• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efisiensi Teknis Usahatani Padi Di Jawa Dan Luar Jawa : Pendekatan Data Envelopment Analysis (Dea).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efisiensi Teknis Usahatani Padi Di Jawa Dan Luar Jawa : Pendekatan Data Envelopment Analysis (Dea)."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

JUNI HESTINA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul “Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa dan Luar Jawa : Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

(3)

JUNI HESTINA. Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa dan Luar Jawa : Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Dibimbing oleh RITA NURMALINA dan SUHARNO.

Upaya peningkatan produksi padi dalam rangka memenuhi kebutuhan beras terus dilakukan dengan harapan mampu mencapai swasembada beras secara berkelanjutan. Efisiensi merupakan salah satu aspek penting bagi petani sebagai alat ukur untuk pemilihan penarikan keputusan produksi terhadap alternatif yang tersedia. Terdapat beberapa perbedaan efisiensi di tingkat usahatani di Jawa dan luar Jawa, tetapi salah satu bentuk efisiensi yang perlu diperhatikan yaitu efisiensi teknis. Produktivitas padi di Jawa dan luar Jawa masih dibawah target produktivitas nasional sebesar 6 Ton per ha, dimana produktivitas padi di Jawa pada tahun 2014 sebesar 56.09 ku/ha sedangkan luar Jawa 43.27 ku/ha. Selain capaian produktivitas yang belum maksimal, penggunaan input berlebih dan kurang untuk beberapa input produksi masih ditemukan dalam aplikasi di lapang baik di Jawa maupun luar Jawa.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk untuk mendeskripsikan keragaan usahatani dan penggunaan input produksi padi, menganalisis efisiensi teknis usahatani padi, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis di Jawa dan luar Jawa. Penelitian ini menggunakan data sekunder PATANAS (Panel Petani Nasional) yang telah dilakukan oleh Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian tahun 2010. Data yang digunakan disesuaikan dengan variabel-variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian ini.

Pengolahan dan analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis data yaitu Data Envelopment Analysis (DEA) dan Regresi Tobit. Di dalam melakukan kegiatan usahatani rata-rata petani responden masih belum menggunakan input sesuai dengan penggunaan input yang dianjurkan, seperti pada penggunaan benih dan pupuk (urea dan NPK). Pengukuran efisiensi teknis usahatani padi dalam penelitian ini menggunakan variabel input yang terdiri dari benih, pupuk urea, pupuk NPK, tenaga kerja dalam keluarga, dan tenaga kerja luar keluarga. Sedangkan, variabel output yang digunakan yaitu produksi dan produktivitas padi. Penggunaan input produksi di Jawa dan luar Jawa memiliki nilai input slack. Petani di Jawa dapat mengurangi penggunaan benih 3.177 kg, pupuk urea sebanyak 6.746 kg, pupuk NPK sebanyak 14.961 kg, dan tenaga kerja dalam keluarga sebanyak 3.831 HOK dan tenaga kerja luar keluarga 3.621 HOK sedangkan petani di luar Jawa dapat mengurangi penggunaan benih 1.818 kg, pupuk urea sebanyak 32.367 kg, pupuk NPK sebanyak 6.01 kg, dan tenaga kerja dalam keluarga sebanyak 7.117 HOK dan tenaga kerja luar keluarga 8.805 HOK agar usahatani padi yang dilakukan efisien secara teknis. Upaya peningkatan efisiensi dalam usahatani padi dapat dilakukan dengan menggunakan input-input produksi sesuai dengan komposisi anjuran program pemerintah.

(4)

pendidikan,dan Kelompok Tani. Sedangkan variabel tanggungan dalam keluarga, penyuluhan, dan akses lembaga keuangan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap efisiensi teknis usahatani padi di lokasi penelitian.

(5)

JUNI HESTINA. Techincal Efficiency Of Paddy Farm in Jawa and Outside Jawa with Data Envelopment Analysis (DEA). Supervised by RITA NURMALINA and SUHARNO.

Efforts to increase efficiency is important in regards to fulfil the demand of rice, and in turns, to reach rice self-sufficiency sustainably. Efficiency is an important aspect for farmer that can be used as a measuring tools to make a decision regarding production among available options. There are many different types of efficiency on the farm businesses level in Jawa and outside Jawa, but technical efficiency is the one important to note.

The objectives of this research is to describe the farming techniques and the use of paddy production inputs, to evaluate the technical efficiency of paddy farming, and to identify the factors that influence the technical efficiency of paddy farms in Jawa and outside Jawa. The data used in this research were analyzed using a qualitative and quantitative analysis. To analyzed the data, data envelopment analysis (DEA) approach and tobit regression were applied.

Farmers were not use the the right amount of inputs as being recommended by the instructor, such as the use of seed and fertilizer (NPK and urea). The input variables that were used to see the value of technical efficiency of paddy farm in this research consists of seed, fertilizer (NPK and urea), liquid insecticide, solid insecticide, family labors, and the labor outside of the family. While the output variables that were used in this research were the amount of production and the productivity in said growing season.

The use of Urea, NPK, and labor had the largest percentage of input slacks when compared to the other production inputs. Farmers in Jawa could reduce the use of seed by 3.177, urea by 6.746 kg, NPK by 14.961 kg, and labor in family by 3.831 HOK and labor outside family by 3.621 HOK, meanwhile farmer outside Jawa could reduce the use of seed 1.818 kg, urea by 32.367 kg, NPK by 6.01 kg, and labor in family by 7.117 HOK and labor outside family by 8.805 HOK to make the paddy farm technically efficient. Using the right amount of inputs as recommended by the government can improve the efficiency of paddy farm.

One of the factors that can greatly influence the improvement of farming technical efficiency is the socio-economic factors. Factors that affecting the technical efficiency of paddy farm in Jawa were the number of members in the household, the level of formal education, and farming group, while age,accsess formal finance and the membership of farming coaching do not significantly affect the technical efficiency of paddy far. Meanwhile in outside Jawa were age, the level of formal education and farming group, while the other variables like the number of members in the household, accsess formal finance and the membership of farming coaching do not significantly affect the technical efficiency of paddy farm.

(6)

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Agribisnis

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(8)
(9)
(10)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Adapun Topik yang dianalisis dalam penelitian ini adalah efisiensi, dengan judul Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa dan luar Jawa : Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada:

1. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing sekaligus Ketua Program Studi Agribisnis dan Dr Ir Suharno M. dev selaku Anggota Komisi Pembimbing sekaligus Sekretariat Program Studi Agribisnis atas segala bimbingan, arahan, motivasi dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis mulai dari penyusunan proposal hingga penyelesaian tesis ini.

2. Dr Ir Burhanuddin, MM selaku Dosen Evaluator pada pelaksanaan kolokium proposal penelitian yang telah memberikan banyak arahan dan masukan sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik.

3. Dr Ir Netti Tinaprillia, MM selaku Dosen Penguji pada pelaksanaan Ujian Tesis dan seluruh staf Program Studi Agribisnis atas dorongan semangat, bantuan dan kemudahan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan pada Program Studi Agribisnis.

4. Dr Ir Handewi P Saliem selaku mantan Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian tahun 2011-2016 dan Dr Ir Abdul Basyit MSi selaku Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian tahun 2016-sekarang atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti tugas belajar pada Program Studi Agribisnis Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

5. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti tugas belajar pada Program Studi Agribisnis, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

6. Teman-teman seperjuangan pada Program Studi Agribisnis Angkatan III, Sekolah Pascasarjana IPB atas diskusi, masukan dan keceriaan selama mengikuti pendidikan.

7. Secara khusus dengan penuh rasa cinta dan hormat, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Ayahanda Jasarman Sinaga (alm) dan Ibunda Sadarmina Simatupang serta Bapak mertua T Rajagukguk (alm) dan Ibu mertua Bungalina Simanjorang yang selalu mendoakan dan memotivasi untuk keberhasilan penulis.

(11)

10. Teman-teman sekantor Ibu Eni, Ibu Nina, Julia F. Sinuraya, Helena J. Purba, Sri Nuryanti, Komisariat Kristen PSEKP atas Doa, dukungan dan motivasi kepada penulis

11. Pihak-pihak lain yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, namun telah banyak turut memberikan sumbangan saran dan bantuan serta doa selama penulis kuliah di IPB.

Akhir kata, tesis ini penulis persembahkan kepada pembaca sebagai pengetahuan dan sumber informasi yang diharapkan berguna bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, September 2016

(12)

DAFTAR TABEL i

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN iii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 6

Faktor-faktor Determinan yang Mempengaruhi Efisiensi Produksi 6 Faktor-faktor Terkait Sosio-Ekonomi Pelaku Usaha Pertanian 7

Faktor-faktor Lembaga Penunjang Pertanian 10

Pendekatan Pengukuran Efisiensi Produksi 12

Konsep Fungsi ProduksiData Envelopment Analysis(DEA) 12

KERANGKA PEMIKIRAN 15

Kerangka Pemikiran Teoritis 15

Konsep Produksi dan Fungsi Produksi 16

Konsep Produktivitas dan Efisiensi 18

Konsep Efisiensi Berorientasi Input 18

Konsep Efisiensi Berorientasi Output 20

Kerangka Operasional 24

METODE PENELITIAN 25

Lokasi dan Waktu Penelitian 26

Jenis dan Sumber Data 26

Metode Penentuan Sampel 26

Metode Pengolahan dan Analisis Data 27

MetodeData Envelopment Analysis(DEA) 27

Analisis Efisiensi Teknis dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis

(DEA) 28

Regresi Tobit 40

KARAKTERISTIK USAHATANI RESPONDEN 33

Karakteristik Petani Responden 33

HASIL DAN PEMBAHASAN 37

Keragaan Usahatani Padi di Jawa dan Luar Jawa 37

(13)

KESIMPULAN DAN SARAN 62

Simpulan 62

Saran 62

LAMPIRAN 69

RIWAYAT HIDUP 88

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas padi di Indonesia,

2010-2014 2

2 Sebaran responden, menurut Provinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Desa 26 3 Karakteristik petani responden berdasarkan umur di Jawa dan luar Jawa

Tahun 2010 34

4 Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan petani padi

Jawa dan luar Jawa 34

5 Sebaran petani responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga

pada usahatani padi di Jawa dan luar Jawa 35

6 Sebaran petani responden di Jawa dan luar Jawa berdasarkan

keikutsertaan dalam kelompok tani 36

7 Sebaran petani responden di Jawa dan luar Jawa berdasarkan

keikutsertaan dalam penyuluhan 36

8 Sebaran petani responden di Jawa dan luar Jawa berdasarkan akses

terhadap lembaga keuangan 37

9 Sebaran petani responden berdasarkan status kepemilikan garapan pada

usahatani padi di Jawa dan luar Jawa 37

10 Sebaran petani responden di Jawa dan luar Jawa berdasarkan luas lahan

padi yang digarap 38

11 Perhitungan DEA dengan asumsi Constant Return to Scale Technical Efficiency (CRSTE), Variable Return to Scale Technical Efficiency

(VRSTE), danScale Efficiency(SE) di Jawa 45

12 Sebaran variabelouputdaninputyang digunakan lima petani responden

di Jawa 47

13 Perhitungan DEA dengan asumsi Constant Return to Scale Technical Efficiency (CRSTE), Variable Return to Scale Technical Efficiency (VRSTE), danScale Efficiency(SE) di Luar Jawa. 48 14 Sebaran variabelouputdaninputyang digunakan lima petani responden

di Luar Jawa 51

15 Nilaiinputberlebih (input slack) rata-rata dari seluruh petani padi di

Jawa 63

16 Nilaiinputberlebih (input slack) rata-rata dari seluruh petani padi di

Luar Jawa 63

(14)

DAFTAR GAMBAR

1 KurvaDeterministic Production Frontier 16

2 Produktivitas dan Efisiensi Produksi 18

3 Efisiensi pada orientasiinput 19

4 Efisiensi pada orientasi output 20

5 Pengukuran Efisiensi danInput Slack 24

6 Kerangka Pemikiran Operasional 25

7 Sebaran penggunaan benih di Jawa dan luar Jawa 41

8 Sebaran penggunaan pupuk urea di Jawa dan luar Jawa 42 9 Sebaran penggunaan pupuk NPK di Jawa dan luar Jawa 42

10 Sebaran penggunan tenaga kerja di Jawa 44

11 Sebaran penggunaan tenaga keja di luar Jawa 44

12 Distribusi skor efisiensi pada model DEAVariable Return

to Scale(VRS) untuk masing-masing petani responden di Jawa 46 13 Distribusi skor efisiensi pada model DEAVariable Return to Scale

(VRS) untuk masing-masing petani responden di Luar Jawa 50

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil perhitungan DEA Constant Return to Scale Technical EfficiencyScores, Variable Return to Scale Technical Efficiency Scores, ScaleEfficiency, dan Return to Scale dari setiap petani responden di

Jawa .. 6969

2 Hasil perhitungan DEA Constant Return to Scale Technical EfficiencyScores, Variable Return to Scale Technical Efficiency Scores, ScaleEfficiency, dan Return to Scale dari setiap petani responden di Luar Jawa ...72 3 Sebaran input slack(inputberlebih) dari setiap petani responden (DMU)

di Jawa ...75 4 Sebaran input slack(inputberlebih) dari setiap petani responden (DMU)

di Luar Jawa ...78 5 Sebaran perbandingan dari setiap petani responden (DMU) di Jawa...81 6 Sebaran perbandingan dari setiap petani responden (DMU) di Luar

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi menjadi komoditas penting dalam kebijakan pertanian di Indonesia karena padi sebagai penghasil beras merupakan sumber makanan pokok hampir seluruh masyarakat Indonesia. Sebagai bahan pokok, beras masih menjadi pilihan utama dibandingkan dengan bahan pangan lain seperti jagung, ubi, sagu, dan bahan lainnya. Beras memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik, mudah disimpan, mudah disajikan, rasa yang enak, dan sudah menjadi suatu budaya konsumsi bagi hampir seluruh masyarakat. Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan industri pangan meningkatkan permintaan terhadap berbagai komoditas pangan. Beras merupakan salah satu komoditas strategis yang permintaannya meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Upaya peningkatan produksi padi dalam rangka memenuhi kebutuhan beras terus dilakukan dengan harapan mampu mencapai swasembada beras secara berkelanjutan. Berdasarkan amanah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan, pemerintah berkewajiban untuk bisa meningkatkan produksi padi nasional guna memenuhi permintaan beras dalam negeri.

Konsumsi beras rumahtangga Indonesia menurut data susenas adalah 114 kg per kapita per tahun jika diakumulasikan dengan laju pertumbuhan penduduk pertahun sebesar 1,49 persen (BPS,2013), total konsumsi beras nasional mencapai 35 juta ton dengan nilai melebihi Rp 200 triliun, sementara beras dunia yang diperdagangkan hanya 37 ton per tahun (FAOSTAT, 2013). Indonesia sebagai salah satu negara komsumsi beras terbesar tidak dapat mengandalkan sepenuhnya kebutuhan beras dalam negeri dari pasokan impor. Peningkatan produksi padi melalui perbaikan pada sisi produksi penting untuk dilaksanakan untuk mewujudkan kedaulatan, ketahanan dan swasembada pangan.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS. 2014) dalam kurun waktu 2010-2014 terjadi dua kali penurunan produksi pada periode tahun 2011 dan tahun 2010-2014. Pada periode tahun 2011 produksi padi sebesar 65.75 juta ton mengalami penurunan sebanyak 0.71 juta ton (1.07 persen) dibandingkan tahun 2010 dan periode tahun 2014 produksi padi sebesar 70.83 juta ton mengalami penurunan sebanyak 0.44 juta ton (0.66 persen) dibandingkan tahun 2013. Penurunan produksi padi tahun 2014 dan 2011 diperkirakan terjadi di pulau Jawa masing-masing sebanyak 0.83 dan 1.97 juta ton GKG, sedangkan produksi padi di luar Jawa pada tahun 2014 dan 2011 mengalami kenaikkan masing-masing sebesar 0.38 dan 1.25 juta ton. Penurunan produksi padi diperkirakan terjadi karena penurunan produktivitas pada tahun 2014 dan 2011 sebesar 1.31 ku/ha (2.3 persen) dan 1 ku/ha (1.8 persen) dari tahun sebelumnya.

(16)

peningkatan produksi padi melalui perluasan lahan sawah dibeberapa wilayah Indonesia akan semakin mahal dan membebani anggaran pemerintah. Upaya peningkatan produksi melalui terobosan teknologi baru akan baik dilakukan, tetapi perlu didukung dengan karakteristik petani, akses modal usaha, dan skala usahatani. Selain itu, petani umumnya cenderung kembali menggunakan teknologi yang sederhana apabila kegiatan pelayanan dan pembinaan tidak dilakukan secara optimal (Supadi 2006).

Tabel 1. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas padi di Indonesia, 2010-2014

Uraian 2014 2013 2012 2011 2010 Laju

Pertumb uhan (%) Luas Panen

(Ha)

- Jawa 7581311 7551688 7426981 7190466 7043306 1.83

- Luar Jawa 7393410 7368179 7260003 7038564 6894929 1.72

- Indonesia 13793640 13835252 13445524 13203643 13253450 1.38 Produksi (Ton)

- Jawa 36658918 37493020 36526663 34404557 36374771 1.09

- Luar Jawa 34172835 33786689 32529463 31352347 30094623 2.98 - Indonesia 70831753 71279709 69056126 65756904 66469394 1.95 Produktivitas

(Ku/Ha)

- Jawa 56.09 57.40 58.29 54.80 55.81 0.04

- Luar Jawa 43.27 43.03 42.13 41.83 41.38 1.10

- Indonesia 51.35 51.52 51.36 49.80 50.15 0.55

Sumber : BPS, 2014

Peningkatan produksi melalui efisiensi teknis saat ini menjadi alternatif yang penting, karena dapat meningkatkan hasil output potensial pada petani (Kusnadi et al .2011). Efisiensi teknis menjadi sangat penting untuk diperhatikan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas padi. Efisisensi teknis berpedoman pada aspek efisiensi usahatani yang meliputi penggunaan benih unggul, pupuk, pestisida, tenaga keja dan input produksi lainnya sehinggandapat menekan biaya usahatani dan meningkatkan pendapatan petani. Berdasarkan penelitian sebelumnya efisiensi teknis usahatani padi dapat ditingkatkan pada kisaran 50-90 persen. Penelitian Sumaryanto dkk. (2001) menjelaskan bahwa tingkat efisiensi teknis usahatani padi bervariasi antar wilayah, dengan kisaran 0,64-0,80. Hasil penelitian Daryanto (2000) juga menjelaskan hal yang sama nilai efisiensi teknis usahatani padi barada pada kisaran 59 persen hingga 87 persen.

(17)

keterlibatan petani dalam lembaga pertanian. Kapabilitas manajerial petani memiliki peran penting dalam melakukan kegiatan usahatani karena mempengaruhi dalam hal aplikasi yang dilakukan pada usahatani dan cara pengambilan keputusan yang tepat. Kapabilitas manajerial yang baik tercemin dari hasil output yang dihasilkan pada saat panen dengan penggunaan input yang tepat. Penggunaan inputyang tepat seperti jenis input, jumlah input,kualitas dan mutu input, kombinasi penggunaan input-input, waktu penggunaan input, serta cara pengaplikasianinput.

Berdasarkan uraian tersebut, upaya peningkatan produksi padi di Jawa dan luar Jawa melalui efisiensi teknis menjadi penting untuk diperhatikan. Tingkat efisiensi teknis usahatani padi salah satunya dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial-ekonomi petani dan penggunaan input produksi, dimana hal ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat penerimaan, tingkat pengeluaran, serta tingkat pendapatan usahatani padi.

Perumusan Masalah

Permintaan beras di Indonesia masih terus meningkat seiring dengan permintaan untuk konsumsi akhir oleh rumah tangga, permintaan non rumah tangga (industri pengolahan dan hotel-restoran) dan tingginya laju pertumbuhan penduduk. Disisi lain, saat ini dengan adanya perubahan iklim yang menjadi lebih ekstrim akibat pemanasan global, akan berdampak pada terganggunya proses produksi padi. Hal lain yang mempengaruhi produksi padi adalah penggunaan input produksi yang belum efisien dan keterbatasan petani dalam mengakses modal. Keterbatasan modal menyebabkan usahatani padi yang dilakukan oleh petani tidak banyak mengikuti anjuran penyuluh dan mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan aktivitas usahataninya.

(18)

Petani padi di Jawa dan luar Jawa telah diberikan beberapa komponen penggunaan input yang dianjurkan oleh penyuluh. Namun, pada umumnya penggunaan input yang digunakan sesuai dengan pertimbangan pada masing-masing petani. Sehingga, umumnya terjadi variasi penggunaaninputpada masing-masing petani di Jawa dan luar Jawa. Oleh karena itu, perlu adanya upaya perbaikan penggunaan faktor-faktor produksi (input) dalam melakukan kegiatan usahatani padi agar produktivitas usahatani padi di Jawa dan luar Jawa dapat meningkat. Penggunaaninputyang tidak sesuai dengan anjuran dapat terlihat pada rata-rata penggunaan input produksi dari petani responden seperti benih, pupuk urea, dan pupuk NPK. Penggunaan beberapa inputsesuai dengan yang dianjurkan oleh penyuluh yaitu benih sebesar 20 kg/ hektar, pupuk urea 200 kg/ hektar, dan pupuk NPK 200 kg/ hektar (Kementrian Pertanian 2014). Sementara rata-rata penggunaan input yang digunakan oleh petani responden di Jawa yaitu benih sebesar 37.37 kg/ hektar, pupuk urea 303.19 kg/ hektar, dan pupuk NPK sebesar 146.77 kg/ hektar. Luar Jawa benih sebesar 63.45 kg/ hektar, pupuk urea 262.52 kg/ hektar, dan pupuk NPK sebesar 152.20 kg/ hektar.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat inefisensi produksi juga dipengaruhi oleh variabel sosial ekonomi dan demografi, seperti umur kepala keluarga (KK), jumlah anggota rumah tangga (ART), tingkat pendidikan kepala keluarga (KK), keikutsertaan dalam kelompok tani, keikursertaan dalam anggota koperasi tani, pengetahuan tentang teknologi budidaya, penyuluhan pertanian,pengalaman usahatani KK, pendapatan non pertanian (Battese dan Coelli, 1995; Dev dan Hossain, 1995; Wilson et al., 1998; Xu dan Jeffrey, 1998; Kurkalova dan Helen, 2000; Theingi dan Thanda, 2005; Msuya et al., 2005; dan Fabiosaet al.,004).

Apabila petani memiliki kemampuan kapabilitas manajerial yang baik maka akan terlihat dari penggunaan inputdanouputyang dihasilkan karena petani tersebut dapat mengelola usahatani dengan tingkat efisien yang tinggi. Selain itu, kapabilitas manajerial petani dapat terlihat dari kemampuan petani dalam hal memperoleh pengetahuan dan informasi terkait dengan mengelola usahatani padi. Pengetahuan dan informasi seperti penggunaan kombinasi input dan inovasi penerapan teknologi dapat diperoleh melalui sekolah lapang, penyuluhan, pelatihan, petani lain, media, maupun sumber informasi lainnya. Penggunaan faktor-faktor produksi dalam budidaya padi serta kemampuan manajerial yang berasal dari diri petani melalui faktor-faktor sosial-ekonomi akan mempengaruhi efisiensi teknis petani di dalam melakukan usahatani padi. Analisis efisiensi teknis bertujuan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan input-input produksi dan mengidentifikasi faktor-faktor yang akan mempengaruhi efisiensi teknis usahatani padi di Jawa dan luar Jawa.

Berdasarkan uraian diatas, Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana keragaan dan penggunaan input produksi usahatani padi di Jawa dan luar Jawa?

2. Bagaimana Tingkat efisiensi teknis usahatani padi di Jawa dan luar Jawa? 3. Faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi efisiensi teknis usahatani padi

(19)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan keragaan dan penggunaaninput produksi usahatani di Jawa dan luar Jawa.

2. Menganalsis Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Jawa dan luar Jawa

3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis usahatani padi di Jawa dan luar Jawa.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu : 1. Memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam hal analisis

efisiensi teknis usahatani dengan pendekatan yang digunakan (Data Envelopment Analysisdan Model Tobit).

2. Sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan terkait dan petani. Penelitian ini dapat sebagai informasi dan pengetahuan yang penting dalam hal upaya meningkatkan produksi, produktivitas, dan pendapatan usahatani padi.

3. Memberikan manfaat bagi pembaca, baik sebagai rujukan untuk melanjutkan penelitian yang terkait maupun sebagai tambahan informasi dan pengetahuan.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada usahatani padi di Jawa dan luar Jawa (Jawa meliputi tiga provinsi sentra , yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan luar Jawa, yaitu Provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan). Penelitian ini terkait dengan ketersediaan data pada penelitian PATANAS yang dilakukan oleh Pusat Studi Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Lokasi desa yang dipilih berdasarkan basis komoditi padi sawah dengan pengairan irigasi.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Efisiensi merupakan aspek sangat penting yang perlu diperhatikan dalam suatu usaha pertanian karena sebagai alat ukur untuk menilai pemilihan alternatif dalam keputusan produksi. Efisiensi yang tinggi mengindikasikan produktivitas yang tinggi dari suatu usaha yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan bagi pelaku usaha pertanian. Penelitian yang mengangkat topik efisiensi produksi sudah cukup banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Para peneliti umumnya tertarik untuk mengestimasi efisiensi produksi suatu usaha pertanian dan menganalisis faktor-faktor apa yang berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi produksi. Dalam mengestimasi dan menganalisis faktor-faktor tersebut, pendekatan yang digunakan oleh para peneliti terdiri dari dua pendekatan yaitu pendekatan parametrik dengan Stochastic Frontier Analysis dan pendekatan nonparametrik dengan DataEnvelopment Analysis.

Pada bab ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang jenis-jenis efisiensi dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi produksi suatu usaha, model yang sering digunakan dalam analisis datanya, serta hubungan keuntungan dengan efisiensi usaha. Referensi yang digunakan adalah berasal dari jurnal, artikel ilmiah laporan penelitian, tesis, dan disertasi. Berdasarkan referensi yang telah dibahas maka dapat diperoleh kesimpulan atas beberapa konsep yang berhubungan dengan tujuan penelitian ini.

Faktor-faktor(Determinat)yang Mempengaruhi Efisiensi Produksi

Efisiensi produksi suatu usaha tani dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Faktor-faktor ini bisa berpengaruh positif atau negatif terhadap efisiensi produksi suatu usaha. Adanya pengaruh yang berbeda dari faktor-faktor ini tentu saja akan berpengaruh secara langsung pada produksi dan produktivitas suatu usaha pertanian. Faktor-faktor yang berpengaruh positif akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas usaha tani yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan kepada pelaku usaha pertanian. Sebaliknya, faktor-faktor yang berpengaruh negatif akan mengakibatkan efisiensi rendah yang mengindikasikan adanya pemborosan atau penggunaan faktor-faktor yang kurang tepat sehingga bisa merugikan pelaku usaha pertanian.

(21)

efisiensi produksi. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap efisiensi pertanian akan dijelaskan sebagai berikut.

Faktor-faktor Terkait Sosio-Ekonomi Pelaku Usaha Pertanian

Banyak penelitian yang memasukkan faktor-faktor sosio-ekonomi dalam melihat pengaruhnya terhadap efisiensi produksi suatu usaha. Faktor sosio-ekonomi ini merepresentasikan karakteristik dari pelaku usaha pertanian. Yang termasuk ke dalam faktor sosio-ekonomi yang sering diteliti antara lain usia, pendidikan, pengalaman, jumlah anggota keluarga, jenis kelamin dan luas lahan.

Faktor Usia

Usia petani yang semakin tua mengindikasikan semakin banyak pengalaman yang diperoleh oleh petani sehingga petani tersebut diduga lebih efisien dalam menjalankan usahanya. Namun, dengan pengalaman yang lebih banyak petani dengan usia tua cenderung tidak terlalu mudah atau enggan dalam mengadopsi teknologi baru. Sebaliknya, petani muda dengan pendidikan formal yang tinggi mengindikasikan petani tersebut memiliki kemampuan manajerial yang lebih baik daripada petani yang tua namun dengan tingkat pendidikan lebih rendah. Hal ini yang menyebabkan penelitian-penelitian terdahulu belum menemukan hasil empiris yang konsisten(incloncusive) mengenai pengaruh usia terhadap efisiensi produksi.

Khan (2012) tertarik meneliti lebih dalam tentang efisiensi produksi petani padi di Pakistan utara. Penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa usia berpengaruh positif terhadap inefisiensi produksi. Khan (2012) menyatakan bahwa faktor usia berkontribusi besar dalam ketidakefisienan produksi padi, di mana petani dengan usia yang lebih muda lebih efisien dibandingkan dengan petani yang lebih tua. Hal ini merupakan penemuan yang cukup penting mengingat petani muda umumnya lebih berpendidikan dibandingkan dengan petani yang lebih tua di Pakistan Utara. Sehingga semakin muda dan semakin berpendidikan petani maka petani tersebut semakin efisien secara teknis dan ekonomi. Pernyataan ini didukung oleh Gul et al. (2009) yang menemukan bahwa usia petani berpengaruh negatif terhadap efisiensi teknis dari usaha kapas di Cukurova, Turki. Hal yang sama juga disampaikan oleh Otitoju et al. (2010) dalam hasil penelitiannya dalam menganalisis secara empiris kendala dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis dari produksi kedelai di Nigeria. Mereka menemukan bahwa faktor usia berpengaruh negatif terhadap efisiensi teknis. Semakin tua usia petani kedelai di Nigeria maka petani tersebut akan semakin tidak efisien. Oleke dan Isinika (2011) semakin memperkuat dugaan ini dengan menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa usia peternak berpengaruh negatif terhadap efisiensi teknis peternak ayam petelur di Tanzania.

(22)

efisiensi teknis padi di pada area perkotaan dan pedesaan di Nepal. Sesuai dengan hasil tersebut, Hussain et al. (2012) menyatakan bahwa usia petaniberpengaruh positif terhadap efisiensi teknis pada produksi gandum di Punjab (Pakistan). Sementara Nwaru et al. (2011) menyimpulkan bahwa faktor usia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi produksi petani ubi jalar di Nigeria.Temuan yang sama juga diperoleh oleh Kilic et al. (2009) yang meneliti efisiensi produksi hazelnut di Turki.

Faktor Pendidikan

Pendidikan formal petani diduga meningkatkan kemampuan manajerial petani dan membantu petani dalam pengambilan keputusan yang tepat. Pendidikan petani yang baik membantu petani menggunakan informasi tentang input dengan baik sehingga lebih efisien. Sebagian besar penelitian menyimpulkan hasil yang mendukung hipotesis ini. Hal ini sesuai dengan penelitian Donkohet al.(2012) tentang efisiensi teknis dari petani padi di Ghana. Mereka menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara pendidikan petani padi di Ghana dengan efisiensi produksi petani tersebut. Pengaruhnya adalah positif yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan formal petani maka semakin tinggi efisiensi produksiyang akan dicapai oleh petani padi tersebut. Konsisten dengan temuan Donkoh et al. (2012), banyak peneliti juga menemukan hasil yang sama yaitu Piya et al.(2012); Mapemba et al. (2013); Bozoglu dan Ceyhan (2007); Gul et al. (2009); Kilic et al. (2009), Sohail et al. (2012); Tchereni et al. (2012); Donkoh et al. (2013); dan Oleke dan Isinika (2011). Semua hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa pendidikan berpengaruh positif terhadap efisiensi produksi usaha tani.

Sebaliknya, kontradiktif dengan hasil penemuan yang mendukung adanya pengaruh positif pendidikan terhadap efisiensi, penelitian Khan (2012) menemukan bahwa faktor pendidikan justru berpengaruh negatif terhadap efisiensi teknis padi di Pakistan utara. Sementara itu, Nwaru et al. (2011) mengemukakan hasil yang juga berbeda ketika menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi produksi pada petani ubi jalar di Nigeria. Menurut mereka faktor pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi produksi.

Faktor Pengalaman

Pengalaman memegang peran penting dalam kesuksesan dan kelangsungan usaha pertanian. Semakin banyak pengalaman petani maka semakin banyak petani tersebut belajar dari kegagalan-kegagalan usaha sebelumnya sehingga semakin efisien dalam pembuatan keputusan. Selain itu, dengan pengalaman petani biasanya semakin berani mengambil risiko terkait dengan adopsi inovasi baru.

(23)

(2011) yang menemukan adanya pengaruh yang signifikan dan positif antara pengalaman petani terhadap efisiensi produksi. Kontras dengan temuan yang menyimpulkan adanya pengaruh positif antara pengalaman terhadap efisiensi produksi, Mapemba et al. (2013) dan Otitoju et al. (2010) menemukan bahwa faktor pengalaman malah menunjukkan pengaruh negatif terhadap efisiensi teknis usaha padi di sebelah selatan Malawi.

Faktor Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi usaha tani. Menurut Nwaru et al. (2011) faktor jumlah anggota keluarga yang besar bisa mengatasi kendala tenaga kerja yang dihadapi oleh petani terutama di pedesaan yang lebih mengandalkan anggota keluarganya sendiri sebagai tenaga kerja daripada mempekerjakan orang lain. Mapemba et al. (2013) dan Oleke dan Isinika (2011) mendukung hasil ini.

Donkoh et al. (2012) memperoleh hasil yang bertentangan dengan Nwaru et al (2001). Menurut Donkoh et al. (2012) faktor jumlah anggota keluarga berpengaruh negatif terhadap efisiensi produksi padi di Ghana. Hal yang senada juga diungkapkan Bozoglu dan Ceyhan (2007); Maganga (2012) dan Sohailet al. (2012). Menurut Sohail et al. (2012) hal ini disebabkan petani dengan jumlah keluarga yang banyak akan menghadapi masalah ekonomi dan sosial di mana mereka membutuhkan lebih banyak makanan. Proporsi pendapatan petani untuk kebutuhan dasar lebih besar dibandingkan untuk membeli pupuk atau benih untuk usaha pertanian.

Jenis Kelamin

Dugaan bahwa petani dengan jenis kelamin laki-laki memiliki tenaga yang lebih besar dan lebih kuat daripada petani perempuan sehingga cenderung lebih efisien perlu untuk diteliti lebih lanjut. Hal ini disebabkan belum adanya bukti yang kuat membenarkan hipotesis ini.Penelitian Donkohet al. (2012); Mapemba et al. (2013); Bozoglu dan Ceyhan (2007); Otitoju et al. (2010); Tchereni et al. (2012); Donkoh et al.(2013) mendukung hipotesis tersebut yaitu petani laki-laki cenderung lebih efisien dibandingkan dengan petani perempuan. Hasil yang berbeda diperoleh Oleke dan Isinika (2011), mereka menemuka bahwa untuk faktor jenis kelamin, ditemukan bahwa peternak ayam petelur dengan jenis kelamin perempuan cenderung lebih efisien dibandingkan peternak laki-laki di Tanzania. Hal ini sesuai dengan temuan Nwaru et al. (2011). Hasil ini diperoleh Nwaru et al.(2011) dari kenyataan di lapangan di mana sebagian besar pertanian ubi jalar di Nigeria diusahakan oleh petani wanita.

Luas Lahan

(24)

luas lahan yang besar belum tentu efisien jika tidak menerapkan sistem usaha yang baik. Lahan yang kecil namun diusahakan dengan intensif bisa menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan lahan yang luas. Penelitian-penelitian yang memasukkan faktor luas lahan untuk melihat pengaruhnya terhadap efisiensi produksi suatu usaha tani telah banyak dilakukan. Donkoh et al. (2012); Mapemba et al. (2013); Kilic et al. (2009) menyatakan bahwa faktor luas lahan berpengaruh negatif terhadap efisiensi produksi. Hasil ini didukung oleh penelitian Nwaru et al. (2011) yang menyimpulkan luas lahan berpengaruh signifikan dan negatif terhadap efisiensi teknis, alokasi dan ekonomi dari petani ubi jalar di Nigeria. Hal ini menunjukkan bahwa petani ubi jalar dengan luas lahan kecil (smallholder farmers) lebih efisien, penggunaan sumber daya lahan dilakukan secara intensif oleh petani skala kecil

Hasil yang kontroversi ditemukan oleh Piya et al. (2012); Gulet al. (2009); Otitoju et al. (2010); Hussain et al. (2012). Penemuan mereka menyimpulkan bahwa luas lahan berpengaruh positif terhadap efisiensi produksi usaha pertanian. Semakin luas lahan yang dimiliki petani maka semakin efisien usaha tersebut.

Faktor-faktor Lembaga Penunjang Kegiatan Pertanian

Lembaga penunjang pertanian berperan penting dalam membantu pelaku usaha mengakses sumber daya tertentu misalnya dana atau informasi tertentu yang dibutuhkan. Pelaku usaha umumnya menghadapi kendala dana dalam menjalankan usahanya, terutama usaha skala kecil. Salah satu alternatif mengatasi hal tersebut adalah dengan mengajukan kredit kepada lembaga keuangan baik pemerintah maupun swasta atau dengan bantuan koperasi. Tidak hanya dana, pelaku usaha juga membutuhkan informasi dan networking dalam melakukan usahanya. Oleh sebab itu, ada berbagai faktor yang terkait lembaga penunjang yang kemudian berpengaruh terhadap efisiensi usaha.

Faktor Kredit

Pembangunan dan pengembangan usaha tidak terlepas dari aspek pembiayaan. Pembiayaan usaha dapat diperoleh melalui internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Oleh sebab itu, ada banyak pilihan sumber pembiayaan yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha saat ini. Namun, tidak semua pelaku usaha memiliki kemampuan untuk mendapatkan akses terhadap sumber pembiayaan tersebut. Hanya pelaku usaha yang memiliki akses pembiayaan yang kemudian dapat mengembangkan usahanya secara masif.

(25)

meningkatkan akses petani terhadap kredit. Berbeda dengan hasil penelitian yang disebutkan sebelumnya, Maganga (2012) melakukan studi empiris mengenai efisiensi teknis petani kentang Irish di Dedza, Malawi. Manganga (2012) tidak menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara akses terhadap kredit dan kunjungan penyuluh pertanian terhadap efisiensi teknis.

Faktor Penyuluh Pertanian

Adanya kunjungan penyuluh pertanian akan membantu pengetahuan atau wawasan petani mengenai sistem bertani yang baik. Selain itu penyuluh pertanian bisa menginformasikan kepada petani informasi mengenai teknologi baru yang cocok diadopsi misalnya benih, pupuk, pestisida atau alat pertanian yang baru. juga ditemukan berpengaruh positif terhadap efisiensi teknis, alokasi dan ekonomi. Nwaru et al. (2011) dan Khan (2012) menemukan pengaruh yang positif dari kunjungan penyuluh pertanian terhadap efisiensi produksi. Hasil ini didukukung oleh Hussain et al.(2012) yang meneliti efisiensi produksi gandum di Punjab (Pakistan). Bertentangan dengan hasil tersebut, Bozoglu dan Ceyhan (2007) mengemukakan bahwa faktor penyuluhan (training) petani berpengaruh negatif terhadap efisiensi produksi petani sayuran di Turki. Sementara itu, Manganga (2012) tidak menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara akses terhadap kredit dan kunjungan penyuluh pertanian terhadap efisiensi teknis petani kentang Irish di Malawi.

Setelah mengkaji pustaka beberapa peneliti sebelumnya, maka peneliti menduga bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dalam efisiensi produksi jagung di Kabupaten Simalungun antara lain faktor-faktor sosio-ekonomi antara lain usia, pendidikan, pengalaman, jumlah anggota keluarga, luas lahan. Selain itu peneliti juga menduga faktor-faktor seperti pupuk, benih, pestisida dan biaya produksi juga mempengaruhi secara signifikan efisiensi produksi jagung di Kabupaten Simalungun. Peneliti juga mempertimbangkan faktor lembaga penunjang seperti akses terhadap kredit, koperasi dan adanya kunjungan penyuluh pertanian berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi produksi petani jagung di Kabupaten Simalungun.

Faktor TerkaitInputdan Biaya Usaha Pertanian

Selain fakor-faktor terkait sosio-ekonomi pelaku pertanian, terdapat faktor lain yang sering digunakan para peneliti terkait pengaruhnya terhadap efisiensi produksi usaha pertanian. Faktor-faktor ini berkaitan langsung dengan kegiatan operasional usaha pertanian. Beberapa faktor yang terkait input dan biaya yang diduga berpengaruh antara lain pupuk, tenaga kerja tetap, benih, pesitisida dan biaya-biaya lainnya.

(26)

menemukan bahwa faktor yang berkontribusi positif terhadap efisiensi produksi padi di bagian selatan Malawi adalah benih dan pupuk. Sementara itu, Michalickova et al. (2013) menemukan bahwa upah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap efisiensi teknis peternakan sapi perah di Slovakia. Hubungan positif mengindikasikan adanya kemungkinan untuk meningkatkan efisiensi teknis dengan melalui partisipasi tenaga kerja dalam penggunaan inputyang lebih tinggi (motivasi).

Berbeda dengan hasil tersebut, Donkoh et al. (2012) menemukan bahwa faktor tenaga kerja tetap, benih, pupuk, biaya yang lain berpengaruh negatif terhadap efisiensi produksi padi di Ghana. Sementara itu Gul et al. (2009) menganalisis efisiensi teknis dari pertanian kapas di Cukurova, Turki. Mereka menyimpulkan bahwa penggunaan input yang berlebihan seperti pupuk fosfor, tenaga kerja, benih, dan irigasi akan mengakibatkan inefisiensi teknis. Adanya inefisiensi mengindikasikan pencampuran yang salah dari input-input tersebut. Hal yang sama disampaikan Otitoju et al.(2010), dari penelitian mereka diperoleh faktor tenaga kerja dan pupuk berpengaruh negatif terhadap efisiensi teknis petani kedelai di Nigeria. Michalickova et al. (2013) menganalisa efisiensi teknis produksi susu sapi perah dan mensintesis pengaruh input utama (biaya) terhadap efisiensi teknis di peternakan sapi perah Slovakia. Hasil penelitian mereka bahwa variabel-variabel seperti biaya pakan, berpengaruh negatif terhadap efisiensi teknis produksi susu di Slovakia. Sementara itu koefisien variabel biaya material, biaya perbaikan dan servis, depresiasi dan overhead cost juga bertanda negatif namun tidak berpengaruh secara statistik terhadap efisiensi teknis produksi susu sapi.

Pendekatan Pengukuran Efisiensi Produksi

(27)

Konsep fungsi ProduksiData Envelopment Analysis(DEA)

Pendekatan non parametrik yang umumnya digunakan adalah Data Envelopment Analysis (DEA), dengan menggunakan metodelinear programming di dalam aplikasinya. DEA mengasumsikan bahwa tidak semua entitas adalah efisien. DEA mampu menganalisis lebih dari satu input dan/atau output dengan menggunakan model linear programming yang menghasilkan nilai efisiensi tunggal untuk setiap penelitian. DEA adalah teknik berbasis program linier untuk mengukur efisiensi unit organisasi yang dinamakan Decision Making Units (DMU). Menurut Coelliet al.(2005), DEA merupakan suatu teknik pemrograman matematis yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi relatif dari sebuah kumpulan unit-unit pembuat keputusan (DMU) dalam mengelola sumberdaya (input)sehingga menjadi hasil(output). DEA juga memiliki kelebihan lain apabila dibandingkan dengan metode lainnya dalam hal perhitungan efisiensi teknis untuk kasus multiple input dan multiple output. Thanassoulis (2001) mendefinisikan DEA sebagai suatu metode yang dapat digunakan untuk mengukur efisiensi komparatif dari unit operasi homogen seperti sekolah, rumah sakit, usahatani, dan sebagainya. Menurut Cooper et al. (2002), DEA menggunakan teknis program matematis yang dapat menangani variabel dan batasan yang banyak dan tidak membatasi input dan output yang akan dipilih karena teknis yang dipakai dapat mengatasinya.

DMU adalah organisasi-organisasi atau entitas-entitas yang akan diukur efisiensinya secara relatif terhadap sekelompok entitas lainnya yang homogen. Homogen dapat diartikan sebagai kondisi dimana input dan output dari DMU yang dievaluasi harus sama/sejenis. DMU dapat berupa entitas komersial maupun publik, seperti bank komersial atau pemerintah, sekolah swasta atau negeri, rumah sakit, dan sebagainya. DEA pada dasarnya membentuk sebuah garis batas (frontier) dengan menggunakan unit-unit yang efisien. Kemampuan normatif lainnya dari metode DEA adalah dapat menyarankan seberapa besar perbaikan yang diperlukan dari setiap DMU yang tidak efisien dari sisi penggunaan input produksi.

(28)

menjelaskan keuntungan yang diperolehnya dari model ini adalah, DEA mampu mengakomodasi usaha yang memiliki multi input dan multi output. Untuk memecahkan masalah DEA dan menghasilkan efisiensi teknis untuk masing-masing petani jagung dalam sampel maka digunakan perangkat lunakGeneralized Algebraic Modelling System(GAMS).

Aprinade (2013) menggunakan model variable return to scale (VRS) DEA berorientasi output untuk mengukur efisiensi relatif usaha penggilingan padi. Dengan menggunakan program komputer DEAP 2.1 version untuk mendapatkan skor efisiensi maka diketahui bahwa industri penggilingan padi di Kecamatan Gekbrong dan Warung Kondang tidak efisien. Penelitian yang dilakukan tidak memiliki alasan priori untuk percaya bahwa industri penggilingan padi di lokasi penelitian mencapai skala optimal. Dengan demikian, penggunaan model VRS DEA lebih tepat daripada menggunakan model CRS (constant return scale) DEA. Hal ini juga sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Hasan (2003). Dalam kompetisi yang tidak sempurna, industri perbankan memiliki banyak kendala seperti kendala keuangan. Decision-making unit (DMU) tidak dapat dioperasikan pada skala optimal sehingga asumsi CRS tidak sesuai. Jika model CRS digunakan ketika semua DMU tidak dioperasikan pada level optimal maka efisiensi teknis akan dikacaukan oleh skala efisisien. Asumsi VRS juga dipakai oleh Fernandez dan Nuthall (2012) dalam mengestimasi pengaruh ukuran usaha terhadap efisiensi produksi usahatani tebu di Filipina.

Distribution Free Approach merupakan pengukuran relatif terhadap suatu perusaaan dibandingkan dengan efisiensi suatu perusahaan tertentu (perusahaan yang paling efisien dalam sampel). Keuntungan pendekatan ini adalah adanya asumsi tentang distribusi yang kuat dari efisiensi dapat dihindari. Ansari (2007) menggunakan pendekatan ini untuk mengukur efisiensi biaya pada sektor bank di Pakistan. Dalam DFA, estimasi inefisiensi diasumsikan stabil selama periode sampel. Selain itu, penelitian menggunakan Fixed Effect Model (FEM) atas data panel yang memungkinkan standar model tetap dan random efek untuk mengestimasi tanpa asumsi sebelumnya tentang distribusi inefisiensi. Hadad (2003) juga menggunakan pendekatan ini di samping pendekatan parametrik (stochastic frontier analysis) untuk menilai tingkat efisiensi bank-bank di Indonesia.

(29)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Konsep Produksi dan Fungsi Produksi

Produksi merupakan suatu proses dimana beberapa barang dan jasa yang disebut masukan diubah menjadi barang-barang dan jasa lain yang disebut produk atau output. Debertin (1986) mengemukakan bahwa fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang bisa dicapai dengan mengkombinasikan berbagai jumlah input. Fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara input dan output. Faktor input merupakan masukan yang dapat berupa tanah, tenaga kerja, modal dan manajemen. Hal ini diperkuat dengan pendapat yang dikemukakan oleh Beattie dan Taylor (1985) yang mengatakan bahwa fungsi produksi adalah deskripsi matematis atau kuantitatif dari berbagai macam kemungkinan-kemungkinan produksi teknis yang dihadapi oleh suatu perusahaan.

Pada suatu proses produksi, terdapat istilah hubunganinputdengan output yang merupakan hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produksi yang diperoleh. Produk yang dihasilkan oleh suatu proses produksi tergantung pada kuantitas dan jenis faktor produksi yang digunakan pada proses produksi tersebut. Hubungan antara faktor produksi dan produksi yang dihasilkan ini dapat dilihat pada fungsi produksi. Fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara input dan output (Soekartawi et al. 2003). Input seperti tanah, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim, dan sebagainya mempengaruhi besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Misalnya Y adalah produksi dan Xi adalah inputi, maka besarnya Y akan tergantung pada besarnya X1, X2, X3, ..., Xm yang digunakan pada fungsi tersebut. Secara aljabar, hubungan Y dan X dapat ditulis sebagai berikut:

Y = f(X1, X2, X3, ..., Xm) Dimana:

Y = Jumlah produksi yang dihasilkan

(30)

Gambar 1. KurvaDeterministic Production Frontier Sumber: Coelliet al.(1998).

Gambar 1 menunjukkan proses produksi sederhana dengan asumsi penggunaan satu input (x) untuk menghasilkan satu output (y). Garis 0F merupakan batas produksi (production frontier) yang menunjukkan output maksimum yang dapat dicapai dari satu set input yang digunakan pada tingkat teknologi tertentu. Semua titik yang berada diantara production frontier dan sumbu x akan membentuk satu set produksi yang baik. DMU (Decision Making Unit) yang efisien secara teknis beroperasi di sepanjangfrontier, sedangkan DMU yang tidak efisien beroperasi di luar frontier. Sebagai contoh, titik A merupakan titik yang tidak efisien secara teknis sedangkan titik B dan C merupakan titik yang efisien secara teknis. DMU yang beroperasi pada titik A tidak efisien karena secara teknis DMU tersebut masih dapat meningkatkan output ke titik B tanpa memerlukan tambahan input atau dapat pula mengurangi input ke titik C tanpa mengurangioutput.

Konsep Produktivitas dan Efisiensi

Produktivitas dan Efisiensi sering dipergunakan secara bergantian meskipun bukan hal yang persis sama. Produktivitas adalah konsep mutlak dan diukur dengan rasio output terhadap input, sedangkan efisiensi adalah konsep yang relatif dan diukur dengan membandingkan rasio aktual output inputdengan rasio output input yang optimal. Produktivitas dapat dibagi menjadi dua sub-konsep yaitu : Produktivitas Faktor Parsial (PFP) dan Produktivitas Faktor Total (TFP). PFP adalah produktivitas rata-rata input tunggal, diukur dengan output total dibagi dengan kuantitas suatu input. TFP adalah produktivitas dari semua input bersama-sama. Efisiensi perusahaan didefinisikan sebagai produktivitas aktual sebuah perusahaan relatif terhadap produktivitas potensial maksimum (Farrel, 1957). Maksimum produktivitas potensial (juga dikenal sebagai batas dari praktik terbaik) didefinisikan oleh frontier produksi. Pengukuran Efisiensi melibatkan pengukuran jarak suatu titik observasi dengan titik frontiernya.

(31)

konseptual, pengukuran produktivitas suatu usaha ekonomi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu produktivitas parsial atau single factor productivity dan produktivitas faktor total atau multi factor productivity. Produktivitas parsial adalah produksi rata-rata dari suatu faktor produksi yang diukur sebagai hasil bagi total produksi dan total penggunaan suatu faktor produksi. Jika faktor produksi yang digunakan lebih dari satu jenis, maka konsep produktivitas yang lebih banyak digunakan adalah produktivitas faktor total (Maulana, 2004). Produktivitas faktor total ataumulti factor productivity didefinisikan sebagai rasio indeks hasil produksi dengan indeks total faktor produksi (input) (Otsuka dalam Sayaka, 1995). Chamber dalam Simatupang (1996) menyatakan bahwa produktivitas total faktor produksi adalah ukuran kemampuan seluruh jenis faktor produksi sebagai satu kesatuan faktor produksi agregat dalam menghasilkan output secara keseluruhan (output agregat).

Efisiensi adalah sebuah konsep ekonomi penting yang digunakan untuk mengukur kinerja ekonomi suatu unit produksi. Efisiensi dalam produksi biasanya diartikan sebagai efisiensi ekonomi atau efisiensi produksi perusahaan yang berarti perusahaan mampu memproduksi sebanyak mungkin output dari sejumlah input tertentu. Efisiensi produksi terkait dengan kinerja relatif dari proses transformasi input menjadi output. Farrell (1957) menyatakan bahwa efisiensi memiliki dua komponen yaitu efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Efisiensi teknis adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan output maksimum dari sejumlahinput atau kemampuan perusahaan menggunakan input sekecil mungkin untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. Yang pertama dikenal sebagai pengukur efisiensi teknis dengan pendekatan input-oriented dan yang kedua dikenal sebagai pendekatan output-oriented. Efisensi teknis (TE) berhubungan dengan kemampuan petani untuk berproduksi pada kurva frontier isoquan. Dapat juga diartikan sebagai kemampuan petani untuk memproduksi pada tingkat output tertentu dengan menggunakan input minimum pada tingkat teknologi tertentu. Efisiensi alokasi adalah kemampuan perusahaan untuk menggunakan inputdalam proporsi yang optimal, dengan mempertimbangkan harga setiap input dan teknologi produksi. Efisiensi alokatif (AE) juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu petani untuk menggunakan input pada proporsi yang optimal pada harga-harga faktor produksi dan teknologi produksi yang tetap (Tylor et al. (1986)).

Efisiensi produksi masih merupakan subyek penelitian di negara berkembang maupun di negara maju. Penelitian efisiensi tersebut menjadi lebih penting bagi negara berkembang dimana potensi peningkatan produksi pertanian melalui perluasan area produksi dan pengadopsian teknologi baru sangat terbatas. Sulitnya perluasan areal ini dikarenakan meningkatkan konversi lahan pertanian ke non pertanian di wilayah sentra yang sesuai dan jika tersedia lahan pertanian di luar wilayah sentra, lahan ini tidak sesuai dengan komoditi yang ditanam. Penelitian efisiensi tersebut dapat membantu negara-negara berkembang dengan menentukan sejauh mana peningkatan produksi dapat dilakukan dengan meningkatkan tingkat efisiensi usahatani berdasarkan sumberdaya dan teknologi yang tersedia (Kibbara, 2005). Cukup banyak studi empiris yang dilakukan untuk mengukur efisiensi pertanian baik di negara maju maupun di negara berkembang.

(32)

peningkatan efisiensi teknis (technical efficiency/ TE), dan skala usaha atau ekonomi (economic of scale/ES) pada kegiatan usahatani. Peningkatan efisiensi teknis dapat dilakukan dengan peningkatan kemampuan teknis dan kapabilitas manajerial untuk teknologi yang telah ada. Sistem managerial usahatani dalam penggunaan input dengan diiringi kemajuan atau perubahan teknologi dengan baik mampu meningkatkan efisiensi usahatani secara teknis. Coelli et al. (2005) menjelaskan hubungan antara produktivitas, efisiensi teknis, dan skala ekonomis suatu usaha yang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 2. Produktivitas dan efisiensi teknis. Sumber : Coelliet al.. 2005

Gambar 3 mengilustrasikan perbedaan produktivitas dengan efisiensi teknis. Garis putus-putus dari titik 0 menyinggung kurva F (kurva produksi) dan memiliki slope Y/X yang merupakan ukuran dari produktivitas. Diumpamakan kegiatan usahatani berawal pada titik A kemudian mengalami pengingkatan pada batas garis faktor produksi (frontier production) pada titik B. Jumlah input (X) yang sama, maka dapat diketahui titik slope garis B lebih besar dibanding A. Hal tersebut memberikan arti bahwa, produktivitas B lebih tinggi dibanding titik A. Namun, akan lebih tinggi dari titik B bila kegiatan usahatani berpindah pada titik C. Hal ini dikarenakan pada titik C terjadi maximum posible productivity yang artinya memiliki produktivitas terbesar (skala optimum). Oleh sebab itu, disimpulkan kegiatan usahatani yang telah beroperasi dengan efisien dengan input-input yang lebih sedikit (dibanding titik A), memungkinkan untuk meningkatkan produktivitasnya dengan mengeskploitasi skala ekonomi atau mengkombinasi beberapa dari faktor produksi pada kegiatan usahatani.

Konsep Efisiensi BerorientasiInput

(33)

input x1 dan x2 untuk menghasilkan output tunggal y dengan asumsi constant

return to scale.

Gambar 3. Efisiensi pada orientasiinput

Sumber: Coelliet al. (1998)

Kurva AA'pada gambar di atas menunjukkan kurva isocost dan kurva SS' merupakan kurva isoquan frontier yang menunjukkan kombinasi input x1dan x2 yang efisien secara teknis untuk menghasilkan output y maksimal. Titik S merupakan titik yang efisien secara teknis karena titik tersebut berada pada kurva isoquant. Titik P dan Q menggambarkan dua kondisi usahatani yang berproduksi menggunakan kombinasi input x1/y dan x2/y yang sama, karena keduanya berada pada garis yang sama dari titik 0 untuk memproduksi satu unit Y. Jika suatu usahatani berada pada titik P, maka jarak antara titik S dan P menunjukkan adanya inefisiensi teknis yaitu jumlah input yang dapat dikurangi tanpa mengurangi jumlah output, sedangkan titikQmenunjukkan perusahaan beroperasi pada kondisi secara teknis efisien karena beroperasi pada kurvaisoquant frontier.

(34)

ekonomis. Kombinasi tercapainya kedua efisiensi ini disebut sebagai efisiensi ekonomi, maka pada titikS'tercapai efisiensi ekonomi.

Menurut Kumbakhar, et al. (1991) produsen dikatakan efisien secara teknis jika dan hanya jika tidak mungkin lagi memproduksi lebih banyak output dari yang telah ada tanpa mengurangi sejumlah output lainnya atau dengan menambah sejumlah inputtertentu. Petani yang efisien secara teknis adalah petani yang menggunakan lebih sedikit input dari petani lainnya untuk memproduksi sejumlah ouput pada tingkat tertentu atau petani yang dapat menghasilkan output yang lebih besar dari petani lainnya dengan menggunakan sejumlahinputtertentu.

Konsep Efisiensi Berorientasi Output

Konsep efisiensi melalui pendekatan output pada Gambar 2 menunjukkan suatu usahatani yang menghasilkan dua output (Y1danY2) dengan satu input(X1). Kurva ZZ' adalah Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) yang menunjukkan kombinasi yang berbeda dari dua output (Y1 dan Y2) dengan menggunakan tingkat inputtertentu (X1). Kurva ZZ'menunjukkan perusahaan beroperasi efisien secara teknis sehingga setiap perusahaan yang beroperasi pada tingkat produksi sepanjang Kurva ZZ' merupakan perusahaan yang efisien secara teknis. Jarak AB misalnya usahatani yang berproduksi pada tingkat A menunjukkan tingkat inefisiensi teknis, karena terletak di bawah kurva kemungkinan produksi ZZ' dimana di sepanjang kurva tersebut jumlah output dapat ditingkatkan tanpa memerlukaninputtambahan.

Gambar 4. Efisiensi pada orientasi output

Sumber: Coelliet al. (1998)

(35)

efisiensi berorientasi output digunakan saat input tersedia namun petani belum optimal dalam menghasilkan output.

Constant Return to Scale(CRS) dalam Model DEA

Model CCR yang merupakan model dasar DEA menggunakan asumsi Constan return to scale yang membawa implikasi pada bentuk efficient set yang linier. Model constant return to scale di kembangkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes (model CCR) pada tahun 1978. Model ini mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan input dan output adalah sama (constant return to scale). Artinya, jika ada tambahan input sebesar x kali , maka output akan meningkat sebesar x kali juga. Asumsi lain yang digunakan dalam model ini adalah bahwa setiap perusahaan atau Decision Making Unit (DMU) beroperasi pada skala yang optimal. Akan tetapi, semua DMU tidak mampu beroperasi dibawah kondisi optimum yang disebabkan oleh persaingan tidak sempurna dan hambatan dalam pembiayan. Sehingga estimasi dibawah asumsi CRS model akan menghasilkan ukuran efisiensi teknikal.

Untuk masing-masing DMU akan dihitung pengukuran rasio output terhadap inputu’yi/v’xi,dimana u adalah M x 1 adalah bobot output dan v adalah

K x 1 merupakan bobot input. Untuk memilih bobot optimal, diperlukan persamaan matematika sebagai berikut :

Maxu,v(u’yi/v’xi),

St u’yj/v’xj≤1, j=1,2,....,N,

u,v ≥ 0 ... (3.1) Persamaan diatas merupakan solusi untuk u dan v yang dibatasi constraint bahwa efisiensi harus bernilai lebih kecil atau sama dengan satu. Permasalahan dari persamaan diatas adalah adanya kemungkinan infinite number. Untuk mencegah hal tersebut, maka v’xi= 1, sehingga :

maxµ,v(µ’yi),

st v’xi=1,

µ’yj– v’xj≤0, j=1,2,...,N,

µ, v ≥ 0, ...(3.2)

dimana terjadi perubahan notasi dari u dan v menjadi µ dan v yang merefleksikan transformasi. Bentuk ini disebut bentuk multiplier dari linear programming. Dengan menggunakan program linear dualty, maka dapat diturunkan persamaan bentuk envelopment yaitu :

minӨ,ƛ Ө,

st -yi+Yƛ≥0,

Өxi- Xƛ≥0,

ƛ ≥ 0 ...(3.3)

(36)

Variabel Return to Scale(VRS) dalam Model DEA

Model ini dikembangkan pertama kali oleh Banker, Charnes, dan Cooper pada tahun 1984, sehingga modelnya dinamakan model BCC DEA. Model BCC merupakan pengembangan dari model CCR. Berbeda dengan model CCR yang menggunakan asumsi constant return to scale (CRS), model BCC menggunakan asumsi variable return to scale (VRS). Model DEA CRS hanya tepat digunakan ketika suatu DMU berada dalam kondisi skala optimal. Ada beberapa kondisi yang membuat DMU tidak beroperasi pada skala yang optimal, yaitu akibat persaingan tidak sempurna, kendala keuangan, dan lain-lain. Asumsi CRS mensyaratkan suatu DMU mampu menambah atau mengurangi inputdan output -nya secara linier tanpa mengalami kenaikan atau penurunan nilai efisiensi. Sedangkan asumsi VRS tidak mengharuskan perubahan input dan output suatu DMU berlangsung secara linier, sehingga diperbolehkan terjadinya kenaikan (increasing returns to scale/IRS) dan penurunan (decreasing returns to scale/DRS) nilai efisiensi (Cooper et al. 2002). Model ini memungkinkan perhitungan efisiensi teknis tanpa efekscale efficiencies(SE). Efek ini dapat terjadi jika model CRS digunakan ketika tidak semua perusahaan berada pada skala yang optimal dan menyebabkan perhitungan efisiensi teknis dipengaruhi oleh efek ini.

Model VRS memperhitungkan nilai variasi efisiensi sehubungan dengan ukuran skala DMU (Decision Making Unit). Pengukuran efisiensi setiap DMU hanya mengacu kepada DMU yang memiliki ukuran yang sama. Oleh karena itu, DMU yang tidak efisien merupakan hasil yang diperoleh dari pengukuran dengan DMUyang memiliki ukuran yang sama. Hal ini tidak diterapkan dalam model CRS. Oleh karena itu, dalam model DEA VRS, suatu DMU dapat dibandingkan dengan DMU yang lebih besar atau lebih kecil daripada ukuran DMU tersebut. Secara matematis, perhitungan efisiensi teknis menggunakan model variable return to scaledinyatakan sebagai berikut:

Min , ,

稘 − + ≥0,

, − ≥0,

(37)

≥ 0, ...(3.4)

dimana N1’ƛ adalah menyatakan bahwa unit yang inefisien hanya akan dibandingkan dengan unit yang memiliki ukuran yang sama. Saat constant return to scale, unit yang inefisien dapat saja dibandingkan dengan unit yang lebih besar atau lebih kecil dari darinya.

Model output-oriented VRS adalah sebagai berikut :

max ф,ƛ ф,

st -фyi+ Yƛ ≥ 0,

xi– Xƛ ≥ 0,

N1’ƛ = 1

ƛ ≥ 0, ...(3.5)

dimana 1≤ф<∞, dan ф-1 merupakan peningkatan output secara proporsional yang dapat dicapai oleh DMU, dengan kuantitasinputyang ada.

Dalam perhitungan efisiensi teknis menggunakan model VRS, nilai dari skala efisiensi untuk masing-masing perusahaan akan diperoleh. Nilai ini diperoleh dari rasio nilai efisiensi teknis, baik dengan menggunakan DEA CRS ataupun DEA VRS. Berdasarkan perhitungan ini, diketahui bahwa nilai efisiensi teknis pada model DEA CRS meliputi dua komponen, satu karena skala inefisiensi dan yang lainnya akibat inefisiensi teknis murni. Suatu DMU inefisien jika terdapat perbedaan dalam nilai efisiensi teknis CRS dan VRS yang diperoleh. Hal ini juga dapat terjadi jika DMU hanya memiliki inefisiensi teknis murni apabila nilai yang diperoleh dalam CRS dan VRS sama dan dipastikan bahwa nilai efisiensi teknis lebih kecil dari satu (Coelliet al.1998).

Slack

DMU yang efisien memungkinkan peneliti untuk memperkirakan efficiency frontier dari data yang diperoleh. Berdasarkan hal tersebut, DMU yang berada pada efficiency frontier merupakan DMU yang efisien dan sebaliknya DMU yang tidak berada padaefficiency frontier merupakan DMU yang inefisien. Slack menunjukkan tingkat inefisiensi dari DMU yang tidak efisien dan menunjukkan adanya kinerja yang kurang baik dari sisi input, output, atau keduanya. Jika input yang digunakan tidak efisien, maka dikenal dengan istilah input slack, sedangkan apabila output yang dihasilkan masih belum efisien, maka dikenal dengan istilahoutput slack. Secara umum, input slackadalah pengurangan secara proporsionalinput yang digunakan agar unit tersebut mencapai titik efisien dimana DMU yang paling efisien berada. Konsep ini diilustrasikan pada Gambar 4, dengan asumsi suatu DMU menggunakan dua input (x1 dan x2) untuk memproduksi satuoutput (y).

(38)

sebanyak CA’ untuk menghasilkan output pada tingkat yang sama. Kelebihan dalam penggunaan inputtersebut yang dikenal sebagai input slack (input excess). Untuk memberikan hasil perhitungan efisiensi teknis yang akurat dari suatu unit pengambil keputusan (DMU), maka dalam analisis DEA tidak hanya diperlukan penjabaran terkait perhitungan efisiensi teknis, namun juga diperlukan penjabaran terkait perhitungan input dan/atau output slack. Hal ini didukung oleh Koopmans (1951) yang mendefinisikan bahwa suatu perusahaan efisien secara teknis jika beroperasi pada frontierdan tidak memiliki nilaislackpada inputmaupun output-nya (memenuhi asumsizero slack).

Gambar 5. Pengukuran Efisiensi danInput Slack Sumber: Coelliet al.(1998).

Kerangka Pemikiran Operasional

Upaya peningkatan efisiensi dalam suatu usahatani salah satunya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial-ekonomi dari petani. Dalam Data envelopment analysis, produksi selain dipengaruhi oleh input-inputnya secara langsung seperti : lahan, benih, pupuk, dan tenaga kerja, juga dipengaruhi oleh faktor lain secara tidak langsung seperti usia, pendidikan, tanggungan dalam keluarga, penyuluhan, keaktifan kelompok tani, akses kredit,. Faktor-faktor ini merupakan managerial aspect petani dalam melaksanakan praktik usahatani yang dapat memperlancar penggunaan input yang optimal. Wujud kapabilitas manajerial dalam aspek budidaya usahatani tercermin dalam aplikasi usahatani dan kualitas keputusan yang diambil. Jenis input yang digunakan, jumlah input yang digunakan (kuantitas), mutu input yang digunakan (kualitas), kombinasi input-input yang digunakan, waktu penggunaan, serta cara pengaplikasiannya merupakan unsur-unsur pokok yang perlu diperhatikan oleh petani dalam melakukan pengambilan keputusan.

(39)

demikian dapat ditentukan efisiensi teknis masing-masing wilayah dan mengindentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi padi yang pada akhirnya dapat menjadi acuan dalam meningkatkan produksi dimasing-masing wilayah. Secara ringkas kerangka pemikiran operasional dijelaskan pada gambar 4.

Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional. Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional.

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional.

1. Produktivitas padi bervariasi di Jawa dan luar Jawa dan belum memenuhi produktivitas Nasional

2. Penggunaan input produksi petani pada usahatani padi masih belum sesuai dengan penggunaan anjuran

3. Faktor sosial ekonomi sebagai faktor penentu tingkat efisiensi teknis usahatani padi

Implikasi Kebijakan dalam Upaya Peningkatan EfisisneFaktor yang mempengaruhi inefisensi Teknis

Rekomendasi Penggunaan Input Produksi Usahatani Padiantar wilayah Jawa dan luar Jawa

(40)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Jawa dan luar Jawa yang terdiri dari lima provinsi sentra padi nasional, yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan). Penelitian pada tesis ini mengambil data yang dikumpulkan dari 10 Kabupaten terpilih, 10 Kecamatan dan 10 Desa.

Tabel 2. Sebaran responden, menurut Provinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Desa.

Propinsi Kabupaten Kecamatan Desa

Sumut Batu Bara Lima Puluh Kwala Gunung

Serdang Bedagai Perbaungan Lidah Tanah

Jabar Indramayu Lelea Tugu

Karawang Kutawaluya Sindangsari

Jateng Sragen Karang Malang Mojorejo

Pati Jakenan Tambah Mulyo

Jatim Jember Jombang Padomasan

Banyuwangi Genteng Kaligundo

Sulsel Sidrap Watang Pulu Carawali

Luwu Lamasi Salujambu

Petani responden adalah petani yang melakukan usahataninya pada sawah irigasi berbasis padi (tipe desa 1) menurut masing-masing wilayah. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian primer PATANAS (Panel Petani Nasional) yang telah dilaksanakan oleh Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) Badan Litbang Pertanian pada tahun 2010 untuk musim tanam MK I, MK II dan MH. Peneliti mengambil data yang tersedia yaitu hanya pada musim hujan tahun 2010.

Jenis dan Sumber Data

Data utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder yang berasal dari penelitian PATANAS tahun 2010 yang telah dilakukan oleh PSE-KP (Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian) Badan Litbang Kementerian Pertanian Bogor. Data yang digunakan mencakup kondisi sosio-ekonomi responden, keragaan usahatani, pengunaan input produksi, pendapatan usahatani, keanggotaan petani pada program pertanian dan keterangan lainnya. Data tersebut digunakan untuk bisa menentukan tingkat efisiensi dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis usahatani padi.

Gambar

Tabel 1. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas padi di Indonesia,2010-2014
Gambar 3. Efisiensi pada orientasi input
Gambar 4. Efisiensi pada orientasi output
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional.produktivitas NasionalGambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Semua orang mungkin sudah sering mendengar kata NARKOBA,bahkan sudah banyak yang telah menggunakannya ,tapi banyak diantara kira yang belum mengerti apa

Pembelajaran Tematik mampu membantu siswa dalam mengembangkan Kompetensi Dasar (KD) dari beberapa mata pelajaran yang memiliki tema yang sama serta dapat.. mengaitkan materi

Kemudian dari hasil studi penggunaan kit IPA di kota Mataram ditemukan fakta bahwa jarangnya pemakaian kit IPA SD dalam pembelajaran di kelas (Syahrial,

Mitral annulus calcium detected by transthoracic echocardiography is a marker for high prevalence and severity of coronary of coronary artery disease in patients undergoing

bahwa untiik meiaksanakan ketentuan Pasai 12 ayat (1) Peraturan Menseri Pendldikan dan Kebudayaan Repubiik Indonesia Nomor 59 Tahun 2012 tentang Badan Akreditasi Nasional,

Penelitian ini bertujuan memanfaatkan limbah cair industri tapioka yang diperkaya dengan penambahan glukosa dan amonium sulfat sebagai media alternatif starter bakteri asam laktat

matematika ditinjau dari perbedaan gender siswa SMP Istiqomah Sambas.

Penguat RF merupakan perangkat yang berfungsi memperkuat sinyal frekuensi tinggi yang dihasilkan osilator RF dan menghasilkan keluaran daya yang cukup besar