ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP NILAI JAKARTA ISLAMIC INDEX
Diajukan Oleh :
WASTRIATI 106084003618
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP NILAI JAKARTA ISLAMIC INDEX
Periode Januari 2003-Desember 2009
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
WASTRIATI
NIM: 106084003618
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
NIP: 150.409.504
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Hari ini, Selasa tanggal 14 Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah
dilakukan ujian skripsi atas nama Wastriati, NIM: 106084003618, dengan judul
skripsi: Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Nilai Jakarta Islamic Index Periode Januari 2003-Desember 2009. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung maka skripsi ini sudah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 Desember 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Ketua Sekretaris
Hari ini, Selasa tanggal 28 Bulan September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah
dilakukan ujian komprehensif atas nama Wastriati, NIM: 106084003618, dengan
judul skripsi: Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Nilai Jakarta Islamic Index Periode Januari 2003-Desember 2009. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung maka skripsi ini sudah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 September 2010
Tim Penguji Komprehensif
Ketua Sekretaris
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Mahasiswa : Wastriati
NIM : 106084003618
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri dan bukan
merupakan rekapitulasi maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang
lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau rekapitulasi maka skripsi
dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang ataupun menyusun skripsi
baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian
hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 13 Oktober 2010
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama : Wastriati
Tempat, Tanggal Lahir : Bukittinggi, 13 Februari 1987
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Anggrek Garuda VE Blok G no.93 Palmerah,
Jakarta Barat
Agama : Islam
Suku/Kebangsaan : Minang/Indonesia
Email : iwazz_elok@yahoo.com, wastriati@yahoo.com
Blog : wastriaelok.blogspot.com
PENDIDIKAN
TK Pembangunan V Surau Selatan (1992-1993)
SD Negeri 38 V Surau Selatan (1993-1999)
SMP Negeri 1 Tilatang Kamang, Kab. Agam (1999-2002)
SMA Negeri 1 Tilatang Kamang, Kab. Agam (2002-2005)
Abstract
The purpose of this research is to analyze the short and long run relationship between four macro economic variables, exchange rate, money supply, inflation, GDP and JII. The data for assessing this research are acquired from the monthly financial reports published by Bank Indonesia and Indonesia Stock Exchange from January 2003 to December 2009. This research used Cointegration and Error Correction Model as econometric tool.
The research shows that there are a relationship between exchange rate, money supply, inflation, and GDP to JII in the long term. It’s mean that exchange rate, money supply, inflation and GDP influence the JII. But in the short time, there are no relationship between exchange rate, money supply and inflation to JII. There is a relationship only on GDP to JII. It’s mean that GDP influence the JII in the short term.
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dalam jangka pendek dan jangka panjang antara empat variabel makro yaitu: nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs), jumlah uang beredar (M2), tingkat inflasi dan produk domestik bruto (PDB) terhadap Jakarta Islamic Index. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2003 sampai Desember 2009 dari laporan bulanan Indikator Ekonomi Makro Bank Indonesia dan Laporan Statistik Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan uji Kointegrasi untuk melihat adanya indikasi hubungan jangka panjang dan Error Correction Model untuk melihat adanya hubungan jangka pendek.
Hasil penelitian menunjukkan dalam jangka panjang terdapat pengaruh antara variabel kurs, M2, inflasi dan PDB terhadap nilai JII. Hal ini membawa implikasi bahwa dalam jangka panjang variabel makro dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan nilai JII. Sedangkan dalam jangka pendek tidak terdapat pengaruh antara kurs, M2 dan inflasi terhadap nilai JII, hanya variabel PDB yang mempengaruhi nilai JII dalam jangka pendek. Hal ini membawa implikasi bahwa dalam jangka pendek variabel kurs, M2 dan inflasi bukan merupakan indikator yang baik untuk memprediksi pergerakan nilai JII. Tetapi Variabel PDB dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan nilai JII dalam jangka pendek.
Kata Pengantar
Puji syukur penulis Panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan
salam tidak lupa penulis ucapkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak
dari mulai periode perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit
bagi penulis untuk dapat menyelesaikan dengan baik. Oleh karena itu ijinkanlah
penulis untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
berjasa tersebut, antara lain:
1. Kedua orang tua saya. Mama dan Bapakku, Love you so much. I can stand
if there are not you at my side every breath I take in these life. Terima
kasih atas semua Doa dan Ridhanya sama Was, mulai dari lahir sampai
selamanya. Terima kasih atas segala sesuatu dari Beliau yang telah
dicurahkan seluruhnya bagi hidup saya, membiayai pendidikanku dari
taman kanak-kanak sampai selesai studi saya di IESP FEB UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta ini. Was akan menjadi anak yang bisa
membanggakan mama dan bapak suatu saat nanti, seperti yang mama dan
bapak cita-citakan. No one will replace you in these world. Love you
Mamaku, Love you Bapakku.
2. Udaku Zulfitra yang telah memberikan dukungan dan bantuannya baik
moril maupun materil. Kakakku Zulmayeti yang selalu memberikan
dorongan dan semangat di waktu senang maupun sedih dan Adikku Reda
Mulyati, kak Was akan selalu berusaha jadi kakak terbaik buat Reda,
3. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, M.M, selaku dosen
pembimbing satu, terima kasih telah membimbing dan memberikan
support kepada saya selama ini, dari mulai awal penulisan sampai selesai.
4. Bapak M. Hartana I. Putra, M.Si, selaku pembimbing dua. Terima kasih
telah membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada saya
demi selesainya skripsi ini dengan baik.
5. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Bapak Dr. Lukman M.Si,
selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.
6. Semua Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu-ilmu yang bermanfaat buat saya dan untuk kemajuan FEB UIN Jakarta,
serta staff karyawan yang telah memberikan pelayanan kepada setiap
mahasiswa. Terima kasih juga untuk Bapak Taufiq Rahman, SE., selaku
humas BEI yang telah ikut membantu saya dalam memperoleh data.
7. Seluruh keluarga besar mama dan bapak. Mak En, Tek Oka, Mak Yas, Tek
Rina, Tek Nof, Mak Adi, Abang, Kak Nita, Da En dan Ni Yad. Juga buat
si kecil Wildan “Ponakannku” yang lucu dan baru satu-satunya.
8. Teman baikku Ifad, Yunita, Yanti, Titik dan Fitri, yang selalu memberikan
semangat untuk terus maju dan tidak putus asa.
9. Teman-teman seperjuangan di kelas Ekonomi Islam, Lia, Sari, Saras,
Yeni, Winda, Olit, Laras, Ovid an Friska. “Go Genk Syah”. Teman-teman
IESP B Upi, Maria, Fera, Saphi, Zahra, Tunjung, Nia dan lainnya.
10.Teman-teman kosan yang selalu jadi tempatku bercerita. Yeni, Warsih,
Yana dan Nita. Terima Kasih juga buat kak Santo, kak Tina, Dhika dan
Ridho. Teman-teman dikosan baruku Dhini, Syauffa, Najwa, Roro, Erna,
Icha, Nunu, Tiwi dan yang lainnya. Serta semua pihak yang namanya tidak
dapat saya tulis satu persatu, terima kasih banyak.
