CAMPUR KODE DALAM DIALOG
SINETRON GANTENG-GANTENG SERIGALA
SKRIPSI
OLEH
JESIKA TARIGAN
110701026
DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
CAMPUR KODE DALAM DIALOG
SINETRON GANTENG-GANTENG SERIGALA
SKRIPSI
OLEH
JESIKA TARIGAN 110701026
Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memeroleh gelar sarjana Sastra
Indonesia di Universitas Sumatera Utara dan telah disetujui oleh
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Hariadi Susilo, M.Si. Drs. Asrul Siregar, M.Hum.
NIP 19580505 197803 001 NIP 19590502 198601 1 001
Departemen Sastra Indonesia
Ketua
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memeroleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat dalam karya atau
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya
perbuat ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar
kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan, Oktober 2015
Hormat saya
CAMPUR KODE DALAM DIALOG
SINETRON GANTENG-GANTENG SERIGALA
Oleh
Jesika Tarigan
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis mengenai campur kode yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala. Penelitian ini berfokus pada bentuk dan jenis campur kode yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala khususnya tokoh Mamski. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak yang didukung dengan teknik bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat sedangkan penganalisisan data menggunakan metode padan yang didukung dengan teknik pilah unsur penentu (teknik PUP) pembeda larik tulisan dan teknik pilah unsur penentu (teknik PUP) pembeda referen. Teori yang digunakan dalam menganalisis data adalah teori campur kode yang dikemukakan oleh Suwito. Hasil penelitian terdapat beberapa bentuk campur kode yang ada dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala yaitu (1) campur kode yang berwujud kata, (2) campur kode yang berwujud frasa, (3) campur kode yang berwujud baster, (4) campur kode yang berwujud pengulangan kata, dan (5) campur kode yang berwujud klausa. Ada tiga jenis campur kode yang terdapat dalam sinetron tersebut yaitu campur kode ke dalam, campur kode ke luar dan campur kode ke dalam dan ke luar.
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan kasih dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi ini. Oleh karena berkat dan bimbingan-Nya yang telah menuntun dan
menguatkan penulis dalam menghadapi masalah dalam menyelesaikan studi di
Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk
memeroleh gelar sarjana di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “Campur Kode
dalam Dialog Sinetron Ganteng-ganteng Serigala”.
Selama menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak
bantuan dari berbagai pihak berupa dukungan, doa, nasihat, bimbingan dan
bantuan materil. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1) Bapak Mehuli Ukur Tarigan dan Mamak Sadarni Saragih yang dengan penuh
kasih sayang telah membesarkan, melindungi, membimbing, mendukung dan
senantiasa memberikan doa yang tulus kepada penulis. Selain itu, beliau juga
telah membantu penulis dalam bentuk moril dan materil sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi di Departemen Sastra Indonesia.
2) Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. sebagai dekan Fakultas Ilmu Budaya,
Universita Sumatera Utara.
4) Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP. sebagai sekretaris Departemen Sastra
Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
5) Ibu Dra. Yulizar Yunas, M. Hum. sebagai dosen pembimbing akademik
penulis selama menjadi mahasiswa di Departemen Sastra Indonesia, USU.
6) Bapak Drs. Hariadi Susilo. M.Si. sebagai dosen pembimbing I yang telah
memberikan dukungan, bimbingan serta nasihat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7) Bapak Drs. Asrul Siregar, M.Hum. sebagai dosen pembimbing II yang telah
membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
8) Bapak dan ibu dosen di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,
USU yang telah membimbing dan mengajari penulis selama mengikuti
perkuliahan.
9) Bapak Slamet yang telah banyak memberikan kemudahan kepada penulis
dalam menyelesaikan segala urusan administrasi di Departemen Sastra
Indonesia, USU.
10) Saudara-saudara penulis kakak Seli Veronika Tarigan dan Rantika Juniarti
Tarigan yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11) Teman-teman seperjuangan stambuk „011 di Departemen Sastra Indonesia yang telah membantu dan memberikan motivasi kepada penulis. Terima kasih
12) Sahabat terbaikku Bintang yang telah memberikan motivasi, dukungan dan
doa kepada penulis serta selalu mengingatkan penulis untuk tetap fokus
dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, dia juga menemani penulis dalam
mencari referensi buku.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini walaupun
penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun skripsi
ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
PERNYATAAN...i
ABSTRAK...ii
PRAKATA... iii
DAFTAR ISI... vi
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1Latar Belakang ...1
1.2Rumusan Masalah ...4
1.3Batasan Masalah ...4
1.4Tujuan Penelitian ...5
1.5Manfaat Penelitian ...5
1.5.1 Manfaat Teoritis ...5
1.5.2 Manfaat Praktis ...5
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA ...6
2.1Konsep...6
2.1.1 Kode...6
2.1.2 Campur Kode ...6
2.1.3 Sinetron ...7
2.3Tinjauan Pustaka ...12
BAB III METODE PENELITIAN ...15
3.1 Lokasi Penelitian ...15
3.2 Sumber Data ...15
3.3 Metode Pengumpulan Data ...16
3.4 Metode Penganalisisan Data ...17
BAB IV ANALISIS CAMPUR KODE DALAM SINETRON GANTENG-GANTENG SERIGALA ...21
4.1 Bentuk-bentuk Campur Kode ...21
4.1.1 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Kata ...21
4.1.2 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Frasa ...34
4.1.3 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Baster ...42
4.1.4 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Perulangan Kata ...46
4.1.5 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Klausa...52
4.2 Jenis Campur Kode...53
4.2.1 Campur Kode ke Dalam...53
4.2.2 Campur Kode ke Luar...55
BAB V PENUTUP...58
5.1 Simpulan...58
5.2 Saran ...59
DAFTAR PUSTAKA
CAMPUR KODE DALAM DIALOG
SINETRON GANTENG-GANTENG SERIGALA
Oleh
Jesika Tarigan
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis mengenai campur kode yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala. Penelitian ini berfokus pada bentuk dan jenis campur kode yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala khususnya tokoh Mamski. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak yang didukung dengan teknik bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat sedangkan penganalisisan data menggunakan metode padan yang didukung dengan teknik pilah unsur penentu (teknik PUP) pembeda larik tulisan dan teknik pilah unsur penentu (teknik PUP) pembeda referen. Teori yang digunakan dalam menganalisis data adalah teori campur kode yang dikemukakan oleh Suwito. Hasil penelitian terdapat beberapa bentuk campur kode yang ada dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala yaitu (1) campur kode yang berwujud kata, (2) campur kode yang berwujud frasa, (3) campur kode yang berwujud baster, (4) campur kode yang berwujud pengulangan kata, dan (5) campur kode yang berwujud klausa. Ada tiga jenis campur kode yang terdapat dalam sinetron tersebut yaitu campur kode ke dalam, campur kode ke luar dan campur kode ke dalam dan ke luar.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang multilingual. Selain bahasa Indonesia yang
digunakan secara nasional terdapat pula ratusan bahasa daerah. Dalam masyarakat
multilingual yang mobilitas geraknya tinggi, maka anggota masyarakatnya akan
cenderung untuk menggunakan dua bahasa atau lebih. Penguasaan dua bahasa
atau lebih ini sering disebut bilingual, multilingualatau poligot (Chaer, 2003:65).
Menurut Fisman (dalam Tarigan, 1988:3) “maksud dan tujuan penggunaan
dua bahasa sangat beraneka ragam dan berbeda dari satu wilayah ke wilayah
lainnya dan dari orang ke orang, tergantung pada topik, penyimak, dan konteks”.
Oleh sebab itu, dwibahasawan adalah orang yang dapat berperan serta dan turut
berpartisipasi dalam komunikasi dalam lebih dari satu bahasa.
