PENGARUH PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS PADA
PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR
PADA BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
R. NUGRAHA HANGGARA ARIWENDA
0712010161 / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
JAWA TIMUR
SKRIPSI
PENGARUH PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS PADA
PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR
PADA BURSA EFEK INDONESIA
Disusun Oleh:
R. NUGRAHA HANGGARA ARIWENDA 0712010161 / EM
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 30 September 2011
Pembimbing Utama : Tim Pengguji :
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
SKRIPSI
PENGARUH PELAKSANAAN PROGRAM CSR TERHADAP
PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN
TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR
PADA BURSA EFEK INDONESIA
Yang diajukan
R. NUGRAHA HANGGARA ARIWENDA 0712010161 / EM
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Wiwik Handayani, SE, MSi Tanggal………
Mengetahui Wakil Dekan I
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “PENGARUH
PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP
PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR
PADA BURSA EFEK INDONESIA”
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Segenap staff Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dan segalanya.
7. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak kekurangan, untuk itu
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan
skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Surabaya, September 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
ABSTRAKSI ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Penelitian Terdahulu ... 9
2.2. Landasan Teori ...11
2.2.1. Pengertian Manajemen keuangan...11
2.2.2. Tujuan Manajemen Keuangan...12
2.2.2. Laporan Keuangan ...13
2.2.2.1. Jenis Laporan Keuangan ...16
2.2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan ...20
2.2.4. Corporate Social Responsibility (CSR) ...23
2.2.5. Pengungkapan sosial sebagai tanggung jawab perusahaan ...24
2.2.6. Pelaporan pertanggungjawaban sosial perusahaan ...24
2.2.9. Pengaruh CSR terhadap Profitabilitas...26
2.3. Kerangka Konseptual ...28
2.4. Hipotesis...29
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 32
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 32
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Perusahaan ... 37
4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 39
4.1.2. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia ... 39
4.2. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis ... 40
4.2.1. Uji Outlier Multivariate ... 40
4.2.2. Uji Normalitas ... 41
4.2.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46
5.1. Kesimpulan ... 46
5.2. Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Hasil Uji Outlier Multivariate...40
Tabel 4.2. Normalitas Data Masing-masing Variabel ...41
DAFTAR GAMBAR
PENGARUH PELAKSANAAN PROGRAM CSR TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN
TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA
R. Nugraha Hanggara Ariwenda
ABSTRAK
Dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi yang tinggi, perusahaan perlu mengungkapkan kinerja CSR dalam “Laporan CSR”. Melalui laporan ini akan terungkap apakah tingkat keterbukaan perusahaan sudah satu level dengan harapan masyarakat (Darwin, 2006). Hal tersebut sesuai dengan asumsi bahwa terdapat kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat, maka sudah seharusnya perusahaan mengungkapkan kinerja sosialnya kepada pihak eksternal sebagai informasi dalam pengambilan keputusan, khususnya dalam hal prospek perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui pengaruh pelaksanaan Program CSR terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini menggunakan 10 Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di BEI, pengambil periode analisis 2006 sampai tahun 2010 dengan kondisi perusahaan yang mengungkapan biaya sosial. Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier.
Setelah mengetahui permasalahan, meneliti dan membahas hasil penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : Berdasarkan hasil pengujian untuk variable CSR (X) tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas (Y).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat
memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat, di mana menurut pendekatan
teori akuntansi tradisional, perusahaan harus memaksimalkan labanya agar
dapat memberikan sumbangan yang maksimum kepada masyarakat. Namun
seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat semakin menyadari adanya
dampak-dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan dalam menjalankan
operasinya untuk mencapai laba yang maksimal, yang semakin besar dan
semakin sulit untuk dikendalikan. Oleh karena itu, masyarakat pun menuntut
agar perusahaan senantiasa memperhatikan dampak-dampak sosial yang
ditimbulkannya dan berupaya mengatasinya.
Menurut World Council for Sustainable Development definisi Corporate
Social Responsibility (CSR) adalah komitmen berkelanjutan dari bisnis untuk
berperilaku dan berkontribusi bagi pembangunan ekonomi, sekaligus
meningkatkan kualitas hidup karyawannya, serta masyarakat local ataupun
masyarakat luas. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan konsep
dimana perusahaan mengintegrasikan masyarakat dan lingkungan dalam
kegiatan bisnis dan interaksi mereka, dengan para stakeholder dengan dasar
sukarela (Handayati,2009:7)
Seiring dengan perkembangan konsep manejemen, sehingga tujuan
utama pelaporan keuangan guna memberikan informasi kepada para pemegang
saham dan kreditur menjadi ikut bergeser pula kearah kecenderungan bahwa
perlunya pelaporan yang bersifat dari luar organisasi perusahaan (externality)
dalam rangka memberikan informasi kepada beberapa kelompok orang luar
(investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, pelanggan, pemerintah,
masyarakat) yang berkepentingan terhadap perusahaan. Berdasarkan uraian
diatas dapat dipahami bahwa ide dasar yang melandasi perlunya dikembangkan
akuntansi sosial (sosial accounting), secara umum adalah perlunya perluasan
tanggung jawab sosial perusahaan.
Permasalahan penting lainnya yang menjadi isu dikalangan para akuntan
sehubungan dengan erxternality adalah mengenai seberapa jauh perusahaan
harus bertanggung jawab terhadap sosial ekonomi seluruhnya, dan bagaimana
perlakuan akuntansi yang tepat untuk menggambarkan transaksi yang terjadi
antara perusahaan dengan lingkungan sosialnya tersebut. Di pihak lain, banyak
perusahaan dan asosiasi industri berperang untuk mengubah peraturan
pemerintah yang baru atau mencoba mengikisnya melalui ketidakpatuhan.
Dalam kasus ini, menejemen mungkin merasa bahwa beberapa dari peraturan
tersebut, seperti undang-undang perlindungan lingkungan, akan memiliki
dampak ekonomi negative terhadap perusahaan mereka karena biaya untuk
mematuhi undang-undang tersebut tidak sesuai dengan manfaatnya.
Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan
khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang
peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok
pengguna laporan yang memegang peranan penting.
Pengukuran kinerja didefinikan sebagai performing measurement adalah
kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam
pengoperasian bisnis. Dengan demikian pengertian kinerja adalah suatu usaha
formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan
efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode
waktu tertentu.
Corporate Social Responbility atau CSR adalah istilah popular yang
digunakan untuk mewakili sebuah program bakti sosial sebagai bentuk
kontribusi positif dari perusahaan kepada masyarakat. Ada beberapa contoh
program CSR yang dilakukan beberapa perusahaan ternama di Indonesia
belakangan ini. Diantaranya PT. Telkom yang secara aktif melakukan usaha
pemerataan informasi dan penetrasi jaringan internet di sekolah-sekolah yang
Sedangkan Exelcomindo melakukan program tanggung jawab sosial
perusahaan kepada masyarakat secara lebih general dengan target seluruh
lapisan masyarakat dari berbagai macam latar belakang. Misalnya seminar
Indonesia berprestasi yang dilaksanakan XLcare sebagai wujud dukungan
terhadap dunia pendidikan di Indonesia dan peningkatan kualitas anak-anak
untuk masa depan yang lebih baik.
