• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Gaya Hidup dan Konsumsi Pangan dengan Profil Lipid Darah pada Pasien Dislipidemia di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara Gaya Hidup dan Konsumsi Pangan dengan Profil Lipid Darah pada Pasien Dislipidemia di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DAN KONSUMSI

PANGAN DENGAN PROFIL LIPID DARAH PADA PASIEN

DISLIPIDEMIA DI RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA

BAYU SAMUDRA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan antara Gaya Hidup dan Konsumsi Pangan dengan Profil Lipid Darah pada Pasien Dislipidemia Di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

BAYU SAMUDRA. Hubungan Antara Gaya Hidup dan Konsumsi Pangan dengan Profil Lipid Darah pada Pasien Dislipidemia di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Dibimbing oleh LILIK KUSTIYAH.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara gaya hidup dan konsumsi pangan dengan profil lipid darah pada pasien dislipidemia di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study.

Contoh adalah pria dewasa berusia lebih dari 18 tahun dengan jumlah 42 orang dan menderita dislipidemia. Data yang dikumpulkan adalah karakteristik contoh, gaya hidup, status gizi, konsumsi pangandan profil lipid darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh dislipidemia memiliki IMT di atas batas normal yakni sekitar 83.3%. Berdasarkan uji korelasi Spearman menunjukkan hubungan positif nyata (p<0.05) antara tingkat pendapatan dengan kebiasaan merokok (r=0.388, p=0.011) dan antara asupan kolesterol dengan ukuran lingkar pinggang (r=0.308, p=0.047). Sebaliknya terdapat hubungan negatif nyata (p<0.05) antara kebiasaan merokok dengan IMT (r=-0.374, p=0.015) dan lingkar pinggang (r=-0.346, p=0.025), antara kebiasaan merokok dengan HDL (r=-0.394, p=0.010), antara tingkat kecukupan [karbohidrat (r=-0.339 p=0.028) dan serat (r=-0.327, p=0.035)] dengan kadar kolesterol total. Dapat disimpulkan bahwa contoh dislipidemia cenderung memiliki IMT dan lingkar pinggang lebih dari normal.

Kata kunci: dislipidemia, gaya hidup, konsumsi pangan, profil lipid darah

ABSTRACT

BAYU SAMUDRA. The Relationship Between Lifestyle and Food Consumption with Blood Lipid Profile in Dyslipidemic Patiens at RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Supervised by LILIK KUSTIYAH.

This study aimed to analyze the relationship between lifestyle and food consumption with blood lipid profile in dyslipidemic patients at RSPAD Gatot Soebroto. This study used a cross sectional design. Subjects were 42 dyslipidemic men adults with age > 18 years. The data collected were characteristic, lifestyle, nutritional status, food consumption and blood lipid profile of subject. The results showed that BMI of 83.3% of subjects were above normal category. Spearman correlation test showed that there was a positive correlation between income with smoking habits (r=0.388, p=0.011), and cholesterol intake with waist circumference (r=0.308, p=0.047). Inversely, there were negative correlation between smoking habits with nutritional status [BMI 0.374, p=0.015) & waist circumference (r=-0.346, p=0.025)], smoking habits with HDL cholesterol (r=-0.394, p=0.010), fiber (r=-0.327, p=0.035) and carbohydrate (r=-0.339 p=0.028) adequacy with total cholesterol. Dislipidemic subjects tend to have higher BMI and waist circumference than normal ones.

(6)
(7)

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DAN KONSUMSI

PANGAN DENGAN PROFIL LIPID DARAH PADA PASIEN

DISLIPIDEMIA DI RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA

BAYU SAMUDRA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Hubungan antara Gaya Hidup dan Konsumsi Pangan dengan Profil Lipid Darah pada Pasien Dislipidemia di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta

Nama : Bayu Samudra NIM : I14124042

Disetujui oleh

Dr Ir Lilik Kustiyah M Si Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga Penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Gaya Hidup dan Konsumsi Pangan dengan Profil Lipid Darah pada Pasien Dislipidemia di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta”. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam serta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini dapat disusun dan ditulis dengan baik tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa membimbing, memberikan saran dan masukan serta arahannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, M.S selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa membimbing dan memberikan arahan selama menjalankan perkuliahan.

3. dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, S.Ked M.Gizi selaku dosen pemandu seminar dan penguji skripsi atas saran, masukan dan arahannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Kedua orang tua tercinta Rusman Sugiyanto dan Karmiti serta adikku Ratna Ningtyas Rahayu, serta Annisa Putri Gazali yang senantiasa memberi dukungan moral, spiritual, material dan kasih sayangnya dalam penyusunan skripsi ini.

5. Sahabat-sahabatku seperjuangan di Program Alih jenis Departemen Gizi Masyarakat angkatan 6, khususnya Chili (Annisa P G, Nadia Kholila, Bryan DT, Nanda H, Rahdian PK dan Hendry PP), Lanang community (Pak Agung, Pak Satibi, Agung KY, Hendy P, Nanda H, Rahdian PK dan Gunawan W) dan Rekan-rekan seperjuangan pada Program Alih Jenis Departemen Gizi Masyarakat angkatan 6.

6. Seluruh mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat angkatan 48 yang penuh semangat dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas doa dan dukungannya yang telah diberikan selama ini.

Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan hal-hal yang tidak berkenan selama pengumpulan data hingga penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, Mei 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

PRAKATA x

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan 2

Manfaat 2

Hipotesis 3

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 4

Desain, Tempat dan Waktu 4

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5

Pengolahan dan Analisis Data 7

Definisi Operasional 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Karakteristik Contoh 11

Gaya Hidup 13

Status Gizi 15

Dislipidemia 17

Frekuensi Konsumsi Makanan Sumber Lemak dan Kolesterol 18

Konsumsi Pangan 19

Asupan Energi dan Zat Gizi serta Tingkat Kecukupannya 22

(14)

SIMPULAN DAN SARAN 32

Simpulan 32

Saran 33

DAFTAR PUSTAKA 33

RIWAYAT HIDUP 51

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengumpulan data 6

2 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik 7 3 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL 8

4 Pengkategorian data 10

5 Distribusi karekteristik berdasarkan profil lipid contoh 12 6 Rata-rata profil lipid contoh berdasarkan gaya hidup. 14 7 Kategori status gizi berdasarkan profil lipid contoh 16 8 Sebaran contoh berdasarkan kategori lingkar pinggang dan profil lipid. 16

9 Sebaran contoh berdasarkan profil lipid 17

10 Rata-rata frekuensi konsumsi pangan sumber lemak dan kolesterol contoh 19 11 Rata rata konsumsi pangan contoh berdasarkan status gizi 20 12 Rata-rata asupan energi dan zat gizi contoh berdasarkan status gizi 22 13 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi

dan status gizi. 23

14 Sebaran contoh berdasrkan tingkat kecukupan energi dan profil lipid 23 15 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan protein

dan status gizi. 24

16 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein dan profl lipid 24 17 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan lemak

dan status gizi. 25

18 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak dan profil lipid 25 19 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan karbohidrat

(15)

20 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat dan profil lipid 27 21 Sebaran contoh berdasarkan kategori asupan kolesterol dan status gizi. 28 22 Sebaran contoh berdasarkan asupan kolesterol dan rata-rata profil lipid 28

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran hubungan antara gaya hidup dan konsumsi pangan

dengan profil lipid darah 4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rata-rata frekuensi pangan sumber lemak dan kolesterol contoh 38

2 Rata-rata frekuensi konsumsi pangan contoh 39

3 Rata-rata konsumsi kelompok pangan (kali per miggu) 40

4 Rata-rata konsumsi gram per hari 40

5 Rata-rata konsumsi pangan (g/hari) 40

6 Frekuensi konsumsi pangan contoh (kali /minggu) 42

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman kearah yang lebih modern, masyarakat dituntut untuk bisa beradaptasi dalam meningkatkan kualitas hidup. Gaya hidup masyarakat yang cenderung ingin serba cepat dan praktis dapat menyebabkan perubahan pola konsumsi makanan. Makanan cepat saji yang identik dengan tinggi lemak dan kalori secara perlahan berdampak terhadap perubahan status gizi yang diindikasikan dengan prevalensi masyarakat dengan status gizi lebih (kegemukan) meningkat.

Data WHO (2008) menunjukkan bahwa lebih dari 1.4 milyar orang dewasa di dunia mengalami overweight. Prevalensi obesitas Tahun 2013 mencapai 19.7% pada usia dewasa (Balitbangkes 2013). Obesitas adalah suatu keadaan kronis dengan ciri-ciri timbunan lemak tubuh yang berlebihan (Sandjaja & Sudikno2005). Obesitas dapat meningkatkan risiko berbagai macam penyakit, seperti penyakit jantung koroner, diabetes, hipertensi, beberapa jenis penyakit kanker dan gangguan pernapasan (Breslow 2002).

