DE
PER
EPARTEM
RENCAN
HUTA
MEN KON
NAAN JA
AN PEND
SUKAB
INDAH
NSERVAS FAKU INSTITU
LUR INT
DIDIKAN
BUMI, JA
H SULIST
SI SUMBE ULTAS KE UT PERTA BOGO
201
TERPRET
GUNUN
AWA BAR
IN RAHA
ERDAYA H EHUTAN ANIAN BO
OR 3
TASI KA
NG WALA
RAT
AYU
HUTAN D NAN
OGOR
AWASAN
AT
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Jalur Interpretasi Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
INDAH SULISTIN RAHAYU. Perencanaan Jalur Interpretasi Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat. Dibimbing oleh EVA RACHMAWATI dan VERA DIAN DAMAYANTI.
Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) merupakan kawasan hutan yang memiliki objek yang potensial serta jalur yang dapat dikembangkan sebagai jalur interpretasi. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi potensi objek interpretasi dan kondisi fisik pada 8 jalur kawasan HPGW, mengidentifikasi preferensi pengunjung kawasan HPGW, serta merencanakan lanskap pada jalur interpretasi kawasan HPGW. Analisis data dilakukan dengan tiga cara yakni kriteria analisis yang dibangun oleh Veverka (1998), skoring, dan deskriptif. Pada 8 jalur terdapat 24 objek tumbuhan, 19 objek satwa, lima objek fisik serta satu objek sejarah dan situs kramat. Objek yang menjadi preferensi pengunjung adalah tumbuhan (40%). Rencana jalur interpretasi yang dihasilkan adalah 8 jalur terdiri dari 3 klasifikasi yaitu potensi tinggi (dua jalur), potensi sedang (satu jalur), dan potensi rendah (lima jalur).
Kata kunci: Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), jalur interpretasi.
ABSTRACT
INDAH SULISTIN RAHAYU. Planning Interpretation Trail in Gunung Walat Education Forest (GWEF) Sukabumi, West Java. Supervised by EVA RACHMAWATI and VERA DIAN DAMAYANTI.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
PERENCANAAN JALUR INTERPRETASI KAWASAN
HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT
SUKABUMI, JAWA BARAT
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2013
Walat Sukabumi, Jawa Barat Nama : Indah Sulistin Rahayu
NIM : E34070058
Disetujui oleh
Eva Rachmawati, SHut, MSi Pembimbing I
Vera Dian Damayanti, SP, MLA Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Perencanaan Jalur Interpretasi Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi ini merupakan hasil dari kegiatan penelitian di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat yang penyusunannya bertujuan sebagai salah satu syarat memperoleh gelarsarjana dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Pada Kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Eva Rachmawati, SHut, MSi dan Vera Dian Damayanti, SP, MLA selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus dosen pembimbing akademik, terima kasih atas bimbingannya, masukan, dan arahannya selama kegiatan studi dan penyusunan skripsi. Selain itu, terima kasih juga ditujukan kepada pihak-pihak yang telah banyak memberi motivasi, saran, dan nasehat yang sangat membantu penulis. Terima kasih kepada pengelola kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat.
Kepada teman-teman Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata angkatan 44 atas semua kebersamaan selama kuliah dan bantuannya selama ini, serta seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memberi dukungan kepada penulis selama ini. Terakhir ucapan terima kasih yang tidak terlupakan kepada ibunda yaitu ibu Susiati yang telah memberikan semangat, dukungan, dan doa kepada penulis.
Besar harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat bagi Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat dan semua pihak yang berkepentingan.
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Lokasi dan Waktu Penelitian 2
Batasan Penelitian 2
Metode Penelitian 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Potensi Objek Interpretasi pada 8 Jalur Kawasan HPGW 8 Kondisi Fisik pada 8 Jalur Kawasan HPGW 21
Preferensi Pengunjung Kawasan HPGW 28
Skoring pada 8 Jalur Kawasan HPGW 30
Alternatif Pengembangan pada 8 Jalur Kawasan HPGW 33
Penyusunan Konsep 35
Perencanaan 36
SIMPULAN DAN SARAN 60
Simpulan 60 Saran 60
DAFTAR PUSTAKA 60
DAFTAR TABEL
1 Jenis data, cara pengambilan data dan bentuk data yang diambil dalam
pengamatan lapang 4
2 Klasifikasi dan keterangan masing-masing potensi jalur interpretasi 7 3 Objek interpretasi tumbuhan pada 8 jalur kawasan HPGW 9 4 Objek interpretasi satwa pada 8 jalur kawasan HPGW 16 5 Objek interpretasi fisik pada jalur di kawasan HPGW 22 6 Karakteristik pengunjung kawasan HPGW 28
7 Skoring jalur 31
8 Pembagian fungsi jalur berdasarkan potensi yang dimiliki 33 9 Aspek yang direncakan pada sirkulasi interpretasi 35 10 Rencana aktivitas dan fasilitas pada jalur interpretasi utama 43 11 Rencana stop dan durasi pada jalur 2 44 12 Rencana stop dan durasi pada jalur 8 47 13 Rencana aktivitas dan fasilitas pada jalur interpretasi penunjang 50 14 Rencana stop dan durasi pada jalur 7 51 15 Rencana aktivitas dan fasilitas pada jalur pengelolaan 53
DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi penelitian 2
2 Diagram tahapan proses perencanaan (Modifikasi Gold 1980) 3
3 Kondisi jalur 1 24
4 Pos kopal 24
5 Kondisi jalur 2 25
6 Kondisi jalur 3 25
7 Kondisi jalur 4 25
8 Kondisi jalur 5 26
9 Kondisi jalur 6 26
10 Kondisi jalur 7 27
11 Kondisi jalur 8 27
12 Preferensi pengunjung terhadap objek interpretasi 29 13 Harapan pengunjung terhadap fasilitas jalur interpretasi 30 14 Peta klasifikasi pada 8 jalur di kawasan HPGW 32 15 Peta Alokasi pada 8 jalur di kawasan HPGW 34 16 Rencana lanskap jalur kawasan HPGW 37
17 Peta detail plan 1 38
18 Peta detail plan 2 39
19 Peta detail plan 3 40
20 Peta detail plan 4 41
26 Ilustrasi fasilitas pada jalur 8 48
27 Rencana lanskap jalur 8 49
28 Alur pergerakan jalur interpretasi penunjang 50 29 Ilustrasi aktivitas dan fasilitas jalur 7 51
30 Rencana lanskap jalur 7 52
31 Alur pergerakan jalur interpretasi penunjang 53 32 Ilustrasi fasilitas penunjang pada jalur 1 54
33 Peta lanskap jalur 1 55
34 Peta lanskap jalur 3 56
35 Peta lanskap jalur 4 57
36 Peta lanskap jalur 5 58
37 Peta lanskap jalur 6 59
DAFTAR LAMPIRAN
1 Lokasi penelitian pada delapan jalur yang terdapat di kawasan HPGW 63 2 Perangkat lunak, beserta kegunaan dan keluarannya yang digunakan
dalam penelitian 63
3 Komponen, jenis dan metode pengambilan data penelitian di kawasan
HPGW 63 4 Hasil pengamatan potensi objek interpretasi tumbuhan pada 8 jalur di
kawasan HPGW 66
5 Hasil pengamatan potensi objek interpretasi satwa pada 8 jalur di
kawasan HPGW 68
6 Objek interpretasi jalur 1 70
7 Objek interpretasi jalur 2 71
8 Objek interpretasi jalur 3 72
9 Objek interpretasi jalur 4 73
10 Objek interpretasi jalur 5 74
11 Objek interpretasi jalur 6 75
12 Objek interpretasi jalur 7 76
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) merupakan kawasan hutan yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) berdasarkan SK Menhut No.188/Menhut-II/2005. Kawasan ini memiliki luasan sebesar 359 Ha yang terletak di wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pengelolaan HPGW diserahkan penuh kepada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor untuk jangka waktu 20 tahun sebagai penunjang objek studi hutan tropika basah yang cukup representatif.
Pemanfaatan HPGW saat ini selain sebagai media implementasi Tridarma fakultas kehutanan IPB adalah sebagai kawasan wisata alam seperti: outbound, viewing, susur gua, panjat tebing, panjat pohon, dan camping (HPGW, 2009). Kawasan HPGW terdapat objek yang potensial untuk dikembangkan sebagai objek wisata alam seperti keanekaragaman vegetasi, satwa, pemandangan, dan agroforestry. Pengamatan lapang yang dilakukan HIMAKOVA (2007) menemukan 8 jenis mamalia, 19 jenis herpetofauna, 55 jenis burung, dan 165 jenis tumbuhan berguna. Berdasarkan potensi tersebut, kawasan HPGW mempunyai peluang untuk dikembangkan kegiatan interpretasi alam.
Salah satu unsur penting dalam mengembangkan kegiatan interpretasi alam adalah merencanakan jalur interpretasi alam. Hal ini bertujuan untuk a) menjamin perlindungan dan pelestarian objek rekreasi, b) pengawasan dan pelayanan yang lebih baik terhadap pengunjung, c) pengembangan metode interpretasi alam, baik langsung maupun tidak langsung (Douglass, 1982). Di dalam kawasan HPGW terdapat jalur yang dapat dimanfaatkan sebagai jalur interpretasi meliputi: jalur utama yang digunakan pengunjung untuk menuju basecamp, jalur tracking yang permukaannya terbuat dari beton, jalur setapak yang digunakan pengelola untuk patroli, dan jalur yang dibuka oleh mesyarakat untuk memelihara tanaman agroforestry serta melakukan aktivitas penyadapan getah di kawasan HPGW.
Strategi dalam merencanakan jalur interpretasi yang baik perlu mempertimbangkan karakteristik dan keinginan pengunjung. Heriyaningtyas et al.(2009) berpendapat bahwa pengunjung merupakan pihak yang mendapatkan pelayanan dalam kegiatan interpretasi. Selain itu, dalam perencanaan jalur interpretasi perlu didukung dengan perencanaan lanskap pada jalur interpretasi, karena kondisi lanskap merupakan salah satu komponen bagi pengunjung dalam menentukan daerah tujuan wisata (Buhalis dan Costa, 2006). Penelitian mengenai perencanaan jalur interpretasi kawasan HPGW dilakukan dengan harapan dapat memberikan informasi untuk pengembangan wisata alam yang berkelanjutan.
Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi potensi objek interpretasi pada 8 jalur kawasan HPGW. 2. Mengidentifikasi kondisi fisik pada 8 jalur di kawasan HPGW.
2
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi pengelola, sebagai bahan acuan dalam merencanakan pengembangan interpretasi alam di kawasan HPGW.
2. Bagi pengunjung, sebagai informasi dan pengetahuan mengenai jalur dan objek-objek yang akan dikunjungi.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada jalur-jalur yang terdapat di kawasan HPGW, kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat (Gambar 1). Terdapat 8 jalur yang diverifikasi kondisinya dikarenakan berdasarkan informasi dari masyarakat dan pihak pengelola, pada jalur tersebut mempunyai potensi daya tarik yang dapat dikembangkan sebagai jalur interpretasi (Lampiran 1). Waktu penelitian dilakukan pada Bulan Juni sampai dengan Bulan Agustus 2011.
Gambar 1 Lokasi penelitian
Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi sampai dengan tahap perencanaan yang hasilnya adalah rencana lanskap berupa peta 8 jalur interpretasi di kawasan HPGW yang dibagi menjadi tiga klasifikasi. Jalur interpretasi yang dimaksud adalah koridor atau jalur yang dilengkapi dengan objek-objek interpretasi.
KABUPATEN SUKABUMI
KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT
Metode Penelitian
Penelitian ini mengikuti tahapan perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980) yang dimodifikasi. Adapun tahapan yang digunakan terdiri dari enam tahapan yang disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Diagram tahapan proses perencanaan (Modifikasi Gold 1980)
Persiapan
Tahap persiapan dilakukan dengan menentukan tujuan perencanaan yang didukung dengan informasi kondisi kawasan yang berhubungan dengan interpretasi alam. Setelah itu, dilakukan penyusunan usulan penelitian.
Inventarisasi
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi: 1) data primer yang diperoleh melalui pengamatan lapang, kuesioner dan wawancara, dan 2) data sekunder yang diperoleh melalui studi pustaka. Informasi mengenai data-data yang diambil disajikan pada Lampiran 3.
Studi Pustaka
Studi pustaka bertujuan untuk memperoleh data sekunder yang digunakan dalam melengkapi data penelitian. Pustaka diperoleh dari buku laporan pengelola HPGW, skripsi, jurnal, dan internet.
Pengamatan Lapang
Pengamatan lapang bertujuan untuk memverifikasi data yang didapat dari studi pustaka dan hasil wawancara dengan fakta yang ada di lapangan. Tabel 1 menyajikan jenis data dan cara pengambilan data saat pengamatan lapang.
•Tujuan perencanaan •Informasi
sementara lanskap jalur interpretasi kawasan HPGW Data primer:
•Potensi objek yang ada di 8 •Pengunjung •Rencana
Perencanaan
4
Tabel 1 Jenis data, cara pengambilan data dan bentuk data yang diambil dalam pengamatan lapang
No Jenis Data Cara Pengambilan Data Bentuk Data 1 Potensi
-Berjalan disepanjang jalur yang telah ditetapkan, pengamatan dilakukan 3 kali setiap hari selama 3 hari pada setiap jalurnya. Waktu pengamatan dilakukan pukul 06.00-09.00 WIB, 11.30-14.00 WIB dan 15.30-17.00 WIB
-Lokasi perjumpaan dan jejak satwa ditandai dengan titik koordinat GPS -Dokumentasi
b. Tumbuhan
-Berjalan disepanjang jalur yang telah ditetapkan, pengamatan dibatasi 5 m di kanan dan kiri jalur
-Lokasi perjumpaan ditandai dengan titik koordinat GPS
-Dokumentasi c. Pemandangan
-Berjalan disepanjang jalur yang telah ditetapkan
- Lokasi tempat melihat pemandangan ditandai dengan titik koordinat GPS -Dokumentasi
d. Sejarah dan situs kramat
-Wawancara kepada masyarakat
-Memverifikasi adanya situs sejarah, mitos dan benda peninggalan sejarah dengan cara berjalan pada jalur yang menurut masyarakat terdapat objek budaya
-Lokasi ditandai dengan titik koordinat GPS
Naratif (Nama lokal, nama ilmiah, ciri
Naratif (nama lokal, nama ilmiah, habitus, ciri morfologi)
-Berjalan disepanjang jalur yang telah ditetapkan
-Mengamati kondisi fisik jalur dengan mencatat kondisi kelerengan, lebar jalur, panjang jalur, dan waktu tempuh b. Fasilitas eksisting
-Berjalan disepanjang jalur yang telah ditetapkan
-Mengamati dan mencatat kondisi jenis fasilitas, kondisi, dan jumlah
Naratif (kondisi fisik jalur)
Foto
Naratif (kondisi fisik jalur)
Kuesioner
Penyebaran kuesioner bertujuan untuk mendapatkan informasi dari responden yang dianggap mewakili populasi tertentu. Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengunjung kawasan HPGW. Informasi responden diperoleh dengan menentukan jumlah sampel atau bagian dari populasi terlebih dahulu dengan menggunakan rumus Slovin (Kusmayadi dan Sugiarto 2000), yaitu:
dimana:
n : ukuran sampel yang dibutuhkan
N : ukuran populasi pada waktu tertentu, dan e : batasan ketelitian (margin error)
Penentuan ukuran populasi (N) menggunakan data jumlah pengunjung kawasan HPGW satu tahun sebelumnya yaitu tahun 2010 dengan jumlah pengunjung sebesar 15.638 orang. Sedangkan besarnya persentase batas ketelitian (e) yang digunakan adalah 10%, hal ini dikarenakan ukuran populasinya (N) terlampau besar. Hasil penjumlahan menunjukan ukuran sampel (n) sebesar 99,36 yang dibulatkan menjadi 100 responden.
Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data lebih lanjut yang dapat menunjang penelitian. Kegiatan wawancara dilakukan secara langsung melalui wawancara terpandu kepada pengelola kawasan HPGW dan masyarakat.
1. Pihak pengelola Kawasan HPGW
Wawancara kepada pihak pengelola dilakukan secara indept-intervew untuk mengetahui rencana yang telah maupun yang akan dilakukan oleh pihak pengelola yang ada kaitannya dengan pengembangan kawasan, kegiatan interpretasi, serta data penunjang lainnya.
2. Masyarakat di sekitar kawasan HPGW
Kegiatan wawancara ini ditujukan kepada masyarakat sekitar kawasan HPGW untuk menunjang data penelitian. Sasaran responden ditentukan secara sengaja sebagai perwakilan contoh yakni meliputi: sekertaris desa, ketua RT, dan sesepuh desa.
Analisis
Objek interpretasi
Objek yang mempunyai daya tarik di kawasan HPGW terdiri dari tumbuhan, satwa, kebudayaan dan keindahan alam. Penetapan objek interpretasi dilakukan dengan mengacu pada Veverka (1998) dan kondisi di lapang yaitu: 1. Keinginan pengguna, dimana suatu objek dikatakan sebagai objek interpretasi
jika dua orang atau lebih mengatakan objek tersebut disukai.
6
4. Status perlindungan pada suatu objek (misalnya dilindungi, langka, dan lain-lain).
Data mengenai tumbuhan dijelaskan dengan mendeskripsikan ciri morfologi, habitus, manfaat, dan lokasi ditemukan. Data mengenai satwa dijelaskan dengan mendeskripsikan ciri morfologi, status kelangkaan, dan waktu perjumpaan. Data mengenai kebudayaan dan keindahan alam dideskripsikan dengan menjelaskan cerita yang berkembang dan kondisi yang ada di lapang. Setelah itu, data dipetakan berdasarkan keberadaannya.
Jalur
Analisis pada jalur dilakukan dengan menggunakan metode skoring untuk mendapatkan klasifikasi potensi yang dimiliki pada masing-masing jalur. Klasifikasi jalur dikelompokan berdasarkan potensi tinggi, sedang, dan rendah. Klasifikasi ini bertujuan untuk menentukan skala prioritas pengembangan jalur interpretasi.
Klasifikasi jalur ditentukan dengan memberi penilaian bobot dan skor pada setiap kategori. Besar kecilnya bobot ditentukan berdasarkan: 1) kondisi eksisting yang ada pada alam yang sulit ditemukan di lokasi lain (given), sehingga keberadaannya sulit dibuat atau membutuhkan waktu yang lama melalui teknologi, dan 2) berdasarkan ketertarikan pengunjung terhadap kondisi yang ada. Sedangkan untuk skor pada masing-masing kategori disajikan pada Tabel 2.
Pada setiap jalur dilakukan penjumlahan pada hasil perkalian bobot kali skor dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
dimana:
Kj : klasifikasi jalur
Sj : skor kategori tiap jalur Bk : bobot tiap kategori
Selanjutnya dilakukan pembagian klasifikasi menjadi 3 yaitu: potensi tinggi, potensi sedang, dan potensi rendah dengan menggunakan persamaan berikut:
dimana:
Ikj : interval nilai klasifikasi jalur Smaks : skor maksimal
Smin : skor minimum
Tabel 2 Klasifikasi dan keterangan masing-masing potensi jalur interpretasi
a. Tumbuhan
b. Satwa yang memiliki status yang ditemui
20 Tidak
- Pertemuan satwa pada setiap jalur 4 Jumlah adanya
objek lain, selain
tumbuhan dan satwa
Objek fisik yang memiliki potensi daya tarik
5 Kemudahan akses dalam melintasi setiap jalur
10 Curam akses untuk menuju jalur
6 Kategori rencana pihak pengelola dalam
pengembangan jalur untuk kegiatan
Preferensi pengunjung
Preferensi pengunjung dianalisis berdasarkan hasil kuesioner dan tabulasi data. Dari hasil tabulasi data kemudian disajikan dengan diagram untuk mempermudah dalam menunjukan objek yang disukai pengunjung (preferensi). Selanjutnya preferensi pengunjung ini dijelaskan secara deskriptif.
Sintesis
8
sedang akan dikembangkan sebagai jalur interpretasi penunjang. Jalur yang mempunyai potensi rendah akan dikembangkan sebagai jalur pengelolaan.
Penyusunan konsep
Tahap ini ditentukan konsep dasar perencanaan jalur. Konsep dasar kemudian dikembangkan menjadi konsep jalur berdasarkan hasil sintesis yang di dalamnya terdiri dari konsep sirkulasi, dan konsep aktivitas dan fasilitas.
Perencanaan
Tahap perencanaan difokuskan pada rencana jalur dengan mempertimbangkan konsep yang telah ditetapkan. Perencanaannya terdiri dari rencana sirkulasi dan rencana aktivitas serta fasilitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Objek Interpretasi pada 8 Jalur Kawasan HPGW
Objek interpretasi menurut Muntasib dan Rachmawati (2003) adalah segala sesuatu yang ada di dalam kawasan yang dipergunakan sebagai objek dalam penyelenggaraan interpretasi. Di dalam kawasan HPGW terdapat sumberdaya yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai objek interpretasi. Potensi tersebut berupa keanekaragaman hayati, gejala alam, jasa lingkungan dan situs sejarah.
Hasil pengamatan lapang di kawasan HPGW diperoleh beberapa potensi objek interpretasi. Objek-objek tersebut diidentifikasi dan dikelompokkan berdasarkan potensi biologi, potensi fisik, potensi sejarah dan situs kramat.
Potensi Biologi
Potensi biologi yang dapat dijadikan sebagai objek interpretasi adalah potensi tumbuhan dan satwa. Potensi tersebut memiliki daya tarik bagi pengunjung yang ingin mengetahui lebih mendalam mengenai keanekaragaman hayati yang terdapat di kawasan HPGW.
Tumbuhan
Berdasarkan hasil pengamatan lapang pada 8 jalur di kawasan HPGW diperoleh 61 jenis tumbuhan (Lampiran 4). Sedangkan jenis tumbuhan yang dijadikan sebagai objek interpretasi adalah jenis yang memenuhi dua atau lebih kriteria Veverka (1998).
Tabel 3 O
No Gambar
1 Ac
be m ke
2 D
m be hi da
3 Ar
ba tu ku hi
4 Ag
da m be
Objek interpretasi tumbuhan pada 8 jalur kawasan HPGW
Keterangan
cacia mangium memiliki bentuk daun yang asimetris, besar erbuah polong kering merekah dan melingkar ketika. Tingginya mencapai 30m, berkulit kasar dan beralur berwarna abu-abu
ecoklatan. kayunya diguakan untuk bahan bangunan.
Dendrobium crumenatum termasuk jenis anggrek golongan monopodial. Bunga berwarna putih, akarnya bulat pipih erwarna putih memanjang. Tumbuhan ini dimanfaatkan sebagai iasan. Selain itu tumbuhan ini memiliki nilai ekonomi yang apat dikomersialkan.
renga pinata merupakan tumbuhan yang memiliki bentuk daun agian ujung meruncing, berwarna hijau. Bunga majemuk yang umbuh diketiak daun dan terdapat banyak benang sari berwarna uning keputih-putihan. Buah berbentuk bulat peluru dan berbiji itam. Tumbuhan dimanfaatkan sebagai pangan.
geratum conyzoides merupakan tumbuhan liar yang tingginya apat mencapai 30-90 cm serta bercabang. Tumbuhan ini memiliki batang berbulu, daun bertangkai yang saling
erhadapan. Tumbuhan ini bermanfaat sebagai obat.
Jalur
1 2 3 4 5 6 7 8
, a u
- + - - - - + +
n h i g
+ + - - - + - -
n g a i
- + - - - +
a i g
- + + + - + + +
10
Tabel 3 Objek
No Gambar
5 Se
ya cm jo hij
6 Ag
ge da se
7 Cl
be da je di
8 Be
± Te Bu Tu ba
interpretasi tumbuhan pada 8 jalur kawasan HPGW (lanjutan)
Keterangan
elaginella deoderleineii merupakan tumbuhan paku-pakuan ang tumbuh di tempat yang berhawa dingin, tingginya 15-35 m. Daunnya kecil-kecil, panjang 4-5 mm, lebar 2 mm, bentuk orong, ujung meruncing, pangkal rata, warna daun bagian ujung
ijau tua. Manfaat tanaman ini adalah sebagai tanaman obat.
gathis lorantifolia termasuk jenis tumbuhan yang menghasilkan etah resin. Daun berbentuk elips, meruncing. Tinggi pohon apat mencapai ± 6 m. Pada pohon ini kayunya digunakan ebagai bangunan, dan getahnya diolah menjadi kopal.
Clidemia hirta merupakan tumbuhan yang tingginya ± 30 cm erbatang halur dan mempunyai banyak percabangan. Bentuk aun lonjong berwarna hijau pucat, pertulangan daun sangat las. Bunga berwarna merah dan berbuah kecil. Tumbuhan ini imanfaatkan sebagai obat, pakan, dan buahnya bisa dimakan.
elluci ainanther merupakan tumbuhan yang tingginya mencapai 3-5 m. Bunga dan buahnya berada diketiak daun atau batang erdapat ± 3-12 kuntum bunga membentuk payung menggarpu uahnya bertipe buni, berbentuk bulat pipih berukuran ± 2,5 cm umbuhan ini biasanya dimanfaatkan bagian kayunya sebagai ahan bangunan.
Jalur
1 2 3 4 5 6 7 8
n 5 k g
- + + + + + + +
n n n
+ + + - + + + +
. k t i
- + + + + + + +
i . . . i
+ + + - - - + +
Tabel 3 Objek
No Gambar
9 Am
be be di
10 Am
m m ya da
11 M
m da M se
12 Co
be ba pr te se
interpretasi tumbuhan pada 8 jalur kawasan HPGW (lanjutan)
Keterangan
morpophalus variabilis memiliki ciri morfologi dengan erbatang tunggal, lunak dan berwarna hijau. Bunganya erbentuk bangkol dengan panjang ± 20-40 cm. Umbinya imanfaatkan sebagai obat.
momum sp. merupakan tumbuhan dataran tinggi yang tingginya mencapai ± 1,5 m. Mempunyai batang yang semu bulat membentuk anakan. Daun tunggal berbentuk lanset dengan ujung ang meruncing. Buahnya berbentuk kapsul bulat. Tumbuhan ini apat dimanfaatkan sebagai obat dan berbagai bumbu masakan.
Maesopsis eminii merupakan pohon meranggas, tingginya mencapai ± 25 m. Kulit batang berwarna abu-abu pucat, bagian alamnya berwarna merah tua. Daunnya silang berhadapan Mempunyai buah bertipe buah batu lonjong. Daun dimanfaatkan
ebagai pakan sedangkan kayunya sebagai bahan bangunan.
Coffea sp. merupakan tanaman tahunan. Daunnya berukuran esar dan memiliki pertulangan yang jelas. Bunga berjumlah anyak dan keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang rimer, berukuran kecil, berwarna putih dan berbau harum. Buah rdiri dari daging dan biji. Biji tanaman ini dimanfaatkan ebagai bahan minuman.
Jalur
1 2 3 4 5 6 7 8
n a a
- + - - -
a t g i
- + - + - + + -
a n . n
+ + + - - + + +
n h g h n
- + - + - + + -
12
Tabel 3 Objek
No Gambar
13 Sw
m da pa m
14 Cu
cm 15 pe Bu
15 An
la Bu ya Bu
16 Co
tu be te da ob
interpretasi tumbuhan pada 8 jalur kawasan HPGW (lanjutan)
Keterangan
wietenia macrophylla merupakan tumbuhan yang tingginya mencapai 25 m, berakar tunggang, batangnya bulat, bercabang
an kayunya bergetah. Daun majemuk, bulat telur, ujung dan angkal runcing, tepi rata, tulang menyirip. Daun berwarna merah. Kayunya dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
Curculigo latifoloa merupakan tumbuhan yang tingginya ± 30 m. Ukuran daun yang tua panjangnya antara 55-57 cm dan lebar 5-17 cm. Daunnya meruncing, mempunyai banyak urat pada ermukaan. Buah berwarna putih. Bunganya berwarna kuning
uah dan umbinya dapat dimanfaatkan sebagai rempah-rempah.
nanas comosus memiliki ciri daun bentuk pedang, tebal, ujung ancip menyerupai duri, tepi berduri, sisi bawah bersisik putih
unga majemuk tersusun dalam bulir yang sangat rapat. Bagian ang dapat dimanfaatkan dari tumbuhan ini adalah buahnya
uah nanas dimanfaatkan sebagai pangan dan obat.
Coctus specious merupakan tumbuhan yang memiliki daun unggal, tersusun spiral dan bertangkai pendek, warna daun hijau
entuk daun memanjang sampai lanset, ujung daun runcing dan pi rata, bunga putih, buah kotak berbentuk telur. Tumbuhan ini apat digunakan sebagai tanaman hias serta dapat digunakan bat.
Jalur
1 2 3 4 5 6 7 8
a , n a
+ + - - - + - +
0 r a .
- + + + + + - -
g . n .
- + - + - - - +
n , n i n
- - - +
Tabel 3 Objek
No Gambar
17 Pa
tu be be di
18 Pi
lu ja str ba
19 Sc
m hi Bu da
20 D
ha pa da be m
interpretasi tumbuhan pada 8 jalur kawasan HPGW (lanjutan)
Keterangan
andanus furcatus merupakan tumbuhan yang memiliki daun unggal, helai daun berbentuk pita, licin, ujung runcing, ertulang sejajar. Batang bercabang, berbetuk bulat dengan ekas duduk daun. Akarnya tunjang. Tumbuhan ini daunnya igunakan sebagai kerajinan seperti anyaman.
inus merkusii merupakan tumbuhan yang memiliki batang urus, silindris. Tingginya dapat mencapai 30 m. Daun berbentuk arum, terdapat 2 jarum satu ikatan. Memiliki bunga berbentuk robili dengan panjang 2-4 cm. Kayunya dimanfaatkan sebagai ahan bangunan, dan getahnya diolah menjadi gondorukem.
chima wallichii merupakan tumbuhan yang tingginya dapat mencapai 47 m. Daun tersebar dalam spiral, bentuk daun lonjong ingga jorong lebar, warna daun hijau muda hingga kemerahan
unga tunggal di ketiak ujung ranting, berwarna putih. Kayunya apat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
Daemonorobs sp. merupakan kelompok palma yang memiliki abitus memanjat. Batang rotan berdiameter 2-5 cm, beruas-ruas anjang, tidak berongga, dan dilindungi duri-duri panjang, keras an tajam. Tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai kerajinan erupa anyaman. Selain itu juga ada beberapa satwa yang menjadikan tumbuhan ini sebagai menu makanan.
Jalur
1 2 3 4 5 6 7 8
n , n a
+ + + - - - + +
g k k i
+ + + - + - - +
t g . a
+ + - + + + - -
i s s n g
+ + + - + - + +
14
interpretasi tumbuhan pada 8 jalur kawasan HPGW (lanjutan)
Keterangan
alacca zalaca memiliki daun majemuk yang menyirip pelepah an anak daun berduri panjang, tipis, dan banyak. Warna duri elabu sampai kehitaman. Anak daun berbentuk lanset dengan ung meruncing. Buah tipe batu berbentuk segitiga agak bulat tau bulat telur. Buahnya dimanfaatkan sebagai pangan.
araserianthes falcataria merupakan pohon yang tingginya mencapai 40 m, tinggi batang bebas cabang 20 m. kulit batang cin, berwarna kelabu muda, bulat agak kurus. Tajuk berbentuk erisai, jarang, selalu hijau. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda panjang. Kayunya dimanfaatkan untuk bahan
angunan.
Manihot utilisima merupakan tumbuhan yang memiliki bentuk aun menjari, akar membentuk umbi. Warna daging umbi putih tau kekuning-kuningan. Bagian dari tumbuhan ini yang dapat imanfaatkan adalah umbi dan daun sebgai pangan, sedangkan ayunya digunakan sebagai kayu bakar.
tlingera solaris merupakan tumbuhan yang mempunyai eunikan dimana bunga tumbugan ini berada di atas tanah
umbuhan ini memiliki daun yang lebar berwarna hijau tua dan eruas-ruas panjang, dan tebal. Tumbuhan ini termasuk salah atu jenis umbi-umbian, bunga berwarna merah. Bagian dari umbuhan ini dapat digunakan sebagai obat.
Jalur yang paling banyak terdapat jenis objek interpretasi tumbuhan adalah jalur 2 dan jalur 7. Hal ini dikarenakan pada jalur tersebut terdapat campur tangan masyarakat untuk menanam tanaman seperti singkong (Manihot utilisima), salak (Salacca zalaca), nanas (Ananas comosus), kapulaga (Ammomum sp.) dan kopi (Coffea sp). Tanaman tersebut merupakan tanaman yang dimanfaatkan masyarakat sekitar kawasan HPGW sebagai tanaman pangan. Sementara jenis tumbuhan yang ditanam oleh pihak pengelola meliputi: pinus (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), damar (Agathis loranthifolia), dan akasia (Acacia mangium).
Satwa
Berdasarkan hasil pengamatan lapang pada 8 jalur di kawasan HPGW diperoleh 24 jenis satwa (Lampiran 5). Satwa yang dijumpai saat pengamatan pada 8 jalur di kawasan HPGW meliputi burung, mamalia, primata, dan reptil. Jenis yang ditemui secara tidak langsung melalui keberadaan feses yaitu musang (Paradoxurus hermaphroditus) dan babi (Sus scrofa) yang didasarkan pada penemuan tempat mencari makan berupa serutan tanah dan kubangan.
Sebagian besar jenis burung merupakan satwa yang dapat dijumpai secara langsung di kawasan HPGW. Menurut HIMAKOVA (2007) hal ini dikarenakan di dalam kawasan HPGW terdapat berbagai macam tegakan pohon sehingga dapat dimanfaatkan bagi burung untuk berbiak, mencari makan dan cover. Jenis primata dan mamalia yang sering dijumpai adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan bajing (Callosciurus notatus) yang menyajikan atraksi seperti melompat, mencari makan, bertengger, bermain, bersuara, dan sebagainya yang dapat menjadi daya tarik untuk ditawarkan kepada pengunjung sebagai objek interpretasi. Jenis reptil yang ditemui pada saat pengamatan terdapat 3 jenis yaitu bunglon (Bronchochela sp) yang ditemukan di ranting dan semak-semak sedang melakukan aktivitas makan, hap-hap (Draco sp.) yang di temukan di cabang pohon sedang melakukan makan, dan kadal (Eutropis multifasciata) yang ditemui di atas tanah yang sedang melakukan aktivitas berjemur.
Penentuan jenis satwa sebagai objek interpretasi dilakukan dengan menggunakan dua atau lebih kriteria yang mengacu Veverka (1998) di antaranya adalah jenis yang memiliki keunikan tersendiri bagi pengunjung, jenis yang mendominasi dan jenis yang memiliki status perlindungan. Sehingga dari keseluruhan jenis satwa yang teridentifikasi, terdapat 19 jenis yang disajikan pada Tabel 4.
Jenis objek interpretasi satwa yang dapat dijumpai pada semua jalur adalah bajing kelapa (Callosciurus notatus) dan cekakak sungai (Todirhamphus chloris). Kedua satwa tersebut memiliki keunikan seperti atraksi yang menarik dan warna bulu yang mencolok. Selain itu HIMAKOVA (2007) menyatakan bahwa satwa tersebut mempunyai populasi yang banyak di dalam kawasan HPGW.
Tabel 4
No Gambar
1 Sus scrofa me
Kepala berbe biasanya lebih berwarna hitam
2 Callosciurus n
(diurnal). Satw berbentuk pah taring. Satwa memiliki warn
3 Bronchocel sp
ramping, ditu Tangan dan k Umumnya tub jantan dewasa
4 Dicaeum troch
padam. Jantan atau agak keji ada bercak pu atas lainnya c bawah putih b
4 Objek interpretasi satwa pada 8 jalur kawasan HPGW
Keterangan
erupakan satwa yang memiliki rambut halus, berwarna hitam entuk kerucut dan badannya silinder panjang. Kaki depan
h pendek dari pada kaki belakang. Mempunyai rambut sura m. Satwa ini hidup berkelompok.
notatus merupakan jenis mamalia kecil yang aktif siang har wa ini sering ditemukan di cabang ranting pohon. Giginya ser hat pada setiap rahang atas dan bawahnya, keduanya tanpa
ini mempunyai ekor yang panjang, tebal, dan kasar. Satwa in na coklat pada bagian atas ekornya.
p merupakan satwa reptil dengan kepala yang panjang dan utupi sisik kecil. Pada punggung sisik tegak berbentuk duri
kaki berukuran panjang, kaki lebih panjang dibanding tangan buh berwarna hijau dengan garis vertikal. Dimensi ukuran tubuh a berkisar 87–110 mm, sementara betina dewasa 82–96 mm.
hileum merupakan jenis burung yang berwarna hitam dan merah n dewasa: kepala, punggung, tunggir, dan dada merah padam inggaan; sayap dan ujung ekor hitam, perut putih keabu-abuan utih pada lengkung sayap. Betina: tunggir merah, tubuh bagian
coklat, tersapu merah pada kepala dan mantel, tubuh bagian buram.
16
Jalur
1 2 3 4 5 6 7 8
m. n ai
- + - - - +
ri ri a ni
+ + + + + + + +
n i. n. h
- + - - - - + -
h m n, n n
- + - + - - - +
Tabel 4 Obje
No Gambar
5 Helcyon cyan
sangat gelap. terbang biru Remaja: tengg
6 Todirhamphus
biru dan putih terang, ada set bawah putih b sering ditemuk
7 Spizaetus cirrh
lebar, ekor pan coklat keabu-a kehijauan. Ke Berburu dari u
8 Spilornis chee
adalah kulit ku terlihat garis sayap. Satwa i bertengger pa permukaan tan
ek interpretasi satwa pada 8 jalur kawasan HPGW (lanjutan)
Keterangan
noventris mempunyai ukuran tubuh sedang (25 cm), berwarna Perut dan punggungnya biru unggu, penutup sayap hitam, bulu terang. Bercak putih pada sayap terlihat sewaktu terbang gorokan keputih-putihan. Iris coklat tua, paruh dan kaki merah.
s chloris mempunyai ukuran tubuh sedang (24 cm), berwarna h. Mahkota, sayap, punggung dan ekor biru kehijauan berkilau trip hitam melewati mata. Kekang putih, kerah dan tubuh bagian bersih. Iris coklat, paruh abu tua, kaki abu-abu. Kebiasaannya in
kan di daerah terbuka. Bertengger pada batu atau pohon.
hatus berukuran besar (70 cm), bertubuh ramping. Sayap sanga njang berbentuk bulat, jambul sangat pendek. Tubuh bagian ata abuan. Iris kuning sampai coklat, paruh kehitaman, kaki kuning ebiasaan mengunjungi hutan dan daerah berhutan yang terbuka
udara atau dari tempat bertengger di pohon kering.
ela berukuran sedang (50 cm), berwarna gelap. Ciri khasnya uning tanpa bulu di antara mata dan paruh. Pada waktu terbang putih lebar pada ekor dan garis putih pada pinggir belakang ini mengeluarkan suara nyaring dan lengking yang khas. Sering ada dahan yang besar di hutan yang teduh sambil mengamat
nah di bawahnya.
Jalur
1 2 3 4 5 6 7 8
a u g.
- + - - - + + +
a u n ni
+ + + + + + + +
at s g a.
+ + + - - - - +
a g g g ti
- - - + +
18
Tabel 4 Obje
No Gambar
9 Turnix suscita
pirang. Betina kehitaman den berbintik cokl garis hitam di
10 Draco sp. me
mempunyai p kuning hingga dan hutan seku
11 Eutropis multi
tubuh yang pa dan ekor. W kekuningan. S lembab, tanah satwa ini mela
12 Macaca fascic
keabu-abuan kecoklatan d pesek/kempes seperti anjing. Panjang ekor b
ek interpretasi satwa pada 8 jalur kawasan HPGW (lanjutan)
Keterangan
ator berukuran kecil (16 cm), mirip puyuh berwarna cokla a: ukuran lebih besar, dagu dan tenggorokan hitam. Mahkota
ngan bintik abu-abu dan putih pada kepala. Jantan: mahkota lat, dagu dan muka bercoret coklat dan putih. Terdapat garis
dada.
erupakan jenis cicak terbang yang kerap dijumpai. Satwa in panjang total hingga 200 mm. Terdapat sayap, sisi atas warna
a jingga terdapat bercak hitam. Habitat satwa ini di pekarangan under. Satwa berpindah tempat dengan cara terbang.
ifasciata merupakan salah satu jenis satwa reptil yang memilik anjang. Satwa ini memiliki 4 bagian yaitu kepala, leher, badan Warnanya abu-abu kecoklatan, disamping perut berwarna Satwa ini hidup didaratan dan kebanyakan didaerah basah atau h berumput, bebatuan, dan pepohonan. Pada siang hari biasanya
akukan aktivitas untuk berjemur.
cularis merupakan primata yang memiliki warna bulu cokla kewarna coklat kemerah-merahan. Warna muka abu-abu dengan jambang pipi. Mata mengarah ke depan, hidung , lubang hidung sempit dan berdekatan. Mempunyai gigi ser . Panjang badan sekitar antara 40-47 cm belum termasuk ekor berkisar antara 50-60 cm.
Jalur
1 2 3 4 5 6 7 8
at a a
s-- + - + - - - +
ni a n
- - - + -
ki n a u a
- + - - -
at u g ri r.
+ + + - - - - +
Tabel 4 Obje
No Gambar
13 Sitta frontalis
Dahi hitam se biru terang. Ja merah; kaki co dan cabang po
14 Paradoxurus h
di malam hari termasuk ekor di atas pohon
15 Pitta guajana
emasan bergar khas. Punggun putih. Kebias berlompatan c kadang ditemu
16 Alcedo menin
Punggung leb merah-jingga kehitaman, k tenggeran ke t aneh ketika m
ek interpretasi satwa pada 8 jalur kawasan HPGW (lanjutan)
Keterangan
berukuran kecil (12 cm), berwarna-warni dengan paruh merah eperti beludru; tengkuk, punggung dan ekor ungu dengan bercak
antan mempunyai alis mata hitam. Iris kuning atau coklat; paruh oklat kemerahan. Kebiasaan burung mencari serangga di batang ohon, sering dari atas ke bawah dengan kepala di bawah.
hermaphroditus merupakan salah satu jenis mamalia yang akti i. Mempunyai tubuh sedang, dengan panjang total sekitar 90 cm
r. Warna bulu abu-abu kecoklatan. Satwa ini kerap berkeliaran dan bersifat arboreal.
berukuran sedang (22 cm), bertubuh gemuk, berwarna keemas ris-garis. Kepala hitam dengan alis lebar kuning mencolok dan ng dan sayap coklat dengan garis sayap putih, ekor biru, dagu aannya menyukai hutan primer dan hutan sekunder tertutup cepat di sepanjang lantai atau sepanjang batang mati. Kadang ukan di semak rendah, pada pohon salak atau rotan.
nting berukuran kecil (15 cm), punggung biru terang/metalik bih gelap dari pada Raja-udang Erasia. Tubuh bagian bawah
terang, penutup telinga biru mencolok. Iris coklat, paruh kaki merah. Kebiasaannya terbang sangat cepat dari satu tenggeran yang lain, membuat gerakan kepala turun-naik yang encari makan.
Jalur
1 2 3 4 5 6 7 8
h. k h g
+ - - - +
if m n
- - + + + + + +
s-n u p,
g-+ + - - - + - -
k. h h u g
- - - + - -
20
Tabel 4 Obje
No Gambar
17 Tyto alba mer
sebagai burun bagian atas ku bintik hitam k gelap. Iris cok
18 Dicrurus mac
Paruh relatif membentuk su mempunyai ga merah, paruh sering hinggap
19 Streptopelia c
jambuan. Eko Bulu sayap leb pada sisi-sisi paruh hitam, Desa dan saw berpasangan d
Sumber: Mac Kinon J et al.(1988)
ek interpretasi satwa pada 8 jalur kawasan HPGW (lanjutan)
Keterangan
rupakan burung yang berukuran besar (34 cm), mudah dikenal ng hantu putih. Muka putih berbentuk hati dan lebar. Tubuh uning bertanda merata, tubuh bagian bawah putih dengan bintik keseluruhan. Warna umumnya bervariasi. Remaja: kuning lebih klat gelap, paruh dan kaki kuning kotor.
crocercus berukuran sedang (29 cm), berwarna hitam buram kecil, ekor sangat panjang dan menggarpu dalam, sering udut yang menakjubkan akibat hembusan angin. Burung remaja aris-garis keputih-putihan pada bawah tubuh bagian bawah. Iri
hitam, kaki hitam. Kebiasaannya menyukai tempat terbuka dan p dan duduk di pohon kecil atau kabel telepon.
chinensis berukuran sedang (30 cm), berwarna coklat kemerah or tampak panjang. Bulu ekor terluar memiliki tepi putih tebal
bih gelap dari pada bulu tubuh, terdapat garis-garis hitam kha leher (jelas terlihat), berbintik-bintik putih halus. Iris jingga kaki merah. Kebiasaannya hidup bersama manusia di sekita wah. mencari makan di atas permukaan tanah. Sering terliha dijalan yang terbuka.
Jalur
1 2 3 4 5 6 7 8
li h
k-h
+ + - - + - - +
m. g a s n
+ + + - + + + +
h l. s a, ar at
- + + + - - + -
Potensi Fisik
Potensi fisik dalam pengelompokan objek interpretasi yaitu berupa objek yang mempunyai kondisi fisik yang menarik. Hasil pengamatan di dalam kawasan HPGW terdapat lima objek yang memiliki kondisi fisik yang menarik meliputi: pemandangan taman teletabis, pemandangan sawah, pemandangan kota dari puncak HPGW, gua, dan mata air. Penjelasan masing-masing potensi fisik di kawasan HPGW disajikan pada Tabel 6.
Hasil identifikasi pada potensi objek fisik menunjukan bahwa kelima objek fisik yang terdapat di kawasan HPGW memenuhi dua atau lebih kriteria Veverka (1998). Objek fisik di kawasan HPGW hanya tersebar pada 4 jalur, yaitu jalur 1, jalur 2, jalur 7 dam jalur 8. Sedangkan jalur yang terdapat objek fisik terbanyak adalah jalur 2 yang meliputi objek pemandangan taman teletabis, objek gua, dan objek mata air.
Potensi Sejarah dan Situs Kramat
Makam Kabayan merupakan satu-satunya potensi objek sejarah dan situs kramat yang terdapat di dalam kawasan HPGW. Makam ini terletak pada jalur 8 yaitu basecamp menuju TVRI. Makam Kabayan memiliki mitos bahwa tempat ini merupakan petilasan kabayan. Sebagian masyarakat mengenal sosok Kabayan merupakan orang yang sakti dan memiliki ilmu gaib. Meskipun sudah meninggal dunia dan dikubur mitosnya keberadaan Kabayan terkadang dijumpai dan muncul tiba-tiba pada waktu tertentu di dalam kawasan HPGW dalam wujud makhluk halus.
Berdasarkan hasil wawancara, pernah ada orang yang berziarah ke makam kabayan untuk meminta kemudahan rizki dan orang tersebut percaya setelah berziarah maka rezekinya akan dimudahkan. Objek makam Kabayan ini memiliki daya tarik untuk dijadikan sebagai objek interpretasi. Selain dapat memberikan pengatahuan mengenai mitos yang berkembang di dalam kawasan, diharapkan dengan adanya mitos tersebut kelestarian kawasan HPGW semakin terjaga.
Kondisi Fisik pada 8 Jalur Kawasan HPGW Jalur 1: Basecamp menuju Pintu masuk HPGW
Jalur Besecamp menuju pintu masuk kawasan HPGW adalah jalur yang menghubungkan antara kawasan HPGW dengan Desa Batununggal dan menuju jalan raya lintas propinsi. Jalur ini mempunyai panjang ±963 m dan lebar ±4 m dengan kelerengan yang bervariasi mulai dari landai hingga curam. Permukaan jalan pada jalur ini terbuat dari aspal sehingga jalur ini dapat dilewati kendaraan roda 4 dan roda 2. Waktu tempuh yang dibutuhkan untuk melewati jalur ini adalah ±10-15 menit menggunakan kendaraan roda 2 maupun roda 4 dan ±1 jam dengan berjalan kaki.
22
Tabel 5
No Gambar
1 Lahan persa
HPGW. Tan Masyarakat tanaman pis burung elan
2 Taman tele
sangat luas. perbukitan “telletubies”
bilimbi). M taman teleta
3 Menikmati
Pada titik i pemandanga rumah, gedu
4 Gua ini ter
menyebutny dilakukan ol awal sejarah
5 Objek interpretasi fisik pada jalur di kawasan HPGW
Keterangan
awahan ini merupakan lahan milik masyarakat sekitar kawasan naman yang mendominasi adalah tanaman padi (Oriza sativa)
menggunakan sistem tumpangsari pada lahan ini dengan sang (Musa paradisiaca). Pada area ini sering terlihat aktivita
g yang sedang swearinguntuk mencari makan.
tabis merupakan pemandangan perbukitan yang berjajar dan Masyarakat sekitar menyebutnya taman teletabis dikarenakan ini menyerupai lokasi syuting film anak-anak yang berjudu ”. Pada area perbukitan ini ditanami belimbing (Averho
Menurut informasi dari masyarakat tanaman yang terdapat d abis ini milik suatu perusahaan.
pemandangan adalah salah satu bentuk dari kegiatan wisata ini, tepatnya di pintu masuk kawasan HPGW dapat diliha an kota Sukabumi. Pemandangan yang terlihat adalah bangunan ung-gedung perindustrian, dan persawahan.
rletak di dalam kawasan HPGW. Masyarakat sekitar serin ya “Gua Putih”. Berdasarkan hasil laporan eksplorasi yang telah
leh Kelompok Pemerhati Gua (KPG-HIMAKOVA) tahun 2010 hnya Gua Putih bernama Gua Cipeureu yang diambil dari nama
Jalur
1 2 3 4 5 6 7 8
n ). n as
- + - - -
n n ul
a
di
- - - + +
a. at n
+ - - -
g h 0,
- + - - -
No G
5
Gambar
Tabel 5 Obj
sebuah dae goa ini ter
flowstone,
jek interpretasi f
erah tempat gua yang berarti air d
dian lebih diken g yang sengaja n itu, Gua Putih iliki nilai mistis rdapat ornamen dan gourdam. Gua ini dijadik a jalan di dala etahui pasti samp an pengamatan ng dan mengelu
ipereu, hal ini d n Cipereu serta d lainnya terdapa an lapang, munc
ga adalah air ba alir disepanjang p
fisik pada jalur d
Keterangan
a tersebut berad dan “peureu” ya nal dengan sebu datang untuk m disebut juga seb dan dikeramatk gua meliputi: s Gua putih m kan sebagai tem am tanah yang
pai saat ini. di lapang, m uarkan sembura dikarenakan loka dimanfaatkan ole at di jalur bas
culnya mata air awah tanah. Alir
parit yang terdap
di kawasan HPG
n
da. Gua Cipeure ang berarti mera utan Gua Putih menenangkan da
bagai gua Sumu kan oleh masyar stalaktit, stalakm merupakan penin mpat persembun
jaraknya sanga
ata air ini ber an kecil. Mata asi mata air ini y eh masyarakat D
secamp menuju
ini berasal dari ran air terdenga pat pada jalur ini
W (lanjutan)
eu berasal dari ah karat. Nama karena banyak an mensucikan ur tangga tujuh rakat. Di dalam mit, tirai, tiang, nggalan Prabu nyian sehingga at panjang dan
rupa air yang air ini disebut yang tidak jauh Dusun Cipereu.
u TVRI. Saat bawah batuan ar sangat deras
24
Pada jalur ini terdap penyambutan yang terletak ±170 m dari basecamp, dan yang bagus. Selain itu ter sangat minim.
Jalur 2: Basecamp menuj Jalur basecamp me dibanding jalur lainnya de bangunan seperti shelter ya
Jalur ini memiliki leb hingga curam. Sedangkan p 5). Waktu yang dibutuhkan dan ±30-40 menit dengan jalur ini adalah jalanan yan
Fasilitas yang terd menginformasikan kerjasam rehabilitasi hutan, dan menginformsikan adanya Friendship Faundation w Forever.
Gambar 3 Kondisi jalur 1
pat fasilitas yang dijumpai seperti pos kop k di pintu masuk HPGW, papan arah terletak
n pal-pal pembatas jalan disepanjang jalur ya rdapat lampu penerangan jalan tetapi jumlah
u Pos kopal
enuju pos kopal merupakan jalur yang engan panjang jalur ±4.585 m. Pos kopal m ang digunakan untuk berteduh (Gambar 4).
Gambar 4 Pos kopal
bar ±1-2 m dan kelerengan yang bervariasi permukaan jalannya didominasi berupa tanah n untuk melewati jalur ini ±3 jam dengan be n menggunakan kendaraan roda 2. Permasal
g licin.
dapat pada jalur ini yaitu papan TO ma PT. Toso Industry Indonesia dengan HPG
papan The Tanabe Friendship For kerjasama dengan IPB dalam program Th wish INDONESIA-JAPAN Friendship and
pal, papan pada jarak ang kondisi hnya masih
terpanjang merupakan
dari landai h (Gambar rjalan kaki lahan pada
OSO yang GW dalam rest yang he Tanabe
Jalur 3: Pos kopal m Jalur pos kopal m, lebar 5 m dan top dari aspal sehingga d yang dibutuhkan unt kendaraan dan ±90-1 adalah banyak buah berpotensi kecelakaan
Jalur 4: Mata air me Jalur mata air m ±720 m. Topografi p dengan lebar 1 m (Ga Kondisi jalan po
Gambar 5 Kondisi jalur 2
menuju TVRI
menuju TVRI adalah jalur yang mempunyai pografi yang landai. Permukaan jalan pada dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 dan
tuk melewati jalur ini adalah ±10-15 men 120 menit dengan berjalan kaki. Permasalaha
h pinus yang berserakan di permukaan n saat menggunakan kendaraan roda 2 (Gamb
Gambar 6 Kondisi jalur 3
enuju Agroforestry
menuju agroforestry adalah jalur yang mem pada jalur ini relatif datar dan permukaan jal
ambar 7).
Gambar 7 Kondisi jalur 4
os kopan menuju TVRI Buah dan daun pinus jatu
i panjang ±1.774 jalur ini terbuat n roda 4. Waktu nit menggunakan
an pada jalur ini jalan sehingga bar 6).
26
Jalur ini dapat ditem berjalan kaki. Waktu temp menggunakan kendaraan y dengan berjalan kaki. Secar
Jalur 5: Agroforestry men Jalur agroforestry dibandingkan jalur lainnya topografi landai dan curam karena pada jarak ±147 m jalan berupa tanah yang dib 8). Waktu tempuh yang dib berjalan kaki.
Jalur 6: Camping ground Jalur camping groun panjang ±1.479 m, lebar landai dan curam. Permuka
.
Permasalahan yang a sangat curam dan berupa t jika hujan akan licin dan dapat dilewati dengan berja Fasilitas yang ada pad
camping ground dan
mpuh dengan menggunakan kendaraan ro puh yang dibutuhkan untuk melewati jalur i yaitu ±10-15 menit dari basecamp dan ±30 ra umum permasalahan pada jalur ini belum a
nuju Hutan Pinus
menuju hutan pinus merupakan jalur yaitu ±576 m. Sedangkan lebar jalur ±1-1,5 m. Jalur ini tidak dapat dilewati kendaraan m memiliki topografi yang curam, dengan p
buat menjadi anakan tangga dengan bebatuan butuhkan untuk melewati jalur ini ±30-45 me
Gambar 8 Kondisi jalur 5
menuju Pohon plus
nd menuju pohon plus merupakan jalur yang ±0,6-1 m dan topografi yang bervariasi y aan jalan pada jalur ini berupa tanah (Gambar
Gambar 9 Kondisi jalur 6
ada pada jalur ini yaitu jarak ±839 m kondis tanah yang dibentuk menjadi anakan tangga dikhawatirkan tanah tersebut longsor. Jalur alan kaki yang membutuhkan waktu ±60-75 m
da jalur ini adalah bangunan toilet yang terle papan conocophillips berjumlah 2 bu
oda 2 dan ini dengan 0-45 menit ada.
terpendek 5 m dengan n bermotor
permukaan n (Gambar enit dengan
g memiliki yaitu datar,
r 9).
si jalannya a sehingga r ini hanya menit. etak di area
menginformasikan ad dalam rehabilitasi hut
Jalur 7: Basecamp m Jalur basecamp harinya dilewati ma menggunakan kendar yang menggunakan k
Jalur ini memi bervariasi yaitu data berupa bebatuan. Per kondisi jalan rusak pa
Waktu tempuh ±30 menit mengguna papan pengumuman a
Jalur 8: Basecamp m Jalur basecamp masyarakat menuju sebagai penyadap get dan topografi yang be Kondisi permu dibutuhkan untuk me umum tidak ada pe Berikut Gambar 11 m
Kondisi jalan
danya kerjasama antara PT. ConocoPhillips tan.
menuju Desa Hegarmanah
p menuju Desa Hegarmanah merupakan ja asyarakat. Biasanya masyarakat melewati j
raan roda 2 atau berjalan kaki, jarang dijum kendaraan roda 4.
iliki panjang ±1.637 m, lebar ±2,3-4,5 m d ar, landai dan curam. Permukaan jalan pad
rmasalahan yang ada pada jalur ini pada jar arah sehingga berpotensi terjadi kecelakaan (G
Gambar 10 Kondisi jalur 7
untuk melewati jalur ini ±90-120 menit be akan kendaraan. Fasilitas yang dijumpai pada
aturan dan papan informasi.
menuju TVRI
p menuju TVRI merupakan jalur yang b hutan pinus untuk melakukan aktivitas tah pinus. Panjang jalur ini adalah ±2.236 m ervariasi yaitu datar, landai, dan curam. ukaan jalur berupa jalan setapak. Waktu elewati jalur ini ±105-135 menit dengan berja rmasalahan pada jalur ini sehingga aman menyajikan kondisi yang ada di jalur 8.
Gambar 11 Kondisi jalur 8
berupa bebatuan Kondisi jalan yang b
s dengan HPGW
alur yang setiap alur ini dengan mpai masyarakat
dengan topografi da pada jalur ini rak ±750 m dari Gambar 10).
erjalan kaki dan a jalur ini adalah
biasa digunakan hariannya yaitu m, lebar ±60 cm,
u tempuh yang alan kaki. Secara
28
Preferensi Pengunjung Kawasan HPGW Karakteristik Pengunjung
Interpretasi merupakan salah satu bentuk pelayanan yang diberikan kepada pengunjung. Sehingga dalam mencapai tujuan yang diharapkan, perencanaan jalur interpretasi kawasan HPGW harus disesuaikan dengan karakteristik pengunjung terlebih dahulu. Tabel 6 menunjukan bahwa yang berkunjung di kawasan HPGW didominasi oleh pengunjung berjenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan kawasan HPGW merupakan daerah pegunungan dengan kondisi jalan yang terjal dan menantang, sehingga sesuai dengan karakteristik jenis kelamin laki-laki yang berani mencoba pengalaman yang menantang.
Berdasarkan hasil kuesioner pengunjung di kawasan HPGW sebagian besar berasal dari daerah Jawa Barat (74%), antara lain dari Sukabumi, Bogor, dan Bandung. Sedangkan untuk pengunjung yang berasal dari luar Jawa Barat (26%) antara lain dari Jakarta, Semarang, Jambi, Makasar, Aceh, dan Ambon. Tingkat pendidikan terakhir yang mendominasi adalah SMA (47%). Mereka berkunjung dalam rangka study tour. Hal ini sesuai dengan pekerjaan pengunjung sebagian besar adalah sebagai mahasiswa (47%).
Tabel 6 Karakteristik pengunjung kawasan HPGW
No Karakteristik Pengunjung Persentase (%) 1 Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan
60 40 2 Asal kota
Jawa Barat Luar Jawa Barat
74 26 3 Tingkat pendidikan
SD SMP SMA S1 S2
13 11 47 26 3 4 Pekerjaan
Pelajar Mahasiswa PNS
Wiraswasta
24 47 13 16
Preferensi Pengunjung Terhadap Objek Interpretasi
Gambar 12
Tumbuhan mer dalam kawasan HPG dijumpai di lokasi t (Pinus merkusii), ile lain-lain.
Persentase pref HPGW berbeda-beda karena satwa tersebu loncat dari satu poh Untuk ketertariakan s menarik selain itu s merupakan habitat be pengunjung terhadap kedua satwa tersebut dan sulit dijumpai.
Gua merupaka (12%). Mereka berp dijumpai. Selain itu g dan keindahan ornam fisik lainnya yang m objek tersebut unik d sawah dan sejarah s Objek sejarah dan s karena meraka tidak p Sedangkan sedikitnya menikmati objek saw (1%) karena objek te
2 Preferensi pengunjung terhadap objek interp
rupakan objek yang paling banyak disukai ( GW terdapat berbagai macam jenis tumbu tempat tinggal mereka. Jenis-jenis tersebut eus (Amorpopalus warabilis), pacing (Costu
ferensi pengunjung terhadap kelompok sat a. Satwa yang paling banyak disukai adalah ut menyajikan atraksi yang dapat menarik p hon kepohon lain, bersuara, mencari maka satwa burung (15%) dikarenakan burung mem
sebagian pengunjung mengetahui bahwa k erbagai macam burung baik langka maupun u p reptil (5%) dan mamalia (3%) tidak begitu
t cenderung dipandang sebagai satwa yang
an objek fisik yang mepunyai daya tarik b endapat gua merupakan bentuk fenomena gua yang terdapat di dalam kawasan HPGW m
men gua yang dapat memberikan unsur pe menjadi daya tarik pengunjung adalah mata dan hanya dapat dijumpai di daerah pegunung erta situs kramat masing-masing persentase itus kramat hanya disukai oleh sebagian k percaya dengan cerita mitos yang berkemban a persentase objek sawah sebagian besar pe wah di lokasi lain. Begitu juga dengan obje ersebut dapat dijumpai di lokasi lain.
ung terhadap Fasilitas Jalur Interpretas
asil kuesioner fasilitas yang diharapkan pe atan interpretasi alam disajikan pada Gamb
40% uhan yang tidak t meliputi pinus us specious) dan
twa di kawasan h primata (17%) perhatian seperti an dan lain-lain. miliki suara yang kawasan HPGW umum. Preferensi
u banyak karena membahayakan
bagi pengunjung alam yang sulit memiliki estetika etualangan.Objek air (3%) karena gan. Untuk objek enya adalah 2%. kecil pengunjung ng di masyarakat.
engunjung dapat ek pemandangan
si di Kawasan
30
yang paling banyak hingga yang paling sedikit diharapkan berturut-turut adalah tempat sampah, shelter, papan cerita, papan nama objek, peta objek wisata, papan arah, pusat informasi, dan menara pengamatan.
Gambar 13 Harapan pengunjung terhadap fasilitas jalur interpretasi
Selain fasilitas yang telah disebutkan, sebagian pengunjung juga menyarankan adanya fasilitas lainnya seperti: penambahan area atau permainan untuk outbond, adanya canopy trail, dan penyewaan sepeda gunung. Sedangkan untuk kondisi jalur, pengunjung lebih berharap perbaikan akses jalan utama (jalur 1) dan dari basecamp sampai Desa Hegarmanah (jalur 7). Hal ini dikarenakan kondisi jalan yang diaspal telah hancur membentuk lobang-lobang, sehingga dapat membahayakan pengunjung terutama yang mengendarai motor berpotensi terjadi kecelakaan. Sementara jalur yang di dalam kawasan HPGW yang akan dikembangkan untuk kegiatan interpretasi alam diharapkan pihak pengelola membuat jalan sirkulasi yang aman, seperti jalan diperkeras agar saat hujan tidak licin, diberi pagar/pembatas disebelah kanan dan kiri jalan yang terdapat jurang.
Skoring pada 8 Jalur Kawasan HPGW
Setelah dilakukan proses identifikasi pada masing-masing jalur, tahap selanjutnya adalah tahap skoring. Hal ini bertujuan untuk menentukan alokasi pengembangan jalur berdasarkan klasifikasi yang dimiliki. Tabel 7 menyajikan skor pada masing-masing kondisi jalur. Sedangkan Gambar 14 menyajikan klasifikasi pada masing-masing jalur.
Terdapat 6 kategori yang diskoring pada setiap jalur yaitu: 1) jumlah objek yang mengacu Veverka (1998), 2) jumlah objek yang memiliki status perlindungan, 3) jumlah satwa yang ditemui, 4) jumlah objek-objek lain (selain
0% 5% 10% 15% 20%
tumbuhan dan satwa), 5) kondisi aksesibilitas jalur, dan 6) rencana pihak pengelola.
Tabel 7 Skoring jalur
Jalur
Jumlah objek
Jumlah objek yang memilik
i sta
tus
perlundungan
(20%)
Jumlah satw
a yang
dite
mui (20
%)
Jumlah objek lainnya (10%) Akses dalam melintas
i ja
lur
(10%)
Rencana pihak pengelola (10%)
Jumlah
Klasif
ikas
i
Tumbuhan (15%) Satwa (15%)
Jalur 1 2 3 2 2 2 2 1 2,05 C
Jalur 2 4 4 3 3 4 3 3 3,40 A
Jalur 3 2 3 2 2 1 2 2 2,05 C
Jalur 4 2 2 1 2 1 4 1 1,8 C
Jalur 5 2 2 1 2 1 2 1 1,6 C
Jalur 6 3 3 3 2 1 1 1 2,2 C
Jalur 7 4 3 2 2 3 3 2 2,65 B
Jalur 8 4 4 2 3 4 3 2 3,1 A
A
Klasifikasi potensi tinggi, BKlasifikasi potensi sedang, C Klasifikasi potensi rendah.
Hasil skoring yang disajikan pada Tabel 7 menunjukan bahwa jalur yang mempunyai klasifikasi tinggi adalah jalur 2 dan jalur 8, dengan jumlah poin berturut-turut yaitu 3,4 dan 3,1. Tingginya jumlah poin tersebut dipengaruhi oleh nilai faktor potensi tumbuhan dan satwa yang tinggi dengan jumlah >15 jenis untuk tumbuhan dan >9 jenis untuk satwa, dengan nilai skor 4 (nilai tertinggi). Secara langsung poin tersebut sangat terkait juga dengan faktor-faktor yang lain, seperti jumlah objek yang memiliki status perlindungan, jumlah objek lainnya dan rencana pihak pengelola di HPGW.
Klasifikasi yang kedua adalah klasifikasi sedang. Pada kelas ini terdapat satu jalur yang masuk dalam klasifikasi sedang, yaitu jalur 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi pada jalur tersebut adalah sedikitnya jumlah objek yang memiliki status perlindungan dan jumlah satwa yang ditemui sedikit.
32
Gambar 14 Peta klasifikasi pada 8 jalur di kawasan HPGW
Alternatif Pengembangan pada 8 Jalur Kawasan HPGW
Hasil analisis menunjukan bahwa pada 8 jalur kawasan HPGW terdapat 3 jenis klasifikasi yaitu tinggi, sedang dan rendah. Selanjutnya ditentukan fungsi masing-masing jalur sesuai analisis yang dilakukan (Tabel 8).
Tabel 8 Pembagian fungsi jalur berdasarkan potensi yang dimiliki
No Klasifikasi jalur
Jalur
Fungsi 1 Tinggi Jalur 2 dan jalur 8 Jalur interpretasi utama 2 Sedang Jalur 7 Jalur interpretasi
penunjang 3 Rendah Jalur 1, jalur 3, jalur 4,
jalur 5 dan jalur 6
Jalur pengelolaan
Jalur yang mempunyai klasifikasi tinggi difungsikan sebagai jalur interpretasi utama dengan kondisi alaminya dipertahankan. Pada klasifikasi ini akan diminimalisasi adanya perubahan yang dapat merubah karakter aslinya yaitu karakter alami kondisi kawasan HPGW. Sementara adanya pengembangan yang dilakukan hanya bersifat memperkuat karakter dan mengoptimalkan fungsi yang ditentukan. Pada klasifikasi ini akan diperbanyak stop (titik pemberhentian) dibanding dengan klasifikasi lainnya yang didukung dengan penyediaan fasilitas yang seimbang.
Jalur yang mempunyai klasifikasi sedang difungsikan sebagai jalur interpretasi penunjang. Jalur interpretasi penunjang adalah jalur interpretasi yang digunakan untuk mendukung jalur interpretasi utama agar kerusakan yang terjadi dapat ditekan. Pada klasifikasi ini karakter alaminya dimodifikasi. Adanya modifikasi pada jalur ini agar pengunjung mendapatkan pengalaman yang berbeda dalam perjalanannya antara jalur interpretasi utama dengan jalur interpretasi penunjang. Contohnya adalah modifikasi jalan yang diperkeras dengan aspal sehingga pengunjung dapat menggunakan sepeda saat melewati jalur ini.
Jalur yang mempunyai klasifikasi rendah difungsikan sebagai jalur pengelolaan. Jalur pengelolaan adalah jalur yang digunakan untuk mengelola kawasan HPGW. Penyediaan fasilitas pada klasifikasi ini tidak sebanyak jalur yang mempunyai klasifikasi tinggi dan sedang. Jalur pengelolaan terdiri dari tiga jenis alokasi. Alokasi pertama yaitu sebagai jalur kelola pelayanan pengunjung yang digunakan sebagai jalur penerimaan, hal ini dikarenakan letak jalur yang strategis yaitu berdekatan dengan jalan raya lintas propinsi. Alokasi kedua yaitu sebagai jalur kelola sosial dimana pada jalur ini dapat dimanfaatkan masyarakat untuk bercocok tanam agroforestry seperti tanaman kapulaga (Ammomum sp) dan kopi (Coffea sp). Alokasi ketiga yaitu sebagai jalur kelola produksi dimana pada jalur ini digunakan untuk memproduksi Hasil Hutan Non-Kayu (HHNK) seperti: getah pinus dan getah kopal.
34
Gambar 15 Peta Alokasi pada 8 jalur di kawasan HPGW
Penyusunan Konsep Konsep Dasar Jalur
Konsep dasar perencanaan jalur dalam penelitian ini yaitu Hutan Pendidikan Gunung Walat sebagai jalur interpretasi ekosistem hutan yang tidak terpisahkan keberadaannya dari kondisi biofisik, sosial ekonomi dan budaya serta mampu menjaga kelestarian sumberdaya hutan dan nilai-nilai sejarah yang ada. Hal ini dilakukan dengan memperkenalkan objek yang menjadi daya tarik melalui jalur interpretasi yang telah ditentukan dengan mengintegrasikan keberadaan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan interpretasi.
Adapun konsep dasar perencanaan jalur yang telah dibuat kemudian dikembangkan menjadi konsep sirkulasi, konsep aktivitas yang di dalamnya terdapat pengembangan fasilitas.
Konsep Pengembangan Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi yang direncanakan dalam kawasan HPGW terdiri dari dua jenis yaitu sirkulasi interpretasi dan non-interpretasi. Sirkulasi interpretasi adalah jalur sirkulasi yang ditujukan untuk pengunjung yang mempunyai tujuan untuk melakukan kegiatan interpretasi. Pada sirkulasi interpretasi diterapkan konsep
“Mengenal Hutan Pendidikan Gunung Walat Sebagai Kawasan Ekosistem Hutan
Tropis Dataran Tinggi Jawa Barat yang Menyajikan Biodiversitas, Fenomena
Alam, dan Sosial Ekonomi Budaya yang ada”. Tujuannya adalah agar pengunjung
memperoleh pengalaman dan pemahaman mengenai sumberdaya yang terdapat di kawasan HPGW sesuai dengan waktu yang dimiliki untuk tujuan interpretasi. Selain itu terdapat aspek lain yang direncanakan untuk mencapai tujuan tersebut (Tabel 9).
Tabel 9 Aspek yang direncakan pada sirkulasi interpretasi
No Aspek Keterangan
1 Tema dan tujuan Setiap jalur interpretasi akan ditentukan tema khusus serta tujuannya (Sharpe, 1982)
2 Start – Finish Setiap jalur interpretasi akan ditentukan lokasi start dan finish (Damayanti, 2003)
3 Stop Sepanjang jalur interpretasi akan ditentukan posisi
pemberhentian (Knudson, 1999) 4 Metode
interpretasi
Metode interpretasi secara garis besar terdiri dari:
personal dan non-personal. Metode personal yaitu
dilakukan pemandu untuk menginterpretasikan suatu objek. Metode non-personal yaitu dilakukan melalui suatu media dimana pemandu tidak berhubungan langsung dengan pengunjung (Soedargo et al. 1989) 5 Fasilitas
penunjang
Fasilitas yang ditujukan untuk pengunjung agar mempermudah untuk melakukan kegiatan interpretasi seperti shelter untuk beristirahat, tong sampah dll
36
pada jalur sirkulasi interpretasi harus diperhatikan. Secara fisik kondisi keamanan yang harus diperhatikan dalam sirkulasi interpretasi di antaranya: tidak licin, tidak curam dan tidak berlumpur. Untuk itu perkerasan permukaan jalan dapat mendukung keberhasilan sistem yang ada. Selain itu, untuk meningkatkan kenyamanan dalam perjalanan maka ditempatkan fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan interpretasi pada titik-titik tertentu. Sedangkan sirkulasi non-interpretasi merupakan sirkulasi yang ditujukan untuk pengelola untuk melakukan pengelolaan kawasan HPGW. Seperti halnya dengan sirkulasi interpretasi, kondisi keamanan dan kenyamanan yang ada di dalam sirkulasi non-interpretasi juga diperhatikan. Selain itu pada jalur ini juga ditempatkan fasilitas penunjang pengelolaan kawasan HPGW.
Konsep Aktivitas dan Fasilitas
Konsep aktivitas dibagi menjadi dua yaitu aktivitas interpretasi dan aktivitas non-interpretasi. Aktivitas interpretasi adalah aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan interpretasi di jalur kawasan HPGW. Contoh aktivitas interpretasi misalnya: tracking, bird watching, melihat atraksi satwa, dan lain-lain. Aktivitas non-interpretasi adalah aktivitas selain untuk tujuan interpretasi. Aktivitas ini merupakan kegiatan eksisting yang telah dilakukan pengelola atau masyarakat setempat, contohnya menyadap getah, bercocok tanam, dan patroli.
Konsep fasilitas dibagi menjadi dua yaitu fasilitas media interpretasi dan fasilitas penunjang kegiatan interpretasi. Fasilitas media interpreatsi adalah fasilitas untuk menunjang kegiatan interpretasi. Sedangkan fasilitas penunjang kegiatan interpretasi adalah fasilitas yang mendukung pengunjung dalam melakukan kegiatan interpretasi.
Perencanaan
Gambar 17 Peta detail plan 1