• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Citra Tubuh Pasien Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Ruang Fisioterapi dan Poly Bedah Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau, Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Citra Tubuh Pasien Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Ruang Fisioterapi dan Poly Bedah Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau, Medan"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN CITRA TUBUH PASIEN PASKA OPERASI FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH

DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU, MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

LAURA SRI HAMDANI SITEPU 121121021

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Laura Sri Hamdani Sitepu NIM : 121121021

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Gambaran Citra Tubuh Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau, Medan.adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum pernah diajukan kepada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus dijungjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Medan, Februari 2014 Yang menyatakan,

(4)

PRAKATA

Puji beserta syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasihNya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “ Gambaran

Citra Tubuh Pasien Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Ruang

Fisioterapi dan Poly Bedah Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau, Medan”

dapat diselesaikan. Skripsi ini ditulis terkait dengan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memfasilitasi terlaksananya pendidikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Erniyati, S.Kp., MNS. Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan 3. Rosina Tarigan, SKp.,M.Kep.,Sp.Kmb., CWCC selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh perhatian dan cermat, sehingga skripsi ini diselesaikan dengan baik.

4. Cholina T. Siregar. SKp, M.Kep., Sp. Kmb.dan Ikram S.Kep, Ns., M.Kep., selaku dosen penguji I dan penguji II.

(5)

6. Kepala Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau, Medan yang telah memberikan kesempatan dan dukungan untuk melakukan penelitian.

7. Rekan-rekan mahasiswa Ekstensi Keperawatan 2012 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan.

8. Seluruh keluarga yang mencintai dan menyayangiku yang telah memberikan doa restu dan dukungan disepanjang kehidupanku dan selama menjalani pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan profesi keperawatan.

Medan, Januari 2014 Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

COVER

SURAT PENGESAHAN... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SKEMA ... viii

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Konsep Citra Tubuh ... 6

2.1.1 Pengertian ... 6

2.1.2 Gangguan Citra Tubuh ... 7

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh ... 10

2.1.4 Citra Tubuh Terganggu dan Tidak Terganggu ... 10

2.1.5 Tanda dan Gejala Gangguan Citra Tubuh ... 11

2.1.6 Pengkajian ... 11

2.1.7 Diagnosa Keperawatan ... 12

2.1.8 Rencana Keperawatan ... 12

2.1.9 Evaluasi ... 15

2.2 Konsep Fraktur ... 16

2.2.1 Pengertian ... 16

2.2.2 Klasifikasi Fraktur ... 17

2.2.3 Jenis-jenis Fraktur Ekstremitas Bawah ... 17

2.2.4 Proses Penyembuhan Fraktur ... 20

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur... 21

2.2.6 Penatalaksanaan pasien yang menjalani operasi fraktur ekstremitas bawah ... 22

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 26

3.1 Kerangka Konseptual ... 26

3.2 Defenisi Operasional ... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 28

4.1 Desain Penelitian ... 28

4.2 Populasi dan Sampel ... 28

(7)

4.4 Pertimbangan Etik ... 30

4.5 Instrumen Penelitian ... 30

4.6 Pengukuran Validitas-Reliabilitas ... 32

4.7 Pengumpulan Data ... 33

4.8 Analisa Data ... 33

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

5.1 Hasil Penelitian ... 35

5.2 Pembahasan ... 37

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 42

6.1 Kesimpulan ... 42

6.2 Rekomendasi ... 42

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Inform Consent 2. Kuesioner

3. Hasil uji reliabelitas 4. Hasil SPSS

4. Surat survey awal 5. Surat pengambilan data 6. Surat selesai penelitian 7. Daftar riwayat hidup

(8)

DAFTAR TABEL

3.1Defenisi Operasional………27

5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah di Rumah Sakit Tingkat II

Putri Hijau, Medan…...36 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase citra tubuh pasien paska operasi

fraktur ekstremitas bawah di Rumah Sakit Tingkat II

Putri Hijau, Medan………...37

(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka Penelitian Gambaran Citra Tubuh Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah

di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau, Medan……… 36

(10)

Judul : Gambaran Citra Tubuh Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit TK.II Putri Hijau, Medan

Peneliti : Laura Sri Hamdani Sitepu Nim : 121121021

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2014

ABSTRAK

Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh. Keadaan paska fraktur ekstremitas bawah adalah keadaan dimana telah dilakukan pembedahan pada daerah ekstremitas bawah yang fraktur. Paska operasi fraktur tentu saja akan menimbulkan perubahan penampilan dan penurunan fungsi tubuh seseorang dan akan mempengaruhi gambaran diri pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran citra tubuh pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah di Rumah Sakit TK.II Putri Hijau, Medan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Pengambilan sampel menggunakan teknik porposive sampling dan sampel yang didapat adalah 42 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mencakup data demografi dan pernyataan mengenai citra tubuh. Pengumpulan data berlangsung dari bulan Oktober sampai November 2013. Pengolahan data menggunakan statistik deskriptif dengan program statistika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan citra tubuh terganggu ada sebanyak 24 orang (57%) dan responden dengan citra tubuh tidak terganggu sebanyak 18 orang (43%). Melihat hasil penelitian ini perlu adanya penyuluhan atau pendidikan kesehatan mencakup penjelasan tentang penurunan fungsi tubuh yang dialami pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah, mengidentifikasi perubahan citra tubuh, meningkatkan komunikasi terapeutik, dan memberikan motivasi kepada pasien paska operasi fraktur agar citra tubuh pasien positif

(11)

Title : Description of the Patient's Body Image Post Fracture Surgery in Hospital under Extremist TK. II Putri Hijau Medan

Student Name : Laura Sri Hamdani Sitepu Student Number : 121121033

Major : Bachelor of Nursing (S.Kep)

Year : 2014

ABSTRACT

Body image is the individual attitude towards his body, either consciously or unconsciously, covering performance, potential, body height and body perception and feelings about body size and body shape. Post fracture conditions under the extremist is a State where it has been performed surgery on a fracture of the lower extremist area. Post fracture operations will of course give rise to changes in the appearance and function of a person's body and the loss will affect the patient's self-image. This research aims to identify the patient's body image picture post fracture surgery in hospital under extremist TK. II Putri Hijau Medan. This research using design research descriptive. The sample of used technique purposive sampling and sample obtained is 42 people. Instrument research questionnaire form of which includes data demographic and statements concerning the body image. Data last from October to November 2013. Data processing using statistic descriptive with program statistic. The result showed that respondents with the body image disturbed there were the 24 (57 %) and respondents with the body image undisturbed were 18 people (43 %). See this research result need of counseling or education health includes an explanation of reduced bodily functions experienced patients after operation fracture extremist bottom, acknowledges change the body image, enhance communications therapeutic, and to motivate your patients after operation fracture to the body image positive.

