• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Beban dan Kapasitas Kerja pada Proses Produksi Nanas Kaleng di PT GGP Lampung Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Beban dan Kapasitas Kerja pada Proses Produksi Nanas Kaleng di PT GGP Lampung Tengah"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BEBAN DAN KAPASITAS KERJA PADA PROSES

PRODUKSI NANAS KALENG DI PT GGP

LAMPUNG TENGAH

MUHAMMAD RIZKI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Beban dan Kapasitas Kerja pada Proses Produksi Nanas Kaleng di PT GGP Lampung Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing Dr Ir M Faiz Syuaib MAgr dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

Muhammad Rizki

(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD RIZKI. Analisis Beban dan Kapasitas Kerja pada Proses Produksi Nanas Kaleng di PT GGP Lampung Tengah. Dibimbing oleh M FAIZ SYUAIB.

Buah nanas merupakan salah satu buah tropis yang terdapat di Indonesia. Buah nanas dapat dikonsumsi langsung, diolah atau dikemas didalam kemasan kaleng. PT GGP merupakan perusahaan pengolahan nanas dalam kaleng. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi beban kerja dan laju konsumsi energi dalam kegiatan produksi nanas kaleng. Berdasarkan beban kerja dan laju konsumsi energi dapat diketahui kapasitas ideal pekerja. Beban kerja dan laju konsumsi energi dianalisis berdasarkan pengukuran denyut jantung pekerja. Subjek yang diamati berjumlah 40 orang yang berumur antara 19 sampai 48 tahun. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini terdapat 22 elemen kerja dalam proses produksi nanas kaleng. Energi yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 nanas kaleng adalah sebesar 0.7144 kkal. Elemen kerja yang dikerjakan secara manual memiliki laju konsumsi energi lebih besar dibandingkan dengan yang dikerjakan oleh mesin. Semakin besar laju konsumsi energi maka kapasitas ideal yang dihasilkan akan semakin rendah. Kapasitas terbesar terdapat pada elemen kerja Preparasi (Pr), sedangkan kapasitas terkecil dimiliki oleh elemen kerja Susun Nampan (SN). Berdasarkan kapasitas ideal per orang dari setiap elemen kerja dengan analisis beban kerja diperoleh jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi 250,000 nanas kaleng / hari adalah sebanyak 315 orang.

Kata kunci: beban kerja, kapasitas kerja, laju konsumsi energi, nanas kaleng

ABSTRACT

MUHAMMAD RIZKI. Analysis of Workload and Work Capacity on The Production Process of Canned Pineapple in PT GGP Central of Lampung. Supervised by M FAIZ SYUAIB.

Pineapple is a tropical fruit that widely planted and consumed in Indonesia. Pineapple can be consumed directly as fresh fruit or as processed as canned product. PT GGP is canned pineapple processing company. The purpose of this study was to identify the workload and the rate of energy consumption in the production of canned pineapple. Based on the workload and energy consumption rate, ideal capacity of workers had been determined. Workload and rate of energy consumption were analyzed by measuring the heart rate of fourty workers aged between 19 until 48 years old. There were 22 work elements in the process of canned pineapple production were identified. The energy consumption to produce one pineapple can is 0.7144 kcal. The work elements had done manually have a greater rate of energy consumption than those done by machine. The highest capacity is Preparation (Pr) whereas the smallest capacity is Susun Nampan (SN). Based on ideal capacity per person of each element with workload analysis, the totals workers to produce 250,000 pineapple cans / day are 315 peoples

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

pada

Departemen Teknik Mesin dan Bioisistem

ANALISIS BEBAN DAN KAPASITAS KERJA PADA PROSES

PRODUKSI NANAS KALENG DI PT GGP

LAMPUNG TENGAH

MUHAMMAD RIZKI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Beban dan Kapasitas Kerja pada Proses Produksi Nanas Kaleng di PT GGP Lampung Tengah

Nama : Muhammad Rizki NIM : F14100016

Disetujui oleh

Dr Ir M Faiz Syuaib MAgr Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Desrial MEng

Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah ergonomika dengan judul Analisis Beban dan Kapasitas Kerja pada Proses Produksi Nanas Kaleng di PT GGP Lampung Tengah.

Dengan selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua yang selalu memberikan doa, dorongan, semangat. Dan kasih sayangnya hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Kakak-kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan bantuannya selama menyelesaikan skripsi 2. Dr Ir M Faiz Syuaib MAgr selaku dosen pembimbing yang selalu

memberikan bimbingan selama melakukan penelitian dan hingga tesusunnya skripsi ini.

3. Dr Nanik Purwanti STP MSc dan Dr Liyantono STP MAgr selaku dosen penguji atas masukan-masukan yang diberikan.

4. Ir Puguh Budi Wirajaya dan Bapak Zarkasih STP dan PT GGP yang telah memberikan izin melakukan penelitian dan membantu selama melakukan penelitian

5. Agustian Muarif, Arnal Novistiara dan Rifan Bachtiar teman-teman satu bimbingan yang telah membantu selama penelitian

6. Teman-teman seperjuangan Teknik Mesin dan Biosistem angkatan 47 atas kebersamaannya selama di bangku kuliah.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak sebagai upaya perbaikan selanjutnya, serta penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Maret 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Pengalengan Buah Nanas 2

Ergonomika 3

Beban Kerja 3

Kapasitas Kerja 4

METODE 5

Tempat dan Waktu Penelitian 5

Bahan dan Alat 5

Subjek Penelitian 5

Metode Penelitian 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Elemen Kerja Produksi Nanas Kaleng 10

BME (Basal Metabolic Energy) 13

Kalibrasi Subjek Penelitian 15

Tingkat Kejerihan 18

Laju Konsumsi Energi 19

Kapasitas Kerja 21

Distribusi Tenaga Kerja Berdasarkan Analisis Beban Kerja 22 Perbandingan Tenaga Kerja Berdasarkan Analisis Waktu Baku dan Analisis

Beban Kerja 23

SIMPULAN DAN SARAN 24

Simpulan 24

Saran 25

(10)

