• Tidak ada hasil yang ditemukan

Intervensi air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan indeks kebugaran kardiovaskular remaja overweight

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Intervensi air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan indeks kebugaran kardiovaskular remaja overweight"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

INTERVENSI AIR PUTIH DAN HIGH INTENSITY INTERVAL

TRAINING (HIIT) TERHADAP PERUBAHAN INDEKS MASSA

TUBUH (IMT) DAN INDEKS KEBUGARAN

KARDIOVASKULAR REMAJA OVERWEIGHT

MEGAH STEFANI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul intervensi air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) remaja overweight adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

RINGKASAN

MEGAH STEFANI. Intervensi Air Putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular Remaja Overweight. Dibimbing oleh HARDINSYAH dan YAYUK F.BALIWATI.

Prevalensi overweight terus mengalami peningkatan di Indonesia menurut data Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa kejadian overweight pada kelompok usia 16-18 tahun sebesar 7.30%, kelompok usia 19 tahun sebesar 8.30%, dan kelompok usia 20-24 tahun sebesar 13.20%. Upaya menurunkan kejadian overweight melalui metode penurunan berat badan dapat dilakukan dengan kombinasi diet, aktivitas fisik, dan perubahan gaya hidup (Manore 2012). Air putih menjadi target ideal untuk dapat menurunkan berat badan (Tate et al. 2012). The American College of Sports Medicine merekomendasikan HIIT (High Intensity Interval Training) adalah latihan fisik yang tepat dikombinasikan dengan berbagai jenis diet (Kravitz 2014). Oleh karena itu, penelitian ini memadukan kombinasi diet dan latihan fisik yaitu intervensi konsumsi air putih, HIIT (High Intensity Interval Training) dan kombinasi keduanya untuk mencapai perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) remaja overweight yang belum banyak dilakukan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh intervensi konsumsi air putih dan HIIT serta kombinasi keduanya terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) remaja overweight. Tujuan khusus antara lain mengidentifikasi kebiasaan makan dan minum, konsumsi zat gizi, serta tingkat konsumsi zat gizi subjek; mengidentifikasi kebiasaan olahraga, tingkat aktivitas fisik, pola tidur, dan tingkat stress subjek; menganalisis pengaruh intervensi konsumsi air putih, intervensi HIIT dan kombinasi keduanya terhadap perubahan berat badan; menganalisis pengaruh intervensi konsumsi air putih, intervensi HIIT dan kombinasi keduanya terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT); menganalisis pengaruh intervensi konsumsi air putih, intervensi HIIT dan kombinasi keduanya terhadap perubahan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) subjek.

(6)

Berdasarkan data baseline, lebih dari setengah subjek penelitian (58.62%) melakukan sarapan, uji beda antar ketiga perlakuan tidak berbeda nyata (p>0.05). Sebanyak 65.52% subjek tidak pernah minum sebelum makan, rata-rata jarak minum 5 menit jika subjek terbiasa minum sebelum makan, kebiasaan minum saat makan sebanyak 34.48% dengan jumlah air putih yang dikonsumsi saat makan yaitu satu gelas (240 ml) sebesar 94.40%, hasil uji beda keempat variabel tersebut antar ketiga perlakuan tidak berbeda nyata (p>0.05). Sebaran subjek yang terbiasa minum air putih sebelum olahraga sebanyak 48.30% dan jumlah air putih yang dikonsumsi subjek sebanyak satu gelas (240 ml) yaitu 57.20%, hasil uji beda kedua variabel tersebut antar tiga perlakuan tidak berbeda nyata (p>0.05). Terjadi perubahan konsumsi makanan pada subjek selama dilakukan intervensi. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji beda menggunakan paired-test konsumsi makanan sumber protein pada kelompok DA dan kelompok HIIT berbeda nyata (p<0.05). Hal ini bermakna bahwa subjek pada kelompok DA dan kelompok HIIT melakukan perubahan pola makan selama intervensi terutama makanan sumber protein. TKE pada subjek juga tidak berubah antara pre-post intervensi (p>0.05) tetapi TKP dan lemak pada subjek berubah antara pre-post intervensi (p<0.05) pada ketiga kelompok. Sejalan dengan konsumsi makanan yang berubah, konsumsi minuman berasa dan total air putih subjek mengalami perubahan nyata (p < 0.05) pada tiga kelompok intervensi.

Sebanyak 62.07% subjek menyatakan suka melakukan olahraga. Seluruh subjek termasuk dalam kategori aktivitas ringan serta hasil uji beda antar tiga perlakuan tidak berbeda nyata (p>0.05) sehingga bermakna bahwa tingkat aktvitas fisik subjek tidak berbeda. Berdasarkan keempat faktor (frekuensi bangun malam, tingkat kenyenyakan, kebiasaan tidur siang-sore, perasaan saat bangun tidur), penyebab kesulitan tidur hanya tingkat kenyenyakan yang berbeda nyata setelah uji beda antar tiga perlakukan (p<0.05). Frekuensi bangun malam, kebiasaan tidur siang-sore, perasaan saat bangun tidur antar tiga perlakukan tidak berbeda nyata (p>0.05). Sebanyak 44.80% subjek mengalami stress tingkat sedang. Uji beda antar tiga perlakuan tidak berbeda nyata (p>0.05) pada tingkat stress subjek yang bermakna subjek tetap merasakan tingkat stress yang sama selama masa intervensi.

Kelompok intervensi kombinasi DA&HIIT berpengaruh nyata (p<0.05) menurunkan berat badan (0.18 – 1.92 kg) dan IMT (0.11 – 0.77 kg/m2) pada remaja overweight. Kelompok DA, HIIT, dan kombinasi DA&HIIT tidak mengalami peningkatan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) pada remaja overweight, dan tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap perubahan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) pada remaja overweight.

(7)

SUMMARY

Prevalence of overweight was increased in Indonesia according to Ministry of Health (2013) showed that the overweight on person who have ages in arrange 16-18 years was 7.30%; 19 years was 8.30%; 20-24 years was 13.20%. Efforts to weight loss can be done with a combination of diet, physical activity, and changes in lifestyle (Manore 2012). Plain water had possibility of being the ideal target for the purpose to lose weight (Tate et al. 2012). The American College of Sports Medicine was recommended that HIIT (High Intensity Interval Training) was physical exercise exactly combined with others diet (Kravitz 2014). A combination of research combining diet and physical exercise namely the intervention of plain water intake (PWI) and High Intensity Interval Training (HIIT) to achieve change body mass index and the cardiorespiratoty fitness index of overweight students are rare.

The objectives are to analyse the influence of the intervention of plain water intake (PWI) and High Intensity Interval Training (HIIT) on changes in Body Mass Index (BMI) and the Cardiorespiratory Fitness Index (CFI) of overweight students. A special purpose among others identified the habit of eating and drinking, food consumption, as well as food consumption level of subject; identified the habit of sports, the level of physical activity, sleeping patterns, and the level of stress subject; analyse the influence of PWI, HIIT and a combination of both on changes in body weight; analyse the influence of PWI, HIIT, and a combination of both on changes in Body Mass Index (BMI); analyse the influence of PWI, HIIT and a combination of both on changes in cardiorespiratory fitness index (CFI).

A design was pre-post experimental study with three groups, namely; (1) plain water intake group (PWI) was nine subjects, (2) High Intensity Interval Training (HIIT) was ten subjects, (3) a combination of plain water intake and High Intensity Interval Training (PWI & HIIT) was ten subjects.The criterias inclusion are aged 17-23 years (purposive) , having BMI ≥ 23 kg/m2), not in the state of running other diet, healthty, not smoking, and willing to follow every stage of intervention.Whereas, criterias exclusion which is undergoing a diet of another, was consuming a drug or a supplement weight loss. The study lasted for two months, the subject of consuming plain water as many as 600 mls one hour before meals (breakfast, lunch, and dinner). Subjects were doing as many as three times per week HIIT (Monday, Wednesday, and Friday) with the duration of 16 minutes, consist of warming up, HIIT workout, and colling down.

(8)

different (p<0.05). It means that subject on PWI group and HIIT group have to change the pattern of eating during the intervention of especially food source of protein. Adequacy of protein on the subject also not changed between pre-post intervention (p > 0.05) but the adequacy level of protein and fat on the subject changed between pre-post intervention (p < 0.05) in three groups. In line with food consumption, caloric beverages consumption and total plain water intake was different (p < 0.05) in three groups.

As many as 62.07% of subjects like to do sport. The whole subjects including in the category of light activity and the results of the difference between three different treatments is not different (p>0.05) it means that the level of physical activity on subjects was not difference. Based on the four factors (frequency wake up at night, sleep tight level, noon sleep habits, wake up feeling after sleep) causing trouble sleeping only the sleep tight level which is difference in treatment (p<0.05). While the frequency of wake up at night, noon sleep habits, wake up feeling after sleep is different for all (p>0.05). A half the subject is 44.80% are detected has medium stress level. The difference between the different groups are not significant (p>0.05) stress at its subject matter to feel distress during the same period.

The combination intervention of PWI&HIIT having a lower body weight (0.18 – 1.92 kg) and BMI (0.11 – 0.77 kg/m2) in overweight students and statictically, it is only led to a significant in the combination intervention of PWI&HIIT on changes in body weight and BMI (p<0.05) that are meaningful treatment combination of PWI &HIIT turns out to be lower body weight and BMI in overweight students. The group PWI, HIIT, combination of PWI &HIIT has not increase the CFI in overweight students, in addition, staticticly; in all three the treatment group was not significant on changes in CFI on overweight students.

As much as 30.6% of treatment PWI, HIIT, combination of PWI &HIIT was affected to change body weight in overweight students in order that 68.4% was affected by other variable that not concern in this study. As weel as with change body weight also BMI was affected 32.9% for overweight students hence 67.1% affected by unconcern variables. Lastly, as much as 3.2% of treatment PWI, HIIT, combination of PWI&HIIT was affected to change CFI in order that 96.8% was affected by other variable that not concern in this study. The suggestion for the next study, the research will be add the duration of intervention to make sure the increment of CFI.

(9)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(10)
(11)

INTERVENSI AIR PUTIH DAN HIGH INTENSITY INTERVAL

TRAINING (HIIT) TERHADAP PERUBAHAN INDEKS MASSA

TUBUH (IMT) DAN INDEKS KEBUGARAN

KARDIOVASKULAR REMAJA OVERWEIGHT

MEGAH STEFANI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)
(13)

Judul : Intervensi air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT)

dan indeks kebugaran kardiovaskular remaja overweight Nama Mahasiswa : Megah Stefani

NIM : I151130021

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Hardinsyah, MS Ketua

Dr Ir Yayuk F Baliwati, MS Anggota

Diketahui oleh Ketua Program Studi

Ilmu Gizi Masyarakat

Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(14)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang akan dilaksanakan sejak bulan Oktober 2014 sampai Januari 2015 ini ialah upaya penurunan berat badan dengan judul Intervensi Air Putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap Perubahan Indeks Massa Tubuh dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular Remaja Overweight.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Hardinsyah, MS dan Dr Yayuk F Baliwati, MS selaku pembimbing yang senantiasa membimbing, memberikan saran, masukan, dan arahannya kepada penulis dalam penyusunan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Hadi Riyadi, MS selaku dosen penguji atas saran dan kritik yang membangun bagi penulis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada tim penelitian yang bertopik konsumsi air dan kesehatan antara mahasiswa regular Gizi Angkatan 48 (Wayan, Annisa, Nova) dan mahasiswa pascasarjana (Nazhif Gifari) sehingga penelitian ini berjalan lancar serta mahasiswa Gizi Masyarakat Angkatan 49 yang telah bersedia membantu selama pengambilan data dan intervensi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Ruvinus J Gultom, Ibu Angelina M Manurung, serta seluruh keluarga (Jones P Gultom, Ika Maria Gultom, Merry Christina Gultom), juga terspesial Josef Jubel Fernando Munthe atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan 3

Tujuan Umum 3

Tujuan Khusus 3

Hipotesis 3

Manfaat 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 4

Intervensi konsumsi air putih 4

Latihan fisik dan High Interval Intensity Training (HIIT) 5

Peran air putih dalam tata laksana overweight 6

Definisi dan pola hidup remaja 8

Prevalensi overweight pada remaja 9

Tingkat stress dan pengendaliaannya 9

Pengukuran antropometri dan komposisi tubuh 10

Indeks kebugaran kardiovaskular 12

3 KERANGKA PEMIKIRAN 13

4 METODE 15

Desain, Tempat, dan Waktu 15

Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 15

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18

Pengolahan dan Analisis Data 20

Pengolahan data 20

Analisis data 21

5 DEFINISI OPERASIONAL 24

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 25

Karakteristik subjek 25

Jenis kelamin, usia, anak ke berapa dalam keluarga 25 Indeks Massa Tubuh (IMT), bentuk tubuh sekarang dan yang diinginkan 26

Jumlah uang saku dan alokasi uang makan 26

Kebiasaan makan dan minum subjek 26

Konsumsi dan tingkat konsumsi zat gizi subjek 29

Gaya dan pola hidup subjek 32

Aktivitas fisik 32

Tingkat aktivitas fisik 33

Pola tidur 34

Tingkat stress 35

(16)

Uji beda antar kelompok DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap perubahan berat

badan 38

Uji beda antar kelompok DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap perubahan

Indeks Massa Tubuh (IMT) 39

Uji beda DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap perubahan Indeks Kebugaran

Kardiovaskular (IKK) 40

Uji pengaruh DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap perubahan berat badan (BB), Indeks Massa Tubuh (IMT), dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular

(IKK) 41

7 SIMPULAN DAN SARAN 43

Simpulan 43

Saran 43

DAFTAR PUSTAKA 44

LAMPIRAN 50

RIWAYAT HIDUP 62

DAFTAR TABEL

1 Klasifikasi berat badan menurut IMT dan lingkar pinggang orang

dewasa Ras Asia-Pasific 10

2 Air tubuh total dalam presentase berat badan 12

3 Variabel dan indikator penelitian 19

4 Pengkategorian dan analisis variabel penelitian 21 5 Sebaran subjek dan uji beda antar kelompok (DA, HIIT, DA &

HIIT) berdasarkan pola makan dan minum 27

6 Rata-rata dan uji beda asupan energi dan zat gizi dari makanan

subjek 29

7 Rata-rata dan uji beda asupan energi dan zat gizi dari minuman berasa, serta total konsumsi minuman berasa dan air putih subjek 30 8 Sebaran subjek antar kelompok (DA, HIIT, DA & HIIT)

berdasarkan jenis minuman 31

9 Tingkat kecukupan energi dan zat gizi serta uji beda 32 10 Sebaran dan uji beda antar kelompok (DA, HIIT, DA & HIIT)

berdasarkan kebiasaan olahraga 32

11 Sebaran dan uji beda antar kelompok (DA, HIIT, DA & HIIT)

subjek berdasarkan aktivitas fisik 34

12 Sebaran subjek dan uji beda antar kelompok (DA, HIIT, DA &

HIIT) berdasarkan pola tidur 35

13 Sebaran subjek dan uji beda antar kelompok (DA, HIIT, DA &

HIIT) berdasarkan tingkat stress 36

14 Hubungan tingkat stress, pola tidur dan Indeks Massa Tubuh

(IMT) 37

15 Hubungan konsumsi air putih dan Indeks Massa Tubuh (IMT) 37 16 Uji beda antar kelompok DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap

perubahan berat badan 38

17 Uji beda antar kelompok DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap

(17)

18 Uji beda DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap perubahan Indeks

Kebugaran Kardio (IKK) 41

19 Uji pengaruh DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT), Indeks Kebugaran Kardiovaskular

(IKK), dan berat badan (BB) 42

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran intervensi konsumsi air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan indeks kebugaran kardiovaskular remaja

overweight 14

2 Diagram pengelompokan subjek berdasarkan kelompok

intervensi 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Studi sebelumnya yang pernah dilakukan. 50

2 Tingkat aktivitas fisik subjek 53

3 Hasil penurunan berat badan sebelum dan sesudah intervensi 54 4 Hasil penurunan IMT sebelum dan sesudah intervensi 55 5 Hasil peningkatan indeks kebugaran kardiovaskular sebelum dan

sesudah intervensi 56

6 Jumlah konsumsi energi dan zat gizi minuman berasa sebelum

dan sesudah intervensi 57

7 Jumlah konsumsi energi dan zat gizi makanan sebelum dan

sesudah intervensi 58

8 Tingkat kecukupan energi dan zat gizi sebelum dan sesudah

intervensi 59

9 Kepatuhan konsumsi air putih intervensi 60

(18)
(19)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Prevalensi overweight terus mengalami peningkatan di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas (2010) menunjukkan bahwa sebanyak 19.10% remaja mengalami overweight. Berdasarkan data Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa kejadian overweight pada kelompok usia 16-18 tahun sebesar 7.30%, kelompok usia 19 tahun sebesar 8.30%, dan kelompok usia 20-24 tahun sebesar 13.20%, sehingga total kejadian overweight pada kelompok usia 16-24 tahun sebesar 28.80%. Klasifikasi status gizi menggunakan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) memiliki cut off point overweight apabila nilai IMT ≥ 25 kg /m2 berdasarkan data Riskesdas.

