Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh TRI SABATINI
20120320171
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
i
KARYA TULIS ILMIAH
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESIAPAN WANITA PREMENOPAUSE DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI
KELURAHAN PATANGPULUHAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh TRI SABATINI
20120320171
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DEN WANITA PREMENOPAUS
KELURAHAN PATANGPULUHAN KECAMATAN WIROBRAJAN
Telah diseminarkan dan disetujui pada tanggal Dosen Pembimbing
Yusi Riwayatul Afsah, S. Kep., Ns., MNS., CWCS
NIK: 19861203201510173165
Kaprodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Sri Sumaryani, M.Kep., Ns., Sp. Mat., HNC
ii
HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESIAPAN PREMENOPAUSEDALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI
Telah diseminarkan dan disetujui pada tanggal 22 Juni 2016 Dosen Pembimbing
Riwayatul Afsah, S. Kep., Ns., MNS., CWCS
Kaprodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Sri Sumaryani, M.Kep., Ns., Sp. Mat., HNC NIK: 197703132000104173046
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah rasa syukur kupanjatkan kepada Allah SWT atas karunia yang Engkau berikan dan tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau jadikan mudah,
apabila Engkau menghendaki menjadi mudah.
Kupersembahkan hasil ini kepada Orang tuaku H. M. Bambang S. dan Hj. Sholikha, terimakasih atas doa yang selalu kalian panjatkan agar anakmu ini
dapat menyelesaikan kuliah dengan baik.Nasehat serta saran yang selalu diberikan ketika Tri dalam keadaan buntu. Ayah dan Mamah yang tak hentinya
mengingatkan solat serta berdoa dikala sulit. Terimakasih.
Untuk Abang-abang kece, Abdul Gampang dan Abdul Gundara yang selalu mendukung dan menghiburku. Tri ucapkan terimakasih
Teman seperjuangan Mas Haris, Mba Rahma, Mba Sekar, Mas Latansa, anak PSIK 2012 serta anak-anak “cimcim squad” terimakasih karena telah membantu dan mendukung dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
iv MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sunguh-sungguh (urusan) yang
lain. Dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap (QS. Al-Insyirah: 5-8)
“So my dream isn’t to become the “best”, it’s to be someone who I’m not ashamed to be.”
– Shinee Key-
"Zero is where everything starts! Nothing would ever be born if we didn't depart from there!"
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Tri Sabatini
NIM : 20120320171
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 22 Juni 2016
Yang membuat pernyataan,
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini. Sholawat dan salam tak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Ucapan terima kasih ingin penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, khususnya kepada:
1. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns., M.Kep., Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Yusi Riwayatul Afsah, S.Kep.,Ns.,MNS.,CWCS selaku dosen pembimbing yang telah membimbing Saya hingga menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Dewi Puspita, S.Kp.M.Sc selaku dosen penguji yang telah menguji Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Keluarga besar H. Moh Bambang S. yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan bimbingan, kritik dan saran demi kemajuan bersama. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Peneliti
vii
B. Perumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian... 6
E. Penelitian Terkait... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori...9
1. Menopause... 9
a. Definsi...9
b. Fase Klimakterik... 10
c. Fisiologi Menopause... 11
d. Tanda dan Gejala Menopause... 13
2. Kesiapan... 14
a. Definisi... 14
b. Kesiapan Menghadapi Menopause... 15
c. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kesiapan Wanita Menghadapi Menopause...19
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 27
C. Populasi dan Sampel Penelitian... 27
D. Variabel Penelitian... 28
viii
F. Instrumen Penelitian... 31
G. Alur Ijin Penelitian... 32
H. Cara Pengumpulan Data... 33
I. Uji Validitas dan Realibilitas... 35
J. Pengelolahan dan Metode Analisis Data... 38
K. Etika Penelitian... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 42
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 42
2. Karakteristik Responden... 43
3. Gambaran Tingkat Pegetahuan Responden... 44
4. Gambaran Tingkat Aktivitas Responden... 44
5. Gambaran Tingkat Dukungan Keluarga Responden... 45
6. Gambaran Tingkat Kesiapan Responden... 45
7. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keisapan... 46
8. Hubungan Tingkat Aktivitas dengan Kesiapan... 46
9. Hubungan Tingkat Dukungan Keluarga dengan Kesiapan... 47
10. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kesiapan... 48
B. Pembahasan... 48
C. Kekuatan Penelitian... 73
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan... 74
B. Saran... 75 DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR SINGKATAN
WHO : World Health Organization DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta FSH : Folicle Stimulating Hormone PNS : Pegawai Negeri Sipil
LH : Luteinizing Hormone
AHA : American Heart Association
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner ...32
Tabel 3.2 Interpretasi nilai r Validitas ...36
Tabel 3.3 Interpretasi nilai r Reliabel ...37
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ...43
Tabel 4.2 Karakteristik Tingkat Pengetahuan ...44
Tabel 4.3 Karakteristik Tingkat Aktivitas ...44
Tabel 4.4 Karakteristik Tingkat Dukungan Keluarga ...45
Tabel 4.5 Karakteristik Tingkat Kesiapan...45
Tabel 4.6 Distribusi Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kesiapan Menopause... 46
Tabel 4.7 Distribusi Hubungan Tingat Aktivitas dan Kesiapan Menopause... 46
Tabel 4.8 Distribusi Hubungan Tingkat Dukungan Keluarga dan Kesiapan Menopause... 47
Intisari
Anggapan yang salah atau ketidaksiapan terhadap menopause akan dapat menimbulkan beberapa masalah psikis, seperti halnya kecemasan dan depresi yang akan berlanjut sampai terjadinya gangguan jiwa. Kesiapan menghadapi menopause harus dilakukan oleh wanita premenopause baik secara mental, fisik dan spiritual.Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan menopause, yaitu pendidikan, pengetahuan, aktivitas dan dukungan keluarga.
Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif non-eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional untuk mengetahui adanya hubungan antara pendidikan dengan kesiapan menopause, pengetahuan dengan kesiapan menopause, dukungan keluarga dengan kesiapan menopause serta aktivitas dengan kesiapan menopause. Penelitian ini menggunakan sampel (Total sampling) yaitu wanita yang berumur 40-44 tahun di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta sebanyak 47 responden.Instrument penelitian menggunakan angket, analisis yang digunakan adalah analisa Bivariat menggunakan Uji Fisher dan Spearman rank.
Hasil analisa bivariat menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kesiapan menopause dengan nilai p=0,039 (<0,05), tingkat aktivitas dengan kesiapan menopause dengan nilai p=0,005(<0,05), tingkat dukungan keluarga dengan kesiapan menopause dengan nilai p=0,035 (<0,05)dan tingkat pendidikan dengan kesiapan menopause dengan nilai p=0,000(<0,05).
Dari keempat faktor dalam penelitian ini semua memiliki hubungan yang signifikan dengan kesiapan.Oleh karena itu, penting bagi wanita premenopause untuk menambah wawasan serta dukungan keluarga agar kedepannya lebih siap dalam menghadapi menopause.
Abstract
Incorrect assumptions or unpreparedness of menopause can lead to some psychological problems, such as anxiety and depression that would continue until the occurrence of mental disorders. Readiness to face menopause should be done by a premenopausal women mentally, physically and spiritually. There are several factors that can affect the readiness of menopause,those are education, knowledge, activities and family support.
This research design is descriptive quantitative non-experimental with cross sectional study design to investigate the relationship between education and readiness of menopause, knowledge and readiness of menopause, family support and readiness of menopause and activities and readiness of menopause. This research uses total sampling with women aged 40-44 years in Patangpuluhan Village Wirobrajan Subdistrict Yogyakarta City, with 47 respondents in this research. The research instrument uses two questionnaires. The data analys is bivariat analysis using Fisher test and Spearman rank. The results of bivariate analysis show a significant relationship between the level of knowledge with the readiness of menopause with pvalue = 0.039 (<0.05), level of activity with the readiness of menopause with p value = 0.005(<0.05), level of family support with readiness of menopause with p value = 0.035(<0.05) and education level with the readiness of menopause with p value = 0.000(<0.05).
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakan
Menjadi tua merupakan hal yang menakutkan bagi manusia, terutama kaum wanita.Hal-hal yang biasanya dikhawatirkan adalah menjadi tidak lagi cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua merupakan masa yang mau tidak mau harus dijalani seorang wanita dalam kehidupannya. Masa lanjut usia pada wanita identik dengan fase klimakterik, yaitu masa peralihan antara masa reproduksi menuju masa yang tidak reproduktif (Rebecca, 2007). Masa menopause biasanya terjadi pada usia 45-52 tahun (Smeltzer, 2008).
Allah sebenarnya telah menegaskan bahwa wanita akan menemui fase klimaterik dalam QS An Nur ayat: 60 yang berbunyi“Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
memasuki usia lebih 50 tahun, dan angka itu merupakan tiga kali lipat dari angka sensus tahun 1990 jumlah perempuan menopause.
Hampir wanita diseluruh dunia mengalami sindrom premenopause, 70-80% wanita Eropa, 60% Amerika, 57% Malasyia, 18% Cina dan 10% Jepang (Proverawati, 2010). Asia tersendiri menurut WHO (2010) wanita yang mengalami klimakterium akan bertambah jumlahnya menjadi 373 juta jiwa pada tahun 2025. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005) menyatakan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penduduk akan mencapai 262,6 juta jiwa dengan jumlah wanita hidup dalam umur menopause sekitar 30,3 juta jiwa atau sekitar 11,5% dari total penduduk, dengan umur rata-rata 49 tahun. Menurut Badan Pusat Statistika (BPS) pada tahun 2025 diperkirakan akan menjadi 60 juta wanita menopause. Pada Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sendiri tahun 2012 wanita menopause sudah mencapai 3,9 ribu jiwa (10,73%) dari jumlah penduduk DIY (Profil DIY, 2013).
tahun-an ketika ovulasi lebih jartahun-ang terjadi, kadar estrogen menurun, dtahun-an kadar Folicle Stimulating Hormone (FSH) meningkat dalam upaya menstimulasi pembentukan estrogen. Perubahan hormon tersebut menyebabkan wanita tertentu mendapati ketidakteraturan haid, nyeri tekan pada payudara, dan perubahan suasana hati jauh sebelum menopause terjadi (premenopause) (Smeltzer, 2008).
Pada fase menopause diperlukan persiapan dan pengetahuan yang memadai untuk menghadapinya. Pemahaman wanita tentang menopause diharapkan wanita dapat melakukan upaya pencegahan sedini mungkin untuk siap memasuki umur menopause tanpa harus mengalami keluhan yang berat (Admin, 2005). Penelitian yang terkait dengan kesiapan menopause pernah dilakukan oleh Ismiyati (2010) dengan hasil semakin tinggi tingkat pengetahuan dalam tingkat pendidikan akan lebih siap dalam menghadapi menopause. Selain itu Wulandari dkk., (2009) dengan mengatakan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial suami pada istri dalam menghadapi menopause.
Kesiapan seorang wanita menghadapi masa klimakterik akan sangat membantu seorang wanita menjalani masa ini dengan lebih baik. Kesiapan itu sendiri terdapat dari dalam diri wanita tersebut (intrinsik) seperti status hormonal dan kesiapan dari luar (ekstrinsik). Beberapa cara seperti mengkonsumsi makanan bergizi, menghindari stress, menghentikan merokok dan minum alkohol, olahraga secara teratur, berkonsultasi dengan dokter merupakan contoh dari kesiapan ekstrinsik. Selain itu semua yang terpenting dalam kesiapan menghadapi masa klimakterik juga salah satunya dari nutrisi, pada saat klimakterik, kadar estrogen menurun yang akan membuat hilangnya kalsium dari tubuh. Peningkatan asupan kalsium dan olahraga teratur dapat mencegah terjadinya osteoporosis. Fraktur akibat osteoporosis terjadi pada 50% diatas usia 50 tahun (Smart, 2010).
tersebut mengetahui apa itu menopause, namun kedua wanita tersebut tidak pernah berkonsultasi dengan dokter ketika mereka merasa gejala menstruasi yang tidak lagi teratur karena mereka anggap normal, namun salah satu wanita tersebut mengaku khawatir karena baru memiliki 1 orang anak. Kemudian, satu orang selanjutnya wanita berusia 42 tahun dengan pekerjaan seorang pegawai negeri sipil (PNS) dan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) mengaku belum mengetahui apapun tentang menopause, keluarganya juga tidak sanggup untuk menjelaskan dan tidak membawanya berkonsultasi dengan dokter sehingga wanita tersebut tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menghadapi masa menopausenya.
Berdasarkan latar belakang di atas dalam menghadapi menopause sangat penting karena dapat mempengaruhi kualitas hidupnya, peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapan dalam menghadapi menopause, diantaranya faktor pengetahuan, pendidikan, aktivitas/pekerjaan serta dukungan keluarga.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan faktor pendidikan, pengetahuan, pekerjaan/aktifitas dan dukungan keluarga dengan kesiapan wanita premenopause dalam menghadapi fase menopause?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan faktor pengetahuan dengan kesiapan wanita premenopouse dalam menghadapi menopouse.
b. Mengetahui hubungan faktor pendidikan dengan kesiapan wanita premenopouse dalam menghadapi menopouse.
c. Mengetahui hubungan faktor dukungan keluarga dengan kesiapan wanita premenopouse dalam menghadapi menopouse.
d. Mengetahui hubungan faktor aktifitas dengan kesiapan wanita premenopouse dalam menghadapi menopouse.
D. Manfaat Penelitian
1. Institusi Pendidikan
Menambah pengetahuan dan informasi khususnya faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapan menopause pada wanita premenopause. 2. Institusi Kesehatan
Sebagai bahan masukan dan informasi selaku pihak yang mempunyai kewenangan dalam masalah kesehatan, khususnya wanita premenopause dalam menghadapi menopause.
3. Peneliti Selanjutnya
E. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang terkait dengan kesiapan menopause pernah dilakukan oleh Ismiyati pada tahun 2010 dengan hasil semakin tinggi tingkat pengetahuan dalam tingkat pendidikan akan lebih siap dalam menghadapi menopause. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Perumahan Sewon Asri Yogyakarta dapat disimpulkan tingkat pengetahuan wanita tentang menopause sebagian besar dikategorikan tinggi yaitu sebanyak 18 orang (64,29 %) dari jumlah responden dengan kesiapan ibu dalam menghadapi menopause sebagian besar dikategorikan siap yaitu sebanyak 26 orang (92,86 %) dan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menopause dengan kesiapan menghadapi menopause pada wanita premenopause. Perbedaan dari penelitian ini adalah pada variabelnya, jika Ismiyati menggunakan 1 variabel bebas 1 variabel terikat sedangkan peneliti menggunakan 4 variabel bebas dan 1 variable terikat. Persamaan penelitian ini hanya pada analisis data yang sama menggunakan bivariat.
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Menopause a. Definisi
Menurut Potter dan Perry (2005) perubahan fisiologis mayor pada manusia terjadi antara usia 40-65 tahun dan perubahan itu adalah masa menopause yang dialami oleh wanita. Menopause menandakan berakhirnya kesuburan dan berakhirnya menstruasi (Gilly, 2009).
Kata “menopause” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu “Men” yang berrati bulan dan “Pause, Pausa, Paudo” yang berarti periode atau berhenti, sehingga menopause dapat diartikan sebagai berhentinya menstruasi. Menurut Spencer dan Brown (2006) menopause adalah fase alami dalam kehidupan setiap wanita yang menandai berakhirnya masa subur, dimana kadar estrogen dan progesteron turun dengan dramatis karena ovarium berhenti merespon FSH dan LH yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis yang ada di otak.
panjang, dengan pendarahan yang berkurang (Winkjosastro, 2005). Hal ini biasanya terjadi antara usia 45-52 tahun (Smeltzer, 2008). b. Fase Klimakterik
Menopause sendiri termasuk dalam salah satu fase yang terjadi pada fase klimakterik.Klimakterik dimulai saat fertilitas sudah berkurang pesat dan berlanjut sampai ovarium berhenti mengeluarkan esterogen (Coad & Dunstall, 2007). Meskipun patofisiologi menopause tidak jelas, defisiensi estrogen secara tradisional dianggap bagian terpenting pada menopause. Perubahan fungsi endokrin tidak terjadi secara mendadak pada wanita yang mengalami menopause spontan (alamiah). Transisi menopause terdiri dari 3 fase yaitu: (1) Premenopause, (2) Perimenopause dan (3) Pascamenopause
(Rebbeca, 2007; Spencer, 2006; Widad dkk, 2007).
(Space &Brown, 2010). Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan pendarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang relatif banyak yang kadang-kadang disertai nyeri haid/dismenorea (Sarwono, 2007).
Kedua, Fase perimenopause lanjutan dari fase premenopause dimana gejala menandakan menopause sudah mulai terjadi. Pada fase perimenopause terjadi permulaan kemunduran fungsi ovarium yang
akan berlanjut sampai berhentinya menstruasi, dan pada fase ini 96% wanita menstruasinya menjadi tidak teratur. Perimenopause merupakan hal yang terjadi individual. Tidak ada dua orang wanita yang mempunyai pengalaman atau waktu perimenopause yang sama. Jika wanita mengalami setahun penuh tanpa menstruasi pada usia 45-52 menandai akhir dari fase perimenopause yang juga disebut fase menopause (Rebbeca, 2007; Spencer, 2006; Widad dkk, 2007).
c. Fisiologi Menopause
Menopause terjadi akibat burning out (matinya) ovarium.Sepanjang kehidupan seksual seorang wanita, sekitar 400 folikel primordial tubuh menjadi matang dan berovulasi, setelahnya ribuan ovum akan mengalami degenarasi (Guyton dkk, 2007). Pada usia sekitar 45 tahun, hanya tinggal beberapa folikel primodial yang akan dirangsang oleh FSH dan LH. Selanjutnya produksi estrogen dari ovarium berkurang sewaktu folikel primodial mencapai nol (Guyton dkk, 2007). Semakin tua, maka ovarium tidak dapat merespon FSH dan LH sebagaimana seharusnya, akibatnya estrogen dan progesteron yang diproduksi juga semakin berkurang.
melainkan akibat pengangkatan ovarium yang juga berefek pada pemberhentian fase menstruasi, namun ini bukan menopause secara fisiologis atau yang disebut menopause atrificial (Smeltzer, 2008; Prajogo & Nadine, 2009).
d. Tanda dan Gejala Menopause
Menopause mulai secara bertahap dan biasanya dikenali melalui perubahan dalam menstruasi. Perubahan yang terjadi biasanya diketahui dengan berhentinya siklus menstruasi. Selain itu menopause juga sering disertai gejala yang bervariasi, mulai dari gejala fisik, jiwa hingga perasaan yang berubah-ubah serta gangguan lainnya (Lestari, 2010).
pigmentasi semakin berkurang. Gejolak panas atau hot flashes biasanya timbul ketika darah haid mulai berkurang dan itu berlangsung sampai haid berhenti. Munculnya hot flusesh biasanya diawali pada daerah dada, leher atau wajah dan menjalar ke beberapa daerah tubuh yang lain (Gilly, 2009; Proverawati, 2010; Smeltzer, 2008).
Pada gejala psikis, menurut Purwoastuti (2008) ditandai dengan ingatan menurun yang erat kaitannya dengan penurunan fungsi pada usia menopause. Setelah itu kecemasan juga muncul diakibatkan oleh adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Mudah tersinggung dan marah hal ini juga berhubungan dengan pengaruh berubahnya hormon dalam tubuh. Depresi, ini bisa diakibatkan karena wanita merasa kehilangan kemampuan bereproduksi atau memiliki anak dan kehilangan daya tarik. Wanita juga tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita serta ia harus menghadapi masa tuanya.
B. Kesiapan 1. Definisi
diartikan sebagai keadaan siap siaga untuk mereaksikan atau menanggapi sesuatu. Kesiapan disini diartikan sebagai suatu keadaan wanita untuk mempersiapkan dirinya dalam menghadapi menopause, baik secara fisik maupun mental atau psikologisnya (Chaplin, 2005). 2. Kesiapan Menghadapi Menopause
Wanita menopause akan mengalami penurunan berbagai fungsi tubuh, sehingga akan berdampak pada ketidaknyamanan dalam menjalani kehidupannya. Untuk itu, penting bagi seorang wanita selalu berpikir positif bahwa kondisi tersebut merupakan sesuatu yang sifatnya alami, seperti halnya keluhan yang muncul pada fase kehidupannya yang lain. Tentunya sikap yang positif ini bisa muncul jika di imbangi oleh informasi atau pengetahuan yang cukup, sehingga wanita lebih siap baik siap secara fisik, mental, dan spiritual. Perlu diketahui, kehidupan yang dijalani pada masa sebelumnya memiliki pengaruh yang kuat pada masa yang akan datang (Kasdu, 2002).
menopause sangat berpengaruh dalam menghadapi masa tersebut (Maspaitela, 2007; Kasdu, 2002).
Menurut ahli gizi Melani (2007), sebaiknya mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang. Pemenuhan gizi yang memadai akan sangat membantu dalam menghambat berbagai dampak negatif menopause terhadap kinerja otak, mencegah kulit kering, serta berbagai penyakit lainnya. Gizi seimbang adalah memenuhi kebutuhan gizi per hari dengan asupan zat-zat gizi seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.Kebutuhan kalori dan zat gizi setiap orang berbeda-beda, yaitu tergantung berat badan, tinggi badan, umur, dan aktivitas. Kebutuhan gizi orang dewasa dengan berat normal adalah sekitar 2.000 - 2.200 kkal/per hari. Dengan pemenuhan gizi secara seimbang ini diharapkan seseorang tidak kelebihan atau kekurangan berat badan dan juga terjangkit suatu penyakit.
fungsinya mirip estrogen. Asupan zat gizi tidak hanya cukup, tetapi jenisnya juga harus diperhatikan (Melani, 2007).
Makanan berlemak berlebih memiliki efek yang tidak baik. Batasi mengkonsumsi makanan yang berlemak, sebaiknya hanya menggunakan lemak dengan asam lemak tak jenuh (Melani, 2007). WHO menganjurkan bahwa konsumsi lemak untuk orang dewasa minimum 20% dari energi total (sekitar 60 gram/hari) dan rekomendasi asupan lemak jenuh menurut American Heart Association (AHA) adalah <10% dari konsumsi energi total (Lichtenstein dkk, 2006). Asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid/SFA) adalah asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap
Gaya hidup rileks dan menghindari tekanan yang dapat membebani pikiran perlu dibiasakan. Hal ini penting untuk menghindari mengatasi dampak psikologis akibat menopause.Wanita yang memasuki masa menopause, tidak jarang merasa dirinya sudah tidak sempurna lagi sebagai seorang wanita. Kondisi ini sering menimbulkan tekanan psikologis. Jika tekanan ini tidak dapat diatasi akan berkembang menjadi stres yang berdampak buruk pada kehidupan sosial seorang wanita. Selain itu, stres atau keadaan tegang akan merangsang otak yang dapat mengganggu keseimbangan hormon yang akhirnya berdampak pada kesehatan tubuh. Oleh karena itu, biasakan sejak dini untuk hidup lebih rileks dan mengatasi setiap masalah dengan cepat dan jalan terbaik (Melani, 2007).
insomnia, memperlambat osteoporosis, penyakit jantung, serta mencegah hot flushes (Melani, 2007).
Hal yang juga perlu dipertikan adalah berkonsultasi dengan dokter. Meskipun masa menopause merupakan peristiwa normal yang akan terjadi pada setiap wanita, tetapi tidak ada salahnya sebelum memasuki masa tersebut, mempersiapkan diri dengan mencari informasi yang benar. Hal ini tentu saja bisa diperoleh dengan buku bacaan yang mudah diperoleh. Namun, tidak ada salahnya jika berkonsultasi dengan dokter. Apalagi jika ada masalah kesehatan atau mempunyai gaya hidup yang memungkinkan munculnya masalah pada masa menopause. Menopause dapat berjalan dengan lancar dengan adanya kemauan diri memandang hidup yang akan datang sebagai sebuah harapan yang membahagiakan, sehingga peristiwa yang dialami selalu dipandang dari segi yang baik. Hal tersebut dapat berlangsung bila ada dukungan dari orang sekitar, khususnya suami. Peran yang positif akan menumbuhkan perasaan bahwa kehadirannya masih sangat dibutuhkan oleh keluarga (Melani, 2007).
3. Faktor yang Berhubungan dengan Kesiapan Wanita Menghadapi Menopause
1) Pendidikan
macam pengetahuan, apabila tingkat pendidikan baik maka tingkat pengetahuan juga baik. Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan (Desi, 2007).
Selain itu, pendidikan sebagai faktor kesiapan menopause karena pendidikan menuntut manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Dengan demikian dapat diartikan bahwa semakain tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah untuk menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan (Nursalam, 2008). 2) Pengetahuan
misalnya media masa, media cetak, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya (Dewi dan Wawan, 2010). Wanita dengan pemahaman tentang menopause yang baik diharapkan dapat melakukan upaya pencegahan sedini mungkin untuk menghadapi menopause tanpa harus mengalami keluhan yang berat (Admin, 2005).
Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan tindakan seseorang yang berasal dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan kegiatan. Pengetahuan tentang suatu objek juga dapat diperoleh dari pengalaman guru, orang tua, teman, buku dan lain lain (Notoadmodjo, 2012).
3) Dukungan Keluarga
akan menyadari bahwa istrinya tidak selincah dulu sehingga suami harus berinisiatif membantu istri menyelesaikan tugas rumah tangga. Anak-anak hendaknya membuat upaya tulus untuk memahami alasan naik turunnya emosi ibu. Mereka perlu menyadari kebutuhan ibu mereka untuk mendapatkan waktu pribadi. Apabila menopause bisa dihadapi dengan baik, maka kualitas hidup dalam menjalani menopause akan lebih baik dan akan tercipta kehidupan keluarga yang harmonis (Melani, 2007). Menurut Bobak, Lowdermilk dan Jensen (2005), keberhasilan penyesuaian diri dalam menghadapi suatu kecemasan dapat dipengaruhi adanya sistem pendukung dari seseorang. Sistem pendukung utama bagi seorang wanita menopause adalah suami. Suami merupakan pendukung utama dalam memberikan motivasi dan semangat bagi wanita yang akan mengalami menopause. Sistem pendukung yang lainnya adalah dukungan sosial yang diberikan dari teman sebaya dalam mengurangi kecemasan.
berharga karena masih ada seseorang yang mencintai dan memperhatikan. Hubungan pasangan suami istri yang harmonis akan memberikan ketenangan dan mengurangi beban yang dirasakan karena pada saat istri menghadapi tekanan dan kesulitan hidup maka istri membutuhkan suami untuk berbagi, mendengarkan atau memberikan solusi yang relevan (Ogden, 2004). Selain itu, status pernikahan juga berpengaruh terhadap dukungan sosial karena status pernikahan memberikan keuntungan terhadap kesehatan seseorang. Hal ini ditegaskan oleh Ogden dalam Wulandari dkk (2009) bahwa pernikahan diidentifikasi sebagai sumber dukungan sosial yang efektif. Jadi status pernikahan mempunyai kontribusi dalam pemberian dukungan sosial.
4) Aktivitas
Pekerjaan yang dijalani oleh seorang wanita premenopause dapat memberi kesempatan wanita untuk
Dimana salah satu keuntungan dari olahraga adalah mendapat banyak teman, sama halnya dengan bekerja yaitu memberikan kesempatan wanita untuk bersosialisasi dan menyerap informasi kesehatan.
Faktor yang
E. Hipotesis Penelitian 1. Pendidikan
Ha: Ada hubungan antara pendidikan dengan kesiapan
menopause . 2. Pengetahuan
Ha: Ada hubungan antara pengetahuan dengan kesiapan
menopause. 3. Aktivitas
Ha: Ada hubungan antara aktivitas dengan kesiapan menopause.
4. Dukungan Keluarga
Ha: Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kesiapan
27 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental yang
bersifat deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Menurut
waktunya, merupakan penelitian cross sectional karena baik variabel
independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali saja dengan
menggunakan kuesioner.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Patang Puluhan dari bulan
Mei-Juni 2016.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah wanita premenopause
dengan usia 40-44 tahun dan memiliki suami yang tinggal di
Kelurahan Patang Puluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota
Yogyakarata. Untuk populasinya sendiri terdapat 47 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,
2010). Sampel pada penelitian ini diambil dengan teknik total
diantara 40-44 tahun di Kelurahan Patang Puluhan, Kecamatan
Wirobrajan, Kota Yogyakarta yaitu 47 orang.
Kriteria inklusi:
a. Wanita berusia 40-44 tahun memiliki suami (tinggal bersama/masih
berhubungan) .
b. Wanita berusia 40-44 tahun yang belum mendapat menopause.
c. Bersedia menjadi responden.
d. Mampu membaca dan menulis.
Kriteria ekslusi:
a. Responden yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.
b. Wanita dengan penyakit reproduksi atau keluhan reproduksi.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Tingkat pendidikan, pengetahuan, dukungan keluarga, aktifitas
fisik/pekerjaan.
2. Variabel Terikat
Kesiapan wanita dalam menghadapi menopause.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional dari penelitian ini adalah :
1) Kesiapan menghadapi menopause adalah suatu keadaan wanita
dapat menghadapi menopause secara baik, baik secara fisik,
psikologis, dan spiritual. Pengumpulan data menggunakan
pernyataan sejumlah 15 (jumlah item pernyataan dalam
kuesioner), jika skor individual ≥ 50% kuesioner dapat diartikan
favorable, dikarenakan untuk memperoleh skor sebesar itu
seorang responden harus memberikan jawaban favorable pada
setengah atau lebih jumlah pernyataan. Jika skornya <50%
kuesioner maka responden tersebut diartikan tidak favorable
(Azwar, 2009). Item favorable yaitu item yang memihak pada
objek ukur atau yang mengindikasikan tingginya atribut yang
diukur. Sedangkan item tidak favorable yaitu item yang tidak
memihak pada objek ukur atau yang mengindikasikan
rendahnya atribut yang diukur (Azwar, 2008). Skala data yang
digunakan adalah skala ordinal dengan kriteria penilaian :
Siap : jawaban benar >50% pernyataan.
Tidak Siap : jawaban benar ≤50% pernyataan
2) Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir wanita yang akan
menopause. Pendidikan ini diklasifikasikan menjadi SD, SMP,
SMA dan perguruan tinggi. Diukur dengan skala nominal.
3) Pengetahuan adalah pengetahuan wanita tentang menopause.
Terdapat 7 pernyataan dan diukur dengan skala ordinal
Tinggi apabila mempunyai pengetahuan tentang kesiapan
menopause (olahraga, gizi seimbang, menghindari stres) dengan
Rendah apabila tidak mempunyai pengetahuan tentang kesiapan
menopause dengan prosentase jawaban benar ≤50% pernyataan.
4) Dukungan keluarga adalah dukungan yang diberikan oleh
anggota keluarga seperti suami, anak dan keluarga terdekat
lainnya. Terdapat 4 pernyataan dan diukur dengan skala ordinal.
Dukungan rendah apabila suami/ anak/ keluarga terdekat tidak
memberikan dukungan seperti halnya tidak membantu
mencarikan informasi atau berdikusi tentang menopause serta
membantu istri yang akan menopause dengan prosentase
jawaban benar >50% pernyataan.
Dukungan tinggi apabila suami/ anak/ keluarga terdekat
memberikan perhatian, mencarikan informasi serta membantu
istri yang akan menopause dengan prosentase jawaban benar
≤50% pernyataan.
5) Aktifitas adalah kegiatan yang dilakukan oleh wanita yang akan
mengalami menopause diluar rumah. Terdapat 3 pernyataan dan
diukur dengan skala ordinal.
Aktifitas rendah apabila wanita tersebut tidak melakukan
kegiatan diluar rumah dengan prosentase jawaban benar >50%
pernyataan.
Aktifitas tinggi apabila wanita tersebut tetap aktif melakukan
kegiatan diluar rumah dengan prosentase jawaban benar ≤50%
F. Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan
jenis pertanyaan tertutup dimana responden hanya memilih alternatif
jawaban yang telah disediakan sesuai dengan petunjuk dengan tujuan
supaya lebih msudah mengarahkan jawaban responden (Notoatmodjo,
2010). Terdapat tiga kuesioner dalam penelitian ini yaitu kuesioner
demografi, kuesioner kesiapan menopause dan kuesioner faktor-faktor
kesiapan menghadapi menopause.
Pertama adalah kuesioner demografi, dimana kuesioner tersebut berisi
data-data personal responden, status pernikahan, agama, pendidikan, status
menopasue, penyakit kronis dan usia.
Kuesioner kedua peneliti menggunakan kuesioner kesiapan
menghadapi menopause milik Ismiyati (2010) dengan validitas dari 20
pernyataan gugur 5 menjadi 15 pernyataan dalam kuesioner tersebut terdiri
dari pernyataan kesiapan fisik, kesiapan psikologi dan kesiapan spiritual.
Kuesioner kesiapan menghadapi menopause untuk pernyataan positif, jika
jawaban “Ya” diberi skor 1 dan untuk jawaban “Tidak” diberi skor
0.Sedangkan untuk pernyataan negatif, jika jawaban “Ya” diberi skor 0 dan
untuk jawaban “Tidak” diberi skor 1. Nilai tertinggi adalah 100% dari 15
pernyataan. Dinyatakan tinggi jika responden berhasil menjawab > 50% dari
Kuesioner ketiga adalah kuesioner faktor-faktor kesiapan menghadapi
menopause yang merupakan milik Siskhairun (2006). Dari 17 pernyataan
setelah divalidasi gugur 3 pernytaan menjadi 14 perrnyataan. Kuesioner
faktor-faktor kesiapan menopause untuk pernyataan positif, jika jawaban
benar diberi skor 1 dan untuk jawaban salah diberi skor 0. Untuk faktor
pendidikan sudah tercantum pada kuesioner demografi.
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pernyataan Kuesioner
No Variabel Indikator Butir Peryataan Jumlah 1 Kesiapan
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
2. Peneliti meminta izin kepada pihak Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA) DIY.
3. Peneliti mendapatkan persetujuan dari pihak BAPPEDA untuk
melakukan penelitian di tempat yang dituju.
5. Peneliti meminta ijin pada pihak Kelurahan Patang Puluhan untuk
melakukan penelitian.
6. Peneliti menjelaskan prosedur penelitian pada pihak Kelurahan Patang
Puluhan.
7. Peneliti melakukan seminar proposal.
8. Peneliti mendapatkan persetujuan tentang proposalnya.
9. Melakukan uji etik penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
10. Peneliti melakukan validitas, reliabilitas dan penelitian ditempat yang
sudah ditentukan dan disetujui pehiak kampus dan badan penelitian.
H. Cara Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data
primer. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya (Marzuki, 2005).
Adapun langkah-langkanya sebagai berikut :
1. Peneliti menyiapkan dua asisten dengan melakukan briefing terlebih
dahulu.
2. Asisten berlatar belakang mahasiswa bebas.
3. Asisten bertugas membantu membagikan dan mengawasi jalannnya
pengisian kuesioner.
5. Peneliti beserta dua asisten datang pada tempat yang dilakukan atau
dipilih sebagai tempat penelitian yang bertempat di Kelurahan Patang
Puluhan.
6. Peneliti mengumpulkan responden di satu tempat dengan bantuan atau
koordinasi dengan pihak keluarahan dengan mengikuti kegiatan rutin
kelurahan setempat yaitu acara Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
(PKK) tingkat RT. PKK adalah gerakan yang tumbuh dari bawah
dengan wanita sebagai motor/penggeraknya untuk membangun
keluarga sejahtera sebagai unit atau kelompok terkecil dalam
masyarakat.
7. Bagi ibu-ibu yang tidak mengikuti kegiatan PKK, peneliti melakukan
pendekatan dengan cara dor to dor.
8. Peneliti memperkenalkan diri kepada responden.
9. Peneliti menyampaikan tujuan dan proses dari penelitian ini.
10. Peneliti memilih respoden berdasarkan umur, status menopause, status
pernikahan serta riwayat penyakit reproduksi.
11. Peneliti menjelaskan kontrak waktu dan meminta ijin kepada
responden.
12. Peneliti membagikan kuesioner pada responden dengan bantuan
asisten dimana kuesioner sudan diberikan nomor.
13. Peneliti memberikan waktu 30 menit bagi responden untuk mengisi
kuesioner tersebut.
15. Peneliti mengoreksi kembali ada atau tidak kuesioner yang belum
terisi dengan lengkap, jika ada peneliti meminta responden untuk
mengisi dengan lengkap.
16. Peneliti berterima kasih dan berpamitan pada responden.
17. Peneliti melakukan pengolahan data.
I. Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum kuesioner ini digunakan dilakukan uji validitas dan
reliabilitas instrumen.
1. Uji Validitas
Uji coba yang dilakukan pada responden paling sedikit 20 orang
yang mempunyai kriteria sebagi responden (Notoatmodjo, 2010).
Peneliti melakukan uji validitas di Desa Nulis Kecamatan Tamantirto
Kasihan dengan jumlah responden 30 orang pada bulan Februari
dengan alasan karakteristik responden hampir sama dengan
karakteristik responden penelitian. Prinsip validitas adalah
pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen
dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2007). Penelitian ini
menggunakan uji validitas dengan rumus Pearson Product Moment,
setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan setelah itu dilihat
penafsiran dari korelasinya (Hidayat, 2007).
Rumus Pearson Product Moment:
Keterangan :
Rxy = Koefisien korelasi
ΣXi = Jumlah skor item
Σyi = Jumlah skor total item
n = Jumlah responden
Tabel 3.2 Interpretasi Nilai r Validitas Menurut Arikunto
Nilai r Interpretasi
0,81-1,00 Sangat tinggi 1,61-0,80 Tinggi 0,41-0,60 Cukup 0,21-0,40 Rendah 0,00-0,20 Sangat rendah Sumber: Rahmiendah (2013)
Nilai Signifikasi yang diambil adalah p=0,05, maka valid jika r
≥0,05 dengan r tabel >0,361. Berdasarkan uji korelasi Pearson
Product Moment yang dilakukan di Dusun Nulis Tamantirto Kasihan
Bantul dari 20 pernyataan kuesioner kesiapan terdapat 5 pernyataan
yang tidak valid. Peneliti memilih tidak mencantumkan 5 pernyataan
tersebut karena bisa diwakilkan dengan pernyataan yang lainya yang
valid.
Dari 17 pernyataan kuesioner faktor-faktor setelah divalidasi
terdapat 3 pernyataan yang tidak valid dan peneliti menghilangkan
pernyataan yag tidak valid tersebut dengan alasan pernyataan tersebut
tidak begitu penting. Sehingga, terdapat 15 pernyataan kuesioner
kesiapan dan 14 pernyataan kuesioner faktor-faktor yang
2. Uji Realibilitas
Reliabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Uji
reliabilitas instrumen penelitian ini menggunakan reliability analysis
dengan teknik Alpha Cronbach menggunakan SPSS dimana Alpha
Cronbach memiliki rumus sebagai berikut:
r11 =
r11 = Koefisien reliabilitas instrumen yang dicari
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= Jumlah variansi skor butir soal ke-i
i = 1, 2, 3, 4, …n
2 t
= Variansi total
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai r Reliabelitas Menurut Arikunto
Nilai r Interpretasi
Penentuan instrumen yang digunakan dalam penelitian jika nilai
Cronbach’s Alpha ≥ konstanta (0,6) maka artinya pertanyaan tersebut
reliabel, sedangkan jika nilai Cronbach’s Alpha ≤ konstanta (0,6)
maka artinya pernyataan tersebut tidak reliabel (Riyanto, 2011).
2Kuesioner pada penelitian ini untuk kuesioner kesiapan menopause
memiliki reliabel 0,754 dimana itu lebih dari 0,6 sehinggan kuesioner
kesiapan menopasue dikatakan reliabel. Kuesioner faktor-faktor
kesiapan menopause memiliki nilai r=0,720 dimana itu juga lebih dari
0,6 sehingga kuesioner faktor-faktor kesiapan dianggap reliabel.
J. Pengolahan dan Metode Analisa Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan salah satu bagian dari rangkaian
kegiatan penelitian setelah kegiatan pengumpulan (Notoatmodjo,
2010). Pengolahan data dalam penelitian ini meliputi :
a. Editing yaitu memastikan data atau kuesioner telah dikumpulkan
kembali dan sudah benar serta lengkap dari responden.
b. Coding data yaitu kegiatan pemberian kode pada jawaban atau
data yang telah terkumpul sehingga dapat memudahkan dalam
entry data. Untuk kedua kuesioner jika dijawab benar maka akan
diberikan kode 1 sedangkan jika salah maka diberi kode 0.
Pendidikan diberi kode dengan 1 untuk SD, 2 untuk SMP, 3
untuk SMA, 4 untuk Diploma dan 5 untuk Perguruan Tinggi.
Jumlah jawaban benar faktor pengetahuan > 50% maka diberi
kode tinggi, ≤50% maka diberi kode rendah, begitu juga dengan
faktor yang lainnya.
c. Entry data yaitu memasukan data yang telah diedit dengan
d. Scoring adalah pemberian skor pada setiap item kuesioner
tentang kesiapan menopause dan faktor-faktor kesiapan
menopause.
e. Processing, pengelohan data dengan memasukkandata dari
kuesioner ke paket program komputer, seperti paket program
SPSS for windows release.
2. Analisa Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah :
a. Analisa Univariat
Teknik analisa yang dilakukan untuk menampilkan
data dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase
berupa tabel masing-masing variabel penelitian yaitu,
variabel bebas terdiri dari dukungan keluarga, pengetahuan,
pendidikan, dan aktivitas fisik, sedangkan variabel terikat
yaitu kesiapan.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel yang meliputi variabel bebas
dan terikat, meliputi; kesiapan dengan pengetahuan,
kesiapan dengan pendidikan, kesiapan dengan agama,
kesiapan dengan budaya, kesiapan dengan dukungan
Uji yang direncanakan di proposal sebelumnya
adalah Chi-Square, namun ketika dilakukan uji tersebut
dengan SPSS hasilnya tidak memenuhi syarat, expected
count <5, sehingga uji statistik yang digunakan adalah uji
statistik nonparametrik dengan menggunakan Fisher
dengan tingkat kepercayaan 95%. Kemaknaan hasil
perhitungan statistik menggunakan batas kemaknaan 0,05
sehingga bila p<0,05 maka hasil perhitungan statistik
bermakna/signifikan dan jika niai p>0,05 maka hasil
perhitungan statistik tidak bermakna/tidak signifikan.
Untuk pengolahan variabel pendidikan dengan
kesiapan menopause peneliti menggunakan rumus
Spearman rank.
K. Etik Penelitian
Etika dalam keperawatan merupakan hal yang sangat penting karena
berhubungan dengan manusia secara langsung. Penelitian ini sudah
memiliki ijin etik dari komite etik FKIK UMY dengan nomor
148/EP-FKIK-UMY/IV/2016. Etik penelitian ini meliputi:
1. Informed Consent
Lembaran diberikan pada responden yang memenuhi kriteria
inklusi yang di dalamnya berisi persetujuan antara peneliti dengan
penelitian, tujuan penelitian dan jika responden menolak maka peneliti
tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.
2. Hak Kerahasiaan (right to privacy)
Responden memiliki hak untuk merahasiakan informasi atau
data yang telah diberikan responden. Hak kerahasiaan meliputi tanpa
nama (anonymity) serta kerahasiaan informasi ataupun masalah
42 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Patangpuluhan
Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta. Patangpuluhan sendiri
secara geografis terletak sekitar 3 km di sebelah barat daya pusat kota
Yogyakarta.
Kelurahan patang puluhan terdiri dari 3 RW yang dihuni 7524
Jiwa dimana kelurahan ini didominasi kaum perempuan sebanyak
3852 jiwa. Dengan jumlah wanita usia 40-44 tahun berjumlah 157
orang dengan status cerai hidup 40 orang, cerai meninggal 23 orang
dan belum menikah 11 orang. Warga Kelurahan Patangpuluhan
memiliki beragam kegiatan seperti arisan RT, PKK RT yang memiliki
jadwal masing-masing tiap RT serta Posyandu yang rutin
dilaksanakan rutin setiap bulannya.
Batas-batas wilayah Patangpuluhan untuk utara berbatasan
dengan Kelurahan Wirobrjan, timur dengan Kelurahan Gedongkiwo
Kecamatan Mantrijeron Yogyakarta, sedangkan sebelah selatan dan
2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah wanita yang
diklasifikasikan berdasarkan usia dan pendidikan terakhir. Terdapat 47
responden yang ikut serta dalam penelitian ini. Responden dalam
penelitian ini merupakan warga KelurahanPatangpuluhan yang berusia
40-44 tahun dan belum mengalami menopause. Karakteristik
responden dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Keluarahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta.
No Karakteristik F Presentase (%)
2 Pendidikan Terakhir
Lulus SD 5 10,6
Tabel 4.1 menunjukan karakteristik responden berdasarkan usia
terbanyak adalah usia 40 tahun dengan jumlah 16 orang (34%), usia
44 tahun dengan jumlah sebanyak 12 orang (25,5%), dan diikuti usia
paling sedikit adalah usia 41 tahun dan 42 tahun yang
masing-masing sebanyak 6 orang (12,8%). Responden dengan pendidikan
berjumlah 19 orang (40,4%) dan terdapat 2 kategori pendidikan
terakhir yang memiliki nilai sama yaitu SD dan Diploma yang
masing-masing 5 orang (10,6%).
3. Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden
Tabel 4.2 Karakteristik Tingkat Pengetahuan Responden di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016
Tingkat Pengetahuan F Presentase (%)
Rendah 3 6,4
Tinggi 44 93,6
Total 47 100
Sumber: Data Primer (2016)
Tabel 4.2 menjelaskan gambaran tingkat pengetahuan responden
di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta,
dimana kategori yang memiliki hasil yang banyak adalah kategori
tingkat pengetahuan tinggi berjumlah 44 orang (93,6%) dan sisanya 3
orang (6,4%) dalam kategori rendah.
4. Gambaran Tingkat Aktivitas Responden
Tabel 4.3 Karakteristik Tingkat Aktivitas Responden di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016
Tingkat Aktivitas F Presentase (%)
Rendah 8 17
Tinggi 39 83
Total 47 100
Sumber: Data Primer (2016)
Tabel 4.3 menunjukan gambaran tingkat aktivitas responden di
Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta,
aktivitas tinggi dengan jumlah 39 orang (83%) dan sisanya kategori
rendah 8 oran (17%).
5. Gambaran Tingkat Dukungan Keluarga Responden
Tabel 4.4 Karakteristik Tingkat Dukungan Keluarga Responden di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016
Tingkat Dukungan Keluarga F Presentase (%)
Rendah 7 14,9
Tinggi 40 85,1
Total 47 100
Sumber: Data Primer (2016)
Tabel 4.4 menunjukan gambaran tingkat dukungan keluarga
responden di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota
Yogyakarta, didapatkan kategori terbanyak adalah kategori tingkat
dukungan tinggi dengan jumlah 40 orang (85,1%) dan sisanya
kategori rendah 7 orang (14,9%).
6. Gambaran Tingkat Kesiapan Responden terhadap Menopause
Tabel 4.5 Karakteristik Tingkat Kesiapan Responden terhadap Menopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016
Sumber: Data Primer (2016)
Tabel 4.6 menunjukan karakteristik tingkat kesiapan responden
terhadap menopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan
Wirobrajan Kota Yogyakarta. Hasil menunjukan bahwa kategori
tingkat kesiapan tinggi yaitu 41 orang (87,2%) lebih banyak dari
kategori rendah yaitu 6 orang (12,8%).
Tingkat Kesiapan F Presentase (%)
Rendah 6 12,8
Tinggi 41 87,2
7. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kesiapan Menopause Tabel 4.6 Distribusi Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kesiapan
Menopause pada Wanita Premenopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016
Tabel 4.6 menjelaskan bahwa responden dalam penelitian ini
paling banyak terdapat pada tingkat pengetahuan tinggi dengan
kesiapan menopause yang juga tinggi sebanyak 40 orang (85,1%) dan
yang paling sedikit terdapat pada responden dengan tingkat
pengetahuan rendah namun kesiapan menopause tinggi yaitu 1 orang
(2,1%). Data tersebut diuji dengan menggunakan Fisher exact dan
didapatkan nilai p=0,039 dimana p<0,05 menunjukan adanya
hubungan antara tingkat pengetahuan responden dengan kesiapan
responden dalam menghadapi menopause.
8. Hubungan Tingkat Ativitas dengan Kesiapan Menopause
Tabel 4.7 menjelaskan bahwa responden dalam penelitiam ini
paling banyak terdapat pada tingkat aktivitas tinggi dengan kesiapan
menopause tinggi sebanyak 37 orang (78,7%) dan yang terendah
adalah responden pada kategori tingkat aktivitas rendah namun
memiliki kesiapan menopause yang tinggi yaitu sebanyak 2 orang
(4,3%). Data tersebut diuji dengan menggunakan Fisher exact dan
diapatkan nilai p=0,005dimana p<0,05 menunjukan adanya hubungan
antara tingkat aktivitas responden dengan kesiapan responden dalam
menghadapi menopause.
9. Hubungan Tingkat Dukungan Keluarga dengan Kesiapan
Menopause
Tabel 4.8 Distribusi Hubungan Tingkat Dukungan Keluarga dengan Kesiapan Menopause pada Wanita Premenopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016
Tabel 4.8 menjelaskan bahwa responden dalam penelitian ini
paling banyak terdapat pada tingkat dukungan keluarga tinggi dengan
kesiapan menopause tinggi yaitu sebanyak 37 orang (78,7%) dan yang
paling rendah tingkat dukungan keluarga tinggi namun kesiapan
menopause rendah dan tingkat dukungan keluarga rendah kesiapan
tersebut diuji dengan menggunakan Fisher exact dan diapatkan nilai
p= 0,035dimana p<0,05 menunjukan adanya hubungan antara tingkat
dukugan keluarga responden dengan kesiapan responden dalam
menghadapi menopause.
10. Hubungan Tingkat Pendidikan Terakhir dengan Kesiapan
Menopause
Tabel 4.9 Distribusi Hubungan Pendidikan Terakhir dengan Kesiapan Menopause pada Wanita Premenopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016
Variabel Koefesien Korelasi (r) p Value
Tingkat Pendidikan Akhir 0,508 0,000 Keisapan wanita
Premenopause dalam
Menghadapi Menopause
Sumber Data Primer (2016)
Tabel 4.9 menjelaskan distribusi hubungan pendidikan terakhir
dengan kesiapan menopause, dengan p=0,000dan r=0,0508. Nilai
Pvalue< 0,05 menunjukan adanya hubungan sehingga nilai p= 0,000
disini berarti menunjukan adanya hubungan antara pendidian terakhir
dengan kesiapan menopause yang signifikan. Nilai r=0,508
menunjukan jika kekuatan korelasi sedang dan arah korelasi positif.
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden di Kelurahan Patangpuluhan
Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta
Berdasarkan data yang diperoleh menurut usia dan status
diatas 40tahun. Menurut pendapat Rambulangi (2006) bahwa umur
seorang perempuan memasuki masa premenopause adalah antara
40-49 tahun. Dimana pada saat seorang perempuan memasuki usia
pertengahan empat puluhan, fungsi ovarium akan mulai menurun.
Sehingga menyebabkan kadar hormon dalam tubuh tidak seimbang,
yang akhirnya menyebabkan berbagai gangguan. Hal ini sejalan
dengan pernyataan Suheimi (2006) dalam Sari (2011) menyebutkan
bahwa masa premenopause wanita akan mengalami berbagai macam
keluhan seperti keluhan fisik dan psikologi.
