KARYA TULIS AKHIR
PENGARUH PEMBERIAN FRAKSI ANTOSIANIN
DARI UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas ) TERHADAP KADAR
TOTAL BILIRUBIN PADA TIKUS PUTIH JANTAN ( Rattus novergicus )
YANG DIINDUKSI INH DAN RIFAMPISIN
OLEH:
MUCHAMAT NURIZAL HANAFI NIM 09020098
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
ii
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL PENELITIAN Telah disetujui sebagai hasil penelitian
Untuk memenuhi persyaratan
Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang
Tanggal: 21 Maret 2013
Pembimbing I
dr. Meddy Setiawan, Sp.PD
Pembimbing II
dr. Erdy Kuswandana
Mengetahui,
Fakultas Kedokteran
Dekan,
iii
LEMBAR PENGUJIAN
Karya Tulis Akhir oleh Muchamat Nurizal Hanafi ini telah diuji dan dipertahankan di
depan Tim Penguji pada tanggal 21 Maret 2013
Tim Penguji
dr. Meddy Setiawan, Sp.PD Ketua
dr. Erdy Kuswandana Anggota
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillaahirobbilalamin puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis akhir yang berjudul “. Pengaruh Pemberian Antosianin dari Ekstrak Ubi Jalar Ungu
(Ipomoea Batatas) terhadap Kadar Total Bilirubin pada Tikus Putih Jantan (rattus novergicus) yang Diinduksi INH dan Rifampisin”. Shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan pada junjungan Rasulullah Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari zaman gelap menuju jalan yang terang benderang
yakni agama Islam.
Pada penulisan karya tulis akhir ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. dr. Irma Suswati, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang.
2. dr. Meddy Setiawan, Sp.PD, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang
3. dr. Fathiyah Safitri, M.Kes, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.
v
5. dr. Meddy Setiawan, Sp.PD, selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu serta banyak memberikan masukan dan dukungan demi kesempurnaan penelitian ini sehingga tugas akhir ini dapat
terselesaikan.
6. dr. Erdy Kuswandana, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu serta banyak memberikan masukan dan dukungan
demi kesempurnaan penelitian ini sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.
7. dr. Diah Hermayanti Sp.PK, selaku dosen penguji proposal dan tugas akhir yang telah memberi tambahan ilmu dan kritik demi
kesempurnaan penelitian ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis akhir ini, penulis ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun, serta penulis mengharapkan agar karya tulis akhir ini dapat berguna serta
bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Malang, Maret 2013
vi ABSTRAK
Hanafi, Muchamat Nurizal. 2013. Pengaruh Pemberian Antosianin dari Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas) terhadap Kadar Total Bilirubin pada Tikus Putih Jantan (rattus novergicus) yang Diinduksi INH dan Rifampisin. Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. (1) dr. Meddy Setiawan Sp PD* (2) dr. Erdy Kuswandana**
Latar Belakang: Pemakaian jangka lama INH dan Rifampisin menyebabkan kerusakan pada hepar sehingga terjadi peningkatan kadar bilirubin total. Fraksi antosianin ubi jalar ungu dapat menurunkan kadar total bilirubin.
Tujuan: Untuk membuktikan pengaruh pemberian fraksi antosianin pada ubi jalar ungu (Ipomoea Batatas) sebagai hepatoprotektor terhadap kadar total bilirubin pada tikus putih (rattus novergicus) yang telah diinduksi INH dan Rifampisin. Metode: Eksperimental, The Post Test Only Control Group Design. Sampel dibagi 5 kelompok. Kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif diberi isoniasid dan rifampisin masing-masing 200mg/kgBB selama 28 hari, dan 3 kelompok perlakuan diberi fraksi antosianin ubi jalar ungu dosis (269,538,1076)mg/kgBB selama 28 hari. Dianalisis dengan oneway ANOVA, uji korelasi, dan uji regresi.