Dalam masyarakat bilingual atau multilingual dapat terjadi peristiwa kontak
bahasa. Kontak bahasa terjadi karena adanya unsur bahasa lain dalam bahasa yang
digunakan. Kontak bahasa berkaitan dengan bidang ilmu sosiolinguistik karena
berhubungan dengan masyarakat sosial. Hal yang sangat menonjol yang dapat
terjadi dari adanya campur kode ini adalah bilingualisme dan berbagai kasusnya,
seperti alih kode, campur kode, interferensi dan integrasi (Chaer, 2003:66). Pada
penelitian ini peneliti akan lebih berfokus pada campur kode.
Campur kode adalah sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan dan
dalam peristiwa tutur itu hanya berupa serpihan-serpihan (pieces) saja, tanpa
fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode (Chaer, 2004:114). Sejalan dengan
teori tersebut Suwito juga mengatakan bahwa campur kode merupakan
konvergensi yang unsur-unsurnya berasal dari beberapa bahasa, masing-masing
telah meinggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disusupinya
(Suwito, 1985:78). Dalam penggunaan bahasa, penutur terkadang menggunakan
campur kode dalam kehidupannya. Penggunaan bahasa campur kode ini dapat
terjadi karena pengaruh penguasaan bahasa yang kurang baik atau disengaja agar
bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi menjadi lebih menarik ataupun
untuk menarik perhatian pendengarnya walaupun penuturnya mengetahui bahwa
kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa yang digunakannya. Campur kode
ini seringkali ditemukan pada situasi informal seperti percakapan mahasiswa,
remaja, tayangan televisi dan sebagainya.
Pencampuran kode bahasa ini lebih sering terjadi pada peristiwa tuturan lisan
daripada tulisan (Tarigan, 1988:7). Bila dalam peristiwa tuturan tulisan, penutur
bahasa biasanya menulis dengan memperhatikan penggunaan bahasanya dengan
baik sedangkan pada peristiwa tuturan lisan penutur biasanya kurang
memperhatikan penggunaan bahasanya, khususnya pada keadaan yang informal
atau santai. Penutur lisan seringkali mencampur bahasa satu dengan bahasa lain
tanpa memperhatikan padanan bahasa yang ada. Hal ini dilakukan agar interaksi
dan komunikasi terasa lebih menarik sehingga pendengar memperhatikan apa
Sinetron merupakan salah satu tayangan televisi yang banyak diminati oleh
kalangan masyarakat terutama kaum remaja. Bahasa yang seringkali digunakan di
dalam sinetron adalah campur kode ataupun alih kode. Oleh karena itu, pada masa
ini semakin sering orang menggunakan campur kode dalam berkomunikasi.
Sinetron Ganteng-ganteng Serigala merupakan salah satu sinetron yang
ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta yaitu SCTV. Sinetron ini
seringkali menggunakan campur kode dalam percakapannya. Ada tiga jenis
bahasa yang digunakan dalam percakapan pada sinetron tersebut, yaitu bahasa
daerah (bahasa Betawi, bahasa Sunda), bahasa Indonesia, dan bahasa asing
(bahasa Inggris). Bahasa Indonesia merupakan bahasa dominan yang digunakan
dalam sinetron tersebut tetapi terdapat penyisipan kata, frasa maupun reduplikasi
dari bahasa daerah dan bahasa asing. Penyisipan bahasa tersebut lebih sering
dilakukan oleh tokoh Ibu Galang (Mamski).
Penelitian terhadap sinetron Ganteng-ganteng Serigala dilakukan karena
peneliti merasa tertarik untuk meneliti campur kode yang terdapat dalam tayangan
televisi khususnya sinetron. Sinetron Ganteng-ganteng Serigala dipilih karena
sinetron tersebut memiliki unsur campur kode yang sangat kuat dan banyak
diminati oleh penonton terutama kaum remaja. Selain itu terdapat berbagai bentuk
dan jenis campur kode dalam sinetron tersebut. Bentuk campur kode tersebut
berupa penyisipan kata, frasa, dan pengulangan kata (reduplikasi) yang paling
sering digunakan oleh tokoh Ibu Galang (Mamski) yang terdapat dalam sinetron
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dikaji yaitu mengenai penggunaan campur kode yang terdapat dalam sinetron
Ganteng-ganteng Serigala. Adapun perumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah bentuk campur kode yang terdapat dalam sinetron
Ganteng-ganteng Serigala?
2. Bagaimanakah jenis campur kode yang terdapat pada sinetron
Ganteng-ganteng Serigala?
1.3Batasan Masalah
Penelitian campur kode yang terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng
Serigala dibatasi pada tinjauan terhadap bentuk campur kode yang dikemukakan
oleh Suwito, yaitu penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata, frasa, baster,
pengulangan kata, ungkapan atau idiom, dan klausa. Selain itu, penelitian ini akan
meninjau jenis campur kode yang terdapat dalam sinetron tersebut. Peneliti hanya
mengkaji unsur bahasa Inggris dan bahasa Betawi. Hal ini dikarenakan unsur
asing yang dominan menyisip ke dalam bahasa Indonesia yang digunakan dalam
sinetron tersebut adalah bahasa Betawi dan bahasa Inggris.
Mengingat jumlah episode dalam sinetron ini begitu banyak maka peneliti
melakukan pembatasan terhadap jumlah episode yang akan diteliti. Episode yang
akan diteliti sebanyak 15 episode. Pemilihan episode dilakukan secara acak
(Mamski) karena tokoh tersebut banyak menggunakan campur kode dalam
pertuturannya.
1.4Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Mendeskripsikan bentuk-bentuk campur kode dalam sinetron
Ganteng-ganteng Serigala.
2) Mendeskripsikan jenis campur kode yang terdapat dalam sinetron
Ganteng-ganteng Serigala.
1.5Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memperkaya referensi keilmuan bahasa Indonesia
mengenai campur kode. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat menjadi bukti
bahwa campur kode juga digunakan dalam tayangan sinetron.
1.5.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca
khususnya mahasiswa Departemen Sastra Indonesia mengenai campur kode yang
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada
di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
(Kridalaksana, 1984:106).
2.1.1 Kode
Menurut Kridalaksana (1984:102) kode merupakan lambang atau sistem
ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan makna tertentu, bahasa manusia
adalah sejenis bahasa kode. Kode adalah sistem bahasa dalam suatu masyarakat.
Kode juga dapat berarti variasi tertentu dalam suatu bahasa. Dari penjelasan
tersebut dapat disimpulkan kode adalah lambang ungkapan yang digunakan dalam
suatu masyarakat untuk menggambarkan makna tertentu suatu bahasa.
2.1.2 Campur Kode
Campur kode adalah penggunaan bahasa dengan mencampur dua atau lebih
bahasa dalam suatu tindak bahasa tanpa ada sesuatu dalam situasi bahasa itu.
Misalnya, seorang penutur menggunakan bahasa Indonesia dengan menyisipkan
kata-kata dari bahasa asing dalam bahasa tersebut. Penggunaan bahasa seperti ini
dapat dikatakan campur kode.
Thelender (dalam Chaer dan Agustina, 2010:115) mencoba menjelaskan
perbedaan alih kode dengan campur kode. Menurutnya, bila suatu peristiwa tutur
peristiwa tersebut disebut alih kode. Namun apabila suatu peristiwa tutur,
klausa-klausa maupun frasa-frasa yang digunakan terdiri dari klausa-klausa dan frasa campuran
(hybrid clauses, hybrid phrases), dan masing-masing klausa atau frasa itu tidak
lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah campur
kode.
2.1.3 Sinetron
Sinetron merupakan film yang dibuat khusus untuk penayangan di media
elektronik seperti televisi (KBBI, 2008:1312). Sinetron berasal dari singkatan
sinema elektronik. Sinetron di Indonesia mengalami perkembangan, baik yang
bertema percintaan, misteri, fantasi, supranatural, dan sebagainya. Hampir semua
stasiun televisi seperti RCTI, SCTV, INDOSIAR, MNCTV dan sebagainya
menayangkan sinetron..
Tayangan-tayangan sinetron ini dapat mempengaruhi pola tingkah laku
penontonnya sehingga tayangan sinetron seharusnya berisikan motivasi yang baik
dan pengetahuan. Namun seiring perkembangan zaman, sinetron di Indonesia
menjadi sangat memprihatinkan karena terdapat beberapa unsur yang
dikhawatirkan dapat merusak tingkah laku dan bahasa. Contohnya, sinetron
Ganteng-ganteng Serigala, sinetron Diam-diam Suka, sinetron Emak Ijah P engen
ke Mekah menggunakan satu bahasa yang disisipi istilah dari bahasa daerah
maupun bahasa asing. Penggunaan bahasa seperti ini dalam sinetron biasa
2.2 Landasan Teori
Teori yang relevan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
sebagai berikut.
2.2.1 Sosiolinguistik
Menurut Chaer sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi
dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan yang erat.
Sosiologi merupakan berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi,
berlangsung, dan tetap ada, sedangkan linguistik berusaha mempelajari mengenai
bahasa. Jadi, sosiolinguistik adalah ilmu antar disiplin yang mempelajari bahasa
dalam kaitannya dengan pengguna bahasa itu di dalam masyarakat (Chaer,
2004:2).
Menurut Nancy Parrot Hickerson (dalam Chaer 2004:4) sosiolinguistik
merupakan pengembangan subbidang linguistik yang memfokuskan penelitian
pada variasi ujaran, serta mengkajinya dalam suatu konteks sosial. Sosiolinguistik
meneliti korelasi antara faktor-faktor sosial itu dengan variasi bahasa.
Berdasarkan kedua pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang mengkaji hubungan bahasa
dengan penutur di dalam lingkungan sosial.
2.2.2 Bilingualisme
Istilah bilingualisme dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan.
Bilingualisme merupakan salah satu gejala kebahasaan yang berkembang dari
Secara harfiah, bilingualisme yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa
atau dua kode bahasa. Menurut Chaer (2004:84), bilingualisme diartikan sebagai
penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang
lain secara bergantian.
Prawiroadmodjo (dalam Aslinda 2010:25) mengatakan bahwa ciri yang
menonjol dalam sentuhan bahasa adalah terdapatnya kedwibahasaan
(bilingualisme) atau keanekaragaman bahasa (multilingualisme). Jadi peristiwa
gejala bahasa itu tampak menonjol dalam wujud kedwibahasaan. Kedwibahasaan
adalah penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seorang penutur. Kedwibahasaan
lebih cenderung pada gejala tutur (parole) sedangkan kontak bahasa lebih
cenderug terjadi pada gejala bahasa (langue). Pada prinsipnya, langue adalah
sumber dari parole, maka dengan sendirinya kontak bahasa akan terjadi pada
kedwibahasaan.
Menurut Oscar (dalam Aslinda, 2010:25) kedwibahasaan tidak hanya dimiliki
oleh perorangan, tetapi juga milik kelompok karena bahasa bukan hanya sebagai
alat perhubungan di antara kelompok, melainkan sebagai alat untuk menunjukkan
identitas kelompok. Suwito mengatakan masyarakat yang menggunakan dua
bahasa atau lebih sebagai alat komunikasi sebagaimana halnya dwibahasawan
yang menggunakan dua bahasa atau lebih sebagai alat komunikasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bilingualisme merupakan salah
satu gejala bahasa yang terjadi karena penggunaan dua bahasa atau lebih oleh
2.2.3 Campur Kode
Campur kode merupakan penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke
bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa termasuk di
dalamnya pemakaian kata, klausa, idiom sapaan dan sebagainya (Kridalaksana,
1984:32).
Ciri yang menonjol dalam campur kode ini adalah kesantaian atau situasi
infomal. Dalam situasi bahasa formal jarang terjadi campur kode, kalau terdapat
campur kode dalam keadaan itu karena tidak ada kata atau ungkapan yang tepat
untuk menggantikan bahasa yang sedang dipakai sehingga perlu memakai kata
atau ungkapan dari bahasa daerah atau bahasa asing (Aslinda, 2010:87). Menurut
Rokhman (2013:38) ciri lain dari campur kode adalah bahwa unsur-unsur bahasa
atau variasi-variasinya yang menyisip dalam bahasa lain tidak lagi mempunyai
tersendiri. Unsur-unsur itu telah menyatu dengan bahasa yang disisipinya dan
secara keseluruhan hanya mendukung satu fungsi.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang dikemukakan
oleh Suwito yang mengatakan bahwa campur kode merupakan konvergensi yang
unsur-unsurnya berasal dari beberapa bahasa, masing-masing telah meninggalkan
fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disusupinya. Berdasarkan
unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito (1985:78) membedakan
campur kode menjadi beberapa macam, antara lain:
1. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata.
Kata merupakan morferm atau kombinasi morferm yang oleh bahasawan
(Kridalaksana, 1984:89). Bahasa Indonesia memiliki empat kategori kata atau
kelas kata, yaitu 1) kata nomina, 2) kata verba, 3) kata adjektiva dan 4) kata
adverbia.
2. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa.
Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
tidak melampaui batas fungsi. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa
maksudnya penyisipan unsur frasa yang disisipkan ke dalam kalimat inti. Frasa
dapat digolongkan menjadi empat yaitu frasa nominal, frasa verbal, frasa
adjektival, frasa adverbial dan frasa preposisi (Ramlan, 1980:128).
3. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud bentuk baster.
Baster merupakan hasil perpaduan dua unsur bahasa yang berbeda
membentuk satu makna. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster artinya
penyisipan bentuk baster atau kata campuran menjadi serpihan bahasa yang
dimasukinya.
4. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan kata.
Perulangan kata merupakan kata yang terjadi sebagai akibat dari reduplikasi.
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan kata artinya pengulangan
kata ke dalam bahasa inti dari suatu kalimat.
5. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom.
Idiom merupakan konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih,
masing-masing anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain
atau dengan pengertian lain idiom merupakan konstruksi yang maknanya tidak
yang berwujud ungkapan atau idiom merupakan penyisipan kiasan dari suatu
bahasa menjadi dari sepihan bahasa inti yang dimasukinya.
6. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa.
Klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari predikat yang dapat
disertai dengan Subjek, Objek, Pelengkap,dan Keterangan. Subjek, Objek,
Pelengkap dan Keterangan pada klausa bersifat mana suka yang dapat muncul
ataupun tidak.
Suwito (1985: 75) membedakan campur kode menjadi dua golongan, yaitu
campur kode ke dalam (inner code-mixing) dan campur kode keluar (outer
code-mixing). Campur kode ke dalam adalah campur kode dengan unsur-unsur yang
bersumber dari bahasa asli atau serumpun dan campur kode ke luar adalah campur
kode yang unsurnya bersumber dari bahasa asing.
Penelitian ini akan mengkaji berdasarkan bentuk dan jenis campur kode
yang dikemukakan oleh Suwito. Hal ini dilakukan karena teori tersebut cocok
dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.
2.3 Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai campur kode sudah sering dilakukan oleh peneliti
sebelumnya, diantaranya Miyerni Sitepu (2007) dalam skripsinya yang berjudul
“Campur Kode dalam majalah Aneka Yess!”. Teori yang digunakan peneliti
tersebut sama dengan teori yang akan digunakan oleh peneliti yaitu teori campur
kode yang dikemukakan oleh Suwito. Dalam hasil penelitiannya, peneliti tersebut
menggolongkan datanya berdasarkan bentuk kata, frase, baster, pengulangan kata,
memiliki pengaruh yang positif dan pengaruh yang negatif terhadap bahasa karena
dapat menambah kosakata dan merusak perkembangan bahasa yang ada.
Yuningsih (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Campur Kode dalam
Tabloid GAUL”. Penelitiannya membahas mengenai bentuk dan pengaruh campur
kode. Teori yang digunakan peneliti tersebut dalam penelitiannya adalah teori
campur kode yang dikemukakan oleh Suwito. Teori yang digunakan peneliti
tersebut relevan dengan teori yang digunakan oleh peneliti. Dalam hasil
penelitiannya, bentuk campur kode ada yang berwujud kata, frasa, baster, dan
ungkapan, sedangkan pengaruhnya yaitu berupa interfrensi dan integrasi.
Penelitian mengenai tema campur kode ini juga pernah dilakukan oleh Eko
Mandala Putra (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Penggunaan Campur Kode dalam Ceramah Y. M. Bhiksu Uttamo”. Metode yang digunakan
peneliti dalam mengumpulkan data adalah metode simak, kemudian dilanjutkan
dengan teknik sadap, teknik rekam dan teknik catat. Metode pengumpulan data
yang dilakukan oleh peneliti tersebut akan digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data karena peneliti tersebut dengan peneliti memiliki kesamaan
sumber data yaitu sumber data lisan.
Murliati (2013) dalam artikelnya yang berjudul Campur Kode Tuturan Guru
Bahasa Indonesia dalam Proses Belajar Mengajar: Studi Kasus di Kelas VII SMP
Negeri 20 Padang. Menggunakan teori campur kode yang dikemukakan oleh
Nursaid dan Marjusman Maksan yang mengatakan arah campur kode terbagi dua
jenis yaitu campur kode ke dalam (inner code mixing) dan campur kode ke luar
kode terbagi tiga bagian yaitu campur kode ke dalam, campur kode ke luar dan
campur kode ke dalam dan ke luar. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa bentuk
satuan bahasa yang dominan mengalami campur kode adalah kata sedangkan
bentuk satuan bahasa yang jarang mengalami campur kode adalah satuan bahasa
berupa frasa. Rumusan masalah yang dibahas dalam artikelnya tersebut relevan
dengan salah satu rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.
Selain itu, hasil penelitian tersebut dapat dijadikan referensi tambahan dalam
mengkaji jenis campur kode yang akan dibahas dalam penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti karena penelitian tersebut mengkaji masalah yang sama
dengan apa yangakan diteliti oleh peneliti.
Dari beberapa penelitian yang relevan di atas, dapat digambarkan
bagaimana peristiwa kebahasaan khususnya mengenai campur kode itu terjadi.
Penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya. Namun dari penelitian sebelumnya belum ada yang meneliti peristiwa campur kode yang terdapat pada
sinetron. Jadi dapat dikatakan bahwa penelitian kali ini merupakan penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di ruangan pribadi. Hal ini dikarenakan, sumber data
yang akan diteliti berasal dari tayangan televisi. Peneliti hanya perlu
memperhatikan dan mendengarkan dialog yang terjadi pada sinetron
Ganteng-ganteng Serigala.
3.2 Sumber Data
Data pada penelitian ini berasal dari sinetron Ganteng-ganteng Serigala yang
tayang di SCTV. Khususnya dialog Mamski (Ibu Galang) yang diperankan oleh
Rheina Ipeh Maryana. Episode yang berkaitan dengan tokoh tersebut sudah tidak
ditayangkan di SCTV. Oleh sebab itu, data yang diteliti akan diperoleh dari
youtube.
Mengingat jumlah episode pada sinetron ini yang begitu banyak maka
penelitian ini membatasi jumlah episode yang akan diteliti. Episode yang akan
diteliti oleh peneliti berjumlah 15 episode yang dipilih secara acak berdasarkan
kemunculan tokoh Mamski (Ibu Galang) dalam sinetron tersebut. Hal ini
dikarenakan tokoh tersebut lebih sering meggunakan bahasa campur kode dalam
3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah metode simak.
Metode simak dilakukan dengan penyimakan penggunaan bahasa (Sudayanto,
1993:133). Dengan menggunakan metode ini peneliti akan menyimak data yang
terdapat dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala.
Metode simak ini didukung beberapa teknik yaitu:
a) Teknik bebas libat cakap
Teknik simak bebas cakap ini peneliti tidak bertindak sebagai pembicara yang
berhadapan dengan lawan bicara (narasumber). Peneliti hanya bertindak sebagai
pendengar yang perlu memperhatikan apa yang dikatakan pembicara. Teknik ini
cocok dengan sumber data yang akan diteliti oleh peneliti karena tidak melibatkan
peneliti dalam interaksi dan komunikasi yang terjadi pada sumber data. Dengan
teknik ini peneliti dapat mendengarkan dialog yang terdapat dalam sinetron
Ganteng-ganteng Serigala.
b) Teknik rekam
Teknik rekam dilakukan dengan merekam data yang telah diperoleh. Hal ini
dilakukan agar peneliti dapat mendengarkan kembali data-data tersebut sehingga
mempermudah peneliti dalam menganalisis data.
c) Teknik catat
Teknik catat digunakan setelah teknik simak bebas cakap dan teknik rekam.
Teknik catat ini dilakukan dengan pencatatan data-data yang telah diperoleh untuk
menggolongkan data tersebut berdasarkan kata, frase, dan klausa. Teknik ini dapat
3.5 Metode dan Teknik Penganalisisan Data
Metode yang digunakan dalam menganalisis data yang telah terkumpul
adalah metode padan. Menurut Sudaryanto (1993:13) metode padan adalah
metode yang alat penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari
bahasa (langue) yang bersangkutan. Metode padan ini dilakukan dengan
memadankan serpihan-serpihan bahasa yang terdapat dalam percakapan tokoh
Mamski (Ibu Galang) pada sinetron Ganteng-ganteng Serigala ke dalam bahasa
Indonesia.
Metode tersebut didukung dengan teknik pilah unsur penentu (teknik PUP)
pembeda larik tulisan dan teknik pilah unsur penentu (teknik PUP) pembeda
referen. Teknik PUP pembeda larik tulisan digunakan untuk memilah data dan
menggolongkannya berdasarkan kata, frasa, dan klausa. Teknik PUP pembeda
referen digunakan untuk memilah data dan menggolongkannya berdasarkan kelas
kata, dan kelas frasa, sehingga dapat menentukan bentuk-bentuk dan jenis-jenis
campur kode yang terdapat dalam pertuturan Mamski pada sinetron tersebut.
Penggolongan ini dilakukan agar dapat menganalisis data dari sinetron
Ganteng-ganteng Serigala berdasarkan teori Suwito yang digunakan dalam
penelitian ini. Berikut ini merupakan penggolongan data awal berdasarkan teori
yang digunakan.
a) Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata
(1) “Itudi hand lu di tangan luada bu..bu..bu..bu..bulu” (episode 59).
(3) “Duh Lang. Masalahnya Papski itu mogoknya ada di jungle. Mamski
scaring” (episode 63).
Pada contoh di atas terdapat penyisipan unsur yang berwujud kata nomina,
kata adverbia dan kata verba. Penyisipan kata nomina dapat dilihat pada data (1)
dan (2). Pada data (1) kata hand yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti
„tangan‟ dan kata lu yang berasal dari bahasa Betawi yang berarti „kamu‟. Data
(3) terdapat kata jungle yang berasal dari bahasa Inggris, bila dipadankan ke
dalam bahasa Indonesia menjadi „hutan‟.
Penyisipan unsur berwujud kata verba terdapat pada data (2) dan (3). Kata
sick berasal dari bahasa Inggris yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesia
„sakit‟. Pada data (3) kata scaring dipadankan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
„ketakutan‟.
b) Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa
(4) “Bagaimana keadaan my husband, dokter?” (episode 64).
(5) “Aduh, Galang. Ini tu very very important tahu” (episode 64). (6) “ya udah. Kalau gitulu berdua wait heredi sini ya” (episode 65).
Penyisipan unsur berupa frase dapat dilihat pada data (4), (5), dan (6). Pada
data (4) merupakan frasa nomina. Kata my husband pada data (4) berasal dari
berwujud frasa adverbia. Kata very very important berarti „sangat sangat penting‟
yang berasal dari bahasa Inggris. Pada data (6) merupakan frasa verba. Wait here
c) Penyisisipan unsur-unsur yang berwujud baster
(7) “Padahal aye udah ngeliat sendiri udah nge-looked dengan jelas banget
kalo ntu bulu ade di tangannya si Galang” (episode 59).
Penyisipan unsur yang berwujud baster dapat dilihat pada data (7). Data (7)
kata nge-looked merupakan bentuk baster awalan + kata karena nge- berasal dari
imbuhan me- yang merupakan awalan yang diikuti kata looked. Data tersebut
merupakan campuran antara bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia.
d) Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan kata.
(8) “Mulai hari ini. Setiap morning-morning sebelum you go to school you
adetugas tetap” (episode 62).
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan dapat dilihat pada data
(8). Data (8) kata morning-morning berarti „pagi-pagi‟. Pengulangan kata yang terjadi pada data tersebut merupakan pengulangan kosakata bahasa Inggris dengan
proses reduplikasi yang ada pada bahasa Indonesia karena pada bahasa Inggris
tidak terdapat pengulangan kata seperti data tersebut.
e) Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa
(9) “Aduh, Lang. Momsky forget. Nanti you jangan lupa kalau misalnya you mau go to school lu mampir dulu nengokin Nayla. Ya kan?” (episode 70). Penyisipan bentuk ini dapat dilihat pada data (9). Data (9) unsur go to school
dipadankan kedalam bahasa Indonesia menjadi „pergi ke sekolah‟.
Jenis campur kode pada data di atas ada dua yaitu campur kode ke dalam dan
campur kode ke luar. Campur kode ke dalam merupakan campur kode dengan
data tersebut dapat dilihat penyisipan bahasa Betawi yaitu pada data (1), (6), (7)
dan (9). Pada data (1) dan (6) terdapat kata lu „kamu‟, data (7) kata kenape „kenapa‟ dan aye „saya‟ dan data (9) terdapat kata nengokin „menjenguk‟. Data
tersebut masuk ke dalam campur kode ke dalam karena bahasa yang digunakan
adalah bahasa daerah (bahasa Betawi). Campur kode ke luar merupakan campur
kode yang menggunakan bahasa asing. Pada semua data awal tersebut, bahasa
Indonesia sebagai bahasa utama disisipi oleh unsur dari bahasa asing yaitu bahasa
BAB IV
CAMPUR KODE DALAM DIALOG SINETRON
GANTENG-GANTENG SERIGALA
4.1 Bentuk-bentuk Campur Kode
4.1.1 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Kata
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata merupakan salah satu bentuk
campur kode yang bahasa intinya disisipi kata dari bahasa asing.
A. Kata benda (nomina)
Kata benda (nomina) adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang,
benda dan konsep atau pengertian (Alwi, 2003:213). Pada dialog sinetron
Ganteng-ganteng Serigala terdapat bentuk campur kode dengan penyisipan unsur
kata yang berwujud nomina atau sering disebut juga kata benda baik dari bahasa
Inggris maupun bahasa Betawi. Berikut merupakan bentuk campur kode dengan
penyisipan unsur kata benda (nomina).
1) “Aduh... aye jadi curious banget deh nih. Jadi, penasaran bener ama itu tu bulu-bulu yang adedi tangannya si Galang.” (episode 59)
Pada data 1 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan
adanya kata aye. Kata aye berasal dari bahasa Betawi yang memiliki padanan
dalam bahasa Indonesia yaitu „aku‟. Pada data tersebut kata aye merupakan unsur
2) “Young-ambil dialog I youya.” (episode 64)
Pada data 2 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan
penyisipan unsur kata I dan kata you. Kedua kata tersebut berasal dari bahasa
Inggris yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesia, masing-masing kata
tersebut memiliki arti „saya‟ dan „kamu‟.
3) “Bola.. bola.. bola.. gua kepretbener-an lu.” (episode 62)
Pada data 3 tersebut terdapat pembentukan campur kode yang dapat ditandai
dengan penyisipan kata benda yaitu kata gua dan kata lu yang berasal dari bahasa
Betawi ke dalam bahasa Indonesia. Apabila kata tersebut dipadankan ke dalam
bahasa Indonesia masing-masing menjadi „saya‟ dan„kamu‟. 4) “Masa iya ada ghost di mari.”(episode 68)
Pada data 4 tersebut terdapat pembentukan campur kode karena penyisipan
kata benda yaitu kata ghost. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti
„hantu‟ dalam bahasa Indonesia.
5) “Pak security, pak security, emang beneran ye? Ada itu werewolf? Serigala maksud-nye.” (episode 64)
Pada data 5 di atas terdapat pembentukan campur kode karena penyisipan
kata benda yaitu kata security dan kata werewolf. Kata security dan kata werewolf
berasal dari bahasa Inggris yang menyisip ke dalam dialog yang digunakan oleh
tokoh Mamski. Masing-masing kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa
6) “Lang, kenape sih Mamski mau ngomong nih ame die. Kenape sih kalau ngomong matenye melotot-melotot gitu? Itu tueyes-nya mau go out begitu.”
(episode 69)
Pada data 6 tersebut terdapat penyisipan kata die dan kata matenye yang
disisipkan ke dalam dialog yang diucapkan oleh tokoh Mamski. Kedua kata
tersebut berasal dari bahasa Betawi yang masing-masing berarti „dia‟ dan „matanya‟.
7) “Bukan manusia? Bukan human? Bukan human? Artinye ape?.” (episode 76)
Pada data 7 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai
dengan adanya penyisipan kata human. Kata human ini berasal dari bahasa Inggris
yang berarti „manusia‟ dalam bahasa Indonesia.
8) “Lang, kalau sampe Papski lotwentyfour hourskagak ketemu juga kita kudu lapor police.” (episode 72)
Pada 8 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan
adanya penyisipan kata police. Kata police tersebut berasal dari bahasa Inggris
yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „polisi‟.
9) “Nayla, tinggal di sini aje ye? Companion Tante ye.” (epasode 76)
Dalam data 9 ini terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan
penyisipan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu kata companion. Kata
10) “Aduh, ini selimut kenape bisa gini sih? Kok bisa terbang. Ade twister, ade
twister, imposible, imposible mau masuk dari mane tu twister? Emang bisa
nyelip apetwister-nye?.” (episode 70)
Pada data 10 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai
dengan adanya penyisipan kata twister. Kata twister tersebut berasal dari bahasa
Inggris. Kata tersebut berarti „angin puyuh‟ dalam bahasa Indonesia.
11) “Kenape sih di room Papski selalu ada kejadian-kejadian aneh.” (episode 70) Pada data 11 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan
kata room. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „ruang atau
tempat‟ dalam bahasa Indonesia.
12) “ntu... di hand lu ada bu..bu..bu..bulu.”
Pada data 12 di atas dapat dilihat penyisipan kata hand dan kata lu. Kata hand
tersebut berasal dari bahasa Inggris, apabila kata tersebut dipadankan ke dalam
bahasa Indonesia menjadi „tangan‟, sedangkan kata lu berasal dari bahasa Betawi yang berarti „kamu‟ dalam bahasa Indonesia.
13) “Kayaknya nih dia bikin appointment janji ame si Nayla same itu tuh satu
lagi si kaleng rombeng siape sih namenye tuh missSisi.” (episode 76)
Dari data 13 di atas terdapat penyisipan kata appointment , kata siape, kata
namenye dan kata miss. Kata appointment dan kata miss berasal dari bahasa
Inggris. Kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yang
masing-masing berarti „janji‟ dan „nona‟. Kata siape dan kata namenye berasal dari bahasa
14) “Aduh komplikasi bener sih mulut lu. Ya udah, Mamski obati kasih
medicine, ye?.” (episode 65)
Dari data 14 tersebut terdapat penyisipan kata medicine. Kata medicine ini
berasal dari bahasa Inggris yang berarti „obat‟ dalam bahasa Indonesia.
15) “Mana bentar lagi Nayla birthday Mamski udah nyiapin present.” (episode 66)
Pada data 15 di atas terdapat pembentukan campur kode yang terjadi karena
penyisipan kata birthday dan kata present. Kedua kata tersebut berasal dari bahasa
Inggris yang masing-masing memiliki arti „hari ulang tahun‟ dan „hadiah‟ dalam
bahasa Indonesia.
16) “Aduh Papski. Mamski mau keluar bentar ye? Mau itu, nyari-nyari air yang
fresh maksudnya udara yang segar bentaran.” (episode 70)
Pada data di atas terdapat penyisipan kata air dalam dialog tokoh Mamski.
Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „udara‟ dalam bahasa
Indonesia.
17) “Eh Nayla boboye, Trisno ye. Kagak ilang dah gitu hospital pada heboh duh
apaan sih ya. Boong ya. Liarye.” (episode 71)
Pada data 17 di atas terjadi pembentukan campur kode dengan penyisipan
kata hospital dan kata liar. Kedua kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang
masing-masing memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „rumah sakit‟ dan „pembohong‟.
18) “Aduh ini sulap ape magicape begimane sih? Weird bener? Ish, bisa begitu,
Pada data 18 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai
dengan adanya penyisipan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan
kata magic. Kata magic tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu
„sulap‟.
19) “Iye bener Nayla. Tadi aje ye om Fuguh. Nanti listen-listen suaranya Nayla tiba-tiba di langsung wake up karena dia kangen banget ama Nayla. Kalau
gitu kita kasih surprise buat om Fuguh, ye.” (episode 72)
Pada data 19 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan
kata surprise. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „kejutan‟
dalam bahasa Indonesia.
20) “Ya maklumlah ye. Nama-nye kite hari-hari di hospital melulu, ye. Jadi kan
lupa shoping-shoping, belanja-belanja. Jadi isi kulkas kosong. Isi kitchen
juga kosong. Empty semuanya.” (episode 74)
Pada data 20 di atas terdapat pembentukan campur kode karena penyisipan
kata benda yaitu kata kite, kata hosptal kata kitchen dan kata empty. Kata kite
berasal dari bahasa Betawi yang berarti „kita‟ dalam bahasa Indonesia. Kata
kitchen dan kata empty berasal dari bahasa Inggris yang juga menyisip ke dalam
dialog yang digunakan oleh tokoh Mamski. Masing-masing kata tersebut memiliki
padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „dapur‟ dan„kosong‟.
21) “Ya ampun, I alone di Home. Papski ade dimanesekarang?.” (episode 74) Pada data 21 tersebut terjadi pembentukan campur kode dengan penyisipan
masing-masing berarti „saya‟ dan „rumah atau kampung halaman‟ dalam bahasa Indonesia.
22) “Dulu-dulu ini lagian. Aduh ini udah late banget nih. Udah bener-bener
midnight bentar lagi. Mau ngapain datang ke mari lagi, ha? Mau ngapain
ha?.” (episode 74)
Pada data 22 ini terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan kata
midnight yang berasal dari bahasa Inggris. Kata tersebut memiliki padanan dalam
bahasa Indonesia yaitu „tengah malam‟.
B. Kata kerja (verba)
Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang
bukan sifat dan kualitas, khususnya yang bermakna keadaan tidak dapat diberi
prefiks ter- yang berarti „paling‟. Umumnya verba tidak dapat tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan (Hasan Alwi,
2003:87). Berikut ini bentuk campur kode dengan penyisipan unsur kata kerja.
1) “Kalo ntu bulu ade di tangannya Galang, tapi tiba-tiba bulu tu gone.” (episode 59)
Pada data 1 ini terdapat pembentukan campur kode dengan adanya penyisipan
unsur berwujud kata kerja (verba) yaitu kata gone dan kata ade. Kata gone yang
berasal dari bahasa Inggris memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu
„pergi‟. Kata ade berasal dari bahasa Betawi yang berarti „ada atau hadir‟ dalam
bahasa Indonesia.
2) “Ya udeh, gini masalahnya you pada nge-liat Galang nggak? Looked Galang
Pada data 2 ini terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan kata
looked. Kata looked berasal dari bahasa Inggris yang berarti „melihat‟ dalam bahasa Indonesia.
3) “Bola.. bola.. bola.. gua kepret bener-an lu.” (episode 62)
Dalam data 3 ini terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan
adanya penyisipan kata berwujud kata kerja yaitu penyisipan kata kepret. Kata
tersebut berasal dari bahasa Betawi yang memiliki padanan dalam bahasa
Indonesia yaitu „pukul‟.
4) “Ya ampun, udah twenty years ago kita together.” (episode 63)
Pada data 4 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai
dengan adanya penyisipan kata together. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris
yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „bersama‟.
5) “Kagak. Mamski yang agak-agak sick gitu lo.” (episode 59)
Pada data 5 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai
dengan penyisipan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu kata sick. Kata
tersebut memiliki arti „sakit‟ dalam bahasa Indonesia.
6) “Galang, Galang, Galang, eh, ade miss Blonde yang cantik beautiful bener. Aduh ada Trisno juga, ade ape nih? Ade meetingya? Atau ada reuni akbar?.” (episode 69)
Pada data 6 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan
unsur berwujud kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu kata meeting. Kata
tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „rapat‟.
Pada data 7 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai
dengan penyisipan kata hiding dan kata ngumpet. Kata hiding berasal dari bahasa
Inggris sedangkan kata ngumpet berasal dari bahasa Betawi. Kedua kata tersebut
memiliki padanan yang sama dalam bahasa Indonesia yaitu „sembunyi‟.
8) “Lang, itu mr. dokter asking.” (episode 76)
Pada data 8 dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai dengan
adanya penyisipan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata
asking. Kata tersebut memiliki arti „menanyakan‟.
9) “Duh, sakit Lang. Berarti Mamski ngga dream.” (episode 76)
Dari data 9 terdapat pembentukan campur kode dengan adanya penyisipan
kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata dream. Kata tersebut
memiliki arti „impian atau mimpi‟.
10) “Aduh, kan dari tadi Tanski udah bilang miss Sisi, Tobi. Jangan suka berisik di hospital. Annoying, you know.” (episode 65)
Dalam data 10 tersebut terdapat pembentukan campur kode yang ditandai
dengan adanya penyisipan kata annoying. Kata tersebut berasal dari bahasa
Inggris yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „mengganggu‟. 11) “Maaf ye, Papski pasti kedinginan nih. Very-very cold nih Mamski selimuti
lagi, ye. Mamski juga bingung kenape ini kok bisa terbang begini bisa fly ini
selimut-nye.” (episode 70)
Dalam data 11 tersebut terdapat pembentukan campur kode ayng ditandai
dengan adanya penyisipan kata fly yang berasal dari bahasa Inggris. Kata tersebut
12) “Ya udah, nanti badan kamu drop lagi. Kita balik in your room, ya.” (episode 70)
Pada data 12 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai
dengan adanya penyisipan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu kata drop.
Kata drop memiliki arti „jatuh‟dalam bahasa Indonesia.
13) “Mamski forget. Nanti lu tu jangan lupa. Kalau misalnya you sebelum go to
schoollu mampir dulu tuh nengokin Nayla. Ya kan?.” (episode 70)
Pada data 13 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan
adanya penyisipan kata verba yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan
kata forget dan dari bahasa Betawi yaitu penyisipan kata nengokin. Kedua kata
tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yang masing-masing menjadi
„lupa‟dan „menjenguk‟.
14) “Eh inget ye, rememberye. You tuh jangan fight-fight ye ame Trisno. Nayla tuh lagi sick.” (episode 71)
Dalam data 14 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai
dengan adanya penyisipan kata inget dan kata remember. Kata remember berasal
dari bahasa Inggris yang berarti „ingat‟ dalam bahasa Indonesia. Kata inget
berasal dari bahasa Betawi yang memiliki padanan yang sama dengan kata
remember dalam bahasa Indonesia yaitu „ingat‟.
C. Kata sifat (adjektiva)
Adjektiva merupakan kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus
mengungkap suatu kualitas atau keanggotaan dalam suatu golongan (Hasan Alwi
2003:171). Berikut ini bentuk campur kode dengan penyisipan unsur berwujud
kata sifat (adjektiva) berdasarkan data dialog sinetron Ganteng-ganteng Serigala.
1) “You jangan talking-talking sembarangan ye. You kagak liat apa Mamski
masih keliatan young begini.” (episode 59)
Pada data 1 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan
adanya penyisipan kata young. Kata young berasal dari bahasa Inggris yang
berarti „muda‟ dalam bahasa Indonesia.
2) “Aduh... aye jadi curious banget deh nih. Jadi, penasaran bener ama itu tu
bulu-bulu yang adedi tangannya si Galang.” (episode 59)
Pada data 2 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan
adanya penyisipan kata curious dan kata bener. Kata curious berasal dari bahasa
Inggris yang memiliki arti „heran, aneh, ingin tahu‟ dalam bahasa Indonesia sedangkan kata bener berasal dari bahasa Betawi yang berarti „benar‟ dalam
bahasa Indonesia.
3) “Galang, Galang, Galang, eh, ade miss Blonde yang cantik beautiful bener.
Aduh ada Trisno juga, ade ape nih? Ademeeting ya? Atau ada reuni akbar?.” (episode 69)
Dalam data 3 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan
penyisipan kata sifat yaitu penyisipan kata beautiful dan kata bener. Kata
beautiful berasal dari bahasa Inggris yang memiliki padanan dalam bahasa
4) “Aduh Papski. Mamski mau keluar bentar ye? Mau itu, nyari-nyari air yang
fresh maksudnya udara yang segar bentaran.” (episode 70)
Pada data 4 ini dapat dilihat pembentukan campur kode yang terjadi karena
adanya penyisipan kata sifat yaitu penyisipan kata fresh. Kata tersebut memiliki
padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „segar‟.
5) “Nayla, wake up ye sayang ye. Nayla bentar lagi waktu-nye kita makan. Nayla
kudu sadar. Kudu wake up. Kudu makan yang banyak biar Nayla cepat sehat
cepat healthy lagi.” (episode 70)
Pada data 5 terdapat pembentukan campur kode dengan adanya penyisipan
kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata healthy. Kata tersebut
memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „sehat‟.
6) “Aduh ini sulap ape magicapebegimane sih? Weird bener? Ish, bisa begitu,
ye.” (episode 71)
Pada data 6 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode dengan adanya
penyisipan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata weird. Kata
tersebut memiliki arti „aneh‟ dalam bahasa Indonesia. Selain itu, terdapat juga
penyisipan kata sifat bener yang sebelumnya sudah dikaji pada data 2 dan 3.
D) Kata keterangan (adverbia)
Adverbia merupakan kata yang menjelaskan verba, adjektiva dan adverbia
lain (Hasan Alwi 2003:199). Berikut ini bentuk campur kode dengan penyisipan
1) “Ih, ni rumah sakit scarybanget sih. Hospital-nya scarybangetsih.” (episode 59)
Pada data 1 di atas terdapat pembentukan campur kode dengan adanya
penyisipan kata banget. Kata tersebut berasal dari bahasa Betawi yang berarti
„sangat‟ dalam bahasa Indonesia.
2) “Aduh, Galang kok bisa hilang? Begimane cerita-nye, sih? Itu anak kenape
sih pake ilang melulu. Aduh.” (episode 66)
Pada data 2 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode dengan
penyisipan kata melulu. Kata tersebut berasal dari bahasa Betawi yang berarti
„selalu‟ dalam bahasa Indonesia.
3) “Miss blonde, aduh ampir aje Tante tubruk.” (episode 68)
Pada data 3 di atas terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan
kata keterangan yaitu kata aje dan kata ampir. Kedua kata tersebut berasal dari
bahasa Betawi yang masing-masing berarti „aja atau saja‟ dan „hampir‟ dalam
bahasa Indonesia.
4) “Administrasi Papski udah selesai. Tinggal nunggu Papski siuman Papski
cepet siuman, ye.” (episode 65)
Pada data 4 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan
kata keterangan yaitu kata udah. Kata tersebut berasal dari bahasa Betawi yang
berarti „sudah dalam bahasa Indonesia.
4.1.2 Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Frasa
Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
maksudnya penyisipan unsur frasa yang disisipkan ke dalam kalimat inti. Frasa
dapat digolongkan menjadi empat yaitu frasa nominal, frasa verbal, frasa
adjektival, frasa adverbial dan frasa preposisi.
A. Frasa nomina
Frasa nomina adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan
nomina (Ramlan, 1995:158). Berikut ini bentuk campur kode dengan penyisipan
unsur berwujud frasa nomina.
1) “Ya ampun, udah twenty years ago kita together.” (episode 63)
Pada data 1 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan
adanya penyisipan frasa twenty years ago. Frasa tersebut berasal dari bahasa
Inggris yang berarti „dua puluh tahun lalu‟ dalam bahasa Indonesia.
2) “Dok, dok, begimane keadaan my husband?.” (episode 64)
Dalam data tersebut terdapat penyisipan unsur berwujud frasa nomina. Frasa
my husband berasal dari bahasa Inggris. Frasa tersebut memiliki padanan dalam
bahasa Indonesia yaitu „suami saya‟.
3) “Iya, emang angin malam itu kagak baik nanti you bisa enter wind. You
know? Ngerti kagak enter wind, masuk angin. Jangan sering-sering ye kena
angin malam ye.” (episode 67)
Dalam data 3 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan adanya
penyisipan frasa enter wind. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti
„masuk angin‟ dalam bahasa Indonesia.
Pada data 4 tersebut terdapat penyisipan frasa miss teacher, frasa mr. teacher
dan orange juice. Ketiga frasa tersebut berasal dari bahasa Inggris yang
masing-masing memiliki arti „nona/ibu guru‟, „bapak guru‟ dan „jus jeruk‟ dalam bahasa
Indonesia.
5) “Ini masalahnye emergency room. Aduh kok emergency room sih.
Maksud-nyevery-very emergency. Darurat cepetan. Lu come here ye.” (episode 67) Pada data 5 tersebut terdapat penyisipan frasa emergency room dan frasa
very-very emergency. Kedua frasa tersebut berasal dari bahasa Inggris yang
masing-masing memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „ruang darurat‟ dan „sangat-sangat darurat‟.
6) “You punya very-very big secret, kan?.” (episode 69)
Pada data 6 tersebut terdapat penyisipan unsur frasa yang berasal dari bahasa
Inggris yaitu frasa very-very big secret. Frasa tersebut memiliki padanan dalam
bahasa Indonesia yaitu „rahasia yang sangat besar‟.
7) “Hah! Astafirullahalhadzim, lu lagian ngapain sih you mau bikin Mamski
heart attack ape?.” (episode 69)
Pada data 7 di atas terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan
frasa yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata heart attack. Kata
tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „serangan jantung‟. 8) “Eh, dulu-dulu wait-wait perasaan tadi lu kan izin ame Mamski mau ganti
Pada tabel 8 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan
frasa change clothes. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti „ganti
pakaian‟ dalam bahasa Indonesia.
9) “You tuh kebiasaan banget ye. Bad hobied banget. Setiap Mamski belum
talking-talking lu udah main gone aje. Belum kelar ngomong-nye.” (episode 70)
Dalam data 9 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan
frasa nomina yaitu penyisipan frasa bad hobied. Frasa tersebut berasal dari bahasa
Inggris yang berarti „hobi buruk‟ dalam bahasa Indonesia.
10) “Udah sekarang you rest aje. Nanti lo drop lagi badannye, ye. Tante jagain lu.
Take care lu.” (episode 70)
Dalam data 10 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan
penyisipan frasa yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata you rest
dan take care. Kedua frasa tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia
yang masing-masing menjadi „kamu istirahat‟dan „hati-hati‟.
11) “Aduh Galang itu tu bener-bener good boy ya Tobi, ye.” (episode 74)
Dalam data 11 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan adanya
penyisipan frasa good boy. Frasa tersebut memiliki arti „anak laki-laki yang baik‟
B. Frasa verba
Frasa verba adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata
verba (Ramlan, 1995:168). Berikut ini bentuk campur kode dengan penyisipan
frasa verba dari data dialog sinetron Ganteng-ganteng Serigala.
1) “Heh.. he.. Galang come here lu tu, lu tu ye.” (episode 64)
Pada data 1 di atas terdapat pembentukan campur kode yang ditandai dengan
adanya penyisipan frasa come here. Frasa tersebut berasal dari bahasa Inggris
yang berarti „datang ke sini atau kemari‟ dalam bahasa Indonesia.
2) “Wait here sama Galang. Tanski mau ngurus itu tu administrasi dulu bakal
Omski, ye.” (episode 65)
Pada data 2 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan adanya
penyisipan frasa wait here. Frasa tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti
„tunggu di sini‟ dalam bahasa Indonesia.
3) “Lang, kenape sih Mamski mau ngomong nih ame die. Kenape sih kalau
ngomong matenye melotot-melotot gitu? Itu tu eyes-nya mau go outbegitu.” (episode 69)
Pada data 3 tersebut terdapat pembentukan penyisipan kata dengan adanya
penyisipan frasa go out. Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti
„pergi keluar‟ dalam bahasa Indonesia.
4) “Lang, lo ngomong kenape sembarangan banget sih, Lang. Papski lo cuma lagi sleeping beauty, Lang. Cuma sleeping ha.. eh Cuma sleeping handsome
Pada data 4 tersebut terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan
nomina yaitu penyisipan frasa sleeping beauty dan sleeping handsome. Kedua
frasa tersebut berasal dari bahasa Inggris yang masing-masing berarti „tidur cantik‟ dan „tidur ganteng‟ dalam bahasa Indonesia.
5) “Biasanya kan di keadaan scary-scary gini kita main itung-itungan tuh one,
two, three. Tapi, berhubung Papski lagi bobo manis. Mamski aja ye yang
langsung run away.” (episode 68)
Dalam data 5 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan
penyisipan frasa run away. Frasa tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti
„berlari jauh atau pergi‟ dalam bahasa Indonesia.
6) “Nayla, wake up ye sayang ye. Nayla bentar lagi waktunye kita makan. Nayla
kudu sadar. Kudu wake up. Kudu makan yang banyak biar Nayla cepat sehat
cepat healthy lagi.” (episode 70)
Dalam data 6 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode dengan
penyisipan frasa yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan frasa wake up.
Kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „bangun‟.
7) “Ya ampun udah eleven o‟clock. Udah malem, Galang masih belum go home sih. Lang lu kemane sih?.” (episode 74)
Pada data 7 tersebut dapat dilihat penyisipan frasa yang berasal dari bahasa
Inggris yaitu penyisipan frasa go home. Kata tersebut memiliki padanan dalam
bahasa Indonesia yaitu „pergi ke rumah atau pulang‟. Selain itu, ada penyisipan
8) “Galang, ih.. mau kemane sih tu anak? Where he go, sih? Belum juga come
inside udah main go-goaje.” (episode 74)
Pada data 8 tersebut terdapat penyisipan frasa come inside. Frasa tersebut
berasal dari bahasa Inggris yang berarti „masuk ke dalam‟ dalam bahasa
Indonesia.
C. Frasa adjektiva
Frase adjektiva adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan
kata adjektiva (Ramlan, 1995:176). Berikut ini bentuk campur kode dengan
penyisipan unsur berwujud frasa adjektiva dari data sinetron Ganteng-ganteng
Serigala.
1) “Ini serius you know. Very-very important.” (episode 64)
Pada data 1 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan
penyisipan frasa yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan frasa very-very
important. Kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „sangat -sangat cantik‟.
2) “Lang, Lang ini ada yang aneh ini very-very weird, you know. Ini bener-bener
aneh bangetLang.” (episode 67)
Dalam data 2 tersebut dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai
dengan adanya penyisipan frasa yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan
kata very-very weird. Kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia
yaitu „sangat-sangat aneh‟.
Dalam data 3 di atas terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan
frasa very-very happy yang berasal dari bahasa Inggris. Frasa tersebut memiliki
arti „sangat-sangat bahagia‟ dalam bahasa Indonesia.
4) “Aduh kenape ye udara tuh very-very hotbanget di homeini?.” (episode 80)
Pada data 4 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode yang ditandai
dengan adanya penyisipan frasa very-very hot yang berasal dari bahasa Inggris.
Frasa tersebut memiliki arti „sangat-sangat panas‟ dalam bahasa Indonesia.
D. Frasa adverbia
Frasa adverbia atau keterangan adalah frasa yang mempunyai distribusi yang
sama dengan kata keterangan (Ramlan, 1995:177). Berikut ini bentuk campur
kode dengan penyisipan unsur frasa adverbia berdasarkan data dialog sinetron
Ganteng-ganteng Serigala.
1) “Du..du..du.du..duh.. Mamski so proud tumbenan banget nih miss-miss Mamski. Biasanya juga miss-nya ama joran.” (episode 63)
Pada data 1 di atas dapat dilihat pembentukan campur kode dengan
penyisipan frasa yang berasal dari bahasa Inggris yaitu penyisipan kata so proud.
Kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu „sangat bangga‟. 2) “Mau ngapain you come here? Kagak liat apa Nayla lagi sleeping beuty.
Don’t disturb. Kagakboleh diganggu.” (episode 69)
Dalam data 2 di atas terdapat pembentukan campur kode dengan penyisipan
frasa don‟t disturb yang berasal dari bahasa Inggris. Frasa tersebut memiliki arti