(12)

Judul : Gambaran Citra Tubuh Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit TK.II Putri Hijau, Medan

Peneliti : Laura Sri Hamdani Sitepu Nim : 121121021

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2014

ABSTRAK

Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh. Keadaan paska fraktur ekstremitas bawah adalah keadaan dimana telah dilakukan pembedahan pada daerah ekstremitas bawah yang fraktur. Paska operasi fraktur tentu saja akan menimbulkan perubahan penampilan dan penurunan fungsi tubuh seseorang dan akan mempengaruhi gambaran diri pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran citra tubuh pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah di Rumah Sakit TK.II Putri Hijau, Medan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Pengambilan sampel menggunakan teknik porposive sampling dan sampel yang didapat adalah 42 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mencakup data demografi dan pernyataan mengenai citra tubuh. Pengumpulan data berlangsung dari bulan Oktober sampai November 2013. Pengolahan data menggunakan statistik deskriptif dengan program statistika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan citra tubuh terganggu ada sebanyak 24 orang (57%) dan responden dengan citra tubuh tidak terganggu sebanyak 18 orang (43%). Melihat hasil penelitian ini perlu adanya penyuluhan atau pendidikan kesehatan mencakup penjelasan tentang penurunan fungsi tubuh yang dialami pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah, mengidentifikasi perubahan citra tubuh, meningkatkan komunikasi terapeutik, dan memberikan motivasi kepada pasien paska operasi fraktur agar citra tubuh pasien positif

(13)

Title : Description of the Patient's Body Image Post Fracture Surgery in Hospital under Extremist TK. II Putri Hijau Medan

Student Name : Laura Sri Hamdani Sitepu Student Number : 121121033

Major : Bachelor of Nursing (S.Kep)

Year : 2014

ABSTRACT

Body image is the individual attitude towards his body, either consciously or unconsciously, covering performance, potential, body height and body perception and feelings about body size and body shape. Post fracture conditions under the extremist is a State where it has been performed surgery on a fracture of the lower extremist area. Post fracture operations will of course give rise to changes in the appearance and function of a person's body and the loss will affect the patient's self-image. This research aims to identify the patient's body image picture post fracture surgery in hospital under extremist TK. II Putri Hijau Medan. This research using design research descriptive. The sample of used technique purposive sampling and sample obtained is 42 people. Instrument research questionnaire form of which includes data demographic and statements concerning the body image. Data last from October to November 2013. Data processing using statistic descriptive with program statistic. The result showed that respondents with the body image disturbed there were the 24 (57 %) and respondents with the body image undisturbed were 18 people (43 %). See this research result need of counseling or education health includes an explanation of reduced bodily functions experienced patients after operation fracture extremist bottom, acknowledges change the body image, enhance communications therapeutic, and to motivate your patients after operation fracture to the body image positive.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keperawatan secara holistik akan memandang masalah yang dihadapi pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Masalah yang dihadapi oleh pasien paska operasi fraktur tidak hanya pada upaya memenuhi kebutuhan fisik semata, tetapi lebih dari itu, perawat berusaha untuk mempertahankan integritas diri pasien secara utuh, sehingga tidak menimbulkan komplikasi fisik selama kegiatan pengobatan, perawatan dan rehabilitasi, tidak mengakibatkan gangguan mental, serta pasien dapat menerima dirinya secara utuh (Harnawatiaj, 2008).

Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa atau kecelakaan yang tidak terduga (Mansjoer, 2000). Keadaan paska fraktur ekstremitas bawah adalah keadaan dimana telah dilakukan pembedahan pada daerah ekstremitas bawah yang fraktur. Paska fraktur tentu saja akan menimbulkan perubahan penampilan dan penurunan fungsi tubuh seseorang. Gangguan mobilitas fisik dan gangguan citra tubuh akan terjadi serta harga diri rendah akan menyertai perasaan pasien (Smeltzer, 2002).

(15)

2

pengobatan medis. Pertanyaan dapat timbul mengenai prognosis, perubahan bentuk tubuh, dan reaksi orang lain. Keadaan tubuh juga akan menimbulkan stress akibat pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah harus menempatkan diri ke dalam lingkungan yang tidak biasa dan kadang menakutkan yang akan mendorong kearah perasaan ketidakberdayaan dan kehilangan kontrol (Kozier, 2004).

Pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah kadang sangat peka dan rentan. Seluruh kehidupannya berubah, setidaknya untuk sementara. Mereka bergulat dengan kenangan masa lalu sementara menghadapi realitas saat ini dan masa depan yang tidak pasti. Hal-hal mengenai ketergantungan, rasa percaya dan identitas akan muncul ke permukaan.(Kozier, 2004)

Keadaan paska fraktur selalu akan lebih dari sekedar nyeri fisik atau ketidaknyamanan. Tujuan hidup, keluarga, pekerjaan dan penghasilan, mobilitas, citra tubuh dan gaya hidup pun akan berubah secara drastis. Tergantung perubahannya bersifat sementara atau permanen, situasi dapat berkembang menjadi krisis-krisis yang akan mempengaruhi keluarga, sahabat dan pemberi bantuan professional (Kozier, 2004).

(16)

Menurut UNICEF 2001-2002 dalam Nurhadini (2011) didapatkan data terdapat sekitar 55% pasien mengalami Body Image terganggu dan 45% Body Image tidak terganggu. Lystiowati (2012) dalam penelitiannya “Gambaran

Konsep Diri penderita kanker payudara yang menjalani kemoterapi” juga mendapatkan hasil bahwa 50% penderita memiliki konsep diri positif dan sebagian kecil 50% memiliki konsep diri negatif.

Seseorang yang memiliki konsep diri negatif termasuk citra tubuh negatif akan memberikan dampak yang buruk terhadap proses penyembuhan penyakitnya. Proses penyembuhan menjadi lebih lama dari yang seharusnya, karena faktor penyembuh terbesar adalah berasal dari diri pasien sendiri (Keliat, 1998).

Depkes RI (2009) dalam Lystiowati (2012) mengungkapkan bahwa respon psikologis yang baik berupa penerimaan terhadap kondisi tubuh yang dialami sangat berperan dalam menunjang proses kesembuhan. Pasien yang mampu menerima kondisi tubuhnya akan lebih mempunyai motivasi untuk menjalani dan menerima segala perawatan dan pengobatan yang diberikan.

Nurhadini (2011) dalam penelitiannya juga mengungkapkan citra tubuh negatif akan mempengaruhi kesembuhan pasien. Citra tubuh negatif mempengaruhi proses keperawatan dan proses pemenuhan nutrisi. Sebanyak 52,8% pasien dengan citra tubuh negatif kurang memiliki nafsu makan dan kurang responsif terhadap pengobatan yang akhirnya sangat mempengaruhi proses penyembuhan.

(17)

4

luka, mandi, dan memberi dukungan moral, mendorong antisipasi, meningkatkan adaptasi pada perubahan citra tubuh, meningkatkan status mental pasien dan memfasilitasi penerimaan terhadap diri serta apakah pasien yang telah mengalami fraktur dapat menerima keadaan fisiknya sebagaimana adanya (citra tubuh positif) atau malah merasa tidak menerima dan menilai buruk keadaan fisiknya bahkan memiliki perasaan rendah diri (citra tubuh negatif) (Harnawatiaj, 2008).

Meskipun belum ada data yang menunjukkan angka pasien paska operasi fraktur yang mengalami perubahan citra tubuh, namun berdasarkan survei pendahuluan peneliti mendapatkan gambaran umum tentang perubahan citra tubuh pada pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah di Rumah Sakit TK.II Putri Hijau, Medan rata-rata mengalami banyak keluhan seperti merasa terganggu dengan keadaan tubuhnya sekarang, akan sakit yang dialami dan menjalani proses penyembuhan yang lama. Seperti pasien takut orang-orang di lingkungannya akan menjauhinya, mengungkapkan hal negatif tentang tubuhnya dan merasa tidak berdaya untuk melakukan aktifitas akibat perubahan fisik yang dialami sehingga pasien membatasi semua aktifitasnya secara berlebih.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang Gambaran CitraTubuh Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau, Medan.

2. Rumusan Masalah

(18)

3. Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi gambaran citra tubuh pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah di Rumah Sakit TK II Putri Hijau, Medan”

4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan keperawatan serta pemahaman para peserta didik, tim keperawatan medikal bedah dan tim keperawatan jiwa tentang citra tubuh pasien paska operasi fraktur dan dapat mengembangkan intervensi yang bertujuan untuk penerimaan diri pasien seutuhnya dan peningkatan kualitas hidup pasien.

b. Bagi Praktik keperawatan

Sebagai bahan informasi tentang gambaran citra tubuh pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayananan, khususnya pasien paska operasi fraktur agar dapat mengintegrasikan pada konsep dirinya perubahan citra tubuh yang terjadi. c. Bagi Penelitian Keperawatan

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Citra tubuh

2.1.1 Pengertian

Perubahan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis artinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. Perubahan dapat mencakup keseimbangan personal, sosial maupun organisasi untuk dapat menjadikan perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau konsep terbaru dalam mencapai tujuan tertentu (Hidayat, 2007).

Menurut Honigman dan Castle, body image adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsikan dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang dia pikirkan dan rasakan, belum tentu benar-benar merepresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang subyektif (Dewi, 2009). Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter, 2005).

(20)

Sejak lahir individu mengeksplorasikan bagian tubuhnya, menerima reaksi tubuhnya dan menerima stimulus orang lain. Pandangan realistis terhadap diri, menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman, terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Persepsi dan pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat mengubah citra tubuh secara dinamis. Persepsi orang lain dilingkungan pasien terhadap tubuh pasien turut mempengaruhi penerimaan pasien pada dirinya (Keliat, 1998). Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun tidak yang ditujukan terhadap dirinya.

Beberapa hal terkait citra tubuh antara lain fokus individu terhadap bentuk fisiknya, cara individu memandang dirinya yang berdampak penting terhadap aspek psikologis individu tersebut, citra tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh sikap dan respon orang lain terhadap dirinya, dan eksplorasi individu terhadap dirinya, gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman serta mencegah kecemasan dan meningkatkan harga diri, individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya dapat mencapai kesuksesan dalam hidup (Mubarak, 2008).

2.1.2 Gangguan Citra Tubuh

(21)

8

berhubungan dengan orang lain, yang tiba-tiba mengalami perubahan dalam satu penampilan fisik yang dapat hadir signifikan dan kompleks sebagai tantangan psikologis (Wald & Alvaro, 2004).

Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.

Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif tentang penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan ketidaknyamanan sosial sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah perilaku menghindar sering digunakan untuk menekan emosi dan pikiran negatif, seperti visual menghindari kontak dengan bagian tubuh yang berubah dan mengabaikan kebutuhan perawatan diri. Pada akhirnya reaksi negatif ini dapat mengganggu proses perawatan dan penyembuhan serta rehabilitasi dan berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial (Wald & Alvaro, 2004).

Individu yang mempunyai gangguan bentuk tubuh bisa tersembunyi atau tidak kelihatan atau dapat juga meliputi suatu bagian tubuh yang berubah secara signifikan dalam bentuk struktur yang disebabkan oleh rasa trauma atau penyakit. Beberapa individu boleh juga menyatakan perasaan ketidakberdayaan, keputusasaan, dan kelemahan, dan boleh juga menunjukkan perilaku yang bersifat merusak terhadap dirinya sendiri, seperti penurunan pola makan atau usaha bunuh diri. (Kozier, 2004).

(22)

pentingnya penglihatan dan penampilan fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien terhadap anggota keluarga dan anggota penting lainnya dapat membantu pasien dan keluarganya (Kozier, 2004).

Respon pasien terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan meliputi perubahan dalam kebebasan. Pola ketergantungan dalam komunikasi dan sosialisasi. Respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa respon penyesuaian yang menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa shock, kesangsian, pengingkaran, kemarahan, rasa bersalah atau penerimaan) dan respon mal-adaptip yang merupakan lanjutan terhadap penyangkalan yang berhubungan dengan kelainan bentuk atau keterbatasan yang tejadi pada diri sendiri. Perilaku yang bersifat merusak, berbicara tentang perasaan tidak berharga atau perubahan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Respon terhadap pola kebebasan – ketergantungan dapat berupa respon penyesuaian: merupakan tanggung jawab terhadap rasa kepedulian (membuat keputusan) dalam mengembangkan perilaku kepedulian yang baru terhadap diri sendiri, menggunakan sumber daya yang ada, interaksi yang saling mendukung dengan keluarga dan respon maladaptif: menunjukkan rasa tanggung jawab akan rasa kepeduliannya terhadap yang lain yang terus-menerus bergantung atau dengan keras menolak bantuan.

(23)

10

kedangkalankepercayaan diri dan tidak mampu menyatakan rasa ;menjadi diri sendiri, dendam, malu, frustrasi, tertekan (Carol, 1997).

2.1.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Citra Tubuh

Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan

fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi citra tubuh. Pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dan pandangan orang lain. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistik terhadap dirinya, menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan kognitif perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan dengan aspek lain dari konsep diri (Potter, 2005).

2.1.4 Citra Tubuh Terganggu dan Tidak Terganggu

(24)

Citra Tubuh yang tidak terganggu merupakan suatu persepsi yang benar tentang bentuk individu, individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Individu menghargai badan/tubuhnya yang alami dan individu memahami bahwa penampilan fisik seseorang hanya berperan kecil dalam menunjukkan karakter mereka dan nilai dari seseorang. Individu merasakan bangga dan menerimanya bentuk badannya yang unik dan tidak membuang waktu untuk mengkhawatirkan hal yang lain. Individu merasakan yakin dan nyaman dengan kondisi badannya (Dewi, 2009).

2.1.5 Tanda dan gejala gangguan citra tubuh :

Adapun tanda dan gejala dari gangguan citra tubuh yaitu menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah, tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi, menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif pada tubuh, preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan ketakutan (Harnawatiaj, 2008).

2.1.6 Pengkajian

Pengkajian perubahan citra tubuh terintegrasi dengan pengkajian lain. Setelah diagnosa, tindakan operasi dan program terapi biasanya tidak segera tampak respon pasien terhadap perubahan-perubahan. Tetapi perawat perlu mengkaji kemampuan pasien untuk mengintegrasikan perubahan citra tubuh secara efektif (Keliat, 1998).

(25)

12

gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang timbul. Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri pasien dengan memperhatikan tingkat persepsi pasien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri pasien dengan meninjau persepsi pasien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh pasien sendiri, pandangan pasien terhadap rendah dalam antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan identitas.

2.1.7 Diagnosa Keperawatan

Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan untuk diagnosa potensial, dan akan dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan untuk memonitor kemungkinan diagnosa aktual.

Beberapa diagnosa gangguan citra tubuh adalah potensial gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan efek pembedahan serta menarik diri yang berhubungan dengan perubahan penampilan (Keliat, 1998).

Adapun Diagnosa yang mungkin muncul diantaranya: 1. Gangguan konsep diri : Gangguan Citra Tubuh

2. Isolasi social : menarik diri 3. Deficit perawatan diri

2.1.8 Rencana Tindakan Keperawatan

(26)

mengidentifikasi kemampuan koping dan sumber pendukung lainnya, melakukan tindakan yang dapat mengembalikan integritas diri (Keliat, 1998). Setelah seluruh tujuan diatas tercapai maka pasien dapat mengintegrasikan pada konsep dirinya perubahan citra tubuh yang terjadi.

SP Pasien Gangguan Citra Tubuh

Tujuan Umum :

o Kepercayaan diri klien kembali normal Tujuan khusus :

o Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya .

o Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif).

o Pasien dapat melakukan cara untuk meningkatkan citra tubuh. o Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.

Intervensi

o Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu dan saat ini, perasaan dan harapan yang dulu dan saat ini terhadap citra tubuhnya.

o Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.

o Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu. o Ajarkan untuk meningkatkan citra tubuh.

o Gunakan protese, wig, kosmetik atau yg lainnya sesegera mungkin, gunakan pakaian yang baru.

o Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap. o Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.

(27)

14

o Lakukan interaksi secara bertahap o Susun jadual kegiatan sehari-hari.

o Dorong melakukan aktifitas sehari dan terlibat dalamkeluarga dan sosial.keluarga dan sosial.

o Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti/mempunyai peran pentingbaginya.

o Beri pujian thd keberhasilan pasienmelakukan interaksi.

SP Keluarga Pasien Gangguan Citra Tubuh

Tujuan umum :

o Keluarga dapat membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri klien Tujuan khusus :

o Keluarga dapat mengenal masalah gangguan.

o Keluarga dapat mengenal masalah gangguancitra tubuhcitra tubuh. o Keluarga mengetahui cara mengatasi.

o Keluarga mengetahui cara mengatasimasalah gangguan citra tubuhmasalah gangguan citra tubu.

o Keluarga mampu merawat pasien gangguan citra tubuh. o Keluarga mampu mengevaluasi kemampuan

o Keluarga mampu mengevaluasi kemampuan pasien dan memberikan pujian atas pasien dan memberikan pujian atas keberhasilannya.

Intervensi

o Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang terjadi pada pasien.

(28)

o Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien.

o Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dirumah. o Memfasilitasi interaksi dirumah.

o Melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial. o Memberikan pujian atas keberhasilan pasien.

2.1.9 Evaluasi

Keberhasilan tindakan terhadap perubahan gambaran tubuh pasien dapat diidentifikasi melalui perilaku pasien yaitu memulai kehidupan sebelumnya termasuk hubungan interpersonal dan sosial, pekerjaan dan cara berpakaian, mengemukakan perhatiannya terhadap perubahan citra tubuh, memperlihatkan kemampuan koping, kemampuan meraba, melihat, memperlihatkan bagian tubuh yang berubah, kemampuan mengintegritasikan perubahan dalam kegiatan (pekerjaan, rekreasi dan seksual), harapan yang disesuaikan dengan perubahan yang terjadi, mampu mendiskusikan perubahan (Keliat, 1998).

Penyesuaian terhadap perubahan citra tubuh melalui proses seperti berikut: a. Syok psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan

dapat terjadi pada saat pertama terjadinya fraktur maupun setelah post operasi fraktur. Syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadapa ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat pasien menggunakan mekanisme pertahanan seperti mengingkari, menolak, projeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.

(29)

16

Pasien menjadi positif, tergantung, tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.

c. Penerimaan/pengakuan secara bertahap. Setelah pasien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan/ berduka muncul. Setelah fase ini pasien mulai melakukan reintegrasi dengan citra tubuh yang baru.

d. Integrasi merupakan proses yang panjang dapat mencapai beberapa bulan, oleh karena itu perencanaan pulang dan perawatan dirumah perlu dilaksanakan. Pasien tidak sesegera mungkin dilatih (Keliat, 1998).

2.2 Konsep Fraktur

2.2.1 Pengertian

Menurut Admin (2005), fraktur adalah keadaan dimana hubungan kesatuan jaringan tulang terputus. Tulang mempunyai daya lentur dengan kekuatan yang memadai, apabila trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur, terjadinya fraktur disebabkan karena trauma, stress kronis dan berulang maupun pelunakan tulang yang abnormal. Menurut Apley (1995), fraktur adalah suatu patahan kontinuitas struktur tulang, patahan mungkin lebih dari satu retakan.

(30)

2.2.2. Klasifikasi Fraktur

Beberapa jenis fraktur yang sering terjadi akibat trauma, cedera maupun disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, antara lain :

1. Fraktur komplet/tidak komplet

Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal). Fraktur tidak komplet, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.

2. Fraktur tertutup

Fraktur tertutup merupakan fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit. 3. Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks)

Merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membrana mukosa sampai ke bagian yang fraktur. Fraktur terbuka digradasi menjadi; Gradasi I dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya, kerusakan jaringan lunak sedikit; Grada si II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif; Gradasi yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif, merupakan kondisi yang paling berat.

2.2.3. Jenis-jenisFraktur Ekstremitas Bawah

Menurut Lewis et al (2000) jenis-jenis fraktur pada bagian ekstremitas bawah, antara lain :

1. Fraktur collum femur (fraktur hip)

(31)

18

exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Karena kepala femur terikat kuat dengan ligamen didalam acetabulum oleh ligamen iliofemoral dan kapsul sendi, mengakibatkan fraktur didaerah collum femur. fraktur leher femur kebanyakan terjadi pada wanita tua (60 tahun keatas) dimana tulang sudah mengalami osteoporosis.

2. Fraktur subtrochanter femur

Fraktur subtrochanter femur ialah dimana garis patah berada 5 cm distal dari trochanter minor. Mekanisme fraktur biasanya trauma langsung dapat terjadi pada orang tua biasanya disebabkan oleh trauma yang ringan seperti jatuh dan terpeleset dan pada orang muda biasanya karena trauma dengan kecepatan tinnggi. 3. Fraktur batang femur

Mekanisme trauma biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu lintas dikota-kota besar atau jatuh dari ketinggian. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak sehingga menimbulkan shock pada penderita. Secara klinis penderita tidak dapat bangun, bukan saja karena nyeri tetapi juga karena ketidakstabilan fraktur. Biasanya seluruh tungkai bawah terotasi keluar, terlihat lebih pendek dan bengkak pada bagian proximal akibat perdarahan kedalam jaringan lunak.

4. Fraktur patella

(32)

mempertahankankestabilan lutut. Fraktur langsung dapat disebabkan penderita jatuh dalam posisi lutut fleksi, dimana patella terbentur dengan lantai.

5. Fraktur proximal tibia

Mekanisme trauma biasanya terjadi trauma langsung dari arah samping lutut, dimana kakinya masih terfiksir ditanah. Gaya dari samping ini menyebabkan permukaan sendi bagian lateral tibia akan menerima beban yang sangat besar yang akhirnya akan menyebabkan fraktur intraartikuler atau terjadi patahnya permukaan sendi bagian lateral tibia, dan kemungkinan yang lain penderita jatuh dari ketinggian yang akan menyebabkan penekanan vertikal pada permukaan sendi. Hal ini akan menyebabkan patah intra artikular berbentuk T atau Y.

6. Fraktur tulang tibia dan fibula

(33)

20

2.2.4 Proses Penyembuhan Fraktur

Proses penyembuhan fraktur bervariasi sesuai dengan ukuran tulang dan umur pasien. Faktor lainnya adalah tingkat kesehatan pasien secara keseluruhan, atau kebutuhan nutrisi yang cukup. Berdasarkan proses penyembuhan fraktur, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Proses hematom

Merupakan proses terjadinya pengeluaran darah hingga terbentuk hematom (bekuan darah) pada daerah terjadinya fraktur tersebut, dan yang mengelilingi bagian dasar fragmen. Hematom merupakan bekuan darah kemudian berubah menjadi bekuan cairan semi padat (Dicson & Wright, 1992).

2. Proses proliferasi

Pada proses ini, terjadi perubahan pertumbuhan pembuluh darah menjadi memadat, dan terjadi perbaikan aliran pembuluh darah (Pakpahan, 1996).

3. Proses pembentukan callus

Pada orang dewasa antara 6-8 minggu, sedangkan pada anak-anak 2 minggu. Callus merupakan proses pembentukan tulang baru, dimana callus dapat terbentuk diluar tulang (subperiosteal callus) dan didalam tulang (endosteal callus). Proses perbaikan tulang terjadi sedemikian rupa, sehingga trabekula yang dibentuk dengan tidak teratur oleh tulang imatur untuk sementara bersatu dengan ujung-ujung tulang yang patah sehingga membentuk suatu callus tulang (Pakpahan, 1996).

4. Proses konsolidasi (penggabungan)

(34)

seperti sebelum terjadi fraktur, konsolidasi terbentuk antara 6-12 minggu (ossificasi) dan antara 12-26 minggu (matur). Tahap ini disebut dengan penggabungan atau penggabungan secara terus-menerus (Pakpahan, 1996).

5. Proses remodeling

Proses remodeling merupakan tahapan terakhir dalam penyembuhan tulang, dan proses pengembalian bentuk seperti semula. Proses terjadinya remodeling antara 1-2 tahun setelah terjadinya callus dan konsolidasi (Smeltzer & Bare, 2002).

2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Fraktur.

Fraktur atau patah tulang merupakan keadaan dimana hubungan atau kesatuan jaringan tulang putus. Dalam proses penyembuhan fraktur ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan pada fraktur, antara lain :

1. Usia

Lamanya proses penyembuhan fraktur sehubungan dengan umur lebih bervariasi pada tulang dibandingkan dengan jaringan jaringan lain pada tubuh. Cepatnya proses penyembuhan ini sangat berhubungan erat dengan aktifitas osteogenesis dari periosteum dan endosteum. Sebagai contoh adalah fraktur diafisis femur yang akan bersatu (konsolidasi sempurna) sesudah 12 (dua belas) minggu pada usia 12 tahun, 20 (dua puluh) minggu pada usia 20 tahun sampai dengan usia lansia

2. Tempat (lokasi) fraktur

(35)

22

kompakta.Fraktur dengan garis fraktur yang oblik dan spiral sembuh lebih cepat dari pada garis fraktur yang transversal.

3. Dislokasi fraktur

Fraktur tanpa dislokasi, periosteumnya intake, maka lama penyembuhannya dua kali lebih cepat daripada yang mengalami dislokasi. Makin besar dislokasi maka semakin lama penyembuhannya.

4. Aliran darah ke fragmen tulang

Bila fragmen tulang mendapatkan aliran darah yang baik, maka penyembuhan lebih cepat dan tanpa komplikasi. Bila terjadi gangguan berkurangnya aliran darah atau kerusakan jaringan lunak yang berat, maka proses penyembuhan menjadi lama atau terhenti.

2.2.6 Penatalaksanaan Pasien yang Menjalani Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah

A. Jenis Pembedahan

Penanganan fraktur pada ekstremitas bawah dapat dilakukan secara konservatif dan operasi sesuai dengan tingkat keparahan fraktur dan sikap mental pasien (Smeltzer& Bare, 2001). Operasi adalah tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani (Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Menurut Smeltzer & Bare (2002) Prosedur pembedahan yang sering dilakukan pada pasien fraktur ekstremitas bawah meliputi :

1. Reduksi terbuka dengan fiksasi interna (open reduction and internal fixation/ORIF).

(36)

atau pin kedalam tempat fraktur untuk memfiksasi bagian-bagian tulang yang fraktur secara bersamaan. Sasaran pembedahan yang dilakukan untuk memperbaiki fungsi dengan mengembalikan gerakan, stabilitas, mengurangi nyeri dan disabilitas.

3. Fiksasi eksterna,

Digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak. Alat ini dapat memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur comminuted(hancur & remuk) sementara jaringan lunak yang hancur dapat ditangani dengan aktif. Fraktur complicated pada femur dan tibia serta pelvis diatasi dengan fiksator eksterna, garis fraktur direduksi, disejajarkan dan diimmobilsasi dengan sejumlah pin yang dimasukkan kedalam fragmen tulang. Pin yang telah terpasang dijaga tetap dalam posisinya yang dikaitkan pada kerangkanya, Fiksator ini memberikan kenyamanan bagi pasien, mobilisasi dini dan latihan awal untuk sendi disekitarnya.

4. Graft Tulang

(37)

24

dari tibia, fibula atau iga. Graft tulang dengan allograft dilakukan ketika tulang dari pasien itu tidak tersedia karena kualitas tidak baik atau karena prosedur sekunder tidak diinginkan pada pasien (Meeker & Rothrock, 1999).

B. Anastesi bedah fraktur

(38)

C. Perawatan Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas bawah dengan ORIF

(39)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Pada kerangka konsep ini, operasi akibat fraktur merupakan suatu keadaan yang akan mengubah citra tubuh pasien. Pasien paska operasi fraktur cenderung mengalami perubahan citra tubuh akibat perubahan struktur, perubahan bentuk tubuh dan adanya keterbatasan dalam melakukan aktivitas. Fokus pasien terhadap bentuk fisiknya dipengaruhi oleh sikap dan respon orang lain terhadap dirinya sehingga memunculkan persepsi negatif tentang tubuh mereka, perasaan cemas akan kelanjutan kehidupannya paska fraktur sehingga menyebabkan pasien paska operasi ekstremitas bawah cenderung mengalami perubahan citra tubuh. Melalui penelitian ini akan dilihat bagaimana gambaran citra tubuh pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah. Kerangka penelitian digambarkan sebagai berikut:

Skema 3.1 Kerangka Penelitian Gambaran Citra Tubuh Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau, Medan

Citra Tubuh Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau, Medan.

(40)
[image:40.595.100.527.140.478.2]

3.2 Defenisi Operasional

Tabel. 3.2.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Citra tubuh Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh.

Kuesioner 1.Terganggu (18-34) 2.Tidak

terganggu (0-17)

(41)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi Gambaran Citra Tubuh Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau, Medan.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi berupa subjek atau objek yang diteliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulan (Sugiyono,2007). Berdasarkan data rekam medik, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau, Medan pada bulan September-November tahun 2013 sebanyak 73 orang.

4.2.2 Sampel

(42)

Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus yang ditetapkan oleh Notoadmodjo (2010), yang menyatakan bahwa dalam menentukan besarnya sampel jika populasi < 10000 dapat menggunakan rumus:

N 73

n = n = n = 42 orang

1+ N(d2) 1+73(0,12) Keterangan:

N : Besar populasi n : Besar sampel

d : Tingkat kepercayaan atau ketetapan yang diinginkan 0,1 (10%) Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 42 orang

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

(43)

30

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara kemudian menyerahkan kepada direktur Rumah Sakit TK.II Putri Hijau, Medan. Penelitian ini dilakukan berdasarkan ertimbangan etik yakni: 1. Beneficience (menguntungkan responden) yaitu tidak mencelakakan atau menyakiti responden (freedom from harm) dengan tidak memaksa responden untuk ikut dalam penelitian. 2. Respect from human dignity (menghargai martabat manusia) yaitu hak untuk bebas menentukan apakah calon responden akan ikut berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam penelitian (the right self determination) dengan membuat informed consent sehingga calon responden tidak

merasa terpaksa untuk dijadikan responden. Peneliti akan menjelaskan maksud, tujuan dan manfaat penelitian kepada responden; 3. Justice (keadilan) yaitu hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil (the right to fair treatment) dengan memberikan kesempatan kepada semua pasien untuk menjadi responden sesuai dengan kriteria penelitian dan menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan responden (the right to privacy). Kerahasiaan tersebut berupa pemberian kode responden pada kuesioner tanpa mencantumkan nama responden (Polit & Hungler, 1999).

4.5 Instrumen Penelitian

(44)

kuesioner kemudian menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden yang memenuhi kriteria sampel.

Kuesioner terdiri atas 2 bagian, bagian pertama mengenai karakteristik yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan dan status pernikahan dan bagian kedua adalah kuesioner tentang gambaran citra tubuh pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah. Kuesioner ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran citra tubuh pasien post operasi fraktur anggota gerak. Kuesioner ini terdiri dari 34 pertanyaan terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif. Pernyataan positif terdiri dari 12 pertanyaan yang terdapat pada nomor 1, 2, 3, 9, 10, 11, 12, 13, 17, 18, 30 dan 33, sedangkan pernyataan negatif terdiri dari 22 pernyataan yang terdapat pada nomor 4, 5, 6, 7, 8, 14, 15, 16, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, dan 34.

Pernyataan terstruktur menggunakan skala Guttman. Penilaian dari setiap pernyataan adalah 2. Jika memilih jawaban “Ya” memperoleh nilai 1, dan memperoleh nilai 0 jika memilih jawaban “tidak”. Total skor tertinggi untuk gambaran citra tubuh adalah 34, dan terendah adalah 0. Semakin tinggi score maka citra tubuh pasien paska fraktur semakin terganggu.

(45)

32

Dengan P = 17 dan nilai terendah adalah 0 sebagai batas bawah kelas pertama maka gambaran citra tubuh pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah dalam interval sebagai berikut:

0 - 17 = Tidak terganggu 18 -34 = Terganggu

4.6 Uji Validitas dan Realibilitas

4.6.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang mampu mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2010). Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Alat ukur (kuesioner) yang digunakan dalam penelitian ini sudah diuji validitas oleh 2 orang dosen keperawatan yang memiliki keahlian atau kompetensi sesuai dengan topik penelitian ini (Setiadi, 2007).

4.6.2 Uji Realibilitas

(46)

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan tahapan berikut: peneliti mengajukan permohonan izin kepada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan surat keterangan pelaksanaan penelitian di Rumah Sakit TK II Putri Hijau, Medan; peneliti menyerahkan surat permohonan kepada Kepala Rumah Sakit TK II Putri Hijau, Medan; peneliti menyerahkan surat ke Kepala Rumah Sakit TK II Putri Hijau, Medan; peneliti menjelaskan hak-hak responden termasuk hak untuk menolak mengisi kuesioner sebelum pengisian kuesioner dilaksanakan; jika responden menyetujui permohonan pengisian kuesioner selanjutnya responden diberikan informed consent untuk ditandatangani; peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner; peneliti memberikan waktu dan mendampingi responden dalam mengisi kuesioner; peneliti memeriksa kejelasan dan kelengkapan kuesioner.

4.8 Analisa Data

(47)

34

(48)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai Gambaran Citra Tubuh Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit TK II Putri Hijau, Medan. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 7 Oktober - 19 November 2013.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan didapat hasil karakteristik responden berusia 11-17 Tahun 9,5% (4 orang), usia 18-24 Tahun 14,3 % (6 orang), usia 25-31 Tahun 19,0% (8 orang), usia 32-38 Tahun dan usia 39-45 Tahun masing-masing 21,4 % (9 orang), dan usia 46-52 Tahun 14,3 % (6 orang). Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki 76,2 % (32 orang) dan perempuan 23,8% (10 orang). Pekerjaan Responden dikelompokkan menjadi 4 bagian yaitu belum bekerja 21,4% ( 9 orang), PNS/TNI/POLRI 69,0% (29 orang), Wiraswasta 9,5% (4 orang) dan dengan pekerjaan lainnya 0%. Berdasarkan status pernikahan didapatkan hasil 69% (29 orang) sudah menikah dan 31% (13 orang) belum menikah.

(49)
[image:49.595.112.502.120.437.2]

36

Tabel.5.1 Distribusi Frekwensi dan presentase karakteristik Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah Di Rumah Sakit TK II Putri Hijau, Medan (n=42 orang)

Karakteristik Responden f %

Umur - 11-17 - 18-24 - 25-31 - 32-38 - 39-45 - 46-52 4 6 8 9 9 6 9,5 14,3 19,0 21,4 21,4 14,3 Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan 32 10 76,2 23,8 Pekerjaan

- Belum Bekerja - PNS/TNI/POLRI - Wiraswasta - Lain-lain 9 29 4 - 21,4 69,0 9,5 Status Pernikahan - Menikah

- Belum Menikah - Janda/Duda - Bercerai 29 13 - - 69 31 - -

5.1.2 Gambaran Citra Tubuh Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah

Berdasarkan hasil penelitian pada Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit TK II Putri Hijau, Medan diketahui bahwa dari 42 responden didapat hasil responden dengan citra tubuh terganggu bejumlah 24 responden (57,1%) dan responden dengan citra tubuh tidak terganggua berjumlah 18 orang (42,9%).

[image:49.595.115.512.142.440.2]
(50)
[image:50.595.116.511.141.200.2]

Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Citra Tubuh Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit TK II Putri Hijau, Medan

Citra Tubuh Frekwensi (n=42) Persentase (%)

Terganggu 24 57,1 %

Tidak Terganggu 18 42,9 %

TOTAL 42 100

5.2 Pembahasan

(51)

38

pula citra tubuhnya, tetapi pada penelitian ini peneliti tidak dapat membandingkan hal itu karena jumlah responden tidak seimbang.

(52)

Pada pasien paska operasi fraktur anggota gerak bawah terjadi perubahan bentuk tubuh dan penurunan fungsi. Ekstremitas bawah mempunyai peranan dan nilai yang sangat besar bagi setiap individu. Jika gangguan tersebut berasal dari ekstremitas bawah maka sungguh hal itu akan sangat mempengaruhi orang tersebut dan akan mempengaruhi citra tubuh individu. Individu yang mengalami gangguan citra tubuh akan akan mengganggu identitas diri, harga diri dan ideal dirinya. (Dewi, 2009). Pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah secara sadar maupun tidak sadar mengungkapkan bahwa tampilan, potensi dan fungsi tubuhnya sudah berbeda. Individu akan menunjukkan ciri-ciri seperti mudah tersinggung, terus menerus merasa sedih, tidak percaya diri, sukar mengambil keputusan, ketergantungan, ragu/ tidak yakin terhadap keinginan dan projeksi (menyalahkan orang lain). Selain itu pasien paska operasi fraktur akan merasa perannya di keluarga, pekerjaan dan dalam kelompok masyarakat juga berubah. Klien mengungkapkan ketidakmampuan menjalankan peran seperti biasa, ada ketegangan menjalankan peran yang baru, tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, masalah dengan interpersonal dan dapat juga menjadi apatis/bosan/jenuh dan putus asa.

(53)

40

meskipun mereka mengalami gangguan pada ekstremitas bawah, sudah menjadi resiko mereka bahkan mereka mempunyai prinsip rela mati, rela mengorbankan jiwa dan raga untuk keutuhan NKRI. Hal ini juga didukung oleh penelitian Mufit, Kasan (2009) tentang Gambaran Diri (Body Image) Pada Pasien Post Operasi Fraktur di RS Militer Malang didapati hasil dari 11 orang responden terdapat 6 orang responden memiliki citra tubuh terganggu sedangkan 5 responden memiliki citra tubuh tidak terganggu.

Wald & Alvaro (2004) menyatakan bahwa perubahan dalam satu penampilan fisik seperti paska operasi fraktur anggota gerak bawah dapat hadir signifikan dan kompleks sebagai tantangan psikologis, oleh karena itu penting adanya pendekatan terlebih dahulu dalam pemberian asuhan keperawatan. Pendekatan terhadap pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah sangat penting. Pendekatan dapat dilakukan mulai pada saat pengkajian dengan terlebih dahulu membina hubungan saling percaya kemudian berlanjut ke tahap selanjutnya. Pendekatan pada pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah bukan hanya ditujukan secara langsung terhadap aspek-aspek biopatologik pasien tetapi juga terhadap aspek psikologik dan nilai ekstremitas bawah tersebut bagi pasien. Pada saat pengkajian perawat harus benar-benar mengamati tanda dan gejala yang muncul pada klien karena mungkin saja sudah terdapat komplikasi yang menyertai gangguan citra tubuh dan hal tersebut dapat didokumentasikan pada saat pembuatan diagnose keperawatan.

(54)
(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 42 orang Pasien Paska

Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit TK II Putri Hijau, Medan dari tanggal 7 Oktober-19 November 2013 dapat disimpulkan bahwa umur responden terbanyak adalah berusia 32-38 Tahun dan berusia 39-45 tahun dengan masing-masing sebanyak 9 orang (21,4%). mayoritas laki-laki sebanyak 32 orang (76,2%), dan status menikah yaitu sebanyak 29 orang (69%). Responden yang memiliki gambaran citra tubuh terganggu yaitu sebanyak 24 orang (57%) sedangkan dengan gambaran citra tubuh tidak terganggu sebanyak 18 orang (43%). Teori mengungkapkan bahwa paska operasi fraktur ekstremitas bawah pasti akan mempengaruhi citra tubuh individu. Tetapi pada penelitian ini tidak didapati hasil seperti itu. Selisih antara jumlah responden yang memiliki citra tubuh terganggu dengan yang tidak terganggu hanya 6 orang. Tidak jauh berbedanya jumlah presentasi tersebut dikarenakan sebagian besar responden adalah TNI/POLRI yaitu sebanyak 29 orang (69,1%) yang mengungkapkan pada umumnya tidak bermasalah dengan keadaan tubuhnya paska fraktur ekstremitas bawah.

6.2 Untuk Rekomendasi

6.2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

(56)

menjalani proses rehabilitasi bukan hanya gejala fisik saja yang perlu mendapat perhatian khusus, tetapi juga harus memperhatikan gejala psikologis yang timbul. Selain itu peneliti juga merekomendasikan kepada tim keperawatan jiwa agar turut berperan serta dalam perawatan pasien paska bedah karena meskipun ini adalah ruang lingkup tim keperawatan medikal bedah, tim keperawatan jiwa juga seharusnya berperan aktif juga agar tidak terjadi komplikasi yang mengarah kepada gangguan jiwa pada pasien paska operasi fraktur.

6.2.2 Untuk Pelayan Kesehatan/Keperawatan

(57)

44

citra tubuh dan melakukannya serta dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu.

Terkhusus untuk pelayan kesehatan/ keperawatan di Rumah Sakit TK.II Putri Hijau, Medan, sebagian besar pasien yang berkunjung adalah TNI/POLRI. Mereka rela mempertahankan jiwa dan raga untuk Negara dan tidak begitu merasakan masalah dengan citra tubuhnya meskipun sudah mengalami operasi fraktur ekstremitas bawah, sehingga pelayan kesehatan/ keperawatan juga harus memberikan pelayanan terbaik buat mereka.

6.2.3 Penelitian Keperawatan

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Jakarta: Rineka Cipta.

Brunner, S (2002). Keperawatn Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC

Carol. (1997). Fundamental of nursing: the art and science of nursing care. Philadelphia. New York: Lippincott.

Depkes RI. 2009. (dikutip tgl 23 mei 2013). Dempsey, P.A. (2002). Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan, Edisi 4.

Jakarta: EGC.

Dewi, R. (2009). Konsep diri. Diambil tanggal 17 Mei 2013 dari

Engram, B. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Jakarta: EGC.

Harnawatiaj. (2008). Konsep-diri. Diambil tanggal 12 mei 2013 dari

Hawari. D. H. (2004). Psikiater kanker payudara, dimensi psikoreligi, Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Herawati. (2005). Gambaran body image pada wanita penderita kanker payudara yang sudah menjalani operasi, Jurnal Keperawatan. Diambil tanggal 21 Mei 2013 dari

Hidayat. (2007). Pengantar konsep dasar keperawatan. Salemba medika: Jakarta. Iwan. (2007). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Fraktur, (diakses 7 juni 2013),

diunduh dari

Keliat, B. (1998). Gangguan koping citra tubuh, dan seksual pada klien kanker. Jakarta: EGC

Kozier. (2004). Fundamental of nursing: concepts, process and practice. New Jersey: Pearson prentice hall

(59)

46

Lystiowati, (2012). Gambaran Konsep Diri penderita kanker payudara yang menjalani kemoterapi diunduh tanggal 8 mei 2013 dari

Mansjoer. (2002). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC

Mubarak, Wahit & Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC

Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. Nurhadini, S. (2011) Hubungan perubahan citra diri dengan tingkat stress pada

pasien fraktur di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Diunduh dari http:/

Polit, D.F & Hungler, B.P (2005). Nursing Research Principles and Methodes. 6th. ed. Philadelphia. Lippincott

Potter & Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik Vol. 1 Edisi 4. Jakarta: EGC

Rifka, (2011). Gambaran citra tubuh pasien pasca amputasi di poliklinik bedah orthopedy RSUP. H. Adam Malik Medan. Diunduh tanggal 28 April 2013dari http://repository usu.ac.id

Sastroasmoro, S. (1995). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis, Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan, Yogyakarta: Graha Ilmu Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddart Vol. 1 Edisi 8. Jakarta: EGC.

Sudjana, M.A. (2004). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi ketiga. Bandung: Tarsito

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk perawat. Jakarta: EGC.

Suyanto. (2011). Metode dan aplikasi penelitian keperawatan, Yogyakarta: Nusa Medika.

Suzane & Brenda. (2001). Buku Ajar Keperawatan medikal-Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC

(60)

Wald, J. & Alvaro, R. (2004). Faktor-faktor psikologis dalam pekerjaan yang berhubungan dengan amputasi: Pertimbangan untuk rehabilitasi

konselor. Diambil tanggal 26 maret 2010 dari

(61)

48

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya telah diminta dan memberi ijin untuk berperan serta sebagai responden dalam penelitian yang berjudul “Gambaran Citra Tubuh Pasien

Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit Tingkat II Putri

Hijau, Medan”.

Peneliti telah menjelaskan tentang penelitianya yang akan dilaksanakan. Saya mengetahui bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Gambaran Citra Tubuh Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau, Medan. Peneliti akan memberi format petunjuk dan cara pengisian pertanyaan.

Saya mengerti bahwa resiko yang mungkin terjadi sangat kecil. Saya berhak untuk menghentikan penelitian ini tanpa adanya hukuman atau kehilangan hak, khususnya perlakuan yang merugikan bagi saya. Saya mengerti bahwa catatan mengenai penelitian ini akan dirahasiakan. Kerahasiaan ini dijamin dengan legal. Semua subjek yang mencantumkan identitas subjek penelitian hanya dipergunakan untuk kepentingan pengolahan data dan bila sudah tidak digunakan lagi akan dimusnakan. Hanya peneliti yang mengetahui kerahasiaan data.

Demikianlah secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya bersedia berperan dalam penelitian ini.

Medan, Oktober 2013

Peneliti

(62)

Kode: Tanggal:

Petunjuk Umum Pengisian

1. Menjawab pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (v) pada tempat yang telah disediakan.

2. Semua pertanyaan diisi dengan satu jawaban.

1. Kuesioner Data demografi

1. Umur : Tahun

2. Jenis Kelamin:

Laki-laki Perempuan

3. Pekerjaan:

Tidak Bekerja PNS/TNI/POLRI

Wiraswasta Lain-lain

4. Status Pernikahan:

Menikah Belum Menikah

(63)

50

2. Kuesioner Gambaran Citra Tubuh (Body Image) Pasien Post

Operasi FrakturAnggota Gerak Bawah

No Pernyataan Ya Tidak

1. Saya menyadari bahwa tampilan kaki saya berubah setelah dioperasi. 2. Saya tetap bersosialisasi dengan orang

lain , meskipun kaki saya tidak seperti sebelum dioperasi.

3. Saya merasa tak masalah dengan bentuk kaki saya sekarang.

4. Saya tidak suka orang lain

memperhatikan ukuran kaki saya. 5. Beberapa orang menganggap saya aneh

dengan ukuran kaki saya sekarang. 6. Saya tersinggung ketika orang

memandang kearah kaki saya

7. Jika saya punya kemampuan, saya ingin mengubah bentuk kaki saya.

8. Saya merasa keluarga saya dan pasangan saya memandang saya berbeda dengan bentuk kaki saya sekarang.

9. Meskipun kaki saya sudah dioperasi, saya masih tetap dapat mengembangkan kemampuan saya.

10. Saya tetap bercita-cita melakukan sesuatu yang lebih baik meskipun kaki saya tidak seperti sebelum dioperasi.

(64)

12. Saya tidak mengurung diri meskipun kemampuan kaki saya tidak sama seperti sebelum dioperasi.

13. Saya merasa masih dapat berprestasi dengan keadaan kaki saya saat ini. 14. Saya menghindari percakapan yang

berhubungan dengan penurnan kemampuan saya setelah dioperasi. 15. Saya merasa diri saya lemah ketika orang

lain membantu saya dalam beraktivitas. 16. Saya merasa orang lain menganggap saya

tidak mampu melakukan apa-apa karena kaki saya cacat.

17. Meskipun kaki saya sudah dioperasi. Kaki saya masih dapat berfungsi. 18. Saya tetap dapat melakukan aktivitas

seperti biasa sama seperti sebelum dioperasi.

19. Saya tersinggung saat orang lain menolak bantuan saya karena melihat saya cacat. 20. Saya merasa keluarga dan atau pasangan

saya membatasi aktivitas saya setelah kaki saya dioperasi.

21. Saya tidak dapat menyesuaikan diri di lingkungan saya.

22. Saya merasa orang lain pasti akan langsung membicaraka saya, saat saya lewat dihadapan orang tersebut.

(65)

52

24. Saya merasa bentuk kaki saya saat ini adalah sebuah tanda kegagalan dalam hidup saya.

25. Saya merasa diasingkan di lingkungan saya dengan bentuk kaki saya sekarang. 26. Jika waktu bisa diputar, saya berharap

kaki saya dapat kembali ke bentuk sebelum dioperasi.

27. Saya merasa orang lain meremehkan saya setelah dioperasi.

28. Saya merasa teman-teman saya menjauhi saya karena fungsi kaki saya tidak optimal setelah dioperasi.

29. Saya merasa orang lain lebih memperdulikan saya saat ini.

30. Saya masih pergi mengunjungi undangan sama seperti sebelum kaki saya dioperasi. 31. Saya meras orang lain mau membantu

saya karena kasihan.

32. Saya tidak berharga lagi bagi orang lain setelah saya dioperasi.

33. Saya tidak bergantung kepada orang lain meskipun kaki saya sudah dioperasi. 34. Orang lain mencaci maki saya karena

(66)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Laura Sri Hamdani Sitepu Tempat Tanggal Lahir : Binjai, 19 Oktober 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jln. Jamin Ginting Gg sempit no.5 Padang Medan. Nama Ayah : Juara Bagas Hamonangan Sitepu

Nama Ibu : Darna Br Ginting

Riwayat Pendidikan

1. 1997 - 2003 : SD Swasta Santo Xaverius 2 Kabanjahe 2. 2003 - 2006 : SMP Negeri 1 Kabanjahe

3. 2006 - 2009 : SMA Negeri 1 Tigapanah

4. 2009 - 2012 : Akademi Keperawatan Kesdam I/Bukit Barisan Medan 5. 2012 – Sekarang : Program ekstensi S1 Fakultas Keperawatan Universitas

(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)

Gambar

Tabel. 3.2.1  Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel.5.1   Distribusi Frekwensi dan presentase karakteristik Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah Di Rumah Sakit TK II Putri Hijau, Medan (n=42 orang)
Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Citra Tubuh Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit TK II

Referensi

Dokumen terkait

47| Wiraraja Medika email: wiraraja.medika@wiraraja.ac.id Hubungan Gangguan Citra Tubuh dengan Tingkat Stres Pasien Pasca Operasi Sectio Caesaria SC di Ruang Madinah Rumah Sakit PKU

i SKRIPSI HUBUNGAN GAMBARAN CITRA TUBUH DENGAN TINGKAT STRES PADA PASIEN POST SECTIO CAESARIA SC DI RUANG MADINAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SEKAPUK Untuk Memperoleh Gelar

4 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Penelitian ini untuk menganalisa Hubungan Gambaran Citra Tubuh dengan Tingkat Stres pada Pasien Pasca Opersi Sectio Caesaria SC di Ruang