk suatu wadah yang bekerjasama dengan pihak swasta dan pemerhati lingkungan.

d. Baik responden dengan status pemilah, mayoritas beralasan bahwa mereka siap membantu program kebersihan beralasan bermanfaat serta sisanya mengatakan bersedia mengikuti karena ada peraturannya dengan (46 responden) menyatakan bermanfaat dan 11 responden tidak sepakat dengan alasan tersebut dan sisanya 4 responden tidak menjawab. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Wardi (2008) ini dapat dilakukan dengan zonasi kawasan kesucian, yaitu menentukan batas-batas kawasan suci (sakral) baik secara fisik di lapangan maupun ketentuan dalam aturan yang disepakati bersama dalam bentuk awig-awig (hukum adat) atau perarem.

e. Responden dengan status pemilah sebanyak 26 orang dari 30 responden yang menjawab pertanyaan, menyatakan bahwa faktor lingkungan pemilah menjadi salah satu penentu melakukan pemilahan sampah. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Wardi (2008) dari salah satu desa dengan pengelolaan sampah yang sudah berjalan adalah desa sebagai daerah atau tujuan wisata (eco-tourism)

(43)

27

Desain Sistem Pegelolaan Sampah Tingkat Ibu – ibu rumah tangga

(44)

Tabel 7. Timbunan Sampah di Wilayah Jakarta Timur tahun 2011 dan tahun 2013

(45)

29

Untuk mengatasi permasalahan sampah tersebut, berikut adalah usulan desain sistem pengelolaan sampah untuk tingkat rumah tangga berdasarkan hasil penelitian ini.

Gambar 8. Desain Sistem Pengelolaan Sampah Tingkat RumahTangga

1. Pemilahan sampah berawal dari rumah tangga masing-masing, dengan memisahkan sampah organik dan sampah anorganik pada tempatnya masing-masing, dapat menggunakan tempat sampah yang ada selama ini, hanya perlu diberikan label jenis sampah sehingga seluruh anggota keluarga turut serta.

2. Sampah yang terpilah dapat dibuang di tempat pembuangan sampah sementara yang juga sudah terpisah antara tempat pembuangan sampah organik dan tempat pembuangan sampah anorganik, untuk memudahkan masyarakat tempat sampah ini dapat dibedakan warnanya serta diberi label.

3. Alat transportasi dari tempat pembuangan sementara ke tempat pembuangan sampah akhir juga dapat dibedakan warna serta diberi label

4. Pemerintah daerah dapat mengelola sampah yang terdiri dari sampah organik saja, sedangkan sampah anorganik pengelolaannya dilakukan oleh penggiat daur ulang sampah. Hal ini dapat dimulai dari tempat pembuangan sementara dimana penggiat daur ulang bertanggung jawab penuh mulai dari transportasi awal dengan menggunakan kesepakatan bersama antara Pemda DKI dan penggiat daur ulang. Manfaat lain yang didapat adalah mengatasi masalah sampah jakarta yang setiap hari tertinggal sebanyak 30% dari masalah transportasi hingga ekonomi.

(46)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Partisipasi responden dalam pemilahan sampah di wilayah Bogor sebanyak 65.8% dan wilayah Jakarta sebanyak 18.8%

2. Faktor pendidikan, umur dan penyuluhan berpengaruh nyata pada keputusan memilah sampah. Penerapan PP No. 81 tahun 2012 tentang pemilahan sampah dari sumbernya oleh pemerintah setempat akan mendorong rumah tangga untuk melakukan pemilahan sampah.

3. Desain pengelolaan sampah dengan pembagian tugas sebagai berikut: rumah tangga sebagai pemilah sampah organik dan anorganik, penggiat daur ulang sebagai pengelola sampah anorganik, dan pemerintah daerah mengelola sampah organik.

Saran

Strategi pengolahan sampah.

1. Strategi dari faktor pendidikan yang ditawarkan adalah responden dengan tingkat pendidikan SMA kebawah diberikan penyuluhan mengenai sampah menggunakan metode yang lebih sederhana sedangkan untuk responden dengan pendidikan S2 diberikan pendekatan mengenai kewajiban pemilahan sedangkan untuk penyuluhan tidak diperlukan lagi. 2. Strategi dari Faktor usia adalah lebih mendahulukan penyuluhan untuk

responden yang berusia berada antara 30 tahun hingga 50 tahun, karena pada responden rentang usia inilah masih banyak terdapat responden yang belum melakukan pemilahan sampah.