Hasil NHANES (2004) menunjukkan bahwa prevalensi kejadian overweight lebih besar dari 15.00% merupakan masalah besar bagi permasalahan gizi karena dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit. Risiko timbulnya komorbiditas penyakit tidak menular (PTM) akan semakin meningkat jika disertai dengan obesitas sentral yaitu lingkar pinggang lebih dari 90 cm pada pria atau lebih dari 80 cm pada wanita (BMI Guideline Asia Pasific 2002). Prevalensi obesitas sentral menurut usia 15-24 tahun sebesar 10.08% dan kejadian obesitas sentral pada perempuan (42.10%) lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki (11.30%) (Balitbangkes 2013).

Upaya penurunan berat badan dapat dilakukan dengan kombinasi diet, aktivitas fisik, dan perubahan gaya hidup (Manore 2012). Berbagai penelitian mengenai upaya penurunan berat badan melalui terapi diet dan perubahan gaya hidup telah banyak dilakukan antara lain dengan mengganti makanan atau minuman spesifik merupakan bagian penting dalam pemenuhan kebutuhan energi dan zat gizi sehari yang mungkin akan menjadi strategi yang berguna untuk menurunkan berat badan atau mencegah peningkatan berat badan (Dennis et al. 2010).

Air putih menjadi target ideal untuk dapat menurunkan berat badan karena akan memicu pengikatan lemak yang lebih kuat sehingga dapat menurunkan berat badan sebesar 2.00-2.50% (Tate et al. 2012). Hasil observasi lainnya menunjukkan bahwa minum air putih berhubungan dengan upaya penurunan berat badan dan penurunan asupan energi (Stookey et al. 2007). Pada uji laboratorium, hasil konsumsi air putih sebelum makanan dicerna memberikan hasil yang berbeda pada tahapan usia, tidak ada dampak bagi remaja awal tetapi penurunan konsumsi energi bagi remaja tengah dan dewasa (Davy et al. 2008). Didukung oleh ketersediaan air putih kemasan yang tidak berasa menurut WHO/UNICEF JMP (2014) menunjukkan bahwa cakupan air putih sudah semakin baik di Indonesia mencapai 64.00% dari ketersediaan terutama air minum kemasan.

(20)

(Excess of Post Exercise Oxygen Consumption) yaitu oksigen yang tersisa setelah latihan berat dan dapat menekan lebih banyak energi hingga 6.00-15.00% lebih kalori (energy expenditure) yang dikeluarkan selama latihan (Kravitz 2014).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa latihan dan diet secara langsung berhubungan dengan status gizi dan kondisi tubuh (Ertin 2011). Namun kebanyakan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan kecenderungan hasil yang sebagian (partial) terhadap perubahan berat badan maupun kebugaran tubuh. Padahal sekarang ini, kebanyakan individu khususnya remaja overweight menginginkan upaya penurunan berat badan dan kebugaran tubuh yang berkelanjutan atau sustainable. Hal ini disebabkan kedua tujuan tersebut berhubungan dengan pengaruh kesehatan dan produktivitas remaja di masa yang akan datang. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dijelaskan di atas maka peneliti tertarik memadukan kombinasi diet dan latihan fisik yaitu dengan melakukan intervensi konsumsi air putih dan HIIT (High Intensity Interval Training) secara teratur untuk mencapai perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) remaja overweight.

Perumusan Masalah

Berdasarkan data Riskesdas 2007, 2010, dan 2013 pada penduduk berusia di atas 15 tahun menunjukkan adanya peningkatan prevalensi overweight dari 10.30% menjadi 19.10% dan terbaru yaitu 28.80%. Peningkatan kejadian overweight ini memicu timbulnya upaya penurunan kejadian overweight yang telah banyak dilakukan namun kebanyakan menunjukkan hasil yang sebagian (partial). Menurut beberapa penelitian yaitu pemberian intervensi air tidak berasa (plain water) berpengaruh untuk menjaga dan menurunkan berat badan dengan cara meningkatkan konsumsi air tidak berasa individu (Muckelbauer et al. 2013). HIIT (High Intensity Interval Training) merupakan jenis latihan fisik yang direkomendasikan karena memberikan banyak manfaat bagi tubuh dengan memberikan banyak dampak perbaikan berat badan dengan tetap menjaga massa otot (Kravitz 2014). Belum ada bukti yang menunjukkan bahwa kombinasi intervensi konsumsi air putih dan HIIT dapat memberikan hasil yang tidak sebagian. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengetahui mengenai:

1. Bagaimana kebiasaan makan dan minum, konsumsi zat gizi, serta tingkat konsumsi zat gizi remaja overweight?

2. Bagaimana kebiasaan aktivitas fisik, tingkat aktivitas fisik, pola tidur, dan tingkat stress remaja overweight?

3. Apakah terdapat pengaruh intervensi konsumsi air putih, intervensi High Intensity Interval Training (HIIT) dan kombinasi keduanya terhadap perubahan berat badan remaja overweight?

4. Apakah terdapat pengaruh intervensi konsumsi air putih, intervensi High Intensity Interval Training (HIIT) dan kombinasi keduanya terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) remaja overweight?

(21)

Tujuan Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh intervensi konsumsi air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) remaja overweight.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kebiasaan makan dan minum, konsumsi zat gizi, serta tingkat konsumsi zat gizi subjek.

2. Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas fisik, tingkat aktivitas fisik, pola tidur, dan tingkat stress subjek.

3. Menganalisis pengaruh intervensi konsumsi air putih, intervensi High Intensity Interval Training (HIIT) dan kombinasi keduanya terhadap perubahan berat badan subjek.

4. Menganalisis pengaruh intervensi konsumsi air putih, intervensi High Intensity Interval Training (HIIT) dan kombinasi keduanya terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) subjek.

5. Menganalisis pengaruh intervensi konsumsi air putih, intervensi High Intensity Interval Training (HIIT) dan kombinasi keduanya terhadap perubahan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) subjek

Hipotesis

Hipotesis penelitian ini meliputi:

1. Terjadi perubahan berat badan setelah intervensi konsumsi air putih, intervensi HIIT dan kombinasi kedua intervensi tersebut.

2. Terjadi perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) remaja overweight setelah intervensi konsumsi air putih, intervensi HIIT dan kombinasi kedua intervensi tersebut.

Manfaat

(22)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Intervensi konsumsi air putih

Penelitian yang dilakukan oleh Stookey et al. (2008) dalam analisis kedua data longitudinal dari penelitian sebelumnya yang berdesain Randomized Controlled Trial (RCT) menginvestigasi hubungan prospektif antara peningkatan konsumsi air putih dan berat badan pada wanita overweight yang sedang menjalani diet penurunan berat badan. Metode yang dilakukan pertama kali mengumpulkan data awal yaitu melakukan screening terhadap subjek yang mengonsumsi air putih < 1 L/hari sebanyak 173 subjek. Setelah diberikan intervensi selama 12 bulan, rata-rata penurunan berat badan total subjek mencapai 3.1 kg. Subjek yang melakukan peningkatan konsumsi air putih ≥ 1 L/hari selama 12 bulan, penurunan berat badannya lebih besar 2.3 kg dibandingkan dengan subjek yang tetap mengonsumsi air putih < 1 L/hari yang dibandingkan dengan data awal, kelompok perlakuan dan variasi asupan energi, energy expenditure, dan komposisi makanan.

Penelitian yang dilakukan oleh Dennis et al. (2010) yang berdesain Randomized Controlled Trial (RCT) yang menguji efek peningkatan konsumsi air putih sebelum makan terhadap diet hipokalori. Subjek yang overweight dan obese menerima edukasi dalam melaksanakan diet hipokalori ini. Subjek setiap minggu diberikan air putih kemasan dan beberapa makanan serta diminta untuk menjaga level aktivitas fisik. Kelompok intervensi, subjek diberikan edukasi untuk minum 0.5 L air putih sebelum makan (tiga kali satuan waktu makan). Setelah 12 minggu intervensi, hasil pertama yaitu penurunan berat badan sekitar dua kg lebih banyak pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Konsumsi air putih per hari meningkat pada kelompok intervensi sekitar 1.3 L dibandingkan dengan kelompok kontrol 0.3 L. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa penurunan berat badan berhubungan dengan peningkatan konsumsi air putih (r = 0.35, P = 0.03).

Penelitian yang dilakukan oleh Akers et al. (2012) berdesain non randomisasi, kelompok paralel sebagai kelompok intervensi dengan mengkombinasikan konsumsi air putih sebelum makan dan program perubahan perilaku yang meliputi tujuan berperilaku sehat, monitoring diri sendiri, dan konseling diet bulanan. Kelompok intervensi diberikan edukasi untuk minum air putih sekitar 0.5 L sebelum makan dan memonitoring diri sendiri untuk konsumsi air. Hasil penelitian ini yaitu pemberian intervensi tidak berpengaruh signifikan terhadap berat badan, lingkar pinggang atau lemak tubuh. Hal ini disebabkan beberapa kelemahan dalam penelitian meliputi kelompok intervensi tidak di randomisasi, dan terdapat dua kelompok yang memiliki karakteristik data awal yang berbeda seperti berat badan, lemak tubuh, laju metabolisme, dan konsumsi air putih.

(23)

tekanan darah tinggi yang diteliti selama enam bulan. Sehingga, mengganti minuman berasa dengan minuman tidak berasa sebagai strategi penurunan berat badan berdasarkan penelitian di atas menurunkan berat badan sebesar 2.00-2.50%.

Penelitian Rezaeipour et al. (2014) dengan desain randomized clinical trial pada subjek penelitian orang dewasa overweight dilakukan selama dua bulan dengan pembagian kelompok intervensi meliputi (1) kelompok diet kalori negatif dengan olahraga, (2) kelompok diet rendah kalori dengan olahraga (salah satu makanan dan minuman kelompok diet rendah kalori yaitu air putih). Masing-masing kelompok terdiri dari 15 subjek sehingga total subjek penelitian ada 30 subjek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan pada berat badan antara kelompok 1 dan 2 setelah intervensi (p > 0.05), tetapi terdapat kecenderungan menurunkan IMT (kg/m2) pada kelompok diet redah kalori dengan olahraga.

Latihan fisik dan High Interval Intensity Training (HIIT)

The American College of Sports Medicine merekomendasikan latihan selama 30 menit selama lima hari dalam seminggu akan menjaga kesehatan (Erhman 2010); selain itu, jika tujuannya adalah menurunkan lemak dan berat badan, latihan fisik seperti aerobik merupakan pilihan yang aman dan tepat. Untuk memaksimalkan metabolisme kelebihan lemak, individu harus secara kontinu melakukan ritme latihan aerobik minimal selama 30 menit per gerakan tetapi tidak lebih dari 60-90 menit, secara keseluruhan 150 menit per minggu.

Pengaturan komposisi tubuh dapat dilakukan melalui latihan fisik untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit, program latihan fisik secara regular. Kombinasi pengaturan berat badan dan komposisi tubuh untuk mencapai kondisi tubuh ideal membutuhkan periode untuk dapat mencapai berat badan yang diinginkan. Periode atau lama waktu latihan dapat dimanipulasi dengan intensitas latihan dan volume yang spesifik supaya mendapatkan performa hasil yang diinginkan. Intensitas latihan yang terdiri dari low intensity interval training, medium intensity interval training, dan high intensity interval training. Berdasarkan intensitas latihan tersebut, HIIT atau high intensity interval training adalah tepat dikombinasikan dengan diet untuk dapat menghasilkan penurunan berat badan yang lebih cepat dan hasil maksimal (Rahimi 2006).

(24)

Latihan HIIT menjadi sangat dikenal dan direkomendasikan karena memberikan banyak manfaat bagi tubuh dengan memberikan banyak dampak perbaikan pada kebugaran aerobik dan non aerobik, tekanan darah, kesehatan jantung, sensitivitas insulin (membantu latihan otot lebih siap digunakan sebagai glukosa sebagai bahan bakar penghasil energi), profil kolesterol, lemak abdominal (lemak perut) dan berat badan dengan tetap menjaga massa otot. Intensitas selama latihan HIIT berkisar ≥ 80.00% dari perkiraan laju maksimal jantung. Intensitas selama masa recovery berkisar 40.00-50.00% dari perkiraan laju maksimal jantung. Hal ini dapat menjadi pilihan latihan fisik yang nyaman untuk dapat membantu individu selama masa recovery dan persiapan untuk latihan interval selanjutnya (Kravitz 2014).

Hubungan antara periode latihan dan recovery adalah penting. Banyak penelitian yang menggunakan rasio latihan untuk recovery sebagai upaya perbaikan perbedaan sistem energi di tubuh. Sebagai subjek, rasio 1:1 dilakukan selama tiga menit (intensitas tinggi) diikuti dengan tiga menit untuk recovery (intensitas rendah). Latihan interval dengan rasio 1:1 tersebut 3-5 menit diikuti dengan waktu yang sama untuk masa recovery. Protokol penelitian untuk HIIT lainnya disebut “spring interval training method”. Tipe dari latihan tersebut yaitu melakukan lari sangat cepat selama 30 detik dan diikuti dengan masa recovery selama 4.00-4.50 menit. Kombinasi latihan ini dilakukan secara berulang selama 3-5 kali. Latihan fisik intensitas tinggi ini merupakan tipe latihan yang sangat pendek (Kravitz 2014).

Prioritas untuk memulai latihan HIIT, setiap orang mengharapkan pencapaian tujuan yaitu perbaikan level fitness (kebugaran). Tujuan tersebut terkadang dianggap sama dengan level fitness dasar. Level fitness dasar merupakan konsisten didapatkan dari training aerobic (3-5 kali per minggu selama 20-60 menit per sesi dengan intensitas tinggi), beberapa minggu akan menghasilkan adaptasi otot yang akan memperbaiki transportasi oksigen ke otot. Penetapan perkiraan bentuk latihan dan kekuatan otot adalah penting sebelum melakukan latihan HIIT secara regular untuk dapat menurunkan risiko kesakitan sistem otot (Kravitz 2014).

Tanpa melihat umur, jenis kelamin, dan level kebugaran (fitness), satu kunci untuk aman dalam melakukan HIIT yaitu hal ini berlaku bagi semua orang untuk mampu memodifikasi intensitas latihan supaya terlihat lebih menantang namun aman dan tetap fokus untuk menemukan intensitas training yang paling optimal. Latihan HIIT akan lebih melelahkan dibandingkan dengan latihan daya tahan tubuh yang statis. Maka lama waktu recovery sangat dibutuhkan. Kemungkinan dapat dilakukan dengan melakukan latihan HIIT sekali per minggu dibarengi dengan latihan daya tahan tubuh yang statis. Saat individu merasa siap untuk mendapatkan latihan yang lebih menantang, lakukan latihan HIIT dua kali per minggu, dan pastikan akan terus meningkat setiap minggu untuk melakukan latihan HIIT lebih dari dua kali per minggu (Kravitz 2014).

Peran air putih dalam tata laksana overweight

(25)

makro dan esensial karena jumlah asupan air minum yang dibutuhkan per hari cukup besar yaitu sekitar dua liter. Kebutuhan air yang cukup besar ini adalah agar tercapai keseimbangan jumlah cairan tubuh. Penelitian di Jakarta (2011) membuktikan bahwa membiasakan mengonsumsi air putih pada remaja yang obes dapat menurunkan berat badan. The Indonesian Hydration Regional Study (THIRST) menunjukkan bahwa 46.10% subjek yang diteliti mengalami kurang air atau hipovolemia ringan. Kejadian ini lebih tinggi pada remaja (49.50%) dibanding pada orang dewasa (42.50%) (Hardinsyah et al. 2010).

Massa tubuh seseorang merupakan refleksi dari keseimbangan antara asupan energi dengan penyimpanan energi dalam tubuh. Makanan sebagai salah satu sumber energi dalam tiga bentuk yaitu glikogen, protein dan lemak. Berat badan akan stabil apabila ada keseimbangan antara asupan sumber energi dengan penggunaan energi. Fungsi air dalam keseimbangan ini adalah sebagai buffer, dimana hidrasi yang cukup akan membantu metabolisme dari ketiga bentuk penyimpanan energi (Santoso et al. 2011).

Selain itu, air tidak memiliki kandungan energi sama sekali namun memiliki kemampuan untuk menekan rasa lapar dan memicu rasa kenyang sehingga akan mencegah seseorang makan berlebih. Telah diketahui dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan bahwa perubahan osmolaritas sel dapat memicu perubahan metabolisme dimana sel hipoosmotik akan menghalangi proteolisis dan pemecahan glikogen di hati sementara sel hiperosmotik dapat memicu pemecahan protein, glikolisis dan glikogenolisis. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa kondisi dehidrasi pada tubuh akan memicu proses katabolisme (Santoso et al. 2011).

Untuk mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal, diperlukan konsumsi air tidak hanya dalam jumlah yang cukup melainkan juga dengan kualitas yang baik. Sebagai kesimpulan, air merupakan bagian terbesar dari tubuh sehingga status hidrasi akan sangat berpengaruh terhadap proses metabolisme tubuh dan yang tak kalah pentingnya, asupan air bisa berdampak pada penurunan berat badan yang otomatis berperan dalam masalah obesitas. Pada obesitas, air tubuh total lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas karena kandungan air di dalam sel lemak lebih rendah dari pada kandungan air di dalam sel otot. Dengan demikian, orang obesitas lebih mudah mengalami kekurangan air dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. Pada obesitas, meskipun sudah terjadi kurang air namun tanda-tanda yang ada tidak jelas sehingga harus hati-hati dalam menilai keadaan kurang air pada obesitas (Santoso et al. 2011).

(26)

Definisi dan pola hidup remaja

Remaja merupakan masa kehidupan individu dimulai dari umur 11-21 tahun. Selama masa tersebut terjadi perubahan biologis, emosional, sosial dan kognitif karena peralihan dari masa anak-anak menjadi dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan pada berat badan, komposisi tubuh dan massa otot. Sebanyak 50.00% terjadi perubahan berat badan saat remaja. Remaja perempuan kemungkinan mengalami peningkatan berat badan sebesar 6.3 kg selama masa remaja menengah. Puncak peningkatan massa otot akan terjadi setelah masa pubertas meningkat juga (Brown 2008).

Perilaku hidup sehat dan perilaku makan selama remaja sangat dipengaruhi oleh banyak faktor meliputi pengaruh teman, perilaku orang tua, ketersediaan pangan, preferensi pangan, biaya, terjangkau, personal, kepercayaan budaya, media massa, dan body image. Kebiasaan makan pada remaja tidak statis, biasanya berhubungan dengan perkembangan psikososial dan kognitif. Snacking dan menunda makan merupakan hal biasa pada remaja (Brown 2008).

Pada remaja yang pola makannya tidak teratur, lebih cenderung untuk mengonsumsi snack daripada konsumsi satu menu sajian lengkap. Remaja mengonsumsi lebih kurang dua snack dalam sehari, ini menyumbang 25.00% kalori harian, yaitu 612 kkal/hari menurut Mahan & Escott-Stump (2008). Snack pilihan remaja biasanya bersifat tinggi kandungan lemak, gula dan garam.. Minuman bersoda adalah pilihan popular remaja, ini menyumbang 6.00% kalori harian menurut Mahan & Escott-Stump (2008).

Jumlah snack yang dikonsumsi meningkat sebanyak 39.00% dari konsumsi sehari dengan 35.00% kalori discreationary dan 43.00% dari gula yang berasal dari snacking (Sebastian 2008). Peningkatan kalori dari snacking memicu peningkatan konsumsi makanan dari luar rumah yang biasa berasal dari restaurant fast food. Konsumsi soft drink merupakan pilihan yang sering dipilih untuk snacking terutama bagi remaja perempuan, jumlah kalorinya mencapai 6.00% dari total konsumsi. Kebiasan ini menjadi perhatian utama karena secara signifikan jika konsumsi soft drink tinggi maka menurunkan pilihan konsumsi minuman dengan kandungan energi dan kalsium (rendah atau tinggi). Jika berlangsung dalam waktu yang lama meningkatkan risiko kejadian osteoporosis dan obesitas (Nielsen 2002).

(27)

Prevalensi overweight pada remaja

Kejadian overweight dan obesitas pada remaja terus meningkat setiap tahun. Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa maupun remaja baik di negara maju maupun di negara berkembang. Prevalensi overweight dan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebanyak 20.50% dari penduduk Korea Selatan tergolong overweight dan 1.50% tergolong obes. Di Thailand, 16.00% penduduknya mengalami overweight dan 4.00% mengalami obes. Di daerah perkotaan Cina, prevalensi overweight adalah 12.00% pada laki-laki dan 14.40% pada perempuan, sedang di daerah pedesaan prevalensi overweight pada laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 5.30% dan 9.80% (Vishuda 2001).

Data riskesdas pada tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi overweight dan obesitas di Indonesia pada remaja usia 15 tahun ke atas sebesar 19.10%, dan untuk usia 6-14 tahun prevalensi overweight dan obesitas untuk jenis kelamin laki-laki sebesar 9.50% dan perempuan 6.40%. Hasil Riskesdas tahun 2010 menunjukkan prevalensi kegemukan pada remaja usia 13-15 tahun yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 2.90% dan perempuan 2.00%, dan untuk usia 16-18 tahun masing-masing sebesar 1.30% dan 1.50% (Balitbangkes 2011).

Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa kejadian prevalensi overweight pada kelompok usia 16-18 tahun sebesar 7.30%, kelompok usia 19 tahun sebesar 8.30%, dan kelompok usia 20-24 tahun sebesar 13.20%, sehingga total kejadian overweight pada kelompok usia 16-24 tahun sebesar 28.80%. Prevalensi obesitas sentral menurut usia 15-24 tahun sebesar 10.80% dan kejadian obesitas sentral pada perempuan (42.10%) lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki (11.30%). Persentase kejadian overweight jika dibedakan berdasarkan jenis kelamin berdasarkan kelompok umur 19-24 tahun yaitu sebanyak 17.80% laki-laki dan sebanyak 25.90% perempuan mengalami overweight (Balitbangkes 2013).

Tingkat stress dan pengendaliaannya

Remaja akhir merupakan tahap perkembangan yang akan memasuki masa dewasa. Pada masa ini remaja mengalami suatu kondisi yang disebut dengan periode “storm & stress” (Bakrie 2010). Perubahan kondisi fisiologis dan perkembangan berupa peningkatan kadar hormon mengakibatkan mahasiswa labil dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya. Mahasiswa cenderung terlihat kurang berpengalaman dalam menyelesaikan masalah (Tobroni 2010). Oleh karena itu, mahasiswa cenderung lebih mudah mengalami stress. Womble (2001) menyatakan bahwa stressor akademik meliputi manajemen waktu, masalah finansial, gangguan tidur dan aktivitas sosial. Stress yang berkepanjangan yang dialami oleh individu dapat mengakibatkan penurunan kemampuan untuk beradaptasi terhadap stress (Potter & Perry 2005). Kondisi tersebut dapat memicu timbulnya masalah-masalah kesehatan pada individu.

(28)

Henry 2003); (2) stress ringan adalah stressor yang dihadapi secara teratur yang dapat berlangsung beberapa menit atau jam. Situasi seperti banyak tidur, kemacetan atau dimarahi dosen. Stressor ini dapat menimbulkan gejala meliputi bibir sering kering, kesulitan bernafas, kesulitan menelan, merasa goyah, merasa lemas, berkeringat berlebihan ketika temperatur tidak panas, takut tanpa alasan yang jelas, menyadari denyut jantung walaupun tidak setelah melakukanaktivitas fisik, tremor pada tangan dan merasa sangat lega jika situasi berakhir; (3) stress sedang terjadi lebih lama, antara beberapa jam sampai beberapa hari. Stressor menimbulkan gejala meliputi mudah marah, bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi, sulit untuk beristirahat, merasa lelah karena cemas, tidak sabar ketika mengalami penundaan dan menghadapi gangguan, mudah tersinggung, gelisah; (4) stress berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa minggu sampai tahun seperti perselisihan dengan dosen atau teman secara terus-menerus, kesulitan financial yang berkepanjangan, dan penyakit fisik jangka panjang; (5) stress sangat berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa bulan dan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan.

Pengukuran antropometri dan komposisi tubuh

Perubahan status gizi dan kondisi tubuh dapat diukur berdasarkan parameter antropometri dan komposisi tubuh. Parameter antropometri yang digunakan meliputi berat badan (BB), tinggi badan (TB), IMT (kg/m2), lingkar pinggang (WC), lingkar pinggul (LP), rasio lingkar pinggang-pinggul (WHR), lemak perut (abdominal fat), total lemak tubuh (TBF), total air tubuh (TBW), dan massa otot (Fayh et al. 2013). Klasifikasi berat badan menurut IMT dan lingkar pinggang pada orang dewasa Ras Asia-Pasific sebagai berikut:

Tabel 1Klasifikasi berat badan menurut IMT dan lingkar pinggang orang dewasa Ras Asia-Pasific

Klasifikasi IMT (kg/m2) Risiko komorbiditas

Lingkar pinggang

< 90 cm (pria) ≥ 90 cm (pria) < 80 cm (wanita) ≥ 80 cm (wanita)

Underweight < 18.5 Low (but increased risk of other clinical problems )

Normal 18.5-22.9 Average

Overweight ≥ 23

At risk 23-24.9 Increased

Obese I 25-29.9 Moderate

Obese II ≥ 30 Severe

(29)

metabolik akibat tingginya lemak dalam tubuh dibandingkan dengan individu yang overweight tanpa RLPP yang tinggi (Hill et al. 2006).

Perubahan komposisi tubuh secara drastis terjadi saat masa pubertas dengan rata-rata penurunan lean body mass dari 80.00% ke 74.00% dari berat badan sementara kenaikan body fat dari 16.00% ke 27.00% saat masa dewasa. Peningkatan body fat mass setiap tahun selama masa pubertas sebesar 1.14 kg. Berbeda dengan remaja perempuan, peningkatan berat badan pada remaja laki-laki sebanyak 9.00 kg/tahun. Body fat menurun pada masa remaja pada laki-laki karena digantikan dengan peningkatan skeletal mass sebanyak 90.00% pada umur 18 tahun ke atas (Brown 2008).

Tubuh memiliki komposisi yang meliputi massa lemak dan massa bebas lemak. Massa bebas lemak, menurut Gibson (1990) biasa disebut Fat Free Mass (FFM) terdiri dari massa protein (otot rangka dan otot non rangka) sebesar 19.40%, mineral 6.80% dan cairan tubuh 73.80% serta mempunyai densitas 1.1 g/cm3. Selain FFM juga terdapat Lean Body Mass (LBM) yang merupakan bagian tubuh yang terdiri dari FFM dan massa lemak esensial yang pada pria puncak kenaikan LBM terjadi saat usia 50 tahun, setelah itu terjadi penurunan terutama di atas usia 80 tahun akan lebih cepat terjadi penurunan. Besar penurunan umunya pada pria adalah 12.00% dan pada wanita 19.00% (Heyward 2001). Massa lemak sendiri umumnya tersebar secara luas hampir di seluruh bagian tubuh dengan proporsi yang berbeda yaitu 50.00% pada subkutan, 45.00% pada sekeliling organ internal (rongga abdomen) yang biasa disebut lemak visceral dan 5.00% lainnya di jaringan intramuskular (Almatsier 2002).

Faktor-faktor yang mempengaruhi massa lemak tubuh sangat bervariasi antar individu dan tergantung dari beberapa hal yaitu postur tubuh, umur, jenis kelamin, suku bangsa, keturunan dan keseimbangan energi (yang dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan aktivitas fisik). Postur tubuh yang atletis dengan IMT yang cenderung tinggi memiliki LBM yang lebih tinggi daripada massa lemaknya (Heyward 2001), presentase lemak tubuh yang optimal untuk fitness cenderung lebih rendah dibandingkan pada nilai tubuh optimal, karena lemak yang berlebih dapat mengurangi kinerja dan aktivitas fisik.

Berdasarkan (Heyward 2001) persentase lemak tubuh yang optimal pada laki-laki dewasa adalah 15.00% dan pada perempuan 23.00%. Menurut Gibson (1990), rata-rata persen lemak tubuh laki-laki dewasa adalah 14.70% dan perempuan 26.90%. Terdapat beberapa hal yang memungkinkan keturunan sebagai faktor risiko kejadian obesitas yaitu efisiensi alur metabolik, proporsi asupan makan yang lebih besar daripada yang digunakan, keseimbangan dan fungsi hormonal, jumlah sel lemak, selera dan rasa kenyang, respon thermogenesis terhadap makanan (Heyward 2001).

(30)

Tabel 2 Air tubuh total dalam presentase berat badan

Bayi baru lahir 75.00%

Dewasa

Pria (20-40 tahun) Wanita (20-40 tahun) Usia lanjut (60+ tahun)

60.00% 50.00% 45.00-50.00%

Indeks kebugaran kardiovaskular

Kebugaran fisik merupakan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan bertenaga tanpa ditandai dengan rasa letih dengan jumlah energi yang cukup untuk menikmati waktu luang, menghadapi situasi yang rumit, dan kejadian yang tak terduga. Latihan fisik secara regular diketahui memberikan dampak yang efisien bagi kesehatan. Padahal fakta yang ada menunjukkan bahwa timbulnya penyakit sangat berhubungan dengan rendahnya kebugaran, sehingga kebutuhan untuk mengurangi gaya hidup sedentari dengan rencana aktivitas fisik dengan melakukan olahraga dan latihan formal direkomendasikan oleh The American Alliance for Health, Physical, Education Recreation and Dance (AAHPERD) khususnya bagi remaja (Khodnapur et al. 2012).

Latihan fisik akan membantu pencapaian kebugaran fisik maksimum yang akan mengembangkan kekuatan otot yang bermanfaat bagi ketahanan tubuh remaja. Manfaat kebugaran fisik sangat banyak meliputi peningkatan daya tangkap, toleransi, dan aktivitas serta perilaku sosial. Kebugaran fisik membantu remaja lebih mudah mengatasi kondisi di bawah tekanan (stress), tidak mudah lelah dan letih, serta tidak mudah merasakan pegal-pegal. Menurut AAHPERD, kebugaran fisik dapat diukur dengan indeks kebugaran fisik menggunakan modifikasi Harvard Steps (jarak 40 cm). Indeks kebugaran kardiovaskular dinilai menggunakan formula (Khodnapur et al. 2012) sebagai berikut:

Indeks kebugaran kardiovaskular = lama latihan dalam detik x 100

2 (denyut nadi 1+2+3)

Keterangan:

Subjek melakukan Harvards Step Test (jarak 40 cm) dengan satu step setiap 2 detik (30 step/menit), untuk 5 menit sehingga total 150 step. Pada saat menit ke-1,3,5 selama tes, denyut nadi harus dicatat meliputi:

a. Denyut nadi 1 : 1 menit setelah latihan

b. Denyut nadi 2 : 3 menit setelah latihan

c. Denyut nadi 3 : 5 menit setelah latihan

Standar indeks kebugaran kardiovaskular dengan menggunakan Harvards Step Test

(Hockey 1993) meliputi:

a. 90- atas : baik sekali

b. 80-89 : baik

c. 65-79 : sedang

d. 55-64 : kurang

(31)

3 KERANGKA PEMIKIRAN

Perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) remaja overweight merupakan hasil yang akan dicapai dari pelaksanaan intervensi air putih dan HIIT (High Intensity Interval Training). Beberapa review penelitian menunjukkan bahwa pemberian intervensi air tidak berasa (plain water) berpengaruh untuk menjaga dan menurunkan berat badan dengan cara meningkatkan konsumsi air tidak berasa individu (Muckelbauer et al. 2013). Berdasarkan penelitian klinis pada orang dewasa gemuk, minum dua gelas air 1-2 jam sebelum makan (makan siang dan makan malam) dapat menurunkan berat badan. Jenis minuman yang sesuai adalah air putih dan menghindari minuman berasa. Mengganti minuman berasa dengan minuman tidak berasa sebagai strategi penurunan berat badan menghasilkan rata-rata penurunan berat badan sebesar 2.00-2.50% (Tate et al. 2012). Penelitian lain menunjukkan bahwa dampak jangka pendek dari konsumsi air yaitu meningkatkan rasa kenyang dan menurunkan rasa lapar (Dennis 2010).

HIIT (High Intensity Interval Training) merupakan jenis latihan fisik yang direkomendasikan karena memberikan banyak manfaat bagi tubuh dengan memberikan banyak dampak perbaikan pada kebugaran aerobik dan non aerobik, tekanan darah, kesehatan jantung, sensitivitas insulin (membantu latihan otot lebih siap digunakan sebagai glukosa sebagai bahan bakar penghasil energi), profil kolesterol, lemak abdominal (lemak perut) dan berat badan dengan tetap menjaga massa otot (Kravitz 2014). Penelitian Rahmini (2006) menunjukkan bahwa HIIT (High Intensity Interval Training) memberikan hasil penurunan BMI (kg/m2) (D = 9.34%) dan berat badan (kg) sebesar (D = 6.51%).