Orang yang memiliki status gizi obes cenderung terkena dislipidemia (Janssen et al. 2004). Dislipidemia merupakan salah satu pemicu penyakit degeneratif. Dislipidemia adalah ketidaknormalan metabolisme lipoprotein, termasuk produksi yang berlebihan atau kekurangan. Lipoprotein dan lemak di dalam tubuh yang berperan terhadap terjadinya dyslipidemia yaitu penurunan kolesterol HDL (High Density Lipoprotein), peningkatan kolesterol LDL (Low Density Lipoproterin), kolesterol total dan trigliserida (Ahmed et al. 1998). Dislipidemia merupakan faktor utama penyebab terjadinya penyakit jantung koroner (Anwar 2004). Menurut Mackay & Mensah (2004) dalam Waloya (2013), tahun 2002 angka kematian akibat penyakit jantung di Indonesia adalah berkisar antara 100.000-499.999 orang.

Data Balitbangkes (2013) menunjukkan bahwa penduduk usia lebih dari 15 tahun yang memiliki kolesterol total abnormal 35.9%, HDL rendah 22.9%, LDL kategori tinggi 60.3% dan kategori sangat tinggi 15.9%, trigliserida abnormal dengan kategori tinggi 13.0% dan kategori sangat tinggi 11.9%. Menurut Barass 1993 dalam Sandjaja & Sudikno (2005), peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol total merupakan manifestasi dari rendahnya aktivitas fisik serta pola makan yang tidak terkendali.

Data Balitbangkes (2013) menunjukkan bahwa proporsi aktivitas fisik tergolong rendah secara umum adalah sebesar 26.1%. Proporsi penduduk Indonesia dengan perilaku kurang aktivitas fisik lebih dari dan sama dengan 6 jam/hari adalah sebesar 24.1%. Proporsi rata-rata nasional perilaku konsumsi makanan berisiko yakni konsumsi makanan berlemak pada penduduk usia lebih dari dan sama dengan 10 tahun adalah sebesar 40.7%. Menurut Kuriyan et al. (2012), konsumsi lemak berkontribusi besar pada pembesaran ukuran lingkar pinggang.

(18)

lanjut mengenai keterkaitan antara gaya hidup dan konsumsi pangan dengan profil lipid darah pada pasien dislipidemia di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.

Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah karakteristik contoh berhubungan dengan gaya hidup dan konsumsi pangan contoh?

2. Apakah gaya hidup contoh berhubungan dengan status gizi (indeks massa tubuh (IMT) dan ukuran lingkar pinggang) dan profil lipid darah contoh?

3. Apakah konsumsi pangan berhubungan dengan status gizi dan profil lipid darah contoh?

4. Apakah status gizi berhubungan dengan profil lipid darah contoh?

Tujuan

Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji hubungan antara gaya hidup dan konsumsi pangan dengan profil lipid darah.

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik (usia, pendidikan, pendapatan, besar keluarga dan pekerjaan), gaya hidup dan konsumsi pangan contoh.

2. Mengidentifikasi status gizi (indeks massa tubuh (IMT) dan ukuran lingkar pinggang) dan profil lipid darah (kadar kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan kadar trigliserida) contoh.

3. Menganalisis hubungan antara karakteristik dengan gaya hidup dan konsumsi pangan contoh.

4. Menganalisis hubungan antara gaya hidup dengan status gizi dan profil lipid darah contoh.

5. Menganalisis hubungan antara konsumsi pangan dengan status gizi dan profil lipid darah contoh.

6. Menganalisis hubungan antara status gizi dengan profil lipid darah contoh.

Manfaat

(19)

diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang terkait dengan gaya hidup dan konsumsi pangan serta profil lipid.

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara karakteristik dengan gaya hidup dan konsumsi pangan contoh.

2. Terdapat hubungan antara gaya hidup dengan status gizi dan profil lipid darah contoh.

3. Terdapat hubungan antara konsumsi pangan dengan status gizi dan profil lipid darah contoh.

4. Terdapat hubungan antara status gizi dengan profil lipid darah contoh.

KERANGKA PEMIKIRAN

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan abnormalitas kadar lipid plasma. Kelainan kadar lipid dalam plasma yang sering ditemukan adalah peningkatan kadar kolesterol total, peningkatan kolesterol-LDL, peningkatan trigliserida (TG), dapat disertai atau tanpa penurunan kadar kolesterol-HDL. Faktor-faktor penyebab dislipidemia antara lain adalah konsumsi pangan, genetik, status gizi (obesitas), dan gaya hidup yang kurang baik, seperti kurang aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan kebiasaan minum alkohol. Peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida dalam darah merupakan manifestasi dari rendahnya aktivitas fisik serta pola makan yang tidak terkendali. Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa penurunan aktivitas fisik berhubungan dengan peningkatan lingkar pinggang.

Konsumsi pangan antara lain dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, usia, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi. Tingginya makan sumber lemak serta rendahnya konsumsi buah dan sayur berkontribusi besar terhadap abnormalitas profil lipid darah dalam tubuh (dislipidemia), pembesaran ukuran lingkar pinggang dan tentunya berpengaruh terhadap status gizi individu tersebut. Ukuran lingkar pinggang yang besar, mencerminkan penumpukan lemak pada rongga abdomen. Kondisi ini dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, gangguan kardiovaskular, aterosklerosis, hipertensi dan gangguan metabolik lainnya.

(20)

menandakan kesejahteraan seseorang. Oleh karena itu penelitian ini berusaha menggali informasi mengenai hubungan antara gaya hidup dan konsumsi pangan dengan profil lipid darah. Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Keterangan:

= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang dianalisis = Hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan antara gaya hidup dan konsumsi pangan dengan profil lipid darah.

METODE

Desain, Tempat dan Waktu

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Jantung RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta. Lokasi ini dipilih dengan sengaja dengan pertimbangan jumlah pasien dislipidemia yang rawat

Profil lipid darah (kolesterol total, trigliserida,

kolesterol LDL & HDL) Karakteristik contoh:

 Usia

 Pendidikan  Pendapatan  Besar keluarga  Pekerjaan

Genetik Konsumsi

 Frekuensi konsumsi pangan  Tingkat kecukupan energi,

protein, lemak, karbohidrat, serat, dan kolesterol

Gaya hidup:  Aktivitas fisik  Kebiasaan merokok

 Kebiasaan minum

alkohol

 Kebiasaan olahraga

Penyakit degeneratif (DM, aterosklerosis, kardiovaskular, hipertensi) Status gizi:

 Indeks massa tubuh (IMT)

(21)

jalan cukup banyak dan diperbolehkan oleh pihak Rumah Sakit untuk mendapatkan data profil lipid darah pasien. Penelitian ini dilaksanakan bulan Desember 2014.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Populasi pada penelitian ini adalah pasien dewasa yang menjalani rawat jalan di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Contoh diambil dari pasien penderita dislipidemia yang menjalani rawat jalan dan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Pasien rawat jalan dewasa pria, berumur >18 tahun,

2. Penderita dislipidemia (contoh dengan kadar kolesterol total ≥200 mg/dL atau trigliserida ≥150 mg/dL, atau kolesterol HDL <40 mg/dL atau kolesterol LDL <100 mg/dL), dan

3. Bersedia untuk menjadi contoh dalam penelitian ini.

Penentuan jumlah contoh minimal penelitian ini dihitung berdasarkan rumus perhitungan Lemeshow et al. (1997). Berdasarkan data Balitbangkes (2013) bahwa prevalensi penduduk usia lebih dari 15 tahun dengan kadar kolesterol total abnormal tinggi ( ≥ 240 mg/dl) sebesar 35.9%. Data prevalensi penduduk dengan kadar kolesterol total tinggi digunakan sebagai dasar untuk perhitungan contoh karena tidak ditemukan data prevalensi penduduk penderita dislipidemia. Rumus untuk menentukan jumlah contoh minimal adalah sebagai berikut:

Keterangan:

n = Jumlah contoh minimal

p = prevalensi penderita dislipidemia yang diestimasi dengan kadar kolesterol total kategori tinggi yaitu sebesar 35.9%.

q = 1-p

d = presisi yang diinginkan/ limit error (10%) z = derajat kepercayaan 10% → 90% (Z1-α/2=1,28).

Berdasarkan rumus tersebut maka jumlah contoh minimal adalah:

Mengantisipasi adanya contoh yang drop-out, maka jumlah contoh ditambah 10%, sehingga menjadi 42 orang.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan mencakup data primer dan sekunder. Data primer meliputi: 1) karakteristik contoh (usia, pendidikan, pendapatan, besar keluarga dan pekerjaan) 2) konsumsi pangan, 3) status gizi (indeks massa tubuh (IMT) dan ukuran lingkar pinggang), dan 4) gaya hidup (aktivitas fisik, kebiasaan olahraga,

n ≥ [(Z1-α/2)2 X p (1-p)] d2

n ≥ [(1,28)2 X 0,359 (1-0,359)] 0,12

(22)

kebiasaan merokok dan kebiasaan minum alkohol). Data sekunder diperoleh dari Rumah Sakit yaitu profil lipid darah contoh yang meliputi (kolesterol total, trigliserida serta kolesterol LDL dan HDL).

