• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar dan Keterampilan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas IV Melalui Model Problem Based Learning (PBL) Berbatun Kotak Hitam Putih SD Negeri 1 Wonokerso

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar dan Keterampilan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas IV Melalui Model Problem Based Learning (PBL) Berbatun Kotak Hitam Putih SD Negeri 1 Wonokerso"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Rencana dan Pelaksanaan Tindakan

1.1.1 Pra Siklus

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 01 Wonokerso pada Semester 1 Tahun pelajaran 2017/ 2018. SD Negeri 01 Wonokerso memiliki tenaga pendidik dan kependidikan dengan jumlah 13 orang diantaranya 1 Kepala Sekolah, 6 Guru Kelas, 1 Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, 1 Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen, 1 Guru Mata Pelajaran PenjasOrkes, dan 3 Guru Wiyata Bhakti. Kepala Sekolah berlatar belakang pendidikan S1 dan seluruh guru yang mengampu di SD Negeri 01 Wonokerso mempunyai latar belakang pendidikan S1. Subjek Penelitian pada PTK ini adalah siswa kelas IV dengan jumlah 28 siswa pada pembelajaran Matematika. Mata Pelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri 01 Wonokerso diampu oleh Ibu Rendi Manda Lestari, S.Pd.SD. Beliau mengampu seluruh mata pelajaran yang diajarkan di kelas IV kecuali untuk mata pelajaran yang telah diampu oleh guru mata pelajaran masing-masing yaitu PAI, Bahasa Inggris, SBdP, dan Penjas Orkes.

(2)

ketika siswa gaduh guru mampu mengatasi dengan baik dan tegas. Namun guru dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah belum maksimal, karena guru belum menciptakan sesuatu yang baru, menarik dan menyenangkan dalam pembelajaran. Hal ini terbukti bahwa masih ada siswa yang belum memahami dan dapat menyelesaikan soal Matematika. Ketika siswa diberi soal hanya ada beberapa siswa yang memahami cara menyelesaikan masalah tersebut. Banyak siswa memiliki pandangan bahwa mata pelajaran Matematika adalah pelajaran yang sulit, sehingga siswa kurang tertarik terhadap pembelajaran Matematika.

Ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas IV SD Negeri 01 Wonokerso belum menunjukkan hasil yang diharapkan, dilihat dari nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran Matematika kelas IV diperoleh data. Berdasarkan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM=70) data hasil perolehan pada kondisi awal atau sebelum tindakan disajikan dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1

Hasil Belajar Matematika Pra Siklus Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Wonokerso No Skor Ketuntasan Hasil

Belajar Nilai

Jumlah Siswa Frekuensi Persentase

1 Tuntas ≥ 70 12 42,86%

2 Belum Tuntas ≤ 70 16 51,14%

(3)

Matematika. Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II.

1.1.2 Siklus I

1.1.2.1Rencana Tindakan Siklus I

Perencanaan tindakan untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan pemecahan masalah matematika pada kelas IV SD Negeri 01 Wonokerso yang dilaksanakan 3 kali pertemuan dengan rincian yaitu: pada siklus I akan dilaksanakan kegiatan pembelajaran sebanyak 3 kali pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan 2 x 35 menit. Tahap perencanaan guru mempersiapkan segala sesuatu yang akan dilakukan dalam penelitian menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan kotak hitam putih antara lain, orientasi permasalahan yang dipalajari, mencari atau menemukan permasalahan, dan permainan kotak hitam putih dalam pembelajaran matematika materi kelas IV semester 2 tentang keliling dan luas bangun persegi, persegi panjang dan segitiga serta mengkaji indikatornya, dengan menyesuaikan tujuan pembelajaran, menyiapkan papan permainan kotak hitam putih, menyiapkan alat evaluasi dan alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran serta menyusun RPP. Setelah semua alat pembelajaran disiapkan, langkah selanjutnya menyiapkan lembar observasi guru dan siswa untuk menilai pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) berbantuan kotak hitam putih. Adapun rincian kegiatanya adalah sebagai berikut:

1.1.2.2Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus I 1. Pelaksanaan Tindakan

Pertemuan ke-1

(4)

keliling bangun datar persegi, persegi panjang dan segitiga, (4) Memecahkan permasalahan yang melibatkan keliling dan luas bangun datar (Persegi, persegi panjang dan segitiga). Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan ke-1 yaitu: Kegiatan Awal

Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung guru menyiapkan peralatan yang akan digunakan pada pembelajaran yaitu: RPP, papan permainan kotak hitam putih, lembar observasi guru dan siswa, buku pelajaran, dan tata letak tempat duduk siswa. Kegiatan awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa dan memberi salam dilanjutkan absensi kehadiran serta mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk memulai proses pembelajaran. Setelah itu untuk memotivasi siswa dalam belajar guru mengajak siswa menyanyikan lagu “Indonesia Raya” dilanjutkan guru melakukan apersepsi dengan bercerita dan bertanya mengenai bangun datar persegi, persegi panjang dan segitiga dengan bantuan alat peraga berupa potongan gambar. Siswa diminta untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan apersepsi tersebut. Namun sebagian besar siswa kurang memperhatikan apersepsi yang disampaikan oleh guru, mereka sibuk bermain sendiri dengan teman sebangkunya sehingga kelas masih belum terkondisikan. Setelah kegiatan apersepsi selesai, guru menegaskan materi yang akan dipelajari serta menginformasikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.