Pada tahun 2010 diketahui bahwa perusahaan yang bergerak di bidang
telekomunikasi dan operator seluler sebanyak 11 perusahaan di Indonesia,
misalnya seperti : Telkom, XL, Indosat, Axis, 3, Mobile-8, Bakrie Telecom. Hal
ini memberikan persaingan yang sengit antar operator dalam memperebutkan
pasar sehingga diperlukan suatu cara dan inovasi produk dan layanan agar dapat
tetap bertahan, kemudian jika dibandingkan dengan Negara-negara lain,
perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi dan telepon seluler maka
Indonesia termasuk yang paling banyak dan ketat persaingannya.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan corporate social
responsibility sebagai variabel independen karena secara teoritis ketika
perusahaan semakin meningkatkan kegiatan corporate social responsibility
maka dapat meningkatkan image dari perusahaan dan akan berpengaruh
terhadap profitabilitas perusahaan. Corporate social responsibility juga
digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian terdahulu diantaranya
Nelling dan Webb (2006), Tsoutsoura (2004), Sayekti dan Wondabio (2006),
Masalah tanggung jawab sosial perusahaan kepada lingkungan social
semakin banyak disoroti, maka penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis
pengaruh kepedulian sosial perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia terhadap profit yang dihasilkannya. Biaya-biaya sosial sebagai wujud
pelaksanaan CSR perusahaan dikaitkan dengan profitabilitas perusahaan,
terutama pada return yang akan diterima perusahaan.
Alasan selanjutnya adalah bahwa bentuk dari tanggung jawab social
perusahaan bidang telekomunikasi dan operator seluler lebih jelas dibandingkan
dengan perusahaan lainnya yang sama-sama listing di BEI. Di setiap perusahaan
go public, implementasi CSR-nya kurang identik satu sama lain, sehingga
menyusahkan dalam pengambilan variabel penelitian. Dalam perusahaan
perbankan, bentuk tanggung jawab social perusahaan bidang telekomunikasi
dan operator seluler satu dengan yang lain adalah sama, yaitu Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan, sehingga akan memudahkan proses penelitian.
Untuk kesejahteraan karyawan, di setiap perusahaan secara garis besar adalah
sama sehingga akan memudahkan proses penelitian
Dengan adanya program CSR yang dilaksanakan oleh industry
telekomunikasi tersebut dapat meningkatkan citra dan ketertarikan stakeholder
maupun public sasaran dari PT. Industri Telekomunikasi. Ketertarikan itu dapat
diukur dengan peningkatan penjualan suatu perusahaan melalui laporan
Pada kenyataannya, tidak dapat dipungkiri bahwa peran dunia usaha
selama ini hanya sebatas pemberian dukungan dana secara sukarela (voluntary)
dan kedermawanan (philanthropy) sehingga kegiatan yang dilaksanakan kurang
memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Hal ini memunculkan rasa
kekecewaan masyarakat dan pemerintah akan minimnya peran dunia usaha
dalam kehidupan sosial dan adanya kecenderungan bahwa pelaksanaan CSR
hanya sekedar untuk di mata masyarakat atau bahkan hanya di mata konsumen
mereka Biaya-biaya sosial sebagai wujud pelaksanaan CSR perusahaan
dikaitkan dengan profitabilitas perusahaan, terutama pada return yang akan
diterima perusahaan. (Anatan, 2009:2)
Dengan menerapkan CSR, diharapkan perusahaan akan memperoleh
legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka
panjang (Kiroyan, 2006). Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang
menerapkan CSR mengharapkan akan direspon positif oleh para pelaku pasar
Diharapkan bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR yang
diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan, sehingga dalam pengambilan
keputusan investor tidak semata-mata mendasarkan pada informasi laba saja.
Laporan tahunan adalah salah satu media yang digunakan oleh perusahaan
untuk berkomunikasi langsung dengan para investor. Pengungkapan informasi
CSR diharapkan memberikan informasi tambahan kepada para investor selain
Profitabilitas merupakan salah satu alat ukur perusahaan dalam
menentukan keefektifan kinerja perusahaan. Profitabilitas dapat diukur melalui
Return On Asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba)
secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu perusahaan, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut dan semakin baik pula
posisi perusahaan tersebut dalam penggunaan asset. (Handoko, 2007: 9)
Profitabilitas yang dalam penelitian ini dilambangkan dengan NPM. Net
Profit Margin (NPM), adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan
perusahaan, dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan
operasionalnya. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka
semakin besar pengungkapan informasi sosial. (Darwis, 2009:55)
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan Program
Corporate Social Responsibility Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah :
Apakah pelaksanaan Program CSR berpengaruh terhadap Profitabilitas Pada
Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan :
Mengetahui pengaruh pelaksanaan Program CSR terhadap Profitabilitas Pada
Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
a.Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan penerapan
tanggung jawab sosial secara efektif bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia.
b.Bagi investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada investor
dan calon investor serta pelaku pasar lainnya dalam memandang tanggung
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
1. R
akhiemah (2008), Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Corporate Social
Responsibility (CSR) Disclosure Dan Kinerja Finansial Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Hasil penelitian ini membuktikan diterimanya H1 bahwa kinerja lingkungan
yakni usaha perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang baik (green) yang
diukur melalui program PROPER memiliki pengaruh positif yang signifikan
terhadap CSR disclosure yang dilakukan oleh perusahaan,terbukti dari nilai t
hitung yang lebih kecil dari α = 0.05, yakni sebesar 0.03.
2. R
etno Anggraini (2006) Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan
Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar Bursa Efek
Jakarta)
Perusahaan perbankan dan asuransi sebagian besar (lebih dari 50%)
mengungkapkan informasi mengenai pengembangan sumber daya manusianya
dibandingkan dengan industri yang lain. Hal ini karena industri ini sangat
memberikan jasanya kepada pelanggan. Perusahaan dengan kepemilikan
manajemen yang besar dan termasuk dalam industri yang memiliki risiko politis
yang tinggi (high-profile) cenderung mengungkapkan informasi sosial yang
lebih banyak dibandingkan perusahaan lain.
3. S
amsinar Anwar (2009) Dengan Judul Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Dan Harga Saham
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pengungkapan Corporate
Social Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan dan harga saham
dengan cara melakukan analisis pada Perusahaan yang telah melakukan
pengungkapan Corporate Sosial Responsibility yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Data yang dianalisis adalah data sekunder berbentuk time series dari
tahun 2007-2009 pengungkapan Corporate Social Responsibility dan kinerja
keuangan perusahaan (ROA, ROE) terhadap harga saham pada perusahaan
manufaktur, komunikasi dan bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Analisis data mengggunakan metode analisis estimasi regresi persamaan
simultan atau SEM (Structural Equation Modelling). Ada temuan dalam
penelitian ini bahwa pengaruh secara simultan antara Kinerja keuangan
Perusahaan yang di ukur dengan ROA, ROE dan EVA berpengaruh positif pada
Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada laporan keuangan
perusahaan. Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Economic
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Manajemen keuangan
Dalam kehidupan sehari-hari mungkin setiap individu pernah mengalami
kelebihan penghasilan dan ada berbagai alternatif keputusan . Ada yang
memiliki alternatif untuk menyimpan dalam bentuk tabungan atau deposito
(Rupiah atau dolar), untuk beli sebidang tanah, rumah, surat berharga dll dengan
pertimbangan alternatif yang paling menguntungkan.
Bagi perusahaan untuk medapatkan dana guna memperoleh aktiva (kekayaan)
serta dlam menjalankan operasinya maka pengaturan kegiatan tersebut disebut
dengan menajemen keuangan. Untuk melaksanakan manajemen keuangan perlu
memahami teori keuangan. Pemahaman teori keuangan memudahkan kita
memahami berbagai masalah yang kita hadapi sehari-hari.
Persamaan antara keuangan dan akuntans adalah: Menfokuskan
perhatian pada aktiva dan pasiva perusahaan, meski berbeda dalam hal periode
waktu.
2.2.2. Tujuan Manajemen Keuangan
Dalam teori keuangan, tujuan perusahaan adalah memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham atau pemilik perusahaan. Tujuan normatifnya
adalah meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan harga yang
perusahaan itu sudah go publik maka memaksimumkan nilai perusahaan adalah
dengan memaksimumkan harga pasar saham.
Memaksimumkan harga saham tidak sama dengan memaksimumnkan
keuntungan (profit) perusahaan. Jika perusahaan akan meningkatkan
keuntungan maka perusahaan bisa langsung menerbitkan saham baru untuk
memperoleh tambahan dan kemudian diinvestasikan untuk mendapatkan
keuntungan. Biasanya perusahaan dengan tujuan memaksimumkan keuntungan
akan mendorong manajemen perusahaan memilih proyek-proyek yang
menjanjikan keuntungan besar. Proyek yang menjanjikan keuntungan besar
biasanya mengandung risiko yang besar juga. Misalkan bank yang belum
terkenal menawarkan bunga tabungan jauh lebih tinggi dibandingkan bank yang
terkenal baik dan aman. Dapat disimpulkan bahwa untuk memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham tidak hanya keuntungan yang diperhatikan tetapi
juga faktor risiko.
2.2.2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja
keuangan dan arus kas suatu entitas. Penyajian yang wajar mensyaratkan
penyajian secara jujur dampak dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai
dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, laibilitas, pendapatan dan beban
yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan. Penerapan SAK, dengan pengungkapan tambahan jika diperlukan,
keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan yang lengkap biasanya
meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan
dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integrasi dari
laporan keuangan”. (PSAK, 2009:14)
Jadi untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dan hasil usaha suatu
perusahaan akan dapat diketahui melalui keuangan yang merupakan produk
akhir dari proses akuntansi yang terdiri dari pencatatan, penggolongan, dan
peringkasan kejadian keuangan selama periode tertentu yang meliputi neraca,
laporan laba rugi dan laporan keuangan lainnya.
2.2.2.1. Jenis Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2007:15), laporan keuangan yang lengkap biasanya terdiri
dari:
a. Neraca
b. Laporan laba rugi
c. Laporan perubahan posisi keuangan
d. Catatan atas laporan keuangan
Setiap laporan keuangan utama harus diikuti dengan pernyataan bahwa catatan
atas laporan keuangan adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
laporan keuangan secara keseluruhan. Laporan keuangan disusun dalam rangka
mencapai atau memperoleh penjelasan yang cukup disebut dengan laporan
yang diperlukan guna penjelasan penuh. Laporan ini disebut laporan bentuk
panjang.
a. Neraca, merupakan laporan yang menggambarkan posisi atau keadaan
keuangan, dengan demikian menunjukkan aktiva, kewajiban dan modal sendiri
dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. neraca mengandung unsur-unsur
sebagai berikut:
1. a
ktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi masa depan diharapkan
akan diperoleh perusahaan.
2. k
ewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.
3. E
kuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua
kewajiban.
b. Laporan Laba Rugi, merupakan ringkasan aktivitas usaha perusahaan pada
periode tertentu yang melaporkan hasil usaha bersih atas kerugian yang timbul
dari kegiatan usaha dan aktivitas lainnya. laporan keuangan laba rugi
mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode
2) Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi dalam periode
akuntasi tertentu dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau
terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanaman modal.
c. Laporan perubahan posisi keuangan, perubahan posisi keuangan dapat
disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai laporan arus kas atau
laporan arus dana. Bapepam mewajibkan emiten dan calon emiten
menyampaikan laporan keuangan yang dilengkapi dengan laporan perubahan
posisi keuangan yang mengukur perubahan aktiva, kewajiban dan modal sendiri
selama suatu periode tertentu dalam bentuk arus kas (inflow) arus kas keluar
(outflow) dana. laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode
tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas, operasi dan pendanaan.
d. Catatan atas laporan keuangan, merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dan memberikan penjelasan kualitatif serta kuantitatif terhadap laporan
keuangan utama, sehingga tidak menyesatkan pembacanya. Kewajiban untuk
pemberian catatan menurut Bapepam harus didasarkan pada pertimbangan
materialitas berdasarkan persentase relatif. Untuk pihak-pihak yang sifatnya
khusus, baik karena sifat industri maupun transaksinya perlu diuraikan dalam
ikhtisar dan daftar informasi tambahan.
2.2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus
kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan
hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan
keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:
(a) aset;
(b) liabilitas;
(c) ekuitas;
(d) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
(e) kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik;dan
(f) arus kas.
Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas
laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas
masa depan dan, khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas
dan setara kas.
2.2.3. Rasio Profitabilitas
Yaitu alat untuk menganalisa atau mengukur tingkat efesiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai perusahaan yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio
dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan
hubungan timbal balik antar pos yang terdapat pada laporan laba-rugi
perusahaan dengan pos-pos pada neraca perusahaan guna memperoleh berbagai
indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efesiensi dan profitabilitas
perusahaan yang bersangkutan. Rasio-rasio Profitabilitas, diindikatori oleh
(Faisol, 2007:152):
a. R
eturn On Asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan
(laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu perusahaan,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut
dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dalam penggunaan
asset. Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan perusahaan ada
perbedaan sedikit antara ROA berdasarkan teoritis dan cara perhitungan
berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teoritis, laba yang
diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem
CAMEL laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak.
b. R
eturn On Equity (ROE), yaitu perbandingan diantara laba bersih
perusahaan dengan modal sendiri. ROE ini merupakan indikator yang
amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih yang
dikaitkan dengan pembagian deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti
Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga
saham. Perlu diperhatikan, bahwa dalam penentuan tingkat kesehatan
perusahaan, Perusahaan Indonesia lebih mementingkan penilaian
besarnya ROA dan tidak memasukkan unsure ROE. Hal ini dikarenakan
Perusahaan Indonesia selaku Pembina dan pengawas perperusahaanan
lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu perusahaan yang diukur
dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari simpanan
masyarakat
c. N
et Profit Margin (NPM), adalah rasio yang menggambarkan tingkat
keuntungan perusahaan, dibandingkan dengan pendapatan yang diterima
dari kegiatan operasionalnya. Sebagaimana halnya dengan perhitungan
rasio sebelumnya, rasio NPM pun mengacu kepada pendapatan
operasional perusahaan yang terutama berasal dari kegiatan pemberian
kredit yang dalam prakteknya memiliki berbagai resiko seperti resiko
kredit (kredit bermasalah dan kredit macet), serta Kurs Valas (jika kredit
diberikan dalam bentuk valas).
2.2.4. Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut Kotler dan Lee dalam Solihin (2009:5) ”Corporate Social
Responsibility is a commitment to improve community well being through
discretionary business practices and contribution of corporate
semata-mata merupakan komitmen perusahaan secara sukarela untuk turut
meningkatkan kesejahteraan komunitas dan berkontribusi kepada sumberdaya
perusahaan).
Menurut versi Perusahaan Dunia dalam Laksiani (2008:45) definisi
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah “Corporate Social Responsibility
(CSR) is the commitment of business to contribute to sustainable economic
development working with employees and their representatives, the local
community and society at large to improve quality of life, in ways that are both
good for business and good for development” (Corporate Social Responsibility
(CSR) adalah komitmen bisnis sebagai kontribusi untuk keberlanjutan
perkembangan ekonomi yang bekerja sama dengan pekerja, perwakilan mereka,
komunitas lokal dan masyarakat luas untuk memperbaiki kualitas hidup, dimana
keduanya baik untuk bisnis maupun pengembangan).
Menurut Perusahaan Dunia, tanggung jawab sosial perusahaan terdiri
dari beberapa komponen utama, yaitu: perlindungan lingkungan, jaminan kerja,
hak asasi manusia, interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat,
standart usaha, pasar, pengembangan ekonomi dan badan usaha, perlindungan
kesehatan, kepemimpinan dan pendidikan, bantuan bencana kemanusiaan.
Sedangkan menurut Petkoski dan Twose (2003) mendefinisikan
Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai komitmen bisnis yang berperan
keluarganya, masyarakat lokal dan masyarakat luas, untuk meningkatkan mutu
hidup mereka dengan berbagai cara yang menguntungkan bagi bisnis dan
pembangunan.
Sejauh ini definisi yang banyak digunakan adalah pemikiran Elkington
tentang triple bottom line. Menurut Elkington (1997) dalam Laksiani (2008:45)
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah adanya segitiga dalam kehidupan
stakeholders yang mesti diperhatikan korporasi di tengah usahanya mencari
keuntungan, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial, yang kemudian
diilustrasikan dalam bentuk segitiga.
Ebert (2003) mendefinisikan corporate social responsibility sebagai
usaha perusahaan untuk menyeimbangkan komitmen-komitmennya terhadap
kelompok-kelompok dan individual-individual dalam lingkungan perusahaan
tersebut, termasuk didalamnya adalah pelanggan, perusahaan-perusahaan lain,
para karyawan, dan investor. Corporate Social Responsibility (CSR)
memberikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan
interaksinya dengan stakeholders yang melebihi tanggung jawab di bidang
hukum (Darwin, 2004:33). Dalam kemajuan industri sekarang, tekanan
masyarakat kepada perusahaan agar mereka melakukan pembenahan sistem
operasi perusahaan menjadi suatu sistem yang memiliki kepedulian dan
tanggung jawab terhadap sosial sangat kuat, perkembangan tekhnologi dan
industri yang pesat dituntut untuk memberikan kontribusi positif terhadap
Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam
perusahaan-perusahaan diharapkan selain memiliki komitmen finansial kepada pemilik atau
pemegang saham (shareholders), tapi juga memiliki komitmen sosial terhadap
para pihak lain yang berkepentingan, karena CSR merupakan salah satu bagian
dari strategi bisnis perusahaan dalam jangka panjang. Adapun tujuan dari
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah (Darwin, 2004:33):
1. U
ntuk meningkatkan citra perusahaan dan mempertahankan, biasanya
secara implisit, asumsi bahwa perilaku perusahaan secara fundamental
adalah baik.
2. U
ntuk membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi adanya
kontrak sosial di antara organisasi dan masyarakat. Keberadaan kontrak
sosial ini menuntut dibebaskannya akuntabilitas sosial.
3. S
ebagai perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan tujuannya
adalah untuk memberikan informasi kepada investor.
Untuk itulah maka pertanggungjawaban sosial perusahaan Corporate
Social Responsibility (CSR) perlu diungkapkan dalam perusahaan sebagai
wujud pelaporan tanggung jawab sosial kepada masyarakat.
Tanggung jawab adalah suatu kewajiban perusahaan yang tidak hanya
menyediakan barang dan jasa baik bagi masyarakat maupun juga dalam
mempertahankan kualitas lingkungan sosialnya secara fisik maupun
memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan masyarakat dimana
mereka berada. Perusahaan bertanggung jawab secara sosial ketika
manajemennya memiliki visi atas kinerja operasionalnya, tidak hanya
mengutamakan atas laba perusahaan tetapi juga dalam menjalankan
aktivitasnya, memperhatikan lingkungan yang ada disekitarnya. Perusahaan
tidak hanya memandang laba sebagai satu-satunya tujuan dari perusahaan tetapi
ada tujuan yang lainnya yaitu kepedulian perusahaan terhadap lingkungan,
karena perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya
mencari laba untuk pemegang saham (Gray et. Al., 1987).
Pengungkapan tanggung jawab sosial atau sering disebut sebagai
Corporate social reporting adalah proses pengkomunikasian efek-efek sosial
dan lingkungan atas tindakan-tindakan ekonomi perusahaan pada
kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan
(Gray et. Al., 1987). Kontribusi negatif perusahaan terhadap lingkungan
sekitarnya telah menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat adalah
dengan mengungkapkan informasi-informasi mengenai operasi perusahaan
sehubungan dengan lingkungan sebagai tanggung jawab perusahaan.
