• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode Bayes Empiric Pada Pendugaan Area Kecil (Studi tentang Proporsi Status Kepemilikan Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penerapan Metode Bayes Empiric Pada Pendugaan Area Kecil (Studi tentang Proporsi Status Kepemilikan Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE BAYES EMPIRIK PADA PENDUGAAN

AREA KECIL

(Studi tentang Proporsi Status Kepemilikan Kartu Jaminan

Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)

di Kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah)

SKRIPSI

LINDA SAHARA

100823012

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENERAPAN METODE BAYES EMPIRIK PADA PENDUGAAN

AREA KECIL

(Studi tentang Proporsi Status Kepemilikan Kartu Jaminan

Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)

di Kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat mendapat gelar Sarjana Sains

LINDA SAHARA

100823012

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA

(4)

PERNYATAAN

PENERAPAN METODE BAYES EMPIRIK PADA PENDUGAAN AREA KECIL

(Studi tentang Proporsi Status Kepemilikan Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) di Kota Takengon Kabupaten Aceh tengah)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2012

LINDA SAHARA

(5)

PENGHARGAAN

Segala Puji bagi Allah SWT. Pemelihara sekalian alam, Yang Maha Bijaksana, Maha

Luas Anugerah-Nya, Maha Ilmu, Maha Rahman, Maha Pengasih yang menciptakan

manusia dalam bentuk yang paling baik dan sempurna menjadikan langit dan bumi

dengan kekuasaan-Nya serta mengatur semua urusan di dunia dan akhirat dengan

keadilan dan kebijaksanaan-Nya. Atas kehendak Nya lah penulis dapat menyelesaikan

Skripsi ini.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna, tetapi penulis berharap kiranya skripsi ini dapat menambah bahan bacaan

yang bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Selama proses penulisan skripsi

ini penulis banyak mendapat bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak,

karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Suwarno Ariswoyo, M.Si dan Bapak Drs. Faigiziduhu Bu’ulolo M.Si, sebagai ketua dan co pembimbing pada penyelesaian skripsi ini yang telah

memberi panduan dan penuh kepercayaan kepada saya untuk menyempurnakan

skripsi ini. Panduan ringkas dan padat serta profesional telah diberikan agar

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof.Dr.Tulus.Vordipl.Math.,M.Si.,Ph.D dan Ibu Dra. Mardiningsih, M.Si

sebagai ketua dan sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU.

3. Dr. Sutarman, M.Sc sebagai Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Pasukat Sembiring, M.Si dan Bapak Drs. Gim Tarigan, M.Si sebagai penguji yang telah memberikan masukan positif dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh dosen pengajar pada Departemen Matematika FMIPA USU yang telah

membagikan ilmunya serta bimbingan dan arahan kepada penulis dan seluruh staf

pegawai yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ayahanda tercinta Damai dan ibunda tercinta Zuriati serta seluruh anggota

keluarga atas segala dukungan yang diberikan baik moril maupun materil selama

penyelesaian skripsi ini.

(6)

7. Sahabat-sahabatku, teman-temanku yang telah banyak memberi dorongan

semangat dan atas semua bantuannya khususnya Direstika Yolanda, Vani Gita

Pertiwi, Uci Supriana, Eka Kurniati Hasibuan, Monica Elisabet Pangaribuan dan

seluruh rekan-rekan yang lainnya.

Akhirnya penulis berharap kiranya Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan

dari semua pihak dan kiranya tulisan ini bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi

penulis.

Medan, Juli 2012 Penulis

LINDA SAHARA

(7)

ABSTRAK

Pendugaan area kecil berguna untuk menduga parameter subpopulasi (area) yang

berukuran contoh kecil. Pada data biner, model Beta-Binomial dapat digunakan untuk

menduga parameter area kecil. Ada dua metode dalam pendugaan area kecil untuk

data biner, yaitu Bayes empirik dan Bayes hierarkhi. Pada skripsi ini digunakan

metode Bayes empirik dalam menghasilkan penduga proporsi. Tujuannya adalah

menilai kinerja penduga langsung dan penduga Bayes empirik pada pendugaan area

kecil untuk kasus biner. Hasil penerapan pada proporsi status kepemilikan Kartu

Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) di kota Takengon kabupaten Aceh

Tengah menunjukkan bahwa penduga Bayes empirik dari model Beta-Binomial

memberikan hasil pendugaan dengan ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan

penduga langsung.

(8)

ABSTRACT

Small area estimation is useful to estimate small sub population of a certain area. In

binary data, Beta-Binomial mode can be used to estimate a perimeter of a small area.

There two methods available in small area estimation using binary data, i.e empirical

Bayes and hierarchical Bayes. To get a proportional estimation result, emprical Bayes

method is used in this thesis. The purpose of this thesis is to measure the performance

of direct estimation and empirical Bayes estimation that are applied in a small area

with a binary case. The application of proportional status of “Kartu Jaminan

Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)” ownership in Takengon, Aceh Tengah shows

that the estimation of empirical Bayes applied in Beta-Binomial mode gives a more

detailed result than that of direct estimation.

(9)

DAFTAR ISI

(10)

BAB 2 LANDASAN TEORI 9

2.1 Pendugaan Area Kecil 9

2.2 Metode Bayes Empirik 12

2.3 Model Beta-Binomial 13

2.4 Penduga Bayes Empirik Bagi Proporsi 17

2.5 Prosedur Pendugaan Proporsi Dengan Metode Bayes Empirik 18

2.5.1 Penduga Langsung 18

2.5.2 Penduga Bayes Empirik Berdasarkan Model Beta-Binomial 19

BAB 3 PEMBAHASAN 21

3.1 Penerapan Pada Data Status Kepemilikan Kartu

Jaminan Kesehatan Masyarakat 21

3.1.1 Perhitungan Penduga Langsung 25

3.1.2 Perhitungan Penduga Bayes Empirik Bagi Proporsi 27

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Data Aktual Jumlah Penduduk dan Jumlah Pemakai

Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)

di Kota takengon Kabupaten Aceh Tengah 22

Tabel 3.2 Perhitungan Penduga Langsung 24

Tabel 3.3 Perhitungan Bayes Empirik Bagi Proporsi 26

Tabel 3.4 Perhitungan Penduga Bayes Empirik Berdasarkan

Model Beta-Binomial 31

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Data Aktual Jumlah Penduduk dan Jumlah Pemakai

Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)

di Kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah 23

(13)

ABSTRAK

Pendugaan area kecil berguna untuk menduga parameter subpopulasi (area) yang

berukuran contoh kecil. Pada data biner, model Beta-Binomial dapat digunakan untuk

menduga parameter area kecil. Ada dua metode dalam pendugaan area kecil untuk

data biner, yaitu Bayes empirik dan Bayes hierarkhi. Pada skripsi ini digunakan

metode Bayes empirik dalam menghasilkan penduga proporsi. Tujuannya adalah

menilai kinerja penduga langsung dan penduga Bayes empirik pada pendugaan area

kecil untuk kasus biner. Hasil penerapan pada proporsi status kepemilikan Kartu

Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) di kota Takengon kabupaten Aceh

Tengah menunjukkan bahwa penduga Bayes empirik dari model Beta-Binomial

memberikan hasil pendugaan dengan ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan

penduga langsung.

(14)

ABSTRACT

Small area estimation is useful to estimate small sub population of a certain area. In

binary data, Beta-Binomial mode can be used to estimate a perimeter of a small area.

There two methods available in small area estimation using binary data, i.e empirical

Bayes and hierarchical Bayes. To get a proportional estimation result, emprical Bayes

method is used in this thesis. The purpose of this thesis is to measure the performance

of direct estimation and empirical Bayes estimation that are applied in a small area

with a binary case. The application of proportional status of “Kartu Jaminan

Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)” ownership in Takengon, Aceh Tengah shows

that the estimation of empirical Bayes applied in Beta-Binomial mode gives a more

detailed result than that of direct estimation.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Statistik area kecil (small area statistics) saat ini telah menjadi perhatian para statistisi

dunia secara sangat serius. Telah banyak penelitian yang dikembangkan baik untuk

perbaikan teknik dan pengembangan metode maupun aplikasi dalam berbagai kasus

dan persoalan nyata yang dihadapi. Fay dan Herriot (1979) merupakan peneliti

pertama yang mengembangkan pendugaan area kecil (small area estimation, SAE)

berbasis model. Model yang dikembangkannya kemudian menjadi rujukan dalam

pengembangan penelitian pendugaan area kecil lebih lanjut sampai dengan saat ini.

Perhatian yang besar ini terjadi seiring dengan meningkatnya kebutuhan

pemerintah dan para pengguna statistik (termasuk dunia bisnis) terhadap informasi

yang lebih rinci, cepat, dan handal, tidak saja untuk lingkup superpopulasi seperti

negara tetapi pada lingkup yang lebih kecil (subpopulasi) seperti kabupaten,

kecamatan dan desa/kelurahan atau subpopulasi lain yang dibangun oleh karakteristik

jenis kelamin, status sosial ekonomi, pendidikan, ras dan yang lainnya. Di Indonesia,

pentingnya statistik area kecil semakin dirasakan seiring dengan era otonomi daerah di

mana sistem ketatanegaraan bergeser dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi.

Pada sistem desentralisasi, pemerintah daerah memiliki kewenangan yang lebih besar

untuk mengatur dirinya sendiri, khususnya pada level pemerintah kabupaten/kota.

Dengan demikian kebutuhan statistik sampai pada level desa/kelurahan menjadi

suatu kebutuhan dasar sebagai landasan bagi pemerintah daerah kabupaten/kota untuk

menyusun sistem perencanaan, pemantauan dan penilaian pembangunan daerah atau

(16)

Pendugaan area kecil (small area estimation) adalah suatu teknik statistika untuk

menduga parameter-parameter subpopulasi yang ukuran contohnya kecil (Rao, 2003).

Teknik pendugaan ini memanfaatkan data dari domain besar (yakni seperti data

sensus, data survei sosial ekonomi nasional) untuk menduga peubah yang menjadi

perhatian pada domain yang lebih kecil. Area kecil didefinisikan sebagai subpopulasi

yang ukuran contohnya kecil sehingga pendugaan langsung tidak dapat menghasilkan

dugaan yang teliti (Rao, 2003). Biasanya statistik diperoleh dari suatu survei yang

dirancang untuk memperoleh statistik nasional. Persoalan muncul ketika ingin

diperoleh informasi untuk area yang lebih kecil (propinsi, kabupaten, kecamatan atau

desa/kelurahan) yaitu objek survei jumlahnya kecil bahkan bisa saja area tersebut

tidak tersampling sehingga analisis yang didasarkan hanya pada objek -objek tersebut

menjadi sangat tidak dapat diandalkan (presisi rendah). Small area estimation

merupakan suatu metode yang dapat menangani permasalahan tersebut.

Pendugaan area kecil merupakan konsep terpenting dalam pendugaan parameter di

suatu area yang relatif kecil dalam percontohan survei (survey sampling). Metode

pendugaan area kecil digunakan untuk menduga karakteristik dari subpopulasi

(domain yang lebih kecil). Pendugaan langsung (direct estimation) pada subpopulasi

tidak memiliki presisi yang memadai karena kecilnya jumlah data yang digunakan

untuk memperoleh dugaan tersebut. Alternatif metode lain adalah dengan cara

menambahkan informasi pada area tersebut dari area lain melalui pembentukan model

yang tepat. Pendugaan parameter area kecil dengan pendekatan seperti ini disebut

pendugaan tidak langsung (indirect estimation) dalam arti bahwa dugaan tersebut

mencakup data dari domain yang lain. Chand dan Alexander (1995) menyebutkan

bahwa prosedur pendugaan area kecil pada dasarnya memanfaatkan kekuatan

informasi area sekitarnya (neighbouring areas) dan sumber data di luar area yang

statistiknya ingin diperoleh melalui pembentukan model yang tepat untuk

meningkatkan efektifitas ukuran data. Secara umum pendugaan area kecil dapat

dikatakan sebagai suatu metode untuk menduga parameter pada suatu area yang relatif

kecil dalam percontohan survei dengan memanfaatkan informasi dari luar area, dari

(17)

Metode Bayes empirik merupakan suatu metode pendugaan yang terdiri dari

fungsi kepekatan peluang prior, fungsi kepekatan peluang posterior dan fungsi

kepekatan peluang marginal. Salah satu model dalam metode Bayes empirik yang

digunakan adalah model Beta-Binomial, karena model ini memenuhi ketiga fungsi

kepekatan peluang tersebut. Model Beta-Binomial digunakan karena cocok untuk data

biner.

Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) adalah sebuah program jaminan

kesehatan untuk warga Indonesia yang memberikan perlindungan sosial dibidang

kesehatan untuk menjamin masyarakat miskin dan tidak mampu yang iurannya

dibayar oleh pemerintah agar kebutuhan dasar kesehatannya yang layak dapat

terpenuhi. Program ini dijalankan oleh Departemen Kesehatan sejak 2008. Program

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) diselenggarakan berdasarkan konsep

asuransi sosial. Program ini diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk:

1. Mewujudkan portabilitas pelayanan sehingga pelayanan rujukan tertinggi yang

disediakan Jamkesmas dapat diakses oleh seluruh peserta dari berbagai wilayah.

2. Agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang

menyeluruh bagi masyarakat miskin.

Dari uraian di atas serta dengan mempertimbangkan kemampuan penulis, maka

penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “ Penerapan Metode Bayes Empirik Pada Pendugaan Area Kecil” (Studi tentang Proporsi Status Kepemilikan Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) di Kota Takengon Kabupaten Aceh

(18)

1.2Perumusan Masalah

Dalam penulisan ini yang menjadi permasalahannya adalah menentukan proporsi

status kepemilikan Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) di kota

Takengon Kabupaten Aceh Tengah, kemudian memperlihatkan prosedur pendugaan

proporsi status kepemilikan JAMKESMAS dengan Metode Bayes Empirik.

1.3Pembatasan Masalah

Batasan masalah dari tulisan ini diantaranya adalah:

1. Pengambilan data berasal dari kantor Dinas Kesehatan dan kantor Badan Pusat

Statistik kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah.

2. Pendugaan proporsi dengan metode Bayes empirik.

3. Proses hitungan dilakukan dengan Microsoft Office Excel.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan tulisan ini adalah menjelaskan bagaimana menilai kinerja penduga langsung

dan penduga Bayes empirik pada pendugaan area kecil serta menjalankan perhitungan

dengan menggunakan Microsoft Office Excel.

1.5Manfaat Penelitian

Sebagai sarana bagaimana meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis mengenai

cara menggunakan metode Bayes empirik menggunakan model Beta-Binomial pada

(19)

1.6Tinjauan Pustaka

1.6.1 Penduga Langsung Bagi Proporsi

Peubah pengamatan diasumsikan mempunyai sebaran binomial ~�Binomial ( , ).

Fungsi peluang dari sebaran binomial (PROF. DR. SUDJANA, M.A.,M.Sc.) adalah:

⃒ = � − �,

dengan

= , … , , < < , = , … , (1.1)

Selanjutnya dengan memaksimumkan fungsi peluang tersebut diperoleh penduga

kemungkinan maksimum bagi yaitu:

̂ = �

� (1.2)

Penduga ini merupakan penduga kemungkinan maksimum yang bersifat tak bias

karena nilai harapan dari penduga sama dengan parameternya.

� ̂ = � �

� = �� = � = (1.3)

Sehingga dugaan kuadrat tengah galat sama dengan ragamnya, yaitu:

(20)

1.6.2 Penduga Bayes Empirik Bagi Proporsi

Langkah awal pada pendugaan Bayes empirik dari model Beta-Binomial oleh

Kleinman (Rao, 2003) adalah dengan membuat dugaan parameter prior dengan

menyamakan rataan contoh terboboti.

̂ = ∑ �

� ̂ (1.5)

Keterangan:

̂ = dugaan parameter prior

= banyaknya individu pada subpopulasi ke-i

� = jumlah seluruh individu

̂ = penduga proporsi

dan ragam contoh terboboti.

� = ∑ �

� ̂ − ̂ (1.6)

dengan nilai harapan masing-masing dan kemudian diselesaikan persamaan momen

(21)

̂� , = � ⃒ , , = �+

�+ + (1.9)

untuk memperoleh penduga Bayes empirik bagi yaitu:

̂�� = ̂�( ̂, ̂) = ̂ ̂ + − ̂ ̂ (1.10)

dengan ̂ = �

�+̂+̂ , ̂ = �

� sebagai penduga langsung dari , dan masing

-masing menyatakan banyaknya pengamatan dan banyaknya suatu kasus, ̂ adalah

penduga sintetik atau sebagai penduga tak langsung.

1.7Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Bayes empirik di mana

prosedur yang digunakan dalam menduga proporsi ada dua cara yaitu berdasarkan

penduga langsung dan Bayes empirik dari dua model Beta-Binomial yang diuraikan

sebagai berikut:

1.7.1 Penduga Langsung

1. Menentukan penduga proporsi.

2. Menentukan dugaan kuadrat tengah galat (ktg).

3. Menentukan galat baku.

(22)

1.7.2 Penduga Bayes Empirik Berdasarkan Model Beta-Binomial

1. Menentukan nilai dugaan parameter ̂ dan ̂ dari sebaran prior.

2. Menentukan penduga Bayes empirik ̂��.

3. Menentukan kuadrat tengah galat dengan menggunakan metode Jacknife.

4. Menentukan galat baku.

5. Proses hitungan dilakukan dengan Microsoft Office Excel.

Perbandingan kebaikan dari kedua penduga proporsi (penduga langsung dan

(23)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pendugaan Area Kecil

Secara umum metode pendugaan area kecil dibagi menjadi dua bagian yaitu metode

penduga langsung (direct estimation) dan metode penduga tak langsung (indirect

estimation). Metode-metode pendugaan selama ini yang sering digunakan adalah

metode pendugaan langsung.

Pendugaan langsung merupakan pendugaan yang didasarkan pada desain

penarikan yang menjadi perhatian (jumlah pemakai Jamkesmas). Dalam kasus

pendugaan area kecil, penduga langsung bagi parameter pada area kecil yang menjadi

perhatian relatif akan menghasilkan galat baku yang besar karena masalah jumlah

yang memakai kartu Jamkesmas.

Suatu pendekatan tidak langsung mampu meningkatkan efektifitas ukuran jumlah

pemakai Jamkesmas. Pada pendugaan tak langsung terdapat dua model penghubung

yang digunakan untuk menghubungkan area kecil dengan area kecil lainnya yaitu

(24)

Penduga tak langsung dengan menggunakan model penghubung implisit adalah

model yang didasarkan pada desain penarikan jumlah yang menjadi perhatian (design

based). Penduga yang dihasilkan mempunyai ragam desain yang relatif kecil

dibandingkan dengan ragam desain dari penduga langsung. Model penghubung

implisit mempunyai tiga metode yaitu, metode sintetik, komposit, dan James-Stein.

Metode sintetik adalah merupakan suatu metode dari penduga langsung untuk area

besar, yang memiliki galat baku kecil digunakan untuk memperoleh penduga tak

langsung untuk area kecil tertentu. Metode ini mengasumsikan bahwa area kecil

tersebut memiliki karateristik yang sama dengan area besar. Metode komposit

merupakan rata-rata terboboti dari penduga langsung dan penduga tak langsung.

Metode James-Stein adalah penduga komposit yang menggunakan pembobot umum

dengan meminimumkan jumlah kuadrat galat.

Model penghubung eksplisit adalah model yang didasarkan pada pengaruh acak

area kecil untuk mendapatkan keragaman antar area dan informasi peubah penyerta,

yang selanjutnya dikenal dengan model area kecil. Menurut Rao (2005) peubah

penyerta yang baik adalah peubah yang berhubungan erat dengan peubah yang

menjadi perhatian dan berasal dari data sensus atau data administratif.

Suatu peubah respons yang menyatakan “sukses” atau “gagal” disebut sebagai peubah biner. Pada pendugaan area kecil untuk kasus biner, peubah yang menjadi

perhatian berupa proporsi. Penduga langsung bagi proporsi merupakan penduga

kemungkinan maksimum yaitu ̂ = �

� , dengan mengasumsikan peubah pengamatan

diasumsikan menyebar binomial, ~� Binomial ( , ). Penduga langsung ini

mempunyai ragam yang besar karena hanya berdasarkan jumlah objek survei yang

terdapat pada area tersebut. Suatu pendugaan lain dikembangkan untuk mengatasi

permasalahan ini, yaitu pendugaan tak langsung. Pendugaan tak langsung bagi

proporsi diperoleh dari model Beta-Binomial. Model ini mempunyai dua tahap, yaitu

pada tahap pertama diasumsikan bahwa peubah yang menjadi perhatian ~

(25)

ƒ( ⃒ , ) = � +

� ∝ � − (1- − ; > , > (Robert V. Hogg) (2.1)

Berdasarkan teorema Bayes maka penduga Bayes dan ragam posterior bagi adalah:

̂� , = � , , = +

+ + .

dan

Var ⃒ , , = , , = + + ++ − ++ + .

Bila penduga Bayes ini akan digunakan maka harus diketahui terlebih dahulu nilai

parameter sebaran priornya. Namun seringkali informasi mengenai parameter prior

belum diketahui. Pendekatan lain yang dapat digunakan adalah Bayes empirik, yaitu

pendekatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi parameter prior

berdasarkan datanya. Informasi parameter prior diperoleh dengan memaksimumkan

fungsi sebaran marjinal ⎹ , ~ � Beta-Binomial, namun bentuk tertutup untuk ̂

dan ̂ tidak ada (McCulloch & Searle, 2001). Pada tulisan ini bertujuan untuk

menilai kinerja penduga langsung dan penduga Bayes empirik pada pendugaan area

(26)

2.2 Metode Bayes Empirik

Metode Bayes yang ditemukan oleh Thomas Bayes dan kemudian dikembangkan

oleh Richard Price (1763) dua tahun setelah wafatnya Bayes, kemudian Laplace pada

tahun 1774 dan 1781 yang memberikan analisis secara rinci, merupakan metode yang

lebih baik untuk statistik Bayes sekarang (Gill, 2002).

Model statistik Bayes merupakan perpaduan antara sebaran prior dan posterior,

yaitu jika dimisalkan dengan sebaran percontohan �⃒ �~ ⃒ �) dan sebaran prior

�~� � diketahui maka sebaran posterior dari θ adalah:

� �⃒ ) =� ,� =� ⎹ � � �

dengan

= ∫ ⃒ � � � � (2.4)

Suatu sebaran prior dinamakan konjugate bila menghasilkan sebaran posterior

yang sama dengan dirinya. Sebaran yang masih dalam keluarga eksponensial

mempunyai prior konjugate. Seperti sebaran Poisson memiliki prior konjugate

(27)

Metode Bayes empirik merupakan suatu metode yang menggunakan data

pengamatan untuk menduga parameter prior. Pertama kali model ini diperkenalkan

oleh Fay-Herriot (1970), untuk menduga rata-rata pendapatan area kecil di Amerika

Serikat. Metode ini sesuai untuk menangani data-data biner dan cacahan pada

pendugaan area kecil. Pendekatan Bayes Empirik dalam pendugaan area kecil

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) Memperoleh fungsi kepekatan posterior dari parameter area kecil yang teramati.

b) Pendugaan parameter model dari fungsi kepekatan marginal.

c) Menggunakan pendugaan fungsi kepekatan posterior untuk membuat inferensi

parameter area kecil.

2.3 Model Beta Binomial

Model ini merupakan suatu model yang berawal dari model Bernoulli dengan model

peluang untuk data biner yang dinyatakan dengan

~� Binomial ( , ) = 0,…, , 0< < , = , … , (2.5)

dengan model dasar

~

~� � , (2.6)

dan

(28)

dengan � , menyatakan sebaran beta dengan parameter dan serta fungsi

kepekatan untuk adalah:

ƒ( ⃒ , ) = � +

� ∝ � − (1- − ; > , > (Robert V. Hogg) (2.8)

dan, � = fungsi gama

untuk menyederhanakan = , … , � menjadi total contoh = ∑ ,

merupakan statistik cukup minimal untuk model tahap pertama. Diketahui bahwa

~� � ,

yang mempunyai fungsi kepekatan sebagai berikut:

⃒ = � − � (2.9)

Berdasarkan fungsi kepekatan dan fungsi kepekatan maka:

⃒ , , ~ � + , − + (2.10)

Oleh karena itu, penduga Bayes bagi adalah:

̂� , = � ⎹ , , = +

+ + .

dan ragam posterior bagi adalah:

� ⃒ , , = �+ �− �+

(29)

Sebaran penghubung , , dinamakan prior konjugate pada sebaran posterior,

⎹ , , mempunyai bentuk yang sama dengan sebaran priornya. Dari sebaran

penghubung tersebut, maka digunakan model Beta-Binomial dengan sebaran peluang

marginal:

Untuk menduga parameter dan digunakan dengan metode momen Kleinman:

(30)

dan

̂ = ̂ [�̂ −�̂ [ �−∑�( �2/ �)− − ]

���2−�̂ −�̂ − − ] [�̂− ] (2.18)

di mana ̂ dan ̂ dugaan parameter sebaran Beta-Binomial

Pensubstitusian parameter ̂ dan ̂ dari metode Kleinman ke penduga EB bagi ̂��

Langkah awal pada pendugaan Bayes empirik dari model Beta-Binomial oleh

Kleinman (Rao, 2003) adalah dengan membuat dugaan parameter prior dengan

menyamakan rataan contoh terboboti.

̂ = ∑ �

� ̂ (2.20)

Keterangan:

̂ = dugaan parameter prior

= banyaknya individu pada subpopulasi ke-i

� = jumlah seluruh individu

(31)

dan ragam contoh terboboti.

� = ∑ �

� ̂ − ̂ (2.21)

dengan nilai harapan masing-masing dan kemudian diselesaikan persamaan momen

untuk dan , dengan = ∑ . Penduga momen ̂ dan ̂, diberikan sebagai

untuk memperoleh penduga Bayes empirik bagi yaitu:

̂�� = ̂( ̂, ̂) = ̂ ̂ + − ̂ ̂ (2.25)

dengan ̂ = �

�+̂+̂ , ̂ = �

� sebagai penduga langsung dari , dan masing

-masing menyatakan banyaknya pengamatan dan banyaknya suatu kasus, ̂ adalah

(32)

2.5 Prosedur Pendugaan Proporsi Dengan Metode Bayes Empirik

Prosedur yang digunakan dalam menduga proporsi ada dua cara yaitu berdasarkan

penduga langsung dan penduga Bayes empirik dari model Beta-Binomial yang

diuraikan sebagai berikut:

2.5.1 Penduga Langsung

5. Menentukan penduga proporsi

̂ = �

� (2.26)

Dengan menyatakan banyaknya pengamatan suatu kasus pada subpopulasi ke-i,

menyatakan banyaknya individu pada subpopulasi ke-i. Subpopulasi ini dapat

berupa kecamatan.

6. Menentukan dugaan kuadrat tengah galat (ktg) yaitu

ktg(�̂)= ̂ − ̂ (2.27)

7. Menentukan galat baku

8. Proses hitungan dilakukan dengan Microsoft Office Excel.

2.5.2 Penduga Bayes Empirik Berdasarkan Model Beta-Binomial

6. Menentukan nilai dugaan parameter ̂ dan ̂ dari sebaran prior

~

��� , (2.28)

(33)

8. Menentukan kuadrat tengah galat dengan menggunakan metode Jacknife yaitu:

a) Anggap bahwa ̂��= ( ̂ , ̂, ̂), ̂��,− = ( ̂ , ̂ , ̂ , lalu

�̂ = − ∑ = ̂��,− – ̂��

=

.

b) Dengan mencari ̂ dan ̂yang merupakan penduga momen yang diperoleh

dari data ke -1 yang dihapus maka dihitung

�̂ = ̂, ̂, )− − ∑ [ ( ̂= − , ̂− , ) − ̂, ̂, ] (2.30)

c) Penduga Jacknife bagi kuadrat tengah galat penduga Bayes empirik diberikan

oleh

� �̂�� = �̂ + �̂ (2.31)

9. Menentukan galat baku.

10.Proses hitungan dilakukan dengan Microsoft Office Excel.

Perbandingan kebaikan dari kedua penduga proporsi (penduga langsung dan

(34)

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Penerapan Pada Data Status Kepemilikan Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

Data jumlah penduduk dan status kepemilikan Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas) diperoleh dari kantor Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kantor Dinas

Kesehatan kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah. Data ini diambil dari 14

kecamatan di kota Takengon. Peubah yang menjadi perhatian adalah proporsi status

kepemilikan kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), peubah pengamatan

adalah jumlah rumahtangga pemilik kartu sehat pada kecamatan − , dan

(35)

Tabel 3.1 Data Aktual Jumlah Penduduk dan Jumlah Pemakai Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) di Kota Takengon Kabupaten Aceh

Tengah

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Dinas Kesehatan Kota Takengon Kabupaten Aceh

(36)

Gambar 3.1 Data Aktual Jumlah Penduduk dan Jumlah Pemakai Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) di kota Takengon Kabupaten

Aceh Tengah

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000

Jumlah Penduduk

(37)
(38)

3.1.1 Perhitungan Penduga Langsung

1. Menentukan penduga proporsi

̂

=

̂ = ..

̂ = ,

2. Menentukan dugaan kuadrat tengah galat

̂ = �̂ ̂ = ̂ − ̂

̂ = . ( .

. ) ( −

.

. )

̂ = . ,

3. Menentukan galat baku

� � = √ ̂

(39)

Tabel 3.3 Perhitungan Bayes Empirik Bagi Proporsi

̂ =

=

̂ = ̂�� =

0,03102 0,01741 423,88463 0,99999708 0,62167 0,02457 0,01708 178,84974 0,99999784 0,74324 0,02588 0,01194 435,33354 0,99999859 0,51201 0,04260 0,03392 399,00508 0,99999852 0,87935 0,04211 0,01397 1824,67512 0,99999930 0,41158 0,03699 0,01447 1110,18721 0,99999911 0,46236 0,04933 0,01959 1759,77342 0,99999929 0,49087 0,01617 0,00664 221,37645 0,99999804 0,44247 0,06985 0,01614 6706,04017 0,99999963 0,35703 0,02753 0,01804 251,59875 0,99999816 0,70917 0,05506 0,02020 2391,03906 0,99999939 0,47050 0,02763 0,01034 719,88419 0,99999889 0,42761 0,02261 0,00973 385,83715 0,99999850 0,47436 0,01950 0,01014 201,01061 0,99999795 0,55849 0,49086 0,21960 17008.49513 13,99998030 7,56072

(40)

3.1.2 Perhitungan Penduga Bayes Empirik Bagi Proporsi

1. Langkah awal pada pendugaan Bayes empirik dari model Beta-Binomial oleh

Kleinman (Rao, 2003) adalah dengan membuat dugaan parameter prior dengan

menyamakan rataan contoh terboboti.

3. Dengan nilai harapan masing-masing dan kemudian diselesaikan persamaan

(41)
(42)

̂ = , (Penduga Momen)

̂ = , ,

̂ = , (Penduga Momen)

4. Lalu substitusikan penduga momen ̂ dan ̂ ke dalam rumus:

̂� , = � , , = �+

�+ +

untuk memperoleh penduga Bayes empirik bagi yaitu:

̂�� = ̂( ̂, ̂) = ̂ ̂ + − ̂ ̂

dengan ̂ = �

�+̂+̂ , ̂ = �

� sebagai penduga langsung dari , dan masing -

masing menyatakan banyaknya pengamatan dan banyaknya suatu kasus, ̂ adalah

penduga sintetik atau sebagai penduga tak langsung.

̂ =

+ ̂ + ̂

̂ = . + ,. + ,

̂ = . . ,

(43)

Jadi, ̂�� yaitu:

̂�� = ̂( ̂, ̂) = ̂ ̂ + − ̂ ̂

̂�� = , × , + − , ,

(44)

Tabel 3.4 Perhitungan Penduga Bayes Empirik Berdasarkan Model Beta-Binomial

̂��= ℎ

0,62167 - 18.036.084,60 671.613.547.412,66 0,000027

0,74324 0,01478 6.426.444,97 195.451.177.264,28 0,000033

0,51201 0,05347 19.662.431,57 698.184.897.523,29 0,000028

0,87935 0,13494 7.672.538,44 615.070.279.040,57 0,000012

0,41158 0,21881 78.118.885,03 5.793.553.664.527,84 0,000013

0,46236 0,00258 49.008.287,41 2.768.390.958.313,53 0,000018

0,49087 0,00081 77.766.704,65 5.489.366.805.843,90 0,000014

0,44247 0,00234 10.148.769,89 263.912.384.324,66 0,000038

0,35703 0,00730 270.735.577,99 40.503.296.255.613,20 0,000007

0,70917 0,12401 9.579.093,93 316.567.403.905,70 0,000030

0,47050 0,05696 105.126.467,56 8.668.639.433.688,60 0,000012

0,42761 0,00184 31.486.344,73 1.459.184.332.185,86 0,000022

0,47436 0,00219 17.455.768,96 585.821.349.043,80 0,000030

0,55849 0,00708 9.262.716,61 230.274.133.833,22 0,000040

7,56072 0,62710 710.486.116,33 68.259.326.622.521,10 0,000325

(45)
(46)

3.1.3 Perhitungan Penduga Bayes Empirik Berdasarkan Model Beta-Binomial

Nilai dugaan parameter ̂ dan ̂ dari sebaran prior dan nilai penduga Bayes empirik

̂�� yang telah didapat pada rumus (3.6), (3.7) dan (3.9) maka dapat kita cari nilai kuadrat tengah galat dengan menggunakan metode Jacknife yaitu:

d) Anggap bahwa ̂��= ( ̂ , ̂, ̂), ̂��,− = ( ̂ , ̂ , ̂ , lalu

�̂ = − ∑ = ̂��,− – ̂��

=

�̂ = − ,

�̂ = ,

e) Dengan mencari ̂ dan ̂yang merupakan penduga momen yang diperoleh dari

data ke -1 yang dihapus maka dihitung

�̂ = ( ̂, ̂, ) − − ∑[ ( ̂− ,̂− , ) − ( ̂, ̂, )]

=

Terlebih dahulu kita cari nilai yaitu:

( ̂, ̂, ) = + + ++ − ++ +

( ̂, ̂, ) = . + ,. + ,+ , +. − .. + ,+ , + ,

(47)

�̂ = , − − ∑[− , ]

=

�̂ = ,

f) Penduga Jacknife bagi kuadrat tengah galat penduga Bayes empirik diberikan oleh

� ̂�� = �̂ + �̂

� ̂�� = , + ,

� ̂�� = ,

(48)

Tabel 3.5 Pendugaan Proporsi Status Kepemilikan Kartu Sehat

Dari tabel 3.5 dapat diperoleh informasi bahwa secara rata-rata banyak rumahtangga belum

memiliki kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS). Penduga langsung memberikan

galat baku yang besar sehingga penduga mempunyai presisi yang rendah. Sedangkan penduga

Bayes empirik memberikan hasil pendugaan dengan presisi meningkat yang ditunjukkan oleh

(49)

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari bab-bab sebelumnya mengenai

penerapan metode Bayes empirik pada pendugaan area kecil untuk kasus biner (studi

tentang proporsi status kepemilikan Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat

(JAMKESMAS) di kota Takengon kabupaten Aceh Tengah adalah penduga Bayes

empirik dari model Beta-Binomial lebih dapat diandalkan daripada penduga langsung,

yang diperlihatkan dengan semakin kecilnya galat baku.

4.2 Saran

Penelitian ini menggunakan model Beta-Binomial tanpa peubah penyerta. Untuk lebih

meningkatkan keakuratan pendugaan disarankan memasukkan peubah penyerta dalam

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Slamet. 2011. Tesis: Pendugaan Statistik Area Kecil Menggunakan Model

Beta-Binomial. Institut Pertanian Bogor.

Brackstone, G.J. 2002. Strategies and approach for small area statistic. Survey

Methodology, 28 (2), 117-123

[BPS] Badan Pusat Statistik, Jumlah Penduduk Tahun 2010.

Carlin, B.P., & Louis, T.A. 2000. Bayes and empirical Bayes methods for data

analysis. New York: Chapman & Hall.

Dinas Kesehatan, Jumlah Pemakai Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

Tahun 2010.

Farrel, P.J., MacGibbon, B., & Tomberlin, T.J. 1997. Empirical Bayes small-area

estimation using logistic regression models and summary statistics.

Journal of Business & Economic Statistics, 15 (1), 101-108.

Farrel, P.J., MacGibbon, B., & Tomberlin, T.J. 1997. Bootstrap adjusments for

empirical Bayes interval estimates of small-area proportions. The

Canadian Journal of Statistics, 25 (1), 75-89

Fay, R.E., & Herriot, R.A. 1979. Estimates of income for small places: an

application of James-Stein procedures to census data. Journal of the

American Statistical Association, 74 (366), 269-277.

Gill, J. 2002. Bayesian Methods: a social and behavioral sciences approach. Boca

Raton: Chapman & Hall.

Gosh, M., & Rao, J.N.K. 1994. Small area estimation: an appraisal. Statistical

Science, 9 (1), 55-76.

Jiang, J., & Lahiri, P. 2001. Empirical best prediction for small area inference with

binary data. Annals of the institute of Statistical Mathematics, 53 (2),

217-243.

Jiang, J., Lahiri, P., & Wan, S.M. 2002. A unified jacknife theory for empirical best

(51)

Larsen, M.D. 2003. Estimation of small-area proportions using covariates and

survey data. Journal of Statistical Planning and inference, 112 (2003),

89-98.

Malec, D., sedransk, J., Moriarity, C.L., & LeClere, F.B. 1997. Small area

inference for binary variables in the national health interview survey.

Journal of the American Statistical Association, 92 (439), 815-826

McCulloch, C.E., & Searle, S.R.2001. Generalized linear and mixed models. New

York: Wiley.

Rao, J.N.K 1999. Some recent advances in model-based small area estimation.

Survey Methodology, 25 (2), 175-186.

Rao, J.N.K. 2003. Small area estimation. New York: John Wiley and Sons.

Robert V. Hogg. 2003. Introduction To Ma thematical Statistics. Prentice Hall,

Gambar

Tabel 3.1 Data Aktual Jumlah Penduduk dan Jumlah Pemakai Kartu Jaminan
Gambar 3.1 Data Aktual Jumlah Penduduk dan Jumlah Pemakai Kartu
Tabel 3.2 Perhitungan Penduga Langsung
Tabel 3.3 Perhitungan Bayes Empirik Bagi Proporsi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Merancang struktur dan utilitas bentang lebar.. • Mahasiswa mampu

  Panduan Sistem Bangunan Tinggi:   Untuk Arsitek dan Praktisi Bangunan.   Struktur Bangunan Tinggi dan

[r]

  Panduan Sistem Bangunan Tinggi:   Untuk Arsitek dan Praktisi Bangunan.   Struktur Bangunan Tinggi dan

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif signifikan antara board meeting dan board size yang merupakan indikator dari corporate governance

Sehubungan dengan Pengumuman Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi pada tanggal 12 s.d 18 Juni 2013, yang dilaksanakan oleh Pokja ULP - Panitia Pengadaan Barang/Jasa

Langkah awal dalam menerapkan Activity Based Costing System ( ABC system ) adalah dengan mengidentifikasi berbagai macam biaya yang terjadi pada Perusahaan Rokok