• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT,

SUKABUMI, JAWA BARAT

ARONIKA KABAN

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT,

SUKABUMI, JAWA BARAT

ARONIKA KABAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(3)

Tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat. Dibimbing oleh YENI ARYATI MULYANI dan ANI MARDIASTUTI.

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang merupakan hutan tanaman berisi beberapa tipe tegakan sejenis adalah habitat bagi berbagai jenis burung. Perbedaan kondisi keanekaragaman jenis pohon dan ketinggian tajuk menyebabkan keanekaragaman jenis burung yang berbeda. Tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan habitat, mengidentifikasi keanekaragaman jenis burung, mengetahui komposisi guild burung dan mendeskripsikan pemanfaatan vegetasi oleh burung berdasarkan stratifikasi vertikal di setiap tipe tegakan.

Penelitian dilaksanakan di kawasan HPGW pada empat tipe tegakan yaitu tegakan puspa, agathis, pinus dan campuran (agathis, pinus dan puspa) pada bulan Agustus 2011. Pengukuran vegetasi untuk penggambaran profil dilakukan pada plot berukuran 10 m x 50 m di setiap tipe tegakan, sedangkan untuk mengetahui jenis vegetasi lain dilakukan pengamatan pada plot berukuran 3 m x 3m. Data burung dikumpulkan menggunakan metode IPA dan metode daftar jenis MacKinnon (MacKinnon et al. 1998). Analisis terhadap komponen burung menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan indeks kesamaaan komunitas burung Jaccard. Analisis untuk komponen habitat dan profil pohon dilakukan secara deskriptif dan analisis guild dilakukan dengan merujuk kepada MacKinnon et al. (1998), Wong (1986), Lambert dan Collar (2002), serta Novarino (2008). Hubungan antara burung dengan vegetasi dianalisis secara deskriptif.

Tegakan puspa (518-573 m dpl) terletak pada topografi relatif datar dan terdapat aliran sungai kecil yang melalui lokasi pengamatan. Jumlah jenis vegetasi lain yang tercatat sebanyak 21 jenis. Tegakan agathis (+ 529 m dpl) terletak pada topografi relatif miring dengan jumlah jenis vegetasi lain sebanyak 16 jenis, Tegakan pinus (545-601 mdpl) berada pada topografi datar dengan jumlah jenis vegetasi lain 13 jenis. Tegakan campuran yang terdiri dari tiga jenis pohon yaitu pinus, agathis dan puspa terletak pada topografi datar pada ketinggian 518 - 573 mdpl dan memiliki sebanyak 18 jenis vegetasi lain. Secara vertikal, stratifikasi vegetasi di keempat tipe tegakan dapat dibagi menjadi tajuk atas, tajuk tengah, tajuk bawah, batang dan lantai hutan.

Empatpuluh sembilan jenis burung dari 24 suku ditemukan selama penelitian, dengan Cuculidae sebagai suku yang memiliki jenis terbanyak (6 jenis).Jumlah jenis burung terbanyak tercatat di tegakan puspa (30 jenis, H’= 3.03, E=0.89), disusul oleh tegakan agathis (28 jenis, H’=2.79, E=0.83), tegakan campuran (27 jenis, H’= 2.73, E=0.85) dan yang paling sedikit adalah di tegakan pinus (25 jenis, H’=2.73, E=0.85). Nilai IS tertinggi yaitu tegakan pinus dengan tegakan campuran(ISJ=0.63).

(4)

pengamatan pada tegakan puspa berdekatan dengan areal agroforestry. Kondisi demikian menghadirkan habitat antara (ecotone) maupun rumpang (gap) sehingga berpotensi memiliki keanekaragaman jenis yang lebih tinggi. Tegakan pinus merupakan tipe tegakan dengan jumlah jenis burung paling rendah, diduga karena kondisi lantai hutan yang relatif bersih, tidak banyak ditumbuhi tumbuhan bawah dan cukup banyaknya aktivitas manusia yaitu penyadapan getah pinus dan pengambilan kayu bakar.

Berdasarkan data dari beberapa penelitian sebelumnya yang mendapatkan jumlah jenis burung tidak jauh berbeda, diduga jumlah jenis burung mengindikasikan kapasitas habitat yang ada di HPGW bagi burung. Untuk memperkaya dan memelihara keanekaragaman jenis burung di HPGW perlu dilakukan pengkayaan jenis pohon pakan burung dan strata vegetasi di HPGW.

(5)

ARONIKA KABAN. Birds Species Diversity in Several Types of Forest Stands in Gunung Walat Educational Forest, Sukabumi, West Java. Under Supervision ofYENI ARYATI MULYANI And ANI MARDIASTUTI.

Gunung Walat Educational Forest (GWEF) which is a plantation forest that consists of several homogenous standsis a habitat of various bird species. Difference in tree species composition, canopy coverage and canopy height could cause different birds species diversity. The objectives of this research were to describe the habitat, to identify bird species diversity, to find out composition of bird guild and to describe use of vertical startification by birds. This research was carried out in four types of forest stands of GWEF area; those are Schima, Agathis, Pine and mixed stands (Agathis, Pines and Schima) at August 2011). Vegetation measurement to describe vegetation profile was conducted in 10 m x 50 m sample plot on each stand type, while profile of other type of vegetation was observed in 3 m x 3 m sample plot. Birds data were collected by using IPA method and Mackinnon’s Species list method (Mackinnon et al. 1998). Analysis of bird component was performed by using Shannon-Wiener’s diversity index and Jaccard’s similarity index of bird’s communities. Analysis of habitat component and tree profile was conducted descriptively, while guild analysis was performed by referring to Mackinnon at al. (1998), Wong (1986), Lambert and Collar (2002) and also Novarino (2008). Relationship between birds and vegetation was analyzed descriptively.

Schima stand (518-573 m above sea level) is located in relatively flat topography with a small creek goes through the habitat in the observation site. Total of other species of vegetation in this stands was 21 species. Agathis stands (+ 529 m above sea level) were located in relatively slope topography with total of other vegetations were 16 species. Pine stand (545-601 m above sea level) is located in relatively plain topography with total of other vegetations were 13 species. Mixed standthat is consisted of three species of trees, Pines, Agathis, and Schima, is located in relatively plain topography at altitude of 518 - 573 m above sea level and has total of other vegetations recorded 18 species. Canopy stratification in those four types of stands were could be divided vertically into top canopy, middle canopy, lower canopy, stem and forest floor.

There were 49 species of 24 families of birds found during research period with Cuculidae as family with highest total species (6 species). Highest total bird’s species was recorded at Schima stands (30 species, H’= 3.03, E=0.89), then followed by Agathis stands (28 species, H’=2.79, E=0.83), mixed stands (27 species, H’= 2.73, E=0.85),and the lowest was recorded at Pines stands (25 species, H’=2.73, E=0.85). Highest IS value was recorded at Pines stands and mixed stands (ISJ=0.63).

Bird communities in GWEF were classified into 12 guild categories, with insect feeder that actively feeding at canopy as guild with the highest total species (14 species). Highest utilization of canopy strata by birds in four types of stands was recorded at top canopy layer, while the lowest was recorded at stem layer.

(6)

diversity.It was supposed to be caused by relatively clear forest floor with not much understory and relatively high of human activity through resin sapping and firewood collecting.

Based on data from previous researches that obtain total birds species there is no significant differenc in the number of species. Therefore, it might indicate the capacity GWEF in terms of bird diversity.. Thus, enrichment of tree species beneficial for bird food source and vegetation strata is needed to enrich and maintain bird’s species diversity of GWEF.

(7)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman

Jenis Burung pada Beberapa Tipe Tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat,

Sukabumi, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dosen pemimbing

dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta

dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2013

(8)

Tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat

Nama : Aronika Kaban

NIM : E34070053

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc. NIP. 19610411 198703 2 001 NIP. 19590925 198303 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS. NIP. 19580915 198403 1 003

(9)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah

yang berjudul “Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Tegakan

di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat” dengan

pembimbing Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti,

M.Sc. ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk mendapatkan gelar

Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan

Ekowisata, Fakultas kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Sebagai ujian akhir dari masa perkuliahan, semoga karya ilmiah ini dapat

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi semua pihak. Penulis menyadari

bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tidak lupa,

penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan saran

dan kritik yang membangun selama ini.

Bogor, Februari 2013

(10)

tanggal 21 September 1988 sebagai anak ketiga dari Lima

bersaudara pasangan Jalan Gemini Kaban dan Ibu

Warnawati Sembiring. Pendidikan formal penulis dimulai di

SDN 05 pagi Jakarta (1995–2001), kemudian penulis

melanjutkan ke SLTPN 161 Jakarta (2001–2004), dan

SMAN 47 Jakarta (2004–2007). Setelah lulus SMA, penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI) yaitu pada

mayor Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas

Kehutanan IPB.

Selama menempuh pendidikan di IPB penulis aktif mengikuti beberapa

kegiatan, diantaranya aktif sebagai Bendahara II HIMAKOVA (2008-2009),

Bendahara Umum HIMAKOVA (2009-2010), dan anggota Kelompok Pemerhati

Burung (KPB). Pengalaman lapangan penulis meliputi Eksplorasi Flora dan Fauna

Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Rawa Danau pada tahun 2009,

RAFFLESIA di Cagar Alam Gunung Burangrang pada tahun 2010, Studi

Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Manupeu Tanadaru Nusa

Tenggara Timur pada tahun 2009, SURILI di Taman Nasional Sebangau

Kalimantan Tengah pada tahun 2010, kegiatan pencincinan burung oleh

Cikabayan Birdbanding Club 2010-2013, dan voluntir kegiatan konservasi burung

Cikalang Christmas di Teluk Jakarta, Jawa Barat.

Kegiatan akademik lapangan yang pernah diikuti antara lain Praktek

Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di CA Pangandaran – SM Gunung Sawal

Jawa Barat (2009), Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan

Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat (2010), serta Praktek Kerja Lapang di

Taman Nasional Laiwangi Wanggameti Nusa Tenggara Timur (2011). Penulis

berpengalaman sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi Satwaliar (2009–

2012), termasuk menjadi asisten pada praktikum Lapang di Pulau Rambut, Kebun

Binatang Ragunan, Suaka Margasatwa Muara Angke, dan Cagar Alam

Pangandaran. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis

(11)
(12)

memberikan Kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

penulis menyelesaikan skripsi ini mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tuaku tercinta, Bapak Jalan Gemini Kaban dan Ibu Warnawati

Sembiring atas doa, kasih sayang, dukungan moril, serta motivasi untuk

penulis, adik-adikku Primusta Hagai Kaban dan Yosenta Kaban yang telah

memberikan semangat, serta keluarga besar penulis atas semua doa untuk

penulis.

2. Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc

selaku dosen pembimbing atas kesabaran dan telah memberikan motivasi,

nasehat serta bimbingannya.

3. Dr. Ir Gunawan Santosa, MS yang telah bersedia menjadi dosen penguji

untuk ujian komprehensif dan terima kasih atas semua masukan dan koreksi.

4. Dr. Agus Priyono Kartono, MS yang telah bersedia menjadi ketua sidang

untuk ujian komprehensif dan terima kasih atas semua masukan dan koreksi.

5. Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, M.Si yang telah menjadi moderator saat seminar

skripsi.

6. Ir. Budi Prihanto, MS, Dr. Ir. Tatang Tiryana, MSc.F, dan Dizy Rizal, S.Hut.

atas dukungan yang diberikan kepada penulis sehingga dapat melaksanakan

penelitian di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), serta seluruh pihak

pengelola HPGW yang telah membantu, membimbing, dan memberikan

informasi yang sangat membantu dalam penyusunan skripsi, terutama bapak

Lilik dan bapak Uus yang sudah membantu identifikasi jenis tumbuhan dan

orientasi lapang.

7. Nurindah Ristiana, Zulfikri dan Rahmat Hidayat yang telah menemani dan

memberikan saran serta masukan selama pengambilan data di lapangan.

8. Tutia Rahmi, Sarlita F. Pasaribu, Clara DSD, Ulfah Zulfarisa, Mila

Rahmania, dan Nining Maulana yang telah membantu dan memberikan saran

(13)

10. Nurindah Ristiana, Febriyanto Kolanus, dan Irham Fauzi yang telah

membantu dalam pembuatan peta penelitian.

11. Hadi Surono dan Neina Febriyanti atas bantuannya dalam pembuatan gambar

profil pohon.

12. KPB “Perenjak” atas semua dukungan terutama kepada KPB Perenjak 44 dan

adik-adikku dari 45, 46, dan 47 serta semua yang telah membantu penulis.

13. Keluarga Besar KSHE 44 “KOAK” (Cahya Wiratama, Irham Fauzi, Septian

Wiguna, Zulfikri) terimakasih atas dorongan moril hingga akhir penyelesaian

skripsi ini.

14. Tim PKLP Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti (Septian Wiguna, Gigih

E. Pratama, Tutia Rahmi, Sarlita F. Pasaribu, Neina Febriyanti, Rakhmi

Walidaini) terimakasih atas dorongan moril hingga akhir penyelesaian skripsi

ini.

15. Zulfikri, Asep Hayat, FN Tirtaningtyas, Adi Sugiharto, Kamal muda, Andhy

PS, Asman A Purwanto, Eddy Swan, Khaleb Yordan, Imam F, Swiss

Winarsi, Pakde Robert, bu Yeni A Mulyani dan Syahputera terimakasih atas

ijin penggunaan foto-foto burung.

16. Keluarga besar Himakova atas pembelajaran berorganisasi.

17. Keluarga besar DKSHE atas bantuannya terutama untuk Ibu Ratna, Ibu Titin,

Pak Acu, dan Ibu Evan serta segenap staf tata usaha yang telah banyak

membantu persiapan administrasi dari awal penelitian hingga proses ujian

komprehensif.

18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan seluruhnya yang telah

membantu dan memberikan andil dalam proses kematangan jiwa penulis serta

(14)

Halaman

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keanekaragaman Jenis Burung ... 3

3.4.4 Pengelompokan berdasarkan kategori guild ... 9

3.4.5 Pemanfaatan strata vegetasi oleh burung ... 10

3.5 Analisis Data ... 10

3.5.1 Vegetasi ... 10

3.5.2 Kekayaan jenis burung menggunakan daftar jenis MacKinnon ... 11

3.5.3 Kekayaan jenis burung berdasarkan guild ... 11

3.5.4 Indeks keanekaragaman jenis (H’) dan indeks kemerataan (E) ... 11

(15)

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 14

4.1 Sejarah Kawasan ... 14

4.2 Letak dan Luas Geografis ... 15

4.3 Jenis Tanah dan Topografi ... 15

4.4 Iklim ... 16

4.5 Kependudukan ... 16

4.6 Aksesibilitas ... 17

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

5.1 Hasil ... 18

5.1.1 Tegakan puspa ... 18

5.1.2 Tegakan agathis ... 23

5.1.3 Tegakan pinus ... 28

5.1.4 Tegakan campuran ... 32

5.1.5 Keanekaragaman burung pada empat tegakan di HPGW ... 37

5.1.6 Perbandingan burung antar empat tipe tegakan ... 39

5.1.7 Status konservasi burung ... 41

5.2 Pembahasan ... 42

5.2.1 Keanekaragaman jenis burung pada beberapa tipe tegakan di HPGW ... 42

5.2.2 Indeks kesamaan komunitas burung ... 44

5.2.3 Keanekaragaman guild di lokasi penelitian ... 44

5.2.4 Pemanfaatan strata vegetasi ... 45

5.2.5 Status konservasi burung ... 46

5.2.6 Implementasi terhadap pengelolaan ... 47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

6.1 Kesimpulan ... 49

6.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(16)

No Halaman

1 Jenis dan jumlah individu burung yang ditemukan di tegakan

puspa ... 20

2 Jumlah individu dan jenis penyusun guild di tegakan puspa ... 21

3 Stratifikasi jenis burung pada tiap strata di tegakan puspa ... 22

4 Aktivitas yang dilakukan oleh burung di tegakan puspa ... 23

5 Jenis dan jumlah individu burung yang ditemukan di tegakan agathis ... 24

6 Jumlah individu dan jenis penyusun guild di tegakan agathis ... 26

7 Stratifikasi jenis burung pada tiap strata di tegakan agathis ... 27

8 Aktivitas yang dilakukan oleh burung di tegakan agathis ... 28

9 Jenis dan jumlah individu burung yang ditemukan di tegakan pinus... 29

10 Jumlah individu dan jenis penyusun guild di tegakan pinus ... 30

11 Stratifikasi jenis burung pada tiap strata di tegakan pinus ... 31

12 Aktivitas yang dilakukan oleh burung di tegakan pinus ... 32

13 Jenis dan jumlah individu burung yang ditemukan di tegakan campuran ... 34

14 Stratifikasi jenis burung pada tiap strata di tegakan campuran ... 35

15 Jumlah individu dan jenis penyusun guild di tegakan campuran ... 36

16 Aktivitas yang dilakukan oleh burung di tegakan campuran ... 37

17 Jenis burung berdasarkan jenis pakan utama di lokasi penelitian ... 39

18 Jumlah jenis dan suku burung menggunakan metode IPA dan metode daftar jenis MacKinnon ... 39

19 Indeks kesamaan jenis (ISJ) burung pada empat tipe tegakan HPGW ... 40

(17)

No Halaman

1 Peta lokasi pengambilan data penelitian (menggunakan metode

titik hitung atau IPA) ... 7

2 Ilustrasi pembagian strata vegetasi untuk pemanfaatan burung ... 10

3 Sketsa lokasi HPGW ... 17

4 Strata vegetasi pada tegakan puspa ... 18

5 Jenis burung di tegakan puspa ... 19

6 Strata vegetasi pada tegakan agahis ... 23

7 Jenis burung di tegakan agathis ... 25

8 Strata vegetasi pada tegakan pinus ... 28

9 Jenis burung di tegakan pinus ... 29

10 Strata vegetasi pada tegakan campuran ... 33

11 Jenis burung di tegakan campuran ... 34

12 Komposisi suku burung berdasarkan jumlah jenis di empat tipe tegakan ... 38

(18)

No Halaman

1 Jenis burung di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) ... 52

2 Jenis burung dilindungi di Hutan Pendidikan Gunung Walat

(HPGW) ... 55

3 Keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan kemerataan jenis

burung pada tegakan puspa. ... 57

4 Keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan kemerataan jenis

burung pada tegakan agathis. ... 59

5 Keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan kemerataan jenis

burung pada tegakan pinus. ... 61

6 Keanekaragaman, kelimpahan, dominansi, dan kemerataan jenis

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang terletak di Kabupaten

Sukabumi, Provinsi Jawa Barat merupakan hutan tanaman dengan status Kawasan

Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) dan dikelola oleh sivitas akademika

IPB, khususnya Fakultas Kehutanan (Fahutan 2010). Hutan tanaman adalah

kawasan hutan yang berisi tegakan monokultur atau sejenis. Ada beberapa

tegakan sejenis di HPGW, yaitu tegakan agathis (Agathis loranthifolia), pinus

(Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii) (Badan Eksekutif HPGW 2010).

