• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor ekonomi rumah tangga sebagai alasan perceraian: studi analisis putusan No. 676/Pdt.G/PA.Tng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor ekonomi rumah tangga sebagai alasan perceraian: studi analisis putusan No. 676/Pdt.G/PA.Tng"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

Chitraria Wulansari

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA

PROGRAM STUD! ARWAL AL- SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

DIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum

Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

SaJjana Hukum Islam ( S.H.! )

oleh:

CHITRARIA WULANSARI 103044128067

Drs. H. Husni Thoyar, M.Ag NIP : 150 050 919

KONSENTRASI PERADILANA.GAMA

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

diujikan dalam Sidang Mlmaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayahtuliah Jakarta pada 4 Oktober 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Smjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Ahwal-Assyakhshiah (peradilan Agama).

Jakarta, 4 Oktober 2007 Mengesahkan,

ultas Syariah dan Hukwn

(

NIP 150210422

: Drs.H.A.Basig Djalil,sH,MA NIP. 150169102

: Kamarusdiana, S.Ag, MH NIP. 150277 001

(

...

セ セ セ )

イMBセ

'-.Il-.JV-'<.../

I ( )

i I

!

/

NIP. 150 169 102 : Yayan Sopyan, M.Ag

NIP. 150277001

: Drs.H.Huslli Thoyar, M.Ag NIP. 150050919

: Drs.H.A.Basig Djalil,SH,MA 2. Sekretaris

PANITIA UJIAN 1.Ketua

4. Penguji 1

(4)

Puji Syukur saya panjatkan kepada Allah 8wt, yang telah memberikan kehidupan yang lebih baik menuju ke kehidupan yang lebih baik lagi, dan juga telah memberikan suatu anugerah yang tak terhingga, sehingga bisa melewati ujian-ujian yang telah diujikan.

Salawat dan salam semoga senantiasa terns mengalir kepada Rasul tercinta Muhammad Saw, yang dengannya tercapailah risalah islam ini hingga menebar keharnmannya di seluruh jagad alam ini, beserta sahabat dan keluarganya, semoga kita termasuk kafilah penerus peljuangan rasul tercinta. Amin fa Rabbal Alamin.

Dalam kehidupan ini senantiasa ada orang-orang yang menjadi batu pijakan untuk meraih keberhasilan. Apakah itu besar atau kecil, peranan orang-orang tersebut tidak dapat di abaikan begitu saja.

Penulis menyadari, bahwa selesainya skripsi ini tidak luput dari dorongan dan bantuan berbagai pihak, baik moril maupun materill, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besamya, temtama kepada :

I. Bapak Pof Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M, selaku Dekan FakuJtas Syari'ah dan Hukum.

(5)

dengan kesabarannya membimbing penulis dan meluangkan waktu sibuknya untuk penulis serta selalu memberikan arahan dalam penulisan skripsi inL 4. Bapak Drs. Ujang Muchlis, S.H, M.H selaku Ketua Panitera Pengadilan

Agama Kota Tangerang yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan (Field Research) di Pengadilan Agama Kota Tangerang, sehingga penulis mendapatkan data-data menyangkut skripsi penulis.

5. Pimpinan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (urN) Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta karyawannya yang telah memberikan fasilitas serta kemudahan pada penulis untuk mengadakan studi kepustakaan,Jazakumullah Khairan Katsiran.

6. Seluruh dosen Fakultas Syari'ah dan Hukum, khususnya di program studi Ahwal Syakhsiyyah, Jazakumulllah Khairan Katsiran atas bimbingan dan ilmu yang diberikan selama penulis menimba ilmu di Fakultas Syari'ah dan Hukum ini.

(6)

selama dalam penyusunan skripsi ini dan Mang ipik yang selalu membuat penulis tertawa dan membantu pengetikan dalam skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku tercinta Pit, Ferry, Bad, Dila, Finnan, Fai, Hadziq, Fa'at, Arif dan yang lainnya kelas PA (B) dan PA (A) angkatan tahun 2003. serta sahabat-sahabat sepeIjuanganku lainnya yang tidak bisa disebut satu-persatu.

Jazakumullah khairan katsiran, penulis mencintai dan menyayangi kalian

semua karena Allah Swt. "Rabbi au ziqni an asykura ni 'matakallati anamta alaiya

Wa ala waalidayya wa an a' mala shalihan tardhohu wa adkhilni birahmatika

fi

i'

Badikasshalihin." Semoga segala bantuan yang telah diberikan akan dibalas oleh

Allah Swt dengan pahala yang berlipat ganda. Amin ya rabbal alamin

Akhimya hanya kepada Allah Swt semuanya penulis pasrahkan.

"Hasbiyallahu laillahaillahu, 'alaihi tawakaltu wahuwarabbul arsyil adzim". Semoga

Skripsi ini bermanfaat, terutama bagi penulis, maupnn bagi pembaca pada umumnya. Amin

Ciledug, 07 Januari 2008 Penulis,

(7)

A Latar Belakang Masalah '" ." 1

B. Pembatasan Masalah , , , 6

C. Perumusan Masalah , , , , 6

D. Tujuan Penelitian , ,. '" '" ,. '" 6

E. Kegunaan Penelitian , '" , , 7

F. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan 7

G. Sistematika Penulisan , , , , 10

BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN

A Pengertian dan Dasar Hukum Perceraian 12

B. Perceraian Menurut KHl dan UUNo. 1 Tahun 1974 '" , 14

C. Perbedaan Cerai Talak dan Cerai Gugat.. , , 21

BAB ID. FAKTOR-FAKTOR PERCERAIAN

A Sebab perceraian menurut Kompilasi Hukum Islam (KHl) dan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan '"

26

B. Faktor penyebab terjadinya perceraian 32

BAB IV. FAKTOR EKONOMI RUMAH TANGGA SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA KOTA TANGERANG

A Profil Pengadilan Agama Kota Tangerang , ,.""36 B. Data Perceraian di Pengadilan Agama Kota Tangerang , , zl:O

(8)

F. Analisis Putusan Nomor 676/Pdt.G/PA.Tng ' , 62

BAB. IVPENUTUP

A. Kesimpulan 69

B. Rekomendasi '" .. , , 70

]»)lIf1fi\}tjᄏQjセQヲス|jHェ| •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••.••••••••••••••••.•• LAMPmAN-LAMPmAN

l.Contoh Laporan bulan Januari dan Desember Tahun 2006 tentang faktor penyebab

terjadinya Perceraian , , , , .

2.Contoh Laporan perkara khusus bulan Januari - Desember Tahun 2006 .

3.Contoh Laporan perkara yang dimohonkan kasasi.. , , '" .

4. Contoh Laporan perkara yang dimohonkan banding , .

5. Contoh Laporan Tahunan tentang perkara yang diterima Tahlm 2006 .

6. Contoh Putusan tentang gugat cerai dan hale hadlanah serta nafkah anak .

7. Contoh Surat keterangan wawancara dan data Pengadilan Agama Kota

Tangerang , .

(9)

Perkawinan atau rwnah tangga adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan melalui aqad nikah ( ijab kabul ) dengan tujuan untuk membentuk rumah tangga bahagia dan sejahtera.!

Pernikahan atau perkawinan merupakan sunnatullah yang artinya perintah Allah dan Rasul-Nya, tidak hanya semata-mata keinginan manusia atau hawa nafsu saja, karena seseorang yang telah berumah tangga berarti ia telah menjalankan sehagian dari syari'at Agama Islam.2

Seperti yang difirmankan Allah Swt, dalam surat An-Nur ayat 32 :

Yang artinya:

"Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha

Mengetahui ". (An-Nur ayat32)

I Sidi nazar Bakhry, "Kunci Keutuhan rumah tangga ;keluarga yang sakinah" (Pedoman I1mu Jaya, 2001 ),eet.I, h 2

2Ibid, h. 2

(10)

Selanjutnya diterangkan dalam sm-atAn-Nisa ayat 3 :

Cl '" J " , . . . / (I J (l GV 0 0

c?

セw|

::,.

yu.

\;.sJU

セセ|

ti

|Nセ

Llt

01)

" ' " .... ... '" ...

'" ... J .... "'..- '" '" '" J 0;11... (I (I '" . . . )

J.,t

[ZZjjセ

セセエ

jt

[[「M|セ

\}.kf

Llt

セゥ^

Pセ

t

lゥセj

QIt

J

... ... '" ".. ...

J '"

.I};;

Llt

Yang Artinya:

"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya".

Pada hakikatnya, seseorang yang melakukan akad pemikahan adalah

saling berjanji serta berkomitrnen untuk saling membantu, rnenghargai dan

meughormati satn dengan yang lainnya. Sehingga tercapailah kebahagian dan

cita-cita yang diinginkan. Tujuan perkawinan itu tertulis pada Kornpilasi

Hukulll Islam atau yang biasa disebut dengan KHl, pada pasal 3 yang berbunyi

" Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang

sakinah, mawaddah, dan rahmah.,,3

Islam sendiri menghendaki dicapainya suatu makna yang mulia dari suatu

perkawinan atau kehidupan berumah tangga. Di sini lembaga perkawinan hams

dipandang sebagai sesuatu yang bernilai luhm- dan harus mencari makna dan

esensinya, seperti ketenangan dan ketentraman hidnp.

3Direktorat Pembinaan Badan Pemdilan Agama Departemen Agama, Kompilasi Huleum Islam di

Indonesia(Jakarta: Direktomt Pembinaan Badan Peradilan Agama Departemen Agama, 1992),

(11)

Tujuan lain dari perkawinan adalah untuk memenuhi petunjuk agama

dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia.

Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban sebagai anggota keluarga,

sejahtera artinya terciptanya ketenangan karena terpenuhinya keperluan hidup

Iahir dan batin, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih sayang antar

anggota keluarga.

Selain itu untuk membangul1 suatu kehidupan ( bemmah tangga ) yang

penuh rasa kasih sayang, tenggal1g rasa, toleransi, solidaritas dan kesempurnaan

akhlak yang semuanya akan melllbawa seseorang pada keimanal1 dan

ketakwaan yang sempurna.4

Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa dalalll kenyataan hidup yang

terdapat di Illasyarakat reda kehidupan berjalan dinamis, tidak lepas dari

perselisihan antara anggota keluarga tersebut terIebih antara suallli dengan

isteri.

Kenyataan hidup seperti itu membuktikan bahwa Illelllelihara kelestarian

dan kesinalllbungan hidup bersallla suami isteri bukaulall perkara yang mudah

untuk dilaksanakan, bahkan dala1l1 banyak hal kasih sayang dan kehidupan yang

har1l1onis antara sua1l1i isteri tidak dapat diwujudkan.

Munculnya pembahan pal1dangan hidup yang berbeda antara suami isteri,

ti1l1buluya perselisihan pendapat antara keduanya, bembalmya kecendemngan

4Direktorat Jenderal Pembinaan kelembagaan Agama Islam,Ilmu Fiqh (Jakarta: Departemen

(12)

hati pada masing-masing memungkinkan timbulnya krisis rmnah tangga yang

merubah suasana harrnonis menjadi percecokan, persesuaian menjadi

pertikaian, kasih sayang menjadi kebencians

Perselisihan yang teIjadi adalah suatu hal yang sangat sering dijumpai

dalam kehidupan dalam rumah tangga, dimana hal itu adalall sesuatu yang wajar

selama tidak disertai dengan tindak kekerasaan.

Dalam masyarakat kita yang mayoritas laki-Iaki memiliki peran yang lebih

dominan dibandingkan dengan perempuan, dan posisi perempuan dianggap

lemah dalam masyarakat (patriarki), isteri memiliki peluang untuk mendapatkan

kehidupan yang tidak layak dari suaminya, sehingga perselisihan yang terjadi

antara suami isteri tidak jarang disertai dengan percecokan dalam pertikaian

tersebut. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan suami yang menjadi korban

pertikaian tersebut6

Perselisihan yang terjadi antara suallli isteri karena faktor ekonollli secara

langsung sangat berpengaruh dengan jalaunya bahtera rulllah tangga tersebut.

Yang pada puncaknya terjadilah perceraian seperti dalam kasus perceraian di

Pengadilan Agama Kota Tangerang, isteri lllenuntut nafkah kepada suarninya

karena suami tidak bekerja serta berlaku kasar terhadap isterinya dengan

lllenyakiti jasmani si isteri dan itu dilakukan berulang kali oleh suami.

5Ibid, h. 10

6 Suara APIK, Lahimya Undang-undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga

(PKDRT) ; Sebuah bentuk terobosan Hukum dan Implikusinya Terhadap Hukum Nasional,

(13)

Keretakan rumah tangga tersebnt telah berlangsnng selama 5 Tahnn yaitn dari

tahnn 2001 - 2005, perceraian tersebut telah dimusyawarahkan keluarga, akan

tetapi hal tersebut tidak berhasil. Antara penggugat dan tergugat tetap pada

pendiriammya yaitu perceraian. Keunikan dari perkara No 676 / Pdt.G / Pa.Tng

yaitn alasan tergugat meninggalkan penggugat karena indikasi perbedaan

pendapat (cekcok) yang menyebabkan pertikaian dan sudah tidak bisa

diupayakan damai, memancing penulis membuat spekulasi bahwa tergugat tidak

ada tekad untuk memperbaiki keretakan dalam rumah tangganya. Terbukti pada

saat penggugat beserta saksi mencari jalan keluar lmtuk keruknnan penggugat

dan tergugat, si tergugat tidak merespon lIsaha tersebllt. Bahkan, tergugat

melakukan tindakan kekerasan terhadap penggugat. Padahal, struktnrasi rumah

tangga itn dinakhodai oleh sang suami selal'U kepala keluarga.

Dari pembahasan di atas penulis tergugah untuk meneliti tentang

kasus-kasus perkara gllgatan isteri dengan alasan suami tidak memberi nafkah. Maka

dari itn penlliis mengambil objek penelitian di Pengadilan Agama yang

notabenenya merupakan lembaga peradilan yang menangani kasus bagi orang

yang beragama Islam. Khllsllsnya dibatasi di Pengadilan Agama Kota

Tangerang. Karena latar belakang di atas penulis mengalllbil skripsi dengan

judul ; " Faktor Ekonollli RUlllah Tangga Sebagai Alasan Pel·ceraian.

(Analisis Putusan No 676/Pdt.G/PA.Tng di Pengadilan Agallla Kota

(14)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian skripsi ini lebih terarah, maka penulis

membatasi lingkup permasalahan yang terjadi dalam hal-hal yang berkenaan

dengan masalah tanggung jawab suami, khususnya kewajiban memberikan

nafkah. Dengan objek penelitian di Pengadilan Agama Kota Tangerang.

Dengan membatasi pembahasan, penulis merullluskan pokok lllasalah

dalam skripsi ini sebagai berikut :

I. Apakah dengan suami tidak bekerja atau pengangguran dapat menjadi suatu

alasan perceraian ?

2. Apakah ketika isteri menganggap nafkah kurang dapat menjadi alasan kuat

isteri untuk dapat menggugat cerai suami ?

3. Mengapa hakim memberikan putusan dalam bentuk talak satu bain sugro

dalam putusan No 676/Pdt.G/ PA. Tng?

Dengan pelllbatasan dan perumusan lllasalah di atas, diharapkan skripsi ini

dapat Illenjelaskan sesuai dengan tema yang penulis alllbil dalalll judul skripsi

faktor ekonomi dalalll rulllah tangga sebagai alasan perceraian di Pengadilan

Agama Kota Tangeraug.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan beberapa

permasalahan sebagai berikut :

(15)

2. Dapat memahami hak dan kewajiban suami kepada isteri dalam Islam.

3. Mengetahui masalah perceraian menurut Hukum Islam dan Hukum Acara

Peradilan Agallla.

4. Dapat Illengetalmi perkara cerai gugat dari pihak isteri yang suaminya tidak

memberikan nafkah khususnya di Pengadilan Agama Kota Tangerang.

D. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian dan Pendekatan yang digunakan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalall Illetode deskriptif

analitis yang dilakukan melalui pendekatan kualitatif. Metode deskriptif

analitis yaitu metode yang Illenggambarkan dan memberikan analisa terhadap

kenyataan di lapangan. Sedangkan yang dilllaksud dengan penelitian yang

menggunakan pendekatan kualitatif, yaitn prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertnlis dan lisan dari orang

atau perilaku yang diamati.7

Penelitian ini terdiri dari penelitian hukum kepustakaan adalah penelitian

lapangan (Field Research). Penelitian hukulll kepustalcaan adalah penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekllllder

belaka. Dalalll hal ini data seklmder tersebut diperoleh dari hasil kajian hukum

terhadap buku-buku, majalah-majalah dan Illldang-undang yang ada

7Lexy .J. Moleong, "Metode penelilian kualilalif",( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004 ), h.

(16)

relevansinya dengan tema skripsi ini. Sedangkan data primernya diperoleh

dari hasil wawancara dengan hakim Pengadilan Agama Kota Tangerang.

2. Alat Pengumpul Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggUllakan alat pengumpul

data sebagai berikut :

a. Bahan hukum, yang terdiri dari bahan hukum primer dengan ballan

hukum sekunder. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yaug

mengikat. Dalam hal ini berupa berkas putusan perkara perceraian di

Pengadilan Agama Kota Tangerang yang telah berkekuatan hukum tetap

(BHT), laporan perkara tahunan Pengadilan Agama Kota Tangerang tahlm

2006-2007 serta peraturan perundang-undangan. Sedangkan bahan hukum

sekundernya adalah buku-buku hukum lain yang mendukung dan

memperjelas bahan hukum primer.

b. Wawancara, yaitu tanya jawab lisan antara 2 orang atau lebili secara

langsung yaitu antara pewawancara dengan pihalc-pihak yang ada

kaitannya dengan judul skripsi ini seperti panitera dan hakim Pengadilan

Agama Kota Tangerang yang bertujuan untuk mendapatkan data dari

tangan pertama (primer). Sedangkan alat pengumpul data yang digunakan

(17)

3. Alat Analisa Data

Data yang telah diknmpulkan kemudiau diolah, dianalisis dan diberikan

interprestasi untuk dapat menjawab pelmasalahau yaug telal] dilUmuskau.

Data yang diperoleh dari hasil kajiau bahan hukum, dalam kaitau ini bempa

berkas putusau perkara perceraiau di Pengadilau Agama Kota Taugerang yaug

telah berkekuatau hukunJ tetap (BHT), laporan perkara tahunau Pengadilau

Agama Kota Tangeraug talum 2006 dan 2007 serta peraturau

pemndaug-undangau, akan ditinjau lebili jauh untuk mendapatkan hasil yang diinginkan

dengau didulamg oleh referensi-referensi lain yang memperkuat data yang

diperoleh dari bahan hukum di atas.

Kajian terhadap bahan-ballau hukum tersebut bertujuau untuk memperoleh

data-data yang diperlukan, sellingga dapat menjawab mmusau masalah

penelitian ini, khllsusnya yaug menyaugkut rumllsall mengellai faktor

ekollomi mmah tangga sebagai alasau perceraian.

Sedallgkau pengolahau data yang diperoleh dari hasil wawaIlcara

dilakukan dengall cara : Pertama, mengedit (editing) data yaitu memeriksa

data yaug terkmnpul ; apakah jawaball-jawabau dari pertanyaau yang diajukau

dalam wawancara slldah sesuai belum dengan yang diblltuhkan ; jawabau

yang diauggap lengkap dau yaug belum atau tidak menjawab dipisahkan.

Kedua, mengklasifIkasikan data yaitu mengelompokkall data berdasarkau

(18)

Setelah pengolahan data kemudian dilanjuikan dengan menganalisis dan

menginterprestasikan data. Analisis data dilakukan dengan cara

mendeskripsikan data-data tersebut secara jelas dan menganalisis isinya

menggtmakan metode content analysis; kemudian menginterprestasikan

menggtmakan bahasa penulis sendiri, dengan demikian akan nampak jelas·

rincianjawaban atas pokok permasalahan yang diteliti.

E. Sistematika Penulisan.

Agar mendapaikan gambaran dari isi skripsi maka perlu kiranya disusun

sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB. I Pendahulnan. Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah,

pembatasan masalab, perumusan masalah, tnjuan penelitian, kegtmaan penelitian,

metode penelitian, teknik penulisan dan sistematika penulisan.

BAR. II Tinjauan Umum Tentang Perceraian. Dalam bab ini dibahas tentang

pengertian, dasar hukum perceraian, perceraian menurut Kompilasi Hukmll Islam

(KHI) dan Undang-ulldang Perkawillan No.1 Tahun 1974, selta perbedaan antara

cerai talak dengan cerai gngat.

BAB. III Faktor - Faktor perceraian. Dalam bab ini memballas sebab

teIjadinya perceraian menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan

Undang-undang No 1 Tabnn 1974 tentang perkawinan, dan faktor penyebab terjadinya

(19)

BAB. IV Faktor Ekonomi rumah tangga sebagai alasan perceraian. Dalam

hal ini terdapat Profil Pengadilan Agama Kota Tangerang, data Perceraian di

Pengadilan Agama Kota Tangerang, pengertian dan latar belakang faktor

ekonomi rumah tangga, dampak ekonomi terhadap kelangsungan rumah tangga,

dan faktor ekonomi rumah tangga sebagai alasan perceraian, serta Analisis

Putusan Nomor 676IPdt.GIPA.Tng.

BAB. V Penutup. Yang merupakan tahap akhir dari penulisan skripsi ini yang

berisi dari kesimpulan-kesimpulan penelitian dari awal sampai akhir dalam

skripsi ini, juga terdiri dari saran-saran penulis tentang persoalan yang diangkat

(20)

A. Pengertian dan Dasar Hnkum Perceraian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ) kata 'cerai' diartikan

'pisah' atau putus hubungan sebagai suami isteri.! Sedangkan dalam Ensiklopedia

Islam Indonesia, 'taJak' menurut istilah adalah melepaskan tali perkawinan atau

mengakhiri hubungan perkawinan.

Dalam Kompilasi Hukum Islam mendefinisikan talak sebagai ikrar suami

dihadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya

ikatan perkawinan, dengan cara sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 129,

130, dan 131 ayat (1) dan (2).

Menurut H. A Fuad said mendefinisikan perceraian adalah putus

hubungan perkawinan antara sllami dan isteri.2 Sedangkall mellurut Subekti

perceraian adalah pellghapusan perkawillan dengan putusan hakim atau tuntutan

salah satu pihak dalam perkawillan itu?

Perceraian (Thalaq) dalam ajaran Agama Islam diatur dalam AI-quran dan AI-hadist Nabi Saw. Dengan adanya landasan tersebut mellegaskan bahwa perceraian dalam Islam dibolehkan (halal) dilakukan. Sebagaimana yang tercantum pada surat AI-Baqarall ayat 229 yaitu :

1Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus besar bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai

Pustaka, 1998 ), eet ke - I, h 163

2H.A Fuad said, "Perceraian da/am Hukum Is/am ", (Jakarta: Pusataka Al-husna, 1993 ), h 1

(21)

l>i J. 2 "'f. J. -- " .... .... . - . - 1 1 1

t:....

IJ.8.15 01 セ セ Uj 0C\-! セ[j JI J

j';:,

l\G}i

0tt;

Jll.kll

" . . . . . "''''...

..

..

",.,,-..-".. <P """ <> " . . . 111 r P ' f . " " " 111 ? '"

..-ill ...-illl ;jJ;... I:,.;

ul

iJb:-

0}i .ill\ ;jJ;... I:}; UI セセ ",II Uj

li;:,

[[Gjセセヲャセ

.- . . . - . . . ... ..- ....

,. /..- 111 ... " 111 Q 0 ...

2Jil

jセ .illl ; jJ;... セ|[セLA :;jI.J,ェセ|ZZZヲ ill .illl セ JJ;... セ "-'. :':;.,::81

W

C

'" ... / ... ".,... ". ....

,

.

.

Pセャォャ|

Artinya: " Talak (yang dapat dirujuk) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma 'ru! atau menceraikannya dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kalian mengambil kembah dari sesuatu yang telah kalian berikan kepada mereka. Kecuah kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah, jika kalian khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. ltulah hukum-hukum Allah maka janganlah kahan melanggarnya, barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang dzalim." ( AI -Baqarah : 229 ).

Surat At-Thalaq ayat 1 :

U

セセ

illl 1)lj

セQji

I;,..;.-fj

セZキ

;;,

;u,;

セiG セii セ

;;;1[,

iセェ セ|

LJLi

.... ,...'" .-,. .... ...

• , " . . s ,. 2°..-111 .... ,'"' '"

:;j .illl セ J..b.- セェ

a.;:

セセ セlゥ

01

Uj

;;"'';4.

U

J

セ[[[

::r

;;';';:J

... ... , . . , . . . . / / , . .

-f

J. rfJ ;P ..- . . - " ...". "'... 111 '"

I:;'

セセ

NN[NNLセ

ill\

(,?

/.JJ

lJ

t"

or

tJl"

:w

セ|

;

JJ;... :\;:;;

Artinya : " Hai Nabi, apabila kahan menceraikan isteri-isteri kahan, maka hendaklah kamu eeraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya yang wajar, dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah, Tuhan kalian. Janganlah kalian keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (izinkan) keluar keeuali kalau mereka mengeryakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya ia telah berbuat dzalim terhadap

dirinya sendiri. Kahan tidak mengetahui barangkali Allah mengetahui

(22)

Surat Al-Baqarah ayat 231 :

Artinya : " Dan apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka hampir

sampai habis iddahnya, maka hendaklah kamu rujuk mereka dengan cara yang baik, atau kamu ceraikanlah mereka dengan balk pula, dan janganlah kamu merujuk mereka seca/'a menyakitkan dengan maksud kamu dapat menganiaya mereka. Dan barang siapa yang berbuat demikian, maka sesungguhnya ia berbuat dzalim kepada dirinya sendiri. Dan ayat-ayat (perintah) Allah itu janganlah kamu jadikan permainan, dan hendaknya kamu ingat ni 'mat (karunia) Allah dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu, yaitu Al kitab (Alquran) dan Al hikmah (ajaran-ajaran terkandung di dalamnya) yang ia nasihati kamu dengan itu. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa

sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu ". (AI- Baqarah ayat231).

Hal tersebut merupakan bentuk keadilan dalam Islam mengenai

perceraian. Sebagaimana yang dijelaskan da1arn surat Al-Baqarah ayat 229,

At-Thalaq ayat I dan Surat Al-Baqarah ayat 231.

B. Perceraian menurut Kompilasi Hukum Islam dan UU No.1 Tahun 1974

Perceraian merupakan keputllsan terakhir bagi pasangan suami isteri yang

kehidupan rumah tangganya sudah tidak dapat diperta11ankan 1agi. Perselisihan

(23)

pecahnya rull1ah tangga4. Masalah-ll1asalah yang sederhana, bila tidak dapat

dipecahkan secara bersall1a-sall1a bisa juga ll1engarah kearah perceraian. Apabila

sengketa dalall1 rull1ah tangga belull1 bisa diselesaikan dengan cara musyawarall

antara suami isteri, maka harus diutus juru dall1ai(hakam) dari kedua belah pihak

keluarga (suami dan isteri). Sebagai jU11l damai berhak menasehati kedua suami

isteri yang sedang terlibat pertengkaran, jikalau hakam dapat mendamaikan kedua

belah pihak ll1aka pernikahau dapat dilanjutkan sebagaimana mestinya, akan

tetapi apabila kedua be1ah pihak mengheudaki yang lain yaitu perceraian yang

diinginkan, maka jalan keluar lllltuk menghindari terjadinya kell1ungkinan yang

lebih buruk Sehingga jalan perceraian ll1erupal<an jalan terbaik dari terburuk.

Perceraian menurut perspektiffiqh (istilah) adalah ll1elepaskan ikatan(hall

al-qaid) atau bisa juga disebut mengurangi pelepasan ikatan dengan

menggunakan kata-kata yang telall ditentukan. 5 Putusnya perceraian ll1erupakan

hal yang wajar dalam pernikahan, karena makua dasar sebuah aqad ialah ikatan

atau dapat juga dikatakan perkawinan.Untuk itu perkawinan harus selalu dijaga

demi menjaga sebuah keutuhan dalam rumah tangga, sehingga mendapatkan

sebuah rumah tangga yangsakinah, mawaddah, warrahmah.

Dalam Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pasal 38

ll1enyebutkan : "Perkawinan dapat putus karena a. Kernatian, b. Perceraian,

4Amir syarifudin, Hulmm Perkawinan Islam di Indonesia; Amara Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan, h. 174

, Amiur Nuruddin dau Azhari Alana! Tarigau, Hulalm perdata Islam di Indonesia, (Jakarta :

(24)

c. Atas Putusan Pengadilan6 Kematian sebagai salah satu sebab putusnya

perkawinan misalnya apabila salall satu pihalc baik suami maupun isteri

meninggal dunia. Adapun putusnya perceraian dengan putusan pengadilau adalah

apabila salah satu pihalc berpergian tanpa ada kabar berita dalam jangka wa1ctu

yang lama. Selain itu terdapat juga dalam Kompilasi Hukunl Islam, pengaturan

perceraian yang dirumuskan dalam bab XVI tentang putusnya perkawinan pada

pasal 113 dijelaskml ballwa : perkawinan dapat putus karena kematian,

percerman, dan atas putusan pengadilan. Dan terdapat pula dalam pasal 116

mengenai perceraian dapat terjadi karena sebab-sebab7:

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan

lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

b. Salall satu pihalc meninggalkan pihalc lain selama 2 (dua) tallun berturut-tumt

tmlpa izin pihalc lain dan tanpa alasan yang sall atau karena hal lain dHuar

kemampua1lllya.

c. Salah satu pihalc mendapat hukmnan penjara 5 (lima) tahun atau hukuman

yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

d. Salall satu pihak melalcukan kekejmnml atau pengamayaan berat yang

membahayakan pihalc yang lain.

e. Salah satu pihalc mendapat cacat badan atau penyalcit dengan alcibat tidalc

dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri.

6Lihat Undang-undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pasal 38

(25)

f. Antara suami dan isteri terns menerns terjadi perselisihan dan pertengkaran

dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rnmah tangga.

g. Suami melanggar taklik-talak.

h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan

dalam IUmah tangga.

Adapun akibat yang ditimbulkan dari perceraian, seperti dengan adanya

perceraian yang telall dijatuhkan oleh Pengadilan Agama maka tidak begitu saja

persoalan se1esai dan berujung sampai di sana, namun akibat-akibat yang akan

ditimbulkan diantaranya akibat terhadap bagaimana hubungan mantan suami

dengan mantan isteri kemudian permasalahan anak-anak, serta harta bersama

yang telah didapatkan oleh suami dan isteri selama menjalin hubungan.

Untuk lebih jelasnya penulis akan coba menjelaskan akibat hukum dari

perceraian terhadap :

A. Mengenai anak-anak

Dalam hal anak-anak yang masih menyusu kepada ibunya, apabila terjadi

perceraian maka ibunya tetap berhak untuk menyusui dan memelihara anak

itu, kemudian ayahnnya juga tetap berkewajiban lUltuk memberi nafkah

pemeliharaan dan pendidikall anaknya dari bayi hingga dewasa dan dapat

mandiri.8

(26)

Kompilasi Hukum Islam menyatakan dalam pasal 156 terkait dengan

akibat perceraian terhadap anak yaitn9 :

I. Anak yang belnm mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya,

kecuali bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya

digantikan oleh :

a. Wanita-wanita dalam garis lums ke atas dari ibu

b. Ayah

c. Wanita-wauita dalam garis lurus ke atas dari ayah

d. Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan

e. Wanita-wanita kerabat sedarah menumt garis samping dari ibu

f. Wanita-wanita kerabat sedarall memuut garis samping dari ayah 2. Anak yang sudah mumayyiz berhak memilili untuk mendapatkan

hadhanah dari ayall atau ibunya.

3. Apabila pelllegang hadbanah temyata tidak dapat lllenjamin keselamatan

jasmani dan rohani anak, llleskipun biaya nafkah dan hadhanah telah dicukupi, maka atas permintaan kerabat yang bersangkutan Pengadilan

Agama dapat lllemindahkan hak hadbanah kepada kerabat lain yang

mempunyai hak hadhanah pula.

4. Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggungan ayah

lllenurut kemalllpuarmya sekurang-kmangnya salllpai anak tersebut

dewasa dan dapat lllengmus diri sendiri (21 tahun).

(27)

5. Bilamana terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah anak,

Pengadilan Agama memberikan putusannya berdasarkan huruf (a),(b),(c),

dan (d).

6. Peugadilan dapat pula dengan mengingat kemampuannya ayahnya

menelapkan jillnlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak.

Maksud dari pasal di alas, penulis mengambil kesimpulan yaitu selama

tidak ditentukan lain oleh Pengadilan, maka kewajiban orang tna terhadap

anak tidak menjadi berbeda sekalipun keduanya bercerai, karena mantan

isteri milllgkin ada akan tetapi mantan anak-anak tidak akan berlaku

selamanya, ayah adalah orang tua bagi anak maupun ibu adalah orang tua

yang telah melahirkarmya.

Sedangkan dalam Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang perkawinan

telah mengatur masalahiniyang dimuat dalam pasal 41 yaitu :

a. Baik bapak atau ibu berkewajiban memelihara dan mendidik

anak-analmya, berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada perselisrnan

mengenai penguasaan anak, pengadilan memberi keputusannya.

b. Bapak yang bertanggung jawab alas semua biaya pemeliharaan dan

pendidikan yang diperlukan anak, bilamaIla bapak dalam

kenyataannya tidak dapat memenuhi kewajiba1lllya maka Pengadilan

(28)

c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada mantan suami untuk

memberikan biaya penghidupan dan I atau menentukan sesuatu

kewajiban bagi mantan isteri.lO

B. Mengenai hubungan suami isteri

Bagi pasangan yang telah bercerai, maka harmn bagi mereka untuk

melakukml hubungan suanli isteri selain itu mantan suami juga berkewqjiban

untuk memberikan mut'ah yang pantas kepada mantan isterinya tersebut.

Mut' ah yang diberikan oleh mantan suami tersebut dapat bernpa barang atau

uang.11

C. Terhadap harta bersama

Islam tidak mengenal adanya percampuran antara harta kekayaan suami

isteri yang telah ada sebelmn pernikahan. Harta kekayaan tersebut tetap

menjadi milik masing-masing pihak selama mereka tidak menentukan lain.

Apabila selama perkawiuan mereka. memperoleh harta maka harta tersebut

diuamakan hmia syirkah yaitu harta yang menjadi milik b(lrSama suami isteri,

oleh karena itu dalam Islam ada harta suami isteri ymlg telah dicampur dan

ada juga harta yang tidak dicampur. Harta ymlg bercampur yang didapatkan

selama perkawinan karena usaha bersama suami isteri dan menjadi milik

bersama dari suami isteri dan digunakan untuk kepentingan bersama.

Kemudian apabila ikatan perkawiuan putus baik karena perceraian maupun

\0Lihat Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentangPerkawiuan, pada pasal41

(29)

karena salah satu pihak meninggal dunia, maka harta bersama tersebut dibagi

dua antara suami isteri. 12

Masalah yang berhubungan dengan harta kekayaan suami isteri ini diatur dalam Kompilasi Hukum Islam (KID) secara mendalam yang terdiri dari pasal

91 sampai pasal 97.

C. Pcrbcdaall Ccrai Talak dan CcraiGugat.

Cerai talak adalah ikrar suami dihadapan sidang Pengadilan Agama yang

menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan atau perceraian yang dilakukan

atas kehendak suami. Sebagaimana terdapat dalam Undang-undang Peradilan

Agama No 7 Tahun 1989 pada pasa! 66 ayat (1) yaitu : " Seorang suami yang

beragama Islam yang akan menceraikan isterinya mengajukan pelwohonan

kepada Pengadilan untuk mengadakan sidang guna menyaksikan ikrar talak ".13

Sedangkan dalam Kompilasi Hukmn Islam (KID) pada pasal 117 yaitu :

" Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah

Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua

belah pihak".14

Cerai talak ini hanya dapat dilakukan oleh suami, karena suamilah yang

berhak untuk mentalak isterinya, sedangkan isteri tidak berhak mentalak

12Ibid, h. 8

13Lihat DUNo 7 Tahun 1989, pasal66.

(30)

suammya. Bagi suami yang mengajukan gugatan talak maka suami hams

melengkapi persyaratan administrasi sebagai berikut :

a. Kutipan tanda penduduk (KTP).

b. Surat keterangan akta talak dari Kepala desa atau lurah setempat.

c. Kutipan akta nikah ( model NA).

d. Membayar uang muka biaya perkara menurut peraturan yang berlaku.

e. Surat izin talak dari atasall atau kesatnan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS)

atau anggota TN1 atau POLRI.1S

Sedallgkan cerai gugat adalah perceraian yang dilakukan atas kehelldak

isteri. Hal ini diatur dalam Undang-Ulldallg No 7 TahUll 1989 pada pasal 73 ayat

(1), yang berbUllyi : " Gugatan perceraian diajukan oleh isteri atau kuasanya

kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat,

kecuali apabila penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman

bersama tanpa izin tergugat ,,16

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHl) pada pasal 132 ayat (l) yaitn :

"Gugatan perceraian yang diajukan oleh isteri atau kuasanya pada Pengadilan

Agama yang daerah hukumnya mewilayahi tempat tinggal penggugat kecuali

isteri meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin suami ".17

I' Sutarmadji dau Mesraini, " Administrasi pemikahan dan manajemen keuangan, ( Jakarta :

Fakultas Syariah dau Hukum UlN SyarifHidayatullah, 2006), h. 149

16Lihat Undang-undang No 7 Tahun 1989Tentang Peradilan Agama,pasal 73 ayat (I)

(31)

Dalam perkara cerai gugat, seorang isteri diberikan suatu hak gugat untuk

bercerai dari suaminya, karena dalam cerai talak haknya hanya dimiliki oleh

suami. Akan tetapi bukan berarti cerai gugat haknya mutlak milik isteri. Dengan

demikian masing-masing pihak telah mempunyai jalur teltentu dalam upaya

menuntut perceraian.

Dalam Islam tidak mengenal istilah cerai gugat karena cerai gugat

hanyalall istilall hukum yang digunakan dalam hukum acara di Indonesia. Akan

tetapi dalam hukum Islam mengenal khulu, yang mempunyai persamaan dengan

cerai gugat, dan tetap ada perbedaannya yaitu jika dalam khulu itu ada Iwadl yang

harus dibayar oleh isteri, dan yang mengucapkan kalimat perceraian (Talak)

adalah suami setelah adanya pembayaran Iwadl tersebut. Sedangkan cerai gugat

tidak ada pembayaran Iwadl serta yang memutuskan perceraian adalall Hakim.18

Selain itu, dalam cerai talak apabila suami ingin mengajukan ikrar talak, ia

(suami) tidak mengajukan gugatan melainkan mengajukan permohonan izin

mengucapkan ikrar talak di Pengadilan Agama. Karena talak itu ada di tangan

suami. Berbeda dengan cerai gugat yaitu si isteri harus minta cerai dulu kepada

suami, karena dalam Islam isteri tidak pUllya hak untuk menceraikan suami serta

mengembalikan Iwadl kepada suami. Haliniyang menjadi perbedaan antara cerai talak dengan cerai gugat.

18 M Yasir Arafat, "Perceraian akibat kekerasan dalam 11lmah tangga," (Skripsi Sl Fakultas

(32)

Dari Hadits Thnu Abbas, berbunyi :

" - \ (Jl ""..c ...,.., ,.. "'''' (Jl .... ..\

AiJ\

セi

c5l

J

セエ[

or:;'1 0\

AiJI

セセ

(.)"Y-

セi

:J-'" .... -- セ '" , , " ' , . . .... -:;'

..-'" J .... " .... .... \ , . ... ... (Jl

.'.):f

Niセᄋ . セ セ|

G

'.

セG セエ[

AiJ\

J"

J セャs

Jw

Zlセ

J- ) セ

l I ·

.'

セ 0 ! . .r".J.

r--)

"" ... ,;; ... .... ... f1 ... ...

.... ... (Jl ... -\ III \ " " " . " , , , 0 0 J 0 I).... " ' . .

-jセ[|

(.Lj

AiJ\

AiJI

jZ[Bセ

Jw

ゥセGjQ

HNセ

pi

セZLウMi

JS'J)

.... ,., " ,., ....

.,-oOP.,. "'... ., 0".. (Jl ,.- -\ (Jl \ ' " , . . " . " . . . . .

.,-セI

セNNgj|

セゥ

セI

AiJI

AiJI

jZ[Bセ

セキ

セセセ

0.#

".. ... , . , , , . . . ,.. ...

" " .... ;;;'" 0

セGZ^|ォN

;'1)

:4-,\).J

J)

」NウINBLLセ|

01).J) .' :(I1::f

セ セ セ

Yang artinya: "Dari Ibnu Abbas r.a. Sesungguhnya isteri Tsabit bin Qais datang menghadap Nabi Saw, seraya berkata: Ya Rassullah, Tsabit bin Qais itu tidak ada yang saya cela akhlaknya dan agamanya. Akan tetapi, saya tidak mau

kufur dalam Islam. Lalu Rassullah Saw bersabda : Apakah kamu mau

mengembalikan kebunnya ? Dia menjawab : Ya, lalu Rassullah Saw bersabda :

Terimalah kebun itu dan talaqlah isterimu satu kali "./9

Dalam Hadits tersebut terkandung adanya syariat khulu dan sahnya khulu

itu dan sesungguhnya halal pengambilan Iwadl dari bekas isterinya.

Ulama berbeda pendapat : Apakab disyaratkan dalam sahnya khulu itu ,

pihak isteri adalah orang yang nusyuz atau tidak ? Ulama Zhahiriah dan Syiab

mengatakan bahwa isteri boleh melakukan khulu apabila adanya nusyuz.

Pendapat Abu Hanifab dan Syafi'i mengatakan khulu itu sab apabila suka sama

suka antara suami dan isteri, meskipun mereka hidup rukun dan damai tidak

pemah teljadi percecokkan. Bila isteri merasa khawatir suami tidak menunaikan

kewajiban yang telah ditetapkan oleh syariah dalam ikatan perkawinan itu dengan

19Imam Abi Muslim bin Hajaj, "Shahih muslim .. HaditsIce1472", (Beirut: Darul·fikr, 1992), Juz

(33)

menyerahkan kembali seluruh atau sebagian dari harta kekayaan dulu, lalu diterima suaminya. Kemudian suami harus memberi khulu dan bila mereka telah

melakukan halmi, maka terjadilah perceraian.20

Dalam perkara cerai gugat, adapun persyaratan administrasi yang harus

dilengkapi dalam mengajukan gugatan cerai sebagai berikut :

a. Kutipan tanda penduduk (KTP).

b. Surat keterangan untuk cerai dari Kepala desa atau lurah setempat.

c. Kutipan akta nikah ( model NA ).

d. Membayar uang muka biaya perkara menurut peraturan yang berlaku.

e. Surat izin talak dari atasan atau kesatuan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS)

atau anggota TNI atau POLRI

(34)

A. Scbab-scbab tcrjadinya pcrccraian mcnurlltKHI dan Undang-undang No 1 Tahun 1974

Dalam Undang-undang perkawinan No I Tahun 1974 tentang perkawinan pada pasal 38 terdapat tiga macam sebab putusnya ikatan perkawinan antara suami dan isteri yaitu : karena kematian, karena perceraian, dan karena putusan pengadilan. Selanjutnya penulis akan mencoba untuk menguraikan secara singkat:

1. Kematian

Putusnya perkawinan yang disebabkan karena kematian suami dan isteri tidak banyak menimbulkan pelmasalahan. Dengan meninggalnya salah seorang di antaranya, malm dengan sendirinya ikatan perkawinan keduanya menjadi putus.. Pihak yang masih hidup dapat melanjutkan perjalanan hidupnya dengan menikah lagi apabila segala persyaratan yang ditentukan dapat dipenuhi sebagaimana mestinya.J

2. Perceraian

Dalam Undang-wldang perkawinan khususnya pada pasal 39 ayat (1)

bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelall

I Lili Rasidi, "Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malasyia dan Indonesia,( Bandung : Remaja

(35)

pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan

kedua belah pihak2•

3. Putusan Pengadilan

Perceraian yang terjadi karena putusan pengadilan merupakan perceraian

yang teljadi di luar kehendak suami isteri yaitu apabila majelis hakim

berpendapat atau menilai perkawinan keduanya tidak memenuhi syarat-syarat

perkawinan. Bentuk putusan ini dapat berupa fasakh (pembatalan

perkawinan).3

Adapun menmut Undang-undang No I Tahun 1974 pada pasal39 ayat (2)

dijelaskan untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa

pasangan tersebut tidak dapat hidup rukun lagi sebagai suami isted,

sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KI-H) pada pasal 116 menjelaskan

alasan-alasan terjadinya perceraian . Selanjutnya penulis mencoba untuk

menguraikan sam persatu yaitu :

a. Salah satn pihak berbnat zina atan menjadi pemabnk, pemadat,

penjndi, dalllain sebagainya yang snlmr disembnhkan.

Secara umum "zina" bagi orang yang terikat perkawinan adalah hubungan

kelamin (sexual intercourse) yang dilakukan oleh suami atau isteri dengan

seseorang pihak ketiga (sex opposetesex).

2Lihat Undang-undang Perkawinan, pasal 39 ayat(t)

3 Mukti Arto, praktek perkara perdata pada Pellgadilan Agama, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

(36)

Zina adalah salah satu perbuatan yang dapat dijadikan alasan perceraian. Akan tetapi proses pembuktian zina tersebut sulit sekali untuk dibuktikan. Oleh karena itu perkara perceraian dengan alasan zina, pada umnmnya lebih banyak menggunakan istilah "selingkuh, serong, atau menyeleweng". Perbuatan semacam ini memang sering menimbulkan perselisihan dan pertengkaran terus menerus sehingga sulit untuk diselesaikan. Apabila salah satu sudah berbuat dan saling menuduh berbuat zina, maka cara menyelesaikannya dengan cara mencari bukti-bukti serta data-data yang konkrit dan faktuai. Dengan cara itu mungkin juga bisa mencegah terjadinya perceraian.4 Sedangkan penjudi, pemabuk, pemadat, yang merupakan perbuatan melanggar hukum agama dan hukum positif.

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain (suami atau isteri) selama2

(dua) tahun berturnt-turut tanpa mendapat izin dari pihak lain.

Hal ini terkait dengan kewajiban memberikan nafkah baik lahir maupun batin. Apabila salah satu pihak meninggalkan pihak lain dalam waktu yang lama tanpa seizin pasangannya tersebut, maka akan dikhawatirkan tidak ada pemenuhan kewajiban yang harus diberikan kepada pasangannya. Sehingga bila pasangmmya kemudian tidak sanggup, maka dapat mengajukan alasml tersebut untuk menjadi dasar diajukmmya gugatan perceraian di pengadilan.

(37)

c. Salah satu pihak meudapat hukuman penjara 5 (lima) tahuu, atau

lebih berat setelah perlOlwinan berlangsung.

I-Iampir sama dengan point b, pain ini dapat dijadikan sebagai alasan oleh salah satu pihak untuk mengajukan gugatan perceraian. Sebab jika salah satu pihak sedang menjalani hukuman penjara 5 (lima) tahun atau lebih, berarti yang bersangkutan tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri.5

d. Salah satu pihak melakuIOln kekejaman atau pengauiayaan berat

yang dapat membahayakan pihak lain.

Menurut M. Yahya Harahap yang dimaksud dengan kekejaman tidak hanya bersifat fisik, melainkan kekejaman terhadap mental seperti penghinaan, caci maki, selalu marah akibat cemburu yang berlebihan dan berkata kotor. Kekejaman ini pada dasamya sama dengan penderitaan batin yang dapat menghancurkan ketenangan jiwa dan pikiran, selain itu juga dapat membahayakan jasmani maupun rohani kedua pasangan tersebut.7 Sedangkan daIam Undang-undang No 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga pada pasal 6 menjelaskan bahwa kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit,

5Abdul Gani Abdullab, himpunan perundang-undangan dan peraturan Peradilan Agam,(Jakarta:

Intennasa, 1991 ), h. 326

6M. Yahya harapan,"Hukum perkawinan Nasianal",(Medan zahir trading co madam, 1975), cet

(38)

jatuh sakit, atau luka berat.6 Selanjutnya pada Undang-undang KDRT No 23 Tahun 2004 menjelaskan bahwa kekerasan dalam mmah tangga adalah setiap kekerasan yang mengakibatkan luka fisik, psikis, seksual dan ekonomi. Yang terjadi dalam mang lingkup domestik yakni relasi antara orang-orang yang berada dalam hubungan keluarga, perkawinan maupun hubungan keJja di lingkungan domestik dan pasangan dalam hubungall illtim secara sosial maupun seksual.8

Point ini menitikberatkan pada kemaslahatan atau manfaat dari perkawinan dibandingkan dellgan keselamatan individu atau salah satu pihak. Bila suatu perkawinan tetap dipertahankanllamun akan berdampak pada keselamatan individu, maka lebih baik jika perkawinan itu diputus dengan perceraian. Dalam hal ini harns benar-benar bisa dibuktikan mengenai tindakan atau ancaman yang membahayakan keselamatan seseorang atau salah satu pihak.

c. Salah satu pihak mcndapat cacat badan atau pCllyaldt dCllgall akibat

tidak dapat mClljalallkan kcwajiballnya scbaglli suami istcri.

Cacat badan adalah cacat jasmani dan rohalli yang tidak dapat dihilangkan sekalipun dapat disembuhkan atau hilang tetapi dalam waktu yang cukup lama. Sehingga kondisi tersebut dapat mellghalallgi salah satu pihak dalam melljalallkall kewajibannya masillg-masillg sebagai suami isteri.

7 Undang-undang No 23 Talmn 2004 tentang Penghapusan kekerasan datam rumah tangga,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2005), Cet ke-1 h. 4

(39)

Alasan cacat badan atau penyakit, pengadilan memerlukan suatu alat bukti untuk membuktikan apakah benar-benar salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit yang menyebabkan tidak dapat menjalaukan kewajiban masing-masing. Pembuktian semacam ini bisa dilalcukan lewat pemerilcsaan diri ke dokter.

Setelah pemeriksaan telah terbukti salah satu pihak tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami isteri dikarenakan cacat badan atau penyakit yang dimilikinya, maIm hal tersebut dapat dijadikan sebagai alasan untuk mengajukan gugatan perceraian.9

f. Antara suami isteri terus mencrus terjadi perselisihan dan

pertengkaran, sCiota tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam

rumah tangga.

Tidak ada kehidupan rumall tangga yang rukun, tentram dan nyaman apabila dipenuhi dengan perselisihan. Apalagi bila pertengkaran tersebut tidak dapat diselesaikan. Jika hal itu berlangsung telUs menelUs dan dapat menimbulkan danlpak buruk yang lebih besar dalam kehidupan rumah tangga, maka diperbolehkan untulc mengajukan gugatan perceraian ke pengadilan.

g. Suami melangg3l' taldik talak.

Saat akad perkawinan, biasanya mempelai pria membacakan dan menandatangani sighat taklik atau peIjanjian yang diucaplcan mempelai

(40)

pria setelah akad nikah. Dalam hal ini apabila suami dengan sengaja

meninggalkan isteri tanpa memberikan nafkah selama dua (2) tahun

berturut-turut, kemudian pihak suami melakukan tindak kekerasaan pada

isteri. Maka isteri memiliki hak untuk memohonkan peqjatuhan talak pada

dirinya kepada pengadilan yang belwenang.

h. Pcralihan agama atau murtad yang mcnycbabkan tcrjadinya

kctidakrukunan dalam rumah tallgga.

Perkawinan hanya diperkenankan bagi pasangan yang seagama. Jika

dalam kehidupan rumah tangga, salah satu pihak (suami atau isteri)

murtad atau berpil1dah agama, maim secara otomatis salah satu pihak

dapat mengakhiri perkawil1an. Dan apabiia perkawil1an tersebut

dipaksakan tetap berlangsul1g dikhawatirkal1 akal1 mel1imbulkan

ketidakrukul1al1.10

Perceraian hanya dapat dilakukan apabiia telah memenuhi salah satu dari

seluruh alasan di atas.

B. Faktor pcnycbab tcrjadinya pcrccraiall.

Selain alasan-alasan perceraian yang terdapat dalam Undang-undang

perkawil1an dan Kompilasi Hukum Islam (IOU). Adapul1 Falctor atau alasan yang

sering terjadi di pengadilan agama serta dalam kehidupan rumah tangga seperti :

10M. Thalib,penyebab perceraian dan penangulangannya,(Bandung : Irsyad Baitus Salam, 1997 ),

(41)

1. Syiqoq (pertengkaran)

Syiqoq yaitu percecokan atau perselisihan antara suami dan isteri. Keretakan hubungan ini disebabkan karena perbedaan pendapat dan watak yang amat sulit dipertemukan, apabila masing-masing tetap bertaban dan tidak ada yang bersedia untuk mengalab sama sekali maka ketentraman dan ketegangan dalam rumah tangga tidak kunjung reda. Syiqoq memang masalab yang paling sering teJjadi dalam kehidupan rumab tangga, hal ini menyebabkan perceraian yang sering terjadi. Alasan ekonomi, perbedaan prinsip, menjadi salab satu penyebabnya.lI Suasana rumah tangga demikian yang dapat mengajukan gugatan cerai.

2. Ekonomi rumab tangga.

Kewajiban suami untuk memberikan nafkall kepada isteri dan anak-anak untuk mendapatkan makanan, pakaian, pengobatan dan tempat tinggal selia kebutuhan pokok laiunya. Apabila suami tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut dan tidak dapat memberi nafkah maka isteri berhak mengajukan gugatan cerai, sebagaimana yang terdapat dalam Undang-undang perkawinan pada pasa! 34 ayat (3) tersebut.12 Adapun Kadar nafkail ditentukan sebelum melaksanakan perkawinan, dalam hal ini pihak-pihak yang berkepentingan segera merancang besaran batas minimal dalam

" Amir syarifuddin, " Hukum perkawinan Islam di Indonesia .. Antara Fiqh Munakahat dan Undang-undang Perkawinan",(Jakarta: Kencana, 2006), h. 193

(42)

memberikan natkah pokok sesuai UMR ( Upah Minimum Regional ), dengan asumsi sebagai berikut :

Jika golongan ekonomi bawah seperti :

(Pangan), I Liter (Rp 4000)x30 hari=

120.000,-(Sandang), Rp 200.000,- ( Seperti kebutuhan pakaian dan nllllah) (Papan), Rp 300.000,- ( Meliputi Kontakan nunah+Listik)

Jwnlalmya Rp 620.000, sedangkan Upah minimum regional di daerah Kota Tangerang sekitar Rp 800.000. Jadi masih ada sisa menyimpan sekitar Rp 180.000.

Hitullgan di atas tersebut SUdall menjadi pilihan penulis dengan sampel suami yang mempunyai penghasilan di bawah rata-rata di daerall Kota Tangerang yang belum mempunyai tanggungan anak. Apabila sudah mempunyai tanggungan anak, maka penghasilan dalam memberikan natkah ditambah hitungannya., dan segera disepakati bersama, seperti dilihat dari tinggalnya, daeralmya sehingga terjadi keseimbangaImya yang merata di setiap daerah di selmuh Indonesia.13

3. Gangguan pihak ketiga.

GaIlgguan pihak ketiga merupakan kehadiran pillak ketiga seperti idamaIl wanita lain dalanl kehidupan rumah tangga. Hal illi akan menjadi runtuhnya ikatan perkawinan, apabila sUaIlli telah melakukan hubungan dengaIl wanita lain atau yang dikenal dengan selingkuh dan telah diketahui oleh salah satu

(43)

pihak maka akan teIj adi perselisihan antara snami dan isteri. Dan biasanya akan berakhir dengan perceraian.14

4. Snami penganggnran atan di-PHK.

Kondisi snami yang penganggnran atan yang tidak memiliki lapangan pekeljaan sehingga tidak ada pemasnkan sama sekali nntuk memennhi keblltuhan sehari-hari dalam kehidnpan rumah tangganya. Maka apabila keadaan ini terns menerns berlangsnng, akan membahayakan keselamatan isteri karena nntnk makanpnn tidak dapat terpennhi. Dan kondisi seperti ini isteri dapat mengajukan gngatan cerai tentunya setelah mencari jalan kelnar.15 5. Cembnrn.

Cemburn melUpakan dngaan isteri kepada snammya bahwa snaml selingknh dengan wanita lain meskipnn tidak dapat dibuktikan. Snlit nntuk diperkirakan betapa besar kesengsaraan yang dialami seorang snami yang selaln dicemburni atan dicnrigai oleh isteri atan snaminya karena cnriga yang tidak mempunyai alasan yang benar atan yang didasarkan hanya persangkaan saja. Kondisi seperti ini akan menghancnrkan rnmah tangga, sehingga dapat menimbnlkan perselisihan dan pertengkaran antara snami dan isteri.16

14Budi Susilo,Prosedur gugatan cerai,(Yogyakmta: Pustaka Yustisia, 2007), Cet ke- 1 h. 21

15Ibid,h.22

(44)

A. ProfilPengadilan Agama Kota Tangerang

Pengadilan Agama di Indonesia telah diakui (secara yuridis fonnal) keberadaannya sejak pemerintahan penjajahan Belanda sesuai dengan Stbl

(Staatblad) 1882, hal ini berdasarkan surat keputusan Raja Belanda, yakni Raja Williem III tanggal 19 Januari 1882 Nomor 24 yang dimuat dalam Staab1ad 1882 No. 152.1Di zaman setelah merdeka sekarang ini diperkuat 1agi dengan undang No 14 Tahun 1970, tentang pokok-pokok kekuasaall kehakiman, Undang-undang No 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, Undang-Undang-undang No 7 Tahun 1989, amademen Undang-undang No 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama, kemudian Undang-undang No 14 Tahun 1970 tentang pokok-pokok kekuasaan kehakiman diubah dengan Ulldang-undang No 35 Tahun 1991 tentang kekuasaan kehakiman dan terakhir dengan Undang-undang No 4 tahun 2004 tentang amademen undang Kekuasaan Kehakill1an, sedallgkan undang No 14 Tahun 1985 Tahun Mahkamah Agung diubah dengan Undang-undang No 5 Tahun 2004 tentang Mahkall1ah Agung. Kemudian keluar pula Keppres No 21 Tahun 2004 tentang pengalihan 1ell1baga (kedudukan Pengadilan)

I Abdul Halim, Peradilan Agallla dalalll Palilik Hukulll In1qnrsia, (Jakarta : Rajawali Press, 2000), eel ke-l, h. 51

(45)

dari Departemen Agama ke Mahkamah Agung (administrasi) dalam pasal 2 ayat (2) berbunyi :

" Bahwa Pengadilan Agama dan Direktorat Peradilan Agama secara orgamsasl, administrasi, finansial pada Direktorat Peradilan Agama atau Pengadilan Tinggi Agama atau Mahkamah Syariah atau Pengadilan Agama terhitung sejak tanggal 30 Juni 2004, dialihkan dan Departemen Agama ke Mahkamah Agung,,2

Dalam Undang-undang No 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman dalam pasal 10 ayat (2) dijelaskan bahwa kekuasaan kehakiman di Indonesia dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung meliputi :

1) Peradilan Umwn 2) Peradilan Agama 3) Peradilan Militer

4) Peradilan Tata Usaha Negara

Pengadilan Agama termasuk salah satu dan penyelenggaraan kekuasan kehakiman, kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila, demi terciptanya Negara Hukrun di Indonesia.

Tempat kedudukan Pengadilan Agama Kota Tangerang di Jalan Perintis Kemerdekaan II, kompleks Perkantoran Cikokol Kota Tangerang adalah

2 Sulaikin Lubis dkk, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: Kencana,

(46)

Pengadilan Agama kelas I B yang berada di wilayah Hukum Pengadilan Tinggi

Agama Bandung. Pengadilan Agama Tangerang dibangun seluas

±

110 m'

dengan status tanab hak pakai berdasarkan sertifikat yang diterbitkan Badan

Pertanahan Negara (BPN) Tangerang Nomor 28 dan 29 Tanggal 21 September

1984. Adapun bangunan induk Pengadilan Agama Kota Tangerang seluas ±210

m' terdiIi dari luas gedung bangunan lama 445,8 m', luas halaman 544,2 m'serta

taman seluas 1020 m' dengan sertifikat No 29 Tahun 1984 yang bangunanya telah

dihibabkan oleh Bupati Kota Tangerang kepada Kettla Pengadilan Agama Kota

Tangerang dengan Nomor 641,6 / Kep 203 HUK/2004, pada Tabun 2004 berupa

bangunan bertingkat 2 seluas 384 m' dan selebihnya halaman seluas 636 m',

gedwlg tersebut sekarang dipergunakan untuk ruang sidang, wakil ketua, ruang

hakim, ruang panitera pengganti dan jurusita pengganti3

Luas Wilayah dan Keadaan Geografis. Wilayah administrasi daerah

tingkat II Kota Tangerang berada di Lokasi sangat strategis letak geografisnya,

terutama pengembangan ekonomi wilayah dan penduduknya secara wnwn. Letak

geografisnya Kota Tangerang terletak antara 66' Lintang Selatan sampai dengan

613' Lintang Utara dan 106.36' Bujur Timur sampai dengan 106.42' Bujur

Timur, batas wilayah :

a. Sebelah Utara: Berbatasan dengan Kecamatan Teluk Naga dan Kecamatan

Sepatan Kabupaten Tangerang.

3 Laporan Tahunan Pengadilan Agama Kola Tangerang, (Arsip Pengadilan Agama Kola

(47)

b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengal1 Kecamatal1 Curug, Kecamatan Serpong dan Kecamatan POl1dok Aren Kabupaten Tangerang.

c. Sebelah Timur : Berbatasan dengan DKI Jakarta.

d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Cikupa Kabupaten Tangerang.

Letak Pengadilan Agama Kota Tangerang bertempat di Jalan Perintis Kemerdekaan II, Kompleks Perkantoran Cikokol Kota Tangerang.

Wilayah hukum Pengadilan Agama meliputi seluruh wilayah daerah tingkat II Kota Tangerang yang terdiri dari 13 (tiga belas) kecamatan dan 104 (seratus empat) kelurahan.4

Wewenang Pengadilan Agama Kota Tangerang adalah menerima, memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya oleh masyarakat muslim yang berpekara mengenai lllasalah perkawinan, kewarisan, dan pewakafan ditambah setelah diamandemenkannya Undang-undang No 7 Tahun 1989 tentang Pengadilan Agama yaitu lllengellai perkara di bidang perkawinan, waris, hibah, wakaf, zakat, il1faq, shodaqoh, dan ekonollli syariah dan tidak boleh lllenolak perkara yang diajukan oleh lllasyarakat muslim itu tanpa terkecuali5

4 Arsip Pengadilan Agama Kota Tangerang, penulis dapatkan dari Staff Panitera Muda Gugatan

Pengadilan Agama(PA) Kota Tangerang, Madiroh Hasun, S. Ag

(48)

B. Data Perceraian di Pengadilan Agama Rota Tangerang

Perceraian yang teIjadi di lingkungan Pengadilall Agama Kota Tangerang, pada tahun 2006 yakni, berkisar pada angka 656 kasus cerai6 Terdiri dan kasus cerai talak yang berjumlah 231 kasus yang diputus dan ,;erai gugat 425 kasus. Berdasarkan pada angka yang cukup tinggi, perkara cerai gugat sangat dominan, alasannya cukup jelas apabila dilihat berdasarkan presentase yang ada yaitu untuk faktor penyebab karena poligami tidak sehat 4,13 %, krisis akhlak 9,69 %,

cemburu 14,72 %, kawin paksa 2,15 %, ekonomi 28,5 %, tidak ada tanggung jawab 22,2 %, penganiayaan 6,82 %,dihukum I %,gangguan pihak ketiga 6,28

% sedangkan tidak ada keharmonisaan 21,3 %. Ini berdasarkan persentase dari 656 perkara yang ada di Pengadilan Agama Kota Tangerang, dan jumlah faktor penyebab perceraian yang disebabkan karena ekonomi yang menduduki peringkat pertama dengan persentase 28,5 %. Akan tetapi Pada Tahun 2007 kasus cerai berkisar pada angka 724 kasus perkara7,cerai talak 279 dan cerai gugat 495, pada

tahun 2007 terjadi kenaikan angka akan tetapi tidak signifikan.

Hal ini telah dibuktikan bahwa penduduk Kota Tangerang membengkak dan sebagian besar penduduknya adalah pendatang. Tentu saja latar belakang mereka baik pendidikan, sosial budaya, ekonorni atauptm laiunya akan berbeda. LataI' belakang pendidikan penduduk Kota Tangerang, IdlUsusnya yang beracara di Pengadilan Agama Kota Tangerang adalah SLTA ke atas yang dapat dikatakall

(49)

kebutuhan hidupnya terutama dalam rumah tangga cukup mencukupi, bahkan banyak di antara mereka yang berpendidikan S. 1 dan S. II.

Mungkin hal ini berbeda dengan tingkat pendidikan masyarakat pencari keadilan di daerah lain, kondisi inilah yang menjadi tantangan berikutnya bagi Pengadilan Agama Kota Tangerang8

C. Latarbelakang ekonomi rumahtangga

Pada mulanya istilah ekonomi memiliki arti mengatur rumah tangga, secara etimologi ekonomi berasal dari oikonomeia (Greek atau Yunani). Kata oikonomeia berasal dari dua kata yaitu oikos yang berarti rumah dan nomos

berarti aturan. Dengan kata lain ekonomi adalah pengetahuan tentang peristiwa dan persoalan yang berkaitan dengan upaya manusia secara perorangan (pribadi), kelompok (keluarga, suku, bangsa, organisasi) dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas yang dihadapkan pada sumber terbatas.9

Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia ekonomi diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan keuangan, perindustrian dan perdagangan.1O

8Dala kondisi obyektifPengadilan Agama Kola Tangerang, Tahun 2007

9 K.H Abdullah zaky Alkaaf, " Ekonomi dalam perspektij Islam", ( Jakarta : CV Puslaka Selia,

2002),h. II

10W.J.S Poerwadanninta, "Kamus Umum Bahasa Indonesia",(Jakarta: Balai Puslaka, 1987), h.

(50)

Ekonomi rumah tangga merupakan salah satu faktor untuk memenuhi

kebutuhan hidup keluarga. Dan faktor ekonomi ini juga sebagai salah satu faktor

yang mempengaruhi teIjadinya perceraian.

Hal ini terdapat dalam Undang-undang Perkawinan No 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan pada pasal34 ayat(1),(2) dan (3)11 yaitu:

1) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan

hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.

2) Isteri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.

3) Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat

mengajukan gugatan kepada Pengadilan. 12

Faktor ekonomi terutama dalanl hal keuangan bukan semata-mata

dipengaruhi oleh kuantitas atau jumlah penghasilan saja, tetapi lebih banyak

dipengaruhi oleh kemampuan dalam penge1olahannya. Dalam realitas kehidupan

sosial tidak sedikit keluarga yang merasakan cukup dan kebutuhan hidup keluarga

terpenuhi, padahal jumlah penghasilan yang diperoleh tidak seberapa dan tidak

jarang juga sebuah keluarga merasa kurang dan kebutuhan hidupnya tidak

terpenuhi, padahal penghasilan keluarga lebih dari CUkup.13

Kondisi ekonomi seperti ini merupakan bagian dari persoalan yang cukup

penting. Misalnya sebuah keluarga yang telah beIjalan sekian puluh tahun, lalu

IILihat Undang-undang Perkawinan Pasal 34

12Lihat Undang-undang No 1 Tabun 1974. Pasal34.

13 Sutarmadji dan Mesraini, "Adminislrasi pel71ikahan dan manajemell keuangall,( Jakarta :

(51)

tidak mampu mencukupi kebutuhan pokok dalam kehidupan keluarganya lantaran ketidakmampuan dalam mengelola keuangan maka hal ini menjadi keprihatinan banyak pihak, padahal suami memiliki penghasilan yang cukup. Bagaimana jika suarni memiliki penghasilan yang kurang? Hampir dipastikan keluarga semacam ini alean merasa kesusahan dalam mengarungi kehidupan rumah tangga.

Sedangkan secara spesifik ada beberapa permasalahan ekonomi dalam kehidupan rumah tangga yaitu :

1) Suami menganggap isteri tidak bisa me-manage perputaran ekonomi dalam rumah tangga, seperti terlalu boros.

2) Kondisi suami pengangguran tidak ada pemasukan sarna sekali untuk belanja kebutuhan sehari-hari, jika keadaan ini terus-menerus berlangsung dapat membahayakan keselamatan isteri dan anak karena suami tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga. Maka kondisi seperti ini isteri boleh mengajukan gugatan cerai, sebagaimana yang terdapat dalam Undang-undang Perkawinan pada pasal 34 ayat (1) tersebut.14

Kebutuhan pokok dalam rumah tangga ini yang dapat menunJang kesejahteraan keluarga seperti :

a. Kebutuhan vital biologis atau kebutuhan jasmani, seperti pakaian, makanan, perumahan, pemeliharaan kesehatan dan sebagainya.

b. Kebutuhan rohani, seperti keagarnaan dan sebagainya.

14Muhammad Ustman AI-Khasyu, "Sulitnya berumah tangga .. upaya mengatasinya menurut

(52)

c. Kebutuhan sosial kultural, seperti pergaulan, kebudayaan, dan sebagainya.15 Semua kebutuhan ini saling kait-mengait dan secara minim hams terpenuhi dalam kehidupan rumah tangga. Selain itu perlu diketahui bahwa setiap orang memiliki sumber alamiah atau potensi yang ada dalam dirinya sebagai karunia Allah SWT kepada setiap orang yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kesejahteraan hidup yaitu :

a. Sumber yang ada pada manusia, yaitu tenaga, minat, dan kesanggupan, ilmu pengetahuan dan keterampilan.

b. Sumber non manusia, yaitu waktu, uang, materi, dan fasilitas umum yang ada pada kesejahteraan keluarga dengan sebutan 6 M, yaitu Man, Money, Methode, Material, Machine dan Market.16

Semua sumber ini harus ditata dengan baik agar dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan keluarga atau keluarga sejahtera harus dibangun dengan usaha yang gigih seperti :

1. Mewujudkan hubungan suami isteri secara harmonis.

2. Membina hubungan antara anggota keluarga serta lingkungan. 3. Membina kehidupan beragama (Islam) dalam keluarga.17

I' Direktorat Bimas Islam dan Drusan haji , ..Modal pembinaan kell/arga sakinah ", ( Jakarta: Departemen Agama RI, 2000), h. 167

16 Direktorat bimas Islam dan urusan haji, .. Modl/I pembinaan kell/arga sakinah ", ( Jakarta:

Departemen Agama RI, 2000 ), h. 168

17Edha Syifai, "Mendambakan kell/al'ga yang selamat, bahagia, dall Islami",(Jakarta: Afrindo),

(53)

D. Dampak ekonomi terhadap kelangsnngan hidup rumah tangga.

Perceraian yang disebabkan faktor ekonomi ditentukan pada kebutuban

hidup keluarga, baik kebutuhan lahir maupun kebutuhan batin. Walaupun setiap

orang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya meski sesuai dengan potensi yang

mereka miliki, namun semua itu tidak menjamin untuk terlepas dari problematika

rumah tangga.

Pada prinsipnya, kehidupan rumah tangga harus didasari oleh mawaddab

dan rahmah yaitu suami isteri harus memerankan peran masing-masing dan saling

melengkapi, disamping itu harus diwujudkan kelembutan dan saling pengertian

sehingga rumah tangga menjadi hal yang sangat menyenangkan, penuh

kebahagiaan, kenikmatan dan dapat melahirkan generasi yang baik sebagai

harapan bangsa dan Negara.18

Namun jika cinta dan kasih sayang sudah mengering dan tidak ada lagi

kehangatan salah satu atau keduanya sebagai suami isteri, sehingga yang tinggal

hanyalab pertikaian dan tipu daya. Kemudian keduanya telah berusaha

memperbaiki akan tetapi tidak berhasil.

Dalam ajaran Islam bila melihat kondisi seperti ini maka suami isteri tidak

dapat dipaksa lagi untuk hidup dalam cengkraman hubungan yang

membahayakan tersebut. Islam memberi peluang dan hak bagi keduanya untuk

melakukan perceraian, apabila mereka tidak bisa bertahan hidup bersama dalam

18 Direktorat Bimas Islam dan Urusan haji , "Modlll pembinaan kelual'ga sakinah ", ( Jakarta:

(54)

satu atap dan telah berusaha semaksimal mungkin mencari jalan keluar dari

permasalahan tersebut. Suami berhak mentalak isterinya yang tidak mampu

menjalankan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga, demikian pula sang isteri

berhak melepaskan diri dari ikatan pernikahan, jika suanli tidak bisa menjalankan

tugasnya sebagai kepala rumah tangga.19

Selain itu, adapun dampak ekonomi terhadap rumah tangga seperti ;

Terhadap kondisi ekonomi keluarga, yaitu dalam kehidupan manusia kebutuhan

ekonomi merupakan kebutuhan primer yang dapat menunjang kebutuhan lainnya.

Kesejal1teraan manusia dapat tercipta manakala kehidupannya ditunjang dengan

perekonomiannya.20

E. Faktor ekonomi sebagai alasan perceraian.

Pada awalnya, tujuan dari perkawinan adalah untuk menjadi keluarga

sakinah, mawaddah, dan rahmah. Sebagaimana yang tercantum dalum Kompilasi

Hnkum Islam (KHI) dan merupakan cita-cita setiap insan dalam mengarungi

bahtera runlah tangga21

Akan tetapi tidak semua orang akan dapat mencapai cita-cita tersebut

dengan mudah, karena dalam peIjalanannya sering kali bahtera rumal1 tangga

19Ibidh.169

20Edha Syifai, h. 25

(55)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam ajaran Islam khususnya dalam kitab suci al-Qur’an banyak kita temukan ayat-ayat yang sebenarnya membicarakan tentang manusia, mulai dari proses asal-usul

Untuk selanjutnya hasil estimasi tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan/udang yang direfleksikan dari data produksi hasil tangkapan nelayan di Danau Paniai adalah sebagai berikut :

Rendahnya kuantitas alih kodedalam tuturan siswa Kelas II SMP Negeri 1 Leihitu ketika mengikuti PBM bahasa Indonesia bukan disebabkan oleh percakapan berbahasa siswa dan

sangat ketat, perusahaan harus mampu memberikan harga dan kualitas produk yang berkualitas terhadap pembelinya karena perusahaan dikatakan berhasil mencapai

Beberapa penelitian menyatakan bahwa masalah gizi pada bayi dan anak terjadi karena kebiasaan pemberian ASI dan MP-ASI yang tidak tepat dari segi kualitas

Hasil dari penelitian ini adalah menghasilkan system e-learning berbasis website untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, efektif dan waktu lebih efisien sehingga

Untuk menanggulangi kejadian-kejadian seperti ini perlu adanya suatu lembaga yang mampu menjadi jalan tengah.Wujud nyatanya adalah dengan memperbanyak pengoperasionalan

[r]