• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Program Interpretasi Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Program Interpretasi Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

ADAM FEBRYANSYAH GUCI

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Program Interpretasi Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ADAM FEBRIANSYAH GUCI, Perencanaan Program Interpretasi Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dibimbing oleh EVA RACHMAWATI dan BUDI PRIHANTO.

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) merupakan kawasan hutan dengan tujuan khusus sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat dan pengunjung. Program interpretasi merupakan salah satu cara terbaik dalam membantu pengunjung memahami informasi yang diberikan kerana memberikan pengalaman langsung kepada pengunjung. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun program interpretasi di HPGW agar bisa digunakan secara berkelanjutan. Analisis data dilakukan secara tabulasi dan deskriptif. Obyek interpretasi yang bisa diangkat menjadi obyek utama interpretasi adalah potensi biologi (flora dan fauna) dan fisik (Gua Putih). Sebagian besar pengunjung memilih flora dan fauna (87%) sebagai materi yang paling diinginkan dalam program interpretasi dengan aktivitas yang dilakukan yaitu perjalanan dan pengamatan langsung. Program interpretasi yang disusun bertema “Jelajah Hutan HPGW, Ungkap Pesona Flora dan Faunanya”dengan target sasaran merupakan pengunjung dengan kelompok umur remaja dan dewasa. Teknik interpretasi yang digunakan yaitu teknik interpretasi langsung dengan metode panduan personal dan swa-panduan.

Kata kunci:

f

lora, fauna, Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), program intepretasi

ABSTRACT

ADAM FEBRIANSYAH GUCI, Interpretation Program Planning in Gunung Walat Education Forest (GWEF) Sukabumi, West Java. Supervised by EVA RACHMAWATI and BUDI PRIHANTO.

Gunung Walat Education Forest (GWEF) is a forest area with specific purpose as education fasilitator for community and visitors. Interpretation program is one of the best tool to help visitors understand the provided information because of the direct experience. This study aims to compile HPGW programs interpretation that can be used regularly. Data analysis using tabulation adn descriptive.Objects that can be used as the main object of interpretation is biological potensial (flora and fauna) and physical object (Putih Cave). Most visitors choose flora and fauna (87%) as the most preferred material in the interpretation of program activities with the activity is tracking and direct observation. Interpretation program themeis "Explore HPGW Forest, find the charm of Flora and Fauna" with the target is a group of visitors are teenager and adult. Interpretation technique thatused is directly technique and the method is personal guidance and self-guidance.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SarjanaKehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

ADAM FEBRIANSYAH GUCI

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

SUKABUMI JAWA BARAT

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

JudulSkripsi : Perencanaan Program Interpretasi Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat

Nama : Adam Febriansyah Guci NIM : E34070089

Disetujuioleh

Eva Rachmawati, SHut, MSi Pembimbing I

IrBudi Prihanto, MS Pembimbing II

Diketahuioleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2011 ini ialah program interpretasi, dengan judul Perencanaan Program Interpretasi Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Eva Rachmawati,SHut, MSi dan Bapak Ir Budi Prihanto, MS selaku pembimbing, yang telah banyak memberi saran. Selain itu, penghargaan juga penulis sampaikan kepada pengelola Hutan Pendidikan Gunung Walat yang telah membantu selama pengumpulan data. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman teman Departemen Konservasi Hutandan Ekowisat aangkatan 44 yang telah bersama-sama selama kuliah dan selalu member semangat dan dukungan kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu dan adik-adik atas dukungan dan semangatnya selama penulisan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE PENELITIAN 2

Lokasi dan Waktu 2

Alat dan Bahan 2

Pengumpulan Data 2

Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Potensi Fisik 5

Potensi Biologi 7

Potensi sosial 9

Karakteristik Pengunjung 10

Perencanaan Program Interpretasi 13

Program Interpretasi untuk KU Anak-anak 14

Program Interpretasi untuk KU Remaja 16

Program Interpretasi untuk KU Dewasa 19

Program Interpretasi untuk KU Orang Tua 21

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 21

Saran 21

(10)

DAFTAR TABEL

1 Kategori responden, strata umur, persentase sampel, dan jumlah sampel

pengunjung untuk penelitian 3

2 Jenis dan cara pengambilan data yang akan diambil di lapang 4 3 Komposisi pengunjung HPGW berdasarkan kuisioner (Agustus-Desember

2011) 10

4 Penilaian obyek interpretasi berdasarkan kriteria pemilihan obyek utama interpretasi oleh Domroese dan Sterling (1999) 13 5 Biaya program interpretasi untuk KU anak-anak 16 6 Biaya program interpretasi untuk KU remaja 18 7 Biaya program interpretasi untuk KU dewasa 20 8 Biaya program interpretasi untuk KU orang tua 23

DAFTAR GAMBAR

1 Peta penyebaran potensi fisik HPGW 5

2 Goa Putih 6

3 Camping Ground 6

4 Salah satu mamalia di HPGW (Macacafascicularis) 7

5 Peta penyebaran potensi fauna HPGW 8

6 Peta penyebaran vegetasi HPGW 8

7 Makom Kabayan 9

8 Grafik tempat yang dikunjungi oleh pengunjung HPGW 11 9 Grafik tujuan berkunjung pengunjung HPGW 11 10 Grafik obyek yang disukai oleh pengunjung HPGW 12 11 Grafik materi yang diinginkan oleh pengunjung HPGW 12 12 Grafik lama waktu kunjungan pengunjung HPGW 13

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) mulai dikelola oleh Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) dari tahun 1968.Berdasarkan SK Menhut No. 188/Menhut-II/2005 Junto SK Menhut No. 702/Menhut-II/2009 kawasan HPGW seluas 359 Ha yang berlokasi di Kecamatan Cibadak dan Cicantayan Kabupaten Sukabumi memiliki tujuan pengelolaan sebagai hutan pendidikan.

Penunjukan HPGW sebagai kawasan dengan tujuan khusus merupakan upaya pemanfaatan kawasan yang dapat memberikan informasi-informasi penting mengenai kawasan beserta sumberdayanya kepada masyarakat luas.Bentuk upaya pemanfaatannya yaitu kegiatan interpretasi dengan memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang terdapat dalam kawasan. Dalam pelaksanaannya, program interpretasi harus dilaksanakan dengan baik dan terencana agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan terhadap sumberdaya alam yang digunakan. Oleh karena itu, pengelolamembutuhkan perencanaan program interpretasi yang terperinci dalam melakukan kegiatan interpretasi tersebut.

Lewis (1988) menyebutkan bahwa secara umum pengunjung hanya mengingat informasi sebesar 10 % dari apa yang mereka dengar, 30% dari apa yang mereka baca, 50% dari apa yang mereka lihat dan pengunjung akan mengingat 90% informasi dari suatu objek ataupun kawasan jika mereka melakukan aktivitas yang berkaitan dengan obyek ataupun kawasan tersebut. Berdasarkan pernyataan tersebut, pengunjung membutuhkan suatu program yang dapat mereka ikuti dimana aktivitas dalam setiap program tersebut melibatkan pengunjung dan obyek yang mereka datangi.Moscardo (1999) menyebutkan salah cara untuk meningkatkan kualitas pengetahuan pengunjung adalah program interpretasi karena dapat memberikan pengalaman nyata kepada pengunjung.

Program interpretasi merupakan suatu pola pelaksanaan interpretasi yang disusun menurut waktu yang tertentu dan skenario cerita yang tertentu pula (Direktorat Taman Nasional dan Hutan Wisata 1988). Pengunjung yang mengikuti program interpretasi akan mendapatkan pengalaman secara langsung dengan melakukan kegiatan berdasarkan tema-tema yang dipilih dan mengikuti setiap cerita yang diarahkan oleh interpreter ataupun media-media interpretasi yang ada. Oleh karena itu program interpretasi sangat penting dalam membantu pengunjung mengingat setiap informasi yang mereka dapat dari suatu kunjungan di tempat-tempat wisata.

(12)

2

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi potensi obyek interpretasi (fisik, biologi, dan sosial budaya masyarakat sekitar) yang ada di kawasan HPGW

2. Mengidentifikasi karakteristik dan preferensi pengunjung yang ada di kawasan HPGW

3. Menyusun program interpretasi kawasan HPGW Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian adalah dapat dijadikan salah satu referensi dan masukan bagi pengelola HPGW dalam menyusun program interpretasi berdasarkan sumberdaya yang dimiliki oleh HPGW. Dengan adanya program interpretasi ini juga dapat memudahkan pengunjung dalam memahami setiap informasi berbagai sumberdaya yang ada di HPGW.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di HPGW (Hutan Pendidikan Gunung Walat) Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Luas HPGW adalah 359 ha. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Juli-Agustus 2011.

Alat dan Bahan Kajian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu alat tulis, kamera digital, Map source, ArcGis 9.3, GPS (Global Positioning System), binokuler dan bukulapang.Bahan yang digunakan yaitu kuesioner, panduan wawancara, literatur, peta kawasan HPGW, buku panduan pengenalan jenis flora dan fauna.

Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Studi Pustaka

Metode studi pustaka digunakan untuk memperoleh data-data yang tidak didapatkan dari pengamatan lapang dan wawancara. Data-data yang diambil yaitu status perlindungan flora dan fauna, kegunaan flora dan fauna, penyebaran potensi obyek interpretasi, bentuk topografi dan jenis tanah HPGW. Pustaka yang digunakan yaitubuku panduan pengenalan jenis flora dan fauna, literatur, jurnal, dan peta kawasan HPGW.

2. Penyebaran Kuisioner

(13)

3

diperlukan dari karateristik pengunjung terdiri atas tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran dalam satu kali kunjungan dan asal pengunjung.Data-data yang diperlukan dari preferensi pengunjung terdiri atas tujuan berkunjung,tempat dan obyek yang dikunjungi danmateri yang ingin diketahui oleh pengunjung.

Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah Stratifiedrandom sampling.Pengunjung diklasifikasikan berdasarkan kelompok umur. Strata umur menurut Kusmayadi (2004) yaitu: anak-anak (5-9 tahun), remaja (10-21 tahun), dewasa (25-50 tahun) dan tua (>50 tahun).Jumlah responden pengunjung yang diambil disesuaikan dengan kemampuan biaya dan waktu peneliti(Kusmayadi 2004), yaitu 100 orang responden. Proporsi responden disesuaikan dengan persentase pengunjung yang datang ke HPGW selama 2 tahun terakhir, proporsi tersebut secara rinci ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kategori responden, strata umur, persentase sampel, dan jumlah sampel pengunjung untuk penelitian

Kegiatan wawancara dilakukan melalui wawancara terpandu.Wawancara dilakukan kepada kepala desa (ketua RT dan lurah), tokoh agama dan tokoh adat dengan jumlah total 9 orang . Wawancara dengan tokoh masayarakat dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai sejarah kawasan, peninggalan sejarah, flora dan fauna yang sering digunakan oleh masyarakat, dan adat istiadat setempat, mitos atau legenda yang ada di kawasan HPGW dan hubungan kerja sama masyarakat dengan pihak HPGW.

4. Observasi Lapang

Observasi lapang dilakukan untuk mengidentifikasi potensi HPGW yang dapat dijadikan sebagai obyek interpretasi. Adapun matriks pengambilan data melalui observasi lapang disajikan pada Tabel 2.

Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis deskriptif.

1. Potensi obyek interpretasi

(14)

4

Tabel 2 Jenis dan cara pengambilan data yang diambil di lapang NO Jenis Data Keterangan Cara Pengambilan Data

1

1. Menyusuri jalur yang terdapat fenomena alam menarik 2. Lokasi perjumpaan ditandai dengan titik kordinat GPS 3. Dokumentasi menggunakan kamera digital

b.Topografi Kondisi topografi 1. Menyusuri jalur yang dipilih dan mencatat topografinya 2. Lokasi perjumpaan ditandai dengan titik kordinat GPS 3. Dokumentasi menggunakan kamera digital

2. Biologi a. Flora Nama lokal, nama ilmiah, famili, ciri morfologi, lokasi ditemukan dan foto flora

1. Eksplorasi jalur yang memiliki keanekaragaman flora yang menarik sehingga dapat dijadikan obyek interpretasi

2. Lokasi perjumpaan ditandai dengan titik kordinat GPS 3. Dokumentasi menggunakan kamera digital

b. Fauna Nama lokal, nama ilmiah, famili, ciri morfologi, perilaku stawa dan habitatnya, waktu dan cara untuk melihat satwa, lokasi ditemukan dan foto fauna

1. Menyusuri jalur yang diduga sebagai tempat habitat atau ditemukannya satwa (metode rapid assasment). Pengamatan dilakukan 3 kali ulangan dalam waktu yang sama. Waktu pengamatan dimulai pada pukul 06.00 WIB sampai 10.00 WIB dan sore hari pada pukul 16.00 WIB sampai 18.00 WIB.

2. Lokasi perjumpaan ditandai dengan titik kordinat GPS 3. Dokumentasi menggunakan kamera digital

3. Soial Potensi sejarah

Situs,benda peninggalan sejarah (sejarah, lokasi situs, larangan-larangan yang berlaku)

1. Mengunjungi lokasi yang memiliki nilai sejarah sesuai informasi dari pengelola dan tokoh masyarakat

2. Lokasi situs dan benda peninggalan ditandai dengan titik koordinat GPS

3. Dokumentasi dengan menggunakan kamera digital

2. Sarana dan

1. Mengunjung setiap sarpras interpretasi yang ada di kawasan 2. Setiap sarpras yang ada ditandai dengan titik koordinat pada

GPS

(15)

5

Domroese dan Sterling (1999) yaitu ketertarikan penggunjungterhadap potensi yang dilihat dari jumlah responden pada kuisioner yang telahdibagikan, keamanan bagi pengunjung, kerentanan potensi terhadap gangguan yang diakibatkan dari aktivitas pengunjung dan aksesbilitas menuju potensi tersebut. 2. Pengunjung

Data-data pengunjung yang didapat dari hasil kuisioner diolah secara tabulatif. Metode tabulasi mempunyai kemampuan untuk mengungkap hubungan antar variabel yang akan diteliti (Wardiyanta 2006). Data pengunjung dianalisa dengan menjabarkan karateristik dan preferensi pengunjung yang didapat dari hasil kuisioner. Berdasarkan tabel persentase yang didapat kemudian dianalisis secara deskriptif untuk melihat karateristik pengunjung HPGW, materi dan program yang diinginkan oleh pengunjung, obyek-obyek yang sering dikunjungi, Kegiatan yang dijalani, dan fasilitas yang akan dikembangkan.

3.Program interpretasi

Program interpretasi disusun berdasarkan analisa obyek interpretasi dan karateristik serta preferensi pengunjung. Obyek yang digunakan dalam program interpretasi merupakan obyek yang terpilih berdasarkan analisa obyek interpretasi. Berdasarkan obyek tersebut disusun tema, tujuan, materi, kegiatan, evaluasi, rincian biaya dan media yang digunakan dalam program interpretasi nantinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi obyek interpretasi

Potensi Fisik

Obyek interpretasi di HPGW dibagi menjadi 3 bagian, yaitu obyek interpretasi biologi, sosial budaya dan fisik.Berdasarkan hasil pengambilan data yang dilakukan di setiap jalur yang ada di HPGW, dipilih beberapa potensi obyek fisik yang menarik dan dapat dijangkau oleh pengunjung, diantaranya yaitu Goa Putih, camping ground, mata air.Penyebaran potensi fisik di HPGW dapat dilihat pada Gambar 2.

(16)

6

Goa Putih terletak merupakan salah satu oby HPGW, terutama bagi para yang dengan lantai yang rel harus berhati-hati saat mem memiliki daya tarik seba pengunjung yang datang un berada di camping ground tidak terdapat tanaman-tan pengunjung.Hal yang bisa rebah ketika ada badai.

