• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Cemaran Mikroba Pada Kembang Gula Lunak Bukan Jelly

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Cemaran Mikroba Pada Kembang Gula Lunak Bukan Jelly"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

UJI CEMARAN MIKROBA PADA KEMBANG GULA LUNAK

BUKAN JELLY

TUGAS AKHIR

OLEH:

INDIRA NATASYA

NIM 122410019

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah

SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan

pengetahuan, kekuatan, kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas akhir ini berjudul “Uji Cemaran Mikroba Pada Kembang Gula Lunak Bukan Jelly”. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Diploma

III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,

penulis tidak akan dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya.

Untuk itu penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada

berbagai pihak antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., sebagai Wakil Dekan I Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara juga sebagai Dosen Penasehat Akademis

yang telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis dalam hal

akademis setiap semester.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., sebagai Ketua Program

Studi Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi

(4)

4. Ibu

Akhir yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis

dalam penyusunan tugas akhir ini.

5. Bapak Drs. M. Alibata Harahap, Apt., M.Kes., sebagai Kepala Balai Besar

POM (BBPOM) di Medan.

6. Ibu Lambok Oktavia SR, S.Si., M.Kes., Apt., sebagai Manajer Mutu di Balai

Besar POM (BBPOM) di Medan yang memberikan izin tempat pelaksanaan

Praktek Kerja Lapangan (PKL).

7. Ibu Lucy Rahmadesi, S.Farm., Apt., sebagai Koordinator Pembimbing

Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Besar POM (BBPOM) di Medan.

8. Ibu Novita Saragih, S. Farm., Apt., sebagai pembimbing lapangan yang telah

banyak membantu penulis dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL)

di Balai Besar POM di Medan.

9. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staf Fakultas Farmasi USU.

10. Teman-teman mahasiswa dan mahasiswi Program Studi D-III Analis Farmasi

dan Makanan angkatan 2012 yang telah banyak memberikan bantuan dan

dukungan dalam penulisan tugas akhir ini.

11. Serta pihak–pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak tercantum

namanya.

Dengan segala ketulusan hati penulis ingin menyampaikan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yaitu ayahanda Ir. Ishar Evan

(5)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini masih memiliki

kekurangan, serta dalam penulisan maupun penyajian dalam tulisan ini masih jauh

dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis

menerima serta sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun

demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Medan, Mei 2015

Penulis,

(6)

UJI CEMARAN MIKROBA PADA KEMBANG GULA LUNAK BUKAN JELLY

ABSTRAK

Menurut Standar Nasional Indonesia, kembang gula lunak bukan jelly merupakan kembang gula yang terbuat dari lemak, gelatin, emulsifier dan lain-lain. Karena sifat organiknya, pangan mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme yang apabila kontaminasi oleh mikroorganisme tersebut tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan penyakit jika dikonsumsi oleh manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk memeriksa cemaran mikroba yang terdapat pada kembang gula lunak bukan jelly dan membandingkan hasil yang diperoleh dengan persyaratan SNI yang berlaku.

Parameter yang digunakan untuk uji cemaran mikroba pada kembang gula lunak bukan jelly adalah uji Angka Lempeng Total (ALT) yang diamati selama 2 hari, uji Angka Kapang Khamir (AKK) yang diamati pada hari ke-3 dan ke-6 dan uji Angka Paling Mungkin (APM) Coliform yang diamati selama 2 hari.

Hasil ALT yang diperoleh yaitu 4,5x101 koloni/gram, hasil AKK yang diperoleh yaitu 11x101 koloni/gram dan hasil APM Coliform yaitu < 3 APM/gram.

Persyaratan SNI pada kembang gula lunak bukan jelly untuk ALT yaitu maksimal 5x102 koloni/gram, untuk AKK yaitu maksimal 2x102 koloni/gram dan untuk APM Coliform yaitu maksimal 3 APM/gram. Hasil yang diperoleh memenuhi persyaratan SNI yang berlaku, sehingga kembang gula lunak bukan jelly aman untuk dikonsumsi.

(7)
(8)

2.4.1 Angka Lempeng Total (ALT)... 9

2.4.2 Angka Kapang Khamir (AKK) ... 9

2.4.3 Angka Paling Mungkin (APM) Coliform ... 9

2.5 Analisa Kuantitatif Mikrobiologi Pada Bahan Pangan ... 10

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Syarat Mutu Kembang Gula Lunak ... 9

Tabel 2.2 Tabel Angka Paling Mungkin Metode 3 Tabung... 12

Tabel 3.1 Pembuatan Media ... 14

Tabel 4.1 Hasil Pengujian ... 19

Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian Angka Lempeng Total ... 20

Tabel 4.3 Data Hasil Pengujian Angka Kapang Khamir ... 20

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Keterangan Sampel ... 27

Lampiran 2. Perhitungan ... 28

(12)

UJI CEMARAN MIKROBA PADA KEMBANG GULA LUNAK BUKAN JELLY

ABSTRAK

Menurut Standar Nasional Indonesia, kembang gula lunak bukan jelly merupakan kembang gula yang terbuat dari lemak, gelatin, emulsifier dan lain-lain. Karena sifat organiknya, pangan mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme yang apabila kontaminasi oleh mikroorganisme tersebut tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan penyakit jika dikonsumsi oleh manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk memeriksa cemaran mikroba yang terdapat pada kembang gula lunak bukan jelly dan membandingkan hasil yang diperoleh dengan persyaratan SNI yang berlaku.

Parameter yang digunakan untuk uji cemaran mikroba pada kembang gula lunak bukan jelly adalah uji Angka Lempeng Total (ALT) yang diamati selama 2 hari, uji Angka Kapang Khamir (AKK) yang diamati pada hari ke-3 dan ke-6 dan uji Angka Paling Mungkin (APM) Coliform yang diamati selama 2 hari.

Hasil ALT yang diperoleh yaitu 4,5x101 koloni/gram, hasil AKK yang diperoleh yaitu 11x101 koloni/gram dan hasil APM Coliform yaitu < 3 APM/gram.

Persyaratan SNI pada kembang gula lunak bukan jelly untuk ALT yaitu maksimal 5x102 koloni/gram, untuk AKK yaitu maksimal 2x102 koloni/gram dan untuk APM Coliform yaitu maksimal 3 APM/gram. Hasil yang diperoleh memenuhi persyaratan SNI yang berlaku, sehingga kembang gula lunak bukan jelly aman untuk dikonsumsi.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Setiap bahan pangan selalu mengandung mikroba yang jumlah dan

jenisnya berbeda. Beberapa jenis mikroba yang banyak terdapat dalam bahan

pangan adalah bakteri, kapang dan khamir (Djarijah, 1997).

Semua pangan, semula merupakan jaringan hidup dan berasal dari bahan

organik. Karena sifat organiknya, pangan mudah mengalami peruraian atau

kerusakan oleh mikroorganisme (Gaman, 1992).

Keracunan pangan adalah suatu penyakit yang disebabkan karena

memakan makanan yang berbahaya atau terkontaminasi. Gejala yang paling

umum adalah sakit perut, muntah dan diare (Gaman, 1992).

Keracunan pangan secara biologik disebabkan karena memakan makanan

yang mengandung substansi yang terdapat secara alami dan bersifat

membahayakan. Kasus keracunan pangan paling umum disebabkan oleh bakteri

(Gaman, 1992).

Kontaminasi mikroorganisme pada pangan yang tidak memenuhi syarat

dapat menimbulkan penyakit apabila dikonsumsi oleh manusia seperti demam,

diare, keracunan dan yang lebih membahayakan apabila pangan tersebut tercemar

oleh mikroorganisme patogen yang dapat berakibat fatal pada yang

mengonsumsinya. Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk

(14)

pengujian dilakukan selama penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan.

Uji cemaran mikroba pada kembang gula lunak bukan jelly dilakukan

dengan metode Angka Lempeng Total (ALT), Angka Kapang Khamir (AKK) dan

Angka Paling Mungkin (APM) Coliform karena merupakan parameter uji yang

telah ditetapkan oleh Dirjen POM.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui apakah Angka Lempeng Total (ALT) dalam kembang

lunak bukan jelly memenuhi persyaratan berdasarkan Standar Nasional

Indonesia.

2. Untuk mengetahui apakah Angka Kapang Khamir (AKK) dalam kembang

lunak bukan jelly memenuhi persyaratan berdasarkan Standar Nasional

Indonesia.

3. Untuk mengetahui apakah Angka Paling Mungkin (APM) Coliform dalam

kembang gula lunak bukan jelly memenuhi persyaratan berdasarkan

Standar Nasional Indonesia.

1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari uji cemaran mikroba pada kembang gula

lunak bukan jelly adalah untuk memberikan informasikan pada masyarakat

apakah makanan tersebut layak untuk dikonsumsi berdasarkan syarat yang telah

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikrobiologi

Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme.

Mikroorganisme itu sangat kecil, biasanya bersel tunggal, secara individual tidak

dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme hanya dapat dilihat dengan

bantuan mikroskop. Mereka tersebar luas di alam dan dijumpai pula pada pangan.

Beberapa diantaranya, jika terdapat jumlah yang cukup banyak dapat

menyebabkan keracunan makanan. Mikroorganisme merupakan penyebab utama

merosotnya mutu pangan, misalnya kerusakan pangan. Namun demikian tidak

semua mikroorganisme berperanan penting dalam semua bentuk kehidupan,

karena mereka dapat memecah bahan organik kompleks dan mengembalikan

unsur hara ke dalam tanah. Mikroorganisme juga dipergunakan oleh manusia

untuk memproduksi beberapa jenis makanan, misalnya roti dan yogurt (Gaman,

1992).

Walaupun beberapa pengaruh yang ditimbulkan oleh mikroorganisme

telah diketahui dan dimanfaatkan selama ribuan tahun, tetapi baru 300 tahun yang

lalu organisme-organisme mikroskopik terlihat dan dipelajari pertama kali. Pada

tahun 1675 seorang pengasah lensa berkebangsaan Jerman, Van Leewenhoek,

membuat sebuah mikroskop dengan kualitas lensa yang cukup baik, sehingga dia

bisa mengamati mikroorganisme yang terdapat pada berbagai bahan, seperti pada

(16)

itu. Baru setelah hampir 200 tahun berikutnya, seorang Perancis, Louis Pasteur,

mempelajari proses fermentasi dan menunjukkan bahwa mikroorganisme lah

penyebab rasa asam yang tidak dikehendaki pada beberapa jenis anggur (Gaman,

1992).

2.1.1 Mikrobiologi Pangan

Bahan makanan merupakan medium pertumbuhan yang baik bagi berbagai

macam mikroba. Mikroba dapat membusukkan protein, memfermentasikan

karbohidrat dan menjadikan lemak atau minyak berbau tengik. Keberadaan

mikroba pada makanan ada yang tidak berbahaya bagi manusia, beberapa mikroba

mengakibatkan kerusakan pangan, menimbulkan penyakit dan menghasilkan

racun (Waluyo, 2007).

Dalam upaya pencegahan kerusakan pangan, pertumbuhan

mikroorganisme harus dicegah. Ini dapat dicapai dengan menghilangkan satu atau

lebih kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Salah satu

metode pengawetan pangan yaitu dengan menggunakan pengawet, bahan ini tidak

membunuh semua mikroorganisme, tetapi menghambat pertumbuhannya dan

menunda kerusakan pangan (Gaman, 1992).

2.2Mikroorganisme

Mikroorganisme tersebar luas di alam lingkungan, dan sebagai akibatnya

produk pangan jarang sekali yang steril dan umumnya tercemar oleh berbagai

(17)

juga sebagai sumber makanan bagi perkembangan mikroorganisme (Buckle,

1985).

2.2.1 Bakteri

Mungkin kelompok mikroorganisme yang paling penting dan beraneka

ragam, yang berhubungan dengan makanan dan manusia adalah bakteri. Adanya

bakteri dalam bahan pangan dapat mengakibatkan pembusukan yang tidak

diinginkan atau menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui makanan atau

dapat melangsungkan fermentasi yang menguntungkan (Buckle, 1985).

Perkembangbiakan bakteri dalam makanan ditentukan oleh keadaan

lingkungan serta temperatur yang cocok selain ketersediaan zat gizi sebagai

sumber makanan. Faktor yang menyokong perkembangbiakan organisme tersebut

adalah temperatur, waktu, kelembapan, oksigen, pH dan cahaya (Arisman, 2008).

Sumber

Bakteri terdapat secara luas di lingkungan alam yang berhubungan dengan

hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, air dan tanah (Buckle, 1985).

Mereka dijumpai di udara, air dan tanah, dalam usus binatang, pada

lapisan yang lembab pada mulut, hidung atau tenggorokan, pada permukaan tubuh

atau tumbuhan (Gaman, 1992).

Penyakit yang Ditimbulkan

Penyakit menular yang cukup berbahaya yang disebabkan oleh bakteri

yaitu tipes, kolera, disentri, tbc dan poliomilitis dengan mudah disebarkan melalui

(18)

2.2.2 Khamir

Khamir adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara 5 dan

20 mikron. Biasanya berukuran 5 sampai 10 kali lebih besar dari bakteri (Buckle,

1985).

Khamir adalah fungi bersel tunggal sederhana; kebanyakan bersifat

saprofitik dan biasanya tumbuh pada pangan asal tanaman. Sel khamir dapat

berbentuk lonjong, bentuk batang atau bulat. Berukuran lebih besar dari bakteri

dan dengan mikroskop perbesaran kuat, intinya dapat dilihat dengan jelas

(Gaman, 1992).

Sumber

Khamir terutama merupakan organisme yang bersifat saprofitik terdapat

pada daun-daun, bunga-bunga dan eksudat dari tanaman. Serangga bertindak

sebagai perantara memindahkan khamir dari satu tanaman ke tanaman lainnya.

Khamir dapat diisolasi dari tanah, tetapi cenderung untuk tidak berkembang

subur, populasinya dipenuhi oleh khamir yang terdapat pada buah-buahan atau

daun-daun yang membusuk. Lingkungan yang bergula dan pH rendah seperti

buah-buahan dan sirup merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan khamir

(Buckle, 1985).

Penyakit yang Ditimbulkan

Khamir tidak berperan dalam penyakit yang ditularkan melalui pangan

(19)

2.2.3 Kapang

Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen dan

pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang

berserabut seperti kapas (Fardiaz, 1992).

Sumber

Kapang berlawanan dengan bakteri dan khamir, seringkali dapat dilihat

dengan mata. Sifat pertumbuhan yang khas adalah berbentuk kapas dan biasanya

terlihat pada kertas-kertas koran yang basah, kulit-kulit yang sudah usang, dinding

basah, buah-buahan yang membusuk dan bahan pangan lain seperti keju dan selai.

Pertumbuhannya dapat berwarna hitam, putih atau berbagai macam warna

(Buckle, 1985).

Penyakit yang Ditimbulkan

Beberapa kapang dapat menyebabkan karsinogenik (menyebabkan kanker)

yang berbahaya bagi manusia dan hewan (Djarijah, 1997).

Beberapa kapang dapat langsung bersifat patogenik dan menyebabkan

penyakit tanaman dan manusia. Beberapa kapang merupakan penyebab berbagai

infeksi pernafasan dan kulit pada manusia (Buckle, 1985).

2.2.4 Bakteri Coliform

Bakteri Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai

indikator pencemaran terhadap air. Adanya bakteri Coliform di dalam air

menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat

enteropatogenik (bakteri penyebab diare) atau toksigenik yang berbahaya bagi

(20)

terbentuknya gas pada tabung durham setelah diinkubasi dengan media yang

sesuai (Fardiaz, 1993).

2.3 Kembang Gula

Kembang gula atau permen adalah jenis makanan selingan yang berbentuk

padat dibuat dari gula atau pemanis lainnya atau campuran gula dengan pemanis

lain, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain yang lazim (SNI, 2008).

Kembang gula lunak bukan jelly adalah kembang gula bertekstur lunak,

yang diproses sedemikian rupa dan biasanya dicampur dengan lemak, gelatin,

emulsifier dan lain-lain sehingga dihasilkan produk yang cukup keras untuk

dibentuk namun cukup lunak untuk dikunyah dalam mulut sehingga setelah

adonan masak dapat langsung dibentuk dan dikemas dengan atau tanpa perlakuan

aging (SNI, 2008).

Kestabilan terhadap mikroorganisme dari produk-produk ini adalah karena

padatan terlarut yang tinggi sebagai hasil pemberian sirup dan dehidrasi

selanjutnya dari jaringan-jaringan yang mengandung gula (Buckle, 1985).

Kerusakan Produk-produk Permen Kerusakan Mikroorganisme

Coklat dan produk-produk permen biasanya tidak peka terhadap serangan

organisme perusak karena berkadar air rendah. Kapang dapat juga tumbuh jika

misalnya terjadi pengembunan air pada produk karena perubahan suhu yang besar

(21)

2.4 Metode-metode yang Digunakan 2.4.1 Angka Lempeng Total (ALT) Prinsip

Pertumbuhan bakteri mesofil aerob setelah contoh diinkubasikan dalam

pembenihan yang sesuai selama 48 jam pada suhu 35o C ± 1o C (SNI, 2008).

2.4.2 Angka Kapang Khamir (AKK) Prinsip

Pertumbuhan kapang khamir dalam media yang sesuai, setelah

diinkubasikan pada suhu 25o C ± 1o C selama 5 hari (SNI, 2008).

2.4.3 Angka Paling Mungkin (APM) Coliform Prinsip

Pertumbuhan bakteri Coliform ditandai dengan terbentuknya gas pada

tabung Durham yang diikuti dengan uji biokimia apabila hasil positif mengandung

Coliform (SNI, 2008).

Tabel 2.1 Syarat Mutu Kembang Gula Lunak

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan Bukan Jelly Jelly 1. Angka Lempeng Total koloni/g Maks. 5 x 102 Maks. 5 x 104

2. APM Coliform APM/g Maks. 20 Maks. 20

3. E. coli APM/g < 3 < 3

4. Salmonella sp Negatif/25 g Negatif/25 g

5. Staphylococcus aureus koloni/g Maks. 1 x 102 Maks. 1 x 102

(22)

2.5 Analisa Kuantitatif Mikrobiologi Pada Bahan Pangan

Prosedur-prosedur mikrobiologis untuk pemeriksaan bahan makanan

memanfaatkan teknik-teknik mikroskopis dan metode pembiakan.

Bermacam-macam media selektif dan diferensial digunakan secara ekstensif untuk

memudahkan isolasi dan penghitungan tipe-tipe mikroorganisme tertentu. Macam

pemeriksaan yang dilakukan ditentukan oleh tipe produk pangan yang akan

diperiksa dan tujuan pemeriksaan (Pelczar, 1988).

Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan

untuk mengetahui mutu bahan pangan dan menghitung proses pengawetan yang

akan diterapkan pada bahan pangan tersebut. Beberapa cara dapat digunakan

untuk menghitung atau mengukur jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau

bahan yaitu:

1. Hitungan Cawan

Metode ini merupakan metode penghitungan jumlah sel tampak (visible)

dan didasarkan pada asumsi bahwa bakteri hidup akan tumbuh, membelah dan

memproduksi satu koloni tunggal. Satuan penghitungan yang dipakai adalah cfu

(colony forming unit) dengan cara membuat seri pengenceran sampel dan

menumbuhkan sampel pada media padat. Pengukuran dilakukan pada plate

dengan jumlah koloni berkisar 25-250 atau 30-300 (Pratiwi, 2008).

Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jika sel jasad renik yang masih

hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan

(23)

2. Metode MPN (Most Probable Number)

Berbeda dengan hitungan cawan dimana digunakan medium padat, dalam

metode MPN digunakan medium cair di dalam tabung reaksi, dimana perhitungan

dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh

jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung

yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan, atau

terbentuknya gas di dalam tabung kecil (tabung Durham) yang diletakkan pada

posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas. Untuk setiap pengenceran

pada umumnya digunakan tiga atau lima seri tabung. Lebih banyak tabung yang

digunakan menunjukkan ketelitian yang lebih tinggi, tetapi alat gelas yang

digunakan juga lebih banyak (Fardiaz, 1992).

Dalam metode MPN, pengenceran harus dilakukan lebih tinggi daripada

pengenceran dalam hitungan cawan, sehingga beberapa tabung yang berisi

medium cair yang diinokulasikan dengan larutan hasil pengenceran tersebut

mengandung satu sel jasad renik, beberapa tabung mungkin mengandung lebih

dari satu sel, sedangkan tabung lainya tidak mengandung sel. Dengan demikian,

setelah inkubasi diharapkan terjadi pertumbuhan pada beberapa tabung, yang

dinyatakan sebagai tabung positif, sedangkan tabung lainnya negatif (Fardiaz,

1992).

Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung jumlah jasad renik di

dalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh

berbentuk padat dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari contoh

(24)

Tabel 2.2 Tabel Angka Paling Mungkin (APM) Metode Tiga Tabung

Jumlah Tabung Postif MPN/g Batas Kepercayaan 0,1 0,01 0,001 Terendah Tertinggi

(25)

BAB III METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Pengujian

Pengujian cemaran mikroba pada kembang gula lunak bukan jelly

dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Balai Besar Pengawas Obat dan

Makanan (BBPOM) di Medan yang berada di Jalan Willem Iskandar, Pasar V

Barat I No. 2 Medan pada tanggal 10 Februari 2015 s/d 16 Februari 2015.

3.2 Alat

Alat yang digunakan adalah alat-alat gelas, autoklaf, cawan petri,

inkubator, laminar air flow, mixer, oven, pipet volume, tabung durham dan

timbangan analitik.

3.3 Bahan

Bahan yang digunakan adalah Buffered Pepton Water (BPW),

kloramfenikol, Mac Conkey Broth (MCB), Pepton Dilution Fluid (PDF), Pepton

Dilution Agar (PDA), Plate Count Agar (PCA), dan TTC (Tryphenyltetrazolium

Chloride).

3.4 Sampel

Sampel yang digunakan adalah kembang gula lunak bukan jelly yang

(26)

3.5 Pereaksi

Pereaksi yang digunakan adalah TTC (Triphenyltetrazolium Chloride)

sebanyak 1% dari jumlah media PCA dan kloramfenikol sebanyak 0,01% dari

jumlah media PDA.

3.6 Prosedur Kerja 3.6.1 Sterilisasi Alat

1. Dicuci bersih alat dengan merendamnya di dalam air sabun selama 24 jam,

kemudian dibilas.

2. Dikeringkan alat.

3. Dibungkus dengan kertas perkamen lalu disterilisasi kering (untuk alat-alat

gelas) dengan menggunakan oven pada suhu 170o C selama 4 jam

sedangkan yang memerlukan sterilisasi basah (untuk media serta

bahan-bahan lainnya) disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121o

C selama 3 jam.

3.6.2 Pembuatan Media

Pembuatan media yang digunakan untuk seluruh parameter dalam

pengujian yaitu:

Tabel 3.1 Pembuatan Media

Nama Media Berat (gram) Aquadest (ml)

Potato Dextrose Agar

(PDA)

3 1000

(27)

Peptone Dilution Fluid

(PDF)

1 1000

Mac Conkey Broth

(MCB)

35 1000

1. Ditimbang serbuk media lalu masukkan ke dalam erlenmeyer.

2. Dilarutkan dengan aquadest.

3. Ditambahkan kloramfenikol sebanyak 0,01 gram untuk 100 ml PDA dan

ditambahkan TTC sebanyak 1% dari jumlah media PCA.

4. Ditutup ujung erlenmeyer dengan menggunakan pendopol, lalu

dihomogenkan.

5. Dipanaskan media hingga agak mengental.

6. Disterilisasi media dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121o C

selama 3 jam.

3.6.3 Angka Lempeng Total (ALT)

Homogenisasi Sampel

Dengan cara aseptik ditimbang 25 gram sampel dan dimasukkan ke dalam

pengencer besar yaitu BPW sebanyak 225 ml di dalam erlenmeyer, kemudian

dihomogenkan sehingga diperoleh suspensi dengan pengenceran 10-1.

Pengenceran

Disiapkan satu tabung yang telah diisi dengan 9 ml BPW. Hasil dari

homogenisasi pada penyiapan sampel yang merupakan pengenceran 10-1 dipipet

sebanyak 1 ml ke dalam tabung tersebut kemudian dihomogenkan hingga

(28)

Inokulasi dan Inkubasi

Dari setiap pengenceran dipipet 1 ml ke dalam cawan petri yang sudah

steril, dibuat duplo dan disiapkan cawan petri berisi media saja sebagai kontrol.

Ke dalam setiap cawan petri dituangkan 15 ml media PCA yang telah

ditambahkan TTC sebanyak 1% suhu ± 45o C. Cawan petri segera digoyang dan

diputar sedemikian rupa hingga suspensi tersebar merata, biarkan hingga memadat

kemudian diinkubasi pada suhu 35 – 37o C selama 24 – 48 jam dengan posisi

dibalik.

Pengamatan

Setiap 24 jam koloni yang tumbuh di cawan petri diamati dan dihitung

jumlah koloninya.

3.6.4 Angka Kapang Khamir (AKK)

Homogenisasi Sampel

Dengan cara aseptik ditimbang 25 gram sampel dan dimasukkan ke dalam

pengencer besar yaitu PDF sebanyak 225 ml di dalam erlenmeyer, kemudian

dihomogenkan sehingga diperoleh suspensi dengan pengenceran 10-1.

Pengenceran

Disiapkan satu tabung yang telah diisi dengan 9 ml PDF. Hasil dari

homogenisasi pada penyiapan sampel yang merupakan pengenceran 10-1 dipipet

sebanyak 1 ml ke dalam tabung tersebut kemudian dihomogenkan hingga

(29)

Inokulasi dan Inkubasi

Dari setiap pengenceran dipipet 0,5 ml ke dalam cawan petri yang telah

diisi dengan media PDA + kloramfenikol, dibuat duplo dan disiapkan cawan petri

berisi PDA + kloramfenikol sebagai kontrol. Cawan petri segera digoyang dan

diputar sedemikian rupa hingga suspensi tersebar merata kemudian diinkubasi

pada suhu 20 - 25o C dan diamati pada hari ketiga dan keenam.

Pengamatan

Pada hari ketiga dan keenam koloni kapang dan khamir yang tumbuh di

cawan petri diamati dan dihitung. Koloni kapang seperti kapas atau bulat dengan

berbagai warna, permukaan kasar dan koloni khamir memiliki bentuk bulat kecil,

putih, hampir menyerupai bakteri.

3.6.5 Angka Paling Mungkin (APM) Coliform

Homogenisasi Sampel

Dengan cara aseptik ditimbang 25 gram sampel dan dimasukkan ke dalam

pengencer besar yaitu PDF sebanyak 225 ml di dalam erlenmeyer, kemudian

dihomogenkan sehingga diperoleh suspensi dengan pengenceran 10-1.

Pengenceran

Disiapkan dua tabung yang telah diisi dengan 9 ml MCB. Dipipet 1 ml

dari pengenceran 10-1 lalu dibuat pengenceran sampai 10-3 kedalam tabung reaksi

yang telah berisi 9 ml PDF, lalu dihomogenkan. Untuk setiap pengenceran

disiapkan 3 tabung reaksi berisi 9 ml MCB. Ke dalam tiap tabung dari

masing-masing seri dimasukkan 1 ml suspensi pengencer lalu masukkan tabung durham

(30)

Pengamatan

Setelah 24 jam diamati adanya gas yang terbentuk dalam tiap tabung,

kemudian inkubasi dilanjutkan hingga 48 jam dan dicatat tabung-tabung yang

(31)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan pengujian yang dilakukan yaitu uji cemaran mikroba pada

kembang gula lunak bukan jelly diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Hasil pengujian Angka Lempeng Total (ALT) untuk kembang gula lunak

bukan jelly adalah 4,5 x 101 koloni/g (memenuhi syarat).

2. Hasil pengujian Angka Kapang Khamir (AKK) untuk kembang gula lunak

bukan jelly adalah 11 x 101 koloni/g (memenuhi syarat).

3. Hasil pengujian Angka Paling Mungkin (APM) Coliform untuk kembang

gula lunak bukan jelly adalah < 3 APM/g (memenuhi syarat).

Tabel 4.1 Hasil Pengujian

(32)

Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian Angka Lempeng Total (ALT)

Tanggal Volume Pengenceran

(ml)

Media Inkubasi Pengamatan Suhu

Tabel 4.3 Data Hasil Pengujian Angka Kapang Khamir (AKK)

Tanggal Volume Pengenceran

(ml)

Media Inkubasi Pengamatan Suhu 16/02/15 Blanko:

(33)

Tabel 4.4 Data Hasil Pengujian Angka Paling Mungkin (APM) Coliform

Tanggal Volume Pengenceran

(ml)

Media Inkubasi Pengamatan Suhu 11/02/15 Uji Praduga:

10-1 12/02/15 Blanko:

-Media

Uji Angka Lempeng Total (ALT) dilakukan untuk menentukan jumlah

atau angka bakteri aerob mesofil yang mungkin mencemari suatu produk, baik itu

makanan/minuman ataupun obat tradisional. Media yang digunakan untuk uji

ALT adalah PCA (Plate Count Agar). Inkubasi sampel dilakukan pada suhu 35 –

37o C yang merupakan suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri. Masa inkubasi

dilakukan dengan membalik cawan petri yang berisi biakan. Hal ini dimaksudkan

untuk menghindari jatuhnya butir air hasil pengembunan disebabkan suhu

inkubator. Apabila sampai terdapat air yang jatuh maka akan merusak pembacaan

(34)

Untuk perhitungan ALT, bila salah satu dari cawan petri menunjukkan

jumlah koloni kurang dari 25 atau lebih dari 250 koloni, maka dihitung jumlah

rata-rata koloni, kemudian dikalikan faktor pengencerannya (BPOM, 2006).

Uji Angka Kapang Khamir (AKK) dilakukan untuk menentukan jumlah

atau angka kapang dan khamir yang mungkin mencemari suatu produk, baik itu

makanan/minuman ataupun obat tradisional. Media yang digunakan untuk uji

AKK adalah PDA (Potato Dextrose Agar). Inkubasi sampel dilakukan pada suhu

20-25o C yang merupakan suhu optimum untuk pertumbuhan kapang dan khamir.

Inkubasi sampel tidak boleh diposisikan terbalik karena kapang/khamir yang akan

tumbuh memiliki spora yang dapat terus berkembang biak, jika posisi cawan

dibalik maka spora fungi tersebut akan bertebaran dan tumbuh dimana-mana pada

media agar sehingga jumlah koloni fungi yang tumbuh akan semakin banyak dari

jumlah koloni sebenarnya. Hal ini dapat menyebabkan kesalahn perhitungan

koloni kapang/khamir.

Untuk perhitungan AKK, bila hanya salah satu diantara kedua cawan petri

dari pengenceran yang sama menunjukkan jumlah antara 10-150 koloni, dihitung

jumlah koloni dari kedua cawan dan dikalikan dengan faktor pengencerannya

(BPOM, 2006).

Teknik Angka Paling Mungkin (Most Probable Number) merupakan

metode untuk memperkirakan populasi mikroorganisme terutama pada situasi

dimana mikroorganisme terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit. Uji Angka

(35)

pembentukan gas oleh bakteri yang terdapat dalam sampel tersebut. Terbentuknya

gas menandakan adanya Coliform. Jika terdapat tabung yang positif maka

pengujian dilanjutkan dengan uji praduga (presumptive test) dan uji konfirmasi

(confirmative test).

Jumlah tabung yang positif gas dicatat dan dirujuk ke tabel MPN. Angka

yang diperoleh pada tabel MPN menyatakan jumlah bakteri coliform dalam tiap

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil pengujian Angka Lempeng Total (ALT) untuk kembang gula lunak

bukan jelly adalah 4,5 x 101 koloni/g berdasarkan metode SNI

01-2897-1992 butir 1.1 menyatakan bahwa syarat angka lempeng total pada

kembang gula lunak bukan jelly adalah maksimal 5 x 102 koloni/g ini

menunjukkan bahwa kembang gula tersebut memenuhi syarat yang telah

ditentukan.

2. Hasil pengujian Angka Kapang Khamir (AKK) untuk kembang gula lunak

bukan jelly adalah 11 x 101 koloni/g berdasarkan metode SNI

01-2897-1992 butir 9 menyatakan bahwa syarat angka kapang khamir pada

kembang gula lunak bukan jelly adalah maksimal 2 x 102 koloni/g ini

menunjukkan bahwa kembang gula tersebut memenuhi syarat yang telah

ditentukan.

3. Hasil pengujian Angka Paling Mungkin (APM) Coliform untuk kembang

gula lunak bukan jelly adalah < 3 APM/g berdasarkan metode SNI

01-2897-1992 menyatakan bahwa syarat angka paling mungkin (APM)

Coliform pada kembang gula adalah maksimal 20 APM/g ini

menunjukkan bahwa kembang gula tersebut memenuhi syarat yang telah

(37)

5.2 Saran

Disarankan kepada penguji selanjutnya untuk melakukan uji parameter

lainnya terhadap kembang gula lunak bukan jelly seperti uji E. coli, Salmonella

dan Staphylococcus aureus. Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk mengetahui

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. (2008). Buku Ajar Ilmu Gizi: Keracunan Makanan. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Balai POM. (2006). Metode Analisa. Balai Besar Pemeriksaan Obat dan Makanan. Hal: 5, 8

Buckle, K. A. (1985). Ilmu Pangan. Cetakan I. Jakarta: Penerbit UI-Press. Hal. 25, 27, 31-35, 72, 169-170, 172, 359, 361, 363-364

Djarijah, A. S., dan Nurwantoro. (1997). Mikrobiologi Pangan Hewani Nabati. Cetakan I. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 13-14, 57, 67

Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 118, 123-127

Gaman, P. M., dan Sherrington, K. B. (1992). Ilmu Pangan: Pengantar Ilmu

Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi II. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press. Hal. 226-234, 236-238, 246-250, 255, 284, 296

Pratiwi, T. S. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 109

Partana, F. C. (2008). Seri IPA Kimia 2 Kelas VII. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Quadra

Pelczar, J. M. (1988). Dasar-dasar Mikrobiologi. Cetakan I. Jakarta: Penerbit UI-Press. Hal. 919

SNI. (1992). Kembang Gula. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional

SNI. (2008). Kembang Gula – Bagian 2: Lunak. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Hal. 1, 25, 29, 40

(39)

Lampiran 1. Keterangan Sampel

1. Nomor Contoh : 0022/D-1/MM/15

2. Nama Contoh : Kembang gula lunak bukan jelly

3. Jenis Contoh : Kembang gula lunak bukan jelly

4. Nama Pabrik :

-5. No. Register/No. Batch :

-6. Exp. Date :

-7. Kemasan/Netto : Plastik

8. Segel : Utuh

9. Label : Asli

10.Pengirim Contoh :

-11.Surat dan contoh diterima di : Laboratorium Mikrobiologi

12.Tanggal mulai pengujian : 10 Februari 2015

13.Tanggal selesai pengujian : 16 Februari 2015

14.Pemerian : - Bentuk : Padat

- Warna : Merah muda/pink

- Rasa : Manis

(40)

Lampiran 2. Perhitungan

1. Perhitungan Angka Lempeng Total

Angka Lempeng Total = �1+2�2 x FP

= 5+4

2 x 10

1

koloni/gr

= 4,5 x 101 koloni/g

2. Angka Kapang Khamir

Angka Kapang Khamir = (C1 + C2) x FP

= (5 + 6) x 101 koloni/gr

= 11 x 101 koloni/g

3. Angka Paling Mungkin (APM) Coliform

Metode 3 tabung = 1 : 10 = 0 / 3

= 1 : 100 = 0 / 3

= 1 : 1000 = 0 / 3

(41)

Lampiran 3. Gambar

Gambar 1. Tabung hasil inkubasi Angka Paling Mungkin (MPN) Coliform

(42)

Gambar 3. Cawan hasil inkubasi Angka Lempeng Total

(43)

Gambar 5. Media PCA (Plate Count Agar)

(44)
(45)

Gambar 9. Timbangan analitik

(46)
(47)

Gambar 13. Oven

(48)
(49)

Gambar

Tabel 2.1 Syarat Mutu Kembang Gula Lunak
Tabel 4.1 Hasil Pengujian
Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian Angka Lempeng Total (ALT)
Tabel 4.4 Data Hasil Pengujian Angka Paling Mungkin (APM) Coliform
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mutu dan keamanan jamu serbuk kunyit yang dikonsumsi masyarakat dapat dilihat dari nilai Angka Kapang/Khamir (AKK) dan ada tidaknya bakteri Staphylococcus aureus

Mutu dan keamanan jamu serbuk kunyit yang dikonsumsi masyarakat dapat dilihat dari nilai Angka Kapang/Khamir (AKK) dan ada tidaknya bakteri Staphylococcus aureus

(Analisis kadar air, kadar zat padat terlarut, kadar gula reduksi, sakarosa, kekukuhan jendalan, angka lempeng total, kapang&amp;khamir, dan uji organoleptik)... Skema Pembuatan

Untuk dapat dikonsumsi, susu harus memenuhi persyaratan keamanan pangan karena susu mudah terkontaminasi mikroba (bakteri, kapang, dan khamir), baik patogen maupun nonpatogen dari

Jenis penelitian bersifat deskriptif kualitatif dengan metode Angka Lempeng Total (ALT). Hasil penelitian ini berupa gambaran tentang cemaran angka kapang pada produk

Hasil pengamatan pada uji Angka Kapang/Khamir (AKK) yang dilakukan pada sampel OQ rasa Barbeque selama masa inkubasi 5 hari yaitu menunjukkan tidak

UJI ANGKA LEMPENG TOTAL ALT DAN ANGKA KAPANG/KHAMIR AKK DALAM JAMU GENDONG KUNYIT ASAM DI PASAR TRADISIONAL YANG BERADA DI KABUPATEN “X” SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu

Dengan demikian, penelitian dilakukan untuk mengetahui cemaran mikroba angka lempeng total pada produk pangan siap saji es campur.. METODE PENELITIAN Kultur dependen merupakan salah