Data primer dikumpulkan melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Data sekunder dikumpulkan dengan cara pencatatan dari hasil rekam medik pasien. Adapun jenis dan cara pengumpulan data secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

Variabel Jenis Data Cara Pengumpulan

Karakteristik sumber protein hewani, jeroan, protein nabati, sayuran, buah-3. Lingkar pinggang (cm)

Pengukuran berat badan menggunakan timbangan injak, tinggi badan dengan microtoise dan lingkar pinggang menggunakan

Profil lipid darah

1. Kadar kolesterol total 2. Kadar trigliserida 3. Kadar kolesterol HDL 4. Kadar kolesterol LDL

Pencatatan hasil rekam medic

Karakteristik contoh (usia, pendidikan, pendapatan keluarga, besar keluarga dan pekerjaan) diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Konsumsi pangan yang terdiri atas konsumsi pangan pokok, sumber protein hewani, jeroan, protein nabati, sayuran, buah-buahan dan jajanan diperoleh melalui wawancara menggunakan semi quantitativefood frequency questionnaires (SQ-FFQ).

(23)

Data aktivitas fisik didapatkan dengan metode wawancara langsung (recall) yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu mencakup hari kerja dan hari libur. Jenis aktivitas yang dapat dilakukan dikategorikan berdasarkan PAR seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik

Aktivitas Physical Activity Ratio

Tidur 1

Mandi/berpakaian/berdandan 2.3

Makan 1.4

Ibadah/sholat 1.4

Kuliah/seminar/praktikum 1.3

Mengerjakan tugas/belajar 1.3

Pekerjaan RT umum 2.8

Naik mobil/bus/angkot 1.2

Mengendarai mobil 2

Mengendarai motor 2.7

Berjalan tanpa beban 3.5

Aktivitas di waktu luang 1.4

Berbisnis/dagang 1.4

Bermain laptop/internet 1.8

Ngobrol/diskusi/rapat 1.4

Nonton tv/film 1.64

Ke pesta 1.4

Ke pasar/warung 4.6

Aerobik intensitas rendah 3.5

Berdiri/bw beban 2.2

Duduk 1.2

Membaca 1.3

Dengerin radio/musik 1.57

Buruh bangunan 3.3

Kerja/mengetik (duduk) 1.3

Sumber: FAO (2001)

Data kebiasaan olahraga, kebiasaan minum alkohol dan kebiasaan merokok diperoleh melalui wawancara menggunakan semi kuantitatif kuesioner. Data profil lipid darah yang terdiri atas kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan HDL diperoleh melalui pencatatan hasil rekam medik contoh.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2013 dan SPSS version 16.0 for windows. Tahap pengolahan data adalah entry, coding, cleaning, pengkategorian data dan analisis.

(24)

PAL = (PAR x alokasi waktu tiap aktivitas) 24 jam

keluarga dan pekerjaan), gaya hidup (aktivitas fisik, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok dan kebiasaan minum alkohol), status gizi (indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar pinggang (LP)), serta profil lipid darah (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL dan kadar trigliserida).

Uji beda Mann-Whitney U digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata kadar profil lipid darah contoh antar kategori pada variabel karakteristik contoh (pendidikan, pendapatan, besar keluarga dan pekerjaan), gaya hidup (kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok dan kebiasaan minum alkohol), status gizi (indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar pinggang (LP)), tingkat kecukupan lemak, karbohidrat, dan kategori asupan kolesterol. Uji beda Kruskal-Wallis H digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata profil lipid darah contoh antar kategori usia, tingkat kecukuoan energ dan protein.

Analisis inferensia meliputi uji hubungan antar variabel. Uji hubungan menggunakan uji korelasi Spearman, antara lain untuk menguji hubungan antara 1) karakteristik contoh dengan gaya hidup dan konsumsi pangan contoh, 2 gaya hidup dengan status gizi dan profil lipid darah contoh, 3) konsumsi pangan dengan status gizi dan profil ipid darah contoh, 4) status gizi dengan profil lipid darah contoh.

Untuk menentukan status gizi contoh dengan usia lebih dari 18 tahun menggunakan IMT ( Indeks massa tubuh), dengan rumus sebagai berikut:

Data aktivitas fisik diolah dengan cara mengalikan bobot nilai per aktivitas dengan lamanya waktu yang digunakan untuk beraktivitas. Menurut FAO/WHO/UNU (2001) besarnya aktivitas fisik yang dilakukan sesorang dalam 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical activity level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL ditentukan dengan rumus berikut

Keterangan :

PAL = Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical activity ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu).

Selanjutnya PAL akan dikategorikan menjadi empat kategori menurut FAO (2001), seperti yang disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL

Kategori Nilai PAL

Aktivitas sangat ringan < 1,40

Aktivitas ringan (sedentary) 1,40-1,69

Aktivitas sedang (moderate) 1,70-1,99

Aktivitas berat (vigorous) 2,00-2,40

Sumber: FAO (2001)

Konsumsi pangan (karbohidrat, protein, lemak, karbohidrat, serat, lemak tak jenuh dan kolesterol) dan frekuensi konsumsi pangan (gram/hari) dan (kali/minggu)

(25)

TKGi = (Ki/AKGi) x 100% AKGI = (Ba/Bs) x AKG

AMB = 66 + (13.7xBB)+(5xTB)-(6.8xU)

Kebutuhan energi sehari = Angka metabolisme basal x Faktor aktivitas diolah berdasarkan data semi quantitative FFQ dengan menggunakan software nutrisurvey dan microsoft excel.

Untuk menentukan tingkat kecukupan energi (TKE) dan tingkat kecukupan protein (TKP) contoh normal menggunakan perhitungan yang dikoreksi dengan berat badan aktual (dari setiap kelompok usia) dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan :

AKGI = Angka kecukupan gizi Ba = Berat badan aktual standar (kg) Bs = Berat badan acuan standar AKG (kg)

AKG = Angka kecukupan gizi yang dianjutkan WNPG (2013)

Contoh dengan status gizi abnormal (underweight, overweight dan obese) perhitungan tidak dikoreksi dengan berat badan aktual sehat melainkan hanya berdasarkan berat badan acuan sehingga angka kecukupan gizinya sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Hal ini dimaksudkan agar contoh dengan status gizi abnormal (underweight, overweight dan obese) dapat mencapai berat badan ideal serta kecukupan berbagai zat gizi yang optimal.

Penentuan tingkat kecukupan energi dan protein merupakan tahap lanjutan dari perhitungan konsumsi pangan. Tingkat kecukupan energi dan protein didapat dari persentase asupan aktual terhadap Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan berdasarkan WNPG tahun 2013. Secara umum perhitungan tingkat kecukupan zat gizi adalah sebagai berikut :

Keterangan:

TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi-i

AKGi = Angka kecukupan zat gizi-i yang dianjurkan Ki = Asupan zat gizi-i

Selain perhitungan berdasarkan AKG, tingkat kecukupan energi dan zat gizi dihitung dengan menggunakan rumus Harris Benedict dalam (Almatsier 2006). Penentuan TKG ini diawali dengan perhitungan angka metabolisme basal (AMB). AMB dipengaruhi oleh umur, gender, berat badan dan tinggi badan. Adapun rumus AMB untuk laki-laki adalah sebagai berikut:

Keterangan:

AMB = Angka metabolisme basal BB = Berat badan

TB = Tinggi badan U = Umur

Selanjutnya dilakukan perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi contoh dalam sehari dengan menggunakan rumus berikut:

(26)

Tabel 4 Pengkategorian data

Jenis data Kelompok Keterangan

Usia

Tingkat pendidikan 1. < SMA

2. ≥ SMA Sebaran data

Pendapatan keluarga 1. ≤ median (Rp 4.000.000)

2. > median (Rp 4.000.000) Sebaran data

Besar keluarga 1. Keluarga kecil (≤ 4 orang)

2. Keluarga besar (> 4 orang) Sebaran data

Pekerjaan 1. Belum pensiun

2. Sudah pensiun Sebaran data

Indeks Massa tubuh

Kolesterol total 1. Normal (<200 mg/dL)

Mahan dan Escott-Stump (2008)

2. Abnormal (≥200 mg/dL)

Trigliserida 1. Normal (<150 mg/dL)

2. Abnormal (≥150 mg/dL)

Kolesterol LDL 1. Normal (<100 mg/dL)

2. Abnormal (≥100 mg/dL)

Kolesterol HDL 3. Normal (<40 mg/dL)

4. Abnormal (≥40 mg/dL)

Berdasarkan AKG: Tingkat kecukupan energi dan protein

1. Defisit tingkat berat (<70 %)

(Gibson 2005) 2. Defisit tingkat sedang (70%-79%

3. Defisit tingkat ringan (80%-90%) 4. Normal (90%-110%) 2. Lebih (>15% kecukupan energi)

Angka kecukupan lemak 3. Cukup (≤25% kecukupan energi) 4. Lebih (>25% kecukupan energi) Angka kecukupan

karbohidrat 40%-60% dari kecukupan energi

Asupan kolesterol 1. Cukup (≤300 mg/ hari)

2. Lebih (>300 mg/hari) (Almatsier 2006)

Angka kecukupan serat 1. Cukup ( ≥25 gram/hari)

(27)

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan fisik (tubuh) dan diperoleh dari kuesioner recall 2x24 jam ( 1 hari kerja dan 1 hari libur), serta dikategorikan menjadi ringan, sedang, dan berat.