DAFTAR TABEL

1 Kategori tingkat beban kerja berdasarkan IRHR 4

2 Konversi laju konsumsi O2 (ml/menit) berdasarkan luas permukaan

tubuh 7

3 Definis masing-masing elemen kerja 13

4 Karakteristik fisik dan nilai BME masing-masing pekerja 14

5 Nilai IRHR dan WEC pada saat atep-test 16

6 Persamaan korelasi nilai IRHR terhadap WECsaat step-test 17 7 Energi per kaleng masing-masing elemen kerja 21 8 Perbandingan jumlah tenaga kerja berdasarkan analisis waktu baku dan

analisis beban kerja 23

DAFTAR GAMBAR

1 Tahapan proses pengalengan nanas 3

2 Tahapan penelitian 6

3 Alur produksi nanas kaleng 10

4 Grafik denyut jantung subjek C2 saat step-test 15 5 Grafik hubungan IRHRdengan WEC p pada saat step-test subjek F1 17 6 Grafik tingkat kejerihan berdasarkan nilai IRHR pada masing-masing

elemen kerja 19

7 Grafik laju konsumsi energi pada masing-masing elemen kerja 20 8 Grafik kapasitas kerja masing-masing elemen kerja 22 9 Alokasi tenaga kerja berdasarkan kapasitas dan target produksi

pendekatan konsumsi energi 22

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nilai IRHR pekerja 26

2 Laju konsumsi energi masing-masing pekerja 27

3 Nilai AKG 28

4 Human Out dan Capacity 29

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah negara penghasil buah-buah tropis yang memiliki keragaman dan keunggulan cita rasa yang baik. Salah satu komoditas buah tropis yang terdapat di Indonesia adalah buah nanas. Setelah pemanenan biasanya buah nanas dijual atau dikonsumsi langsung dalam bentuk buah segar, diolah menjadi berbagai aneka makanan dan dikemas dalam kemasan buah dalam kaleng. PT GGP merupakan perusahaan pengolahan buah nanas dengan produk berupa nanas kaleng. PT GGP telah mengekspor nanas lebih dari ke-50 negara dan menyuplai 15-20% total kebutuhan nanas dunia, 40% diantaranya ke Eropa, 35% ke Amerika Utara, dan 25% lainnya ke Asia Pasifik (Didin dan Sobir 2009).

Pada proses produksi nanas kaleng terdapat karakteristik pekerjaan seperti kecepatan, ketepatan dan safety dimana karateristik pekerjaan tersebut berkaitan dengan tuntutan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan, maka untuk memenuhi tuntutan pekerjaan tersebut terdapat manusia sebagai operator atau pekerja yang juga memiliki karakteristik seperti karakteristik fisik, fisiologis dan psikologis dimana masing-masing individu memiliki karakter yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dibutuhkan kesesuaian ergonomis antara karakteristik kerja dengan karakteristik manusia untuk mendapatkan produktivitas yang optimal.

Ergonomika sebagai salah satu bidang ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dengan pekerjaan serta lingkungan kerjanya. Ergonomika dapat diterapkan pada suatu industri sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja. Ergonomi memiliki beberapa cabang ilmu yang dapat menganalisa pengaruh faktor manusia, alat kerja dan lingkungan kerja. Beberapa cabang ilmu tersebut diantaranya yaitu studi gerak, waktu dan beban kerja. Pada penelitian ini, dilakukan pengkajian terhadap karakteristik fisik manusia dengan parameter denyut jantung dari pekerja dalam melakukan proses produksi nanas kaleng. Berdasarkan analisis denyut jantung tersebut dapat diketahui tingkat beban dan kapasitas kerja dari pekerja dalam melakukan kerja, serta bagaimana kesesuaian tuntutan produktivitas yang diharapkan.

Perumusan Masalah

(12)

2

Tujuan Penelitian

Tujuan dari peneltian ini adalah:

1. Mengindentifikasi alur dan elemen kerja proses produksi nanas kaleng. 2. Menentukan tingkat kejerihan masing-masing elemen kerja pada proses

produksi nanas kaleng.

3. Menentukan laju konsumsi energi pekerja pada elemen kerja proses produksi nanas kaleng.

4. Menentukan total kebutuhan energi pekerja per unit produksi nanas kaleng. 5. Menentukan kapasitas kerja ideal untuk masing-masing elemen kerja. 6. Menentukan kebutuhan tenaga kerja pada setiap elemen kerja sesuai dengan

target produksi.

7. Mendesain jumlah dan distribusi tenaga kerja pada setiap elemen kerja untuk mencapai produktivitas optimum.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan kontribusi berupa data mengenai laju konsumsi energi pada proses produksi nanas kaleng ukuran A2 (berat bersih 420 gram). Selain itu, dapat diketahui beban kerja dan kapasitas kerja ideal pekerja pada masing-masing elemen kerja yang berdampak langsung pada peningkatan produktivitas perusahaan.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian dibatasi pada permasalahan yang dibahas yaitu: 1. Proses pengolahan yang dimaksud adalah proses produksi nanas kaleng dari

proses penumpahan buah nanas di rak bin dumper hingga proses penyimpanan nanas kaleng di warehouse.

2. Analisis laju konsumsi energi dan beban kerja pada aktivitas pengolahan nanas menjadi nanas kaleng.

3. Desain dan distribusi pekerja pada masing-masing elemen kerja yang terdapat pada proses produksi nanas kaleng

TINJAUAN PUSTAKA

Pengalengan Buah Nanas

(13)

3

Ergonomika

Intenational Ergonomics Association (IEA) mendefinisikan ergonomika sebagai suatu disiplin ilmu yang difokuskan pada hubungan antara manusia dengan elemen lain pada suatu sistem dan kontribusinya terhadap desain, pekerjaan, produk, dan lingkungan dengan tujuan untuk menyelaraskan terhadap kebutuhan, kemampuan dan keterbatasan manusia. Menurut Syuaib (2003) ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dengan alat, metode, dan lingkungan dimana mereka melakukan aktivitas agar tercapai kesesuaian yang optimal. Sanders (1993) menyatakan bahwa tujuan ergonomi adalah untuk meningkatkan performansi seluruh sistem kerja dan mengurangi ketegangan pekerja selama melaksanakan pekerjaan tersebut dengan cara menganalisa pekerjaan, lingkungan kerja dan interaksi manusia dengan mesin. Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja, serta meningkatkan variasi pekerjaan. Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, serta desain status kerja untuk alat peraga visual. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja. Adapula contoh lain seperti desain suatu perkakas kerja (handstools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendalian agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimunkan resiko kesalahan, sehingga didapatkan optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat metode kerja yang kurang tepat (Nurmianto 2004).

