• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Ekspor Kopi Arabika (Coffea arabica) Sumatera Utara ( Studi Kasus : Kota Medan )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Pengembangan Ekspor Kopi Arabika (Coffea arabica) Sumatera Utara ( Studi Kasus : Kota Medan )"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN EKSPOR KOPI ARABIKA

(Coffea arabica) SUMATERA UTARA

( Studi Kasus : Kota Medan )

SKRIPSI

OLEH :

PASCARIA DEWI LORENT PURBA 090304040

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

STRATEGI PENGEMBANGAN EKSPOR KOPI ARABIKA

(Coffea arabica) SUMATERA UTARA

( Studi Kasus : Kota Medan )

SKRIPSI

OLEH :

PASCARIA DEWI LORENT PURBA 090304040

AGRIBISNIS

Diajukan Kepada Program Studi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Sebagai Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Derajat Sarjana

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Tavi Supriana MS) (Ir. Diana Chalil M.Si, Ph.D)

NIP 196411021989032001 NIP 196703031998022001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

PASCARIA DEWI LORENT PURBA: Strategi Pengembangan Ekspor Kopi

Arabika (Coffea arabica) Sumatera Utara (Studi Kasus : Kota Medan), dibimbing oleh Ibu DR.Ir.Tavi Supriana, MS dan Ibu Ir.Diana Chalil M.Si, Ph.D.

Kopi merupakan salah satu komoditi unggulan perkebunan nasional yang memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Spesies kopi yang penting secara ekonomi adalah Kopi Arabika (Coffea arabica). Negara pengimpor Kopi Arabika Sumatera Utara terbesar adalah Amerika Serikat. Volume ekspor kopi ke beberapa negara menurun dari tahun 2011-2012, termasuk Amerika Serikat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pengembangan ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif yaitu matriks SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kekuatan (fisik dan mutu, potensi eksportir, dan waktu pengiriman), kelemahan (modal dan promosi), peluang (konsumen tetap, adanya surat izin, dan tarif ekspor), dan ancaman (permintaan, pesaing, peranan pemerintah, dan harga).(2)Strategi pengembangan ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara adalah mempertahankan konsumen tetap dengan memperoleh fisik dan mutu kopi yang baik, memanfaatkan surat izin yang ada dan free trade untuk memudahkan eksportir menjangkau negara importir, meningkatkan modal dengan mengoptimalkan permintaan dari konsumen tetap dan adanya free trade, meningkatkan kuantitas Kopi Arabika dengan mutu yang baik untuk meningkatkan permintaan dan harga jual, menjalin kerjasama dengan negara pesaing untuk meningkatkan permintaan dengan mengandalkan kondisi fisik dan mutu kopi yang baik, dan meningkatkan peranan pemerintah dan permintaan dalam mendukung pelaksanaan promosi dan akses bantuan permodalan.

(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8

2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.1.1 Botani Kopi ... 8

2.1.2 Kegiatan Ekspor ... 11

2.1.3 Penelitian Terdahulu ... 12

2.2 Landasan Teori ... 15

2.2.1 Strategi Perusahaan dan Keunggulan Kompetitif ... 15

2.2.2 Matriks SWOT ... 17

2.3 Kerangka Pemikiran ... 22

III. METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 24

3.2 Metode Penarikan Sampel ... 24

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4 Metode Analisis Data ... 26

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 31

3.5.1 Definisi ... 31

3.5.2 Batasan Operasional ... 32

IV. DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 33

4.1 Deskripsi Wilayah ... 33

4.1.1 Produksi Kopi Arabika Sumatera Utara ... 33

(5)

4.1.3 Tingkat Harga Kopi Arabika Sumatera Utara ... 35

4.1.4 Bentuk dan Kualitas Kopi Arabika Sumatera Utara ... 36

4.1.5 Negara Tujuan Kopi Arabika Sumatera Utara ... 37

4.1.6 Sumberdaya Infrastruktur ... 39

4.2 Karakteristik Sampel ... 40

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

5.1 Deskripsi Faktor - Faktor yang Paling Dominan Mempengaruhi Perkembangan Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara ... 44

5.1.1 Deskripsi Faktor Internal ... 44

5.1.2 Deskripsi Faktor Eksternal ... 48

5.2 Strategi Pengembangan Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara ... 54

5.2.1 Penentuan Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) dan Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara ... 54

5.2.2 Pembobotan Faktor Internal dan Faktor Eksternal ... 57

5.2.3 Penentuan Strategi Pengembangan Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara ... 60

5.2.4 Penentuan Alternatif Strategi Pengembangan Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara ... 65

5.2.5 Evaluasi Strategi Pengembangan Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara ... 67

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

6.1 Kesimpulan ... 69

6.2 Saran ... 70

(6)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kopi Arabika Sumatera Utara Tahun 2007 – 2011

2 2 Perbandingan Harga Rata - Rata Kopi Arabika Sumatera Utara di

Tingkat Provinsi dan Internasional Tahun 2007 – 2011

2

3 Realisasi Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) Tahun 2007 – 2011

3

4 Laporan Hasil Uji Citarasa (Report of Cup Testing) 4

5 Perkembangan Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara ke Negara Tujuan Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) Tahun 2010 - 2011

5

6 Mutu Berdasarkan Nilai Cacat 10

7 Matriks SWOT 21

8 Proporsi Populasi dan Sampel Eksportir Berdasarkan Volume Ekspor

25

9 Skala Teknik Komparasi Berpasangan 30

10 Realisasi Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara ke Negara Tujuan Berdasarkan SKA Tahun 2012

38

11 Karakteristik Sampel 40

12 Skor Rata - Rata Faktor Internal dan Faktor Eksternal 54 13 Penentuan Faktor - Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan)

dan Faktor - Faktor (Peluang dan Anacaman) Eksternal Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara

56

14 Pembobotan Faktor - Faktor Internal 58

15 Pembobotan Faktor - Faktor Eksternal 59

16 Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal (IFAS) 60

17 Matriks Evaluasi Faktor Strategis Eksternal (EFAS) 61

18 Gabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal dan Eksternal Pengembangan Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara

63

19 Penentuan Alternatif Strategi Pengembangan Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara

(7)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 Matriks Posisi dalam SWOT 19

2 Kerangka Pemikiran 23

3 Grafik Perkembangan Produksi Kopi Arabika Sumatera Utara Tahun 2007 - 2011

33 4 Grafik Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara Tahun 2007-2011 34

5 Grafik Tingkat Harga Kopi Arabika Sumatera Utara 36

6 Matriks Posisi Strategi Pengembangan Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1 Indikator dan Parameter Penilaian SWOT Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara

2 Parameter Penilaian Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara

3 Penilaian Tingkat Kepentingan Faktor Internal (IFAS) 4 Penilaian Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal (EFAS) 5 Hasil Penilaian Faktor Internal (IFAS)

6 Hasil Penilaian Faktor Eksternal (EFAS)

7 Hasil Perhitungan Nilai Rata - Rata Geometris Faktor Internal (IFAS) 8 Hasil Perhitungan Nilai Rata - Rata Geometris Faktor Eksternal (EFAS) 9 Normalisasi Faktor Internal (IFAS)

10 Normalisasi Faktor Eksternal (EFAS)

11 Penentuan Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara

12 Penentuan Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara

13 Pembobotan Faktor Internal (IFAS) 14 Pembobotan Faktor Eksternal (EFAS)

(9)

ABSTRAK

PASCARIA DEWI LORENT PURBA: Strategi Pengembangan Ekspor Kopi

Arabika (Coffea arabica) Sumatera Utara (Studi Kasus : Kota Medan), dibimbing oleh Ibu DR.Ir.Tavi Supriana, MS dan Ibu Ir.Diana Chalil M.Si, Ph.D.

Kopi merupakan salah satu komoditi unggulan perkebunan nasional yang memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Spesies kopi yang penting secara ekonomi adalah Kopi Arabika (Coffea arabica). Negara pengimpor Kopi Arabika Sumatera Utara terbesar adalah Amerika Serikat. Volume ekspor kopi ke beberapa negara menurun dari tahun 2011-2012, termasuk Amerika Serikat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pengembangan ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif yaitu matriks SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kekuatan (fisik dan mutu, potensi eksportir, dan waktu pengiriman), kelemahan (modal dan promosi), peluang (konsumen tetap, adanya surat izin, dan tarif ekspor), dan ancaman (permintaan, pesaing, peranan pemerintah, dan harga).(2)Strategi pengembangan ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara adalah mempertahankan konsumen tetap dengan memperoleh fisik dan mutu kopi yang baik, memanfaatkan surat izin yang ada dan free trade untuk memudahkan eksportir menjangkau negara importir, meningkatkan modal dengan mengoptimalkan permintaan dari konsumen tetap dan adanya free trade, meningkatkan kuantitas Kopi Arabika dengan mutu yang baik untuk meningkatkan permintaan dan harga jual, menjalin kerjasama dengan negara pesaing untuk meningkatkan permintaan dengan mengandalkan kondisi fisik dan mutu kopi yang baik, dan meningkatkan peranan pemerintah dan permintaan dalam mendukung pelaksanaan promosi dan akses bantuan permodalan.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat ditunjukkan dengan besarnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian dan

perkebunan. Dari seluruh luas lahan yang ada di Indonesia 74,68 % digunakan untuk pertanian. Namun, sektor perkebunan merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal maupun

produksi (Sihaloho, 2009).

Salah satu komoditas unggulan dalam sektor perkebunan adalah kopi. Kopi merupakan produk yang mempunyai peluang pasar yang baik di dalam negeri

maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan komoditas perkebunan yang diekspor ke pasar dunia.

Luas lahan tanaman kopi di Indonesia berada pada peringkat ketiga sebesar 1,29 juta ha, setelah peringkat kedua pada tanaman karet sebesar 3,45 juta ha, dan peringkat pertama pada kelapa sawit sebesar 9,27 juta ha. Tanaman kopi

memiliki pertumbuhan produktivitas yang cenderung terus – menerus meningkat diikuti oleh harga jualnya (Suwarto dkk, 2010).

Spesies kopi yang penting secara ekonomi adalah Kopi Arabika (Coffea arabica) yang merupakan lebih dari 70% produk dunia dan Kopi Robusta (Coffea canephora). Dua spesies lain yang tumbuh dalam skala lebih kecil adalah Kopi Liberika (Coffea liberica) dan Kopi Excelsa (Coffeadewevrei). Di dunia perdagangan, dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang sering dibudidayakan

(11)

Data Statistik Perkebunan menunjukkan perkembangan luas areal (ha) dan produksi (ton) Kopi Arabika Sumatera Utara selama 5 tahun terakhir ini.

Tabel 1. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kopi Arabika Sumatera Utara Tahun 2007 – 2011

Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)

2007 53.869,36 42.222,57

2008 56.390,81 45.351,99

2009 57.141,89 45.482,81

2010 58.418,32 46.655,75

2011 58.852,67 49.347,53

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, 2012

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa luas areal Kopi Arabika Sumatera Utara

mengalami peningkatan setiap tahun dengan persentase yang berbeda. Peningkatan tertinggi berada dari tahun 2007 ke 2008 diikuti dengan kenaikan produksinya. Dan produksi Kopi Arabika Sumatera Utara mengalami peningkatan

setiap tahun dengan produksi tertinggi pada tahun 2011 sebanyak 49.347,53 ton. Harga rata - rata Kopi Arabika Sumatera Utara di tingkat provinsi lebih

rendah dibandingkan harga di tingkat internasional. Perbandingan kedua tingkat harga ini dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Harga Rata - Rata Kopi Arabika Sumatera Utara di Tingkat Provinsi dan Internasional Tahun 2007 – 2011

Tahun Harga Provinsi (Rp) / Kg Harga Internasional (Rp) / Kg

2007 22.635 28.105 (3,08 USD)

2008 27.179 33.444 (3,46 USD)

2009 27.202 32.342 (3,14 USD)

2010 27.961 30.863 (3,46 USD)

2011 50.326 53.331 (6,13 USD)

(12)

Harga tingkat provinsi dan internasional meningkat tajam pada tahun 2011. Harga internasional lebih tinggi dibandingkan harga provinsi, sehingga Kopi

Arabika cenderung diekspor ke luar negeri dan berdampak pada peningkatan volume ekspor.

Data realisasi ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara berdasarkan surat

keterangan asal (SKA) menunjukkan data volume ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara dan nilainya dalam Tabel 3.

Tabel 3. Realisasi Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) Tahun 2007 – 2011

Tahun Volume (kg)/tahun Nilai (USD)

2007 55.884.120 172.677.295

2008 47.348.019 163.836.040

2009 47.509.466 149.315.759

2010 53.699.952 185.831.620

2011 57.098.222 350.290.390

Sumber: Asosiasi Eksportir & Industri Kopi Indonesia (AEKI), 2012

Dalam 5 tahun belakangan ini, volume ekspor Kopi Arabika Sumatera

Utara berfluktuasi. Volume ekspor terendah pada tahun 2008 sebanyak 47.348.019 kg dengan nilai USD 163.836.040. Namun, volume ekspor tertinggi pada tahun 2011 mencapai 57.098.222 kg dengan nilai USD 350.290.390. Hal ini

menunjukkan bahwa komoditi kopi berpeluang besar dalam menambah devisa negara.

Volume ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan

jumlah produksi yang dihasilkan di Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan Kopi Arabika Sumatera Utara yang diekspor tidak hanya berasal dari Sumatera Utara

(13)

Timur(Malang, Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Jombang, dan Jember), Sulawesi (Toraja), dan Nusa Tenggara Timur. Kopi Arabika ini diekspor hanya

melalui Pelabuhan Belawan, Provinsi Sumatera Utara, sehingga dikenal dengan Kopi Arabika Sumatera Utara (Panggabean, 2011).

Salah satu syarat kopi sebagai komoditi ekspor adalah memenuhi standar

mutu tertentu. Penilaian mutu biji kopi berdasarkan karakteristik fisik belum dapat mewakili kualitas kopi. Kesalahan - kesalahan penilaian citarasa berdasarkan

karakteristik fisik dapat diperkecil dengan uji citarasa (cupping test). Oleh karena itu, cupping test merupakan pelengkap yang penting dari seluruh cara pengujian mutu kopi (Panggabean, 2011).

Salah satu mutu Kopi Arabika Sumatera Utara yang berasal dari daerah Humbang Hasundutan telah mendapat hasil uji citarasa (cupping test) yang dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4. Laporan Hasil Uji Citarasa (Report of Cupping Test)

Karakateristik Skor Citarasa

Fragrance/Aroma 7.625

Flavor/Perisa 7.5

Aftertaste 7.5

Acidity/Keasaman 7.625

Body/Kekentalan Seduhan 7.25

Uniformity 10

Balance 7.625

Clean cup 10

Sweetness 10

Overall 7.5

Taint/Defect None

Final Score** 82.625

*Keterangan Skor: 6.00-6.75 = Good; 7.00-7.75 = Very Good; 8.00-8.75 = Excellent; 9.00-9.75 = Outstanding (Score notation)

**Final score Notation : Nilai minimum untuk Specialty Grade = 80

(14)

Hasil uji ini menjelaskan bahwa mutu Kopi Arabika Sumatera Utara mendapat predikat sangat baik dan luar biasa sehingga layak diekspor ke berbagai

negara. Negara - negara importir memberikan kepercayaan terhadap Indonesia baik penilaian mutu dan rasa maupun penyediaan kopi dengan waktu yang tepat.

Pemasaran kopi Indonesia sebagian besar ditujukan ke negara - negara

yang memiliki permintaan Kopi Arabika Sumatera Utara yang tinggi. Pemasaran Kopi Arabika Sumatera Utara ke luar negeri dapat dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5. Perkembangan Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara ke Negara Tujuan Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) Tahun 2010 - 2011

Negara Volume Ekspor (kg)

2010 2011

A. Serikat 31.736.540 30.922.600

Jepang 10.631.379 8.995.394

Jerman 4.367.900 4.287.780

Belgia 1.867.000 2.950.800

Inggris 1.346.350 959.295

India 87.720 103.200

Korea 537.334 694.863

Cina 103.850 242.060

Lainnya 10.728.791 12.815.397

Subtotal 61.403.864 61.971.389

Sumber : Asosiasi Eksportir & Industri Kopi Indonesia (AEKI), 2012

Permintaan ekspor kopi dari Indonesia ke beberapa negara cukup fluktuatif. Negara pengimpor Kopi Arabika Sumatera Utara terbesar adalah negara Amerika Serikat. Namun tahun 2011, volume ekspor kopi ke Amerika

Serikat menurun dari tahun 2010. Mengingat Amerika Serikat sebagai negara pengkonsumsi kopi terbesar di dunia, maka Amerika Serikat merupakan pasar

potensial bagi Indonesia.

(15)

jual ke luar negeri rendah. Dengan harga kopi asalan yang sebesar Rp 58.000/kg, seharusnya harga ekspor 7,5 USD/kg, tetapi nyatanya importir hanya sanggup

membeli 7,15 USD/kg. Hal ini menyebabkan volume ekspor kopi menurun ke Amerika Serikat (Anonimus2

Adanya permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis

strategi pengembangan ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara, karena dengan melakukan strategi, volume ekspor Kopi Arabika ke luar negeri diusahakan akan

meningkat.

, 2012).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diteliti permasalahan yang telah ditemukan yaitu bagaimana strategi pengembangan

ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis strategi pengembangan ekspor Kopi Arabika

Sumatera Utara.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

(16)

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam mengambil kebijakan strategis dan lebih memperhatikan perkembangan

ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Botani Kopi

Kopi adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili

Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang, dan tingginya dapat mencapai 12 m. Daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. Daunnya tumbuh berhadapan pada batang, cabang, dan ranting (Najiyati, 2008).

Kopi jenis Arabika sangat baik dibudidayakan di daerah yang berketinggian 1.000 – 2.100 m dpl. Semakin tinggi lokasi perkebunan kopi,

citarasa yang dihasilkan oleh biji kopi akan semakin baik. Karena itu, perkebunan Kopi Arabika hanya terdapat di beberapa daerah tertentu (di daerah yang memiliki ketinggian di atas 1.000 m) (Panggabean, 2011).

Pada umumnya buah kopi mengandung 2 butir biji, tetapi terkadang hanya mengandung 1 butir atau bahkan tidak berbiji (hampa), karena bakal biji tidak

berkembang secara sempurna. Biji terdiri dari kulit biji dan lembaga. Lembaga merupakan bagian yang dimanfaatkan untuk dikonsumsi (Najiyati, 2008).

Kopi Arabika sudah dapat berproduksi pada umur 2,5 – 3 tahun. Biasanya

jumlah buah kopi yang bisa dipetik pada panen pertama sangat sedikit. Jumlah tersebut semakin meningkat dari tahun ke tahun dan mulai mencapai puncaknya

(18)

Indonesia merupakan salah satu penghasil kopi terbaik di dunia, khususnya untuk kopi jenis Arabika. Hal ini dapat dilihat dari jumlah ekspor dari

Indonesia yang dilakukan oleh perusahaan eksportir komoditas kopi. Beberapa tahun terakhir, berbagai perusahaan asing telah melakukan ekspansi besar - besaran untuk mendapatkan Kopi Arabika di Sumatera Utara, Aceh Tenggara, dan

Sulawesi Selatan (Panggabean, 2011).

Menurut Panggabean (2011), jenis kopi yang tumbuh di sebagian besar

Provinsi Sumatera Utara adalah Kopi Arabika. Berbagai klon unggulan dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI), diantaranya AB3, S795, USDA 762, Kartika 1, Kartika 2, Andungsari 1, dan BP 416. Kabupaten penghasil Kopi

Arabika terbaik dari Indonesia berada di Kabupaten Tapanuli Utara - Kopi Lintong, Kabupaten Mandailing - Kopi Mandheling, dan Kabupaten Gayo - Kopi

Gayo.

Untuk memperoleh hasil yang bermutu tinggi, buah kopi harus dipetik setelah betul - betul matang yaitu saat kulit buahnya sudah berwarna merah.

Untuk mencapai tahap matang, kopi memerlukan waktu dari kuncup bunga 8-11 bulan untuk Robusta dan 6-8 bulan untuk Arabika (Najiyati dkk, 1997).

Menurut Najiyati dkk (1997), kopi yang telah dipetik harus disortasi terlebih dahulu sebelum kopi dipasarkan, baik pemasaran dalam negeri maupun pemasaran luar negeri. Biji kopi yang disortasi menurut standar mutu yang telah

ditetapkan.

Standar mutu kopi ini disusun oleh Departemen Perdagangan untuk

(19)

standar mutu kopi dari berbagai negara penghasil kopi dan konsumen kopi di dunia (Najiyati dkk, 1997).

Mutu kopi yang baik diperoleh dari buah kopi yang telah matang dan proses pengolahan yang tepat. Pemanenan buah kopi yang matang mempengaruhi 50% mutu kopi. Sementara itu, pengolahan pascapanen yang tepat mempengaruhi

50% mutu kopi. Karena itu, penanganan pada masing - masing proses tersebut harus dikerjakan secara tepat dan diawasi kualitasnya (Panggabean, 2011).

Menurut Panggabean (2011), untuk jenis Kopi Arabika yang baik biasa disebut DP (dalam perdagangan lokal). Dalam perdagangan lokal, sebagian besar dibedakan menjadi 3 kelompok sebagai berikut grade 1 (DP) – grade 6, grade

asalan, dan grade cabutan. Mutu atau Grade Kopi Arabika dapat dilihat dalam Tabel 6.

Tabel 6. Mutu Berdasarkan Nilai Cacat

Mutu atau Grade Nilai Cacat

Grade 1 0 – 11

Grade 2 12 – 25

Grade 3 26 – 44

Grade 4 45 – 80

Grade 5 81 – 150

Grade 6 151 – 225

Grade Cabutan >225

Grade Asalan Semuanya cacat

(20)

grade 1 (standar ekspor). Sementara itu, kopi grade asalan merupakan sampah dari semua biji kopi dengan kondisi rusak (pecah, hitam, kisut, kecil, kulit ari,

kulit tanduk, dan terdapat kotoran) (Panggabean, 2011).

Dalam sejarahnya, Indonesia bahkan pernah menjadi produsen Kopi Arabika terbesar di dunia, walaupun tidak lama akibat munculnya serangan hama

karat daun. Serangan hama yang disebabkan cendawan Hemileia vastatrix

tersebut menyerang tanaman kopi di Indonesia sekitar abad ke-19. Meskipun

demikian, sisa tanaman Kopi Arabika masih dijumpai di kantong penghasil kopi di Indonesia, antara lain dataran tinggi Ijen (Jatim), tanah tinggi Toraja (Sulsel), serta lereng bagian atas pegunungan Bukit Barisan (Sumatera), seperti

Mandailing, Lintong, dan Sidikalang (Sumut) serta dataran tinggi Gayo (DI Aceh) (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Pada tahun 2007, sejumlah petani, pengolah, eksportir, pemanggang, dan pengecer memutuskan untuk membentuk Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI), untuk memajukan dan meningkatkan kualitas kopi Arabika yang ditanam di Indonesia. Keanggotaan SCAI terbuka untuk semua orang atau organisasi yang menangani kopi Arabika asal Indonesia. Termasuk didalamnya

petani perorangan, kelompok tani, pembeli, pemanggang, eksportir, pengecer, dan siapun yang bertujuan sama (Anonimus3

Kopi merupakan minuman atau bahan penyegar yang banyak dikonsumsi

masyarakat, dari yang miskin sampai yang kaya. Kopi mengandung kafein, yang dalam dosis rendah (dekafein) dapat mengurangi rasa lelah dan membuat pikiran

(21)

2.1.2 Kegiatan Ekspor

Di dunia perdagangan, beberapa varietas kopi yang diinginkan konsumen

yaitu Kopi Arabika dan Kopi Robusta. Namun, permintaan Kopi Arabika lebih tinggi dibandingkan Kopi Robusta karena rasa dan aromanya lebih unggul (Panggabean, 2011).

Perdagangan internasional yang dilakukan oleh suatu negara juga berkaitan dengan corak pergeseran struktur ekonominya. Sedangkan corak

pergeseran struktur ekonomi ditentukan oleh perubahan komposisi produksi

(primary oriented), sektor industri (industry oriented), atau keseimbangan kedua sektor tersebut. Corak pergeseran struktur ekonomi juga ditentukan oleh

perbedaan faktor timing dimana pergeseran struktur ekonomi berlangsung. Dengan demikian, terlihat adanya hubungan yang relatif erat antara pergeseran

struktur ekonomi dengan corak perdagangan suatu negara (Anonimus1

Semua transaksi antar penduduk dari berbagai negara bisa digolong - golongkan menjadi tiga, yakni perdagangan barang/jasa dengan barang/jasa,

perdagangan barang/jasa dengan aset (berbagai macam surat berharga termasuk uang), dan perdagangan aset dengan aset. Setiap negara setiap saat melakukan

ketiga macam perdagangan ini, yang masing - masing mengandung berbagai peluang keuntungan (Krugman dkk, 1994).

, 2010).

2.1.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berjudul “Analisis Dayasaing Komoditas Kopi Arabika

Indonesia di Pasar Internasional” yang dilakukan oleh Jimmy Andar Siahaan (2008). Penelitian ini menjelaskan bahwa Kopi Indonesia merupakan salah satu

(22)

internasional jauh lebih baik dibandingkan Kopi jenis Robusta. Berdasarkan analisis kualitatif, yaitu menggunakan Teori Berlian Porter, maka dapat diketahui

kondisi internal dan eksternal dalam pengusahaan Kopi Arabika. pasar internasional Kopi Arabika antar negara mengarah ke bentuk oligopoli. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata Herfindahl Index sebesar 0,15 dan CR4 sebesar 64 persen dari tahun 1996-2006. Berdasarkan hasil analisis nilai RCA, Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam perdagangan Kopi Arabika di pasar

internasional.

Penelitian yang berjudul “Strategi Pengembangan Manggis (Garcinia mangostama L.) di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung Provinsi Sumatera Barat” yang dilakukan oleh Ning Wisma Utami (2008) dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa analisis lingkungan

strategis (faktor internal dan faktor eksternal) dan analisis SWOT yang dilakukan, strategi prioritas Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung yang dapat dilakukan saat ini adalah memanfaatkan potensi daerah (lahan dan SDM) untuk meraih peluang

pasar manggis dan mengalokasikan anggaran APBN dan APBD untuk mengeliminir kelemahan guna meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi.

Penelitian yang dilakukan oleh Tiur Mariani Sihaloho (2009) berjudul “Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara”. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di Kabupaten

Humbang Hasundutan, yang meliputi analisis internal dan eksternal (IFE dan EFE Matriks), analisis SWOT dan analisis QSPM, maka menghasilkan beberapa

(23)

membentuk dan membina lembaga penelitian untuk R&D serta mendukung asosiasi kopi, 3) menguatkan modal untuk usaha agribisnis dan memperluas

jaringan pemasaran kopi, 4) mengembangkan kopi organik, meningkatkan mutu kopi melalui pasca panen yang baik, dan membuat peraturan bagi mitra usaha, 5) melakukan pembinaan, pengembangan pemberdayaan kelembagaaan dan

manajemen usahatani, 6) memperbaiki rantai pemasaran kopi melalui lembaga yang terkait, dan 7) menciptakan kerjasama yang baik dengan pihak investor.

Elza Maisiana (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Strategi Pemasaran dan Prospek Pengembangan Usaha Produk Beras PT Bintang Sejahtera Buana (BSB) Jakarta” yang menggunakan salah satu alat analisis yaitu

analisis SWOT. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa nilai IFE yang diperoleh dari PT BSB sebesar 2,803 dan nilai EFE sebesar 3,518. Perpaduan dari

kedua nilai tersebut dalam matriks IE menunjukkan bahwa strategi pemasaran terletak pada kluster II, yaitu sel tumbuh dan bina.

Penelitian yang berjudul “Strategi Pengembangan Pasar Tradisional di

Kota Medan” yang dilakukan oleh Eko Ariston Manik (2010) dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT dan melakukan pembobotan dengan cara tehnik

komparasi berpasangan dengan memakai pembobotan yang dilakukan oleh Saaty (1991) pada menggunakan model AHP (Analytical Hierarchy Process) yaitu membandingkan faktor yang satu dengan faktor lainnya dalam satu tingkat hirarki

(24)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Strategi Perusahaan dan Keunggulan Kompetitif

Perkembangan ekonomi, teknologi, dan persaingan meningkatkan keunggulan kompetitif yang dapat diperoleh perusahaan agar dapat mengenali dan mendayagunakan antarhubungan (interrelationship) diantara sejumlah bisnis berbeda tetapi berkaitan. Perusahaan dapat mencapai pertumbuhan dengan tetap konsentrasi pada bisnisnya yang sekarang melalui strategi integrasi yaitu strategi

vertikal dan strategi horizontal. Strategi horizontal adalah konsep kelompok, sektor, dan perusahaan berdasarkan keunggulan bersaing, bukan pertimbangan keuangan atau persepsi pasar saham (Porter, 1992).

Contoh strategi horizontal yaitu dampak AEKI (Asosiasi Eksportir & Industri Kopi Indonesia) terhadap perkembangan ekspor kopi. AEKI menjadi

sangat penting keterkaitannya dengan pemerintah, terutama dengan Disperindag. Beberapa program telah dilaksanakan bersama - sama pemerintah dalam upaya peningkatan produktivitas dan kualitas kopi pada perkebunan rakyat guna

memperbaiki citra perkopian Indonesia di dunia perdagangan. AEKI berfungsi untuk menjembatani antara pembuat kebijakan pemerintah dengan pihak swasta

sebagai pelaksana usahanya.

Strategi vertikal terjadi jika perusahaan mengambil alih fungsi yang sebelumnya disediakan oleh supplier (backward integration-hulu) atau oleh distributor (forward integration-hilir). Langkah strategi merupakan strategi yang masuk akal bagi perusahaan yang mempunyai posisi bersaing kuat (pangsa pasar

yang kuat) dalam industri yang tumbuh dengan cepat (higly attractive industry)

(25)

Contoh strategi vertikal yaitu eksportir mengambil kopi dari petani dan pengolah. Eksportir mencari petani yang memiliki usahatani Kopi Arabika,

dengan harga yang rendah sehingga akan mampu memberikan konstribusi laba yang diharapkan.

Definisi strategi generik menurut Porter (1992) adalah suatu pendekatan

strategi perusahaan dalam rangka mengungguli pesaing dalam industri sejenis, dengan alasan untuk memenangkan persaingan. Walaupun produk yang dihasilkan

sejenis, tetapi antar perusahaan menginginkan produk mereka yang unggul di pasaran. Tiga pilihan strategi generik yaitu keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus.

a. Keunggulan biaya

Strategi penekanan harga menitikberatkan pada upaya perusahaan untuk

menekan ongkos produksi serendah mungkin sebagai basis persaingan. Strategi keunggulan biaya, dimana perusahaan memilih para pemasok yang paling efisien atau yang menawarkan produk yang tidak terlalu mahal, untuk menekan biaya

produksi, promosi maupun riset. b. Diferensiasi

Perusahaan melakukan diferensiasi dengan sendirinya jika perusahaan tersebut dapat memiliki keunikan produk dibandingkan para pesaingnya yang dinilai penting oleh pembeli. Diferensiasi yang dilakukan perusahaan akan

menarik sekelompok besar pembeli pada industri bersangkutan atau hanya kepada sekelompok kecil pembeli yang memiliki kebutuhan khusus. Misalnya: adanya

(26)

hanya dimiliki oleh Indonesia, sehingga komoditi ini menjadi komoditi unggulan di pasar internasional. Komoditi unggulan memiliki daya saing yang tinggi, dilihat

dari mutu, harga, dan daya tahan sesuai dengan selera dan daya beli importir. c. Fokus

Strategi fokus mempunyai dua varian., yaitu fokus biaya dan fokus

diferensiasi. Dalam fokus biaya perusahaan berusaha mencapai keunggulan biaya dalam segmen targetnya, sedangkan dalam fokus diferensiasi perusahaan berusaha

mencapai diferensiasi dalam segmen targetnya. Fokus biaya memanfaatkan perbedaan perilaku biaya pada segmen tertentu, sedangkan fokus diferensiasi memanfaatkan kebutuhan khusu pembeli pada segmen tertentu. Perusahaan

pesaing mungkin kurang mampu memenuhi kebutuhan khusus bagian tertentu, dan ini membuka peluang bagi perusahaan untuk melakukan fokus diferensiasi.

2.2.2 Matriks SWOT

Strategi merupakan respon secara terus - menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi. Strategi dapat dikatakan alat untuk menciptakan

keunggulan bersaing (Rangkuti, 2008).

Matriks SWOT adalah suatu alat yang dapat menunjukkan keadaaan suatu

perusahaan dan kedudukannya dalam persaingan. Matriks ini digunakan sebagai alat bantu dalam merumuskan siasat - siasat berdasarkan peluang - peluang, ancaman - ancaman, kekuatan - kekuatan, dan kelemahan - kelemahan yang sudah

(27)

Matriks SWOT adalah teknik popular yang bersejarah dimana manajer menciptakan situasi strategis perusahaan. Itu diasumsikan bahwa strategi efektif

berasal dari kecocokan antara kemampuan internal perusahaan (strength dan

weakness) dan situasi eksternalnya (opportunity dan threat) (Pearce II dkk, 2009). Menurut Rangkuti (2008), analisis SWOT adalah sebuah bentuk analisa

situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai faktor masukan, yang kemudian

dikelompokkan menurut kontribusinya masing - masing. Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu :

1. Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini.

2. Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini.

3. Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa

depan.

4. Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi dimasa depan.

Menurut Rangkuti (2008), hasil analisis pada tabel matriks faktor strategis

internal dan faktor strategis eksternal dipetakan pada matriks posisi dengan cara sebagai berikut :

(28)

2. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut :

a. Kalau peluang lebih besar daripada ancaman, maka nilai y>0 dan

sebaliknya kalau ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya y<0.

b. Kalau kekutan lebih besar daripada kelemahan, maka nilai x>0 dan

sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilai x<0.

Gambar 1. Matriks Posisi dalam SWOT

Kuadran I

• Merupakan posisi menguntungkan.

• Perusahaan mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat

memanfaatkan peluang secara maksimal.

F a k t o r I n

t e r n a l Faktor Eksternal

X ( - )

Y (+)

Y (+)

X ( + )

Y (–)

X (+) X (–)

Kuadran I Strategi Agresif Kuadran III

Strategi Turn - Around

Kuadran IV Strategi Defensif

(29)

• Seyogiayanya dapat menerapkan strategi yang mendukung kebijakan

pertumbuhan yang agresif.

Kuadran II

• Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan mempunyai

keunggulan sumber daya.

• Perusahaan-perusahaan pada posisi seperti ini menggunakan kekuatannya

untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.

• Dilakukan dengan penggunaan diversifikasi produk atau pasar.

Kuadran III

• Perusahaan menghadapi peluang besar tetapi sumber dayanya lemah, karena

itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal fokus strategi perusahaan pada posisi seperti inilah dapat meminimalkan kendala-kendala internal perusahaan.

Kuadran IV

• Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan

• Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumberdaya

yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan

• Strategi yang diambil: defensif, penciutan dan likuidasi.

Menurut Jatmiko (2004), matriks SWOT adalah suatu alat yang penting

(30)
[image:30.595.116.513.176.381.2]

Ancaman (WT). Matriks TOWS atau matriks SWOT (Strength (S), Weakness(W), Opportunity (O), Threat (T)) dapat dilihat dalam Tabel 7.

Tabel 7. Matriks SWOT

IFAS EFAS

Kekuatan

Strength (S)

Kelemahan

Weakness (W)

Peluang

Opportunity (O) Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang

ada Strategi SO

Memperkecil kelemahan agar dapat memanfaatkan

peluang yang ada Strategi WO

Ancaman

Threat (T) Menggunakan kekuatan untuk

menghindari ancaman Strategi ST

Memperkecil kelemahan untuk menghindari

ancaman Strategi WT

Menurut Rangkuti (2008), matriks ini dapat menghasilkan empat set

kemungkinan alternatif strategis, yaitu : a. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar - besarnya.

b. Strategi ST

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

(31)

d. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kopi Arabika merupakan salah satu varietas kopi yang dibudidayakan di seluruh dunia, yang sangat diminati di kalangan masyarakat dalam negeri maupun

luar negeri dengan keunggulannya dalam rasa dan aroma yang nikmat. Kini Kopi Arabika telah menguasai sebagian besar pasar kopi dunia. Salah satu Kopi

Arabika yang terkenal di pasar dunia adalah Kopi Arabika Sumatera Utara.

Permintaan pasar dunia terhadap Kopi Arabika Sumatera Utara mendorong peningkatan jumlah eksportir kopi di Sumatera Utara. Eksportir -

eksportir kopi berpeluang memenuhi permintaan pasar, baik konsumsi lokal maupun ekspor. Namun, kopi tersebut lebih banyak diekspor ke luar negeri

karena dipengaruhi oleh volume ekspor dan pasar tujuan ekspor. Oleh karena itu, ekspor Kopi Arabika perlu dikembangkan dengan memperhatikan faktor - faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun eksternal.

Namun tahun ini, timbul permasalahan permintaan Kopi Arabika Sumatera Utara yang menurun dari luar negeri. Potensi perusahaan yang belum

dimaksimalkan dan diiringi dengan permasalahan yang muncul menjadi salah satu alasan untuk menyusun strategi pengembangan ekspor. Strategi pengembangan ekspor ini dianalisis dengan menggunakan matriks SWOT dan melihat posisi

(32)

Secara ringkas dapat dilihat dalam Gambar 2.

Keterangan :

[image:32.595.142.504.112.620.2]

: Menyatakan hubungan

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Eksportir Kopi Arabika

Sumatera Utara

Ekspor Konsumsi Lokal

Pengembangan Ekspor

• Volume Ekspor

• Pasar Tujuan Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara

Faktor Eksternal Faktor Internal

Kekuatan

(Strength)

Kelemahan

(Weakness)

Ancaman

(Threat)

Peluang

(Opportunity)

Strategi Pengembangan Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara

• Matriks SWOT

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau secara sengaja yaitu di Provinsi Sumatera Utara. Daerah penelitian ini dipilih dengan

alasan bahwa Provinsi Sumatera Utara merupakan daerah yang memiliki komoditi unggulan ekspor pertanian, khususnya Kopi Arabika dan salah satu sentra produksi Kopi Arabika terbesar di Indonesia yang lebih dikenal di pasar

internasional dengan sebutan Kopi Arabika Sumatera Utara.

3.2 Metode Penarikan Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili. Populasi dalam

penelitian ini adalah para eksportir Kopi Arabika Sumatera Utara sebanyak 42 orang. Menurut Sumarni, dkk (2006) untuk menentukan besar sampel yang dapat mewakili digunakan Rumus Krejcie dan Morgan (1970) :

) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( 2 2 2 P P X N d P P N X n − + − − = dimana :

n = ukuran sampel N = ukuran populasi P = proporsi populasi (0,5)

(34)

Dengan menggunakan rumus di atas, maka diperoleh ukuran sampel (n) sebesar 11,11 (dibulatkan 11) sampel. Selanjutnya didistribusikan ke dalam

Stratified Sampling, menggunakan rumus :

js x N

n Sampel=

dimana :

n = jumlah anggota setiap kelompok

N = total populasi js = jumlah sampel

Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh jumlah sampel yang

[image:34.595.110.513.422.508.2]

mewakili dari jumlah populasi yang diketahui yaitu :

Tabel 8. Proporsi Populasi dan Sampel Eksportir Berdasarkan Volume Ekspor

No Volume (kg)/thn Populasi (Orang) Sampel (Orang)

1 < 500.000 22 22/42 x 11 = 6

2 500.000 – 1.000.000 5 5/42 x 11 = 1

3 > 1.000.000 15 15/42 x 11 = 4

Total 42 11

Namun setelah penelitian dilakukan, eksportir yang memberikan izin

penelitian di perusahaannya sebanyak 5 orang. Jadi, sampel yang mewakili penelitian ini sebanyak 5 orang eksportir dengan unit sampling yaitu perusahaan.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

(35)

Data sekunder yang digunakan adalah data time series yang bersifat kuantitatif yaitu data volume ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara, harga kopi

provinsi dan internasional, luas areal dan produksi Kopi Arabika Sumatera Utara. Data tersebut diperoleh dari berbagai lembaga dan instansi, antara lain Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Provinsi Sumatera Utara, Asosiasi Eksportir & Industri Kopi Indonesia (AEKI), dan dari berbagai sumber seperti buku dan internet.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk menganalisis identifikasi masalah yaitu bagaimana strategi pengembangan ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara, digunakan analisis deskriptif, yaitu menggunakan matriks SWOT, yang merupakan analisis yang

menghasilkan strategi. Matriks ini menunjukkan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan Kopi Arabika Sumatera Utara dengan kekuatan dan

kelemahan yang dimilikinya. Matriks SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang juga dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Oleh karena itu, kita akan mengetahui bagaimana strategi

pengembangan ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara. Langkah – langkah pembuatan matriks SWOT :

1. Mengumpulkan informasi yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara di daerah penelitian.

2. Mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan ekspor Kopi

Arabika Sumatera Utara. Dengan begitu kita akan menemukan beberapa variabel yang akan menentukan perkembangan ekspor tersebut. Faktor-faktor

(36)

Faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan ekspor antara lain : 1. Permintaan Kopi Arabika Sumatera Utara di luar negeri.

2. Adanya pesaing dari negara produsen Kopi Arabika lain. 3. Peranan pemerintah dalam mendukung kegiatan ekspor. 4. Kondisi fisik dan mutu Kopi Arabika Sumatera Utara.

5. Waktu pengiriman Kopi Arabika Sumatera Utara.

6. Adanya konsumen tetap yang mengkonsumsi Kopi Arabika Sumatera

Utara.

7. Akses transportasi.

8. Jumlah modal yang dimiliki eksportir.

9. Munculnya produk kopi instan yang semakin banyak dengan merk yang berbeda.

10. Indonesia sebagai negara agraris yang memproduksi kopi secara kontiniu 11. Harga jual Kopi Arabika Sumatera Utara (USD/kg).

12. Potensi eksportir dalam menjangkau negara importir.

13. Promosi Kopi Arabika Sumatera Utara yang dilakukan eksportir. 14. Adanya surat izin untuk melakukan kegiatan ekspor.

15. Penetapan tarif ekspor.

16. Kesulitan eksportir dalam menjangkau negara importir.

3. Setelah diperoleh faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan ekspor

Kopi Arabika Sumatera Utara, kemudian dipilih faktor - faktor yang lebih strategis dalam mempengaruhi perkembangan ekspor Kopi Arabika Sumatera

(37)

Dari hasil pra survei, dapat disimpulkan bahwa faktor - faktor yang paling dominan mempengaruhi perkembangan ekspor adalah :

1. Permintaan Kopi Arabika Sumatera Utara di luar negeri. 2. Adanya pesaing dari negara produsen Kopi Arabika lain. 3. Peranan pemerintah dalam mendukung kegiatan ekspor.

4. Kondisi fisik dan mutu Kopi Arabika Sumatera Utara.

5. Adanya konsumen tetap yang mengkonsumsi Kopi Arabika Sumatera

Utara.

6. Jumlah modal yang dimiliki eksportir.

7. Harga jual Kopi Arabika Sumatera Utara (USD/kg).

8. Waktu pengiriman Kopi Arabika Sumatera Utara.

9. Promosi Kopi Arabika Sumatera Utara yang dilakukan eksportir.

10. Adanya surat izin untuk melakukan kegiatan ekspor. 11. Penetapan tarif ekspor.

12. Potensi eksportir dalam menjangkau negara importir.

4. Setelah diketahui faktor - faktor strategis, kemudian faktor - faktor tersebut diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu :

1. Faktor Internal, yaitu faktor yang dapat dikendalikan oleh eksportir Kopi Arabika Sumatera Utara.

2. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh

eksportir Kopi Arabika Sumatera Utara.

5. Setelah faktor - faktor intenal dan eksternal diklasifikasi, kemudian

(38)

tersebut menentukan apakah faktor tersebut merupakan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) atau faktor eksternal (peluang dan ancaman).

1. Menghitung skor pada masing - masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai skor untuk faktor peluang diberi skor +4 dengan kategori sangat besar sampai dengan skor +1 dengan kategori sangat kecil, serta

sebaliknya untuk nilai skor ancaman. Sementara itu untuk faktor kekuatan diberi skor +1 dengan kategori sangat kecil sampai dengan +4

dengan kategori sangat besar, serta sebaliknya untuk nilai skor kelemahan.

2. Kemudian menghitung rata-rata skor tiap faktor sehingga dapat

ditentukan pada faktor internal, skala 1 dan 2 menunjukkan kelemahan, skala 3 dan 4 menunjukkan kekuatan, sedangkan pada faktor eksternal

skala 1 dan 2 menunjukkan ancaman, skala 3 dan 4 menunjukkan peluang.

6. Setelah diperoleh skor tiap faktor, kemudian dilakukan pembobotan dalam

tiap faktor. Pembobotan ini dilakukan menggunakan teknik komparasi berpasangan (pairwise comparison) oleh Saaty (1988), yaitu membandingkan antara faktor yang satu dengan faktor yang lainnya dalam satu tingkat hierarki secara berpasangan sehingga diperoleh tingkat kepentingan dari masing-masing faktor. Tingkat kepentingan yang digunakan dalam penelitian hanya

(39)

Tabel 9. Skala Teknik Komparasi Berpasangan

Tingkat

Kepentingan Defenisi

Keterangan

1 Kedua faktor sama

penting.

Dua faktor yang mempunyai pengaruh yang sama terhadap tujuan yang akan dicapai. 2 Satu faktor sedikit lebih

penting aripada faktor yang lainnya.

Pengalaman dan penilaian sedikit mempengaruhi satu faktor dibandingkan faktor lainnya.

3 Satu faktor sedikit lebih penting daripada

elemen lainnya.

Pengalaman dan penilaian sangat mempengaruhi satu faktorn dibandingkan dengan faktor lainnya.

Resiprokal Jika nilai di atas dianggap membandingkan antara faktor I dan J, maka nilai kebalikannya bila digunakan untuk membandingkan kepentingan J terhadap I.

Sumber : Saaty (1988)

7. Setelah diperoleh tingkat kepentingan masing-masing faktor dari tiap sampel,

kemudian dibuat matriks penilaian tiap sampel yang akan menjadi bobot dari tiap faktor.

8. Setelah diperoleh penilaian tiap faktor dari seluruh sampel, kemudian dicari

rata - rata perbandingan dari seluruh sampel yang disebut dengan rata - rata geometris.

Nilai rata - rata geometris dicari dengan menggunakan rumus:

n n

x

x

x

x

G

=

1

2

3

.

...

Ket : X1

X

= Nilai sel i untuk sampel 1

2 X

= Nilai sel i untuk sampel 2

3 X

(40)

9. Setelah diketahui nilai rata-rata geometris, kemudian nilai rata - rata tersebut dinormalisasikan untuk mendapatkan nilai nilai rata-rata dari masing-masing

faktor. Nilai rata-rata ini yang akan menjadi bobot faktor - faktor strategis ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara.

10. Setelah diperoleh bobot tiap faktor strategis, kemudian dilakukan matriks

evaluasi strategi pengembangan ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara dengan cara mengalikan skor dengan bobot yang diperoleh dari setiap faktor.yang

bertujuan untuk memperoleh hasil skor terbobot. Nilai skor terbobot diperoleh untuk mengetahui bagaimana perkembangan ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara terhadap faktor - faktor strategis eksternal dan faktor - faktor

strategis internalnya.

11. Kemudian dilakukan penyusunan faktor - faktor strategis dengan

menggunakan matriks SWOT, yang menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis, yaitu strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi WT.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman atas pengertian dalam penelitian ini, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Defenisi

1. Kopi Arabika Sumatera Utara adalah kopi bervarietas arabika yang dibudidayakan di Sumatera Utara.

2. Eksportir Kopi Arabika Sumatera Utara adalah pelaku ekspor yang memasarkan Kopi Arabika Sumatera Utara ke luar negeri untuk mendapatkan

(41)

3. Konsumsi lokal adalah sejumlah Kopi Arabika Sumatera Utara yang disisihkan untuk dikonsumsi dalam negeri.

4. Ekspor adalah kegiatan pengiriman sejumlah Kopi Arabika Sumatera Utara ke luar negeri melalui sortasi berdasarkan grade.

5. Pengembangan ekspor adalah proses yang dilakukan untuk mengembangkan

kegiatan ekspor yang dipengaruhi volume ekspor dan pasar tujuan ekspor. 6. Volume ekspor adalah kuantitas ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara yang

dinyatakan dalam ton/tahun.

7. Pasar tujuan ekspor adalah daerah yang menjadi sasaran kegiatan ekspor. 8. Faktor internal adalah faktor yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki perusahaan Kopi Arabika Sumatera Utara.

9. Faktor eksternal adalah faktor yang terdiri dari peluang dan ancaman yang

dimiliki perusahaan Kopi Arabika Sumatera Utara.

10.Matriks SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara.

2. Sampel penelitian adalah eksportir Kopi Arabika Sumatera Utara.

3. Kopi yang diekspor seluruh Kopi Arabika Sumatera Utara baik Kopi Arabika biasa maupun Kopi Arabika specialty.

(42)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Wilayah

4.1.1 Produksi Kopi Arabika Sumatera Utara

Sejak isu krisis global melanda Amerika, harga kopi mengalami fluktuatif.

Ironisnya, produksi Kopi Arabika Sumatera Utara, sejauh ini masih tergantung pada permintaan luar negeri. Sementara, permintaan untuk pasar domestik masih rendah. Produksi Kopi Arabika Sumatera Utara selama 5 tahun belakangan ini

dapat dilihat dalam Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Perkembangan Produksi Kopi Arabika Sumatera Utara Tahun 2007 – 2011

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, 2012

Produksi Kopi Arabika Sumatera Utara tahun 2007 – 2011 mengalami

peningkatan dengan jumlah yang signifikan.Tingkat pertumbuhan produksi cukup besar karena petani mulai bergairah meningkatkan produksi akibat peningkatan

38 40 42 44 46 48 50

2007 2008 2009 2010 2011

P

r

o

d u

k s

i

(

t

o

n )

[image:42.595.115.511.352.588.2]
(43)

permintaan kopi. Namun, setelah beredarnya isu krisis global yang melanda Amerika, permintaan luar negeri menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan terjadi

over produksi di dalam negeri dan tertumpuk di tangan petani.

4.1.2 Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara

Data realisasi ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara berdasarkan surat keterangan asal (SKA) menunjukkan data volume ekspor Kopi Arabika Sumatera

[image:43.595.114.513.304.525.2]

Utara dan nilainya dalam Gambar 4.

Gambar 4. Grafik Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara Tahun 2007 – 2011

Sumber: Asosiasi Eksportir & Industri Kopi Indonesia (AEKI), 2012

Dari grafik terlihat bahwa dalam 5 tahun belakangan ini, volume ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara mengalami fluktuasi. Tahun 2011, volume ekspor

Kopi Arabika Sumatera Utara meningkat diikuti dengan nilai ekspornya. Nilai ekspor kopi meningkat secara signifikan, berbeda dengan volume ekspornya.

Namun, peningkatan volume ekspor tidak selalu sejalan dengan peningkatan nilai

Volume (ribu ton/tahun) Nilai Ekspor

(ribu USD)

0 50 100 150 200 250 300 350 400

2007 2008 2009 2010 2011

(44)

dibandingkan dengan volume ekspornya. Tetapi, belakangan ini volume ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara mulai menurun. Salah satu penyebabnya adalah isu

krisis global melanda Amerika sehingga Amerika beralih mengimpor kopi dari Brazil dimana harga kopinya lebih murah, akibatnya ekspor Kopi Arabika Sumatera

Utara mulai menurun.

Volume ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan

jumlah produksi yang dihasilkan di Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan Kopi Arabika Sumatera Utara yang diekspor tidak hanya berasal dari Sumatera Utara saja, melainkan dari berbagai daerah yaitu Aceh, Mandailing, Lampung, Bengkulu

(Mangkuraja), Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bali (Kintamani), Jawa Timur (Malang, Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Jombang, dan Jember), Sulawesi

(Toraja), dan Nusa Tenggara Timur. Kopi Arabika ini diekspor hanya melalui Pelabuhan Belawan, Provinsi Sumatera Utara, sehingga dikenal dengan Kopi Arabika Sumatera Utara (Panggabean, 2011).

4.1.3 Tingkat Harga Kopi Arabika Sumatera Utara

Harga Kopi Arabika Sumatera Utara tingkat provinsi cenderung lebih tinggi

dari Kopi Robusta. Hal ini terjadi karena sebagian besar konsumen lebih menyukai

Kopi Arabika. Pada tahun 2011, harga Kopi Arabika tingkat provinsi dan

internasional berturut - turut sebesar Rp 50.326/kg dan Rp 53.331/kg. Perkembangan

harga Kopi Arabika tingkat provinsi dan internasional meningkat signifikan.

Peningkatan harga provinsi yang paling signifikan terjadi pada tahun 2011sebesar Rp

(45)
[image:45.595.114.510.81.338.2]

Gambar 5. Grafik Tingkat Harga Kopi Arabika Sumatera Utara

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara dan Asosiasi Eksportir & Industri Kopi Indonesia (AEKI), 2012

Namun belakangan ini, harga Kopi Arabika Sumatera Utara tingkat provinsi

menurun drastis sekitar Rp 29.000/kg. Perkembangan harga Kopi Arabika di tingkat

provinsi tergantung dari tingkat harga kopi dunia di pasar Internasional. Oleh karena

Kopi Arabika merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia, maka harga jual dan

harga beli mengikuti harga yang terbentuk di pasar internasional. Tingkat harga kopi

di pasar internasional yang memburuk dan terjadi over produksi sehingga harga jual

di pasar domestik menjadi rendah.

4.1.4 Bentuk dan Kualitas Kopi Arabika Sumatera Utara

Pada umumnya bentuk Kopi Arabika yang dieskpor masih dalam bentuk biji

kopi kering (primer). Hal ini dikarenakan buyer dari negara importir menginginkan

kopi masih dalam bentuk biji kering. Permintaan biji kopi kering memotivasi

eksportir lebih teliti dalam penyortiran, karena permintaan buyer terhadap biji kopi

22,635 27,179

27,202 27,961

50,326

28,105

33,444 32,342 30,863

53,331

0 10 20 30 40 50 60

2007 2008 2009 2010 2011

R

p/K

g

Tahun

(46)

yang berbeda - beda, seperti permintaan biji kopi besar, permintaan kopi specialty,

maupun permintaan kopi blending (campuran kopi dari berbagai daerah). Realisasi

Ekspor kopi Arabika Indonesia paling banyak terdapat pada grade 1 yang memiliki

nilai cacat 0-11%, sedangkan untuk grade 5 dan grade 6 sangat sedikit dan jarang

tergantung permintaan buyer. Buyer tidak pernah meminta kopi grade 2, grade 3, dan grade 4 karena buyer hanya menginginkan kopi grade 1, tetapi buyer pernah meminta kopi grade 5 (nilai cacat 81-150%) dan grade 6 (nilai cacat 151-225%), walaupun dalam jumlah yang sedikit dan jarang dilakukan (tergantung permintaan

buyer) karena kopinya dijadikan sebagai pencampur dalam pengolahan kopi di luar negeri. Eksportir hanya memenuhi permintaan buyer. Kopi khas atau specialty yang dibuat secara eksklusif dari biji Kopi Arabika dimodifikasi sesuai dengan selera

konsumen sehingga Kopi Arabika Sumatera Utara menjadi terkenal di pasar dunia.

Penolakan Kopi Arabika Sumatera Utara pernah terjadi di sejumlah negara

karena kualitas kopi yang dikirim lebih rendah dibandingkan sampel yang ditawarkan

sebelumnya (tidak sesuai). Negara importir Amerika juga memiliki standar cup

testing yaitu SCAA (Specialty Coffee Association of America).

4.1.5 Negara Tujuan Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara

Kopi Arabika Sumatera Utara dominan diekspor ke luar negeri karena

didorong oleh permintaan yang tinggi. Negara yang mengimpor Kopi Arabika Sumatera Utara sebanyak 37 negara. Negara tujuan ekspor komoditas Kopi

(47)
[image:47.595.119.511.124.640.2]

Tabel 10. Realisasi Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara ke Negara Tujuan Berdasarkan SKA Tahun 2012

No Nama Negara Volume (Kg)

1 Australia 1.656.005

2 Belgia 2.233.600

3 Kanada 2.014.200

4 Cina 173.480

5 Denmark 79.200

6 Finlandia 199.220

7 Jerman 3.895.440

8 Hongkong 29.447

9 India 108.000

10 Irlandia 294.000

11 Israel 38.400

12 Italia 15.600

13 Jepang 5.700.496

14 Korea 649.033

15 Makedonia 64.800

16 Malaysia 553.805

17 Mexico 316.800

18 Belanda 644.260

19 Selandia Baru 134.400

20 Norwegia 84.600

21 Pakistan 6.000

22 Rumania 37.460

23 Rusia 392.840

24 Samoa 694.000

25 Singapora 2.389.010

26 Slovenia 18.000

27 Afrika Selatan 114.600

28 Korea Selatan 10.020

29 Swedia 163.250

30 Swiss 196.110

31 Taiwan 928.385

32 Thailand 6.010

33 UAE 4.189.800

34 USA 32.178.196

35 Ukraina 88.800

36 Inggris 884.160

37 Vietnam 305.820

Sumber: Asosiasi Eksportir & Industri Kopi Indonesia (AEKI), 2013

Tabel 10 menunjukkan bahwa Kopi Arabika Sumatera Utara lebih banyak

(48)

lainnya. Negara - negara eksportir utama kopi yaitu Brazil, Colombia, Vietnam, dan Indonesia. Di masa mendatang, Indonesia perlu mengembangkan ekspor ke

lebih banyak negara tujuan lainnya sebagai pasar ekspor yang baru.

4.1.6 Sumberdaya Infrastruktur

Sarana dan prasarana merupakan salah satu modal bagi kelancaran perekonomian maupun pembangunan terutama dalam peningkatan ekspor Kopi

Arabika Sumatera Utara. Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa jalan, transportasi, pelabuhan, dan telekomunikasi. Jika transportasi lancar, Kopi

(49)

4.2 Karakteristik Sampel

Karakteristik sampel dalam penelitian dapat dijelaskan secara rinci dalam

[image:49.595.116.575.185.737.2]

Tabel 11 di bawah ini.

Tabel 11. Karakteristik Sampel

No KARAKTERISTIK SAMPEL

SAMPEL

1 2 3 4 5

1. Bentuk Perusahaan CV PT PT PT CV

2. Lama Berdiri 27 tahun 17 tahun 13 tahun 41 tahun 15 tahun 3. Asal Kopi − Aceh

− Tapanuli (Lintongnihuta)

− Dairi

− Tobasa

− Tanah Karo (Berastagi) − Simalungun − Aceh − Berastagi − Simalungun (Seribudolok) − Tapanuli (Lintongnihuta)

− Dairi (Sumbul)

− Tanah karo (Kabanjahe)

− Aceh

− Dairi

− Simalungun

− Aceh

− Tanah karo

− Tapanuli

− Aceh

− Dairi (Sidikalang)

4. Negara tujuan − Amerika

− Eropa (Jerman, Belanda, Kanada)

− Timur Tengah

− Australia

− Jepang

− Amerika

− Eropa

− Jepang

− Korea

− Amerika − Eropa (Jerman, Breman, Rotterdam, Kanada) − Singapura − Australia − Jepang − Korea − Amerika − Eropa (Kanada, Rusia, Inggris, Jerman) − Thailand − Singapura − Korea − Amerika − Eropa (Kanada, Jerman, Belanda) − Jepang − Korea − Taiwan

5. Mutu Kopi Grade 1 Grade 1 Grade 1 Grade 1 Grade 1 6. Volume Ekspor

− Rata-Rata : 450 ton 480 ton 345 ton 36 ton 72 ton

Range : 180 – 630 ton 288 – 768 ton 230 –576 ton 90 – 126 ton 108 – 180 ton 7. Komposisi Jenis

Kopi :

− Arabika : 5.100 ton 5.300 ton 4.300 ton 340 ton 700 ton

− Robusta : 500 ton - - - -

8. Konsumen Tetap − Amerika

− Eropa

− Jepang

− Australia

− Amerika − Amerika

− Eropa

− Singapura

− Australia

− Amerika − Amerika

− Kanada

9. Kopi Specialty - - - 100% -

10. Asosiasi AEKI AEKI AEKI AEKI AEKI

(50)

Tabel 11 menunjukkan bahwa sampel dalam penelitian ini merupakan eksportir kopi yang berada dalam naungan perusahaan. Perusahaan sudah lama

berdiri dan berkembang karena usia perusahaan menunjukkan bahwa eksportir dapat mengelola perusahaan dengan baik dan mampu bertahan dalam menghadapi persaingan dalam negeri dan luar negeri. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

konsumen tetap yang dimiliki setiap eksportir. Beberapa perusahaan ada yang berbentuk PT, dimana perusahaan yang didirikan bersama-sama dengan cara

menanamkan modal yang biasanya disebut dengan saham. Ada pula yang berbentuk CV, dimana perusahaan perorangan yang biasanya dimiliki oleh seorang atau beberapa orang yang berkerja sama dalam mendirikan perusahaan.

Kelima eksportir memiliki daerah sentra produksi kopi yang sama yaitu Aceh. Hal ini dikarenakan Aceh memiliki produksi Kopi Arabika yang tinggi,

berkualitas baik, dan tahan lama, sehingga mendorong eksportir untuk mengambil Kopi Arabika dari Aceh. Selain Aceh, daerah sentra produksi kopi yang menarik perhatian eksportir yaitu Tapanuli, Dairi, Tanah Karo, Simalungun, dan Tobasa.

Negara tujuan ekspor Kopi Arabika Sumut yang paling utama adalah Amerika. Amerika merupakan pasar potensial bagi eksportir karena

mengkonsumsi kopi dalam jumlah yang cukup besar, sehingga Amerika menjadi konsumen tetap bagi eksportir. Sedangkan Korea hanya mengimpor Kopi Arabika Sumatera Utara dalam jumlah yang sedikit.

(51)

Volume ekspor dari setiap eksportir berbeda-beda, tergantung dari banyaknya buyer yang dimiliki oleh masing-masing eksportir. Semakin banyak

buyer yang dimiliki, maka volume ekspor akan semakin besar. Rata-rata volume ekspor Kopi Arabika minimal sebanyak 36 ton/bulan dan maksimal sebanyak 480 ton. Hal ini menjelaskan bahwa setiap bulan eksportir melakukan pengiriman walaupun dalam jumlah yang berbeda (kontinuitas). Besar kecilnya volume ekspor dalam satu bulan dilihat dari banyaknya jumlah container yang digunakan. Semakin banyak jumlah container yang digunakan, maka volume ekspor akan semakin besar. Dalam satu tahun, masing-masing eksportir memiliki frekuensi pengiriman kopi yang berbeda-beda, yaitu 45 kali, 48 kali, 40 kali, 26 kali, dan 33

kali. Komposisi Kopi Arabika lebih besar dari Kopi Robusta bahkan beberapa eksportir tidak mengekspor Kopi Robusta. Hal ini dikarenakan buyer lebih tertarik pada Kopi Arabika karena memiliki mutu yang lebih bagus.

Kopi Arabika yang diekspor yaitu Kopi Arabika biasa dan ada juga Kopi Arabika Specialty. Kopi Arabika biasa dicampur dari beberapa sentra produksi untuk memenuhi kuota yang diinginkan buyer. Namun Kopi Arabika Specialty

hanya berasal dari satu daerah sentra produksi karena buyer beranggapan bahwa rasa Kopi Arabika yang berasal dari satu daerah memiliki rasa yang khas dan nikmat daripada kopi yang dicampur dari berbagai daerah sentra produksi yang tidak mendapatkan rasa yang khas. Pada dasarnya, buyer melakukan cupping test

(52)

(SCAA) untuk menganggap kopi itu spesial. Eksportir yang memiliki Kopi Arabika Specialty hanya 1 saja, karena buyer telah mengakui bahwa Kopi Arabika

Specialty dimiliki oleh eksportir tersebut berasal dari Gayo yang dinilai nikmat. Menurut pengakuan buyer, kriteria Kopi Arabika Specialty yaitu biji kopi yang besar, triase (kotoran berupa biji pecah) 8%, dan kadar air 13% sehingga kopi

terasa spesial.

Eksportir bergabung dalam Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI)

yang bertujuan untuk menghubungkan eksportir dan negara importir, sebagai wadah informasi dan mengutarakan aspirasi setiap eksportir, dan menjembatani antara pembuat kebijakan pemerintah dengan pihak swasta sebagai pelaksana

(53)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Faktor - Faktor yang Paling Dominan Mempengaruhi Perkembangan Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, maka dapat diperoleh

faktor - faktor yang paling dominan mempengaruhi perkembangan ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor - faktor

internal yaitu kondisi fisik dan mutu Kopi Arabika Sumatera Utara, potensi eksportir dalam menjangkau negara importir, waktu pengiriman Kopi Arabika Sumatera Utara, jumlah modal yang dimiliki eksportir, dan promosi Kopi Arabika

Sumatera Utara yang dilakukan eksportir. Faktor - faktor eksternal yaitu adanya konsumen tetap yang mengkonsumsi Kopi Arabika Sumatera Utara, adanya surat

izin untuk melakukan kegiatan ekspor, penetapan tarif ekspor, permintaan Kopi Arabika Sumatera Utara di luar negeri, adanya pesaing dari negara produsen Kopi Arabika lain, peranan pemerintah dalam mendukung kegiatan ekspor, dan harga

jual Kopi Arabika Sumatera Utara (USD/kg).

5.1.1Deskripsi Faktor Internal

1. Kondisi fisik dan mutu Kopi Arabika Sumatera Utara

Biji Kopi Arabika Sumatera Utara memiliki fisik yang bagus dan disortasi menurut standar mutu yang telah ditetapkan. Mutu kopi yang baik diperoleh dari buah kopi yang telah matang, proses pengolahan yang tepat, dan proses tindakan

karantina. Tindakan karantina merupakan upaya proteksi dari gangguan OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) yang dapat menjadi hama utama di negara

(54)

fumigasi dilakukan oleh Balai Karantina Pertanian Belawan. Apabila hasil uji laboratorium Kopi Arabika Sumatera Utara dinyatakan bebas dari OPT, maka

Balai Karantina Pertanian Belawan akan mengeluarkan Phytosanitary Certificate. Kondisi fisik Kopi Arabika Sumatera Utara yang bagus dan mutunya mencapai

grade 1 menjadi sebuah kekuatan dalam mengembangkan ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara. Grade 1 merupakan standar ekspor yang jauh dari kondisi rusak (pecah, hitam, kisut, kecil, kulit ari, kulit tanduk, dan terdapat kotoran) atau

memiliki nilai cacat 0-11%. Namun demikian, Rusia juga pernah meminta kopi

grade 5 (nilai cacat 81-150%) dan Jerman meminta grade 6 (nilai cacat 151-225%). Buyer tidak pernah meminta kopi grade 2, grade 3, dan grade 4 karena

buyer hanya menginginkan kopi grade 1, meskipun buyer pernah meminta kopi

grade 5 dan grade 6, kopinya dijadikan sebagai pencampur dalam pengolahan kopi di luar negeri. Eksportir hanya memenuhi permintaan buyer.

2. Potensi eksportir dalam menjangkau negara importir

Potensi eksportir dalam menjangkau negara importir yang baik membawa

eksportir lebih mudah melakukan kegiatan ekspor. Eksportir dapat mengetahui alamat negara importir yang dituju seperti Amerika, Kanada, Jerman, dan lainnya

melalui internet dan sosialisasi ke Indonesia sehingga tercipta hubungan kerjasama yang baik. Pengiriman kopi ke luar negeri diawali dengan pengiriman sampel sebanyak 0,5 – 3 kg untuk melakukan uji citarasa

Gambar

Grafik Perkembangan Produksi Kopi Arabika Sumatera Utara
Tabel 1. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kopi Arabika Sumatera Utara Tahun 2007 – 2011
Tabel 3. Realisasi Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) Tahun 2007 – 2011
Tabel 4. Laporan Hasil Uji Citarasa (Report of Cupping Test)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam makalah ini dilanjutkan dengan pengamatan sifat magnetik dan serapan gelombang mikro pada bahan NiFe 2 O 4 yang disubstitusi ion La 3+ dengan metode ko-presipitasi..

Metode penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap tanda dan gejala serangan hama penggerek batang, penghitungan jumlah bibit di persemaian yang

Pelaksanaan konsep konstruksi hijau dilaksanakan dengan mengacu kepada petunjuk teknis penyelenggaraan konstruksi hijau yang diterbitkan terpisah dari serta teknik pengelolaan

Sebagaimana di lembaga-lembaga atau sekolah-sekolah formal yang sudah tertib masalah administrasi, kebijakan-kebijakan, kegiatan, jadwa pembelajaran dan

Makna dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan kuat dan positif antara sikap dengan hasil belajar siswa kelas XD dan XE dalam mata

Strategi yang digunakan General Culture dalam membangun Brand Image melalui Kekuatan produk yaitu dengan melakukan suatu promosi menggunakan media sosial seperti Instagram,

Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengambil nilai tegangan AC dan DC pada sensor, untuk sensor tegangan AC menggunakan metode sampling sebanyak 300 buah

Laju pertumbuhan rumput laut yang terdiri dari dua faktor yaitu bobot bibit dan jarak tanam yang masing-masing memiliki tiga perlakuan, sehingga untuk mengetahui pengaruh dari