• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Perancangan dan Pembuatan Aplikasi Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Dengan Pendekatan Importance-Performance Analysis.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Perancangan dan Pembuatan Aplikasi Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Dengan Pendekatan Importance-Performance Analysis."

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUKURAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN

DENGAN PENDEKATAN IMPORTANCE-PERFORMANCE ANALYSIS

Oleh : Nama : JEMMY NIM : 00.41010.0262 Program : SI (Strata Satu) Jurusan : Sistem Informasi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(2)

Halaman

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Pembatasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan ... 4

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II : LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Konsep Kepuasan Pelanggan ... 6

2.2 Riset Pemasaran ... 15

2.3 Reliabilitas dan Validitas ... 18

2.4 Metode Survai ... 26

2.5 Teknik Skala ... 27

2.6 Pengambilan Sampel ... 29

2.7 Importance-Performance Analysis ... 30

(3)

BAB III : PERANCANGAN SISTEM ... 44

3.1 Prosedur Pelaksanaan Tugas Akhir ... 44

3.2 Perancangan Sistem Informasi ... 52

BAB IV : IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 76

4.1 Kebutuhan dan Instalasi Sistem ... 76

4.2 Penjelasan Pemakaian Program ... 78

4.3 Desain Uji Coba Aplikasi ... 104

4.4 Pengolahan Data ... 110

BAB V : PENUTUP ... 117

5.1 Kesimpulan ... 117

5.2 Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 119

LAMPIRAN ... 121

(4)

Halaman

Tabel 2.1 Contoh Pengukuran Reliabilitas ... 20

Tabel 2.2 Contoh Hasil Kuesioner ... 23

Tabel 2.3 Contoh Perhitungan Validitas ... 23

Tabel 2.4 Skala Likert untuk Tingkat Kepentingan ... 28

Tabel 2.5 Skala Likert untuk Tingkat Kinerja... 28

Tabel 2.6 Contoh Tabulasi Studi Kasus ... 33

Tabel 2.7 Koefisien Beta untuk Studi Kasus... 37

Tabel 2.8 Tabulasi Hasil Metode Garis Lurus ... 39

Tabel 2.9 Tabulasi Rekap Metode Garis Lurus... 40

Tabel 3.1 Atribut_Brand_Association ... 66

Tabel 3.2 Detail_Hasil_Kuesioner ... 66

Tabel 3.3 Detail_Hasil_Metode_Garis_Lurus ... 66

Tabel 3.4 Detail_Uji_Cochran ... 67

Tabel 3.5 Detail_Uji_Reliabilitas ... 67

Tabel 3.6 Detail_Uji_Reliabilitas_BA ... 67

Tabel 3.7 Hasil_Metode_Garis_Lurus ... 68

Tabel 3.8 Hasil_Uji_Beda ... 68

Tabel 3.9 Hasil_Uji_Reliabilitas ... 68

Tabel 3.10 Hasil_Uji_Reliabilitas_BA ... 69

Tabel 3.11 Hasil_Uji_Validitas ... 69

(5)

Tabel 3.13 Kuesioner_Brand_Association ... 70

Tabel 3.14 Master_Hasil_Kuesioner ... 70

Tabel 3.15 Pertanyaan_Atribut ... 70

Tabel 3.16 Pertanyaan_Sub_Atribut ... 70

Tabel 3.17 Proses_Uji_Cochran ... 70

Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Brand Association ... 111

Tabel 4.2 Atribut Dimensi Mutu Hasil Uji Cochran ... 112

Tabel 4.3 Tabel Hasil Uji Validitas ... 113

Tabel 4.4 Analisa Kuadran ... 116

(6)

Untuk melakukan perancangan dan pembuatan aplikasi pengukuran tingkat kepuasan pelanggan diperlukan pemahaman terhadap teori dan konsep yang mendasarinya, antara lain manajemen pemasaran (pengertian tentang kepuasan pelanggan), riset pemasaran, statistika, khususnya dalam pembahasan

importance-performace analysis serta sistem informasi manajemen.

2.1 Konsep Kepuasan Pelanggan

Supranto (1997: 6) membagi pelanggan menjadi dua, yaitu pelanggan eksternal dan pelanggan internal. Pelanggan eksternal adalah pembeli produk (baik barang/jasa), sedangkan pelanggan internal adalah para karyawan.

Terdapat beberapa definisi mengenai kepuasan pelanggan yang dikemukakan para ahli. Umar (2003: 14) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai evaluasi purnabeli, dimana persepsi terhadap kinerja alternatif produk/jasa yang dipilih memenuhi atau melebihi harapan sebelum pembelian.

Jadi, tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas. Harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi pemasar dan saingannya. Pelanggan yang

(7)

puas akan setia lebih lama, kurang sensitif terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang perusahaan.

Untuk menciptakan kepuasan pelanggan, perusahaan harus menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh pelanggan yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pelanggannya.

2.1.1 Mengukur Kepuasan Pelanggan

Menurut Umar (2003: 15), terdapat 6 konsep yang umum dipakai untuk pengukuran kepuasan, yaitu:

1. Kepuasan pelanggan keseluruhan. Caranya, yaitu dengan menanyakan pelanggan mengenai tingkat kepuasan atas jasa yang bersangkutan serta menilai dan membandingkan dengan tingkat kepuasan pelanggan keseluruhan atas jasa yang mereka terima dari para pesaing.

2. Dimensi kepuasan pelanggan. Prosesnya melalui empat langkah. Pertama, mengidentifikasi dimensi-dimensi kunci kepuasan pelanggan. Kedua, meminta pelanggan menilai jasa perusahaan berdasarkan item-item spesifik seperti kecepatan layanan atau keramahan staf pelayanan terhadap pelanggan. Ketiga, meminta pelanggan menilai jasa pesaing berdasarkan item-item spesifik yang sama. Keempat, meminta pelanggan menentukan dimensi-dimensi yang menurut mereka ada di kelompok penting dalam menilai kepuasan pelanggan keseluruhan.

(8)

4. Minat pembelian ulang. Kepuasan pelanggan diukur berdasarkan apakah mereka akan mengadakan pembelian ulang atas jasa yang sama yang dia konsumsi.

5. Kesediaan untuk merekomendasi. Cara ini merupakan ukuran yang penting, apalagi bagi jasa yang pembelian ulangnya relatif lama, seperti jasa pendidikan tinggi.

6. Ketidakpuasan pelanggan. Dapat dikaji misalnya dalam hal komplain, biaya garansi, word of mouth yang negatif, serta defections.

Pada tugas akhir ini digunakan cara yang kedua, yaitu dengan menggunakan konsep dimensi kepuasan.

Dimensi kepuasan adalah karakteristik/atribut barang atau jasa yang mewakili dimensi yang oleh pelanggan dipergunakan sebagai dasar pendapat mereka mengenai jenis barang atau jasa. Pemahaman terhadap dimensi mutu adalah penting untuk dapat mengembangkan ukuran untuk menilai dimensi mutu ini.

Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan setiap perusahaan untuk mengukur dan memantau kepuasan pelanggannya. Menurut Simamora (2003: 156), terdapat empat metode pengukur kepuasan pelanggan, yaitu: Sistem keluhan dan saran; berpura-pura menjadi pembeli; menganalisis pelanggan yang hilang; dan survei kepuasan konsumen.

(9)

a. Directly reported satisfaction, yaitu pengukuran yang dilakukan secara langsung melalui pertanyaan.

b. Derived dissatisfaction. Pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal utama, yaitu besarnya harapan pelanggan terhadap atribut tertentu dan besarnya kinerja yang dirasakan.

c. Problem analysis. Pelanggan yang dijadikan responden diminta untuk

mengungkapkan dua hal pokok yaitu masalah-masalah yang dihadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahaan dan saran-saran untuk melakukan perbaikan.

d. Importance-performance analysis. Responden diminta untuk memberi

peringkat berbagai elemen (atribut) dari penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen tersebut. Selain itu responden juga diminta memberi peringkat seberapa baik kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen tersebut.

Identifikasi dimensi mutu dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, yaitu dengan meneliti literatur (seperti jurnal ilmu pengetahuan, profesional dan perdagangan) yang membahas industri-industri khusus. Publikasi ini mungkin memuat dimensi barang atau jasa.

(10)

Cochran Q Test, maupun analisis korelasi (Simamora, 2001 : 28). Pada tugas akhir ini digunakan Uji Cochran Q.

A. Dimensi Kualitas

Menurut Durianto (2001: 98-100), dimensi kualitas dibagi menjadi dua, yaitu dimensi kualitas untuk konteks produk dan dimensi kualitas untuk konteks jasa. Dimensi kualitas untuk konteks produk dibagi menjadi tujuh, yaitu:

1. Kinerja: Melibatkan berbagai karakteristik operasional utama. Misalnya karakteristik operasional mobil adalah kecepatan, akselerasi, sistem kemudi, serta kenyamanan.

2. Pelayanan: Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk tersebut. Misalnya mobil merek tertentu menyediakan pelayanan kerusakan atau service mobil 24 jam di seluruh dunia.

3. Ketahanan: Mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut.

4. Keandalan: Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari satu pembelian ke pembelian berikutnya.

5. Karakteristik produk: Bagian-bagian tambahan dari produk (feature), seperti

remote control sebuah video, tape deck, sistem WAP untuk telepon genggam.

6. Kesesuaian dengan spesifikasi: Merupakan pandangan mengenai kualitas proses manufaktur (tidak ada cacat produk) sesuai dengan spesifikai yang telah ditentukan dan teruji.

