• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI BERSAING INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN ROTAN DI KABUPATEN MAJALENGKA JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI BERSAING INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN ROTAN DI KABUPATEN MAJALENGKA JAWA BARAT"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

IN MAJALENGKA WEST JAVA

Oleh

WILDA DWIPUTRI SUKMA 20130430194

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

i

STRATEGI BERSAING INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN ROTAN DI KABUPATEN MAJALENGKA JAWA BARAT

COMPETITIVE STRATEGY OF RATTAN WICKER CRAFT INDUSTRY IN MAJALENGKA WEST JAVA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

WILDA DWIPUTRI SUKMA 20130430194

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(3)

ii Nama : Wilda Dwiputri Sukma Nomor Mahasiswa : 20130430194

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “STRATEGI BERSAING

INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN ROTAN DI KABUPATEN

MAJALENGKA JAWA BARAT” tidak terdapat karya yang pernah diajukan

untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak juga terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dan diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 01 Januari 2017

Materai, 6.000,-

(4)

iii

 “Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang di beri ilmu beberapa derajat.”

(Q.S AL-Mujadilah: 11)

 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum

mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (Q. S Ar-Ra’d: 11)

 Jika kamu tidak kuat menanggung lelahnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan (Imam Syafi’i)

 Wanita yang berpendidikan tinggi bukan untuk menyaingi laki-laki tapi

untuk membangun generasi

(5)

iv

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah S.W.T. Skripsi ini kupersembahkan untuk….

Ayahanda, Ir. Yade Sukmajaya, M.Si

Ibunda, Lilies Sri Julaeha, S.Pd

Dan Almamaterku Tercinta….

(6)

v

segala karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Strategi Bersaing Industri Kerajinan Anyaman Rotan di Kabupaten Majalengka”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sekaligus memberikan ide bagi pengembangan penelitian selanjutnya.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas segala nikmat kesehatan dan kemudahan dari segala urusan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ahmad Ma’ruf, S.E., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang penuh kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian skripsi ini.

(7)

vi

yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di Desa Mindi dan Desa Leuwilaja.

6. Bapak Aset dan Bapak Sobari S.Ag. Selaku Petugas Desa Mindi dan Desa Leuwilaja Kabupaten Majalengka yang tanpa lelah berjasa mengantar penulis menyusuri subjek penelitian.

7. Seluruh Lembaga yang membantu penelitian, Disperindag Kabupaten Majalengka.

8. Ayah, bundaku tercinta, Ir. Yade Sukmajaya, M. Si, Lilies Sri Julaeha, S. Pd dan saudariku Malla Ayuwandila Sukma, S. Gz untuk cinta, semangat dan do’a

tanpa batas yang diberikan kepada penulis, terutama selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

9. Kakekku tersayang SYE Suparna, Mang Asep, Mang Indra, Mang Ramdan, Om Didi, dan seluruh Keluarga besar Majalengka yang sudah turut membantu penulis melakukan penelitian.

(8)

vii

Fida, Nisa, Nabila, Kak Dini, Kak Hema dan Mba Vici, keluarga yang pertama kali bertemu penulis saat di UMY.

13.Ibu Kost Orange Puteri, Bunda Lala yang dengan sabar membantu penulis. 14.Keluarga Forum Intelektual Ekonomi Syariah (FIES), terutama divisi Center

Of Excellenge (COC) yang memberikan kesan bermakna bagi penulis.

15.Teman-teman seperjuangan IE angkatan 2013 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga kita bisa menjadi manusia yang bermanfaat di masa yang akan datang. Aaamiin.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu kritik, saran sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.

Yogyakarta, 01 Januari 2017

(9)

viii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN ... .. iii

HALAMAN PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN MOTIVASI ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN ... Error! Bookmark not defined. INTISARI ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi BAB 1 PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

(10)

ix

5. Modal ... Error! Bookmark not defined. 6. Sumber Daya Manusia ... Error! Bookmark not defined. B. Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined. C. Model Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A.Obyek dan Subyek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.Obyek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 2.Subyek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Jenis Data ... Error! Bookmark not defined. C. Tehnik Pengambilan Data ... Error! Bookmark not defined. D. Tehnik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. E. Jenis Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not

defined.

1.Definisi variabel penelitian ... Error! Bookmark not defined. 2.Definisi Alat Analisis ... Error! Bookmark not defined. BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN ... 47 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN Error! Bookmark not defined.

(11)

x

DAFTAR TABEL

I.1 Persebaran Industri Kerajinan Anyaman Rotan di Indonesia ... 4

I.2 Rekapitulasi Perkembangan IKM Kabupaten Majalengka 2010-2014 ... 5

2.1 Penelitian Terdahulu ... 22

3.1 Matriks IFAS ... 34

3.2 Matriks EFAS ... 36

3.3 Matriks QSPM ... 44

3.4 Identifikasi Produk PLC ... 45

4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Majalengka ... 48

4.2 Jumlah IKM Kabupaten Majalengka 2015 ... 49

5.1 Pengusaha Kerajinan Anyaman Rotan Desa Leuwilaja Kabupaten Majalengka ... 53

5.2 Pengusaha Kerajinan Anyaman Rota Desa Mindi Kabupaten Majalengka ... 56

5.3 Matriks Faktor Internal dan Faktor Eksternal Sentra Industri Kerajinan Anyaman Rotan ... 66

5.4 Analisis Faktor Strategi Internal sentra Indusri Kerajinan Anyaman Rotan ... 68

5.5 Analisis Faktor Strategi Eksternal Sentra Industri Kerajinan Anyaman Rotan ... 70

5.6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Faktor Internal Dan Faktor Eksternal ... 72

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

2.1 Model Penelitian ... 28

3.1 Kerangka Kerja Analisis Perumusan Strategi……… 33

3.2Diagram Analisis SWOT ... 38

3.3 Matriks SWOT ... 40

3.4 Matriks IE ... 41

3.5 Empat Tahap PLC ... 46

5.1 Jenis Kelamin Pengusaha KerajinanAnyaman Rotan di Desa Mindi dan Desa Leuwilaja ... 58

5.2 Usia Para Pengusaha Kerajinan Anyaman Rotan di Desa Mindi dan Leuwilaja ... 58

5.3 Tingkat Pendidikan Pengusaha Kerajinan Anyaman Rotan ... 59

5.4 Pendapatan Pengusaha Kerajinan Anyaman Rotan ... 60

5.5 Analisis SWOT Sentra Industri Kerajinan Anyaman Rotan ... 73

5.6 Matriks Internal-Eksternal ... 82

(13)

xiii

Lampiran 1. Surat Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 2. Pedoman Wawancara Penelitian Lampiran 3. Kuesioner Peneltian

(14)
(15)
(16)

vii INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi bersaing industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka di tengah menghadai MEA dan ACFTA. Subjek dalam penelitian ini adalah pengusaha kerajinan anyaman rotan skala menengah dan skala atas yang ada di industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka. Dalam penelitian ini menggunakan tehnik populasi sebanyak 46 responden berada di wilayah Desa Leuwilaja dan 20 responden berada di wilaya Desa Mindi Kabupaten Majalengka. Alat analisis yang digunakan adalah Metode analisis SWOT, analisis QSPM dan analisis PLC.

Bedasarkan metode analisis SWOT, diperoleh bahwa sentra industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka memasuki kuadran 1 yang artinya memanfaatkan semaksimal mungkin kekuatan dan peluang yang ada, yang kedua bedasarkan matriks IE sentra indusri kerajinan anyaman rotan masuk dalam posisi kelas V dengan strategi pengembangan produk, perluasan pasar, joint venture, serta meningkatkan pelayanan dan ketiga hasil metode analisis QSPM menunjukkan bahwa strategi yang harus dilakukan oleh sentra industri kerajinan anyaman rotan adalah pengembangan produk. Sementra daur hidup sentra industri kerajinan anyaman rotan memasuki fase penurunan bedasarkan metode analisis PLC.

(17)

viii ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the competing strategies of rattan wicker craft industry in Majalengka in facing MEA and ACFTA. The subject of this study was medium scale and top scale rattan wicker craft industries in Majalengka. As population 46 respondends were from Leuwilaja, and 20 respondents were from Mindi village. Analysis tools were used for this study were SWOT analysis method ,QSPM and PLC analysis method.

According in to SWOT analysis method, the industrial center of rattan in Majalengka categorized in quadrant 1, whinch means they tend to utilize their strengths and opportunities they possible. Futhermore according have to the matrix of IE, the rattan wicker craft industry categorized in point V with product development strategy, market expansion, joint venture and service improvement. Based on the result of QSPM analysis method it showed that product development strategy should carried out by the craft industries. And the lifecycle of wicker craft industries was in decline phase according to PLC analysis method.

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia dapat ditunjang oleh beberapa faktor salah satunya peningkatan tenaga kerja melalui sektor ketenagakerjaan yang meliputi Industri Kecil Menengah (IKM). Sektor industri di Indonesia merupakan sektor yang berperan secara andil di ranah perekonomian. Bedasarkan salah satu teori

Perroux yang dikenal dengan istilah teori pembangunan (pale of growth) yaitu: “Dalam proses pembangunan akan timbul industri unggulan (L’idustrie matrice)

yang merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah. Karena keterlibatan antar industri sangat erat, maka perkembangan industri unggulan di suatu daerah akan mempengaruhi perkembangan indusri lain yang berkaitan erat dengan industri unggulan tersebut” (Arsyad, 1999).

(19)

Sementara itu, industri kreatif saat ini telah ramai diperbincangkan. Munculnya istilah industri kreatif telah menjadikan negara-negara di setiap benua berkontribusi mengembangkan potensi kreatifitasnya. Industri kreatif telah dijadikan sebagai gelombang ekonomi keempat setelah era ekonomi reformasi (Putra dkk, 2013).

Indonesia merupakan salah satu negara yang dapat mengembangkan industri kreatif. Dilihat dari pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 5,76% atau lebih tinggi dari dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,74 % (www. Kemenperin.go.id). Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam, budaya serta kearifan lokal yang melimpah. Hal itu dapat dijadikan sebagai modal utama pengembangan industri kreatif, karena pada dasarnya industri kreatif tidak saja diawali dengan penciptaan nilai tambah secara ekonomi namun juga melibatkan sosial, budaya dan lingkungan (Romarina, 2016).

Kementrian Perdagangan Indonesia, telah mengklasifikasikan 14 sektor industri kreatif yaitu, periklanan, arsitektur, pasar seni dan barang antik,

kerajinan, desain, fesyen, video film dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, televisi dan radio, riset dan pengembangan. Studi pemetaan industri kreatif menyebutkan bahwa industri kreatif mampu memberikan kontribusi strategis dalam perekonomian skala nasional (Agustina dkk, 2013).

(20)

(MEA) telah diberlakukan sejak Januari 2016. Adanya MEA dan ACFTA menimbulkan tantangan persaingan produk domestik dengan produk luar Indonesia. Meskipun demikian, pasar global dapat dijadikan sebagai peluang bagi perindustrian Indonesia untuk memperkenalkan produk domestik terhadap pihak luar. Terlebih lagi dengan mulai mencuatnya industri kreatif salah satunya subsektor kerajinan yang dapat memanfaatkan kekayaan sumber daya alam di Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara lain, menjadikan produk-produk kreatif buatan Indonesia mampu berdaya saing dan dapat menarik minat masyarakat asing. Indonesia memiliki beraneka ragam kekayaan alam yang dapat dijadikan sebagai kreatifitas dintaranya adalah bahan baku rotan dan bambu. Kedua bahan tersebut merupakan bahan natural bernilai ekonomis yang dapat di desain menjadi beberapa produk baik kerajinan maupun funiture.

(21)

negara yang memumpuni dari segi bahan baku rotan. Sementara itu, industri rotan baik pengusaha tingkat atas atau eksportir dan skala menengah kebawah tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat bedasarkan tabel dibawah sebagai berikut:

Tabel 1.1

Persebaran Industri Kerajinan Anyaman Rotan di Indonesia

Sumber: Kemendag RI, 2010

Bedasarkan tabel 1.1 diatas jumlah industri rotan di Indonesia sebanyak 584 industri, Jawa Barat menempati posisi pertama wilayah yang memiliki industri rotan terbanyak dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia. Jumlah

(22)

industri kerajinan anyaman rotan di Jawa Barat sebanyak 169 industri dengan total nilai presentase 28,9%. Data diatas membuktikan bahwa wilayah Jawa Barat berpontensial dalam bidang industri kreatif kelompok kerajinan yang terbuat dari sumber daya alam berupa rotan.

Kabupaten Majalengka merupakan salah satu wilayah dengan jumlah IKM yang mengalami rata-rata perkembangan setiap tahunnya. Berikut ini adalah data rekapitulasi perkembangan IKM di Kabupaten Majalengka dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014

Tabel 1. 2

Perkembangan IKM Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2014

No Tahun Jumlah

Unit Usaha

Pertumbuhan (%)

1 2011 9.462 1,05%

2 2012 9.463 5,8%

3 2013 9.699 -3 ,6%

4 2014 9.348 0.05%

Sumber: Data Primer, Diolah

(23)

Terdapat lima kategori industri berada di kawasan Kabupaten Majalengka diantaranya industri pengolahan pangan, industri sandang dan kulit, industri kimia dan bahan bangunan, industri logam dan elektronika. Dan terakhir terdapat industri kerajinan. Perkembangan industri di Majalengka mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja yang nantinya dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka. Pengembangan industri di wilayah ini sudah tidak dapat dielakkan lagi, mengingat dikarenakan pada dasarnya pengembangan industri salah satunya industri kreatif di Majalengka akan berdampak pada penanggulangan kemiskinan yang dimulai dari peningkatan kesempatan kerja bagi masyarakat, peningkatan pendapatan masyarakat dan pada akhirnya terjadi peningkatan pendapatan daerah di wilayah Majalengka itu sendiri.

(24)

positif dikembangkannya potensi budaya kreatif anyaman rotan ditengah telah berlakunya pasar global MEA dan ACFTA.

Desa Leuwilaja Kecamatan Sindangwangi dan Desa Mindi Kecamatan Leuwimunding merupakan dua desa di Kabupaten Majalengka dengan potensi industri kreatif kerajinan salah satunya anyaman rotan. Bahan baku rotan yang dapat dijadikan berbagai macam bentuk kreatifitas seperti furniture, dan hiasan seperti pot rotan, tempat buah, cemin, dan lain-lain. Anyaman yang rapih serta sumber daya manusia yang banyak dan terampil membuat kerajinan anyaman rotan menjadi daya tarik bagi masyarakat baik di dalam skala nasional maupun masyarakat asing. Perlunya pengembangan industri kreatif di kedua kawasan ini, dikarenakan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka dilihat telah diminatinya industri kreatif yang terdiri dari 14 subsektor, salah satunya kerajinan yang terbuat dari bahan alami. Pengembangan serta peningkatan daya saing industri kreatif kerajinan anyaman rotan memerlukan beberapa kajian perumusan strategi yang nantinya dapat meningkatkan daya saing dalam menghadapi pasar global yang tengah berlangsung.

Oleh karena itu, didalam penelitian ini, penulis mengambil judul “Strategi

(25)

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti hanya dilakukan di Sentra Industri Kerajinan Anyaman Rotan Desa Leuwilaja Kecamatan Sindangwangi dan Desa Mindi Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka Jawa Barat dengan subjek penelitian pengusaha kerajinan anyaman rotan.

C. Rumusan Masalah Penelitian

1.Bagaimana profil industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka?

2.Apa strategi yang dilakukan oleh para produsen kerajinan anyaman rotan Kabupaten Majalengka, agar dapat bersaing di tengah pasar gobal MEA dan ACFTA?

D. Tujuan Penelitian

1.Untuk mengetahui profil industri kreatif kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka

2.Untuk merumuskan strategi yang tepat bagi para pengusaha industri kreatif anyaman rotan di Kabupaten Majalengka.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

(26)

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai strategi industri.

b.Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber referensi, apabila tertarik ingin meneliti industri kreatif kerajinan di wilayah lainnya. 2.Manfaat Praktis

a.Bagi Pemerintah Daerah

Sebagai bahan pertimbangan pemerintah Kabupaten Majalengka, untuk dapat memperhatikan subsektor kerajinan anyaman rotan dilihat dari segi permodalan, bahan baku dan sumber daya manusia.

b.Bagi Pengusaha Kerajinan Anyaman Rotan

(27)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori

1. Sentra

Sentra IKM merupakan salah satu wadah pemusatan industri kecil dan menengah yang menghasilkan produk sejenis, menggunakan input, serta adanya proses produksi yang sama dan dilengkapi fasilitas berupa sarana penunjang, yang dirancang sebagai pengembangan potensi industri daerah (www. kemeperin.go.id).

2. Konsep Industri

Industri kecil menengah merupakan merupakan suatu usaha yang memiliki fungsi dasar utama memperkuat struktur perekonomian, dilihat IKM juga memiliki pengaruh yang besar terhadap permasalahan yang berkaitan dengan sosial ekonomi dalam negeri seperti halnya kemiskinan, tingginya masalah pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan (Lestari,2012). Bedasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 3 Tahun 2014 tentang perindustrian, industri merupakan bentuk seluruh kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jenis industri.

(28)

pengolahan input mentah menjadi output setengah jadi atau output yang jadi secara seutuhnya (Dumairy, 1997). Menurut Hayter dalam Kuncoro (2013). Terdapatnya beberapa teori yang menggambarkan hal-hal yang mempengaruhi lokasi industri diantaranya:

1. Teori Neoklasik

Teori ini merupakan suatu teori yang cuku mapan dalam ekonomi sebagai landasan teori pembangunan regional dan lokasi. Kharakteristik utama penganut teori ini yaitu, fokus pada variabel ekonomi seperti halnya biaya transport, biaya tenaga kerja, dengan mengabaikan proses sejarah, ekonomi, politik, maupun sosial, menganalisis faktor ekonomi secara abstrak maupun deduktif untuk menarik kearah mana industri berlokasi, memiliki asumsi bahwa hukum-hukum ekonomi berlaku secara umum dan bedasarkan rasionalitas ekonomi yang mengarahkan perilaku.

2. Teori Keperilakuan

Teori ini mencoba memasukan isu preferensi lokasi dan struktur organisasi dalam menjelaskan suatu lokasi. Kharkteristik utama teori ini adalah para pengambil kebijakan ini dicirikan sebagai pemuas (satisfier), karena memiliki informasi dan rasionalitas secara terbatas.

3. Teori radikal

(29)

utama teori ini adalah harus menguasainya kondisi politik dan ekonomi dalam menentukn lokasi industri.

a.Klaster industri

Klaster industri merupakan aktivitas produksi yang umumnya berfokus pada satu atau dua industri, klaster ini merupakan perkumpulan perusahaan disuatu wilayah yang menggeluti suatu bidang yang sama, kemudian saling mendukung dalam situasi persaingan. (Kuncoro, 2007). Porter mengemukakan bahwa kluster industri merupakan sekelompok perusahaan yang saling berhubungan terkait suatu bidang dan sama-sama saling melengkapi. Ciri- ciri klaster meliputi ( Haris, 2014) :

1. Komonalitas/Keserupaan/Kebersamaan/Kesatuan(Comonality), yang dimana sifat dari bisnis tersebut sama dan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

2. Konsentrasi (Concetration), terdapatnya sekelompok bisnis yang sudah terkonsentrasi serta melakukan proses interaksi

3. Konektivitas (Connectivity), terdapatnya organisasi yang saling terkait, dengan bermacam-macam bisnis yang berbeda dan bersifat menggantungkan.

b. Pengelompokan Industri

(30)

Macam-macam industri di Indonesia dilihat bedasakan kondisi di wilayah negara itu, tingkat teknologi dan tingkat perkembangan daerah. Lendo (2014) mengemukakan, Industri dapat diklasifikasikan sebagai industri bedasarkan bahan baku yang terdiri dari, industri ekstraktif yaitu industri yang bahan bakunya berasal dari alam misalnya industri pertanian, industri nonekstraktif, yang merupakan industri bersifat pengolahan sepertri industri kain, industri fasilitatif yang merupakan industri jasa, kemudian industri bedasarkan tenaga kerja misalnya industri rumah tangga (merupakan industri yang menggunakan tenaga kerja sedikit dengan modal yang tidak besar), industri kecil (industri yang jumlah tenaga kerjanya 5-19 orang), industri sedang (industri yang memiliki modal cukup besar berjumlah tenaga kerja 20-99 orang) dan industri besar (merupakan industri yang menggunakan modal besar dan memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang)

c. Industri Kreatif

(31)

daerah dapat turut mendukung perkembangan ekonomi yang berlandaskan kreatifitas dan keterampilan bakat individu tersebut (Wicaksono dan Nuvriasari, 2012).

Industri kreatif merupakan sekelompok unit usaha yang memanfaatkan daya kreatifitas dan keterampilan dari golongan individu dengan tujuan menciptakan lapangan pekerjaan. Pemerintah Indonesia mengklasifikasikan 14 subsektor yang termasuk kedalam industri kreatif diantaranya (Kementrian Perdagangan, 2008):

1. Periklanan

Merupakan sektor kreatif yang berkaitan dengan proses kreasi, produksi, distribusi iklan yang dihasilkan.contohnya iklan yang berada di media elektronik televisi dan radio maupun cetak seperti surat kabar, majalah, dan koran.

2. Arsitektur

Merupakan sektor kreatif yang berkaitan dengan jasa desain yang meliputi wilayah pembangunan, misalnya perencanaan tata kelola taman dan desain interior.

3. Pasar barang seni

(32)

4. Kerajinan

Merupakan sektor kreatif yang melibatkan pengrajin yang memiliki daya kreatifitas tinggi dalam menghasilkan produk kerajinan yang unik dan menarik. Bahan-bahan dalam pembentukkan kerajinan sangat beraneka ragam seperti halnya batu, serat alam, rotan, bambu, kayu dan bahan logam (emas, perak, tembaga, perunggu).

5. Desain

Merupakan sektor kreatif yang berkaitan dengan kreasi bermacam-macam kreasi desain, pemasaran dan pengepakkan. 6. Fesyen

Merupakan sektor kreatif yang berhubungan dengan kreasi desain pakaian, dan hal-hal lain yang bersangkutan dengan fesyen. 7. Video, Film dan Fotografi

Merupakan sektor kreatif yang berkitan dengan kreasi pembuatan film, foto dan, video, penulisan script.

8. Permainan Interaktif

(33)

9. Musik

Merupakan sektor kreatif yang berkaitan dengan musik seperti halnya pembuatan lagu, rekaman suara.

10.Seni pertunjukan

Merupakan sektor kreatif yang berhubungan pertunjukan yang berkaitan dengan seni misalnya teater.

11.Penerbitan dan Percetakan

Merupakan sektor kreatif yang berkaitan dengan berbagai bidang kepenulisan seperti halnya penerbitan buku, novel, jurnal dan majalah.

12. Layanan komputer dan piranti lunak

Merupakan sektor kreatif yang berkaitan dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer. 13.Televisi dan radio

Merupakan sektor kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi produksi dan acara televisi seperti halnya games, kuis reality shows infotaiment.

14.Riset dan pengembangan

(34)

3.Konsep Strategi

Strategi adalah tujuan jangka panjang suatu perusahaan, yang memiliki keterkaitan dengan program, dan pengalokasian sumber daya (Chandler, 1962 dalam Rangkuti, 2015).

a.Tipe-tipe strategi

Menurut Rangkuti, (2014). Pada prinsipnya strategi dapat dikelompokan bedasarkan tiga tipe strategi, yaitu:

1.Strategi manajemen

Merupakan strategi yang orientasi pengembangan strateginya bersifat makro dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro. Contohnya strategi pengembangan produk, strategi penetapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar.

2. Strategi Investasi

Merupakan strategi yang berhubungan dengan investasi, seperti pilihan pengusaha untuk melakukan penetrasi pasar, strategi bertahan atau lainnya.

3. Strategi Bisnis

Merupakan Strategi yang berhubungan dengan kegiatan orientasi manajemen seperti halnya strategi pemasaran, strategi produksi, strategi organisasi. Dalam suatu perusahaan terdapat tiga strategi diataranya, (Hayes dan Wheelwright, 1984 dalam Tjiptono, 2008)

(35)

Merupakan suatu strategi yang dirumuskan untuk mengatur kegiatan operasi bisnis, untuk organisasi bisnis yang memiliki unit bisnis lebih dari satu.

2.Strategi level unit bisnis

Merupakan strategi yang diarahkan pada kegiatan bisnis tertentu.

3.Strategi level fungsional

Merupakan strategi kerangka dalam fungsi manajemen yang berfungsi mendukung unit bisnis.

4. Produksi

Produksi merupakan aktivitas penghasil output. Faktor-faktor produksi dapat dibedakan menjadi empat golongan yaitu tanah, tenaga kerja, modal, dan keahlian kewirausahaan yang dilihat melalui fungsi produksi Cobb-Douglass adalah sebagai berikut (Budi dan Parajanti, 2011):

Q =� 1− Dimana :

Q = Tingkat produksi K = jumlah stok modal L = jumlah tenga kerja

= pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit

produk

(36)

Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi dibagi menjadi dua jenis (Tri Basuki & Prawoto, 2014) :

a.Faktor produksi tetap (Fixed factor of production),

Merupakan faktor produksi yang tidak akan habis dan tidak dipengaruhi oleh kuantitas produk yang dihasilkan misalnya seperti bangunan, tanah. b.Faktor produksi variabel (Variabel factor of production),

Merupakan faktor produksi yang sifatnya mudah habis, serta besar pemakainaanya sangat berkaitan dengan kuantitas produk yang dihasilkan misalnya bahan baku.

5.Modal

Dalam arti sempit modal merupakan sejumlah nilai uang yang memiliki kegunaan untuk membelanjai semua keperluan usaha. Sedangkan dalam arti luas modal memiliki definisi benda-benda seperti tanah, gedung, mesin-mesin, alat-alat perkakas dan barang produktif yang dipergunakan untuk kegiatan usaha (Sriyadi, 1991). Modal dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu (Sriyadi, 1991) :

a.Modal Tetap (Fixed capital),

(37)

b. Modal Bekerja (working capital)

Modal bekerja memiliki pengertian, yakni modal yang dipergunakan untuk mendapatkan operasi perusahaan seperti bahan pembelian dasar dan bahan habis pakai, membiayai upah dan gaji, membiayai pengiriman dan trasportasi, biaya penjualan reklame dan sebagainya. Menurut Riyanto (1999) modal terdiri dari dua bagian yakni:

1.Modal Asing

Modal asing merupakan suatu modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan dan bagi

perusahaan yang bersangkutan. Modal tersebut merupakan utang yang pada saatnya harus dibayarkan kembali. Modal asing terdiri dari tiga macam:

a) Modal asing atau utang jangka pendek merupakan modal yang paling jangka waktunya selama setahun.

b) Modal asing atau utang jangka menengah yaitu modal asing yang jangka waktunya antara 1 tahun sampai dengan 10 tahun.

c) Modal asing jangka panjang, yaitu merupakan modal asing yang jangka waktunya lebih dari 10 tahun.

2. Modal Sendiri

Modal sendiri memiliki pengertian, merupakan suatu modal yang tertanam di dalam perusahaan untuk jejak waktu yang tidak tentu lamanya. Modal sendiri terbagi menjadi dua bagian:

(38)

Merupakan modal yang dihasilkan dari keuntungan perusahaan. b) Modal Ekstern

Merupakan modal yang berasal dari pemilik perusahaan. 6. Sumber Daya Manusia

Pembangunan tidak hanya dilihat dari aspek pertumbuhan ekonomi saja, melainkan dilihat dari pengembangan sumber daya manusia yang bersifat terampil juga sangat diperlukan mengingat industri tidak terlepas dari kepemilikan SDM yang memiliki daya kreatifitas sebagai penggerak industri sehingga menghasilkan produk yang memilki daya saing. Bedasarkan Undang-undang no. 13 ketenagakerjaan, tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun kebutuhan masyarakat (Kemenperin.go.id). Pengembangan SDM merupakan usaha yang dipergunakan untuk peningkatan skill dan moral manusia yang dapat dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan (Hasibuan, 2007). Terdapatnya kebijakan pokok dalam upaya peningkatan kualitas hidup sumber daya manusia (Mulyadi, 2014) diantaranya :

a.Peningkatan kualitas fisik individu (Individual Fisycal Quality), hal ini meliputi jasmani, rohani, motivasi gizi sandang dan pemukiman yang sehat. b.Peningkatan kualitas keterampilan, untuk menghasilkan sumber daya yang

produktif.

(39)

d.Peningkatan pranata serta adanya penetapan hukum yang meliputi kelembagaan, perangkat dan aparat, dan kepastin hukum.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahuludapat memuat berbagai penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain baik dalam bentuk jurnal, skripsi, dan tesis. Penelitian yang ada mendasar pada pemikiran penulis untuk dapat menyelesaikan penyusunan skripsi. Adapun penelitianya sebagai berikut:

Tabel 2.1 kerja produktif sulit, perumusan

(40)
(41)

Lanjutan Tabel 2.1

(42)

Yuliana (2013) dengan judul penelitian Strategi Pengembangan Industri Genteng di Kabupaten Kebumen, menggunakan analisis SWOT dan matriks IE, menghasilkan penelitian bahwa kekuatan utama industri genteng di Kabupaten Kebumen adalah kualitas dari produk genteng. Kelemahan utama adalah sulitnya menambah modal kerja, sedangkan peluangnya adalah perkembangan teknologi yang semakin modern, sementara ancaman utamanya adalah regenerasi tenaga kerja produktif sulit. Untuk perumusan alternatif strategi dengan menggunakan matriks IE, SWOT, dan kuadran SWOT dihasilkan strategi SO (Strenghts-Opprtunities) yaitu dengan pengembangan pasar dan adanya inovasi produk. Perbedaannya penulis ialah terdapat pada objek penelitian, lokasi penelitian dan peneliti menggunakan metode SWOT dan QSPM, kemudian mengukur daur hidup kerajinan anyaman rotan dengan menggunakan konsep PLC.

(43)

Agustina dan Kamalia (2012) yang berjudul Strategi Pengembangan Produk Kurma Salak Bedasarkan Analisis Product Life Cycle (PLC) dan SWOT. Menggunakan metode analisis SWOT dan QSPM, kemudian PLC. Penelitian tersebut menghasilkan strategi memperluas daerah pemasaran produk, meningkatkan produksi kurma salak dengan harga yang lebih ekonomis, menghadirkan produk kurma salak dengan berbagai kemasan, ukuran bobot sehingga bisa menyesuaikan dimana pembeli ingin mengkonsumsi kurma salak, melakukan peramalan permintaan konsumen untuk meminimalisir, produk yang dibuang karena kardaluarsa, Menjalin kerjasama dengan petani salak di daerah lain, mengembangkan tempat produksi kurma salak di daerah lain dan produk kurma salak didaftarkan ke dirjen hak kekayaan intelektual agar mendapatkan. Kemudian bedasarkan hasil QSPM strategi terendah yaitu melakukan peramalan konsumen sedangan strategi tertinggi adalah memperluas daerah pemasaran. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini adalah Objek penelitian, lokasi penelitian serta menggunakan matriks Internal Eksernal.

(44)

Munir, dkk (2015) dengan judul penelitian Strategi Pengembangan UKM Tepung Mocaf CV Karunia Mahacipta menggunakan matriks perumusan strategi. Metode analisis yang digunakan adalah meningkatkan produksi pada skala yang ekonomis sehingga menurunkan biaya perunit, meningkatkan kualitas produk dan pelayanan konsumen, dan meningkatkan kegiatan promosi. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini adalah Objek penelitian, lokasi penelitian dan menggunakan metode analisis SWOT dan QSPM, PLC.

Qolbi (2015) dengan judul penelitian Strategi Bersaing Pemasaran Produk Kerajinan Gerabah di Desa Wisata Kasongan Kabupaten Bantul dalam Menghadapi Masyarakat Ekonom Asean (MEA) Tahun 2015. Hasil penelitian menujukan bahwa Sentra Kerajinan Gerabah Kasongan berada di kuadran satu yang atinya memiliki kuadran dan peluang. Sedangkan bedasarkan hasil dri PLC siklus daur hidup produk berada pada tahapan maturity (kedewasaan). Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini adalah Objek penelitian, lokasi penelitian dan menggunakan metode analisis SWOT dan QSPM, dan matriks internal eksternal

(45)

C. Model Penelitian

Gambar 2.1 Model Penelitian

Sentra Industri Kerajinan Anyaman Rotan di Kabupaten Majalengka

Faktor internal Kekuatan

Kelemahan. Faktor eksternal Ancaman

Peluang

Strategi Bersaing Sentra Industri Anyaman Rotan Di Kabupaten

Majalengka Jawa Barat

PLC (Product Life

Cycle) SWOT dan

QSPM

Kajian Rumusan Strategi

Industri Kreatif Sub Sektor Kerajinan

(46)

29 BAB III

METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian

1.Obyek Penelitian

Lokasi penelitian ini di lakukan pada sentra indusri anyaman rotan di Kabupaten Majalengka yang terletak di Desa Leuwilaja dan Desa Mindi Kabupaten Majalengka.

2. Subyek Penelitian

Pengusaha anyaman rotan di Desa Leuwilaja dan Desa Mindi Kabupaten Majalengka

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan data kualitatif dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder diantaranya: 1.Data primer

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari responden, dengan tehnik kuesioner yang diberikan kepada produsen industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka

2.Data Sekunder

(47)

Perindustrian Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Majalengka Jawa Barat.

C Tehnik Pengambilan Data

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode populasi yang merupakan tehnik pengambilan subjek secara keseluruhan (Suharsimi, 1992). Pengambilan subjek dilakukan di wilayah Desa Leuwilaja Kecamatan Sindangwangi dan Desa Mindi Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka.

D. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang lengkap yang selanjutnya akan digunakan beberapa metode antara lain :

1. Observasi

Sutrisno dalam Sugiyono (2016) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

2. Wawancara

(48)

3. Angket

Kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang diakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2016).

4. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen tertulis seperti buku, majalah, dokumen dan notulen rapat (Suharsimi, 1992).

E. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan, merupakan penelitian survey menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian survey merupakan penelitian yang mengambil suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data.

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1.Definisi variabel penelitian

a. Faktor internal

Merupakan faktor-faktor yang berada di dalam sentra industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka faktor ini terdiri dari kekuatan dan kelemahan sentra industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka.

b. Faktor eksternal

(49)

2.Definisi Alat Analisis a. Metode Analisis

Merupakan metode mencari dan menyusun secara sisematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi dan membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh diri sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2016). Metode analisis yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari dua metode yaitu:

1.Metode anaslisis deksriptif yang digunakan untuk menjawab faktor-faktor pendorong dan penghambat sentra industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka.

(50)

1. Tahap Input (Input Stage)

Matriks Faktor Internal Matriks Faktor Eksternal

2. Tahap Pencocokan (Matching Stage)

Matriks SWOT Matriks IE

3. Tahap Keputusan (Decision Stage)

Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM)

Sumber: David, 2006

Gambar 3.1

Kerangka Kerja Analitis Perumusan Strategi 1.Tahap input :

Merupakan tahap yang berfungsi untuk meringkas informasi dasar yang dibutuhkan sebelum merumuskan strategi (David, 2006). Tahap ini terdiri dari matriks faktor internal yakni kekuatan dan kelemahan sentra industri anyaman rotan di Kabupaten Majalengka Jawa Barat, dan matriks faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman sentra industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka Jawa Barat.

1. Matriks Faktor Strategi Internal

(51)

internal dalam perusahaan. Tahapan-tahapan penentuan faktor internal adalah sebagai berikut (Rangkuti, 2014) :

a) Menyusun kolom faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan industri.

b) Memberikan bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 4 (paling penting), sampai dengan 1 (tidak penting). c) Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor

dengan cara memberikan skala. Pemberian nilai rating untuk faktor kekuatan bersifat positif (kekuatan yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika kekuatan kecil diberi rating 1. Pemberian nilai rating kelemahan adalah kebalikannya.

d) Bobot yang terletak pada kolom 2 dikalikan dengan rating pada kolom tiga untuk memperoleh skor faktor internal.

Tabel 3.1

Strategi Internal Bobot Rating

(52)

2.Matriks Faktor Strategi Eksternal

Matriks faktor eksternal dibuat setelah melakukan analisis faktor strategi eksternal yang merupakan faktor peluang dan ancaman yang disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategi eksternal dalam perusahaan.

Tahapan-tahapan penentuan faktor strategi Eksternal (Rangkuti, 2014) :

a) Menyusun kolom faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman industri.

b) Memberikan bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 4 (paling penting), sampai dengan 1(tidak penting). c) Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor

peluang dan ancaman dengan memberikan skala.

Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif peluang yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating 1. Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.

(53)

Tabel 3.2

Pada tahap ini, berfokus untuk menciptakan strategi dengan cara mencocokan faktor kunci internal dan eksternal (David, 2009). Tahap ini terdiri dari 2 matriks yakni matriks SWOT dan matriks IE (Internal-Eksternal) yang sebelumnya telah diidentifikasi analisis SWOTnya. 1.Analisis SWOT

(54)

digunakan untuk mengetahui strategi apa yang pas dilakukan untuk melihat dari segi kekuatan, kelemahan peluang dan ancaman yang dimiliki sentra industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka.Berikut ini adalah penjelasan mengenai SWOT dalam industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka

a. S (Strenght) yaitu kekuatan dari faktor internal dalam sentra industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka Jawa Barat.

b. W (Weakness) yaitu kelemahan dari faktor internal yang berupa hambatan dalam sentra industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka Jawa Barat.

c. O (Opportunities) yaitu peluang dari faktor eksternal dalam sentra industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka Jawa Barat.

(55)

e.

Sumber : Rangkuti,2014

Gambar 3. 2 Diagram Analisis SWOT

Keterangan :

Kuadran 1: Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan disini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy) (Rangkuti, 2014).

Kuadran 2: Perusahaan yang berada di kuadran 2 masih memiliki kekuatan dari segi internal meskipun memiliki ancaman. Strategi yang harus

(56)

diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan strategi diversifikasi produk/pasar (Rangkuti, 2014).

Kuadran 3: Perusahaan yang berada pada kuadran 3 menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi pada perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik (Rangkuti, 2014).

Kuadran 4: Perusahaan yang berada di kuadran 4 mengalami posisi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaantersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal

(Rangkuti, 2014).

2.Matriks SWOT

(57)

Strategi ini dibuat bedasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya

b. Strategi ST

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan bedasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada

(58)

d. Strategi WT

Bedasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman

3.Matriks Internal Eksternal (IE)

Mariks IE meliputi parameter kekuatan internal perusahaan dan pengaruh eksternal yang dihadapi. Tujuan penggunaan model ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail.

(59)

Keterangan :

I = Strategi konsentrasi melalui integrai vertikal II = Strategi konsentrasi melalui integrasi horozontal III = Strategi turnaroud

IV = Strategi Stabilitas

V = Strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal atau stabilitas (tidak ada perubahan terhadap laba)

VI = Strategi Divestasi

VII=Strategi diversifikasi kosentrik VIII=Strategi diversifikasi konglomerat IX = Strategi likuidasi atau bangkrut 3. Tahap Keputusan (Decision)

QSPM (Quantitative Strategies Planning Matrix).

Merupakan penglibatan tahap strategi tunggal yang cocok untuk sentra industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka. yakni QSPM. Matriks QSP adalah matriks yang dapat menentukan strategi paling tepat bedasarkan alternatif strategi yang diajukan (Husein, 2010).

Tahapan proses pemakaian matriks QSPM :

a. Membuat daftar faktor-faktor internal dan eksternal beserta Nilai bobotnya yang diambil dari matriks faktor internal dan Eksternal

(60)

c. Menetapkan nilai Attractiveness Score (AS), nilai yang menunjukan kemenarikan relative untuk masing-masing strategi bedasarkan pendapat para pejabat berwenang dalam organisasi

Keterangan:

Batasan nilai AS adalah: 1= tidak menarik

2= agak menarik 3= secara logis menarik 4= sangat menarik

d. Apabila faktor yang bersangkutan tidak memiliki pengaruh terhadap pilihan strategi yang telah dibuat, maka kolom AS untuk faktor tersebut dikosongkan dengan menggunakan tanda -

e. Hitunglah Total Attractiveness Score (TAS) dengan cara mengalikan bobot dengan AS pada masing-masing baris.

(61)

Tabel 3.3

Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM)

Faktor-faktor

kunci Bobot

Alternatif Strategi Strategi A Strategi B AS TAS AS TAS

Faktor-faktor kunci internal

Total Bobot

Faktor-faktor kunci eksternal

Jumlah nilai Total Daya Tarik (TAS)

Sumber: David, 2009 Keterangan :

AS : Attractiveness Score

(62)

d. Analisis Product Life Cycle (PLC)

PLC merupakan suatu grafik yang menggambarkan riwayat suatu produk sejak diperkenalkan ke pasar sampai dengan ditarik dari pasar. Dalam setiap tahap

product life cycle (PLC) diperlukan strategi-strategi tersendiri. PLC terdiri dari empat tahap yang memiliki kharakteristik strategi berbeda beda. Tahap tersebut antara lain (Tjiptono, 2008)

Tabel 3.4

Identifikasi Posisi PLC

Sumber: Tjiptono, 2008

Pengukuran PLC dapat dilakukan dengan kombinasi tiga faktor antara lain Market Volume , Rate of Change of Market Volume, dan Profit/Loss. Metode siklus daur produk ini digunakan untuk melihat pekembangan produk sentra industri kerajinan anyaman rotan sehingga dapat ditentukan strategi yang sesuai untuk perkembangan produknya apakah terdapat dalam tahap perkenalan, pertumbuhan, kedewasaan, atau penurunan.

Tahap PLC Penjualan Volume Tingkat Perubahan Volume Penjualan Laba/Rugi

Perkenalan Tumbuh lambat Meningkat Rugi

Pertumbuhan Tumbuh pesat Meningkat/ menurun Laba sangat besar

Kedewasaan Meningkat Menurun Laba menurun

Kejenuhan Stagnasi Negatif Laba menurun

(63)

Waktu

Sumber :Tjiptono, 2008

Gambar 3.5 Empat Tahap PLC

1 2 3 4

1.Introduction 2. Growth 3. Maturity 4. Decline 0

-

Penjualan Industri

Laba Industri

(64)

47 A. Lokasi Penelitian

1. Kabupaten Majalengka a. Batas Wilayah

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Majalengka di bagian Timur wilayah Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Majalengka terletak di sebelah Barat antara 108˚03‘-108˚19‘ Bujur Timur, Sebelah Timur 108˚12‘ – 108 ˚25‘ Bujur Timur, Sebelah Utara antara 6˚36‘ – 6˚58‘ Lintang Selatan dan Sebelah Selatan 6˚43‘ – 7˚03‘ Lintang Selatan. Adapun batas-batas wilayah

Kabupaten Majalengka sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu.

Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya.

Sebelah Barat : Kabupaten Sumedang.

Sebelah Timur : Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon

(65)

b.Demografi

Jumlah penduduk merupakan salah satu komponen utama pembangunan di Kabupaten Majalengka. Dikarenakan jumlah penduduk dapat dijadikan sebagai objek pembangunan namun sebagai subjek pembangunan daerah kabupaten Majalengka. Jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Majalengka data dilihat bedasarkan tabel sebagai berikut

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk

Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014

No Tahun Jumlah Penduduk

(Jiwa)

1 2010 1.166.473

2 2011 1.171.478

3 2012 1.176.117

4 2013 1.180.774

5 2014 1.185.450

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka

Tabel diatas menunjukan perkembangan jumlah penduduk di Majalengka dari tahun 2010 sampai dengan 2014, tabel tersebut membuktikan bahwa terjadinya perkembangan jumlah penduduk setiap tahunnya di Kabupaten Majalengka. Pada tahun 2014 jumlah penduduk di Majalengka meningkat di bandingkan tahun-tahun sebelumnya. Jumlah penduduk pada tahun 2014 berjumlah 1.185.450 jiwa.

c.Potensi IKM di Kabupaten Majalengka

(66)

Tabel 4.2

Jumlah Usaha Industri Kecil Menengah Kabupaten Majalengka

Tahun 2015

Sumber : Dinas KUKM Perindag Kab. Majalengka

(67)

Sektor kerajinan di Majalengka memiliki 28 jenis dengan masing-masing penyerapan tenaga keja diantaranya adalah Kerajinan ijuk, Salang pikulan, gerabah, kerajinan kayu, kerajinan kulit, kerajinan kaleng, rombe, sangkar burung, aksesoris, bola sepak, sapu tabo, sapu sabut kelapa, seni patung, seni kaligrafi, kawat gitar, etalase, aquarium, parut kelapa, reparasi kaleng, kerajinan besi, anyaman ujung, kerajinan keramik, sapu bambu, rajutan, border, kaca hias, kursi bambu, bonsai plastik, anyaman bambu dan anyaman rotan.

