TESIS
Oleh
YATUL HIDAYAT
NIM : 117003029
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaaan Pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
YATUL HIDAYAT
NIM : 117003029
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KEBERHASILAN PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN
DI KOTA SUBULUSSALAM
Dengan ini penulis menyatakana bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan – pengutipan yang penulis lakukan pada bagian bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan Tesis ini telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagaian tesisi ini bukan hasil kasrya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian – bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Medan, Agustus 2013 Yang Membuat Pernyataan
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Badaruddin, M. Si) Ketua
(Dr. Agus Purwoko, S. Hut, M.Si) Anggota
Ketua Program Studi
(Prof. Dr. Lic. rer.reg. Sirojuzilam, SE)
Direktur
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : 1. Prof. Dr. Badaruddin, M. Si
Anggota : 2. Dr. Agus Purwoko, S. Hut, M. Si
3. Prof. Dr. Erlina, SE, M. Si, Ph. D 4. Agus Suriadi, S. Sos, M. Si
PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN
DI KOTA SUBULUSSALAM
ABSTRAK
Yatul Hidayat, Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Keberhasilan Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam.
Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor karakteristik (umur, pendidikan, dan pendapatan) terhadap partisipasi masyarakat serta mengetahui pengaruh partisipasi masyarakat (aspek sosialisasi, aspek perencanaan, aspek pelaksanaan dan aspek pemanfaatan) terhadap keberhasilan program desa mandiri pangan.
Lokasi penelitian dilakukan di Kota Subulussalam yang mendapatkan program Desa Mandiri Pangan. Penelitian ini direncanakan selama dua bulan yaitu bulan Mei dan Juni 2012. Jumlah sampel yang diambil adalah 100 orang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai koefisien korelasi (R) = 0,875 dimana nilai tersebut menjelaskan adanya hubungan yang kuat antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 87,5% yang artinya Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam erat hubungannya dengan Aspek Sosialisasi (X1)
Aspek Perencanaan (X2) dan Aspek Pelaksanaan (X3) dimana semua variabel
yang diteliti mempunyai hubungan yang sangat kuat. Sementara itu koefisien determinasi (R2) yang diperoleh dengan nilai sebesar 0,757 artinya bahwa sebesar 75,7,0% perubahan dalam variabel terikat dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan dalam Aspek Sosialisasi (X1) Aspek Perencanaan (X2) dan Aspek
Pelaksanaan (X3) serta Aspek Pemanfaatan (X4) sedangkan selebihnya 24,3%
dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar variabel bebas yang dijelaskan diatas.
INFLUENCE ON THE SUCCESS OF THE PUBLIC PARTICIPATION PROGRAM INDEPENDENT VILLAGE FOOD
IN TOWN SUBULUSSLAM
ABSTRACT
Yatul Hidayat, Influence on The Success Of The Public Participation Program independent Village Food In Town Subulusslam.
This Research tendencies to know characteristics (age, education, and income) to community participation and to know effect community participation (socialization, planning, implementation, and utilization) to Independent Village Food Success. Research sites in Subulussalam. This study is planned for two months ie May and June 2012. Number of samples taken was 100 people.
Based on the research results obtained by the correlation coefficient (R) = 0,875. t explains the value of a strong relationship between the independent variables with the dependent variable 87,5% which means village food security program in the Subulussalam closely related dengan socialization, planning, implementation, and utilization. While the coefficient of determination (R2) obtained a value of 0.757 means that 75,7% of the change in the dependent variable can be explained by changes in the socialization, planning, implementation, and utilization. Remaining 24,3.0% is explained by factors other than the independent variables described above.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allaw SWT atas rahmat
Hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penulisan tesis ini yang berjudul “Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Kebrhasilan Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam”.
Tesisi ini penulis susun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat
dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara. Selama penulisan tesis ini telah banyak mengalami kesulitan-kesulitan
yang dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas. Namun berkat bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, tesis ini telah dapat diselesaikan. Oleh sebab itu
ucapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr.
Badaruddin, M. Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Agus
Purwoko, S. Hut, M. Si selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah berjerih
payah dan tanpa mengenal waktu bersedia memberikan bimbingan kepada penulis
dalam menyelesaikan tesis ini.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M. Sc, Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE, Ketua Program Studi
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaann, Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ridwan, S. Sos, Bapak Suraji, SP, dan Ibu Nurlela, SP Badan
Ketahanan Pangan Penyuluhan Kota Subulussalam atas segala bantuan
dan dukungan dalam penyelesaian tesis ini, dan rekan-rekan di kantor
Badan Ketahanan Pangan Penyuluhan Kota Subulussalam kepada
Zulkiram, Hasbi Salem, SP dan pepi yang telah banyak membantu dan
memebrikan tenaga serta pemikiran kepada penulis dalam melakukan
wawancara langsung untuk kuisioner dan pengumpulan data dalam
penyelesaian tesis ini.
5. Untuk semua dosen-dosen pendidik kami yang tanpa pamrih telah
membimbing kami dengan sepenuh hati. Hanya Allah yang dapat
membalas pengorbananmu.
6. Para staf administrasi sekretariat dan perpustakaan Program Studi
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
7. Rekan-rekan penulis di Sekolah Pascasarjana Program Studi Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Universitas Sumatera Utara
8. Sahabat tercinta Adinda Syarifah Rita Zahara, Eriadi, Hadi Surya,
Marjuanda, Herin Safri, Furqan serta adinda tercinta dr. Reza Fitria yang
telah meluangkan waktu untuk membantu dan selalu memberikan motivasi
penulis dalam menyelesaikan tesis ini
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibunda tercinta Hj. Dasniar
yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik secara disiplin dan sepanjang
hidupnya selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis, dan
Ayahanda H. Yasin yang selalu menanamkan sifat pantang menyerah dan setiap
saat mengingatkan saya agar selalu berserah diri kepada Allah SWT.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kakanda Drs. Sutifa, Drs.
Si Udin, Yusman, Sos, Ernawati, S. Pd, Asniati, SP, Irwan Yasin, SE, M. Si,
Ismeri, Dewi Satria, S. Pd, dr. Eka Safriati dan kepokan tercinta Angga Pratama,
Suci, Fatur yang selalu mendukung dan membrikan semangat kepada penulis
dalam menjalani perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa tesisi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritikan sehat, saran dan masukan dari semua
pihak. Akhir kata penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat..Amin.
Medan, Agustus 2013
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Yatul Hidayat dilahirkan di Samadua, 04 Februari 1985, merupakan anak
kesembilan dari Sembilan bersaudara dari pasangan H. Yasin dan Hj. Dasniar.
Jenjang pendidikan dasar menengah yang dilalui adalah Sekolah Dasar
Negeri 1 Kecamatan Samadua lulus tahun 1997, SMP Negeri 1 Samadua lulus
tahun 2000, SMA 1 Samadua lulus tahun 2003. Jenjang pendidikan tinggi dilalui
di Universitas Syiah Kuala pada Fakultas Pertanian lulus pada tahun 2009.
Pengalaman penulis bekerja, pada tahun 2010 penulis menjadi pegawai
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah... 8
1.3.Tujuan Penelitian ... 8
1.4.Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1.Pengertian Pemberdayaan ... 10
2.2.Pemberdayaan Masyarakat ... 11
2.3.Indikator Pemberdayaan Masyarakat ... 15
2.4.Strategi Pemberdayaan Masyarakat ... 16
2.5.Ciri-Ciri Pemberdayaan Masyarakat ... 19
2.6.Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan... 20
2.7.Pengembangan Wilayah ... 27
2.9.Kerangka Pemikiran ... 30
2.10. Hipotesis Penelitian ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
3.6.Definisi Operasional Variabel ... 35
3.7.Metode Analisa Data ... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43
4.1. Gambaran Umum Kota Subulussalam ... 43
4.2. Karakteristik Responden ... 44
4.3. Hasil Pengujian Instrumen ... 45
4.3.1. Uji Validitas ... 45
4.3.2. Uji Reliabilitas ... 45
4.4. Deskripsi Variabel Penelitian ... 46
4.4.1. Aspek Sosialisasi ... 46
4.5.2. Uji Multikolinearitas... 49
4.5.3. Uji Heteroskedastisitas ... 50
4.6. Tabulasi Silang dan Uji Chi – Square ... 50
4.7.1. Koefisien Determinasi ... 59
4.7.2. Koefisien Korelasi ... 60
4.8. Pembuktian Hipotesis ... 60
4.9. Manfaat Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam ... 76
4.10. Hambatan Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam ... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 86
5.1. Kesimpulan ... 86
5.2. Saran ... 87
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1. Jumlah Populasi dan Sampel Penduduk Menurut Desa Penelitian ... 34
3.2. Operasional Variabel ... 36
3.3. Klasifikasi Jawaban ... 37
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 92
2. Master Data ... 96
3. Distribusi Frekuensi ... 98
4. Reliability Kuesioner ... 103
5. Uji Chi- Square ... 107
6. Regresion ... 119
7. T- tabel ... 124
8. F-Tabel ... 125
PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN
DI KOTA SUBULUSSALAM
ABSTRAK
Yatul Hidayat, Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Keberhasilan Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam.
Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor karakteristik (umur, pendidikan, dan pendapatan) terhadap partisipasi masyarakat serta mengetahui pengaruh partisipasi masyarakat (aspek sosialisasi, aspek perencanaan, aspek pelaksanaan dan aspek pemanfaatan) terhadap keberhasilan program desa mandiri pangan.
Lokasi penelitian dilakukan di Kota Subulussalam yang mendapatkan program Desa Mandiri Pangan. Penelitian ini direncanakan selama dua bulan yaitu bulan Mei dan Juni 2012. Jumlah sampel yang diambil adalah 100 orang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai koefisien korelasi (R) = 0,875 dimana nilai tersebut menjelaskan adanya hubungan yang kuat antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 87,5% yang artinya Program Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam erat hubungannya dengan Aspek Sosialisasi (X1)
Aspek Perencanaan (X2) dan Aspek Pelaksanaan (X3) dimana semua variabel
yang diteliti mempunyai hubungan yang sangat kuat. Sementara itu koefisien determinasi (R2) yang diperoleh dengan nilai sebesar 0,757 artinya bahwa sebesar 75,7,0% perubahan dalam variabel terikat dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan dalam Aspek Sosialisasi (X1) Aspek Perencanaan (X2) dan Aspek
Pelaksanaan (X3) serta Aspek Pemanfaatan (X4) sedangkan selebihnya 24,3%
dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar variabel bebas yang dijelaskan diatas.
INFLUENCE ON THE SUCCESS OF THE PUBLIC PARTICIPATION PROGRAM INDEPENDENT VILLAGE FOOD
IN TOWN SUBULUSSLAM
ABSTRACT
Yatul Hidayat, Influence on The Success Of The Public Participation Program independent Village Food In Town Subulusslam.
This Research tendencies to know characteristics (age, education, and income) to community participation and to know effect community participation (socialization, planning, implementation, and utilization) to Independent Village Food Success. Research sites in Subulussalam. This study is planned for two months ie May and June 2012. Number of samples taken was 100 people.
Based on the research results obtained by the correlation coefficient (R) = 0,875. t explains the value of a strong relationship between the independent variables with the dependent variable 87,5% which means village food security program in the Subulussalam closely related dengan socialization, planning, implementation, and utilization. While the coefficient of determination (R2) obtained a value of 0.757 means that 75,7% of the change in the dependent variable can be explained by changes in the socialization, planning, implementation, and utilization. Remaining 24,3.0% is explained by factors other than the independent variables described above.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Hak atas pangan telah diakui secara formal oleh banyak negara di dunia,
termasuk Indonesia. Akhir -akhir ini isu pangan sebagai hal asasi semakin gencar
disuarakan di berbagai forum dunia, tak kurang tema Hari Pangan Sedunia tahun
2007 adalah tentang Hak Atas Pangan. Ketahanan Pangan juga sudah ditetapkan
menjadi urusan wajib bagi pemerintahan pusat, propinsi dan kabupaten/kota yang
semakin menegaskan pentingnya pembangunan ketahanan pangan dilakukan
secara lebih serius. Krisis pangan dan finansial dunia pada tahun 2008 juga
semakin menegaskan pentingnya penguatan ketahanan pangan di Indonesia yang
berbasis pada kemandirian.
Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri dari 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator, menegaskan bahwa
tahun 2015 setiap negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari
kondisi pada tahun 1990. Dua dari lima indikator sebagai penjabaran tujuan
pertama MDGs adalah menuru nnya prevalensi gizi kurang pada anak balita dan
menurunnya jumlah penduduk dengan defisit energi (mengkonsumsi energi kurang
dari 70% kebutuhan untuk hidup sehat).
Tujuan pertama Millenium Development Goals (MDGs) untuk menurunkan
kelaparan dan kemiskinan serta Kesepakatan Gubernur dalam Konferensi Dewan
Ketahanan Pangan tahun 2006 untuk menurunkan kelaparan dan kemiskinan
strategi dan kebijakan untuk mewujudkan komitmen internasional menurunkan
kelaparan dan kurang gizi hingga setengah dari kondisi tahun 1990. Untuk
mencapai hal itu diperlukan upaya yang fokus, terus menerus secara terintegrasi
dan melibatkan peranan yang kuat dari pemerintah bekerjasama dengan
masyarakat dan sektor swasta.
Sebagai negara dengan penduduk besar dan wilayah yang sangat luas,
ketahanan pangan merupakan agenda penting di dalam pembangunan ekonomi
Indonesia. Kejadian rawan pangan menjadi masalah yang sangat sensitif dalam
dinamika kehidupan sosial politik Indonesia. Menjadi sangat penting bagi
Indonesia untuk mampu mewujudkan ketahanan pangan nasional, wilayah,
rumahtangga dan individu yang berbasiskan kemandirian penyediaan pangan
domestik. Kemandirian ini semakin penting ditengah kondisi dunia yang
mengalami krisis pangan, energi dan finansial yang ditandai dengan harga pangan
internasional mengalami lonjakan drastis; meningkatnya kebutuhan pangan untuk
energi alternatif (bio-energi); resesi ekonomi global yang berakibat semakin
menurunnya daya beli masyarakat terhadap pangan; (d) serbuan pangan asing
(westernisasi diet) berpotensi besar penyebab gizi lebih dan meningkatkan ketergantungan pada impor.
Masih cukup tingginya proporsi penduduk rawan konsumsi pangan
menunjukkan pencapaian kondisi ketahanan pangan pada tingkat nasional atau
wilayah masih belum menjamin tercapainya tingkat ketahanan pangan di rumah
tangga dan individu. Masalah distribusi dan mekanisme pasar yang berpengaruh
kemiskinan dan rendahnya tingkat pengetahuan tentang pangan dan gizi sangat
berpengaruh kepada konsumsi dan kecukupan pangan dan gizi rumah tangga.
Menurut Dewan Ketahanan Pangan (2009) pada tahun 2008 prevalensi
terendah ditemukan di Propinsi Bali (1.9%) dan tertinggi di Papua Barat. Propinsi
-propinsi dengan prevalensi sangat rawan pangan <10% pada tahun 2008 selain Bali
adalah Lampung (7.4%), Sumbar (7.4%), Sulut (8.3%), BaBel (8.3%) Sumut
(8.4%), Jambi (8.5%), Kepri (9.0%) , Banten (9.1%), Kalteng (9.1%), Jabar (9.3%)
dan NAD (9.7%). Sementara itu propinsi dengan prevalensi diatas20% selain Papua
Barat adalah DIY (20.1%), Maluku (20.4%), Kaltim (21.0%), Papua (25.5%).