(11)

Dimensi-dimensi kualitas untuk konteks jasa serupa tetapi tidak sama dengan dimensi konteks produk, berikut merupakan contoh dimensi kualitas untuk konteks jasa:

1. Bentuk fisik: Apakah fasilitas fisik, perlengkapan, dan penampilan pegawai mengesankan kualitasnya?

2. Kompetensi: Apakah karyawan divisi pelayanan memiliki pengetahuan yang memadai dalam melaksanakan tugasnya? Apakah karyawan divisi pelayanan mengesankan keyakinan dan percaya diri yang tinggi?

3. Keandalan: Dapatkah tugas tersebut dikerjakan dengan akurat dan meyakinkan?

4. Tanggung jawab: Apakah petugas penjualan berkemauan untuk membantu para pelanggan dengan memberikan layanan sebaik-baiknya?

5. Empati: Apakah sebuah Supermarket menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada setiap pelanggan yang mempunyai kartu keanggotaan (member card)?

2.1.2 Hubungan Kepuasan Pelanggan dengan Kualitas

Tingkat kepuasan pelanggan sangat tergantung pada mutu suatu produk (baik barang atau jasa), seperti yang dikemukakan oleh Suhartanto (2001: 42): Kualitas barang atau jasa semata-mata ditentukan oleh konsumen, sehingga kepuasan konsumen hanya dapat dicapai dengan memberikan kualitas yang baik.

Aspek mutu ini dapat diukur. Pengukuran tingkat kepuasan erat hubungannya dengan mutu produk (barang atau jasa). Pengukuran aspek mutu bermanfaat bagi pimpinan bisnis, yaitu (Supranto, 1997: 2):

(12)

2. Mengetahui di mana harus melakukan perubahan dalam upaya melakukan perbaikan secara terus-menerus untuk memuaskan pelanggan, terutama untuk hal-hal yang dianggap penting oleh pelanggan.

3. Menentukan apakah perubahan yang dilakukan mengarah ke perbaikan (improvement).

2.1.3 Loyalitas Pelanggan

Konsep kepuasan pelanggan pertama kali didengungkan oleh Philip Kotler pada tahun 1970-an dan merupakan kata-kata sakral yang menjadi tujuan utama para pemasar. Kepuasan pelanggan merupakan sumber pembelian ulang

(repeat order) atau loyalitas pelanggan. Konsep ini mulai banyak diterapkan

perusahaan di AS pada tahun 1980-an dan di Indonesia pertengahan tahun 1990-an (Soehadi, 2002: 39).

Lebih lanjut lagi, Suhartanto (2001: 42) mengutip bahwa: “Konsumen yang puas dapat mendorong adanya pembelian ulang dan publisitas” yang pada akhirnya dapat membuat konsumen menjadi setia (loyal), sedangkan Irawan (2002: 36) menyatakan bahwa: “Kepuasan pelanggan adalah strategi defensif dan ofensif. Dikatakan sebagai strategi defensif, karena kepuasan pelanggan adalah cara yang terbaik menahan pelanggan dari gempuran pesaing. Karena puas, mereka tetap loyal. Adapun dikatakan sebagai strategi ofensif, sebab pelanggan yang puas menyebarkan word of mouth, dan mampu menarik pelanggan baru.

2.1.4 Manfaat Kepuasan Pelanggan

(13)

Pertama, adanya keyakinan kuat bahwa tingkat kepuasan pelanggan berpengaruh langsung pada besarnya pangsa pasar, laju arus pemasukan, dan tingkat pengembangan laba.

Kedua, umumnya manajemen merasa, tingkat keberhasilan mereka (pribadi) juga tercermin melalui tingkat kepuasan pelanggannya.

Ketiga, manajemen ingin mendapatkan gambaran tentang keberhasilan/kegagalan mereka dalam persaingan mendapatkan dan mempertahankan pelanggan.

Keempat, manajemen membutuhkan umpan balik yang tepat tentang tingkat efektivitas program pemasaran dan penjualan yang mereka jalankan sebagai wujud pertanggungjawaban ke pemilik atau pemegang saham.

Manfaat yang dapat ditimbulkan bagi perusahaan dalam perannya meningkatkan kepuasan pelanggan, dalam hal ini efek kepuasan pelanggan perusahaan terhadap perilaku adalah:

1. Konsumen yang terpuaskan cenderung akan menjadi loyal. Konsumen yang puas terhadap barang atau jasa yang dikonsumsinya akan mempunyai kecenderungan untuk membeli ulang dari produsen yang sama. Keinginan untuk membeli ulang sebagai akibat dari kepuasan ini adalah keinginan untuk mengulang pengalaman yang baik dan menghindari pengalaman yang buruk. 2. Kepuasan merupakan faktor yang akan mendorong adanya komunikasi dari

mulut-ke-mulut (word-of-mouth communication) yang bersifat positif, sehingga dapat meningkatkan pangsa pasar.

(14)

atau jasa yang sama. Faktor ini dikenal dengan faktor kognitif yang ditimbulkan oleh adanya kepuasan.

Manfaat kepuasan pelanggan bagi perusahaan dapat digambarkan pada model berikut:

Gambar 2.1 Model hubungan kepuasan pelanggan

2.1.5 Mempertahankan Pelanggan

Pemasaran yang didasarkan pada hubungan dengan pelanggan merupakan kunci mempertahankan pelanggan dan mencakup pemberian keuntungan finansial serta sosial di samping ikatan struktural dengan pelanggan. Perusahaan harus memutuskan seberapa banyak pemasaran berdasarkan hubungan harus dilakukan pada masing-masing segmen pasar dan pelanggan, dari tingkat pemasaran biasa, reaktif, bertanggung jawab, proaktif sampai kemitraan penuh.

Penekanan mengenai pentingnya mempertahankan pelanggan dipertegas oleh Soehadi (2002: 39) yang menyatakan bahwa: “Ketika kualitas menjadi penentu kepuasan pelanggan, merek yang kuat hanya dapat digunakan untuk

Kepuasan Pelanggan

Niat Berperilaku Konsumen 1. Merekomendasi XYZ kepada

orang lain.

2. Mendorong teman atau sahabat untuk berbisnis dengan XYZ.

3. Mempertimbangkan XYZ sebagai pilihan pertama jika ingin membeli jasa serupa. 4. Membeli jasa XYZ dimasa

mendatang

(15)

meningkatkan jumlah pelanggan baru, tetapi tidak cukup kuat untuk mempertahankan pelanggan jika kualitas tidak diperbaiki.”

2.2 Riset Pemasaran

Riset pemasaran atau Marketing Research adalah kegiatan penelitian di bidang pemasaran yang dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data dan interpretasi hasil penelitian (Rangkuti, 1997: 1).

Adapun tujuan dari dilakukannya riset pemasaran, yaitu:

1. Mendapatkan informasi yang akurat sehingga dapat menjelaskan secara obyektif kenyataan yang ada.

2. Bebas dari pengaruh keinginan pribadi (political biases). “Find it and tell it like it is.

2.2.1 Proses Riset Pemasaran

Proses riset pemasaran adalah serangkaian kegiatan atau tahap yang dilakukan dalam melaksanakan riset pemasaran. Kegiatan ini meliputi:

1. Penentuan masalah (Problem Definition).

2. Merumuskan kerangka teori (Development of an Approach to the Problem). 3. Formulasi desain riset (Research Design Formulation).

(16)

2.2.2 Desain Riset

Desain riset adalah kerangka atau framework untuk mengadakan penelitian.

Gambar 2.2 Tipe Desain Riset

A. Riset Eksplorasi

1. Tujuan: Untuk menjawab WHAT, sehingga dapat memberikan pemahaman dan pengertian secara mendalam terhadap suatu obyek.

2. Karakteristik: Informasi yang diperlukan sangat longgar, fleksibel, dan tidak terstruktur, sampel tidak perlu banyak, analisis dari data primer lebih bersifat kualitatif.

3. Hasil/Output: Sangat tentatif, pada umumnya dilanjutkan dengan penelitian yang bersifat konklusif.

Tipe riset ini berguna apabila peneliti tidak banyak mengetahui atau sedikit sekali informasi mengenai suatu masalah.

DESAIN RISET

RISET EKSPLORASI RISET KONKLUSIF

RISET DESKRIPTIF RISET KAUSAL

DESAIN CROSS SECTIONAL

DESAIN LONGITUDINAL

SINGLE CROSS-SECT. MULTIPLE CROSS-SECT.

A B

1

1.1

a

2

1.2

(17)

B. Riset Konklusif

Riset konklusif adalah riset yang didesain untuk menolong pengambil keputusan dalam menentukan, mengevaluasi dan memilih alternatif terbaik dalam memecahkan suatu masalah.

1. Tujuan: Menguji spesifik hipotesis dan hubungan berbagai variabel.

2. Karakteristik: Informasi yang dipergunakan harus jelas diidentifikasi, proses penelitiannya sangat formal dan terstruktur, sampel yang dipergunakan harus mewakili dan besar, analisis data bersifat kuantitatif.

3. Hasil/Output: dapat memutuskan dan dapat dipergunakan sebagai masukan untuk pengambil keputusan.

Riset konklusif dapat dibedakan menjadi dua tipe riset yaitu riset deskriptif dan riset kausal.

Riset Deskriptif bertujuan untuk menjelaskan karakteristik pasar, yang memiliki karakteristik: ditandai dengan hipotesis spesifik, memiliki desain penelitian secara terstruktur.

