• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pendapatan usahatani kelapa sawit di kecamatan pelepat ilir kabupaten bungo provinsi jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pendapatan usahatani kelapa sawit di kecamatan pelepat ilir kabupaten bungo provinsi jambi"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT

DI KECAMATAN PELEPAT ILIR, KABUPATEN BUNGO

PROVINSI JAMBI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis pendapatan petani kelapa sawit di Kecamatan Pelepat ilir, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

(4)
(5)

ABSTRAK

JESI AMELIA. Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit di Kecamatan Pelepat ilir, Kabupaten Bungo, Jambi Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA

Kelapa sawit merupakan tanaman yang paling produktif dengan produksi minyak per hektar yang paling tinggi dari seluruh tanaman penghasil minyak lainnya. Perkebunan kelapa sawit membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan memberikan keuntungan bagi petani kelapa sawit. Pendapatan dipengaruhi oleh penerimaan usahatani yang didapatkan dari hasil TBS yang dikalikan dengan harga jual. Hasil produksi dipengaruhi dengan luas lahan yang dimiliki. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2013 sampai Oktober 2013 pada usahatani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar. Berdasarkan hasil penelitian, pendapatan, R/C dan imbalan terhadap modal usahatani luas lahan 2 hektar lebih tinggi dibandingkan usahatani dengan luas lahan 4 hektar sedangkan untuk biaya usahatani dalam satuan hektar usahatani luas lahan 4 hektar lebih tinggi dibandingkan usahatani luas lahan 2 hektar. Kesimpulan yang dapat diambil adalah usahatani luas lahan 4 hektar mengurangi luas lahan menjadi 2 hektar untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.

Kata kunci : Pendapatan, struktur biaya, RC, imbalan kepada modal petani

ABSTRACT

JESI AMELIA. Analysis of farm income in the District palm of Pelepat ilir , Bungo , Jambi. Supervised by NETTI TINAPRILLA.

Oil palm plantation has profitable business prospect. Oil palm plantion expantion is due to this reason. Oil palm plantation would creat new job opportunities and generate benefits for the farmers themselves. Farm income is affected by farm revenue wich is come farm the multiplication of price and quantity of production quantity is affected by size of land owned. This reseach using data that taken during September to Oktober 2013. The samples are panter that have four hectares of area plantation and two hectares of area plantation. The result is farmers with 2 ha area plantation have income, R/C and return to farm equity capital more high than farmers with 4 ha of area plantation. As for cost to of each hectare the farmers with 4 ha of area plantation have more cost than farmers with 2 ha of area plantation. The conclution is, to increasing farmers income, farmer have to decrease their area of planting from 4 hectares to 2 hectares.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

JESI AMELIA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT

DI KECAMATAN PELEPAT ILIR, KABUPATEN BUNGO

PROVINSI JAMBI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit di Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

Nama : Jesi Amelia NRP : H34114067

Disetujui oleh

Dr Ir Netti Tinaprilla, MM Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah pendapatan, dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit di Kecamatan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Netti Tinaprilla, MM sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Ir. Narni Farmayanti, MSc sebagai dosen evaluator kolokium dan Dr Ir Dwi Rachmina, Msi dan Dr Ir Burhanudin, MM sebagai dosen penguji. Penghargaan tak lupa penulis sampaikan kepada Ibu/Bapak dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis, PT. Sari Aditya Loka yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian, penghargaan secara tertulis juga penulis sampaikan kepada KUD Karya Mukti dan KUD Citra Makarti yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala do’a dan kasih sayangnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat

Bogor, Agustus 2014

Jesi Amelia

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Struktur Biaya 5

Analisis Pendapatan 6

Efisiensi atas Biaya yang dikeluarkan 8

KERANGKA PEMIKIRAN 9

Kerangka Pemikiran Teoritis 9

Fungsi Perusahaan Inti 14

Struktur Biaya Usahatani 16

Pendapatan Usahatani 16

Rasio Penerimaan dan Biaya 17

Ukuran Penampilan Usahatani Lainnya 17

Kerangka Pemikiran Operasional 18

METODE PENELITIAN 19

Lokasi dan Waktu Penelitian 19

Metode Pengambilan Sampel 20

Jenis dan Sumber Data 20

Metode Pengumpulan Data 21

Metode Pengolahan dan Analisis Data 21

HASIL DAN PEMBAHASAN 24

Karateristik Petani Responden 24

Keragaan Usahatani Kelapa Sawit 26

Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit 29

Penerimaan Usahatani Kelapa Sawit 30

Biaya Usahatani kelapa sawit 30

Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit 31

Rasio Penerimaan dan Biaya 32

Imbalan Kepada Modal Petani (return to farm equity capital) 32

SIMPULAN DAN SARAN 33

Simpulan 33

Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 34

(14)

DAFTAR TABEL

1 Produksi tanaman kelapa sawit menurut kecamatan tahun 2007-2008

(hektar) 2

2 Luas areal tanaman kelapa sawit di kabupaten Bungo tahun

2007-2008 (hektar) 2

3 Luas lahan kelapa sawit petani KKPA di Kecamatan Pelepat Ilir

tahun 2013 3

4 Sumber data primer dan data sekunder penelitian 20 5 Perhitungan pendapatan usahatani kelapa sawit petani luas lahan 4

hektar dan 2 hektar dalam setahun 22

6 Ukuran keuntungan usahatani kelapa sawit petani KKPA luas lahan

4 hektar dan 2 hektar dalam setahun 23

7 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan usia pada petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar di KUD Citra Makarti Tahun

2013 24

8 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan pada petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar di KUD Citra

Makarti pada tahun 2013 25

9 Kisaran dosis dan jumlah aplikasi pupuk kelapa sawit TM pada umur

6 tahun-umur > 15 tahun(kg/pokok/tahun) 27

10 Rata-rata hasil output dan input yang digunakan dalam usahatani kelapa sawit luas lahan 4 hektar dalam setahun 27 11 Rata-rata hasil output dan input yang digunakan dalam usahatani

kelapa sawit luas lahan 2 hektar dalam setahun 28 12 Penyusutan rata-rata alat pertanian usahatani kelapa sawit luas lahan

4 hektar tahun 2012-2013 29

13 Penyusutan alat pertanian usahatani kelapa sawit luas lahan 2 hektar dari 06 September 2012 – 20 September 2013 29 14 Rata-rata pendapatan usahatani kelapa sawit per hektar pada Petani

KUD Citra Makarti dari 06 September 2013-20 September 2013 31 15 Nilai R/C petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar dalam setahun 32 16 Ukuran penampilan usahatani kelapa sawit petani KKPA luas lahan 4

hektar dan 2 hektar dalam setahun 33

DAFTAR GAMBAR

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nama petani dan luas lahan petani tahun 2013 35 2 Rata-rata penerimaan petani KKPA luas lahan 4 hektar 06 September

2012-20 September 2013 36

3 Rata-rata penerimaan petani KKPA luas lahan 2 hektar 06 September

2012-20 September 2013 37

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan tanaman yang paling produktif dengan produksi minyak per hektar yang paling tinggi dari seluruh tanaman penghasil minyak lainnya. Indonesia memiliki pengaruh besar dalam penyediaan minyak sawit atau disebut CPO (Crude palm oil) di dunia. Berdasarkan data Kementrian Pertanian RI, ekspor CPO Indonesia pada tahun 2012 senilai 26 juta dolar AS. Meningkat dari tahun 2010 dan 2011 masing-masing sebesar 20 394 174 dan 23 500 000 dolar AS1. Bisnis Kelapa sawit juga memberi manfaat bagi petani dan masyarakat. Hal ini dapad dilihat dari 9.1 juta hektar lahan yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit, 42 persen diantaranya dimiliki petani dan membantu meningkatkan taraf hidup petani dan keluarga1.

Hampir setiap provinsi di Indonesia melakukan budidaya kelapa sawit. Provinsi yang menghasilkan produksi CPO terbesar di Indonessia pada tahun 2012 adalah Provinsi Riau 5.8 juta ton (24.83%), kemudian berturut-turut provinsi Sumatera utara 4.1 juta ton (17.61%), Sumatera Selatan 2.2 juta ton (9.53%), Kalimantan Tengah 2.1 juta ton (9.26%) dan Jambi 1.7 juta ton (7.29%)2. Pada Provinsi Jambi Perkebunan kelapa sawit menyumbang sekitar 12 persen per tahun untuk pendapatan atau PDRB3 Harga kelapa sawit di Jambi pada laporan triwulan terus mengalami peningkatan. Harga rata-rata TBS usia 10 tahun Rp 1826.23 per kg, meningkat 17.95 persen dari harga triwulan lalu. Sementara itu harga CPO di Jambi sebesar Rp 8261.02 per kg atau meningkat 18.28 persen. Harga rata-rata kelapa sawit di tingkat internasional juga menunjukkan perbaikan yakni sebesar USD 782.25 per metrik ton atau meningkat 8.35 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, harga TBS Jambi saat ini meningkat signifikan 52.76 persen, sejalan dengan peningkatan harga CPO dunia sebesar 9.45 persen3. Pemerintah Provinsi Jambi saat ini mengandalkan komoditi kelapa sawit untuk mensejahterakan petani atau masyarakat dan menjadi andalan pertumbuhan ekonomi wilayah. Salah satu Kabupaten yang melakukan usaha perkebunan kelapa sawit adalah kabupaten Bungo. Produksi kelapa sawit dalam bentuk TBS (Tandan Buah Segar) menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1.

1 ANT.2013.Minyak sawit indonesia dominasi pasar dunia [Internet].[diunduh 2014 Feb 16]. Tersedia pada :

http://www.google.com/m?hl=en&q=ekspor+minyaksawitindonesia. 2Direktorat Jenderal Perkebunan.2013.[Internet].[diunduh2014 Februari 16] 3

(18)

2

Tabel 1 Produksi tanaman kelapa sawit menurut kecamatan tahun 2007-2008 (hektar) mengalami kenaikan produksi sebesar 30.75 persen, kenaikan ini diikuti oleh meningkatnya luas tanam perkebunan kelapa sawit di kecamatan Pelepat ilir menjadi 1. 03 persen. Kecamatan lainnya yaitu Jujuhan, Limbur lubuk mengkuang, dan Pelepat yang mengalami penurunan masing-masing sebesar 74.81 persen, 48.55 persen, dan 30.47 persen yang juga diikuti dengan penurunan luas tanam kelepa sawit sebesar 94.46 persen untuk Jujuhan, Limbur lubuk mengkuang 90.91 persen dan pelepat sebesar 92.98 persen.

Tabel 2 Luas areal tanaman kelapa sawit di kabupaten Bungo tahun 2007-2008 (hektar)

Dilihat dari hasil produksi pada tiap kecamatan, dapat disimpulkan bahwa kecamatan Pelepat ilir lebih baik dari kecamatan lainnya karena pertumbuhan produksi mengalami kenaikan dan diikuti kenaikan luas lahan, walaupun luas lahan tidak naik terlalu besar hanya 1.03 persen akan tetapi kenaikan pertumbuhan produksi mencapai 30.75 persen. Kecamatan Pelepat ilir merupakan daerah transmigrasi dan terdapat pabrik pengolahan kelapa sawit yaitu PT. Sari Aditya Loka yang merupakan anak dari perusahaan PT. Astra Agro Lestari. Untuk mengembangkan usaha perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pelepat Ilir maka pemerintah daerah Kabupaten Bungo memberikan kredit lahan kepada petani dan lahan yang diberikan oleh Pemerintah tersebut di kelola langsung oleh PT. Sari Aditya Loka. Setelah tanaman kelapa sawit menghasilkan (TM), PT. Sari Aditya Loka menyerahkan lahan tersebut kepada petani. Kemudian petani membayar kredit lahan dan biaya yang telah dikeluarkan selama pembukaan lahan dan penanaman kepada KUD Karya Mukti. Pola seperti ini disebut dengan pola KKPA (Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya).

(19)

3

menjual lahan kepada petani lain. Luasan lahan dapat mempengaruhi besarnya penerimaan petani dan biaya yang dikeluarkan. Tingkat efisiensi biaya yang dikeluarkan disetiap petani dengan luas lahan yang berbeda akan memiliki efisinesi biaya yang berbeda. Dengan luas lahan yang berbeda, dan semakin tingginya biaya input produksi menjadikan penelitian pendapatan usahatani kelapa sawit penting untuk dilakukan di Kecamatan Pelepat ilir. Untuk mengetahui apakah tanaman kelapa sawit dikecamatan pelepat ilir menguntungkan secara finansial.

Perumusan Masalah

Kecamatan Pelepat Ilir merupakan wilayah yang memiliki prospek yang baik dalam melakukan usaha perkebunan kelapa sawit, didukung oleh program pemerintah dengan kegiatan transmigrasi pada tahun 1989 dan adanya pola KKPA pada tahun 1998. Dukungan juga diberikan pemerintah yaitu dengan adanya KUD. Pendapatan petani kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh besarnya produksi TBS dan harga TBS. Besarnya produksi TBS dipengaruhi perawatan yang meliputi pemupukan, pemberian pestisida, meruning dan pemanenan. Sedangkan untuk harga telah ditetapkan oleh PT. Sari Aditya Loka, semakin tinggi harga yang ditetapkan perusahaan maka semakin tinggi pendapatan petani.

Di setiap unit desa memiliki KUD, jumlah KUD di kecamatan Pelepat Ilir sebanyak 13 KUD atau dinamakan juga disebut afdeling. Afdeling adalah sebutan untuk wilayah tanam kelapa sawit dalam setiap desa. Setiap afdeling memiliki luas lahan yang berbeda. Untuk luas lahan di setiap afdeling dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Luas lahan kelapa sawit petani KKPA di Kecamatan Pelepat Ilir tahun 2013

Sumber : PT. Sari Aditya Loka (2013)

Usahatani kelapa sawit di Kecamatan Pelepat Ilir memiliki luasan lahan yang berbeda- beda, sehingga pendapatan usahatani dapat dibedakan menjadi pendapatan usahatani luas lahan 4 hektar dan luas lahan 2 hektar. Pengelompokan usahatani berdasarkan luas lahan dilakukan karena petani KKPA mendapatkan kredit lahan dari pemerintah seluas 2 hektar dan petani yang memiliki luas lahan 2 hektar membeli lahan kembali seluas 2 hektar milik petani KKPA yang lain dengan

Afdeling Luas (hektar) Jumlah kavling

(20)

4

ketentuan petani KKPA yang menjual lahannya telah melunasi kredit lahan. Harga input yang semakin mahal menyebabkan petani lebih banyak melakukan pengeluaran secara tunai sedangkan petani tidak dapat menetapkan harga jual TBS sehingga petani hanya menerima harga jual TBS yang sudah ditetapkan oleh PT. Sari Aditya Loka. Hal ini menjadi menarik untuk dikaji dan ditelusuri lebih dalam mengenai pendapatan usahatani kelapa sawit di Kecamatan Pelepat Ilir.

Maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur biaya usahatani kelapa sawit luas lahan 4 hektar dan 2 hektar?

2. Berapa pendapatan usahatani kelapa sawit luas lahan 4 hektar dan 2 hektar?

3. Bagaimana efisiensi dan imbalan modal petani kelapa sawit luas lahan 4 hektar dan 2 hektar?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui struktur biaya usahatani kelapa sawit luas lahan 4 hektar dan 2 hektar.

2. Menganalisis pendapatan usahatani kelapa sawit luas lahan 4 hektar dan 2 hektar.

3. Mengetahui efisiensi dan imbalan modal petani kelapa sawit luas lahan 4 hektar dan 2 hektar.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa kegunaan, antara lain :

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi petani kelapa sawit di Pelapat ilir, sehingga dapat melakukan usaha-usaha perbaikan dalam perawatan untuk meningkatkan pendapatan.

2. Sebagai bahan informasi dan literatur untuk penelitian selanjutnya

3. Sebagai sarana bagi penulis untuk melatih kemampuan yang diperoleh selama kuliah dan dapat menganalisa masalah berdasarkan fakta.

Ruang Lingkup Penelitian

(21)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Struktur Biaya

Perdana (2008) biaya total yang dikeluarkan oleh petani peserta KKPA adalah sebesar Rp 11 175 951 Besarnya biaya total yang harus dikeluarkan oleh petani peserta KKPA karena terkait dengan 2 komponen biaya yang membentuk biaya total, yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh petani secara tunai dalam bentuk uang. Apabila dibandingkan dari sisi pengeluarannya antara biaya tunai dan biaya diperhitungkan maka diketahui ternyata proporsi penggunaan biaya tunai lebih besar dari biaya diperhitungkan ini terlihat pada persentase penggunaan biaya tunai adalah 75.51 persen dari biaya total, sedangkan penggunaan biaya diperhitungkan adalah sebesar 24.49 persen dari biaya total. Adapun penyebab besarnya persentase penggunaan biaya tunai tersebut terkait dengan komponen penggunaan pupuk kimia dan angsuran bunga. Besarnya biaya tunai yang harus dikeluarkan oleh petani peserta KKPA karena terkait dengan pengunaan biaya pembelian pupuk kimia Rp 3 174 450 (28.40 persen) dan angsuran bunga kredit Rp 2 560 836 (22.91 persen) yang harus dibayar petani kepada koperasi. Selain itu yang menyebabkan besarnya biaya untuk angsuran bunga ini adalah karena terkait dengan jumlah pinjaman petani kelapa sawit dari pembukaan areal perkebunan sampai berproduksi. Besar dan kecil angsuran petani peserta KKPA tergantung umur tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan. Pada usahatani kelapa sawit ini biaya panen yang harus dikeluarkan oleh petani peserta KKPA, yaitu Rp 1 575 000. Apabila dilihat dari proporsi penggunaan biayanya ternyata mencapai 14.10 persen dari biaya diperhitungkan. Besarnya biaya panen, dikarenakan kebijakan dari perusahaan inti yang selalu berubah setiap saat, yaitu dengan rata-rata Rp 15 000/ton. Persentase penggunaan biaya untuk komponen ongkos angkut adalah (7.04 persen), sedangkan untuk biaya penyusutan peralatan sama dengan Rp. 373 725 atau sebesar 3.34 persen. Besarnya biaya penyusutan peralatan dikarenakan petani peserta KKPA lebih banyak mempergunakan peralatan untuk bertani. Adapun alat tersebut adalah penyemprot, dodos, egrek, angkung, parang dan sebagainya. Penggunaan biaya tunai yang harus dikeluarkan oleh petani peserta KKPA adalah Rp 8 439 726, besarnya biaya tunai tersebut untuk penggunaan pupuk kimia yang harus dibayar. Untuk persentase biaya pupuk kimia adalah sama dengan 28.40 persen atau Rp 3 174 450, besarnya penggunaan pupuk kimia dikarenakan banyaknya penggunaan pupuk waktu masa pemeliharaan dan untuk menjaga unsur hara tanah agar tanaman kelapa sawit dapat berproduksi dengan baik. Adapun jenis pupuk kimia tersebut adalah TSP, Urea, MOP, dan Kiesiret. Selain itu, besarnya biaya tunai untuk tenaga kerja luar keluarga adalah karena petani peserta KKPA tidak pernah mengerjakan usahatani kelapa sawit tersebut secara langsung. Pengaturan tenaga kerja, diatur oleh pihak perusahaan inti yang memperkerjakan tenaga kerja terampil dalam usahatani kelapa sawit, baik tenaga kerja masyarakat lokal maupun didatangkan dari pulau jawa. Sedangkan besarnya biaya peralatan usahatani kelapa sawit dikarenakan harga pembelian alat-alat tersebut terlalu mahal dan lebih banyak alat yang digunakan.

(22)

6

biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Apabila dibandingkan dari sisi pengeluarannya antara biaya tunai dan biaya diperhitungkan maka diketahui ternyata proporsi penggunaan biaya tunai lebih besar dari biaya diperhitungkan. Hal ini terlihat pada persentase penggunaan biaya tunai adalah sama dengan 57.76 persen dari biaya totalnya, sedangkan penggunaan biaya diperhitungkan adalah sama dengan 42.24 persen dari biaya total. Adapun penyebab besarnya persentase penggunaan biaya tunai tersebut terkait dengan komponen pupuk kimia, pestisida, herbisida, dan TKDK. Besarnya biaya tunai yang harus dikeluarkan oleh petani non peserta KKPA karena terkait dengan pengunaan biaya untuk pupuk kimia Rp 2 959 200 (24.38 persen) dan pestisida Rp 2 100 000 (17.31 persen) yang harus dikeluarkan petani untuk pemeliharaan usahatani kelapa sawit. Selain itu yang menyebabkan besarnya biaya pupuk kimia dan pestisida ini adalah karena terkait dengan harga yang berlaku dipasar lokal yang tidak stabil. Pada usahatani kelapa sawit ini biaya herbisida yang harus dikeluarkan oleh petani non peserta KKPA, yaitu Rp 1 950 000. Apabila dilihat dari proporsi penggunaan biayanya ternyata mencapai 16.07 persen dari biaya tunai. Apabila dilihat dari penggunaan biaya diperhitungkan yang harus dikeluarkan oleh petani non peserta KKPA adalah Rp 5 126 880. Besarnya biaya diperhitungkan penyusutan peralatan, ongkos angkut, biaya panen dan TKDK. Untuk persentase biaya TKDK adalah sebesar 7.35 persen atau Rp 892 500, penggunaan TKDK dikarenakan petani non peserta KKPA mengerjakan kegiatan kegiatan pemeliharaan usahatani kelapa sawit tersebut tidak memakai TKLK atau mengerjakan sendiri. Selain itu, besarnya biaya diperhitungkan untuk ongkos angkut (Rp 1.568.880) adalah karena mahalnya biaya pengangkutan TBS ketempat penjualan dan murahnya harga TBS/kg. Sedangkan rendahnya biaya penyusutan peralatan usahatani kelapa sawit petani non peserta KKPA (Rp 145 500) dikarenakan peralatan yang digunakan tidak terlalu banyak dan tidak semua peralatan harus membeli.

Yasri (2006) Biaya tunai terbesar yang dikeluarkan oleh petani plasma PTPN VI adalah biaya pupuk dan analisa daun sebesar Rp 3 925 000 dengan persentase sebesar 38.52 persen sedangkan untuk petani plasma PT BPP adalah angsuran kredit sebesar Rp 1 661 097 atau 49.09 persen. Sedangkan biaya non tunai pada kebun plasma PTPN VI adalah penyusutan tanaman menghasilkan, penyusutan peralatan, dan sewa lahan, biaya non tunai terbesar di PTPN VI adalah sewa lahan sebesar Rp 1 000 000 per 2 hektar pada tahun 2005 sedangkan untuk petani plasma PT BPP adalah penyusutan tanaman menghasilkan dan sewa lahan, biaya non tunai tebesar di PT BPP adalah tanaman menghasilkan sebesar Rp 1 033 000 per 2 hektar tahun 2005.

Hutzi (2007) penggunaan buruh tani untuk rnengelola kebun rnenyebabkan biaya tunai usahatani menjadi tinggi, biaya tunai yang dikeluarkan rata-rata sebesar Rp 269 883 per bulan. Sedangkan biaya non tunai yang tinggi adalah Tenaga kerja keluarga, mernberikan kontribusi dalarn penggunaan biaya sebesar Rp 26 666 per bulan.

Analisis Pendapatan

(23)

7

telah dikeluarkan Soekartawi (1995). Pendapatan usahatani dibagi menjadi dua yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil pengurangan antara penerimaan dengan biaya yang benar-benar dikeluarkan, sedangkan pendapatan atas biaya total merupakan pendapatan hasil pengurangan antara penerimaan total dengan biaya keseluruhan termasuk input milik keluarga petani juga diperhitungkan sebagai biaya.

Perdana (2008) Pendapatan atas biaya tunai petani peserta KKPA lebih besar dari petani non peserta KKPA. Pendapatan atas biaya tunai petani peserta KKPA adalah sebesar Rp 27 305 636, sedangkan pendapatan atas biaya tunai petani non peserta KKPA adalah sebesar Rp. 22 253 952. Tingginya pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani peserta KKPA dikarenakan penerimaan total usahatani petani peserta KKPA (Rp 35 745 362) lebih besar dari petani non peserta KKPA (Rp 29 263 152), walaupun untuk biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani non peserta KKPA lebih kecil dibandingkan dengan petani peserta KKPA. Pada penelitian ini, pendapatan biaya total petani peserta KKPA Rp 24 569 411 lebih besar dari petani non peserta KKPA yaitu Rp 17 127 072. Hal ini terjadi karena total biaya usahatani petani peserta KKPA lebih kecil (Rp 11 175 951) dari petani non peserta KKPA yaitu Rp. 12 136 080. Luasan lahan kelapa sawit petani peserta KKPA dan petani non peserta KKPA adalah sama yaitu satu Hektar. Walaupun demikian, produksi petani peserta KKPA masih lebih tinggi dibandingkan dengan petani non peserta KKPA. Produksi total petani peserta KKPA mencapai 83 272 Kg, sedangkan petani non peserta KKPA hanya 52 296 Kg. Kecilnya produksi petani non peserta KKPA diakibatkan kurangnya modal dan sarana produksi pertaniannya, berbeda dengan petani peserta KKPA yang dapat mudah memperoleh modal dan sarana produksi melalui program KKPA. memperoleh modal dan sarana produksi melalui program KKPA.

Analisis pendapatan yang dilakukan oleh Yasri (2006) pada petani kelapa sawit plasma di PTPN VI dan PT. BPP. Pendapatan petani plasma merupakanhasil pengurangan penerimaan kebun plasma dengan biaya yang dikeluarkan. Penerimaan kebun plasma berasal dari produksi TBS yang dihasilkan kebun kelapa sawit seluas 2 Ha (1 kapling) dikalikan harga TBS yang diterima dari perusahaan inti dalam periode 1 tahun. Dari 2 Ha kebun plasma PTPN VI jumlah produksi rata-rata yang dihasilkan dalam satu tahun adalah 46 727.61 kg sedangkan untuk kebun plasma PT BPP adalah 10 946.88 kg. Berbedanya jumlah produksi ini disebabkan perbedaan produktivitas tanaman kelapa sawit. Produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh umur tanaman dan faktor lainnya seperti kriteria lahan, kesesuaian iklim, kualitas bibit dan pemeliharaan. Harga TBS rata-rata yang diterima oleh petani plasma PTPN VI pada tahun 2005 adalah Rp 696.16/kg sedangkan untuk petani plasma PT BPP adalah Rp 637.88/kg. Pendapatan dibagi menjadi dua yaitu pendapatan tunai dan pendapatan total. Pendapatan biaya tunai yang diperoleh kebun plasma PTPN VI adalah sebesar Rp 22 341 737 dan kebun plasma PT BPP adalah Rp 3 823 42. Pendapatan atas biaya total untuk petani plasma PTPN VI adalah Rp 20 976 576 dan PT BPP adalah Rp 2 290 423.

(24)

8

oleh Oktarina, Hakim, dan Junaidi (2010) dengan judul Tingkat keberdayaan petani dan tingkat pendapatan usahatani kelapa sawit petani plasma PIR trans di Kabupaten Bayuasin Palembang. Petani contoh adalah semua petani yang berusahatani kelapa sawit sejak tahun 2002 dengan luas lahan 1,3 hektar. Petani contoh ini merupakan petani plasma kelapa sawit dari PT CLS (Citra Lestari Sawit). Pendapatan yang diterima oleh petani plasma sebesar 13419403.57 per tahun.

Efisiensi atas Biaya yang dikeluarkan

Perdana (2008) dilihat dari perbandingan antara usahataninya maka diketahui usahatani petani peserta KKPA memiliki R/C rasio atas biaya tunai yang lebih besar dari usahatani kelapa sawit petani non peserta KKPA. Adapun nilai R/C rasio untuk petani peserta KKPA adalah sama dengan 4.23 sedangkan nilai R/C rasio untuk petani non peserta KKPA yaitu 4.17. Hal ini berarti bahwa tambahan penerimaan dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh petani peserta KKPA akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 4.23 untuk setiap satu rupiah. Penerimaan tersebut tidak berbeda jauh dengan petani non peserta KKPA yang menerima Rp 4.17 untuk setiap satu rupiahnya. Sedangkan apabila dilihat dari R/C rasio biaya totalnya maka diketahui bahwa R/C rasio untuk petani peserta KKPA adalah 3.19 lebih besar dari R/C rasio petani non peserta KKPA yaitu 2.41. Hal ini berarti bahwa tambahan penerimaan dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh petani non peserta KKPA adalah Rp 2.41 lebih kecil dari penerimaan petani peserta KKPA. Biaya per satuan hasil petani peserta KKPA lebih kecil daripada petani non peserta KKPA karena biaya total yang dikeluarkan lebih besar, meskipun harga per kg lebih mahal dari petani peserta KKPA.

Yasri (2006) Biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya tunai dan biaya tidak tunai. R/C yang dihitung adalah R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Diperoleh R/C atas biaya tunai untuk kebun plasma PTPN VI adalah 3.19, artinya untuk setiap rupiah biaya tunai yang dikeluarkan akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 3.19 sedangkan untuk kebun plasma PT BPP diperolehR/C atas biaya tunai sebesar 2.13 yang berarti untuk setiap rupiah biaya tunai yang dikeluarkan akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 2.13. R/C atas biaya tunai pada pola kemitraan PTPN VI untuk petani plasma adalah 3.19 yang memiliki nilai lebih kecil dari kebun inti yaitu 3.42. Hal ini berarti usaha kebun inti lebih menguntungkan dan lebih efisien. R/C atas biaya tunai pada pola kemitraan PT BPP untuk petani plasma (2.13) lebih besar dari kebun inti (1.90) yang berarti usaha kebun plasma PT BPP lebih efisien dibandingkan kebun intinya. Efisiensi kebun plasma PT BPP dipengaruhi oleh biaya tunai yang dikeluarkan.

(25)

9

untuk skala besar R/C rasio atas penggunaan biaya sebesar 1.20, hal tersebut menjelaskan bahwa setiap satu rupiah biaya input yang dikeluarkan petani maka akan menerima 1.20 rupiah.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah pada alat analisis yaitu menganalisis pendapatan, analisis pendapatan dibagi menjadi dua berdasarkan luas lahan yaitu luas lahan 4 hektar dan 2 hektar. melihat efisiensi dari R/C rasio. Sedangkan perbedaannya adalah komoditas yang diteliti, tempat penelitian dan waktu penelitian. Pada penelitian analisis pendapatan usahatani kelapa sawit ini peneliti mengunakan ukuran kinerja petani dilihat dari imbalan kepada modal petani. Dari persamaan dan perbedaan tersebut manfaat yang dapat diambil oleh peneliti adalah alat analisis yang digunakan apakah hasil yang diperoleh akan sama dengan penelitian yang terdahulu walaupun dengan komoditas yang berbeda.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Analisis pendapatan usahatani bertujuan untuk melihat performa usahatani pada saat sekarang dengan melakukan perhitungan dengan nilai nominal yang berlaku pada saat ini. Analisis pendapatan memberikan informasi kepada petani dan dapat mengambil keputusan terkait usahatani yang diusahakan. Informasi tersebut mulai dari pendapatan, biaya yang dikeluarkan, efisiensi biaya yang dikeluarkan terhadap usahatani, sampai imbalan kepada petani terhadap modal yang dikeluarkan oleh petani.

Konsep Usahatani

Prof. Bachtiar Rivai (1980), mendefinisikan usahatani sebagai oragnisasi dari alam,kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Oragnisasi ini ketatalaksanaanya tidak berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat genologis, politis, maupun territorial sebagai pengelolanya. Istilah usahatani ditulis dengan satu kata usahatani bukan dalam dua kata usaha tani.4

Menurut Suratiyah (2011) ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan dan mengkordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengkoordinasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungin.

4

(26)

10

Menurut Soekartawi (1989) ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu pengolahan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya. Petani diupayakan dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input.

Pengertian KKPA

1. KKPA singkatan dari Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya, merupakan suatu bentuk skim kredit dengan syarat lunak yang diberikan oleh pemerintah melalui PT. (Persero) Permodalan Nasional Madani (PT. PNM) kepada koperasi primer yang selanjutnya disalurkan kepada anggotanya.

2. Penyaluran KKPA kepada anggota koperasi dilakukan melalui bank pelaksana yang ditunjuk oleh PT.PNM, dengan persyaratan tertentu yang ditetapkan oleh PT.PNM.

3. KKPA dapat diberikan untuk berbagai usaha anggota koperasi yang bersifat produktif, antara lain usaha perkebunan, peternakan, pertanian dan perdagangan. KKPA dapat digunakan untuk investasi, modal kerja atau investasi dan modal kerja yang terkait langsung dengan investasinya.

Peran koperasi dalam penyaluran KKPA

1. Sebagaimana dijelaskan diatas, bahwa koperasi yang dapat berperan dalam program KKPA ini hanya koperasi primer, yakni koperasi yang beranggotakan orang seorang, bukan koperasi sekunder. Dalam program KKPA, koperasi dapat berperan sebagai pelaksana pemberi KKPA

(executing agent) atau sebagai penyalur (chalenging agent).

2. Dalam hal koperasi berfungsi sebagai pelaksana pemberi KKPA, maka tugas koperasi adalah : (a) pengagujuan usulan proyek yang akan dibiayai dengan KKPA, (b) seleksi bagi anggota yang layak dibiayai, (c) pengawasan penggunaan kebun yang dibiayai dengan KKPA, (d) pembinaan bagi anggota, (e) penagihan angsuran KKPA, dan (f) administrasi pemberi KKPA dan angsurannya sebagai pelaksana pemberi KKPA, koperasi bertanggungjawab atas resiko pengembalian kredit secara penuh. Penandatanganan Akad Kredit dilakukan oleh Pengurus Koperasi.

(27)

11

Suku bunga dan imbalan jasa koperasi

1. Suku bunga KKPA pada tahun 2001 berkisar 16 persen per tahun. Dari Jumlah ini termasuk 2 persen setahun sebagai imbalan jasa koperasi tidak diberikan pada masa tenggang, sehingga suku bunga yang dibayarkan atau dibebankan kepada anggota berkurang 2 persen atau hanya 14 persen per tahun. Besarnya tingkat suku bunga dan imbalan untuk koperasi bersifat tidak tetap, karena itu dapat ditinjau kembali. Peninjau ini ditetapkan oleh Pemerintah dalam hal ini adalah PT. PNM.

2. Apabila Koperasi bertindak sebagai pelaksana pemberi KKPA, maka imbalan jasa sebesar 2 persen tersebut seluruhnya untuk koperasi yang bersangkutan, yang pembayarannya dilakukan dengan cara sebagai berikut :

(a).Sebesar 50 persen dari imbalan dibayarkan kepada koperasi atas dasar realisasi pembayaran angsuran pokok dan bunganya oleh anggota koperasi bersangkutan, dan (b).Sisanya sebesar 50 persen lagi disimpan dalam bentuk tabungan beku di bank dan dikembalikan setelah diperhitungkan dengan tunggakan yang timbul pada saat KKPA jatuh tempo. Dengan kata lain, sisa sebesar 50 persen tersebut dapat dicairkan setelah kredit lunas. Tabungan tersebut diberi bunga sebesar suku bunga yang berlaku pada bank yang bersangkutan.

3. Apabila Koperasi bertindak sebagai penyalur KKPA, maka dari imbalan sebesar 2 persen tersebut, hanya diberikan kepada koperasi sebesar 50%-nya atas dasar realisasi pembayaran angsuran pokok dan bunga50%-nya oleh anggota koperasi yang memperoleh KKPA, dan sisanya 50% lagi menjadi penerimaan bank.

KKPA perkebunan kelapa sawit

1. KKPA Perkebunan Kelapa Sawit adalah KKPA yang diberikan untuk pembangunan kebun kelapa sawit petani anggota koperasi primer. Oleh karena jangka waktu pembangunan kebun ini cukup panjang dan masa pengembaliannya juga lama, maka jenis kredit ini termasuk dalam kredit investasi.

2. Kredit ini dikembalikan atau diangsur sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan berdasarkan perjanjian bersama dengan Bank. Besarnya cicilan kredit termasuk bungab dihitung dengan persentase tertentu dari hasil kotor kebun sesuai dengan perjanjian antara bank dengan koperasi.

Persiapan mendapatkan fasilitas KKPA

1. Petani yang akan memperoleh fasilitas KKPA untuk pembangunan kebun

harus terdaftar sebagai anggota koperasi, dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh koperasi yang bersangkutan, baik syarat administratif maupun syarat keuangan (seperti membayar simpanan pokok dan simpanan lain yang ditetapkan koperasi). Dengan kata lain, di wilayah yang akan dibangun kebun kelapa sawit telah berdiri koperasi yang layak untuk menerima (memberikan atau menyalurkan KKPA) kepada anggotanya.

2. Petani yang akan memperoleh fasilitas KKPA harus memiliki lahan yang

(28)

12

dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang, sehingga bukti pemilikan tersebut mempunyai kekuatan hukum yang sah.

3. Koperasi yang akan menerima atau menyalurkan KKPA harus

mempunyai mitra kerja, dalam hal ini adalah Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit, yang dalam istilah sehari-hari disebut dengan Perusahaan Inti. Hubungan kerjasama antara Koperasi dengan Perusahaan Inti dibuat secara tertulis.

4. Menyiapkan studi kelayakan. Studi kelayakan harus disusun oleh

konsultan independen yang telah memperoleh ijin sebagai konsultan. Penunjukan konsultan harus mendapat ijin dari Bank pelaksana.

5. Oleh karena lahan yang diserahkan beragam bentuk, letak topografi dan

ukurannya, maka dalam proses pembangunan kebun dilakukan penataan ulang. Oleh sebab itu tata letak lahan tidak akan sama dengan tata letak sebelum kebun dibangun. Petani calon peserta harus memahami dan dapat menerima kondisi yang demikian. Dengan terjadinya perubahan tata letak lahan, maka akan dilakukan konsolidasi lahan, sehingga diperlukan penerbitan ulang sertifikat tanah.

Pengajuan dan besaran kredit

1. Permohonan mendapatkan fasilitas KKPA diajukan oleh koperasi dan atas nama anggota koperasi calon penerima KKPA (tergantung pada peran koperasi, apa sebagai pelaksana atau penyalur KKPA) berikut dengan studi kelayakan proyek dan Perjanjian Kerjasama dengan Perusahaan Inti kepada Bank pelaksana yang ditetapkan oleh PT. PNM. Bank pelaksana setelah meneliti kecukupan persyaratan dan menilai kelayakan permohonan yang diajukan, meneruskannya kepada PT. PNM. 2. PT. PNM setelah menilai dan menganalisais permohonan yang diajukan

akan memberikan penetapan, apakah permohonan diterima atau ditolak. Ketetapan itu disampaikan koperasi melalui Bank pelaksana.

3. Besarnya kredit ditetapkan oleh PT. PNM setelah mempelajari studi kelayakan proyek yang diajukan, dan dengan mempertimbangkan berbagai aspek ekonomi yang turut mempengaruhi. Oleh karena petani penerima KKPA umumnya tidak memilik modal yang cukup, maka bunga pinjaman KKPA selama masa pembangunan (konstruksi) kredit. Suku bungan dibebankan selama konstruksi ini adalah suku bunga tidak termasuk imbalan/koperasi sebesar 2 persen, jadi bunga yang berlaku 14% per tahun selama konstruksi (SK BI Pasal 10 ayat 2).

4. Apabila dalam proses pembangunan kebun terjadi perubahan harga umum yang signifikan, sehingga flafond yang telah disetujui diperkirakan tidak dapat menyelesaikan pembangunan kebun, maka biasanya dimintakan ekskalasi harga, sehingga flafond kredit menjadi naik. Proses pengajuan ekskalasi ini harus dimulai dengan penilaian kemajuan fisik kebun dan penyusunan revisi studi kelayakan proyek.

Fungsi Koperasi

Fungsi Koperasi dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit dapat dilihat dari tahapan pengembangan kebun, yaitu : 1. Masa Persiapan, 2. Masa Konstruksi Kebun, 3. Masa Penyerahan Kebun Sampai kredit lunas dan 4. masa pasca kredit lunas.

(29)

13

Pada masa persiapan ini fungsi koperasi adalah melakukan tugas-tugas sebagai berikut :

a. Mensosialisasikan rencana pengembangan/pembangunan kebun kelapa sawit kepada calon anggota penerima KKPA atau yang akan ikut program KKPA. Dalam sosialisasinya dijelaskan pula kebutuhan kerjasama dengan Perusahaan Inti, hak dan kewajiban peserta, hak dan kewajiban Perusahaan Inti dan Bank Pelaksana, hak dan kewajiban Koperasi serta karakteristik kelapa sawit.

b. Melakukan inventarisasi lahan calon peserta, sehingga diperoleh kepastian luas lahan dan nama-nama calon peserta. Dalam proses inventarisasi ini termasuk pula pengumpulan dan penelitian terhadap keabsahan surat-surat tanda pemilikan lahan calon peserta.

c. Mengumpulkan persyaratan administratif kredit dari calon penerima KKPA, seperti copy “KTP” (suami isteri), copy Surat Nikah, copy Kartu Keluarga (“KK”) dan sebagainya yang dipersyaratkan oleh bank.

2. Masa konstruksi

Selama masa konstruksi kebun, fungsi koperasi adalah melaksanakan tugas-tugas pokok sebagai berikut:

a. Memonitor dan mengawasi perkembangan pembangunan kebun yang dilakukan oleh Perusahaan Inti.

b. Bersama dengan Perusahaan Inti dan Konsultan pengawas melakukan opname kemajuan pekerjaan pembangunan kebun untuk dilaporkan kepada pihak bank.

c. Membantu Perusahaan Inti mendapatkan input produksi, diantaranya penyediaan tenaga kerja, bahan dan alat-alat kerja, penyediaan sarana pengangkutan dan sebaagainya.

3. Masa pencicilan sampai kredit lunas

Selama masa pencicilan sampai kredit lunas, fungsi koperasi adalah melaksanakan tugas-tugas pokok sebagai berikut :

a. Mempersiapkan administrasi dan bahan-bahan yang diperlukan untuk pengukuran lahan defenitif untuk diterbitkan sertifikat oleh BPN.

b. Bersama Perusahaan Inti dan Pemerintah Desa mensosialisasikan sistem pengelolaan kebun kepada petani yang akan menerima kebun. c. Bersama Perusahaan Inti membuat desain kelompok, dan

mensosialisasikan pembentukan kelompok kepada para petani. d. Membantu Perusahaan Inti dalam mempersiapkan dan melakukan

pelatihan-pelatihan kepada petani yang akan menerima penyerahan kebun.

e. Membuat data nama petani yang telah ditetapkan menjadi peserta. f. Membuat sistem pengelolaan dan sistem pendanaan untuk perawatan

kebun dengan bantuan Perusahaan Inti.

g. Mengkoordinir kegiatan manajemen kebun, mencakup panen, pengangkutan, perawatan tanaman, perawatan infrastruktur, pemupukan, penualan TBS pada Perusahaan Inti.

(30)

14

i. Menyelenggarakan adminstrasi kredit KKPA masing-masing kelompok dan administrasi keuangan kebun secara transparan dan dapat dipertanggung jawabkan.

4. Masa pasca kredit lunas

Selama masa pasca kredit lunas, fungsi koperasi adalah melaksanakan tugas-tugas pokok sebagai berikut :

a. Mempertahankan agar produktivitas kebun dapat dioptimalkan, walaupun kewajiban kredit kepada Bank telah lunas.

b. Menjaga agar hasil produksi plasma tetap dijual kepada Perusahaan Inti, karena desain pabrik Perusahaan Inti adalah untuk mengolah kebun Plasma dan Kebun Inti.

c. Bersama Perusahaan Inti membuat rencana replanting dan mensosialisasikannya kepada para petani.

d. Mengembangkan usaha-usaha produktif yang dapat dilakukan oleh anggoa/petani untuk menopang pendapatan selama masa replanting.

Fungsi lain koperasi

Selain fungsi yang berkaitan dengan perkebunan kelapa sawit sebagaimana dijelaskan.

a. Meningkatnya kesadaran petani anggotanya dalam pengelolaan kebun, mamatuhi aturan-aturan pengelolaan kebun yang ditetapkan kelompok dan koperasi, serta mendorong untuk aktifnya berkoperasi. b. Menggerakan petani anggotanya untuk menabung secara teratur. c. Melakukan kegiatan-kegiatan untuk kesejahteraan petani anggota

dan keluarganya melalui berbagai kegiatan usaha yang layak antara lain : Simpan Pinjam, Penyediaan barang-barang konsumsi dan rumah tangga serta alat-alat produksi, Pemasaran hasil produksi anggota selain hasil produksi kebun (TBS), Pendidikan.

Fungsi Perusahaan Inti

Fungsi Perusahaan Inti sejak persiapan pembangunan kebun sampai dengan pasca kredit lunas adalah melaksanakan tugas-tugas pokok sebagai berikut:

a. Membuat desain kebun dan kelompok tani.

b. Membantu Koperasi melakukan Sosialisasi Program KKPA dan sistem pengelolaan kebun kepada para petani peserta.

c. Melakukan pembangunan kebun sesuai dengan rencana yang ditetapkan dalam studi kelayakan dan desain kebun serta standar mutu yang ditetapkan.

d. Melakukan pembinaan dan pengalihan teknologi budidaya kepada petani, kelompok dan koperasi sesuai dengan tahap-tahap pembangunan kebun. e. Menampung (membeli) hasil TBS petani Plasma sesuai ketentuan harga

(31)

15

f. Membuat desain kebun dan kelompok tani.

g. Membantu Koperasi melakukan Sosialisasi Program KKPA dan sistem pengelolaan kebun kepada para petani peserta.

h. Melakukan pembangunan kebun sesuai dengan rencana yang ditetapkan dalam studi kelayakan dan desain kebun serta standar mutu yang ditetapkan.

i. Melakukan pembinaan dan pengalihan teknologi budidaya kepada petani, kelompok dan koperasi sesuai dengan tahap-tahap pembangunan kebun. j. Menampung (membeli) hasil TBS petani Plasma sesuai ketentuan harga

yang berlaku.

k. Membantu koperasi dalam membuat perhitungan hasil penjualan TBS untuk masing-masing petani/kelompok dan penyisihan dana untuk cicilan kredit dan biaya pemeliharaan kebun.

l. Melakukan alokasi hasil penjualan TBS petani untuk cicilan kredit, biaya perawatan kebun dan pendapatan petani.

m.Membantu Koperasi mengembangkan sistem pengelolaan kebun yang efektif untuk peningkatan produktivitas kebun.

n. Membantu Koperasi membuat rencana replanting. Fungsi Bank Pelaksana

Fungsi Bank Pelaksana sejak persiapan pembangunan kebun sampai dengan kredit Lunas adalah melaksanakan tugas-tugas pokok berikut:

a. Memproses permohonan kredit KKPA yang diajukan koperasi dan meneruskannya kepada PT. PNM.

b. Menyalurkan kredit sesuai sesuai dengan tahap-tahap pencairan kredit yang ditetapkan.

c. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pembangunan kebun yang dilakukan oleh Perusahaan Inti.

d. Membantu Koperasi melakukan sosialisasi program KKPA kepada petani calon peserta proyek pembangunan kebun.

e. Bersama Perusahaan Inti membantu koperasi mengembangkan sistem pengelolaan kebun yang efektif.

f. Menyediakan pelayanan perbankan untuk para petani anggota koperasi.

Penggunaan hasil TBS

Hasil penjualan TBS digunakan untuk pembiayaan : a. Kebutuhan rumah tangga petani sebesar 30 persen.

b. Cicilan Kredit sebesar 30 persen atau sesuai dengan perjanjian dengan Bank Pelaksana.

c. Biaya Produksi dan Pemeliharaan Kebun sebesar 40 persen

d. Dari jumlah 40 persen biaya produksi dan pemeliharaan kebun, 5 persen diantaranya merupakan tabungan beku yang disimpan di Bank dan diberikan bunga sesuai dengan tingkat suku bunga yang berlaku.

(32)

16

produksi disimpan di Bank, diberikan bunga sesuai dengan tingkat suku bunga yang berlaku5.

Struktur Biaya Usahatani

Petani sebagai pelaksana mengharap produksi yang lebih besar lagi agar memperoleh pendapatan yang besar pula. Untuk itu, petani menggunakan tenaga, modal dan sarana produksinya sebagai umpan untuk mendapatkan produksi yang diharapkan. Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi yang lain termasuk kewajiban kepada pihak ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya.

Menurut Soekartawi (1986) penggolongan biaya dalam usahatani dikelompokkan menjadi biaya tunai dan biaya non tunai. Biaya tunai usahatani adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa untuk usahatani. Biaya non tunai adalah biaya yang diperhitungkan seperti tenaga kerja dalam keluarga dan lahan milik sendiri. Penggolongan biaya produksi dilakukan berdasarkan sifatnya. Biaya tetap (fixed cost ) dan biaya tidak tetap (variabel cost) biaya yang berubah apabila luas lahannya berubah, biaya ini ada apabila ada sesuatu barang yang diproduksi.

Pendapatan Usahatani

Suratiyah (2011), Pendekatan nominal tanpa memperhitungkan nilai uang menurut waktu (time value of money) tetapi yang dipakai adalah harga berlaku, sehingga dapat langsung dihitung jumlah pengeluaran dan jumlah penerimaan dalam suatu periode proses produksi. Rumus menghitung pendapatan nominal adalah sebagai berikut:

Penerimaan – Biaya total = Pendapatan Penerimaan = . Y

= Harga produksi (Rp./kg) Y = Jumlah produksi (kg)

Biaya total = Biaya tetap + Biaya tidak tetap (TC) = (FC) + (VC)

Keberhasilan usahatani dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh petani atau pengusaha dalam mengelola usahatani. Pendapatan yang diharapkan adalah pendapatan yang bernilai positif. Bagi petani atau pengusaha, analisis ini berfungsi membantu mereka dalam mengukur apakah kegiatan usahatani mereka pada saat ini berhasil atau tidak. Pendapatan usahatani dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar penerimaan serta biaya yang dikeluarkan untuk melakukan usahatani.

Menurut Soekartawi (1986) ukuran pendapatan usahatani mencakup nilai transaksi barang dan perubahan nilai inventaris atau kekayaan usahatani selama kurun waktu tertentu dapat dihitung.

5

(33)

17

1. Pendapatan kotor usahatani (gross farm income)

Didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Jangka waktu pembukuan umumnya setahun, dan mencakup semua produk yang :

a. Dijual

b. Dikonsumsi rumah tangga petani

c. Digunakan dalam usahatani untuk bibit atau makanan ternak d. Digunakan untuk pembayaran

e. Disimpan atau ada digudang pada akhir tahun

Dalam menaksir pendapatan kotor, semua komponen produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar. Tanaman dihitung dengan cara mengalikan produksi dengan harga pasar. Dapat ditulis dengan rumus.

Pendapatan kotor = Jumlah produksi x Harga per satuan (Y) x (

Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Nisbah seperti pendapatan kotor per hektar atau per unit kerja dapat dihitung untuk menunjukan intensitas operasi usahatani.

2. Pendapatan bersih usahatani (net farm income)

Pendapatan bersih usahatani diperoleh dari Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani.

3. Penghasilan bersih usahatani (net farm earning)

Penghasilan bersih usahatani ini diperoleh dari pendapatan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman. Ukuran ini menggambarkan penghasilan yang diperoleh dari usahatani untuk keperluan keluarga dan merupakan imbalan terhadap semua sumberdaya milik keluarga yang dipakai didalam usahatani.

Rasio Penerimaan dan Biaya

Analisis return cost ratio atau R/C adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya. Return cost ratio digunakan untuk mengukur efisiensi usahatani terhadap setiap penggunaan satu unit input. Kriteria efisien dalam analisis R/C ini adalah:

a. Jika R/C > 1, maka usahatani mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biayta yang dikeluarkan

b. Jika R/C <1, maka usahatani mengalami kerugian karena penerimaan lebih kecil dari pada biaya.

Jika R/C=1, maka usahatani mengalami impas karena penerimaan sama dengan biaya.

Ukuran Penampilan Usahatani Lainnya 1. Imbalan kepada seluruh modal (return to total capital)

(34)

18

keperluan ini kerja keluarga dinilai menurut tingkat upah yang berlaku. Hasilnya biasanya dinyatakan dalam persen terhadap nilai seluruh modal.

2. Imbalan kepada modal petani (return to farm equity capital)

Diperoleh dengan mengurangkan nilai kerja keluarga dari penghasilan bersih usahatani. Ukuran ini umumnya dinyatakan dalam persen terhadap nilai modal petani.

3. Imbalan kepada tenaga kerja keluarga (return to family labour)

Dapat dihitung dari penghasilan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga modal petani yang diperhitungkan. Ukuran imbalan ini dapat dibagi denganjumlah anggota keluarga yang bekerja dalam usahatani untuk memperoleh taksiran imbalan lepada tiap orang (return per man). Angka ini dapat dibandingkan dengan imbalan atau upah kerja di luar usahatani.

Kerangka Pemikiran Operasional

Petani kelapa sawit di Kecamatan Pelepat Ilir memiliki dua pola dalam melakukan usaha perkebunan kelapa sawit. Pola pertama yaitu pola PIR trans, pola ini merupakan petani yang merupakan masyarakat transmigrasi dari pulau Jawa ke Sumatera, khususnya Pelepat ilir merupakan masyarakat transmigrasi. Pada tahun 1990, Pelepat Ilir mulai melakukan pmbukaan perkebunan dengan pembinaan dari PT. Sari Aditya Loka. Pola kedua yaitu pola KKPA yaitu program yang dikelola langsung oleh KUD Karya mukti yang membawahi KUD di setiap desa. Petani KKPA ini mulai melakukan penanaman pada tahun 1998. Pada penelitian ini, pendapatan petani sawit dilihat dari petani KKPA, adanya bantuan kredit lahan dari koperasi tidak membuat petani memiliki lahan yang seragam. Sehingga petani dapat dibedakan menjadi petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar .

(35)

19

Keterangan :

: Menyatakan hubungan pengaruh

Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Lingga Kuamang, Kecamatan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo, Jambi. Desa Lingga Kuamang dipilih sebagai lokasi penelitian, sebab desa tersebut petani yang melakukan usahatani kelapa sawit mengikuti

Perkebunan kelapa sawit petani KKPA di Kecamatan Pelepat Ilir

-Pemberian kredit lahan dari pemerintah dan adanya PT Sari Aditya Loka menjadikan usaha kelapa sawit memiliki prospek yang baik.

-Adanya Luas lahan yang berbeda pada petani KKPA di KUD Citra Makarti.

-Biaya Input yang semakin tinggi

Pendapatan usahatani kelapa sawit

Total Penerimaan

Harga TBS

Produksi TBS

Harga input

Input

- R/C

- Imbalan modal kepada petani

Rekomendasi petani Total

Biaya

Biaya tetap Tunai

Biaya variabel Tidak

(36)

20

program KKPA dengan umur tanam 15 tahun. Penelitian ini berlangsung pada bulan September 2013 sampai Oktober 2013.

Metode Pengambilan Sampel

Populasi yang akan dijadikan objek penelitian adalah usahatani-usahatani kelapa sawit di Desa Lingga Kuamang, Kecamatan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo. Informasi tentang petani-petani yang merupakan petani-petani KKPA dengan umur tanam 15 tahun didapatkan dari Ketua KUD Induk Karya Mukti. Sampel diperoleh di KUD Citra Makarti dan menjadi tempat penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan random sampling, Jumlah sampel yang didapatkan dari proses pengambilan sampel adalah sebanyak 30 sampel dari 60 sampel yang terdiri dari 16 sampel usahatani kelapa sawit 4 hektar dan 14 sampel usahatani kelapa sawit 2 hektar.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya (Nazir 2011). Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuisioner kepada petani. Data primer mencakup data cirri luas lahan, tenaga kerja, biaya-biaya yang dikeluarkan dalam produksi, penerimaan usahatani, karateristik responden. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang lain yang melakukan penelitian dengantujuan yang berbeda dengan peneliti atau dari sumber-sumber yang telah ada (Nazir 2011). Data sekunder didapatkan dari PT. Sari Aditya Loka, KUD Induk dan KUD Citra Makarti, literatur-literatur, buku teks dan instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik Bungo, perpustakaan LSI IPB, perpustakaan Program Sarjana Agribisnis penyelenggara Khusus FEM IPB, bahan pustaka lain yang relevan, serta dari berbagai situs yang mendukung dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Sumber data primer dan data sekunder penelitian

Jenis Data Sumber data Waktu pengambilan

data Primer

 Luas lahan Petani September 2013

 Harga TBS Perusahaan September 2013

 Biaya produksi Petani September 2013

Sekunder

 Data Produksi Perusahaan Oktober 2013

 Peta petani Perusahaan Oktober 2013

 Profil desa BPS Bungo Oktober 2013

 Gambaran umum kelapa sawit Kabupaten Bungo

(37)

21

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam melakukan penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode pengamatan langsung (observasi) dan wawancara diisi langsung oleh peneliti sesuai dengan hasil wawancara yang diperoleh dari responden. Pengamatan langsung dilakukan dengan mengamati proses terjadinya beberapa kegiatan usahatani. Penelitian ini juga melakukan wawancara dengan administatur PT. Sari aditya loka, kepala kebun, asisten kebun, ketua KUD Karya Mukti, ketua KUD Citra Makarti, dan anggota petani KKPA.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang sudah diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum tentang usahatani kelapa kelapa sawit KKPA, kegiatan produksi TBS, dilokasi penelitian dan beberapa hal lain yang terkait diuraikan secara deskriptif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan analisis pendapatan, R/C dan ukuran kinerja lainnya usahatani dengan menghitung imbalan kepada modal petani dihitung berdasarkan petani dengan luas lahan 4 hektar dan 2 hektar dengan menggunakan alat bantu Mc. Excell 2007.

Pendapatan Usahatani

(38)

22

Tabel 5 Perhitungan pendapatan usahatani kelapa sawit petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar dalam setahun

Uraian 4 hektar 2 hektar

Arus Penerimaan Produksi TBS = A kg Harga per kg TBS = B kg Total Penerimaan (Ax B)= Rp C Arus Pengeluaran

Biaya Tunai : 1. Biaya tetap

- Pajak Lahan = Rp D

- Lahan dan tanaman kelapa sawit = Rp E 2. Biaya variabel

- Pupuk = Rp F - Saprotan = Rp G

- Tenaga kerja luar keluarga = Rp H - Perawatan lahan dan tanaman = Rp I

Total biaya tunai (D+ E + F + G+H+I) = Rp J Biaya non tunai :

- Penyusutan alat = Rp K Total biaya non tunai = Rp K

Total seluruh pengeluaran (J+K) = Rp L Pendapatan (C – L) = Rp M

R/C rasio (C/L) = N

Semua komponen biaya dan penerimaan dikonversikan ke dalam satu hektar agar dapat dilakukan perbandingan perolehan petani dengan usahatani 4 hektar dan 2 hektar. Kemudian masing-masing usahatani 4 hektar dan 2 hektar dihitung nilai rata -rata setiap biaya dan penerimaan untuk menggambarkan pendapatan secara umum dari kedua usahatani tersebut.

Rasio Penerimaan dan Biaya

R/C dalam usahatani kelapa sawit perlu dilakukan untuk menilai apakah usahatani kelapa sawit efisien terhadap biaya yang dikeluarkan. Dalam analisis R/C usahatani kelapa sawit ini kriteria R/C usahatani kelapa sawit dikatakan layak jika, R/C yang didapat lebih dari satu. Perhitungan R/C dapat dihitung dengan rumus.

iaya produksi total usahatani kelapa sa itPenerimaan T S

Ukuran Penampilan Usahatani

Analisis ini meliputi gambaran usahatani kelapa sawit usahatani KKPA luas lahan 4 hektar dan 2 hektar, pendapatan usahatani kelapa sawit, Ringkasan penerimaan, biaya dan pendapatan pada petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar dapat dilihat pada Tabel 6.

(39)

23

Tabel 6 Ukuran keuntungan usahatani kelapa sawit petani KKPA luas lahan 4 hektar dan 2 hektar dalam setahun

Keterangan

A Penerimaan usahatani penjualan TBS Harga x produksi TBS (kg) D Total pengeluaran (total farm expenses) B+C

E Pendapatan bersih usahatani (net farm income) A-D

F R/C atas biaya total A/D

G Pinjaman tunai yang diterima usahatani a. Pinjaman dari koperasi

b. Pinjaman dari bank

H Nilai modal pinjaman Hx% bunga

I Penghasilan bersih usahatani (net farm earning) E-H J Imbalan kepada seluruh modal (return to

(40)

24

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karateristik Petani Responden

Faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan usahatani adalah faktor internal usahatani yaitu petani dan ketersedian input usahatani. Faktor internal usahatani tersebut meliputi usia petani, tingkat pendidikan petani, pengalaman berusahatani kelapa sawit dan luas lahan.

Usia Petani

Dari data yang diperoleh secara umum usahatani kelapa sawit pada anggota KUD Citra Makarti di usahakan oleh petani dengan rata-rata usia 50 tahun dengan kisaran usia 45 sampai 55 tahun. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan jumlah petani responden kelapa sawit luas lahan 4 hektar yang berusia kurang dari 45 tahun 1 orang atau 6.25 persen, sedangkan petani yang berusia diantara 45 sampai 50 sebanyak 8 orang atau sebanyak 50 persen dan petani yang berusia diatas 50 tahun sebanyak 7 orang atau sebanyak 43.75 persen. Sebaran jumlah dan persentase petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan usia pada petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar di KUD Citra Makarti Tahun 2013 Usia

Pada petani responden kelapa sawit luas lahan 2 hektar yang berusia kurang dari 45 tahun tidak ada, sedangkan petani yang berusia diantara 45 sampai 50 sebanyak 7 orang atau sebanyak 50 persen dan petani yang berusia diatas 50 tahun sebanyak 7 orang atau sebanyak 50 persen. Umur dapat mempengaruhi pada produktivitas usahatani kelapa sawit, karena umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja. Usia petani juga akan mempengaruhi lamanya pengalaman petani dalam menjalankan usahatani kelapa sawit. Seluruh petani berjenis kelamin laki-laki.

Tingkat Pendidikan Petani

(41)

25

Tabel 8 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan pada petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar di KUD Citra Makarti pada tahun 2013

Tingkat pendidikan petani responden luas lahan 4 hektar berpendidikan SLTP yaitu sebanyak 8 orang atau sebanyak 50.00 persen, SLTA sebanyak 7 orang atau sebanyak 43.75 persen dan perguruan tinggi sebanyak 1 orang atau sebanyak 6.25 persen.

Pengalaman Berusahatani Kelapa Sawit

Petani kelapa sawit pada KUD Citra Makarti memiliki pengalaman usahatani yang sama yaitu selama 12 tahun pada saat PT Sari Aditya Loka menyerahkan lahan kelapa sawit kepada petani pada saat umur tanam 3 tahun setelah tanaman menghasilkan. Pada umumnya semakin lama pengalaman petani dalam suatu usahatani maka semakin baik petani tersebut mengelola usahataninya. Dari hasil wawancara pada petani responden didapat data bahwa pengalaman berusahatani kelapa sawit 12 tahun.

Luas Lahan dan Status Lahan

Petani yang tergabung dalam KUD Citra Makarti memiliki luas lahan paling sedikit 2 hektar dan paling luas 4 hektar. Luas lahan dapat mempengaruhi penerimaan dan biaya produksi sehingga dapat mempengaruhi pendapatan petani. Dari hasil wawancara dengan petani responden di KUD Citra Makarti lahan yang dimiliki oleh petani adalah milik sendiri. Nama petani dan dengan luasan lahan milik petani dapat dilihat pada Lampiran 1.

(42)

26

Keragaan Usahatani Kelapa Sawit

Usaha perkebunan kelapa sawit yang dilakukan berasal dari program pemerintah dengan pemberian kredit lahan dengan kerjasama bersama perusahaan PT. Sari Aditya Loka dan di koordinir oleh KUD. Awal mulanya pembukaan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pelepat Ilir ini dimulai dari kegiatan transmigrasi penduduk dari jawa ke Kecamatan Pelepat Ilir. Pada saat itu pemerintah memberikan lahan untuk melakukan usaha perkebunan kelapa sawit kepada masyarakat transmigrasi. Pembukaan lahan, penanaman dan perawatan dikelola oleh PT Sari Aditya Loka yang merupakan perusahaan pengelohan kelapa sawit. Pada saat itu pola perkebunan di sebut pola PIR- Trans tahun 1989. Pada tahun 1998 pemerintah daerah Kabupaten Bungo memberikan bantuan berupa kredit lahan kepada petani kelapa sawit untuk melakukan pembukaan usaha perkebunan kelapa sawit. Setiap petani diberikan kredit lahan sebesar 2 hektar. Lahan kredit dari pemerintah dikelola oleh PT. Sari Aditya Loka baik dari pembukaan lahan, penanaman sampai tanaman tersebut menghasilkan, setelah menghasilkan tanaman kelapa sawit tersebut dikembalikan kepada setiap petani dan petani mulai melakukan pembayaran kredit lahan. Pembayaran kredit lahan dikelola oleh KUD Induk (Karya Mukti) selanjutnya uang angsuran kredit lahan petani diserahkan kepada Bank Permata dalam setiap bulannya sampai kredit kepada bank permata lunas setelah lunas petani yang kredit lahan mendapatkan sertifikat lahan. Setelah kredit lahan lunas, diantara petani tersebut ada yang menjual lahannya kepada petani lain sehingga petani yang membeli lahan tersebut dapat memiliki lahan seluas 4 hektar.

Tujuan pembangunan perkebunan melalui pola KKPA adalah untuk membentuk masyarakat perkebunan yang secara kelompok memiliki usahatani terpadu dan secara unit merupakan kegiatan Agrobisnis yang utuh meliputi aspek-aspek produksi, pengolahan dan pemasaran. Kemampuan petani dalam melakukan usaha perkebunan akan dapat meningkatkan pendapatan Petani KKPA. Peningkatan produksi seiring dengan meningkatkan volume produksi CPO dan meningkatkan nilai ekspor. Mendukung program transmigrasi yang dilakukan oleh pemerintah dan meningkatkan kesempatan kerja.

(43)

27

Tabel 9 Kisaran dosis dan jumlah aplikasi pupuk kelapa sawit TM pada umur 6 tahun-umur > 15 tahun(kg/pokok/tahun) rata-rata untuk pengendalian hama dan penyakit rondap yang diperlukan adalah sebesar 16 liter dan gramaxon 16 liter. Rata-rata output dan input yang digunakan dalam usahatani kelapa sawit luasan lahan 4 hektar dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Rata-rata hasil output dan input yang digunakan dalam usahatani kelapa

sawit luas lahan 4 hektar dalam setahun

No Komponen Jumlah Per hektar Satuan

(44)

28

Tabel 11 Rata-rata hasil output dan input yang digunakan dalam usahatani kelapa sawit luas lahan 2 hektar dalam setahun

No Komponen Jumlah Per hektar Satuan

Tenaga kerja. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani kelapa sawit terdiri dari tenaga kerja panen, pemupukan, penyemprotan hama dan penyakit tanaman dan meruning. Setiap petani luas lahan 4 hektar menggunakan tenaga kerja panen sebanyak 2 orang dan luas lahan 2 hektar menggunakan tenaga kerja sebanyak 1 orang, untuk tenaga kerja pemupukan luas lahan 4 hektar membutuhkan 6 orang sedangkan luas lahan 2 hektar membutuhkan sebanyak 3 orang, untuk penyemprotan masing-masing luas lahan 4 hektar dan 2 hektar membutuhkan 2 orang dan 1 orang dan untuk meruning masing-masing luasan lahan 4 hektar dan 2 hektar membutuhkan tenaga kerja sebanyak 2 orang dan 1 orang.

Peralatan. Peralatan yang digunakan oleh petani responden pada KUD Citra Makarti pada umumnya milik sendiri. Adapun macam-macam peralatan yang digunakan untuk budidaya kelapa sawit adalah mesin rumput, dodos, egrek, tangkai, angkong, cangkul dan parang. Harga mesin rumput adalah Rp 1 500 000, dodos sebesar Rp 90 000, egrek sebesar Rp 45 000, tangkai sebesar Rp 45 000, angkong Rp 350 000, cangkul sebesar Rp 37 000 dan parang Rp 20 000.

Gambar

Tabel 1  Produksi tanaman kelapa sawit menurut kecamatan tahun 2007-2008 (hektar)
Tabel 3  Luas lahan kelapa sawit petani KKPA di Kecamatan Pelepat Ilir tahun 2013
Gambar 1  Kerangka pemikiran operasional
Tabel 4  Sumber data primer dan data sekunder penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu skenario (alternatif) agroteknologi yang dianalisis dalam penelitian yaitu perbaikan jarak tanam untuk tipe sesap karet, penggunaan pupuk dengan takaran sesuai

Salah satu skenario (alternatif) agroteknologi yang dianalisis dalam penelitian yaitu perbaikan jarak tanam untuk tipe sesap karet, penggunaan pupuk dengan takaran sesuai

tidak berbeda antar periakuan, sedangkan kadar VFA total, kecemaan bahan kering clan bahan organ&amp; berbeda (FW.05) antar perfakuan Perlakuan teddc yang digunakan

Pendapatan Petani Sampel Usahatani Anggrek Dendrobium Per Tahun No Jumlah Bibit Penerimaan Total Biaya Total Pendapatan. Sampel (Pot) (Rp) (Rp)

Berdasarkan hasil penelitian terhadap kajian pendapatan usahatani karet yang menggunakan stimulan dan non stimulan dapat disimpulkan bahwa penggunaan stimulan secara signifikan

Dilihat dari selisih penerimaan tunai dan penerimaan total antara petani mitra dengan petani non mitra yang lebih besar daripada selisih biaya tunai dan biaya total, maka

Pendapat Suratiyah 2015, untuk melihat pendapatan bersih digunakan rumus yaitu: Pendapatan = total Penerimaan – Total Biaya = Rp.1.361.160.000 – Rp.496.082.000 = Rp.865.078.000 Dari

PENERIMAAN PENDAPATAN KONTRIBUSI di hitung seberapa besar kontribusinya terhadap total pendapatan usahatani di Kecamatan Lumban Julu, seperti yang digambarkan dala kerangka