Hasil Penelitian: K1 = 0,58mg/dl SD + 0,14; K2 = 3,11mg/dl SD + 0,12; K3 = 2,30mg/dl SD + 0,10; K4 = 1,93mg/dl SD + 0,12; K5 = 1,48mg/dl SD + 0,12. One Way Anova sig = 000 (p < 0,05), uji korelasi sig = 0,000 (p < (0,05), ,uji regresi linier sig = 0,000 (p < 0,05)dengan R2=0,900. Fraksi antosianin dapat menurunkan kadar total bilirubin dengan cara antosianin menghambat perubahan isoniazid menjadi hydrazin,serta menurunkan produksi reactive oxygen species (ROS)
Kesimpulan: Fraksi antosianin ubi jalar ungu (Ipomoea Batatas) dapat menurunkan kadar total bilirubin tikus putih yang diinduksi INH dan Rifampisin. 1076 mg/kgBB adalah dosis efektif fraksi antosianin untuk menurunkan kadar total bilirubin.
Kata Kunci: Fraksi antosianin ubi jalar ungu (Ipomoea Batatas), Kadar Total Bilirubin, INH dan Rifampsin.
vii ABSTRACT
Hanafi, Muchamat Nurizal. 2013. The Effect of Anthocyanin Fraction of Purple Sweet Potato (Ipoema batatas) to the Mice (rattus novergicus) Levels of Total Bilirubin Induced by INH adn Rifampisin . Final Project, Medical Faculty, University of Muhammadiyah of Malang. (1) dr.Meddy Setiawan Sp PD* (2) dr.Erdy Kuswandana**
Introduction:Long term use of INH and Rifampisin caused the damage of hepar so that increased levels of total bilirubin. anthocyanin fraction of purple sweet potato (Ipoema batatas) could reduced levels of total bilirubin.
Objective:To prove The effect of anthocyanin fraction of purple sweet potato (Ipoema batatas) to reduce increased levels of total bilirubin in mice (rattus novergicus) induced by INH and Rifampisin.
Methode:Experimenal, The post test only control design. Sample are divided into 5 groups. The negative control group , the positive control group was induced by INH and Rif, each 200mg/kgBB for 28 days and the treatment groups was induced by anthocyanin fraction of Purple Sweet Potato dosage (269,538,1076)mg/kgBB started for 28 days. Analysed by oneway ANOVA, correlation test, and regression test.
Result and discussion: K1 = 0,58mg/dl SD + 0,14; K2 = 3,11mg/dl SD + 0,12; K3 = 2,30mg/dl SD + 0,10; K4 = 1,93mg/dl SD + 0,12; K5 = 1,48mg/dl SD + 0,12. . One way anova test sig = 000 (p < 0,05), Correlation test sig = 0,000 (p < (0,05) and linear regression sig = 0,000 (p < 0,05) and R2=0,900.anthocyanin fraction could reduce levels of total bilirubin by barriered modification of isoniazid become hydrazine and reduce production of reactive oxygen species (ROS)
Conclusion:The inducing of anthocyanin fraction of purple sweet potato could reduce levels of total bilirubin in mice induced by INH and Rifampisin. 1076 mg/kgBB is effective dose of anthocyanin fraction to reduced levels of total bilirubin.
Keyword :anthocyanin fraction of purple sweet potato (Ipoema batatas), levels of total bilirubin, INH and Rifamipisin.
viii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... ... i
LEMBAR PENGESAHAN.. ... ii
LEMBA PENGUJIAN.. ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR SINGKATAN ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1 Tujuan Umum ... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Hepar ... 6
2.1.1 Anatomi Hepar ...6
2.1.2 Fisiologi Hepar ...8
2.1.3 Kerusakan Hepar Akibat Obat ...9
2.2 Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas) ... 11
2.2.1 Klasifikasi TanamanUbi Jalar Ungu (Ipomoea batatas) ... 11
2.2.2 Morfologi Tanaman Ubi Jalar Ungu(Ipomoea batatas) ... 12
2.2.3 Kandungan Kimia Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas) ... 13
ix
2.3.1 Efek Antosianin Sebagai Hepatoprotekor...15
2.4 Bilirubin ... 17
2.4.1 Pembentukan Bilirubin Berlebihan...17
2.5 INH dan Rifampisin ... 18
2.5.1 INH ... 18
2.5.1.1 Mekanisme Kerja INH ... 19
2.5.1.2 Farmakokinetik INH ... 19
2.5.2 Rifampisin ... 20
2.5.2.1 Mekanisme Kerja Rifampisin ... 21
2.5.2.2 Farmakokinetik Rifampisin ... 21
2.6 Hepatotoksisitas INH dan Rifampisin ... 22
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 24
3.1 Kerangka Konseptual ... 24
3.2 Hipotesis Penelitian ... 26
BAB IV METODE PENELITIAN ... 27
4.1 Jenis Penelitian... 27
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27
4.3 Populasi dan Sampel ... 27
4.3.1 Populasi ... 28
4.3.2 Sampel ... 28
4.3.3 Besar Sampel ... 28
4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel ... 28
4.3.5 Karakteristik Sampel Penelitian ... 28
4.3.5.1 Kriteria Inklusi ... 28
4.3.5.2 Kriteria Eksklusi ... 28
4.3.6 Variabel Penelitian ... 29
4.3.6.1 Variabel Bebas ... 29
4.3.6.2 Variabel Tergantung ... 29
4.3.7 Definisi Operasional Variabel ... 29
x
4.4.1 Alat ... 30
4.4.1.1 Alat Ekstraksi dan Uji Kadar Antosianin ... 30
4.4.4.2 Alat Pembuatan Preparat dan Pemeriksaan kadar total bilirubin pada Hepar tikus putih ... 30
4.4.2 Bahan ... 31
4.4.2.1 Bahan Ekstraksi dan Uji Kadar Antosianin ... 31
4.4.2.2Bahan Pembuatan Preparat dan Pemeriksaan kadar total bilirubin Hepar Tikus ... 31
4.5 Alur Penelitian ... 32
4.6 Prosedur Penelitian ... 33
4.6.1 Pembagian Kelompok Tikus ... 33
4.6.2 Adaptasi Hewan Percobaan ... 33
4.6.3 Penentuan Dosis ... 34
4.6.3.1 Dosis INH dan Rifampisin ... 34
4.6.3.2 Dosis Fraksi Antosianin Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batas ) ... 34
4.6.4 Ekstraksi Antosianin Ubi Jalar Ungu(Ipomoea batatas) ... 35
4.6.5 Penentuan Total Antosianin Dengan Metode pH Differensial 35 4.6.6Fraksinasi Ekstrak Antosianin Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas) ... 36
4.6..6.1 Pembuatan Larutan Buffer pH 1,0 dan pH 4,5 ... 37
4.6..6.2 Pengukuran dan Perhitungan Konsentrasi Antosianin Total ... 38
4.6.7 Pemeriksaan kadar total bilirubin Hepar Tikus ... 39
4.7 Analisis Data ... 40
4.8 Jadwal Penelitian ... 40
BAB V HASIL dan ANALISIS DATA ... 41
5.1 Hasil Penelitian ... 41
xi
BAB VI PEMBAHASAN ... 47
BAB VII SIMPULAN dan SARAN ... 50
7.1 Simpulan ... 50
7.2 Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 52
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Organ Hati ... 7
Gambar 2.2 Ubi Jalar Ungu ... 11
Gambar 2.3 Struktur Antosianin dalam Ubi Jalar Ungu ... 14
Gambar 2.4 Proses Bilirubin ... 18
Gambar 2.5 Struktur Kimia INH ... 19
Gambar 5.1 Grafik rata-rata kadar total bilirubin pada tikus putih jantan ... 41
Gambar 5.2 Kurva hubungan antara dosis fraksi antosianin dari ubi jalar ungu dengan kadar total bilirubin tikus putih jantan ... 44
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR SINGKATAN
ATP : Adenosine Triphosphate BM : Berat Molekul
CD8+ : Cluster of differentiation 8
CYP450 : Cytochrome P-450
DNA : Deoxyribonucleic Acid HCL : hydrogen chloride INH : Isoniazid
KCL : kalium chloride
mPT : mitochondrial permeability transition OAT : Obat Anti Tuberkulosis
RNA : Ribonucleic Acid
ROS : Reactive Oxygen Species
SGOT : Serum glutamic-oxaloacetic transaminase SGPT : Serum glutamic pyruvic transaminase
TBC : Tuberculosis
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
DAFTAR PUSTAKA
Askgaard DS, Wilcke T, Dossing M, 1994, Hepatotoxicity Caused by the Combined Action of Isoniazid and Rifampicin, Thorax, 50, pp. 213-214. Black, J.M., and Hawks, J.H., (2005). Medical-surgical nursing, clinical
management for positive outcomes 8th ed, St. Louis: Elsevier & Saunders. Chambers, HF 2007, Antimycobacterium drugs, in Katzung BG (ed.), Basic and
clinical pharmacology, 10th edn, McGraw-Hill, London.
Daulay DG, Supriatmo, Sinuhaji AB, Hepatitis Akibat Penyakit Sistemik, Sari Pediatri, vol 4 no 8, pp 294-298
Eaton DL, C KD, 2001, Principle of Toxicology, In: C KD (ed). Toxicology, the Basic Science of Poisons, 6th edn, McGraw-Hill, New York, pp. 11-34. Gaulejac NSCD, Glories Y, Vivas N 1999, Free radical scavenging effect of
anthocyanins in red wines, Food Research International, vol. 32, pp. 327-333.
Giusti MM, Worlstad RE 2000, Characterization and measurement af anthocyanins by UV-visible spectroscopy, Oregon State University, viewed 10 August 2011, <http://does.org/masterli/facsample.htm-37k>.
Guyton AC, Hall JE, 2008, Liver as an organ, In: Guyton AC, Hall JE (eds). Textbook of Medical Physiology, 11th edn, Elsevier, Singapore, pp. 902-907.
Guyton AC, Hall JE, 2008, Pengukuran Bilirubin di Dalam Empedu Sebagai Alat Diagnostik Klinis, In: Guyton AC, Hall JE (eds), pp. 906-907.
Hwang YP, Choi JH, Yun HJ et al 2011, „Anthocyanins from purple sweet potato attenuate dimethylnitrosamine-induced liver injury in rats by reducing Nrf2-mediated antioxidant enzymes and reducing COX-2 and iNOS expression‟, Food and Chemical Toxicology, vol. 49, pp. 93-99.
Istiantoro YH , Setiabudy, R 2009, „Tuberkulostatik dan leprostatik‟, in Gunawan SG et al. (edn.), Farmakologi dan terapi, 5th edn, Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI, Jakarta.
xvii
Kalra BS, Anggarwal S , Khurana N 2007, „Effect of cimetidine on hepatotoxicity induced by isoniazid-rifampicin combination in rabbits‟, Indian J Gastroenterol, vol. 26, pp. 18-21.
Katzung BG, 1998, Farmako Terapi dan Farmako Klinik, Prinsip Kerja Antimikroba, Katzung BG, ed 6, Jakarta, 699-702
Kashmir, 2012, Indian Journal for The Practicing Doctor, An Official Publication of Directorate of Health Services, Vol. 7, Issue 1, 67
Kumar GS, Krishna BRB, Kumar GV et al 2010, „Hepatoprotective and antioxidant activity of the alcoholic extract of Ipomoea turpetnm against anti-TB drugs induced hepatotoxicity in rats‟, Journal of Advances in Drug Research, vol. 1, no. 1, pp. 10-19.
Lindseth, Glenda N, 2006, Gangguan Hati Empedu da Pankreas, dalam : Hartanto H, Wulansari P(eds), Pathopyhsiology Clinical Concepts of Disease Proses 6th edn, EGC, Jakarta, hal. 472-485
Prihatni D, Parwati I, Sjahid I et al, 2005, Efek Hepatotoksik Anti Tuberkulosis Terhadap Kadar Aspartate Aminotransferase dan Alanine Aminotransferase Serum Penderita Tuberkulosis Paru, Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol. 12, pp. 1-5.
Panjaitan RGP, Manalu W, Handharyani E et al, 2011, The effect of the extract of pasak bumi roots (Eurycoma longifolia Jack.) on liver function, Jurnal Farmasi Indonesia, 22(1), pp.15-20
Robbins, 2007, Buku Ajar Patologi Edisi 7, Penerbit EGC, Jakarta.
Sakuma T, Kawasaki Y, Jarukamjorn K et al 2009, „Sex Differences of Drug -metabolizing Enzyme: FemalePredominant Expression of Human and Mouse CytochromeP450 3A Isoforms‟, Journal of Health Science, vol. 55, no. 3, pp. 325-337.
Studiawan, Sukardiman, Widyawaruyanti et al 2011, Fitokimia, Program Studi Farmasi Fakultas Imu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
Troughton JA, Woodside J, Young I et al 2007, 'Bilirubin and coronary heart
disease risk in the Prospective Epidemiological Study of Myocardial Infarction (PRIME).' European journal of cardiovascular prevention and rehabilitation : official journal of the European Society of Cardiology, Working Groups on Epidemiology, vol 14(1), pp. 79-84.
xviii
Wijaya LS, Widjanarko SB, Susanto, T 2001, „Ekstraksi dan karakterisasi pigmen dari kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum) var. BINJAI‟, BIOSAIN, vol. 1, no. 2, pp. 42-53.
World Health Organization, 2010, Indonesian Tuberculosis Profile, viewed 18 December 2011, <http://www.int/tb/data1.com>.
Wang X, Chowdhury JR, Chowdhuryl NR, 2006, Bilirubin metabolism: Applied physiology, Current Paediatrics, 16, pp. 70-74
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Hepar adalah organ terbesar dan secara metabolisme paling kompleks di dalam tubuh. Organ hepar terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian besar obat dan toksikan. Secara struktural organ hepar tersusun oleh hepatosit (sel
parenkim hepar). Hepatosit bertanggung jawab terhadap peran sentral hepar dalam metabolisme. Sel-sel tersebut terletak di antara sinusoid yang terisi darah dan
saluran empedu. Sel Kuffer melapisi sinusoid hepar dan merupakan bagian penting dari sitem retikuloendotelial tubuh. Darah dipasok melalui vena porta dan
arteri hepatika, dan disalurkan melalui vena sentral dan kemudian vena hepatika ke dalam vena kava. Saluran empedu mulai berperan sebagai kanalikuli yang kecil sekali yang dibentuk oleh sel parenkim yang berdekatan. Kanalikuli bersatu
menjadi duktula, saluran empedu interlobular, dan saluran hepar yang lebih besar. Saluran hepar utama menghubungkan duktus kistik dari kandung empedu dan membentuk saluran empedu biasa, yang mengalir ke dalam duodenum (Lu, 1995)
Hepar sering menjadi organ sasaran karena beberapa hal. Sebagian besar toksikan memasuki tubuh melalui sistem gastrointestinal. Setelah diserap,
toksikan dibawa vena porta ke hepar. Hepar mempunyai banyak tempat pengikatan. Kadar enzim yang memetabolisme xenobiotik dalam hepar juga tinggi (terutama sitokrom P-450). Hal tersebut membuat sebagian besar toksikan
menjadi kurang toksik dan lebih mudah larut dalam air, sehingga lebih mudah dieksresikan. Tetapi dalam beberapa kasus, toksikan diaktifkan sehingga dapat
2
menginduksi lesi. Lesi hepar bersifat sentrilobuler banyak dihubungkan dengan
kadar sitokrom P-450 yang lebih tinggi (Zimmerman, 1982)
Efek toksik pada hepar terjadi pada efek samping beberapa obat yang bekerja
melalui hepar. Efek samping obat biasanya ringan, dan efek samping yang berat adalah hepatotoksik. Obat anti TB yang dapat menyebabkan hepatotoksik adalah pirazinamid (PZA), isoniazid (INH) dan rifampisin. Rifampisin sebagai obat
utama TB mempunyai efek hepatotoksik yang paling rendah bila dibandingkan dengan pirazinamid (PZA) dan isoniazid (INH). Gejala hepatotoksik biasanya
menyerupai gejala hepatitis lainnya (Prihatni, 2005 )
Akibat dari hepatotoksik adalah meningkatnya salah satu produk hepar yaitu
bilirubin. Bilirubin merupakan hasil perombakan dari hemoglobin yang ikut aliran empedu melewati hepar. Apabila terjadi kerusakan hepar, maka sirkulasi dari bilirubin akan terganggu. Peningkatan kadar total bilirubin pada hepar yang
mengalami toksisitas terjadi karena kerusakan mitokondria hepar dan diikuti pembengkakan progresif sel-sel hepar yang mendesak dan membendung saluran kanalikuli sehingga terjadi gangguan konjugasi bilirubin dan ekskresi bilirubin.
Kerusakan pada sel – sel hepar yang mengakibatkan ekskresi melalui saluran empedu terhambat akan menyebabkan bilirubin direk dalam serum meningkat.
Namun, apabila yang terjadi adalah kegagalan dalam tahap konjugasi bilirubin di hepar, maka bilirubin indirek akan meningkat (Sylvia, 2006)
Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pangan
3
komposisi gizi yang baik serta penampakan dan cita rasa yang menarik, tetapi
juga mempunyai fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh.
Senyawa antosianin yang terdapat pada ubi jalar berfungsi sebagai antioksidan
dan penangkap radikal bebas, sehingga berperan dalam mencegah terjadinya penuaan, kanker, dan penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis. Selain itu, antosianin juga memiliki kemampuan sebagai antimutagenik dan antikarsinogenik
terhadap mutagen dan karsinogen yang terdapat pada bahan pangan dan produk olahannya, mencegah gangguan fungsi hepar, antihipertensi, dan menurunkan
kadar gula darah( Yusuf, 2008 ).
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dilakukan penelitian tentang “ pengaruh pemberian antosianin dari ekstrak ubi jalar ungu sebagai
hepatoprotektor terhadap kadar total bilirubin pada tikus putih jantan yang telah diinduksi INH dan Rifampisin “
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dilakukan penelitian tentang 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut : apakah ada “ pengaruh pemberian antosianin dari fraksinasi ubi jalar ungu sebagai hepatoprotektor terhadap kadar total bilirubin
pada tikus putih jantan yang telah diinduksi INH dan Rifampisin ? “ 1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan membuktikan efek fraksi antosianin pada ubi jalar ungu sebagai hepatoprotektor terhadap kadar total bilirubin pada tikus putih
4
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menentukan kadar total bilirubin pada tikus putih jantan yang diinduksi INH dan rifampisin.
2. Menentukan kadar total bilirubin pada tikus putih jantan (rattus novergicus) yang diinduksi INH dan rifampisin dan diberi terapi pendamping fraksi antosianin dari ubi jalar ungu (Ipomoea batatas)
3. Mendapatkan dosis antosianin dalam ubi jalar ungu (Ipomoea batatas) yang paling efektif dalam terapi pencegahan hepatotoksisitas yang
diinduksi INH dan rifampisin. 1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Klinis
Membuktikan secara empiris pengaruh pemberian antosianin dari
fraksinasi ubi jalar ungu sebagai hepatoprotektor terhadap kadar total
bilirubin pada tikus putih jantan yang telah diinduksi INH dan Rifampisin 1.4.2 Akademik
Memberi informasi ilmiah tentang kegunaan ubi jalar ungu sebagai
hepatoprotektor terhadap kadar total bilirubin pada tikus putih jantan yang telah diinduksi INH dan Rifampisin.
1.4.3 Masyarakat
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang efek antosianin pada ubi jalar ungu sebagai hepatoprotektor terhadap kadar total bilirubin pada
5
Diharapkan ditemukannya nutrien pendamping dalam terapi TB untuk
mencegah terjadinya hepatotoksisitas yang disebabkan oleh INH dan rifampisinyang berasal dari tanaman alami yang bisa dibudidayakan
dengan baik di Indonesia.
Diharapkan adanya pengembangan budidaya ubi jalar ungu di Indonesia karena tanaman ini memiliki banyak manfaat strategis baik