DETERMINANTS OF FISHERMEN’S INCOME ON THE DEPOK BEACH, YOGYAKARTA
Oleh
YULI ANDRIANI HADI
20120430204
FAKULTAS EKONOMI
BEACH, YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
YULI ANDRIANI HADI 20120430204
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
Nomor Mahasiswa : 20120430204
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “DETERMINAN PENDAPATAN NELAYAN DI PANTAI DEPOK, YOGYAKARTA” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana disuatu
perguruan tinggi, sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yant tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebut dalam Daftar Pustaka. Apabila terdapat dalam
skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 8 April 2016
Yuli Andriani Hadi
“Allah mencintai pekerjaan yang apabila bekerja ia
menyelesaikannya dengan baik”
(H.R Thabrani).
“Learn form yesterday, live for today hope for tomorrow”
(Albert Einstein).
Jadilah seperti yang kamu inginkan, bukan seperti apa yang ingin orang
lihat.
“Belajarlah mengalah sampai yang bisa mengalahkan mu. Belajarlah
merendah sampai tak seorangpun yang bisa merendahkanmu”.
(Gobind Vashdev).
Dream it, Wish it and do it.
Persembahan
1. Ayah dan ibuku tersayang yang telah merawat, membesarkan dan
membimbing ku sampai saat ini, yang selalu berusaha memenuhi semua
kebutuhan ku.
2. Kedua kakak dan adik ku tercinta, kak Hendara dan adik kecilku Tina.
3. Seluruh keluarga besarku yang selalu mendudukung ku.
4. Kakak-kakak ku tersayang di kos Puspita yaitu kak Yuli dan kak Betty
5. teman-teman seperjuangan dan seperantauan dari Lombok terutama, Tari,
Lik, Kak Eni, Kak sira, Atikah, Mariah dan semuanya
6. Keluarga besar kos putri puspita.
7. Seluruh mahasiswa/i ilmu ekonomi angkatan 2012.
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
INTISARI ... vii
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan ... 27
B. Model Regresi OLS ... 35
C. Penelitian Terdahulu ... 37
D. Hipotesis ... 41
B. Jenis Data ... 43
c. Uji Heteroskedastisitas ... 48
b. Uji F ... 75
c. Uji T (Pengujian Hipotesis) ... 76
B. Pembahasan ... 79
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 85
A. Simpulan ... 85
B. Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
2009-2014 ... 4
Tabel 1.3 Jumlah Nelayan di Kabupaten Bantul Tahun 2013 ... 5
Tabel 4.1 Luas Wilayah Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Bantul 53 Tabel 4.2 Nama, Panjang dan Alamat Sungai di Kabupaten Bantul ... 54
Tabel 4.3 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Keamatan Kretek ... 55
Tabel 4.4 Usia Nelayan di Pantai Depok ... 58
Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Nelayan di Pantai Depok ... 59
Tabel 4.6 Pengalaman Melaut Nelayan di Pantai Depok (Tahun) ... 60
Tabel 4.7 Jumlah Aggota Keluarga yang di Tanggung Nelayan ... 60
Tabel 4.8 Rata-rata Pendapatan Nelayan di Pantai Depok per bulan ... 61
Tabel 4.9 Kepemilikan Rumah ... 62
Tabel 4.10 Kepemilikn Kapal ... 63
Tabel 4.11 Biaya Sekali Melaut ... 63
Tabel 4.12 Jumlah Waktu Melaut Sehari-hari ... 64
Tabel 4.13 Jarak Tempuh Sekali Melaut ... 65
Tabel 5.1 Hasil Uji Multikoleniaritas ... 71
Tabel 5.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 72
Tabel 5.7 Hasil Regresi ... 73
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Peta Wilayah Kabupaten Bantul ... 54
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3. Hasil Estimasi Pendapatan Nelayan di Pantai Depok Lampiran 4. Hasil Uji Normalitas
Lampiran 5. Hasil Uji Multikoleniaritas Lampiran 6. Hasil Uji Heteroskedastisitas Lampiran 7.Kuesioner
tenaga kerja, pendidikan, pengalaman, jarak melaut dan lama melaut terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok. Subjek dalam penelitian ini adalah nelayan yang ada di Pantai Depok, baik nelayan asli ataupun nelayan pendatang yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di Pantai Depok. Dalam penelitian ini jumlah sample yang digunakan berjumlah 80 orang responden yang dipilih menggunakan metode sample acak sederhana (Simple Random Sampling). Alat analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh hasil bahwa modal, pengalaman, jarak melaut dan lama melaut berpengaruh positif signfikan terhadap pendapatan nelayan, pendidikan berpengaruh negatif signifikan terhadap pendapata nelayan sedangkan pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok.
Kata kunci: pendapatan, nelayan, melaut, Ordinary Least Square, Simple Random Sampling.
education, experience, distance of sail and sail hours, to revenues of fisherman in Depok Beach. The subject in the study is fisherman in the Depok beach, fisherman who do fishing activity in Depok beach. In this study, the number of samples used were 80 respondents were selected using Simple Random Sampling. The analysis tool is used Ordinary Least Square (OLS). Based on the analysis that have been made the results are the capital, experience, distance of sail and sail hours were significant positive effect on A fishermen income, labor was significant negative effect to income fisherman while education was no effect on fishermen income in Depok Beach.
Keywords: income, fishermen, sail, Ordinary Last Square, Simple Random Sampling.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidup sejahtera merupakan keinginan setiap orang, kelompok
masyarakat maupun negara, di Indonesia kesejahteraan merupakan salah satu
tujuan negara seperti yang terdapat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdakan kehidupan bangsa.
Kesejahteraan umum atau kesejahteraan rakyat dapat ditingkatkan apabila
kemiskinan dapat dikurangi, sehingga untuk meningkatkan kesejahteraan umum
dapat dilakukan melalui upaya penanggulangan kemiskinan. Kemiskinan
didefinisikan sebagai keidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimal
(Kuncoro, 2010). Ketidakmampuan masyarakat untuk memenuhi standar hidup
minimal disebabkan oleh rendahnya pendapatan yang diterima oleh masyarakat
sehingga kesejahteraan di tentukan oleh besarnya pendapatan yang diterima.
Kelompok masyarakat nelyan adalah salah satu kelompok masyarakat
yang sangat dekat dengan kemiskinan sepeti yang dikemukakan oleh Prakoso
(2013) masyarakat nelayan identik dengan kemiskinan, banyak hal yang
menyebabkannya yaitu kekurangan modal yang dimiliki, kurangnya teknologi
yang dimiliki, rendahnya akses pasar dan rendahnya partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan sumber daya alam, hal ini menyebabkan pendapatan yang
diperoleh oleh nelayan menjadi rendah sehingga masyarakat nelayan masuk
kedalam lingkaran setan kemiskinan.
Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya
bergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan
ataupun budidaya, mereka umumnya tinggal di pinggiran pantai, sebuah
lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatan (Imron, 2003).
Menggatungkan hidup dari hasil laut, hal inilah yang menyebabkan mengapa
pendapatan yang di peroleh oleh nelayan rendah. Tingkat pendapatan nelayan
masih relatif rendah, hal ini juga dikarenakan pada usaha yang masih dipengaruhi
oleh musim. Masyarakat memperoleh pendapatan lebih tinggi hanya pada
musim-musim tertentu saja, sedangkan pada bulan lainnya merupakan bulan
paceklik (Ekadianti, 2014).
Sumber daya ikan adalah salah satu sumber daya ekonomi, oleh karena
itu sumber daya ikan merupakan modal bagi pembangunan bangsa Indonesia.
Sebagai sumber daya yang bersifat dapat pulih kembali (renewable) dan yang
merupakan modal pembangunan ekonomi, maka sumber daya ikan tersebut
harus dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan batas-batas
pemanfaatannya disesuaikan dengan daya dukung sumber daya ikan dan daya
tampung suatu perairan (Retnowti, 2011). Meskipun sumber daya ikan
melimpah akan tetapi pendapatan nelayan selalu rendah dan selalu menjadi
masalah seperti yang di kemukakan oleh Agunggunanto (2011) yang
yang sudah lama, namun masalah ini masih belum dapat diselesaikan hingga
sekarang, kerana terlalu kompleks. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan
sosialekonomi, namun berkait pula dengan lingkungan dan teknologi.
Garis pantai Indonesia mencapai 104.000 km sehingga tidak
mengherankan jika banyak masyarakat yang tinggal di daerah pesisir dan
bermata pencaharian sebagai nelayan yang tersebar di berbagai wilayah di
indonesia. Hamadi (2014) menegemukakan bahwa Provinsi dengan jumlah
nelayan paling banyak di Indonesia ialah Provinsi Jawa Timur yang mencapai
lebih dari 334.000, kemudian Jawa Timur mencapai lebih dari 203.000 dan
Jawa Barat sekitar 183.000, diikuti oleh Provinsi Sulawesi Selatan, Sumatra
Utara dan Aceh. Jumlah nelayan paling sedikit ditemui di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta dan Maluku Utara. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
memilki lima Kabupaten dimana hanya tiga dari kabupaten tersebut yang
memilki wilayah laut yaitu: Kulonprogo, Bantul dan Gunungkidul.
Tabel 1.1.
Perkembangan Jumlah Nelayan di DIY Tahun 2010-2013 (satuan jiwa)
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, beberapa terbitan
No Kabupaten 2010 2011 2012 2013
1 Gunugkidul 1.490 1.907 2.076 1.860
2 Bantul 291 339 704 537
3 Kulonprogo 443 334 853 474
Berdasarkan Tabel 1.2. diatas dapat diketahui bahwa Kabupaten
Gunungkidul adalah Kabupaten dengan jumlah nelayan dan perkembangan
nelayan terbesar, kemudian disusul oleh Kabupaten Bantul dan Kulonprogo.
Jumlah perkembangannya Kabupaten Bantul dari tahun 2010-2012 semakin
meningkat meskipun secara perlahan, tetapi pada tahun 2013 ketiga Kabupaten
tersebut mengalamai penurunan dan Kabupaten Bantul adalah Kabupaten yang
jumlah penurunannya paling sedikit yaitu sebesar 167 (dari 704 menjadi 537),
Gunungkidul sebanyak 216 (dari 2.076 menjadi 1860) dan Kulonprogo terbesar
dengan jumlah penurunan sebesar 379 (dari 853 menjadi 474).
Tabel 1.2
Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten Bantul Tahun 2009-2014
Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Produksi
(Ton) 459.800 518.119 592.524 541.359 546.877 364.864 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bantul
Dari Tabel 1.1 diatas di ketahui bahwa jumlah produksi perikananan di
Kabupaten Bantul dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 selalu mengalamai
peningkatan yang cukup besar sedangkan mulai dari tahun 2012 produksi
Tabel 1.3.
Jumlah Nelayan di Kabupaten Bantul Tahun 2013
Sumber : Dinas Perkanan dan Kelautan DIY
Dari Tabel 1.3 diatas di ketahui bahwa terdapat tiga Kecamatan yang ada
di Kabupaten Bantul yaitu Srandakan, Sanden dan Kretek, masing-masing dari
Kecamata tesebut memiliki satu desa yang terdapat nelayan yaitu Desa
Poncosari untuk kecamatan Srandakan dengan jumlah nelayan sebesar 143 yang
terdiri dari 35 nelayan utama dan 108 nelayan tambahan, Desa Gadingharjo
untuk Kecamatan Sanden dengan jumlah nelayan sebesar 174 yang terdiri dari
42 nelayan utama dan 132 nelayan tambahan dan Desa Parangtritis untuk
Kecamatan Kretek dengan jumlah nelayan sebesar 147 yang terdiri dari 35
nelayan utama dan 112 nelayan tambahan.
Pantai Depok adalah salah satu pantai yang berada di Desa Parangtritis
yang sering disebut sebagai pantai nelayan karena dibandingkan dengan pantai Kabupaten Kecmatan Desa
Lokal
Andon Jumlah Penuh Sambilan
Utama Tambahan
Bantul
Sarandakan Trimurti -
lain Pantai Depok termasuk pantai dengan jumlah nelaya terbanyak, karena
pantai lain lebih mengutamakan pariwisata meskipun Pantai Depok juga
termasuk tempat wisata, hal ini terbukti dari banyaknya kapal yang berada di
Pantai Depok jika dibandingkan dengan pantai lain, salah satunya adalah Pantai
Parangtritis.
Ada banyak sekali penelitian tentang pendapatan nelayan diantaranya
adalah penelitian yang dilakukan oleh Olale dkk. (2010) dari hasil penelitian
yang dilakukan menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, akses ke kredit dan
keanggotaan dalam asosiasi adalah faktor kunci yang menjelaskan perilaku
diversifikasi pendapatan nelayan. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian tersebut adalah model empiris, variabel dependennya adalah
pendapatan sedangkan variabel independennya adalah usia pekerja, pendidikan,
status perkawinan, jumlah tanggungan, jenis pekerjaan (nelayan/bukan),
kepemilikan, lokasi (pantai/tidak), keanggotaan asosiasi, akses ke pinjaman.
Selain faktor yang di kemukakan oleh Olale dkk. (2010) ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pendapatan yang dikemukaan oleh Sujarno (2008),
hasil penelitiannya menjelaskan bahwa modal kerja, tenaga kerja, pengalaman
dan jarak tempuh secara bersama-sama mempengaruhi pendapatan nelayan di
Kabupaten Lankat. Dari empat faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan,
ternyata modal kerja memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Ordinary Least Squares
(OLS) dengan variabel dependennya pendapatan dan variabel independennya
adalah modal kerja, tenaga kerja pengalaman dan jarak tempuh.
Heryansyah dkk. (2013) juga melakuakn penelitian tentang pendapatan
nelayan, berdasarkan hasil penelitiannya mengemukakan bahwa modal, jumlah
nelayan, jarak tempuh dan ukuran kapal berpengaruh signifikan terhadap
produksi nelayan, sedangkan pendidikan berpengaruh tidak signifikan terhadap
produksi nelayan di Kabupaten Aceh Timur. Model analisis yang digunakan
adalah model Ordinary Least Squares (OLS) denan variabel dependennya
pendapatan sedangkan variabel independennya adalah modal kerja, jumlah
nelayan, pendidikan, jarak tempuh dan ukuran kapal.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lamia (2013) menunjukkan bahwa
modal, tenaga kerja dan pengalaman berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan nelayan sedangkan pendidikan tidak berpengaruh terhadap
pendapata nelayan. Motode yang digunakan adalah analisis regresi berganda.
Variabel dependen pada penelitian tersebut adalah pendapatan sedangkan
independennya adalah modal, tenaga kerja, pengalaman dan pendidikan.
Berdasarkan latar belakang diatas muncul pertanyaan, yaitu apakah
faktor modal kerja, tenaga kerja, pendidikan, pengalaman, jarak melaut dan lama
melaut berengaruh terhadap pendapatan nelayan di Pantai Depok. Hal inilah
Pantai Depok Desa Parangtritis Kecamatan Keretek Kabupaten Bantul Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarata (DIY), menggunakan metode (Ordinary Least
Square) OLS dengan judul “DETERMINAN PENDAPATAN NELAYAN
DI PANTAI DEPOK, YOGYAKARTA”.
B. Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang dibahas, maka dalam
menggunakan variabel penulisan ini akan dibatasi menggunakan hal-hal sebagai
berikut:
1. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan,
modal kerja, tenaga kerja, pendidikan, pengalaman, jarak melaut dan lama
melaut.
2. Objek penelitian adalah nelayan di Pantai Depok, Desa Parangtritis
Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul Provinsi DIY tahun 2016.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap pendapatan nelayan di Pantai
2. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap pendapatan nelayan di Pantai
Depok.
3. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap pendapatan nelayan di Pantai
Depok.
4. Bagaimana pengaruh pengalaman terhadap pendapatan nelayan di Pantai
Depok.
5. Bagaimana pengaruh jarak melaut terhadap pendapatan nelaya di Pantai
Depok.
6. Bagaimana pengaruh lama melaut terhadap pendapatan nelayan d Pantai
Depok.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh modal kerja terhadap pendapatan nelayan di Pantai
Depok.
2. Mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap pendapatan nelayan di Pantai
Depok.
3. Mengetahui pengaruh pendidikan terhadap pendapatan nelayan di Pantai
Depok.
4. Mengetahui pengaruh pengalaman terhadap pendapatan nelayan di Pantai
5. Mengetahui pengaruh jarak melaut terhadap pendapatan nelayan di Pantai
Depok.
6. Mengetahui pengaruh lama melaut terhadap pendapatan nelayan di Pantai
Depok.
E. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
1.Bagi Peneliti
Agar peneliti mengetahui lebih dalam mengenai pendapatan nelayan di
Pantai Depok Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul.
2.Bagi Pemerintah
Diharapkan dapat dijadikan acuan atau pertimbangan bagi pemerintah
dalam upaya meningkatkan taraf hidup keluarga nelayan.
3.Bagi Ilmu Pengetahuan.
Diharapkan dapat memperluas khasanah ilmu dan dapat digunakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1.Pengertian Nelayan
Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya
tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan
penangkapan ataupun budidaya. Mereka umumnya tinggal di pinggir pantai,
sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatan (Imron,
2003).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009
tentang perikanan, nelayan adalah orang yang mata pencahariannya
melakukan penagkapan ikan. Nelayan adalah orang yang secara aktif
melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan dan binatang air
lainnya. Nelayan diartikan sebagai orang yang menjalankan usaha
penangkapan ikan atau orang yang ikut mengoperasikan peralatan tangkap
dan orang yang mempunyai kapal, sedangkan orang melakukan pekerjaan
membuat jaring, mengangkat alat-alat atau perlengkapan ke dalam kapal atau
perahu tidak termasuk kedalam kategori sebagai nelayan (Ekadianti, 2014).
Di berbagai lingkungan nelayan, seperti juga pekerjaan di bidang lain,
mereka membentuk masyarakat. Nelayan sering terisolasi karena mereka harus
tinggal di sepanjang pinggiran danau, sungai, atau laut (Manurung, 2014).
Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung
langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun
budidaya (Prasetyo, 2014).
Masyarakat nelayan merupakan salah satu bagian masyarakat
Indonesia yang hidup dengan mengelola potensi sumberdaya perikanan.
Sebagai suatu masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir, masyarakat
nelayan mempunyai karakteristik sosial tersendiri yang berbeda dengan
masyarakat yang tinggal di wilayah daratan (Fargomeli, 2014). Masyarakat
pantai (nelayan) mempunyai ciri kehidupan atau ritme kehidupan yang
spesifik, sesuai dengan aktivitas sosial ekonomi sebagai nelayan. Kehidupan
nelayan yang sering meninggalkan kampung halaman untuk beberapa hari,
minggu atau bulan, berpengaruh terhadap susunan masyarakat, peranan,
status, interaksi sosial dan fungsi individual dalam masyarakat (Kurnia dkk,
1992). Masyarakat nelayan sering dinilai lebih terbelakang daripada
masyarakat perkotaan dalam hal derap pembangunan, dalam arti
seluas-luasnya. Padahal mereka dapat mencukupi hidup keseharian jika bisa
memenejnya dengan baik. Namun semua itu hanya bersifat memenuhi
kebutuhan primer saja (Sarjulis, 2011).
Pembahasan tentang nelayan dalam tataran realitas berdasarkan hasil
pengamatan penulis (Retnowati, 2011), nelayan dibedakan menjadi: nelayan
nelayan tradisional, nelayan gendong (nelayan angkut), dan
perusahaan/industri penangkapan ikan sebagai berikut:
1)Nelayan pemilik (juragan) adalah orang atau perseorangan yang melakukan
usaha penangkapan ikan, dengan hak atau berkuasa atas kapal/perahu
dan/atau alat tangkap ikan yang dipergunakan untuk menangkap ikan.
Nelayan penggarap (buruh atau pekerja) adalah seseorang yang
menyediakan tenaganya atau bekerja untuk melakukan penangkapan ikan
yang pada umumnya merupakan/membentuk satu kesatuan dengan yang
lainnya dengan mendapatkan upah berdasarkan bagi hasil penjualan ikan
hasil tangkapan.
2)Nelayan tradisional adalah orang perorangan yang pekerjaannya melakukan
penangkapan ikan dengan menggunakan perahu dan alat tangkap yang
sederhana (tradisional). Dengan keterbatasan perahu maupun alat
tangkapnya, maka jangkauan wilayah penangkapannya pun menjadi
terbatas biasanya hanya berjarak 6 mil laut dari garis pantai. Nelayan
tradisonal ini biasanya adalah nelayan yang turun-temurun yang melakukan
penangkapan ikan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
3)Nelayan kecil pada dasarnya berasal dari nelayan tradisional hanya saja
dengan adanya program modernisasi/motorisasi perahu dan alat tangkap
maka mereka tidak lagi semata-mata mengandalkan perahu tradisional
diesel atau motor, sehingga jangkauan wilayah penangkapan agak meluas
atau jauh.
4)Nelayan gendong (nelayan angkut) adalah nelayan yang dalam keadaan
senyatanya dia tidak melakukan penangkapan ikan karena kapal tidak
dilengkapi dengan alat tangkap melainkan berangkat dengan membawa
modal uang (modal dari juragan) yang akan digunakan untuk melakukan
transaksi (membeli) ikan di tengah laut yang kemudian akan dijual kembali.
Nelayan bila digolongkan menurut status sosial dapat dikelompokkan
menjadi nelayan pemilik dan nelayan buruh, nelayan besar dan nelayan kecil,
nelayan moderen dan nelayan tradisoinal. Nelayan pemilik adalah nelayan yang
memiliki alat-alat produksi atau peralatan tangkap (perahu, jaring dan
perlengkapan lainnya). Nelayan buruh adalah nelayan yang tidak memiliki
alat-alat produksi. Nelyan besar adalah nelayan yang memiliki modal cukup
besar sedangkan nelayan kecil adalah nelayan yang memilki modal relatif kecil.
Nelayan modern adalah nelayan yang menggunakan teknologi penangkapan
yang lebih canggih dibandingkan dengan nelayan tradsional.
Perbedaan-perbedaan ini membawa implikasi pada tingkat pendapatan dan
kemampuan atau kesejahteraan sosial ekonomi baik nelayan besar dan modern
ataupun nelayan kecil dan tradisional, biasanya masing-masing merupakan
kategori sosial ekonomi yang relatif sama dengan orientasi dan perilaku yang
Soekanto (1975) dalam Kurnia dkk. (1992) menyatakan bahwa dasar
ukuran kriteria yang biasanya dipergunakan untk mengolongkan anggota
masyarakat pantai kedalam lapisan tersebut adalah: a) ukuran kekayaan, b)
kekuasaan, c) ukuran kehormatan dan d) ukuran ilmu pengetahuan. Kurnia dkk.
(1992) mengemukaan stratifikasi atau kelas-kelas dalam masyarakat nelayan
dibagi berdasarkan pada bidang pekerjaannya yaitu juragan besar atau langgan,
juragan kecil, juru mudi, bidak/awak dan palale, dimana:
a. Juragan dalam masyarakat nelayan istilah juragan dibagi menjadi dua kelas
yang berbeda status maupun peranannya, yaitu:
Juragan Besar (Boss) yaitu orang yang memiliki beberapa perahu dan
menguasai beberapa bidak sesuai dengan jumlah perahunya. Juragan ini
biasanya tidak ikut kelaut.
Juragan Kecil yaitu nelayan yang karena dipercaya oleh juragan besar
kemudian di beri perahu untuk dioperasikan. Juragan kecil biasanyahanya
menguasai sebuah perahu dengan awak perahu (bidak). Kewajiban
seorang juragan kecil adalah harus menjual tangkapannya kepada juragan
besar, dengan demikian juragan besar ikut menentukan harga ikan,
terutama berlaku untuk juragan kecil.
b.Langganadalah orang yang memasok modal kepada nelayan (juragan kecil),
dengan syarat hasil tangkapan ikannya harus dijual kepada langgan. Langgan
yang telah mereka beri modal. Langgan ini bisa seorang nelayan (juragan
besar) bisa juga bukan seorang nelayan, dalam artian bahwa seorang laggan
adalah seseorang yang memiliki modal dan berusaha dibidang kenelayanan
meskipun mereka ini bukan seorang nelayan.
c. Juru Mudi adalah orang yang dipercaya oleh seorang juragan untuk
mengemudikan perahu penagkap ikan.
d.Bidak (awak perahu) atau pandega adalah orang atau semua orang yang
bekerja dalam suatu perahu yang pekerjaannya sebagai penebar dan penarik
jaring dalam proses penangkapan ikan. Jumlah awak perahu (bidak)
tergantung pada besar kecilnya sebuah perahu. Jumlah awak perahu (bidak)
untuk jenis nelayan pinggiran (perahu payang, jaring, bondet dan perahu
sejenisnya) sebanyak 4 sampai 6 orang. Sedangkan untuk jenis nelayan
tengah (perahu yang dapat melintas antar pulau) jumlah awaknya berkisar
antar 8 sampai 12 orang.
e. Palele, istilah palele di jumpai di desa penimbang jaya Kabupaten
Pandeglang yang berarti orang yang membeli ikan di tengah laut langsung
dari bidak (awak perahu). Palele terbagi kedalam dua kategori yaitu palele
besar dan palele kecil. Palele besar adalah adalah pedagang besar yang
membeli ikan dari bidak di tengah laut dengan menggunakan perahu motor.
Sedangkan palele kecil adalah pedagang kecil yang membeli ikan langsung
ikan dari palele biasanya diambil sendiri oleh seluruh awak kapal (juru mudi
dan bidak). Hal ini kelihatan menguntungkan awak prahu (bidak), tetapi jika
diketahui oleh juragan besar atau laggan yang telah memberi modal, maka
bidak maupun juru mudi dapat dikenakan sanksi misalnya dipecat. Dengan
demikian keaktifan dari palele ini sebenarnya dapat mengganggu hubungan
awak perahu dengan juragan atau antara langgan dengan awak perahu
(bidak). Dari aktifitas palele ini yang paling menggangu antara hubungan
bidak dengan juragan adalah palele besar. Aktifitas palele kecil tidak
mengganggu hubungan antara juragan dan bidak, bidak menjual sebagian
kecil ikan tangkapannya kepada pihak lain untuk kebutuhan dirinya.
Kegiatan bidak menjual sebagian kecil ikan tangkapannya kepada “palele”
ini sudah lazim dilakukan oleh para awak nelayan.
Apabila dilihat dari kedudukannya dalam masyarakat, kelas-kelas
dalam masyarakat nelayan tersebut adalah sebagai berikut: pertama juragan
besar dan langgan menenpati kelas teratas, kemudian kelas berikutnya
ditempati oleh juragan kecil, diikuti juru mudan dan awak perahu (bidak)
pada kelas terbawah.
2.Teori dan Fungsi Produksi
Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah
nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih
suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan
kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan
bentuknya dinamakan produksi barang. Produksi bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Kemakmuran dapat
tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi. Orang
atau perusahaan yang menjalankan suatu proses produksi disebut Produsen
(https://id.wikipedia.org/wiki/Produksi, diakses pada tanggal 19 Februari 2016
pukul 16:11).
Produksi adalah suatu proses untuk mengubah barang input menjadi
barang output. Dapat pula dikatakan bahwa produksi adalah rangkaian proses
yang meliputi semua kegiatan yang dapat menambah atau menciptakan nilai
guna dari barang dan jasa. Teori produksi adalah teori yang menerangkan sifat
hubungan antara tingkat produksi yang akan dicapai dengan jumlah
faktor-faktor produksi yang digunakan. Konsep utama yang dikenal dalam
teori ini adalah memproduksi output semakismal mungkin dengan input
tertentu, serta memproduksi sejumlah output tertentu dengan biaya produksi
seminimal mungkin (http://www.studiobelajar.com/teori-produksi/, diakses
pada tanggal 19 Februari 2016 pukul 13:39). Proses produksi akan
menciptakan pendapatan kepada berbagai faktor produksi yang digunakan
Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan
diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang
digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut.
Dalam analisis tersebut dimilsakan bahwa faktor-faktor produksi lainnya
adalah tetap jumlahnya yaitu modal dan tanah, atau dianggap tidak mengalami
perubahan. Teknologi juga di anggap tidak mengalami perubahan, satu
satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja
(Sukirno, 2004 dalam Sujarno, 2008).
Faktor-faktor produksi adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia atau yang disediakan oleh alam dan dapat digunakan untuk
memproduksi berbagai jenis barang dan jasa yang mereka butuhkan.
Faktor-faktor produksi tersebut dapat dibedakan dalam empat golongan yaitu
tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian keusahawanan (enterpreneurship)
(Sukirno, 1981).
Fungsi Produksi adalah suatu gambaran yang menunjukkan hubungan
diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah faktor produksi untuk
mengasilkan barang tersebut. Fungsi produksi dapat dinyatakan dengan rumus
sebagai berikut:
TP = f (N,R,K,T)
Dimana:
N = Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan
R = Jumlah kekayaan alam yang digunakan
T = Tingkat teknologi yang sedang digunakan dalam proses
produksi
Produksi Jangka pendek (short run) adalah yaitu priode di mana
perusahaan dapat menyesuikan produksi dengan perubahan faktor produksi
variabel seperti bahan baku dan tenaga kerja, tetapi kurang cukup lama untuk
melakukan penyesuaian semua input. Dalam jangka pendek, faktor
nonvariabel seperti mesin dan peralatan tidak dapat sepenuhnya disesuaikan
ataupun di modifikasi (Samuelson dan Nordhaus, 1993).
Sumber: Sukino, 1981
Gambar 2.1
Fungsi Produksi Jangka Pendek
Sumbu tegak menunjukkan tingkat produksi yang dihasilkan oleh
faktor-faktor produksi dan sumbu datar menunjukkan berbagai jumlah tenaga
kerja yang digunakan. Dalam menggambarkan fungsi produksi itu dimisalkan
bahwa hanya satu faktor produksi yang dapat diubah-ubah jumlahnya, yaitu
tenaga kerja. Jumlah faktor produksi lainnya dianggap tetap jadi kekayaan
alam dan alat-alat modal dianggap tetap jumlahnya dan tingkat teknologi tidak
berubah. Perubahan dalam tingkat produksi hanya disebabkan oleh perubahan
dalam jumlah tenaga kerja yang digunakan.
Di dalam menggambarkan fungsi produksi selalu dimisalkan bahwa
kegiatan memproduksi selalu dipengaruhi oleh Hukum hasil lebih yang
semakin berkurang, hal ini berarti pada mulanya, apabila tenaga kerja yang
digunakan di tambah dan faktor-faktor produksi lainnya tidak berubah, tingkat
produksi akan bertambah dengan cepat tetapi kemudian sebagai akibat dari
hukum tersebut maka tambahan produksi yang diciptakan oleh tenaga kerja
yang berikut makin lama akan semakin bertambah kecil.
Berdasarkan kepada pertambahan produksi yang akan diciptakan oleh
setiap tambahan faktor produksi, fungsi produksi dapat dibedakan menjadi
empat pase (berdasarkan Gambar 2.1) yaitu:
1.Fase 1 (dari 0 sampai L1) yaitu setiap tambahan tenaga kerja akan
menciptakan tambahan produksi yang lebih besar dari pada tambahan
2.Fase 2 (dari L1 sampai L2) yaitu tambahan produksi yang dihasilkan oleh
setiap tambahan tenaga kerja (produksi marginal atau MP) mengalami
penurunan sehingga tambahan produksi keseluruhan dan produksi rata-rata
kenaikannya lebih lambat daripada dalam fase pertama. Batasan diantara
fase 2 dan 3 merupakan suatu tingkat dalam proses produksi dimana
produksi rata-rata (AP) adalah yang paling tinggi
3.Fase 3 (dari L2 sampai L3) produksi rata-rata berkurang apabila lebih
banyak tenaga kerja yang digunakan. Batasan diantara fase 3 dan 4 produksi
keseluruhan mencapai maksimum. Sesudah tingkat itu apabila tenaga kerja
yang digunakan bertambah besar, produksi keseuruhan menjadi bertambah
sedikit karena produksi marginal (MP) nilainya telah menjadi negatif.
Produsi Jangka Panjang (Long run) adalah periode ketika semua faktor
produksi, baik faktor variabel maupun nonvariabel yang dignakan oleh
perusahaan yang bisa diubah, termasuk buruh, bahan baku dan modal
(Samuelson dan Nordhaus, 1993).
Perbedaan produksi jangka pendek dan jangka panjang adalah terletak
pada apakah input yang digunakan dalam proses prodeksi dapat ditambah
jumlah seluruhnya atau tidak. Kalau pada suatu produksi semua inputnya
dapat dirubah jumlahnya, maka dikatakan bahwa proses produksi tersebut
berorientasi dalam perspektif jangka panjang. Konsep produksi jangka
dengan menggunakan kurva isoquant. Sebuah isoquant adalah himpunan dari
semua kemunginan kombinasi input 1 dan 2 yang dapat menghasilkan
sejumlah output tertentu (Adiningsih, 1991).
K
Sumber: Adiningsih, 1991
Gambar 2.2
Fungsi Produksi Jangka Panjang (Isoquant)
Kurva isoquant menggambarkan fungsi dalam jangka panjang,
oleh karena itu dimungkinkan bagi semua input (dua macam) untuk ditambah
jumlahnya. Ini ditunjukkan oleh bergesernya kurva isoquant ke kanan
(misalnya dari IQ1 ke IQ2). Olek karena itu semakin ke kanan kurva isoquant
semakin besar kuantitas outputnya.
3.Teori Pendapatan a. Pengertian Pendapatan
Semua yang diproduksi dan dijual menghasilkan pendapatan.
Keluaran nasional ialah total nilai seluruh produksi negara pada masa yang Isoquant
sudah ditentukan. Oleh karena itu, keluaran dan pendapatan biasanya
dianggap setara dan dua istilah tersebut sering digunakan berganti-gantian.
Keluaran bisa diukur sebagai jumlah pendapatan atau bisa dilihat dari sisi
produksi dan diukur sebagai jumlah nilai barang jadi dan jasa atau bisa juga
dari penjumlahan seluruh nilai tambah di dalam negeri
(https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Makro, diakses pada tanggal 19
November 2015 pukul 13:12).
Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh
seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu
tahun). Pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja;
pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan dividen, serta
pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan
sosial atau angsuran si pengaguran (Samuelson dan Nordhaus, 1997).
Dalam perekonomian pasar, pendapatan terutama tergantung pada
upah, yaitu tergantung pada produktivitas sumber daya yang dimiliki.
Penadapatan tengah seluruh rumah tangga adalah pendapatan tengah saat
pendapatan diurutkan dari terendah hingga tertinggi. Pada suatu tahun
tertentu, setengah dari rumah tangga berada diatas pendapatan median dan
sisa setengahnya berada dibawah pendapatan median. Alasan mengapa
pendapatan rumah tangga berbeda-beda yaitu usia, perbedaan pendidikan,
juga berbeda-beda (McEachern, 2001).
Pendapatan (income) adalah hasil berupa uang atau material lainnya,
yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa-jasa. Pendapatan dicapai
dengan mengalokasikan dana pada faktor-faktor produksi secara tepat,
sehingga dalam setiap usaha pengelola usaha harus mampu
mengkombinasikan faktor-faktor produksi untuk meningkatkan pendapatan
usaha. Pengalokasian faktor-faktor produksi sama artinya dengan
mengeluarkan biaya untuk memperoleh berbagai faktor produksi yang lebih
dikenal dengan biaya produksi (Budiono, 2002).
Pendapatan atau income dari seorang warga masyarakat adalah hasil
“penjualan”nya dari faktor-faktor produksinya kepada sektor produksi dan
sektor produksi ini “membeli” faktor-faktor produksi tersebut untuk
digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku di
pasar faktor produksi. Hasil faktor produksi di pasar faktor produksi
(seperti halnya juga untuk barang-barang di pasar barang) ditentukan oleh
tarik menarik, antara penawaran dan permintaan (Boediono, 2010).
Secara singkat “income” seorang warga masyarakat ditentukan oleh:
a) jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada: (i)
hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun yang lalu, (ii) warisan/pemberian; b)
harga per unit dari faktor-fakttor produksi. Harga harga yang ditentukan
(Boediono, 2010).
Soekartawi (2006) keuntungan merupakan total penerimaan
dikurangi dengan total biaya, secara matematik ditulis sebagai berikut :
Π = TR – TC
Dimana:
TR = Py. Y dan TC = FC + VC, sehingga
Π = Py. Y – (FC + VC)
Keterangan :
Π = Pendapatan atau keuntungan
Py = Harga komoditi
Y = Produksi
FC = Biaya Tetap (FixedCost)
VC = Biaya Variabel (Variabel Cost)
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya
b.Pengertian Pendapatan Nelayan
Sumber utama pendapatan nelayan adalah dari usaha perikanan,
sehingga pendapatannya tergantung dari kondisi alam untuk melaut,
semakin mendukung kondisi alam maka semakin tinggi peluang untuk
mendapatkan hasil yang baik, sebaliknya semakin buruk kondisi alamnya
Jumlah tangkapan nelayan tradisional sangat mempengaruhi tingkat
pendapatan nelayan tradisional, dan tingkat pendapatan nelayan tradisional
sudah pasti berimbas pada pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari dan tingkat
kelayakan hidup nelayan tradisional beserta anggota keluarganya (Manurung,
2014). Peningkatan produksi perikanan akan menuju kepada peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan nelayan. Pendapatan yang merupakan salah
satu faktor ekonomi sangat bergantung pada faktor sosial nelayan (usia,
pendidikan, jumlah tanggunga keluarga dan pengalaman kerja) begitu
sebaliknya (Hamdi dan Raudatul, 2011).
Banyaknya tangkapan tercermin pula besaran pendapatan yang
diterima dan pendapatan tersebut sebagian besar untuk keperluan konsumsi
keluarga, dengan demikian tingkat pemenuhan konsumsi keluarga atau
kebutuhan fisik minimum (KFM) sangat ditentukan oleh pendapatan yang
diterima. Sumber daya perikanan sebenarnya secara potensial dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan,
namun pada kenyataannya masih cukup banyak nelayan yang belum dapat
meningkatkan hasil tangkapannya, sehingga tingkat pendapatan nelayan
tidak meningkat (Sujarno, 2008).
Dari sisi ekonomi pendapatan nelayan masih sangat rendah,
sehingga mereka miskin. Hal ini dikarenakan: keterbatasan modal, skill,
adanya tekanan dari pemilik modal (sistem bagi hasil perikanan yang tidak
ada regulasi yang tepat dan lemahnya otoritas atau pemerintah), budaya
kerja yang masih tradisional atau konvensional (Retnowati, 2011).
Pendapatan nelayan sangat tergantung pada banyaknya hasil tangkapan
yang sangat berfluktuasi sesuai dengan musim. Pada saat musim paceklik,
tidak jarang para nelayan tidak memperoleh hasil sama sekali. Sebaliknya
pada saat musim ikan hasil tangkapan bisa melimpah sehingga pendapatan
yang diterima pun besar (Muflikhati, 2010).
Pendapatan nelayan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan
semua biaya (TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan nelayan (TR) adalah
perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya
nelayan biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost)
dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang
relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang
diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar
kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya untuk
tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya
variabel (VC), maka TC = FC + VC (Soekartawi, 2002).
4.Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan a.Modal dan biaya Produksi
Segala barang yang diciptakan oleh manusia dengan tujuan untuk
masyarakat termasuk dalam golongan ini. Beberapa contoh dari
barang-barang seperti itu adalah irigasi, jalan-jalan, industri-industri dan
peralatan-peralatan mereka, berbagai jenis mesin dan sebagainya. Dalam
pengertian sehari-hari ada kalanya “modal” diartikan juga sebagai tabungan
masyarakat yang dapat digunakan untuk membeli saham-saham perusahaan
dan obligasi-obligasi pemerintah atau digunakan untuk spekulasi, atau
dipinjamkan kepada orang lain. Dalam analisis ekonomi uang atau “modal”
yang dapat digunakan untuk maksud-maksud diatas tidak dianggap sebagai
modal, tetapi hanya dipandang sebagai tabungan dan tidak boleh dianggap
sebagai faktor produksi (Sukirno, 1981).
Konsep modal adalah salah satu gagasan sentral dalam ilmu ekonomi.
Modal dihasilkan oleh sistem ekonomi itu sendiri. Modal menghasilkan jasa
dari waktu ke waktu, dan digunakan sebagai input dalam produksi barang
dan jasa. Dari sebuah konsep modal seseorang dapat memproduksi barang
yang akan di produksi dan disalurkan kepada konsumen untuk mendapatkan
laba (Jamal, 2014).
Modal secara umum adalah biaya-biaya yang digunakan untuk
proses produksi sehari-hari (Herawati, 2008). Modal adalah salah satu
faktor produksi yang digunakan dalam melakukan proses produksi.
Produksi dapat ditingkatkan dengan menggunakan alat-alat atau mesin
sendiri dengan modal pinjaman yang masing-masing berperan langsung
dalam proses produksi. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari
pendapatan ditabung dan di investasikan kembali dengan tujuan
memperbesar produktivitas dan pendapatan (Sujarno, 2008).
Dalam pengertia ekonomi, modal adalah barang atau uang yang
bersama-sama faktor produksi alam dan tenaga kerja menghasilkan barang
baru, modal memiliki sifat antara lain: 1) produktif yaitu meningkatkan
kapasitas produksi; 2) prospektif yaitu meningkatkan produksi dikemudian
hari; dan 3) pertumbuhan modal berhubungan dengan pertumbuhan faktor
produksi kerja (Soeharjo dan Pataong 1977/1978 dalam Atmodjo, 1987).
Modal ada dua macam yaitu modal tetap dan moda bergerak. Modal
tetap diterjemahkan menjadi biaya produksi melelui deprecition coast dan
bunga modal. Modal bergerak langsung menjadi biaya produksi dengan
besarnya biaya itu sama dengan nilai modal yang bergerak. Setiap produksi
subsektor perikanan dipengaruhi oleh faktor produksi modal kerja, semakin
tinggi modal kerja per unit usaha yang digunakan maka diharapkan
produksi ikan akan lebih baik, usaha tersebut dinamakan padat modal atau
semakin intensif (Sujarno, 2008).
Pendapatan sangat dipengaruhi oleh modal kerja, seperti dalam teori
faktor produksi jumlah output/produksi yang artinya berhubungan dengan
modal kerja maka usaha nelayan dapat melaut untuk menangkap ikan dan
kemudian mendapatkan ikan. Makin besar modal kerja maka makin besar
pula peluang hasil tangkapan yang diperoleh (Lamia, 2013).
Modal dalam kehidupan nelayan merupakan hal pokok yang harus
ada dalam kegiatan melaut. Beberapa modal nelayan yaitu, Sampan, Jaring,
Mesin, Solar, keterampilan. Modal tersebut yang menjadi sarana nelayan
untuk mencari ikan di laut, dengan modal para nelayan akan dengan mudah
menangkap ikan dan memperoleh pendapatan. Modal dalam kegiatan
nelayan sangat mutlak dibutuhkan, karena tanpa alat nelayan bukanlah
nelayan. Akan tetapi produksi ikan nelayan di tentukan oleh seberapa besar
modal yang di gunakan dalam melaut. Dengan modal yang besar para
nelayan akan mampu memproduksi hasil ikan tangkapnya. Modal tersebut
berupa perlengkapan melaut yang memadai (Jamal, 2014).
Sebagian dari modal yang dimiliki oleh nelayan digunkan sebagai
biaya produksi atau biaya operasional dan biaya-biaya lainnya dalam suatu
usaha kegiatan nelayan, biaya produksi atau biaya operasional nelayan
biasanaya diperoleh dari kelompok nelayan kaya ataupun pemilik modal
(toke). Karena adananya hubungan pinjam meminjam uang sebagai modal
kerja dimana pada musim panen hasil tangkapan (produksi) ikan nelayan
digunakan untuk membayar seluruh pinjaman utang, dan tingkat harga ikan
akan mempengaruhi peningkatan jumlah tangkapan ikan/ produksi sehingga
akan meningkatkan pendapatan. Modal kerja adalah modal yang digunakan
nelayan untuk melaut, misalnya bahan bakar minyak, makanan, rokok, upah
tenaga kerja, peralatan penangkapan ikan (umpan) (Sujarno, 2008).
b.Tenaga Kerja
Menurut Sukirno (1981) tenaga kerja bukan saja berarti jumlah
penduduk yang dapat digunakan dalam proses produksi tetapi juga
termasuk kemahiran-kemahiran yang mereka miliki. Oleh sebab itu tenaga
kerja bukan saja diartikan sebagai besarnya tenaga jasmani yang dapat
digunakan untuk proses produksi, tetapi juga meliputi kemampuan tenaga
kerja yang ada untuk berfikir dan bekerja. Melihat kepada kesunggupan
mereka untuk bekerja dan berfikir, tenaga kerja yang ada dalam masyarakat
dapat dibedakan dalam tiga golongan yaitu:
1.Tenaga kerja tidak terdidik yaitu tenaga kerja yang tidak mempunyai
pendidikan sehingga daya kerjanya terutama harus berasal dari tenaga
jasmaninya, yang termasuk dalam golongan ini adalah petani, pekerja
toko, penarik kaca dan tenaga kerja lain yang semacam itu.
2.Tenaga kerja terlatih yaitu tenaga kerja yang telah memperoleh sedikit
pendidikan dan pelatihan dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu, yang
termasuk dalam golongan ini adalah tukang kayu, tukang besi, tukang
3.Tenaga kerja terdidik yaitu golongan tenaga kerja yang sangat tinggi
pendidikannya, yang termasuk golongan ini adalah guru, dosen, pilot,
berbagai jenis tenaga teknik dan sebagainya.
Banyaknya tenaga kerja yang aktif bekerja pada kegiatan
penangkapan tergantung dari jumlah anggota keluarga dan juga dipengaruhi
oleh komposisi umur dan jenis kelamin keluarga (Atmodjo, 1987).
Aset utama para nelayan, khususnya nelayan tradisional hanya tenaga
kerja dan keterampilan, serta kreatifitas yang relaitif masih rendah. Meskipun
pekerjaan sebagai nelayan cepat mendatangkan hasil, tetapi seringkali
penghasilan itu tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga mereka. Nelayan
mempunyai peranan yang sangat substansial dalam modernisasi kehidupan
manusia. Mereka termasuk agent of development yang saling reaktif terhadap
perubahan lingkungan. Sifat yang lebih terbuka dibanding kelompok
masyarakat yang hidup di pedalaman, yang menjadi stimulator untuk menerima
perkembangan modern (Prakoso, 2013). Pendapatan sangat dipengaruhi oleh
tenaga kerja. Sebagaiamana kita ketahui bahwa dalam teori faktor produksi
jumlah output/produksi yang nantinya berhubungan dengan pendapatan
bergantung pada jumlah tenaga kerja (Lamia, 2013).
Masyhuri (1998) dalam Heryansyah (2013) mengatakan bahwa
banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan kapasitas
kapal yang dioperasikan sehingga akan mengurangi biaya melaut (efisien)
penambahan tenaga kerja proporsional.
c. Pendidikan
Dalam kegiatan ekstraktif seperti perikanan rakyat, keterampilan
dan pengetahuan juga memegang peranan penting. Keterampilan seorang
pengusaha dalam mengelola dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi
yang ada padanya akan menetukan besarnya pendapatan yang diperoleh
(Atmodjo, 1987). Pendidikan ada yang bersifat formal dan tidak formal.
Pendidikan formal dilakukan melalui proses yang teratur, sistematis dan
dilakukan oleh lembaga yang khusus didirikan untuk itu. Pendidikan tidak
formal diperoleh lewat pengalaman dan belajar sendiri. Semestinya tingkat
pendidikan formal yang lebih tinggi memberi peluang bagi si anak didik
untuk memperoleh tingkat pendapatan yang lebih tinggi (Tarigan, 2006).
Pendidikan diyakini sangat berpengaruh terhadap kecakapan,
tingkah laku dan sikap seseorang, dan hal ini semestinya terkait dengan
tingkat pandapatan seseorang. Artinya secara rata-rata makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka makin memungkinkan orang tersebut
memperoleh pendapatan yang lebih tinggi (Tarigan, 2006).
d.Pengalaman
Dalam rangka penempatan seorang tenaga kerja perlu
mempertimbangkan beberapa faktor yang mungkin dapat berpengaruh
dipertimbangkan adalah pengalaman kerja. Berdasarkan pengertian yang
terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengalaman merupakan
segala sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung dsb),
sedangkan kerja merupakan kegiatan melakukan sesuatu. Dari uraian
tersebut dapat diketahui bahwa pengalaman kerja merupakan kegiatan
melakukan segala sesuatu yang pernah dialami oleh seseorang (Chintya,
2015).
Secara teoritis dalam buku tentang ekonomi, tidak ada yang
membahas pengalaman merupakan fungsi dari dari pendapatan atau
keuntungan, namun dalam kegiatan penangkapan ikan (produksi) dalam hal
ini dengan semakin berpengalamannnya nelayan maka akan meningkatkan
pendapatan (Sujarno, 2008). Umur nelayan dapat mempengaruhi tingkat
pendapatan nelayan, hal tersebut didukung dengan kurangnya pengalaman
melaut nelayan muda sehingga berkurangnya hasil tangkapan dan juga
jumlah pendapatannya rendah. Dengan pengalaman yang memadai seorang
nelayan akan dengan mudah mendapatkan hasil tangkapannya karena
seorang nelayan yang berpengalaman dapat mengetahui dimana tempat ikan
berkumpul dan menangkapnya dengan kemampuanya (Jamal, 2014).
e. Jarak Melaut
Jarak tempuh yang semakin jauh akan mempunyai lebih banyak
banya dan tentu memberikan pendapatan yang lebih besar dibandingkan
pendapatan dekat pantai (Masyhuri, 1999 dalam Sujarno, 2008).
f. Lama melaut
Selain faktor modal dan lama usaha, tingkat pendapatan pedagang juga
ditentukan oleh lamanya waktu operasi atau jam kerja. Jam kerja merupakan
lama waktu yang digunakan untuk menjalankan usaha, yang dimulai sejak
persiapan sampai usaha tutup (Firdaus, 2012).
Masa kerja dihitung dari pertama kali tenaga kerja masuk kerja
sampai dengan saat penerlitian dilakukan yang diukur dalam satuan tahun.
Dalam undang-undang juga di ataur tentang lamanya jam kerja. Jam Kerja
adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari
dan/atau malam hari. Jam Kerja bagi para pekerja di sektor swasta diatur
dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85. Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003
mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja.
Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem seperti yang telas
disebutkan diatas yaitu: 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1
minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu; atau . 8 jam kerja dalam 1 hari
atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu (Jamal,
2014).
Untuk nelayan jam kerjanya dihitung mulai dari berangkat melaut
melaut setiap orang berbeda-beda tergantung dari nelayan itu sendiri.
B. Model Regresi OLS
Pengertian OLS (Ordinary Least Square) adalah suatu metode
ekonometrik dimana terdapat variabel independen yang merupakan variabel
penjelas dan variable dependen yaitu variabel yang dijelaskan dalam suatu
persamaan linier. Dalam OLS hanya terdapat satu variabel dependen, sedangkan
untuk variable independen jumlahnya bisa lebih dari satu. Jika variabel bebas
yang digunakan hanya satu disebut dengan regresilinier sederhana,
persamaannya adalah:
Yi = β0 + β1 Xi + ei
(1)
jika variabel bebas yang digunakan lebih dari satu disebut sebagai
regresi linier majemuk, persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
Yi = β0 + β1 X1 + β2 X2 + ... + ei (2)
Persamaan dalam analisis regresi seperti pada persamaan (1) dapat
menggambarkan garis regresi. Semakin dekat jarak antara data dengan titik yang
terletak pada garis regresi. Jarak antara data sesungguhnya denga garis regresi
dikuadratkan dan dijumlahkan. Itulah sebabnya analisi regresi juga dikenal
dengan anaisis Ordinary Least Square (sering disingkat dengan OLS saja atau
OLS merupakan metode regresi yang meminimalkan jumlah kesalahan
(error) kuadrat. Model regresi linier yang dipakai dengan metode OLS tersebut,
harus memenuhi asumsi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dalam
melakukan pendugaan interval dan pengujian parameter regresi populasi.
Asumsi-asumsi BLUE antara lain:
- Model regresi adalah linier pada parameter-parameternya.
- Variable bebas adalah bukan stokastik (memiliki nilai yang tetap untuk
sampel yang berulang) dan tidak ada hubungan linier yang persis antara dua
atau lebih peubah-peubah bebas (no-multicolinearity).
- Error termatau galat mempunyai nilai harapan nol, E(εi) = 0
- Error term atau mempunyai varians konstan untuk semua observasi
( homoskedasticity), E(ε2) = σ2
- Error term atau galat pada suatu observasi tidak berhubungan dengan error
term pada observasi lain.(no-autocorrelation).
- Error term atau galat berdistribusi normal.
C. Penelitian terdahulu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sujarno (2008) dengan
judul “Analisi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan di
Kabupaten Langkat”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
penitian tersebut adalah pendapatan dan variabel independennya adalah modal
kerja, tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh melaut. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa modal kerja, tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh
melaut secara bersama-sama mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten
Langkat, dari empat faktor tersebut yang mempengaruhi pendapatan ternyata
faktor modal kerja memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan
dengan faktor tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh.
Penelitian yang dilakukan oleh Lamia (2013) dengan judul
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Kecamatan Tumpaan,
Kabupaten Minahasa Selatan” dengan metode penelitian yang digunakan adalah
analisis regresi linear berganda. Variabel dependen yang digunakan dalam
penelitiannya adalah pendapatan dan variabel independennya adalah modal,
tenaga kerja, pengalaman, dan lama pendidikan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa modal, tenaga kerja, dan pengalaman berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan nelayan sendangkan pendidikan tidak
berpengaruh terhadap pendapatan nelayan.
Olale dkk, (2010) melakukan penelitian dengan judul “Determinan of
Income Diversification among Fising Communites in Western Kenya”, metode
peneliitian yang digunakan adalah Empirical Model. Variabel dependen yang
digunakan delam penelitiani ini adalah pendapatan sedangkan independennya
ke kredit, jeis ikan, dan posisi pekerjaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan, akses ke kredit, dan keanggotaan dalam asosiasi
adalah adalah faktor kunci yang menjelaskan prilaku diversifikasi pendapatan
antar nelayan.
Penelitian yang dilakukan oleh Prakoso (2013) dengan judul “Peran
Tenga Kerja, Modal dan Teknologi terhadap Peningkatan Pendapatan
Masyarakat Nelayan di Desa Asemdoyong Kecamatan Taman Kabupaten
Pemalang”. Metode penelitian yang digunakan dalam peneitian ini adalah
metode korelasi yang menunjukkan besarnya arah hubungan variabel. Variabel
dependen dalam penelitian tersebut adalah pendapatan sedangkan variabel
independennya adalah tenaga kerja, modal dan teknologi. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa: 1) Tenaga kerja, modal dan teknologi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat nelayan di
desa Asemdoyong Kabupaten Pemalang dengan kontribusi sebesar 31,2 %,
sedangkan sisanya yang sebesar 68,8 % disebabkan oleh variabel-variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model yang tidak diteliti dalam penelitian ini 2)
Ada perbedaan signifikan antara pendapatan nelayan yang menggunakan
teknologi dengan pendapatan nelayan yang tidak menggunakan teknologi.
Penelitian yang dilakukan oleh Jamal (2014) dengan judul penelitian
“Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan (Studi Nelayan Pesisir
penenlitian yang digunakan adalah linear berganda dengan pendekatan kuantitatif
deskriptif. Variabel dependen dalama penelitian tersebut adalah pendapatan
sedangkan varaibel independennya adalah modal, umur, curah jam kerja,
pengalaman kerja, harga dan hasil tangkapan. Hasil dari penelian tersebut
menunjukkan bahwa modal, umur, curah jam kerja, pengalaman kerja, harga dan
hasil tangkapan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan
nelayan di Desa Klampis, selanjutnya secara parsial variabel-variabel yang
signifikan mempengaruhi pendapatan nelayan Desa Klampis antara lain curahan
jam kerja, pengalaman kerja, harga, dan hasil tangkapan ikan. Sedangkan variabel
modal dan umur secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan
nelayan Desa Klampis.
Heryansyah dkk. (2013) melakukan penelitian dengan judul “analisi
fator-faktor yang mempengaruhi produksi nelayan di Kabupaten Aceh Timur”,
metode penelitian yang digunkan dalam penelitian ini adalah Multiple Linear
Regressian Model dengan teknik regresi kuadrat terkecil (Ordinary Least
Square/OLS). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah produksi sedangkan
variabel independennya adalah modal, jumlah nelayan, jarak tempuh, pendidikan
dan ukuran kapal. Hasil analisis menunjukkan bahwa modal, jumlah nelayan,
jarak tempuh dan ukuran kapal berpengaruh signifikan terhadap produksi nelayan,
sedangkan pendidikan berpengaruh tidak signifikan terhadap produksi nelayan di
Prihantono dkk. (2014) melakukan penelitian dengan judul “Adaptasi
Nelayan Perikanan Laut Tangkap dalam Menghadapi Perubahan Iklim”. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif yang
didukung data-data dari kementrian kelautan dan perikanan, the national oceanic
and atmospheric administration (NOAA), BMKG dan survey. Hasil dari studi ini
menunjukkan bahwa untuk merespon pengaruh cuaca ekstrim pada industry
perikanan laut harus mencakup beberapa hal. Pertama, mendirikan sistem
peringatan dini dengan menghubungkan lembaga perikanan, BMKG dan
lembaga penelitian kelautan untuk membantu pengambilan keputusan dalam
melakukan langkah-langkah adaptif dengan membentuk pusat monitoring
lingkungan. Sementara waktu memberlakukan sistem subsidi pada kegiatan
penangkapan ikan untuk mengurangi biaya yang timbul akibat cuaca ekstrim.
Tiga, melakukan penelitian untuk mengembangkan tekonologi, guna mengelola
perubahan cuaca ekstrim yang terjadi.
D. Hipotesis
1. Diduga modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan
nelayan di Pantai Depok.
2. Diduga jumlah tenaga kerja bepengaruh positif dan signifikan terhadap
3. Diduga tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan nelayan di Pantai Depok.
4. Diduga pengalaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan nelayan di Pantai Depok.
5. Diduga jarak tempuh berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan nelayan di Pantai Depok.
6. Diduga lama melaut berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan nelayan di Pantai Depok.
E. Kerangka Berpikir
Pada kerangka teori dibawah ini menjelaskan hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independennya dimana variabel dependennya adalah
pendapatan nelayan sedangkan variabel independennya adalah modal kerja,
tenaga kerja, pendidikan, pengalaman, jarak melaut dan lama melaut.
(+)
(Sujarno, 2008 dan Lamia 2013)
Tenaga Kerja
(Sujarno, 2008 dan Lamia 2013)
Pendidikan
(Lamia, 2013dan Heryansyah 2013)
Pengalaman
(Sujarno, 2008 dan Lamia 2013)
(+)
(+)
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Jarak Melaut
(Sujarno, 2008)
Lama Melaut
A. Subjek dan Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah Pantai Depok yaitu salah satu pantai
yang ada di Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul karena jika
bandingkan tiga pantai lain yang ada di Parangtritis Pantai Depok adalah pantai
yang memiliki kekayaan laut yang lebih melimpah dan dan memiliki jumlah
nelayan yang lebih banyak. Subjek dalam penelitian ini adalah nelayan yang ada
di pantai Depok yang terdiri dari nelayan asli dan nelayan pendatang atau yang
biasa disebut dengan nelayan andon.
B. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer yang
terdiri dari pendapatan, modal, tenaga kerja, pendidikan, pengalaman, waktu dan
jarak tempuh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei
yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan mengambil sampel dari suatu
populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk pengumpulan data.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah metode sample acak sederhana (Simple Random Sampling), dikatakan
sederhana (simple) karena pengambilan anggota sample dari populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan starata yang ada dalam populasi tersebut, cara
demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen (Sugiyono, 2012).
Mengacu pada penelitian yang dilakuakn oleh Sujarno (2008) maka
penentuan sample dalam penelitian ini juga mengunakan rumus yang digunakan
oleh Sujarno, bedanya jika pada penelitian Sujarno besarnya standard error
sebesar 0,1 (10 persen) sedangkan pada penelitian ini standard error yang
digunakan sebesar 0,05 (5 persen), karena jumah populasi dalam penelitian ini
hanya 100 orang. Dengan perhitungan sebagai berikut:
n = N Dimana :
Nd 2 + 1 n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi d = Standard Error Jumlah populasi sebanyak 100 orang nelayan dengan standard error
sebesar 0,05 (d = 5%), maka jumlah sample minimalnya adalah:
n = 100
100 (0.05)2 + 1 = 80 orang
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
responden.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1.Definisi Variabel Penelitian
a. Pendapatan
Pendapatan nelayan adalah pendapatan yang di peroleh oleh nelayan
selama satu bulan dari hasil melaut.
b.Modal kerja
Modal kerja adalah biaya operasional yang di keluarkan oleh nelayan
setiap pergi melaut, baik untuk bahan bakar, makanan pokok dan makanan
ringan, rokok, umpan dan lain sebagainya yang diperlukan untuk pergi
melaut.
c. Tenaga kerja
Tenaga kerja dalam hal ini adalah banyaknya orang yang pergi melaut
dalam satu kapal.
d.Pendidikan
Pendidikan dalam penelitian ini adalah jumlah tahun yang dihabiskan
oleh nelayan untuk mengenyam pendidikan.
e. Pengalaman
Pengalaman adalah jumlah tahun yang dihabiskan selama menjadi
f. Jarak Melaut
Jarak melaut adalah jarak yang tempuh atau dilalui oleh nelayan untuk
sampai ketempat tujuan penangkapan.
g.Lama Melaut
Lama melaut adalah jumlah waktu yang dihabiskan untuk setiap kali
pergi melaut, dihitung dari saat pergi sampai pulang.
F. Alat Analisis
Penelitian ini akan menggunakan metode Ordinari Least Square (OLS)
dalam mengidentifkasikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan
nelayan di Pantai Depok. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan
oleh Sujarno (2008). Adapun model empiris dalam penelitian ini adalah:
Y = β0 + β1 X1+ β2 X2 +β3 X3 + β4 X4+ β5 X5+ β6 X6 + e
Variabel Penelitian
variabel Keterangan Nilai
y Pendapatan Rp/bulan
X1 Modal Rp/bulan
X2 Tenaga kerja Orang
X3 Pendidikan Tahun
X4 Pengalaman Tahun
X5 Jarak melaut Jam/hari
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif. Analisis data kuantitatif adalah bentuk analisa yang menggunakan
angka-angka dan perhitungan dengan metode statistik, maka data tersebut harus
diklasifikasikan dalam kategori tertentu dengan menggunakan tabel-tabel tertentu,
untuk mempermudah dalam menganalisis dengan menggunakan program
Eviews7. Dalam uji analisis regresi berganda dapat dilakukan berbagai macam uji,
yaitu :
1.Uji Asumsi Klasik
Pengujian yang dilakukan pada uji asumsi klasik ini terdiri dari uji
normalitas, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas.
a.Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui data dalam variabel
yang akan digunakan dalam penelitian apakah variabel tersebut normal atau
tidak, data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang
memiliki distribusi normal. Normal atau tidaknya berdasarkan patokan
distribusi normal dari data dengan mean dan standar deviasi yang sama.
Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara diantaranya, dengan uji
Jarque-Bera atau Histogram Test (Afandi, 2014).
Hipotesis:
- Bila probabilitas Jarque-Bera > 0.05 artinya normal