Kegiatan Inti

(5)

kepada siswa berupa pertanyaan yang harus dijawab setelah melakukan permainan kotak hitam putih. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok dan salah satu siswa ditunjuk untuk menjadi ketua kelompoknya. Setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa. Pembagian kelompok berjalan dengan tertib. Setelah siswa mendapat kelompok guru mendemonstrasikan dan meyampaikan aturan permainan kotak hitam putih. Selanjutnya guru menunjukkan papan permainan kotak hitam putih kepada masing-masing kelompok. Pada pertemuan pertama siswa sudah mulai melakukan percobaan permainan kotak hitam putih sebisanya secara berkelompok. Selama kegiatan permainan sebagian besar siswa belum paham dengan kegiatan yang dirancang sehingga siswa masih tampak bingung. Kemudian guru melakukan pembimbingan kepada siswa yang belum jelas. Namun karena keterbatasan waktu, maka permianan kotak hitam putih dilakukan pada pertemuan berikutnya (pertemuan ke-2).

Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir pembelajaran, siswa bersama guru membuat rangkuman dari kegiatan pembelajaran yang telah dipelajari. Siswa juga merencanakan kegiatan tindak lanjut untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya. Setelah itu guru memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan hambatan yang dialami selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dilanjutkan guru memberikan salam penutup untuk mengakhiri pembelajaran hari ini.

Pertemuan ke-2

(6)

rumus untuk menentukan luas dan keliling bangun datar persegi, persegi panjang dan segitiga, (4) Memecahkan permasalahan yang melibatkan keliling dan luas bangun datar (Persegi, persegi panjang dan segitiga). Pelaksanaan tindakan pembelajaran pertemuan ke-2 yaitu:

Kegiatan Awal

Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan ke-2 merupakan tindak lanjut pada pertemuan ke-1. Oleh karena itu pada pertemuan ke-2 guru mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran seperti RPP, papan permaianan kotak hitam putih, lembar observasi guru dan siswa, menata tempat duduk siswa. Awal pembelajaran guru mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa, mengajak siswa untuk berdoa dan mempersiapkan siswa dalam megikuti kegiatan pembelajaran. Kegiatan awal guru melakukan apersepsi dengan bercerita dan menunjukkan potongan gambar tentang keliling dan luas bangun persegi, persegi panjang dan segitiga. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan mengarahkan siswa untuk berkumpul sesuai dengan kelompok pada pertemuan pertama.

Kegiatan Inti

(7)

permainan kotak hitam putih dan diskusi selesai, perwakilan kelompok maju kedepan untuk mempresentasikan/ menjelaskan hasil diskusi yang berupa laporan didepan kelompok lain. Kebanyakan kesulitan yang dialami siswa adalah dalam menjelaskan pemecahan masalah secara runtut. Dalam mempresentasikan hasil diskusi, kelompok lain diminta untuk menanggapi sehingga terjadi interaksi dan komunikasi antar siswa. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika masih ada yang kurang dimengerti dan guru memberi masukan tentang hasil diskusi siswa dilanjutkan memberikan pertanyaan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan sekaligus menjawab permasalahan yang ditampung pada pertemuan pertama secara bersama-sama.

Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir pembelajaran, siswa bersama guru menyimpulkan hasil kegiatan yang telah dilakukan. Setelah itu guru memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan hambatan yang dialami selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru memberikan salam penutup untuk mengakhiri pembelajara hari ini.

Pertemuan ke-3

(8)

Kegiatan Awal

Kegiatan awal pembelajaran yang dilakukan guru yaitu menyapa dan mengucapkan salam, mengajak siswa untuk berdoa, melakukan presensi dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu mengerjakan soal evaluasi.

Kegiatan Inti

Kegiatan inti pembelajaran, siswa melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran dengan penilaian post test, jenis post test tertulis bentuknya soal uraian berjumlah 10 butir soal. Post test dikerjakan secara individu. Pada pertemuan ini pembelajaran berlangsung dengan baik, siswa mengerjakan soal evaluasi dengan tertib. Selama siswa mengerjakan post test guru mengamati dan mengawasi peserta didik.

Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir pembelajaran siswa bersama guru membahas hasil tes evaluasi tertulis yang dikerjakan oleh siswa. Selanjutnya guru memberikan refleksi berupa pertanyaan kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Selanjutnya guru memberikan remedial bagi siswa yang nilainya kurang dari KKM dan pengayaan bagi siswa yang nilainya sudah memenuhi KKM. Setelah selesai guru menyampaikan salam penutup untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran.

2. Hasil Observasi Pertemuan ke-1

(9)

besar (50%) siswa kurang memperhatikan, 4) Sebagian besar (50%) siswa belum mampu dalam mencari informasi yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Selain itu masih ada siswa yang pasif dalam pembelajaran, 5) Siswa masih bingung dalam melaksanakan permainan kotak hitam putih. Meskipun demikian, pada pertemuan ke-1 langkah- langkah pembelajaran sudah sesuai dengan perencanaan.

Pertemuan ke-2

Kegiatan pembelajaran siklus I pertemuan ke-2, dilakukan pengamatan tentang langkah-langkah kegiatan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL) berbantuan kotak hitam putih yang terdapat pada lembar observasi guru dan siswa. Berdasarkan lembar observasi tersebut, langkah-langkah pembelajaran masih ada yang belum sesuai. Kegiatan yang belum sesuai dengan perencanaan antara lain: 1) Guru kurang dalam memberikan pengertian kepada siswa untuk bekerjasama dengan kelompoknya dalam mengerjakan tugas, 2) Sebagian besar (25%) siswa belum melakukan diskusi kelompok dengan baik karena masih terdapat siswa yang tidak ikut partisipasi dalam diskusi kelompok. Meskipun demikian pada pertemuan kedua ini terdapat peningkatan dari pertemuan pertama.

Pertemuan ke-3

Pada kegiatan pembelajaran siklus I pertemuan ke-3, guru menggunakan model Problem Based Learning (PBL) berbantuan kotak hitam putih. Hasil observasi guru dan siswa sudah sesuai dengan perencanaan. Hal ini menunjukkan bahwa indikator proses sudah tercapai dan menunjukkan lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Efektivitas cara guru dalam menyampaikan pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Aktivitas siswa sudah terlihat sangat bersemangat dalam mengikuti pembelajaran yang diimplementasikan menggunakan metode PBL dengan bantuan permainan kotak hitam putih.

1.1.2.3 Hasil Nilai Penelitian Siklus I 1) Hasil Belajar Aspek Kognitif

(10)

dan reliabilitasnya. Soal tersebut berjumlah 25 soal, dari 25 soal terdapat 15 soal yang valid. Sehingga 10 soal yang digunakan untuk evaluasi pembelajaran pada siklus I. Akhir pertemuan diadakan tes uraian dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning(PBL) berbantuan kotak hitam putih, yaitu materi tentang keliling dan luas bangun datar persegi, persegi panjang dan segitiga. Berikut disajikan data tentang tabel distribusi frekuensi hasil belajar matematika siswa kelas IV pada siklus I.

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Siklus I

No Nilai Jumlah Siswa

1 100 -

2 90 - 99 -

3 80 - 89 10

4 70 – 79 10

5 60 – 69 6

6 50 - 59 2

Jumlah 28

Nilai Rata-rata 73,42

Nilai Tertinggi 85

Nilai Terendah 50

Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa hasil belajar matematika pada siklus I menunjukkan bahwa 28 siswa yang belum tuntas berjumlah 8 siswa, sementara yang sudah tuntas berjumlah 20 siswa. Nilai tertinggi pada siklus I adalah 85 sedangkan nilai terendahnya yaitu 50. Berdasarkan acuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) perolehan nilai hasil pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3

Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus I

No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Persenntase (%)

1 Tuntas 20 71,43 %

2 Belum Tuntas 8 28,57 %

Jumlah 28 100 %

(11)

dengan persentase sebesar 71,43%. Pada siklus I masih terdapat 28,57 % siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), maka guru mengadakan pemantapan atau perbaikan pada siklus II. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan kotak hitam putih, hasil belajar kognitif siswa kelas IV SD Negeri 01 Wonokerso mengalami peningkatan. Meningkatnya hasil belajar dilihat dari hasil tes kondisi awal dan tes siklus I.

Hasil Lembar Kerja Kelompok

Pembelajaran pada siklus 1, dibagi menjadi 6 kelompok dengan anggota 4-5 siswa dalam setiap kelompok. Dari 6 kelompok melakukan permainan kotak hitam putih untuk menyelesaikan permasalahan yang didapat pada kelompok tersebut. Berdasarkan hasil lembar kerja kelompok masih ada kelompok yang belum mencapai KKM, hanya 3 kelompok saja yang sudah mencapai KKM (>70), yaitu kelompok 2 (nilai 75), 4 (nilai 80) dan 6 (nilai 75). Keseluruhan dari observasi siswa belum memuaskan karena tindakan siswa dalam mengikuti pelajaran masih belum efektif dalam tugas kelompok, siswa kurang bekerjasama dan tanggung jawab terhadap permasalahan yang didiskusikan. Untuk itu peneliti masih belum puas dengan hasil kerja kelompoknya dan peneliti akan melakukan tindak lanjut dengan mengadakan pembelajaran siklus II.

2) Hasil Belajar Aspek Afektif

Melalui rubrik penilaian sikap, didapat hasil belajar berdasarkan kriteria ketuntasan minimal pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar Afektif Siklus I

No Ketuntasan Belajar Nilai Frekuensi Jumlah Siswa Persentase (%)

1 Tuntas ≥ 70 13 46,23%

2 Belum Tuntas < 70 15 53,57%

Jumlah 28 100

Nilaia Rata-rata 70,42

Nilai Tertinggi 85

(12)

Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa siswa yang tuntas hasil belajar afektif sebanyak 15 siswa sedangkan yang masih dibawah KKM ada 13 siswa dengan nilai rata-rata 70,42 dan nilai terendah 42. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penilaian dan hasil observasi selama proses pembelajaran 46,23% siswa sudah mulai aktif dan percaya diri khususnya dalam berbicara dikelas, berani bertanya, berpendapat atau menjawab pertanyaan dan membuat keputusan dengan cepat. 3) Hasil Belajar Aspek Keterampilan Pemecahan Masalah Matematika

Melalui rubrik penilaian keterampilan, didapat hasil belajar psikomotor berdasarkan kriteria ketuntasan minimal pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar Psikomotor Siklus I

No Ketuntasan

Belajar Nilai

Jumlah Siswa

Frekuensi Persentase (%)

1 Tuntas ≥ 70 12 42,86

2 Belum Tuntas < 70 16 57,14

Jumlah 28 100

Nilaia Rata-rata 71,07

Nilai Tertinggi 85

Nilai Terendah 62,5

Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa siswa yang tuntas hasil belajar psikomotor sebanyak 12 siswa sedangkan yang masih dibawah KKM ada 16 siswa dengan nilai rata-rata 71,07 dan nilai terendah 62,5. Berdasarkan hasil belajar pada tabel 4.5 tentang keterampilan dalam pemecahan masalah matematika siswa yang sebelumnya pasif dan belum bisa diajak kerjasama dalam pemecahan masalah khususnya matematika. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model PBL berbantuan kotak hitam putih, 42,86% siswa mampu menyelesaikan permasalahan yang didapat sesuai dengan indikator kemampuan pemecahan masalah menurut teori Polya seperti memahami soal, merencanakan penyelesaian, menyelesaiakan masalah dan melakukan pengecekan kembali.

4) Efektifitas Cara Pembelajaran Menurut Peserta Didik

(13)

PBL memudahkan dalam memahami materi pembelajaran matematika khususnya materi tentang keliling dan luas persegi, persegi panjang dan segitiga.

1.1.2.4Refleksi Siklus I

Dari hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, ada beberapa hal yang menjadi perhatian guru: 1) Pada saat guru menjelaskan materi pelajaran beberapa siswa tidak memperhatikan sehingga pada saat diadakan evaluasi pembelajaran hasilnya kurang maksimal. 2) Pada saat siswa melakukan kerja kelompok siswa tampak kurang percaya diri dalam menyelesaikan permasalahan sehingga perlu adanya bimbingan terhadap kerja kelompok.

Konsep pembelajaran pada siklus I tetap dipertahankan pada pembelajaran siklus II yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan permainan kotak hitam putih. Oleh karena itu dengan adanya komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa atau siswa dengan guru sehingga pembelajaran memberikan kesan yang menarik. Selain itu dengan pembelajaran berbasis masalah dapat mempengaruhi ketercapaian tujuan pembelajaran yang ditentukan oleh guru meskiupun belum 100% tuntas. Hal ini terlihat pada peningkatan hasil belajar dan keterampilan pemecahan masalah matematika. Peningkatan tersebut terlihat dari ketuntasan belajar yang dicapai siswa yaitu (73,43%) atau 20 siswa sudah memperoleh nilai lebih dari KKM. Sedangkan 8 siswa (28,57%) masih belum mencapai ketuntasan. Jika dilihat dari indikator kinerja, yaitu penelitian dianggap berhasil jika siswa mencapai ketuntasan belajar 80%, karena pencapaian ketuntasan pada siklus I hanya 73,43% maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus ke II.

(14)

hasil belajar dan keterampilan pemecahan masalah matematika siswa dapat tercapai dengan maksimal.

1.1.3 Siklus II

1.1.3.1Rencana Tindakan Siklus II

Pembelajaran pada siklus II difokuskan pada perbaikan kekurangan yang terjadi pada siklus I, siklus II dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan 2 x 35 menit. Letak perbedaan hanya terdapat pada materi yaitu materi Hubungan Antar Garis. Tahap perencanaan guru mempersiapkan segala sesuatu yang akan dilakukan dalam penelitian menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning(PBL) berbantuan kotak hitam putih antara lain, orientasi permasalahan yang dipalajari, mencari atau menemukan permasalahan, dan permainan kotak hitam putih dalam pembelajaran matematika di kelas IV semester 2 tentang hubungan antar garis serta mengkaji indikatornya, dengan menyesuaikan tujuan pembelajaran, menyiapkan papan permianan kotak hitam putih, menyiapkan alat evaluasi dan alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran serta menyusun RPP. Setelah semua alat pembelajaran disiapkan, langkah selanjutnya menyiapkan lembar observasi guru dan siswa untuk menilai pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan model Problem Based Learning(PBL) berbantuan kotak hitam putih.

1.1.3.2Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus II 1. Pelaksanaan Tindakan

Pertemuan ke-1

(15)

Memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan hubungan antar garis. Pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II pada pertemuan ke-1:

Kegiatan Awal

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan pertama merupakan sebuah perbaikan dari siklus I. Sebelum pembelajaran dimulai guru menyiapkan semua peralatan yang digunakan dalam pembelajaran yaitu: RPP, lembar observasi guru dan siswa, media permainan kotak hitam putih, buku pelajaran serta penataan tempat duduk siswa. Awal pembelajaran guru memberikan salam, mengajak siswa untuk berdoa dilanjutkan absensi kehadiran serta mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk memulai proses pembelajaran. Setelah itu untuk memotivasi siswa dalam belajar guru mengajak siswa menyanyikan lagu “Indonesia Raya”, dilanjutkan melakukan apersepsi dengan bercerita dan menunjukkan kerangka balok dan kubus untuk mengetahui hubungan antar garis pada kerangka tersebut. Siswa menanggapi pertanyaan-pertanyaan apersepsi yang dilakukan guru dengan antusias. Berdasarkan tanggapan siswa selanjutkan guru menegaskan materi yang akan dipelajari serta menginformasikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.

Kegiatan Inti

(16)

pembelajaran siklu I. Selanjutnya siswa berusaha menjawab orientasi masalah yang diberikan oleh guru secara individu. Siswa sudah ada peningktan dalam pemecahan masalah. Hal ini terlihat dengan adanya keaktifan siswa dalam mencari sumber informasi untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Karena keterbatasan waktu, permainan dengan kotak hitam putih dilakukan pada pertemuan ke-2.

Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir, guru bersama siswa merangkum hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian guru memberikan aplaus kepada siswa yang telah melakukan kegiatan pembelajaran sebagai motivasi untuk lebih bersemangat lagi dalam belajar. Selanjutnya guru bertanya jawab dengan siswa tentang hambatan selama proses pembelajaran dan dilanjutkan penyampaian pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

Pertemuan ke-2

Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Selasa 27 Februari 2018 jam 07.00 sampai 08.10. Kompetensi Dasar: 3.10 Menjelaskan hubungan antar garis (sejajar, berpotongan, berhimpitan) menggunakan model konkret. 4.10 Mengidentifikasi hubungan antar garis (sejajar, berpotongan, berhimpitan) menggunakan model konkret. Indikator: (1) Menggunakan kerangka kubus atau balok, untuk mengidentifikasi rusuk-rusuk sejajar, rusuk-rusuk yang berpotongan dan berhimpit, (2) Menggambarkan garis-garis sejajar, berpotongan dan berhimpit, (3) Menjelaskan sisfat-sifat garis sejajar, garis berpotongan dan garis berhimpit, (4) Memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan hubungan antar garis. Tindakan pelaksanaan pada pertemuan ke-2 yaitu:

Kegiatan Awal

(17)

siswa dalam megikuti kegiatan pembelajaran. Kegiatan awal guru melakukan apersepsi dengan bercerita dan menunjukkan kerangka balok dan kubus untuk mengetahui hubungan antar garis (garis sejajar, berpotongan dan berhimpit). Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan mengarahkan siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya.

Kegiatan Inti

(18)

Kegiatan Akhir

Akhir kegiatan pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan yang telah dilakukan. Setelah itu guru memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan hambatan yang dialami selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Kemudian guru memberikan aplaus kepada siswa sebagai motivasi agar lebih semangat dalam belajar. Dilanjutkan menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.

Pertemuan ke-3

Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada hari Kamis 1 Maret 2018 jam 07.00 sampai 08.10. Kompetensi Dasar: 3.10 Menjelaskan hubungan antar garis (sejajar, berpotongan, berhimpitan) menggunakan model konkret. 4.10 Mengidentifikasi hubungan antar garis (sejajar, berpotongan, berhimpitan) menggunakan model konkret. Indikator: (1) Menggunakan kerangka kubus atau balok, untuk mengidentifikasi rusuk-rusuk sejajar, rusuk-rusuk yang berpotongan dan berhimpit, (2) Menggambarkan garis-garis sejajar, berpotongan dan berhimpit, (3) Menjelaskan sisfat-sifat garis sejajar, garis berpotongan dan garis berhimpit, (4) Memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan hubungan antar garis. Tindakan pelaksanaan pada pertemuan ke-3 yaitu:

Kegiatan Awal

Kegiatan awal pembelajaran yang dilakukan guru yaitu menyapa dan mengucapkan salam, mengajak siswa untuk berdoa, melakukan presensi dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu mengerjakan soal evaluasi.

Kegiatan Inti

(19)

Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir pembelajaran siswa bersama guru membahas hasil tes evaluasi tertulis yang dikerjakan oleh siswa. Selanjutnya guru memberikan refleksi berupa pertanyaan kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dilanjutkan dengan berdoa secara bersama-sama.

2. Hasil Observasi Pertemuan ke-1

Hasil observasi yang dilakukan pada pertemuan 1 siklus II yaitu aktivitas guru dan siswa serta proses pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan model Problem Based Learning (PBL) berbantuan kotak hitam putih. Hasil observasi tersebut diantaranya: 1) Guru sudah memberikan rangsangan lebih untuk membangkitkan siswa dalam mengikuti pembelajaran, 2) Dalam penggunaan waktu pembelajaran sudah berjalan dengan efisien, 3) Guru dalam membimbing siswa sudah baik, 4) Pengelolaan kelas sudah baik, 5) Siswa sudah aktif dalam menggali informasi mengenai materi yang dipelajari, 6) Interaksi dan komunikasi antar siswa jauh lebih baik.

Pertemuan ke-2

Hasil observasi yang dilakukan pada II pertemuan ke 2 adalah aktivitas guru, aktivitas siswa dan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan kotak hitam putih. Hasil observasi tersebut diantaranya: 1) Guru dapat menumbuhkan semangat siswa dalam belajar, 2) Pengelolaan waktu pembelajaran sudah efisien, 3) Guru lebih baik lagi dalam membimbing siswa dalam diskusi kelompok, 4) Siswa sudah aktif dalam menyampaikan pendapat dan gagasanya dalam kerja kelompok, 5) Komunikasi dan interaksi antar siswa sudah sangat baik dan saling bekerjasama dalam kegiatan pembelajaran.

Pertemuan ke-3

(20)

baik, 2) Pembagian waktu dan evaluasi sudah sangat baik, 3) Dengan adanya permainan dalam pembelajaran siswa menjadi berinisiatif, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam pemecahan masalah, fokus kebermakna, mengembangkan keterampilan berkelompok dan interpersonal, mengembangkan sikap motivasi, penyampaian pembelajaran dapat ditingkatkan, dan tumbuhnya sikap siswa sebagai fasilitator. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan menyenangkan dalam segi kegiatanya.

1.1.3.3Hasil Nilai Penelitian Siklus II 1) Hasil Belajar Aspek Kognitif

Siklus II dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, akhir pertemuan diadakan tes uraian dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan kotak hitam putih, yaitu materi tentang hubungan anatar garis (garis sejajar, berpotongan dan berhimpit). Berikut disajikan data tentang tabel distribusi frekuensi hasil belajar matematika siswa kelas IV pada siklus II:

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Siklus II

No Nilai Jumlah Siswa

1 100 -

2 90 - 99 5

3 80 - 89 12

4 70 – 79 8

5 60 – 69 3

Jumlah 28

Nilai Tertinggi 95

Nilai Terendah 65

Nilai Rata-rata 80,64

(21)

Tabel 4.7

Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus II

No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Presentase (%)

1 Tuntas 25 89,29 %

2 Belum Tuntas 3 10,71 %

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa pada siklus II, siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM sebanyak 3 siswa dengan presentase 10,71%, sedangkan siswa yang sudah mencapai nilai KKM atau sudah tuntas sebanyak 25 siswa dengan presentase sebesar 89,29%. Pada siklus II masih terdapat 10,71 % siswa yang belum memenuhi KKM, namun ketuntasan belajar kalsikal siswa sudah mencapai indikator kinerja (>80%) yaitu dengan ketuntasan belajar sebesar 89,29 %. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan kotak hitam putih, hasil belajar kognitif siswa kelas IV SD Negeri 01 Wonokerso mengalami peningkatan. Meningkatnya hasil belajar dilihat dari hasil tes siklus I dan siklus II.

Hasil Lembar Kerja Kelompok

Pembelajaran pada siklus II, dibagi menjadi 6 kelompok dengan anggota 4-5 siswa dalam setiap kelompok. Dari 6 kelompok melakukan permainan kotak hitam putih untuk menyelesaikan permasalahan yang didapat pada kelompok tersebut. Berdasarkan hasil lembar kerja kelompok nilai siswa sudah mengalami peningkatan dengan baik. Semua kelompok sudah tuntas dan mencapai KKM (>70).

2) Hasil Belajar Aspek Afektif

(22)

Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar Afektif Siklus II

No Ketuntasan menunjukkan bahwa hasil penilaian dan hasil observasi selama proses pembelajaran 100% siswa sudah mulai aktif dan percaya diri khususnya dalam berbicara dikelas, berani bertanya, berpendapat atau menjawab pertanyaan dan membuat keputusan dengan cepat.

3) Hasil belajar Aspek Keterampilan Pemecahan Masalah Matematika Melalui rubrik penilaian keterampilan didapat hasil belajar psikomotor berdasarkan kriteria ketuntasan minimal pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.9

Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar Psikomotor Siklus II

(23)

nilai rata-rata 71,07 dan nilai terendah 62,5. Berdasarkan hasil belajar pada tabel 4.5 tentang keterampilan dalam pemecahan masalah matematika siswa yang sebelumnya pasif dan belum bisa diajak kerjasama dalam pemecahan masalah khususnya matematika. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model PBL berbantuan kotak hitam putih, 100% siswa mampu menyelesaikan permasalahan yang didapat sesuai dengan indikator kemampuan pemecahan masalah menurut teori Polya seperti memahami soal, merencanakan penyelesaian, menyelesaiakan masalah dan melakukan pengecekan kembali.

4) Efektifitas Cara Pembelajaran Menurut Peserta Didik

Berdasarkan hasil wawancara guru dengan siswa saat refleksi pembelajaran, diketahui siswa senang dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan kotak hitam putih, mereka mengatakan: dengan menerapkan model PBL berbantuan kotak hitam putih mereka menyelesaikan tugas menjadi lebih mudah, sehingga mempengaruhi hasil belajar yang mereka capai.

1.1.3.4Refleksi Siklus II

Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dapat diketahui bahwa guru mengajar sudah sangat baik, siswa sudah aktif dan terampil dalam pemecahan masalah khususnya mata pelajaran Matematika. Siswa mampu bekerjasama dan lebih berani bertanya dalam mengungkapkan gagasanya sehingga pembelajaran lebih menarik dan hidup. Dengan adanya permainan kotak hitam putih pembelajaran lebih jelas bagi siswa dalam memahami materi pembelajaran.

(24)

Penerapan pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) berbantuan kotak hitam putih telah mampu meningkatkan hasil belajar dan keterampilan pemecahan masalah matematika. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa yaitu 89,29% atau 25 siswa yang telah mencapai KKM, sedangkan 3 siswa belum mencapai ketuntasan, sehingga dilakukan remediasi agar sesuai dengan teman-temanya. Jika dilihat dari indikator kinerja, penelitian berhasil jika sudah mencapai ketuntasan belajar 80%, maka penelitian ini dianggap sudah berhasil.

1.2 Hasil Analisis Data

Hasil belajar dan keterampilan pemecahan masalah matematika kelas IV SD Negeri 01 Wonokerso mengalami peningkatan setelah diterapkan model Problem Based Learning (PBL) berbantuan kotak hitam putih dalam pembelajaran matematika. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari rata-rata dan presentase ketuntasan belajar setiap siklus. Analisis data setiap siklus dapat dilihat pada tabel 4.10

(25)

ketuntasan belajar siswa belum mampu mencapai indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditentukan sehingga masih diperlukan perbaikan pada siklus II. Kemudian tindakan dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan siklus II agar ketuntasan belajar matematika siswa bisa mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu sejumlah 80% dari total keseluruhan siswa. Setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus II jumlah siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM ≥ 70 yaitu sebanyak 25 siswa dengan besar persentase 89,29%, nilai rata-rata hasil belajar matematika siklus II mencapai 80,64. Dari hasil belajar matematika dan ketuntasan belajar siswa siklus II tersebut dapat diketahui bahwa indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditentukan oleh peneliti sudah tercapai (ketuntasan belajar siswa ≥ 80%).

Pelaksanaan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan kotak hitam putih, aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika semakin baik dan mencapai indikator yang telah ditentukan. Kondisi yang demikian terbukti dari skor hasil observasi aktivitas guru dan siswa dari siklus I ke siklus II. Peningkatan proses hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 01 Wonokerso dapat diketahui pada tabel 4.12 sebagai berikut.

Tabel 4.11

Perbandingan Analisis Rata-rata Observasi Siklus I dan Siklus II

No Ketuntasan

(26)

pemberian keterangan “Ya” pada aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 18 dengan persentase 100%, artinya semua aspek yang terdapat pada lembar observasi sudah terlaksana. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu peningkatan secara signifikan 10 %. Seiring dengan peningkatan aktivitas guru, rata-rata pemberian keterangan “Ya” pada aktivitas siswa juga mengalami peningkatan, pada siklus I rata-rata pemberian “Ya” pada aktivitas siswa 15 dengan persentase 88%, kemudian pada siklus II rata-rata pemberian keterangan “Ya” meningkat menjadi 17 dengan persentase 100%. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu peningkatan secara signifikan 10 %.

1.3 Pembahasan

(27)

terhadap materi lebih tinggi walaupun materi yang disampaikan melalui metode ceramah. 2) Untuk siswa yang belum tuntas yaitu siswa belum maksimal dalam menyerap materi yang disampaikan guru melalui ceramah, sehingga menjadi bingung dan diperlukan adanya tindakan agar menyampaikan materi Matematika tersampaikan dengan optimal. Penekanan terhadap konsep Matematika dalam bentuk hal yang logis dan diwujudkan dalam sebuah keterampilan bertujuan agar pola pikir siswa lebih berkembang. Hal ini sesuai dengan tahapan berpikir menurut Piaget bahwa anak usia sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret (7 sampai 11 tahun) yaitu dimana siswa akan lebih paham jika dihadapkan sengan sesuatu yang konkret atau nyata dan siswa dapat terlibat aktif didalamnya.

Model pembelajaran yang mampu mencipatakan kesempatan siswa untuk aktif dan terampil dalam pemecahan masalah matematika yaitu model Problem Based Learning (PBL). PBL adalah pembelajaran berbasis masalah yang dapat membantu peserta didik mengembangkan keterampilan mengatasi masalah dan berpikir serta menjadi pembelajar yang mandiri (Arends, 2007: 56). Problem Based Learning (PBL) lebih menekankan siswa untuk berfikir betul-betul dan dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga dapat mengasah, menguji, berdiskusi, dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan (Rusman, 2014: 229). Masalah yang digunakan sebagai fokus pembelajaran sehingga memberikan pengalaman belajar kepada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, mampu membuat hipotesis, melakukan percobaan, penyelidikan, mengumpulkan data, berdiskusi, mempresentasikan, membuat laporan dan membuat kesimpulan. Keadaan tersebut menunjukan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa.

(28)

motivasi, berfikir kritis dan mengembangkan hubungan interpersonal dalam kelompok. Namun, perlunya sebuah media pendukung dalam kegiatan proses belajar dan juga dengan adanya interaksi antara teman sebaya untuk memecahkan masalah dapat meningkatkan keterampilan sekaligus kerjasama siswa dalam memecahkan masalah. Salah satu media yang dapat digunakan adalah media kotak hitam putih. Kotak hitam putih adalah sebuah media permainan yang membantu siswa dalam memecahkan masalah matematika serta memudahkan dalam memahami materi. Berdasarkan kajian diatas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran Matematika harus didasarkan adanya proses siswa terlibat langsung. Berdasarkan pendapat tersebut hal ini selaras dengan model Problem Based Learning (PBL) berbantuan kotak hitam putih yang dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan pemecahan masalah matematika. Peningkatan tersebut diperoleh dari nilai siklus I dan siklus II. Pada pelaksanaan evaluasi siklus I dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan kotak hitam putih, siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 20 siswa atau 71,43% dan 8 siswa atau 28,57% yang mendapatkan nilai dibawah KKM, nilai rata-rata siswa adalah 73,42 sedangkan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 50. Dari perolehan data hasil tindakan penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa tindakan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I sudah menunjukkan peningkatan hasil belajar mata pelajaran Matematika, tetapi hasil yang diperoleh tersebut masih berada di bawah indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu 80% siswa tuntas dari total keseluruhan siswa, hal ini disebabakan karena tingkat penguasaan materi yang belum dilakukan dengan optimal sehingga perlu adanya tindakan siklus II untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I.

(29)

siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti sebesar 80% siswa tuntas. Dapat disimpulkan bahwa siklus II berhasil memperbaiki kekurangan dari siklus I.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan maka hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan Gd. Gunantara dkk (2014) yang menyimpulkan hasil bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan persentase memuaskan dengan perolehan angka rata-rata kemampuan pemecahan masalah secara klasikal pada siklus I sebesar 70% (berada pada kriteria sedang). Sedangkan pada siklus II rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika sebesar 86,42% (berada pada kriteria tinggi). Dengan demikian dari siklus I ke siklus II untuk kemampuan pemecahan masalah matematika mengalami peningkatan sebanyak 16,42%. Terjadinya peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika karena model PBL memungkinkan siswa dapat meningkatkan kemandirian dalam berpikir menganalisa permasalahan.

Penelitian yang relevan juga ditulis oleh Marliah (2016) yang menyatakan bahwa berdasarkan hasil pengolahan data lembar observasi, pada siklus I ketepatan waktu pada indikator ke-1 mencapai 58,83% untuk indikator ke-2 mencapai 52,94%, pada siklus I menunjukkan peningkatan positif yaitu indikator tambahan masalah ke-1 mencapai 76,47% untuk indikator ke-2 mencapai 85,29% terhadap pembelajaran tematik. Kondisi ini terjadi karena proses pembelajaran lebih fokus pada aktivitas siswa. Siswa diberi kesempatan yang luas untuk melakukan pembelajaran secara sistematias sehingga mendapat pemecahan masalah yang efektif membuat siswa lebih aktif dan kritis dalam pembelajaran.

(30)

70,83%, pada akhir siklus II hasil belajar siswa meningkat dengan nilai rata-rata 74,37 dan ketuntasan belajar klasikal 91,67%. Peningkatan kualitas pembelajaran dengan PBL terjadi karena penerapan model PBL diawali dengan pemberian masalah yang merupakan pengalaman sehari-hari siswa sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep, aturan dan teori dalam memecahkan masalah.

Berdasarkan kajian di atas, peneliti berupaya untuk menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning(PBL) berbantuan kotak hitam putih untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan pemecahan masalah matematika kelas IV SD N 01 Wonokerso. Inovasi yang sebelumnya belum pernah digunakan oleh peneliti lain adalah dengan berbantuan media kotak hitam putih. Melalui media kotak hitam putih melatih dan memberikan kesempatan siswa untuk terampil dalam memecahkan masalah.

Perolehan nilai pada siklus I dan siklus II dapat dikatakan bahwa penerapan model Problem Based Learning (PBL) berbantuan kotak hitam putih dengan penekanan pada konsep pemecahan masalah maka pola pikir siswa akan menjadi lebih berkembang. Selain itu, hasil refleksi pada siklus II siswa mampu bekerjasama dan lebih berani mengungkapkan gagasanya sehingga pembelajaran lebih menarik dan hidup, dengan adanya permainan kotak hitam putih pembelajaran lebih jelas bagi siswa dalam memahami materi pembelajaran dengan maksimal. Siswa akan terbiasa untuk menghadapi masalah dan tertantang untuk menyelesaikanya, memupuk solidaritas siswa karena terbiasa dengan diskusi dan mengakrabkan guru dengan siswa. Selain itu, guru dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan maksimal, artinya ketuntasan hasil belajar telah tercapai. Dengan keberhasilan itu guru mendapatkan sebuah pengalaman yang baru dalam mengajar dan menentukan startegi atau cara pengelolaan kelas. Namun dalam penelitian ini memiliki keterbatasan terutama dalam masalah waktu dan persiapan yang lama, untuk itu perlunya motivasi yang kuat dari peserta didik untuk mempelajari masalah yang ada dalam materi pembelajaran

(31)

matematika siswa kelas IV SD Negeri 01 Wonokerso. Dengan adanya penelitian ini memberikan implikasi baik secara teoritis maupun praktis.

1. Implikasi Teoretis

Setelah membandingkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan kotak hitam putih dengan penelitian sebelumnya adalah sejalan dan saling melengkapi. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan kotak hitam putih disesuaikan dengan standar proses. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Adanya media dalam penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan pemahaman, pengalaman dan menambah ilmu pengetahuan serta siswa mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

2. Implikasi Praktis

Gambar

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Siklus I
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar Afektif Siklus I
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar Psikomotor Siklus I
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Siklus II
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penulis menyusun penelitian ini dengan judul Pengaruh Kepribadian Merek Terhadap Ekuitas Merek Yang Dimediasi Oleh Citra Merek Konsumen Coklat SilverQueen Di

NaCl dalam larutannya memang merupakan elektrolit kuat, karena dalam larutan, partikel-partikel NaCl akan terionisasi seluruhnya sehingga menghasilkan banyak

dimiliki oleh ekuitas merek, pengukuran tersebut yaitu: kesadaran konsumen akan keberadaan sebuah merek, selalu menjadi pilihan pertama konsumen dalam membeli suatu

Untuk soal nomor 7–11, pilihlah kata-kata atau frasa yang yang merupakan padanan kata atau padanan pengertian yang paling dekat dengan kata yang dicetak dengan huruf kapital

Hubungan tingkat pengetahuan responden tentang dismenorea dengan upaya penanganan terhadap dismenorea sesuai dengan hasil analisis memperlihatkan bahwa sebagian besar

(1) Ketentuan lebih larijut mengenai pelaksanaan penyerahan urusan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota yang diserahkan pengaturannya kepada Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal

usaha kecil baru dengan upaya pengurangan kemiskinan sangat kuat/erat, dimana setiap penambahan satu unit usaha kecil baru akan berpotensi meningkatkan pendapatan perkapita