Gam

ak di sebelah barat HPGW (Gambar 2) . byek favorit bagi setiap pengunjung yang d ra penikmat wisata goa. Goa Putih memiliki jal relatif datar. Goa Putih masih aktif dan berair, emasukinya. Selain keindahan fisiknya, Goa P bagai wisata budaya karena sering kali d untuk ziarah dan meminta penunjuk baik kepa Goa Putih. Akses menuju goa putih dapa

beroda dua ataupun berjalan kaki. Jalan men an yang disusun secara rapi dan aman untuk dila

Gambar 2Goa putih nd.Camping ground dikelilingi oleh hutan da tanaman ataupun hewan yang dapat memb sa berpotensi membahayakan pengunjung yai

ambar 3Camping Ground HPGW

(17)

HPGW memilik alirannya sehingga bisa digunakan untuk sara ata air yang lain belum dikelola oleh pihak H faatkan oleh masyarakat sekitar HPGW seba di, dan mengiliri aliran irigasi sawah-sawah m jika dikunjungi oleh pengunjung terutama pe bongan karena berpotensi meninggalkan samp air tersebut.

mamalia di kawasan HPGW yaitu 5 jenis ya ris(Gambar 4), Prionailurus bengalensis, tus, Nannosciurus melanotis. Jumlah jenis bur

n HPGW yaitu 48 jenis burung yag berasal erjumpaannya tersebar merata di selu kekayaan jenis satwaliar di HPGW dapat di a habitat di lokasi tersebut.Kawasan HPGW me ogen, yang terdiri atas Hutan Pinus, Hutan

ampuran. Kusrini (2009) menyebutkan bahwa ipengaruhi oleh keragaman tumbuhan atau habi a bisa ditemui pada hampir seluruh kawasan H yang semakin berkurang. Berdasarkan IUCN endangered dan Appendix 1 oleh CITES.Jejak

njang jalan yang menghubungkan Kopal dan mukan banyak kubangan-kubangan berukuran ibuat oleh babi hutan.

Salah satu mamalia di HPGW (Macaca fascicu umpaan satwa liar dari beberapa jenis buru

ng relatif lebih mudah dibandingkan dengan

(18)

8

kawasan HPGW terdapat 6 jenis burung yang dapat ditemui di semua jalur yang ditelusuri seperti walet linchi, cipoh kacat, srigunting hitam, cinenen pisang, cinenen jawa, dan kacamata biasa.Penyebaran satwa liar di HPGW dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Peta penyebaran potensi fauna HPGW

Gambar 6 merupakan peta-peta penyebaran flora HPGW.Flora yang terdapat di dalam kawasan HPGW di dominasi tegakan Damar (Aghatis loranthifolia), pinus (Pinus merkusii), Mahoni daun kecil (Swietenia macrophylla), Rasamala (Altingia excelsa), Sonokeling (Dalbergia latifolia), Sengon (Paraserienthes falcataria), Meranti (Shorea sp.) dan Akasia (Acacia mangium). Selain jenis-jenis tanaman diatas, kawasan HPGW memiliki 44 jenis tanaman lain, 2 jenis rotan, 13 jenis bambu, dan 68 jenis tanaman obat yang tersebar di hutan hutan campuran HPGW.

(19)

9

Potensi sosial

Makom Kabayan tidak banyak diketahui oleh pengunjung karena memang obyek yang satu ini sedikit susah ditemui jika tidak didampingi oleh polisi hutan yang bekerja di HPGW. Makom Kabayan (Gambar 7) merupakan obyek yang berbentuk sebuah bukit dimana pada bukit tersebutmerupakan tempat beristirahanya Kabayan. Makom Kabayan sering digunakan oleh pengunjung yang datang untuk berziarah dan meminta petunjuk dalam keberuntungan hidupnya. Tidak ada obyek fisik buatan manusia yang ada di bukit ini, hanya ada bukit dan pepohonan sehingga tidak banyak gangguan yang bisa diakibatkan oleh manusia ataupun.

Potensi sosial lain yang terdapat di kawasan HPGW yaitu wisata ziarah ke Goa Putih. Menurut pengunjung dan beberapa tetua adat, terdapat raja jin penjaga HPGW yang tinggal di dalam Goa Putih ini. Oleh karena itu tempat ini sangat cocok dijadikan tempat wisata ziarah. Aksesbilitas menuju tempat ini juga dapat dilalui dengan sepeda motor karena substart jalan terdiri atas bebatuan yang disusun secara rapi. Pengunjung dapat berjalan kaki selama 30 menit menuju Goa Putih atau 10 menit dengan sepeda motor. Hanya saja, ketika hujan turun pengunjung harus berhati-hati melintasi jalan tersebut karena jalan tersebut akan menjadi licin. Kegiatan wisata ziarah ke Goa Putih harus diawasi secara baik karena dapat meninggalkan banyak sampah yang berasal dari sesajen yang dibawa oleh pengunjung yang datang sehingga dapat merusak keindahan dan sanitasi air di dalam goa.

Gambar 7 Makom Kabayan

Karakteristik Pengunjung

(20)

10

Penyebaran kuisioner di HPGW dilakukan pada bulan Agustus hingga Desember 2011 pada hari sabtu dan minggu.Pemilihan hari minggu untuk menyebarkan kuisioner dikarenakan pada hari tersebut terdapat banyak pengunjung yang datang dan lebih banyak daripada hari-hari lainnya.Penyebaran kuisioner dilakukan di dua lokasi yaitu pertigaan Copal dan Basecamp.Adapun komposisi pengunjung yang datang berdasarkan kusioner yang telah di sebar dapat dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan hasil kuisioner didapat bahwa hampir semua kelas umur pengunjung didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, kecuali katagori kelas umur orang tua yang didominasi oleh perempuan.Dominasi di hampir semua kelas umur ini disebabkan oleh kegiatan wisata yang tersedia merupakan kegiatan yang membutuhkan tenaga seperti kegiatan tracking hutan.

Pengunjung HPGW memiliki tingkat pendidikan minimal SMP. Pengunjung kategori dewasa dan orang tua memiliki tingkat pendidikan minimal S1, sedangkan pengunjung dari kategori umur remaja didominasi oleh pengunjung anak SMA.Pengunjung yng datang merupakan pengunjung yang berasal dari sekitar HPGW untuk kategori anak-anak, dewasa, dan orang tua. Untuk kategori umur remaja didominasi oleh pengunjung yang datang dari daerah JABODETABEK dan Cianjur (70%).Sementara kategori umur lainnya didominasi oleh pengunjung yang berasal dari sukabumi. Hal ini dikarenakan informasi mengenai HPGW lebih mudah diakses. Sedangkan tingginnya pengunjung dari kategori umur remaja yang berasal dari luar sukabumi karena informasi mengenai keberadaan HPGW kepada masyarakat umum hanya mengandalkan media sosial yang ada di internet dan kategori umur remaja merupakan salah satu pengguna utama media sosial internet.

Tabel 3 Komposisi Pengunjung HPGW berdasarkan kuisioner (Agustus-Desember 2011)

Komposisi pengunjung

∑Responden (orang) berdasarkan kelompok umur

Anak-anak Remaja Dewasa Orang tua Jenis kelamin

(21)

11

yang dikeluarkan oleh kelas umur orang tua dengan kelas umur lainnya mungkin disebabkan oleh perbedaan penghasilan.Kategori umur anak dan remaja cenderung belum memiliki pendapatan sehingga kemampuan menghabiskan biaya juga akan lebih kecil ketimbang kategori umur dewasa dan orang tua.

Tempat yang paling sering dikunjungi pengunjung dari semua kategori umur adalah Copal (Gambar 8).Alasan dijadikannya Copal sebagai tempat favorit pengunjung adalah karena udara yang sejuk dan banyaknya penjaja makanan dan minuman ringan sehingga cocok dijadikan sebagai tempat berkumpul, berbincang, ataupun istirahat setelah melakukan jalan-jalan disekitar hutan.

Gambar 8 Grafik tempat yang dikunjungi oleh pengunjung HPGW Tujuan berkunjung yang paling diminati pengunjung HPGW adalah untuk menikmati keindahan alam hutan (Gambar 9).Hal ini diakibatkan oleh mudahnya kegiatan tersebutdilaksanakan. Kurangnya informasi mengenai kegiatan apa saja yang bisa dilakukan juga merupakan salah satu faktor menyebabkan pengunjung lebih banyak memilih kegiatan menikmati keindahan alam.

Gambar 9 Grafik tujuan berkunjung pengunjung HPGW

Objek intrepretasi yang paling diminati oleh pengunjung HPGW adalah flora dan fauna. Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa kelas umur anak-anak lebih memilih objek intrepretasi fauna. Kelas umur remaja lebih memilih objek intrepretasi flora, sedangkan pada kelas umur dewasa dan orang tua memilih flora dan fauna dibandingkan dengan objek intrepretasi lainnya.

0

Anak anak Remaja Dewasa Orang tua

TVRI

Anak anak remaja Dewasa Orang tua

Berkemah

Menikmati keindahan alam

Melakukan penelitian

(22)

12

Gambar 10 Grafik obyek yang disukai oleh pengunjung HPGW

Berdasarkan Gambar 11 didapat bahwa secara umum materi intrepretasi yang paling diminati oleh pengunjung HPGW adalah kehidupan flora dan fauna. Kelas umur anak-anak dan remaja lebih memilih materi intrepretasi kehidupan flora dan fauna. Kelas umur dewasa lebih memilih materi menyadap kopal, sedangkan kelas umur orang tua memilih materi intrepretasi menyadap kopal dan kehidupan flora dan fauna. Hal tersebut sesuai dengan tingkat keingintahuan pengunjung, kategoridewasa cenderung memilih materi yang lebih mendalam dan memiliki manfaat nyata pada kehidupan (Sharpe 1982).

Gambar 11 Grafik materi yang diinginkan pengunjung HPGW Gambar 12 menunjukkan kelas umur anak-anak menghabiskan waktu kurang dari 2 jam untuk mengunjungi HPGW. Kelas umur remaja menghabiskan waktu kunjungan di HPGW selama 2-5 jam, sedangkan pengunjung kategori umur dewasa dan orang tua menghabiskan waktu 5-10 jam berkunjung di HPGW. Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi positf antara kelas umur dan lamanya waktu kunjungan. Hal ini juga bisa terkait pernyataan Sharpe (1982) yang menyatakan bahwa semakin bertambah usia manusia maka semakin banyak keingintahuan yang mereka dapati. Hal ini berujung pada lama waktu yang digunakan untuk memperdalam keingintahuan tersebut.

8

Anak anak Remaja Dewasa Orang tua

Menyadap kopal

Kehidupan flora dan fauna

Membuat biola

(23)

13

Gambar 12 Grafik lama waktu kunjungan pengunjung HPGW Perencanaan Program Interpretasi

Obyek interpretasi yang bisa diangkat sebagai obyek utama dalam program interpretasi adalah flora dan fauna, karena hanya obyek flora dan fauna yang memenuhi semua kriteria yang ditetapkan oleh Doemrose dan Sterling (1999) seperti yang tertera pada Tabel 4. Flora dan fauna merupakan obyek paling disukai oleh pengunjung yang datang ke HPGW seperti yang dijelaskan pada bab hasil sebelumnya. Fauna yang hidup di kawasan hutan HPGW sebagian besar tidak berbahaya bagi pengunjung terutama yang beraktivitas pada siang hari.

Tabel 4 Penilaian obyek interpretasi berdasarkan kriteria pemilihan obyek utamainterpretasi oleh Domroese dan Sterling (1999)

No. Jenis Obyek Kriteria obyek interpretasi

1 2 3 4

Keterangan: 1. Ketertarikan pengunjung terhadap potensi 2. Keamanan bagi pengunjung

3. Kerentanan potensi terhadap gangguan yang diakibatkan dari aktivitas pengunjung

4. Aksesbilitas menuju potensi tersebut

Begitu pula dengan kerentanan flora dan fauna terhadap aktivitas wisata dan interpretasi, tidak ada flora dan fauna yang termasuk terancam punah. Akses menuju lokasi flora dan fauna juga mudah untuk di lewati karena terdapat banyak

6

Anak anak Remaja Dewasa Oprang tua

< 2 jam

2-5 jam

5-10 jam

(24)

14

jalur yang dibuka dan sebagian besar merupakan jalan setapak yang terbuat dari bebatuan yang telah disusun rapi. Obyek lain yang bisa dikembangkan yaitu obyek Goa Putih, yang merupakan obyek penting yang ada di HPGW karena memiliki nilai keindahan, nilai konservasi dan nilai budaya. Hanya saja obyek Goa Putih kurang diminati oleh pengunjung yang diakibatkan oleh jaraknya yang jauh dari pusat keramaian pengunjung, juga dikarenakan oleh kurangnya informasi yang di peroleh pengunjung. Hal ini terlihat dari tidak adanya pusat informasi di dekat pusat keramaian pengunjung dan tidak adanya papan informasi dan penunjuk arah objek wisata Goa Putih.

Program Interpretasi untuk KU Anak-anak

Tempat yang paling sering dikunjungi oleh pengunjung kelas umur ini adalah Gazebo (Copal).Tempat ini merupakan pusat keramaian yang ada di kawasan HPGW.Di tempat ini terutama pada hari sabtu dan minggu di penuhi oleh pengunjung yang datang.

Tujuan berkunjung kelompok umur ini adalah menikmati keindahan alam dengan obyek utama mereka yaitu tumbuhan dan satwa liar.Oleh karena pilihan materi yang diinginkan oleh pengunjung KU anak-anak adalah materi mengenai Satwa liar dan tumbuhan.Berdasarkan hasil kuisioner, 80% dari KU anak-anak memilih materi flora dan fauna sehingga materi yang diberikan adalah materi mengenai pengenalan burung dan tumbuhan yang ada di HPGW dan hubungan timbal balik antara burung yang ada di HPGW dan tumbuhan. Menurut Domroese dan Sterling (1999) kemampuan daya serap informasi dan menganalisa sebab akibat pada anak-anak masih lemah sehingga informasi yang diberikan harus sederhana dan tidak terlalu dalam.Oleh karena itu untuk KU anak-anak hanya diberikan materi sebatas pengenalan.Domroese dan Sterling (1999) juga menyebutkan bahwa anak-anak lebih menyukai kegiatan berupa permainan dalam memperoleh informasi sehingga dibutuhkan kegiatan yang bersifat menyenangkan selama program nantinya.

Program interpretasi untuk KU anak-anak memiliki tema “Burung-burung penyebar benih pohon di Hutan Pendidikan Gunung Walat”. Tujuan dari program ini agar pengunjung dari KU anak-anak dapat:

a. Mempelajari jenis-jenis burung di HPGW

b. Mempelajari hubungan timbal balik yang terjadi antara burung dan tumbuhan

c. Memahami mengapa mereka harus menjaga hutan (tumbuhan) dan burung

d. Mulai menanam pohon di sekitar lingkungan tempat mereka tinggal Materi program:

a. Pengenalan burung burung HPGW

(25)

15

b. Pengenalan hubungan timbal balik antara flora dan fauna

Manusia mempunyai peranan yang sangat besar terhadap timbulnya gangguan terhadap burung (Alikodra 2002). Penyebab utama masalah gangguan terhadap satwaliar termasuk burung yaitu pertumbuhan penduduk yang membutuhkan lahan hutan lebih banyak untuk pembangunan sehingga mendesak kehidupan burung. Sutopo (2008) menambahkan bahwa terdapat empat jenis ancaman terhadap burung diantaranya (1) perusakan dan perubahan habitat, (2) perburuan dan perdagangan, (3) perusakan tempat berkembang biak, dan (4) pencemaran dan pestisida. Tumbuhan memegang peranan penting dalam menjaga keberadaan burung burung yang ada di HPGW. Seperti yang diungkapkan oleh Alikodra dan Sutopo diatas, keberadaan burung bisa terganggu oleh adanya pengurangan kawasan hutan yang terus meningkat, perusakan tempat berkembang biak, dan pencemaran dimana semua hal tersebut berhubungan dengan tumbuhan sebagai sumber pakan, tempat berkembang biak, tempat tinggal burung. Untuk itu penting bagi kita menjaga keberadaan tumbuhan di sekitar lingkungan hidup kita terutama hutan hutan yang kita miliki sekarang agar satwa liar yang ada sekarang terutama burung dapat terjamin hidupnya dan tidak menuju kepunahan. Sebaliknya, penting bagi kita untuk menjaga keberadaan burung-burung yang kini masih ada. Setiap jenis burung memiliki pakan dan kebiasaan makan yang berbeda-beda. Ada jenis burung burung yang pakan berupa madu, buah, ikan, dan biji-bijian. Beberapa jenis burung memakan makanannya langsung ditempat dan ada pula beberapa jenis burung yang membawa makanannya pulang ke sarang. Selama proses tersebut berlangsung, juga terjadi proses penyebaran benih-benih tumbuhan yang tersebar oleh burung tersebut. Sehingga proses makan burung tersebut juga membatu dalam proses pembentukan hutan secara alami.

Kegiatan program: berjumlah 50 orang. Rincian biaya dapat dilihat pada Tabel 5.