Overweight merupakan karakteristik utama subjek dalam protokol penelitian ini. Identifikasi melalui berbagai variabel yang meliputi konsumsi zat gizi (makanan dan minuman), pola tidur, kebiasaan olahraga, dan tingkat stress subjek menjadi bagian penting. Berdasarkan identifikasi tersebut maka dapat mengetahui kebiasaan konsumsi minuman berasa dan tidak berasa, pola tidur dan kaitannya terhadap stress, dan kebiasaan aktivitas fisik subjek. Hal ini akan memberikan gambaran secara umum dalam penentuan pelaksanaan intervensi.

Pengukuran status gizi yang digunakan sebagai penanda bahwa HIIT (High Intensity Interval Training) berpengaruh terhadap penurunan berat badan individu overweight menurut penelitian Rahmini (2006) yaitu IMT (kg/m2), lemak bahwa kulit (triceps, abdominal, dan thigh), dan komposisi tubuh yaitu persen lemak tubuh. Status gizi yang digunakan sebagai penanda bahwa intervensi air putih berpengaruh terhadap penurunan berat badan individu menurut penelitian Tate et al. (2012) meliputi IMT (kg/m2) dan lingkar pinggang (cm).

(32)

Intensity Interval Training) yaitu berat badan. Perubahan indeks kebugaran kardiovaskular akibat dampak latihan fisik dapat diukur berdasarkan perubahan denyut nadi per menit subjek.

Gambar 1 Kerangka pemikiran intervensi konsumsi air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan indeks kebugaran kardiovaskular remaja overweight

Keterangan:

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang dianalisis : Hubungan yang tidak dianalisis

Karakteristik subjek

Jenis kelamin Usia Anak ke- Bentuk tubuh

Uang saku Uang makan

Pola makan & minum subjek

Kebiasaan makan & minum

Konsumsi zat gizi

Tingkat konsumsi zat gizi

Gaya & pola hidup subjek

Aktivitas fisik Tingkat aktivitas

fisik

Pola tidur Tingkat stress

IKK IMT

Air putih HIIT Air putih dan HIIT

Rasa lapar turun, Rasa kenyang meningkat

Metabolisme Pembakaran lemak ↑

EPOC

Excess-Post Exercise Oxygen Consumption

(33)

4 METODE

Desain, Tempat, dan Waktu

Penelitian ini telah dilakukan pada Bulan Oktober 2014 sampai Januari 2015 di Laboratorium Gizi Olahraga, Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Desain penelitian ini adalah pre-post experimentalstudy dengan 3 kelompok perlakuan. Kelompok 1 mendapat intervensi berupa konsumsi air putih, kelompok 2 mendapatkan intervensi HIIT (High Intensity Interval Training), dan kelompok 3 mendapatkan intervensi kombinasi air putih dan HIIT (High Intensity Interval Training). Subjek penelitian adalah mahasiswa dan mahasiswi Departemen Gizi Masyarakat berusia 17-23 tahun yang bersedia mengikuti penelitian hingga selesai (menandatangani informed consent). Perizinan komisi etik (ethical clearance) pada penelitian ini didapat dari komisi etik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia No:230/UN2.F1/ETIK/2015.

Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

Pemilihan sampel dilakukan dengan melakukan screening berat badan dan tinggi badan terhadap umur pada mahasiswa dan mahasiswi Departemen Gizi Masyarakat yang memiliki IMT ≥ 23 kg/m2 (BMI in adult Asians) atau berstatus gizi overweight, memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, serta bersedia mengikuti setiap tahapan penelitian (menandatangani informed consent).

Kriteria inklusi yaitu: usia 17-23 tahun, memiliki IMT ≥ 23 kg/m2), tidak dalam keadaan menjalankan diet lain, tidak mengalami keluhan sakit, tidak merokok, dan bersedia mengikuti setiap tahap penelitian. Kriteria eksklusi yaitu sedang menjalani diet lain, sedang mengonsumsi obat atau suplemen penurunan berat badan. Pengelompokan intervensi subjek dilakukan dengan random sampling. Kelompok intervensi telah di analisis dengan uji normalitas. Kelompok intervensi terbagi menjadi tiga yaitu kelompok 1, kelompok 2, dan kelompok 3. Kelompok 1 yaitu intervensi konsumsi air putih, kelompok 2 yaitu intervensi HIIT (High Intensity Interval Training), dan kelompok 3 yaitu intervensi kombinasi air putih dan HIIT (High Intensity Interval Training). Penentuan jumlah subjek berdasarkan hasil perhitungan diperoleh jumlah subjek minimal, yaitu 10 subjek/kelompok. Dari jumlah minimal sehingga total subjek yang digunakan yaitu 30 subjek.

Perhitungan untuk jumlah subjek adalah sebagai berikut.

n > 2 S2 (Zα+Zβ)2 ; n > 2 (1.70)2 (1.96+0.84)2 ; n > 45.31 ; n > 9.36

∆2 (2.20)2 4.84

Keterangan:

n = Jumlah subjek minimal Zα = 1.96 (α= 5%)

Zβ = 0.84 (β= 20%), power of test = 80% S2 = Standar deviasi (1.70) (Kelley et al. 2012)

(34)

Jumlah subjek yang mengikuti screening dalam penarikan sampel dalam intervensi air putih dan HIIT sebanyak 135 subjek. Setelah dilakukan screening berdasarkan IMT ≥ 23 kg/m2 (BMI in adult Asians) sebanyak 35 subjek yang memenuhi syarat berdasarkan kriteria inklusi. Namun hanya 30 subjek saja yang bersedia mengikuti dengan mengisi informed consent. Dari 30 subjek di bagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok air putih (DA) sebanyak sepuluh subjek, kelompok HIIT sebanyak sepuluh subjek, dan kelompok kombinasi DA & HIIT sebanyak sepuluh subjek.

Subjek penelitian harus bersedia mengikuti dan mematuhi protokol intervensi. Sebelum melaksanakan intervensi, subjek diharuskan mengisi kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan mengenai kebiasaan olahraga dan minum serta riwayat kesehatan subjek yang digunakan sebagai parameter supaya subjek dapat melaksanakan intervensi konsumsi air putih dan HIIT dengan aman. Dari 30 subjek yang melaksanakan intervensi air putih dan HIIT terdapat satu orang yang drop out yaitu pada kelompok air putih (DA). Sehingga total subjek yang melaksanakan intervensi sesuai protokol penelitian sebanyak 29 subjek.

Gambar 2 Diagram pengelompokan subjek berdasarkan kelompok intervensi Intervensi terdiri dari dua jenis yaitu intervensi konsumsi air putih dan intervensi HIIT (High Interval Intensity Training), protokol penelitian sebagai berikut:

1. Subjek tidak mengubah pola konsumsi makanan dan minuman serta aktivitas fisik selama dua bulan intervensi.

2. Konsumsi air putih dilakukan dengan aturan sebagai berikut: sebelum sarapan (minum 2-3 gelas/600 ml), sebelum makan siang (minum 2-3 gelas/600 ml), sebelum makan malam (minum 2-3 gelas/600 ml) dilakukan regular setiap hari selama dua bulan (168 botol/2 bulan/subjek). Aturan ini diacu berdasarkan penelitian Dennis et al. (2010) yang menunjukkan bahwa minum air tidak berasa sebanyak 0.5 L sebelum tiga satuan waktu makan (1-2 jam sebelum makan) memberikan dampak

Populasi

Subjek: overweight

Subjek: overweight, bersedia

Air putih = 10 HIIT = 10 Air putih +HIIT = 10

Total subjek = 30

(35)

penurunan terhadap berat badan (p = 0.03). Pengambilan botol minum air mineral dilakukan subjek setiap hari sebelum atau sesudah kuliah.

3. Selang satu jam interval setelah minum air, subjek tidak diperkenankan mengonsumsi cemilan atau kudapan.

4. HIIT (High Intensity Interval Training) dilakukan dengan aturan sebagai berikut: dilakukan tiga kali/minggu (senin, rabu, dan jumat) pada satuan waktu yang sama sesuai dengan kesediaan waktu subjek (24 kali latihan/2 bulan) dengan durasi/latihan selama 16 menit. Aturan ini diacu berdasarkan penelitian Kravitz (2014). Gerakan meliputi tiga bagian yaitu: 4.1Warm up cardio (pemanasan) meliputi: boxer shuffle, up & over step, walkdown plank, torso circles, squats, alternating lunges, high kicks, bott kickers, jumping jacks (masing-masing gerakan dilakukan selama 30 detik).

4.2Body weight HIIT workout meliputi (Kravitz 2014):

4.2.1Broad jump + 2 jacks (20 detik gerak, 10 detik istirahat) dilakukan 4 x. Manfaat gerakan ini yaitu memperbaiki kesehatan cardiovaskular dan tekanan darah.

