• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), KEMISKINAN DAN BELANJA MODAL TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 2008-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), KEMISKINAN DAN BELANJA MODAL TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 2008-2014"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

THE INFLUENCE OF GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT (GRDP), POVERTY AND CAPITAL EXPENDITURE ON HUMAN DEVELOPMENT INDEX

(HDI) IN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIOD 2008-2014

Oleh:

NURHIKMAH AMALIA HASAN 20120430097

FAKULTAS EKONOMI

(2)

PERIODE 2008-2014

THE INFLUENCE OF GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT (GRDP), POVERTY AND CAPITAL EXPENDITURE ON HUMAN DEVELOPMENT INDEX

(HDI) IN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIOD 2008-2014

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

NURHIKMAH AMALIA HASAN 20120430097

FAKULTAS EKONOMI

(3)
(4)

iii

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat". (QS.

Al-Mujadalah: 11)

"Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi

bangkit kembali setelah kita jatuh" (Confusius)

"Bermimpilah seolah-olah anda hidup selamanya. Hiduplah seakan-akan inilah

(5)

Ii

Mama dan Papaku tercinta

(6)

iii

1. Indeks Pembangunan Manusia ... 11

a. Pembangunan Manusia ... 13

b. Pembangunan Manusia dan Pengukurannya... 16

1) Indeks Harapan Hidup ... 18

2) Indeks Pendidikan ... 19

3) Paritas Daya Beli ... 21

2. Hubungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 24

3. Hubungan Kemiskinan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 25

4. Hubungan Belanja Modal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 26

C. Definisi Konsep dan Definisi Operasional ... 40

D. Metode Analisis Data ... 42

1. Regresi Data Panel dengan Common Effect ... 43

2. Regresi Data Panel dengan Fixed Effect ... 43

3. Regresi Data Panel dengan Random Effect ... 44

(7)

Ii

5. Uji Ekonometrika ... 48

a. Uji Multikolinearitas ... 48

b. Uji Heterokedastisitas ... 49

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 51

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 51

1. Batas Administrasi ... 51

2. Luas Wilayah ... 51

3. Iklim ... 52

4. Kependudukan ... 53

5. Pertumbuhan ekonomi ... 54

B. Perkembangan Variabel Penelitian ... 56

1. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota di D.I.Yogyakarta ... 56

2. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupate/Kota Di D.I.Yogyakarta ... 58

3. Perkembangan Kemiskinan di Kabupaten/Kota di D.I.Yogyakarta ... 60

4. Perkembangan Belanja Modal di Kabupaten/Kota di D.I.Yogyakarta ... 62

BAB V HASIL DAN ANALISIS... 65

A. Uji Kualitas Data ... 65

1. Uji Heterokedastisitas ... 65

2. Uji Multikolinearitas ... 65

2. Uji Signifikansi Secara Keseluruhan (Uji Statistik F) ... 73

3. Uji Signifikansi Individual (Uji t) ... 74

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN... 78

A. KESIMPULAN ... 78

B. SARAN ... 79

C. KETERBATASAN PENELITIAN ... 80 DAFTAR PUSTAKA

(8)

iii

di Pulau Jawa Tahun 2011-2014 ... 3

1.2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Kemiskinan dan Belanja Modal di D.I.Yogyakarta Tahun 2010-2014 .... 6

2.1. Penelitian Terdahulu ... 26

4.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota di D.I.Yogyakarta Tahun 2008-2014 ... 50

4.2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten/Kota di D.I.Yogyakarta Tahun 2008-2014 (Juta Rupiah) ... 52

4.3. Penduduk Miskin Kabupaten/Kota di D.I.Yogyakarta Tahun 2008-2014 (Ribu Orang) ... 53

4.4. Belanja Modal Kabupaten/Kota di D.I.Yogyakarta Tahun 2008-2014 (Miliar Rupiah) ... 56

5.1. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Park ... 58

5.2. Uji Multikolinearitas ... 59

5.3. Uji Chow ... 60

5.4. Uji Hausman ... 61

5.5. Model Fixed Effect ... 63

5.6. Uji Koefisien Determinasi ... 66

5.7. Uji Signifikansi Secara Keseluruhan ... 67

(9)

Ii

(10)
(11)
(12)

v

INTISARI

Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah satu variabel yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan masyarakat. Perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat menyebapkan terjadinya ketimpangan dan kesenjangan antar daerah. Kebijakan pemerintah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui alokasi belanja modal dan laju pertumbuhan ekonomi, memberikan kontribusi terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), kemiskinan dan belanja modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2008-2014. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel. Hasil analisis menunjukan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia, kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia, dan belanja modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia.

(13)

vi

ABSTRACT

Human developmen index is one of the many variabels used to measure people's

welfare. The vast difference between people's welfare causes inequality among

regions. Through government policy, as in increasing government spending on capital,

increases people's welfare, economic growth and also contributes in raising the

quality of Human Development Indes. The purpose of this study was to determine the

influence of Gross Regional Domestict Product (GRDP), poverty and capital

expenditure on Human Development Index (HDI) in Daerah Istimewa Yogyakarta

period 2008-2014. The analytical tool used in this study was data panel. The analysis

showed that Gross Regional Domestict Product (GRDP) has positive and significant

impact on Human Development Indeks, poverty has negative and significant impact

on Human Development Indeks, and capital expenditure has positive and significant

impact on Human Development Indeks.

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada kenyataannya selama ini pembangunan hanya ditunjukan untuk pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi, bukan peningkatan taraf hidup masyarakatnya. Artinya tingkat pertumbuhan yang tinggi tidak diimbangi dengan tingkat pemerataan distribusi hasil pembangunanya. Jadi, pembangunan ekonomi dikatakan berhasil apabila suatu negara dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan taraf hidup masyarakat secara merata atau yang dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Pembangunan manusia memiliki konsep yang luas dan komprehensif yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia disemua golongan masyarakat pada semua tahap pembangunan. Pembangunan manusia merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia bukan manusia disekeliling pembangunan.

Subjek sekaligus objek pembangunan, berarti manusia pelaksana dan peminat pembangunan. Publikasi ini menempatkan manusia bukan sekedar tujuan yang penting untuk dicapai, tetapi juga akan menjadi fondasi untuk demokrasi yang kuat dan mempersatukan masyarakat karena manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya.

(15)

pembangunan yang menurut konsep pembangunan manusia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam kurun waktu lima tahun yaitu dari tahun 2010-2014 Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia secara bertahap mengalami peningkatan. Berikut adalah data peningkatan Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia.

Seumber: BPS Indonesia (Berbagai terbitan) Gambar 1.1

Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia Tahun 2010-2014

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa IPM di Indonesia dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 sebesar 66,53 menjadi 67,09 pada tahun 2011 dan terus meningkat hingga tahun 2014 sebesar 68,90. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) angka Indeks Pembangunan Manusia Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2010-2014 menunjukan bahwa secara keseluruhan tingkat IPM Daerah Istimewa Yogyakarta berbanding lurus dengan tingkat IPM pada skala nasional. Jika dibandingkan dengan propinsi

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

(16)

lainnya yang berada di pulau Jawa. Berikut adalah tabel perbandingan Indeks Pembangunan Manusia perprovinsi di Pulau Jawa tahun 2011-2014.

Tabel 1.1

Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) per Propinsi di Pulau Jawa Tahun 2011-2014

Provinsi 2011 2012 2013 2014

Dki Jakarta 76.98 77.53 78.08 78.39 Jawa Barat 66.67 67.32 68.25 68.80 Jawa Tengah 66.64 67.21 68.02 68.78 D.I. Yogyakarta 75.93 76.15 76.44 76.81 Jawa Timur 66.06 66.74 67.55 68.14

Sumber data: BPS Indonesia (Berbagai terbitan)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki IPM tertinggi kedua setelah Dki Jakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami pertumbuhan IPM secara bertahap dalam kurun waktu 4 tahun yaitu dari tahun 2011-2014, yang pada awalnya mencapai 75,93 pada tahun 2011 meningkat menjadi 76,15 pada tahun 2012, dan terus meningkat menjadi 78,81 pada tahun 2014.

(17)

timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat ditunjukan dengan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dalam rangka mengacu pertumbuhan ekonomi perlu dan harus memperhatikan aspek pembangunan manusia, termasuk dalam konteks ekonomi daerah, karena dengan modal manusia yang berkualitas, kinerja ekonomi diyakini juga akan lebih baik.

Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah satu indikator dalam mencapai pembangunan ekonomi dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan meminimalisasi dari kemiskinan. Kemiskinan dapat menjadikan efek yang cukup serius bagi pembangunan manusia, karena masalah kemiskinan merupakan sebuah masalah yang kompleks yang sebenarnya bermula dari kemampuan daya beli masyarakat yang tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan pokok sehingga kebutuhan yang lain seperti pendidikan dan kesehatanpun terabaikan. Hal tersebut menjadikan gap pembangunan manusia diantara keduanya pun menjadi besar dan pada akhirnya target capaian IPM yang ditentukan pemerintah menjadi tidak terealisasi dengan baik.

(18)

pemerintah dengan mengalokasikan dana dalam bentuk belanja modal dalam APBD diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang akan menambah aset atau kekayaan daerah, belanja modal merupakan salah satu cara untuk mewujudkan tujuan otonomi daerah yaitu meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yaitu dengan menyediakan fasilitas yang bersinggungan langsung dengan pelayanan publik (Halim 2002). Dengan meningkatkan alokasi pengeluaran pemerintah disektor publik akan meningkatkan produktivitas penduduk. Peningkatan produktifitas ini pada gilirannya mampu meningkatkan pembangunan manusia.

(19)

Tabel 1.2

Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Laju Pertumbuhan PDRB, Kemiskinan dan Belanja Modal di D.I.Yogyakarta

Tahun 2010-2014

Sumber: BPS D.I.Yogyakarta (Berbagai terbitan)

Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui hubungan laju pertumbuhan PDRB dengan IPM di D.I.Yogyakarta, dimana PDRB dari tahun-tahun tersebut (2010-2014) terus meningkat yang hal ini diikuti dengan peningkatan IPM di Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tabel tersebut dapat dilihat hubungan yang cenderung searah atau positif antara PDRB dengan Indeks Pembangunan Manusia di DIY.

(20)

Pada tabel 1.2 dapat dilihat bahwa kemiskinan yang terjadi di DIY cenderung bersifat fluktuatif sehingga berpengaruh pada Indeks Pembangunan Manusia. Pada tahun 2010 kemiskinan di DIY sebesar 15,63% meningkat menjadi menjadi 16,14 pada tahun 2011, hal tersebut berpengarug terhadap IPM, walaupun Indeks Pembangunan Manusia meningkat pada tahun tersebut namun peningkatan IPM sangat rendah.

Indikator selanjutnya yang berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia adalah belanja modal. Belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan jamian sosial dengan mempertimbangkan analisis standar belanja, standar harga, tolak ukur kinerja dan standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU 32/2004). Kebijakan pemerintah dengan mengalokasikan dana dalam bentuk belanja modal dalam APBD diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(21)

berpengaruh terhadap IPM dimana walaupun IPM meningkat setiap tahunnya namun peningkatan IPM tidak secara maksimal.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengajukan penelitian yang berjudul "Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Kemiskinan dan Belanja Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2008-2014".

B. Batasan Masalah

Sehubungan dengan faktor keterbatasan yang ada dan mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM), maka peneliti hanya membahas pada :

1. Variabel-variabel yang dianggap berpengaruh terhadap besar kecilnya

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di D.I.Yogyakarta yaitu Pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan belanja modal.

2. Data yang digunakan adalah data tahunan yaitu tahun 2008-2014 terdiri atas :

a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

b. Laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2000 c. Kemiskinan

d. Belanja modal

(22)

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Seberapa besar pegaruh Produk Domesti Regional Bruto (PDRB) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di D.I. Yogyakarta?

2. Seberapa besar pegaruh kemiskinan terserap terhadap Indeks Pembangunan Manusia di D.I. Yogyakarta?

3. Seberapa besar pegaruh belanja modal terhadap Indeks Pembangunan

Manusia di D.I. Yogyakarta?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) terhadap Indeks Pembangunan Manusia di D.I Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kemiskinan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia di D.I Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh belanja modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia di D.I Yogyakarta.

(23)

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat memperdalam wawasan pengetahuan penulis tentang produk domestik regioanl bruto, kemiskinan, belanja modal dan Indeks Pembangunan Manusia.

2. Bagi peneliti lain, sebagai bahan bagi peneliti lain untuk dapat mengembangkan

penelitian sejenis dengan ruang lingkup yang lebih luas.

(24)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Indek Pembangunan Manusia.

Kesejahteraan sosial merupakan sistem suatu bangsa tentang manfaat dan jasa untuk membantu masyarakat guna memperoleh kebutuhan sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan yang penting bagi kelangsungan masyarakat tersebut (Whithaker dan Federico, 1997). Seseorang yang mempunyai kekurangan kemampuan mungkin memiliki kesejahteraan yang rendah kurangnya kemampuan dapat berarti kurang mampu untuk mencapai fungsi tertentu sehingga kurang sejahtera.

United Nations Development Programe (UNDP) mulai tahun 1990 telah menyusun suatu indikator kesejahteraan manusia yang dapat menunjukan kemajuan manusia berdasarkan faktor-faktor, seperti rata-rata usia harapan hidup, rata-rata lama sekolah, angka melek huruf, dan kesejahteraan secara keseluruhan. Laporan ini menganggap bahwa pembangunan manusia pada hakekatnya adalah suatu proses memperbesar pilihan-pilihan manusia. Indikator kesejahteraan masyarakat yang disusun oleh UNDP dikenal dengan Human Development Index

(HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

(25)

Pertumbuhan ekonomi penting untuk mempertahankan kesejahteraan rakyatnya, namun pertumbuhan bukan akhir dari pembangunan manusia. Pertumbuhan hanyalah salah satu alat, yang lebih penting adalah bagaimana pertumbuhan ekonomi digunakan untuk memperbaiki kapabilitas manusianya dan bagaimana rakyat menggunakan kapabilitasnya tersebut.

Jika mengacu pada pengertian Indeks Pembangunan Manusia menurut United Nations Development Programe (UNDP), maka penduduk menjadi tujuan akhir dari pembangunan, sedangkan upaya pembangunan merupakan sarana (principal means) untuk tujuan tersebut. Definisi ini lebih luas dari definisi pembangunan yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi. Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sisi manusianya, bukan hanya dari sisi pertumbuhan ekonomi.

Dari definisi yang diberikan oleh UNDP mencerminkan bahwa manusia dalam suatu wilayah selayaknya mamiliki dan diberikan pilihan-pilihan yang luas dan dibutuhkan dukungan dari pemerintah guna memberikan sarana bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan dan mengambil keputusan sesuai dengan pilihan yang diambilnya.

(26)

ambil. Salah satu hal yang paling menentukan dalam suksesnya pembangunan manusia adalah pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan, sehingga dua sektor tersebut menjadi prioritas bagi pemerintah guna mewujudkan pembangunan manusia yang pada akhirnya menjadi input dalam proses pembangunan di berbagai sektor (Christina, 2011).

Salah satu keuntungan HDI adalah, indeks ini mengungkapkan bahwa sebuah negara/ daerah dapat berbuat jauh lebih baik pada tingkat pendapatan yang rendah, dan bahwa kenaikan pendapatan yang besar hanya berperan relatif kecil dalam pembangunan manusia (Todaro, 2006).

a. Pembangunan Manusia

Terminologi pembangunan manusia dalam Indonesia Human Development Report (2001:10) adalah proses dimana masyarakat dimungkinkan untuk dapat memperluas berbagai pilihan-pilihan. Pendapatan merupakan salah satu dari sekian pilihan, tetapi bukan seluruh kebutuhan hidup. Kesehatan dan pendidikan, lingkungan yang baik serta kebebasan dalam bertindak jauh lebih penting. Hal ini juga dikuatkan dalam Indonesia Human Development Report (2004:70) bahwa pembangunan manusia sangat berkepentingan dengan kapabilitas manusia termasuk didalamnya adalah peningkatan dalam kesehatan dan pendidikan.

(27)

setan kemiskinan. Sekelompok orang yang berpendidikan akan dapat memberi manfaat kepada masyarakat disekelilingnya, seperti menciptakan berbagai inovasi yang berguna bagi komunitasnya (Todaro, 2003).

Berbeda dengan konsep pembangunan yang memberikan perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi dengan asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi pada akhirnya akan menguntungkan manusia. Pembangunan manusia memperkenalkan konsep yang lebih luas dan lebih komprehensif yang mencakup semua pilihan yang dimiliki manusia disemua golongan masyarakat pada semua tahap pembangunan.

Pembangunan manusia memiliki cakupan yang lebih luas dari teori konvensional pembangunan ekonomi. Model pertumbuhan ekonomi yang lebih menekankan pada peningkatan PDRB daripada perbaikan kualitas hidup manusia. Pembangunan manusia cenderung untuk memperlakukan manusia sebagai input bagi proses produksi.

Dalam pembangunan manusia terdapat hal-hal penting yang perlu menjadi perhatian utama (UNDP, 1995:118), yaitu:

1) Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatiah. 2) Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi

(28)

3) Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya peningkatan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga pada upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal.

4) Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktifitas,

pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan.

5) Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diperhatikan lebig lanjut empat pilat pokok yang mendukung pembangunan manusia, dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:

1) Produktifitas

Manusia harus berkemampuan untuk meningkatkan produktifitasnya dan berpartisipasi penuh dalam proses mencari penghasilan dan lapangan kerja. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari model pembangunan manusia.

2) Pemerataan

(29)

3) Keberlanjutan

Akses terhadap kesempatan harus tersedia bukan hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi mendatang. Semua bentuk sumberdaya harus diperbaharui.

4) Pemberdayaan

Pembangunan harus dilakuakan oleh semua orang, bukan hanya semata-mata untuk semua orang. Semua orang harus berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan dan proses yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak anti terhadap pertumbuhan. Dalam perspektif pembangunan manusia pertumbuhan ekonomi bukanlah tujuan akhir. Pertumbuhan ekonomi adalah alat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu memperluas pilihan-pilihan manusia. Walaupun demikian, tidak ada hubungan yang otomatis antara pertumbuhan ekonomi dengan kemajuan pembangunan manusia.

b. Pembangunan Manusia dan Pengukurannya

Dalam Human Development Report (UNESCO, 2007) dijelaskan bahwa

(30)

dimensi dasar dari proses pengembangan kualitas manusia. Pengukuran ini dilakukan dengan menetapkan beberapa asumsi dasar bahwa manusia yang berkualitas adalah:

a) Manusia yang dapat hidup sehat dan panjang umur, sebagaimana diukur

dengan Angka Harapan Hidup sejak waktu lahir (life expectancy at birth). b) Manusia yang memiliki kecakapan dan pendidikan yang diperlukan bagi

hidupnya, sebagaimana diukur melalui indikator angka literasi orang dewasa (adult literacy rate) dengan bobot penilaian dua pertiga, serta indikator kombinasi Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan dasar, menengah dan tinggi dengan bobot penilaian satu pertiga dari penghitungan indeks pendidikan.

c) Manusia yang dapat mencapai standar hidup layak, sebagaimana diukur

dengan logaritma pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita yang menggunakan indikator purchasing power parity (PPP) yang dihitung dalam dolar Amerika.

Rumus umum yang digunakan untuk menghitung Indeks Pembangunan Manusia adalah sebagai berikut:

IPM = 1/3 (Indeks 1 + Indeks 2 + Indeks 3)... (1)

Di mana:

1

 = Indeks Harapan Hidup

2

(31)

3

 = Indeks Standart Hidup Layak

Masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya sehingga bernilai antara 0 (terburuk) dan 1 (terbaik). Untuk memudahkan dalam analisa biasanya indeks ini dikalikan 100. Teknik penyusunan indeks tersebut pada dasarnya mengikuti rumus sebagai berikut:

IPM =

i3IIi Xi = Nilai indikator komponen IPM ke i

MaxXi = Nilai maksimum Xi Min Xi = Nilai minimum Xi 1) Indeks harapan hidup.

Indeks harapan hidup menunjukkan jumlah tahun hidup yang diharapkan dapat dinikmati penduduk suatu wilayah. Dengan memasukkan informasi mengenai angka kelahiran dan kematian per tahun variabel indek harapan hidup diharapkan akan mencerminkan rata-rata lama hidup sekaligus hidup sehat masyarakat.

(32)

dibutuhkan dalam metode ini adalah rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak masih hidup dari wanita pernah kawin. Secara singkat, proses penghitungan angka harapan hidup ini disediakan oleh program Mortpak. Untuk mendapatkan Indeks Harapan Hidup dengan cara menstandarkan angka harapan hidup terhadap nilai maksimum dan minimumnya.

Tabel 2.1

Nilai Maksimum dan Minimum dari Setiap Komponen HDI

No Komponen HDI Nilai

Maksimum

Nilai Minimum

1 Angka Harapan Hidup 83,04 20

2 Expected Years of Schooling

(tahun)

18 0

3 Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 15 0

4 Pengeluaran per kapita disesuakan 26.572.352** (IDR)

1.007.436* (IDR) Sumber: BPS Daerah Istimewa Yogyakarta

Keterangan:

* Daya beli minimum garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara-Papua

** Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang

diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025.

2) Indeks pendidikan.

(33)

usia tersebut sudah ada yang berhenti sekolah. Batasan ini diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan kondisi sebenarnya mengingat penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun masih dalam proses sekolah atau akan sekolah sehingga belum pantas untuk rata-rata lama sekolahnya.

Kedua indikator pendidikan ini dimunculkan dengan harapan dapat mencerminkan tingkat pengetahuan (cerminan angka Lit), dimana Lit merupakan proporsi penduduk yang memiliki kemampuan baca tulis dalam suatu kelompok penduduk secara keseluruhan. Sedangkan cerminan angka MYS merupakan gambaran terhadap keterampilan yang dimiliki penduduk. MYS dihitung secara tidak langsung, pertama-tama dengan memberikan Faktor Konversi pada variabel “Pendidikan yang Ditamatkan”. Langkah selanjutnya adalah dengan menghitung

rata-rata tertimbang dari variabel tersebut sesuai dengan bobotnya.

Setelah diperoleh nilai Lit dan MYS, dilakukan penyesuaian agar kedua nilai ini berada pada skala yang sama yaitu antara 0 dan 1. Selanjutnya kedua nilai yang telah disesuaikan ini disatukan untuk mendapatkan indeks pendidikan dengan perbandingan bobot 2 untuk Lit dan 1 untuk MYS, sesuai ketentuan UNDP. Dengan demikian untuk menghitung indeks pendidikan digunakan rumus:

IP = 2/3 Indeks Lit + 1/3 Indeks MYS

(34)

berdaya untuk keluar dari kemiskinan dan keterbelakangan. 3) Paritas Daya Beli/Purchasing Power Parity (PPP).

Untuk mengukur dimensi standar hidup layak (daya beli), UNDP menggunakan indikator yang dikenal dengan real per kapita GDP adjusted. Untuk perhitungan IPM ub nasional (provinsi atau kabupaten/kota) tidak memakai PDRB per kapita karena PDRB per kapita hanya mengukur produksi suatu wilayah dan tidak mencerminkan aya beli riil masyarakat yang merupakan concern IPM. Untuk mengukur daya beli penduduk antar provinsi di Indonesia, BPS menggunakan data rata-rata konsumsi 27 komoditi terpilih dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dianggap paling dominan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan telah distandarkan agar bisa dibandingkan antar daerah dan antar waktu yang disesuaikan dengan indeks PPP dengan tahapan sebagai berikut (berdasarkan ketentuan UNDP):

(1) Menghitung rata-rata pengeluaran konsumsi perkapita per tahun untuk 27 komoditi dari SUSENAS Kor yang telah disesuaikan (=A).

(2) Menghitung nilai pengeluaran riil (=B) yaitu dengan membagi rata-rata pengeluaran (A) dengan IHK tahun yang bersangkutan.

(35)

(ICP) dalam menstandarkan GNP per kapita suatu negara. Data yang digunakan adalah data kuantum per kapita per tahun dari suatu basket komoditi yang terdiri dari 27 komoditi yang diperoleh dari Susenas Modul sesuai ketetapan UNDP.

Penghitungan PPP/unit dilaksanakan dengan rumus :

E (i,j ) = Pengeluaran untuk komoditi j di Provinsi i P ( i,j ) = Harga komoditi j di Provinsi i

Q (i,j) = Jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di Provinsi i

Pembangunan manusia yang dimaksudkan dalam IPM tidak sama dengan pengembangan sumber daya manusia yang biasanya dimaksudkan dalam teori ekonomi. Sumber daya manusia menunjuk pada manusia sebagai salah satu faktor produksi, yaitu sebagai tenaga kerja yang produktivitasnya harus ditingkatkan. Dalam hal ini manusia hanya sebagai alat (input) untuk mencapai tujuan yaitu peningkatan output barang dan jasa. Sedangkan manusia di dalam IPM lebih diartikan sebagai tujuan pembangunan yang orientasi akhirnya pada peningkatan kesejahteraan.

(36)

upaya pembangunan kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). 2) IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu

wilayah/negara.

3) IPM juga digunakan sebagai salah satu alokasi penentuan Dana Alokasi

Umum (DAU).

Interpretasi dari Indeks Pembangunan Manusia (BPS DIY) adalah:

1) Angaka IPM memberikan gambaran komprehensif mengenai tingkat

pencapaian pembangunan manusia sebagai danpak dari kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh suatu negara/daerah. Semakin tinggi nilai IPM menunjukan pencapaina pembangunan manusianya semakin baik.

2) Nilai IPM yang kurang dari 50 digolongkan kategori "rendah", rentan

antara 50 hingga 79 masuk kriteria mengengah dan nilai 80 ke atas merupakan kelompok "tinggi".

Sumber daya yang digunakan dalam perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (BPS DIY) adalah:

1) Angka Harapan Hidup (AHH) dihitung menghgunakan data Supas dan

proyeksi penduduk.

2) Angka Melek Huruf (AMH), lama sekolah dan angka harapan hidup

menggunakan data pokok Susenas Kor.

(37)

Konsumsi yang didasarkan pada 27 komoditi, disukung oleh data lain seperti Indeks Harga Konsumen (IHK), Supas dan proyeksi penduduk.

2. Hubungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi biasanya digunakan untuk menilai sampai seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu dan menjadi tolak ukur dalam menentukan arah kebijakan pembangunan yang akan datang.

Pertumbuhan ekonomi akan menjadikan pembangunan manusia semakin baik, begitu pula sebaliknya akibat dari perbaikan kualitas manusia tersebut dalam jangka panjang akan menjadikan kinerja perekonomian akan meningkat (Lee Jong Hwa, 2002).

(38)

2006 dalam Bosaman). Investasi ini dutujukan pada bidang pendidikan dan kesehatan. Investasi pada bidang pendidikan dan kesehatan dapat meningkatkan produktivitas pekerja, meningkatkan perolehan keterampilan, pengembangan ilmu pengetahuan, serta mampu mengembangkan kemajuan teknologi (Bosman 2010).

3. Hubungan kemiskinan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Dalam suatu lingkaran setan kemiskinan terdapat tiga poros utama yang menyebabkan seseorang menjadi miskin yaitu rendahnya tingkat kesehatan, rendahnya pendapatan, dan rendahnya tingkat pendidikan (Mahmudi 2007). Penduduk miskin akan lebih banyak atau bahkan seluruh pendapatannya dugunakan untuk kebutuhan makan, dibadingkan penduduk kaya. Akibatnya penduduk miskin tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang layak. Rendahnya tingkat kesehatan merupakan salah satu pemicu terjadinya kemiskinan karena tingkat kesehatan masyarakat yang rendah akan menyebabkan tingkat produktivitas menjadi rendah. Tingkat produktivitas yang rendah lebih lanjut menyebabkan pendapatan rendah, dan pendapatan yang rendah menyebabkan terjadinya kemiskinan. Kemiskinan itu selanjutnya menyebabkan seseorang tidak dapat menjangkau pendidikan yang berkualitas serta membayar biaya pemeliharaan dan perawatan kesehatan. 4. Hubungan belanja modal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

(39)

dan juga bantuan dari pemerintah yang berupa Dana Alokasi Umum, maka alokasi dana untuk mensejahterakan masyarakat juga akan semakin baik. Pengalokasian dana belanja modal untuk kesejahteraan khususnya dibidang pendidikan, diharapkan lebih besar untuk kemajuan daerah dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Belanja modal ini dapat berupa pembangunan gedung, sarana dan prasarana yang memadai untuk kenyamanan bersekolah (Christy dan Adi, 2009) sehingga kemajuan dalam pendidikan juga akan meningkatkan kualitas pembangunan manusia.

Kesejahteraan masyarakat dapat diwujudkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar seperti kesehatan, pemdidikan, dan infrasrtuktur. Pemenuhan kebutuhan dasar akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya yang berkualitas akan mampu memberikan kontribusi dalam kemajuan teknologi yang lebih mutakhir sehingga dapat meningkatkan efisiensi produksi.

(40)

negara berkembang untuk menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan (Todaro, 2006).

Belanja modal merupakan salah satu cara untuk mewujudkan tujuan otonomi daerah yaitu meningkatkan kesejahteaan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yaitu dengan menyediakan fasilitas yang bersinggungan langsung dengan pelayanan publik.

B. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan Denni Sulistio Mirza (2012) dengan judul Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Belanja Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah Tahun 2006-2009 hasil analisis menunjukan bahwa perkembangan IPM kabupaten/kota di Jawa Tengah mengalami peningkatan dan termasuk kategori IPM menengah. Regresi data panel menunjukan bahwa kemiskinan mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah.pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah. Belanja modal yang dikeluarkan oleh pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM Provinsi Jawa Tengah.

(41)

Pembangunan Manusia Melalui Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Variabel Intervening Provinsi Bali dengan menggunakan analisis jalur/Part Analisis. Hasil analisis menunjukan bahwa belanja modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia, belanja modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia, belanja modal berpengaruh secara tidak langsung terhadap indeks pembangunan manusia melalui meditasi pertumbuhan ekonomi menunjukan hasil z hitung 4,35 lebih besar dibandingkan z tabel 1,96. Artinya bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan variabel meditasi.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ilham Irawan (2009) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia periode 1990-2007 dengan menggunakan analisis regresi linier logaritme. Hasil analisis menunjukan bahwa ada tiga dari empat variabel memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di Indonesia. Produk Domestik Bruto (PDB) mempunyai pengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh yang positif terhadap IPM

4. Penelitian yang dilakukan oleh Septian Jefri Alif Utama, Teguh Hadi Priyono,

(42)

Besuki), dengan menggunakan analisis data panel dan analisis lintas. Hasil analisis menunjukan perkembangan indeks pembangunan manusia di wilayah Eks karesidenan Besuki tidak ada yang berada pada level lower dan terus mengalami peningkatan pada periode 2004-2013. Pengaruh pendapatan sektoral dan belanja modal secara regresi berpengaruh secara signifikan sedangkan kemiskinan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap indeks pembangunan manusia. Secara struktural pendapatan sektoral memiliki pengaruh yang sangat besar karena memiliki pengaruh total yang lebih besar terhadap indeks pembangunan manusia dibadingkan belanja modal dan kemiskinan terhadap indeks pembangunan manusia.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Christina Usmaliadanti (2011) dengan judul Analisis Pengaruh Tingkat Kemiskinan, Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2009. Dengan menggunakan analisis data panel (fixed effect model). Hasil analisis menunjukan bahwa variabel jumlah penduduk miskin, pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh signifikan terhadap variabel pembangunan manusia, sedangkan variabel pengeluaran pemerintah sektor kesehatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pembangunan manusia.

(43)
(44)

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

(45)

Lanjutan Tabel 2.2

Judul Penelitian Metode Variabel Dependen Variabel Independen Kesimpulan Pengaruh Belanja

1. Belanja modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap 3. Belanja modal berpengaruh

positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia 4. Belanja modal berpengaruh

(46)

Lanjutan Tebel 2.1

Judul Penelitian Metode Variabel Dependen Variabel Independen Kesimpulan Analisis Faktor-Faktor

1. Hasil analisis menunjukan bahwa ada tiga dari empat variabel memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di Indonesia.

2. Produk Domestik Bruto (PDB) mempunyai pengaruh positif

(47)

Lanjutan Tebel 2.1

Judul Penelitian Metode Variabel Dependen Variabel Independen Kesimpulan

2. Pendapatan sektoral dan belanja modal secara regresi

3. Secara struktural pendapatan sektoral memiliki pengaruh

(48)

Lanjutan Tabel 2.2

Judul Penelitian Metode Variabel Dependen Variabel Independen Kesimpulan Pengaruh Alokasi Belanja

1. Belanja modal dan belanja barang dan jasa berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Barat tahun 2011-2013.

2. Belanja hibah dan belanja bantuan sosial tidak

(49)

C. Kerangka Pikir

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang baik akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang baik pula akan tetapi bila pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak dibarengi dengan pembangunan manusia yang baik maka tidak akan berlangsung lama (sustainable). Pertumbuhan ekonomi diukur dengan pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut harga konstan. Laju pertumbuhan PDRB akan memperlihatkan proses keaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi dapat berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia karena pertumbuhan ekonomi mengakibatkan naiknya produktifitas perekonomian sehingga tingkat pendapatan juga mengalami kenaikan. Kenaikan pendapatan perkapita merupakann suatu pencermian dari timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator dalam mencapai pembangunan ekonomi dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan meminimalisasi dari kemiskinan. Kemiskinan yang terus bertambah akan menyebapkan terhambatnya peningkatan indeks pembangunan manusia, Kemiskinan dapat berpengaruh negatif terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Dengan demikian diperlukan peran dari pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan.

(50)

pengeluaran pemerintah mencerminkan kombinasi produk yang dihasilkan untuk menyediakan barang publik dan pelayanan kepada masyarakat yang memuat pilihan atas keputusan yang dibuat oleh pemerintah. Belanja modal merupakan pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemerintah yang tercermin dalam APBD. Belanja modal dapat berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka alur pikir penelitian tentang danpak dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), kemiskinan, belanja modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah sebagai berikut:

+

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, serta uraian pada peneliti terdahulu serta kerangka pemikiran teoritis, maka dalam penelitian ini dapat diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut:

(51)

1. Diduga Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di D.I. Yogyakarta tahun 2008-2014. 2. Diduga kemiskinan berpengaruh negatif terhadap Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) di D.I. Yogyakarta tahun 2008-2014.

(52)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh kabupaten dan kota yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang terdiri dari 4 kabupaten dan 1 kota madya yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta.

B. Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diambil dari pihak lain atau merupakan data yang sudah diolah oleh pihak ketiga secara berkala yang berupa data time series dan cross section dalam bentuk data tahunan selama periode 2008-2014. Data ini diperoleh dari Badan Pusat statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakrta dan beberapa instansi yang terkait serta dari berbagai sumber kepusatakaan lain. Dimana data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM), laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), kemiskinan dan belanja modal.

C. Definisi Konsep dan Definisi Operasional

(53)

dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:2). Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu:

1. Variabel bebas (independen).

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun pengaruhnya negatif (Ferdinand, 2006:26). Variabel independen dalam penelitian ini adalah:

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kemiskinan (K)

Belanja modal (BM)

2. Variabel terikat (Dependen).

Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian utama peneliti. Hakekat sebuah masalah mudah terlihat dengan mengenali berbagai variabel dependen yang digunakan dalam sebuah model. Variabilitas dari atau atas faktor inilah yang berusaha untuk dijelaskan oleh seorang peneliti (Ferdinand, 2006). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Untuk menghindari perbedaan pengertian dan memberikan batasan yang tegas pada variabel yang diteliti, maka definisi operasional terhadap masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(54)

dasar konsep right based approach to human development. HDI melakukan pengukuran rata-rata pencapaian setiap individu negara yang menyangkut tiga dimensi dasar dari proses pengembangan kualitas manusia yaitu manusia yang dapat hidup sehat dan panjang umur, manusia yang memiliki kecakapan dan pendidikan, manusia yang dapat mencapai standar hidup layak.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai bersih barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi disuatu daerah dalam periode tertentu.

3. Kemiskinan adalah penduduk yang secara ekonomi tidak mampu memnuhi

kebutuhan makanan setara 2100 kalori dan kebutuhan non makanan yang mendasar. Dalam penelitian ini menggunakan jumlah penduduk miskin yang berada dibawah garis kemiskinan di kabupaten/kota di D.I.Yogyakarta dalam ribu orang.

4. Belanja modal adalah belanja yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka

(55)

D. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel. Data panel (panel/pooled data) adalah gabungan antara data silang (cross section) dengan data runtut waktu (time series). Data time series biasanya meliputi satu objek dan data cross section terdiri dari beberapa atau banyak objek.

Dalam model data panel persamaan model dengan menggunakan data cross section dapat ditulis sebagai berikut:

Dimana N adalah banyaknnya data cross section

Sedangkan model dengan menggunakan dota time series adalah: 

Dimana T adalah banyaknnya data time series

Mengingat data panel merupakan gabungan dari time series dan cross section, maka model dapat ditulis dengan:

it

N= banyaknya observasi T= banyaknya waktu

(56)

Dalam mengukur persamaan regresi menggunakan data panel, untuk keseimbangan datanya akan digunakan model regresi berganda unbalance panel. Dimana setiap unit cross sectionnya memiliki jumlah observasi time series yang berbeda. Sedangkan dalam analisis menggunakan regresi data panel, untuk hasil estimasi dipilih salah satu model regresi data panel yang sesuai. Terdapat tiga model yang digunakan diantarnya: 1) Regresi data panel dengan Common Effect

atau Ordinary Least Square (OLS), 2) Regresi data panel dengan Fixed Effect Method (FEM), 3) Regresi data panel dengan Random Effect.

1. Regresi data panel dengan Common Effect

Model analisis ini mengabaikan dimensi waktu dan ruang, karena intercept

dan koefisien slope dianggap konstan. Dan dalam melakukan regresi digunakan langsung regresi Ordinary Least Square (OLS). Untuk persamaan regresinya adalah sebagai berikut:

it pit p it

it

it        

 0 1 1 2 .... ...(6)

Dimana:

i = Unit cross section (individual) t = Periode waktu

2. Regresi data panel dengan Fixed Effect Method (FEM)

(57)

harus bervariasi, maka bisa digunakan variabel dummy. Untuk persamaan

Model analisis ini memiliki asumsi bahwa slope antar individu adalah sama, tetapi intersep berbeda baik antar individu maupun antar waktu, namun rata-rata tiap intersep adalah sama. Untuk persamaan regresinya adalah:

it

Untuk memilih model yang paling tepat terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan, antara lain:

a. Uji Chow

(58)

Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

0

H :Model PLS (Restricted)

1

H :Model Fixed Effect (Unrectrited)

Dasar penolakan terhadap hipotesa nol tersebut adalah dengan menggunakan F-statistik seperti yang digunakan sebagai berikut:

k yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode pooled least

square/common intersept)

URSS = Unrestricted Residual Sum Square (merupakan Sum Square Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode

(59)

b. Uji Hausman

Pengujian ini dilakukan untuk menguji metode regresi data panel mana yang lebih baik apakah menggunakan metode regresi dengan fixed effect atau dengan metode random effect maka digunakan uji Hausman. Dimana uji Hausman memiliki hipotesis sebagai berikut:

0

H : Random Effect

1

H : Fixed Effect

Bila H0 diterima maka dalam model terdapat efek random

Bila H0 ditolah atau menerima H1 maka dalam model terdapat effek tetap.

Dasar penolakan H0 adalah dengan menggunakan pertimbangan statistic

Chi-Square statistic > Chi-Square tabel maka H0(model yang digunakan adalah

Fixed Effect).

Setelah ditentukan model mana yang digunakan dalam regresi data panel, dilakukan lagi pengujian terhadap model yaitu uji statistik dan uji ekonometrika, yang meliputi:

4. Uji statistik

Penggunaan uji statistik dilakukan guna mengetahui apakah perhitungan yang dilakukan signifikan secara statistik atau tidak signifikan. Ketepatan dalam menggunakan regresi dapat diukur dari goodness of fit. Dan dalam analisis regresi terdapat 3 jenis kriteria ketepatan (goodness of fit) yaitu: 1) uji statistik t, 2) uji

(60)

a. Uji signifikansi Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang diuji adalah suatu parameter (bi) sama dengan nol. Sedangkan cara untuk melakukan uji t bisa dipergunakan:

(1) Apabila jumlah degree of freedom adalah 20 atau lebih dan derajat kepercayaan 5%, maka Ho yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak apabila nilai t lebih besar dari 2 (nilai absolut).

(2) Dengan cara membandingkan nilai statistik t, apabila nilai statistik t hitung lebih besar dibanding t tabel maka hipotesis alternatif dapat diterima.

b. Uji signifikansi secara keseluruhan (Uji statistik F)

Uji statistik F menunjukan semua variabel bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Sedangkan cara untuk melakukan uji t bisa dipergunakan:

(1) Apabila nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho yang menyatakan bi=b2=...bk= 0 dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%.

(2) Dengan cara membandingkan nilai statistik F, apabila nilai statistik F hitung

lebih besar dibanding F tabel maka hipotesis alternatif dapat diterima.

c. Koefisien Determinasi (R2)

(61)

menerangkan variasi variabel dependen. Namun penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukan dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen yang dimasukan R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel independen tersebut signifikan atau tidak. Oleh karena itu nilai Adjusted R2 dapat digunakan untuk mengevaluasi mana model regresi yang baik.

5. Uji Ekonometrika

Dalam menggunakan regresi OLS diperlukan pengujian untuk menghasilkan sifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), pengujian dilakukan menggunakan asumsi Klasik yang terdiri dari:

a. Uji multikolinearitas.

Uji multikolinearitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan linier antar variabel-variabel bebas dalam model regresi. Gejala multikolinearitas dalam suatu model akan menimbulkan beberapa konsekuensi, diantaranya:

a) Meskipun penaksiran OLS dapat diperoleh, namun kesalahan standarnya cenderung semakin besar dengan meningkatkannya korelasi antar variabel (Gujarati, 2003).

b) Standar error dari parameter dugaan akan sangat besar, sehingga selang kepercayaan cenderung lebih besar (Gujarati, 2003).

(62)

signifikan, tetapi koefisien determinasi (R squared) tetap tinggi, dan uji F signifikan (Nachrowi, 2006).

d) Jika korelasinya tinggi kemungkinan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah menjadi besar (Gujarati, 2003).

e) Kesalahan standar akan semakin besar dan sensitif jika ada perubahan data (Gujarati, 2003).

f) Tidak mungkin mengisolasi pengaruh individual dari variabel yang

menjelaskan (Gujarati, 2003).

Ada beberapa cara untuk mengetahui multikolinearitas dalam suatu model. Salah satunya adalah dengan melihat koefisien korelasi hasil output komputer. Jika terdapat koefisien korelasi yang lebih besar |0,8|, maka terdapat gejala multikolinearitas (Syamsul,2012).

b. Uji heterokedastisitas.

Heteroskedastisitas merupakan suatu kondisi dengan nilai varian dari variabel independen tidak memiliki nilai yang sama. Hal ini melanggar asumsi dasar dari regresi linear klasik yaitu varian setiap variabel bebas mempunyai nilai yang konstan atau memiliki varian yang sama/ homoskedastisitas (syamsul,2013)

Adanya sifat heteroskedastisitas ini dapat membuat penafsiran dalam model bersifat tidak efisien. Umumya masalah heteroskedastisitas lebih biasa terjadi pada data cross section dibandingkan dengan time series (Gujarati, 1978).

(63)

menggunakan uji park yang sering digunakan dalam beberapa referensi. Dalam metodenya, Park menyarankan suatu bentuk fungsi spesifik diantara varian

kesalahan ui2 dan variabel bebas yang dinyatakan sebagai berikut:

2

ui

 = i ...(9)

Persamaan yang diatas dijadikan linier dalam bentuk persamaan log sehingga menjadi:

Lnui2 =  Lni+ vi ...(10)

Karena varian kesalahan (ui2 ) tidak teramati, maka digunakan

2

i

e sebagai

penggantinya. Sehingga persamaannya menjadi:

Ln 2

i

e =  Lni+ vi...(11)

Apabila koefisien parameter  dari persamaan regresi tersebut signifikan

secara statistik, berarti didalam data terdapat masalah heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika  tidak signifikan, maka asumsi homoskedastisitas pada data

dapat diterima. (Park dalam Sumodiningrat, 2010).

(64)

51

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Batas admistrasi

Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian tengah, di bagian selatan dibatasi lautan Indonesia, sedangkan di bagian lainnya dibatasi oleh wilayah provinsi Jawa Tengah yang meliputi:

1) Kabupaten Klaten di sebelah Timur Laut 2) Kabupaten Wonogiri di sebelah Tenggara 3) Kabupaten Purworejo di sebelah Barat 4) Kabupaten Magelang di sebelah Barat Laut

Secara administrasi D.I.Yogyakarta terbagi dalam 4 kabupaten dan 1 kota dengan 78 kecamatan serta 438 Desa/Kelurahan definitif (BPS, DIY 2010). Dengan perincian

a) Kota Yogyakarta terdiri atas 14 kecamatan dan 45 kelurahan/desa b) Kabupaten Bantul terdiri atas 17 kecamatan dan 75 kelurahan/desa c) Kabupaten Kulonprogo terdiri atas 12 kecamatan dan 88 kelurahan/desa d) Kabupaten Gunungkidul terdiri atas 18 kecamatan dan 144 kelurahan/desa e) Kabupaten Sleman terdiri atas 17 kecamatan dan 86 kelurahan/desa. 2. Luas wilayah

(65)

3.185,80 km2atau 0,17% dari luas Indonesia (1.860.359,67 km2). Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi terkecil setelah Provinsi DKI Jakarta, yang terdiri atas:

1) Kota Yogyakarta, dengan luas 32,50 km2

(1,02%)

2) Kabupaten Bantul, dengan luas 506,85 km2

(15,91%)

3) Kabupaten Kulonprogo, dengan luas 586,27 km2

(18,40%)

4) Kabupaten Gunungkidul, dengan luas 1.485,36 km2

(46,63%).

5) Kabupaten Sleman, dengan luas 574,82 km2

(18,04%).

Berdasarkan informasi dari Badan Pertanahan Nasional,dari 3.185,80 km2 luas D.I. Yogyakarta, 33,05% merupakan jenis tanah Lithosol, 27,09% Regosol, 12,38% Lathosol, 10,97% Grumusol, 10,84% Mediteran, 3,19% Alluvial, dan 2,48% adalah tanah jenis Rensina.

Sebagian besar wilayah D.I. Yogyakarta atau sebesar 65,65% wilayah terletak pada ketinggian antara 100-499 m dari permukaan laut, 28,84% wilayah denga ketinggian kurang dari 100 m, 5,04% wilayah dengan ketinggian antar 500-999 m, dan 0,47% wilayah dengan ketinggian diatas 1000 m.

3. Iklim

Daerah Istimewa Yogyakarta beriklim tropis yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim hujan.

(66)

menunjukan rata-rata 26,3oC lebih tinggi dibandingkan rata-rata suhu udara pada

tahun 2013 yang tercatat sebesar 26,08oC, dengan suhu minimum 21,2 C dan suhu maksimum 32,7. Curah hujan perbulan sekitar 169,0 mm dengan hari hujan per bulan 13 kali. Sedangkan kelembaban udara tercatat antara 42,0 persen-100,0 persen, tekanan udara 1.010,1 bm- 1.019,9 mb, dengan arah angin Barat Daya dan kecepatan angin antara 0,2 knot sampai dengan 15,0 knot. (DIY dalam angka, 2015).

Peta Daerah Istimewa Yogyakarta

4. Kependudukan

(67)

kota mencapai 66,74 persen dan penduduk desa mencapai 33,26 persen.

Pertumbuhan penduduk pada tahun 2014 terhadap tahun 2010 mencapai 0,98 persen, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan tahu sebelumnya, yakni 0,82 persen.

Dengan luas wilayah 3.185,80 km2. Kepadatan tertinggi terjadi di kota Yogyakarta yakni 12.322 jiwa perkm2dengan luas wilayah hanya sekitar satu persen dari luas DIY. Sedangkan Kabupaten Gunungkidul yang memiliki wilayah terluas mencapai 46,63 persen memiliki kepadatan penduduk terendah yang

dihuni rata-rata 470 jiwa perkm2.

Menurut angka proyeksi penduduk 2010-2035, komposisi penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta menurut kelompok umur didominasi oleh kelompok usia dewasa yaitu umur 20-24 tahun sebesar 8,56 persen.

Kelompok umur 0-24 tahun tercatat 37,80 persen, kelompok umur 25-59 tahun 49,00 persen, dan lanjut usia yaitu umur 60 tahun ke atas sebesar 13,20 persen. Besarnya proporsi mereka yang berusia lanjut mengisyaratkan tinggi usia harapan hidup penduduk DIY yang mencapai 74.

5. Pertumbuhan Ekonomi

(68)

Perekonomian DIY tahun 2014 tumbuh mengesankan karena hampir semua sektor tumbuh positif. Sektor jasa keuangan dan asuransi mengalami pertumbuhanpaling tinggi yaitu sebesar 8,97%, di susul sektor jasa pendidikan, real estate, jasa kesehatan, dan pendidikan sosial, jasa perusahaan,penyediaan akomodasi dan makan minum, informasi dan komunikasi, administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, konstruksi, jasa lainnya, pengadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang, industri pengolahan, pengadaan listrik dan gas serta sektor pertambangan dan penggalian, yaitu 7,91% sampai dengan 2,11%. Sedangkan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh negatif 2,13%.

Berdasarkan perkembangan komposisi nilai Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku dapat diketahui bahwa peran sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar dalam perekonomian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta semakin tergeser oleh sektor lain.

(69)

B. Perkembangan Variabel Penelitian

1. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota di

D.I.Yogyakarta.

Pembangunan manusia menjadi isu utama yang mewarnai proses pembangunan sosial ekonomi di level nasional maupun regional selama lebih dari dua dekade terakhir. Pemerintah Republik Indonesia dalam sekup nasional maupun regional sangat gencar melaksanakan program pembangunan yang menyangkut pembiayaan untuk mengangkat kondisi sosial ekonomi masyarakat khususnya yang berpendapatan rendah. Program yang bersifat intervensi dianggap sangat perlu mengingat terbatasnya akses penduduk miskin terhadap faktor-faktor produksi maupun layanan pendidikan dan kesehatan. Untuk mengevaluasi perkembangan pencapaian pembangunan tersebut dibutuhkan sebuah indikator yang mampu merangkum semua aspek dari pembangunan manusia dan salah satu indikator tersebut adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

(70)

selalu berada di perigkat terkhir. Pencapain IPM diseluruh kabupaten di D.I. Yogyakarta sampai dengan tahun 2014 termasuk dalam kategori "menengah sedang" atau memiliki nilai IPM antara 66-80, bahkan khusus untuk Kota Yogyakarta termasuk dalam kategori "tinggi" karena memiliki nilai IPM di atas 80 pada tahun 2013 dan 2014. (Statistik D.I.Yogyakarta, 2014). Berikut adalah tabel mengenai Indek Pembangunan Manusia (IPM) per kabupaten/kota di D.I.Yogyakarta dalam kurun waktu 2008 hingga tahun 2014.

Tabel 4.1

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota di D.I.Yogyakarta Tahun 2008-2014

(71)

Yogyakarta terus mengalami peningkatan menjadi sebesar 76,81. Indeks Pembangunan Manusia Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi terjadi pada tahun 2014 mencapai 76,81, dan nilai IPM terendah DIY dalam kurun waktu 2008-2014 terjadi pada tahun 2008 sebesar 68,49. Apabila dilihat per kabupaten/kota, kota Yogyakarta mempunyai angka IPM relatif lebih tinggi di bandingkan dengan kabupaten/kota lain di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu sebesar 83,78 pada tahun 2014. Kemudian disusul oleh Kabupaten Sleman mencapai angka 80,73, Kabupaten Bantul sebesar 77,11, Kabupaten Kulonprogo sebesar 70,68 dan Kabupaten Gunungkidul sebesar 67,03.

2. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta.

(72)

output rill.

Berdasarkan perhitungan PDRB atas dasar harga konstan, perekonomian D.I.Yogyakarta tahun 2014 tumbuh sebesar 5,18%, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,40% (BPS D.I.Yogyakarta 2014). Berikut adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 di D.I.Yogyakarta dalam kurun waktu 2008-2014.

Tabel 4.2

Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2008-2014

(Persen)

(73)

menjadi 5,09%. Rata-rata laju pertumbuhan PDRB di Daerah Istimewa Yogyakarata dalam kurun waktu 2008-2014 sebesar 4,95%.

Perbandingan nilai nominal pertumbuhan PDRB antarwaktu dan antar daerah menunjukan bahwa Kota Yogyakarta menunjukan pertumbuhan PDRB terbesar secara relatif, sedangkan Kabupaten Kulonprogo merupakan Kabupaten dengan nilai PDRB terkecil. Pada tahun 2014, kontribusi Kota Yogyakarta terhadap total PDRB provinsi mencapai 5,46%, kemudian diikuti Kota Kabupaten Sleman sebesar 5,23%, Kabupaten Bantul sebesar 5,25%, Kabupaten Gunungkidul sebesar 4,71% dan Kabupaten Kulonprogo sebesar 4,53%.

3. Perkembangan kemiskinan di Kabupaten/Kota di D.I.Yogyakarta

(74)

meliputi kebutuhan makanan maupun non makanan. Berikut data penduduk miskin di Kabupaten/kota di D.I.Yogyakarta.

Tabel 4.3

Penduduk Miskin Kabupaten/Kota di D.I.Yogyakarta Tahun 2008-2014 (Persen)

(75)

sedikit yaitu sebesar 8,67% dan yang memiliki jumlah penduduk miskin paling banyak pada tahun 2014 adalah kabupaten Gunungkidul yaitu sebesar 20,83%.

4. Perkembangan Belanja Modal di Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta.

Kebijakan fiskal merupakan bagian pengeluaran pemerintah (goverment expenditure) (Sukirmo. 2000) dalam Pratowo (2013), adalah suatu tindakan untuk mengukur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah tiap tahunnya yang tercermin dalam dokumen APBN untuk nasional dan APBD untuk daerah/regional.

Belanja daerah dipergunakan untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan, dan urusan penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten dan kota. Sesuai Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, belanja daerah dikelompokan menjadi belanja tidak langsung dan belanja langsung.

(76)

belanja tidak langsung merupakan bagian terbesar yaitu mencapai 46,46% dari total pengeluaran terutama untuk belanja pegawai 15,78%.

Belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, penyediaan fasilitas kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan jaminan sosial dengan mempertimbangkan aalisis standar belanja, standar harga, tolak ukur kinerja dan standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU 32/2004).

Belanja modal dimaksudkan untuk mendapatkan aset tetap pemerintah daerah yaitu peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap lainnya. Secara teoritis ada tiga cara untuk memperoleh aset tetap tersebut yakni dengan membangun sendiri, menukarnya dengan aset tetap lain dan membeli. Berikut adalah data belanja modal di D.I.Yogyakarta tahun 2008-2014.

Tabel 4.4

Belanja Modal Kabupaten/Kota di D.I.Yogyakarta Tahun 2008-2014 (Miliar Rupiah)

Tahun Kabupaten/Kota

(77)

Lanjutan Tabel 4.4

Max 152.465.373 297.895.851 190.308.088 311.278.754 269.821.343 399.119.628 Min 42.169.957 67.528.051 98.742.105 65.333.081 58.269.581 131.691.395 Rata-rata 80.923.343 127.013.511 118.611.604 121.533.211 98.311.060 190.984.200

Sumber: BPS D.I. Yogyakarta

(78)

65

BAB V

HASIL DAN ANALISIS

A. Uji Kualitas Data (Heterokedastisitas dan Uji Multikolinearitas) 1. Uji Heterokedastisitas

Berdasarkan uji park, nilai probabilitas dari semua variabel independen tidak signifikan pada tingkat 1%. Keadaan ini menunjukann bahwa adanya varian yang sama atau terjadi homoskedastisitas antara nilai-nilai variabel independen dengan residual setiap variabel itu sendiri. Berikut ini data output hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji park yang ditunjukan pada tabel 5.1.

Tabel 5.1

Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Park

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -18.68444 16.05593 -1.16371 0.2547 PDRB 0.449752 0.808617 0.556199 0.5827

K 0.133538 0.314581 0.424495 0.6746

LOG(BM) 0.733625 0.769386 0.95352 0.3488

Dari hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa nilai probabilitas PDRB sebesar 0.5827 kemiskinan 0.6746, dan belanja modal 0.3488 yang berarti > 0,01 bebas dari heterokedastisitas.

2. Uji Multikolinearitas

Gambar

Gambar 1.1 Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia
Tabel 1.1
Tabel 1.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Laju Pertumbuhan PDRB, Kemiskinan
Tabel 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penyimpanan Freezer utama bagian atas terdapat beberapa bahan makanan yang sudah jadi dan dibekukan yang sering digunakan atau sering dipesan pada restoran

Apabila Anda telah mempelajari dan menguasai modul ini, maka Anda dapat membuat gambar segi delapan beraturan melalui dua cara dengan

"Dari Perkebunan Hingga Stasiun: Pengembangan Materi Dalam Pembelajaran Sejarah", disampaikan pada Musyawarah Kerja Nasional Pengajaran Sejarah, yang diadakan

Sesuai dengan Surat Edaran Dirksi BSM nomor 12/009/PEM, tanggal 13 Februari 2010 tentang pembiayaan warung mikro, maka pada tahun 2011 Bank Syari’ah Mandiri

Sumber data yang dipergunakan adalahdata sekunder, yaitu data yang telah jadi berupa laporan keuangan, dokumen yang berasal dari koperasi Credit Union Pancuran

Management as the process of coordinating work activities so that they are completed efficiently and effectively with and trough other people. 4 Artinya, Manajemen

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh PDRB, kemiskinan, pengangguran dan belanja modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia di 35 Kabupaten/Kota Jawa

Wafatnya Sultan Ageng Tirtayasa dan tertangkapnya para pengikutnya yang setia, membawa Banten ke ambang pintu penjajahan, karena Sultan Haji menandatangani beberapa perjanjian