Media interpretasi yang digunakan:

(26)

16

Tabel 5 Biaya program interpretasi untuk KU anak-anak

No Kebutuhan Biaya

1 Jumlah Pengunjung <20 orang

Pembuatan leaflet dan booklet (@Rp 15.000) Rp 300.000,- Peralatan games dan perlengkapan pengamatan Rp 250.000,-

Pembayaran Intreperter Rp 100.000,-

Kebersihan dan keamanan Rp 25.000,-

Makan siang dan snack (@Rp 15.000) Rp 300.000,-

Cinderamata (@Rp 10.000) Rp 200.000,-

Total Rp 1.175.000,-

Biaya yang dibayarkan/orang Rp 58.000,-

2 Jumlah pengunjung 50 orang

Peralatan games dan perlengkapan pengamatan Rp 300.000,- Pembuatan leaflet dan booklet (@Rp 15.000) Rp 400.000,-

Pembayaran Intreperter RP 100.000,-

Kebersihan dan keamanan Rp 750.000,-

Makan siang dan snack (@Rp 15.000) Rp 50.000,-

Cinderamata (@Rp 10.000) Rp 500.000,-

Total Rp 2.000.000,-

Biaya yang dibayarkan/orang Rp 40.000,-

Program Interpretasi KU Remaja

Tujuan berkunjung dan materi program kelompok umur remaja tidak berbeda dengan KU anak-anak.Namun, menurut Domroese dan Sterling (1999) kemampuan mengelompokkan obyek pada pengunjung KU remaja lebih baik dari KU anak-anak, dan KU remaja mulai dapat memahami peranan obyek dalam suatau lingkungan. Kemampuan dalam menentukan antara hal yang benar dan salah juga lebih baik dari KU ank-anak sehingga KU remaja dapat diberikan materi yang sedikit lebih dalam dari KU anak-anak.

Pengunjung KU remaja berdasarkan Yfantidou (2008) menyukai kegiatan yang bersifat menantang dan petualangan.Hal ini senada dengan hasil kuisioner pengunjung yang menunjukkan pengunjung KU remaja menyukai kegiatan berjalan-jalan disekitar hutan untuk menikmati keindahannya dimana kegiatan yang dipilih ini dapat dikategorikan sebagai kegiatan berpetualang di hutan HPGW. Kegiatan berpetualang ini cenderung membutuhkan waktu yang cukup lama, seperti yang terlihat pada hasil kuisioner dimana pengunjung KU remaja sebagian besar menghabiskan waktu selama kurang dari 2 hingga 5 jam dalam satu kali kunjungan mereka.

Program interpretasi untuk KU remaja memiliki tema “satwa yang dapat hidup di berbagai habitat dan satwa yang hanya bisa hidup di habitat tertentu”. Tujuan dari program interpretasi ini yaitu pengunjung KU remaja dapat:

a. Mempelajari jenis-jenis satwa yang dapat hidup di berbagai habitat dan yang hanya hidup di habitat tertentu

b. Mempelajari penyebab mengapa satwa hanya dapat hidup di berbagai habitat atau di habitat tertentu saja

(27)

17

d. Mulai menjaga lingkungan dan menanam pohom di sekitar lingkungan mereka

Materi program interpretasi:

a. Satwa-satwa yang ada di HPGW

Keanekaragam satwa liar HPGW yang ditemui selama pengamatan langsung yaitu 5 jenis mamalia dan 48 jenis burung (lampiran 1 dan 2). Mamalia HPGW yang paling sering ditemui yaitu jenis monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan bajing kelapa (Calosciurus notatus). Kedua satwa tersebut dapat hampir disemua kawasan HPGW kecuali bagian selatan HPGW dengan waktu penemuan dapat dilakukan sepanjang hari (pagi, siang, dan sore). Pada kawasan HPGW terdapat 6 jenis burung yang dapat ditemui di semua jalur yang ditelusuri seperti walet linchi, cipoh kacat, srigunting hitam, cinenen pisang, cinenen jawa, dan kacamata biasa.

b. Hubungan satwa dan habitatnya

Secara umum, habitat satwa didefinisikan sebagai tempat hidup satwa. Habitat satwa harus dapat menyediakan keperluan dasar bagi satwa yaitu pakan, air, dan pelindung (Morrison et al. 1992). Habitat merupakan hasil interaksi antara berbagai komponen seperti komponen fisik dan komponen biologis (Alikodra 2002). Habitat yang baik akan mendukung perkembangbiakan organisme yang hidup di dalamnya secara normal. Bailey (1984) menyatakan bahwa kelengkapan habitat terdiri dari berbagai jenis termasuk makanan, perlindungan dan faktor lain yang diperlukan oleh jenis satwa untuk bertahan hidup. Elton (1966) mengemukakan bahwa vegetasi mempunyai peranan utama dalam habitat, yaitu sebagai bagian dari makanan dan tempat berlindung (cover) satwaliar. Vegetasi sebagai cover mempunyai peranan penting untuk hidup dan berkembang biak, sebagai tempat berlindung dari predator atau bahaya lainnya.

c. Hal-hal yang dapat merusak habitat satwa

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Sujatnika et al. (1995) bahwa meningkatnya tekanan terhadap hidupan liar dan ekosistem alami antara lain disebabkan oleh terus meningkatnya jumlah penduduk, ketidakpastian tata guna dan pengelolaan lahan, dan kebijakan ekonomi serta pembangunan. Selain itu, erat kaitannya dengan kemiskinan, tekanan penduduk, pemanfaatan sumberdaya dan lahan hutan serta pengembangan pertanian. Alikodra (2002) menyebutkan bahwa manusia memegang peranan penting dalam timbulnya gangguan terhadap keberadaan burung. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menyebabkan kebutuhan akan lahan terus meningkat sehingga terus mendesak keberadaan hutan hingga menjadi lebih sedikit. Semakin berkurangnya keberadaan hutan juga berarti semakin sedikit vegetasi yang bisa dimanfaatkan baik oleh burung ataupun satwa liar lainnya sebagai makanan, tempat berlindung dan berkembang biak.

Kegiatan program interpretasi: a. Pengamatan satwa dalam goa

b. Pengamatan langsung di hutan HPGW c. Pameran

d. Pemutaran film

(28)

18

Tabel 6 Rincian biaya program interpretasi KU remaja

No Kebutuhan Biaya

1 Jumlah Pengunjung <20 orang

Pembuatan leaflet dan booklet (@Rp 15.000) Rp 300.000,- Peralatan games dan perlengkapan pengamatan Rp 250.000,-

Pembayaran Intreperter Rp 100.000,-

Kebersihan dan keamanan Rp 25.000,-

Makan siang dan snack (@Rp 15.000) Rp 300.000,-

Cinderamata (@Rp 10.000) Rp 200.000,-

Total Rp 1.175.000,-

Biaya yang dibayarkan/orang Rp 58.000,-

2 Jumlah pengunjung 50 orang

Peralatan games dan perlengkapan pengamatan Rp 300.000,- Pembuatan leaflet dan booklet (@Rp 15.000) Rp 400.000,-

Pembayaran Intreperter RP 100.000,-

Kebersihan dan keamanan Rp 750.000,-

Makan siang dan snack (@Rp 15.000) Rp 50.000,-

Cinderamata (@Rp 10.000) Rp 500.000,-

Total Rp 2.000.000,-

Biaya yang dibayarkan/orang Rp 40.000,-

Media interpretasi:

a. Papan interpretasi satwa b. Pemandu interpretasi c. Brosur dan leaflet d. Pameran dalam ruangan e. Film

f. Papan penunjuk arah dan papan peringatan

Evaluasi program interpretasi untuk KU remaja menggunakan tehnik Direct Audience Feedback (DAU) dan Length of Viewing and Listening (LVL). Menurut Veverka (1998) tehnik DAU dapat ddengan cepat mengganti cara penyampaian informasi kepada pengunjung untuk mendapatkan respon yang lebih baik, sedangkan LVL dapat menunjukkan dapat menunjukkan berapa lama mereka menghabiskan waktu untuk mendengar dan melihat. Berdasarkan hal tersebut, tehnik LVL cocok digunakan untuk mengevaluasi kegiatan pameran, sedangkan tehnik DAU cocok digunakan untuk kegiatan permainan. Untuk mengevaluasi kegiatan pengamatan satwa digunakan tehnik evaluasi kuisioner dimana dengan tehnik ini dapat melihat keberhasilan program secara rinci seperti keberhasilan penyampaian informasi, cara penyampaian, dan tingkat kesukaan pengunjung terhadap program.