Hutan tanaman di HPGW merupakan habitat bagi berbagai jenis burung.

Hernowo (1989) melaporkan 27 jenis burung terdapat di HPGW, sedangkan Tim

Himakova (2007) yang melakukan penelitian mengenai keanekaragaman jenis

burung mencatat 55 jenis burung dari 21 suku di delapan jalur pengamatan

diantaranya tegakan pinus, tegakan agathis, tegakan puspa, tegakan campuran,

kebun tepi hutan, dan sawah tepi hutan. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyani

dan Haneda (2010) di tegakan puspa dan agathis mencatat 44 jenis burung dari 19

suku.

Menurut Schultze et al. (2004) dan Waltert et al. (2004) penelitian

terhadap burung sangat penting karena burung diketahui menjadi kelompok satwa

yang menjadi indikator dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Menurut Lailo

(2002) keanekaragaman jenis burung di suatu tempat dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu struktur dan komposisi vegetasi yang beragam seperti distribusi

vertikal dari dedaunan. Tripathy dan Singh (2009) menyatakan bahwa

keanekaragaman jenis berhubungan dengan struktur vegetasi dan variasi strata

vegetasi.

Perbedaan kondisi keanekaragaman jenis pohon dan ketinggian tajuk

menyebabkan keanekaragaman jenis burung yang berbeda, namun belum ada

penelitian mengenai parameter tersebut di HPGW, sehingga perlu dilakukan

penelitian untuk memperkaya data dan informasi. Oleh karena itu, penelitian

(20)

sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen pengelolaan kawasan HPGW dan

pelestarian burung.

1.2Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mendeskripsikan habitat burung pada empat tipe tegakan di HPGW, yaitu

tegakan puspa, tegakan agathis, tegakan pinus dan tegakan campuran

(agathis, pinus dan puspa).

2. Mengidentifikasi keanekaragaman jenis burung pada empat tipe tegakan

tersebut di atas.

3. Mengetahui komposisi guild burung pada empat tipe tegakan tersebut di

atas.

4. Mendeskripsikan pemanfaatan vegetasi oleh burung berdasarkan

stratifikasi vertikal di setiap tipe tegakan

1.3Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

pelaksanaan manajemen kawasan HPGW dan pelestarian satwa liar khususnya

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Keanekaragaman Jenis

Keanekaragaman jenis memiliki dua komponen yaitu kekayaan dan

sebaran keseragaman. Kekayaan jenis adalah jumlah jenis yang ada, sedangkan

keseragaman menunjukkan kelimpahan relatif dari masing-masing jenisnya

(Winarni 2005). Komponen lain selain kekayaan jenis dalam suatu

keanekaragaman jenis adalah kemerataan jenis dan kelimpahan jenis (Odum

1993).

Keanekaragaman jenis diukur melalui dua pendekatan, yaitu jumlah jenis

(kekayaan jenis) dan kelimpahan relatif dari individu-individu setiap jenis

(Hamilton 2005). Kekayaan jenis dinyatakan dalam jumlah atau indeks

keanekaragaman. Magurran (1988) menyatakan bahwa pertimbangan yang

mendasari penggunaan indeks tersebut adalah kepekaan terhadap perubahan

ukuran unit contoh (rendah sampai sedang), kemampuan mendeteksi perbedaan

antara unit contoh atau lokasi (sedang sampai tinggi) dan kemudahan dalam

proses perhitungan (semuanya sederhana).

2.2Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keanekaragaman Jenis Burung

Keanekaragaman jenis burung berbeda pada setiap tempat, tergantung

kondisi lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Alikodra (1990)

menjelaskan bahwa perbedaan keanekaragaman dapat terjadi karena terdapatnya

perbedaan dalam struktur vegetasi pada masing-masing tipe habitat, sehingga

akan menyebabkan bervariasinya sumber pakan yang ada dalam suatu habitat.

Menurut Zakaria (2009) keanekaragaman jenis burung sangat penting

untuk mendeskripsikan struktur komunitas pada habitat yang ditempati. Alhamid

(1988) menyatakan bahwa struktur hutan dan komposisi penyusun vegetasi

mempengaruhi tingginya keanekaragaman jenis burung. Tingkat keanekaragaman

jenis burung di setiap tempat berbeda-beda antara tempat yang satu dengan

tempat yang lainnya, tergantung pada kondisi habitat dan juga tingginya gangguan

(22)

2.3Habitat Burung

Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu tempat suatu

spesies atau komunitas hidup. Habitat yang baik akan mendukung

perkembangbiakan organisme yang hidup di dalamnya secara normal. Habitat

memiliki kapasitas tertentu untuk mendukung pertumbuhan populasi suatu

organisme. Habitat merupakan bagian penting bagi distribusi dan jumlah burung

(Bibby et al. 2000).

Burung dapat menempati tipe habitat yang beranekaragam, baik habitat

hutan maupun habitat bukan hutan. Bentuk habitat yang baik untuk kelangsungan

hidup burung adalah habitat yang mampu melindungi dari gangguan maupun

menyediakan kebutuhan hidupnya (Hernowo & Prasetyo 1989). Komposisi dan

struktur vegetasi juga mempengaruhi jenis dan jumlah burung yang terdapat di

suatu habitat. Jenis tanaman dan ekosistem yang beragam lebih mampu

mendukung kebutuhan burung karena mempunyai komponen yang lebih lengkap

(Hernowo & Prasetyo 1989). Suatu habitat yang digemari oleh suatu jenis burung

belum tentu sesuai untuk kehidupan jenis burung yang lain, karena pada dasarnya

setiap jenis burung memiliki preferensi habitat yang berbeda-beda (Irwanto 2006).

Tipe habitat yang ada di HPGW didominasi oleh tegakan agathis (Agathis

loranthifolia), pinus (Pinus merkusii), dan puspa (Schima wallichii). Menurut

Utari (2000) struktur vegetasi pada areal hutan tanaman terbagi menjadi dua strata

yaitu tumbuhan bawah dan tumbuhan penutup, tetapi Badan Eksekutif HPGW

(2010) melaporkan bahwa pada tahun 2008, hutan di HPGW telah merupakan

hutan rapat yang memiliki tajuk berstruktur dan tumbuhan bawah cukup rapat

sehingga menyerupai hutan alam tropis.

Tipe vegetasi dengan bentuk penutupan lahan dan ketinggian suatu

wilayah kecenderungan akan memberikan pengaruh terhadap jenis dan perilaku

satwa yang di jumpai (MacArthur & Connell 1966). Menurut Alikodra (2002)

jenis-jenis pohon pada hutan tanaman lebih terbatas sehingga jenis satwaliarnya

terbatas. Hadiprayitno (2004) dalam penelitiannya mengenai penggunaan habitat

oleh berbagai jenis burung di kawasan hutan pinus dengan umur tegakan yang

berbeda-beda dan hutan campuran di Gunung Tangkuban Parahu-Jawa Barat,

(23)

jenis dan indeks keanekaragaman jenis burung pada hutan pinus cenderung

meningkat dengan meningkatnya umur tegakan dan cenderung menurun pada

tegakan yang telah mengalami gangguan kebakaran. Jumlah jenis burung yang

menggunakan hutan campuran sebagai habitatnya lebih banyak dibandingkan

dengan hutan pinus.

2.4Profil Vegetasi

Suatu sketsa dari profil vegetasi sepanjang garis transek sangat berguna

bagi penelitian burung yang menempati habitat hutan. Penutupan vegetasi dapat

dibedakan menjadi penutupan tajuk atas (overstory), penutupan semak

(understory), dan penutupan bagian bawah/lantai hutan (ground cover).

Komposisi dari suatu profil habitat sangat bermanfaat untuk membuat suatu

kesimpulan tentang hubungan antara derajat kelimpahan burung dengan tipe

habitat (Alikodra 2002).

Jati (1998) menyatakan bahwa stratifikasi penggunaan ruang pada profil

vegetasi hutan menunjukkan adanya kaitan yang erat antara burung dengan

lingkungan hidupnya, terutama dalam pola adaptasi dan strategi untuk

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kawasan HPGW, Sukabumi, Jawa Barat (Gambar

1) pada bulan Agustus 2011. Pengambilan data dilakukan di empat tipe habitat

yaitu tegakan puspa, tegakan agathis, tegakan pinus, dan tegakan campuran

(puspa, pinus, dan agathis).

3.2Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan selama penelitian ini adalah binokuler Nikon

Action 10 x 50, jam tangan (pengukur waktu), kamera digital, perekam (tape

recorder), Global Positioning System (GPS), kompas, meteran, pita keliling, haga

meter, peta kerja HPGW, buku panduan lapang oleh MacKinnon et al. (1998),

tally sheet, dan alat tulis.

3.3 Data yang Dikumpulkan

Data penelitian berupa data vegetasi dan data burung. Data vegetasi

meliputi jenis pohon, profil habitat, peninggi pohon dan jenis tumbuhan bawah.

Data burung meliputi jenis burung, jumlah individu burung, komposisi guild

burung, penyebaran vertikal dan aktivitas.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Pemilihan lokasi

Empat tegakan dijadikan sebagai lokasi penelitian yaitu tegakan puspa,

tegakan agathis, tegakan pinus dan tegakan campuran (puspa, pinus dan agathis).

Lokasi tersebut dipilih berdasarkan tipe tegakan yang dominan di HPGW. Titik

(25)

Gambar 1 Peta lokasi pengambilan data penelitian (menggunakan metode titik hitung atau IPA).

(26)

3.4.2 Vegetasi

Pengamatan struktur vertikal penutupan tajuk dilakukan dengan membuat

diagram profil pohon pada masing-masing tipe tegakan. Pembuatan diagram profil

pohon dilakukan dengan pengukuran semua pohon yang ada di dalam plot

berukuran 10 m x 50 m. mengukur dilakukan terhadap diameter, tinggi total

pohon, tinggi bebas cabang, tajuk arah (utara, selatan, barat dan timur), serta jarak

pohon dengan garis absis dan jarak pohon dengan garis ordinat. Profil ini

digunakan untuk menentukan penyebaran vertikal oleh burung. Data peninggi

pohon didapatkan dari 10 pohon tertinggi di dalam pengukuran profil pohon.

Identifikasi jenis tumbuhan bawah dan vegetasi lain dilakukan pada petak 3 m x 3

m.

3.4.3 Burung

Pengambilan data burung dilakukan dengan pengamatan langsung.

Pengamatan langsung yaitu dengan melihat maupun mendengar langsung individu

burung di lapang. Identifikasi didasarkan pada “Buku Lapangan Burung-burung di

Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan” (MacKinnon et al. 1998), sedangkan tata

nama suku dan jenis mengikuti Sukmantoro et al. (2007).

Metode yang digunakan yaitu metode titik hitung atau IPA (Indices Ponctuel

d’Abondance) dan metode daftar jenis MacKinnon. Metode IPA digunakan untuk

mengetahui keanekaragaman jenis serta kelimpahan relatif burung di lokasi

penelitian. Pengamatan dilakukan pada pagi (pukul 05.30-09.00 WIB) dan sore

(pukul 15.30-18.00 WIB). Pada setiap tipe tegakan dibuat sepuluh titik

pengamatan dengan jari-jari 30 m dan jarak antar titik 100 m.

Waktu pengamatan burung pada setiap titik adalah 10 menit. Pengamatan

dilakukan sebanyak tiga kali ulangan pada hari yang berbeda. Hanya burung yang

teramati di dalam radius pengamatan yang dicatat, sedangkan burung yang

dijumpai di luar radius pengamatan tidak dicatat. Pengamatan tidak dilakukan

ketika cuaca mendung, kabut atau hujan.

Gambaran tentang kekayaan jenis burung menggunakan metoda daftar

jenis MacKinnon. Dalam penelitian ini digunakan daftar yang berisi 10 jenis dan

(27)

pada masing-masing tipe tegakan, mulai pukul 05.30-17.30 WIB. Pengamatan

diulangi hingga didapatkan duapuluh daftar jenis pada tiap-tiap lokasi penelitian.

3.4.4 Pengelompokan berdasarkan kategori guild

Komunitas burung yang ditemukan dikelompokkan berdasarkan pola

pemanfaatan sumberdaya yang sama (guild). Pengelompokan kategori guild

dilakukan berdasarkan telaah pustaka dengan mengacu pada MacKinnon et al.

(1998), Wong (1986), Lambert dan Collar (2002), dan Novarino (2008).

Kategori guild komunitas burung di HPGW yaitu:

1. CA (Carnivore): Pemakan daging.

2. AF (Aerial frugivore): Pemakan buah di bagian tajuk.

3. TF (Terestrial Frugivore): Pemakan buah-buahan yang berserakan di

lantai hutan.

4. SE (Seed eater): Pemakan biji-bijian.

5. IN (Insectivore-nectarivore): Pemakan serangga sekaligus penghisap

nektar.

6. IF (Insectivore-frugivore): Pemakan serangga dan buah-buahan.

7. CI (Carnivore insectivore): Pemakan inverteberata dan verteberata.

8. FCI (Fly catching insect): Pemakan serangga sambil melayang.

9. TFGI (Tree foliage gleaning insect): Pemakan serangga yang aktif mencari

makan di bagian tajuk pohon.

10. BGI (Bark gleaning insect): Pemakan serangga yang mencari makan di

bagian dahan atau ranting pohon.

11. SFGI (Shrub foliage gleaning insect): Pemakan serangga yang mencari

makan di daerah semak belukar.

12. LGI (Litter gleaning insect): Pemakan serangga yang mencari makanan di

(28)

3.4.5 Pemanfaatan strata vegetasi oleh burung

Untuk mengetahui penyebaran jenis burung menurut struktur vegetasi,

dilakukan penggambaran strata vegetasi yang ada di setiap tipe habitat yang

diteliti. Pemanfaatan ruang vegetasi oleh burung secara umum dibagi menjadi

bagian tajuk dan bagian batang. Pembagian tajuk dibagi lagi menjadi bagian tajuk

atas, tajuk tengah dan tajuk bawah. Batasan bagian tajuk bagian atas adalah 1/3

bagian atas dari tinggi total tajuk, kemudian bagian bawah adalah 1/3 tinggi total

tajuk bagian bawah, dan bagian tengah adalah 1/3 tinggi total tajuk bagian tengah.

Untuk pemanfaatan bagian batang dari bagian tajuk bawah hingga berbatasan

dengan lantai hutan, sedangkan lantai hutan adalah vegetasi bawah (Gambar 2).

Gambar 2. Ilustrasi pembagian strata vegetasi untuk pemanfaatan burung.

3.5 Analisis Data

3.5.1 Vegetasi

Pengukuran dilakukan terhadap diameter, tinggi total pohon, tinggi bebas

cabang, tajuk arah (utara, selatan, barat dan timur), serta jarak pohon dengan garis

absis dan jarak pohon dengan garis ordinat, data peninggi pohon didapatkan dari

10 pohon tertinggi di dalam pengukuran profil pohon dan kedudukan vegetasi Batang

Lantai Hutan Tajuk Atas

Tajuk Tengah

(29)

untuk serta deskripsi tegakan untuk mengetahui komponen penyusun tegakan

yang mendukung kehidupan burung.

3.5.2 Kekayaan jenis burung menggunakan daftar jenis MacKinnon

Pendugaan jumlah jenis burung dilakukan secara grafis dengan

memplotkan pertambahan jumlah jenis burung per daftar (sumbu Y) terhadap

daftar jenis (sumbu X). Grafik ini dibuat untuk setiap tipe tegakan. Pendugaan

kekayaan jenis ditentukan secara visual, yaitu ketika kurva mulai mendatar.

3.5.3 Kekayaan jenis burung berdasarkan guild

Analisis komposisi guild burung pada setiap tipe tegakan dilakukan

dengan cara memeriksa perilaku makan, makanan utama dan tempat mencari

makan dari setiap jenis burung berdasarkan literatur. Setiap jenis burung pada tiap

tipe tegakan dikelompokkan berdasarkan kategori guild burung.

3.5.4 Indeks keanekaragaman jenis (H’) dan indeks kemerataan (E)

Perhitungan indeks keanekaragaman jenis hanya dilakukan berdasarkan

data yang diperoleh dengan metode IPA. Indeks keanekaragaman Shannon–

Wiener (Magurran 2004) digunakan untuk menghitung keanekaragaman jenis

burung.

Keterangan: H’ = Indeks keanekaragaman Jenis

pi = Proporsi jumlah individu ke-i (n/N)

(30)

Indeks kemerataan (index of evennes) yang digunakan yaitu :

E’ =

Keterangan:

E = Indeks kemerataan jenis

H’ = Indeks keanekaragaman jenis

S = Jumlah jenis

ln = Logaritma natural

3.5.5 Dominansi

Untuk mengetahui jenis burung yang dominan pada tiap tipe tegakan

dalam kawasan penelitian, ditentukan dengan menggunakan rumus berikut (van

Helvoort 1981) :

Di =

ni

X 100%

N

Keterangan: Di = Indeks dominansi suatu jenis burung

ni = Jumlah individu suatu jenis

N = Jumlah individu dari seluruh jenis

Kriteria: Di = 0 - 2% jenis tidak dominan

Di = 2% - 5% jenis subdominan

Di = >5% jenis dominan

Penentuan nilai dominansi ini berfungsi untuk mengetahui atau

menetapkan jenis-jenis burung yang dominan atau tidak dominan. Jenis burung

dominan adalah jenis burung yang jumlahnya paling banyak ditemukan di lokasi

(31)

3.5.6 Indeks kesamaan komunitas (ISJ)

Indeks ini digunakan untuk melihat kesamaan komunitas burung yang

menghuni empat tipe tegakan. Indeks yang digunakan adalah indeks kesamaan

jenis Jaccard (van Balen 1984; Krebs 1985).

Keterangan : a = Jumlah jenis yang hanya terdapat di lokasi 1

b = Jumlah jenis yang hanya terdapat di lokasi 2

c = Jumlah jenis yang terdapat di lokasi 1 dan 2

ISJ = Indeks kesamaan komunitas

3.5.7 Pemanfaatan tajuk sebagai habitat oleh burung

Analisis terhadap sebaran burung menurut strata vegetasi dilakukan secara

deskriptif dan kualitatif, yaitu dengan menghubungkan antara penggunaan strata

vegetasi hutan dengan banyaknya jenis burung di habitat tersebut sehingga dapat

diketahui jenis burung yang menggunakan strata tajuk pada masing-masing tipe

habitat (Sayogo 2009). Dengan bentuk aktivitas burung yaitu bersuara

(mengeluarkan nada panggilan), bertengger (hinggap di dahan pohon), terbang

(bergerak atau melayang di udara) dan makan. ISJ =

c

(32)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1Sejarah Kawasan

Hutan Pendidikan Gunung Walat merupakan salah satu hasil dari

kerjasama antara IPB dengan Pemerintah Daerah Jawa Barat. Usaha kerjasama ini

telah dimulai sejak tahun 1961 oleh Fakultas Kehutanan masih merupakan jurusan

Kehutanan dari Fakultas Pertanian (Badan Eksekutif HPGW 2010).

Pada tahun 1967 diadakan penjajakan oleh IPB terhadap Pemda Tingkat I

Jawa Barat dan Direktorat Jenderal Kehutanan untuk mengusahakan HPGW

sebagai hasil dari usaha tersebut. Pada tahun 1969 HPGW mulai dibina dan

dengan surat Keputusan Kepala Jawatan Kehutanan Propinsi Jawa Barat tanggal

14 Oktober 1969 No. 7041/IV/2/69 HPGW seluas 359 ha ditunjuk sebagai Hutan

Pendidikan. Dalam surat keputusan itu dinyatakan pula bahwa untuk

pengamanannya dan segala sesuatunya diserahkan kepada IPB (Badan Eksekutif

HPGW 2010).

Sesuai dengan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Kehutanan tanggal 24

Januari 1973 No. 291/DS/73 dilakukan penandatanganan Surat Perjanjian Pinjam

Pakai Tanah HPGW oleh Kepala Dinas Kehutanan Jawa Barat dengan Rektor IPB

pada tanggal 9 Februari 1973. Kemudian keluar Surat Keputusan Menteri

Pertanian No. 008/KPTS/DII/73 yang menyatakan bahwa IPB mendapatkan hak

pakai atas HPGW dan pada tahun 1992 Menteri Kehutanan menerbitkan Surat

Keputusan No. 687/KPTS-II/92 tentang penunjukan komplek Gunung Walat

menjadi hutan pendidikan (Badan Eksekutif HPGW 2010).

Pada tahun 2005, Menteri Kehutanan menerbitkan Surat Keputusan

No.188/Menhut-II/2005 tertanggal 8 Juli 2005 tentang penunjukan dan penetapan

kawasan Hutan Produksi Terbatas Kompleks Hutan Pendidikan Gunung Walat

seluas 359 ha sebagai Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) untuk

jangka waktu 20 tahun). Pada tahun 2009 HPGW ditetapkan menjadi kawasan

hutan Negara oleh Menteri Kehutanan melalui SK Menhut No.

188/Menhut-II/2005 Jo SK Menhut No. 702/Menhut-II/2009 sebagai Kawasan Hutan Dengan

(33)

pengelolaannya diserahkan kepada Fakultas Kehutanan IPB (Badan Eksekutif

HPGW 2010).

4.2Letak dan Luas Geografis

Secara geografis HPGW terletak antara 6º54’23”-6º55’35” LS dan

106º48’27”-106º50’29” BT. Secara administrasi pemerintahan HPGW terletak

dalam wilayah Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi, sedangkan secara

administratif kehutanan termasuk dalam wilayah BKPH Gede Barat, KPH

Sukabumi, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Luas wilayah hutan

359 ha. HPGW terdiri dari tiga blok yaitu Blok Timur (Cikatomas) seluas 120 ha,

Blok Barat (Cimenyan) seluas 125 ha, dan Blok tengah (Tangkalak) seluas 114 ha

(Badan Eksekutif HPGW 2010).

Batas wilayah HPGW antara lain:

Utara : Desa Batununggal dan Desa Sekarwangi

Timur : Desa Cicantayan dan Desa Cijati

Selatan : Desa Hegarmanah

Barat : Desa Hegarmanah

4.3Jenis Tanah dan Topografi

Berdasarkan peta tanah HPGW skala 1:10.000 tahun 1981, jenis tanah

termasuk ke dalam keluarga tropohumult tipik (latosol merah kuning), tropodult

tinik (latosol coklat), dystropept tipik (podsolik merah kekuningan), dan

troportent tipik (litosol). Keadaan ini menunjukkan hal yang heterogen. Tanah

latosol merah kekuningan adalah macam tanah yang terbanyak, sedangkan di

daerah yang berbatu hanya terdapat tanah litosol, dan di daerah lembah terdapat

tanah podsolik (Badan Eksekutif HPGW 2010).

KawasanHPGW merupakan sebagian dari pegunungan yang berderet dari

timur ke barat. Bagian selatan merupakan daerah yang bergelombang mengikuti

punggung-punggung bukit yang memanjang dan melandai daru utara ke selatan.

Di bagian tengah terdapat puncak dengan ketinggian 676 m dpl tepat pada titik

triangulasi KQ 2212, di bagian timur dengan ketinggian 676 m dpl tepat pada titik

(34)

pada titik KQ 2213. Hampir seluruh kawasan berada pada ketinggian 500 m dpl,

hanya kurang 10 % dari bagian selatan yang berada di bawah ketinggian tersebut

(Badan Eksekutif HPGW 2010).

4.4Iklim

Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, daerah HPGW mempunyai

iklim tipe B (basah) dengan Q = 14,3-33%. Berdasarkan data curah hujan HPGW

tahun 1980 sampai 1992 diketahui banyaknya curah hujan tahunan berkisar antara

1.600-4.400 m. Suhu minimum pada malam hari 22ºC, sedangkan suhu

maksimum pada siang hari 30º (Badan Eksekutif HPGW 2010).

4.5 Kependudukan

Penduduk di sekitar HPGW umumya memiliki mata pencaharian sebagai

petani, peternak, tukang ojek, pedagang hasil pertanian, dan bekerja sebagai buruh

pabrik. Pertanian yang dilakukan berupa sawah lahan basah dan lahan kering.

Hasil pertanian dari lahan agroforestry seperti singkong, kapolaga, pisang, cabe,

padi gogo, kopi, sereh, dll.Kecamatan Cicantayan, khususnya Desa Hegarmanah

juga merupakan desa penghasil manggis dengan mutu eksport (Badan Eksekutif

HPGW 2010).

Penyadap getah pinus memiliki karakteristik yang beragam baik dari segi

pendidikan dan umur. Pendidikan terendah adalah tingkat sekolah dasar dan

berada pada tingkatan umur 20-60 tahun. Mayoritas penyadap getah pinus dan

kopal berdomisili di desa sekitar HPGW yakni Desa Nangerang, Desa Citalahap,

Desa Cipereu, dan Desa Cijati. Penghasilan rata-rata yang diperoleh penyadap

dari hasil menyadap getah pinus adalah Rp. 1.000.000- Rp. 2. 500.000/bulan

(35)

4.6 Aksesibilitas

Hutan Pendidikan Gunung Walat terletak lebih kurang 2,5 km ke arah

selatan dari poros jalan Bogor-Sukabumi yang berjarak ± 55 km dari Bogor dan

15 km dari Sukabumi, dan jarak dari Ibukota Jakarta sekitar 115 km (Gambar 3).

(36)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Tegakan puspa

5.1.1.1 Habitat

Tegakan puspa terletak pada topografi relatif datar, di ketinggian 518-573 m

dpl. Puspa (Schima wallichi) termasuk dalam suku Theaceae. Tegakan puspa

bersebelahan dengan kawasan agroforestry dan camping ground. Vegetasi dan

tumbuhan bawah yang terdapat di tegakan puspa sebanyak 21 jenis diantaranya

kaliandra (Calliandra calothyrsus), tepus (Etlingera solaris), harendong bulu

(Clidemia hirta), harendong (Melastoma malabathricum), cakar ayam

(Sellaginella doederleinii), kakawatan (Cynodon dactylon), marasi (Curculigo

latifolia), talingkup (Claoxylum indicum), sulangkar (Leea sambucina), dan kopi

(Coffea arabica).

Profil tumbuhan pada tipe tegakan puspa disusun oleh 13 individu pohon

puspa. Tegakan puspa memiliki rata-rata pohon puspa berdiameter sebesar 37.19

cm, tinggi total rata-rata 21.9 m, tinggi minimum 12.5 m dan peninggi pohon

sebesar 24.9 m. Pada saat penelitian ditemukan pohon puspa yang sedang

berbunga. Bunga berwarna putih berjatuhan di atas serasah dengan benang sari

kuning. Stratifikasi vegetasi pada tegakan puspa terdiri dari tajuk atas, tajuk

tengah, tajuk bawah, batang dan lantai hutan (Gambar 4).

(37)

5.1.1.2 Burung

Sebanyak 30 jenis burung dari 17 suku ditemukan di tegakan puspa

dengan jumlah pertemuan individu sejumlah 372 (Tabel 1). Burung-burung dari

suku Nectariniidae, Zosteropidae dan Dicaeidae ditemukan sedang memakan

nektar dari bunga puspa. Jenis burung yang paling banyak ditemukan pada

tegakan puspa yaitu Kacamata Biasa (Zosterops palpebrosus) dari suku

Zosteropidae (Gambar 5a) dan Pijantung kecil (Arachnothera longirostra) dari

suku Nectariniidae (Gambar 5b).

(a) (b)

Gambar 5 Jenis burung di tegakan puspa (a) Zosterops palpebrosus (foto: Asep Ayat) dan (b) Arachnothera longirostra (foto: FN Tirtaningtyas).

Nilai keanekaragaman dan nilai kemerataan pada tegakan puspa sebesar

3.03 dan 0.89. Tegakan puspa memiliki 5 jenis burung dominan, 12 burung

subdominan dan 13 burung tidak dominan. Nilai dominansi terbesar yaitu

Kacamata Biasa dari famili Zosteropidae dengan nilai dominansi 11.29,

sedangkan jenis dengan nilai dominansi terendah yaitu Bubut Alang-alang

(Centropus bengalengsis), Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), dan Perenjak

(38)

Tabel 1 Jenis dan jumlah individu burung yang ditemukan di tegakan puspa

No Nama Suku Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah

1 Accipitridae Elangular Bido Spilornis cheela 4 2 Accipitridae Elang Hitam Ictinaetus malayensis 1 3 Columbidae Walik Kembang Ptilinopus melanospila 6 4 Columbidae Tekukur Biasa Streptopelia chinensis 13 5 Cuculidae Wiwik Lurik Cacomantis sonneratii 5 6 Cuculidae Wiwik Kelabu Cacomantis merulinus 2 7 Cuculidae Wiwik Uncuing Cacomantis sepulcralis 18 8 Cuculidae Kedasi Hitam Surniculus lugubris 3 9 Cuculidae Bubut Alang-alang Centropus bengalensis 1

10 Apodidae Walet Linci Collocalia linchi 38

11 Alcedinidae Cekakak Sungai Halcyon chloris 12

12 Pittidae Paok Pancawarna Pitta guajana 8

13 Aegithinidae Cipoh Kacat Aegithina tiphia 36 14 Pycnonotidae Cucak Kuricang Pycnonotus atriceps 12 15 Timaliidae Pelanduk Topi-hitam Pellorneum capistratum 10 16 Timaliidae Pelanduk Semak Malacocincla sepiarium 19 17 Sylviidae Perenjak Jawa Prinia familiaris 1 18 Sylviidae Cinenen Pisang Orthotomus sutorius 13 19 Sylviidae Cinenen Jawa Orthotomus sepium 18 20 Acanthizidae Remetuk Laut Gerygone sulphurea 12

21 Paridae Gelatikbatu Kelabu Parus major 8

22 Sittidae Munguk Beledu Sitta frontalis 9

23 Nectariniidae Burungmadu Belukar Anthreptes singalensis 7 24 Nectariniidae Burungmadu Sriganti Cinnyris jugularis 9 25 Nectariniidae Burungmadu Jawa Aethopyga mystacalis 5 26 Nectariniidae Pijantung Kecil Arachnothera longirostra 41 27 Estrildidae Bondol Jawa Lonchura leucogastroides 7 28 Zosteropidae Kacamata Biasa Zosterops palpebrosus 42 29 Dicruridae Srigunting Hitam Dicrurus macrocercus 5 30 Dicruridae Srigunting Kelabu Dicrurus leucophaeus 7

5.1.1.3 Keanekaragaman guild di tegakan puspa

Komunitas burung di tegakan puspa tersusun dari 11 kategori kelompok

guild. Berdasarkan jumlah jenis yang ditemukan pada tegakan puspa, didominasi

oleh pemakan serangga yang aktif mencari makan di bagian tajuk pohon (10

jenis), sedangkan kategori pemakan serangga sambil melayang, pemakan buah di

bagian tajuk, pemakan buah-buahan yang berserakan di lantai hutan, dan pemakan

biji-bijian merupakan kategori yang jumlah jenisnya paling sedikit, hanya

(39)

Berdasarkan jumlah individu, kategori pemakan serangga sekaligus

penghisap nektar mempunyai jumlah individu lebih banyak dibandingkan kategori

guild yang lainnya (116 individu), sedangkan pemakan daging merupakan

kategori yang mempunyai jumlah individu paling sedikit hanya ditemukan lima

individu (Tabel 2).

Tabel 2 Jumlah individu dan jenis penyusun guild di tegakan puspa

No Guild Kode

3 Pemakan buah-buahan yang berserakan di lantai hutan

TF 1 13

4 Pemakan biji-bijian SE 1 7

5 Pemakan serangga di bagian tajuk pohon TFGI 10 80 6 Pemakan serangga di bagian dahan atau ranting

pohon 11 Pemakan inverteberata dan verteberata CI 2 13 Keterangan:

CA: Pemakan daging, AF: Pemakan buah di bagian tajuk, TF: Pemakan buah-buahan yang berserakan di lantai hutan, SE: Pemakan biji-bijian, IN: Pemakan serangga sekaligus penghisap nektar, IF: Pemakan serangga dan buah-buahan, CI: Pemakan inverteberata dan verteberata, FCI: Pemakan serangga sambil melayang, TFGI: Pemakan serangga yang aktif mencari makan di bagian tajuk pohon, BGI: Pemakan serangga yang mencari makan di bagian dahan atau ranting pohon, SFGI: Pemakan serangga yang mencari makan di daerah semak belukar, LGI: Pemakan serangga yang mencari makanan di serasah atau lantai hutan.

5.1.1.4 Penyebaran vertikal burung pada tegakan puspa

Burung-burung di tegakan puspa menyebar pada tajuk atas sampai lantai

hutan dan menggunakan lebih dari satu tajuk. Jenis yang memanfaatkan seluruh

bagian pohon untuk beraktivitas yaitu Pijantung Kecil. Jenis burung yang

dijumpai pada lantai hutan sebanyak 9 jenis. Pada batang ditemukan jenis burung

sebanyak dua jenis. Pada tajuk bawah ditemukan jenis burung sebanyak 21 jenis.

Pada tajuk tengah ditemukan 20 jenis, dan pada tipe tajuk atas ditemukan jenis

(40)

Tabel 3 Stratifikasi jenis burung pada tiap strata di tegakan puspa

Stratifikasi Jenis Burung

Tajuk Atas

Lonchura leucogastroides Pycnonotus atriceps Streptopelia chinensis Anthreptes singalensis Pycnonotus aurigaster Ptilinopus melanospila Aethopyga mystacalis Zosterops palpebrosus Cacomantis merulinus Cinnyris jugularis Surniculus lugubris Cacomantis sonneratii Halcyon chloris Sitta frontalis Cacomantis sepulcralis Arachnothera longirostra Orthotomus sepium Ictinaetus malayensis Orthotomus sutorius Dicrurus macrocercus Spilornis cheela Aegithina tiphia Dicrurus leucophaeus Collocalia linchi

Tajuk Tengah

Lonchura leucogastroides Aegithina tiphia Dicrurus macrocercus Anthreptes singalensis Pycnonotus aurigaster Dicrurus leucophaeus Aethopyga mystacalis Parus major Streptopelia chinensis Ptilinopus melanospila Zosterops palpebrosus Cinnyris jugularis Cacomantis sepulcralis Surniculus lugubris Cacomantis sonneratii Arachnothera longirostra Orthotomus sepium Halcyon chloris Orthotomus sutorius Gerygone sulphurea

Tajuk Bawah

Lonchura leucogastroides Orthotomus sutorius Prinia familiaris Centropus bengalengsis Aegithina tiphia Orthotomus sepium Anthreptes singalensis Pycnonotus aurigaster Gerygone sulphurea Aethopyga mystacalis Parus major Dicrurus macrocercus Cacomantis sepulcralis Zosterops palpebrosus Dicrurus leucophaeus Arachnothera longirostra Sitta frontalis Cinnyris jugularis Halcyon chloris Surniculus lugubris Streptopelia chinensis

Batang

Arachnothera longirostra Sitta frontalis

Lantai Hutan

Lonchura leucogastroides Cacomantis merulinus Orthotomus sepium Arachnothera longirostra Malacocincla sepiarium Pitta guajana Ptilinopus melanospila Pellorneum capistratum Orthotomus sutorius

5.1.1.5 Pemanfaatan strata vegetasi oleh burung pada tegakan puspa

Burung yang memanfaatkan tajuk atas pada tegakan puspa sebanyak 24

jenis burung dengan aktivitas tertinggi yaitu bersuara (49%). Tajuk tengah

dimanfaatkan oleh 20 jenis burung dengan aktivitas tertinggi yaitu bersuara

(25%). Tajuk bawah dimanfaatkan oleh 21 jenis dengan aktivitas tertinggi yaitu

(41)

Tabel 4 Aktivitas yang dilakukan oleh burung di tegakan puspa

Aktivitas Tajuk Atas

Tajuk Tengah

Tajuk Bawah

Batang Lantai Hutan

Bersuara* 49 25 49 19

Terbang 1 4 2

Bertengger 6 18 4 2

Bersuara dan terbang 13 15 13 40 54

Bersuara dan bertengger 17 18 15 4

Bertengger dan berjalan 6 3

Bertengger dan terbang 5 15 11 40 16

Bertengger dan makan 2

Bersuara, terbang dan bertengger 5 3 20

Bersuara, terbang dan makan 2 2

Terbang dan makan 2

Keterangan: *=hanya terdeteksi dari suara

5.1.2 Tegakan agathis

5.1.2.1 Habitat

Tegakan agathis terletak pada ketinggian sekitar 529 mdpl dengan

topografi relatif menurun. Pohon agathis (Agathis loranthifolia) adalah jenis daun

jarum. Pohon tidak berbanir, mengeluarkan getah yang disebut kopal. Pada

tegakan agathis terdapat kegiatan manusia yaitu penyadapan pada pohon agathis.

(42)

Vegetasi dan tumbuhan bawah yang terdapat di tegakan agathis sebanyak

16 jenis diantaranya puspa, rotan (Daemonorops melanochaetes), tepus, paku

(Equisetum debile), harendong, marasi, canar (Smilax leucophylla), cakar ayam

dan sulangkar. Pada saat pengamatan ditemukan pohon agathis yang sedang

berbuah. Profil tumbuhan pada tipe tegakan agathis disusun oleh 25 individu

pohon agathis. Pada tegakan agathis rata-rata pohon agathis memiliki diameter

sebesar 41.30 cm, tinggi total rata-rata 31.10 m, tinggi minimum 22.8 m dan

peninggi pohon sebesar 32.89 m. Stratifikasi vegetasi pada tegakan agathis terdiri

dari tajuk atas, tajuk tengah, tajuk bawah, batang dan lantai hutan (Gambar 6).

5.1.2.1 Burung

Sebanyak 29 jenis burung dari 18 suku dengan jumlah pertemuan individu

sebesar 314 ditemukan di tegakan agathis (Tabel 5). Jenis burung dengan individu

tertinggi pada tegakan agathis adalah Cipoh Kacat (Aegithina tiphia) (Gambar

7a), Pijantung Kecil, Kacamata Biasa dan Tekukur Biasa (Streptopelia chinensis)

(Gambar 7b).

Tabel 5 Jenis dan jumlah individu burung yang ditemukan di tegakan agathis

No Nama Suku Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah

(43)

Lanjutan Tabel 5

No Nama Suku Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah

20 Sylviidae Cinenen Jawa Orthotomus sepium 19 21 Paridae Gelatikbatu Kelabu Parus major 13 22 Sittidae Munguk Beledu Sitta frontalis 1 23 Nectariniidae Burungmadu Sriganti Cinnyris jugularis 1 24 Nectariniidae Pijantung Kecil Arachnothera longirostra 37 25 Estrildidae Bondol Jawa Lonchura leucogastroides 13 26 Zosteropidae Kacamata Biasa Zosterops palpebrosus 35 27 Zosteropidae Kacamata Gunung Zosterops montanus 2 28 Dicruridae Srigunting Hitam Dicrurus macrocercus 2 29 Dicruridae Srigunting Kelabu Dicrurus leucophaeus 2

Nilai keanekaragaman dan kemerataan pada tegakan agathis

masing-masing 2.79 dan 0.83. Terdapat 5 jenis burung dominan, 6 jenis burung sub

dominan dan 16 jenis burung tidak dominan terdapat di tegakan agathis. Nilai

dominansi terbesar yaitu Cipoh Kacat dan Pijantung Kecil dengan nilai dominansi

11.78, sedangkan dominansi terendah yaitu jenis Burungmadu Sriganti (Cinnyris

jugularis), Cincoang Coklat (Brachypteryx leucophrys), Kedasi Hitam (Surniculus

lugubris), Layanglayang Batu (Hirundo tahitica), Munguk Beledu (Sitta

frontalis), Tepus Leher-putih (Stachyris thoracica), Walik Kembang (Ptilinopus

melanospila), Wiwik Kelabu (Cacomantis merulinus) dengan nilai dominansi

0.32.

(a) (b)

(44)

5.1.2.3 Keanekaragaman guild di tegakan agathis

Tegakan agathis merupakan komunitas dengan komposisi guild terbanyak

jika dibandingkan dengan tipe tegakan lainnya (Tabel 6), terdiri dari 12 guild.

Pemakan serangga yang aktif mencari makan di bagian tajuk pohon dan pemakan

serangga sekaligus penghisap nektar merupakan kategori dominan.

Tabel 6 Jumlah individu dan jenis penyusun guild di tegakan agathis

No Guild Kode

3 Pemakan buah-buahan yang berserakan di lantai hutan

TF 1 35

4 Pemakan biji-bijian SE 1 13

5 Pemakan serangga di bagian tajuk pohon TFGI 9 65 6 Pemakan serangga di bagian dahan atau ranting

pohon 12 Pemakan inverteberata dan verteberata CI 1 12 Keterangan:

CA: Pemakan daging, AF: Pemakan buah di bagian tajuk, TF: Pemakan buah-buahan yang berserakan di lantai hutan, SE: Pemakan biji-bijian, IN: Pemakan serangga sekaligus penghisap nektar, IF: Pemakan serangga dan buah-buahan, CI: Pemakan inverteberata dan verteberata, FCI: Pemakan serangga sambil melayang, TFGI: Pemakan serangga yang aktif mencari makan di bagian tajuk pohon, BGI: Pemakan serangga yang mencari makan di bagian dahan atau ranting pohon, SFGI: Pemakan serangga yang mencari makan di daerah semak belukar, LGI: Pemakan serangga yang mencari makanan di serasah atau lantai

5.1.2.4 Penyebaran vertikal pada tegakan agathis

Cipoh Kacat banyak dideteksi melalui suara, sedangkan Pijantung Kecil

sering terlihat terbang melintasi dengan cepat di antara pohon agathis dengan

suara yang khas. Burung-burung di tegakan agathis menyebar pada tajuk atas

sampai lantai hutan. Jenis burung yang dijumpai pada lantai hutan sebanyak 11

jenis antara lain Paok Pancawarna (Pitta guajana) dan Gelatikbatu Kelabu (Parus

major). Ditemukan dua jenis burung pada bagian batang, 13 jenis pada tajuk

(45)

Tabel 7 Stratifikasi jenis burung pada tiap strata di tegakan agathis

Stratifikasi Jenis Burung

Tajuk Atas

Cinnyris jugularis Cacomantis merulinus Dicrurus macrocercus Halcyon chloris Cacomantis sonneratii Streptopelia chinensis Orthotomus sutorius Surniculus lugubris Collocalia linchi Aegithina tiphia Ptilinopus melanospila Spilornis cheela Zosterops palpebrosus Hirundo tahitica Sitta frontalis Zosterops montanus Cacomantis sepulcralis

Tajuk Tengah

Lonchura leucogastroides Cacomantis sepulcralis Parus major

Arachnothera longirostra Streptopelia chinensis Zosterops palpebrosus Orthotomus sepium Aegithina tiphia Halcyon chloris Orthotomus sutorius Pycnonotus aurigaster

Tajuk Bawah

Lonchura leucogastroides Cacomantis sonneratii Dicrurus macrocercus Halcyon chloris Cacomantis sepulcralis Streptopelia chinensis Brachypteryx leucophrys Aegithina tiphia Dicrurus leucophaeus Orthotomus sepium Parus major

Orthotomus sutorius Arachnothera longirostra

Batang

Arachnothera longirostra Halcyon chloris Orthotomus sepium

Lantai Hutan

Lonchura leucogastroides Orthotomus sutorius Pycnonotus aurigaster Arachnothera longirostra Stachyris thoracica Parus major

Malacocincla sepiarium Stachyris melanothorax Pellorneum capistratum Pitta guajana

5.1.2.5 Pemanfaatan strata vegetasi oleh burung pada tegakan agathis

Burung yang memanfaatkan tajuk atas pada tegakan agathis sebanyak 17

jenis dengan aktivitas tertinggi yaitu bersuara dan bertengger (35%). Tajuk tengah

dimanfaatkan oleh 11 jenis burung dengan aktivitas tertinggi yaitu bersuara dan

terbang (39%). Terdapat 13 jenis pada tajuk bawah dengan aktivitas tertinggi

yaitu bersuara dan terbang (46%). Batang dimanfaatkan oleh 2 jenis burung

dengan aktivitas tertinggi yaitu bersuara dan terbang (50%) dan bertengger dan

terbang (50%). Lantai hutan dimanfaatkan oleh 11 jenis burung dengan aktivitas

(46)

Tabel 8 Aktivitas yang dilakukan oleh burung di tegakan agathis

Aktivitas Tajuk Atas

Tajuk Tengah

Tajuk Bawah

Batang Lantai Hutan

Bersuara* 5 10 4

Terbang 3 7

Bertengger 13 6 4 8

Bersuara dan terbang 30 39 46 50 57

Bersuara dan bertengger 35 32 33 12

Bersuara dan berjalan 3

Bertengger dan terbang 12 13 6 50 5

Bersuara, terbang dan bertengger 5 6 2 4

Terbang dan berjalan 3

Keterangan: *=hanya terdeteksi dari suara

5.1.3 Tegakan pinus

5.1.3.1 Habitat

Tegakan pinus berada pada ketinggian 545-601 mdpl dengan topografi

datar. Pinus (Pinus merkusii) termasuk suku Pinaceae. Vegetasi dan tumbuhan

bawah yang terdapat di tegakan pinus sebanyak 13 jenis diantaranya harendong

bulu, cakar ayam, sulangkar, kakawatan, rumput bulu (Oplismenus burmanni),

seruni rambat (Wedelia trilobit), harendong, pacing (Ostus specious), kopo

(Eugenia cymosa), tepus, dan daun sendok (Plantago major).

Gambar 8 Strata vegetasi pada tegakan pinus.

Profil tumbuhan pada tipe tegakan pinus disusun oleh 26 individu pohon

(47)

memiliki jumlah individu paling banyak 21 individu.Tegakan pinus memiliki

rata-rata diameter sebesar 36.58 cm, tinggi total rata-rata-rata-rata 31.10 m, tinggi total

minimum 10.6 m dan peninggi pohon sebesar 31.43 m. Stratifikasi vegetasi pada

tegakan pinus terdiri dari tajuk atas, tajuk tengah, tajuk bawah, batang dan lantai

hutan (Gambar 8).

5.1.3.2 Burung

Sebanyak 25 jenis burung dari 16 suku dengan jumlah pertemuan individu

sejumlah 262 ditemukan di tegakan pinus (Tabel 9). Jenis Cinenen Jawa

(Orthotomus sepium) dan Kacamata Biasa merupakan jenis burung dengan

individu terbanyak yang ditemukan di tegakan pinus.

(a) (b)

Gambar 9 Jenis burung dominan di tegakan pinus (a) Orthotomus sepium (foto: Andhy PS) dan (b) Zosterops palpebrosus (foto: Kamal Muda).

Nilai keanekaragaman dan nilai kemerataan pada tegakan pinus sebesar

2.73 dan 0.89. Nilai dominansi tertinggi pada tegakan pinus dengan nilai sebesar

16.79 terdapat pada jenis Cinenen Jawa dari famili Silviidae, sedangkan

dominansi terkecil dengan nilai 0.38 terdapat pada jenis Burungmadu Belukar

(Anthreptes singalensis), Cabai Jawa (Dicaeum trochileum), Elangular Bido

(Spilornis cheela), dan Tekukur Biasa. Kategori burung dominan yang didapat

(48)

Tabel 9 Jenis dan jumlah individu burung yang ditemukan di tegakan pinus

No Nama Suku Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah

1 Accipitridae Elangular Bido Spilornis cheela 1 2 Columbidae Tekukur Biasa Streptopelia chinensis 1 3 Cuculidae Wiwik Lurik Cacomantis sonneratii 3 4 Cuculidae Wiwik Kelabu Cacomantis merulinus 3 5 Cuculidae Wiwik Uncuing Cacomantis sepulcralis 4 6 Cuculidae Kedasi Hitam Surniculus lugubris 2 7 Apodidae Walet Linci Collocalia linchi 17 8 Alcedinidae Cekakak Sungai Halcyon chloris 9 9 Pittidae Paok Pancawarna Pitta guajana 13 10 Aegithinidae Cipoh Kacat Aegithina tiphia 9 11 Pycnonotidae Empuloh Janggut Criniger bres 2 12 Turdidae Cingcoang Coklat Brachypteryx leucophrys 6 13 Timaliidae Pelanduk Topi-hitam Pellorneum capistratum 18 14 Timaliidae Pelanduk Semak Malacocincla sepiarium 19 15 Sylviidae Perenjak Coklat Prinia polychroa 4 16 Sylviidae Cinenen Pisang Orthotomus sutorius 15 17 Sylviidae Cinenen Jawa Orthotomus sepium 44 18 Acanthizidae Remetuk Laut Gerygone sulphurea 2 19 Paridae Gelatikbatu Kelabu Parus major 6 20 Dicaeidae Cabai Jawa Dicaeum trochileum 1 21 Sittidae Munguk Beledu Sitta frontalis 14 22 Nectariniidae Burungmadu Belukar Anthreptes singalensis 1 23 Nectariniidae Burungmadu Sriganti Cinnyris jugularis 4 24 Nectariniidae Pijantung Kecil Arachnothera longirostra 26 25 Zosteropidae Kacamata Biasa Zosterops palpebrosus 38

5.1.3.3 Keanekaragaman guild di tegakan pinus

Komunitas burung di tegakan pinus merupakan komunitas dengan

komposisi guild terendah jika dibandingkan dengan tegakan lain hanya terdapat

10 jenis guild (Tabel 10). Komunitas burung di tegakan pinus didominasi oleh

kelompok pemakan serangga yang aktif mencari makan di bagian tajuk pohon

(49)

Tabel 10 Jumlah individu dan jenis penyusun guild di tegakan pinus

2 Pemakan buah-buahan yang berserakan di lantai hutan

TF 1 1

3 Pemakan serangga di bagian tajuk pohon TFGI 8 81 4 Pemakan serangga di bagian dahan atau ranting

pohon 10 Pemakan inverteberata dan verteberata CI 1 9 Keterangan:

CA: Pemakan daging, AF: Pemakan buah di bagian tajuk, TF: Pemakan buah-buahan yang berserakan di lantai hutan, SE: Pemakan biji-bijian, IN: Pemakan serangga sekaligus penghisap nektar, IF: Pemakan serangga dan buah-buahan, CI: Pemakan inverteberata dan verteberata, FCI: Pemakan serangga sambil melayang, TFGI: Pemakan serangga yang aktif mencari makan di bagian tajuk pohon, BGI: Pemakan serangga yang mencari makan di bagian dahan atau ranting pohon, SFGI: Pemakan serangga yang mencari makan di daerah semak belukar, LGI: Pemakan serangga yang mencari makanan di serasah atau lantai

5.1.3.4 Penyebaran vertikal pada tegakan pinus

Jenis burung yang dijumpai pada lantai hutan sebanyak enam jenis. Pada

batang ditemukan satu jenis burung. Pada tajuk bawah ditemukan jenis enam

jenis. Pada tajuk tengah ditemukan 10 jenis, dan pada tipe diatas tajuk atas

ditemukan 20 jenis (Tabel 11).

Tabel 11 Stratifikasi jenis burung pada tiap strata di tegakan pinus

Stratifikasi Jenis Burung

Tajuk Atas

Cinnyris jugularis Dicaeum trochileum Sitta frontalis Zosterops palpebrosus Alophoixus bres Prinia polychroa Cacomantis merulinus Aegithina tiphia Streptopelia chinensis Brachypteryx leucophrys Spilornis cheela Cacomantis sonneratii Orthotomus sepium Parus major Cacomantis sepulcralis Orthotomus sutorius Halcyon chloris Collocalia linchi Arachnothera longirostra Surniculus lugubris

Tajuk Tengah

Cinnyris jugularis Zosterops palpebrosus Aegithina tiphia Orthotomus sepium Orthotomus sutorius Prinia polychroa

Tajuk Bawah

(50)

Lanjutan Tabel 11

Arachnothera longirostra Pitta guajana Cinnyris jugularis Pellorneum capistratum Orthotomus sutorius Malacocincla sepiarium

5.1.3.5 Pemanfaatan strata vegetasi oleh burung pada tegakan pinus

Burung yang memanfaatkan tajuk atas pada tegakan pinus sebanyak 20

jenis dengan aktivitas tertinggi yaitu bersuara (25%). Tajuk tengah dimanfaatkan

oleh 10 jenis burung dengan aktivitas tertinggi yaitu bersuara (35%). Terdapat 6

jenis pada tajuk bawah dengan aktivitas tertinggi yaitu bersuara (41%). Bagian

batang di manfaatkan oleh satu jenis burung dengan aktivitas bertengger dan

terbang (100%). Lantai hutan dimanfaatkan oleh 6 jenis burung dengan aktivitas

tertinggi yaitu bersuara dan terbang (51%) (Tabel 12).

Tabel 12 Aktivitas yang dilakukan oleh burung di tegakan pinus

Aktivitas Tajuk

Bersuara* 25 35 41 19

Terbang 8 5 5

Bertengger 4 10 3

Bersuara dan terbang 23 10 28 51

Bersuara dan bertengger 31 20 24 7

Bersuara dan berjalan 2

Bertengger dan terbang 5 100 8

Bertengger dan makan 5

Bersuara, terbang dan bertengger 10 5 3 3

Terbang dan makan 2

Keterangan: *=hanya terdeteksi dari suara

5.1.4 Tegakan campuran

5.1.4.1 Habitat

Tegakan campuran terletak pada topografinya datar dan berada pada

ketinggian 518 sampai dengan 573 mdpl. Tegakan campuran bersebelahan dengan

kantor HPGW. Pada tegakan campuran ditemukan kegiatan manusia yaitu

Gambar

Gambar 1  Peta lokasi pengambilan data penelitian (menggunakan metode titik hitung atau IPA)
Gambar 2. Ilustrasi pembagian strata vegetasi untuk pemanfaatan burung.
Gambar 3 Sketsa lokasi HPGW.
Gambar 4  Strata vegetasi  pada tegakan puspa.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kelimpahan insekta tanah terbesar terdapat pada tegakan agathis bertajuk jarang karena kondisi plot berada di sekitar sarang rayap, kelimpahan insekta tanah banyak

Berdasarkan kriteria finansial dengan menggunakan analisis Break Event Point dan Pay Back Periode, usaha agroforestry yang dikembangkan di HPGW mempunyai nilai BEP

Kekayaan jenis burung tertinggi terdapat pada habitat tepian sungai yaitu 27, diikuti sekitar jalan hutan 21 jenis, tepian rumah memiliki 26 jenis, sedangkan daerah interior

Nilai indeks kekayaan jenis tertinggi terdapat pada tutupan lahan puspa yang memiliki jumlah jenis dan individu kelelawar paling tinggi, sedangkan lahan agroforest dan pinus

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi manfaat sumberdaya Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Willingness

Kupu - kupu adalah serangga holometabola yang kelangsungan hidupnya tergantung pada ketersediaan tanaman pakan.Tujuan penelitian ini adalah mempelajari keanekaragaman

Penelitian ini bertujuan memperoleh model penduga volume komersial pohon mahoni daun besar yang terdapat di HPGW, baik model penduga volume untuk pohon yang tidak

Agathis (Agathis loranthifolia) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat. Dibimbing oleh BUDI PRIHANTO. Struktur tegakan hutan merupakan sebaran jumlah pohon pada berbagai