(68)

Majalengka yang lebih terampil dan lebih banyak. Sentra terbesar industri rotan di Majalengka berada di kawasan Timur wilayah Majalengka diantaranya Kecamatan Sindangwangi salah Desa Leuwilaja dan Kecamatan Leuwimunding yaitu Desa Mindi.

d.Jenis Produk Kerajinan Anyaman yang Dihasilkan

(69)

52

(70)

kg rotan dengan harga Rp 12.000,00 sampai dengan Rp 15.000,00. Sementara untuk membuat 1000 pcs anyaman rotan membutuhkan 50 bal atau setara dengan 1000 kg rotan. Bedasarkan hasil wawancara dengan salah seorang pengusaha anyaman rotan skala menengah total modal yang harus dikeluarkan untuk membuka usaha anyaman rotan adalah sekitar Rp 50.000.000,00 - Rp 100.000.000,00, dengan beban biaya meliputi Biaya transportasi ± Rp 200.000,00, Biaya bahan baku, dan upah tenaga kerja.

B.Profil Industri Kerajinan Anyaman Rotan di Kabupaten Majalengka Adapun profil dari pengusaha Sentra kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka yang terletak di Desa Leuwilaja yang terdiri dari pengusaha skala besar dan menengah, diantaranya adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1

(71)

Lanjutan TabeL 5.1

Sumber: Hasil Olah Data Penelitian

(72)

Senin Desa Leuwilaja sebanyak 18 pengusaha, jumlah pengusaha anyaman rotan berlokasi di blok Selasa Desa Leuwilaja 4 pengusaha. Jumlah pengusaha anyaman rotan di Blok Rabu Desa Leuwilaja sebanyak 6 pengusaha, jumlah pengusaha anyaman rotan di blok Jumat Desa Leuwilaja 4 pengusaha, Jumlah pengusaha anyamn rotan di blok Sabtu Desa Leuwilaja 2 pengusaha.

Untuk tahun pendirian usaha di Desa Leuwilaja, sebanyak 3 pengusaha anyaman rotan mendirikan usahanya pada tahun 1980-1985, sebanyak 6 pengusaha anyaman rotan mendirikan usaha sekitar tahun 1986-1990, 4 pengusaha anyaman rotan mendirikan usaha sekitar tahun 1991-1995, sekitar 8 pengusaha anyaman rotan mendirikan usaha pada sekitar tahun 1996-2000, terdapat 8 pengusaha anyaman rotan yang mendirikan usaha sekitar tahun 2001-2005, 12 pengusaha anyaman rotan yang mendirikan usahanya sekitar tahun 2006-2010, kemudian sekitar 6 pengusaha anyaman rotan yang mendirikan usahanya pada sekitar tahun 2011-2015.

(73)

Tabel 5.2

(74)

97% 3%

Laki-Laki Perempuan

Mindi sebanyak 2 pengusaha, Jumlah pengusaha anyaman rotan di blok Kamis Di Desa Mindi sebanyak 4 pengusaha, Jumlah pengusaha anyaman rotan di blok Jumat Desa Mindi sebanyak 2 pengusaha dan terakhir jumlah pengusaha anyaman rotan di blok Sabtu Desa Mindi berjumlah 1 pengusaha.

Untuk tahun pendirian usaha di Desa Mindi, satu pengusaha anyaman rotan yang mendirikan usahanya sekitar tahun 1986-1990, 2 pengusaha anyaman rotan yang mendirikan usahanya sekitar tahun 1996-2000, 3 pengusaha anyaman rotan yang mendirikan usahanya sekitar tahun 2001-2005, 6 pengusaha anyaman rotan yang mendirikan usahanya sekitar tahun 2006-2010. Dan 8 pengusaha anyaman rotan yang mendirikan usahanya sekitar tahun 2011-2013.

Sehingga dapat disimpulkan, bahwa usaha anyaman rotan di Desa Mindi telah berdiri sejak lama sekitar tahun 1989 serta menyerap banyak tenaga kerja yang dibuktikan dengan adanya 20 pengusaha anyaman rotan dan 361 pengrajin anyaman rotan serta sekitar 73 item kerajinan anyaman rotan yang dibuat oleh seluruh pengrajin di Desa Mindi Kabupaten Majalengka per hariny

1. Jenis Kelamin

Sumber : Hasil Olah Data Penelitian Gambar 5.1

(75)

3% 7% kelamin perempuan dengan nilai presentase 3% dan 66 pengusaha anyaman rotan berjenis kelamin laki-laki dengan nilai presentase 97%. Sehingga dapat dikatakan bahwa mayoritas pengusaha anyaman rotan di Kabupaten Majalengka berjenis kelamin laki-laki

2. Usia Pengusaha

Sumber: Hasil Olah data Penelitian Gambar 5.2

Usia Pengusaha kerajinan anyaman rotan

(76)

67% 20%

12% 1%

SD

SMP

SMA

Diploma/S1

pengusaha kerajinan anyaman rotan berusia sekitar 56-60 tahun dengan nilai presentase 3%. 1 pengusaha kerajinan anyaman rotan berusia sekitar 66-70 tahun dengan nilai presentase 1%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas usia pengusaha anyaman rotan berusia 46-50 tahun.

3. Tingkat Pendidikan

Sumber: Hasil olah data penelitian

Gambar 5.3

Tingkat Pendidikan Pengusaha Kerajinan Anyaman Rotan

(77)

1%

28%

30%

41% < 500.000

500.000-1000.000

1.000.000-2.500.000

>2.500.000 4. Pendapatan

Sumber : Hasil Olah Data Penelitian Gambar 5.4

Pendapatan Pengusaha kerajinan Anyaman Rotan

Bedasarkan gambar 5.4, 1 pengusaha kerajinan anyaman rotan menghasilkan pendapatan sekitar kurang dari Rp 500.000 dengan nilai presentase 1%. 18 pengusaha kerajinan anyaman rotan menghasilkan pendapatan diantara Rp 500.000,00-Rp 1000.000,00 dengan nilai presentase 28%. 20 pengusaha kerajinan anyaman rotan menghasilkan pendapatan diantara Rp 1000.000,00-Rp 2500.000,00 dengan nilai presentase 30%. Dan 27 pengusaha kerajinan anyaman rotan menghasilkan pendapatan lebih dari Rp 2.500.000 dengan nilai presentase 41%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas pengusaha kerajinan anyaman rotan di Desa Leuwilaja dan Desa Mindi Kabupaten Majalengka menghasilkan pendapatan lebih dari Rp 2.500.000,00 setiap bulannya.

C. Analisis Faktor Pendorong dan Penghambat sentra industri rotan di Kabupaten Majalengka.

 Faktor-faktor yang mendorong pengembangan industri kerajinan anyaman

(78)

Tenaga kerja atau dapat dikatakan pengrajin kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka memiliki kreatifitas yang tinggi dalam membuat berbagai item kerajinan baik yang bersifat funiture dan kerajinan lainnya seperti kursi, keranjang tempat buah, pot, boneka, peti rotan, cermin, basket, peti, boneka. Industri kerajinan anyaman rotan selalu melakukan inovasi kreatifitas untuk menarik minat Buyer luar negeri. 2.Menghasilkan produk kerajinan anyaman yang terbuat dari bahan rotan

alami.

Sentra industri di Majalengka memanfaatkan rotan yang merupakan sumber daya alamiah yang hanya dapat ditemukan di wilayah Indonesia Kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka terbuat dari 100% bahan alami. salah satunya rotan bewarna grey yang ditemukan oleh Bapak Tukiran. Peredaman rotan Kubu dilakukan dalam jangka waktu satu bulan untuk mendapatkan warna grey alami yang maksimal.

3.Kerajinan anyaman rotan merupakan salah satu produk kerajinan yang unik di kawasan Kabupaten Majalengka.

(79)

rotan yang hanya bisa dilakukan di Kawasan Kabupaten Majalengka yang menghasilkan rotan kubu bewarna Grey,

4.Sentra Industri anyaman rotan di Kabupaten Majalengka memiliki sumber daya manusia yang melimpah.

Kabupaten Majalengka, merupakan salah satu kawasan yang memiliki jumlah pengrajin terbanyak dibandingkan daerah penghasil rotan lainnya. SDM yang berada di wilayah Kabupaten Majalengka selain banyak, terkenal terampil, sehingga banyak pengrajin yang berasal dari wilayah Kabupaten Majalengka bermukim di daerah-daerah lain seperti Yogyakarta, Jakarta, Cirebon dan derah lain.

Sebagaimana hasil wawancara dengan pihak Kepala Bagian Industri Disperindag Kabupaten Majalengka sebagai berikut:

“ Secara Spesifik Majalengka memiliki kekuatan SDM yang melimpah, pengrajin yang Tegalwangi berasal dari wilayah Kabupaten Majalengka, karena secara

historis, wilayah Cirebon tidak memiliki SDM”

( Wawancara pada 18 November 2016)

5.Adanya pelatihan untuk pengrajin anyaman rotan.

Bedasarkan hasil wawancara, pihak Instansi di Kabupaten Majalengka pernah mengadakan pelatihan tehnik menganyam dari bahan baku rotan.

6.Pengusaha industri anyaman rotan di wilayah Kabupaten Majalengka selalu melakukan promosi dari mulut ke mulut, pameran, bahkan media sosial lainnya.

(80)

merupakan salah satu hal yang dilakukan oleh pengusaha-pengusaha besar Kabupaten Majalengka salah satunya di Desa Kecamatan Sindangwangi untuk mempromosikan hasil kerajinan yang terbuat dari rotan alami baik yang terbuat dari bahan kubu grey, dan jenis kubu lainnya, kepada pihak warga negara asing, agar berminat menjadi calon buyer. Bedasarkan wawanncara dari pihak pengusaha skala besar, pameran kerajinan anyaman rotan usahanya sempat dilakukan di Rusia, dan Disperindag Bandung Jawa Barat.

Faktor - faktor yang menghambat pengembangan industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka.

1. Kabupaten Majalengka tidak memiliki bahan baku rotan.

Sumber daya alam rotan tidak dimiliki oleh Kabupaten Majalengka. Sumber daya alam rotan melimpah hanya terletak di daerah Kalimantan saja. Para pengusaha baik skala menengah maupun besar memesan rotan di daerah Tegalwangi Cirebon Jawa Barat tempat pengepulnya sumber daya alam tersebut. Hal itu membuat para pengusaha rotan terbebani, dikarenakan modal yang dikeluarkan semakin besar yang didalamnya terdapat biaya transportasi pengambilan bahan baku, biaya pengangkutan bahan baku, upah para pengrajin.

2. Modal merupakan salah satu penghambat industri anyaman rotan di Kabupaten Majalengka.

(81)

seharga berkisar 15000 rupiah, dan setiap tahun selalu terjadinya peningkatan harga bahan baku membuat pengusaha anyaman rotan di Kabupaten Majalengka menjadi kebingungan.

3. Pemerintah Kabupaten Majalengka kurang mendukung pengusaha skala menengah ke bawah di Kabupaten Majalengka dari segi finansial

Beberapa pengusaha menengah yang diwawancarai, belum merasa pemerintah melakukan turun tangan secara langsung terhadap wiraswasta kecil, khususnya pengusaha kecil di bagian rotan dalam segi permodalan, karena dukungan pemerintah baik secara moril maupun materiil diantaranya berupa modal agar pengusaha kecil rotan di bagian wilayah Kabupaten Majalengka dapat berkembang. Dilihat industri kerajinan anyaman rotan memiliki potensi sumber pendapatan daerah Kabupaten Majalengka.

4.Peredaman rotan membuat polusi udara berupa bau tidak sedap sehingga mengganggu masyarakat sekitar.

(82)

5.Kreatifitas anyaman rotan di Kabupaten Majalengka masih kalah jauh dibandingkan dengan daerah lain yang membuat kerajinan rotan.

Perbedaan diantara kreatifitas anyaman rotan yang dibuat oleh para pengrajin anyaman rotan di wilayah lainnya diantaranya adalah DI Yogyakarta sudah mampu membuat kerajinan anyaman tidak menggunakan rangka, sehingga terkesan lebih menarik dan lebih unik begitupula kerajinan anyaman rotan yang terletak di wilayah Cirebon.

6.Tidak ada asosiasi di wilayah Kabupaten Majalengka

Tidak terdapatnya asosiasi rotan di Kabupaten Majalengka merupakan hambatan bagi para pengusaha yang berada di Kabupaten Majalengka. Industri kerajinan anyaman rotan di Kabupaten Majalengka berjalan tanpa adanya asosiasi untuk pegusaha kecil, Sedangkan untuk pengusaha besar mengikuti asosiasi yang terletak di Cirebon Jawa Barat B. Analisis Perumusan Kajian Strategi Bersaing SWOT dan QSPM

1.Tahap Input (Input Stage)

a. Pembentukan Matriks Faktor internal dan Faktor eksternal objek

penyusunan faktor internal yang terdiri dari kekuatan serta kelemahan dan faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman bedasarkan wawancara terhadap pihak–pihak pengusaha anyaman rotan skala menegah maupun besar, serta kepala disperindag kabupaten Majalengka

(83)

Tabel 5.3

Matriks Faktor Internal Dan Faktor Eksternal

Sentra Industi Kerajinan Anyaman Rotan Di Kabupaten Majalengka.

Faktor Internal Faktor Eksternal Kekuatan

a.Memiliki tenaga kerja yang ahli b.Menghasilkan produk kerajinan anyaman yang terbuat dari bahan rotan alami.

c.Kerajinan anyaman rotan merupakan salah satu produk kerajinan yang unik di kawasan Kabupaten Majalengka.

d.Sentra industri anyaman rotan di Kabupaten Majalengka memiliki sumber daya manusia yang melimpah.

e.Adanya pelatihan untuk pengrajin anyaman rotan. f. Pengusaha industri anyaman

rotan di Majalengka selalu melakukan promosi melalui mulut ke mulut , pameran bahkan media sosial.

Peluang

a. Produk kerajinan anyaman rotan Kabupaten Majalengka diminati warga asing.

b. Kerajinan anyman rotan mampu berdaya saing dengan produk luar dilihat dari produk yang kreatif dan terbilang unik. c. Kerajinan anyaman rotan

termasuk kedalam ekonomi kreatif.

d. Tidak semua wilayah Indonesia mampu mengelola komoditas rotan.

e. Jenis rotan kubu grey merupakan jenis rotan di Sentra Industri Majalengka yang paling diminati warga negara asing.

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1. 2 Perkembangan IKM Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2014
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Model Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) faktor-faktor industri (modal, bahan baku, tenaga kerja, dan pemasaran) yang mendudung berdirinya industri rumah

dalam menentukan strategi ……… IV-31 Gambar 4.21 Model perilaku pemilik Industri Kerajinan di Sentra Industri Perak Blekonang dalam menentukan strategi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Strategi produksi industri kecil bakso adalah bahan baku yang digunakan merupakan bahan baku yang kualitasnya sedang, pembuatan

Kedua, faktor yang menjadi kekuatan dalam pemberdayaan melalui Industri Kerajinan Batik Kayu di desa Krebet adalah bahan baku kayu yang melimpah; dukungan dari

Dalam neraca klaster ini didalammhya terdiri dari industri kayu, bahan kayu jadi, kayu olahan bahan alam didalamnya ada rotan, bambu anyaman lain yang sudah

No Nama Industri Rotan Bentuk Produk Harga (Rp) Jenis Bahan Baku Rotan.. Alamat/Telp

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dengan segala rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang bejudul “Pemanfaatan Rotan sebagai

Prioritas strategi untuk (a) peningkatan mutu produk adalah pelatihan SDM yang berkaitan dengan teknik penjadwalan terkait penggunaan bahan baku, pemilihan bahan