Gray et. Al. (1995) menyebutkan 3 studi yang menjelaskan mengapa
perusahaan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan
1. Decision-userfulnes study
Penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti menemukan bahwa informasi
sosial dibutuhkan users, seperti analis, perusahaaner, dan pihak lain yang
terlibat. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa informasi aktivitas sosial
perusahaan berada pada posisi moderately important.
2. Economic theory study
Studi dalam corporate responsibility reporting ini mendasari pada Economic
agency theory dan Accounting positivism theory yang menganologikan
manajemen sebagai agen dari suatu prinsipal. Prinsipal diartikan sebagai
pemegang saham atau traditional users lain. Namun, pengertian users tersebut
telah berkembang menjadi seluruh interest group perusahaan yang bersangkutan
sebagai agen, manajemen akan berupaya mengoperasikan perusahaan sesuai
dengan keinginan publik (stakeholder).
3. Social and political theory studies
Bidang ini menggunakan teori stakeholder, teori legitimasi organisasi, dan teori
ekonomi publik. Teori stakeholder mengamsusikan bahwa perusahaan berusaha
mencari pembenaran dari para stakeholder dalam menjalankan operasi
perusahaannya. Semakin kuat posisi stakeholder, semakin besar kecenderungan
Pengungkapan sosial dalam tanggung jawab perusahaan sangat perlu
dilakukan, karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh nilai tambah dari
kontribusi masyarakat di sekitar perusahaan termasuk dari penggunaan
sumber-sumber sosial (social resources). Jika aktivitas perusahaan menyebabkan
kerusakan sumber-sumber sosial maka dapat timbul adanya biaya sosial (social
cost) yang harus ditanggung oleh masyarakat, sedang apabila perusahaan
meningkatkan mutu social resources maka akan menimbulkan social benefit
(manfaat sosial)
2.2.6. Pelaporan pertanggungjawaban sosial perusahaan
Ada 2 jenis ungkapan dalam pelaporan keuangan yang telah ditetapkan
oleh badan yang memiliki otoritas di pasar modal. Pertama adalah ungkapan
wajib (mandatory disclosure), yaitu informasi yang harus di ungkapkan oleh
emiten yang diatur oleh peraturan pasar modal di suatu Negara. Sedangkan yang
kedua adalah ungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu ungkapan yang
dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh standar yang
ada. Pengungkapan sosial yang diungkapkan perusahaan merupakan informasi
yang sifatnya sukarela. Karenanya, perusahaan memiliki kebebasan untuk
mengungkapkan informasi yang tidak diharuskan oleh badan penyelenggara
pasar modal. Keragaman dalam pengungkapan disebabkan oleh entitas yang
dikelola oleh manajer yang memiliki filosofis manajerial yang berbeda dan
keluasan dalam kaitannya dengan pengungkapan informasi kepada masyarakat.
Standar pelaporan pertanggungjawaban sosial sampai saat ini belum
mempunyai standar yang baku, hal ini dikarenakan adanya permasalahan yang
berhubungan dengan biaya dan manfaat sosial. Perusahaan dapat membuat
sendiri model pelaporan pertanggungjawaban sosialnya. (Anggraini, 2006:4)
Informasi dalam menyusun dan mengungkapkan tentang aktivitas
pertanggungjawaban sosial perusahaan, Zhegal & Ahmed (1990)
mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan,
yaitu sebagai berikut:
1. L
ingkungan
Bidang ini meliputi aktivitas pengendalian pencemaran dan pelestarian
lingkungan hidup. Meliputi, pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau
perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam, dan pengungkapan
lain yang berkaitan dengan lingkungan.
2. E
nergi
Bidang ini meliputi aktivitas dalam pengaturan penggunaan energi dalam
hubungannya dengan operasi perusahaan dan peningkatan efisiensi terhadap
produk perusahaan. Meliputi, konservasi energi, efisien energy.
3. P
Meliputi pemberdayaan terhadap minoritas dan perempuan, dukungan terhadap
usaha minoritas, tanggung jawab sosial
4. S
umber daya manusia
Bidang ini meliputi aktivitas untuk kepentingan karyawan sebagai sumber daya
manusia bagi perusahaan maupun aktivitas di dalam suatu komunitas. Aktivitas
tersebut antara lain, program pelatihan dan peningkatan ketrampilan, perbaikan
kondisi kerja, upah dan gaji serta tunjangan yang memadai, pemberian beberapa
fasilitas, jaminan keselamatan kerja, pelayanan kesehatan, pendidikan, seni.
5. Produk
Meliputi keamanan, pengurangan polusi.
2.2.9. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Profitabilitas
Dengan menerapkan CSR, diharapkan perusahaan akan memperoleh
legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka
panjang (Kiroyan, 2006). Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang
menerapkan CSR mengharapkan akan direspon positif oleh para pelaku pasar
Diharapkan bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR yang
diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan, sehingga dalam pengambilan
keputusan investor tidak semata-mata mendasarkan pada informasi laba saja.
untuk berkomunikasi langsung dengan para investor. Pengungkapan informasi
CSR diharapkan memberikan informasi tambahan kepada para investor selain
dari yang sudah tercakup dalam laba atau profitabilitas.
Untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi yang tinggi,
perusahaan perlu mengungkapkan kinerja CSR dalam “Laporan CSR”. Melalui
laporan ini akan terungkap apakah tingkat keterbukaan perusahaan sudah satu
level dengan harapan masyarakat (Darwin, 2006). Hal tersebut sesuai dengan
asumsi bahwa terdapat kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat,
maka sudah seharusnya perusahaan mengungkapkan kinerja sosialnya kepada
pihak eksternal sebagai informasi dalam pengambilan keputusan, khususnya
dalam hal prospek perusahaan.
Dunia usaha pun semakin menyadari bahwa perusahaan tidak lagi
dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak atas single bottom line, yaitu
nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi
keuangannya saja, yaitu untuk mencari profit. Perusahaan juga harus
memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Oleh karena itu, lahirlah
konsep Corporate Social Responsibility (CSR). CSR merupakan kepedulian
perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah Triple
Bottom Lines, yaitu: Profit (keuntungan), People (masyarakat) dan Planet
2.3. Kerangka Konseptual
Gambar 2.1. Diagram Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan teori diatas, dapat
disimpulkan hipotesis pada penelitian ini adalah :
Bahwa terdapat pengaruh positif pada Pelaksanaan Program Corporate Social
Responsibility terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang
Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Pelaksanaan
Program CSR (X)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah :
1. CSR Disclosure
Atribut dari CSR yang sering digunakan pada setiap penelitian adalah
berbeda-beda. Hal ini terjadi karena kinerja tanggung jawab sosial perusahaan sulit
untuk diukur, jadi itu sebabnya studi-studi sebelumnya atas hubungan antara
kinerja sosial perusahaan dengan kinerja keuangan menggunakan pendekatan
yang berbeda pada kinerja sosial perusahaan (Fauzi, 2004). Atribut dari CSR
yang sering digunakan pada setiap penelitian adalah berbeda-beda. Hal ini
terjadi karena kinerja tanggung jawab sosial perusahaan sulit untuk diukur, hal
ini menyebabkan pada studi sebelumnya atas hubungan antara kinerja sosial
perusahaan dengan kinerja keuangan menggunakan pendekatan yang berbeda
pada kinerja sosial perusahaan (Fauzi, 2004). Fauzi (2004) meringkas
Pengukuran CSR yang berbeda-beda yaitu : Biaya Bina Lingkungan, Biaya
kemitraan, Biaya kesejahataraan karyawan.
2. Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas, yaitu alat untuk menganalisa atau mengukur tingkat
bersangkutan. Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan :
a. Return On Asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba)
secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu perusahaan, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut dan semakin baik pula
posisi perusahaan tersebut dalam penggunaan asset. Perhitungan rasio ini
dirumuskan sebagai berikut (Faisol, 2007 : 156) :
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah sejumlah unsur-unsur dimana suatu kesimpulan akan
disusun (Emory dan Cooper, 1998). Populasi dalam penelitian ini adalah
Seluruh perusahaan sub sektor Telekomunikasi yang telah terdaftar (listing) di
BEI. Penelitian ini menggunakan 10 Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar
di BEI, pengambil periode analisis 2006 sampai tahun 2010 dengan kondisi
perusahaan yang mengungkapan biaya sosial.
a) PT. Telkom
b) PT. Indosat
c) PT. Excelcomindo
e) PT. Natrindo Telepon Seluler
f) PT. Mobile – 8 Telecom
g) Smart Telecom
h) PT. Sampoerna Telekomunikasi Indonesia
i) PT. Hutchison Charoen Pokhpand Telecom
j) PT. Pasifik Satelit Nusantara
3.2.2. Sampel
Untuk menentukan sampel digunakan metode purposive sampling. Salah satu
teknik pengambilan sampel non probabilistic yang dilakukan berdasarkan
kriteria yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau pertimbangan tertentu
dari peneliti. Kriteria yang digunakan antara lain :
1. Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di BEI dan sahamnya aktif
diperdagangkan sampai 2006 sampai tahun 2010 dengan kondisi perusahaan
yang mengungkapan biaya sosial.
2. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan 2006 sampai tahun
2010 dengan kondisi perusahaan yang mengungkapan biaya sosial, serta
menyerahkan laporan tahunannya dan telah mempublikasikannya berturut-turut.
3. Informasi pengungkapan sosial diungkapkan pada laporan tahunan perusahaan
yang bersangkutan sampai 2006 sampai tahun 2010 dengan kondisi perusahaan
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini menggunakan data Sekunder merupakan data
yang diambil dari laporan tahunan perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di
BEI.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang menggunakan
jenis data yaitu data sekunder yang diambil dari laporan tahunan perusahaan
Telekomunikasi yang terdaftar di BEI yang meliputi data laporan keuangan,
sejarah perusahaan, lokasi perusahaan, dan lain sebagainya. Sumber data dalam
penelitian ini adalah : dari Bursa Efek Indonesia
3.6 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.6.1 Teknik Analisis Data
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
sederhana. Model analisis ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk
meneliti pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Di atas telah dijelaskan bahwa dalam penetilian ini diperlukan teknik
analisis yang menggunakan model regresi linier dan pengujian hipotesis
menggunakan uji t dengan hipotesis sebagai berikut :
1. Menghitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat
masing–masing variabel bebas dan variabel terikat yang diperlukan
untuk analisis.
2. Meregresikan variabel bebas dengan variabel terikat
Untuk menganalisis permasalahan digunakan regresi sederhana dengan
persamaan sebagai berikut :
Y = β0 + β 1 X1 + e
Keterangan:
Y = Profitabilitas
X1 = CSR
β 0 = Konstanta
ei = Standart Error
3.6.2Uji Asumsi Klasik
Untuk mendukung keakuratan hasil model regresi, maka perlu dilakukan
penelusuran terhadap asumsi klasik yang meliputi asumsi multikolinieritas,
heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil dari asumsi klasik tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Deteksi
adanya multikolinieritas dapat dilihat dari besaran VIF (Varians Inflation
1. Jika besaran VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.
2. Jika besaran VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas.
2. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya.
Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda,
maka disebut terdapat heteroskedastisitas. Metode regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi heteroskedastistitas. (Ghozali, 2001 : 60). Sedangkan kriteria
pengujiannya adalah:
a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas.
b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena dari heteroskedastisitas.
3. Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi diantara anggota –
anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu (
seperti pada data return waktu atau time series data ) atau yang tersusun dalam
rangkaian ruang ( seperti pada data silang waktu atau cross sectional).
(Sumodiningrat, 2002 : 231). Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah
dalam suatu regresi linear ada korelasi kesalahan penganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mengetahui ada
tidaknya gejala autokorelasi maka perlu dilihat tabel Durbin Watson dengan
maka dapat diperoleh distribusi daerah keputusan atau tidak terjadi autokorelasi
(Ghozali, 2001: 61).
Kriteria pengujian Durbin Watson dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 1 : Autokorelasi
Durbin Watson Kriteria
0 < DW < dL
Ada autokorelasi negatif
Sumber : Ghozali, 2001 : 61
3.6.3 Uji Hipotesis
Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat digunakan Program SPSS 17 dengan uji t yang memiliki
prosedur sebagai berikut:
a. Ho : β i = 0 ; tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Hi : β i 0 ; terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel
terikat.
b. Tingkat signifikan 5% = 0,05
c. Kriteria pengujian :
1. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Perusahaan
4.1.1. PT. Telkom, Tbk
Perusahaan Perseroan (Persero) P.T. Telekomunikasi Indonesia Tbk
(“Perusahaan”) pada mulanya merupakan bagian dari “Post en
Telegraafdienst”, yang didirikan pada tahun 1884 berdasarkan Keputusan
Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 7 tanggal 27 Maret 1884 dan
diumumkan dalam Berita Negara Hindia Belanda No. 52 tanggal 3 April 1884.
Pada tahun 1991, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991, status
Perusahaan diubah menjadi perseroan terbatas milik negara (“Persero”).
Perusahaan didirikan berdasarkan akta notaris Imas Fatimah, S.H. No. 128
tanggal 24 September 1991. Akta pendirian tersebut telah disetujui oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.
C2-6870.HT.01.01.Th.1991 tanggal 19 November 1991 dan diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia No. 5 tanggal 17 Januari 1992, Tambahan
No. 210. Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa kali diubah, perubahan
terakhir antara lain mengubah masa jabatan anggota Dewan Komisaris dan
Direksi, berdasarkan akta notaris A. Partomuan Pohan, S.H., LLM. No. 8 dan
No. 9 tanggal 7 September 2007 dan pemberitahuan atas perubahan tersebut
(“Menkumham”) berdasarkan Surat No. W7-HT.01.10-12858 tanggal 14
September 2007
Kegiatan Perusahaan dalam menyelenggarakan jasa telekomunikasi dalam
negeri, meliputi telepon, teleks, telegram, satelit, sirkit langganan, surat
elektronik, dan jasa komunikasi bergerak dan seluler. Pada tahun 1995,
Perusahaan telah melakukan kerja sama dengan para mitra usaha dalam
pembangunan, pengelolaan, dan pengoperasian sarana telekomunikasi di lima
dari tujuh divisi regional (“Divre”)
4.1.2. PT. Indosat, Tbk
PT Indosat Tbk (“Perusahaan”) didirikan dalam rangka Undang-undang
Penanaman Modal Asing No. 1 Tahun 1967 berdasarkan akta notaris Mohamad
Said Tadjoedin, S.H. No. 55 tanggal 10 November 1967 di Negara Republik
Indonesia. Akta pendirian ini diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia No. 26 tanggal 29 Maret 1968, Tambahan No. 24. Pada tahun 1980,
Perusahaan dijual oleh American Cable and Radio Corporation, anak
perusahaan dari International Telephone & Telegraph, kepada Pemerintah
Republik Indonesia dan menjadi Badan Usaha Milik Negara (Persero).
Pada tanggal 7 Februari 2003, Perusahaan memperoleh persetujuan dari
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam Surat No.
14/V/PMA/2003 atas perubahan status dari Badan Usaha Milik Negara
(Persero) menjadi Perusahaan Penanaman Modal Asing. Selanjutnya, pada
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia atas perubahan
Anggaran Dasar yang berkaitan dengan perubahan status hukum tersebut.
Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha
Swasta dan Koperasi dapat menyelenggarakan jaringan dan jasa telekomunikasi.
Sedangkan penyelenggara telekomunikasi khusus dapat diselenggarakan oleh
perseorangan, instansi pemerintah dan badan hukum selain penyelenggara
jaringan dan jasa telekomunikasi. Undang-undang Telekomunikasi melarang
kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan
usaha yang tidak sehat, dan diharapkan menjadi pembuka jalan bagi liberalisasi
pasar
4.1.3. PT. Bakrie Telecom, Tbk
PT Bakrie Telecom Tbk (dahulu PT. Radio Telepon Indonesia)
(“Perusahaan”) didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 13 Agustus 1993
berdasarkan Akta No. 94 dibuat dihadapan Muhani Salim, S.H., Notaris di
Jakarta, sebagaimana diperbaiki dengan Akta Pembetulan No. 13 tanggal 5
November 1993 dan diubah dengan Akta No. 129 tanggal 27 November 1993,
keduanya dibuat dihadapan Abdurachman Kadir, S.H., Notaris pengganti dari
Muhani Salim, S.H., Notaris di Jakarta dalam rangka Undang-undang
Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968, yang kemudian
diperbaharui dengan Undang-undang No. 12 tahun 1970.
Status Perusahan mengalami perubahan menjadi perusahaan terbuka
sama dengan Rapat Umum Pemegang Saham yang dituangkan dalam Akta No.
6 tanggal 3 Februari 2006 yang dibuat oleh Agus Madjid, S.H., Notaris di
Jakarta.
Ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi penyediaan jaringan dan
penyelenggaraan jasa telekomunikasi dengan daerah operasi mencakup Jakarta,
beberapa wilayah di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali,
Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan
kantor pusat berlokasi di Wisma Bakrie, Lantai 2, Jl. H.R. Rasuna Said Kav.
B-1, Jakarta Selatan dan memulai beroperasi secara komersial pada tanggal 1
November 1995.
4.1.4. PT. Fren, Tbk
PT Mobile-8 Telecom Tbk (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan akta No.
11 tanggal 2 Desember 2002 dari Imas Fatimah, S.H., notaris di Jakarta. Akta
pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No.
C-24156.HT.01.01.TH.2002 tanggal 16 Desember 2002, yang dimuat dalam
Tambahan No. 1772, Berita Negara Republik Indonesia No. 18 tanggal 3 Maret
2003. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan.
Perubahan sehubungan dengan penerbitan 607.466.700 saham baru Perusahaan
dilakukan dengan akta No.181 tanggal 15 Agustus 2007 dari Aulia Taufani,
S.H., pengganti Sutjipto, S.H., notaris di Jakarta. Perubahan Anggaran Dasar
Republik Indonesia melalui Surat Keputusannya No. W7.HT.01.10.12408
tanggal 5 September 2007. Perubahan terakhir dilakukan dengan akta No. 158
tanggal 24 April 2008 dari Sutjipto, S.H., notaris di Jakarta, mengenai
penyesuaian Anggaran Dasar dengan Undang-undang No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas. Perubahan Anggaran Dasar ini telah disetujui oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat
Keputusannya No. AHU.52716.AH.01.02 tanggal 19 Agustus 2008
Sesuai dengan ketentuan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, maksud dan
tujuan Perusahaan adalah melakukan kegiatan usaha dalam bidang
telekomunikasi dan ruang lingkup kegiatan usaha adalah sebagai berikut
Menawarkan jasa telekomunikasi di dalam wilayah Republik Indonesia
Menyediakan berbagai produk multimedia dan jasa terkait lainnya termasuk
tetapi tidak terbatas pada penjualan secara langsung maupun tidak langsung
voice services, data/image dan jasa-jasa komersial mobile lainnya Membangun,
menyewakan dan memiliki jaringan telekomunikasi tanpa kabel di frekuensi
800 MHz yang secara eksklusif berbasis teknologi Code Division Multiple
4.2. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis
4.2.1. Uji Outlier Multivariate
Tabel 4.1. Hasil Uji Outlier Multivariate
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 8.46 13.02 10.50 1.100 20
Std. Predicted Value -1.850 2.288 .000 1.000 20
Standard Error of Predicted
Value 1.377 3.792 2.259 .768 20
a. Dependent Variable: data
Sumber : Lampiran
Berdasarkan tabel diatas, setelah dilakukan pengujian ditemukan bahwa
tidak terdapat outlier multivariat [antar variabel], karena MD Maksimum 6,284
yang lebih kecil dari 13,815
4.2.2. Uji Normalitas
Dalam pengujian normalitas data dengan menggunakan uji
Kolmogorof-Smirnov dengan menggunakan program SPSS, dimana apabila nilai signifikansi
(probabilitas) yang diproleh lebih besar dari nilai signifikansi yang telah
ditetapkan dalam penelitian (5%) maka data tersebut telah terdistribusi normal.
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data
mengikuti distribusi normal adalah :
Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka
distribusi adalah tidak normal.
Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka
distribusi adalah normal.
Tabel 4.2. Normalitas Data Masing-masing Variabel
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Profitabilitas CSR
N 20 20
Mean 5.5675 2.08E9
Normal Parametersa
Std. Deviation 13.77990 2.986E9
Absolute .227 .280
Positive .224 .280
Most Extreme Differences
Negative -.227 -.243
Kolmogorov-Smirnov Z 1.015 1.254
Asymp. Sig. (2-tailed) .254 .086
Sumber : Lampiran
Dari tabel 4.2 diatas, terlihat bahwa nilai probabilitas setiap variabel
lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi dari data adalah
mengikuti pola distribusi normal.
4.2.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda
Hasil analisis mengenai koefisien model regresi adalah seperti yang
Tabel 4.3 Koefisien Regresi
Berdasarkan Tabel 4.3 tersebut, maka model regresi yang diperoleh
adalah sebagai berikut :
Y = Xe
Y = 9.186 - 1.736E-9 X1
Dengan asumsi bahwa variabel CSR (X1)adalah nol atau konstan maka
nilai Profitabilitas (Y) adalah sebesar 9.186
Koefisien regresi untuk variabel CSR (X1) diperoleh nilai -1.736E-9,
mempunyai koefisien regresi negatif, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan
yang berlawanan arah dengan variabel terikat. Jadi semakin besar nilai CSR
(X1) akan menurunkan profitabilitas (Y) dengan asumsi bahwa variabel yang
lainnya adalah konstan.
4.4.1.3. Hasil Pengujian uji t
uji t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas
Tabel 4.4 : Hasil Uji t
CSR (X) berpengaruh terhadap Profitabilitas (Y), tidak dapat diterima
dengan tingkat [Sig. ,0,102 > 0,05 : Non signifikan [negatif].
Koefisien korelasi berganda (R) = 0,376 yang menunjukkan bahwa hubungan
antara variabel independent (X) dengan (Y) adalah sangat lemah. Koefisien
determinasi (R2) = 0,142 berarti variable (Y) dipengaruhi oleh variabel
independent (X) 14,20 persen sedang sisanya sebesar 85,80 persen dipengaruhi
oleh variabel lain selain satu variabel independen dalam model tersebut.
4.5. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian untuk variable CSR (X) tidak berpengaruh
terhadap Profitabilitas (Y), hal ini disebabkan tingkat kepedulian masyarakat
sebagai pemakai produk perusahaan tidak memiliki kepedulian terhadap
masalah lingkungan, maka usaha tersebut tidak akan mempunyai dampak positif
terhadap kinerja keuangan (profitabilitas) perusahaan. Dalam hal ini para
konsumen masih berfikir pada taraf yang penting terjangkau kebutuhannya,
belum memikirkan apakah produk tersebut ramah lingkungan atau tidak.
Menurut Donovan dan Gibson (2000), dari sisi teori legitimasi, profitabilitas
berpengaruh negative terhadap pengungkapan tanggung jawab social
perusahaan. Hal didukung dengan argumentasi bahwa tingkat laba yang tinggi,
perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang
dapat menganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya,
pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan
akan membaca good news kinerja perusahaan. ini berarti bahwa besar kecilnya
profitabilitas tidak akan mempengaruhi tingkat pengungkapan tanggung jawab
social perusahaan. (Darwis, 2009:58)
Pengaruh yang tidak signifikan dalam penelitian ini dikarenakan
adanya pandangan dari perusahaan bahwa dengan mengeluarkan biaya bina
lingkungan akan menambah beban perusahaan karena perusahaan juga harus
bertanggung jawab kepada para pemegang saham atas berkurangnya laba yang
akan dibagikan karena digunakan untuk biaya sosial. Hal ini bisa dilihat dari
laporan keuangan data profitabilitas perusahaan yang ikut menurun dengan
adanya program CSR. Dengan demikian perusahaan harus bekerja lebih keras
lagi untuk mendapatkan keuntungan efisiensi yang ditimbulkan oleh
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Pagalung (2009) yang
menyatakan bahwa Pengungkapan Corporate Social Responsibility memberi
pengaruh positif terhadap hubungan antara profitabilitas perusahaan. Ini
menunjukkan bahwa semakin baik kinerja keuangan perusahaan semakin tinggi
pengungkapan CSR. Heinze (1976) dalam Gray et.al. (1996) menyatakan
bahwa profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan
fleksibilitas kepada manajemen untuk mengungkapkan pertanggungjawaban
sosial kepada pemegang saham. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat
profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial
dan Penelitian terdahulu yang dilakukan Bowman dan Haire (1976) serta Presto
(1978) dalam Hackston dan Milne (1996) mendukung hubungan profitabilitas
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah mengetahui permasalahan, meneliti dan membahas hasil
penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Corporate Social Responbility tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas
5.2. Saran
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikemukakan beberapa saran yang
kiranya dapat dijadikan bahan bagi perusahaan, investor dan peneliti selanjutnya
dalam menentukan kebijaksanaan dimasa yang akan datang.
Keterbatasan penelitian ini adalah hanya menggunakan periode
penelitian selama empat tahun, sehingga hasil jangka panjang dari pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan dikesampingkan. Hal ini juga masih belum
dapat digeneralisasi dan belum dapat mereprensentasikan semua perusahaan
yang ada. Penelitian ini juga hanya menggunakan varibel dependen ROA saja.
Berdasarkan keterbatasan yang telah disebutkan di atas, sehingga dalam
penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel dan
Penelitian selanjutnya dapat mengganti atau menambah proksi
profitabilitas. Menurut Hariyani, (2009 : 53) mismenggunakan variabel lain
yang potensial memberikan kontribusi terhadap profitabilitas seperti kebijakan
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Fr Reni Retno. 2006. ”Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi Ke-9. Padang, 23 – 26 Agustus.
Bassamalah, Anies S., dan Johnny Jermias. 2005. “Social and Environmental Reporting and Auditing in Indonesia: Maintaining Organizational Legitimacy?” Gadjah Mada International Journal of Business. January- April Vol. 7 No. 1.
Darwin, Ali. 2004. Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia. Konvensi Nasional Akuntansi V, Program Profesi Lanjutan. Yogyakarta, 13-15 Desember.
Ema. 2004. Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia. Konvensi Nasional Akuntansi V, Program Profesi Lanjutan. Yogyakarta, 13-15 Desember.
Faisol, Ahmad, 2007, Analisis Kinerja Keuangan Bank Pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Jurnal Bisnis & Manajemen, Volume 3 No.2, Januari 2007
Fitriany. 2001. Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib dan Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IV. Bandung. 30-31 Agustus.
Hair, Joseph H., Rolph Anderson, Ronald L. Tatham dan William C. Black. 1998. Multivariate Data Analysis. Edisi 5. New ersey: Prentice Hall.
Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada