• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESIAPAN WANITA PREMENOPAUSE DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI KELURAHAN PATANGPULUHAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESIAPAN WANITA PREMENOPAUSE DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI KELURAHAN PATANGPULUHAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh TRI SABATINI

20120320171

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESIAPAN WANITA PREMENOPAUSE DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI

KELURAHAN PATANGPULUHAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh TRI SABATINI

20120320171

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DEN WANITA PREMENOPAUS

KELURAHAN PATANGPULUHAN KECAMATAN WIROBRAJAN

Telah diseminarkan dan disetujui pada tanggal Dosen Pembimbing

Yusi Riwayatul Afsah, S. Kep., Ns., MNS., CWCS

NIK: 19861203201510173165

Kaprodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sri Sumaryani, M.Kep., Ns., Sp. Mat., HNC

ii

HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESIAPAN PREMENOPAUSEDALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI

Telah diseminarkan dan disetujui pada tanggal 22 Juni 2016 Dosen Pembimbing

Riwayatul Afsah, S. Kep., Ns., MNS., CWCS

Kaprodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sri Sumaryani, M.Kep., Ns., Sp. Mat., HNC NIK: 197703132000104173046

(4)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah rasa syukur kupanjatkan kepada Allah SWT atas karunia yang Engkau berikan dan tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau jadikan mudah,

apabila Engkau menghendaki menjadi mudah.

Kupersembahkan hasil ini kepada Orang tuaku H. M. Bambang S. dan Hj. Sholikha, terimakasih atas doa yang selalu kalian panjatkan agar anakmu ini

dapat menyelesaikan kuliah dengan baik.Nasehat serta saran yang selalu diberikan ketika Tri dalam keadaan buntu. Ayah dan Mamah yang tak hentinya

mengingatkan solat serta berdoa dikala sulit. Terimakasih.

Untuk Abang-abang kece, Abdul Gampang dan Abdul Gundara yang selalu mendukung dan menghiburku. Tri ucapkan terimakasih

Teman seperjuangan Mas Haris, Mba Rahma, Mba Sekar, Mas Latansa, anak PSIK 2012 serta anak-anak “cimcim squad” terimakasih karena telah membantu dan mendukung dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

(5)

iv MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sunguh-sungguh (urusan) yang

lain. Dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap (QS. Al-Insyirah: 5-8)

“So my dream isn’t to become the “best”, it’s to be someone who I’m not ashamed to be.”

– Shinee Key-

"Zero is where everything starts! Nothing would ever be born if we didn't depart from there!"

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Tri Sabatini

NIM : 20120320171

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 22 Juni 2016

Yang membuat pernyataan,

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini. Sholawat dan salam tak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Ucapan terima kasih ingin penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, khususnya kepada:

1. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns., M.Kep., Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Yusi Riwayatul Afsah, S.Kep.,Ns.,MNS.,CWCS selaku dosen pembimbing yang telah membimbing Saya hingga menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Dewi Puspita, S.Kp.M.Sc selaku dosen penguji yang telah menguji Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Keluarga besar H. Moh Bambang S. yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan bimbingan, kritik dan saran demi kemajuan bersama. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Peneliti

(8)

vii

B. Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Penelitian Terkait... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori...9

1. Menopause... 9

a. Definsi...9

b. Fase Klimakterik... 10

c. Fisiologi Menopause... 11

d. Tanda dan Gejala Menopause... 13

2. Kesiapan... 14

a. Definisi... 14

b. Kesiapan Menghadapi Menopause... 15

c. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kesiapan Wanita Menghadapi Menopause...19

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 27

C. Populasi dan Sampel Penelitian... 27

D. Variabel Penelitian... 28

(9)

viii

F. Instrumen Penelitian... 31

G. Alur Ijin Penelitian... 32

H. Cara Pengumpulan Data... 33

I. Uji Validitas dan Realibilitas... 35

J. Pengelolahan dan Metode Analisis Data... 38

K. Etika Penelitian... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 42

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 42

2. Karakteristik Responden... 43

3. Gambaran Tingkat Pegetahuan Responden... 44

4. Gambaran Tingkat Aktivitas Responden... 44

5. Gambaran Tingkat Dukungan Keluarga Responden... 45

6. Gambaran Tingkat Kesiapan Responden... 45

7. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keisapan... 46

8. Hubungan Tingkat Aktivitas dengan Kesiapan... 46

9. Hubungan Tingkat Dukungan Keluarga dengan Kesiapan... 47

10. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kesiapan... 48

B. Pembahasan... 48

C. Kekuatan Penelitian... 73

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan... 74

B. Saran... 75 DAFTAR PUSTAKA

(10)

ix

DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta FSH : Folicle Stimulating Hormone PNS : Pegawai Negeri Sipil

LH : Luteinizing Hormone

AHA : American Heart Association

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner ...32

Tabel 3.2 Interpretasi nilai r Validitas ...36

Tabel 3.3 Interpretasi nilai r Reliabel ...37

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ...43

Tabel 4.2 Karakteristik Tingkat Pengetahuan ...44

Tabel 4.3 Karakteristik Tingkat Aktivitas ...44

Tabel 4.4 Karakteristik Tingkat Dukungan Keluarga ...45

Tabel 4.5 Karakteristik Tingkat Kesiapan...45

Tabel 4.6 Distribusi Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kesiapan Menopause... 46

Tabel 4.7 Distribusi Hubungan Tingat Aktivitas dan Kesiapan Menopause... 46

Tabel 4.8 Distribusi Hubungan Tingkat Dukungan Keluarga dan Kesiapan Menopause... 47

(12)
(13)

Intisari

Anggapan yang salah atau ketidaksiapan terhadap menopause akan dapat menimbulkan beberapa masalah psikis, seperti halnya kecemasan dan depresi yang akan berlanjut sampai terjadinya gangguan jiwa. Kesiapan menghadapi menopause harus dilakukan oleh wanita premenopause baik secara mental, fisik dan spiritual.Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan menopause, yaitu pendidikan, pengetahuan, aktivitas dan dukungan keluarga.

Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif non-eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional untuk mengetahui adanya hubungan antara pendidikan dengan kesiapan menopause, pengetahuan dengan kesiapan menopause, dukungan keluarga dengan kesiapan menopause serta aktivitas dengan kesiapan menopause. Penelitian ini menggunakan sampel (Total sampling) yaitu wanita yang berumur 40-44 tahun di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta sebanyak 47 responden.Instrument penelitian menggunakan angket, analisis yang digunakan adalah analisa Bivariat menggunakan Uji Fisher dan Spearman rank.

Hasil analisa bivariat menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kesiapan menopause dengan nilai p=0,039 (<0,05), tingkat aktivitas dengan kesiapan menopause dengan nilai p=0,005(<0,05), tingkat dukungan keluarga dengan kesiapan menopause dengan nilai p=0,035 (<0,05)dan tingkat pendidikan dengan kesiapan menopause dengan nilai p=0,000(<0,05).

Dari keempat faktor dalam penelitian ini semua memiliki hubungan yang signifikan dengan kesiapan.Oleh karena itu, penting bagi wanita premenopause untuk menambah wawasan serta dukungan keluarga agar kedepannya lebih siap dalam menghadapi menopause.

(14)

Abstract

Incorrect assumptions or unpreparedness of menopause can lead to some psychological problems, such as anxiety and depression that would continue until the occurrence of mental disorders. Readiness to face menopause should be done by a premenopausal women mentally, physically and spiritually. There are several factors that can affect the readiness of menopause,those are education, knowledge, activities and family support.

