• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS PADA

PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR

PADA BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

R. NUGRAHA HANGGARA ARIWENDA

0712010161 / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

PENGARUH PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS PADA

PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR

PADA BURSA EFEK INDONESIA

Disusun Oleh:

R. NUGRAHA HANGGARA ARIWENDA 0712010161 / EM

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 30 September 2011

Pembimbing Utama : Tim Pengguji :

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

(3)

SKRIPSI

PENGARUH PELAKSANAAN PROGRAM CSR TERHADAP

PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN

TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR

PADA BURSA EFEK INDONESIA

Yang diajukan

R. NUGRAHA HANGGARA ARIWENDA 0712010161 / EM

disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Wiwik Handayani, SE, MSi Tanggal………

Mengetahui Wakil Dekan I

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “PENGARUH

PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP

PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR

PADA BURSA EFEK INDONESIA”

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari

berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(5)

5. Segenap staff Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan.

6. Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dan segalanya.

7. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak kekurangan, untuk itu

kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan

skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Surabaya, September 2011

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Landasan Teori ...11

2.2.1. Pengertian Manajemen keuangan...11

2.2.2. Tujuan Manajemen Keuangan...12

2.2.2. Laporan Keuangan ...13

2.2.2.1. Jenis Laporan Keuangan ...16

2.2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan ...20

(7)

2.2.4. Corporate Social Responsibility (CSR) ...23

2.2.5. Pengungkapan sosial sebagai tanggung jawab perusahaan ...24

2.2.6. Pelaporan pertanggungjawaban sosial perusahaan ...24

2.2.9. Pengaruh CSR terhadap Profitabilitas...26

2.3. Kerangka Konseptual ...28

2.4. Hipotesis...29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 32

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Perusahaan ... 37

4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 39

4.1.2. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia ... 39

4.2. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis ... 40

4.2.1. Uji Outlier Multivariate ... 40

4.2.2. Uji Normalitas ... 41

4.2.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 42

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

5.1. Kesimpulan ... 46

5.2. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Hasil Uji Outlier Multivariate...40

Tabel 4.2. Normalitas Data Masing-masing Variabel ...41

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

PENGARUH PELAKSANAAN PROGRAM CSR TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN

TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA

 

R. Nugraha Hanggara Ariwenda

ABSTRAK

Dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi yang tinggi, perusahaan perlu mengungkapkan kinerja CSR dalam “Laporan CSR”. Melalui laporan ini akan terungkap apakah tingkat keterbukaan perusahaan sudah satu level dengan harapan masyarakat (Darwin, 2006). Hal tersebut sesuai dengan asumsi bahwa terdapat kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat, maka sudah seharusnya perusahaan mengungkapkan kinerja sosialnya kepada pihak eksternal sebagai informasi dalam pengambilan keputusan, khususnya dalam hal prospek perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui pengaruh pelaksanaan Program CSR terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini menggunakan 10 Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di BEI, pengambil periode analisis 2006 sampai tahun 2010 dengan kondisi perusahaan yang mengungkapan biaya sosial. Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier.

Setelah mengetahui permasalahan, meneliti dan membahas hasil penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : Berdasarkan hasil pengujian untuk variable CSR (X) tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas (Y).

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat

memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat, di mana menurut pendekatan

teori akuntansi tradisional, perusahaan harus memaksimalkan labanya agar

dapat memberikan sumbangan yang maksimum kepada masyarakat. Namun

seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat semakin menyadari adanya

dampak-dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan dalam menjalankan

operasinya untuk mencapai laba yang maksimal, yang semakin besar dan

semakin sulit untuk dikendalikan. Oleh karena itu, masyarakat pun menuntut

agar perusahaan senantiasa memperhatikan dampak-dampak sosial yang

ditimbulkannya dan berupaya mengatasinya.

Menurut World Council for Sustainable Development definisi Corporate

Social Responsibility (CSR) adalah komitmen berkelanjutan dari bisnis untuk

berperilaku dan berkontribusi bagi pembangunan ekonomi, sekaligus

meningkatkan kualitas hidup karyawannya, serta masyarakat local ataupun

masyarakat luas. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan konsep

dimana perusahaan mengintegrasikan masyarakat dan lingkungan dalam

kegiatan bisnis dan interaksi mereka, dengan para stakeholder dengan dasar

sukarela (Handayati,2009:7)

(13)

Seiring dengan perkembangan konsep manejemen, sehingga tujuan

utama pelaporan keuangan guna memberikan informasi kepada para pemegang

saham dan kreditur menjadi ikut bergeser pula kearah kecenderungan bahwa

perlunya pelaporan yang bersifat dari luar organisasi perusahaan (externality)

dalam rangka memberikan informasi kepada beberapa kelompok orang luar

(investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, pelanggan, pemerintah,

masyarakat) yang berkepentingan terhadap perusahaan. Berdasarkan uraian

diatas dapat dipahami bahwa ide dasar yang melandasi perlunya dikembangkan

akuntansi sosial (sosial accounting), secara umum adalah perlunya perluasan

tanggung jawab sosial perusahaan.

Permasalahan penting lainnya yang menjadi isu dikalangan para akuntan

sehubungan dengan erxternality adalah mengenai seberapa jauh perusahaan

harus bertanggung jawab terhadap sosial ekonomi seluruhnya, dan bagaimana

perlakuan akuntansi yang tepat untuk menggambarkan transaksi yang terjadi

antara perusahaan dengan lingkungan sosialnya tersebut. Di pihak lain, banyak

perusahaan dan asosiasi industri berperang untuk mengubah peraturan

pemerintah yang baru atau mencoba mengikisnya melalui ketidakpatuhan.

Dalam kasus ini, menejemen mungkin merasa bahwa beberapa dari peraturan

tersebut, seperti undang-undang perlindungan lingkungan, akan memiliki

dampak ekonomi negative terhadap perusahaan mereka karena biaya untuk

mematuhi undang-undang tersebut tidak sesuai dengan manfaatnya.

Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan

(14)

khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang

peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok

pengguna laporan yang memegang peranan penting.

Pengukuran kinerja didefinikan sebagai performing measurement adalah

kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam

pengoperasian bisnis. Dengan demikian pengertian kinerja adalah suatu usaha

formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan

efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode

waktu tertentu.

Corporate Social Responbility atau CSR adalah istilah popular yang

digunakan untuk mewakili sebuah program bakti sosial sebagai bentuk

kontribusi positif dari perusahaan kepada masyarakat. Ada beberapa contoh

program CSR yang dilakukan beberapa perusahaan ternama di Indonesia

belakangan ini. Diantaranya PT. Telkom yang secara aktif melakukan usaha

pemerataan informasi dan penetrasi jaringan internet di sekolah-sekolah yang

(15)

Sedangkan Exelcomindo melakukan program tanggung jawab sosial

perusahaan kepada masyarakat secara lebih general dengan target seluruh

lapisan masyarakat dari berbagai macam latar belakang. Misalnya seminar

Indonesia berprestasi yang dilaksanakan XLcare sebagai wujud dukungan

terhadap dunia pendidikan di Indonesia dan peningkatan kualitas anak-anak

untuk masa depan yang lebih baik.

Pada tahun 2010 diketahui bahwa perusahaan yang bergerak di bidang

telekomunikasi dan operator seluler sebanyak 11 perusahaan di Indonesia,

misalnya seperti : Telkom, XL, Indosat, Axis, 3, Mobile-8, Bakrie Telecom. Hal

ini memberikan persaingan yang sengit antar operator dalam memperebutkan

pasar sehingga diperlukan suatu cara dan inovasi produk dan layanan agar dapat

tetap bertahan, kemudian jika dibandingkan dengan Negara-negara lain,

perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi dan telepon seluler maka

Indonesia termasuk yang paling banyak dan ketat persaingannya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan corporate social

responsibility sebagai variabel independen karena secara teoritis ketika

perusahaan semakin meningkatkan kegiatan corporate social responsibility

maka dapat meningkatkan image dari perusahaan dan akan berpengaruh

terhadap profitabilitas perusahaan. Corporate social responsibility juga

digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian terdahulu diantaranya

Nelling dan Webb (2006), Tsoutsoura (2004), Sayekti dan Wondabio (2006),

(16)

Masalah tanggung jawab sosial perusahaan kepada lingkungan social

semakin banyak disoroti, maka penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis

pengaruh kepedulian sosial perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia terhadap profit yang dihasilkannya. Biaya-biaya sosial sebagai wujud

pelaksanaan CSR perusahaan dikaitkan dengan profitabilitas perusahaan,

terutama pada return yang akan diterima perusahaan.

Alasan selanjutnya adalah bahwa bentuk dari tanggung jawab social

perusahaan bidang telekomunikasi dan operator seluler lebih jelas dibandingkan

dengan perusahaan lainnya yang sama-sama listing di BEI. Di setiap perusahaan

go public, implementasi CSR-nya kurang identik satu sama lain, sehingga

menyusahkan dalam pengambilan variabel penelitian. Dalam perusahaan

perbankan, bentuk tanggung jawab social perusahaan bidang telekomunikasi

dan operator seluler satu dengan yang lain adalah sama, yaitu Program

Kemitraan dan Bina Lingkungan, sehingga akan memudahkan proses penelitian.

Untuk kesejahteraan karyawan, di setiap perusahaan secara garis besar adalah

sama sehingga akan memudahkan proses penelitian

Dengan adanya program CSR yang dilaksanakan oleh industry

telekomunikasi tersebut dapat meningkatkan citra dan ketertarikan stakeholder

maupun public sasaran dari PT. Industri Telekomunikasi. Ketertarikan itu dapat

diukur dengan peningkatan penjualan suatu perusahaan melalui laporan

(17)

Pada kenyataannya, tidak dapat dipungkiri bahwa peran dunia usaha

selama ini hanya sebatas pemberian dukungan dana secara sukarela (voluntary)

dan kedermawanan (philanthropy) sehingga kegiatan yang dilaksanakan kurang

memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Hal ini memunculkan rasa

kekecewaan masyarakat dan pemerintah akan minimnya peran dunia usaha

dalam kehidupan sosial dan adanya kecenderungan bahwa pelaksanaan CSR

hanya sekedar untuk di mata masyarakat atau bahkan hanya di mata konsumen

mereka Biaya-biaya sosial sebagai wujud pelaksanaan CSR perusahaan

dikaitkan dengan profitabilitas perusahaan, terutama pada return yang akan

diterima perusahaan. (Anatan, 2009:2)

Dengan menerapkan CSR, diharapkan perusahaan akan memperoleh

legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka

panjang (Kiroyan, 2006). Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang

menerapkan CSR mengharapkan akan direspon positif oleh para pelaku pasar

Diharapkan bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR yang

diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan, sehingga dalam pengambilan

keputusan investor tidak semata-mata mendasarkan pada informasi laba saja.

Laporan tahunan adalah salah satu media yang digunakan oleh perusahaan

untuk berkomunikasi langsung dengan para investor. Pengungkapan informasi

CSR diharapkan memberikan informasi tambahan kepada para investor selain

(18)

Profitabilitas merupakan salah satu alat ukur perusahaan dalam

menentukan keefektifan kinerja perusahaan. Profitabilitas dapat diukur melalui

Return On Asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba)

secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu perusahaan, semakin besar pula

tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut dan semakin baik pula

posisi perusahaan tersebut dalam penggunaan asset. (Handoko, 2007: 9)

Profitabilitas yang dalam penelitian ini dilambangkan dengan NPM. Net

Profit Margin (NPM), adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan

perusahaan, dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan

operasionalnya. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka

semakin besar pengungkapan informasi sosial. (Darwis, 2009:55)

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk

melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan Program

Corporate Social Responsibility Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan

(19)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah :

Apakah pelaksanaan Program CSR berpengaruh terhadap Profitabilitas Pada

Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan :

Mengetahui pengaruh pelaksanaan Program CSR terhadap Profitabilitas Pada

Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

a.Bagi Perusahaan

Diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan penerapan

tanggung jawab sosial secara efektif bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia.

b.Bagi investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada investor

dan calon investor serta pelaku pasar lainnya dalam memandang tanggung

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

1. R

akhiemah (2008), Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Corporate Social

Responsibility (CSR) Disclosure Dan Kinerja Finansial Perusahaan Manufaktur

Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Hasil penelitian ini membuktikan diterimanya H1 bahwa kinerja lingkungan

yakni usaha perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang baik (green) yang

diukur melalui program PROPER memiliki pengaruh positif yang signifikan

terhadap CSR disclosure yang dilakukan oleh perusahaan,terbukti dari nilai t

hitung yang lebih kecil dari α = 0.05, yakni sebesar 0.03.

2. R

etno Anggraini (2006) Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan

Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar Bursa Efek

Jakarta)

Perusahaan perbankan dan asuransi sebagian besar (lebih dari 50%)

mengungkapkan informasi mengenai pengembangan sumber daya manusianya

dibandingkan dengan industri yang lain. Hal ini karena industri ini sangat

(21)

memberikan jasanya kepada pelanggan. Perusahaan dengan kepemilikan

manajemen yang besar dan termasuk dalam industri yang memiliki risiko politis

yang tinggi (high-profile) cenderung mengungkapkan informasi sosial yang

lebih banyak dibandingkan perusahaan lain.

3. S

amsinar Anwar (2009) Dengan Judul Pengaruh Pengungkapan Corporate Social

Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Dan Harga Saham

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pengungkapan Corporate

Social Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan dan harga saham

dengan cara melakukan analisis pada Perusahaan yang telah melakukan

pengungkapan Corporate Sosial Responsibility yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Data yang dianalisis adalah data sekunder berbentuk time series dari

tahun 2007-2009 pengungkapan Corporate Social Responsibility dan kinerja

keuangan perusahaan (ROA, ROE) terhadap harga saham pada perusahaan

manufaktur, komunikasi dan bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Analisis data mengggunakan metode analisis estimasi regresi persamaan

simultan atau SEM (Structural Equation Modelling). Ada temuan dalam

penelitian ini bahwa pengaruh secara simultan antara Kinerja keuangan

Perusahaan yang di ukur dengan ROA, ROE dan EVA berpengaruh positif pada

Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada laporan keuangan

perusahaan. Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Economic

(22)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Manajemen keuangan

Dalam kehidupan sehari-hari mungkin setiap individu pernah mengalami

kelebihan penghasilan dan ada berbagai alternatif keputusan . Ada yang

memiliki alternatif untuk menyimpan dalam bentuk tabungan atau deposito

(Rupiah atau dolar), untuk beli sebidang tanah, rumah, surat berharga dll dengan

pertimbangan alternatif yang paling menguntungkan.

Bagi perusahaan untuk medapatkan dana guna memperoleh aktiva (kekayaan)

serta dlam menjalankan operasinya maka pengaturan kegiatan tersebut disebut

dengan menajemen keuangan. Untuk melaksanakan manajemen keuangan perlu

memahami teori keuangan. Pemahaman teori keuangan memudahkan kita

memahami berbagai masalah yang kita hadapi sehari-hari.

Persamaan antara keuangan dan akuntans adalah: Menfokuskan

perhatian pada aktiva dan pasiva perusahaan, meski berbeda dalam hal periode

waktu.

2.2.2. Tujuan Manajemen Keuangan

Dalam teori keuangan, tujuan perusahaan adalah memaksimumkan

kemakmuran pemegang saham atau pemilik perusahaan. Tujuan normatifnya

adalah meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan harga yang

(23)

perusahaan itu sudah go publik maka memaksimumkan nilai perusahaan adalah

dengan memaksimumkan harga pasar saham.

Memaksimumkan harga saham tidak sama dengan memaksimumnkan

keuntungan (profit) perusahaan. Jika perusahaan akan meningkatkan

keuntungan maka perusahaan bisa langsung menerbitkan saham baru untuk

memperoleh tambahan dan kemudian diinvestasikan untuk mendapatkan

keuntungan. Biasanya perusahaan dengan tujuan memaksimumkan keuntungan

akan mendorong manajemen perusahaan memilih proyek-proyek yang

menjanjikan keuntungan besar. Proyek yang menjanjikan keuntungan besar

biasanya mengandung risiko yang besar juga. Misalkan bank yang belum

terkenal menawarkan bunga tabungan jauh lebih tinggi dibandingkan bank yang

terkenal baik dan aman. Dapat disimpulkan bahwa untuk memaksimumkan

kemakmuran pemegang saham tidak hanya keuntungan yang diperhatikan tetapi

juga faktor risiko.

2.2.2. Laporan Keuangan

Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja

keuangan dan arus kas suatu entitas. Penyajian yang wajar mensyaratkan

penyajian secara jujur dampak dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai

dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, laibilitas, pendapatan dan beban

yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan

Keuangan. Penerapan SAK, dengan pengungkapan tambahan jika diperlukan,

(24)

keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan yang lengkap biasanya

meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan

dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integrasi dari

laporan keuangan”. (PSAK, 2009:14)

Jadi untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dan hasil usaha suatu

perusahaan akan dapat diketahui melalui keuangan yang merupakan produk

akhir dari proses akuntansi yang terdiri dari pencatatan, penggolongan, dan

peringkasan kejadian keuangan selama periode tertentu yang meliputi neraca,

laporan laba rugi dan laporan keuangan lainnya.

2.2.2.1. Jenis Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2007:15), laporan keuangan yang lengkap biasanya terdiri

dari:

a. Neraca

b. Laporan laba rugi

c. Laporan perubahan posisi keuangan

d. Catatan atas laporan keuangan

Setiap laporan keuangan utama harus diikuti dengan pernyataan bahwa catatan

atas laporan keuangan adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

laporan keuangan secara keseluruhan. Laporan keuangan disusun dalam rangka

mencapai atau memperoleh penjelasan yang cukup disebut dengan laporan

(25)

yang diperlukan guna penjelasan penuh. Laporan ini disebut laporan bentuk

panjang.

a. Neraca, merupakan laporan yang menggambarkan posisi atau keadaan

keuangan, dengan demikian menunjukkan aktiva, kewajiban dan modal sendiri

dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. neraca mengandung unsur-unsur

sebagai berikut:

1. a

ktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari

peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi masa depan diharapkan

akan diperoleh perusahaan.

2. k

ewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa

masa lalu, penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan arus keluar dari

sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.

3. E

kuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua

kewajiban.

b. Laporan Laba Rugi, merupakan ringkasan aktivitas usaha perusahaan pada

periode tertentu yang melaporkan hasil usaha bersih atas kerugian yang timbul

dari kegiatan usaha dan aktivitas lainnya. laporan keuangan laba rugi

mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode

(26)

2) Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi dalam periode

akuntasi tertentu dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau

terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak

menyangkut pembagian kepada penanaman modal.

c. Laporan perubahan posisi keuangan, perubahan posisi keuangan dapat

disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai laporan arus kas atau

laporan arus dana. Bapepam mewajibkan emiten dan calon emiten

menyampaikan laporan keuangan yang dilengkapi dengan laporan perubahan

posisi keuangan yang mengukur perubahan aktiva, kewajiban dan modal sendiri

selama suatu periode tertentu dalam bentuk arus kas (inflow) arus kas keluar

(outflow) dana. laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode

tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas, operasi dan pendanaan.

d. Catatan atas laporan keuangan, merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dan memberikan penjelasan kualitatif serta kuantitatif terhadap laporan

keuangan utama, sehingga tidak menyesatkan pembacanya. Kewajiban untuk

pemberian catatan menurut Bapepam harus didasarkan pada pertimbangan

materialitas berdasarkan persentase relatif. Untuk pihak-pihak yang sifatnya

khusus, baik karena sifat industri maupun transaksinya perlu diuraikan dalam

ikhtisar dan daftar informasi tambahan.

2.2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi

(27)

memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus

kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan

dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan

hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang

dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan

keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:

(a) aset;

(b) liabilitas;

(c) ekuitas;

(d) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;

(e) kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai

pemilik;dan

(f) arus kas.

Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas

laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas

masa depan dan, khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas

dan setara kas.

2.2.3. Rasio Profitabilitas

Yaitu alat untuk menganalisa atau mengukur tingkat efesiensi usaha dan

profitabilitas yang dicapai perusahaan yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio

dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan

(28)

hubungan timbal balik antar pos yang terdapat pada laporan laba-rugi

perusahaan dengan pos-pos pada neraca perusahaan guna memperoleh berbagai

indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efesiensi dan profitabilitas

perusahaan yang bersangkutan. Rasio-rasio Profitabilitas, diindikatori oleh

(Faisol, 2007:152):

a. R

eturn On Asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan

(laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu perusahaan,

semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut

dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dalam penggunaan

asset. Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan perusahaan ada

perbedaan sedikit antara ROA berdasarkan teoritis dan cara perhitungan

berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teoritis, laba yang

diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem

CAMEL laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak.

b. R

eturn On Equity (ROE), yaitu perbandingan diantara laba bersih

perusahaan dengan modal sendiri. ROE ini merupakan indikator yang

amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih yang

dikaitkan dengan pembagian deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti

(29)

Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga

saham. Perlu diperhatikan, bahwa dalam penentuan tingkat kesehatan

perusahaan, Perusahaan Indonesia lebih mementingkan penilaian

besarnya ROA dan tidak memasukkan unsure ROE. Hal ini dikarenakan

Perusahaan Indonesia selaku Pembina dan pengawas perperusahaanan

lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu perusahaan yang diukur

dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari simpanan

masyarakat

c. N

et Profit Margin (NPM), adalah rasio yang menggambarkan tingkat

keuntungan perusahaan, dibandingkan dengan pendapatan yang diterima

dari kegiatan operasionalnya. Sebagaimana halnya dengan perhitungan

rasio sebelumnya, rasio NPM pun mengacu kepada pendapatan

operasional perusahaan yang terutama berasal dari kegiatan pemberian

kredit yang dalam prakteknya memiliki berbagai resiko seperti resiko

kredit (kredit bermasalah dan kredit macet), serta Kurs Valas (jika kredit

diberikan dalam bentuk valas).

2.2.4. Corporate Social Responsibility (CSR)

Menurut Kotler dan Lee dalam Solihin (2009:5) ”Corporate Social

Responsibility is a commitment to improve community well being through

discretionary business practices and contribution of corporate

(30)

semata-mata merupakan komitmen perusahaan secara sukarela untuk turut

meningkatkan kesejahteraan komunitas dan berkontribusi kepada sumberdaya

perusahaan).

Menurut versi Perusahaan Dunia dalam Laksiani (2008:45) definisi

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah “Corporate Social Responsibility

(CSR) is the commitment of business to contribute to sustainable economic

development working with employees and their representatives, the local

community and society at large to improve quality of life, in ways that are both

good for business and good for development” (Corporate Social Responsibility

(CSR) adalah komitmen bisnis sebagai kontribusi untuk keberlanjutan

perkembangan ekonomi yang bekerja sama dengan pekerja, perwakilan mereka,

komunitas lokal dan masyarakat luas untuk memperbaiki kualitas hidup, dimana

keduanya baik untuk bisnis maupun pengembangan).

Menurut Perusahaan Dunia, tanggung jawab sosial perusahaan terdiri

dari beberapa komponen utama, yaitu: perlindungan lingkungan, jaminan kerja,

hak asasi manusia, interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat,

standart usaha, pasar, pengembangan ekonomi dan badan usaha, perlindungan

kesehatan, kepemimpinan dan pendidikan, bantuan bencana kemanusiaan.

Sedangkan menurut Petkoski dan Twose (2003) mendefinisikan

Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai komitmen bisnis yang berperan

(31)

keluarganya, masyarakat lokal dan masyarakat luas, untuk meningkatkan mutu

hidup mereka dengan berbagai cara yang menguntungkan bagi bisnis dan

pembangunan.

Sejauh ini definisi yang banyak digunakan adalah pemikiran Elkington

tentang triple bottom line. Menurut Elkington (1997) dalam Laksiani (2008:45)

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah adanya segitiga dalam kehidupan

stakeholders yang mesti diperhatikan korporasi di tengah usahanya mencari

keuntungan, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial, yang kemudian

diilustrasikan dalam bentuk segitiga.

Ebert (2003) mendefinisikan corporate social responsibility sebagai

usaha perusahaan untuk menyeimbangkan komitmen-komitmennya terhadap

kelompok-kelompok dan individual-individual dalam lingkungan perusahaan

tersebut, termasuk didalamnya adalah pelanggan, perusahaan-perusahaan lain,

para karyawan, dan investor. Corporate Social Responsibility (CSR)

memberikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan

interaksinya dengan stakeholders yang melebihi tanggung jawab di bidang

hukum (Darwin, 2004:33). Dalam kemajuan industri sekarang, tekanan

masyarakat kepada perusahaan agar mereka melakukan pembenahan sistem

operasi perusahaan menjadi suatu sistem yang memiliki kepedulian dan

tanggung jawab terhadap sosial sangat kuat, perkembangan tekhnologi dan

industri yang pesat dituntut untuk memberikan kontribusi positif terhadap

(32)

Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam

perusahaan-perusahaan diharapkan selain memiliki komitmen finansial kepada pemilik atau

pemegang saham (shareholders), tapi juga memiliki komitmen sosial terhadap

para pihak lain yang berkepentingan, karena CSR merupakan salah satu bagian

dari strategi bisnis perusahaan dalam jangka panjang. Adapun tujuan dari

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah (Darwin, 2004:33):

1. U

ntuk meningkatkan citra perusahaan dan mempertahankan, biasanya

secara implisit, asumsi bahwa perilaku perusahaan secara fundamental

adalah baik.

2. U

ntuk membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi adanya

kontrak sosial di antara organisasi dan masyarakat. Keberadaan kontrak

sosial ini menuntut dibebaskannya akuntabilitas sosial.

3. S

ebagai perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan tujuannya

adalah untuk memberikan informasi kepada investor.

Untuk itulah maka pertanggungjawaban sosial perusahaan Corporate

Social Responsibility (CSR) perlu diungkapkan dalam perusahaan sebagai

wujud pelaporan tanggung jawab sosial kepada masyarakat.

(33)

Tanggung jawab adalah suatu kewajiban perusahaan yang tidak hanya

menyediakan barang dan jasa baik bagi masyarakat maupun juga dalam

mempertahankan kualitas lingkungan sosialnya secara fisik maupun

memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan masyarakat dimana

mereka berada. Perusahaan bertanggung jawab secara sosial ketika

manajemennya memiliki visi atas kinerja operasionalnya, tidak hanya

mengutamakan atas laba perusahaan tetapi juga dalam menjalankan

aktivitasnya, memperhatikan lingkungan yang ada disekitarnya. Perusahaan

tidak hanya memandang laba sebagai satu-satunya tujuan dari perusahaan tetapi

ada tujuan yang lainnya yaitu kepedulian perusahaan terhadap lingkungan,

karena perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya

mencari laba untuk pemegang saham (Gray et. Al., 1987).

Pengungkapan tanggung jawab sosial atau sering disebut sebagai

Corporate social reporting adalah proses pengkomunikasian efek-efek sosial

dan lingkungan atas tindakan-tindakan ekonomi perusahaan pada

kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan

(Gray et. Al., 1987). Kontribusi negatif perusahaan terhadap lingkungan

sekitarnya telah menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat adalah

dengan mengungkapkan informasi-informasi mengenai operasi perusahaan

sehubungan dengan lingkungan sebagai tanggung jawab perusahaan.

Gray et. Al. (1995) menyebutkan 3 studi yang menjelaskan mengapa

perusahaan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan

(34)

1. Decision-userfulnes study

Penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti menemukan bahwa informasi

sosial dibutuhkan users, seperti analis, perusahaaner, dan pihak lain yang

terlibat. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa informasi aktivitas sosial

perusahaan berada pada posisi moderately important.

2. Economic theory study

Studi dalam corporate responsibility reporting ini mendasari pada Economic

agency theory dan Accounting positivism theory yang menganologikan

manajemen sebagai agen dari suatu prinsipal. Prinsipal diartikan sebagai

pemegang saham atau traditional users lain. Namun, pengertian users tersebut

telah berkembang menjadi seluruh interest group perusahaan yang bersangkutan

sebagai agen, manajemen akan berupaya mengoperasikan perusahaan sesuai

dengan keinginan publik (stakeholder).

3. Social and political theory studies

Bidang ini menggunakan teori stakeholder, teori legitimasi organisasi, dan teori

ekonomi publik. Teori stakeholder mengamsusikan bahwa perusahaan berusaha

mencari pembenaran dari para stakeholder dalam menjalankan operasi

perusahaannya. Semakin kuat posisi stakeholder, semakin besar kecenderungan

(35)

Pengungkapan sosial dalam tanggung jawab perusahaan sangat perlu

dilakukan, karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh nilai tambah dari

kontribusi masyarakat di sekitar perusahaan termasuk dari penggunaan

sumber-sumber sosial (social resources). Jika aktivitas perusahaan menyebabkan

kerusakan sumber-sumber sosial maka dapat timbul adanya biaya sosial (social

cost) yang harus ditanggung oleh masyarakat, sedang apabila perusahaan

meningkatkan mutu social resources maka akan menimbulkan social benefit

(manfaat sosial)

2.2.6. Pelaporan pertanggungjawaban sosial perusahaan

Ada 2 jenis ungkapan dalam pelaporan keuangan yang telah ditetapkan

oleh badan yang memiliki otoritas di pasar modal. Pertama adalah ungkapan

wajib (mandatory disclosure), yaitu informasi yang harus di ungkapkan oleh

emiten yang diatur oleh peraturan pasar modal di suatu Negara. Sedangkan yang

kedua adalah ungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu ungkapan yang

dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh standar yang

ada. Pengungkapan sosial yang diungkapkan perusahaan merupakan informasi

yang sifatnya sukarela. Karenanya, perusahaan memiliki kebebasan untuk

mengungkapkan informasi yang tidak diharuskan oleh badan penyelenggara

pasar modal. Keragaman dalam pengungkapan disebabkan oleh entitas yang

dikelola oleh manajer yang memiliki filosofis manajerial yang berbeda dan

keluasan dalam kaitannya dengan pengungkapan informasi kepada masyarakat.

(36)

Standar pelaporan pertanggungjawaban sosial sampai saat ini belum

mempunyai standar yang baku, hal ini dikarenakan adanya permasalahan yang

berhubungan dengan biaya dan manfaat sosial. Perusahaan dapat membuat

sendiri model pelaporan pertanggungjawaban sosialnya. (Anggraini, 2006:4)

Informasi dalam menyusun dan mengungkapkan tentang aktivitas

pertanggungjawaban sosial perusahaan, Zhegal & Ahmed (1990)

mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan,

yaitu sebagai berikut:

1. L

ingkungan

Bidang ini meliputi aktivitas pengendalian pencemaran dan pelestarian

lingkungan hidup. Meliputi, pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau

perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam, dan pengungkapan

lain yang berkaitan dengan lingkungan.

2. E

nergi

Bidang ini meliputi aktivitas dalam pengaturan penggunaan energi dalam

hubungannya dengan operasi perusahaan dan peningkatan efisiensi terhadap

produk perusahaan. Meliputi, konservasi energi, efisien energy.

3. P

(37)

Meliputi pemberdayaan terhadap minoritas dan perempuan, dukungan terhadap

usaha minoritas, tanggung jawab sosial

4. S

umber daya manusia

Bidang ini meliputi aktivitas untuk kepentingan karyawan sebagai sumber daya

manusia bagi perusahaan maupun aktivitas di dalam suatu komunitas. Aktivitas

tersebut antara lain, program pelatihan dan peningkatan ketrampilan, perbaikan

kondisi kerja, upah dan gaji serta tunjangan yang memadai, pemberian beberapa

fasilitas, jaminan keselamatan kerja, pelayanan kesehatan, pendidikan, seni.

5. Produk

Meliputi keamanan, pengurangan polusi.

2.2.9. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Profitabilitas

Dengan menerapkan CSR, diharapkan perusahaan akan memperoleh

legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka

panjang (Kiroyan, 2006). Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang

menerapkan CSR mengharapkan akan direspon positif oleh para pelaku pasar

Diharapkan bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR yang

diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan, sehingga dalam pengambilan

keputusan investor tidak semata-mata mendasarkan pada informasi laba saja.

(38)

untuk berkomunikasi langsung dengan para investor. Pengungkapan informasi

CSR diharapkan memberikan informasi tambahan kepada para investor selain

dari yang sudah tercakup dalam laba atau profitabilitas.

Untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi yang tinggi,

perusahaan perlu mengungkapkan kinerja CSR dalam “Laporan CSR”. Melalui

laporan ini akan terungkap apakah tingkat keterbukaan perusahaan sudah satu

level dengan harapan masyarakat (Darwin, 2006). Hal tersebut sesuai dengan

asumsi bahwa terdapat kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat,

maka sudah seharusnya perusahaan mengungkapkan kinerja sosialnya kepada

pihak eksternal sebagai informasi dalam pengambilan keputusan, khususnya

dalam hal prospek perusahaan.

Dunia usaha pun semakin menyadari bahwa perusahaan tidak lagi

dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak atas single bottom line, yaitu

nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi

keuangannya saja, yaitu untuk mencari profit. Perusahaan juga harus

memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Oleh karena itu, lahirlah

konsep Corporate Social Responsibility (CSR). CSR merupakan kepedulian

perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah Triple

Bottom Lines, yaitu: Profit (keuntungan), People (masyarakat) dan Planet

(39)

2.3. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1. Diagram Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan teori diatas, dapat

disimpulkan hipotesis pada penelitian ini adalah :

Bahwa terdapat pengaruh positif pada Pelaksanaan Program Corporate Social

Responsibility terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang

Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Pelaksanaan

Program CSR (X)

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam

penelitian ini adalah :

1. CSR Disclosure

Atribut dari CSR yang sering digunakan pada setiap penelitian adalah

berbeda-beda. Hal ini terjadi karena kinerja tanggung jawab sosial perusahaan sulit

untuk diukur, jadi itu sebabnya studi-studi sebelumnya atas hubungan antara

kinerja sosial perusahaan dengan kinerja keuangan menggunakan pendekatan

yang berbeda pada kinerja sosial perusahaan (Fauzi, 2004). Atribut dari CSR

yang sering digunakan pada setiap penelitian adalah berbeda-beda. Hal ini

terjadi karena kinerja tanggung jawab sosial perusahaan sulit untuk diukur, hal

ini menyebabkan pada studi sebelumnya atas hubungan antara kinerja sosial

perusahaan dengan kinerja keuangan menggunakan pendekatan yang berbeda

pada kinerja sosial perusahaan (Fauzi, 2004). Fauzi (2004) meringkas

Pengukuran CSR yang berbeda-beda yaitu : Biaya Bina Lingkungan, Biaya

kemitraan, Biaya kesejahataraan karyawan.

2. Rasio Profitabilitas

Rasio Profitabilitas, yaitu alat untuk menganalisa atau mengukur tingkat

(41)

bersangkutan. Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan :

a. Return On Asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba)

secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu perusahaan, semakin besar pula

tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut dan semakin baik pula

posisi perusahaan tersebut dalam penggunaan asset. Perhitungan rasio ini

dirumuskan sebagai berikut (Faisol, 2007 : 156) :

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah sejumlah unsur-unsur dimana suatu kesimpulan akan

disusun (Emory dan Cooper, 1998). Populasi dalam penelitian ini adalah

Seluruh perusahaan sub sektor Telekomunikasi yang telah terdaftar (listing) di

BEI. Penelitian ini menggunakan 10 Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar

di BEI, pengambil periode analisis 2006 sampai tahun 2010 dengan kondisi

perusahaan yang mengungkapan biaya sosial.

a) PT. Telkom

b) PT. Indosat

c) PT. Excelcomindo

(42)

e) PT. Natrindo Telepon Seluler

f) PT. Mobile – 8 Telecom

g) Smart Telecom

h) PT. Sampoerna Telekomunikasi Indonesia

i) PT. Hutchison Charoen Pokhpand Telecom

j) PT. Pasifik Satelit Nusantara

3.2.2. Sampel

Untuk menentukan sampel digunakan metode purposive sampling. Salah satu

teknik pengambilan sampel non probabilistic yang dilakukan berdasarkan

kriteria yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau pertimbangan tertentu

dari peneliti. Kriteria yang digunakan antara lain :

1. Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di BEI dan sahamnya aktif

diperdagangkan sampai 2006 sampai tahun 2010 dengan kondisi perusahaan

yang mengungkapan biaya sosial.

2. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan 2006 sampai tahun

2010 dengan kondisi perusahaan yang mengungkapan biaya sosial, serta

menyerahkan laporan tahunannya dan telah mempublikasikannya berturut-turut.

3. Informasi pengungkapan sosial diungkapkan pada laporan tahunan perusahaan

yang bersangkutan sampai 2006 sampai tahun 2010 dengan kondisi perusahaan

(43)

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data Sekunder merupakan data

yang diambil dari laporan tahunan perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di

BEI.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang menggunakan

jenis data yaitu data sekunder yang diambil dari laporan tahunan perusahaan

Telekomunikasi yang terdaftar di BEI yang meliputi data laporan keuangan,

sejarah perusahaan, lokasi perusahaan, dan lain sebagainya. Sumber data dalam

penelitian ini adalah : dari Bursa Efek Indonesia

3.6 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.6.1 Teknik Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi

sederhana. Model analisis ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk

meneliti pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Di atas telah dijelaskan bahwa dalam penetilian ini diperlukan teknik

analisis yang menggunakan model regresi linier dan pengujian hipotesis

menggunakan uji t dengan hipotesis sebagai berikut :

1. Menghitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat

(44)

masing–masing variabel bebas dan variabel terikat yang diperlukan

untuk analisis.

2. Meregresikan variabel bebas dengan variabel terikat

Untuk menganalisis permasalahan digunakan regresi sederhana dengan

persamaan sebagai berikut :

Y = β0 + β 1 X1 + e

Keterangan:

Y = Profitabilitas

X1 = CSR

β 0 = Konstanta

ei = Standart Error

3.6.2Uji Asumsi Klasik

Untuk mendukung keakuratan hasil model regresi, maka perlu dilakukan

penelusuran terhadap asumsi klasik yang meliputi asumsi multikolinieritas,

heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil dari asumsi klasik tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent). Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Deteksi

adanya multikolinieritas dapat dilihat dari besaran VIF (Varians Inflation

(45)

1. Jika besaran VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.

2. Jika besaran VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas.

2. Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya.

Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda,

maka disebut terdapat heteroskedastisitas. Metode regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi heteroskedastistitas. (Ghozali, 2001 : 60). Sedangkan kriteria

pengujiannya adalah:

a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas.

b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena dari heteroskedastisitas.

3. Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi diantara anggota –

anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu (

seperti pada data return waktu atau time series data ) atau yang tersusun dalam

rangkaian ruang ( seperti pada data silang waktu atau cross sectional).

(Sumodiningrat, 2002 : 231). Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah

dalam suatu regresi linear ada korelasi kesalahan penganggu pada periode t

dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mengetahui ada

tidaknya gejala autokorelasi maka perlu dilihat tabel Durbin Watson dengan

(46)

maka dapat diperoleh distribusi daerah keputusan atau tidak terjadi autokorelasi

(Ghozali, 2001: 61).

Kriteria pengujian Durbin Watson dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 1 : Autokorelasi

Durbin Watson Kriteria

0 < DW < dL

Ada autokorelasi negatif

Sumber : Ghozali, 2001 : 61

3.6.3 Uji Hipotesis

Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat digunakan Program SPSS 17 dengan uji t yang memiliki

prosedur sebagai berikut:

a. Ho : β i = 0 ; tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas

terhadap variabel terikat.

Hi : β i  0 ; terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel

terikat.

b. Tingkat signifikan 5% = 0,05

c. Kriteria pengujian :

1. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima

(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Perusahaan

4.1.1. PT. Telkom, Tbk

Perusahaan Perseroan (Persero) P.T. Telekomunikasi Indonesia Tbk

(“Perusahaan”) pada mulanya merupakan bagian dari “Post en

Telegraafdienst”, yang didirikan pada tahun 1884 berdasarkan Keputusan

Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 7 tanggal 27 Maret 1884 dan

diumumkan dalam Berita Negara Hindia Belanda No. 52 tanggal 3 April 1884.

Pada tahun 1991, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991, status

Perusahaan diubah menjadi perseroan terbatas milik negara (“Persero”).

Perusahaan didirikan berdasarkan akta notaris Imas Fatimah, S.H. No. 128

tanggal 24 September 1991. Akta pendirian tersebut telah disetujui oleh Menteri

Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.

C2-6870.HT.01.01.Th.1991 tanggal 19 November 1991 dan diumumkan dalam

Berita Negara Republik Indonesia No. 5 tanggal 17 Januari 1992, Tambahan

No. 210. Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa kali diubah, perubahan

terakhir antara lain mengubah masa jabatan anggota Dewan Komisaris dan

Direksi, berdasarkan akta notaris A. Partomuan Pohan, S.H., LLM. No. 8 dan

No. 9 tanggal 7 September 2007 dan pemberitahuan atas perubahan tersebut

(48)

(“Menkumham”) berdasarkan Surat No. W7-HT.01.10-12858 tanggal 14

September 2007

Kegiatan Perusahaan dalam menyelenggarakan jasa telekomunikasi dalam

negeri, meliputi telepon, teleks, telegram, satelit, sirkit langganan, surat

elektronik, dan jasa komunikasi bergerak dan seluler. Pada tahun 1995,

Perusahaan telah melakukan kerja sama dengan para mitra usaha dalam

pembangunan, pengelolaan, dan pengoperasian sarana telekomunikasi di lima

dari tujuh divisi regional (“Divre”)

4.1.2. PT. Indosat, Tbk

PT Indosat Tbk (“Perusahaan”) didirikan dalam rangka Undang-undang

Penanaman Modal Asing No. 1 Tahun 1967 berdasarkan akta notaris Mohamad

Said Tadjoedin, S.H. No. 55 tanggal 10 November 1967 di Negara Republik

Indonesia. Akta pendirian ini diumumkan dalam Berita Negara Republik

Indonesia No. 26 tanggal 29 Maret 1968, Tambahan No. 24. Pada tahun 1980,

Perusahaan dijual oleh American Cable and Radio Corporation, anak

perusahaan dari International Telephone & Telegraph, kepada Pemerintah

Republik Indonesia dan menjadi Badan Usaha Milik Negara (Persero).

Pada tanggal 7 Februari 2003, Perusahaan memperoleh persetujuan dari

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam Surat No.

14/V/PMA/2003 atas perubahan status dari Badan Usaha Milik Negara

(Persero) menjadi Perusahaan Penanaman Modal Asing. Selanjutnya, pada

(49)

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia atas perubahan

Anggaran Dasar yang berkaitan dengan perubahan status hukum tersebut.

Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha

Swasta dan Koperasi dapat menyelenggarakan jaringan dan jasa telekomunikasi.

Sedangkan penyelenggara telekomunikasi khusus dapat diselenggarakan oleh

perseorangan, instansi pemerintah dan badan hukum selain penyelenggara

jaringan dan jasa telekomunikasi. Undang-undang Telekomunikasi melarang

kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan

usaha yang tidak sehat, dan diharapkan menjadi pembuka jalan bagi liberalisasi

pasar

4.1.3. PT. Bakrie Telecom, Tbk

PT Bakrie Telecom Tbk (dahulu PT. Radio Telepon Indonesia)

(“Perusahaan”) didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 13 Agustus 1993

berdasarkan Akta No. 94 dibuat dihadapan Muhani Salim, S.H., Notaris di

Jakarta, sebagaimana diperbaiki dengan Akta Pembetulan No. 13 tanggal 5

November 1993 dan diubah dengan Akta No. 129 tanggal 27 November 1993,

keduanya dibuat dihadapan Abdurachman Kadir, S.H., Notaris pengganti dari

Muhani Salim, S.H., Notaris di Jakarta dalam rangka Undang-undang

Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968, yang kemudian

diperbaharui dengan Undang-undang No. 12 tahun 1970.

Status Perusahan mengalami perubahan menjadi perusahaan terbuka

(50)

sama dengan Rapat Umum Pemegang Saham yang dituangkan dalam Akta No.

6 tanggal 3 Februari 2006 yang dibuat oleh Agus Madjid, S.H., Notaris di

Jakarta.

Ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi penyediaan jaringan dan

penyelenggaraan jasa telekomunikasi dengan daerah operasi mencakup Jakarta,

beberapa wilayah di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali,

Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan

kantor pusat berlokasi di Wisma Bakrie, Lantai 2, Jl. H.R. Rasuna Said Kav.

B-1, Jakarta Selatan dan memulai beroperasi secara komersial pada tanggal 1

November 1995.

4.1.4. PT. Fren, Tbk

PT Mobile-8 Telecom Tbk (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan akta No.

11 tanggal 2 Desember 2002 dari Imas Fatimah, S.H., notaris di Jakarta. Akta

pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No.

C-24156.HT.01.01.TH.2002 tanggal 16 Desember 2002, yang dimuat dalam

Tambahan No. 1772, Berita Negara Republik Indonesia No. 18 tanggal 3 Maret

2003. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan.

Perubahan sehubungan dengan penerbitan 607.466.700 saham baru Perusahaan

dilakukan dengan akta No.181 tanggal 15 Agustus 2007 dari Aulia Taufani,

S.H., pengganti Sutjipto, S.H., notaris di Jakarta. Perubahan Anggaran Dasar

(51)

Republik Indonesia melalui Surat Keputusannya No. W7.HT.01.10.12408

tanggal 5 September 2007. Perubahan terakhir dilakukan dengan akta No. 158

tanggal 24 April 2008 dari Sutjipto, S.H., notaris di Jakarta, mengenai

penyesuaian Anggaran Dasar dengan Undang-undang No. 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas. Perubahan Anggaran Dasar ini telah disetujui oleh

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat

Keputusannya No. AHU.52716.AH.01.02 tanggal 19 Agustus 2008

Sesuai dengan ketentuan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, maksud dan

tujuan Perusahaan adalah melakukan kegiatan usaha dalam bidang

telekomunikasi dan ruang lingkup kegiatan usaha adalah sebagai berikut

Menawarkan jasa telekomunikasi di dalam wilayah Republik Indonesia

Menyediakan berbagai produk multimedia dan jasa terkait lainnya termasuk

tetapi tidak terbatas pada penjualan secara langsung maupun tidak langsung

voice services, data/image dan jasa-jasa komersial mobile lainnya Membangun,

menyewakan dan memiliki jaringan telekomunikasi tanpa kabel di frekuensi

800 MHz yang secara eksklusif berbasis teknologi Code Division Multiple

(52)

4.2. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis

4.2.1. Uji Outlier Multivariate

Tabel 4.1. Hasil Uji Outlier Multivariate

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 8.46 13.02 10.50 1.100 20

Std. Predicted Value -1.850 2.288 .000 1.000 20

Standard Error of Predicted

Value 1.377 3.792 2.259 .768 20

a. Dependent Variable: data

Sumber : Lampiran

Berdasarkan tabel diatas, setelah dilakukan pengujian ditemukan bahwa

tidak terdapat outlier multivariat [antar variabel], karena MD Maksimum 6,284

yang lebih kecil dari 13,815

4.2.2. Uji Normalitas

Dalam pengujian normalitas data dengan menggunakan uji

Kolmogorof-Smirnov dengan menggunakan program SPSS, dimana apabila nilai signifikansi

(probabilitas) yang diproleh lebih besar dari nilai signifikansi yang telah

ditetapkan dalam penelitian (5%) maka data tersebut telah terdistribusi normal.

(53)

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data

mengikuti distribusi normal adalah :

 Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka

distribusi adalah tidak normal.

 Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka

distribusi adalah normal.

Tabel 4.2. Normalitas Data Masing-masing Variabel

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Profitabilitas CSR

N 20 20

Mean 5.5675 2.08E9

Normal Parametersa

Std. Deviation 13.77990 2.986E9

Absolute .227 .280

Positive .224 .280

Most Extreme Differences

Negative -.227 -.243

Kolmogorov-Smirnov Z 1.015 1.254

Asymp. Sig. (2-tailed) .254 .086

Sumber : Lampiran

Dari tabel 4.2 diatas, terlihat bahwa nilai probabilitas setiap variabel

lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi dari data adalah

mengikuti pola distribusi normal.

4.2.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda

Hasil analisis mengenai koefisien model regresi adalah seperti yang

(54)

Tabel 4.3 Koefisien Regresi

Berdasarkan Tabel 4.3 tersebut, maka model regresi yang diperoleh

adalah sebagai berikut :

Y = Xe

Y = 9.186 - 1.736E-9 X1

Dengan asumsi bahwa variabel CSR (X1)adalah nol atau konstan maka

nilai Profitabilitas (Y) adalah sebesar 9.186

Koefisien regresi untuk variabel CSR (X1) diperoleh nilai -1.736E-9,

mempunyai koefisien regresi negatif, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan

yang berlawanan arah dengan variabel terikat. Jadi semakin besar nilai CSR

(X1) akan menurunkan profitabilitas (Y) dengan asumsi bahwa variabel yang

lainnya adalah konstan.

4.4.1.3. Hasil Pengujian uji t

uji t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas

(55)

Tabel 4.4 : Hasil Uji t

CSR (X) berpengaruh terhadap Profitabilitas (Y), tidak dapat diterima

dengan tingkat [Sig. ,0,102 > 0,05 : Non signifikan [negatif].

Koefisien korelasi berganda (R) = 0,376 yang menunjukkan bahwa hubungan

antara variabel independent (X) dengan (Y) adalah sangat lemah. Koefisien

determinasi (R2) = 0,142 berarti variable (Y) dipengaruhi oleh variabel

independent (X) 14,20 persen sedang sisanya sebesar 85,80 persen dipengaruhi

oleh variabel lain selain satu variabel independen dalam model tersebut.

4.5. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian untuk variable CSR (X) tidak berpengaruh

terhadap Profitabilitas (Y), hal ini disebabkan tingkat kepedulian masyarakat

(56)

sebagai pemakai produk perusahaan tidak memiliki kepedulian terhadap

masalah lingkungan, maka usaha tersebut tidak akan mempunyai dampak positif

terhadap kinerja keuangan (profitabilitas) perusahaan. Dalam hal ini para

konsumen masih berfikir pada taraf yang penting terjangkau kebutuhannya,

belum memikirkan apakah produk tersebut ramah lingkungan atau tidak.

Menurut Donovan dan Gibson (2000), dari sisi teori legitimasi, profitabilitas

berpengaruh negative terhadap pengungkapan tanggung jawab social

perusahaan. Hal didukung dengan argumentasi bahwa tingkat laba yang tinggi,

perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang

dapat menganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya,

pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan

akan membaca good news kinerja perusahaan. ini berarti bahwa besar kecilnya

profitabilitas tidak akan mempengaruhi tingkat pengungkapan tanggung jawab

social perusahaan. (Darwis, 2009:58)

Pengaruh yang tidak signifikan dalam penelitian ini dikarenakan

adanya pandangan dari perusahaan bahwa dengan mengeluarkan biaya bina

lingkungan akan menambah beban perusahaan karena perusahaan juga harus

bertanggung jawab kepada para pemegang saham atas berkurangnya laba yang

akan dibagikan karena digunakan untuk biaya sosial. Hal ini bisa dilihat dari

laporan keuangan data profitabilitas perusahaan yang ikut menurun dengan

adanya program CSR. Dengan demikian perusahaan harus bekerja lebih keras

lagi untuk mendapatkan keuntungan efisiensi yang ditimbulkan oleh

(57)

Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Pagalung (2009) yang

menyatakan bahwa Pengungkapan Corporate Social Responsibility memberi

pengaruh positif terhadap hubungan antara profitabilitas perusahaan. Ini

menunjukkan bahwa semakin baik kinerja keuangan perusahaan semakin tinggi

pengungkapan CSR. Heinze (1976) dalam Gray et.al. (1996) menyatakan

bahwa profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan

fleksibilitas kepada manajemen untuk mengungkapkan pertanggungjawaban

sosial kepada pemegang saham. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat

profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial

dan Penelitian terdahulu yang dilakukan Bowman dan Haire (1976) serta Presto

(1978) dalam Hackston dan Milne (1996) mendukung hubungan profitabilitas

(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah mengetahui permasalahan, meneliti dan membahas hasil

penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Corporate Social Responbility tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas

5.2. Saran

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikemukakan beberapa saran yang

kiranya dapat dijadikan bahan bagi perusahaan, investor dan peneliti selanjutnya

dalam menentukan kebijaksanaan dimasa yang akan datang.

Keterbatasan penelitian ini adalah hanya menggunakan periode

penelitian selama empat tahun, sehingga hasil jangka panjang dari pelaksanaan

tanggung jawab sosial perusahaan dikesampingkan. Hal ini juga masih belum

dapat digeneralisasi dan belum dapat mereprensentasikan semua perusahaan

yang ada. Penelitian ini juga hanya menggunakan varibel dependen ROA saja.

Berdasarkan keterbatasan yang telah disebutkan di atas, sehingga dalam

penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel dan

(59)

Penelitian selanjutnya dapat mengganti atau menambah proksi

profitabilitas. Menurut Hariyani, (2009 : 53) mismenggunakan variabel lain

yang potensial memberikan kontribusi terhadap profitabilitas seperti kebijakan

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Fr Reni Retno. 2006. ”Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi Ke-9. Padang, 23 – 26 Agustus.

Bassamalah, Anies S., dan Johnny Jermias. 2005. “Social and Environmental Reporting and Auditing in Indonesia: Maintaining Organizational Legitimacy?” Gadjah Mada International Journal of Business. January- April Vol. 7 No. 1.

Darwin, Ali. 2004. Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia. Konvensi Nasional Akuntansi V, Program Profesi Lanjutan. Yogyakarta, 13-15 Desember.

Ema. 2004. Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia. Konvensi Nasional Akuntansi V, Program Profesi Lanjutan. Yogyakarta, 13-15 Desember.

Faisol, Ahmad, 2007, Analisis Kinerja Keuangan Bank Pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Jurnal Bisnis & Manajemen, Volume 3 No.2, Januari 2007

Fitriany. 2001. Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib dan Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IV. Bandung. 30-31 Agustus.

Hair, Joseph H., Rolph Anderson, Ronald L. Tatham dan William C. Black. 1998. Multivariate Data Analysis. Edisi 5. New ersey: Prentice Hall.

Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Gambar

Gambar 2.1. Diagram Kerangka Konseptual
Tabel 1 : Autokorelasi
Tabel 4.1. Hasil Uji Outlier Multivariate
Tabel 4.2. Normalitas Data Masing-masing Variabel
+2

Referensi

Dokumen terkait

4.4.3 Personal Financial Need dengan Proksi Kepemilikan Saham Oleh Orang Dalam sebagai variabel untuk mendeteksi Financial Statement Fraud dengan Proksi

koridor utara selatan yang memiliki pertumbuhan ekonomi paling tinggi pada.. Di suatu negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi

Kepuasan pasien terhadap pelayanan Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan metode regresi logistik dengan menyebar

Berdasarkan informasi dan penelaahan hasil penelitian yang telah dilakukan baik tentang program sanitasi berbasis masyarakat secara umum ataupun tentang sistem

Pesan agama sebenarnya terbuka untuk ditemui dimana saja dalam kehidupan sehari-hari // Salah satu cara penyampaian pesan agama dapat melalui lukisan // Menurut dosen Theologi UKDW

: Awan Hariono, M.Or : a. Ria Lumintuarso, M.Si. Kelengkapan unsur isi buku b. Ruang lingkup dan kedalaman. pembahasan

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081, Fax. Jabatan : Kepala Bagian (Kepala Bagian Kemahasiswaan

Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk kemudian dibakar untuk kemudian dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan manusia..