Jakarta, 30 November 2010
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... i
ABSTACT ... ii
ABSTRAK... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTARISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTARLAMPIRAN ... ... ... ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
1. Tujuan Penelitian ... 10
2. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
A. Konsep Dasar Ekonomi Dalam Islam ... 12
B. Pasar Modal Syariah ... 13
C. Investasi dalam Perspektif Islam ... 14
E. Saham Syariah ... 18
F. Analisis Fundamental Variabel Makro ... 21
G. Ilmu Ekonomi Makro Dalam Perspektif Islam ... 25
H. Variabel Makro Ekonomi... 27
1. Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD (kurs) ... 27
2. Jumlah Uang Beredar (M2)... 30
3. Tingkat Inflasi ... 33
4. Produk Domestik Bruto (PDB) ... 38
I. Penelitian Terdahulu ... 42
J. Kerangka Pemikiran... 49
K. Hipotesis Penelitian ... 52
BAB III METODOLOGJ PENELITIAN ... 53
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 53
B. Metode Penentuan Sampel ... 54
C. Metode Pengumpulan Data ... 54
D. Metode Analisis Data ... 55
1. Uji Akar Unit Phillips-Perron (PP) test ... 56
2. Uji Derajat Integrasi ... 58
3. Uji Kointegrasi ... 59
4. Uji Asumsi Klasik ... 60
b. Uji Heteroskedastisitas... 61
c. Uji Linearitas ... 62
d. Uji Normalitas ... 63
5. Uji Error Corection Model (ECM) ... 63
6. Uji Error Corection Term (ECT) ... 65
E. Operasional Variabel Penelitian ... 65
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 68
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 68
1. Sejarah Singkat Berdirinya Jakarta Islamic Index ... 68
2. Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD (Kurs) ... 74
3. Jumlah Uang Beredar (M2) ... 76
4. Tingkat Inflasi ... 78
5. Produk Domestik Bruto (PDB)... 80
B. Hasil Analisa dan Pembahasan ... 83
1. Uji Akar Unit ... 83
2. Uji Derajat Integrasi ... 84
3. Uji Kointegrasi ... 85
4. Uji Asumsi Klasik ... 87
a. Uji Autokorelasi... 87
b. Uji Heteroskedastisitas ... 88
d. Uji Normalitas ... 90
5. Uji Error Correction Model ... 91
C. Interpetasi Analisis Teknik ... 92
1. Kurs Rupiah Terhadap USD dan Indeks Syariah JII ... 93
2. Jumlah Uang Beredar (M2) dan Indeks Syariah JII... 94
3. Tingkat Inflasi dan Indeks Syariah JII ... 95
4. Produk Domestik Bruto dan Indeks Syariah JII ... 95
D. Interpretasi Analisis Ekonomi ... 96
1. Analisis Jangka Pendek ... 96
2. Analisis Jangka Panjang ... 97
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 101
A. Kesimpulan ... 101
B. Implikasi dan Saran ... 103
DAFTAR PUSTAKA ... 104
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
Tabel 1.1 Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD dan IHSG 8
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 46
Tabel 3.1 Tabel Uji Durbin-Watson 60
Tabel 4.1 Nama 30 Emiten yang Terdaftar di JII 72
Tabel 4.2 Uji Akar Unit Phillips-Perron test pada Level 84
Tabel 4.3 Uji Akar Unit Phillips-Perron test firstdifference 85
Tabel 4.4 Uji Kointegrasi 86
Tabel 4.5 Uji Durbin-Watson 87
Tabel 4.6 Uji Lagrange Multiple Test 88
Tabel 4.7 Uji White Heteroskedasticity 88
Tabel 4.8 Uji Ramsey RESET Test 89
Tabel 4.9 Uji Normalitas Jarque-Bera 90
Tabel 4.10 Hasil Regresi Error Correction Model (ECM) 91
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
Gambar 1.1 Perkembangan Indeks Jakarta Islamic Index 4
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 51
Gambar 4.1 Indeks Syariah Jakarta Islamic Index 73 Gambar 4.2 Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD 75
Gambar 4.3 Jumlah Uang Beredar (M2) 77
Gambar 4.4 Tingkat Inflasi 79
[image:16.612.135.538.53.450.2]DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
Lamp. 1 Data Variabel Penelitian 107
Lamp. 2 Uji Stasioneritas LNJII tingkat Level 110
Lamp. 3 Uji Stasioneritas LNJII First Difference 110 Lamp. 4 Uji Stasioneritas LNKURS tingkat Level 111
Lamp. 5 Uji Stasioneritas LNKURS First Difference 111 Lamp. 6 Uji Stasioneritas LNM2 tingkat Level 112
Lamp. 7 Uji Stasioneritas LNM2 First Difference 112
Lamp. 8 Uji Stasioneritas LNINF tingkat Level 113
Lamp. 9 Uji Stasioneritas LNINF First Difference 113 Lamp. 10 Uji Stasioneritas LNPDB tingkat Level 114
Lamp. 11 Uji Stasioneritas LNPDB First Difference 114
Lamp. 12 Uji Kointegrasi 115
Lamp. 13 Uji Lagrange Multiple Test 116
Lamp. 14 Uji White Heteroskedasticity 116
Lamp. 15 Uji Ramsey RESET Test 116
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah suatu sistem dan jalan hidup yang utuh dan terpadu,
memberikan panduan yang dinamis dan lugas terhadap semua aspek
kehidupan termasuk sektor bisnis dan transaksi keuangan. Pemilikan
kekayaan pribadi harus berperan sebagai harta produktif yang akan
meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Harta sebagai salah satu titipan Allah SWT harus dikelola
dengan baik dan profesional.
Firman Allah dalam surat Al-Hadid ayat 7
“Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah Telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar”.
Aktifitas keuangan dalam Islam dipandang sebagai wahana bagi
masyarakat modern untuk membawa mereka kepada paling tidak pelaksanaan
terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh beberapa orang saja. Bagi
mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam mengajarkan
untuk melakukan investasi dengan prinsip syariah. Islam memperbolehkan
pinjam meminjam tidak dengan bunga, melainkan dengan basis profit and loss sharing. Hal ini dapat diinterprestasikan bahwa Islam mendorong umatnya menjadi investor bukannya kreditor. Salah satu cara yang dapat digunakan
supaya harta produktif dapat bermanfaat bagi masyarakat umum dan dapat
mendorong masyarakat menjadi seorang investor yang prinsip-prinsipnya
tidak bertentangan dengan ajaran Islam adalah dengan cara berinvestasi pada
pasar modal syariah (Oom Komariyah, 2006)
Pasar modal secara umum dapat diidentikkan dengan sebuah tempat
dimana modal diperdagangkan antara pihak yang memiliki kelebihan modal
(investor) dengan orang yang membutuhkan modal (issuer) untuk mengembangkan investasi. Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1995, pasar
modal didefinisikan sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran
Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek
yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”
(Nurul Huda, 2008)
Pasar modal syariah (Islamic Stock Market) atau bursa efek syariah adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
mekanisme operasionalnya berjalan dengan hukum muamalat Islamiayah.
(Abdul Hamid, 2009).
