• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Bakau Merah (Rhizophora mucronata) di Persemaian Mangrove Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan Bakau Merah (Rhizophora mucronata) di Persemaian Mangrove Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN BAKAU MERAH (Rhizophora mucronata) di

PERSEMAIAN MANGROVE DESA MUARA, KECAMATAN

TELUK NAGA, KABUPATEN TANGERANG

AHMAD BAIQUNI RANGKUTI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Bakau Merah (Rhizophora mucronata) di Persemaian Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

AHMAD BAIQUNI RANGKUTI. Pertumbuhan Bakau Merah (Rhizophora mucronata) di Persemaian Mangrove Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Dibimbing oleh OMO RUSDIANA dan ANDI SUKENDRO.

Keberhasilan kegiatan rehabilitasi lahan mangrove dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah tersedianya bibit tanaman di sepanjang tahun dalam jumlah yang cukup. Pengetahuan terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang akan dijadikan bibit akan menjadi salah satu faktor keberhasilan di dalam pembangunan persemaian. Bakau Merah (Rhizophora mucronata) merupakan salah satu spesies tanaman yang tumbuh di hutan mangrove. Pelestarian mangrove jenis ini menjadi sangat penting karena berada di zonasi paling tengah dari formasi hutan mangrove, serta memiliki tingkat reproduksi sepanjang tahun sehingga memudahkan untuk melakukan kegiatan rehabilitasi sepanjang tahunnya. Tujuan penelitian adalah mendapatkan informasi tentang perkembangan pertumbuhan R. mucronata sehingga diperoleh teknik budidaya yang lebih baik. Perlakuan penelitian terdiri dari penanaman propagul (buah mangrove) dengan keping buah dan penanaman tanpa keping buah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa penanaman propagul tanpa keping buah memberikan pengaruh nyata terhadap peubah tinggi dan panjang pada pertumbuhan propagul R. mucronata.

Kata Kunci: persemaian, pertumbuhan, propagul, Rhizophora mucronata

ABSTRACT

AHMAD BAIQUNI RANGKUTI. The Growth of Red Mangrove (Rhizophora mucronata) in Nursery at Muara Village, Teluk Naga Subdistrict, Tangerang Regency. Supervised by OMO RUSDIANA and ANDI SUKENDRO.

The success of mangrove rehabilitations are influenced by various factors which one of them is the availability of seedling stocks over time. The knowledge about growth process and development of plants which will be used as seedlings are several factors of success of nursery development. Red mangrove (Rhizophora mucronata) is one species of plants which grows in mangrove forest. The conservation of this species is very important because its habitat is at the central zone of mangrove formation and has high reproduction over time so it can be easier to do rehabilitation. The aim of this research is to get the information about R.mucronata growth and development to get better cultivation technique. The treatments were planting of propagul that had pieces of fruit and planting of propagul without pieces of fruit. Based on this research, the planting of propagul without pieces of fruit gave significant effect toward the heigth and length of red mangrove (R.mucronata) propagules development.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

PERTUMBUHAN BAKAU MERAH (Rhizophora mucronata) di

PERSEMAIAN MANGROVE DESA MUARA, KECAMATAN

TELUK NAGA, KABUPATEN TANGERANG

AHMAD BAIQUNI RANGKUTI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pertumbuhan Bakau Merah (Rhizophora mucronata) di Persemaian Mangrove Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten

Tangerang

Nama : Ahmad Baiquni Rangkuti NIM : E44090035

Disetujui oleh

Dr Ir Omo Rusdiana, MSc Pembimbing I

Ir Andi Sukendro, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat sehingga skripsi penelitian ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian yang dilaksanakan pada bulan September–Desember 2013 adalah budidaya mangrove, dengan judul Pertumbuhan Bakau Merah (Rhizophora mucronata) di Persemaian Mangrove Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang.

Penelitian ini merupakan bagian dari program rehabilitasi dan ekowisata mangrove dengan energi terbarukan Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang oleh CSR Pertamina beserta Lembaga Landskap dan lingkungan Universitas Trisakti, terimakasih atas kesempatan, waktu dan fasilitas yang telah diberikan selama pelaksanaan penelitian. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr Ir Omo Rusdiana, MSc dan Ir Andi Sukendro, MSi selaku dosen pembimbing atas arahan dan bimbingannya selama ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga tercinta yang selalu mendoakan, ayah Ir Ali Umum, ibu Sangkot, untuk teman-teman selingkar, teman-teman “macaca” dan teman-teman seperjuangan SVK 46 khususnya teman-teman satu bimbingan. Serta semua pihak yang mendukung di dalam terwujudnya skripsi ini, yang tidak bisa saya ucapkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini, sehingga diharapkan adanya masukan dan saran untuk penyempurnaan dari semua pihak. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan masyarakat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL i

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN ii

PENDAHULUAN 1

Latar belakang 1

Tujuan penelitian 2

Manfaat penelitian 2

Hipotesis

TINJAUAN PUSTAKA

2

Pengertian hutan mangrove 2

Rhizophora mucronata METODE

3

Waktu dan lokasi penelitian 4

Bahan dan alat 5

Prosedur penelitian 5

Analisis data 7

KONDISI UMUM 8

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

8

Pembahasan 15

Persentase hidup propagul Bakau Merah (Rhizophora mucronata) 16

Lepas keping buah 16

Pertumbuhan akar 17

Pertumbuhan daun 17

Pertumbuhan tinggi 18

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 19

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 21

(10)

DAFTAR TABEL

1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pertumbuhan propagul PAH dan PTH 9

2 Persentase hidup bibit bakau merah 9

3 Data awal pertumbuhan akar dan panjang akar 10

4 Panjang akar pada bibit Rhizophora mucronata berdaun 2 11

5 Panjang akar pada bibit Rhizophora mucronata berdaun 4 11 6 Waktu pecah kuncup 12

7 Waktu bibit bakau berdaun 2 12 8 Waktu bibit bakau berdaun 4 13

9 Hasil Uji Duncan pada parameter tinggi 13

10 Rata-rata pertumbuhan tinggi 14 11 Perbandingan pertumbuhan tinggi propagul 15

DAFTAR GAMBAR

1 Peta penyabaran mangrove jenis Rhizophora mucronata 4 2 Propagul Rhizophora mucronata 7

3 Bagan percobaan pada bedeng pengamatan 7

4 Persentase lepas keping buah pada perlakuan PAH 9 5 Proses pertumbuhan panjang akar 11

6 Proses pertumbuhan daun 13

7 Pertumbuhan tinggi bibit bakau merah 14

8 Pertumbuhan bibit bakau di lokasi penanaman 14

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan sub tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen 2002). Berdasarkan fungsinya, hutan mangrove mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu fungsi fisik, fungsi ekologi dan fungsi ekonomi. Fungsi fisik hutan mangrove adalah sebagai penjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dan tebing sungai dari erosi air laut, serta menahan tiupan angin kencang dari laut. Fungsi biologis hutan mangrove adalah sebagai tempat memijah dan berkembangbiaknya berbagai macam ikan, kepiting, kerang, dan udang. Fungsi ekonominya adalah sebagai pemasok kayu untuk kayu bakar maupun bahan bangunan, serta sebagai tempat pariwisata, rekreasi, penelitian dan pendidikan (Kusmana et al. 2003).

Saat ini hutan mangrove di Indonesia telah banyak mengalami kerusakan. Banyak hal yang menyebabkan kerusakan hutan mangrove, antara lain adalah pembuatan tambak ikan dan udang, pencemaran limbah industri rumah tangga dan pertanian. Tekanan pertambahan penduduk dan sosial ekonomi masyarakat merupakan faktor penyebab terjadinya perambahan hutan mangrove untuk keperluan kayu bakar, bangunan dan rumah tangga. Kegiatan pertanian yang tidak ramah lingkungan menyebabkan sedimentasi yang mengakibatkan tanah timbul sehingga tidak cocok lagi untuk habitat mangrove, kebakaran, hama dan penyakit hutan. Kerusakan- kerusakan tersebut secara langsung mengurangi luasan hutan mangrove.

Kegiatan rehabilitasi mangrove dimulai sejak tahun 1990-an melalui kegiatan penghijauan dan reboisasi. Menurut data Departemen Kehutanan, Kegiatan rehabilitasi dari tahun 1995 hingga 2007 telah mencapai 70.185 ha dengan tingkat keberhasilan sangat rendah (Departemen Kehutanan 2008).

Mengingat kondisi hutan mangrove yang tiap tahun mengalami kerusakan, maka perlu dilakukan rehabilitasi dalam upaya mempertahankan kelestarian ekosistem mangrove. Kegiatan rehabilitasi ini bukan saja untuk mengembalikan fungsi ekologis, namun juga mengembalikan nilai estetika. Upaya yang dilakukan adalah dengan kegiatan penanaman. Salah satu faktor pendukung keberhasilan penanaman dalam rehabilitasi adalah ketersediaan bibit dari beberapa spesies tumbuhan mangrove.

(12)

2

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan informasi tentang perkembangan dan pertumbuhan bibit R. mucronata di persemaian, sehingga diperoleh teknik pembudidayaan yang lebih baik.

Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah menyajikan data dan informasi untuk perkembangan ilmu dan teknologi dalam budidaya tanaman mangrove khususnya jenis R. mucronata.

Hipotesis

Bibit R. mucronata dengan perlakuan penanaman lepas keping buah (PTH), pertumbuhan dan perkembangannya lebih baik dibandingkan dengan penanaman saat memiliki keping buah (PAH).

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Hutan Mangrove

Kata mangrove adalah kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove (Macnea 1968 dalam Kusmana 1996). Kata mangrove dalam bahasa Inggris digunakan untuk menunjukkan komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang surut maupun untuk individu-individu spesies tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut, sedangkan dalam bahasa Portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakan individu spesies tumbuhan, dilain pihak, kata mangal dipakai untuk menyatakan komunitas tumbuhan tersebut.

(13)

3 Karakteristik Hutan Mangrove

Menurut Bengen (2002), habitat hutan mangrove memiliki suatu karakteristik yang unik jika dibandingkan dengan karakteristik hutan lainnya. Karakteristik tersebut antara lain:

a. Umumnya tumbuh pada daerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir.

b. Daerahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun yang hanya tergenang pada saat purnama, frekuensi genangannya menentukan komposisi vegetasi hutan mangrove.

c. Menerima pasokan air tawar yang cukup dari daratan

d. Terlindungi dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat. Air bersalinitas payau ( 2–22 per mil) hingga asin (mencapai 38 per mil).

Zonasi Hutan Mangrove

Berdasarkan urutannya, zonasi hutan mangrove di Indonesia menurut Bengen (2002) adalah:

a. Daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir, sering ditumbuhi oleh Avicennia spp. Pada zona ini biasanya Avicennia spp. berasosiasi dengan Sonneratia spp. yang didominasi tumbuh pada lumpur dalam yang kaya bahan organik.

b. Lebih dalam kedaerah darat, hutan mangrove umumnya didominasi oleh Rhizophora spp. Di zona ini juga dijumpai Brugeria spp. dan Xylocarpus spp.

c. Zona berikutnya didominasi oleh Brugeria spp. zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah biasa ditumbuhi oleh Nypa fruticans dan beberapa palem lainnya.

Adaptasi Morfologi Pohon Mangrove

Adaptasi pohon mangrove terhadap oksigen antara lain adalah bentuk perakaran yang khas : bertipe cakar ayam yang mempunyai pneumatofora atau akar napas (Avicennia spp., Xylocarpus spp., dan Sonneratia spp.) untuk mengambil oksigen dari udara; dan bertipe penyangga/ tongkat/ tongkat yang mempunyai lentisel (Rhizophora spp.) pada kadar yang tinggi, mangrove memiliki sel-sel khusus di dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam, berdaun tebal dan kuat yang banyak mengandung air untuk mengatur keseimbangan garam, dan daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.

Rhizophora mucronata

(14)

4

merah merupakan tumbuhan mayor hutan mangrove dimana bentuknya berupa pohon yang tingginya bisa mencapai 27 m, dengan diameter 70 cm, kulit kayu berwarna gelap hingga hitam, terdapat celah horizontal, bunga berkelompok 4–8 kuntum, daun mahkota putih, berambut panjang hingga 9 mm. Buah berbentuk telur berwarna hijau kecoklatan, 5–7 cm, hipokotil besar, kasar dan berbintil, panjang 36–70 cm. Leher kotiledon kuning jika matang, sering bercampur dengan bakau minyak, namun lebih toleran terhadap substrat yang lebih keras dan berpasir. Lebih menyukai substrat yang tergenang dalam dan kaya humus, jarang sekali didapati di tempat yang jauh dari pasang surut.

Manfaat R. mucronata adalah kayunya digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Tanin dari kulit kayu digunakan untuk pewarnaan, dan kadang-kadang digunakan sebagai obat dalam kasus hematuria (pendarahan pada air seni). Kadang-kadang ditanam di sepanjang tambak untuk melindungi pematang (Kusmana et al. 2008). R. mucronata menghasilkan madu dari nektarnya, memiliki buah yang bisa dimakan, mengandung selulosa dan xantat, produksi rayon viskosa (viscose rayon) untuk bahan tekstil, kerangka ban, sabuk/alur untuk industri, selofan.

Suhu umum rata-rata bagi pertumbuhan R. mucronata adalah 20–30°C (68–86 °F). Suhu rata-rata maksimum dari suhu musim kemarau adalah 23–38°C (73–100°F) sedangkan suhu rata-rata minimum dari suhu musim hujan adalah 13– 18°C (55–64 °F). Suhu minimum yang masih dapat ditoleransi adalah 10°C (50°F) (Duke 1987).

Sifat umum dari perkembangan biji mangrove secara vivipar, yaitu biji telah berkecambah sewaktu masuk di dalam buah yang masih melekat pada tumbuhan induk. Cara yang khas ini diperlihatkan oleh Rhizophora spp. Lembaga semai dapat menembus buah yang masih bergantungan, yang panjangnya seperti anak panah tetapi berat di bagian bawahnya. Kemudian semai jatuh dengan akar ke bawah, sehingga ujung akar itu dapat menancap ke dalam lumpur apabila air sedang surut dan membentuk akar-akar cabang dalam waktu beberapa jam serta tumbuh di tempat itu. Apabila air sedang pasang dan semai akarnya belum kuat melekat di lumpur, maka semai tersebut akan hanyut terbawa air ke tempat lain, dan ketika air surut akan tumbuh dengan normal kembali apabila keadaan menguntungkan. R. mucronata tumbuh menyebar luas mulai dari Afrika Timur, Madagaskar, Mauritania, Asia Tenggara, Kepulauan Nusantara, Malanesia dan Mikronesia, diintroduksi ke Hawaii (UNEPWCMC 2001).

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian

(15)

5 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian yaitu cangkul, golok, polybag, bambu/kayu, termometer, tali rafia, meteran, kamera, alat tulis, lembaran tally sheet, millimeter blok, dan lain-lain. Bahan yang digunakan adalah propagul (buah) mangrove.

Prosedur Penelitian

Penentuan Lokasi Persemaian

Lokasi ini berada di daerah yang memiliki mangrove yaitu Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Lokasi persemaian diusahakan pada tanah lapang dan datar, dekat dengan lokasi penanaman dan terendam air pasang lebih kurang 20 kali/bulan.

Pembuatan Bedeng

Bedeng dibuat mengikuti bedeng yang telah ada di lokasi penelitian, dengan ukuran (1x7)m. Bedengan tersebut dibuat menyerupai parit dengan kedalaman 15–60 cm, berada di bawah ketinggian 0 mdpl, sehingga akan tergenang ketika air pasang mencapai 20 cm maksimal semai tergenang. Bedengan yang dibuat tidak memerlukan naungan, sehingga intensitas cahaya yang masuk ke lokasi persemaiaan adalah 100%.

Penyiapan media tanam

Media yang digunakan untuk pembibitan adalah sedimen dari tanggul bekas tambak atau sedimen yang sesuai dengan karakteristik pohon induknya. Penelitian ini menggunakan media tanam lumpur berpasir.

Pemilihan Buah (Propagul)

Buah R. mucronata yang digunakan untuk pembibitan, dipilih dari pohon mangrove yang berusia di atas 10 tahun. Buah yang baik, dicirikan oleh hampir lepasnya hipokotil dari buahnya. Buah yang sudah matang dari R. mucronata, dicirikan dengan warna buah hijau tua atau kecoklatan, dengan kotiledon (cicin) berwarna kuning atau merah. Buah yang dijadikan bahan bibit penelitian bersumber dari pohon induk yang tidak jauh dari lokasi penelitian.

Pembibitan

Tahapan pembibitan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Mengambil polybag dengan ukuran diameter 10 cm kemudian mengisi dengan media lumpur berpasir yang telah disediakan.

b. Polybag diisi sebanyak ¾ dari isi polybag

c. Setelah berisi media, polybag tersebut dilipat bagian atas kebagian luar, dengan tujuan, pada saat surut dan cuaca kering, kristal-kristal garam air laut tidak terjebak di dalam polybag yang bisa menghambat pertumbuhan buah mangrove.

(16)

6

Pengamatan dan Pengukuran Pertumbuhan Bibit R. mucronata

Pengamatan pertumbuhan bibit R. mucronata dilakukan setiap 1 minggu sekali sebanyak 8x atau selama 3.5 bulan (pengamatan vegetatif). Pengamatan terhadap pertumbuhan vegetatif R. mucronata, meliputi pengukuran:

1. Propagul yang masih memiliki keping buah a. Persentase hidup

Persentase hidup ini didapatkan dari pengamatan langsung pada unit percobaan tiap minggunya. Dilakukan pada tiap ulangan, dalam satu ulangan terdiri dari 25 unit contoh. Sehingga persentase merupakan hasil rata-rata dari 5 ulangan.

b. Waktu terlepasnya keping buah

Pencatatan waktu keping buah terlepas dari propagulnya. c. Pecah pucuk (berkecambah)

Pencatatan waktu unit contoh mulai mengalami pecah pucuk. d. Waktu berakar

Pencatatan waktu unit contoh mulai berakar, dilakukan untuk mengetahui waktu unit contoh mulai berakar setelah ditanam, di dalam pengecekan tersebut dilakukan pada 5 unit contoh dengan memilih buah yang memiliki pekembangan petumbuhan yang signifikan.

e. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur sejak propagulnya telah berdaun 2 sampai berdaun 4. Pengukuran tinggi dilakukan pada 5 unit contoh perulangan, di mulai dari titik pertumbuhan propagul.

f. Waktu bibit memiliki 2 daun dewasa dan panjang akarnya.

Pencatatan waktu bibit telah memiliki 2 daun dewasa. Daun dewasa ditandai dengan bentuk yang utuh, mulai mengeras, berwarna hijau tua. dan bibit telah membentuk tunas baru. Pengukuran panjang akar dilakukan pada 3 unit contoh yang diacak dari semua ulangan.

g. Waktu tanaman memiliki 4 daun dewasa dan panjang akarnya.

Pencatatan waktu bibit telah memiliki 4 daun dewasa. Daun dewasa ditandai dengan bentuk yang utuh, mulai mengeras, berwarna hijau tua dan bibit telah membentuk tunas baru. Pengukuran panjang akar dilakukan pada 3 unit contoh yang diacak dari semua ulangan.

2. Propagul yang tidak memiliki keping buah

Parameter yang diukur pada perlakuan ini sama dengan yang dilakukan pada propagul yang masih memiliki keping buah. Hanya saja tidak dilakukan pencatatan waktu keping buah terlepas, karena didalam pengunduhan sengaja memilih yang tidak memiliki keping buah. Sehingga keping buah sudah terlepas dari pohon induknya.

3. Pengukuran tanaman R. mucronata di lokasi penanaman.

(17)

7

Gambar 1 Propagul R. mucronata

4. Pencatatan dan dokumentasi setiap proses didalam pertumbuhan R. mucronata.

5. Pengumpulan data sekunder

Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu terkait dengan topografi, kondisi umum lokasi penelitian dan data lain untuk mendukung penelitian. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui wawancara dengan masyarakat dan studi pustaka.

Analisis Data

Rancangan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan terdiri dari 1 faktor yaitu propagul, dengan 2 perlakuan: penanaman propagul lepas keping buah dan penanaman propagul yang masih memiliki keping buah. Setiap perlakuan terdiri atas 5 ulangan, dan setiap ulangan terdiri dari 25 unit contoh (bibit). Pengacakan dilakukan di dalam bedeng pengamatan, bagan percobaan tersaji pada Gambar 2. Model statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

γ

ij

= µ +

α

i

+

ε

ij

Keterangan :

γij : variabel respon yang diamati

µ : nilai rata-rata sebenarnya

αi : pengaruh perlakuan propagul taraf ke-i

εij : pengaruh kesalahan percobaan pada perlakuan propagul ke-i ulangan

ke-j.

Gambar 2 Bagan percobaan pada bedeng pengamatan Keterangan :

Pth Ui : propagul terlepas keping buah ulangan ke- Pah : uji propagul ada keping buah ulangan ke-

(18)

8

Analisis data menggunakan sidik ragam (ANOVA) pada taraf 5%. Apabila terdapat perbedaan nyata dari perlakuan terhadap peubah yang diamati, maka dilakukan uji lanjut Duncan pada taraf 5%. Pengelolaan data penelitian dilakukan dengan menggunakan Microsoft office excel 2010 dan SAS 9.1.3.

KONDISI UMUM

Lokasi penelitian berada di persemaian Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Desa Muara terletak di sebelah Utara Kecamatan Teluk Naga. Luas wilayah Desa Muara 505 ha, merupakan dataran rendah dengan ketinggian 40 mdpl. Batas administratif Desa Muara sebelah Utara berbatasan langsung dengan Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Laut Jawa/ Desa Lemo, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lemo, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung Pasir. Desa Muara mempunyai 2 (dua) iklim yaitu penghujan dan kemarau. Iklim yang mempengaruhinya adalah iklim tropis dengan angin bertiup dari arah Barat dan Timur, curah hujan rata-rata 2100 mm/tahun dan suhu udara 27–33ºC (Purwasih 2010)

Vegetasi yang mendominasi disekitar lokasi penelitian adalah jenis Rhizophora sp. diantaranya Rhizophora mucronata, Rhizophora styolosa, Rhizophora aviculata. Selain jenis Rhizophora, ditemukan pula jenis Avicenia sp. Mata pencaharian masyarakat di desa tersebut adalah nelayan, pedagang, petani tambak, dan hanya sedikit yang menjadi PNS (pegawai negri sipil).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Peubah yang diteliti adalah waktu awal berakar, panjang akar diawal pertumbuhan, waktu pecah kelopak daun, waktu bibit berdaun 2 (dua), panjang akar bibit berdaun 2, waktu bibit berdaun 4 (empat), panjang akar bibit berdaun 4, tinggi bibit ketika sudah berdaun 4, persen tumbuh, dan waktu propagul lepas keping buah.

(19)

9 Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pertumbuhan propagul PAH (penanaman ada keping buah) dan PTH (penanaman tanpa keping buah)

Parameter Pengaruh perlakuan antara PAH dan PTH

Waktu awal berakar tn

Panjang awal berakar *

Waktu kelopak pecah tn

Waktu berdaun dua tn

Panjang akar bibit berdaun 2 tn

Waktu berdaun 4 tn

Panjang akar bibit berdaun 4 tn

Tinggi bibit *

a

tn= tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%; *= berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Persentase Hidup Propagul

Persentase rata-rata hidup R. mucronata pada kedua perlakuan memiliki perbedaan yang sangat besar. Persentase hidup pada PTH memiliki persentase yang lebih besar 72.80% dibandingkan dengan PAH sebesar 51.20%. Persentase tersebut menunjukkan adanya perbedaan di kedua perlakuan. Data persentase hidup R. mucronata tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2 Persentase (%) hidup R. mucronata pada ke-2 perlakuan (PAH dan PTH)

Ulangan Perlakuan perlakuan PAH. Lepas keping buah terjadi karena proses alami yang terjadi pada propagul yang telah ditanam. Proses yang diamati dilapang, keping buah mengalami perubahan warna semakin gelap setelah dilakukan penanaman. Setelah warnanya hitam dan propagul layu, keping buah pun terlepas dengan sendirinya.

(20)

10

Keping buah paling banyak terlepas di hari ke-tiga setelah penanaman. Pada hari ke- lima semua keping buah sudah terlepas dari propagulnya. Diagram persentase keping buah dapat dilihat pada Gambar 3.

Pertumbuhan Akar

1. Awal waktu berakar dan panjang akarnya

Penelitian yang dilakukan pada akar, diawali dengan mencatat waktu awal berakar propagul yang ditanam. Diperoleh pada bibit PAH, 3 dari 5 bibit yang diperiksa sudah memiliki akar. Sedangkan pada PTH, semua bibit yang diperiksa sudah memiliki akar. Setelah minggu kedua dilakukan kembali hal serupa. Bibit pada PAH semuanya sudah memiliki akar, sama halnya dengan PTH. Berdasarkan uji statsitik yang telah dilakukan, diperoleh bahwa perbedaan awal kemunculan akar pada bibit R. mucronata dengan perlakuan PAH dan PTH tidak berbeda nyata pada kedua perlakuan (Tabel 3).

Tabel 3 Data awal pertumbuhan akar dan panjang akar Perlakuan Ulangan No unit

contoh

Pada kolom berakar/tidak terdapat simbol 1 yang artinya ada, sedangkan 0 tidak ada.

Data panjang akar awal pertumbuhan, pada PAH akar yang terpanjang 1.3 cm dan yang terpendek adalah 0 atau belum berakar dan pada PTH akar yang terpanjang 4.7 cm dan terpendek 1.6 cm. Berdasarkan uji Duncan, panjang awal akar R. mucronata terdapat perbedaan yang nyata untuk perlakuan PTH dan PAH (Lampiran 4).

2. Panjang akar pada bibit bakau berdaun 2 dan berdaun 4

(21)

11 Pengukuran panjang akar juga dilakukan pada bibit yang telah berdaun 4. Cara pengukuran yang dilakukan sama dengan pengukuran akar pada bibit berdaun 2. Rata-rata panjang akar bibit berdaun 4 dengan perlakuan PTH adalah 19.66 cm, sedangkan pada perlakuan PAH diperoleh rata-rata sebesar 16.61 cm. Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan bahwa kedua perlakuan yang diberikan tidak memberikan pengaruh yang nyata (Tabel 5). Grafik pertumbuhan akar dapat dilihat pada Gambar 4.

Tabel 4 Panjang akar pada bibit R. mucronata berdaun 2

Ulangan Panjang (cm)

Tabel 5 Panjang akar pada bibit R. mucronata berdaun 4

Gambar 4 Proses pertumbuhan panjang akar propagul R. mucronata

Pertumbuhan Daun

1. Pecah kuncup (berkecambah)

(22)

12

Tabel 6 Waktu pecah kuncup bibit R. mucronata pada perlakuan PAH dan PTH

Ulangan Minggu

Berdasarkan Tabel 6, rata-rata daun membuka kuncup pada perlakuan PAH yang tercepat adalah minggu ke-6 dan yang paling lama pada minggu ke-9, sedangkan pada perlakuan PTH daun membuka kuncupnya yang tercepat pada minggu ke-5 dan yang terlama pada minggu ke-9. Berdasarkan uji statistik yang dilakukan, perlakuan PTH dan PAH pada pertumbuhan propagul R. mucronata, waktu pecah kuncup (berkecambah) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kedua perlakuan tersebut.

2. Waktu bibit berdaun 2 dan 4

Pengamatan waktu bibit berdaun 2 dan 4 bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan pertumbuhan daun pada kedua perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, waktu bibit berdaun 2 pada perlakuan PAH rata-rata waktu tercepat di minggu ke-10 dan yang terlama pada minggu ke-12. Sedangkan pada perlakuan PTH rata-rata waktu bibit berdaun 2 yang tercepat pada minggu ke-8 dan yang terlama pada minggu ke-12 (Tabel 7). Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa kedua perlakuan tidak memberikan respon yang berbeda nyata terhadap waktu bibit Rhizophora berdaun 2.

Waktu bibit berdaun 4, pada perlakuan PAH yang tercepat minggu ke-12 dan yang terlama pada minggu ke-14. Sedangkan pada perlakuan PTH waktu rata-rata bibit berdaun 4 yang tercepat pada minggu ke-11 dan yang terlama pada minggu ke-13 (Tabel 8). Berdasarkan hasil sidik ragam diperoleh bahwa kedua perlakuan tidak memberikan respon yang berbeda nyata . Grafik pertumbuhan daun dapat dilihat pada Gambar 5.

(23)

13

Gambar 5 Proses pertumbuhan daun pada bibit R. mucronata Tinggi

Pengukuran tinggi dilakukan pada saat bibit telah berdaun 2 sampai berdaun 4. Berdasarkan rekapitulasi pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan memberikan perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit R. mucronata. Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata pertumbuhan tinggi awal pada perlakuan PAH adalah 6.07 cm dan tinggi akhir adalah 8.31 cm, sedangkan pada perlakuan PTH diperoleh rata-rata pertumbuhan tinggi awal adalah 4.66 cm dan tinggi akhir 9.59 cm (Tabel 9). Grafik pertumbuhan tinggi bibit R. mucronata dapat dilihat pada Gambar 6.

Huruf yang sama tidak memberikan pengaruh yang nyata

(24)

14

Gambar 6 Pertumbuhan tinggi bibit R. mucronata Data Tambahan

Tinggi R. mucronata di Lokasi Penanaman

Selain data persemaian R. mucronata, dilakukan juga pengambilan data tinggi dari hasil penanaman bibit bakau di lokasi penanaman. Bibit bakau pertumbuhan tinggi 1.24 cm mencapai 11.79%, sedangkan pada perlakuan penanaman bibit tanpa polybag rata-rata pertumbuhan tinggi 3.38 cm mencapai 32.22% dari tinggi awal (Tabel 10). Diagram pertumbuhan tinggi R. mucronata di lokasi penanaman dapat dilihat pada Gambar 7.

Tabel 10 Rata-rata pertumbuhan tinggi, penanaman bibit langsung ketanah dengan menggunakan polybag

Perlakuan Awal (cm) Akhir (cm) Rata-rata

pertumbuhan (cm) Polybag 10.51 11.75 1.24

Non Polybag 10.49 13.84 3.38

(25)

15 Penanaman Propagul Langsung ke Tanah

Hasil penelitian diperoleh rata-rata tinggi awal propagul dengan penanaman langsung ke-tanah 7.4 cm, dan rata-rata tinggi akhir pengukuran 14.18 cm. Rata-rata tingkat pertumbuhan tingginya mencapai 6.78 cm. Perbedaan pertumbuhan tinggi propagul yang langsung ditanam ke tanah dengan propagul yang ditanam pada polybag dapat dilihat pada Tabel 11. Berdasarkan hasil ragam pada Lampiran 10, perlakuan penanaman propagul langsung ketanah dengan propagul yang ditanam dengan polybag tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi R. mucronata.

Tabel 11 Perbandingan pertumbuhan tinggi antara penanaman propagul langsung ke tanah dengan penanaman menggunakan polybag

Perlakuan Tinggi (cm)

Persentase hidup propagul R. mucronata berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang tertinggi pada perlakuan PTH (penanaman tanpa keping buah) yaitu sebanyak 72.80%, sedangkan pada perlakuan PAH (penanaman ada keping buah) diperoleh sebanyak 51.20%. Persentase hidup propagul bakau merah ini termasuk kecil apabila dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu yang bisa mencapai 100%.

Buah yang diunduh adalah buah yang benar-benar masak secara fisiologisnya. Buah atau benih R. mucronata yang masak dicirikan: propagul berwarna hijau tua dengan panjang minimal 50 cm, kotiledon berwarna kuning, memiliki cincin warna putih pada hipokotil yang bersebelahan dengan perikarp, perikarp mudah lepas dari plumulanya (Taniguchi et al. 1999). Justice dan Bass (2002) dalam Octeri (2004) menyatakan bahwa vigor benih tertinggi tercapai pada saat benih masak secara fisiologis dan sejak itu benih perlahan-lahan kehilangan vigor dan akhirnya mati.

Saat dilakukan pengunduhan tidak semua propagul yang didapatkan memiliki tingkat kematangan yang sama. Sehingga waktu ditanam, masih terlihat ada beberapa propagul yang lebih muda dibandingkan dengan yang lainnya. ketika terjadi kekeringan propagul yang pertama mati adalah propagul yang masih muda. Selain itu dari segi viabilitas propagul, setelah propagul diunduh, didalam hari yang sama propagul tersebut langsung ditanam. Menurut Hachinohe (1998) propagul dapat disimpan paling lama selama 10 hari. Hal ini dapat diartikan dari viabilitas propagul yang di tanam masih sangat bagus atau bahkan mencapai kondisi paling bagus saat penanaman.

(26)

16

Sehingga tidak bisa menyimpulkan suatu penyebab tinggi rendahnya persentase hidup propagul R. mucronata disebabkan oleh salah satu faktor.

Lepas Keping Buah

Rata-rata waktu propagul lepas keping buah pada perlakuan PAH, yang terbanyak di hari ke-3 setelah penanaman yaitu sebanyak 68%, kemudian pada hari ke-5 keping buah sudah terlepas 100%. Kondisi yang kering, panas, dan tidak ada perantara masuknya cahaya matahari ke lokasi persemaian, menyebabkan kondisi propagul tersebut layu dan terbakar. Hal ini menjadi alasan, kenapa lepas hipokotil tersebut sangat cepat. Kondisi hipokotil yang kering, layu dan mulai mengkerut, menandakan bahwa kadar air semakin turun sehingga mengakibatkan keping buah secara perlahan terlepas dari propagulnya.

Setelah keping buah tersebut lepas, terlihat propagul mulai berdiri walaupun tidak lurus seperti sedia kala. Dari penelitian ini didapatkan salah satu kelemahan penanaman dengan adanya keping buah tersebut terjadi kerusakan pada fisik propagul. Hal ini akan sangat berpengaruh kepada bibit yang akan dihasilkan dari propagul tersebut.

Pertumbuhan Akar

Akar merupakan bagian bawah dari sumbu tumbuhan dan biasanya berkembang dibawah permukaan tanah, meskipun terdapat juga akar yang tumbuh di atas tanah. Berdasarkan asal usulnya, terdapat dua tipe akar, yaitu akar tunggang dan serabut. Akar tunggang berkembang dari ujung embrio yang terbatas, sedangkan akar serabut berkembang dari jaringan akar dewasa atau dari bagian lain tubuh tumbuhan seperti batang, dan daun. Sistem akar R. mucronata terdiri atas akar tunggang yang membentuk cabang pada sisi bagian dewasa akar, yang biasa mengalami penebalan sekunder, hanya berfungsi sebagai alat pemegang pada tanah dan untuk menyimpan bahan cadangan. Pengambilan air dan garam dilakukan terutama oleh sistem akar yang masih di dalam pertumbuhan (Mulyani 2006).

Pertumbuhan propagul dimulai dari pertumbuhan akar sebelum bagian lainnya. Karena kondisi lingkungan tempat hidup yang basah, dipengaruhi pasang surut air laut, sehingga jenis pohon mangrove ini beradaptasi dengan kondisi tersebut. Selain itu pertumbuhan akar sangat di pengaruhi oleh genangan dan tingkat kedalaman air. Pertumbuhan pada sistem perakaran, akar Rhizophora spp. di areal mangrove dengan kondisi genangan yang tinggi akan menunjukkan posisi akar yang berada jauh di bawah permukaan tanah, sebaliknya apabila genangan semakin dangkal maka posisi akar akan berada dekat dengan permukaan tanah (Triswanto 2000). Hal ini menunjukkan bahwa Rhizophora spp. memiliki kemampuan tumbuh optimal pada kondisi genangan yang tinggi.

(27)

17 persemaian. Hal ini diduga bisa mengakibatkan tingkat salinitas yang terdapat didalam air lebih tinggi, dibanding dengan air yang mengalir melalui parit di persemaian maupun air yang berada didalam tanah. Sehingga memberikan dampak terhadap pertumbuhan akar.

Gambar 8 Contoh perbandingan akar 2 perlakuan

Berdasarkan hasil sidik ragam pengaruh perlakuan PAH dan PTH pada pertumbuhan akar yang berpengaruh nyata adalah parameter panjang akar diawal pertumbuhan. Propagul yang ditanam pada perlakuan PTH memiliki tingkat kematangan yang lebih dibandingkan pada perlakuan PAH. Karena propagul PTH yang diunduh adalah propagul yang telah terjatuh dari pohon induknya tanpa keping buah. Tingkat kematangan propagul bisa menjadi penyebab pertumbuhan akar pada perlakuan PTH lebih baik dibanding PAH. Perbedaan pertumbuhan akar pada perlakuan dapat dilihat pada Gambar 8.

Peubah lain yang diukur tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan akar. Artinya perlakuan PAH dan PTH memiliki tingkat pertumbuhan yang sama pada akar tersebut.

Pertumbuhan Daun

Proses pertumbuhan daun pada penelitian ini merupakan salah satu peubah yang secara langsung bisa terlihat. Peubah yang diteliti dari proses pertumbuhan daun adalah waktu daun buka kuncup, waktu propagul berdaun 2 dan waktu propagul berdaun 4.

Berdasarkan hasil sidik ragam yang telah dilakukan semua parameter yang di teliti tidak berbeda nyata. Hal ini dapat diartikan bahwa perlakuan PAH dan PTH tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan daun, sehingga PAH dan PTH memiliki tingkat pertumbuhan yang sama pada parameter daun.

(28)

18

tanam, dan waktu berdaun 4 adalah 14 minggu setelah tanam. Pada perlakuan PTH waktu propagul berkecambah 7 minggu setelah tanam, berdaun 2, 11 minggu setelah tanam, dan berdaun 4, 13 minggu setelah tanam. Kamil (1982), menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan benih, terbagi atas faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam antara lain adalah tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi Rudimeter (benih kurang masak), asal benih dan daya tembus air serta unsur-unsur mekanik lainnya pada kulit biji.

Pertumbuhan Tinggi

Tinggi tanaman merupakan ukuran yang sering diamati, baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang ditetapkan. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat (Sitompul dan Guritno 1995). Pengukuran tinggi dilakukan dari titik awal pertumbuhan sampai ujung pucuk daun.

Gambar 9 Perbedaan tinggi pada perlakuan

Berdasarkan hasil penelitian, perlakuan PTH berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai R. mucronata, persen pertumbuhannya mencapai 105.66%. Faktor yang membedakan antara PTH dan PAH adalah tingkat kemasakan propagulnya, yang akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan. Sedangkan faktor lingkungan tentunya memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan semai R. mucronata. Tetapi faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan PTH lebih tinggi dibandingkan dengan PAH perlu dilakukan penelitian terkait faktor lingkungan tersebut. Perbedaaan tinggi antara PAH dan PTH dapat dilihat pada Gambar 9.

(29)

19 berdasarkan data pertumbuhan tinggi yang diperoleh. Penanaman tanpa polybag rata-rata pertumbuhannya 3.38 cm, mencapai 32.22% dari tinggi awal semai, sedangkan penanaman dengan polybag pertumbuhannya 1.24 cm, mencapai 11.79% dari tinggi awal semai. Perbedaan pertumbuhan pada tinggi bibit Rhizophora mucronata tersebut diakibatkan terhambatnya akar untuk mencari unsur hara yang ada di tanah karena adanya polybag, sedangkan penanaman tanpa polybag akarnya akan lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan tempat tumbuhnya, sehingga pertumbuhan akarnya lebih panjang dan akses untuk mendapatkan unsur hara lebih terjamin.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Proses pertumbuhan R. mucronata dimulai dari pertumbuhan akar di minggu pertama setelah penanaman, dilanjutkan dengan berkecambah, kemudian terbentuk sepasang daun sempurna dan selanjutnya 2 pasang daun. Perlakuan penanaman propagul (buah) bakau merah tanpa keping buah memiliki pertumbuhan yang lebih baik, dibandingkan dengan penanaman ada keping buah. Tinggi dan panjang awal berakar yang berbeda nyata dapat diartikan bahwa perlakuan tersebut memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bakau merah. Pertumbuhan dengan penanaman tanpa polybag menghasilkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan dengan yang memakai polybag serta perkembangan propagul yang ditanam langsung ke tanah lebih baik dibandingkan dengan yang ditanam pada polybag.

Saran

1. Perlu dilakukan uji kualitas propagul yang memiliki keping buah saat dipanen, setelah dilakukan penyimpanan dalam waktu yang berkala.

2. Perlu adanya perbaikan sistem irigasi yang terdapat di persemaian, sehingga air pasang surut bisa masuk ke lokasi persemaian ketika musim kemarau. 3. Perlu penelitian tentang fenologi bunga dan buah R. mucronata.

DAFTAR PUSTAKA

(30)

20

Aksornkoae S. 1993. Ecology and Management of Mangroves. Bangkok (TH): The International Union of Nature and Natural Resources (IUCN) Wetlands Programme.

Bengen DG. 2002. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Bogor (ID): PK-SPL Sekolah Pasca Sarjana IPB.

Dinas Kehutanan DKI Jakarta. 1996. Rencana Proyek Rehabilitasi Hutan Bakau. Jakarta (ID): Proyek Pengembangan Hutan Bakau Propinsi DKI Jakarta. [DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2008. Statistik Kehutanan Indonesia,

Forestry Statistik of Indonesia 2007. Jakarta (ID):

Duke NC, Jackes BR. 1987. A Systematic Revision of The Mangrove Genus Sonneratia (Sonneratiaceae) In Australasia. Blumea, Vol. 32, No.2 (1987) : 277-302.

Hachinohe H. 1998. Manual Persemaian Mangrove di Bali. Suko O, penerjemah, Ida A, editor. Bali: PT Indografika Utama. Terjemahan dari : Nursery Manual for Mangrove Species at Benua Port in Bali.

Kamil J. 1982. Tekhnologi Benih I. Bandung (ID): PT Angkasa.

Kusmana C . 2003 . Teknik Rehabilitasi Mangrove. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.

Kusmana C, C Wibowo, R Budi, IZ Siregar, T Tiryana, S Sukardjo. 2008. Manual of Mangove Silvikulture in Indonesia. Korea International Coorperation Agency The Rehabilitation Mangrove Forest and Coastal Area Damaged By Tsunami in Aceh Project.

Macnae W. 1968. A general account of the fauna and flora of swamps and forests in the Indo West Pacific Region. Adv.Mar.Biol. 6:73-270.

Murdiyanto B. 2003. Mengenal, Memelihara dan Melestarikan Ekosistem Bakau. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Departemen Kelautan dan Perikanan.

Mulyani S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Octeri Z. 2004. Kadar air kritis propagul Rhizophora mucronata dalam hubungannya dengan viablitas propagul [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.

Priyono A. 2010. Panduan Praktis Teknik Rehabilitasi Mangrove di Kawasan Pesisir Indonesia. Semarang (ID): Kesemat.

Purwasih N. 2010. Profil Desa Muara. Tangerang (ID)

Sitompul SM, Bambang G. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta (ID): UGM Press.

Taniguchi KS, Takashima, O. Suko. 1999. The Silviculture Manual for Mangrove. Ministry of Forestry and Estate Crops. Jakarta (ID): PT. Indografika Utama.

(31)

21 Lampiran 1 Analisis Regresi dan Uji Duncan parameter tinggi di persemaian

Lampiran 2 Analisis Regresi dan Uji Duncan parameter tinggi di lokasi penanaman

Lampiran 3 Analisis Regresi dan Uji Duncan parameter awal berakar

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F Model 1 18.44164000 18.44164000 6.65 0.0327 Error 8 22.18416000 2.77302000

Corrected Total 9 40.62580000

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A B

4.928 5 PTH

2.212 5 PAH

Source DF Sumof Square Mean Square F Value Pr > F Model 1 6.88010417 6.88010417 11.17 0.0288 Error 4 2.46471667 0.61617917

Corrected Total

5 9.34482083

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A B

3.3817 3 NP

1.2400 3 P

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 1 0.40000000 0.40000000 2.67 0.1411

Error 8 1.20000000 0.15000000

Corrected Total 9 1.60000000

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A A

1.000 5 PTH

(32)

22

Lampiran 4 Analisis Regresi dan Uji Duncan parameter panjang akar di awal pengukuran

Lampiran 5 Analisis Regresi dan Uji Duncan parameter panjang akar pada saat berdaun 2

Lampiran 6 Analisis Regresi dan Uji Duncan parameter panjang akar pada saat berdaun 4

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 1 19.32100000 19.32100000 18.21 0.0027

Error 8 8.48800000 1.06100000

Corrected Total 9 27.80900000

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A B

3.3000 5 PTH

0.5200 5 PAH

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 1 15.48826667 15.48826667 1.15 0.3444

Error 4 53.98706667 13.49676667

Corrected Total

5 69.47533333

Means with the same letter are not significantly different.

DuncanGrouping Mean N Perlakuan

A 12.9333 3 PTH

A 9.720 3 PAH

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 1 14.01481667 14.01481667 1.66 0.2674

Error 4 33.81706667 8.45426667

Corrected Total 5 47.83188333

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A A

19.667 3 PTH

(33)

23 Lampiran 7 Analisis Regresi dan Uji Duncan parameter panjang pada waktu

berbuka Kuncup (Berkecambah)

Lampiran 8 Analisis Regresi dan Uji Duncan parameter panjang pada waktu berdaun 2

Lampiran 9 Analisis Regresi dan Uji Duncan parameter panjang pada waktu berdaun 4

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 1 2.70400000 2.70400000 0.91 0.3672

Error 8 23.68000000 2.96000000

Corrected Total 9 26.38400000

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A A

8.360 5 PAH

7.320 5 PTH

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr> F

Model 1 1.60000000 1.60000000 0.96 0.3561

Error 8 13.34400000 1.66800000

Corrected Total 9 14.94400000 14.94400000 Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A A

11.4400 5 PAH

10.6400 5 PTH

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 1 1.89225000 1.89225000 2.94 0.1248

Error 8 5.15000000 0.64375000

Corrected Total 9 7.04225000

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A A

13.5900 5 PAH

(34)

24

Lampiran 10 Analisis Regresi dan Uji Duncan parameter panjang pada waktu berdaun 4

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 1 9.35428364 9.35428364 4.09 0.0739

Error 9 20.59168000 2.28796444

Corrected Total 10 29.94596364

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A A

6.7800 6 NP

(35)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sibolga pada tanggal 24 Mei 1991 dari ayah Ir. Ali Umum dan ibu Sangkot. Penulis adalah putra kedua dari enam bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Padangsidimpuan dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI-IPB) dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai Ketua Departemen PSDM DKM Ibaadurrahman pada tahun 2010˗2011, ketua DKM Ibadurrohman

pada tahun 2011˗2012, anggota FSLDK tahun 2011˗2012, dan sekjen JIMMKI

(Jaringan Intelektual Mahasiswa Muslim Kehutanan Indonesia) pada tahun 2012-2013.

Selain aktif dalam organisasi penulis, pernah menjadi asisten PAI (pengantar agama Islam) pada tahun ajar 2011/2012, praktikum pengaruh hutan tahun ajar 2011/2012, nutrisi hutan tahun ajar 2012/2013, asisten di praktikum lapang PPEH tahun ajar 2012/2013. Pada bulan Juli tahun 2011 penulis melaksanakan Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang Timur- Papandayan, pada bulan Juni-Juli tahun 2012 penulis melaksanakan Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di lokasi Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi, Bandung dan Cianjur serta pada bulan Maret - Mei tahun 2013 penulis melaksanakan Praktek Kerja Profesi (PKP) di PT. Wana Hijau Pesaguan, Agrabareksa Kalimantan Barat.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan

skripsi dengan judul “Pertumbuhan Bakau Merah (Rhizphora mucronata) di

Persemaian Mangrove Muara, Teluk Naga Kota Tangerang” di bawah bimbingan

Gambar

Gambar 1  Propagul R. mucronata
Tabel 3  Data awal pertumbuhan akar dan panjang akar
Tabel 4  Panjang akar pada bibit R. mucronata berdaun 2
Tabel 8  Waktu bibit R. mucronata berdaun 4
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perhitungan menggunakan MSE dan PSNR yang ditunjukan tabel 1 menunjukan bahwa 10 dari 13 data set batik menghasilkan keberhasilan deteksi tepi dengan perbaikan

Total berat produksi terubusan per batang Perlakuan pemupukan menunjukkan perbeda- an yang nyata terhadap perkiraan total berat pro- duksi terubusan pada hari ke-90 pengamatan (dua

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun singkong dapat memperbaiki kerusakan ginjal akibat induksi gentamisin, baik dari segi struktur

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahmawati (2012) mengindikasikan bahwa LOM berpengaruh terhadap perilaku manajer dalam memutuskan untuk melakukan manajemen

Dari hasil analisis data dan penelitian yang telah dilakukan di Hutan Geumu Gampoeng Luetung Mane, nilai tingkat kesamaan jenis Pakan Gajah Sumatera di habitat

Salah satu cara untuk membungkus hadiah yang telah disiapkan tentu saja, membuat sendiri GiftBox dengan ukuran yang diinginkan, dan tentu saja yang dengan bungkus yang bisa

Praktik mengajar di kelas XI MIPA 6 telah selesai dilaksanakan oleh penulis sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Dari hasil PPL ini penulis memperoleh pengalaman