Untuk meningkatkan ketahanan pangan di Provinsi Aceh, pemerintah akan
melakukan tiga strategi untuk meraih ketahanan pangan diantaranya melalui
peningkatan nilai tambah dan daya saing kualitas produk pertanian,
pengembangan komoditi unggulan sesuai spesifik lokasi, serta penguatan
kelembagaan petani. Khusus untuk peningkatan produk dan produktivitas
pertanian, pemerintah Provinsi Aceh memfokuskan pada intensifikasi dan
ekstensifikasi pertanian, untuk kegiatan intensifikasi akan difokuskan pada
pembaikan teknik budidaya, penerapan teknologi, peningkatan SDM serta
pengendalian hama.
Jika kita lihat data dari sub sektor pertanian pangan padi dari tahun 1980
sampai tahun 2009, perkembangan rata-rata luas panen hanya 2,22 persen,
sedangkan rata-rata perkembangan produksi hanya 1,01 persen (BPS Aceh 2011,
Data diolah). Kondisi seperti ini masih sangat belum mendukung program
pertumbuhan rata-rata produksi yang begitu lamban, sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan pangan untuk tingkat nasional di tahun-tahun mendatang.
Kota Subulussalam merupakan sebuah kota di Provinsi Aceh yang
sebagian besar penduduknya adalah petani. Jumlah penduduk Kota Subulussalam
yang hidup di bawah garis kemiskinan hingga kini mencapai 18.050 jiwa atau
26.80 persen dari total penduduk 69 ribu jiwa. Prmasalahan utama yang dihadapi
Kota Subulussalam adalah masih tingginya penduduk miskin, dimana jumlah
penduduk miskin mencapai 18.050 jiwa atau 26.80 persen dari total penduduk 69
ribu jiwa. Penduduk miskin tersebut berpotensi mengalami kerentanan pangan
karena belum mampu mengkosumsi pangan yang cukup dan berkelanjutan.
Apabila kondisi tersebut tidak segera diatasi akan berdampak langsung pada
rendahnya status gizi, kualitas fisik dan tingkat intelegensia di masyarakat. (BPS
Aceh, 2011). Untuk mengatasi masalah rawan pangan di kota Subulussalam,
Pemerintah terus berupaya mengembangkan perkebunan dan pertanian rakyat
dengan cara mengalokasikan bantuan bibit melalui dana APBN, APBK, dan
Otonomi khusus (Otsus) tahun 2011.
Penduduk miskin memiliki resiko tinggi dan rentan mengalami
kerawanan pangan. Apabila program-program pemantapan ketahanan pangan
kurang memperhatikan kelompok ini maka akan berdampak meningkatkan
kemiskinan/kerawanan pangan dan status gizi yang rendah. Kerawanan pangan
terjadi manakala rumah tangga, masyarakat atau daerah tertentu mengalami
pertumbuhan dan kesehatan para individu anggotanya. Kerawanan pangan
dibedakan atas kerawanan kronis, yaitu yang terjadi terus menerus karena
ketidakmampuan membeli atau memproduksi pangan sendiri, dan kerawanan
sementara yang terjadi karena kondisi tak terduga seperti bencana alam.
Kerawanan pangan, apabila terjadi terus menerus, akan berdampak pada
penurunan status gizi dan kesehatan. Berdasarkan uraian diatas maka salah satu
fokus pembangunan pada saat ini diarahkan pada penanganan masalah
kerawanan pangan dan kemiskinan dengan jalan meningkatkan ketahanan
pangan. Sejalan dengan hal tersebut, salah satu program pembangunan ketahanan
pangan masyarakat adalah penurunan tingkat kemiskinan pedesaan dan
pemenuhan kebutuhan pangan sampai tingkat rumah tangga. Ketahanan pangan
diwujudkan bersama oleh masyarakat dan pemerintah, serta dikembangkan mulai
tingkat rumah tangga. Bila setiap rumah tangga sudah mencapai ketahanan pangan
maka ketahanan pangan masyarakat, daerah, dan nasional akan tercapai.
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah kerawanan pangan dan
kemiskinan di pedesaan adalah melalui Program Desa Mandiri Pangan. Desa
Mandiri Pangan adalah desa yang masyarakatnya mempunyai kemampuan untuk
mewujudkan ketahanan pangan dan gizi sehingga dapat menjalani hidup sehat
dan produktif dari hari kehari, melalui pengembangan sistem ketahanan pangan
yang meliputi subsistem ketersediaan, subsistem distribusi, dan subsistem
konsumsi dengan memanfaatkan sumberdaya setempat secara berkelanjutan.
Upaya tersebut dilakukan melalui proses pemberdayaan masyarakat untuk
pemecahan masalah serta mampu mengambil keputusan untuk memanfaatkan
sumberdaya alam secara efisien dan berkelanjutan sehingga tercapai kemandirian.
Program aksi desa mandiri pangan perlu ditumbuh kembangkan dalam
upaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mewujudkan ketahanan
pangan dan gizi, sehingga dapat menjalani hidup sehat dan produktif secara
ber-kelanjutan. Sasaran program aksi desa mandiri pangan adalah rumah tangga
miskin, dengan tujuan meningkatkan kemandiriannya, peran dan fungsi
masyarakat desa, mengambangkan sistem ketahanan pangan, pendapatan ekonomi
dan aksesibilitas masyarakat di desa mandiri pangan. Dengan program desa
mandiri pangan diharapkan berkembang usaha ekonomi produktif,
kelompok-kelompok masyarakat, berfungsinya kelembagaan layanan masyarakat,
tersedia-nya pangan yang cukup serta distribusi pangan yang memadai. Disamping itu,
tersedianya stok pangan yang cukup, beragam, bergizi, seimbang dan aman.
Program Desa Mandiri Pangan (Demapan) dilaksanakan selama 4 (empat)
tahap berturut-turut melalui 4 tahapan pelaksanaan yaitu: tahap persiapan,
penumbuhan, pengembangan dan kemandirian. Tiap tahapan memuat berbagai
macam kegiatan dengan waktu pelaksanaan tiap tahapan adalah selama satu tahun.
Kegiatan difokuskan di daerah rawan pangan dengan mengimplementasikan
berbagai model pemberdayaan masyarakat dalam mewujudkan ketahanan
pangan yang telah ada di tingkat desa dengan melibatkan seluruh partisipasi
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan menempatkan tenaga
pendamping di setiap desa pelaksana selama empat tahun berturut-turut mulai dari
Operasional Aksi Desa Mandiri Pangan, 2011).
Pembiayaan operasional program aksi desa mandiri pangan bersumber
dari dana yang berasal dari APBN, APBD Propinsi, APBD Kabupaten, serta
alokasi dana yang ada di masing-masing instansi lintas sektoral yang
pemanfaatannya untuk mendukung program pembangunan pedesaan. Dana APBN
yang berasal dari Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian dialokasikan di
tingkat pusat, propinsi (dana dekonsentrasi), dan kabupaten (dana tugas
pembantuan). Untuk mendukung operasional kegiatan program aksi desa mandiri
pangan, maka Propinsi diwajibkan mengalokasikan dana APBD propinsi minimal
sebesar 20% dari dana dekonsentrasi propinsi, sedangkan kabupaten diwajibkan
mengalokasikan dana APBD kabupaten minimal sebesar 20% dari dana tugas
pembantuan kabupaten. Sedangkan dukungan dana pembangunan wilayah
pedesaan untuk program aksi desa mandiri pangan yang berasal dari instansi lintas
sektoral diatur menurut ketentuan yang berlaku di masing-masing instansi.
Partisipasi masyarakat ini dapat diartikan sebagai keikutsertaan, keterlibatan
dan kebersamaan anggota masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu baik secara
langsung maupun tidak langsung. Keterlibatan tersebut dimulai dari gagasan,
perumusan kebijaksanaan, hingga pelaksanaan program. Partisipasi secara langsung
berarti anggota masyarakat tersebut ikut memberikan bantuan tenaga dalam kegiatan
yang dilaksanakan. Partisipasi tidak langsung berupa bantuan keuangan, pemikiran
dan materi yang dibutuhkan. Partisipasi juga sering diartikan sebagai sumbangan
dana, material, tanah atau tenaga pada suatu programatau kegiatan pembangunan
prakarsa dan rencana datang dari luar atau atas. Partisipasi semacam ini dapat
diterima masyarakat sebagai suatu beban (Kuswartojo, 1993)
Berdasarkan Sutrisno (1995), dalam pembangunan partisipatif maka
peran pemerintah pada umumnya sebagai fasilitasi terhadap jalannya proses
pemberdayaan masyarakat dengan baik. Fasilitasi tersebut dapat berupa
kebijakan politik, kebijakan umum, kebijakan sektoral maupun
batasan-batasan normatif lain. Disamping itu fasilitasi dapat berupa tenaga ahli,
pendanaan, penyediaan teknologi dan tenaga terampil. Peran swasta pada segi
operasionalisasi dan implementasi, kontribusi tenaga ahli, tenaga terampil
maupun dana, alat atau teknologi. Sedangkan peran masyarakat pada umumnya
sebagai partisipasi dalam formulasi, implementasi, monitoring dan evaluasi.
Selanjutnya sasaran wilayah Program Aksi Desa Mandiri Pangan di
Kota Subulussalam yang merupakan desa rawan pangan serta mempunyai potensi
penyebab rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Seleksi sasaran lokasi
didasarkan atas pemetaan daerah rawan pangan FIA (Food Insecurity Atlas) tahun 2011 dengan data Sistem Kerawanan Pangan dan Gizi (SKPG) warna merah
adalah lokasi sasaran. Proses penetapan lokasi dan tahapan pelaksanaan
program pembangunan yang dilakukan masih bersifat top-down. Artinya Program
Desa Mandiri Pangan di Kota Subulussalam berasal dari pemerintah, sedangkan
partisipasi masyarakat sebagai masukan untuk mendapatkan dukungan pelibatan
masyarakat belum sepenuhnya muncul. Dalam hal ini partisipasi masyarakat
setempat belum secara maksimal diperhatikan dalam penetapan lokasi dan
karena itu diperlukan suatu penelitian mengenai pengaruh partisipasi masyarakat
terhadap Program Desa Mandiri Pangan, sehingga dapat direkomendasikan
suatu pelaksanaan Program Desa Mandiri Pangan yang perlu dilakukan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang dikaji penelitian ini adalah
1. Apakah ada pengaruh faktor karakteristik (umur, pendidikan dan pendapatan)
terhadap partisipasi masyarakat ?
2. Apakah ada pengaruh partisipasi masyarakat (aspek sosialisasi, aspek
perencanaan, aspek pelaksanaan dan aspek pemanfaatan) terhadap keberhasilan
program desa mandiri pangan ?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor karakteristik (umur,
pendidikan, dan pendapatan) terhadap partisipasi masyarakat.
2. Mengetahui pengaruh partisipasi masyarakat (aspek sosialisasi, aspek
perencanaan, aspek pelaksanaan dan aspek pemanfaatan) terhadap keberhasilan
program desa mandiri pangan.
1.4. Manfaat Penelitian
Mannfaat penelitian ini antara lain adalah:
1. Bagi Pemerintah Kota Subulussalam, dapat dijadikan masukan dalam
desa.
2. Bahan masukan bagi kepala desa dan lembaga pemberdayaan masyarakat
serta tokoh masyarakat dalam membuat kebijakan pengguna dana bantuan
desa mandiri pangan yang bermanfaat bagi masyarakat di Kota Subulussalam.
3. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain tentang partisipasi masyarakat
dalam pembangunan desa
4. Mencari alternatif pemecahan masalah pelaksanaan program desa mandiri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pemberdayaan
Istilah „pemberdayaan‟ diambil dari Bahasa Inggris „empowerment’, yang berasal dari kata dasar „power‟ berarti kekuatan atau „daya‟ dalam Bahasa Indonesia. Empowerment dalam Bahasa Inggeris diterjemahkan sebagai
pemberdayaan dalam Bahasa Indonesia. Maka definisi pemberdayaan dirumuskan sebagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan/daya (power)
pihak-pihak yang tidak atau kurang berdaya.
Pemberdayaan juga bermakna sebagai upaya distribusi-ulang (redistribusi)
kekuatan/daya (power) dari pihak yang memilikinya kepada pihak yang tidak atau
kurang memilikinya. Karena itu, pemberdayaan selalu mengandung pengertian :
a. Pengurangan atau pemindahan daya (power) atau upaya melakukan
disempowerment/less empowering pihak-pihak yang memiliki kekuatan/ daya (power),
b. Penyerahan/penambahan daya (power) kepada pihak-pihak yang
diberdayakan (empowerment).
Konsep pemberdayaan dapat dikatakan merupakan jawaban atas realitas
ketidakberdayaan (disempowerment). Mereka yang tidak berdaya jelas adalah pihak yang tidak memiliki daya atau kehilangan daya. Mereka yang tidak berdaya adalah
mereka yang kehilangan kekuatannya. Secara lebih lengkap suatu pemberdayaan
1. Pemberdayaan bermakna kedalam, kepada masyarakat berarti suatu usaha
untuk mentranspormasikan kesadaran rakyat sekaligus mendekatkan
masyarakat dengan akses untuk perbaikan kehidupan mereka.
2. Pemberdayaan bermakna keluar sebagai upaya untuk menggerakkan perubahan
kebijakan-kebijakan yang selama ini nyata-nyata merugikan masyarakat.
Pemberdayaan dalam segi ini bermakna sebagai pengendali yang berbasis pada
upaya memperlebar ruang partisipasi rakyat (Pambudi, 2003:54-58).
Sulistiyani (2004:7) menjelaskan bahwa “Secara etimologis
pemberdayaan berasal dari kata dasar daya yang berarti kekuatan atau kemampuan”. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dimaknai
sebagai proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau
pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada
pihak yang kurang atau belum berdaya.
Pemberdayaan memerlukan keterlibatan masyarakat secara aktif. dalam
konteks pemberdayaan, masyarakat harus diberdayakan untuk merumuskannya
sendiri melalui sebuah proses pembangunan konsensus diantara berbagai individu
dan kelompok sosial yang memiliki kepentingan dan menanggung resiko
langsung (stakeholders) akibat adanya proses atau intervensi pembangunan, baik pembangunan ekonomi, sosial maupun lingkungan fisik.
2.2. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat biasa dipahami atau diartikan sebagai proses
mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi tawar
segala bidang dan sektor kehidupan. ada pula pihak lain yang menegaskan bahwa
pemberdayaan adalah proses memfasilitasi warga masyarakat secara
bersama-sama pada sebuah kepentingan berbersama-sama atau urusan yang secara kolektif dapat
mengidentifikasi sasaran, mengumpulkan sumber daya, mengerahkan suatu
kampanye aksi dan oleh karena itu membantu menyusun kembali kekuatan dalam
komunitas.
Hal ini juga dikuatkan oleh pendapat Sumodingrat (2009:7), yang
mengemukakan bahwa masyarakat adalah makhluk hidup yang memiliki relasi
sosial maupun ekonomi, maka pemberdayaan sosial merupakan suatu upaya untuk
membangun semangat hidup secara mandiri dikalangan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidup masing-masing secara bersama-sama.