Program Interpretasi KU Dewasa

(29)

19

tersebut senada dengan apa yang disebutkan oleh Domroese dan Sterling (1999) yang menyebutkan pengunjung KU dewasa tertarik dan termotivasi dengan informasi yang bekaitan dengan masalah kehidupan sehari-hari.

Program interpretasi untuk KU dewasa memiliki tema “Agroforestry, keuntungan untuk hutan dan masyarakat”. Tujuan dari program interpretasi ini yaitu pengunjung KU dewasa dapat:

a. Mengenal apa yang dimaksud dengan agroforestry

b. Mengetahui keuntungan yang diberikan kAgroforestry kepada hutan dan masyarakat

c. Ingin mempelajari agroforestry

d. Mengembangkan kegiatan agroforestry di tempat lain Materi program interpretasi:

a. Kegiatan agroforestry

Agroforestry yaitu suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan dan teknologi dimana tanaman kayu keras berkayu ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian dan atau hewan dengan tujuan tertentu dalam bentuk pengaturan spasial atau urutan temporal, dan di dalamnya terdapat interaksi ekologi dan ekonomi di antara komponen yang bersangkutan (Raintree et al, 1982 dikutip oleh Wijayanto, 2001). Menurut Hairiah, et.al (2003) agroforestry pada prinsipnya dikembangkan untuk memecahkan permasalahan pemanfaatan lahan dan pengembangan pedesaan, serta memanfaatkan potensi-potensi dan peluang yang ada untuk kesejahteraan manusia dengan dukungan kelestarian sumberdaya beserta lingkungannya. Agroforestry diharapkan dapat memecahkan berbagai masalah pengembangan pedesaan dan seringkali sifatnya mendesak.Agroforestry utamanya diharapkan dapat membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk penggunaan lahan secara berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat. Sistem berkelanjutan ini dicirikan antara lain oleh tidak adanya penurunan produksi tanaman dari waktu ke waktu dan tidak adanya pencemaran lingkungan. Pola pelaksaan agroforestry dalam perhutanan sosial terdiri atas : persiapan pembuatan tanaman, pekerjaan lapangan dan pengolahan tanah, persiapan benih dan bibit, pelaksanaan penanaman, pemeliharaan dan perjanjian kontrak. Pola agroforestry yang dikembangkan di kawasan HPGW yaitu tanaman tepi merupakan tanaman kehutanan yang ditentukan di sekeliling bidang tanaman, jalan angkutan, jalan pemeriksaan, alur jurang, dan batas dengan desa. Salah satu tanaman yang digunakan dalam kegiatan agroforestry di HPGW adalah tanaman kopi.

b. Manfaat kegiatan agroforestry bagi hutan

(30)

20

c. Manfaat kegiatan agroforestry bagi masyarakat

Manfaat agroforestry bagi masyarakat menurut Wiersum (1987) dikutip oleh Pramono (2000) yaitu memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar sepanjang tahun sehingga dapat membantu kesejahteraan masyarakat desa sekitar. Masyarakat sekitar yang biasanya hanya mengandalkan bertani di sawah sebagai mata pencaharian mendapat tambahan pendapatan dari kegiatan agroforestry. Selain manfaat bagi masyarakat sekitar, kegiatan agroforestry juga membantu pengelola dalam mengurangi biayan pemeliharaan tegakan dan meningkatkan pelayanan sosial kepada masyarakat sekitar. Hal tersebut membantu pengelola dalam menjaga hubungan kerja sama dengan masyarakat di desa-desa sekitar HPGW.

Kegiatan program interpretasi:

a. Kunjungan ke tempat/desa yang melakukan agroforestry dan melakukan kegiatan agroforestry seperti penanaman, perawatan, dan pemanenan. b. Pameran

c. Pemutaran film Media interpretasi:

a. Brosur dan leaflet b. Papan interpretasi c. Pemandu interpretasi d. Film

e. Pameran dalam ruangan

Rincian biaya program interpretasi untuk KU dewasa tertera pada Tabel 7 dengan kelompok pengunjung yang berjumlah 20 orang kurang dikenakan biaya Rp 83.750 dan kelompok pengunjung yang berjumlah lebih dari 50 orang dikenakan biaya Rp 58.000

Tabel 7 Rincian biaya program interpretasi KU dewasa

No Kebutuhan Biaya

1. Jumlah pengunjung < 20 orang

Pembuatan leaflet dan booklet (@Rp.15.000) Rp. 300.000,-

Pembuatan film dokumenter Rp. 750.000,-

Pembayaran Intepreter Rp. 100.000,-

Kebersihan dan Keamanan Rp 25.000,-

Makan siang dan snack (@15.000) Rp. 300.000,-

Cinderamata (@Rp 10.000) Rp 200.000,-

TOTAL Rp. 1.675.000,-

Biaya yang dibayarkan/orang Rp 83.750,-

2. Jumlah pengunjung 50 orang

Pembuatan film dokumenter Rp 750.000,-

Pembuatan leaflet dan booklet (@Rp.15.000) Rp. 750.000,-

Pembayaran Intepreter Rp. 100.000,-

Makan siang dan snack (@Rp.15.000) Rp. 750.000,-

Kebersihan dan keamanan Rp 50.000,-

Cinderamata(@Rp.10.000) Rp 500.000,-

TOTAL Rp. 2.900.000,-

(31)

21

Evaluasi program interpretasi untuk KU dewasa menggunakan tehnik Length of Viewing and Listening (LVL), dan kuisioner.Menurut Veverka (1998) tehnik LVL dapat menunjukkan dapat menunjukkan berapa lama mereka menghabiskan waktu untuk mendengar dan melihat. Berdasarkan hal tersebut, tehnik LVL cocok digunakan untuk mengevaluasi kegiatan pameran, sedangkan tehnik evaluasi kuisioner digunakan untuk mengevaluasi kegiatan kunjungan agar dapat menghasilkan hasil evaluasi yang lebih rinci karena menurut Veverka (1998) tehnik evaluasi kuisioner dapat memberikan hasil evaluasi yang lebih rinci.

Program Interpretasi KU Orang Tua

Obyek utama yang disukai oleh pengunjung KU orang tua yaitu semua sumberdaya yang ada.Kesukaan pengunjung KU orang tua terhadap semua obyek juga berkolerasi lurus dengan materi yang mereka inginkan.Hasil kuisioner menunjukkan bahwa pengunjung KU orang tua tertarik dengan semua materi yang diberikan.Tidak jauh berbeda dari pengunjung KU dewasa, pengunjung KU orang tua tertarik dengan materi yang berhubungan dengan masalah yang mereka temui sehari-hari seperti yang diungkapakan oleh Domroese dan Sterling (1999).

Hasil kuisioner menunjukkan bahwa KU orang tua menyukai kegiatan berjalan-jalan sekitar hutan (100%) dan 60% juga memilih kegiatan lain seperti berkumpul di kopal.Patterson (2006) menyebutkan bahwa pengunjung KU orang tua menyukai kegiatan terpusat seperti berkumpul dengan keluarga ataupun teman.Selain factor pilihan lainnya (berkumpul), faktor kondisi fisik orang tua juga harus diperhatikan dalam penentuan kegiatan program interpretasi.Pengunjung KU orang tua sebagian besar menghabiskan waktu selama lebih dari 10 jam dalam satu kali kunjungan mereka.

Program interpretasi untuk KU orang tua memiliki tema “Menikmati indahnya alam , seni, dan manfaat dari Damar”. Tujuan dari program interpretasi ini yaitu pengunjung KU orang tua dapat:

a. Mengetahui manfaat yang didapat dari pohon damar b. Tertarik dengan manfaat yang didapat dari pohon damar

c. Tertarik untuk mencari informasi dan mempelajari manfaat dari tumbuhan lain

d. Menyebarkan informasi yang mereka peroleh kepada generasi muda mengenai manfaat yang didapat dari pohon dan hutan

Materi program interpretasi:

a. Produk-produk yang dihasilkan oleh pohon dammar

Damar adalah hasil sekresi (getah) dari pohon Shorea sp, Vatica sp, Dryobalanops sp, dan dari suku Dipterocarpaceae.Didalamnya termasuk damar mata kucing dan damar gelap. Kegunaan damar adalah sebagai bahan korek api, plastik, plester, vernis, lak dan lain sebagainya. Kopal adalah getah dari pohon damar (Agathis alba) yang kemudian diolah menjadi kopal (Sumantri 1987). Kegunaan kopal adalah untuk melapisi kertas agar tidak rusak kalau ditulis dengan tinta, spiritus, bahan pelapis tekstil, perekat, cairan pengering dan sebagainya (Sumadiwangsa 1998)

b. Proses pengolahan produk-produk yang dihasilkan pohon damar

(32)

22

dengan melakukan penyadapan dengan metode koakan pada pohon aghatis. Menurut Riyanto (1980) metode koakan dimulai dengan membersihkan kulit keras (korteks) pada bagian yang akan dibuat mal atau pola sadap. Kemudian kopal disayat dengan sudut terhadap diameter sebesar 450 dengan panjang 20 cm. kemudian getah yang keluar dari hasil sayatan ditampung menggunakan wadah yang diletakkan pada ujung sayatan. Getah yang tertampung pada wadah-wadah tersebut dikupulkan oleh para penyadap dan ditampung di penampungan getah yang berada di basecamp dan setelah jumlah cukup akan dikirim ke pabrik-pabrik pengolah getah kopal tersebut.

c. Produk-produk yang dihasilkan dari pohon selain pohon dammar

Salah satu pohon penghasil hasil hutan non kayu selain Aghatis sp di HPGW yaitu pinus (Pinus merkusii).Pinus merkusii merupakan salah satu jenis tumbuhan dari Family Pinaceae yang memiliki ciri-ciri berbatang silindris, lurus dalam tegakan rapat, cabang membentuk putaran yang teratur,tinggi bebas cabang mencapai 10-25 meter, tidak berbanir dan berdaun jarum. Bunga berbentuk strobili jantan dan betina.Pinus merkusii merupakan jenis pionir yang mampu bertahan hidup dan pertumbuhannya sangat cepat (fast growing spesies) serta mampu tumbuh pada kondisi yang sangat sulit (Prosea 1998).

Getah diambil dari pohon pinus yang telah masuk sadap melalui penyadapan. Pohon pinus dianggap sudah masak apabila telah berumur 11 tahun atau bila memiliki diameter pohon sebesar 18 cm. Produksi getah pinus dipengaruhi oleh kondisi biofisik dari pohon yang disadap serta kondisi lingkungan sekitarnya. Pengaruh suhu dan kelembaban udara ini sangat menentukan keluarnya getah sadapan dari masing-masing pohon.(Direktorat Jendral Kehutanan 1973).Pengolahan getah pinus prinsipnya bertujuan untuk menghasilan residu berupa gondorukem dan distilat berupa minyak terpentin. Gondorukem dapat digunakan secara murni maupun sebagai campuran (Kasmudjo 2011), sebagai berikut: bahanpencampur lilin batik, bahan sizing dalam pembuatan kertas, bahan pencampur sabun, varnish, tinta cetak, bahan isolasi listrik, korek api, lem, industry kulit, dan lain-lain.

Kegiatan program interpretasi: a. Penampilan biola b. Pemutaran film c. Pameran

d. Kunjungan ke Hutan damar

e. Kunjungan ke tempat pengolahan hasil pohon damar Media interpretasi: kelompok pengujung berjumlah lebih dari 50 orang. Rincian biaya dapat dilihat pada Tabel 8.

(33)

23

tehnik LVL cocok digunakan untuk mengevaluasi kegiatan pameran dan menonton film serta penampilan biola, sedangkan tehnik evaluasi kuisioner digunakan untuk mengevaluasi kegiatan secara keseluruhan agar dapat menghasilkan hasil evaluasi yang lebih rinci karena menurut Veverka (1998) tehnik evaluasi kuisioner dapat memberikan hasil evaluasi yang lebih rinci.

Tabel 8 Rincian biaya program interpretasi KU Orang tua

No Kebutuhan Biaya

1. Jumlah pengunjung < 20 orang

Pembuatan leaflet dan booklet (@Rp.15.000) Rp. 300.000,-

Pembuatan film dokumenter Rp. 750.000,-

Pemain biola Rp. 100.000.-

Pembayaran Intepreter Rp. 100.000,-

Kebersihan dan Keamanan Rp 25.000,-

Makan siang dan snack (@15.000) Rp. 300.000,-

Cinderamata (@Rp 10.000) Rp 200.000,-

TOTAL Rp. 1.775.000,-

Biaya yang dibayarkan/orang Rp 88.750,-

2. Jumlah pengunjung 50 orang

Pembuatan film dokumenter Rp 750.000,-

Pembuatan leaflet dan booklet (@Rp.15.000) Rp. 750.000,-

Pemain biola Rp. 100.000,-

Pembayaran Intepreter Rp. 100.000,-

Makan siang dan snack (@Rp.15.000) Rp. 750.000,-

Kebersihan dan keamanan Rp 50.000,-

Cinderamata(@Rp.10.000) Rp 500.000,-

TOTAL Rp. 3.000.000,-

Biaya yang dibayarkan / orang Rp 60.000,-

KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Obyek utama yang diangkat menjadi obyek interpretasi adalah flora dan fauna HPGW.Karateristik pengunjung HPGW yaitu terdiri atas laki-laki, tingkat pendidikan SMP atau lebih tinggi, biaya pengeluaran dal satu kali kunjungan 50.000-100.000 Rupiah, asal pengunjung merupakan daerah sekitar HPGW (Sukabumi-Cibadak), tujuan berkunjung untuk menikmati keindahan alam HPGW, memilih aktivitas menikmati keindahan alam HPGW, materi yang ingin diketahui yaitu satwa liar dan tumbuhan, lama waktu kunjungan 2 jam untuk kategori umur anak-anak 2-5 jam untuk remaja, 5-10 jam untuk dewasa, dan 10 jam untuk orang tua.

(34)

24

aktivitas, materi, fasilitas,biaya, dan metode evaluasidisesuaikan untuk setiap kelompok umur

Saran

1. Program interpretasi dan evaluasi program dilakukan secara teratur agar kegiatan interpretasi dapat berkembang dan mendukung fungsi pokok kawasan HPGW sebagai hutan pendidikan

2. Perlu dikembangkan program interpretasi lain yang disesuaikan dengan potensi obyek selain flora dan fauna dengan menggunakan referensi pasar yang lebih luas luas

3. perlu dikembangkan program interpretasi yang didasari atas klasifikasi pengunjung berdasarkan latar belakang dan kebutuhan informasi

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.

Bailey JA. 1984. Principles of Wildlife Management. Colorado State University. USA

Berkmuller K. 1981. Guidelines and Techniquest for Enviromental InterpretationUSA.The University of Michigan.

Direktorat Jendral Kehutanan. 1973. Beberapa Catatan Tentang Gondorukem di Indonesia. Jakarta: Departemen Pertanian.

Direktorat Taman Nasional dan Hutan Wisata, Ditjen PHPA. 1988. Pedoman Interpretasi Taman Nasional. Proyek Pembangunan Taman Nasional dan Hutan Wisata Pusat, Bogor.

Domroese MC, Sterling EJ. 1999. Intepreting Biodiversity a Manual for Environmental in the topics. American Museum of Natural History. USA. Elton C. 1966. The Ecology of Animals.Butler & Taner Ltd. London.

Ferry H. 1998. Planning for Interpretation and Visitor Experience. Harpers Ferry Center. West Virginia

Hairiah K, Sardjono MA, Sabarnurdin S. 2003. Pengantar Agroforestry. Bahan Ajaran 1. ICRAF. Bogor

Kasmudjo.2011. Hasil Hutan Non Kayu Suatu Pengantar. Yogyakarta: Cakrawala Media.

Kusrini MD. 2009. Pedoman Penelitian dan Survei Amfibi di Alam. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Lewis WJ. 1988. Interpreting for Park Visitor. Eastern National Park & Monumental Association, Philadelphia. PA

Morrison ML, Marcot BG, Mannan RW. 1992. Wildlife-Habita Relationship: Concept and Application: Univ. of Wiscounsin Press. Madison. Wisscounsin

(35)

25

Muntasib EKSH dan Rachmawati E. 2009. Rekreasi Alam, wisata, dan Ekowisata. Institut pertanian Bogor. Bogor.

Ontario J, Hernowo JB, Haryanto, Ekarelawan. 1991. Pola Pembinaan Habitat Burung di Kawasan Pemukiman Terutama di Perkotaan. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Patterson CJ, Hastings P. 2006. Socialization in context of family diversity.In J.

Grusec & P. Hastings (Eds.). Handbook ofsocialization. New York: Guilford Press.

Pramono H. 2000. Ketergantungan Masyarakat Terhadap Repong Damar di Pesisir Krui Lampung Barat.Tesis. IPB

Prosea.1998. Pedoman Pengenalan Pohon di Hutan Indonesia. Bogor: Yayasan Prosea.

Rachmawati, E dan Yudiarti, Y. 2008. Tehnik Interpretasi. Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor. Bogor

Riyanto TW. 1980. Catatan Kecil Tentang Kopal Damar. Duta Rimba (XII) : 23-28

Sharpe GW. 1982. Interprenting the Environment (2nd edition). John Willey & Sons, Inc.

Sujatnika JP, Soehartono TR, Crosby MJ, Mardiastuti A. 1995. Melestarikan Keanekaragaman Hayati Indonesia.PHPA – Birdlife International Indonesia – Programme. Jakarta

Sumadiwangsa S. 1998. Kareteristik Hasil Hutan Bukan Kayu. Duta Rimba. Februari/212/XIII. Pp. 44-48

Sumantri I, Dulsalam, Machfudin. 1987. Pengaruh Teknik Penyadapan terhadap Produksi Getah Agathis di Bali. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol.4 no. 4 pp. 63-66

Sutopo.2008. Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Areal Hutan Lindung KPH Madiun Perum Perhutani Unit II Jawa Timur [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.

Tilden F. 1957. Interprenting Our Heritage. The University of North Corolina Press. New York.

Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Andi.Yogyakarta.

Wijayanto N. 2001. Faktor Dominan dalam Sistem Pengolahan Hutan Kemasyarakatan : Studi Kasus di Repong Damar, Pesisir Krui Lampung. Tesis. IPB

(36)

26

Lampiran 1 Jenis burung di Hutan Pendidikan Gunung Walat

No Suku Nama lokal Nama ilmiah

1 Accipitridae Elangular Bido Spilornis cheela 2 Accipitridae Elang Hitam Ictinaetus malayensis 3 Turnicidae Gemak Loreng Turnix suscitator 4 Columbidae Walik Kembang Ptilinopus melanospila 5 Columbidae Tekukur Biasa Streptopelia chinensis 6 Cuculidae Kangkok Ranting Cuculus saturatus 7 Cuculidae Wiwik Lurik Cacomantis sonneratii 8 Cuculidae Wiwik Kelabu Cacomantis merulinus 9 Cuculidae Wiwik Uncuing Cacomantis sepulcralis 10 Cuculidae Kedasi Hitam Surniculus lugubris 11 Cuculidae Bubut Alang-alang Centropus bengalensis 12 Apodidae Walet Linci Collocalia linchi 13 Alcedinidae Rajaudang Meninting Alcedo meninting 14 Alcedinidae Cekakak Jawa Halcyon cyanoventris 15 Alcedinidae Cekakak Sungai Halcyon chloris 16 Pittidae Paok Pancawarna Pitta guajana 17 Hirundinidae Layanglayang Batu Hirundo tahitica

18 Campephagidae Sepah Kecil Pericrocotus cinnamomeus 19 Campephagidae Jingjing Batu Hemipus hirundinaceus 20 Aegithinidae Cipoh Kacat Aegithina tiphia

21 Pycnonotidae Cucak Kuricang Pycnonotus atriceps 22 Pycnonotidae Cucak Kutilang Pycnonotus aurigaster 23 Pycnonotidae Empuloh Janggut Criniger bres

24 Turdidae Cingcoang Coklat Brachypteryx leucophrys 25 Turdidae Anis Hutan Zoothera andromedae 26 Timaliidae Pelanduk Topi-hitam Pellorneum capistratum 27 Timaliidae Pelanduk Semak Malacocincla sepiarium 28 Timaliidae Tepus Leher-putih Stachyris thoracica 29 Timaliidae Tepus Pipi-perak Stachyris melanothorax 30 Sylviidae Perenjak Coklat Prinia polychroa 31 Sylviidae Perenjak Jawa Prinia familiaris 32 Sylviidae Cinenen Pisang Orthotomus sutorius 33 Sylviidae Cinenen Jawa Orthotomus sepium 34 Acanthizidae Remetuk Laut Gerygone sulphurea 35 Monarchidae Kehicap Ranting Hypothymis azurea 36 Rhipiduridae Kipasan Belang Rhipidura javanica 37 Paridae Gelatikbatu Kelabu Parus major

38 Dicaeidae Cabai Jawa Dicaeum trochileum 39 Sittidae Munguk Beledu Sitta frontalis

(37)

27

Lampiran 1 Jenis burung di Hutan Pendidikan Gunung Walat (lanjutan)

No Suku Nama lokal Nama ilmiah

43 Nectariniidae Pijantung Kecil Arachnothera longirostra 44 Estrildidae Bondol Jawa Lonchura leucogastroides 45 Estrildidae Bondol Peking Lonchura punctulata 46 Zosteropidae Kacamata Biasa Zosterops palpebrosus 47 Zosteropidae Kacamata Gunung Zosterops montanus 48 Dicruridae Srigunting Hitam Dicrurus macrocercus Lampiran 2 Jenis mamalia di Hutan Pendidikan Gunung Walat

No Suku Nama lokal Nama Ilmiah 1 Cercopithecidae Monyet Ekor Panjang Macaca fascicularis 2 Suidae Babi hutan Sus scrofa

(38)

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 11 Pebruari 1989 dari ayah Iskandar dan ibu Irmayati, S. Pd. Penulis adalah kakak dari Muhammad Adriansyah Guci dan Annisa Purnama Sari. Penulis merupakan alumni dari SMA Negeri 1 Kuala Tungkal, Kab. Tanjung Jabung Barat. Pada tahun 2007 diterima masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Jambi sebagai mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama masa perkuliahan penulis pernah dipercaya sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi Satwa Liar, Inventarisasi dan Pemantauan Satwa Liar dan Interpretasi Alam tahun 2008-2011, ketua Kelompok Pemerhati Ekowisata Himakova (2010/2011), anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova), anggota Kelompok Pemerhati Ekowisata “Tapak” Himakova, anggota Kelompok Pemerhati Mamalia “Tarsius” Himakova, dan pemandu di Agroedutourism IPB.

Penulis pernah mengikuti beberapa ekspedisi yaitu Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (Rafflesia) di CA Rawa Danau dan Tukung Gede, Serang (2009) dan CA Burangrang, Purwakarta (2011), Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di TN Manupeu Tanadaru, NTT (2010). Penulis juga pernah melaksanakan kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di CA dan TWA Sancang Barat-Kamojang, Jawa Barat (2009), Praktik Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan gunung Walat (HPGW) Sukabumi (2010) dan Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (2011).

Gambar

Tabel 1 Kategori responden, strata umur, persentase sampel, dan jumlah sampel pengunjung untuk penelitian
Tabel 2 Jenis dan cara pengambilan data yang diambil di lapang
Gambar 1Peta penyebaran potensi fisik HPGW
Gambar 5 Peta penyebaran potensi fauna HPGW
+7

Referensi

Dokumen terkait

Motivasi kerja memiliki pengaruh cukup baik terhadap peningkatan hasil sadapan karena cara yang digunakan oleh Badan Pengelola HPGW dalam upaya peningkatan motivasi kerja

Gambar 13 (a) Penyadapan kopal di HPGW yang menimbulkan luka terbuka sehingga memicu infeksi berbagai patogen di antaranya patogen kanker dan konk (indikator

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang luasnya mencapai 359 Ha dan memiliki berbagai spesies tegakan pohon diantaranya agathis, pinus dan puspa namun tidak memiliki

Kebakaran hutan di HPGW pertama kali terjadi pada tahun 2012 namun belum dapat dipastikan penyebab terjadinya kebakaran tersebut, dengan demikian perlu dilakukan

Tujuan dari penelitian ini: (1) Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, tenaga kerja, unit usaha lokal, dan masyarakat sekitar kawasan wisata alam HPGW; (2)

Komunitas burung yang ditemukan di HPGW terbagi kedalam 12 kategori guild, dengan kelompok pemakan serangga yang aktif mencari makan di bagian tajuk pohon mempunyai jumlah

Penyebab Penyakit Akar Merah di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

Penelitian ini bertujuan memperoleh model penduga volume komersial pohon mahoni daun besar yang terdapat di HPGW, baik model penduga volume untuk pohon yang tidak