Riset Deskriptif dapat dibedakan menjadi dua jenis riset, yaitu: 1. Desain Cross-Sectional

Adalah kegiatan riset yang dilakukan pada satu saat tertentu. Desain cross-sectional ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Single Cross-Sectional Design

Adalah kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dari satu responden untuk satu saat (waktu).

b. Multiple Cross-Sectional Design

(18)

2. Desain Longitudinal

Melibatkan jumlah sampel yang tetap yang diukur secara terus-menerus, sehingga didapatkan gambaran secara serial yang kontinyu berikut perubahannya.

Riset kausal memiliki tujuan untuk mencari hubungan antara sebab dan akibat, yang memiliki karakteristik: khusus menguji variabel independen, menggunakan variabel kontrol.

2.3 Reliabilitas dan Validitas

Keandalan/reliabilitas didefinisikan sebagai seberapa jauh pengukuran bebas dari varian kesalahan acak (free from random error variance). Dengan kata lain, pernyataan-pernyataan yang digunakan dalam kuesioner dapat diandalkan/pernyataan-pernyataan yang digunakan dalam kuesioner dapat digunakan berkali-kali (Ajie, 2003). Kesalahan acak menurunkan tingkat keandalan pengukuran.

2.3.1 Perkiraan Keandalan dengan Teknik Spearman-Brown

Teknik belah Ganjil-Genap dalam Spearman-Brown mengelompokkan skor butir bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan kelompok skor butir bernomor genap sebagai belahan kedua. Secara teknis caranya adalah sebagai berikut:

1. Hitung jumlah jawaban yang bernilai “1” atau “Ya” yang berada pada butir-butir pertanyaan ganjil. Itulah jumlah skor ganjil, sedangkan jumlah skor genap didapat dengan mengurangi skor total dengan skor ganjil.

(19)

(

)( )

(

)

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

=

Y

Y

n

X

X

n

Y

X

XY

n

r

xy Dimana:

X = Nilai belahan ganjil Y = Nilai belahan genap n = Jumlah responden

3. Oleh karena indeks korelasi yang diperoleh baru menunjukkan hubungan antara belahan instrumen, maka untuk memperoleh indeks reliabilitas masih harus menggunakan rumus Spearman-Brown, yaitu:

xy xy

r

r

r

+

×

=

1

2

11

4. Selanjutnya melakukan uji korelasi dengan uji t dua arah (two-tailed t test) untuk memperoleh kesimpulan apakah instrumen tersebut reliabel atau tidak bila ditinjau dari teknik belah dua ganjil-genap.

2.3.2 Perkiraan Keandalan “Cronbach’s Alpha”

Perkiraan Cronbach’s alpha menunjukkan bagaimana tingginya butir-butir dalam kuesioner berkorelasi/berinteraksi. Cronbach’s alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 0-1, tetapi merupakan rentangan antara beberapa nilai, misalnya 0-10 atau 0-100 atau bentuk skala 1-3, 1-5, atau 1-7 (Umar, 2003 : 96).

Rumus untuk memperkirakan keandalan dengan Cronbach’s Alpha:

(20)

Dimana Xii dan Xij merupakan elemen dalam matriks kovarian atau

matriks korelasi dan k banyaknya butir dalam suatu dimensi tertentu. Pembilang

(numerator)

Xiimenunjukkan bahwa elemen dalam diagonal matriks kovarian

(korelasi) dijumlahkan bersama-sama. Penyebut (denominator) (

Xii+

Xij)

menunjukkan bahwa semua elemen matriks kovarian (korelasi) dijumlahkan bersama-sama.

Berikut dipaparkan contoh dari pengukuran reliabilitas:

Avail 1 Avail 2 Avail 3 Resp 1 Resp 2 Resp 3 Avail 1 1 0,92 0,80 0,23 0,00 0,34 Avail 2 0,92 1 0,51 0,49 0,16 0,49 Avail 3 0,80 0,51 1 -0,25 -0,25 0,00 Resp 1 0,23 0,49 -0,25 1 0,78 0,83 Resp 2 0,00 0,16 -0,25 0,78 1 0,67 Resp 3 0,34 0,49 0,00 0,83 0,67 1

Tabel 2.1 Contoh Pengukuran Reliabilitas

Pelanggan menjawab semua butir dengan menggunakan skala lima titik, dimana 1 mewakili perasaan sangat tidak setuju dan 5 mewakili sangat setuju. Dalam kuesioner ini diukur dua kebutuhan pelanggan, persepsi mengenai keberadaan (availability), butir 1 sampai dengan 3, dan persepsi mengenai ketanggapan (responsiveness), butir 4 sampai 6. Disini dapat dihitung perkiraan keandalan = 0,897 = [1,5 x (1-3/7,468)] untuk persepsi keberadaan (availability) dan 0,904 [1,5 x (1-3/7,556)] untuk persepsi ketanggapan (responsiveness).

(21)

2.3.3 Manfaat Skala dengan Keandalan Tinggi

Ada dua manfaat dalam memiliki skala dengan keandalan tinggi (high reliability), yaitu:

1. Dapat membedakan antara berbagai tingkat kepuasan lebih baik daripada skala dengan keandalan rendah.

2. Besar kemungkinan bahwa kita akan menemukan hubungan yang signifikan (sangat berarti) antara variabel yang sebenarnya memang terkait satu sama lain (berkorelasi).

2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keandalan

Berbagai faktor yang mempengaruhi keandalan skala. Dua diantaranya yaitu:

1. Banyaknya butir dalam skala.

Keandalan dapat ditingkatkan dengan menambah banyaknya butir dalam skala. Hal ini sama dengan konsep memperkecil kesalahan sampling (sampling error) dengan memperbesar sampel (menambah elemen sampel).

2. Sampel pelanggan yang dipergunakan untuk menghitung perkiraan keandalan. Sampel pelanggan yang mirip, ditinjau dari tingkat kepuasan mungkin menghasilkan perkiraan keandalan yang rendah dari skala.

2.3.5 Perlunya Butir Ganda dalam Pengukuran

(22)

2.3.6 Validitas (Validity)

Validitas menunjukkan tingkat/derajat untuk mana bukti mendukung kesimpulan yang ditarik dari skor yang diturunkan dari ukuran atau tingkat mana skala mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan kata lain, validitas menunjukkan bahwa data berguna untuk pengolahan yang lebih lanjut (Ajie, 2003).

A. Pengujian Validitas

Seperti telah diterangkan sebelumnya, validitas dapat diuji dengan menggunakan salah satu strategi, yang pada penelitian ini dipakai strategi yang berkenaan dengan konstrak.

Langkah-langkah pengukuran validitas (Umar, 2003: 83):

1. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur. Konsep yang akan diukur hendaknya dijabarkan terlebih dahulu, sehingga operasionalnya dapat dilakukan

2. Melakukan uji coba pengukur tersebut pada sejumlah responden. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada. Disarankan agar jumlah responden untuk uji coba, minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang ini, distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal.

3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.

4. Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pernyataan dengan skor total, memakai rumus teknik korelasi product moment, yang rumusnya seperti berikut:

[

2 2

]

[

2 2

]

(23)

Berikut merupakan contoh tabulasi dan perhitungan validitas menggunakan rumus korelasi product moment.

No Responden Nomor Pertanyaan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total 1 4 3 3 4 4 3 2 4 3 4 34 2 2 1 1 1 2 4 3 2 2 1 19 3 5 5 4 4 3 3 5 4 4 2 39 4 1 2 1 1 2 2 1 3 2 1 16 5 2 3 2 3 3 2 3 1 2 2 23 6 4 4 5 5 4 4 3 3 4 5 41 7 1 2 1 2 2 1 3 2 2 1 17 8 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 25 9 5 5 4 4 5 5 4 4 3 5 44

Tabel 2.2 Contoh Hasil Kuesioner

Perhitungan korelasi antara pernyataan nomor satu dengan skor total: No Responden X Y X2 Y2 XY

1 4 34 16 1156 136

2 2 19 4 361 38

3 5 39 25 1521 195

4 1 16 1 256 16

5 2 23 4 529 46

6 4 41 16 1681 164

7 1 17 1 289 17

8 3 25 9 625 75

9 5 44 25 1936 220

N = 9 27 258 101 8354 907 Tabel 2.3 Contoh Perhitungan Validitas Catatan: X adalah skor pernyataan no. 1

Y adalah skor total.

Masukkan semua angka kedalam rumus korelasi product moment.

9608 , 0 ) 258 ( ) 8354 9 ( ) 27 ( ) 101 9 ( ) 258 27 ( ) 907 9 ( 2

2 × − =

− × × − × = r

(24)

Pertanyaan no. 1 = 0,9608 Pertanyaan no. 2 = 0,8987 Pertanyaan no. 3 = 0,9662 Pertanyaan no. 4 = 0,8475 Pertanyaan no. 5 = 0,8923 Pertanyaan no. 6 = 0,7082 Pertanyaan no. 7 = 0,5722 Pertanyaan no. 8 = 0,7038 Pertanyaan no. 9 = 0,8705 Pertanyaan no. 10 = 0,8541

Selanjutnya, menurut prinsip metode statistika, nilai korelasi yang diperoleh harus diuji terlebih dahulu untuk menyatakan apakah nilainya signifikan atau tidak. Caranya dengan uji korelasi. Ternyata semua nilai korelasi yang ada adalah signifikan, kecuali untuk pertanyaan nomor 7 karena nilainya kecil, sehingga memang bahwa pertanyaan-pertanyaan yang ada memiliki validitas konstruksi, yang berarti terdapat konsistensi internal dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut. Jadi pertanyaan-pertanyaan tersebut memang mengukur aspek yang sama.

Pertanyaan no. 7 tidak signifikan, karena angka korelasi yang diperoleh adalah rendah, demikian pula jika ada pertanyaan yang memiliki nilai korelasi negatif, dimana artinya bahwa pertanyaan bertentangan dengan pertanyaan lainnya.

(25)

atau isi kalimatnya yang menimbulkan penafsiran yang berbeda, sehingga perlu diubah.

Suatu alat ukur (pengukuran) yang validitas atau tingkat keabsahannya tinggi secara otomatis biasanya dapat diandalkan (reliable). Namun sebaliknya, suatu pengukuran yang andal, belum tentu memiliki keabsahan yang tinggi.

Kesimpulannya, penelitian yang baik harus memiliki reliabilitas yang tinggi sekaligus memiliki validitas yang tinggi pula (Rangkuti, 1997: 46-47).

B. Uji Cochran Q

Uji Cochran Q digunakan pada data dengan skala pengukuran nominal atau untuk informasi dalam bentuk terpisah dua (dikotomi), misalnya informasi “ya” atau “tidak”. Penggunaan uji ini adalah untuk mengetahui keberadaan hubungan antara beberapa variabel (Durianto, 2001 : 84).

Pada riset pemasaran, Uji Cochran dapat digunakan untuk mengidentifikasi atribut-atribut apa saja yang valid sebagai atribut suatu produk barang/jasa.

Prosedur untuk melakukan test Cochran adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis yang mau diuji:

Ho : Semua atribut yang diuji memiliki proporsi jawaban YA yang sama. Ha : Semua atribut yang diuji memiliki proporsi jawaban YA yang berbeda. 2. Mencari Q hitung dengan rumus sebagai berikut:

(26)

Dimana:

k = Banyaknya variabel (asosiasi) Ri = Jumlah baris jawaban “ya”

Cj = Jumlah kolom jawaban “ya”

n = Jumlah responden

3. Penentuan Q tabel (Qtab) dengan menggunakan tabel Chi Square dengan derajat kebebasan (degree of freedom) sebesar k-1.

4. Keputusan: Tolak Ho dan terima Ha, jika Q hit > Q tab 5. Kesimpulan:

Jika tolak Ho berarti proporsi jawaban YA masih berbeda pada semua atribut. Artinya, belum ada kesepakatan di antara para responden tentang atribut, dengan demikian, atribut yang memperoleh skor jawaban YA paling kecil dibuang, lalu dilakukan Uji Cochran lagi sampai menemui kesimpulan untuk menerima Ho. Bila terima Ho, berarti proporsi jawaban YA pada semua atribut dianggap sama. Dengan demikian, semua responden dianggap sepakat mengenai semua atribut sebagai faktor yang dipertimbangkan.

2.4 Metode Survai

Berkaitan dengan pembentukan kuesioner, maka dilakukan pembuatan kuesioner, yang bertujuan untuk (Rangkuti, 1997: 46-47):

1. Memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survai.

2. Memperoleh informasi dengan tingkat keandalan (reliability) dan keabsahan atau validitas (validity) setinggi mungkin.

(27)

1. Pertanyaan terbuka (open-ended question) : adalah pertanyaan yang tidak menggiring ke jawaban yang sudah ditentukan dan tinggal dipilih dari alternatif yang ditawarkan.

2. Pertanyaan tertutup (close-ended question) : adalah pertanyaan yang sudah menggiring ke jawaban yang alternatifnya sudah ditetapkan.

3. Kombinasi pertanyaan tertutup dan terbuka.

Berkaitan dengan tugas akhir ini, maka penulis mengambil jenis pertanyaan tertutup dalam pembuatan kuesioner, disebabkan karena format aplikasi yang dibuat adalah bersifat formal, terstruktur, dan standar yang telah ditentukan sebelumnya.

2.5 Teknik Skala

Tujuan teknik skala adalah untuk mengetahui ciri-ciri atau karakteristik sesuatu hal berdasarkan suatu ukuran tertentu, sehingga kita dapat membedakan, menggolong-golongkan, bahkan mengurutkan ciri-ciri atau karakteristik tersebut.

Mengingat variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai, maka variabel dapat dibedakan menjadi empat tingkatan skala, yaitu Nominal, Ordinal, Interval, dan Rasio.

Mengingat penelitian tugas akhir ini bersifat deskriptif, maka penulis memilih skala Likert dengan kemungkinan jawaban 1 sampai dengan 5.

Alasan penggunaan skala Likert, mengacu pada pernyataan Oh (2001: 623):

(28)

Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan skala unidirectional (skala dengan pernyataan dari “tidak penting” sampai dengan “sangat penting”) lebih masuk akal daripada penggunaan skala bi-directional (skala dengan pernyataan dari “sangat tidak penting” sampai “sangat penting”).

Untuk menganalisis tanggapan responden berkenaan dengan tingkat kepentingan dari produk, digunakan skala Likert dengan bobot dan kategori sebagai berikut:

Bobot Kategori 1 Tidak Penting 2 Kurang Penting 3 Cukup Penting 4 Penting

5 Sangat Penting

Tabel 2.4 Skala Likert untuk Tingkat Kepentingan

Sedangkan untuk menganalisis tanggapan responden berkenaan dengan tingkat kinerja dari produk, bobot dan kategori adalah sebagai berikut:

Bobot Kategori 1 Tidak Baik 2 Kurang Baik 3 Cukup Baik 4 Baik

5 Sangat Baik

Tabel 2.5 Skala Likert untuk Tingkat Kinerja Dengan demikian, dibuat rentang skala dengan rumus:

kelas

terendah nilai

tertinggi nilai

Interval= −

(29)

Sehingga, dapat dibuat rentang skala sehingga dapat diketahui dimana letak rata-rata penilaian responden terhadap setiap unsur diferensiasinya dan sejauh mana variasinya.

Rentang skala tersebut adalah: 1,00 – 1,80 = Sangat Jelek (SJ) 1,80 – 2,60 = Jelek (J)

2,60 – 3,40 = Cukup (C) 3,40 – 4,20 = Baik (B)

4,20 – 5,00 = Sangat Baik (SB)

2.6 Pengambilan Sampel

Data yang akan dipakai dalam riset belum tentu merupakan keseluruhan dari suatu populasi. Hal ini patut dimengerti, mengingat adanya beberapa kendala seperti populasi yang tak terdefinisikan, adanya kendala biaya, waktu, tenaga, serta masalah heterogenitas atau homogenitas dari elemen populasi tersebut.

Ada tiga hal sebelum melakukan pengambilan sampel yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Apakah pengambilan sampel secara probabilitas atau nonprobabilitas. 2. Apakah populasi terhingga atau tidak terhingga.

3. Apakah populasi akan dipecah menjadi beberapa subpopulasi atau tidak.

(30)

2 2 /

)

(

e

Z

pq

n

α , dimana:

n : Jumlah sampel yang diperlukan

α : Nilai absis kurva normal pada tingkat kepercayaan α

e : Batas kesalahan yang diijinkan

p : Proporsi sukses subjek yang mengisi kuesioner sesuai kebutuhan peneliti

q : Sama dengan 1 – p

Bila p dan q tidak diketahui, maka dapat diganti dengan 0,25 sebagai perkalian antara 0,5 x 0,5.

2.7 Importance-Performance Analysis

Dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan pada pendekatan importance-performance analysis adalah diagram kartesius dan metode garis lurus (Simamora, 2001: 212). Pada tugas akhir ini, keduanya digunakan sebagai metode analisis dengan penggunaan koefisien beta sebagai implicit importance.

2.7.1 Diagram Kartesius

Adapun rumus yang digunakan adalah (Supranto, 1997: 241-242):

% 100

× =

i i i

Y X Tk

Dimana:

Tki = Tingkat kesesuaian responden.

(31)

Yi = Skor penilaian kepentingan pelanggan.

Selanjutnya sumbu X akan diisi oleh skor tingkat pelaksanaan, sedangkan sumbu Y akan diisi oleh skor tingkat kepentingan. Rumus yang digunakan:

n X

X =

i

n X

Y =

i

Dimana:

X = Skor rata-rata tingkat pelaksanaan/kepuasan.

Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan. n = Jumlah responden.

Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada

titik-titik (X , Y ), dimana X merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat

pelaksanaan atau kepuasan penumpang seluruh faktor atau atribut dan Y adalah rata-rata dari rata-rata skor tingkat kepentingan seluruh faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan.

Rumus selanjutnya: K X X n i i

= = 1 K Y Y n i i

= = 1

Dimana K adalah banyaknya atribut yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan.

(32)
[image:32.595.239.388.80.230.2]

Gambar 2.3 Importance-Performance Grid Keterangan :

1. Prioritas Utama : Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan pelanggan, termasuk unsur-unsur yang dianggap sangat penting, namun manajemen belum melaksanakannya sesuai keinginan pelanggan. Sehingga mengecewakan/tidak puas.

2. Pertahankan Prestasi : Menunjukkan unsur pokok yang telah berhasil dilaksanakan perusahaan, untuk itu wajib dipertahankan. Dianggap sangat penting dan sangat memuaskan.

3. Prioritas Rendah: Menunjukkan faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan, pelaksanaannya biasa-biasa saja. Dianggap kurang penting dan kurang memuaskan.

4. Berlebihan: Menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat memuaskan.

Berikut merupakan contoh tabulasi dan diagram kartesius dari studi kasus pengukuran tingkat kepuasan pelanggan KKC:

Prioritas Utama

Pertahankan Prestasi

Prioritas Rendah

Berlebihan

K

ep

en

ti

n

g

an

(33)

No Atribut Performance Importance

1. Lokasi 3.6 3.9

2. Fasilitas/perlengkapan 4.2 4.2

3. Kenyamanan tempat 3.8 4.2

4. Jadwal kegiatan 3.9 3.6

5. Ketepatan waktu mengajar para instruktur 3.5 3.3

6. Mutu instruktur 3.6 3.7

7. Pelayanan/sikap, keramahan, kesopanan, kejujuran, dan tanggung jawab

3.7 3.5

8. Kebersihan 3.3 4.1

[image:33.595.99.512.280.534.2]

RATA-RATA 3.70 3.81

Tabel 2.6 Contoh Tabulasi Studi Kasus

Gambar 2.4 Hasil plot pada studi kasus (Simamora, 2001 : 217-219). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, atribut 8 dan 1 diprioritaskan peningkatannya. Atribut 2 dan 3 dipertahankan. Atribut 4 diturunkan kualitas agar sesuai dengan tingkat kepentingan. Sedangkan atribut 5, 6, dan 7 dijadikan sebagai prioritas terakhir.

Bila keempat rekomendasi dilakukan dengan baik, pada akhirnya semua atribut akan mengumpul pada dua kuadran, yaitu kuadran “pertahankan” dan kuadran “prioritas rendah”. Inilah yang baik. Yang tidak baik adalah kalau kebanyakan atau malah semua atribut terdistribusi ke dalam kuadran “prioritas utama” dan “berlebihan”. Perusahaan yang mengalaminya berada pada situasi

IM

P

OR

T

ANC

E

PERFORMANCE

TINGKATKAN PERTAHANKAN

PRIORITAS RENDAH

(34)
[image:34.595.230.380.148.245.2]

stress. Kalau ini terjadi, berarti perusahaan belum melakukan manajemen produk berdasarkan harapan konsumen (Simamora, 2001 : 216).

Gambar 2.5 Tingkat Kepentingan dan Kinerja dalam Diagram Kartesius

2.7.2 Tingkat Kepentingan Turunan

Tingkat kepentingan suatu atribut juga bisa dilihat dari seberapa besar korelasi atribut tersebut terhadap kepuasan. Yang jelas, atribut yang tidak penting, juga tidak berarti bagi konsumen. Otomatis, atribut demikian tidak memiliki korelasi signifikan dengan kepuasan konsumen. Oleh karena itu, kita bisa juga mengetahui tingkat kepentingan atribut dengan mencari korelasi persepsi kualitas masing-masing atribut dengan tingkat kepuasan (Simamora, 2001: 229).

Dengan mengikuti hipotesis yang dikutip oleh Pikkemaat (2004: 97):

“It is hypothesized that the importance of attributes can on the one hand be gained directly by asking respondents (explicit importance), on the other hand indirectly by a multiple linear regression of the single satisfaction statements of the attributes against the overall satisfaction score (implicit importance). The two values of each attribute are then put into an importance grid, which in turn helps to identify three distinct satisfaction determinants (Fuchs 2002). Satisfiers tend to obtain in surveys very low importance scores, but show a very high influence on satisfaction. Performance Factors are quality attributes or quality dimensions, which display coinciding explicit and implicit importance scores. They are labelled one-dimensional factors and depending on the score level they are either high or low importance performance factors. Dissatisfiers are rated very high in terms of explicit importance but they have no or only very little influence on total customer satisfaction. To provide boundaries between the quadrants the arithmetic mean can be used for explicit

A

B

Situasi yang baik

Situasi stress

T

INGKAT

KE

P

E

NT

INGAN

(35)

importance as well as for the implicit importance (Matzler, Sauerwein et al. 2000).”

Dengan mengacu pada pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa: 1. Tingkat kepentingan dapat diukur dengan dua cara, yaitu: Explicit Importance

(Dengan menanyakan langsung ke responden), dan Implicit Importance

(Dengan menggunakan regresi linier berganda).

2. Explicit Importance dan Implicit Importance yang telah dihitung dapat diplot ke dalam diagram kartesius, yang dapat membantu untuk mengidentifikasi faktor-faktor kepuasan: Satisfiers(mendapatkan skor kepentingan yang sangat rendah, namun menunjukkan pengaruh yang sangat tinggi terhadap kepuasan pelanggan), Performance Factors(adalah atribut kualitas atau dimensi mutu, yang menunjukkan skor yang bertepatan dengan explicit importance dan

implicit importance), Dissatisfiers (dinilai sangat tinggi pada explicit

importance tapi tidak atau hanya memiliki pengaruh yang sangat kecil

terhadap kepuasan pelanggan secara keseluruhan).

3. Untuk menunjukkan pembatas antar kuadran, rata-rata hitung dapat digunakan untuk explicit importance dan implicit importance.

(36)

Pemilihan model persamaan terbaik dari sejumlah variabel independen dapat dilakukan dengan prosedur Backward Elimination, yaitu sebagai berikut (Miket, 2001: 58-59):

1. Cari persamaan regresi yang mengandung semua variabel independen, hitung juga RSS1 dan MSE1, dimana:

RSS1 = Sum of Square Residual dengan semua variabel dalam persamaan.

MSE1 = Mean Square of Error dengan semua variabel dalam persamaan.

2. Hitung Partial F-test (F to remove) untuk setiap variabel independen yang masih dalam persamaan.

Partial F (F to remove) = [RSS2-RSS1]/MSE1, dimana:

RSS2 = Sum of Square Residual tanpa satu variabel independen.

3. Nilai Partial F yang paling kecil (FLowest) dibandingkan dengan Fα. Jika

Lowest

F < Fα maka variabel tersebut dihapus dari persamaan, cari persamaan

regresi lagi tanpa satu variabel yang dihapus tersebut, lalu kembali ke langkah

2. Jika FLowest > Fα maka persamaan diterima sebagai persamaan terbaik.

2.7.4 Importance Grid

Importance Grid merupakan diagram kartesius yang memperbandingkan antara explicit importance (penghitungan dengan arithmetic mean) dengan

implicit importance (penghitungan dengan regresi linier berganda). Persamaan regresi pada contoh studi kasus adalah:

(37)
[image:37.595.250.376.83.227.2]

No. Standardized Coefficient (beta) 1. 0.347 2. 0.249 3. 0.089 4. 1.260 5. 0.000 6. 1.044 7. 0.625 8. 0.594

[image:37.595.97.510.174.494.2]

Tabel 2.7 Koefisien Beta untuk Studi Kasus

Gambar 2.6 Importance Grid

Koefisien beta (standardized coefficient) didapatkan dari koefisien b pada regresi linier ganda bila semua atribut ditransformasi ke z-score-nya.

2.7.5 Metode Garis Lurus

Ada dua pertanyaan yang bisa dialamatkan pada penggunaan diagram kartesius untuk mengelola produk, yaitu (Simamora, 2001: 219-223):

1. Atribut yang berada pada status “Prioritas Utama” memerlukan peningkatan performans. Masalahnya, seberapa besar peningkatan performans yang diperlukan? Bisa dijawab: sampai performansnya di atas rata-rata. Cukup

IM

P

L

ICIT

IM

P

O

RT

A

N

CE

EXPLICIT IMPORTANCE

SATISFIERS

PERFORMANCE FACTOR of high importance

PERFORMANCE FACTOR

(38)

sampai angka itukah peningkatan performans? Pertanyaan yang sama bisa dialamatkan pada atribut yang berstatus “Berlebihan.” Kalau performans dikurangi, sampai tingkat performans bagaimana penurunannya?

2. Bagaimana urutan pengelolaan atribut produk berdasarkan skala prioritas? Atribut prioritas utama tentu didahulukan dari atribut berlebihan.

Untuk mengatasi kelemahan itu kita dapat menggunakan metode garis lurus. Kombinasi tingkat kepentingan dan pengalaman idealnya ada pada satu garis. Maksudnya, apabila titik-titik koordinat masing-masing atribut dihubungkan, hasilnya adalah garis lurus.

[image:38.595.89.512.298.535.2]

Tingkat kemiringan (gradien) diambil sebagai rasio antara X dan Y (tangen). Kedua variabel diwakili oleh rata-rata masing-masing. Mengacu pada tabel sebelumnya, X = 3,70 dan Y = 3,81. Karena itu Y/X = 1,03. Besar sudut yang tangennya sebesar 1,03 adalah 45,90.

Gambar 2.7 Kurva Tingkat Kepentingan dan Kinerja

Dari mana skor kualitas seharusnya diperoleh? Telah dikatakan bahwa kualitas dan tingkat kepentingan semua atribut harus pada satu garis yang tingkat kemiringannya adalah 1,03. Untuk atribut lokasi, skor pengalaman 3,6 dan tingkat kepentingan 3,9. Penghitungan dilakukan dengan rumus ideal quality atau IQ:

X Y

n Kepentinga Skor

IQ=

450

Ke

p

en

ti

n

g

an

(39)

Sehingga IQ = 3,9/1,03 = 3,78.

Bila dalam diagram kartesius ada empat tindakan manajemen yang bisa diambil, maka dengan metode garis lurus, tindakan yang diambil ada 3, yaitu naikkan, turunkan, dan biarkan seperti semula.

No Atribut Skor Kinerja

Sebelum Seharusnya Perubahan Tindakan

1 3,8 4,08 0,28 Tingkatkan

2 3,3 3,98 0,68 Tingkatkan

3 3,6 3,78 0,18 Tingkatkan

4 4,2 4,08 -0,12 Turunkan

5 3,9 3,50 -0,4 Turunkan

6 3,7 3,40 -0,3 Turunkan

7 3,5 3,20 -0,3 Turunkan

8 3,6 3,59 -0,01 Turunkan

[image:39.595.93.501.189.521.2]

Rata-Rata 3,70 3,70

Tabel 2.8 Tabulasi Hasil Metode Garis Lurus

2.7.6 Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Pada metode garis lurus, tindakan manajemen untuk menaikkan, menurunkan dapat berupa nilai yang sangat kecil atau bahkan secara statistik dinyatakan tidak signifikan. Oleh karena itu terlebih dahulu dilakukan uji perbedaan dua rata-rata pada Tingkat Kepentingan dan Kinerja untuk mengetahui apakah atribut berbeda pada tingkat kepentingan dan kinerja secara signifikan atau tidak. Uji perbedaan rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji t dua arah.

Rumus t hitung adalah:

2 2 2 1 2 1 2 1 ' n s n s x x t + − =

(40)

2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 ' w w t w t w t w w t w t w + + < < + + −

Dengan: w1 =

1 2 1 n s 2 w = 2 2 2 n s 1

t = (1 ),( 1 1)

2

1 −

n

t

α dan

1

t = (1 ),( 2 1)

2

1 −

n

t

α

2.7.7 Metode Garis Lurus dengan Implicit Importance

Penggunaan kuadran pada diagram kartesius dan metode garis lurus dapat menghasilkan 7 tindakan manajemen, yang terdiri dari prioritas (4 tindakan manajemen dari diagram kartesius) dan seberapa besar peningkatan/penurunan (3 tindakan manajemen dari metode garis lurus).

Berikut merupakan contoh output rangkuman dari metode garis lurus dengan implicit importance setelah dilakukan uji perbedaan dua rata-rata, yang menyimpulkan bahwa tingkat kepentingan dan kinerja atribut no 3,4, dan 8 adalah tidak berbeda secara signifikan, sehingga:

No Skor Implicit Importance

Skor Kinerja

Sebelum Seharusnya Selisih Tindakan

1. 0.347 3,8 4,08 0,28 Ti

2. 0.249 3,3 3,98 0,68 Ti

3. 0.089 3,6 3,78 0,18 Bi

4. 1.260 4,2 4,08 -0,12 Bi

5. 0.000 3,9 3,50 -0,4 Tu

6. 1.044 3,7 3,40 -0,3 Tu

7. 0.625 3,5 3,20 -0,3 Tu

[image:40.595.161.359.87.280.2]

8. 0.594 3,6 3,59 -0,01 Bi

(41)

Tetap mengacu pada grafik sebelumnya (gambar 2.5), dengan demikian dapat diambil dua kesimpulan dari studi kasus diatas, yaitu:

1. Identifikasi Kepentingan, yaitu: Satisfiers (atribut no 6 dan 8), Performance

Factor of High Importance (atribut no 4 dan 7), Performance Factor of Low

Importance (atribut no 2 dan 3), Dissatisfiers (atribut no 1 dan 5).

2. Tindakan Manajemen, yaitu: Perlu ditingkatkan (atribut no 1 (6,8%), 2 (17%)), Perlu diturunkan (5 (11%), 6 (8%), 7 (9%)), dan Biarkan seperti semula (atribut no 3, 4, dan 8).

2.8 Sistem Informasi Pemasaran

Sistem Informasi Pemasaran merupakan subset dari sistem informasi manajemen yang menyediakan informasi untuk memecahkan masalah pemasaran perusahaan. Adapun struktur dasar dari sistem informasi pemasaran dapat digambarkan sebagai berikut :

Sistem Informasi Akuntansi

Subsistem Penelitian Pemasaran

Subsistem Intelijen Pemasaran Sumber

Intern

Sumber Lingkungan

Database

Subsistem Produk

Subsistem Tempat

Subsistem Promosi

Subsistem Harga

Subsistem Bauran Terintegrasi

Subsistem Input Subsistem Output

Pemakai/User

[image:41.595.91.508.310.714.2]

Data Informasi

(42)

Seperti terlihat pada bagan, bahwa bentuk umum dari sistem informasi pemasaran dibangun oleh dua subsistem penting yang terdapat didalamnya meliputi subsistem masukan dan subsistem keluaran pemasaran.

Subsistem informasi akuntansi menyediakan banyak data yang diperlukan untuk sistem informasi pemasaran, meliputi catatan kegiatan penjualan yang terinci yang dapat menjadi dasar bagi laporan periodik dan khusus, atau model matematika.

Subsistem Penelitian Pemasaran, akan mengumpulkan data mengenai segala aspek operasi pemasaran penjualan namun terutama aspek-aspek yang berkaitan dengan pelanggan atau calon pelanggan, misalnya berupa data internal perusahaan yang didapat melalui proses audit internal yang dilakukan secara periodik untuk meyakini bahwa data dan informasi yang ada telah sesuai dengan fakta di lapangan. Juga termasuk data hasil penyebaran kuesioner pada pelanggan.

Subsistem Intelijen Pemasaran, akan mengumpulkan data dan informasi mengenai pesaing perusahaan, misalnya pengumpulan data dilakukan dengan mengirimkan delegasi untuk melakukan transaksi dengan pesaing dan juga mengikuti kunjungan ke kantor dan pabrik pesaing.

(43)

Tiap subsistem output pada model dapat mewakili berbagai program aplikasi komputer, misalnya aplikasi untuk mencetak dan atau menampilkan laporan periodik, program yang memudahkan database query, serta program yang berfungsi sebagai model matematika.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk mendapatkan model sistem informasi seperti yang diharapkan dan untuk memperkecil kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi maka perlu dibuat suatu metode penelitian untuk melakukan perancangan dan pembuatan aplikasi pengukuran tingkat kepuasan pelanggan, metode penelitian ini akan berupa uraian langkah-langkah atau prosedur yang harus dilalui untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah:

3.1 Prosedur Pelaksanaan Tugas Akhir 3.1.1 Tahap Identifikasi Masalah

Tahap identifikasi masalah merupakan tahap paling awal untuk melakukan perancangan dan pembuatan aplikasi. Tahapan ini digunakan untuk melakukan observasi atau penelusuran permasalahan untuk mendapatkan gambaran umum dari permasalahan yang dihadapi. Tahap ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian, meliputi perumusan permasalahan, penetapan tujuan dan studi kepustakaan.

A. Perumusan Permasalahan

(45)

Pada tugas akhir ini, fokus usaha penyelesaian masalah terdapat pada perancangan dan pembuatan aplikasi pengukuran tingkat kepuasan pelanggan dengan pendekatan importance-performance analysis.

B. Penetapan Tujuan

Langkah ini menentukan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian. Langkah ini juga meliputi penetapan batas serta asumsi-asumsi permasalahan. Dengan berusaha untuk berpegang teguh pada tujuan, batasan dan asumsi-asumsi penelitian, maka penelitian tidak akan keluar dari jalur permasalahan.

C. Studi Kepustakaan

Pada langkah ini teori-teori yang menunjang dipelajari agar dapat memberikan kerangka berpikir untuk melakukan penelitian meliputi teori manajemen pemasaran, riset pemasaran, statistika dan sistem informasi manajemen serta studi literatur tentang penelitian–penelitian yang ada. Penjabaran kerangka teori yang dipergunakan dan dipelajari tersebut adalah sebagai berikut :

C.1 Riset Pemasaran

Meliputi pemahaman tentang peranan riset pemasaran dalam industri dalam kaitannya dengan kepuasan pelanggan, loyalitas yang menjelaskan kerangka berpikir dan metodologi penelitian pemasaran pada umumnya.

Untuk dapat merancang dan membuat aplikasi pengukuran tingkat kepuasan suatu produk, maka perlu diketahui variabel-variabel yang digunakan. Model variabel penelitian dengan melibatkan dimensi kualitas adalah:

) ,..., , ,

(X1 X2 X3 Xn f

(46)

Dimana:

Model ini dapat diestimasi dengan menggunakan analisis regresi. Dengan menggunakan pendekatan regresi, periset dapat menggunakan model sebagai berikut:

n n

X

b

X

b

X

b

X

b

a

S

=

+

1 1

+

2 2

+

3 3

+

...

+

Dimana:

Dengan menggunakan pendekatan gap analysis, periset perlu untuk mengukur dua hal, ekspektasi (kepentingan) pelanggan dan persepsi mereka mengenai performa perusahaan. Data ekspektasi dan persepsi dari performa dikumpulkan dalam skala numerik, dan diukur perbedaan antara keduanya.

Prosedur pengambilan data terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Identifikasi dimensi kualitas yang menurut pelanggan adalah penting.

b. Hasil identifikasi digunakan untuk membentuk butir-butir kuesioner yang relevan untuk mengukur tingkat kepuasan pada faktor-faktor dimensi kepuasan tersebut.

C.2 Statistika

Untuk mengolah dan memproses data-data yang menghasilkan informasi tentang tingkat kepuasan pelanggan, teori yang termasuk dalam riset pemasaran,

S = Kepuasan keseluruhan terhadap produk atau jasa

X1-n = Kepuasan terhadap masing-masing atribut produk atau jasa

a = Konstanta

(47)

digunakan metode statistika, yaitu mengenai uji validitas, reliabilitas, uji Cochran Q Test, uji perbedaan rata-rata dan regresi linier berganda.

C.3 Sistem Informasi Manajemen

Dalam studi kepustakaan ini diperlukan teori penunjang dalam memodelkan simulasi riset pemasaran yang berbentuk sistem informasi yang menekankan pada studi kasus analisis dan desain sistem informasi yang didalamnya memerlukan pemahaman tentang konsep sistem informasi manajemen, langkah dan pembuatan context diagram, hyerarchie chart (diagram berjenjang) dan DFD (Data Flow Diagram) pada suatu perancangan sistem informasi.

C.4 Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan dengan Pendekatan Importance-Performance Analysis

Pada tahapan ini dilakukan perancangan terhadap rumusan atau algoritma pengolahan data dengan menggunakan analisa kepentingan-kinerja (

importance-performance) untuk melakukan pengukuran tingkat kepuasan pelanggan serta

rekomendasi manajemen untuk menyikapinya.

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan untuk melakukan pengolahan data dengan menggunakan importance-performance analysis dapat didefinisikan sebagai berikut :

(48)

2. Menghitung nilai reliabilitas kuesioner brand association dengan uji reliabilitas Spearman-Brown belah Ganjil-Genap.

3. Melakukan Uji Cochran terhadap hasil riset pendahuluan sehingga didapatkan dimensi-dimensi kualitas yang secara signifikan berpengaruh terhadap produk atau jasa yang diteliti.

4. Membuat kuesioner berdasarkan hasil Uji Cochran.

5. Menetapkan jumlah sampel yang diperlukan untuk melakukan survai. 6. Menyebarkan kuesioner.

7. Tabulasi hasil kuesioner.

8. Melakukan uji-uji statistik, yaitu uji validitas (dengan Pearson’s Product-Moment), reliabilitas (dengan Cronbach’s Alpha), uji perbedaan dua rata-rata, regresi linier berganda.

9. Menampilkan identifikasi faktor-faktor dalam benak pelanggan, yang dianggap penting dan berkinerja baik dalam analisa kuadran ( Importance-Performance Analysis) ke dalam diagram kartesius.

10. Langkah terakhir adalah pembuatan laporan.

(49)

Mulai

Desain Kuesioner Uji Cochran

Hitung Jumlah Sampel

Validitas

Valid

Hitung Sudut Ideal dengan Metode Garis

Lurus Tabulasi Tingkat Kepentingan dan

Kinerja

Plot ke Diagram Kartesius

Pembuatan Laporan

Selesai Penyebaran

Kuesioner

Ya

Hitung Derived Importance

Tidak Hasil Riset Pendahuluan

Eliminasi Hasil Kuesioner yang tidak

valid

Hitung Reliabilitas Hitung Reliabilitas

Gambar 3.1 Model Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan

3.1.2 Tahap Perancangan dan Pembuatan Aplikasi

Tahapan ini dilakukan setelah melakukan tahapan awal pada metode penelitian yang telah dijelaskan diatas. Tahap ini akan menjelaskan langkah-langkah yang akan dilalui dalam melakukan perancangan dan pembuatan aplikasi pengukuran tingkat kepuasan pelanggan dengan pendekatan

importance-performance analysis sesuai dengan tujuan dan batasan masalah yang telah

(50)

saling berurutan, meliputi perancangan sistem atau aplikasi dengan memodelkan ke dalam suatu diagram alur dokumen Data Flow Diagram (DFD), perancangan struktur database dan perancangan masukan dan keluaran aplikasi serta pembuatan aplikasi.

A. Perancangan dan Pemodelan Sistem Informasi

Ada beberapa bagian penting dalam melakukan perancangan dan pemodelan suatu sistem informasi, yaitu melakukan perancangan dan pembuatan alur sistem, diagram berjenjang, data alur diagram (DFD) dan penyusunan struktur database.

Alur sistem merupakan bagan atau flowchart yang menggambarkan alur atau tahapan-tahapan yang membentuk suatu aplikasi. Bagian ini juga menampilkan keterlibatan entitas yang berhubungan dengan aplikasi.

Diagram berjenjang merupakan diagram yang menggambarkan tingkatan proses yang terdapat dalam suatu sistem atau aplikasi. Dengan membuat suatu diagram berjenjang, maka dapat mempermudah pembuatan skema aliran data yang akan digambarkan pada Data Flow Diagram (DFD).

Untuk melakukan pemodelan terhadap sistem informasi yang dibuat, maka diperlukan suatu alat yang dapat menggambarkan suatu sistem informasi. Data Flow Diagram merupakan dokumentasi dari suatu sistem yang baik, karena dapat menggambarkan arus data di dalam sistem dengan terstruktur dan jelas.

(51)

B. Perancangan Masukan dan Keluaran Sistem

Tahap ini dilakukan setelah diketahui informasi-informasi apa saja yang akan terlibat dalam sistem. Dalam melakukan perancangan antar muka ini diharapkan mampu memenuhi aspek-aspek sebagai berikut :

1. Mudah dibaca dan dimengerti

2. Ergonomis untuk tata letak visualisasinya.

3. Sederhana, tidak harus melalui prosedur yang berbelit-belit. 4. Terdapat panduan penggunaan jika diperlukan.

5. Dan lain sebagainya.

Format masukan yang dibuat merupakan visualisasi kondisi diwaktu sekarang berupa format kuesioner yang disebarkan, sedangkan format keluaran merupakan hasil laporan yang merupakan output dari hasil perhitungan.

3.1.3 Tahap Analisa, Kesimpulan dan Saran

Setelah melakukan tahap identifikasi masalah dan tahap perancangan, pembuatan aplikasi, maka perlu untuk dilakukan uji coba dan analisa terhadap aplikasi yang dihasilkan, penarikan kesimpulan serta pemberian saran-saran yang berkaitan dengan hasil yang telah dicapai.

1. Analisa dan uji coba aplikasi lebih ditekankan pada kelebihan dan kekurangan aplikasi yang telah dihasilkan.

2. Kesimpulan adalah menyatukan seluruh hasil dan analisa yang dilakukan, dalam konteks pencapaian tujuan yang telah didefinisikan.

(52)

Bagan alur dari metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan pada gambar berikut :

Perumusan Masalah

Penetapan Tujuan Tahap Identifikasi Masalah

Studi Kepustakaan

Tahap Perancangan dan Pembuatan Sistem Informasi

Perancangan dan Pemodelan Sistem Informasi

Perancangan Input dan Output Sistem Informasi

Pembuatan Sistem Informasi

Analisa Sistem Informasi

Kesimpulan dan Saran Tahap Analisa, Kesimpulan

dan Saran

Gambar 3.2 Metode Penelitian

3.2 Perancangan Sistem Informasi

Berdasarkan pada metode penelitian yang telah dibuat, maka selanjutnya dapat dilakukan perancangan sistem informasi peramalan pangsa pasar yang meliputi pembuatan alur sistem, diagram berjenjang, data flow diagram dan struktur database yang digunakan dalam aplikasi. Adapun bagian-bagian dalam perancangan sistem informasi dapat dijelaskan sebagai berikut :

3.2.1 Alur Sistem

(53)

pendekatan importance-performance analysis. Adapun pada penerapannya kali ini sistem melibatkan 3 bagian yang saling berinteraksi, yaitu bagian riset pemasaran, bagian pengolahan dan analisa data serta pihak manajemen.

Manajemen Pengolahan dan Analisa Data

Riset Pemasaran Start Desain Riset Pendahuluan Penyebaran Kuesioner Hasil Kuesioner Hasil Kuesioner Hasil Kuesioner Hasil Kuesioner Data Kuesioner File Data Kuesioner Riset Pendahuluan Penentuan Atribut-atribut Dimensi Mutu

File Data Atribut Dimensi Mutu Atribut Dimensi Mutu Atribut Dimensi Mutu Atribut Dimensi Mutu Atribut Dimensi Mutu Penyebaran Kuesioner Desain Riset Kepuasan Pelanggan Hasil Kuesioner Hasil Kuesioner Hasil Kuesioner Hasil Kuesioner File Data Kuesioner Data Kuesioner Rekap Data Kuesioner Pengukuran Tingkat Kepuasan dengan Pendekatan Importance-Performance Analysis Laporan Laporan Laporan Laporan Laporan Ketetapan dan Variabel Riset

(54)

Alur sistem dimulai dari bagian manajemen yang menetapkan variabel-variabel riset, seperti misalnya tanggal deadline riset diperlukan, atribut-atribut dimensi mutu yang sesuai dengan literatur ataupun kenyataan pada lapangan atau pada riset sebelumnya. Bagian riset pemasaran melakukan desain dan teknik pengumpulan data sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, dalam hal ini khusus untuk permasalahan untuk mengetahui dimensi-dimensi kualitas apa saja yang dianggap penting oleh pelanggan. Hasil dari pengumpulan data yang berupa form-form kuesioner kemudian diserahkan kepada bagian pengolahan dan analisa data untuk dilakukan pengolahan dan penganalisaan data dengan menggunakan

importance-performance analysis. Proses pengolahan dan analisa akan

(55)

3.2.2 Diagram Berjenjang Sistem Informasi Pengukuran Tingkat Kepuasan dengan Pendekatan Importance-Performance Analysis Maintenance Riset Pendahuluan Maintenance Variabel Riset Informasi Riset Maintenance Riset Kepuasan Pelanggan Desain Kuesioner Input Hasil Kuesioner Proses Riset Kepuasan Pelanggan Uji Validitas Uji Reliabilitas Uji Perbedaan Rata-rata Tabulasi Dimensi Mutu Sudut Ideal Metode Garis Lurus Regresi Linier Ganda dengan Backward Elimination Desain Kuesioner Input Hasil Kuesioner Proses Riset Pendahuluan Uji Reliabilitas Spearman-Brown Uji Cochran

Cetak Hasil dan Laporan Cetak Form Kuesioner Brand Association Cetak Form Kuesioner Kepuasan Pelanggan Cetak Hasil Uji Reliabilitas Riset

Pendahuluan

Cetak Hasil Uji Cochran

Cetak Hasil Uji Validitas

Cetak Hasil Uji Reliabilitas

Cetak Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Cetak Hasil Metode Garis Lurus Cetak Hasil Regresi Linier Ganda

Gambar 3.4 Diagram Berjenjang (Hierarchy Chart)

Diagram berjenjang merupakan alat perancangan sistem yang dapat menampilkan seluruh proses yang terdapat pada suatu aplikasi tertentu dengan jelas dan terstruktur. Adapun secara garis besar, diagram berjenjang yang membangun aplikasi dapat digambarkan pada gambar 3.2.

3.2.3 Alur Aplikasi

(56)

menjelaskan rancangan urutan proses yang terjadi pada aplikasi. Dimulai dari membuka aplikasi aplikasi akan menyediakan pilihan menu utama yang terdiri dari dua buah menu utama, yaitu Buka Riset Baru dan Buka File Riset yang berfungsi untuk membuat atau membuka file database yang diperlukan untuk menyimpan data-data riset. Setelah melakukan akses terhadap menu buat database maka selanjutnya dilakukan pengisian variabel-variabel riset yang berisi tentang informasi riset pangsa pasar yang dilakukan, antara lain merk produk yang menjadi objek riset, tingkat kepercayaan dan informasi lain yang berhubungan. Langkah selanjutnya adalah melakukan desain terhadap kuesioner, baik untuk riset pendahuluan maupun pada riset kepuasan pelanggan. Pada tahapan ini terdapat dua kegiatan yang harus dikerjakan, yaitu melakukan maintenance pertanyaan kuesioner dan maintenance atribut produk.

(57)

Start

Buka File Riset Riset Baru

Tampil Variabel Riset Maintenance Data Kuesioner Variabel Riset Maintenance Pertanyaan Maintenance Atribut Produk Database Terisi

Data Kuesioner ? Tidak

Ya Form Kuesioner Analisa Riset Pendahuluan Analisa Tingkat Kepuasan Pelanggan File DB File DB Data Hasil Kuesioner Analisa Kekuatan Atribut Merk Produk

AnalisaTingkat Kinerja dan Kepentingan Pelanggan Analisa Kuadran Laporan Laporan Proses Jawaban Pertanyaan Kuis Laporan Laporan

Merupakan file database (*.mdb) yang digunakan untuk menyimpan data riset yang didesain untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan terhadap suatu

merk produk Membuka file database

(*.mdb) yang mempunyai struktur dan format yang sama dengan file yang dihasilkan oleh aplikasi

Berisi tentang informasi riset antara lain jenis produk, merk produk yang menjadi objek riset, jumlah responden dan lain

sebagainya

Merupakan pertanyaan yang ditampilkan dalam kuesioner, untuk

menggali informasi yang berkaitan dengan tingkat kepuasan

pelanggan Pada bagian ini pengguna

sistem akan memasukkan data hasil kuesioner, sesuai dengan form kuesioner yang telah diisi oleh responden, sebanyak jumlah responden yang telah ditetapkan dalam

desain riset.

IMPORTANCE-PERFORMANCE ANALYSIS

Proses pada bagian ini berjalan sesuai dengan penerapan importance-performance analysis

[image:57.595.93.503.81.554.2]

Selesai

Gambar 3.5 Alur Aplikasi

(58)

telah didesain sebelumnya. Aplikasi dapat digunakan untuk mencetak form kuesioner yang dapat digunakan sebagai instrumen pengumpulan data.

Proses selanjutnya setelah melakukan maintenance terhadap aplikasi adalah melakukan pengolahan terhdap data kuesioner yang telah tercatat pada file database.

Informasi yang dihasilkan akan mendukung informasi tingkat kepuasan pelanggan itu sendiri serta membantu proses pengambilan keputusan untuk menentukan strategi pemasaran yang sesuai dalam rangka memperluas pangsa pasar dengan tetap memperhatikan daya tarik dan kelemahan suatu produk.

3.2.5 Data Flow Diagram

DFD ( Data Flow Diagram ) adalah gambaran aliran informasi yang terlibat dalam suatu prosedur ( event ) yang terdapat dalam suatu sistem. Diagram ini akan menjelaskan lebih lanjut proses yang terdapat pada diagram berjenjang dengan alur data yang terjadi pada setiap proses. Adapun Data Flow Diagram

untuk sistem informasi pengukuran tingkat kepuasan pelanggan dengan pendekatan importance-performance analysis dapat digambarkan sebagai berikut :

A. Context Diagram

Context diagram merupakan diagram pertama dalam rangkaian suatu

(59)

Laporan Riset Tingkat Kepuas an Pelanggan

Variabel Riset

Atribut dan Pertanyaan Kuesioner Brand As sociation

Pertanyaan dan Kriteria Kinerja Atribut Dimens i Mutu Has il Kuesioner Kepuas an Pelanggan

Form Kuesioner Brand Assoc iation

Form Kepuas an Pelanggan

Has il Kuesioner Brand Association

0

Sis tem Informas i Pengukuran Tingk at Kepuasan Pelanggan

+

Pelanggan

Manajemen

Gambar 3.6 Context Diagram

Pada context diagram terdapat dua buah entitas yang berhubungan dengan sistem yaitu Bagian manajemen dan pelanggan. Manajemen akan berinteraksi dengan sistem dengan memberikan masukan kepada sistem berupa variabel riset yang berisi informasi yang terdiri dari nama riset, jumlah responden dan informasi lain yang diperlukan dan berhubungan dengan teknik riset.

B. DFD Level 0 Sistem Informasi Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan DFD level 0 adalah merupakan dekomposisi dari context diagram yang akan menggambarkan tiap-tiap proses yang terdapat dalam sistem informasi pengukuran tingkat kepuasan pelanggan dengan pendekatan

importance-performance analysis. Adapun DFD level 0 untuk aplikasi ini adalah sebagai

(60)

[Laporan Riset Tingkat Kepuasan Pelanggan]

Jumlah YA dan Valid Cochran

Data Sub Atribut Brand Association

Data Informasi Riset Pengukuran Tingkat Kepuasan

Laporan Riset Pengukuran Tingkat Kepuas an Pelanggan [Hasil Kuesioner Kepuasan Pelanggan]

[Form Kuesioner Brand Association]

Pertanyaan dan Kriteria Kinerja Atribut Dimensi Mutu

[Form Kepuasan Pelanggan]

Data Informasi Riset Pendahuluan

Data Variabel Riset

Data Pertanyaan Kuesioner Brand Association Laporan Riset Pendahuluan

Variabel Riset Atribut dan Pertanyaan Kuesioner Brand Association

[Hasil Kuesioner Brand As sociation] Pelanggan

2

Ris et Pendahuluan

+ 4 Pembuatan Laporan 1 Desain Riset + Manajemen

3 Informasi Riset

Pelanggan

3

Ris et Pengukuran Tingk at Kepuasan Pelanggan + Pelanggan 2 Pertanyaan Sub Atribut 2 Pertanyaan Sub Atribut Manajemen

Gambar 3.7 DFD Level 0

C. DFD Level 1

DFD level 1 merupakan merupakan dekomposisi dari level diagram sebelumnya (level 0), yang berfungsi menjabarkan secara lebih rinci, proses-proses yang terdapat dalam sistem. Berikut ini digambarkan DFD level 1 pada masing-masing proses yang terdapat dalam sistem informasi pengukuran tingkat kepuasan ini.

C.1 DFD Level 1 Proses Desain Riset

Pada gambar dibawah, terlihat bahwa proses Desain Riset ini mempunyai tiga buah proses yaitu Desain Kuesioner Brand Association, Input Variabel Riset dan Desain Kuesioner Kepuasan Pelanggan.

(61)

diperlukan untuk membangun format kuesioner yang sama dengan format kuesioner yang asli (yang disebarkan kepada responden).

Form kuesioner yang terdapat dalam aplikasi akan menjadi sarana pengguna sistem untuk melakukan pemasukan data hasil kuesioner riset

Gambar

Gambar 2.3 Importance-Performance Grid
Tabel 2.6 Contoh Tabulasi Studi Kasus
Gambar 2.5 Tingkat Kepentingan dan Kinerja dalam Diagram Kartesius
Gambar 2.6 Importance Grid
+7

Referensi

Dokumen terkait

The main barrier factors that prevent parents from providing sexuality education in early childhood were: felt to be an inconvenience, the perception of the

Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan pemahaman konsep matematika mahasiswa sebelum penggunaan modul

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “ STRATEGI KONSELING REALITAS UNTUK MENGEMBANGKAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIER (Penelitian Eksperimen Kuasi di

Yang dimana hasil dari perbandingan antara hasil pengukuran lapangan dan simulasi tidak terdapat perbedaan terlalu jauh, sehingga dianggap layak untuk dipakai

Hasil analisis daripada dapatan data kajian kualitatif mengenai pemerhatian berdasarkan tingkah laku ke semua responden dilakukan telah menunjukkan terdapat

The microbial properties on the nitrogen removal process (nitrification and denitrification) were monitored by measuring the ammonia decreasing and nitrate production rate on

Dalam penelitian ini yang menjadi unit amatan adalah Bapermas Kota Salatiga, Pengadilan Agama Kota Salatiga, Kantor Urusan Agama Kecamatan Tingkir, Tokoh