Besar keluarga merupakan jumlah semua orang yang tinggal dalam satu rumah dan menggunakan sumberdaya yang sama untuk memenuhi kebutuhannya Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan

maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta penurunan kadar HDL.

Gaya hidup merupakan kebiasaan responden dalam melakukan aktivitas fisik, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok dan kebiasaan minum alkohol. Gemuk merupakan kondisi dimana IMT contoh lebih besar atau sama dengan 23

kg/m2

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan suatu rumus matematis untuk menentukan status gizi seseorang dengan persamaan yaitu berat badan aktual (kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m2) atau IMT = BB/(TB)2.

Karakteristik contoh adalah kondisi seseorang yang mempengaruhi konsumsi pangan dan gaya hidup terdiri dari usia, pendidikan, pendapatan, besar keluarga, dan pekerjaan.

Konsumsi pangan merupakan kebiasaan konsumsi makanan berlemak tinggi serta konsumsi sayur dan buah seseorang, yang diukur dengan menggunakan semi quantitative food frequency questioner (SQ-FFQ)

Lingkar pinggang adalah ukuran keliling lingkar pinggang dan merupakan indikator yang baik untuk obesitas sentral dan distribusi lemak tubuh.

Pekerjaan, adalah jenis aktivitas yang mendatangkan penghasilan utama yang dikategorikan menjadi belum pensiun dan pensiun.

Tingkat pendidikan merupakan pendidikan tertinggi yang telah diselesaikan oleh contoh

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Contoh

Contoh dalam penelitian ini berjumlah 42 orang. Contoh yaitu orang dewasa pria yang menderita dislipidemia serta bersedia menjawab pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Karakteristik contoh yang diamati meliputi usia, pendidikan, pendapatan, besar keluarga dan pekerjaan. Distribusi contoh berdasarkan karakteristik contoh disajikan pada Tabel 5.

(28)

terdapat pada contoh dengan kategori usia 50-64 tahun (kecuali kadar trigliserida). Hasil uji beda Kruskal-Wallis H menunjukkan bahwa rata-rata profil lipid (kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL) antar ketiga kelompok usia adalah tidak berbeda. Menurut Shahbazian et al. (2013) menunjukkan bahwa semakin bertambahnya usia dan berat badan berlebih maka akan meningkatkan resiko terkena sindrom metabolik. Sebagian besar prevalensi tingginya kadar trigliserida dan obesitas abdominal seseorang terjadi pada rentang umur 50-59 tahun.

Tingkat pendidikan contoh dikategorikan menjadi 2 kategori meliputi kurang dari SMA dan lebih dari sama dengan SMA. Secara umum contoh memiliki tingkat pendidikan yang tergolong tinggi. Contoh dengan tingkat pendidikan kurang dari sama dengan SMA sebesar 23.8%, lebih dari dan sama dengan SMA sebesar 76.2% (Tabel 5). Pendidikan akan memepengaruhi tingkat pengetahuan individu. Contoh dengan pendidikan lebih dari SMA memiliki nilai rata-rata profil lipid (Kolesterol total, LDL dan HDL) yang lebih baik dibandingkan contoh dengan tingkat pendidikan kurang dari sama dengan SMA. Semakin rendah tingkat pendidikan akan semakin rendah pula akses terhadap informasi kesehatan, hal tersebut diduga akan berpengaruh pada pola makan dan gaya hidup seseorang (Aekplakorn et al. 2007).

Tabel 5 Distribusi karekteristik berdasarkan profil lipid contoh Karakteristik

contoh

Contoh Rata-rata (mg/dl)

n % Kolesterol total Trigliserida LDL HDL Usia

30-49 tahun 5 11.9 203 196.4 133.8 32.2

50-64 tahun 20 47.6 230.6 160.9 159.8 36.4

65-80 tahun 17 40.5 208.5 141.5 152.1 39.3

Total 42 100

p value 0.528 0.234 0.622 0.420

Pendidikan

< SMA 10 23.8 228.3 157 161.5 33.9

≥ SMA 32 76.2 215.3 157.3 151.1 38.1

Total 42 100

p value 0.179 0.383 0.193 0.852

Pendapatan (Rp/bulan)

≤ 4 juta 31 73,8 217,6 157,1 154,4 37,7

> 4 juta 11 26,2 220,5 157,7 151,4 35,3

Total 42 100

p value 0.797 0.966 0.510 0.636

Besar keluarga

≤ 4 orang 32 76,2 229,6 162,4 156,1 34,6

> 4 orang 10 23,8 182,4 140,7 145,6 45

Total 42 100

p value 0.114 0.434 0.988 0.988

Pekerjaan

Belum pensiun 14 33,4 222,3 162,4 148,4 33,4

Pensiunan 28 66,6 216,4 154,7 156,1 38,9

Total 42 100

(29)

Pendapatan keluarga mempunyai peranan penting dalam memberikan efek terhadap taraf hidup keluarga. Efek disini lebih berorientasi pada kesejahteraan dan kesehatan, dimana perbaikan pendapatan akan meningkatkan tingkat gizi masyarakat (Sayogyo 1994). Sebagian besar contoh (73.8%) memiliki pendapatan keluarga kurang dari sama dengan Rp 4 juta/bulan. Rata-rata pendapatan keluarga contoh adalah Rp 4.2±1.5 juta/bulan dengan pendapatan terendah yaitu sebesar Rp 2 juta/bulan dan pendapatan tertinggi sebesar Rp 10 juta/bulan. Contoh dengan pendapatan lebih dari Rp 4 juta/bulan memiliki profil lipid (kolesterol total, trigliserida dan HDL) cenderung lebih buruk dibandingkan contoh dengan pendapatan kurang dari sama dengan Rp 4 juta/bulan. Penelitian yang dilakukan oleh Reynolds et al. (2007) menunjukkan bahwa pendapatan berhubungan dengan obesitas sentral pada laki-laki. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga semakin berisiko obesitas (Erem et al. 2004). Orang yang obes cenderung terkena dislipidemia (Janssen et al. 2004). Peningkatan pendapatan berpengaruh pada peningkatan konsumsi rumah tangga seperti makanan tinggi lemak dan konsumsi daging (WHO 2000).

Besar keluarga menururt BKKBN (1997) adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, isteri, anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama. Ukuran besarnya keluarga berkaitan dengan kejadian masalah gizi dan kesehatan. Sebagian besar contoh termasuk dalam kategori jumlah anggota keluarga ≤ 4 orang yaitu sebesar 76.2%. Rata-rata jumlah anggota keluarga contoh adalah 3±1 orang dengan jumlah anggota keluarga terkecil adalah 2 orang dan terbesar adalah 7 orang. Contoh yang memiliki jumlah anggota keluarga ≤ 4 orang memiliki kecenderungan profil lipid lebih buruk. Hal ini diduga kareda pada contoh yang tergolong dalam keluarga kecil memiliki akses terhadap konsumsi pangan yang lebih besar dibandingkan dengan contoh yang tergolong keluarga besar.

Status pekerjaan dikategorikan menjadi 2 yakni belum pensiun dan sudah pensiun. Sebesar 33.4% contoh masih dalam kategori bekerja dan sisanya 66.6% contoh tergolong sudah pensiun. Contoh dalam kategori belum pensiun atau masih bekerja cenderung memiliki profil lipid (kolesterol total, trigliserida dan HDL) yang lebih buruk dibanding contoh dengan kategori sudah pensiun. Pekerjaan seseorang mempengaruhi tingkat aktifitas fisik seseorang. Pekerjaan atau profesi yang lebih menuntut penggunaan aktifitas fisik seperti tukang bangunan, buruh, dan sebagainya tidak memacu seseorang untuk berpeluang kegemukan. Sebaliknya pada pekerjaan atau profesi yang banyak menuntut optimalisasi mental atau bekerja di belakang meja akan memacu terjadinya kegemukan pada seseorang. Menurut Muchtadi dalam Humayrah (2009), aktivitas kerja kantor yang seringkali aktivitasnya dari satu rapat ke rapat lainnya sepanjang hari kerja mengakibatkan minimnya keluaran energi sehingga dapat meningkatkan kejadian kegemukan pada seseorang.