4.2.2Pop squats (20 detik gerak, 10 detik istirahat) dilakukan 4 x. Manfaat gerakan ini yaitu memperbaiki kebugaran aerobik dan non aerobik.

4.2.3Barpees + kicks (20 detik gerak, 10 detik istirahat) dilakukan 4 x. Manfaat gerakan ini yaitu memperbaiki lemak abdominal dan berat badan sehingga menjadi massa otot.

4.2.4Switch foot jumps + reverse lunge (20 detik gerak, 10 detik istirahat) dilakukan 4 x. Manfaat gerakan ini yaitu memperbaiki kesehatan cardiovaskular dan tekanan darah.

4.2.5Squat jump slides (20 detik gerak, 10 detik istirahat) dilakukan 4 x. Manfaat gerakan ini yaitu memperbaiki kebugaran aerobik dan non aerobik.

4.3Quick cool down and stretch (pendinginan) meliputi: jog in place, lat steps trows, toe touch circles, inside thigh circles, toe touch stretch, inside tigh stretch, quad stretch, switch sides, downward dog, pigeon pose, switch sides, plank calf stretch, cobra stretch, child’s stretch, deep glute stretch, switch sides, full body stretch (masing-masing gerakan dilakukan selama 20 detik).

Kepatuhan subjek akan dipantau menggunakan formulir kepatuhan yang diberikan kepada subjek dan akan dimonitoring oleh peneliti setiap selesai intervensi. Selain menggunakan formulir kepatuhan, peneliti juga menggunakan grup sosial media untuk mengingatkan subjek dalam melakukan intervensi konsumsi air putih setiap hari dan intervensi HIIT setiap hari senin, rabu, dan jumat. Pengembalian botol minuman yang telah dikonsumsi selama satu hari selama dua bulan dikembalikan lagi kepada peneliti setiap hari dan disimpan peneliti sebagai bukti pelaksanaan intervensi. Jika subjek tidak sempat mengambil atau mengembalikan botol minuman kepada peneliti, subjek melakukan penggantian botol minum secara mandiri dan akan diganti oleh peneliti, namun subjek tetap harus memberikan foto sebagai bukti pelaksanaan intervensi.

(36)

ditentukan maka subjek harus mengganti hari dan tempat pelaksanaan intervensi dengan memberikan bentuk laporan berupa foto saat melaksanakan intervensi HIIT di rumah atau di kosan kepada peneliti. Selama melaksanakan intervensi konsumsi air putih dan HIIT antara subjek dan peneliti saling memberikan upaya persuasif (kedekatan personal) dan memanfaatkan peer group supaya kepatuhan terus terjaga hingga akhir penelitian sehingga terhindar dari risiko drop out. Namun drop out akan dilakukan ketika subjek tidak menghadiri dan melaksanakan intervensi secara rutin selama 2 minggu.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang diambil terdiri dari data primer dan data sekunder. Data karakteristik mahasiswa-mahasiswi Departemen Gizi Masyarakat telah diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh mahasiswa dan mahasiswi Departemen Gizi Masyarakat setelah mendapatkan penjelasan dan dipandu oleh peneliti. Data primer terdiri dari:

a. Data karakteristik subjek meliputi jenis kelamin, usia, anak ke-, bentuk tubuh yang diinginkan, jumlah uang saku, dan alokasi uang makan.

b. Data kebiasaan makan dan minum subjek yang meliputi kebiasaan sarapan, jenis sarapan, kebiasaan minum air putih sebelum dan sesudah bangun tidur; sebelum, saat dan sesudah makan; sebelum dan sesudah olahraga; interval waktu minum air putih sebelum dan sesudah makan; jumlah air putih yang diminum/gelas.

c. Data konsumsi zat gizi subjek dikumpulkan dengan metode semi quantitative FFQ selama satu bulan terakhir.

d. Data kebiasaan konsumsi minuman subjek selama satu bulan terakhir. e. Data frekuensi olahraga subjek yang meliputi jenis olahraga, frekuensi

olahraga/minggu, durasi olahraga/kali.

f. Data aktivitas fisik 2 x 24 jam saat hari kuliah dan hari libur.

g. Data pola tidur subjek yang meliputi kesulitan tidur, kebiasaan terbangun pada malam hari, tingkat kenyenyakan tidur, kebiasaan tidur siang-sore, dan perasaan saat bangun tidur.

h. Data tingkat stress subjek berdasarkan jumlah frekuensi kejadian per tahun diacu menggunakan life change index scale (the stress test). Tingkat stress di acu menurut Holmes & Rahe (1967) berdasarkan life change index scale (the stress test) bagi kehidupan rumah tangga yang dimodifikasi bagi remaja

i. Data indeks massa tubuh subjek meliputi berat badan (kg) dan tinggi badan (cm).

j. Data pemeriksaan fisik subjek meliputi tekanan darah, dan denyut nadi. k. Data indeks kebugaran kardiovaskular subjek yaitu menggunakan test

Harvard modifikasi.

Data sekunder diperoleh dari data administrasi komisi pendidikan Departemen Gizi Masyarakat yaitu data jumlah mahasiswa dan mahasiswi Departemen Gizi Masyarakat angkatan 49.

(37)

Tabel 3Variabel dan indikator penelitian -Tingkat aktivitas fisik

(38)

Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data

Pengolahan data meliputi entry, coding, editing, cleaning. Entry yaitu memasukan data, coding yaitu memberikan kode sebagai panduan entry, editing yaitu memperbaiki data, cleaning yaitu pengecekan ulang untuk memastikan tidak terdapat kesalahan dalam memasukan data. Pengkategorian variabel dan analisis terdapat pada Tabel 4. Selanjutnya, data diolah dan dianalisis menggunakan program komputer Microsoft Excell 2007 dan SPSS versi 17.0 for windows.

Konsumsi makanan dan minuman yang dicatat subjek dalam satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) kemudian dikonversikan ke dalam satuan gram dan diolah berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Kecukupan energi dan zat gizi subjek dihitung menggunakan Angka Kecukupan Gizi (AKG) menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) 2013 dengan koreksi berat badan aktual subjek. Subjek dengan status gizi kurang dan lebih menggunakan berat badan ideal. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi diperoleh dengan membandingkan konsumsi energi dan zat gizi dengan kecukupan energi dan zat gizi subjek.

Perhitungan-perhitungan tersebut menggunakan rumus sebagai berikut: Kecukupan energi dan zat gizi = ( / ) x AKGi

TKG = (K/Kecukupan energi dan zat gizi ) x 100%

Keterangan:

TB : tinggi badan

BBa : berat badan aktual

BBi : berat badan ideal

BB AKGi : berat badan berdasarkan kelompok usia pada tabel AKG

AKGi : angka kecukupan zat gizi subjek berdasarkan kelompok usia

K : konsumsi energi dan zat gizi subjek

Gambar

Tabel  2 Air tubuh total dalam presentase berat badan
Gambar 1 Kerangka pemikiran intervensi konsumsi air putih dan High Intensity
Gambar 2 Diagram pengelompokan subjek berdasarkan kelompok intervensi
Tabel  3Variabel dan indikator penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Feri Prastiana S,Ag beliau berpendapat bahwasanya ketika seseorang akan melaksanakan pernikahan terlebih dahulu mereka harus memenuhi syarat dan rukun nikah

Suasana kelas pada saat KBM dengan model pembelajaran inkuiri berlangsung aspek yang cenderung berpusat pada guru semakin lama semakin kecil penilaiannya yang

[r]

Dengan adanya sistem informasi akademik berbasis web pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Palembang setidaknya dapat mempermudah dan mempercepat proses

Untuk mendukung data bahwa adanya ion Ni(II) dapat menurunkan efektivitas fotoreduksi ion Cr(VI) maka dilakukan proses fotoreduksi ion Cr(VI) terkatalisis TiO2

a) Bahan hukum primer: bahan hukum yang mengikat dan terdiri atas norma-norma dasar, misalnya: Mahkamah Konstitusi, Ketetapan Majelis Perwakilan Rakyat, peraturan

(Sumber: RPJMN 2015-2019) Untuk BBPOM di Palembang, kondisi status awal tahun 2014 indikator sasaran pokok persentase obat yang memenuhi syarat adalah 95,73%, sedangkan

Sejumlah kajian yang akan saya bahas ialah kajian mengenai Zomia yang dikemukakan oleh James Scott dalam The Art of Not Being Governed (2009) yang membahas