Langkah awal perkembangan pasar modal syariah di Indonesia dimulai
dengan diterbitkannya reksa dana syariah pada 25 Juni 1997 diikuti dengan
diterbitkannya obligasi syariah pada akhir 2002. Sedangkan untuk pasar saham syariah di Indonesia mulai dirintis sejak diluncurkannya indeks harga
saham berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 3 Juli 2000, yang disebut
sebagai Jakarta Islamic Index (JII). (Nurul Huda, 2008)
JII merupakan hasil kerjasama antara PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)
dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM). JII menggunakan
tanggal awal perhitungan 1 Januari 1995 dengan nilai awal 100 dan metode
perhitungan indeks dilakukan sesuai dengan ketetapan BEI. Saham-saham
yang terdaftar dalam JII terdiri dari 30 saham yang telah lolos dari screening process yang dilakukan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional. Tetapi perlu diingat bahwa tidak berarti saham-saham di
luar JII semuanya tidak sesuai dengan prinsip syariah. JII hanya menampung
30 saham dengan kinerja keuangan terbaik yang sudah sesuai dengan
ketentuan syariah. Sehingga diluar JII pun masih ada saham syariah yang
dapat dikategorikan sebagai saham yang termasuk dalam Islamic Stock Selection Index yang diluncurkan oleh Karim Business Consulting (KBC) yang berisi daftar semua saham dari emiten di BEI yang sesuai dengan
Sumber: Bursa Efek Indonesia, Pergerakan JII tahun 2003-2009
Gambar 1.1 Perkembangan Indeks Jakarta Islamic Index
Berdasarkan Gambar 1.1 dapat diketahui bahwa indeks JII yang
tertinggi terjadi pada awal tahun 2008, yaitu bulan Februari dimana indeks JII
mencapai angka 508.945. Sedangkan indeks JII yang terendah terjadi pada
awal tahun 2003, yaitu sebesar 62.347. Berdasarkan tabel dan gambar diatas
dapat dilihat bahwa indeks syariah cenderung setiap bulannya mengalami
peningkatan, walaupun di beberapa bulan tertentu terjadi penurunan. Hal ini
dapat di katakan bahwa indeks syariah mempunyai perkembangan yang
cukup baik.
Peningkatan indeks JII diperkirakan karena adanya apresiasi kurs
rupiah terhadap USD, sedangkan penurunan indeks JII diperkirakan karena
yang baik merupakan sentimen positif yang akan berdampak pada kenaikan
harga di pasar saham.
Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor
terpenting dalam ikut membangun perekonomian nasional, terbukti telah
banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal
sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi
keuangannya. Bangkitnya ekonomi Islam di Indonesia dewasa ini menjadi
fenomena yang menarik dan menggembirakan terutama bagi penduduk
Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Praktek kegiatan ekonomi
konvensional, khususnya dalam kegiatan pasar modal yang mengandung
unsur spekulasi sebagai salah satu komponennya nampaknya masih menjadi
hambatan psikologis bagi umat Islam untuk turut aktif dalam kegiatan
investasi terutama di bidang pasar modal.
Perbedaan secara umum antara pasar modal konvensional dengan
pasar modal syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme
transaksinya, sedangkan perbedaan nilai indeks saham syariah dengan nilai
indeks saham konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus
memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah. Secara umum konsep pasar modal
syariah dengan pasar modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam
konsep pasar modal syariah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan
harus berasal dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi
kriteria syariah dan terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham
Untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, maka seorang pelaku
pasar harus memilih strategi portfolio yang tepat. Pada dasarnya terdapat dua
strategi besar yang dapat digunakan dalam mengelola portfolio yang dimiliki,
yaitu strategi pasif dan aktif. Dalam melakukan analisis portfolionya, strategi
aktif ini dapat dipilah lagi menjadi analisis tehnikal dan fundamental.
Analisis tehnikal dapat didefinisikan sebagai metode untuk
memprediksi (forecasting) terhadap fluktuasi pada harga saham, baik saham individu maupun pasar secara keseluruhan. Analisis ini menggunakan data
pasar spesifik, terutama harga dan volume perdagangan. Fokus dari analisis
tehnikal adalah penentuan timing yang memberi arahan kapan saat yang tepat melakukan transaksi pembelian dan penjualan saham dengan memperhatikan
trend pergerakan harga yang diyakini memilki pola-pola tertentu yang cenderung berulang. Untuk mendapatkan beat the market, para analisis tehnikal memanfaatkan pola trend ini untuk pengambilan keputusan investasi yang dikenal sebagai market timing. (Reni Maharani, 2006)
Metode analisis yang kedua adalah analisis fundamental. Analisis ini
memanfaatkan informasi yang tersedia sebagai bahan analisis untuk sampai
kepada nilai intrinsik suatu sekuritas. Perbedaan antara harga berlaku dengan
nilai intrisik ini dijadikannya sebagai prinsip dalam menilai sekuritas. Dimana
hal ini merupakan dasar bagi pengambilan keputusan investasinya. Informasi
yang sering digunakan dalam melakukan analisis ini antara lain adalah kondisi
analisis fundamental, kondisi variabel makro sangat mempengaruhi
keputusan-keputusan investasi yang diambil oleh pemodal. Saat terjadi
gejolak pada kondisi moneter dimana indikator ekonomi makro menunjukkan
trend penurunan atau perlambatan, maka harga-harga saham akan menurun. (Reni Maharani, 2006).
Menurut Mankiw (2002) analisis fundamental adalah ilmu yang
mempelajari pernyataan-pernyataan akuntansi suatu perusahaan dan
prospeknya di masa mendatang dalam jangka menentukan nilai perusahaan
tersebut. Pada dasarnya analisis fundamental adalah analisis yang dilakukan
terhadap perusahaan itu sendiri yang berhubungan dengan prospek
pertumbuhan dan kemampuan memperoleh keuntungan meliputi tiga tahap
analisis, yaitu ekonomi makro, indsutri dan perusahaan (Ahmad Rodoni,
2005)
Kondisi perekonomian yang diharapkan membaik merupakan
sentimen positif yang berdampak pada kenaikan harga saham. Kondisi
perekonomian akan mempengaruhi kondisi pasar, dimana kondisi pasar
kemudian juga akan mempengaruhi keuntungan yang diperoleh para pemodal.
Selain mempengaruhi para pemodal, kondisi perekonomian juga akan
mempengaruhi perusahaan dalam memperoleh laba. Di samping
mempengaruhi kondisi perusahaan, kondisi perekonomian juga
fundamental, sebelum melakukan analisis kondisi industri dan perusahaan
terlebih dahulu dimulai dengan menganalisis kondisi perekonomian.
Berdasarkan data empiris, pergerakan variabel ekonomi makro dan
harga saham sering memiliki pola yang kontradiktif atau berlawanan dengan
teori ekonomi. Sebagai contoh, pada bulan Juni-Juli 2005, dimana nilai tukar
rupiah terhadap USD terus melemah, seharusnya harga saham di BEI
mengalami penurunan. Tetapi yang terjadi justru menguat, bahkan IHSG
[image:25.612.146.531.79.445.2]mencatat rekor tertinggi dalam sejarahnya.
Tabel 1.1
Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD dan IHSG Bulan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap USD
Indeks Harga Saham Gabungan
Juni 9713 1122.38
Juli 9819 1182.3
Sumber: Bursa Efek Indonesia, tahun 2005
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa nilai tukar rupiah
terdepresiasi/melemah terhadap USD, yaitu pada bulan Juni 9713 menjadi
9819. Tetapi IHSG justru menguat dari 1122.38 menjadi 1182.3. Data ini
dapat dijadikan landasan awal untuk melihat pengaruh variabel makro
terhadap Jakarta Islamic Index.
Hermanto dan Manurung (2002) dalam Oksiana Jatiningsih (2007), dalam
penelitiannya tentang pengaruh variabel makro, investor, dan bursa yang telah
maju terhadap indeks BEJ mengungkapkan bahwa bahwa variabel jumlah uang
Karena dana yang dipegang oleh masyarakat semakin banyak maka semakin
banyak pula dana yang akan digunakan untuk melakukan investasi di bursa
saham. Sehingga akan menaikkan harga saham-saham yang nantinya akan
berpengaruh pada kenaikan IHSG. Penelitian ini dapat di jadikan landasan awal
untuk melihat pengaruh jumlah yang beredar terhadap Jakarta Islamic Index.
Menurut Reilly (1992) dalam Oksiana Jatiningsih (2007) mengemukakan
ada dua pendapat mengenai hubungan antara tingkat inflasi dengan harga saham.
Pendapat pertama menyatakan bahwa ada korelasi positif antara inflasi dengan
harga saham. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa inflasi yang terjadi
adalah demand pull inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena adanya kelebihan permintaan atas penawaran barang yang tersedia. Pada keadaan ini, perusahaan
dapat membebankan peningkatan biaya kepada konsumen dengan proporsi yang
lebih besar sehingga keuntungan perusahaan meningkat. Dengan demikian, akan
meningkatkan kemampuan perusahaan untuk membayar deviden dan akan
memberikan penilaian positif pada harga saham.
Pendapat yang kedua menyatakan bahwa ada korelasi negatif antara
inflasi dengan harga saham. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa inflasi
yang terjadi adalah cost push inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena kenaikan biaya produksi. Dengan adanya kenaikan harga bahan baku dan tenaga kerja,
sementara perekonomian dalam keadaan inflasi maka produsen tidak rnetnpunyai
keberanian untuk menaikkan harga produknya. Hal ini akan mengakibatkan
keuntungan perusahaan untuk membayar deviden pun menurun yang akan
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pergerakan variabel
ekonomi makro terhadap indeks syariah maka penulis mengambil judul
”Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Nilai Jakarta Islamic Index Periode Januari 2003-Desember 2009 ”.
B. Rumusan Masalah
Adanya pengaruh variabel ekonomi makro terhadap pergerakan harga
saham, menjadikan variabel makro sebagai salah satu indikator yang dapat
digunakan untuk memprediksi indeks saham. Berdasarkan uraian di atas
pokok permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek nilai tukar
rupiah terhadap USD (Kurs) terhadap Jakarta Islamic Index?
2. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek jumlah uang
beredar (M2) terhadap Jakarta Islamic Index?
3. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek tingkat
inflasi terhadap Jakarta Islamic Index?
4. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek produk
domestik bruto (PDB) terhadap Jakarta Islamic Index? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh jangka panjang dan jangka pendek nilai tukar
2. Untuk mengetahui pengaruh jangka panjang dan jangka pendek jumlah
uang beredar (M2) terhadap Jakarta Islamic Index.
3. Untuk mengetahui pengaruh jangka panjang dan jangka pendek tingkat
inflasi terhadap Jakarta Islamic Index.
4. Untuk mengetahui pengaruh jangka panjang dan jangka pendek produk
domestik bruto (PDB) terhadap Jakarta Islamic Index.
2. Manfaat Penelitian
1. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang bagaimana dan
seberapa besar pengaruh dan hubungan antara variabel makro ekonomi dan
indeks JII.
2. Sebagai bahan pengetahuan tentang pentingnya keberadaan Jakarta Islamic Index dalam meningkatkan kesejahteraan para investor, masyarakat dan ikut membangun perekonomian nasional.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi para investor pemula, khususnya penulis
sendiri dalam melakukan investasi syariah pada pasar modal syariah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Ekonomi dalam Islam
Islam merupakan sistem kehidupan yang bersifat komprehensif, yang
mengatur semua aspek, baik dalam sosial, ekonomi, dan politik maupun
kehidupan yang bersifat spiritual.
Allah berfirman dalam QS. Al-Maidah ﴾5﴿ ayat 3 sebagai berikut:
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agama-mu, dan telah Ku-cukupkan nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”
Islam adalah agama yang sempurna dan mempunyai sistem tersendiri
dalam menghadapi permasalahan kehidupan, baik yang bersifat material
maupun non material. Karena itu ekonomi sebagai satu aspek kehidupan,
tentu juga sudah di atur oleh Islam. Ini bisa dipahami, sebagai agama yang
sempurna, mustahil Islam tidak dilengkapi dengan sistem dan konsep
ekonomi. Suatu sistem yang dapat digunakan sebagai panduan bagi manusia
dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Suatu sistem yang garis besarnya
sudah diatur dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
Ekonomi Islam sesungguhnya secara inheren merupakan konsekuensi
logis dari kesempurnaan islam itu sendiri. Islam haruslah dipeluk secara
Sangatlah tidak masuk akal, seorang muslim yang menjalankan shalat lima
waktu, lalu dalam kesempatan lain ia juga melakukan transaksi keuangan
yang menyimpang dari ajaran Islam.
B. Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah (Islamic Stock Exchange) adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang
berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya
berjalan tidak bertentangan dengan hukum muamalat Islamiyah. Pasar modal
syariah dapat juga diartikan adalah pasar modal yang menerapkan
prinsip-prinsip syariah. (Abdul Hamid, 2009)
Langkah awal perkembangan pasar modal syariah di Indonesia
dimulai dengan diterbitkannya reksa dana syariah pada 25 Juni 1997 diikuti
dengan diterbitkannya obligasi syariah pada akhir 2002. Sedangkan untuk pasar saham syariah di Indonesia mulai dirintis sejak diluncurkannya indeks
harga saham berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 3 Juli 2000, yang
disebut sebagai Jakarta Islamic Index (JII). JII merupakan hasil kerjasama antara PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan PT. Danareksa Investment
Management (DIM). JII menggunakan tanggal awal perhitungan 1 Januari
1995 dengan nilai awal 100 dan metode perhitungan indeks dilakukan sesuai
dengan ketetapan BEI. Saham-saham yang terdaftar dalam JII terdiri dari 30
Fungsi dari keberadaan pasar modal syariah adalah sebagai berikut:
(Abdul Hamid, 2009)
1. Memungkinkan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
kegiatan bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan
resikonya.
2. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditas.
3. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk
membangun dam mengembangkan lini produksinya.
4. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek
pada harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal
konvensional.
5. Memungkinkan investasi pada ekonomi yang ditentukan oleh
kinerja kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham.
C. Investasi dalam Perspektif Islam
Islam sebagai din yang komprehansif (syumul) dalam ajaran dan norma mengatur seluruh aktifitas manusia di segala bidang. Investasi sebagai
salah satu bagian dari aktifitas perekonomian tidak dapat mengabaikan aspek
postulat, konsep, serta diskursus yang menjadikan background dalam pembentukan sebuah pengetahuan yang memiliki multidimensi yang
mendasar dan mendalam. Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan
Scheller dalam trichotomy pengetahuan menjelaskan instrumental (herrschafswissen), pengetahuan intelektual (beldungswissen), dan pengetahuan spiritual (erlosungswissen) sebagaimana dituangkan oleh Rich dalam bukunya the knowledge cycle. (Nurul Huda, 2007)
Investasi merupakan salah satu ajaran dari konsep Islam yang
memenuhi tadrij dari trichotomy pengetahuan tersebut. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa konsep investasi selain sebagai pengetahuan juga
bernuansa spiritual karena menggunakan norma syariah, sekaligus merupakan
hakikat dari sebuah ilmu dan amal, oleh karenanya investasi sangat
dianjurkan bagi setiap muslim.
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan dimasa yang akan datang. Menurut Tandelilin (2001), investasi
dapat diartikan sebagai komitmen atas sejumlah dana/ sumber dana lainnya
yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah
keuntungan dimasa yang akan datang.
Pada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk
menghasilkan sejumlah uang. Tujuan investasi yang lain secara lebih khusus
lagi adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan
datang, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan untuk menghemat pajak
D. Jakarta Islamic Index
Indeks syariah atau biasa dikenal dengan Jakarta Islamic Index merupakan kumpulan indeks saham beberapa perusahaan yang kegiatan
usahanya tidak bertentangan dengan syariah.
Perhitungan saham syariah pada JII dilakukan PT Bursa Efek
Indonesia dengan menggunakan metode perhitungan indeks yang ditetapkan
dengan bobot kapitalisasi pasar (Market Capitalization Weighted). Perhitungan indeks ini juga mencakup penyesuaian-penyesuaian (adjustment) yang dilakukan oleh adanya perubahan terhadap data emiten yaitu corporate action. JII menggunakan tanggal perhitungan 1 Januari 1995 dengan nilai awal 100. Dengan indeks ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan
investor untuk mengembangkan investasi secara syariah.
Ruang lingkup kegiatan usaha emiten yang bertentangan dengan
prinsip hukum syariah Islam adalah:
1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang.
2. Usaha lembaga keuangan konvensional yang mengandung unsur
ribawitermasuk perbankan dan asuransi konvensional.
3. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram.
4. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta menyediakan
barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat
Sesuai dengan pedoman yang ditetapkan dalam menentukan kriteria
saham-saham emiten yang menjadi komponen daripada Jakarta Islamic Index tersebut adalah:
a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip hukum syariah dan sudah tercatat
lebih dari 3 (tiga) bulan (kecuali bila termasuk di dalam
saham-saham 10 berkapitalisasi besar)
b. Memilih saham berdasrkan laporan keuangan tahunan atau tengah
tahunan berakhir yang memiliki kewajiban terhadap aktiva
maksimal sebesar 90% (sembilan puluh persen)
c. Memilih 60 (enam puluh) saham dari susunan di atas berdasarkan
urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir.
d. Memilih 30 (tiga puluh) saham dengan urutan berdasarkan tingkat
likuiditas rata-rata nilai perdagangan selama satu tahun terakhir.
Tiga puluh saham ini yang menjadi saham yang terdaftar pada
Jakarta Islamic Index.
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan
penentuan komponen indeks pada awal bulan juli setiap tahunnya. Sedangkan
E. Saham Syariah
Saham adalah surat tanda bukti atau tanda kepemilikan terhadap suatu
perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas
yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan
yang menerbitkan kertas tersebut. Saham syariah merupakan salah satu
bentuk dari saham biasa yang memiliki karakteristik khusus berupa kontrol
yang ketat dalam hal kehalalan ruang lingkup kegiatan usaha.
Menurut Mankiw (2002) saham (stock) adalah hak kepemilikan sebagian atas suatu perusahaan dan karenanya mewakili hak atas sebagian
keuntungan perusahaan. Sebagai contoh jika Indofood menjual total
1.000.000 lembar saham, maka setiap lembar saham mewakili bagian
kepemilikan atas Indofood sebesar 1/1.000.000.
Dari segi hak dan keistimewaan saham dapat dibedakan menjadi:
1. Saham biasa (Ordinary Share)
Saham biasa adalah saham yang tidak tercantum nama pemilik dan
kepemilikannya melekat pada pemegang sertifikat tersebut. Saham
biasa menanggung resiko terbesar karena pemegang saham biasa
menerima deviden hanya setelah pemegang saham preferen menerima
deviden. Semua ahli fikih kontemporer memandang saham biasa
boleh, karena tidak memiliki keistimewaan dari yang lain, baik hak
2. Saham preferen
Saham preferen adalah saham yang memberikan hak untuk mendapatkan deviden dari saham biasa yang besarnya tetap. Biasanya
saham preferen memberikan pilihan tertentu atas hak pembagian
deviden. Jika suatu ketika emiten mengalami kerugian, maka
pemegang saham preferen bisa tidak menerima pembayaran deviden
yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Saham ini memiliki keistimewaan khusus dari segi perlakuan maupun
dari segi finansial. Para ahli fikih kontemporer memandang saham jenis ini
harus dihindari karena tidak sesuai dengan ketentuan syariah, karena pemilik
saham ini mempunyai hak mendapatkan bagian dari kelebihan yang dapat
dibagikan sebelum dibagikan kepada pemilik saham biasa.
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan
membeli atau memiliki saham.
a. Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan
perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham
dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka
pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu
yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada
dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen
tunai-artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang
tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau dapat
pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang
saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang
dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian
dividen saham tersebut.
b. Capital gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.
Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di
pasar sekunder. Misalnya Investor membeli saham ABC dengan harga
per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 per
saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain
sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya.
Nilai sebuah saham bagi pemegang saham adalah apa yang di
dapatkannya dari kepemilikan, yang mencakup nilai sekarang dari cicilan
pembayaran dividen dan harga jual akhir. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang dilakukan oleh perusahaan kepada para pemegang
sahamnya. Kemampuan suatu perusahaan untuk membayar dividen, dan juga nilai dari saham itu saat si pemegang saham menjualnya, bergantung pada
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. (Mankiw, 2002)
Menurut Abdul Hamid (2009) Pergerakan harga saham merupakan
maupun eksternal. Kemampuan dalam memilih waktu yang tepat, baik dalam
membeli ataupun menjual saham tentunya sangat berpengaruh terhadap
keuntungan yang akan diperoleh. Prinsip dasar dari transaksi perdagangan
yang menguntungkan ialah membeli pada harga yang rendah dan menjual
pada harga yang tinggi (buy low and sell high). Karena banyak faktor yang mempengaruhi harga saham, maka tentunya sulit untuk menilai apakah harga
saham saat ini rendah atau tinggi, terutama untuk memprediksi harga pada
waktu yang akan datang.
Harga saham yang diperdagangkan ditentukan oleh permintaan dan
penawaran saham tersebut. Karena saham mewakili kepemilikan sebuah
perusahaan, permintaan saham (dan harganya) mencerminkan persepsi publik
mengenai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan di masa
yang akan datang, maka perhitungan saham ditingkatkan dan harga saham
juga ikut naik. Sebaliknya, jika investor merasa perusahaan akan mengalami
penurunan keuntungan atau bahkan merugi, harga saham juga akan turun
(Mankiw, 2002)
F. Analisis Fundamental Variabel Makro dan Indeks Syariah
Dalam melakukan transaksi mata uang tidak terlepas dari kepiawaian
pelaku pasar untuk menganalisis pergerakan indek saham. Analisis ini
penting dilakukan untuk menentukan arah pergerakan dari indeks saham
tersebut. Ada dua metode analisis yaitu, analisis teknikal dan analisis
fundamental. Analisis tekninal hanya mengandalkan tren harga kedepan
adalah analisis terhadap fundamental suatu negara pemilik indeks saham,
untuk JII misalnya, akan dianalisis kondisi ekonomi, sosial dan politik
Indonesia.
Secara umum analisis fundamental merupakan satu proses yang
memerlukan waktu yang lama dengan menyelidiki keadaan ekonomi, politik,
sosial, industri dan laporan keuangan perusahaan.
Pada dasarnya analisis fundamental adalah analisis yang dilakukan
terhadap perusahaan itu sendiri yang berhubungan dengan prospek
pertumbuhan dan kemampuan memperoleh keuntungan yang meliputi tiga
tahap analisis: (Ahmad Rodoni, 2005)
1. Ekonomi Makro : analisis ini bertujuan untuk melihat faktor yang
menguntungkan dalam ekonomi makro dalam kaitannya dengan kegiatan
perusahaan itu sendiri. Misal, apakah berita yang up to date tentang kebijakan moneter, surplus/defisit, anggaran/cadangan devisa, tax holiday, political news, dan lain-lain yang mempengaruhi.
2. Industri : analisis ini lebih spesifik dan bertujuan untuk melhat kaitan
industri dengan perusahaan, seperti perkembangan perusahaan pesaing,
standar industri dan pertumbuhan pasar.
3. Perusahaan : analisis yang bertujuan untuk melihat situasi perusahaan
yang meliputi berbagai aspek perusahaan, seperti keadaan keuangan
perusahaan, situasi pemasaran, produksi dan manajemen.
Di dalam analisis fundamental terdapat dua pendekatan yang biasa
a. Pendekatan top down. Pendekatan yang dimulai dari tingkatan makro ekonomi kemudian kepada situasi dan pertumbuhan industri dan
terakhir adalah situasi dan pertumbuhan perusahaan itu sendiri.
Pada tahap analisis ekonomi dan pasar modal, investor melakukan
analisis terhadap berbagai alternatif keputusan tentang alokasi
investasi yang akan dilakukan (saham, obligasi, produk derivatif dan
lainnya).
Tahap kedua, yaitu analisis industri meliputi analisis berdasarkan hasil
analisis ekonomi dan pasar untuk menentukan jenis-jenis industri
mana saja yang akan dipilih (tentu saja yang memilki prospek baik
dan menguntungkan).
Tahap ketiga, yang didasari tahap sebelumnya bertujuan untuk
menentukan perusahaan-perusahaan mana saja yang menguntungkan
sehingga layak dijadikan pilihan investasi.
b. Pendekatan bottom up. Pendekatan yang dimulai dari tingkatan mikro (perusahaan) yang kemudian berkembang kepada analisis industri dan
terakhir adalah analisis makro ekonomi.
Analisis fundamental berhubungan dengan estimasi penentu dasar
nilai sekuritas, seperti penjualan masa depan, pengeluaran dan pendapatan
perusahaan. Fundamentalis cenderung melihat ke depan, memperhatikan hal seperti pendapatan, dan dividen masa depan. Para fundamentalis sangat
mengandalkan analisis jenis ini karena menurut mereka analisis ini bebas dari
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa
yang akan datang dengan :
1) Mengestemasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi
harga saham di masa datang.
2) Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham.
Model ini sering disebut sebagai share price forecasting model. (Suad Husnan, 2001).
Analisis fundamental digunakan untuk memperoleh nilai intrinsik
(control value) suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current market price). Pedoman yang dipergunakan adalah sebagi berikut ;
(a) Apabila nilai intrinsik lebih besar dari harga saham saat ini, maka
saham tersebut dinilai undervalued (harganya terlalu rendah), dan karenanya harus dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah
dimiliki.
(b) Apabila nilai intrinsik lebih kecil dari harga pasar saat ini, maka
saham tersebut overvalued (harganya terlalu tinggi), dan karenanya harus dijual.
(c) Apabila nilai intrinsik sama dengan pasar saat ini, maka saham
tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi
Para pelaku pasar umumnya selalu memperhitungkan kondisi makro
ekonomi dalam proses pengambilan keputusan, sehingga keadaan
ekonomi berpengaruh terhadap pergerakan saham.
G. Ilmu Ekonomi Makro dalam Perspektif Islam
Ilmu ekonomi makro yaitu ilmu yang mempelajari
fenomena-fenomena dalam perekonomian secara luas, seperti inflasi, pengangguran,
dan pertumbuhan ekonomi. Tujuan dari ilmu ekonomi makro adalah
menjelaskan perubahan perekonomian yang memengaruhi banyak rumah
tangga, perusahaan, dan pasar secara serentak (Mankiw, 2002).
Dalam perspektif ekonomi Islam, menurut M. Umer Chapra (2006)
ekonomi Islam adalah sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi
kebahagian manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas
yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran islam tanpa
memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang
berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.
Menurut Roikhan (2008) filosofi Ekonomi Islam dimulai dari ontologi
yang merupakan alasan besar mengapa Ekonomi Islam menjadi suatu ilmu
yang menjadi latar belakang dari sistem ekonomi. Islam adalah dasar dari
seluruh aspek, dan konsep besar dari Ekonomi Islam adalah sistem ekonomi
yang menyeluruh atau kaffah, sebagai epistimologi dalam filosofi ekonomi. Dan untuk menjadikan filosofi mampu di aplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari maka perlu aksiologi sebagai implementasi berupa keseimbangan
Ekonomi Islam secara mendasar berbeda dari sistem ekonomi yang
lain dalam hal tujuan, bentuk dan coraknya. Sistem ekonomi Islam berusaha
memecahkan masalah ekonomi manusia dengan cara menempuh jalan tengah
antara pola yang ekstrem yaitu kapitalis dan komunis. Singkatnya, ekonomi
Islam adalah sistem ekonomi yang berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadis
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia di dunia dan akhirat (al-Falah).
Ada tiga asas filsafat ekonomi Islam yaitu:
1. Semua yang ada di dalam alam semesta ini adalah milik Allah SWT,
manusia hanyalah khalifah yang memegang milik-Nya. Sehingga
segala sesuatunya harus tunduk pada Allah sang pencipta dan pemilik.
Firman Allah dalam QS. An-Najm ayat 31
“Dan Hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang Telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga)”.
2. Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah, manusia
wajib tolong-menolong dan saling membantu dalam melaksanakan
kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk beribadah kepada Allah.
3. Beriman kepada hari kiamat, yang merupakan asas penting dalam
ekonomi manusia akan dapat terkendali sebab ia sadar bahwa semua
perbuatannya akan dimintai pertanggung jawaban kelak oleh Allah.
Ekonomi Makro Islam menurut pendekatan Tiga Dimensi terbagi
dalam tiga tingkatan yang segitiga (Roikhan Mochamad, 2008): Tingkat
pertama adalah ibadah yang merupakan landasan bagi sistem ekonomi makro,
tingkatan kedua adalah teori ekonomi secara umum yang bisa mengacu dari
teori barat. Dan tingkatan ketiga adalah penerapan antara ibadah dengan teori
umum yang menghasilkan aktifitas ekonomi secara dinamis, yang dapat
disebut sebagai Ekonomi Islam, baik secara makro maupun mikro.
H. Variabel Ekonomi Makro
Beberapa variabel yang akan penulis gunakan dalam menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi indeks syariah JII adalah, nilai tukar rupiah
terhadap USD, jumlah uang yang beredar (M2), tingkat inflasi dan produk
domestik bruto.
1. Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD (Kurs)
Nilai tukar (exchange rate) adalah perbandingan antara mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Setiap negara mempunyai
mata uang masing-masing, bank adalah pusat pasar valuta asing berperan
sebagai agen yang mempertemukan pembeli dan penjual valuta asing. Sifat
kurs valuta asing tergantung dari sifat pasar. Bila transaksi jual beli valuta
asing dapat dilakukan secara bebas dipasar, maka kurs valas berubah sesuai
dengan perubahan permintaan dam penawaran (Nopirin, 2001). Menurut
yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan
perdagangan.
Mankiw membedakan kurs menjadi dua, yaitu kurs nominal (nominal exchange rate) dan kurs rill (real exchange rate).
a. Kurs nominal (nominal exchange rate)
Adalah harga relatif dari mata uang dua negara simbolnya e. Sebagai contoh, jika kurs antara dolar AS dan rupiah indonesia
adalah 9000 rupiah per dolar, maka kita bisa menukar 1 dolar untuk
9000 rupiah di pasar uang.
b. Kurs rill (real exchange rate)
Adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Kurs
riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan
barang yang diproduksi dari suatu negara untuk
barang-barang dari negara lain.
Untuk melihat hubungan antara kurs riil dan kurs nominal, secara
umum perhitungannya sebagai berikut:
Tingkat harga dimana kita memperdagangkan barang domestik
dengan barang luar negeri tergantung pada harga dalam mata uang lokal dan
pada tingkat kurs yang terjadi. Apabila suatu barang ditukar dengan barang
lain, didalamnya terdapat perbandingan nilai tukar, nilai tukar itulah
Kurs Riil = Kurs Nominal x Harga Barang Domestik
sebenarnya semacam harga bagi pertukaran tersebut. Demikian juga
pertukaran antar dua mata uang berbeda, akan terdapat perbandingan nilai
atau harga antar kedua mata uang tersebut. Hubungan antara nilai tukar mata
uang asing dengan harga saham dapat dilihat melalui dua pendekatan. (Reni
Maharani, 2006)
Pendekatan pertama dikenal dengan pendekatan pasar barang (good market approach), dimana perubahan pada kurs akan mempengaruhi tingkat kompetitif suatu perusahaan, kemudian akan mempengaruhi pendapatan
perusahaan atau struktur cost of fund-nya. Hal tersebut akan berpengaruh pada harga saham suatu perusahaan. Pada saat kurs rupiah terdepresiasi,
maka biaya bahan baku impor atau produk yang memiliki kaitan dengan
produk impor akan mengalami kenaikan. Hal ini menyebabkan biaya
produksi meningkat dan laba perusahaan menjadi turun sehingga tingkat
dividen yang dapat dibagikan dan return yang ditawarkan akan menurun pula. Penurunan return yang ditawarkan mengakibatkan permintaan terhadap saham tersebut berkurang sehingga harga saham tersebut turun.
Jadi korelasi antara kurs dengan harga saham bersifat positif.
Pendekatan kedua adalah pendekatan keseimbangan portfolio
(portfolio balance approach) yang menilai sejauh mana harga saham menyebabkan perubahan pada nilai tukar. Kenaikan harga saham di suatu
2. Jumlah Uang Beredar (M2)
Uang adalah persediaan aset yang dapat segera digunakan untuk
melakukan transaksi (Mankiw, 2003). Uang selalu didefinisikan sebagai
benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk
tukar menukar atau perdagangan. Yang dimaksud dengan kata “disetujui”
dalam definisi ini adalah terdapat di antara anggota-anggota masyarakat
untuk menggunakan satu atau beberapa benda sebagai alat perantara dalam
kegiatan tukar menukar.
Agar masyarakat menyetujui penggunaan suatu benda sebagai uang,
haruslah benda itu memenuhi syarat-syarat berikut: (Sukirno, 2004)
b. Nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu
c. Mudah dibawa-bawa
d. Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya
e. Tahan lama
f. Jumlahnya terbatas (tidak berlebih-lebihan)
g. Bendanya mempunyai mutu yang sama
Emas dan perak merupakan dua benda yang dapat memenuhi
syarat-syarat ini pada masa yang lalu. Oleh sebab itu benda yang dapat menjadi
alat perantara dalam kegiatan perdagangan di berbagai negara di dunia sejak
berabad-abad yang lalu.
Kemajuan ekonomi dunia yang bertambah pesat sejak berlakunya
Revolusi Industri di negara-negara maju menyebabkan perdagangan
menjadi berkali lipat nilainya. Uang emas dan perak tidak dapat ditambah
secepat seperti perkembangan pedagangan yang telah berlaku tersebut.
Sebagai akibatnya bertambah lama bertambah banyak negara menggantikan
uang emas dan perak dengan uang kertas sebagai alat untuk tukar menukar.
Pada masa ini uang kertas dan uang bank atau uang giral, yaitu uang yang
diciptakan oleh bank-bank umum/bank perdagangan, adalah alat tukar
menukar yang terutama di semua negara di dunia ini.
Money Supply yaitu persediaan uang total dalam ekonomi terutama terdiri dari: (1) mata uang dalam peredaran dan (2) deposito dalam
perkiraaan tabungan dan giro (Nurul Huda, 2008). Menurut Sadono Sukirno
(2004), uang beredar adalah semua jenis uang yang berada di perekonomian
yaitu, adalah jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang
giral dalam bank-bank umum.
Definisi jumlah uang beredar terbagi menjadi dua yaitu :
1)Uang dalam arti sempit (M1).
M1 diartikan sebagai uang tunai (uang kartal dan logam) yang
dipegang oleh masyarakat, tidak termasuk uang yang ada di kas
bank serta kas negara. Uang tersebut dikenal dengan uang kartal.
Kemudian ditambah uang yang berada dalam rekening giro
perbankan yang dapat langsung digunakan untuk menguangkan
cek, dan biasa disebut dengan uang giral, sehingga bentuk
persamaan M1 adalah :
Dimana : M1 = uang dalam arti sempit
C = currency, uang kartal
DD = Demand deposit, uang kartal
Pengertian uang giral (DD) di atas hanya mencakup saldo rekening
koran atau giro milik masyarakat umum yang disimpan di bank dan
belum digunakan pemiliknya untuk berbelanja atau membayar.
2) Uang dalam arti luas (M2)
M2 merupakan perluasan dari definisi M1 dengan uang kuasi. Uang
kuasi adalah bentuk kekayaan yang sangat likuid yang terdiri dari
deposito berjangka atau rekening tabungan pada bank, sehingga
persamaan M2 adalah :
Dimana: M2 = uang dalam arti luas
M1= uang dalam arti sempit
TD = time deposits (deposito berjangka) SD = saving deposits (saldo tabungan) Penciptaan uang / besarnya uang beredar dalam masyarakat dapat
digambarkan sebagai proses pasar. Jumlah Uang Beredar juga
mempunyai keterikatan dengan suku bunga deposito. Semakin
banyak jumlah uang yang beredar dimasyarakat, investasi menjadi
lebih menarik bila dibandingkan dengan menyimpan dalam bentuk
tabungan.
Kebijakan mengenai jumlah uang beredar ditentukan oleh Bank
Sentral yang dalam hal ini adalah Bank Indonesia. Namun jumlah uang
beredar tidak hanya ditentukan oleh bank sentral tetapi juga oleh perilaku
rumah tangga (yang memegang uang) dan bank (dimana uang disimpan).
Untuk memahami jumlah uang beredar, kita harus memahami interaksi
antara mata uang, dan rekening giro serta bagaimana kebijakan Bank Sentral
mempengaruhi kedua komponen jumlah uang beredar (Mankiw, 2003).
Untuk meningkatkan money supply. Bank sentral dapat menerbitkan surat berharga yang berdampak pada penurunan suku bunga (pada kegiatan
ekonomi konvensional). Ketika tingkat bunga mengalami penurunan, maka
return yang dapat diberikan oleh obligasi akan menurun pula (monetary portfolio hypothesis). Hal tersebut mengakibatkan investasi pada saham menjadi lebih menarik sehingga harga saham akan meningkat. Jadi,
peningkatan money supply akan berdampak pada peningkatan harga saham (Reni Maharani, 2006)
3. Tingkat Inflasi
Dalam banyak literatur disebutkan bahwa inflasi di definisikan
sebagai kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu
perekonomian. Sedangkan menurut Rahardja dan Manurung dalam Nurul
Huda (2008) mengatakan bahwa inflasi adalah gejala kenaikan harga
barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Sedangkan menurut
terjadi karena permintaan bertambah besar dibandingkan dengan penawaran
barang di pasar.
Menurut Tajul Khalwaty (2000) secara sederhana inflasi diartikan
sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi
kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada
barang lainnya. Inflasi juga merupakan salah satu ukuran aktifitas ekonomi
yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ekonomi nasional.
Indikator yang sering digunakan untuk menghitung tingkat inflasi
salah satunya adalah Indeks Harga Konsumen. Menurut Mankiw (2002)
Indeks Harga Konsumen merupakan suatu ukuran atas keseluruhan biaya
pembelian barang dan jasa oleh rata-rata konsumen. Laju inflasi juga
merupakan penghitungan lain yang sering digunakan untuk menghitung
tingkat inflasi.
Menurut Mankiw (2003) laju inflasi (inflation rate) adalah perubahan presentase dalam indeks harga dari jangka waktu yang sebelumnya. Artinya
laju inflasi antara dua tahun berurutan dapat dihitung sebagai berikut:
Cp
CPI = Consumer Price Index / Indeks Harga Konsumen (IHK)
Berdasarkan besarnya laju inflasi, kategori inflasi dapat digolongkan
menjadi tiga yaitu :
Laju inflasi tahun kedua = CPI tahun kedua – CPI tahun pertama
a. Inflasi Merayap (creeping inflation)
Ditandai dengan laju inflasi yang rendah, yaitu kurang dari 10 %
per tahun.
b. Inflasi Menengah (galloping inflation)
Ditandai dengan meningkatnya harga yang cukup besar dan kondisi
tersebut berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai
sifat akselerasi, artinya harga pada bulan / minggu berikutnya
selalu lebih tinggi dari waktu sebelumnya dan seterusnya.
c. Inflasi Tinggi (hyper inflation)
Adalah inflasi yang sangat mengkhawatirkan, karena harga-harga
barang meningkat sampai dengan lima atau enam kali, sehingga
nilai uang turun secara tajam (Nopirin, 2001).
Menururt Sadono Sukirno (2004) ada beberapa penyebab terjadinya
inflasi yaitu terdiri dari:
1) Inflasi tarikan permintaan (demand-full inflation) merupakan bentuk inflasi yang diakibatkan oleh perkembangan yang tidak
seimbang antara permintaan dan penawaran barang dalam
perekonomian. Jenis inflasi ini yang mengakibatkan ekonomi
menghadapi pengangguran yang tinggi pada kesempatan penuh.
Seperti terjadi defisit naik sehingga tidak mampu menaikkan
produksi maka agregat permintaan naik dan harga juga naik.
Selain itu adalah tingkat ekspor tinggi menyebabkan pendapatan
Sehingga berakibat perusahaan investasi semakin meningkat pada
kesempatan kerja penuh.
2) Inflasi desakan biaya merupakan jenis inflasi yang terjadi pada
kegiatan ekonomi mencapai tingkat kesempatan kerja penuh pada
saat perusahaan beroperasi pada kapasitas maksimal dan
pengangguran tenaga kerja rendah. Sehingga menyebabkan
peningkatan biaya produksi. Biaya produksi tersebut
mengakibatkan kenaikan harga input seperti biaya pengangutan,
bahan baku dan mahan mentah sehingga menaikkan harga
produktifitas.
3) Inflasi di impor merupakan bentuk inflasi yang disebabkan karena
kenaikan harga minyak 3x lipat tahun 1973 yang dilakukan untuk
negara Timur Tengah. Minyak Petroleum merupakan sumber
enegri terpenting dalam industri negara barat yang secara
mendadak biaya industri meningkat menyebabkan inflasi.
Menurut Milton Friedman, Inflasi akan selalu terjadi karena hal
tersebut merupakan fenomena moneter yaitu teori kuantitas uang
menyetakan bahwa pertumbuhan dalam kauntitas uang adalah determinan
dalam tingkat inflasi, tetapi teori ini hanya bersifat empiris bukan teoritis
(uang dan harga). Teori kuantitas dan persamaan Fisher sama-sama
menyatakan bahwa pertumbuhan uang mempengaruhi tingkat bunga
sebesar 1 persen memyebabkan kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi
(Mankiw, 2003).
Dan menurut persamaan Fisher pada teori persamaan kuantitas dan
persamaan Fisher, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang sebesar 1
persen menyebabkan kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi. Menurut
persamaan Fisher, kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi sebaliknya
menyebabkan kenaikan 1 persen dalam tingkat bunga nominal. Hubungan
satu-untuk-satu antara tingkat inflasi dan tingkat bunga nominal disebut efek
Fisher (Fisher effect) (Mankiw, 2003).
Inflasi dalam perspektif ekonomi Islam adalah dalam Islam tidak
dikenal dengan inflasi karena mata uang yang dipakai adalah dinar dan
dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil dan dibenarkan oleh Islam.
Adhiwarman Karim mengatakan bahwa, Syekh An-Nabhani (2001)
memberikan beberapa alasan mengapa mata uang yang sesuai itu adalah
dengan menggunkan emas. Ketika Islam melarang praktek penimbunan
harta, Islam hanya mengkhususkan larangan tersebut untuk emas dan perak,
padahal harta itu mencakup semua barang yang bisa dijadikan sebagai
kekayaan (Nurul Huda, 2008).
Meningkatnya inflasi merupakan signal negatif bagi investor di pasar
modal dan pasar uang. Tingkat inflasi yang tinggi akan mengakibatkan
harga input produksi naik sehingga biaya produksi meningkat. Akibatnya
perusahaan akan mengakibatkan jumlah deviden yang dapat dibagikan pada
pemegang saham akan berkurang, sehingga saham emiten menjadi kurang
menarik minat pembeli. Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikatakan
bahwa inflasi mempunyai hubungan negatif dengan harga saham (Reni
Maharani, 2006)
4. Produk Domestik Bruto
Pendapatan Nasional adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan
suatu negara pada periode tertentu biasanya satu tahun. Istilah lain
pendapatan nasional antara lain: produk domestik bruto/PDB (gross domestic product/GDP), produk nasional bruto (gross national product/GNP ) serta pendapatan nasional netto (net national product/NNP). (Nurul Huda, 2008)
Ada beberapa pendekatan dalam menghitung pendapatan nasional
adalah sebagai berikut: (Nurul Huda, 2008)
a. Pendekatan produksi/GDP adalah nilai pasar semua barang dan jasa
akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu
tertentu. (Mankiw, 2003). Pengitungan pendapatan dengan
menjumlahkan nilai tambah bruto (gross value added) dari semua sektor produksi seperti: sektor produksi pertanian, sektor produksi
pertambangan dan penggalian, sektor industri manufaktur, sektor
industri listrik, gas, dan air minum, sektor produksi bangunan,
Pe