Gaya Hidup

(30)

Aktivitas fisik dapat didefinisikan sebagai gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Berdasarkan FAO (2001), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) dan dikategorikan menjadi sangat ringan, ringan, sedang dan berat. Sebagian besar contoh yang mengalami dislipidemia memiliki aktivitas fisik yang tergolong dalam kategori sangat ringan (21.4%) dan kategori ringan (76.2%). Contoh yang memiliki aktivitas fisik kategori berat hanya sebesar 2.4%. Contoh dengan aktivitas fisik kategori sangat ringan memiliki kecenderungan profil lipid (kolesterol total dan LDL) yang lebih buruk dibandingkan contoh dengan aktivitas kategori ringan dan berat. American Heart Association (AHA) menyarankan agar orang dewasa usia 18-65 tahun melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang minimal 30 menit dan minimal 5 hari dalam seminggu atau dengan intensitas tinggi minimal 20 menit 3 hari seminggu (AHA 2007).

Kebiasaan olahraga dibagi menjadi dua kategori yakni kurang dari dan sama dengan 90 menit/minggu dan lebih dari 90 menit/minggu. Adapun jenis kegiatan olahraga yang dilakukan oleh contoh meliputi jalan kaki ringan, aerobik, badminton dan jogging. Tabel 6 menunjukkan bahwa contoh dengan kebiasaan olahraga kurang dari dan sama dengan 90 menit/minggu memiliki kecenderungan profil lipid darah (kolesterol total dan LDL) yang lebih buruk dibandingkan contoh yang memiliki kebiasaan olahraga lebih dari 90 menit/minggu. Hasil uji beda Mann-Whitney U menunjukkan bahwa rata-rata profil lipid (kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL) contoh yang memiliki kebiasaan olahraga kurang dari dan sama dengan 90 menit/minggu adalah tidak berbeda nyata dengan contoh yang memiliki kebiasaan olahraga lebih dari 90 menit/minggu.

Tabel 6 Rata-rata profil lipid contoh berdasarkan gaya hidup.

Gaya hidup contoh Contoh Rata-rata (mg/dL)

n % Kolesterol total Trigliserida LDL HDL

Aktifitas Fisik

Sangat ringan 9 21.4 236.4 124.9 168.4 39.7

Ringan 32 76.2 214.4 167.3 150.3 36.6

Berat 1 2.4 181 129 125 30

Total 42 100

Kebiasaan olahraga

≤90(mnt/minggu) 35 83.3 229.5 145.5 159.4 38.6

>90(mnt/minggu) 7 16.7 162.8 215.8 124.6 29.6

Total 42 100

p value 0.201 0.201 0.232 0.230

Kebiasaan minum alkohol

Ya 22 52.4 218.9 149.1 151.4 32.2

Tidak 20 47.6 217.8 166.3 156.0 42.5

Total 42 100

p value 0.821 0.981 0.840 0.045

Kebiasaan merokok

Ya 38 90.5 224.3 157.6 155.4 33.7

Tidak 4 9.5 162.3 153.5 136 69

Total 42 100

(31)

Kebiasaan minum alkohol dikategorikan menjadi ya dan tidak. Secara keseluruhan jumlah antara contoh yang mengkonsumsi dan tidak mengkonsumsi alkohol tidak berbeda jauh. Sebaran contoh dengan terbiasa konsumsi alkohol sebesar (52.4%). Hasil uji beda Mann-Whitney U menunjukkan bahwa nilai rata-rata profil lipid (kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL) contoh tidak berbeda nyata antara kategori kebiasaan minum alkohol (ya dan tidak).

Kebiasaan merokok dikategorikan menjadi ya dan tidak. Sebagian besar contoh memiliki kebiasaan merokok (90.5%), sisanya (9.5%) yang tidak memiliki kebiasaan merokok. Rata-rata jumlah rokok yang dihisap oleh contoh adalah 19±11 batang per harinya dengan jumlah rokok terkecil adalah 1 batang dan terbesar adalah 48 batang rokok. Contoh yang terbiasa merokok memiliki kecenderungan profil lipid (kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL) yang lebih buruk dibandingkan contoh yang tidak merokok. Hal ini mengindikasikan bahwa merokok memiliki pengaruh terhadap kecenderungan profil lipid kearah yang lebih buruk. Hasil uji beda Mann-Whitney U menunjukkan bahwa nilai rata-rata profil lipid (kecuali kolesterol HDL) contoh tidak berbeda nyata antara yang biasa dan tidak biasa merokok. Konsumsi rokok dapat meningkatkan kandungan radikal bebas didalam tubuh dan berdampak pada penurunan kadar kolesterol HDL dalam plasma.

Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi) dan pemanfaatan (utilization) zat gizi makanan. Penilaian terhadap status gizi seseorang atau sekelompok orang akan menentukan apakah orang atau sekelompok orang tersebut memiliki status gizi yang baik atau tidak (Riyadi 2001). Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat, yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.

Penilaian antropometri untuk menilai status gizi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar pinggang (LP). IMT mengindikasikan berat tubuh terhadap tinggi tubuh seseorang. IMT digunakan sebagai suatu ukuran untuk menentukan status kegemukan dan obesitas. Kelebihan pengukuran IMT adalah mudah, cepat dan tidak bersifat invasif (Gibson 2005).

Indeks massa tubuh (IMT)

(32)

Tabel 7 Kategori status gizi berdasarkan profil lipid contoh Status Gizi

(IMT)

Contoh Rata-rata (mg/dl)

n % Kolesterol total Trigliserida LDL HDL

Normal 7 16.7 212.8 146.2 159.1 35.9

Gemuk 35 83.3 219.5 159.5 152.5 37.3

Total 42 100

p value 1.00 0.860 0.421 0.368

Hasil uji beda Mann-Whitney U menunjukkan bahwa nilai rata-rata profil lipid (kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL) antar contoh gemuk dan normal adalah tidak berbeda nyata (p>0.05). Namun demikian, contoh gemuk (overweight dan obes) cenderung memiliki profil lipid darah yang lebih buruk dibandingkan dengan contoh yang memiliki status gizi normal, khususnya kadar kolesterol total dan trigliserida. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin meningkatnya IMT seseorang maka resiko memiliki profil lipid darah yang buruk semakin meningkat. Hasil ini sejalan dengan penelitian Patel (1994) dalam Hotama (2014), yang menunjukkan bahwa seseorang dengan status gizi berlebih umumnya memiliki kandungan lemak yang tinggi dalam tubuhnya sehingga dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Sejalan dengan penelitian Janssen et al. (2004) bahwa orang yang obes cenderung terkena dislipidemia.

Lingkar pinggang

Lingkar pinggang merupakan indikator yang mengukur jaringan lemak khususnya pada bagian abdominal. Lingkar pinggang (LP) lebih banyak digunakan dan memberikan hasil pengukuran yang lebih baik daripada rasio lingkar pinggang panggul (RLPP) dalam menentukan distribusi penumpukan jaringan lemak abdominal. LP berhubungan lebih kuat terhadap gangguan metabolik yang bersifat aterogenik daripada RLPP.

Lingkar pinggang dapat digunakan sebagai indikator pelengkap untuk mendeteksi risiko kesehatan pada berat normal dan berlebih (Wannamethee et al. 2005). Menurut Sonmez et al. (2003), lingkar pinggang merupakan pengukuran yang lebih mudah daripada rasio lingkar pinggang dan panggul. Pengukuran menggunakan lingkar pinggang lebih kuat sebagai prediktor CHD (Lofgren et al. 2004). Lebih lanjut dinyatakan bahwa pria cenderung memiliki LP yang lebih besar dibandingkan dengan wanita (Gibson 2005). Sebaran contoh berdasarkan kategori lingkar pinggang dan profil lipid dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kategori lingkar pinggang dan profil lipid. Lingkar

Pinggang

Contoh Rata-rata (mg/dl)

n % Kolesterol total Trigliserida LDL HDL

Normal 11 26.2 227.6 142.6 144.3 33.6

Tidak normal 31 73.8 215.1 162.5 156.9 38.3

Total 42 100

p value 0.448 0.457 0.721 0.763

(33)

Kadar trigliserida dan LDL contoh dengan lingkar pinggang tidak normal (≥90 cm) adalah lebih tinggi dari pada contoh dengan kategori lingkar pinggang normal (<90 cm). Hal ini mengindikasikan bahwa meningkatnya ukuran LP sejalan dengan meningkatnya kadar profil lipid (trigliserida dan LDL) yang semakin buruk. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Von-Eyben et al. (2003) bahwa jaringan lemak intra-abdominal berhubungan linier dengan lima faktor risiko metabolik, seperti tekanan darah sistol, tekanan darah diastol, glukosa darah, trigliserida serum, dan plasminogen activator inhibitor 1 (PAI-1) plasma. Lofgren et al. (2004) menemukan bahwa ukuran LP (waist circumference) berhubungan dengan kadar insulin, leptin, tekanan darah diastol, trigliserida plasma, dan apolipoprotein-C. Wildman et al. (2005) menemukan bahwa obesitas sentral meningkatkan risiko hipertensi, dislipidemia, diabetes dan sindrom metabolik pada pria dan wanita. Hasil uji beda Mann-Whitney U menunjukkan bahwa rata-rata profil lipid (kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL) contoh adalah tidak berbeda nyata antar contoh dengan lingkar pinggang tidak normal dan yang normal.

Dislipidemia

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL (Anwar 2004). Sebaran contoh berdasarkan profil lipid dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan profil lipid

Profil lipid Frekuensi Rata-rata (mg/dL) Nilai rujukan (mg/dL)

n %

Kolesterol total 218±59.1 <200

Normal 13 30.9 156.2±45.6

Abnormal 29 69.1 246,2±40,2

Trigliserida 157±66.4 <150

Normal 25 59.5 113.3±19.2

Abnormal 17 40.5 221.9±57.7

LDL 154±44.9 <100

Normal 2 4.8 88±8

Abnormal 40 95.2 156.9±43.5

HDL 37±19.9 >40

Normal 6 14.3 67.5±39.3

Abnormal 36 85.7 32.0±4.9

(34)

Contoh yang memiliki kadar kolesterol LDL dan HDL dalam kategori abnormal adalah sangat tinggi yaitu berturut-turut sebesar 95.2% dan 85.7%. Jika kolesterol LDL dan HDL secara terus menerus berada pada level abnormal maka dapat menyebabkan pengendapan kolesterol pada dinding pembuluh darah yang berdampak pada pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis).

Trigliserida merupakan lemak darah yang cenderung naik seiring dengan penignkatan konsumsi alkohol, berat badan dan diet tinggi gula atau lemak, serta gaya hidup tidak sehat lainnya (Maulana 2007). Rata-rata kadar trigliserida contoh adalah 157±66.4 mg/dL. Terdapat 40.5% contoh memiliki kadar trigliserida yang tidak normal.

Frekuensi Konsumsi Makanan Sumber Lemak dan Kolesterol

Frekuensi konsumsi makanan sumber lemak dan kolesterol merupakan frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan yang mengandung lemak dan kolesterol selama periode tertentu. Frekuensi makanan sumber lemak dan kolesterol dalam penelitian ini meliputi makanan dalam kelompok daging dan olahannya, minyak, susu dan hasil olahannya, jajanan (bolu, brownies, gorengan), jeroan (hati, ampela, usus, babat), telur, ikan dan kelompok Mollusca & Crustacea(cumi, kepiting, kerang). Frekuensi konsumsi pangan sumber lemak dan kolesterol yang sering dikonsumsi oleh contoh dapat dilihat pada Tabel 10.

Rata-rata frekuensi konsumsi kelompok pangan sumber lemak dan kolesterol (kecuali daging sapi, brownies, ayam KFC, usus dan cumi) contoh dengan status gizi gemuk umumnya lebih rendah dibandingkan contoh dengan status gizi normal. Hal ini mengindikasikan bahwa contoh dengan status gizi normal cenderung lebih tinggi dalam hal konsumsi pangan sumber lemak dan kolesterol dibandingkan dengan contoh gemuk.

Hal ini terjadi diduga contoh gemuk kemungkinan besar sudah mulai menyadari bahwa asupan pangan sumber lemak dan kolesterol yang berlebihan merupakan salah satu faktor penyebab kegemukan, sehingga mereka mulai mengurangi konsumsi pangan sumber tersebut. Selain itu, adanya flat-slope syndrom (Gibson 2005), yaitu menunjukkan bahwa contoh dengan status gizi gemuk memiliki sindrom ketika menceritakan jumlah pangan yang dikonsumsi adalah cenderung lebih sedikit daripada yang sebenarnya.

(35)

Tabel 10 Rata-rata frekuensi konsumsi pangan sumber lemak dan kolesterol contoh

Konsumsi pangan adalah informasi tentang jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Mengkonsumsi pangan tidak hanya penting untuk kesehatan, tetapi juga untuk kecerdasan, kekuatan, sumber energi dan pendukung pertumbuhan.

(36)

Konsumsi pangan dalam penelitian ini meliputi kelompok pangan pokok, protein hewani, protein nabati, sayuran, buah-buahan, jajanan dan lainnya (kopi, teh, softdrink dan fast food). Berikut disajikan Tabel 11 rata-rata konsumsi pangan berdasarkan status gizi (IMT) contoh.

Tabel 11 Rata rata konsumsi pangan contoh berdasarkan status gizi

Kelompok

Nasi 252±65.8 224(112.420) 264±95.4 336(112.420) 0.037

Mie 15.7±24.2 9.3(0.149) 16±5.6 9.3(9.7) 0.890

Tahu 61.9±26.1 74.7(16.112) 73.1±32.1 74.7(27.112) 0.609 Tempe 77.3±33.3 93.3(20.140) 91.4±41.0 93.3(33.140) 0.609 Sayuran

Bakwan 70.1±40.9 74(0.130) 73.9±38.3 74.7(32.112) 0.118 Bakso 22.8±14.7 25(0.66) 28.6±29.8 33.3(0.67) 0.068 Siomay 14.8±9.6 17(0.36) 14.6±10.8 22.7(0.23) 0.414 Lainnya

Kopi 137.3±58.8 169.8(0.169) 156±36.7 169.8(72.169) 0.333

Gula 2.8±4.9 0(0.48) 4±7.3 0(0.18) 0.124

Softdrink 16.8±20.6 0(0.48) 34.3±23.4 48(0.48) 0.473 KFC/Mc D 15.1±5.5 17(0.23) 13.7±5.5 11.3(6.23) 0.709 Ket: Med=median, min=minimal, max=maksimal

(37)

kangkung) serta buah-buahan cenderung lebih banyak pada contoh gemuk dibandingkan contoh normal (Tabel 11). Hal ini diduga bahwa contoh gemuk sudah menyadari bahwa makanan pokok, protein dan jajanan yang berlebih berperan terhadap terjadinya kegemukan. Sedangkan pada contoh yang memiliki status gizi normal diduga kurang peduli dalam hal konsumsi pangan karena merasa dirinya masih memiliki status gizi yang normal.

Konsumsi nasi pada contoh dengan status gizi normal memiliki asupan yang lebih tinggi (264±95.4 gram/kap/hari) dibandingkan dengan status gizi gemuk (252±65.8 gram/kap/hari). Hal ini menunjukan bahwa konsumsi pangan pokok masih didominasi oleh nasi yaitu dengan rata-rata sebesar (254±70.3 gram/kap/hari). Hal ini diduga disebabkan oleh beras yang menjadi sumber karbohidrat utama di Indonesia dan mudah didapatkan oleh contoh.

Secara keseluruhan rata-rata asupan pangan hewani contoh adalah sebesar 120.7±114.3 gram/kap/hari dan asupan pangan nabati sebesar 143.4±62.2 gram/kap/hari (Lampiran 4). Angka ini sudah sesuai dengan anjuran pedoman giizi seimbang (PGS). Telah dijelaskan didalam PGS bahwa kebutuhan pangan hewani adalah sebesar 70-140 gram dan kebutuhan pangan nabati sebesar 100-200 gram.

Konsumsi telur pada contoh dengan status gizi normal memiliki asupan yang lebih tinggi (46.9±16.3 gram/kap/hari) dibandingkan dengan contoh gemuk (44.3±25.3 gram/kap/hari). Telur ayam memiliki rata-rata konsumsi tertinggi sebesar (44.8±23.8 gram/kap/hari).

Secara keseluruhan rata-rata asupan sayuran contoh adalah sebesar 33.0±72.7 gram/kap/hari dan asupan buah-buahan sebesar 69.7±130.9 gram/kap/hari (Lampiran 4). Angka ini masih jauh lebih rendah dari batas anjuran yang tertera dalam pedoman gizi seimbang (PGS). Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara umum menganjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan untuk hidup sehat sejumlah 400 gram perorang perhari, yang terdiri dari 250 g sayur dan 150 g buah. Bagi orang Indonesia khususnya usia remaja dan dewasa dianjurkan konsumsi sayur dan buah-buahan adalah sebesar 400-600 g perorang perhari. Sekitar dua pertiga dari jumlah anjuran konsumsi sayuran dan buah-buahan tersebut adalah porsi sayur.

Daun singkong memiliki rata-rata konsumsi paling tinggi dari seluruh jenis sayuran yang dikonsumsi oleh contoh dengan IMT normal maupun gemuk (Tabel 11). Secara berturut-turut jumlah konsumsi daun singkong oleh contoh dengan status gizi normal dan gemuk yakni 10.5±5.3 gram/kap/hari dan 5.8±6.3 gram/kap/hari. Rata-rata asupan buah pada contoh gemuk adalah lebih tinggi dibandingkan contoh dengan status gizi normal. Konsumsi buah mangga pada contoh normal memiliki asupan yang lebih rendah (12.4±14.7 gram/kap/hari) dibandingkan dengan contoh gemuk (36.2±66.8 gram/kap/hari). Hal ini diduga bahwa contoh dengan status gizi gemuk telah merubah pola konsumsinya ke arah yang lebih baik.

(38)

nasional perilaku konsumsi makanan berisiko pada penduduk usia ≥10 tahun yaitu konsumsi makanan berlemak sebesar 40.7%.

Asupan Energi dan Zat Gizi serta Tingkat Kecukupannya

Kecukupan gizi merupakan suatu taraf asupan (intake) berbagai jenis pangan yang diharapkan dapat memenuhi kecukupan zat gizi seseorang untuk dapat hidup sehat dan aktif. Tingkat kecukupan gizi masing-masing individu berbeda disesuaikan dengan umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan seseorang. Pada Tabel 12 disajikan rata-rata asupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh berdasarkan status gizi (IMT).

Tabel 12 Rata-rata asupan energi dan zat gizi contoh berdasarkan status gizi

Zat Gizi Status gizi Rata-rata p value

≤300 300.2±91.6 ≤300 285.3±100.2 ≤300 0.564

Serat

Energi berfungsi sebagai sumber tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu, dan kegiatan fisik. Secara keseluruhan, rata-rata asupan energi contoh adalah sebesar 1812±337.5 Kal/hari. Hasil ini sesuai dengan angka rata-rata asupan kalori per kapita per hari Provinsi DKI Jakarta, yaitu sebesar 1812.9 Kal/kap/hari (Susenas 2013).

(39)

2005), yaitu menunjukkan bahwa contoh dengan status gizi gemuk memiliki sindrom ketika menceritakan jumlah pangan yang dikonsumsi adalah cenderung lebih sedikit daripada yang sebenarnya. Selain itu, contoh gemuk kemungkinan besar sudah mulai menyadari bahwa asupan yang berlebihan merupakan salah satu faktor penyebab kegemukan, sehingga mereka mulai mengurangi konsumsi pangannya. Hal ini lebih lanjut berdampak pada tingkat kecukupan energi pada contoh gemuk (79.5%) adalah lebih rendah daripada contoh normal (89.3%) meskipun secara statistik tidak nyata perbedaannya (Tabel 13).

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan status gizi.

Jika dibandingkan antara tingkat kecukupan energi yang dihitung berdasarkan AKG dengan kecukupan energi berdasarkan kebutuhan aktual contoh maka proporsi tingkat kecukupan energi defisit lebih banyak (66.7%) pada perhitungan berdasarkan AKG. Sebaliknya, terdapat 16.7% contoh yang termasuk dalam kategori tingkat kecukupan energi berlebih pada perhitungan berdasarkan kebutuhan aktual dan tidak ada jika berdasarkan AKG. Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan rata-rata profil lipid disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran contoh berdasrkan tingkat kecukupan energi dan profil lipid

Tingkat kecukupan energi

Total Rata-rata (mg/dL)

n % Kolesterol total Trigliserida LDL HDL

(40)

Tingkat kecukupan protein

Protein terdiri dari asam-asam amino. Protein berfungsi terutama sebagai katalisator, pembawa, penggerak, pengatur, ekspresi genetik, neurotransmitter, penguat struktur, penguat imunitas dan untuk pertumbuhan (WHO 2000). Berdasarkan Tabel 12 bahwa rata-rata asupan protein contoh secara keseluruhan adalah sebesar 80±17.5 gram/hari. Hasil adalah ini lebih tinggi daripada rata-rata asupan protein per kapita per hari Provinsi DKI Jakarta, yaitu sebesar 58.73 g/kap/hari (Susenas 2013).

Contoh yang memiliki status gizi gemuk memiliki rata-rata asupan protein (75.9±16.3 gram/hari) yang lebih rendah daripada contoh normal (84,1±18.6 gram/hari). Lebih lanjut dapat dilihat bahwa contoh gemuk memiliki tingkat kecukupan protein ( 119.0%) yang lebih rendah daripada contoh normal (146.1%) meskipun secara statistik tidak berbeda nyata (Tabel 12).

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan protein dan status gizi. Jika tingkat kecukupan protein yang dihitung berdasarkan AKG dibandingkan dengan tingkat kecukupan protein yang dihitung berdasarkan kebutuhan aktual contoh, maka sebaran contoh yang berada pada kategori tingkat kecukupan protein defisit lebih banyak (21.5%) pada perhitungan berdasarkan kebutuhan aktual contoh (Tabel 15), sedangkan untuk kategori tingkat kecukupan protein normal lebih rendah (33.3%) dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan AKG. Kategori tingkat kecukupan protein yang lebih, presentase lebih banyak ditunjukkan pada perhitungan tingkat kecukupan protein berdasarkan kebutuhan aktual contoh (45.2%). Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan protein dan rata-rata profil lipid disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein dan profl lipid Tingkat kecukupan

(41)

adalah lebih buruk pada contoh dengan kategori tingkat kecukupan protein defisit ringan dan lebih meskipun secara uji statistik tidak berbeda nyata (Tabel 16).

Tingkat kecukupan lemak

Lemak (lipid) merupakan komponen struktural dari semua sel-sel tubuh. Lemak terdiri dari trigliserida, fosfolipid dan sterol yang masing-masing mempunya fungsi khusus bagi kesehatan manusia. Kontribusi energi dari lemak sebaiknya 35% pada anak usia 1-3 tahun, 30% pada usia 4-18 tahun dan 25% pada orang dewasa (Kemenkes 2014).

Secara keseluruhan rata-rata asupan lemak contoh adalah sebesar 40.7±12.5 gram/hari. Asupan lemak yang berlebihan dapat mengakibatkan peningkatan trigliserida, kolesterol total dan LDL total. Risiko kesehatan seperti aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular dapat timbul akibat asupan lemak yang tinggi. Tingkat kecukupan lemak pada contoh gemuk (63.6%) adalah lebih rendah daripada contoh normal (70.8%) meskipun secara statistik tidak berbeda nyata (Tabel 12). Pada Tabel 17 disajikan sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan lemak dan status gizi.

Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan lemak dan status gizi.

Tingkat kecukupan

lemak

Tk.Kec AKG

Total Tk.Kec Aktual Total

Gemuk Normal Gemuk Normal

Jika tingkat kecukupan lemak yang dihitung berdasarkan AKG dibandingkan dengan tingkat kecukupan lemak yang dihitung berdasarkan kebutuhan aktual contoh, maka hasilnya adalah relatif sama antara total contoh yang memiliki tingkat kecukupan lemak pada kategori cukup dan lebih (Tabel 17). Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan lemak dan rata-rata profil lipid disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak dan profil lipid Tingkat

kecukupan lemak

Total Rata-rata (mg/dL)

n % Kolesterol total Trigliserida LDL HDL

(42)

Secara umum (tanpa membedakan status gizi ) rata-rata kadar kolesterol total dan trigliserida pada contoh dengan kategori tingkat kecukupan lemak cukup adalah lebih buruk (masing-masing 225.5 mg/dL dan 161.3 mg/dL) daripada kategori lebih. Adapun rata-rata kadar LDL dan HDL masing-masing adalah lebih buruk pada contoh dengan kategori tingkat kecukupan lemak cukup meskipun secara uji statistik tidak berbeda nyata (Tabel 18).

Tingkat kecukupan karbohidrat

Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi makro. Karbohidrat ada yang dapat dicerna oleh tubuh sehingga menghasilkan energi, dan ada pula karbohidrat yang tidak dapat dicerna yang berguna sebagai serat makanan. Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi sel, termasuk sel-sel otak yang tergantung pada suplai karbohidrat dalam bentuk glukosa. Kekurangan glukosa (hipoglikemia) dapat menyebabkan pingsan, sementara bila kelebihan glukosa dapat menimbulkan hiperglikemia yang bila berlangsung terus menerus meningkatkan risiko penyakit diabetes (Mahan dan Escott-Stump 2008). Pada Tabel 19 disajikan sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan karbohidrat dan status gizi.

Secara keseluruhan rata-rata asupan karbohidrat contoh adalah sebesar 381.1±215.5 gram/hari. Tingkat kecukupan karbohidrat pada contoh gemuk (120.2%) adalah lebih tinggi daripada contoh normal (108.1%) meskipun secara statistik tidak berbeda nyata (Tabel 12).

Anjuran kisaran zat gizi makro bagi penduduk Indonesia dalam estimasi kecukupan gizi untuk zat gizi karbohidrat sebesar 40-60% energi karbohidrat (Kemenkes 2014). Jika tingkat kecukupan karbohidrat yang dihitung berdasarkan AKG dibandingkan dengan tingkat kecukupan karbohidrat berdasarkan kebutuhan aktual contoh, maka sebaran contoh yang berada pada kategori cukup lebih banyak (33.3%) pada perhitungan berdasar kebutuhan aktual contoh. Secara keseluruhan sebaran contoh lebih banyak terdapat pada kategori tingkat kecukupan karbohidrat berlebih.

Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan karbohidrat dan status gizi.

Tingkat kecukupan karbohidrat

Tk.Kec AKG

Total Tk.Kec Aktual Total

Gemuk Normal Gemuk Normal

(43)

Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat dan profil lipid

TK. KH

(AKG)

Total Rata-rata (mg/dL)

(Keb.

Ket: KT=Kolesterol total, TG=Trigliserida

Pada Tabel 20 dapat dilihat sebaran contoh yang dihitung berdasarkan AKG dan kebutuhan aktual contoh tanpa membedakan status gizi normal dan gemuk sesuai dengan kategori tingkat kecukupan karbohidrat dan rata-rata profil lipid. Pada perhitungan tingkat kecukupan berdasar AKG, rata-rata profil lipid (kecuali trigliserida) memiliki kecenderungan lebih buruk pada conoth dengan kategori tingkat kecukupan karbohidrat lebih. Namun pada perhitungan tingkat kecukupan berdasarkan kebutuhan aktual, rata-rata profil lipid (kecuali HDL) memiliki kecenderungan lebih buruk pada kategori tingkat kecukupan karbohidrat cukup meskipun sebagian besar secara uji statistik tidak berbeda nyata. Adapun rata-rata kadar koleesterol total berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat (menurut AKG). Pada contoh dengan kategori lebih (223.2 mg/dL) adalah nyata lebih buruk daripada kategori cukup (155.3 mg/dL).

Asupan kolesterol

Kolesterol membentuk empedu yang berfungsi dalam pencernaan dan penyerapan lemak. Kolesterol diproduksi dalam tubuh terutama oleh hati, jika produksi kolesterol berlebihan bisa meningkatkan risiko penyumbatan pembuluh arteri. Kolesterol banyak terdapat dalam daging, organ dalam (jeroan), otak, dan kuning telur menurut Duyff (1998); Leeds dan Gray (2001) dalam (Kemenkes 2014).

Secara keseluruhan rata-rata asupan kolesterol contoh adalah sebesar 285,3±100,2 mg/hari. Asupan kolesterol pada contoh gemuk sebesar 270.4±108.7 mg/hari adalah lebih rendah daripada contoh normal yakni 300.2±91.6 mg/hari (Tabel 12). Hal ini diduga bahwa contoh dengan IMT gemuk sudah memahami dan mulai merubah pola konsumsinya kearah yang lebih baik dengan mengurangi asupan makanan sumber kolesterol. Almatsier (2006) menyatakan bahwa asupan kolesterol yang dianjurkan adalah ≤300 mg sehari. Hal ini mengindikasikan secara umum kadar kolesterol contoh sudah hampir medekati batas atas anjuran aman konsumsi kolesterol setiap harinya. Pada Tabel 21 disajikan sebaran contoh berdasarkan kategori asupan kolesterol dan status gizi.

(44)

Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan kategori asupan kolesterol dan status gizi.

Secara keseluruhan asupan kolesterol contoh dalam kategori cukup (66.6%) dan kategori lebih (33.3%). Kolesterol berlebih (hiperkolesterolemia) akan menimbulkan masalah terutama pada pembuluh darah jantung dan otak. Hiperkolesterolemia dapat meningkatkan resiko terkena penyakit kardiovaskular. Almatsier (2006) menyatakan bahwa kadar kolesterol dipengaruhi oleh asupan lemak, karbohidrat dan protein karena ketiga zat gizi ini dapat menjadi asetil KoA yang merupakan bahan pembentuk kolesterol dalam tubuh.

Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan asupan kolesterol dan rata-rata profil lipid

Asupan kolesterol Total Rata-rata (mg/dL)

n % Kolesterol total Trigliserida LDL HDL

Cukup (≤300 mg/ hari)

Lebih (>300 mg/hari)

28

Secara umum (tanpa membedakan status gizi ) rata-rata kadar kolesterol total dan LDL pada contoh dengan kategori asupan kolesterol cukup adalah lebih buruk masing 220.3 mg/dL dan 156.6 mg/dL) daripada kategori lebih (masing-masing 214.5 mg/dL dan 147.6 mg/dL). Adapun rata-rata kadar trigliserida dan HDL masing-masing adalah lebih buruk pada contoh dengan kategori angka asupan kolesterol lebih dibandingkan dengan yang cukup meskipun secara uji statistik tidak berbeda nyata (Tabel 22).

Asupan serat

Serat diperlukan oleh manusia agar dapat hidup sehat. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia. Serat memperlama masa transit makanan dalam organ pencernaan (memperlama rasa kenyang). Serat pangan yang umumnya terdapat dalam buah, kacang, dan sereal berfungsi untuk memperlambat penyerapan glukosa, kolesterol dan garam empedu di dalam usus halus, sehingga menurunkan kadar gula dan kolesterol darah (Kemenkes 2014).

(45)

(2011) juga menemukan bahwa asupan serat pangan rata-rata orang dewasa masih dalam kategori kurang, yaitu sebesar 13.4-14.9 g/kap/hari.

Seluruh contoh (100%) dalam penelitian ini memiliki asupan serat dalam kategori kurang (<25 gram/hari) dengan rata-rata asupan serat 10±4.1 gram/kap/hari. Telah dijelaskan secara deskriptif bahwa asupan sayur dan buah-buahan contoh pada penelitian ini masih belum sesuai dengan anjuran pedoman gizi seimbang yakni 400-600 gram/hari bagi orang dewasa di Indonesia (Lampiran 4). Hal ini mengindikasikan bahwa contoh masih kurang mengkonsumsi buah dan sayur yang merupakan pangan sumber serat. Menurut Mahan dan Escott-Stump (2008) asupan serat, asupan kolesterol dari pangan dan aktivitas fisik juga dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah.

Hubungan antar Variabel

Hubungan karakteristik dengan konsumsi pangan contoh

Hasil uji korelasi Spearman, tidak terdapat hubungan yang nyata (p>0,05) antara karakteristik contoh (usia, pendidikan, pendapatan, besar keluarga, dan pekerjaan) dengan konsumsi pangan contoh (tingkat kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat, serat dan asupan kolesterol). Namun demikian secara deskriptif dapat dijelaskan bahwa contoh dengan kategori karakteristik (30-49 tahun, tingkat pendidikan ≤ SMA, tingkat pendapatan ≤ Rp4 juta/bulan, anggota keluarga ≤4 orang dan status pekerjaan pensiunan) memiliki kecenderungan konsumsi pangan (tingkat kecukupan energi dan zat gizi) sedikit lebih tinggi. Hasil uji ditampilkan pada Lampiran 8.

Hubungan karakteristik dengan gaya hidup contoh

Berdasarkan uji korelasi Spearman, tidak terdapat hubungan yang nyata (p>0,05) antara karakteristik contoh (usia, pendidikan, pendapatan, besar keluarga, dan pekerjaan) dengan gaya hidup contoh (aktivitas fisik, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, dan kebiasaan minum alkohol). Hal ini diduga karena homogenitas yang terlalu tinggi pada contoh, seperti yang telah dijelaskan secara deskriptif pada bagian sebelumnya yakni sebagian besar contoh memiliki aktivitas fisik, kebiasaan olahraga, dan minum alkohol yang relatif sama.

Gambar

Gambar 1.  Karakteristik contoh: 
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
Tabel 2 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik
Tabel 4 Pengkategorian data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kepala Desa/Lurah melaksanakan Pendaftaran Orang Asing yang telah pindah ke luar negeri sebagaimana dimaksud pada huruf Y angka 5 dilakukan dengan cara petugas registrasi mencatat

Telekomunikasi, Tbk Wilayah Telkom Bandung dapat memberikan talent management yang lebih baik lagi kepada karyawannya dan membuat karyawan nyaman dengan pekerjaannya

Alasan peneliti melakukan penelitian di PT Pan Pacific Insurance, karena dengan semakin gencar dan meningkatnya penjualan produk Asuransi Kendaraan Bermotor pada perusahaan ini,

9 Grafik hasil pengujian dua unit EFT (B) yang diparalelkan dengan tiga unit EFT 110 LHD yang disusun seri memperlihatkan efisiensi BBM berkisar 4% sampai dengan 28%

[r]

Pada rangkaian ini, logam dicelupkan dalam larutan CUSO 4 , dan logam seng dicelupkan pada larutan ZnSO 4 , dimana kedua elektroda dihubungkan dengan voltmeter, yang berfungsi untuk

Penyebaran informasi dan promosi dari suatu wedding organizer semakin dibutuhkan agar wedding organizer tersebut dikenal atau diketahui oleh masyarakat. Karena semakin wedding

6 Mengingat masa lalu membuat Saya merasa bahagia dengan berbagai hal yang telah saya capai dalam hidup ini. SS S N TS