3. Pemerintah Daerah harus menerapkan peraturan PP. No.81 Tahun 2012 yang mewajibkan setiap warganya untuk melakukan pemilahan sampah dari sumbernya serta menerapkan sangsi bagi yang tidak bersedia memilah sampah harus mengelola sampahnya sendiri dengan membuang sampah ditempat sendiri (bukan fasilitas umum yang tersedia di lingkungan sekitarnya), karena dari hasil kuisioner yang didapat bahwa responden sebesar 63 responden dari 65 responden yang belum memilah sampah akan melakukan pemilahan jika penerapan kebijakan PP No 81 tahun 2012 diterapkan.

4. Pemerintah harus menggiatkan penyuluhan berjenjang dari wali kota sampai ketingkat ketua Rumah Tangga, sehingga tujuan pemilahan dapat disosialisasikan dengan baik sampai ke ibu-ibu rumah tangga, dan harus memperbaiki sistem yang sudah ada dengan cara menyediakan bak sampah dan truk dengan warna yang berbeda untuk masing-masing jenis sampah. Pemerintah Daerah melalui Dinas Kebersihan yang melibatkan aparatur kecamatan/ Kelurahan agar memantau proses pemilahan sampah yang dilakukan oleh Ibu-Ibu rumah tangga secara periodik/ berkala.

(47)
(48)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Z., 1995. Hubungan Tingkat Partisipasi Ibu Rumah Tangga dengan Perilaku Manajemen Sampah dalam Program Solo Berseri di Kecamatan Serengan, Surakarta. Yogyakarta, Universitas Gajah Mada Adiprigandari SA, 2011. Pengembangan Manajemen Bank Sampah guna Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dan Kelestarian Lingkungan, Jakarta, Universitas Indonesia

Agung, IGN, 2011. Manajemen Penulisan Skripsi, tesis, dan disertasi, Jakarta Penerbit PT Rajagrafindo Persada

, 2014. Manajemen Penyajian Analisis Data Sederhana, Jkarta Penerbit PT Rajagrafindo Persada

Arben V., 2001. Kajian Simulasi Kelayakan Sistem Pemisahan Sampah Rumah Tangga pada Pengelolaan Sampah di Kotamadya Pekanbaru, Riau (suatu Pendekatan Simulasi Kebijakan), Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor

Asrul HI, Yulita V., Usman, 2012. Pengembangan Model Manajemen Distribusi Sampah Perkotaan, Jakarta Universitas Pancasila

Beta DU, Nastiti S I, Arya H D , 2008. Pengelolaan Sampah Rumahtangga Berbasis Komunitas: Teladan dari Dua Komunitas di Sleman dan Jakarta Selatan, Jurnal Komunitas Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Vol 02 No 1 April.

David D., Syafrinaldi, Aci LTM.,Ferdian NP., 2006. Pilot Project Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dengan Cara Pemilahan di Kota Padang. Universitas Andalas.Padang Erfinna TF., 2012, Hubungan Karakteristik Dengan Partisipasi Masyarakat

Dalam Pengelolaan Sampah Di Lingkungan III Dan V Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Firman LS., Sri W., 2002 Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis Masyarakat Studi Kasus di Kampung Banjarsari, Cilandak Jakarta Selatan

Firman LS., 2010. Kualitas Produk Kompos Karakteristik Proses Pengomposan Sampah Kota Tanpa Pemilahan Awal, Jurnal Teknologi Lingkungan Vol 11 no 1, Jakarta

, 2011. Kualitas Sampah Rumah Tangga Yang dibuat Dengan Menggunakan " Menggunakan "Komposter" Aerobik, Jurnal Teknologi Lingkungan Vol 12 no 3, Jakarta

Gibson, Ivancevich, Donnelly. 1997. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara

Isti, S., 2009 Model Dinamis Pengelolaan Sampah untuk Mengurangi Beban Penumpukan, Fakultas Teknik, Departemen Teknik Industri, Universitas Indonesia Jurnal Teknik Industri, Vol. 11, No. 2, Desember 2009, pp. 134 -147

Kotler P., 1995. Marketing Management Analysis, Planning, Implementation & Control. Prentice Hall Int.

(49)

33 Mifbakhuddin, Trixie S., Arif K., 2010 Gambaran Pengelolaan Sampah

Rumah Tangga Tinjauan Aspek Pendidikan, Pengetahuan, Dan Pendapatan Perkapita Di Rt 6 Rw 1 Kelurahan Pedurungan Tengah Semarang, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah semarang

Putro R.FX S., 2002. Manajemen Pelayanan Sampah Perkotaan, Universitas Gajah Mada

Wahono S., Friman LS., 2013. Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Rawasari, Kelurahan Cempaka Putih Tengah, Jurnal Teknologi Lingkungan Vol 10 no 1, Jakarta

Riswan, Henna RS., Agus H., 2011 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kecamatan Daha Selatan Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro

Timur SE., Maharanian IWS., 2007. Karakteristik Sampah dan Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Sampah di Kecamatan Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNUD Fakultas Peternakan, Universitas Udayana Fakultas MIPA, Universitas Udayana .

Subekti S., 2010, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3R Berbasis Masyarakat, Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi.

(50)

LAMPIRAN SPSS – REGRESI LOGISTIK

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 102 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 102 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 102 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Bukan Pemilah 0

(51)

35 Categorical Variables Codings

Frequency

Parameter coding

(1) (2)

Jenis Sampah Rumah anorganik 56 .000 .000

organik 8 1.000 .000

sama 38 .000 1.000

Umur < 30 th 12 .000 .000

30 - 50th 69 1.000 .000

>50th 21 .000 1.000

Lama Tinggal 5 th 11 .000 .000

5 - 20 th 54 1.000 .000

> 20 th 37 .000 1.000

Status Pekerjaan Ibu Rmh Tangga 63 .000 .000

PNS 18 1.000 .000

Swasta 21 .000 1.000

Jml Anggota Keluarga < 4 orang 59 .000 .000

4-10 orang 33 1.000 .000

> 10 orang 10 .000 1.000

Pendapatan Keluarga < 5 juta 55 .000 .000

5-20 juta 45 1.000 .000

>20 juta 2 .000 1.000

Pendidikan SMA 59 .000 .000

S1 41 1.000 .000

S2 2 .000 1.000

Penyuluhan ada penyuluhan 38 .000

Belum ada 64 1.000

Mendengar Peraturan Memilah Sampah

pernah 26 .000

(52)

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Status Pemilah

Percentage Correct Bukan Pemilah Pemilah

Step 0 Status Pemilah Bukan Pemilah 65 0 100.0

Pemilah 37 0 .0

Overall Percentage 63.7

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

(53)

37 Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variable

s

Pendidikan 3.785 2 .151

Pendidikan(1) 3.006 1 .083

Pendidikan(2) 1.161 1 .281

Umur .247 2 .884

Umur(1) .205 1 .650

Umur(2) .038 1 .846

Lamanya 3.117 2 .210

Lamanya(1) .339 1 .560

Lamanya(2) 2.148 1 .143

Pekerjaan 5.901 2 .052

Pekerjaan(1) 5.833 1 .016

Pekerjaan(2) .679 1 .410

Keluarga 7.833 2 .020

Keluarga(1) 3.146 1 .076

Keluarga(2) 6.311 1 .012

Pendapatan 1.480 2 .477

Pendapatan(1) .483 1 .487

Pendapatan(2) 1.161 1 .281

Penyuluhan(1) 22.823 1 .000

MendengarPeraturan(1) 4.661 1 .031

Jenis .978 2 .613

Jenis(1) .006 1 .940

Jenis(2) .891 1 .345

(54)

Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio)

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 47.776 16 .000

Block 47.776 16 .000

Model 47.776 16 .000

Step 2a Step -.415 2 .813

Block 47.361 14 .000

Model 47.361 14 .000

Step 3a Step -.264 1 .607

Block 47.096 13 .000

Model 47.096 12 .000

Step 4a Step -1.501 2 .472

Block 45.595 11 .000

Model 45.595 11 .000

Step 5a Step -2.356 2 .308

Block 43.240 9 .000

Model 43.240 9 .000

Step 6a Step -2.301 2 .317

Block 40.939 7 .000

Model 40.939 7 .000

(55)

39

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R Square

1 85.841a .374 .512

2 86.256a .371 .509

3 86.520a .370 .506

4 88.021a .360 .494

5 90.376a .346 .473

6 92.677a .331 .453

a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.

Classification Tablea

Observed

Predicted

Status Pemilah

Percentage Correct

Bukan Pemilah Pemilah

Step 1 Status Pemilah Bukan Pemilah 55 10 84.6

Pemilah 11 26 70.3

Overall Percentage 79.4

Step 2 Status Pemilah Bukan Pemilah 55 10 84.6

Pemilah 11 26 70.3

Overall Percentage 79.4

Step 3 Status Pemilah Bukan Pemilah 55 10 84.6

Pemilah 11 26 70.3

Overall Percentage 79.4

Step 4 Status Pemilah Bukan Pemilah 56 9 86.2

Pemilah 9 28 75.7

Overall Percentage 82.4

Step 5 Status Pemilah Bukan Pemilah 55 10 84.6

Pemilah 12 25 67.6

Overall Percentage 78.4

Step 6 Status Pemilah Bukan Pemilah 56 9 86.2

Pemilah 14 23 62.2

Overall Percentage 77.5

(56)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a Pendidikan

2.181 2 .336

Pendidikan(1) 1.006 .681 2.181 1 .140 2.735

Pendidikan(2) -22.462 2.469E4 .000 1 .999 .000

Umur 5.371 2 .068

Umur(1) -2.428 1.213 4.002 1 .045 .088

Umur(2) -.820 1.208 .461 1 .497 .440

Lamanya 1.119 2 .571

Lamanya(1) -.802 1.283 .391 1 .532 .448

Lamanya(2) -1.409 1.380 1.042 1 .307 .244

Pekerjaan 2.481 2 .289

Pekerjaan(1) 1.165 .799 2.127 1 .145 3.207

Pekerjaan(2) .967 .997 .941 1 .332 2.631

Keluarga 2.724 2 .256

Keluarga(1) .991 .600 2.724 1 .099 2.693

Keluarga(2) -20.520 1.135E4 .000 1 .999 .000

Pendapatan .252 2 .882

Pendapatan(1) .326 .649 .252 1 .616 1.385

Pendapatan(2) -17.797 2.469E4 .000 1 .999 .000

Penyuluhan(1) -2.762 .768 12.928 1 .000 .063

MendengarPerat

uran(1) -.279 .710 .154 1 .695 .757

Jenis 2.170 2 .338

Jenis(1) -1.586 1.176 1.819 1 .177 .205

Jenis(2) -.681 .694 .962 1 .327 .506

Gambar

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 3. Tempat Pembuangan Sampah Akhir, Bantar Gebang, Bekasi
Gambar 5. Technology Acceptance Model dengan memasukkan pengaruh sosial
Gambar 6. Bagan Elemen Desain
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari 47 tanaman Nipponbare mutan penanda aktivasi yang diuji, sembilan tanaman menunjukkan respons yang sama dengan tanaman Nipponbare non transforman, yaitu tidak

tingkat kemampuan, sehingga yang akan direkrut menjadi calon anggota legislatif dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Tanjungpinang adalah orang-orang yang

90 penelitian ini adalah 7,019 yang berada di atas nilai F tabel, yaitu 2,71.Dengan demikian, ketiga variabel independen, yaitu kualitas sumber daya manusia,

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda yaitu melihat pengaruh asimetri informasi, manajemen laba terhadap cost of equity

36.3 Selain jika hukum melarang kami untuk mengecualikan atau membatasi tanggung jawab kami, kami tidak bertanggung jawab atas setiap kerugian Anda sehubungan dengan perjanjian

(1) Calon anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 disampaikan Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya hasil pemilihan

Mengingat banyak faktor yang mempengarui hasil belajar PPKn,maka peneliti membatasi ruang lingkup, penelitian yaitu Hubungan antara Motivasi Orang Tua dengan hasil Belajar

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah kualitas produk dan strategi promosi penjualan secara simultan dan parsial memiliki pengaruh terhadap