Hasil data yang diperoleh berdasarkan tingkat pendidikan
terakhir responden terbanyak adalah SMA sebanyak 19 orang
(40,4%). Pada masa responden, pendidikan SMA merupakan
pendidikan yang sudah teramsuk tinggi dan juga untuk melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi semisal diploma dan perguruan tinggi masih
belum penting untuk perempuan sehingga didapatlah pada penelitian
ini lebih banyak memiliki tingkat pengetahuan SMA. Sebagian besar
responden pada penelitian ini yang memiliki tingkat pengetahuan yang
tinggi adalah berpendidikan SMA. Disini dapat terlihat bahwa tingkat
pendidikan dapat berpengaruh pada tingkat pengetahuan seseorang.
Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010), bahwa
pendidikan sangat berhubungan dengan pengetahuan, semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah menerima
2. Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Menopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota
Yogyakarta
Berdasarkan data yang diperoleh mengenai tingkat pengetahuan
responden yang paling banyak adalah responden dengan
berpengetahuan tinggi yaitu sebanyak 44 (93,6%) dan berpengetahuan
rendah sebanyak 3 orang (6,4%). Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa lebih banyak responden yang memiliki tingkat pengetahuan
yang tinggi daripada responden yang memiliki tingkat pengetahuan
rendah.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Marni (2011) dengan sampel penelitiannya adalah wanita
premenopause usia 40-50 tahun yang ada di RT.004 RW.05
Kelurahan Sepanjang Jaya Kota Bekasi sebanyak 30 responden, yang
menunjukkan bahwa wanita yang memasuki masa premenopause
rata-rata memiliki pengetahuan baik sebanyak 7 (23,3%) responden dan
responden dengan kategori pengetahuan cukup tentang menopause
sebanyak 18 (60%) responden. Menurut peneliti, informasi yang
diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi
maka ia cenderung mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih
luas. Selain itu juga dipengaruhi oleh letak tempat tinggal dimana
dari pada di daerah pedesaan, sehingga pengetahuannya juga lebih
baik.
Responden mengetahui jika pengetahuan yang cukup tentang
menopause akan membantu menjalani kehidupan masa ini dan hal ini
bisa dilihat lebih dari setengah responden atau 33 orang (70,2%)
menjawab pernyataan kuesioner dengan benar. Sesuai dengan teori
Baziad (2008), setiap wanita yang akan memasuki masa menopause
harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang menopause agar
dapat menjalani masa tersebut dengan lebih tenang sehingga wanita
tersebut tidak mengalami kecemasan dan kesulitan dalam
menghadapinya.
Teori tersebut juga mendukung hal yang harus dihindari seperti
halnya stress atau depresi serta harus terus berpikir positif. Terdapat
42 orang (89,3%) responden mengetahui jika menghindari stress
dalam menghadapi menopause serta 40 orang (85,1%) yang selalu
berpikir positif maka masa menopause dapat dilalui dengan baik. Dari
hasil penelitian tersebut menandakan jika wanita premenopause yang
menjadi responden penelitian ini sudah mengetahui hal apa saja yang
harus dihindari agar dapat menjalani masa menopause dengan baik.
Selain tentang pengetahuan psikologis dalam menghadapi
menopause, penelitian ini juga mencakup pengetahuan dari segi fisik
seperti halnya olahraga. Olahraga itu sendiri sangat penting bagi
responden mengetahui jika olahraga sangat penting. Pengetahuan dari
segi fisik lainya adalah dari segi makanan, dimana pada usia
premenopause, menjaga keseimbangan gizi sangat penting. Dari
penelitian ini didapatkan semua responden mengetahui jika makanan
bergizi adalah makanan yang terhidar dari zat kimia. Hal ini sejalan
dengan Indriani (2007), yang menyatakan jika gejala menopause
dapat dikurangi dengan cara menghindari pola hidup sembarangan,
olahraga dengan teratur, memenuhi gizi seimbang serta selalu berpikir
positif.
3. Tingkat Aktivitas Responden pada Masa Menopause di
Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota
Yogyakarta
Berdasarkan data yang diperoleh mengenai tingkat aktivitas
responden didapatkan tingkat aktivitas repsonden dengan kategori
tinggi lebih dominan yaitu dengan perolehan 39 orang (83%)
sedangkan sisanya 8 orang (17%) memiliki tingkat aktivitas rendah.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa lebih banyak responden yang
memiliki tingkat aktivitas tinggi daripada responden yang memiliki
tingkat aktivitas rendah.
Sebagian besar responden mengetahui jika menopause bukanlah
penghalang untuk beraktivitas, melainkan harus tetap beraktivitas.
Berdasarkan data yang diperoleh dari 47 responden ditemukan bahwa
wanita menopause tidak harus berhenti bekerja/beraktivitas.
Sebenarnya, pada saat umur semakin bertambah masih diperlukan
informasi dan edukasi yang tepat agar bisa menerima proses penuaan
yang dialaminya dengan baik. Misalnya dengan tetap aktif mengikuti
dalam pertemuan-pertemuan kajian agama, menyibukkan diri dengan
kegiatan social, dsb (Indriani, 2007).
Menopause merupakan kejadian sesaat yaitu dimana pendarahan
haid terakhir. Seharusnya, menopause bukanlah momok menakutkan
yang dapat mengurangi keterampilan atau kecerdasan seseorang. Pada
penelitian ini terdapat 8 orang (17,1%) masih beranggapan jika
menopause dapat mengganggu aktivitas dan kinerjanya, sisanya
sebanyak 39 (82,9%) beranggapan jika menopause tidak mengganggu.
Hal ini sejalan dengan penelitian Puspitasari (2008), dengan
responden wanita premenopause usia 40-45 tahun yang menunjukan
jika 75% wanita yang mengalami menopause masih merasakan jika
menopause merupakan masalah atau gangguan, sedangkan 25%
lainnya tidak mempermasalahkannya. Peneliti berpendapat masih
adanya wanita yang menganggap menopause adalah hal yang
mengganggu maka masih banyak wanita yang belum dapat menerima
dengan baik masa menopause.
4. Tingkat Dukungan Keluarga Responden di Kelurahan
Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta
Berdasarkan data yang didapat pada penelitian ini, dukungan
keluarga yang tinggi yaitu sebanyak 40 orang (85,1%) dan sisanya 7
orang (14,9%) tingkat dukungan keluarga rendah. Pada penelitian ini
dukungan keluarga mencakup beberapa hal, seperti halnya dukungan
suami atau keluarga dalam menanggapi perubahan tubuh sang istri
serta waktu yang tersedia untuk berdiksusi masalah kesehatan terkait
apa yang harus disiapkan menjelang menopause.
Penelitian ini menunjukkan bahwa banyak suami responden
yang tidak mencarikan informasi tentang menopause yaitu sebanyak
26 orang (55,3%) dan sisanya 21 orang suami mencarikan informasi
tentang menopause (44,7%). Menurut Bobak, Lowdermilk dan Jensen
(2005), keberhasilan penyesuaian diri dalam menghadapi suatu
kecemasan dapat dipengaruhi oleh adanya sistem pendukung dari
seseorang. Sistem pendukung utama bagi seorang wanita menopause
adalah suami. Suami merupakan pendukung utama dalam memberikan
motivasi dan semangat bagi wanita yang akan mengalami menopause.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nurlaily (2008) tentang hubungan antara dukungan suami terhadap
tingkat kecemasan perempuan menopause dengan karakteristik
responden wanita usia premenopause 40-45, menunjukkan hasil
semakin tinggi dukungan positif yang diberikan suami, maka semakin
rendah tingkat kecemasan perempuan menopause. Kecemasan sendiri
merupakan menandakan ketidaksiapan perempuan dalam menghadapi