• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter I Gambaran Citra Tubuh Pasien Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Ruang Fisioterapi dan Poly Bedah Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau, Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter I Gambaran Citra Tubuh Pasien Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di Ruang Fisioterapi dan Poly Bedah Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau, Medan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keperawatan secara holistik akan memandang masalah yang dihadapi

pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan

spiritual. Masalah yang dihadapi oleh pasien paska operasi fraktur tidak hanya

pada upaya memenuhi kebutuhan fisik semata, tetapi lebih dari itu, perawat

berusaha untuk mempertahankan integritas diri pasien secara utuh, sehingga tidak

menimbulkan komplikasi fisik selama kegiatan pengobatan, perawatan dan

rehabilitasi, tidak mengakibatkan gangguan mental, serta pasien dapat menerima

dirinya secara utuh (Harnawatiaj, 2008).

Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas

jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa atau

kecelakaan yang tidak terduga (Mansjoer, 2000). Keadaan paska fraktur

ekstremitas bawah adalah keadaan dimana telah dilakukan pembedahan pada

daerah ekstremitas bawah yang fraktur. Paska fraktur tentu saja akan

menimbulkan perubahan penampilan dan penurunan fungsi tubuh seseorang.

Gangguan mobilitas fisik dan gangguan citra tubuh akan terjadi serta harga diri

rendah akan menyertai perasaan pasien (Smeltzer, 2002).

Keadaan yang dialami pasien paska fraktur akan membangkitkan berbagai

perasaan dan reaksi stress, termasuk frustasi, ansietas, kemarahan, penyangkalan,

rasa malu, berduka, dan ketidakpastian. Pasien paska fraktur bersama dengan

keluarganya harus menyesuaikan diri dengan keadaannya sekarang. Gejala yang

(2)

pengobatan medis. Pertanyaan dapat timbul mengenai prognosis, perubahan

bentuk tubuh, dan reaksi orang lain. Keadaan tubuh juga akan menimbulkan stress

akibat pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah harus menempatkan diri ke

dalam lingkungan yang tidak biasa dan kadang menakutkan yang akan mendorong

kearah perasaan ketidakberdayaan dan kehilangan kontrol (Kozier, 2004).

Pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah kadang sangat peka dan

rentan. Seluruh kehidupannya berubah, setidaknya untuk sementara. Mereka

bergulat dengan kenangan masa lalu sementara menghadapi realitas saat ini dan

masa depan yang tidak pasti. Hal-hal mengenai ketergantungan, rasa percaya dan

identitas akan muncul ke permukaan.(Kozier, 2004)

Keadaan paska fraktur selalu akan lebih dari sekedar nyeri fisik atau

ketidaknyamanan. Tujuan hidup, keluarga, pekerjaan dan penghasilan, mobilitas,

citra tubuh dan gaya hidup pun akan berubah secara drastis. Tergantung

perubahannya bersifat sementara atau permanen, situasi dapat berkembang

menjadi krisis-krisis yang akan mempengaruhi keluarga, sahabat dan pemberi

bantuan professional (Kozier, 2004).

Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar

maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta

persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh (Sunaryo, 2004).

Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal

maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada

tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan

(3)

Menurut UNICEF 2001-2002 dalam Nurhadini (2011) didapatkan data

terdapat sekitar 55% pasien mengalami Body Image terganggu dan 45% Body

Image tidak terganggu. Lystiowati (2012) dalam penelitiannya “Gambaran

Konsep Diri penderita kanker payudara yang menjalani kemoterapi” juga

mendapatkan hasil bahwa 50% penderita memiliki konsep diri positif dan

sebagian kecil 50% memiliki konsep diri negatif.

Seseorang yang memiliki konsep diri negatif termasuk citra tubuh negatif

akan memberikan dampak yang buruk terhadap proses penyembuhan penyakitnya.

Proses penyembuhan menjadi lebih lama dari yang seharusnya, karena faktor

penyembuh terbesar adalah berasal dari diri pasien sendiri (Keliat, 1998).

Depkes RI (2009) dalam Lystiowati (2012) mengungkapkan bahwa respon

psikologis yang baik berupa penerimaan terhadap kondisi tubuh yang dialami

sangat berperan dalam menunjang proses kesembuhan. Pasien yang mampu

menerima kondisi tubuhnya akan lebih mempunyai motivasi untuk menjalani dan

menerima segala perawatan dan pengobatan yang diberikan.

Nurhadini (2011) dalam penelitiannya juga mengungkapkan citra tubuh

negatif akan mempengaruhi kesembuhan pasien. Citra tubuh negatif

mempengaruhi proses keperawatan dan proses pemenuhan nutrisi. Sebanyak

52,8% pasien dengan citra tubuh negatif kurang memiliki nafsu makan dan

kurang responsif terhadap pengobatan yang akhirnya sangat mempengaruhi proses

penyembuhan.

Masalah ini penting untuk diteliti karena pasien paska operasi fraktur pada

dasarnya akan mengungkapkan negatif tentang tubuhnya dan depresi sehingga

(4)

luka, mandi, dan memberi dukungan moral, mendorong antisipasi, meningkatkan

adaptasi pada perubahan citra tubuh, meningkatkan status mental pasien dan

memfasilitasi penerimaan terhadap diri serta apakah pasien yang telah mengalami

fraktur dapat menerima keadaan fisiknya sebagaimana adanya (citra tubuh positif)

atau malah merasa tidak menerima dan menilai buruk keadaan fisiknya bahkan

memiliki perasaan rendah diri (citra tubuh negatif) (Harnawatiaj, 2008).

Meskipun belum ada data yang menunjukkan angka pasien paska operasi

fraktur yang mengalami perubahan citra tubuh, namun berdasarkan survei

pendahuluan peneliti mendapatkan gambaran umum tentang perubahan citra

tubuh pada pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah di Rumah Sakit TK.II

Putri Hijau, Medan rata-rata mengalami banyak keluhan seperti merasa terganggu

dengan keadaan tubuhnya sekarang, akan sakit yang dialami dan menjalani proses

penyembuhan yang lama. Seperti pasien takut orang-orang di lingkungannya akan

menjauhinya, mengungkapkan hal negatif tentang tubuhnya dan merasa tidak

berdaya untuk melakukan aktifitas akibat perubahan fisik yang dialami sehingga

pasien membatasi semua aktifitasnya secara berlebih.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang

Gambaran CitraTubuh Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di

Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau, Medan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang dapat dirumuskan masalah

penelitian yaitu “Bagaimana gambaran citra tubuh pasien paska operasi fraktur

(5)

3. Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi gambaran citra tubuh pasien paska operasi fraktur

ekstremitas bawah di Rumah Sakit TK II Putri Hijau, Medan”

4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan keperawatan serta

pemahaman para peserta didik, tim keperawatan medikal bedah dan tim

keperawatan jiwa tentang citra tubuh pasien paska operasi fraktur dan

dapat mengembangkan intervensi yang bertujuan untuk penerimaan diri

pasien seutuhnya dan peningkatan kualitas hidup pasien.

b. Bagi Praktik keperawatan

Sebagai bahan informasi tentang gambaran citra tubuh pasien paska

operasi fraktur ekstremitas bawah sehingga dapat meningkatkan kualitas

pelayananan, khususnya pasien paska operasi fraktur agar dapat

mengintegrasikan pada konsep dirinya perubahan citra tubuh yang terjadi.

c. Bagi Penelitian Keperawatan

Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan

perbandingan apabila ada peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan

judul yang sama dengan metodologi berbeda atau ingin mengembangkan

Referensi

Dokumen terkait

Infark miokard adalah kematian jaringan otot jantung yang ditandai adanya sakit dada yang khas lama sakitnya lebih dari 30 menit, tidak hilang dengan istirahat atau pemberian

[r]

[r]

Menyusun konsep tata massa Pasar Seni dan Kerajinan Bambu Jambu Kulon Klaten yang sesuai fungsi yang mencakup pemasaran, produksi, hunian.

Program beasisw a yang dilaksanakan oleh Direkt orat Pendidikan Tinggi Islam pada t ahun 2010 t erdiri at as Bant uan Biaya Pendidikan (BBP), Biaya St udi (BS), Beasisw a

Guru meminta setiap kelompok untuk membuat Mind Map tentang perkembangan teknologi komunikasi pada selembar kertas yang diberikan.. Guru mengamati dan membimbing siswa

dalam pembelajaran kooperatif, siswa terlibat aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga memberikan dampak positif terhadap interaksi dan komunikasi antara

Bagi kalangan yang kontra dengan Perda ini, mereka mengargumenkan bahwa pembentukan Perda berbasis syari’ah dinilai berlebihan, bahkan ada yang menyatakannya secara terbuka