Jim Ife (1995:56) mengungkapkan bahwa pemberdayaan ditujukan untuk
meningkatkan kekuasaan (power) dari kelompok masyarakat yang kurang beruntung (disadvantaged).
Payne dalam Adi (2003:54) mengemukakan bahwa: “Proses
pemberdayaan pada intinya ditujukan guna membantu klien memperoleh daya
untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dia lakukan
yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan
sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan
kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dia miliki,
antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya”.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas, pemberdayaan masyarakat
dalam memamfaatkan sumber daya yang dimiliki, baik itu sumber daya manusia
(SDM) maupun sumber daya alam (SDA) yang tersedia dilingkungannya agar
dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Namun upaya yang dilakukan tidak
hanya sebatas untuk meningkatkan kemampuan atau kapasitas dari masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi juga untuk membangun jiwa
kemandirian masyarakat agar berkembang dan mempunyai motivasi yang kuat
dalam berpartisipasi dalam proses pemberdayaan. Masyarakat dalam hal ini
menjadi pelaku atau pusat proses pemberdayaan.
Ada beberapa cara pandang yang dapat digunakan dalam memahami
pemberdayaan masyarakat (Sutoro Eko, 2004) yaitu :
a. Pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri
masyarakat. posisi masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat
(beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti
pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan
yang bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan
berarti lepas dari tanggung jawab negara.
b. Pemberdayaan secara prinsipil berurusan dengan upaya memenuhi kebutuhan
(needs) masyarakat. banyak orang berargumen bahwa masyarakat akar rumput sebenarnya tidak membutuhkan hal-hal yang utopis (ngayawara)
seperti demokrasi, desentralisasi, good governance, otonomi daerah, masyarakat sipil dan seterusnya. “apa betul masyarakat desa butuh demokrasi
dan otonomi desa. Masyarakat itu hanya butuh pemenuhan sandang, pangan
kalau rakyat masih miskin. pendapat ini masuk akal, tetapi sangat dangkal.
mungkin kebutuhan spp itu akan selesai kalau terdapat uang yang banyak.
tetapi persoalannya sumber daya untuk pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat itu sangat langka (scarcity) dan terbatas (cobstrain).
c. Pemberdayaan terbentang dari proses sampai visi ideal. dari sisi proses,
masyarakat sebagai subyek melakukan tindakan atau gerakan secara kolektif
mengembangkan potensi-kreasi, memperkuat posisi tawar, dan meraih
kedaulatan. Dari sisi visi ideal, proses tersebut hendak mencapai suatu
kondisi dimana masyarakat mempunyai kemampuan dan kemandirian
melakukan voice, akses dan kontrol terhadap lingkungan, komunitas, sumberdaya dan relasi sosial-politik dengan negara.
d. Pemberdayaan terbentang dari level psikologis-personal (anggota
masyarakat) sampai ke level struktural masyarakat secara kolektif.
pemberdayaan psikologis-personal berarti mengembangkan pengetahuan,
wawasan, harga diri, kemampuan, kompetensi, motivasi, kreasi, dan kontrol
diri individu. pemberdayaan struktur-personal berarti membangkitkan
kesadaran kritis individu terhadap struktur sosial-politik yang timpang.
e. Pemerintahan dan negara pada intinya hendak membawa negara lebih dekat
ke masyarakat desa, dengan bingkai desentralisasi (otonomi) desa,
demokratisasi desa, good governance desa dan capacity building
pemerintahan desa. negara dan pembangunan berbicara tentang peran negara
dalam pembangunan dan pelayanan publik. Fokusnya adalah perubahan
publik lebih berkualitas dan semakin dekat dengan masyarakat, serta
penanggulangan kemiskinan.
2.3. Indikator Pemberdayaan Masyarakat
Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari unsur
peningkatan : kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat
kesejahteraan, kemampuan kultural dan politis. Menurut Schuler, Hashemi, dan Riley, Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat adalah :
1) Kebebasan mobilitas
2) Kemampuan membeli komoditas kecil
3) Kemampuan membeli komoditas besar
4) Terlibat dalam pembuatan keputusan umum
5) Kebebasan relatif dari dominasi keluarga
6) Kesadaran hukum dan politik
7) Keterlibatan dalam kampanye/demonstrasi
8) Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga
Keberdayaan masyarakat juga dapat dilihat dari :
1) Keberdayaan yg menyangkut kemampuan ekonomi
2) Kemampuan mengakses jaminan kesehatan
3) Kemampuan kultur dan politis
Nugroho (2008) mengemukakan, indikator pemberdayaan, yaitu
1) Akses, dalam arti kesamaan hak dalam mengakses sumber daya-sumber daya
2) Partisipasi, yaitu keikutsertaan dalam mendayagunakan asset atau sumber daya
yang terbatas tersebut.
3) Kontrol, yaitu bahwa lelaki dan perempuan mempunyai kesempatan yang
sama untuk melakukan kontrol atas pemanfaatan sumber daya tersebut.
4) Manfaat, yaitu bahwa lelaki dan perempuan harus sama-sama menikmati
hasil-hasil pemanfaatan sumber daya atau pembangunan secara bersama dan setara
2.4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Dalam upaya pemberdayaan masyarakat perlu adanya suatu strategi yang nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Salah satu strategi
yang tidak umum dipakai dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah
pendampingan. Menurut Sumodiningrat (2009:106), pendampingan merupakan
kegiatan yang diyakini mampu mendorong terjadinya pemberdayaan fakir miskin
secara optimal. Perlunya pendampingan dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan
pemahaman diantara pihak yang memberikan bantuan dengan sasaran penerima
bantuan. Kesenjangan dapat disebabkan oleh berbagai perbedaan dan keterbatasan
kondisi sosial, budaya dan ekonomi. Dalam melaksanakan tugasnya, para
pendamping memposisikan dirinya sebagai perencana, pembimbing, pemberi
informasi, motivator, penghubung, fasilitator, dan sekaligus evaluator.
Sumodiningrat (2009:104-106) lebih dalam menjelaskan bahwa bagi para
pekerja sosial dilapangan, kegiatan pemberdayaan dapat dilakukan melalui
pendampingan sosial. Terdapat 5 (lima) kegiatan penting yang dapat dilakukan
1. Motivasi
Masyarakat khususnya keluarga miskin perlu didorong untuk membentuk
kelompok untuk mempermudah dalam hal pengorganisasian dan
melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat. Kemudian memotivasi
mereka agar dapat terlibat dalam kegiatan pemberdayaan yang nantinya dapat
meningkatkan pendapatan mereka dengan menggunakan kemampuan dan
sumber daya yang mereka miliki.
2. Peningkatan Kesadaran dan pelatihan kemampuan
Disini peningkatan kesadaran masyarakat dapat dicapai melalui pendidikan
dasar, pemasyarakatan imunisasi dan sanitasi, sedangkan untuk masalah
keterampilan bisa dikembangkan melalui cara-cara partisipatif. Sementara
pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat melalui pengalaman mereka
dapat dikombinasikan dengan pengetahuan yang dari luar. Hal-hal seperti ini
dapat membantu masyarakat untuk menciptakan sumber penghidupan dan
membantu meningkatkan keterampilan dan keahlian mereka sendiri.
3. Manajemen diri
Setiap kelompok harus mampu memilih atau memiliki pemimpin yang
nantinya dapat mengatur kegiatan mereka sendiri seperti melaksanakan
pertemuan-pertemuan atau melakukan pencatatan dan pelaporan. Disini pada
tahap awal, pendamping membantu mereka untuk mengembangkan sebuah
sistem. Kemudian memberikan wewenang kepada mereka untuk
4. Mobilisasi sumber
Merupakan sebuah metode untuk menghimpun setiap sumber-sumber yang
dimiliki oleh individu-individu yang dalam masyarakat melalui tabungan dan
sumbangan sukarela dengan tujuan untuk menciptakan modal sosial. Hal ini
didasari oleh pandangan bahwa setiap orang memiliki sumber daya yang
dapat diberikan dan jika sumber-sumber ini dihimpun, maka nantinya akan
dapat meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat secara substansial.
5. Pembangunan dan pengembangan jaringan
Pengorganisasian kelompok-kelompok swadaya masyarakat perlu disertai
dengan peningkatan kemampuan para anggotanya membangun dan
mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial disekitarnya.
Jaringan ini sangat penting dalam menyediakan dan mengembangkan
berbagai akses terhadap sumber dan kesempatan bagi peningkatan
keberdayaan masyarakat miskin.
Menurut Jim Ife (1995:63) ada 3 strategi yang diterapkan dalam
pemberdayaan masyarakat, yaitu :
1) Perencanaan dan kebijakan (policy and planning)
Untuk mengembangkan perubahan struktur dan institusi sehingga
memungkinkan masyarakat untuk mengakses berbagai sumber kehidupan untuk
meningkatkan taraf kehidupannya. Perencanaan dan kebijakan yang berpihak
dapat dirancang untuk menyediakan sumber kehidupan yang cukup bagi
masyarakat untuk mencapai keberdayaan. Misalnya : kebijakan membuka peluang
2) Aksi sosial dan politik (sosial dan political action)
Diartikan agar sistem politik yang tetutup diubah sehingga memungkinkan
masyarakat untuk berpartisipasi. Adanya keterlibatan masyarakat secara politik
membuka peluang dalam memporoleh kondisi keberdayaan.
3) Peningkatan kesadaran dan pendidikan
Masyarakat /kelompok masyarakat tertentu seringkali tidak menyadari
penindasan yang terjadi pada dirinya. Kondisi ketertindasan diperparah dengan
tidak adanya skill untuk bertahan hidup secara ekonomi dan sosial.
Untuk mengataasi masalah ini peningkatan kesadaran dan pendidikan
sangatlah penting untuk ditrapkan. Contoh : memberi pemahaman kepada
masyarakat tentang bagaimana struktur-struktur penindasan terjadi, memberi
sarana dan skill agar mencapai perubahan secara efektif.
2.5. Ciri – Ciri Pemberdayaan Masyarakat
Pendekataan pemberdayaan masyarakat yang berpusat pada manusia
(people centered development) melandasi wawasan pengelolaan sumber daya
lokal, yang merupakan mekanisme perencanaan yang menekankan pada teknologi
pembelajaran sosial dan strategi perumusan program. Tujuan yang ingin dicapai
adalah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengaktualisasikan
dirinya. Dalam hal ini, Moelyarto (1999:37-38) mengemukakan ciri-ciri
pendekatan pengelolaan sumber daya lokal yang berbasis masyarakat, meliputi :
1. Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi masyarakat setempat dibuat
ditingkat lokal, oleh masyarakat yang memiliki identitas yang diakui
2. Fokus utama pengelolaan sumber daya lokal adalah memperkuat kemampuan
masyarakat miskia dalam mengarahkan aset-asset yang ada dalam masyarakat
setempat untuk memenuhi kebutuhannya.
3. Toleransi yang besar terhadap adanya variasi. Oleh karena itu mengakui
makna pilihan individual, dan mengakui proses pengambilan keputusan yang
dengan sentralistik.
4. Budaya kelembagaannya ditandai oleh adanya organisasi- organisasi yang
otonom dan mandiri, yang saling berinteraksi memberikan umpan balik
pelaksanaan untuk mengoreksi diri pada setiap jenjang organisasi.
5. Adanya jaringan koalisi dan komunikasi antara para pelaku dan organisasi
lokal yang otonom dan mandiri, yang mencakup kelompok penerima manfaat,
pemerintah lokal, lokal dan sebagainya, yang menjadi dasar bagi semua
kegiatan yang ditujukan untuk memperkuat pengawasan dan penguasaan
masyarakat atas berbagai sumber yang ada, serta kemampuan masyarakat
untuk mengelola sumber daya setempat.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keberdayaan
masyarakat terletak pada proses pengambilan keputusan sendiri untuk
mengembangkan pilihan-pilihan adaptasi terhadap perubahan lingkungan dan
sosial. Pemahaman mengenai proses adaptasi masyarakat terhadap lingkungannya
merupakan informasi penting dalam pembangunan yang berorientasi pada
2.6. Partisipasi Masyarakat Pada Program Pembangunan
Memperhatikan berbagai karakteristik dari strategi pembangunan sumber
daya berbasis komunitas, maka dalam pelaksanaannya terkandung suatu unsur
yang dapat dikatakan mutlak, yaitu partisipasi masyarakat lokal. Sebagaimana
telah dipahami bahwa, pembangunan pada dasarnya merupakan proses
perubahan dan salah satu bentuk perubahan yang diharapkan adalah perubahan
sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang semakin meningkat baik secara
kualitatif dan kuantitaif merupakan salah satu bentuk perwujudan dari sikap
dan perilaku tersebut. Dalam hal ini aktivitas lokal merupakan merupakan media
dan sarana bagi masyarakat dalam melaksanakan partisipasinya. Agar proses
pembangunan dapat berlangsung secara berkelanjutan, maka perlu diusahakan
agar ada kesinambungan dan peningkatan yang bersifat kumulatif dari partisipasi
masyarakat melalui berbagai tindakan bersama dan aktivitas lokal tersebut.
Partisipasi merupakan pelibatan diri secara penuh pada suatu tekad yang
telah menjadi kesepakatan bersama antar anggota dalam satu kelompok/antar
kelompok sampai dengan skala nasional dan merupakan bagian tidak
terpisahkan dari landasan konstitusional Negara Republik Indonesia maka partisipasi dapat disebut sebagai “Falsafah Pembangunan Indonesia”. Dengan
demikian sudah sewajarnya bila tiap pembangunan haruslah menerapkan konsep
partisipasi dan tiap partisipasi menurut Parwoto (1997) harus memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
- Proaktif atau sukarela (tanpa disuruh)
yang akan terkena akibat kesepakatan tersebut
- Adanya tindakan mengisi kesepakatan tersebut
- Adanya pembagian kewenangan dan tanggungjawab dalam kedudukan yang
setara antar unsur/pihak yang terlibat.
Konsep partisipasi dalam pembangunan kemudian disebut sebagai
pembangunan partisipatif, yaitu pola pembangunan yang melibatkan berbagai
pelaku pembangunan yang berkepentingan (sektor pemerintah, swasta dan
masyarakat yang akan langsung menikmati/terkena akibat pembangunan) dalam
suatu proses kemitraan dengan menerapkan konsep partisipasi, dimana
kedudukan masyarakat adalah sebagai subyek pembangunan dan sekaligus
sebagai objek dalam menikmati hasil pembangunan. Pembangunan partisipatif ini
mempertemukan perencanaan makro yang berwawasan lebih luas dengan
perencanaan mikro yang bersifat kontekstual sehingga pembangunan mikro akan
merupakan bagian tidak terpisahkan dari seluruh perencanaan makro.
Pembangunan partisipatif juga mempertemukan pendekatan dari atas ( top-down), dimana keputusan-keputusan dirumuskan dari atas dan pendekatan dari
bawah (botton-up), yang menekankan keputusan di tangan masyarakat yang kedua-duanya memiliki kelemahan masing-masing. Dalam pembangunan
partisipatif keputusan merupakan kesepakatan antar pelaku yang terlibat.
Ada perbedaan wacana mengenai pembangunan dan partisipasi
masyarakat, yaitu dari wacana pemerintah dan wacana masyarakat. Menurut
Widyatmadja dan Goulet (dalam Prijono dkk, 1996:105) partisipasi dalam
rakyat daripada hak untuk ikut menikmati manfaat pembangunan itu sendiri.
Dari perspektif rakyat, partisipasi merupakan praktek dari keadilan dan hak
untuk menikmati hasil pembangunan yang mungkin dapat menimbulkan konflik
antara pihak-pihak yang berkepentingan.
Lebih lanjut menurut Soetrisno (1995:221) ada dua jenis definisi
partisipasi yang beredar dalam masyarakat. Definisi pertama adalah definisi
yang diberikan oleh para perencana pembangunan formal di Indonesia. Definisi
partisipasi jenis ini mengartikan partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai
dukungan rakyat terhadap rencana/proyek pembangunan yang dirancang dan
ditentukan tujuannya oleh perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi
diukur dengan kemampuan rakyat ikut menanggung biaya pembangunan,
baik berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan proyek pembangunan
pemerintah.
Definisi kedua yang ada dan berlaku universal adalah partisipasi rakyat
dalam pembangunan merupakan kerjasama yang erat antara perencana dan rakyat
dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil
pembangunan yang telah dicapai. Menurut definisi ini tinggi rendahnya
partisipasi rakyat dalam pembangunan tidak hanya diukur dengan kemauan
rakyat untuk menanggung biaya pembangunan tetapi juga ada tidaknya hak
rakyat untuk menentukan arah dan tujuan proyek yang akan dibangun di wilayah
mereka. Ukuran lain yang dipakai oleh definisi ini dalam mengukur tinggi
rendahnya partisipasi rakyat adalah ada tidaknya kemauan rakyat untuk secara
Menurut Hall (1986:9) partisipasi masyarakat merupakan pendekatan
pembangunan yang memandang masyarakat dalam konteks dinamis yang
mampu memobilisasi sumber daya sesuai dengan kepentingan, kemampuan dan
aspirasi yang dimiliki, baik secara individu maupun komunal. Dalam Wibisana
(1989:41) partisipasi masyarakat sering diartikan sebagai keikutsertaan,
keterlibatan dan kebersamaan anggota masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu,
baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak dari gagasan, perumusan
kebijaksanaan hingga pelaksanan program. Partisipasi secara langsung berarti
anggota masyarakat tersebut ikut memberikan bantuan tenaga dalam kegiatan
yang dilaksanakan. Sedangkan partisipasi tidak langsung berupa keuangan,
pemikiran dan material yang diperlukan. Slamet, (1992) partisipasi merupakan
keterlibatan aktif dan bermakna dari masa penduduk pada tingkatan-tingkatan
yang berbeda, yaitu:
a. Dalam proses pembentukan keputusan untuk menentukan tujuan-tujuan
kemasyarakatan dan pengalokasian sumber-sumber untuk mencapai tujuan.
b. Dalam pelaksanaan program-program atau proyek-proyek secara sukarela
c. Dalam pemanfaatan hasil-hasil dari suatu program atau proyek
Definisi tersebut menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dapat
dilakukan pada semua tahapan dalam proses pembangunan, dari tahapan
perencanaan pembangunan, pelaksanaan pembangunan, sampai tahapan
pemanfaatan hasil-hasilnya .
Dalam Burke, (2004:52-54) keuntungan dan masalah partisipasi akan
Secara umum, keuntungan dari partisipasi:
a. Masyarakat akan merasa “memiliki” terhadap rencana kerja.
b. Memungkinkan adanya ide-ide segar.
c. Mendapat bantuan dalam bentuk barang atau sumber daya lainnya.
d. Masyarakat akan tetap merasa menjadi bagian dari pemecahan masalah jangka
panjang karena mereka telah mempunyai rasa memiliki terhadap ide-ide awal.
e. Keikutsertaan dalam satu proyek atau program membangun kesadaran,
kepercayaan dan keyakinan menjadi bagian penting pada
proyek/kesempatan-kesempatan lainnya.
Selain itu, keuntungan dari suatu keluaran atau out put yang lebih baik adalah isue“proses” membantu mengembangkan keterampilan dan confidence
masyarakat. Keuntungan pada umumnya berkaitan dengan Kepentingan utama
yang disepakati pada tingkat partisipasi yang tepat; kesamaan bahasa untuk
mendiskusi issue dan mengembangkan ide-ide; dan metode-metode tepat guna
yang dipakai sebanyak mungkin sesuai kesepakatan untuk mencapai hasil yang
diinginkan Peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat diketahui
berdasarkan besarnya pengaruh yang dimiliki masyarakat di dalam proses
penentuan permasalahan beserta hasilnya, dari pengaruh yang kecil sampai
kepada pengaruh yang besar. Peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
terdiri dari
1. Tinjauan dan Komentar
Masyarakat diberi kesempatan untuk meninjau suatu rencana yang
untuk mengubah atau memodifikasi rencana tersebut. Peran ini bersifat pasif,
yang dirancang untuk menyediakan informasi kepada masyarakat dan kelompok.
2. Konsultasi
Dengan peran ini, masyarakat diangkat dan dimintai masukan serta informasi
khusus. Metode yang dipergunakan untuk memperoleh masukan adalah
melalui pertemuan dan kuesioner. Peran masyarakat sebagai konsultan adalah
utuk menjadi bagian dari usaha pembuatan keputusan. Tujuan dari peran
konsultasi ini bersifat lebih jauh, bukan hanya sebagai penyedia informasi
bagi masyarakat. Peran ini merupakan proses komunikasi dua arah di mana
tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki keputusan.
3. Pemberi Nasehat
Pengaruh dan peran masyarakat bersifat lebih besar karena masyarakat
diangkat ke dalam organisasi dan ditempatkan pada komite kebijakan dan
perencanaan di dalam organisasi perencanaan tersebut. Tujuan dari peran ini
adalah untuk memperoleh informasi maupun dukungan terorganisir untuk
kegiatan-kegiatan.
4. Pengambilan Keputusan Bersama
Peran ini menggambarkan partisipasi masyarakat dan perencana yang
bertindak sebagai mitra di dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
Tujuannya adalah untuk mencapai keputusan yang mencerminkan keinginan
tim perencana yang di dalamnya memuat aspirasi masyarakat.
5. Pengambilan Keputusan Terkendali
kebijakan dan keputusan. Peran dari para staf adalah untuk memfasilitasi
pengambilan keputusan, yaitu untuk bertindak sebagai penasehat dan
menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan oleh masyarakat Peran
partisipasi masyarakat ini sangat umum untuk organisasi yang bersifat sukarela.
Pendekatan dengan partisipasi masyarakat dalam pembangunan,
memungkinkan keseimbangan antara kepentingan administrasi dari pemerintah
setempat dan integrasi penduduk setempat dalam proses pengambilan keputusan
pada tingkat lokal. Terdapat 2 (dua) macam partisipasi penduduk, yaitu (Jayadinata,
1999:201-202):
1. Partisipasi vertikal
Penduduk diberi lebih banyak kesempatan untuk menyumbangkan
pendapatnya dalam pembangunan Interaksi dengan cara dari bawah ke atas
(bottom up) dalam hal:
a. Teknik belajar dan mendengarkan (masyarakat diberi informasi mengenai
masalah aktual)
b. Pengumuman informasi berhubungan dengan program yang diusulkan.
c. Masukan yang terus dari berbagai golongan.
d. Penelaahan kembali rencana yang diusulkan.
2. Partisipasi horisontal
Dalam partisipasi ini masyarakat berinteraksi secara horizontal dalam hal:
a. Masyarakat setempat berinteraksi dengan berbagai kelompok lain.
b. Mengambil pengalaman dari kelompok lain.
2.7. Pengembangan Wilayah
Miraza (2005) wilayah adalah kumpulan daerah hamparan sebagai suatu
kesatuan geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya
alam dan sumber daya manusia serta posisi geografi yang dapat diolah dan
dimanfaatkan secara efisien dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif.
Bila dilihat dari aspek ekonomi, pengembangan wilayah dapat diartikan
sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan masyarakat meningkat dalam
jangka waktu yang panjang. Dari pengertian tersebut dapat terlihat pembangunan
ekonomi mempunyai sifat antara lain :
1. Sebagai proses, berarti merupakan perubahan yang terjadi terus menerus
2. Usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan masyarakat, dan
3. Kenaikan pendapatan tersebut terus berlangsung dalam jangka panjang (Sukirno,
1991).
Adapun sasaran pembangunan menurut Todaro (1993) adalah :
1. Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian atau pemerataan
bahan-bahan pokok yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup seperti makan,
perumahan, dan kesehatan serta perlindungan
2. Meningkatkan taraf hidup termasuk didalamnya meningkatkan penghasilan,
penyediaan lapangan kerja yang memadai, pendidikan yang lebih baik dan
perhatian yang lebih besar terhadap nilai budaya yang manusiawi
3. Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individual dan
nasional dengan cara mereka dari sikap-sikap budak dan ketergantungan juga
kebodohan dan penderitaan orang lain.
Dari definisi yang dikemukakan dapat terlihat bahwa pembangunan ekonomi
adalah merupakan suatu proses, di mana dengan proses itu akan terlihat adanya
perubahan yang besar dalam struktur sosial, sikap mental yang telah terbiasa,
pertumbuhan ekonomi serta pemberantasan kemiskinan dan pengangguran.
Ketimpangan dalam pendapatan perkapita melalui perluasan kesempatan kerja yang
memadai, pendidikan juga dengan cara membebaskan masyarakat dari sikap
ketergantungan terhadap orang lain serta mengangkat kesadaran akan harga diri.
2.8. Penelitian Terdahulu
Ronal d Sitanggang (2007), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Program Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D) dalam Pengembangan Wilayah
Melalui Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten
Simalungun” menyimpulkan bahwa faktor-faktor kekuatan dalam pemberdayaan
masyaraakat melalui Program P2D antara lain adalah sebagai berikut. a) Keinginan
yang kuat dari masyarakat untuk mau berpartisipasi dalam proses pembangunan
desanya, b) Kesadaran warga untuk membayat PBB mengalami peningkatan, c)
Berfungsinya lembaga pemberdayaan masyarakat deesa, d) Potensi sumber daya
alam khususnya sektor pertanian.
Penelitian Lurinim Purba (2007), yang berjudul “Pengaruh Partisipasi
Masyarakat Terhadap Program Bantuan Pembangunan Desa Di Kecamatan Gunung
Malela Kabupaten Simalungun” menyimpulkan bahwa pengaruh partisipasi
aspek perencanaan, pemanfaatan, dan sosialisasi berpengaruh positif terhadap
keberhasilan pada kegiatan fisik, artinya peningkatan partisipasi aspek perencanaan,
pemanfaatan dan sosialisasi searah dengan peningkatan keberhasilan program
bantuan pembangunan desa pada kegiatan fisik. Sedangkan partisipasi pada aspek
pelaksanaan tidak berpengaruh terhadap keberhasilan kegaitan fisik. b). Partisipasi
masyarakat pada aspek perencanaan dan pemanfaatn berpengaruh positif terhadap
keberhasilan pada kegiatan PKK, artinya peningkatan partisipasi aspek perencanaan
dan pemanfaatn searah dengan peningkatan keberhasilan program bantuan
pembangunan desa pada kegiatan PKK. Sedangkan partisipasi pada aspek
pelaksanaan dan sosialisasi tidak berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan PKK.
Hasil kajian pusat penelitian pembangunan pedesaan dan kawasan (P3KP)
Universitas Gajah Mada salah satu cara untuk mengetahui kulaitas partisipasi
masyarakat dapat dilihat dari bentuk-bentuk keterlibatan seseorang dalam berbagai
tahap proses pembangunan yang terencana mulai dari perumusan tujuan sampai
dengan penilaian. Bentuk-bentuk partisipasi sebagai usaha terorganisir oleh warga
masyarakat untuk mempengaruhi bentuk dan jalannya public policy. Sehingga
kualitas dari herarki partisipasi masyarakat dilihat dalam keaktifan atau kepasifan
(apatis) dari bentuk parisipasi masyarakat.
Hasil penelitian Jhon Pieter Sitorus yang berjudul “Partispasi Masyarakat
dalam Perencanaan Pembangunan Kecamatan Balige” menyimpulkan bahwa secara
umum rendahnya aspirasi masyarakat yang direalisasikan dalam rencana
pembangunan yang dibiayai anggaran pembangunan menunjukkan belum
daerah yaitu kombinasi perencanaan top-down dan botton-up, a) Tingkat pendidikan
dan pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap partisipasi masyarakat.
b) Partispasi masyarakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap perencanaan
pembangunan desa.
2.9. Kerangka Pemikiran
Bantuan desa mandiri pangan bertujuan menciptakan ketahanan pangan bagi
desa yang mendapatkan bantuan tersebut. Ketahanan pangan merupakan kondisi
terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Bantuan desa
mandiri pangan ini sangat berperan untuk mendorong, serta menumbuhkan
kreatifitas dan aktifitas masyarakat dalam menciptakan kemandirian pangan dengan
memanfaatkan sumber daya alam yang ada secara optimal. Partispasi masyarakat
(aspek perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan sosialisasi) dalam pelaksnaan
program desa mandiri pangan dipengaruhi oleh faktor karakteristik (pendidikan,
Gambar II.1. Kerangka Pemikiran
2.10. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah maka hipotesis yang akan menjadi
pedoman awal dalam penelitian adalah :
1. Terdapat pengaruh faktor karakteristik (umur, pendidikan, dan pendapatan)
terhadap partisipasi masyarakat dalam program bantuan desa mandiri pangan
di Kota Subulussalam.
2. Terdapat pengaruh simultan partisipasi masyarakat (aspek sosialisasi,
perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan terhadap keberhasilan program
desa mandiri pangan di Kota Subulussalam.
3. Terdapat pengaruh parsial aspek sosialisasi terhadap keberhasilan program
desa mandiri pangan di Kota Subulussalam. Keberhasilan Bantuan Desa
Mandiri Pangan Partisipasi Masyarakat
Aspek Sosialisasi Aspek Perencanaan Aspek Pelaksanaa Aspek Pemanfaatan Karakteristik
desa mandiri pangan di Kota Subulussalam.
5. Terdapat pengaruh parsial aspek pelaksanaan terhadap keberhasilan program
desa mandiri pangan di Kota Subulussalam.
6. Terdapat pengaruh parsial aspek pemanfaatan terhadap keberhasilan program
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Subulussalam. Penelitian ini
dilaksanakan pada Kecamatan Longkib yaitu di desa Rantau Panjang dan
Kecamatan Sultan Daulat di desa disekitar Desa Jambi Baru dan Desa Pulo
Mbelen. Adapun alasan pemilihan lokasi ini karena berdasarkan Data SKPG
(Sistem Kerawanan Pangan dan Gizi) setelah dilakukan pengolahan data ternyata
data dari SKPG berwarna merah yang artinya rawan pangan, Data Dasar Rumah
Tangga (DDRT) dan Survey Rumah Tangga (SRT) serta data BPS dan Balai
Penyuluhan Pertanian di kecamatan dinyatakan bahwa desa ini yang perlu
diberikan program dari desa mandiri pangan, serta nantinya akan dijadikan desa
percontohan dalam kegiatan desa mandiri pangan, kegiatan dari desa mandiri
pangan ini berjalan 4 tahun lamanya sehimgga terbentuk kemandirian pangan di
desa binaan.
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini dilakukan pengumpulan data dapat dilakukan pada
orang-orang yang mampu memberikan jawaban sesuai dengan topik penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota kelompok tani yang
menerima bantuan desa mandiri pangan di Kota Subulussalam yang berjumlah
100 orang. Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki