• Tidak ada hasil yang ditemukan

Campur Kode dalam Dialog Sinetron Ganteng-ganteng Serigala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Campur Kode dalam Dialog Sinetron Ganteng-ganteng Serigala"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

CAMPUR KODE DALAM DIALOG

SINETRON GANTENG-GANTENG SERIGALA

SKRIPSI

OLEH

JESIKA TARIGAN

110701026

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

CAMPUR KODE DALAM DIALOG

SINETRON GANTENG-GANTENG SERIGALA

SKRIPSI

OLEH

JESIKA TARIGAN 110701026

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memeroleh gelar sarjana Sastra

Indonesia di Universitas Sumatera Utara dan telah disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Hariadi Susilo, M.Si. Drs. Asrul Siregar, M.Hum.

NIP 19580505 197803 001 NIP 19590502 198601 1 001

Departemen Sastra Indonesia

Ketua

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memeroleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan

tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat dalam karya atau

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya

perbuat ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar

kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Oktober 2015

Hormat saya

(4)

CAMPUR KODE DALAM DIALOG

SINETRON GANTENG-GANTENG SERIGALA

Oleh

Jesika Tarigan

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis mengenai campur kode yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala. Penelitian ini berfokus pada bentuk dan jenis campur kode yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala khususnya tokoh Mamski. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak yang didukung dengan teknik bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat sedangkan penganalisisan data menggunakan metode padan yang didukung dengan teknik pilah unsur penentu (teknik PUP) pembeda larik tulisan dan teknik pilah unsur penentu (teknik PUP) pembeda referen. Teori yang digunakan dalam menganalisis data adalah teori campur kode yang dikemukakan oleh Suwito. Hasil penelitian terdapat beberapa bentuk campur kode yang ada dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala yaitu (1) campur kode yang berwujud kata, (2) campur kode yang berwujud frasa, (3) campur kode yang berwujud baster, (4) campur kode yang berwujud pengulangan kata, dan (5) campur kode yang berwujud klausa. Ada tiga jenis campur kode yang terdapat dalam sinetron tersebut yaitu campur kode ke dalam, campur kode ke luar dan campur kode ke dalam dan ke luar.

(5)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan kasih dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan

skripsi ini. Oleh karena berkat dan bimbingan-Nya yang telah menuntun dan

menguatkan penulis dalam menghadapi masalah dalam menyelesaikan studi di

Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk

memeroleh gelar sarjana di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “Campur Kode

dalam Dialog Sinetron Ganteng-ganteng Serigala”.

Selama menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak

bantuan dari berbagai pihak berupa dukungan, doa, nasihat, bimbingan dan

bantuan materil. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1) Bapak Mehuli Ukur Tarigan dan Mamak Sadarni Saragih yang dengan penuh

kasih sayang telah membesarkan, melindungi, membimbing, mendukung dan

senantiasa memberikan doa yang tulus kepada penulis. Selain itu, beliau juga

telah membantu penulis dalam bentuk moril dan materil sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi di Departemen Sastra Indonesia.

2) Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. sebagai dekan Fakultas Ilmu Budaya,

Universita Sumatera Utara.

(6)

4) Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP. sebagai sekretaris Departemen Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

5) Ibu Dra. Yulizar Yunas, M. Hum. sebagai dosen pembimbing akademik

penulis selama menjadi mahasiswa di Departemen Sastra Indonesia, USU.

6) Bapak Drs. Hariadi Susilo. M.Si. sebagai dosen pembimbing I yang telah

memberikan dukungan, bimbingan serta nasihat kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7) Bapak Drs. Asrul Siregar, M.Hum. sebagai dosen pembimbing II yang telah

membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

8) Bapak dan ibu dosen di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,

USU yang telah membimbing dan mengajari penulis selama mengikuti

perkuliahan.

9) Bapak Slamet yang telah banyak memberikan kemudahan kepada penulis

dalam menyelesaikan segala urusan administrasi di Departemen Sastra

Indonesia, USU.

10) Saudara-saudara penulis kakak Seli Veronika Tarigan dan Rantika Juniarti

Tarigan yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

11) Teman-teman seperjuangan stambuk „011 di Departemen Sastra Indonesia yang telah membantu dan memberikan motivasi kepada penulis. Terima kasih

(7)

12) Sahabat terbaikku Bintang yang telah memberikan motivasi, dukungan dan

doa kepada penulis serta selalu mengingatkan penulis untuk tetap fokus

dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, dia juga menemani penulis dalam

mencari referensi buku.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini walaupun

penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik. Oleh sebab itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun skripsi

ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Oktober 2015

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN...i

ABSTRAK...ii

PRAKATA... iii

DAFTAR ISI... vi

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1Latar Belakang ...1

1.2Rumusan Masalah ...4

1.3Batasan Masalah ...4

1.4Tujuan Penelitian ...5

1.5Manfaat Penelitian ...5

1.5.1 Manfaat Teoritis ...5

1.5.2 Manfaat Praktis ...5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA ...6

2.1Konsep...6

2.1.1 Kode...6

2.1.2 Campur Kode ...6

2.1.3 Sinetron ...7

(9)

2.3Tinjauan Pustaka ...12

BAB III METODE PENELITIAN ...15

3.1 Lokasi Penelitian ...15

3.2 Sumber Data ...15

3.3 Metode Pengumpulan Data ...16

3.4 Metode Penganalisisan Data ...17

BAB IV ANALISIS CAMPUR KODE DALAM SINETRON GANTENG-GANTENG SERIGALA ...21

4.1 Bentuk-bentuk Campur Kode ...21

4.1.1 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Kata ...21

4.1.2 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Frasa ...34

4.1.3 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Baster ...42

4.1.4 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Perulangan Kata ...46

4.1.5 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Klausa...52

4.2 Jenis Campur Kode...53

4.2.1 Campur Kode ke Dalam...53

4.2.2 Campur Kode ke Luar...55

(10)

BAB V PENUTUP...58

5.1 Simpulan...58

5.2 Saran ...59

DAFTAR PUSTAKA

(11)

CAMPUR KODE DALAM DIALOG

SINETRON GANTENG-GANTENG SERIGALA

Oleh

Jesika Tarigan

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis mengenai campur kode yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala. Penelitian ini berfokus pada bentuk dan jenis campur kode yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala khususnya tokoh Mamski. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak yang didukung dengan teknik bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat sedangkan penganalisisan data menggunakan metode padan yang didukung dengan teknik pilah unsur penentu (teknik PUP) pembeda larik tulisan dan teknik pilah unsur penentu (teknik PUP) pembeda referen. Teori yang digunakan dalam menganalisis data adalah teori campur kode yang dikemukakan oleh Suwito. Hasil penelitian terdapat beberapa bentuk campur kode yang ada dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala yaitu (1) campur kode yang berwujud kata, (2) campur kode yang berwujud frasa, (3) campur kode yang berwujud baster, (4) campur kode yang berwujud pengulangan kata, dan (5) campur kode yang berwujud klausa. Ada tiga jenis campur kode yang terdapat dalam sinetron tersebut yaitu campur kode ke dalam, campur kode ke luar dan campur kode ke dalam dan ke luar.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang multilingual. Selain bahasa Indonesia yang

digunakan secara nasional terdapat pula ratusan bahasa daerah. Dalam masyarakat

multilingual yang mobilitas geraknya tinggi, maka anggota masyarakatnya akan

cenderung untuk menggunakan dua bahasa atau lebih. Penguasaan dua bahasa

atau lebih ini sering disebut bilingual, multilingualatau poligot (Chaer, 2003:65).

Menurut Fisman (dalam Tarigan, 1988:3) “maksud dan tujuan penggunaan

dua bahasa sangat beraneka ragam dan berbeda dari satu wilayah ke wilayah

lainnya dan dari orang ke orang, tergantung pada topik, penyimak, dan konteks”.

Oleh sebab itu, dwibahasawan adalah orang yang dapat berperan serta dan turut

berpartisipasi dalam komunikasi dalam lebih dari satu bahasa.

Dalam masyarakat bilingual atau multilingual dapat terjadi peristiwa kontak

bahasa. Kontak bahasa terjadi karena adanya unsur bahasa lain dalam bahasa yang

digunakan. Kontak bahasa berkaitan dengan bidang ilmu sosiolinguistik karena

berhubungan dengan masyarakat sosial. Hal yang sangat menonjol yang dapat

terjadi dari adanya campur kode ini adalah bilingualisme dan berbagai kasusnya,

seperti alih kode, campur kode, interferensi dan integrasi (Chaer, 2003:66). Pada

penelitian ini peneliti akan lebih berfokus pada campur kode.

Campur kode adalah sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan dan

(13)

dalam peristiwa tutur itu hanya berupa serpihan-serpihan (pieces) saja, tanpa

fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode (Chaer, 2004:114). Sejalan dengan

teori tersebut Suwito juga mengatakan bahwa campur kode merupakan

konvergensi yang unsur-unsurnya berasal dari beberapa bahasa, masing-masing

telah meinggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disusupinya

(Suwito, 1985:78). Dalam penggunaan bahasa, penutur terkadang menggunakan

campur kode dalam kehidupannya. Penggunaan bahasa campur kode ini dapat

terjadi karena pengaruh penguasaan bahasa yang kurang baik atau disengaja agar

bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi menjadi lebih menarik ataupun

untuk menarik perhatian pendengarnya walaupun penuturnya mengetahui bahwa

kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa yang digunakannya. Campur kode

ini seringkali ditemukan pada situasi informal seperti percakapan mahasiswa,

remaja, tayangan televisi dan sebagainya.

Pencampuran kode bahasa ini lebih sering terjadi pada peristiwa tuturan lisan

daripada tulisan (Tarigan, 1988:7). Bila dalam peristiwa tuturan tulisan, penutur

bahasa biasanya menulis dengan memperhatikan penggunaan bahasanya dengan

baik sedangkan pada peristiwa tuturan lisan penutur biasanya kurang

memperhatikan penggunaan bahasanya, khususnya pada keadaan yang informal

atau santai. Penutur lisan seringkali mencampur bahasa satu dengan bahasa lain

tanpa memperhatikan padanan bahasa yang ada. Hal ini dilakukan agar interaksi

dan komunikasi terasa lebih menarik sehingga pendengar memperhatikan apa

(14)

Sinetron merupakan salah satu tayangan televisi yang banyak diminati oleh

kalangan masyarakat terutama kaum remaja. Bahasa yang seringkali digunakan di

dalam sinetron adalah campur kode ataupun alih kode. Oleh karena itu, pada masa

ini semakin sering orang menggunakan campur kode dalam berkomunikasi.

Sinetron Ganteng-ganteng Serigala merupakan salah satu sinetron yang

ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta yaitu SCTV. Sinetron ini

seringkali menggunakan campur kode dalam percakapannya. Ada tiga jenis

bahasa yang digunakan dalam percakapan pada sinetron tersebut, yaitu bahasa

daerah (bahasa Betawi, bahasa Sunda), bahasa Indonesia, dan bahasa asing

(bahasa Inggris). Bahasa Indonesia merupakan bahasa dominan yang digunakan

dalam sinetron tersebut tetapi terdapat penyisipan kata, frasa maupun reduplikasi

dari bahasa daerah dan bahasa asing. Penyisipan bahasa tersebut lebih sering

dilakukan oleh tokoh Ibu Galang (Mamski).

Penelitian terhadap sinetron Ganteng-ganteng Serigala dilakukan karena

peneliti merasa tertarik untuk meneliti campur kode yang terdapat dalam tayangan

televisi khususnya sinetron. Sinetron Ganteng-ganteng Serigala dipilih karena

sinetron tersebut memiliki unsur campur kode yang sangat kuat dan banyak

diminati oleh penonton terutama kaum remaja. Selain itu terdapat berbagai bentuk

dan jenis campur kode dalam sinetron tersebut. Bentuk campur kode tersebut

berupa penyisipan kata, frasa, dan pengulangan kata (reduplikasi) yang paling

sering digunakan oleh tokoh Ibu Galang (Mamski) yang terdapat dalam sinetron

(15)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan

dikaji yaitu mengenai penggunaan campur kode yang terdapat dalam sinetron

Ganteng-ganteng Serigala. Adapun perumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk campur kode yang terdapat dalam sinetron

Ganteng-ganteng Serigala?

2. Bagaimanakah jenis campur kode yang terdapat pada sinetron

Ganteng-ganteng Serigala?

1.3Batasan Masalah

Penelitian campur kode yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng

Serigala dibatasi pada tinjauan terhadap bentuk campur kode yang dikemukakan

oleh Suwito, yaitu penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata, frasa, baster,

pengulangan kata, ungkapan atau idiom, dan klausa. Selain itu, penelitian ini akan

meninjau jenis campur kode yang terdapat dalam sinetron tersebut. Peneliti hanya

mengkaji unsur bahasa Inggris dan bahasa Betawi. Hal ini dikarenakan unsur

asing yang dominan menyisip ke dalam bahasa Indonesia yang digunakan dalam

sinetron tersebut adalah bahasa Betawi dan bahasa Inggris.

Mengingat jumlah episode dalam sinetron ini begitu banyak maka peneliti

melakukan pembatasan terhadap jumlah episode yang akan diteliti. Episode yang

akan diteliti sebanyak 15 episode. Pemilihan episode dilakukan secara acak

(16)

(Mamski) karena tokoh tersebut banyak menggunakan campur kode dalam

pertuturannya.

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Mendeskripsikan bentuk-bentuk campur kode dalam sinetron

Ganteng-ganteng Serigala.

2) Mendeskripsikan jenis campur kode yang terdapat dalam sinetron

Ganteng-ganteng Serigala.

1.5Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memperkaya referensi keilmuan bahasa Indonesia

mengenai campur kode. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat menjadi bukti

bahwa campur kode juga digunakan dalam tayangan sinetron.

1.5.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca

khususnya mahasiswa Departemen Sastra Indonesia mengenai campur kode yang

(17)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada

di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

(Kridalaksana, 1984:106).

2.1.1 Kode

Menurut Kridalaksana (1984:102) kode merupakan lambang atau sistem

ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan makna tertentu, bahasa manusia

adalah sejenis bahasa kode. Kode adalah sistem bahasa dalam suatu masyarakat.

Kode juga dapat berarti variasi tertentu dalam suatu bahasa. Dari penjelasan

tersebut dapat disimpulkan kode adalah lambang ungkapan yang digunakan dalam

suatu masyarakat untuk menggambarkan makna tertentu suatu bahasa.

2.1.2 Campur Kode

Campur kode adalah penggunaan bahasa dengan mencampur dua atau lebih

bahasa dalam suatu tindak bahasa tanpa ada sesuatu dalam situasi bahasa itu.

Misalnya, seorang penutur menggunakan bahasa Indonesia dengan menyisipkan

kata-kata dari bahasa asing dalam bahasa tersebut. Penggunaan bahasa seperti ini

dapat dikatakan campur kode.

Thelender (dalam Chaer dan Agustina, 2010:115) mencoba menjelaskan

perbedaan alih kode dengan campur kode. Menurutnya, bila suatu peristiwa tutur

(18)

peristiwa tersebut disebut alih kode. Namun apabila suatu peristiwa tutur,

klausa-klausa maupun frasa-frasa yang digunakan terdiri dari klausa-klausa dan frasa campuran

(hybrid clauses, hybrid phrases), dan masing-masing klausa atau frasa itu tidak

lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah campur

kode.

2.1.3 Sinetron

Sinetron merupakan film yang dibuat khusus untuk penayangan di media

elektronik seperti televisi (KBBI, 2008:1312). Sinetron berasal dari singkatan

sinema elektronik. Sinetron di Indonesia mengalami perkembangan, baik yang

bertema percintaan, misteri, fantasi, supranatural, dan sebagainya. Hampir semua

stasiun televisi seperti RCTI, SCTV, INDOSIAR, MNCTV dan sebagainya

menayangkan sinetron..

Tayangan-tayangan sinetron ini dapat mempengaruhi pola tingkah laku

penontonnya sehingga tayangan sinetron seharusnya berisikan motivasi yang baik

dan pengetahuan. Namun seiring perkembangan zaman, sinetron di Indonesia

menjadi sangat memprihatinkan karena terdapat beberapa unsur yang

dikhawatirkan dapat merusak tingkah laku dan bahasa. Contohnya, sinetron

Ganteng-ganteng Serigala, sinetron Diam-diam Suka, sinetron Emak Ijah P engen

ke Mekah menggunakan satu bahasa yang disisipi istilah dari bahasa daerah

maupun bahasa asing. Penggunaan bahasa seperti ini dalam sinetron biasa

(19)

2.2 Landasan Teori

Teori yang relevan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini

sebagai berikut.

2.2.1 Sosiolinguistik

Menurut Chaer sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi

dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan yang erat.

Sosiologi merupakan berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi,

berlangsung, dan tetap ada, sedangkan linguistik berusaha mempelajari mengenai

bahasa. Jadi, sosiolinguistik adalah ilmu antar disiplin yang mempelajari bahasa

dalam kaitannya dengan pengguna bahasa itu di dalam masyarakat (Chaer,

2004:2).

Menurut Nancy Parrot Hickerson (dalam Chaer 2004:4) sosiolinguistik

merupakan pengembangan subbidang linguistik yang memfokuskan penelitian

pada variasi ujaran, serta mengkajinya dalam suatu konteks sosial. Sosiolinguistik

meneliti korelasi antara faktor-faktor sosial itu dengan variasi bahasa.

Berdasarkan kedua pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang mengkaji hubungan bahasa

dengan penutur di dalam lingkungan sosial.

2.2.2 Bilingualisme

Istilah bilingualisme dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan.

Bilingualisme merupakan salah satu gejala kebahasaan yang berkembang dari

(20)

Secara harfiah, bilingualisme yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa

atau dua kode bahasa. Menurut Chaer (2004:84), bilingualisme diartikan sebagai

penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang

lain secara bergantian.

Prawiroadmodjo (dalam Aslinda 2010:25) mengatakan bahwa ciri yang

menonjol dalam sentuhan bahasa adalah terdapatnya kedwibahasaan

(bilingualisme) atau keanekaragaman bahasa (multilingualisme). Jadi peristiwa

gejala bahasa itu tampak menonjol dalam wujud kedwibahasaan. Kedwibahasaan

adalah penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seorang penutur. Kedwibahasaan

lebih cenderung pada gejala tutur (parole) sedangkan kontak bahasa lebih

cenderug terjadi pada gejala bahasa (langue). Pada prinsipnya, langue adalah

sumber dari parole, maka dengan sendirinya kontak bahasa akan terjadi pada

kedwibahasaan.

Menurut Oscar (dalam Aslinda, 2010:25) kedwibahasaan tidak hanya dimiliki

oleh perorangan, tetapi juga milik kelompok karena bahasa bukan hanya sebagai

alat perhubungan di antara kelompok, melainkan sebagai alat untuk menunjukkan

identitas kelompok. Suwito mengatakan masyarakat yang menggunakan dua

bahasa atau lebih sebagai alat komunikasi sebagaimana halnya dwibahasawan

yang menggunakan dua bahasa atau lebih sebagai alat komunikasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bilingualisme merupakan salah

satu gejala bahasa yang terjadi karena penggunaan dua bahasa atau lebih oleh

(21)

2.2.3 Campur Kode

Campur kode merupakan penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke

bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa termasuk di

dalamnya pemakaian kata, klausa, idiom sapaan dan sebagainya (Kridalaksana,

1984:32).

Ciri yang menonjol dalam campur kode ini adalah kesantaian atau situasi

infomal. Dalam situasi bahasa formal jarang terjadi campur kode, kalau terdapat

campur kode dalam keadaan itu karena tidak ada kata atau ungkapan yang tepat

untuk menggantikan bahasa yang sedang dipakai sehingga perlu memakai kata

atau ungkapan dari bahasa daerah atau bahasa asing (Aslinda, 2010:87). Menurut

Rokhman (2013:38) ciri lain dari campur kode adalah bahwa unsur-unsur bahasa

atau variasi-variasinya yang menyisip dalam bahasa lain tidak lagi mempunyai

tersendiri. Unsur-unsur itu telah menyatu dengan bahasa yang disisipinya dan

secara keseluruhan hanya mendukung satu fungsi.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang dikemukakan

oleh Suwito yang mengatakan bahwa campur kode merupakan konvergensi yang

unsur-unsurnya berasal dari beberapa bahasa, masing-masing telah meninggalkan

fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disusupinya. Berdasarkan

unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito (1985:78) membedakan

campur kode menjadi beberapa macam, antara lain:

1. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata.

Kata merupakan morferm atau kombinasi morferm yang oleh bahasawan

(22)

(Kridalaksana, 1984:89). Bahasa Indonesia memiliki empat kategori kata atau

kelas kata, yaitu 1) kata nomina, 2) kata verba, 3) kata adjektiva dan 4) kata

adverbia.

2. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa.

Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang

tidak melampaui batas fungsi. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa

maksudnya penyisipan unsur frasa yang disisipkan ke dalam kalimat inti. Frasa

dapat digolongkan menjadi empat yaitu frasa nominal, frasa verbal, frasa

adjektival, frasa adverbial dan frasa preposisi (Ramlan, 1980:128).

3. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud bentuk baster.

Baster merupakan hasil perpaduan dua unsur bahasa yang berbeda

membentuk satu makna. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster artinya

penyisipan bentuk baster atau kata campuran menjadi serpihan bahasa yang

dimasukinya.

4. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan kata.

Perulangan kata merupakan kata yang terjadi sebagai akibat dari reduplikasi.

Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan kata artinya pengulangan

kata ke dalam bahasa inti dari suatu kalimat.

5. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom.

Idiom merupakan konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih,

masing-masing anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain

atau dengan pengertian lain idiom merupakan konstruksi yang maknanya tidak

(23)

yang berwujud ungkapan atau idiom merupakan penyisipan kiasan dari suatu

bahasa menjadi dari sepihan bahasa inti yang dimasukinya.

6. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa.

Klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari predikat yang dapat

disertai dengan Subjek, Objek, Pelengkap,dan Keterangan. Subjek, Objek,

Pelengkap dan Keterangan pada klausa bersifat mana suka yang dapat muncul

ataupun tidak.

Suwito (1985: 75) membedakan campur kode menjadi dua golongan, yaitu

campur kode ke dalam (inner code-mixing) dan campur kode keluar (outer

code-mixing). Campur kode ke dalam adalah campur kode dengan unsur-unsur yang

bersumber dari bahasa asli atau serumpun dan campur kode ke luar adalah campur

kode yang unsurnya bersumber dari bahasa asing.

Penelitian ini akan mengkaji berdasarkan bentuk dan jenis campur kode

yang dikemukakan oleh Suwito. Hal ini dilakukan karena teori tersebut cocok

dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

2.3 Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai campur kode sudah sering dilakukan oleh peneliti

sebelumnya, diantaranya Miyerni Sitepu (2007) dalam skripsinya yang berjudul

“Campur Kode dalam majalah Aneka Yess!”. Teori yang digunakan peneliti

tersebut sama dengan teori yang akan digunakan oleh peneliti yaitu teori campur

kode yang dikemukakan oleh Suwito. Dalam hasil penelitiannya, peneliti tersebut

menggolongkan datanya berdasarkan bentuk kata, frase, baster, pengulangan kata,

(24)

memiliki pengaruh yang positif dan pengaruh yang negatif terhadap bahasa karena

dapat menambah kosakata dan merusak perkembangan bahasa yang ada.

Yuningsih (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Campur Kode dalam

Tabloid GAUL”. Penelitiannya membahas mengenai bentuk dan pengaruh campur

kode. Teori yang digunakan peneliti tersebut dalam penelitiannya adalah teori

campur kode yang dikemukakan oleh Suwito. Teori yang digunakan peneliti

tersebut relevan dengan teori yang digunakan oleh peneliti. Dalam hasil

penelitiannya, bentuk campur kode ada yang berwujud kata, frasa, baster, dan

ungkapan, sedangkan pengaruhnya yaitu berupa interfrensi dan integrasi.

Penelitian mengenai tema campur kode ini juga pernah dilakukan oleh Eko

Mandala Putra (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Penggunaan Campur Kode dalam Ceramah Y. M. Bhiksu Uttamo”. Metode yang digunakan

peneliti dalam mengumpulkan data adalah metode simak, kemudian dilanjutkan

dengan teknik sadap, teknik rekam dan teknik catat. Metode pengumpulan data

yang dilakukan oleh peneliti tersebut akan digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data karena peneliti tersebut dengan peneliti memiliki kesamaan

sumber data yaitu sumber data lisan.

Murliati (2013) dalam artikelnya yang berjudul Campur Kode Tuturan Guru

Bahasa Indonesia dalam Proses Belajar Mengajar: Studi Kasus di Kelas VII SMP

Negeri 20 Padang. Menggunakan teori campur kode yang dikemukakan oleh

Nursaid dan Marjusman Maksan yang mengatakan arah campur kode terbagi dua

jenis yaitu campur kode ke dalam (inner code mixing) dan campur kode ke luar

(25)

kode terbagi tiga bagian yaitu campur kode ke dalam, campur kode ke luar dan

campur kode ke dalam dan ke luar. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa bentuk

satuan bahasa yang dominan mengalami campur kode adalah kata sedangkan

bentuk satuan bahasa yang jarang mengalami campur kode adalah satuan bahasa

berupa frasa. Rumusan masalah yang dibahas dalam artikelnya tersebut relevan

dengan salah satu rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Selain itu, hasil penelitian tersebut dapat dijadikan referensi tambahan dalam

mengkaji jenis campur kode yang akan dibahas dalam penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti karena penelitian tersebut mengkaji masalah yang sama

dengan apa yangakan diteliti oleh peneliti.

Dari beberapa penelitian yang relevan di atas, dapat digambarkan

bagaimana peristiwa kebahasaan khususnya mengenai campur kode itu terjadi.

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya. Namun dari penelitian sebelumnya belum ada yang meneliti peristiwa campur kode yang terdapat pada

sinetron. Jadi dapat dikatakan bahwa penelitian kali ini merupakan penelitian

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di ruangan pribadi. Hal ini dikarenakan, sumber data

yang akan diteliti berasal dari tayangan televisi. Peneliti hanya perlu

memperhatikan dan mendengarkan dialog yang terjadi pada sinetron

Ganteng-ganteng Serigala.

3.2 Sumber Data

Data pada penelitian ini berasal dari sinetron Ganteng-ganteng Serigala yang

tayang di SCTV. Khususnya dialog Mamski (Ibu Galang) yang diperankan oleh

Rheina Ipeh Maryana. Episode yang berkaitan dengan tokoh tersebut sudah tidak

ditayangkan di SCTV. Oleh sebab itu, data yang diteliti akan diperoleh dari

youtube.

Mengingat jumlah episode pada sinetron ini yang begitu banyak maka

penelitian ini membatasi jumlah episode yang akan diteliti. Episode yang akan

diteliti oleh peneliti berjumlah 15 episode yang dipilih secara acak berdasarkan

kemunculan tokoh Mamski (Ibu Galang) dalam sinetron tersebut. Hal ini

dikarenakan tokoh tersebut lebih sering meggunakan bahasa campur kode dalam

(27)

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah metode simak.

Metode simak dilakukan dengan penyimakan penggunaan bahasa (Sudayanto,

1993:133). Dengan menggunakan metode ini peneliti akan menyimak data yang

terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala.

Metode simak ini didukung beberapa teknik yaitu:

a) Teknik bebas libat cakap

Teknik simak bebas cakap ini peneliti tidak bertindak sebagai pembicara yang

berhadapan dengan lawan bicara (narasumber). Peneliti hanya bertindak sebagai

pendengar yang perlu memperhatikan apa yang dikatakan pembicara. Teknik ini

cocok dengan sumber data yang akan diteliti oleh peneliti karena tidak melibatkan

peneliti dalam interaksi dan komunikasi yang terjadi pada sumber data. Dengan

teknik ini peneliti dapat mendengarkan dialog yang terdapat dalam sinetron

Ganteng-ganteng Serigala.

b) Teknik rekam

Teknik rekam dilakukan dengan merekam data yang telah diperoleh. Hal ini

dilakukan agar peneliti dapat mendengarkan kembali data-data tersebut sehingga

mempermudah peneliti dalam menganalisis data.

c) Teknik catat

Teknik catat digunakan setelah teknik simak bebas cakap dan teknik rekam.

Teknik catat ini dilakukan dengan pencatatan data-data yang telah diperoleh untuk

menggolongkan data tersebut berdasarkan kata, frase, dan klausa. Teknik ini dapat

(28)

3.5 Metode dan Teknik Penganalisisan Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis data yang telah terkumpul

adalah metode padan. Menurut Sudaryanto (1993:13) metode padan adalah

metode yang alat penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari

bahasa (langue) yang bersangkutan. Metode padan ini dilakukan dengan

memadankan serpihan-serpihan bahasa yang terdapat dalam percakapan tokoh

Mamski (Ibu Galang) pada sinetron Ganteng-ganteng Serigala ke dalam bahasa

Indonesia.

Metode tersebut didukung dengan teknik pilah unsur penentu (teknik PUP)

pembeda larik tulisan dan teknik pilah unsur penentu (teknik PUP) pembeda

referen. Teknik PUP pembeda larik tulisan digunakan untuk memilah data dan

menggolongkannya berdasarkan kata, frasa, dan klausa. Teknik PUP pembeda

referen digunakan untuk memilah data dan menggolongkannya berdasarkan kelas

kata, dan kelas frasa, sehingga dapat menentukan bentuk-bentuk dan jenis-jenis

campur kode yang terdapat dalam pertuturan Mamski pada sinetron tersebut.

Penggolongan ini dilakukan agar dapat menganalisis data dari sinetron

Ganteng-ganteng Serigala berdasarkan teori Suwito yang digunakan dalam

penelitian ini. Berikut ini merupakan penggolongan data awal berdasarkan teori

yang digunakan.

a) Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata

(1) “Itudi hand lu di tangan luada bu..bu..bu..bu..bulu” (episode 59).

(29)

(3) “Duh Lang. Masalahnya Papski itu mogoknya ada di jungle. Mamski

scaring(episode 63).

Pada contoh di atas terdapat penyisipan unsur yang berwujud kata nomina,

kata adverbia dan kata verba. Penyisipan kata nomina dapat dilihat pada data (1)

dan (2). Pada data (1) kata hand yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti

„tangan‟ dan kata lu yang berasal dari bahasa Betawi yang berarti „kamu‟. Data

(3) terdapat kata jungle yang berasal dari bahasa Inggris, bila dipadankan ke

dalam bahasa Indonesia menjadi „hutan‟.

Penyisipan unsur berwujud kata verba terdapat pada data (2) dan (3). Kata

sick berasal dari bahasa Inggris yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesia

„sakit‟. Pada data (3) kata scaring dipadankan ke dalam bahasa Indonesia menjadi

„ketakutan‟.

b) Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa

(4) “Bagaimana keadaan my husband, dokter?” (episode 64).

(5) “Aduh, Galang. Ini tu very very important tahu” (episode 64). (6) “ya udah. Kalau gitulu berdua wait heredi sini ya” (episode 65).

Penyisipan unsur berupa frase dapat dilihat pada data (4), (5), dan (6). Pada

data (4) merupakan frasa nomina. Kata my husband pada data (4) berasal dari

berwujud frasa adverbia. Kata very very important berarti „sangat sangat penting‟

yang berasal dari bahasa Inggris. Pada data (6) merupakan frasa verba. Wait here

(30)

c) Penyisisipan unsur-unsur yang berwujud baster

(7) “Padahal aye udah ngeliat sendiri udah nge-looked dengan jelas banget

kalo ntu bulu ade di tangannya si Galang” (episode 59).

Penyisipan unsur yang berwujud baster dapat dilihat pada data (7). Data (7)

kata nge-looked merupakan bentuk baster awalan + kata karena nge- berasal dari

imbuhan me- yang merupakan awalan yang diikuti kata looked. Data tersebut

merupakan campuran antara bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia.

d) Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan kata.

(8) Mulai hari ini. Setiap morning-morning sebelum you go to school you

adetugas tetap” (episode 62).

Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan dapat dilihat pada data

(8). Data (8) kata morning-morning berarti „pagi-pagi‟. Pengulangan kata yang terjadi pada data tersebut merupakan pengulangan kosakata bahasa Inggris dengan

proses reduplikasi yang ada pada bahasa Indonesia karena pada bahasa Inggris

tidak terdapat pengulangan kata seperti data tersebut.

e) Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa

(9) “Aduh, Lang. Momsky forget. Nanti you jangan lupa kalau misalnya you mau go to school lu mampir dulu nengokin Nayla. Ya kan?” (episode 70). Penyisipan bentuk ini dapat dilihat pada data (9). Data (9) unsur go to school

dipadankan kedalam bahasa Indonesia menjadi „pergi ke sekolah‟.

Jenis campur kode pada data di atas ada dua yaitu campur kode ke dalam dan

campur kode ke luar. Campur kode ke dalam merupakan campur kode dengan

(31)

data tersebut dapat dilihat penyisipan bahasa Betawi yaitu pada data (1), (6), (7)

dan (9). Pada data (1) dan (6) terdapat kata lu „kamu‟, data (7) kata kenape „kenapa‟ dan aye „saya‟ dan data (9) terdapat kata nengokin „menjenguk‟. Data

tersebut masuk ke dalam campur kode ke dalam karena bahasa yang digunakan

adalah bahasa daerah (bahasa Betawi). Campur kode ke luar merupakan campur

kode yang menggunakan bahasa asing. Pada semua data awal tersebut, bahasa

Indonesia sebagai bahasa utama disisipi oleh unsur dari bahasa asing yaitu bahasa

(32)

BAB IV

CAMPUR KODE DALAM DIALOG SINETRON

GANTENG-GANTENG SERIGALA

4.1 Bentuk-bentuk Campur Kode

4.1.1 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Kata

Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata merupakan salah satu bentuk

campur kode yang bahasa intinya disisipi kata dari bahasa asing.

A. Kata benda (nomina)

Kata benda (nomina) adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang,

benda dan konsep atau pengertian (Alwi, 2003:213). Pada dialog sinetron

Ganteng-ganteng Serigala terdapat bentuk campur kode dengan penyisipan unsur

kata yang berwujud nomina atau sering disebut juga kata benda baik dari bahasa

Inggris maupun bahasa Betawi. Berikut merupakan bentuk campur kode dengan

penyisipan unsur kata benda (nomina).

1) “Aduh... aye jadi curious banget deh nih. Jadi, penasaran bener ama itu tu bulu-bulu yang adedi tangannya si Galang.” (episode 59)

Pada data 1 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan

adanya kata aye. Kata aye berasal dari bahasa Betawi yang memiliki padanan

dalam bahasa Indonesia yaitu „aku‟. Pada data tersebut kata aye merupakan unsur

(33)

2) Young-ambil dialog I youya.” (episode 64)

Pada data 2 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan

penyisipan unsur kata I dan kata you. Kedua kata tersebut berasal dari bahasa

Inggris yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesia, masing-masing kata

tersebut memiliki arti „saya‟ dan „kamu‟.

3) “Bola.. bola.. bola.. gua kepretbener-an lu.” (episode 62)

Pada data 3 tersebut terdapat pembentukan campur kode yang dapat ditandai

dengan penyisipan kata benda yaitu kata gua dan kata lu yang berasal dari bahasa

Betawi ke dalam bahasa Indonesia. Apabila kata tersebut dipadankan ke dalam

bahasa Indonesia masing-masing menjadi „saya‟ dan„kamu‟. 4) “Masa iya ada ghost di mari.”(episode 68)

Pada data 4 tersebut terdapat pembentukan campur kode karena penyisipan

kata benda yaitu kata ghost. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti

„hantu‟ dalam bahasa Indonesia.

5) “Pak security, pak security, emang beneran ye? Ada itu werewolf? Serigala maksud-nye.” (episode 64)

Pada data 5 di atas terdapat pembentukan campur kode karena penyisipan

kata benda yaitu kata security dan kata werewolf. Kata security dan kata werewolf

berasal dari bahasa Inggris yang menyisip ke dalam dialog yang digunakan oleh

tokoh Mamski. Masing-masing kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa

(34)

6) “Lang, kenape sih Mamski mau ngomong nih ame die. Kenape sih kalau ngomong matenye melotot-melotot gitu? Itu tueyes-nya mau go out begitu.”

(episode 69)

Pada data 6 tersebut terdapat penyisipan kata die dan kata matenye yang

disisipkan ke dalam dialog yang diucapkan oleh tokoh Mamski. Kedua kata

tersebut berasal dari bahasa Betawi yang masing-masing berarti „dia‟ dan „matanya‟.

7) “Bukan manusia? Bukan human? Bukan human? Artinye ape?.” (episode 76)

Pada data 7 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai

dengan adanya penyisipan kata human. Kata human ini berasal dari bahasa Inggris

yang berarti „manusia‟ dalam bahasa Indonesia.

8) “Lang, kalau sampe Papski lotwentyfour hourskagak ketemu juga kita kudu lapor police.” (episode 72)

Pada 8 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan

adanya penyisipan kata police. Kata police tersebut berasal dari bahasa Inggris

yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „polisi‟.

9) “Nayla, tinggal di sini aje ye? Companion Tante ye.” (epasode 76)

Dalam data 9 ini terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan

penyisipan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu kata companion. Kata

(35)

10) “Aduh, ini selimut kenape bisa gini sih? Kok bisa terbang. Ade twister, ade

twister, imposible, imposible mau masuk dari mane tu twister? Emang bisa

nyelip apetwister-nye?.” (episode 70)

Pada data 10 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai

dengan adanya penyisipan kata twister. Kata twister tersebut berasal dari bahasa

Inggris. Kata tersebut berarti „angin puyuh‟ dalam bahasa Indonesia.

11) “Kenape sih di room Papski selalu ada kejadian-kejadian aneh.” (episode 70) Pada data 11 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan

kata room. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „ruang atau

tempat‟ dalam bahasa Indonesia.

12) “ntu... di hand lu ada bu..bu..bu..bulu.”

Pada data 12 di atas dapat dilihat penyisipan kata hand dan kata lu. Kata hand

tersebut berasal dari bahasa Inggris, apabila kata tersebut dipadankan ke dalam

bahasa Indonesia menjadi „tangan‟, sedangkan kata lu berasal dari bahasa Betawi yang berarti „kamu‟ dalam bahasa Indonesia.

13) “Kayaknya nih dia bikin appointment janji ame si Nayla same itu tuh satu

lagi si kaleng rombeng siape sih namenye tuh missSisi.” (episode 76)

Dari data 13 di atas terdapat penyisipan kata appointment , kata siape, kata

namenye dan kata miss. Kata appointment dan kata miss berasal dari bahasa

Inggris. Kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yang

masing-masing berarti „janji‟ dan „nona‟. Kata siape dan kata namenye berasal dari bahasa

(36)

14) “Aduh komplikasi bener sih mulut lu. Ya udah, Mamski obati kasih

medicine, ye?.” (episode 65)

Dari data 14 tersebut terdapat penyisipan kata medicine. Kata medicine ini

berasal dari bahasa Inggris yang berarti „obat‟ dalam bahasa Indonesia.

15) “Mana bentar lagi Nayla birthday Mamski udah nyiapin present.” (episode 66)

Pada data 15 di atas terdapat pembentukan campur kode yang terjadi karena

penyisipan kata birthday dan kata present. Kedua kata tersebut berasal dari bahasa

Inggris yang masing-masing memiliki arti „hari ulang tahun‟ dan „hadiah‟ dalam

bahasa Indonesia.

16) “Aduh Papski. Mamski mau keluar bentar ye? Mau itu, nyari-nyari air yang

fresh maksudnya udara yang segar bentaran.” (episode 70)

Pada data di atas terdapat penyisipan kata air dalam dialog tokoh Mamski.

Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „udara‟ dalam bahasa

Indonesia.

17) “Eh Nayla boboye, Trisno ye. Kagak ilang dah gitu hospital pada heboh duh

apaan sih ya. Boong ya. Liarye.” (episode 71)

Pada data 17 di atas terjadi pembentukan campur kode dengan penyisipan

kata hospital dan kata liar. Kedua kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang

masing-masing memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „rumah sakit‟ dan „pembohong‟.

18) “Aduh ini sulap ape magicape begimane sih? Weird bener? Ish, bisa begitu,

(37)

Pada data 18 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai

dengan adanya penyisipan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan

kata magic. Kata magic tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu

„sulap‟.

19) “Iye bener Nayla. Tadi aje ye om Fuguh. Nanti listen-listen suaranya Nayla tiba-tiba di langsung wake up karena dia kangen banget ama Nayla. Kalau

gitu kita kasih surprise buat om Fuguh, ye.” (episode 72)

Pada data 19 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan

kata surprise. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „kejutan‟

dalam bahasa Indonesia.

20) “Ya maklumlah ye. Nama-nye kite hari-hari di hospital melulu, ye. Jadi kan

lupa shoping-shoping, belanja-belanja. Jadi isi kulkas kosong. Isi kitchen

juga kosong. Empty semuanya.” (episode 74)

Pada data 20 di atas terdapat pembentukan campur kode karena penyisipan

kata benda yaitu kata kite, kata hosptal kata kitchen dan kata empty. Kata kite

berasal dari bahasa Betawi yang berarti „kita‟ dalam bahasa Indonesia. Kata

kitchen dan kata empty berasal dari bahasa Inggris yang juga menyisip ke dalam

dialog yang digunakan oleh tokoh Mamski. Masing-masing kata tersebut memiliki

padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „dapur‟ dan„kosong‟.

21) “Ya ampun, I alone di Home. Papski ade dimanesekarang?.” (episode 74) Pada data 21 tersebut terjadi pembentukan campur kode dengan penyisipan

(38)

masing-masing berarti „saya‟ dan „rumah atau kampung halaman‟ dalam bahasa Indonesia.

22) “Dulu-dulu ini lagian. Aduh ini udah late banget nih. Udah bener-bener

midnight bentar lagi. Mau ngapain datang ke mari lagi, ha? Mau ngapain

ha?.” (episode 74)

Pada data 22 ini terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan kata

midnight yang berasal dari bahasa Inggris. Kata tersebut memiliki padanan dalam

bahasa Indonesia yaitu „tengah malam‟.

B. Kata kerja (verba)

Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang

bukan sifat dan kualitas, khususnya yang bermakna keadaan tidak dapat diberi

prefiks ter- yang berarti „paling‟. Umumnya verba tidak dapat tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan (Hasan Alwi,

2003:87). Berikut ini bentuk campur kode dengan penyisipan unsur kata kerja.

1) “Kalo ntu bulu ade di tangannya Galang, tapi tiba-tiba bulu tu gone.” (episode 59)

Pada data 1 ini terdapat pembentukan campur kode dengan adanya penyisipan

unsur berwujud kata kerja (verba) yaitu kata gone dan kata ade. Kata gone yang

berasal dari bahasa Inggris memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu

„pergi‟. Kata ade berasal dari bahasa Betawi yang berarti „ada atau hadir‟ dalam

bahasa Indonesia.

2) “Ya udeh, gini masalahnya you pada nge-liat Galang nggak? Looked Galang

(39)

Pada data 2 ini terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan kata

looked. Kata looked berasal dari bahasa Inggris yang berarti „melihat‟ dalam bahasa Indonesia.

3) “Bola.. bola.. bola.. gua kepret bener-an lu.” (episode 62)

Dalam data 3 ini terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan

adanya penyisipan kata berwujud kata kerja yaitu penyisipan kata kepret. Kata

tersebut berasal dari bahasa Betawi yang memiliki padanan dalam bahasa

Indonesia yaitu „pukul‟.

4) “Ya ampun, udah twenty years ago kita together.” (episode 63)

Pada data 4 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai

dengan adanya penyisipan kata together. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris

yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „bersama‟.

5) “Kagak. Mamski yang agak-agak sick gitu lo.” (episode 59)

Pada data 5 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai

dengan penyisipan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu kata sick. Kata

tersebut memiliki arti „sakit‟ dalam bahasa Indonesia.

6) “Galang, Galang, Galang, eh, ade miss Blonde yang cantik beautiful bener. Aduh ada Trisno juga, ade ape nih? Ade meetingya? Atau ada reuni akbar?.” (episode 69)

Pada data 6 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan

unsur berwujud kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu kata meeting. Kata

tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „rapat‟.

(40)

Pada data 7 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai

dengan penyisipan kata hiding dan kata ngumpet. Kata hiding berasal dari bahasa

Inggris sedangkan kata ngumpet berasal dari bahasa Betawi. Kedua kata tersebut

memiliki padanan yang sama dalam bahasa Indonesia yaitu „sembunyi‟.

8) “Lang, itu mr. dokter asking.” (episode 76)

Pada data 8 dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai dengan

adanya penyisipan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata

asking. Kata tersebut memiliki arti „menanyakan‟.

9) “Duh, sakit Lang. Berarti Mamski ngga dream.” (episode 76)

Dari data 9 terdapat pembentukan campur kode dengan adanya penyisipan

kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata dream. Kata tersebut

memiliki arti „impian atau mimpi‟.

10) “Aduh, kan dari tadi Tanski udah bilang miss Sisi, Tobi. Jangan suka berisik di hospital. Annoying, you know.” (episode 65)

Dalam data 10 tersebut terdapat pembentukan campur kode yang ditandai

dengan adanya penyisipan kata annoying. Kata tersebut berasal dari bahasa

Inggris yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „mengganggu‟. 11) “Maaf ye, Papski pasti kedinginan nih. Very-very cold nih Mamski selimuti

lagi, ye. Mamski juga bingung kenape ini kok bisa terbang begini bisa fly ini

selimut-nye.” (episode 70)

Dalam data 11 tersebut terdapat pembentukan campur kode ayng ditandai

dengan adanya penyisipan kata fly yang berasal dari bahasa Inggris. Kata tersebut

(41)

12) “Ya udah, nanti badan kamu drop lagi. Kita balik in your room, ya.” (episode 70)

Pada data 12 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai

dengan adanya penyisipan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu kata drop.

Kata drop memiliki arti „jatuh‟dalam bahasa Indonesia.

13) “Mamski forget. Nanti lu tu jangan lupa. Kalau misalnya you sebelum go to

schoollu mampir dulu tuh nengokin Nayla. Ya kan?.” (episode 70)

Pada data 13 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan

adanya penyisipan kata verba yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan

kata forget dan dari bahasa Betawi yaitu penyisipan kata nengokin. Kedua kata

tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yang masing-masing menjadi

„lupa‟dan „menjenguk‟.

14) “Eh inget ye, rememberye. You tuh jangan fight-fight ye ame Trisno. Nayla tuh lagi sick.” (episode 71)

Dalam data 14 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai

dengan adanya penyisipan kata inget dan kata remember. Kata remember berasal

dari bahasa Inggris yang berarti „ingat‟ dalam bahasa Indonesia. Kata inget

berasal dari bahasa Betawi yang memiliki padanan yang sama dengan kata

remember dalam bahasa Indonesia yaitu „ingat‟.

C. Kata sifat (adjektiva)

Adjektiva merupakan kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus

(42)

mengungkap suatu kualitas atau keanggotaan dalam suatu golongan (Hasan Alwi

2003:171). Berikut ini bentuk campur kode dengan penyisipan unsur berwujud

kata sifat (adjektiva) berdasarkan data dialog sinetron Ganteng-ganteng Serigala.

1) You jangan talking-talking sembarangan ye. You kagak liat apa Mamski

masih keliatan young begini.” (episode 59)

Pada data 1 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan

adanya penyisipan kata young. Kata young berasal dari bahasa Inggris yang

berarti „muda‟ dalam bahasa Indonesia.

2) “Aduh... aye jadi curious banget deh nih. Jadi, penasaran bener ama itu tu

bulu-bulu yang adedi tangannya si Galang.” (episode 59)

Pada data 2 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan

adanya penyisipan kata curious dan kata bener. Kata curious berasal dari bahasa

Inggris yang memiliki arti „heran, aneh, ingin tahu‟ dalam bahasa Indonesia sedangkan kata bener berasal dari bahasa Betawi yang berarti „benar‟ dalam

bahasa Indonesia.

3) “Galang, Galang, Galang, eh, ade miss Blonde yang cantik beautiful bener.

Aduh ada Trisno juga, ade ape nih? Ademeeting ya? Atau ada reuni akbar?.” (episode 69)

Dalam data 3 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan

penyisipan kata sifat yaitu penyisipan kata beautiful dan kata bener. Kata

beautiful berasal dari bahasa Inggris yang memiliki padanan dalam bahasa

(43)

4) “Aduh Papski. Mamski mau keluar bentar ye? Mau itu, nyari-nyari air yang

fresh maksudnya udara yang segar bentaran.” (episode 70)

Pada data 4 ini dapat dilihat pembentukan campur kode yang terjadi karena

adanya penyisipan kata sifat yaitu penyisipan kata fresh. Kata tersebut memiliki

padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „segar‟.

5) “Nayla, wake up ye sayang ye. Nayla bentar lagi waktu-nye kita makan. Nayla

kudu sadar. Kudu wake up. Kudu makan yang banyak biar Nayla cepat sehat

cepat healthy lagi.” (episode 70)

Pada data 5 terdapat pembentukan campur kode dengan adanya penyisipan

kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata healthy. Kata tersebut

memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „sehat‟.

6) “Aduh ini sulap ape magicapebegimane sih? Weird bener? Ish, bisa begitu,

ye.” (episode 71)

Pada data 6 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode dengan adanya

penyisipan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata weird. Kata

tersebut memiliki arti „aneh‟ dalam bahasa Indonesia. Selain itu, terdapat juga

penyisipan kata sifat bener yang sebelumnya sudah dikaji pada data 2 dan 3.

D) Kata keterangan (adverbia)

Adverbia merupakan kata yang menjelaskan verba, adjektiva dan adverbia

lain (Hasan Alwi 2003:199). Berikut ini bentuk campur kode dengan penyisipan

(44)

1) “Ih, ni rumah sakit scarybanget sih. Hospital-nya scarybangetsih.” (episode 59)

Pada data 1 di atas terdapat pembentukan campur kode dengan adanya

penyisipan kata banget. Kata tersebut berasal dari bahasa Betawi yang berarti

„sangat‟ dalam bahasa Indonesia.

2) “Aduh, Galang kok bisa hilang? Begimane cerita-nye, sih? Itu anak kenape

sih pake ilang melulu. Aduh.” (episode 66)

Pada data 2 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode dengan

penyisipan kata melulu. Kata tersebut berasal dari bahasa Betawi yang berarti

„selalu‟ dalam bahasa Indonesia.

3) “Miss blonde, aduh ampir aje Tante tubruk.” (episode 68)

Pada data 3 di atas terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan

kata keterangan yaitu kata aje dan kata ampir. Kedua kata tersebut berasal dari

bahasa Betawi yang masing-masing berarti „aja atau saja‟ dan „hampir‟ dalam

bahasa Indonesia.

4) “Administrasi Papski udah selesai. Tinggal nunggu Papski siuman Papski

cepet siuman, ye.” (episode 65)

Pada data 4 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan

kata keterangan yaitu kata udah. Kata tersebut berasal dari bahasa Betawi yang

berarti „sudah dalam bahasa Indonesia.

4.1.2 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Frasa

Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang

(45)

maksudnya penyisipan unsur frasa yang disisipkan ke dalam kalimat inti. Frasa

dapat digolongkan menjadi empat yaitu frasa nominal, frasa verbal, frasa

adjektival, frasa adverbial dan frasa preposisi.

A. Frasa nomina

Frasa nomina adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan

nomina (Ramlan, 1995:158). Berikut ini bentuk campur kode dengan penyisipan

unsur berwujud frasa nomina.

1) “Ya ampun, udah twenty years ago kita together.” (episode 63)

Pada data 1 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan

adanya penyisipan frasa twenty years ago. Frasa tersebut berasal dari bahasa

Inggris yang berarti „dua puluh tahun lalu‟ dalam bahasa Indonesia.

2) “Dok, dok, begimane keadaan my husband?.” (episode 64)

Dalam data tersebut terdapat penyisipan unsur berwujud frasa nomina. Frasa

my husband berasal dari bahasa Inggris. Frasa tersebut memiliki padanan dalam

bahasa Indonesia yaitu „suami saya‟.

3) “Iya, emang angin malam itu kagak baik nanti you bisa enter wind. You

know? Ngerti kagak enter wind, masuk angin. Jangan sering-sering ye kena

angin malam ye.” (episode 67)

Dalam data 3 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan adanya

penyisipan frasa enter wind. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti

„masuk angin‟ dalam bahasa Indonesia.

(46)

Pada data 4 tersebut terdapat penyisipan frasa miss teacher, frasa mr. teacher

dan orange juice. Ketiga frasa tersebut berasal dari bahasa Inggris yang

masing-masing memiliki arti „nona/ibu guru‟, „bapak guru‟ dan „jus jeruk‟ dalam bahasa

Indonesia.

5) “Ini masalahnye emergency room. Aduh kok emergency room sih.

Maksud-nyevery-very emergency. Darurat cepetan. Lu come here ye.” (episode 67) Pada data 5 tersebut terdapat penyisipan frasa emergency room dan frasa

very-very emergency. Kedua frasa tersebut berasal dari bahasa Inggris yang

masing-masing memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „ruang darurat‟ dan „sangat-sangat darurat‟.

6) “You punya very-very big secret, kan?.” (episode 69)

Pada data 6 tersebut terdapat penyisipan unsur frasa yang berasal dari bahasa

Inggris yaitu frasa very-very big secret. Frasa tersebut memiliki padanan dalam

bahasa Indonesia yaitu „rahasia yang sangat besar‟.

7) “Hah! Astafirullahalhadzim, lu lagian ngapain sih you mau bikin Mamski

heart attack ape?.” (episode 69)

Pada data 7 di atas terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan

frasa yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata heart attack. Kata

tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „serangan jantung‟. 8) “Eh, dulu-dulu wait-wait perasaan tadi lu kan izin ame Mamski mau ganti

(47)

Pada tabel 8 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan

frasa change clothes. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „ganti

pakaian‟ dalam bahasa Indonesia.

9) “You tuh kebiasaan banget ye. Bad hobied banget. Setiap Mamski belum

talking-talking lu udah main gone aje. Belum kelar ngomong-nye.” (episode 70)

Dalam data 9 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan

frasa nomina yaitu penyisipan frasa bad hobied. Frasa tersebut berasal dari bahasa

Inggris yang berarti „hobi buruk‟ dalam bahasa Indonesia.

10) “Udah sekarang you rest aje. Nanti lo drop lagi badannye, ye. Tante jagain lu.

Take care lu.” (episode 70)

Dalam data 10 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan

penyisipan frasa yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata you rest

dan take care. Kedua frasa tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia

yang masing-masing menjadi „kamu istirahat‟dan „hati-hati‟.

11) “Aduh Galang itu tu bener-bener good boy ya Tobi, ye.” (episode 74)

Dalam data 11 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan adanya

penyisipan frasa good boy. Frasa tersebut memiliki arti „anak laki-laki yang baik‟

(48)

B. Frasa verba

Frasa verba adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata

verba (Ramlan, 1995:168). Berikut ini bentuk campur kode dengan penyisipan

frasa verba dari data dialog sinetron Ganteng-ganteng Serigala.

1) “Heh.. he.. Galang come here lu tu, lu tu ye.” (episode 64)

Pada data 1 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan

adanya penyisipan frasa come here. Frasa tersebut berasal dari bahasa Inggris

yang berarti „datang ke sini atau kemari‟ dalam bahasa Indonesia.

2) “Wait here sama Galang. Tanski mau ngurus itu tu administrasi dulu bakal

Omski, ye.” (episode 65)

Pada data 2 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan adanya

penyisipan frasa wait here. Frasa tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti

„tunggu di sini‟ dalam bahasa Indonesia.

3) “Lang, kenape sih Mamski mau ngomong nih ame die. Kenape sih kalau

ngomong matenye melotot-melotot gitu? Itu tu eyes-nya mau go outbegitu.” (episode 69)

Pada data 3 tersebut terdapat pembentukan penyisipan kata dengan adanya

penyisipan frasa go out. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti

„pergi keluar‟ dalam bahasa Indonesia.

4) “Lang, lo ngomong kenape sembarangan banget sih, Lang. Papski lo cuma lagi sleeping beauty, Lang. Cuma sleeping ha.. eh Cuma sleeping handsome

(49)

Pada data 4 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan

nomina yaitu penyisipan frasa sleeping beauty dan sleeping handsome. Kedua

frasa tersebut berasal dari bahasa Inggris yang masing-masing berarti „tidur cantik‟ dan „tidur ganteng‟ dalam bahasa Indonesia.

5) “Biasanya kan di keadaan scary-scary gini kita main itung-itungan tuh one,

two, three. Tapi, berhubung Papski lagi bobo manis. Mamski aja ye yang

langsung run away.” (episode 68)

Dalam data 5 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan

penyisipan frasa run away. Frasa tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti

„berlari jauh atau pergi‟ dalam bahasa Indonesia.

6) “Nayla, wake up ye sayang ye. Nayla bentar lagi waktunye kita makan. Nayla

kudu sadar. Kudu wake up. Kudu makan yang banyak biar Nayla cepat sehat

cepat healthy lagi.” (episode 70)

Dalam data 6 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode dengan

penyisipan frasa yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan frasa wake up.

Kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „bangun‟.

7) “Ya ampun udah eleven o‟clock. Udah malem, Galang masih belum go home sih. Lang lu kemane sih?.” (episode 74)

Pada data 7 tersebut dapat dilihat penyisipan frasa yang berasal dari bahasa

Inggris yaitu penyisipan frasa go home. Kata tersebut memiliki padanan dalam

bahasa Indonesia yaitu „pergi ke rumah atau pulang‟. Selain itu, ada penyisipan

(50)

8) “Galang, ih.. mau kemane sih tu anak? Where he go, sih? Belum juga come

inside udah main go-goaje.” (episode 74)

Pada data 8 tersebut terdapat penyisipan frasa come inside. Frasa tersebut

berasal dari bahasa Inggris yang berarti „masuk ke dalam‟ dalam bahasa

Indonesia.

C. Frasa adjektiva

Frase adjektiva adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan

kata adjektiva (Ramlan, 1995:176). Berikut ini bentuk campur kode dengan

penyisipan unsur berwujud frasa adjektiva dari data sinetron Ganteng-ganteng

Serigala.

1) “Ini serius you know. Very-very important.” (episode 64)

Pada data 1 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan

penyisipan frasa yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan frasa very-very

important. Kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „sangat -sangat cantik‟.

2) “Lang, Lang ini ada yang aneh ini very-very weird, you know. Ini bener-bener

aneh bangetLang.” (episode 67)

Dalam data 2 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai

dengan adanya penyisipan frasa yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan

kata very-very weird. Kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia

yaitu „sangat-sangat aneh‟.

(51)

Dalam data 3 di atas terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan

frasa very-very happy yang berasal dari bahasa Inggris. Frasa tersebut memiliki

arti „sangat-sangat bahagia‟ dalam bahasa Indonesia.

4) “Aduh kenape ye udara tuh very-very hotbanget di homeini?.” (episode 80)

Pada data 4 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai

dengan adanya penyisipan frasa very-very hot yang berasal dari bahasa Inggris.

Frasa tersebut memiliki arti „sangat-sangat panas‟ dalam bahasa Indonesia.

D. Frasa adverbia

Frasa adverbia atau keterangan adalah frasa yang mempunyai distribusi yang

sama dengan kata keterangan (Ramlan, 1995:177). Berikut ini bentuk campur

kode dengan penyisipan unsur frasa adverbia berdasarkan data dialog sinetron

Ganteng-ganteng Serigala.

1) “Du..du..du.du..duh.. Mamski so proud tumbenan banget nih miss-miss Mamski. Biasanya juga miss-nya ama joran.” (episode 63)

Pada data 1 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan

penyisipan frasa yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata so proud.

Kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „sangat bangga‟. 2) “Mau ngapain you come here? Kagak liat apa Nayla lagi sleeping beuty.

Don’t disturb. Kagakboleh diganggu.” (episode 69)

Dalam data 2 di atas terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan

frasa don‟t disturb yang berasal dari bahasa Inggris. Frasa tersebut memiliki arti

Referensi

Dokumen terkait

Bs/BI/K) jadi berat…ya?” Carrier adalah kata dari bahasa Inggris yang berarti tas gunung, sedangkan –nya dalah imbuhan dari bahasa Indonesia yang bermakna kepunyaan.

Dengan adanya kata “kadung” yang berasal dari bahasa Jawa yang berarti “terlanjur” Dalam kutipan tersebut terdapat peristiwa campur kode karena campur kode akan

Alih kode dan campur kode tersebut dapat terjadi dari bahasa baku ke bentuk tidak baku, dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris, dan dari bahasa Indonesia

Setelah menganalisis dan mengamati 197 penggalan ujaran, ditemukan unsur-unsur bahasa Inggris yang muncul dalam campur kode tersebut, yang terdiri atas 222 kata (nomina,

Dari kedua contoh tersebut, maka dapat diketahui bahwa campur kode yang dilakukan oleh seorang guru yaitu menggunakan bahasa. Indonesia, bahasa Inggris,

Pada contoh di atas, kata difollow merupakan penggabungan dua bahasa yaitu awalan bahasa Indonesia di- dan kata bahasa Inggris follow. Fenomena hibrid dalam campur

Kata KristusChrist dalam bahasa Inggris berasal dari kata Yunani Χριστός Christos11, yang merupakan terjemahan dari kata Ibrani ַ חי ִׁש ָמ Meshiakh, artinya yang "diurapi" dan

Pada data caption di atas, Baraa Masoud melakukan campur kode mixing antara bahasa Indonesia dan Inggris yang berwujud penyisipan unsur kata dalam bahasa Inggris yakni pada kata