This research design is descriptive quantitative non-experimental with cross sectional study design to investigate the relationship between education and readiness of menopause, knowledge and readiness of menopause, family support and readiness of menopause and activities and readiness of menopause. This research uses total sampling with women aged 40-44 years in Patangpuluhan Village Wirobrajan Subdistrict Yogyakarta City, with 47 respondents in this research. The research instrument uses two questionnaires. The data analys is bivariat analysis using Fisher test and Spearman rank. The results of bivariate analysis show a significant relationship between the level of knowledge with the readiness of menopause with pvalue = 0.039 (<0.05), level of activity with the readiness of menopause with p value = 0.005(<0.05), level of family support with readiness of menopause with p value = 0.035(<0.05) and education level with the readiness of menopause with p value = 0.000(<0.05).

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakan

Menjadi tua merupakan hal yang menakutkan bagi manusia, terutama kaum wanita.Hal-hal yang biasanya dikhawatirkan adalah menjadi tidak lagi cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua merupakan masa yang mau tidak mau harus dijalani seorang wanita dalam kehidupannya. Masa lanjut usia pada wanita identik dengan fase klimakterik, yaitu masa peralihan antara masa reproduksi menuju masa yang tidak reproduktif (Rebecca, 2007). Masa menopause biasanya terjadi pada usia 45-52 tahun (Smeltzer, 2008).

Allah sebenarnya telah menegaskan bahwa wanita akan menemui fase klimaterik dalam QS An Nur ayat: 60 yang berbunyi“Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

(16)

memasuki usia lebih 50 tahun, dan angka itu merupakan tiga kali lipat dari angka sensus tahun 1990 jumlah perempuan menopause.

Hampir wanita diseluruh dunia mengalami sindrom premenopause, 70-80% wanita Eropa, 60% Amerika, 57% Malasyia, 18% Cina dan 10% Jepang (Proverawati, 2010). Asia tersendiri menurut WHO (2010) wanita yang mengalami klimakterium akan bertambah jumlahnya menjadi 373 juta jiwa pada tahun 2025. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005) menyatakan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penduduk akan mencapai 262,6 juta jiwa dengan jumlah wanita hidup dalam umur menopause sekitar 30,3 juta jiwa atau sekitar 11,5% dari total penduduk, dengan umur rata-rata 49 tahun. Menurut Badan Pusat Statistika (BPS) pada tahun 2025 diperkirakan akan menjadi 60 juta wanita menopause. Pada Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sendiri tahun 2012 wanita menopause sudah mencapai 3,9 ribu jiwa (10,73%) dari jumlah penduduk DIY (Profil DIY, 2013).

(17)

tahun-an ketika ovulasi lebih jartahun-ang terjadi, kadar estrogen menurun, dtahun-an kadar Folicle Stimulating Hormone (FSH) meningkat dalam upaya menstimulasi pembentukan estrogen. Perubahan hormon tersebut menyebabkan wanita tertentu mendapati ketidakteraturan haid, nyeri tekan pada payudara, dan perubahan suasana hati jauh sebelum menopause terjadi (premenopause) (Smeltzer, 2008).

Pada fase menopause diperlukan persiapan dan pengetahuan yang memadai untuk menghadapinya. Pemahaman wanita tentang menopause diharapkan wanita dapat melakukan upaya pencegahan sedini mungkin untuk siap memasuki umur menopause tanpa harus mengalami keluhan yang berat (Admin, 2005). Penelitian yang terkait dengan kesiapan menopause pernah dilakukan oleh Ismiyati (2010) dengan hasil semakin tinggi tingkat pengetahuan dalam tingkat pendidikan akan lebih siap dalam menghadapi menopause. Selain itu Wulandari dkk., (2009) dengan mengatakan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial suami pada istri dalam menghadapi menopause.

(18)

Kesiapan seorang wanita menghadapi masa klimakterik akan sangat membantu seorang wanita menjalani masa ini dengan lebih baik. Kesiapan itu sendiri terdapat dari dalam diri wanita tersebut (intrinsik) seperti status hormonal dan kesiapan dari luar (ekstrinsik). Beberapa cara seperti mengkonsumsi makanan bergizi, menghindari stress, menghentikan merokok dan minum alkohol, olahraga secara teratur, berkonsultasi dengan dokter merupakan contoh dari kesiapan ekstrinsik. Selain itu semua yang terpenting dalam kesiapan menghadapi masa klimakterik juga salah satunya dari nutrisi, pada saat klimakterik, kadar estrogen menurun yang akan membuat hilangnya kalsium dari tubuh. Peningkatan asupan kalsium dan olahraga teratur dapat mencegah terjadinya osteoporosis. Fraktur akibat osteoporosis terjadi pada 50% diatas usia 50 tahun (Smart, 2010).

(19)

tersebut mengetahui apa itu menopause, namun kedua wanita tersebut tidak pernah berkonsultasi dengan dokter ketika mereka merasa gejala menstruasi yang tidak lagi teratur karena mereka anggap normal, namun salah satu wanita tersebut mengaku khawatir karena baru memiliki 1 orang anak. Kemudian, satu orang selanjutnya wanita berusia 42 tahun dengan pekerjaan seorang pegawai negeri sipil (PNS) dan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) mengaku belum mengetahui apapun tentang menopause, keluarganya juga tidak sanggup untuk menjelaskan dan tidak membawanya berkonsultasi dengan dokter sehingga wanita tersebut tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menghadapi masa menopausenya.

Berdasarkan latar belakang di atas dalam menghadapi menopause sangat penting karena dapat mempengaruhi kualitas hidupnya, peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapan dalam menghadapi menopause, diantaranya faktor pengetahuan, pendidikan, aktivitas/pekerjaan serta dukungan keluarga.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan faktor pendidikan, pengetahuan, pekerjaan/aktifitas dan dukungan keluarga dengan kesiapan wanita premenopause dalam menghadapi fase menopause?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

(20)

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan faktor pengetahuan dengan kesiapan wanita premenopouse dalam menghadapi menopouse.

b. Mengetahui hubungan faktor pendidikan dengan kesiapan wanita premenopouse dalam menghadapi menopouse.

c. Mengetahui hubungan faktor dukungan keluarga dengan kesiapan wanita premenopouse dalam menghadapi menopouse.

d. Mengetahui hubungan faktor aktifitas dengan kesiapan wanita premenopouse dalam menghadapi menopouse.

D. Manfaat Penelitian

1. Institusi Pendidikan

Menambah pengetahuan dan informasi khususnya faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapan menopause pada wanita premenopause. 2. Institusi Kesehatan

Sebagai bahan masukan dan informasi selaku pihak yang mempunyai kewenangan dalam masalah kesehatan, khususnya wanita premenopause dalam menghadapi menopause.

3. Peneliti Selanjutnya

(21)

E. Penelitian Terkait

1. Penelitian yang terkait dengan kesiapan menopause pernah dilakukan oleh Ismiyati pada tahun 2010 dengan hasil semakin tinggi tingkat pengetahuan dalam tingkat pendidikan akan lebih siap dalam menghadapi menopause. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Perumahan Sewon Asri Yogyakarta dapat disimpulkan tingkat pengetahuan wanita tentang menopause sebagian besar dikategorikan tinggi yaitu sebanyak 18 orang (64,29 %) dari jumlah responden dengan kesiapan ibu dalam menghadapi menopause sebagian besar dikategorikan siap yaitu sebanyak 26 orang (92,86 %) dan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menopause dengan kesiapan menghadapi menopause pada wanita premenopause. Perbedaan dari penelitian ini adalah pada variabelnya, jika Ismiyati menggunakan 1 variabel bebas 1 variabel terikat sedangkan peneliti menggunakan 4 variabel bebas dan 1 variable terikat. Persamaan penelitian ini hanya pada analisis data yang sama menggunakan bivariat.

(22)
(23)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Menopause a. Definisi

Menurut Potter dan Perry (2005) perubahan fisiologis mayor pada manusia terjadi antara usia 40-65 tahun dan perubahan itu adalah masa menopause yang dialami oleh wanita. Menopause menandakan berakhirnya kesuburan dan berakhirnya menstruasi (Gilly, 2009).

Kata “menopause” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu “Men” yang berrati bulan dan “Pause, Pausa, Paudo” yang berarti periode atau berhenti, sehingga menopause dapat diartikan sebagai berhentinya menstruasi. Menurut Spencer dan Brown (2006) menopause adalah fase alami dalam kehidupan setiap wanita yang menandai berakhirnya masa subur, dimana kadar estrogen dan progesteron turun dengan dramatis karena ovarium berhenti merespon FSH dan LH yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis yang ada di otak.

(24)

panjang, dengan pendarahan yang berkurang (Winkjosastro, 2005). Hal ini biasanya terjadi antara usia 45-52 tahun (Smeltzer, 2008). b. Fase Klimakterik

Menopause sendiri termasuk dalam salah satu fase yang terjadi pada fase klimakterik.Klimakterik dimulai saat fertilitas sudah berkurang pesat dan berlanjut sampai ovarium berhenti mengeluarkan esterogen (Coad & Dunstall, 2007). Meskipun patofisiologi menopause tidak jelas, defisiensi estrogen secara tradisional dianggap bagian terpenting pada menopause. Perubahan fungsi endokrin tidak terjadi secara mendadak pada wanita yang mengalami menopause spontan (alamiah). Transisi menopause terdiri dari 3 fase yaitu: (1) Premenopause, (2) Perimenopause dan (3) Pascamenopause

(Rebbeca, 2007; Spencer, 2006; Widad dkk, 2007).

(25)

(Space &Brown, 2010). Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan pendarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang relatif banyak yang kadang-kadang disertai nyeri haid/dismenorea (Sarwono, 2007).

Kedua, Fase perimenopause lanjutan dari fase premenopause dimana gejala menandakan menopause sudah mulai terjadi. Pada fase perimenopause terjadi permulaan kemunduran fungsi ovarium yang

akan berlanjut sampai berhentinya menstruasi, dan pada fase ini 96% wanita menstruasinya menjadi tidak teratur. Perimenopause merupakan hal yang terjadi individual. Tidak ada dua orang wanita yang mempunyai pengalaman atau waktu perimenopause yang sama. Jika wanita mengalami setahun penuh tanpa menstruasi pada usia 45-52 menandai akhir dari fase perimenopause yang juga disebut fase menopause (Rebbeca, 2007; Spencer, 2006; Widad dkk, 2007).

(26)

c. Fisiologi Menopause

Menopause terjadi akibat burning out (matinya) ovarium.Sepanjang kehidupan seksual seorang wanita, sekitar 400 folikel primordial tubuh menjadi matang dan berovulasi, setelahnya ribuan ovum akan mengalami degenarasi (Guyton dkk, 2007). Pada usia sekitar 45 tahun, hanya tinggal beberapa folikel primodial yang akan dirangsang oleh FSH dan LH. Selanjutnya produksi estrogen dari ovarium berkurang sewaktu folikel primodial mencapai nol (Guyton dkk, 2007). Semakin tua, maka ovarium tidak dapat merespon FSH dan LH sebagaimana seharusnya, akibatnya estrogen dan progesteron yang diproduksi juga semakin berkurang.

(27)

melainkan akibat pengangkatan ovarium yang juga berefek pada pemberhentian fase menstruasi, namun ini bukan menopause secara fisiologis atau yang disebut menopause atrificial (Smeltzer, 2008; Prajogo & Nadine, 2009).

d. Tanda dan Gejala Menopause

Menopause mulai secara bertahap dan biasanya dikenali melalui perubahan dalam menstruasi. Perubahan yang terjadi biasanya diketahui dengan berhentinya siklus menstruasi. Selain itu menopause juga sering disertai gejala yang bervariasi, mulai dari gejala fisik, jiwa hingga perasaan yang berubah-ubah serta gangguan lainnya (Lestari, 2010).

(28)

pigmentasi semakin berkurang. Gejolak panas atau hot flashes biasanya timbul ketika darah haid mulai berkurang dan itu berlangsung sampai haid berhenti. Munculnya hot flusesh biasanya diawali pada daerah dada, leher atau wajah dan menjalar ke beberapa daerah tubuh yang lain (Gilly, 2009; Proverawati, 2010; Smeltzer, 2008).

Pada gejala psikis, menurut Purwoastuti (2008) ditandai dengan ingatan menurun yang erat kaitannya dengan penurunan fungsi pada usia menopause. Setelah itu kecemasan juga muncul diakibatkan oleh adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Mudah tersinggung dan marah hal ini juga berhubungan dengan pengaruh berubahnya hormon dalam tubuh. Depresi, ini bisa diakibatkan karena wanita merasa kehilangan kemampuan bereproduksi atau memiliki anak dan kehilangan daya tarik. Wanita juga tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita serta ia harus menghadapi masa tuanya.

B. Kesiapan 1. Definisi

(29)

diartikan sebagai keadaan siap siaga untuk mereaksikan atau menanggapi sesuatu. Kesiapan disini diartikan sebagai suatu keadaan wanita untuk mempersiapkan dirinya dalam menghadapi menopause, baik secara fisik maupun mental atau psikologisnya (Chaplin, 2005). 2. Kesiapan Menghadapi Menopause

Wanita menopause akan mengalami penurunan berbagai fungsi tubuh, sehingga akan berdampak pada ketidaknyamanan dalam menjalani kehidupannya. Untuk itu, penting bagi seorang wanita selalu berpikir positif bahwa kondisi tersebut merupakan sesuatu yang sifatnya alami, seperti halnya keluhan yang muncul pada fase kehidupannya yang lain. Tentunya sikap yang positif ini bisa muncul jika di imbangi oleh informasi atau pengetahuan yang cukup, sehingga wanita lebih siap baik siap secara fisik, mental, dan spiritual. Perlu diketahui, kehidupan yang dijalani pada masa sebelumnya memiliki pengaruh yang kuat pada masa yang akan datang (Kasdu, 2002).

(30)

menopause sangat berpengaruh dalam menghadapi masa tersebut (Maspaitela, 2007; Kasdu, 2002).

Menurut ahli gizi Melani (2007), sebaiknya mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang. Pemenuhan gizi yang memadai akan sangat membantu dalam menghambat berbagai dampak negatif menopause terhadap kinerja otak, mencegah kulit kering, serta berbagai penyakit lainnya. Gizi seimbang adalah memenuhi kebutuhan gizi per hari dengan asupan zat-zat gizi seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.Kebutuhan kalori dan zat gizi setiap orang berbeda-beda, yaitu tergantung berat badan, tinggi badan, umur, dan aktivitas. Kebutuhan gizi orang dewasa dengan berat normal adalah sekitar 2.000 - 2.200 kkal/per hari. Dengan pemenuhan gizi secara seimbang ini diharapkan seseorang tidak kelebihan atau kekurangan berat badan dan juga terjangkit suatu penyakit.

(31)

fungsinya mirip estrogen. Asupan zat gizi tidak hanya cukup, tetapi jenisnya juga harus diperhatikan (Melani, 2007).

Makanan berlemak berlebih memiliki efek yang tidak baik. Batasi mengkonsumsi makanan yang berlemak, sebaiknya hanya menggunakan lemak dengan asam lemak tak jenuh (Melani, 2007). WHO menganjurkan bahwa konsumsi lemak untuk orang dewasa minimum 20% dari energi total (sekitar 60 gram/hari) dan rekomendasi asupan lemak jenuh menurut American Heart Association (AHA) adalah <10% dari konsumsi energi total (Lichtenstein dkk, 2006). Asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid/SFA) adalah asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap

(32)

Gaya hidup rileks dan menghindari tekanan yang dapat membebani pikiran perlu dibiasakan. Hal ini penting untuk menghindari mengatasi dampak psikologis akibat menopause.Wanita yang memasuki masa menopause, tidak jarang merasa dirinya sudah tidak sempurna lagi sebagai seorang wanita. Kondisi ini sering menimbulkan tekanan psikologis. Jika tekanan ini tidak dapat diatasi akan berkembang menjadi stres yang berdampak buruk pada kehidupan sosial seorang wanita. Selain itu, stres atau keadaan tegang akan merangsang otak yang dapat mengganggu keseimbangan hormon yang akhirnya berdampak pada kesehatan tubuh. Oleh karena itu, biasakan sejak dini untuk hidup lebih rileks dan mengatasi setiap masalah dengan cepat dan jalan terbaik (Melani, 2007).

(33)

insomnia, memperlambat osteoporosis, penyakit jantung, serta mencegah hot flushes (Melani, 2007).

Hal yang juga perlu dipertikan adalah berkonsultasi dengan dokter. Meskipun masa menopause merupakan peristiwa normal yang akan terjadi pada setiap wanita, tetapi tidak ada salahnya sebelum memasuki masa tersebut, mempersiapkan diri dengan mencari informasi yang benar. Hal ini tentu saja bisa diperoleh dengan buku bacaan yang mudah diperoleh. Namun, tidak ada salahnya jika berkonsultasi dengan dokter. Apalagi jika ada masalah kesehatan atau mempunyai gaya hidup yang memungkinkan munculnya masalah pada masa menopause. Menopause dapat berjalan dengan lancar dengan adanya kemauan diri memandang hidup yang akan datang sebagai sebuah harapan yang membahagiakan, sehingga peristiwa yang dialami selalu dipandang dari segi yang baik. Hal tersebut dapat berlangsung bila ada dukungan dari orang sekitar, khususnya suami. Peran yang positif akan menumbuhkan perasaan bahwa kehadirannya masih sangat dibutuhkan oleh keluarga (Melani, 2007).

3. Faktor yang Berhubungan dengan Kesiapan Wanita Menghadapi Menopause

1) Pendidikan

(34)

macam pengetahuan, apabila tingkat pendidikan baik maka tingkat pengetahuan juga baik. Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan (Desi, 2007).

Selain itu, pendidikan sebagai faktor kesiapan menopause karena pendidikan menuntut manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Dengan demikian dapat diartikan bahwa semakain tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah untuk menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan (Nursalam, 2008). 2) Pengetahuan

(35)

misalnya media masa, media cetak, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya (Dewi dan Wawan, 2010). Wanita dengan pemahaman tentang menopause yang baik diharapkan dapat melakukan upaya pencegahan sedini mungkin untuk menghadapi menopause tanpa harus mengalami keluhan yang berat (Admin, 2005).

Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan tindakan seseorang yang berasal dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan kegiatan. Pengetahuan tentang suatu objek juga dapat diperoleh dari pengalaman guru, orang tua, teman, buku dan lain lain (Notoadmodjo, 2012).

3) Dukungan Keluarga

(36)

akan menyadari bahwa istrinya tidak selincah dulu sehingga suami harus berinisiatif membantu istri menyelesaikan tugas rumah tangga. Anak-anak hendaknya membuat upaya tulus untuk memahami alasan naik turunnya emosi ibu. Mereka perlu menyadari kebutuhan ibu mereka untuk mendapatkan waktu pribadi. Apabila menopause bisa dihadapi dengan baik, maka kualitas hidup dalam menjalani menopause akan lebih baik dan akan tercipta kehidupan keluarga yang harmonis (Melani, 2007). Menurut Bobak, Lowdermilk dan Jensen (2005), keberhasilan penyesuaian diri dalam menghadapi suatu kecemasan dapat dipengaruhi adanya sistem pendukung dari seseorang. Sistem pendukung utama bagi seorang wanita menopause adalah suami. Suami merupakan pendukung utama dalam memberikan motivasi dan semangat bagi wanita yang akan mengalami menopause. Sistem pendukung yang lainnya adalah dukungan sosial yang diberikan dari teman sebaya dalam mengurangi kecemasan.

(37)

berharga karena masih ada seseorang yang mencintai dan memperhatikan. Hubungan pasangan suami istri yang harmonis akan memberikan ketenangan dan mengurangi beban yang dirasakan karena pada saat istri menghadapi tekanan dan kesulitan hidup maka istri membutuhkan suami untuk berbagi, mendengarkan atau memberikan solusi yang relevan (Ogden, 2004). Selain itu, status pernikahan juga berpengaruh terhadap dukungan sosial karena status pernikahan memberikan keuntungan terhadap kesehatan seseorang. Hal ini ditegaskan oleh Ogden dalam Wulandari dkk (2009) bahwa pernikahan diidentifikasi sebagai sumber dukungan sosial yang efektif. Jadi status pernikahan mempunyai kontribusi dalam pemberian dukungan sosial.

4) Aktivitas

Pekerjaan yang dijalani oleh seorang wanita premenopause dapat memberi kesempatan wanita untuk

(38)

Dimana salah satu keuntungan dari olahraga adalah mendapat banyak teman, sama halnya dengan bekerja yaitu memberikan kesempatan wanita untuk bersosialisasi dan menyerap informasi kesehatan.

(39)

Faktor yang

(40)

E. Hipotesis Penelitian 1. Pendidikan

Ha: Ada hubungan antara pendidikan dengan kesiapan

menopause . 2. Pengetahuan

Ha: Ada hubungan antara pengetahuan dengan kesiapan

menopause. 3. Aktivitas

Ha: Ada hubungan antara aktivitas dengan kesiapan menopause.

4. Dukungan Keluarga

Ha: Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kesiapan

(41)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental yang

bersifat deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Menurut

waktunya, merupakan penelitian cross sectional karena baik variabel

independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali saja dengan

menggunakan kuesioner.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Patang Puluhan dari bulan

Mei-Juni 2016.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah wanita premenopause

dengan usia 40-44 tahun dan memiliki suami yang tinggal di

Kelurahan Patang Puluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota

Yogyakarata. Untuk populasinya sendiri terdapat 47 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

2010). Sampel pada penelitian ini diambil dengan teknik total

(42)

diantara 40-44 tahun di Kelurahan Patang Puluhan, Kecamatan

Wirobrajan, Kota Yogyakarta yaitu 47 orang.

Kriteria inklusi:

a. Wanita berusia 40-44 tahun memiliki suami (tinggal bersama/masih

berhubungan) .

b. Wanita berusia 40-44 tahun yang belum mendapat menopause.

c. Bersedia menjadi responden.

d. Mampu membaca dan menulis.

Kriteria ekslusi:

a. Responden yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.

b. Wanita dengan penyakit reproduksi atau keluhan reproduksi.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Tingkat pendidikan, pengetahuan, dukungan keluarga, aktifitas

fisik/pekerjaan.

2. Variabel Terikat

Kesiapan wanita dalam menghadapi menopause.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dari penelitian ini adalah :

1) Kesiapan menghadapi menopause adalah suatu keadaan wanita

dapat menghadapi menopause secara baik, baik secara fisik,

psikologis, dan spiritual. Pengumpulan data menggunakan

(43)

pernyataan sejumlah 15 (jumlah item pernyataan dalam

kuesioner), jika skor individual ≥ 50% kuesioner dapat diartikan

favorable, dikarenakan untuk memperoleh skor sebesar itu

seorang responden harus memberikan jawaban favorable pada

setengah atau lebih jumlah pernyataan. Jika skornya <50%

kuesioner maka responden tersebut diartikan tidak favorable

(Azwar, 2009). Item favorable yaitu item yang memihak pada

objek ukur atau yang mengindikasikan tingginya atribut yang

diukur. Sedangkan item tidak favorable yaitu item yang tidak

memihak pada objek ukur atau yang mengindikasikan

rendahnya atribut yang diukur (Azwar, 2008). Skala data yang

digunakan adalah skala ordinal dengan kriteria penilaian :

Siap : jawaban benar >50% pernyataan.

Tidak Siap : jawaban benar ≤50% pernyataan

2) Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir wanita yang akan

menopause. Pendidikan ini diklasifikasikan menjadi SD, SMP,

SMA dan perguruan tinggi. Diukur dengan skala nominal.

3) Pengetahuan adalah pengetahuan wanita tentang menopause.

Terdapat 7 pernyataan dan diukur dengan skala ordinal

Tinggi apabila mempunyai pengetahuan tentang kesiapan

menopause (olahraga, gizi seimbang, menghindari stres) dengan

(44)

Rendah apabila tidak mempunyai pengetahuan tentang kesiapan

menopause dengan prosentase jawaban benar ≤50% pernyataan.

4) Dukungan keluarga adalah dukungan yang diberikan oleh

anggota keluarga seperti suami, anak dan keluarga terdekat

lainnya. Terdapat 4 pernyataan dan diukur dengan skala ordinal.

Dukungan rendah apabila suami/ anak/ keluarga terdekat tidak

memberikan dukungan seperti halnya tidak membantu

mencarikan informasi atau berdikusi tentang menopause serta

membantu istri yang akan menopause dengan prosentase

jawaban benar >50% pernyataan.

Dukungan tinggi apabila suami/ anak/ keluarga terdekat

memberikan perhatian, mencarikan informasi serta membantu

istri yang akan menopause dengan prosentase jawaban benar

≤50% pernyataan.

5) Aktifitas adalah kegiatan yang dilakukan oleh wanita yang akan

mengalami menopause diluar rumah. Terdapat 3 pernyataan dan

diukur dengan skala ordinal.

Aktifitas rendah apabila wanita tersebut tidak melakukan

kegiatan diluar rumah dengan prosentase jawaban benar >50%

pernyataan.

Aktifitas tinggi apabila wanita tersebut tetap aktif melakukan

kegiatan diluar rumah dengan prosentase jawaban benar ≤50%

(45)

F. Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan

jenis pertanyaan tertutup dimana responden hanya memilih alternatif

jawaban yang telah disediakan sesuai dengan petunjuk dengan tujuan

supaya lebih msudah mengarahkan jawaban responden (Notoatmodjo,

2010). Terdapat tiga kuesioner dalam penelitian ini yaitu kuesioner

demografi, kuesioner kesiapan menopause dan kuesioner faktor-faktor

kesiapan menghadapi menopause.

Pertama adalah kuesioner demografi, dimana kuesioner tersebut berisi

data-data personal responden, status pernikahan, agama, pendidikan, status

menopasue, penyakit kronis dan usia.

Kuesioner kedua peneliti menggunakan kuesioner kesiapan

menghadapi menopause milik Ismiyati (2010) dengan validitas dari 20

pernyataan gugur 5 menjadi 15 pernyataan dalam kuesioner tersebut terdiri

dari pernyataan kesiapan fisik, kesiapan psikologi dan kesiapan spiritual.

Kuesioner kesiapan menghadapi menopause untuk pernyataan positif, jika

jawaban “Ya” diberi skor 1 dan untuk jawaban “Tidak” diberi skor

0.Sedangkan untuk pernyataan negatif, jika jawaban “Ya” diberi skor 0 dan

untuk jawaban “Tidak” diberi skor 1. Nilai tertinggi adalah 100% dari 15

pernyataan. Dinyatakan tinggi jika responden berhasil menjawab > 50% dari

(46)

Kuesioner ketiga adalah kuesioner faktor-faktor kesiapan menghadapi

menopause yang merupakan milik Siskhairun (2006). Dari 17 pernyataan

setelah divalidasi gugur 3 pernytaan menjadi 14 perrnyataan. Kuesioner

faktor-faktor kesiapan menopause untuk pernyataan positif, jika jawaban

benar diberi skor 1 dan untuk jawaban salah diberi skor 0. Untuk faktor

pendidikan sudah tercantum pada kuesioner demografi.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pernyataan Kuesioner

No Variabel Indikator Butir Peryataan Jumlah 1 Kesiapan

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah.

2. Peneliti meminta izin kepada pihak Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (BAPPEDA) DIY.

3. Peneliti mendapatkan persetujuan dari pihak BAPPEDA untuk

melakukan penelitian di tempat yang dituju.

(47)

5. Peneliti meminta ijin pada pihak Kelurahan Patang Puluhan untuk

melakukan penelitian.

6. Peneliti menjelaskan prosedur penelitian pada pihak Kelurahan Patang

Puluhan.

7. Peneliti melakukan seminar proposal.

8. Peneliti mendapatkan persetujuan tentang proposalnya.

9. Melakukan uji etik penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

10. Peneliti melakukan validitas, reliabilitas dan penelitian ditempat yang

sudah ditentukan dan disetujui pehiak kampus dan badan penelitian.

H. Cara Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data

primer. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari

sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya (Marzuki, 2005).

Adapun langkah-langkanya sebagai berikut :

1. Peneliti menyiapkan dua asisten dengan melakukan briefing terlebih

dahulu.

2. Asisten berlatar belakang mahasiswa bebas.

3. Asisten bertugas membantu membagikan dan mengawasi jalannnya

pengisian kuesioner.

(48)

5. Peneliti beserta dua asisten datang pada tempat yang dilakukan atau

dipilih sebagai tempat penelitian yang bertempat di Kelurahan Patang

Puluhan.

6. Peneliti mengumpulkan responden di satu tempat dengan bantuan atau

koordinasi dengan pihak keluarahan dengan mengikuti kegiatan rutin

kelurahan setempat yaitu acara Pembinaan Kesejahteraan Keluarga

(PKK) tingkat RT. PKK adalah gerakan yang tumbuh dari bawah

dengan wanita sebagai motor/penggeraknya untuk membangun

keluarga sejahtera sebagai unit atau kelompok terkecil dalam

masyarakat.

7. Bagi ibu-ibu yang tidak mengikuti kegiatan PKK, peneliti melakukan

pendekatan dengan cara dor to dor.

8. Peneliti memperkenalkan diri kepada responden.

9. Peneliti menyampaikan tujuan dan proses dari penelitian ini.

10. Peneliti memilih respoden berdasarkan umur, status menopause, status

pernikahan serta riwayat penyakit reproduksi.

11. Peneliti menjelaskan kontrak waktu dan meminta ijin kepada

responden.

12. Peneliti membagikan kuesioner pada responden dengan bantuan

asisten dimana kuesioner sudan diberikan nomor.

13. Peneliti memberikan waktu 30 menit bagi responden untuk mengisi

kuesioner tersebut.

(49)

15. Peneliti mengoreksi kembali ada atau tidak kuesioner yang belum

terisi dengan lengkap, jika ada peneliti meminta responden untuk

mengisi dengan lengkap.

16. Peneliti berterima kasih dan berpamitan pada responden.

17. Peneliti melakukan pengolahan data.

I. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum kuesioner ini digunakan dilakukan uji validitas dan

reliabilitas instrumen.

1. Uji Validitas

Uji coba yang dilakukan pada responden paling sedikit 20 orang

yang mempunyai kriteria sebagi responden (Notoatmodjo, 2010).

Peneliti melakukan uji validitas di Desa Nulis Kecamatan Tamantirto

Kasihan dengan jumlah responden 30 orang pada bulan Februari

dengan alasan karakteristik responden hampir sama dengan

karakteristik responden penelitian. Prinsip validitas adalah

pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen

dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2007). Penelitian ini

menggunakan uji validitas dengan rumus Pearson Product Moment,

setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan setelah itu dilihat

penafsiran dari korelasinya (Hidayat, 2007).

Rumus Pearson Product Moment:

(50)

Keterangan :

Rxy = Koefisien korelasi

ΣXi = Jumlah skor item

Σyi = Jumlah skor total item

n = Jumlah responden

Tabel 3.2 Interpretasi Nilai r Validitas Menurut Arikunto

Nilai r Interpretasi

0,81-1,00 Sangat tinggi 1,61-0,80 Tinggi 0,41-0,60 Cukup 0,21-0,40 Rendah 0,00-0,20 Sangat rendah Sumber: Rahmiendah (2013)

Nilai Signifikasi yang diambil adalah p=0,05, maka valid jika r

≥0,05 dengan r tabel >0,361. Berdasarkan uji korelasi Pearson

Product Moment yang dilakukan di Dusun Nulis Tamantirto Kasihan

Bantul dari 20 pernyataan kuesioner kesiapan terdapat 5 pernyataan

yang tidak valid. Peneliti memilih tidak mencantumkan 5 pernyataan

tersebut karena bisa diwakilkan dengan pernyataan yang lainya yang

valid.

Dari 17 pernyataan kuesioner faktor-faktor setelah divalidasi

terdapat 3 pernyataan yang tidak valid dan peneliti menghilangkan

pernyataan yag tidak valid tersebut dengan alasan pernyataan tersebut

tidak begitu penting. Sehingga, terdapat 15 pernyataan kuesioner

kesiapan dan 14 pernyataan kuesioner faktor-faktor yang

(51)

2. Uji Realibilitas

Reliabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukkan sejauh

mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Uji

reliabilitas instrumen penelitian ini menggunakan reliability analysis

dengan teknik Alpha Cronbach menggunakan SPSS dimana Alpha

Cronbach memiliki rumus sebagai berikut:

r11 =

r11 = Koefisien reliabilitas instrumen yang dicari

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

= Jumlah variansi skor butir soal ke-i

i = 1, 2, 3, 4, …n

2 t

 = Variansi total

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai r Reliabelitas Menurut Arikunto

Nilai r Interpretasi

Penentuan instrumen yang digunakan dalam penelitian jika nilai

Cronbach’s Alpha ≥ konstanta (0,6) maka artinya pertanyaan tersebut

reliabel, sedangkan jika nilai Cronbach’s Alpha ≤ konstanta (0,6)

maka artinya pernyataan tersebut tidak reliabel (Riyanto, 2011).

2

(52)

Kuesioner pada penelitian ini untuk kuesioner kesiapan menopause

memiliki reliabel 0,754 dimana itu lebih dari 0,6 sehinggan kuesioner

kesiapan menopasue dikatakan reliabel. Kuesioner faktor-faktor

kesiapan menopause memiliki nilai r=0,720 dimana itu juga lebih dari

0,6 sehingga kuesioner faktor-faktor kesiapan dianggap reliabel.

J. Pengolahan dan Metode Analisa Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu bagian dari rangkaian

kegiatan penelitian setelah kegiatan pengumpulan (Notoatmodjo,

2010). Pengolahan data dalam penelitian ini meliputi :

a. Editing yaitu memastikan data atau kuesioner telah dikumpulkan

kembali dan sudah benar serta lengkap dari responden.

b. Coding data yaitu kegiatan pemberian kode pada jawaban atau

data yang telah terkumpul sehingga dapat memudahkan dalam

entry data. Untuk kedua kuesioner jika dijawab benar maka akan

diberikan kode 1 sedangkan jika salah maka diberi kode 0.

Pendidikan diberi kode dengan 1 untuk SD, 2 untuk SMP, 3

untuk SMA, 4 untuk Diploma dan 5 untuk Perguruan Tinggi.

Jumlah jawaban benar faktor pengetahuan > 50% maka diberi

kode tinggi, ≤50% maka diberi kode rendah, begitu juga dengan

faktor yang lainnya.

c. Entry data yaitu memasukan data yang telah diedit dengan

(53)

d. Scoring adalah pemberian skor pada setiap item kuesioner

tentang kesiapan menopause dan faktor-faktor kesiapan

menopause.

e. Processing, pengelohan data dengan memasukkandata dari

kuesioner ke paket program komputer, seperti paket program

SPSS for windows release.

2. Analisa Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah :

a. Analisa Univariat

Teknik analisa yang dilakukan untuk menampilkan

data dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase

berupa tabel masing-masing variabel penelitian yaitu,

variabel bebas terdiri dari dukungan keluarga, pengetahuan,

pendidikan, dan aktivitas fisik, sedangkan variabel terikat

yaitu kesiapan.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui

hubungan antara dua variabel yang meliputi variabel bebas

dan terikat, meliputi; kesiapan dengan pengetahuan,

kesiapan dengan pendidikan, kesiapan dengan agama,

kesiapan dengan budaya, kesiapan dengan dukungan

(54)

Uji yang direncanakan di proposal sebelumnya

adalah Chi-Square, namun ketika dilakukan uji tersebut

dengan SPSS hasilnya tidak memenuhi syarat, expected

count <5, sehingga uji statistik yang digunakan adalah uji

statistik nonparametrik dengan menggunakan Fisher

dengan tingkat kepercayaan 95%. Kemaknaan hasil

perhitungan statistik menggunakan batas kemaknaan 0,05

sehingga bila p<0,05 maka hasil perhitungan statistik

bermakna/signifikan dan jika niai p>0,05 maka hasil

perhitungan statistik tidak bermakna/tidak signifikan.

Untuk pengolahan variabel pendidikan dengan

kesiapan menopause peneliti menggunakan rumus

Spearman rank.

K. Etik Penelitian

Etika dalam keperawatan merupakan hal yang sangat penting karena

berhubungan dengan manusia secara langsung. Penelitian ini sudah

memiliki ijin etik dari komite etik FKIK UMY dengan nomor

148/EP-FKIK-UMY/IV/2016. Etik penelitian ini meliputi:

1. Informed Consent

Lembaran diberikan pada responden yang memenuhi kriteria

inklusi yang di dalamnya berisi persetujuan antara peneliti dengan

(55)

penelitian, tujuan penelitian dan jika responden menolak maka peneliti

tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.

2. Hak Kerahasiaan (right to privacy)

Responden memiliki hak untuk merahasiakan informasi atau

data yang telah diberikan responden. Hak kerahasiaan meliputi tanpa

nama (anonymity) serta kerahasiaan informasi ataupun masalah

(56)

42 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Patangpuluhan

Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta. Patangpuluhan sendiri

secara geografis terletak sekitar 3 km di sebelah barat daya pusat kota

Yogyakarta.

Kelurahan patang puluhan terdiri dari 3 RW yang dihuni 7524

Jiwa dimana kelurahan ini didominasi kaum perempuan sebanyak

3852 jiwa. Dengan jumlah wanita usia 40-44 tahun berjumlah 157

orang dengan status cerai hidup 40 orang, cerai meninggal 23 orang

dan belum menikah 11 orang. Warga Kelurahan Patangpuluhan

memiliki beragam kegiatan seperti arisan RT, PKK RT yang memiliki

jadwal masing-masing tiap RT serta Posyandu yang rutin

dilaksanakan rutin setiap bulannya.

Batas-batas wilayah Patangpuluhan untuk utara berbatasan

dengan Kelurahan Wirobrjan, timur dengan Kelurahan Gedongkiwo

Kecamatan Mantrijeron Yogyakarta, sedangkan sebelah selatan dan

(57)

2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah wanita yang

diklasifikasikan berdasarkan usia dan pendidikan terakhir. Terdapat 47

responden yang ikut serta dalam penelitian ini. Responden dalam

penelitian ini merupakan warga KelurahanPatangpuluhan yang berusia

40-44 tahun dan belum mengalami menopause. Karakteristik

responden dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Keluarahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta.

No Karakteristik F Presentase (%)

2 Pendidikan Terakhir

Lulus SD 5 10,6

Tabel 4.1 menunjukan karakteristik responden berdasarkan usia

terbanyak adalah usia 40 tahun dengan jumlah 16 orang (34%), usia

44 tahun dengan jumlah sebanyak 12 orang (25,5%), dan diikuti usia

paling sedikit adalah usia 41 tahun dan 42 tahun yang

masing-masing sebanyak 6 orang (12,8%). Responden dengan pendidikan

(58)

berjumlah 19 orang (40,4%) dan terdapat 2 kategori pendidikan

terakhir yang memiliki nilai sama yaitu SD dan Diploma yang

masing-masing 5 orang (10,6%).

3. Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden

Tabel 4.2 Karakteristik Tingkat Pengetahuan Responden di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016

Tingkat Pengetahuan F Presentase (%)

Rendah 3 6,4

Tinggi 44 93,6

Total 47 100

Sumber: Data Primer (2016)

Tabel 4.2 menjelaskan gambaran tingkat pengetahuan responden

di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta,

dimana kategori yang memiliki hasil yang banyak adalah kategori

tingkat pengetahuan tinggi berjumlah 44 orang (93,6%) dan sisanya 3

orang (6,4%) dalam kategori rendah.

4. Gambaran Tingkat Aktivitas Responden

Tabel 4.3 Karakteristik Tingkat Aktivitas Responden di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016

Tingkat Aktivitas F Presentase (%)

Rendah 8 17

Tinggi 39 83

Total 47 100

Sumber: Data Primer (2016)

Tabel 4.3 menunjukan gambaran tingkat aktivitas responden di

Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta,

(59)

aktivitas tinggi dengan jumlah 39 orang (83%) dan sisanya kategori

rendah 8 oran (17%).

5. Gambaran Tingkat Dukungan Keluarga Responden

Tabel 4.4 Karakteristik Tingkat Dukungan Keluarga Responden di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016

Tingkat Dukungan Keluarga F Presentase (%)

Rendah 7 14,9

Tinggi 40 85,1

Total 47 100

Sumber: Data Primer (2016)

Tabel 4.4 menunjukan gambaran tingkat dukungan keluarga

responden di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota

Yogyakarta, didapatkan kategori terbanyak adalah kategori tingkat

dukungan tinggi dengan jumlah 40 orang (85,1%) dan sisanya

kategori rendah 7 orang (14,9%).

6. Gambaran Tingkat Kesiapan Responden terhadap Menopause

Tabel 4.5 Karakteristik Tingkat Kesiapan Responden terhadap Menopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016

Sumber: Data Primer (2016)

Tabel 4.6 menunjukan karakteristik tingkat kesiapan responden

terhadap menopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan

Wirobrajan Kota Yogyakarta. Hasil menunjukan bahwa kategori

tingkat kesiapan tinggi yaitu 41 orang (87,2%) lebih banyak dari

kategori rendah yaitu 6 orang (12,8%).

Tingkat Kesiapan F Presentase (%)

Rendah 6 12,8

Tinggi 41 87,2

(60)

7. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kesiapan Menopause Tabel 4.6 Distribusi Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kesiapan

Menopause pada Wanita Premenopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016

Tabel 4.6 menjelaskan bahwa responden dalam penelitian ini

paling banyak terdapat pada tingkat pengetahuan tinggi dengan

kesiapan menopause yang juga tinggi sebanyak 40 orang (85,1%) dan

yang paling sedikit terdapat pada responden dengan tingkat

pengetahuan rendah namun kesiapan menopause tinggi yaitu 1 orang

(2,1%). Data tersebut diuji dengan menggunakan Fisher exact dan

didapatkan nilai p=0,039 dimana p<0,05 menunjukan adanya

hubungan antara tingkat pengetahuan responden dengan kesiapan

responden dalam menghadapi menopause.

8. Hubungan Tingkat Ativitas dengan Kesiapan Menopause

(61)

Tabel 4.7 menjelaskan bahwa responden dalam penelitiam ini

paling banyak terdapat pada tingkat aktivitas tinggi dengan kesiapan

menopause tinggi sebanyak 37 orang (78,7%) dan yang terendah

adalah responden pada kategori tingkat aktivitas rendah namun

memiliki kesiapan menopause yang tinggi yaitu sebanyak 2 orang

(4,3%). Data tersebut diuji dengan menggunakan Fisher exact dan

diapatkan nilai p=0,005dimana p<0,05 menunjukan adanya hubungan

antara tingkat aktivitas responden dengan kesiapan responden dalam

menghadapi menopause.

9. Hubungan Tingkat Dukungan Keluarga dengan Kesiapan

Menopause

Tabel 4.8 Distribusi Hubungan Tingkat Dukungan Keluarga dengan Kesiapan Menopause pada Wanita Premenopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016

Tabel 4.8 menjelaskan bahwa responden dalam penelitian ini

paling banyak terdapat pada tingkat dukungan keluarga tinggi dengan

kesiapan menopause tinggi yaitu sebanyak 37 orang (78,7%) dan yang

paling rendah tingkat dukungan keluarga tinggi namun kesiapan

menopause rendah dan tingkat dukungan keluarga rendah kesiapan

(62)

tersebut diuji dengan menggunakan Fisher exact dan diapatkan nilai

p= 0,035dimana p<0,05 menunjukan adanya hubungan antara tingkat

dukugan keluarga responden dengan kesiapan responden dalam

menghadapi menopause.

10. Hubungan Tingkat Pendidikan Terakhir dengan Kesiapan

Menopause

Tabel 4.9 Distribusi Hubungan Pendidikan Terakhir dengan Kesiapan Menopause pada Wanita Premenopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016

Variabel Koefesien Korelasi (r) p Value

Tingkat Pendidikan Akhir 0,508 0,000 Keisapan wanita

Premenopause dalam

Menghadapi Menopause

Sumber Data Primer (2016)

Tabel 4.9 menjelaskan distribusi hubungan pendidikan terakhir

dengan kesiapan menopause, dengan p=0,000dan r=0,0508. Nilai

Pvalue< 0,05 menunjukan adanya hubungan sehingga nilai p= 0,000

disini berarti menunjukan adanya hubungan antara pendidian terakhir

dengan kesiapan menopause yang signifikan. Nilai r=0,508

menunjukan jika kekuatan korelasi sedang dan arah korelasi positif.

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden di Kelurahan Patangpuluhan

Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta

Berdasarkan data yang diperoleh menurut usia dan status

(63)

diatas 40tahun. Menurut pendapat Rambulangi (2006) bahwa umur

seorang perempuan memasuki masa premenopause adalah antara

40-49 tahun. Dimana pada saat seorang perempuan memasuki usia

pertengahan empat puluhan, fungsi ovarium akan mulai menurun.

Sehingga menyebabkan kadar hormon dalam tubuh tidak seimbang,

yang akhirnya menyebabkan berbagai gangguan. Hal ini sejalan

dengan pernyataan Suheimi (2006) dalam Sari (2011) menyebutkan

bahwa masa premenopause wanita akan mengalami berbagai macam

keluhan seperti keluhan fisik dan psikologi.

Hasil data yang diperoleh berdasarkan tingkat pendidikan

terakhir responden terbanyak adalah SMA sebanyak 19 orang

(40,4%). Pada masa responden, pendidikan SMA merupakan

pendidikan yang sudah teramsuk tinggi dan juga untuk melanjutkan ke

jenjang yang lebih tinggi semisal diploma dan perguruan tinggi masih

belum penting untuk perempuan sehingga didapatlah pada penelitian

ini lebih banyak memiliki tingkat pengetahuan SMA. Sebagian besar

responden pada penelitian ini yang memiliki tingkat pengetahuan yang

tinggi adalah berpendidikan SMA. Disini dapat terlihat bahwa tingkat

pendidikan dapat berpengaruh pada tingkat pengetahuan seseorang.

Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010), bahwa

pendidikan sangat berhubungan dengan pengetahuan, semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah menerima

(64)

2. Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Menopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota

Yogyakarta

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai tingkat pengetahuan

responden yang paling banyak adalah responden dengan

berpengetahuan tinggi yaitu sebanyak 44 (93,6%) dan berpengetahuan

rendah sebanyak 3 orang (6,4%). Dari data tersebut dapat dilihat

bahwa lebih banyak responden yang memiliki tingkat pengetahuan

yang tinggi daripada responden yang memiliki tingkat pengetahuan

rendah.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Marni (2011) dengan sampel penelitiannya adalah wanita

premenopause usia 40-50 tahun yang ada di RT.004 RW.05

Kelurahan Sepanjang Jaya Kota Bekasi sebanyak 30 responden, yang

menunjukkan bahwa wanita yang memasuki masa premenopause

rata-rata memiliki pengetahuan baik sebanyak 7 (23,3%) responden dan

responden dengan kategori pengetahuan cukup tentang menopause

sebanyak 18 (60%) responden. Menurut peneliti, informasi yang

diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi

maka ia cenderung mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih

luas. Selain itu juga dipengaruhi oleh letak tempat tinggal dimana

(65)

dari pada di daerah pedesaan, sehingga pengetahuannya juga lebih

baik.

Responden mengetahui jika pengetahuan yang cukup tentang

menopause akan membantu menjalani kehidupan masa ini dan hal ini

bisa dilihat lebih dari setengah responden atau 33 orang (70,2%)

menjawab pernyataan kuesioner dengan benar. Sesuai dengan teori

Baziad (2008), setiap wanita yang akan memasuki masa menopause

harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang menopause agar

dapat menjalani masa tersebut dengan lebih tenang sehingga wanita

tersebut tidak mengalami kecemasan dan kesulitan dalam

menghadapinya.

Teori tersebut juga mendukung hal yang harus dihindari seperti

halnya stress atau depresi serta harus terus berpikir positif. Terdapat

42 orang (89,3%) responden mengetahui jika menghindari stress

dalam menghadapi menopause serta 40 orang (85,1%) yang selalu

berpikir positif maka masa menopause dapat dilalui dengan baik. Dari

hasil penelitian tersebut menandakan jika wanita premenopause yang

menjadi responden penelitian ini sudah mengetahui hal apa saja yang

harus dihindari agar dapat menjalani masa menopause dengan baik.

Selain tentang pengetahuan psikologis dalam menghadapi

menopause, penelitian ini juga mencakup pengetahuan dari segi fisik

seperti halnya olahraga. Olahraga itu sendiri sangat penting bagi

(66)

responden mengetahui jika olahraga sangat penting. Pengetahuan dari

segi fisik lainya adalah dari segi makanan, dimana pada usia

premenopause, menjaga keseimbangan gizi sangat penting. Dari

penelitian ini didapatkan semua responden mengetahui jika makanan

bergizi adalah makanan yang terhidar dari zat kimia. Hal ini sejalan

dengan Indriani (2007), yang menyatakan jika gejala menopause

dapat dikurangi dengan cara menghindari pola hidup sembarangan,

olahraga dengan teratur, memenuhi gizi seimbang serta selalu berpikir

positif.

3. Tingkat Aktivitas Responden pada Masa Menopause di

Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota

Yogyakarta

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai tingkat aktivitas

responden didapatkan tingkat aktivitas repsonden dengan kategori

tinggi lebih dominan yaitu dengan perolehan 39 orang (83%)

sedangkan sisanya 8 orang (17%) memiliki tingkat aktivitas rendah.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa lebih banyak responden yang

memiliki tingkat aktivitas tinggi daripada responden yang memiliki

tingkat aktivitas rendah.

Sebagian besar responden mengetahui jika menopause bukanlah

penghalang untuk beraktivitas, melainkan harus tetap beraktivitas.

Berdasarkan data yang diperoleh dari 47 responden ditemukan bahwa

(67)

wanita menopause tidak harus berhenti bekerja/beraktivitas.

Sebenarnya, pada saat umur semakin bertambah masih diperlukan

informasi dan edukasi yang tepat agar bisa menerima proses penuaan

yang dialaminya dengan baik. Misalnya dengan tetap aktif mengikuti

dalam pertemuan-pertemuan kajian agama, menyibukkan diri dengan

kegiatan social, dsb (Indriani, 2007).

Menopause merupakan kejadian sesaat yaitu dimana pendarahan

haid terakhir. Seharusnya, menopause bukanlah momok menakutkan

yang dapat mengurangi keterampilan atau kecerdasan seseorang. Pada

penelitian ini terdapat 8 orang (17,1%) masih beranggapan jika

menopause dapat mengganggu aktivitas dan kinerjanya, sisanya

sebanyak 39 (82,9%) beranggapan jika menopause tidak mengganggu.

Hal ini sejalan dengan penelitian Puspitasari (2008), dengan

responden wanita premenopause usia 40-45 tahun yang menunjukan

jika 75% wanita yang mengalami menopause masih merasakan jika

menopause merupakan masalah atau gangguan, sedangkan 25%

lainnya tidak mempermasalahkannya. Peneliti berpendapat masih

adanya wanita yang menganggap menopause adalah hal yang

mengganggu maka masih banyak wanita yang belum dapat menerima

dengan baik masa menopause.

4. Tingkat Dukungan Keluarga Responden di Kelurahan

Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta

Berdasarkan data yang didapat pada penelitian ini, dukungan

(68)

keluarga yang tinggi yaitu sebanyak 40 orang (85,1%) dan sisanya 7

orang (14,9%) tingkat dukungan keluarga rendah. Pada penelitian ini

dukungan keluarga mencakup beberapa hal, seperti halnya dukungan

suami atau keluarga dalam menanggapi perubahan tubuh sang istri

serta waktu yang tersedia untuk berdiksusi masalah kesehatan terkait

apa yang harus disiapkan menjelang menopause.

Penelitian ini menunjukkan bahwa banyak suami responden

yang tidak mencarikan informasi tentang menopause yaitu sebanyak

26 orang (55,3%) dan sisanya 21 orang suami mencarikan informasi

tentang menopause (44,7%). Menurut Bobak, Lowdermilk dan Jensen

(2005), keberhasilan penyesuaian diri dalam menghadapi suatu

kecemasan dapat dipengaruhi oleh adanya sistem pendukung dari

seseorang. Sistem pendukung utama bagi seorang wanita menopause

adalah suami. Suami merupakan pendukung utama dalam memberikan

motivasi dan semangat bagi wanita yang akan mengalami menopause.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nurlaily (2008) tentang hubungan antara dukungan suami terhadap

tingkat kecemasan perempuan menopause dengan karakteristik

responden wanita usia premenopause 40-45, menunjukkan hasil

semakin tinggi dukungan positif yang diberikan suami, maka semakin

rendah tingkat kecemasan perempuan menopause. Kecemasan sendiri

merupakan menandakan ketidaksiapan perempuan dalam menghadapi

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pernyataan Kuesioner
Tabel 3.2 Interpretasi Nilai r Validitas Menurut Arikunto
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai r Reliabelitas Menurut Arikunto
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Keluarahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENOPAUSE PADA WANITA DI KELURAHAN TITI PAPAN KOTA MEDAN TAHUN

Tingkat pengetahuan menopause pada wanita yang menghadapi masa klimakterium di Desa Kampung Islam Kusamba menunjukkan bahwa dari 60 orang wanita yang memasuki masa klimakterium

Berdasarkan hasil survei pendahuluan di Desa Sinabang didapatkan mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang menopause, Sikap ibu dalam menghadapi masa menopause kurang baik,

sini adalah perdarahan yang keluar dari vagina. Tidak seperti menstruasi yang datangnya teratur, perdarahan yang terjadi pada wanita menopause tidak teratur. Gejala

Wanita memasuki masa menopause mengalami kecemasan fisik di Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota Padang sebanyak 85% pada kategori tinggi.. Wanita memasuki

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Tingkat pengetahuan ibu premenopause sebelum diberikan penyuluhan tentang menopause di

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan pada wanita yang menjelang menopause di Kelurahan Pakuncen RW 05

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kesiapan ibu dalam menghadapi menopause di Dusun Krandon Malangan Sumberagung Moyudan