Beban Kerja

Menurut Syuaib (2003), terdapat dua macam terminologi beban kerja, yaitu beban kerja kuantitatif dan beban kerja kualitatif. Beban kerja kuantitatif adalah besarnya total energi yang dikeluarkan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas dengan parameter TEC (Total Energy Cost), BME (Basal Metabolic Energy), dan WEC (Work Energy Cost). TEC adalah total laju konsumsi energi seseorang untuk melakukan aktivitas. BME adalah laju konsumsi energi seseorang untuk menjalankan proses metabolisme. WEC adalah laju konsumsi energi

Pemanenan

(14)

4

seseorang saat melakukan kerja atau dengan kata lain respon energi dari tubuh kita terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang.

Beban kerja kualitatif adalah suatu indeks yang mengindikasikan berat atau ringan suatu pekerjaan dirasakan oleh seseorang. Parameter yang digunakan adalah IRHR(Increase Ratio of Heart Rate). IRHR adalah indeks perbandingan relatif denyut jantung (HR) seseorang saat melakukan suatu aktivitas terhadap denyut jantungnya saat beristirahat (Syuaib 2003).

Tabel 1 Kategori tingkat beban kerja berdasarkan IRHR

Kategori Nilai IRHR

Ringan 1.00 < IRHR < 1.25

Sedang 1.25 < IRHR < 1.50

Berat 1.50 < IRHR < 1.75

Sangat berat 1.75 < IRHR < 2.00 Luar biasa berat 2.00 <IRHR

Sumber : Syuiab (2003)

Semakin besar beban kerja dalam melakukan suatu pekerjaan ditandai dengan kebutuhan energi yang semakin besar. Sistem pernafasan akan bergerak lebih cepat, kebutuhan oksigen meningkat, HR akan semakin cepat dan terjadi peningkatan panas pada seluruh tubuh. Kebutuhan bahan bakar bagi tubuh untuk melakukan gerak disalurkan oleh darah melalui pembuluh-pembuluh darah ke seluruh bagian tubuh. Hal ini berarti meningkatkan kerja jantung untuk memenuhi kebutuhan tersebut. HR yang tinggi diikuti oleh konsumsi oksigen yang rendah biasanya akan menunjukan kelelahan pada otot, terutama untuk pekerjaan statis (Sanders & Mc Cormick 1993).

Kapasitas Kerja

Menurut ilmu ergonomika, kerja diartikan sebagai suatu aktivitas untuk menghasilkan sesuatu. Manusia menggunakan otot hampir untuk seluruh jenis pekerjaan, otot manusia sendiri memerlukan energi untuk melakukan kerja fisik. Energi yang diperlukan otot untuk melakukan kerja berasal dari proses oksidasi glukosa yang terjadi di dalam tubuh. Konsumsi oksigen akan meningkat secara linier sesuai dengan beban kerja yang dialami. Hal ini menunjukkan bahwa semakin berat beban kerja yang dialami maka akan semakin meningkat penyerapan oksigen. Menurut Sanders (1993), secara umum konsumsi 1 liter oksigen ekuivalen dengan konsumsi tenaga sebesar 5 kkal. Pengukuran beban kerja fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi cara yang termudah adalah pengukuran denyut jantung. Menurut Bridger (2003), denyut jantung meningkat sesuai dengan fungsi dari beban kerja dan konsumsi oksigen.

(15)

5

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Agustus 2014. Pengambilan data dilakukan di PT GGP Lampung Tengah dan pengolahan data dilakukan di Laboratorium Ergonomika, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.

Bahan dan Alat

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi Heart Rate Monitor

(HRM), Heart Rate Monitor Interface, bangku step-test, digital metronome, stop watch, time study sheet, video recorder, timbangan, meteran, alat tulis, perangkat komputer, dan beberapa perlengkapan pendukung.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian berjumlah 40 orang yang terdiri dari 5 pria dan 35 wanita yang berusia antara 19 – 48 tahun. Subjek pada penelitian ini mewakili seluruh pekerja yang terdapat pada alur kerja produksi nanas kaleng.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan melalui beberapa tahap. Mulai dari tahap penelitian pendahuluan, pengambilan data, pengolahan data, dan analisis. Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mengamati proses produksi nanas kaleng dari awal hingga akhir, menentukan subjek dari tiap-tiap alur kerja, dan mengatur jadwal serta mekanisme pengambilan data. Selain itu, dilakukan juga identifikasi elemen-elemen kerja pada proses produksi nanas kaleng.

Pengambilan Data

Pengambilan data penelitian dilakukan di area pabrik PT GGP. Data yang diambil adalah data denyut jantung pekerja menggunakan HRM. HRM berfungsi untuk mengukur denyut jantung pekerja selama aktivitas kerja setiap 5 detik. HRM terdiri dari bagian rubber belted electrode, sebagai sensor dan transmitter yang dilekatkan pada dada pekerja, dan bagian digital data receiver and memory,

(16)

6

60% 20%

Penelitian Pendahuluan

(observasi alur kerja, menentukan subjek, jadwal serta mekanisme pengambilan data)

Pengambilan Data

Persamaan Korelasi WECST dan IRHRST

(17)

7 a. Kalibrasi step-test

Kalibrasi step-test merupakan suatu metode untuk pengkalibrasian nilai HR, dikarenakan tiap subjek memiliki HR yang berbeda-beda. Step-test dilakukan untuk mengetahui hubungan energi yang dikeluarkan dengan perbedaan laju HR dimana subjek diberikan beban bertingkat naik turun bangku setinggi 30 cm dan diukur denyut jantungnya (Herodian 1995). Ritme kecepatan langkah diatur menggunakan digital metronome yaitu 15 langkah/menit, 20 langkah/menit dan 25 langkah/menit. Kegiatan step-test dilakukan selama 1 jam dimana pada masing-masing frekuensi step-test dilakukan selama 5 menit kemudian diselingi istirahat selama 5 - 10 menit.

b. Pengukuran pada saat aktivitas kerja

Setelah melakukan step-test, pekerja langsung melakukan aktivitas pengolahan nanas kaleng pada masing-masing elemen kerja. Lama pengukuran kurang lebih satu jam, dikarenakan dalam satu jam kerja sudah terdapat beberapa kali ulangan.

Pengolahan Data

Pengukuran beban kerja diawali dengan mengukur dimensi tubuh pekerja meliputi tinggi badan (cm) dan berat badan (kg). Karakteristik pekerja yang diamati adalah jenis kelamin, lama kerja dan umur. Berdasarkan data dimensi tubuh tersebut maka dapat diketahui luas permukaan tubuh dan energi basal (basal metabolic energy) masing-masing pekerja. Luas permukaan tubuh dapat dihitung dengan persamaan Du’ Bois (Syuaib 2003) pada Persamaan (1):

A = H 0.725 × W 0.425 × 0.007246 (1) Keterangan:

A = luas permukaan tubuh (m2) H = tinggi badan (cm)

W = berat badan (kg)

Berdasarkan perhitungan luas permukaan tubuh dapat diketahui laju konsumsi oksigen dengan menggunakan tabel konversi pada Tabel 2. Nilai BME dihitung dengan menggunakan persamaan (3).

Tabel 2 Konversi laju konsumsi O2 (ml/menit) berdasarkan luas permukaan tubuh

(18)

8

BME (kkal/menit) = o su si

i

(2) Data HR sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor personal, psikologis, dan lingkungan. Oleh karena itu, untuk menghindari subjektivitas nilai HR, maka perlu dilakukan normalisasi agar diperoleh nilai HR yang objektif. Normalisasi nilai HR dilakukan dengan membandingkan nilai HR relatif saat kerja terhadap nilai HR pada saat istirahat (Syuaib 2003). Perbandingan tersebut dirumuskan sebagai berikut:

IRHR = o

s (3) Keterangan:

HRwork = Denyut jantung saat melakukan pekerjaan (bit per min) HRrest = Denyut jantung saat istirahat (bit per min)

Nilai IRHR digunakan untuk menentukan kejerihan beban kerja secara kualitatif, selain itu, nilai IRHR juga digunakan untuk mengetahui besarnya laju konsumsi energi saat melakukan kerja. Namun, harus diketahui besarnya laju konsumsi energi pada saat step-test. Laju konsumsi energi pada saat step-test

dapat dihitung dengan Persamaan 4 (Kastaman dan Herodian 1998):

WECST =[w x g x 2f x h] / (4.2x1000) (4) Keterangan:

WECST = Work Energy Cost saat step-test (kkal/menit) w = berat badan (kg)

g = percepatan gravitasi h = tinggi bangku step-test (m) f = frekuensi step-test (siklus/menit)

4.2 = faktor kalibrasi dari joule menjadi kalori

Setelah diketahui nilai IRHR dan WEC pada saat step-test dapat dihasilkan grafik korelasi linier IRHR dan WEC. Persamaan yang dihasilkan dari grafik korelasi IRHR dan WEC adalah sebagai berikut:

Y= aX + b (5)

Keterangan: Y = IRHR

X = WEC (kkal/min)

Nilai IRHR saat melakukan kerja dimasukan kedalam persamaan korelasi maka diperoleh laju konsumsi energi pada saat melakukan kerja. Total energi yang sebenarnya dikeluarkan oleh pekerja (TEC) dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (6).

TEC = WEC+ BME (6)

Keterangan:

(19)

9

TEC = Total Energy Cost (kkal/min) BME = Basal Metabolic Energy (kkal/min)

Berat badan seseorang mempengaruhi beban kerja yang diterima. Oleh karena itu, untuk mengetahui nilai beban kerja yang sebenarnya pengaruh berat badan harus ditiadakan u TEC’. Nilai TEC’ dihitung dengan menggunakan Persamaan (7) sebagai berikut:

TEC’ = TEC / W (7)

Katerangan:

TEC’ = Total Energy Cost per Weight (kkal / kg.min) W = Berat badan pekerja (kg)

Kapasitas kerja dapat diketahui dengan mencari besarnya energi yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 nanas kaleng. Besarnya energi per kaleng dapat dicari dengan Persamaan (8) sebagai berikut:

Energi per kaleng = (ATEC / 60 detik) * Waktu Baku (8) Keterangan:

Energi per kaleng = Energi untuk memproduksi 1 nanas kaleng (kkal/kaleng) ATEC = Total laju konsumsi energi per elemen kerja (kkal/menit) Waktu Baku = Waktu untuk memproduksi 1 nanas kaleng (detik/kaleng)

ATEC didapatkan dengan merata-ratakan i i TEC’ pekerja yang terdapat pada elemen kerja yang sama s hi gg did p ATEC’ ( / g. i ). ATEC’ dikalikan dengan rata-rata berat badan pekerja yang berada pada elemen kerja yang sama sehingga akan didapatkan ATEC. Kapasitas kerja dapat dihitung dengan membagi human output capacity (energi yang tersedia untuk melakukan kerja) sebesar 20% dari nilai Angka Kecukupan Gizi (AKG) dengan energi yang dibutuhkan untuk memproduksi satu nanas kaleng. Besarnya kapasitas kerja dapat dihitung dengan Persamaan (9) sebagai berikut:

Kapasitas Kerja per Hari =

E gi p g (9) Dimana :

Kapasitas Kerja per hari = kemampuan produksi (kaleng/orang.hari)

Human Output Capacity = energi untuk melakukan kerja (kkal/hari)

Kapasitas kerja per orang per jam dapat dihitung dengan membagi kapasitas kerja per orang per hari dengan waktu kerja efektif yang terdapat pada proses produksi nanas kaleng.

Kapasitas Kerja per Jam =

W u E i (10) Dimana:

(20)

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Elemen Kerja Produksi Nanas Kaleng

Produksi nanas kaleng adalah serangkaian kegiatan yang dimulai dari penumpahan nanas di rak bin dumper sampai penyimpanan. Proses produksi nanas kaleng difokuskan pada kaleng ukuran A2 (420 gram). Elemen kerja yang terdapat pada proses produksi nanas kaleng yaitu berjumlah 22 elemen kerja dapat dilihat pada Gambar 3.

1 Feeding Conveyor (FC) 2 Preparation (Pr)

3 Peeling (Pe)

4 Cutting Crush (CC)

5 Seleksi Chunk (SC) 6 Seleksi Tidbit (STb)

(21)

11

7 Seleksi Choice (SCh)

8 Seleksi Standard (SSt)

9 Pocking (Po) 10 Susun Warna (SW)

11 Feeding Slice (FS)

12 Susun Nampan (SN)

13 Transporting (Tr)

Gambar 3 Alur produksi nanas kaleng (lanjutan)

(22)

12

15 Feeding Seamer (FeS)

16 Sortir 1 (S1)

17 Seaming (OS) 18 Cooking (OC)

19 Sortir 2 (S2) 20 Palleting Atas (PA)

21 Palleting Bawah (PB) 22 Transporting Pallet (TP)

(23)

13 Elemen kerja tersebut didefinisikan berdasarkan karakteristik kerjanya. Tujuan pendefinisian elemen kerja adalah untuk mempermudah mengetahui sekuensi kerja dari masing-masing alur kerja. Definisi dari masing-masing elemen kerja dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Definisi masing-masing elemen kerja

Elemen Kerja Definisi Lambang

Feeding Conveyor

Menumpahkan nanas ke konveyor FC

Preparation Pencucian nanas, sortasi dan grading Pr

Peeling Mengupas kulit nanas Pe

Cutting Crush Membuang bagian nanas yang memar CC

Seleksi Chunk Menyeleksi irisan nanas untuk produk chunk SC Seleksi Tidbit Menyeleksi irisan nanas untuk produk tidbit STb Seleksi Choice Menyeleski irisan nanas kriteria choice SCh Seleksi

Standard

Menyeleksi irisan nanas kriteria standard SSt

Pocking Membuang mata nanas Po

Susun Warna Menyusun irisan nanas berdasarkan

keseragaman warna SW

FeedingSlice Mengumpankan irisan nanas ke kaleng FS

Susun Nampan Menyusun nanas kaleng ke nampan SN

Transporting Memindahkan nanas dari stasiun line ke

antrian stasiun seamer

Tr

Transporting Seamer

Memindahkan nanas kaleng dari antrian

stasiun seamer ke seamer TrS

FeedingSeamer Mengumpankan nanas kedalam mesin

seamer

FeS Sortir Kaleng Mensortir kaleng rusak sebelum pemasakan S1

Seaming Operator mesin seamer OS

Cooking Operator mesin cooker OC

Sortasi kaleng Mensortir kaleng rusak sesudah pemasakan S2

Palleting atas Menyusun nanas di atas karton PA

Palleting bawah Menyusun karton diatas tumpukan nanas PB

Transporting Pallet

Memindahkan nanas ke tempat penyimpanan

TP

BME (Basal Metabolic Energy)

(24)

14

Tabel 4 Karakteristik fisik dan nilai BME masing-masing pekerja Subjek Elemen

(25)

15 lebih besar dibandingkan dengan pekerja wanita. Jumlah pekerja pada masing-masing elemen kerja berbeda. Selain itu, terdapat elemen kerja yang hanya dikerjakan oleh pria dan elemen kerja yang hanya dikerjakan wanita.

Kalibrasi Subjek Penelitian

Kalibrasi subjek penelitian dilakukan karena setiap individu memiliki perbedaan dalam melakukan suatu aktivitas kerja. Respon setiap individu terhadap suatu pengaruh kerja ataupun pembebanan tidak akan sama. Hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti keadaan fisik, mental maupun fisiologi dari individu tersebut. Tentu saja faktor-faktor tersebut juga akan mempengaruhi besarnya nilai HR. Salah satu metode yang dapat digunakan agar setiap individu dapat menghasilkan HR yang akurat adalah dengan metode step-test. Berikut ini adalah contoh grafik pengukuran HR dengan metode step-test untuk subjek C2 yang disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Grafik denyut jantung subjek C2 saat step-test

Pada Gambar 4 terlihat saat melakukan ST1 pekerja masih memiliki energi untuk menahan beban yang terjadi pada tubuhnya, kemudian HR turun secara perlahan. Namun, pada saat ST3 cekungan pada grafik terlihat tajam. Hal ini menunjukan bahwa tubuh pekerja sudah mengalami beban yang cukup besar dan jika diteruskan dapat memungkinkan terjadinya kehilangan kesadaran. Masing-masing pekerja memiliki peningkatan HR yang berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi dari masing-masing pekerja, misalnya karakteristik fisik pekerja yang meliputi umur, berat badan, tinggi subjek, dan sikap kerja dari tiap-tiap pekerja. Setelah itu, dilakukan penghitungan IRHR dan WEC pada saat step-test menggunakan Persamaan (3) dan Persamaan (4) . Nilai IRHR dan WEC pada saat melakukan step-test masing-masing pekerja dapat dilihat pada Tabel 5.

(26)

16

yang besar. Respon subjek dalam menanggapi pembebanan kerja saat step-test

tidak sama. Subjek A2 lebih bisa mengatasi pembebanan kegiatan step-test

sedangkan subjek F1 menanggapi kegiatan step-test sebagai pembebanan yang cukup tinggi.

Tabel 5 Nilai IRHR dan WECpada saat step-test

(27)

17 Berdasarkan nilai IRHR dan WEC tersebut diperoleh persamaan hubungan IRHR dan WEC. Bentuk persamaan hubungan tersebut yaitu Y = aX + b, dimana Y merupakan nilai IRHR dan X merupakan nilai WECST. Berikut contoh grafik hubungan antara IRHR dan WEC untuk subjek F1 dapat dilihat pada Gambar 5 dan persamaan korelasi nilai IRHR terhadap WEC dapat dilihat pada Tabel 6.

Gambar 5 Grafik hubungan IRHT dengan WEC pada saat step-test subjek F1 Tabel 6 Persamaan korelasi nilai IRHR terhadap WECsaat step-test

Subjek Elemen Kerja Persamaan R2

(28)

18

Tabel 6 Persamaan korelasi nilai IRHR terhadap WEC saat step-test

(lanjutan)

Subjek Elemen kerja Persamaan Korelasi R2 N1

Perbedaan nilai kenaikan IRHR terhadap beban kerja dapat dilihat dari nilai

slope yang berbeda-beda dari setiap subjek, semakin curam kemiringannya maka semakin besar perubahan nilai IRHR terhadap tingkat beban kerja (WEC). Nilai

slope (a) paling besar tedapat pada subjek C1, yaitu sebesar 0.9736. Hal ini menandakan bahwa penambahan beban step-test dari frekuensi yang berbeda menyebabkan meningkatnya nilai IRHR menjadi lebih berat dari sebelumnya. Nilai b umumnya akan mendekati angka satu. Hal ini menunjukkan nilai HR subjek saat tidak bekerja sama dengan atau mendekati HR saat dalam kondisi istirahat.

Ketika nilai x sama dengan nol menunjukan bahwa subjek dalam keadaan istirahat sehingga nilai y (IRHR) adalah sebesar b. Pada hasil hubungan kolerasi antara IRHR dan WEC diperoleh titik-titik yang mengikuti sebuah garis lurus dengan kemiringan positif. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan atau kolerasi positif yang tinggi antara IRHR dan WEC. Korelasi positif dimaksudkan bahwa semakin besar nilai x. maka akan semakin besar nilai y, begitu juga sebaliknya. Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi x terhadap variasi/keragaman. Koefisien determinasi juga dapat diartikan sebagai koefisien korelasi linier sebagai ukuran hubungan linier antara dua peubah acak x dan y. Nilai dari koefisien determinasi tersebut berkisar dari nol sampai dengan satu (0<R2<1). Jika semakin tinggi nilai koefisiennya atau mendekati 1, maka akan semakin besar persentase nilai-nilai y di antara keragamannya yang dapat dijelaskan oleh hubungan liniernya dengan variabel x.

Tingkat Kejerihan

Pengukuran tingkat kejerihan dilakukan sama seperti pada saat kegiatan

(29)

19 nilai IRHR dapat dilihat pada Lampiran 5. Nilai IRHR pada masing-masing elemen kerja ditunjukan pada Gambar 6.

Gambar 6 Grafik tingkat kejerihan berdasarkan nilai IRHR pada masing-masing elemen kerja

Berdasarkan nilai IRHR elemen kerja pada proses produksi nanas kaleng memiliki range antara 1.13 kkal/menit – 1.65 kkal/menit yang dikategorikan pekerjaan ringan sampai berat. Elemen kerja yang dikategorikan pekerjaan paling berat adalah elemen kerja SC. Elemen kerja SC memiliki karakteristik kerja mengambil irisan nanas chunk yang diiris menggunakan mesin dengan cepat sehingga pekerja pada elemen kerja ini tidak hanya dikenai beban kerja fisik dan fisiologis namun juga dikenai beban beban mental. Elemen kerja yang dikategorikan pekerjaan paling ringan adalah elemen kerja FC. Karakterisitik pekerjaan pada elemen kerja FC adalah mengoperasikan mesin konveyor sehingga pekerja hanya dikenai beban kerja mental.

Pada Gambar 6, terdapat 6 elemen kerja yang dikategorikan pekerjaan berat yaitu elemen kerja Pr, SC, STb, SW, FeS dan PB, sepuluh elemen kerja yang dikategorikan pekerjaan sedang yaitu SSt, Po, FS, SN, Tr, TrS, S1, OS, OC , TP, dan 6 elemen kerja dikategorikan pekerjaan ringan yaitu elemen kerja FC, Pe, CC, SCh, S2 dan PA dimana pada elemen kerja tersebut dikerjakan oleh mesin.

Laju Konsumsi Energi

Laju konsumsi energi merupakan besarnya energi yang dikeluarkan oleh pekerja dalam waktu tertentu. Laju konsumsi energi pada setiap elemen kerja dapat diketahui dengan mengetahui besarnya WEC. Setelah itu, TEC diperoleh dengan menjumlahkan WEC dengan BME. Berat badan dari masing-masing pekerja mempengaruhi konsumsi energinya. Oleh karena itu, untuk mengetahui

(30)

20

beban kerja yang sebenarnya diterima oleh seseorang saat melakukan aktivitas maka pengaruh berat badan harus dihilangkan. Pada dasarnya berat badan seseorang juga akan menjadi beban bagi dirinya sendiri karena berat badan mencerminkan kebutuhan oksigen yang diperlukan. Sehingga nilai TEC harus dibagi dengan berat badan yang akan menghasilkan TEC’. Laju konsumsi energi setiap pekerja dapat dilihat pada Lampiran 2, sedangkan contoh perhitungan laju konsumsi energi dapat dilihat pada Lampiran 5. Laju konsumsi energi pada masing-masing elemen kerja ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7 Grafik laju konsumsi energi pada masing-masing elemen kerja Berdasarkan Gambar 7, laju konsumsi energi pada proses produksi nanas kaleng yaitu 1.25 kkal/menit sampai 2.16 kkal/menit. Laju konsumsi terbesar dimiliki oleh elemen kerja OC yaitu sebesar 2.16 kkal/menit, sedangkan laju konsumsi energi terkecil dimiliki oleh elemen kerja Pe dan Fs yaitu sebesar 1.25 kkal/menit. Karakteristik pekerjaan pada elemen kerja OC adalah mengoperasikan mesin pemasakan yang membutuhkan konsentrasi untuk mengatur parameter-parameter suhudan produk yang akan masuk ke stasiun pemasakan. Selain itu, pekerja juga harus berpindah-pindah, dikarenakan posisi mesin yang berjauhan. Oleh sebab itu, laju konsumsi energi pada elemen kerja ini relatif besar karena pekerja pada elemen kerja ini tidak hanyak dikenai beban kerja fisik namun juga beban kerja mental. Sementara itu, pada elemen kerja Pe dan Fs karakteristik pekerjaannya yaitu mengumpankan buah nanas ke mesin peeling satu persatu namun pekerja tidak perlu memperhitungkan posisi mesin pemotong sehingga pekerja pada elemen kerja tersebut hanyak dikenai beban kerja fisik.

Setelah didapatkan laju konsumsi energi pada masing-masing elemen kerja, maka dapat dihitung konsumsi energi untuk menghasilkan satu nanas kaleng. Total konsumsi energi untuk memproduksi satu nanas kaleng dari elemen adalah sebesar 0.7144 kkal. Contoh perhitungan energi per kaleng ditunjukkan pada Lampiran 5. Energi yang dibutuhkan untuk memproduksi satu nanas kaleng pada masing-masing elemen kerja dapat dilihat pada Tabel 7.

(31)

21 Tabel 7 Energi per kaleng masing-masing elemen kerja

Elemen Kerja Waktu Baku (detik/kaleng)* Energi per Kaleng (kkal/kaleng)

FC 0.0920 0.0024

*) sumber : Novistiara (2014)

Kapasitas Kerja

Kapasitas merupakan jumlah nanas kaleng yang dapat diproduksi oleh pekerja pada setiap elemen kerja selama waktu kerja. Kapasitas kerja dapat dihitung dengan mengetahui konsumsi energi pada berbagai jenis pekerjaan, jenis makanan dan minuman yang harus disediakan untuk keperluan pengadaan energi.

Jumlah energi yang dianjurkan agar semua orang dapat hidup sehat dan beraktivitas dengan baik ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Kapasitas didapatkan dengan menggunakan besarnya energi yang dibutuhkan untuk memproduksi satu nanas kaleng dan human output capacity. Human output capacity dan contoh perhitungan kapasitas kerja pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. Kapasitas kerja pada proses produksi nanas kaleng ditujukan pada Gambar 8.

(32)

22

Gambar 8 Grafik kapasitas kerja masing-masing elemen kerja

Distribusi Tenaga Kerja Berdasarkan Analisis Beban Kerja

Perencanaan kebutuhan tenaga kerja dalam industri produksi nanas kaleng ditujukan untuk mengetahui berapa jumlah nanas kaleng yang dapat diproduksi dalam satu hari. Pada proses produksi nanas kaleng terdapat beberapa elemen kerja dimana tiap elemen kerja mempunyai karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu, untuk melakukan perencanaan tenaga kerja harus diketahui kapasitas dari tiap-tiap elemen kerja tersebut. Alokasi tenaga kerja dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Alokasi tenaga kerja berdasarkan kapasitas dan target produksi Berdasarkan Gambar 9, elemen kerja yang membutuhkan tenaga kerja paling sedikit adalah elemen kerja Pr sebanyak satu orang pekerja dikarenakan pada elemen kerja tersebut memiliki kapasitas sebesar 70,390 kaleng/jam. Sementara itu, elemen kerja yang membutuhkan tenaga kerja paling banyak

(33)

23 adalah elemen kerja SN sebanyak 34 orang dikarenakan kapasitas pada elemen kerja tersebut hanya sebesar 1,231 kaleng/jam. Elemen kerja yang berada pada stasiun yang sama memiliki jumlah tenaga kerja yang hampir sama seperti pada elemen kerja Pe, CC, SC, STb, SCh, SSt, SW yang berada pada setasiun line

nanas, elemen kerja FeS, S1 dan OS yang berada pada stasiun seamer dan elemen kerja S2, PA, PB, TP yang berda pada stasiun palleting.

Perbandingan Tenaga Kerja Berdasarkan Analisis Waktu Baku dan Analisis Beban Kerja

Pada penelitian sebelumnya, tentang studi waktu pada proses pengolahan nanas didapatkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi 250,000 nanas kaleng yaitu berjumlah 332 orang, sedangkan pada analisis beban kerja dibutuhkan 315 orang. Setiap elemen kerja memiliki karakteristik pekerjaan yang berbeda-beda tergantung tuntutan yang terdapat pada elemen kerja tersebut. Oleh karena itu, untuk pendisitribusian tenaga kerja yang optimal maka dilakukan analisis terhadap masing-masing elemen kerja sesuai dengan karakteristik-karakteristik tersebut. Perbandingan jumlah tenaga kerja berdasarkan waktu baku dengan jumlah tenaga kerja berdasarkan beban kerja dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Perbandingan jumlah tenaga kerja berdasarkan analisis waktu baku dan

(34)

24

Berdasarkan Tabel 8, kebutuhan tenaga kerja pada elemen kerja FC, Pr, Pe, dan Os baik berdasarkan analisis beban kerja maupun analisis waktu baku berjumlah sama. Hal ini menandakan karakteristik kerja dengan karakteristik manusia pada elemen kerja tersebut sesuai secara ergonomis atau tuntutan kualitas dan kuantitas produk sama pentingnya.

Pada elemen kerja Cc, Sc, Sst, Stb, Sch, SW, Fs, SN, Tr, TrS, FeS, S1, Oc, S2, Pa, Pb, dan TP, jumlah tenaga kerja berdasarkan analisis beban kerja lebih banyak dibandingkan analisis waktu baku. Hal ini dikarenakan, waktu untuk memprodukasi satu nanas kaleng sangat cepat yang terkait dengan banyaknya produk yang dihasilkan. Faktor kecepatan tersebut mempengaruhi karakteristik fisik dan fisiologis pekerja yang menyebabkan energi yang dikeluarkan pekerja untuk memproduksi satu nanas kaleng cukup besar sehingga kebutuhan tenaga kerjanya lebih banyak dibandingkan analisis waktu baku. Oleh karena itu, untuk memproduksi 250,000 nanas kaleng faktor tenaga menjadi faktor pembatas pada elemen kerja tersebut.

Pada elemen kerja pocking, kebutuhan tenaga kerja berdasarkan waktu baku lebih banyak dibandingkan beban kerja. Elemen kerja pocking memiliki karakteristik pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan safety yang berkaitan dengan kualitas produk yang dihasilkan. Faktor ketelitian tersebut berpengaruh terhadap waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi satu nanas kaleng. Namun, dengan waktu kerja yang lama beban yang diterima pekerja relatif kecl sehingga laju konsumsi energi pekerja juga kecil. Oleh karena itu, untuk memproduksi 250,000 nanas kaleng karakteristik waktu dan ketelitian menjadi faktor pembatas.

Berdasarkan analisis tersebut didapakan distibusi tenaga kerja yang optimal sebanyak 383 orang, sedangkan jumlah tenaga yang ada di perusahaan saat ini

dikategorikan sebagai pekerjaan ringan, 10 Elemen kerja yaitu SSt, Po, FS, SN, Tr,

TrS, FeS, S1, OS, OC, TP dikategorikan pekerjaan sedang dan 6 elemen kerja yaitu Pr, Sc,STb, SW, FeS dan PB dikategorikan pekerjaan berat.

2. Tingkat kejerihan berdasarkan beban kerja kualitatif pada proses produksi nanas kaleng ukuran A2 berselang antara 1.13 – 1.65 kkal/menit dikategorikan sebagai pekerjaan ringan sampai berat.

3. Laju konsumsi energi berdasarkan beban kerja kuantitatif berada pada 1.25 kkal/menit sampai 2.16 kkal/menit.

4. Total energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu nanas kaleng ukuran A2 adalah sebesar 0.7144 kkal.

(35)

25 6. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memenuhi target produksi sebesar

250,000 kaleng/hari berdasarkan waktu baku sebanyak 332 orang, analisis beban kerja sebanyak 315 orang dan berdasarkan analisis waktu baku dan beban kerja sebanyak 383 orang.

7. Desain dan distribusi tenaga kerja yang ada pada saat ini dapat dikatakan baik. Berdasarkan analisis diperlukan tenaga kerja sebanyak 383 orang, sedangkan jumlah tenaga kerja yang ada pada saat ini berjumlah 384 orang.

Saran

Pada penelitian ini harus diperhatikan kondisi pekerja pada saat pengambilan data denyut jantung, agar data yang terekam oleh alat HRM akurat. Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan terhadap Fisiologis dan Psikologis kerja pada proses produksi nanas kaleng.

DAFTAR PUSTAKA

Bridger RS. 2003. Introduction to Ergonomics. London (GB): Taylor & Francais. Didin. 2009. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakseragaman

ukuran buah nanas (Ananas comosus L.) di PT Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar, Lampung Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Herodian S. 1995. Study of farm work technology of rice production in Indonesia and Japan – A workload analysis approach [disertasi]. Tokyo (JP): Tokyo University of Agriculture and Technology.

Kastaman R, Herodian S. 1998. Studi kalibrasi data pengukuran beban kerja dengan menggunakan metode step test dan ergometer. Buletin Keteknikan Pertanian 12(1): 35-45

[Kemenkes] Kementerian Kesehatan. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Jakarta (ID): Kemenkes

Kroemer K and Grandjean E. 1997. Fitting the Task to The Human. Fifth Edition. London (GB): Taylor and Francais.

Novistiara A. 2014. Studi waktu pada proses produksi nanas kaleng di PT Great Giant Pineapple, Lampung Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Teknik Mesin Dan Biosistem. IPB.

Nurmianto E. 2004. Ergonomi. Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Kedua. Surabaya (ID): Guna Widya.

Pujimulyani D. 2009. Teknologi Pengolahan Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

Sanders SM and McCormick EJ. 1993. Human Factor Engineering and Design

Seventh Edition.New Delhi (IN): McGraw Hill

(36)

26

Lampiran 1 Nilai IRHR Pekerja

(37)

27 Lampiran 2 Laju Konsumsi Energi

(38)

28

Lampiran 3 Nilai AKG (Permenkes RI no 75 tentang AKG) Kelompok umur Energi (kkal)

Bayi/anak

0 – 6 bulan 550 7 – 11 bulan 725

1-3 tahun 1,125

4-6 tahun 1,600

7-9 tahun 1,850

Laki-laki

10-12 tahun 2,100 13-15 tahun 2,475 16-18 tahun 2,675 19-29 tahun 2,725 30-49 tahun 2,625 50-64 tahun 2,325 65-80 tahun 1,900

80+ tahun 1,525

Perempuan

10-12 tahun 2,000 13-15 tahun 2,125 16-18 tahun 2,125 19-29 tahun 2,250 30-49 tahun 2,150 50-64 tahun 1,900 65-80 tahun 1,550

(39)

29 Lampiran 4 Human Output Capacity

(40)

30

Lampiran 5 Contoh Perhitungan IRHR

Perhitungan nilai IRHR pada elemen kerja FC Subjek A1

Kategori beban kerja = ringan LAJU KONSUMSI ENERGI

Perhitungan laju konsumsi energi pada elemen kerja FC subjek A1. IRHRwork = 1.10 elemen kerja FC sebesar 0.023 kkal/kg.bb menit. Nilai ATEC pada elemen kerja

FC did p d g g i i i ATEC’ d g -rata berat badan subjek

Perhitungan konsumsi energi per kaleng pada elemen kerja FC

ATEC = 1.54 kkal/menit

Waktu baku = 0.092 detik/kaleng

Energi per kaleng = (ATEC / 60 detik) x Waktu baku = 1.54 / 60 detik x 0.092

= 0.0024 kkal/kaleng

(41)

31

HUMAN OUTPUT CAPACITY

AKG rata-rata = 2,260 kkal/hari BME rata-rata = 0.92 kkal/menit

= 1,324 kkal/hari Persentasi konsumsi energi basal = (1,324/2,260)*100%

= 59 %  60 %

Energi untuk aktivitas rutin (duduk, berdiri) = 20 % (Kroemer 1997)

Human Output Capacity = 100 – (60+20)

= 20 % dari AKG (kkal/hari)

KAPASITAS KERJA

Perhitungan kapasitas kerja pada elemen kerja FC

AKG =2,625 kkal menit

Human Output Capacity = 20 % x 2,625

= 525 kkal/hari

Kapasitas per hari = gi p g

=

. = 222,657 kaleng/hari

Waktu efektif = 6 jam/hari (Novistiara 2014) Kapasitas per jam = p si s p h i

u i

=

(42)

32

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1 Tahapan proses pengalengan nanas (Pujimulyani  2009)
Tabel 1 Kategori tingkat beban kerja berdasarkan IRHR
Gambar 2 Tahapan penelitian
Tabel  2 Konversi laju konsumsi O2 (ml/menit) berdasarkan luas permukaan tubuh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap produksi uasahatani nanas, tingkat optimasi tenaga kerja pada usahatani nanas, dan perbedaan

Dari hasil penelitian tentang “Hubungan Antara Beban Kerja Fisik Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Tulangan Beton“ yang telah dilakukan di PT Wijaya

Tabel 2 menunjukan bahwa tenaga kerja yang dibutuhkan dalam melakukan produksi silikon dari abu ampas tebu dengan kapasitas 10 000 ton/tahun sebanyak 180 orang,

Jenis data primer yang dibutuhkan pada penelitian ini meliputi data verifikasi cacat untuk shift A dan shift B dengan total pengambilan 15 hari, spesifikasi produk nanas kaleng

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan analisis beban kerja dan analisis tenaga kerja tingkat beban kerja bulan Januari, Februari dan

Berdasarkan waktu kerja efektif yang berkisar antara 3.07 sampai 6.37 jam per shift kerja pada 8 stasiun pengolahan dan kondisi beban kerja dari “ringan” sampai “sedang” yang

mengetahui korelasi relatif antara peningkatan denyut jantung terhadap peningkatan beban kerja melalui metode kalibrasi step test, dan menganalisis tingkat beban kerja

Melakukan penambahan jumlah tenaga kerja sesuai dengan rekomendasi jumlah tenaga kerja Berdasarkan hasil perhitungan beban kerja yang diterima, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan