• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Penggunaan Lahan dan Keterkaitannya dengan Suhu Udara Permukaan di Kampus IPB Darmaga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Penggunaan Lahan dan Keterkaitannya dengan Suhu Udara Permukaan di Kampus IPB Darmaga"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN DAN KETERKAITANNYA

DENGAN SUHU UDARA PERMUKAAN DI KAMPUS IPB

DARMAGA, BOGOR

NARDY NORMAN NAJIB

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Penggunaan Lahan dan Keterkaitannya dengan Suhu Udara Permukaan di Kampus IPB Darmaga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

(3)

ABSTRAK

NARDY NORMAN NAJIB. Identifikasi Penggunaan Lahan dan Keterkaitannya dengan Suhu Udara Permukaan di Kampus IPB Darmaga. Dibimbing oleh ENDES N. DACHLAN dan BREGAS BUDIANTO.

Kampus IPB Darmaga mengalami perkembangan cukup pesat dalam hal pembangunan yang menimbulkan implikasi permasalahan yang berdampak pada ekosistem udara seperti keberadaan karbondioksida yang semakin meningkat dan suhu udara yang semakin panas. Kondisi Kampus IPB Darmaga saat ini masih memiliki lahan vegetasi yang cukup bervariasi bermanfaat dalam pengembangan dan pengendalian fungsi lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian dengan tujuan untuk memetakan sebaran penggunaan lahan dan suhu udara permukaan terhadap penggunaan lahan, serta pengaruh fungsi hutan kota di Kampus IPB Darmaga. Tahapan metode penelitian ini terdiri dari pengolahan peta data Google earth 2013 guna mendapatkan peta kelas klasifikasi penggunaan lahan di kampus IPB, lalu pengukuran suhu udara dilakukan pada berbagai tipe penggunaan lahan menggunakan sensor suhu dengan tiga kali pengulangan dalam sepuluh hari. Hasil penelitian didapatkan penggunaan lahan di kampus IPB Darmaga dipetakan dalam lima kelas lahan, dan dilakukan pengukuran suhu pada kelima klasifikasi lahan. Kata kunci: hutan kota, penggunaan lahan, suhu udara.

ABSTRACT

NARDY NORMAN NAJIB. Identification of Land Use and Its Correlation with Air Surface Temperature in IPB Campus Darmaga. Supervised by ENDES N. DACHLAN and BREGAS BUDIANTO.

IPB Campus Darmaga has been progressing quite rapidly in the term of development which generates problems implication affective atmosferic ecosystem, such as the increasing carbon dioxide and air temperature. However, IPB Campus Darmaga has varying vegetated land which arrived benefit in developing and preserving environmental functions. The objective of this research was to map land use distribution and surface air temperature to land use as well as the influence of urban forest function in IPB Campus Darmaga. Method used in this research comprised managing map Google earth 2013 data in order to take classification class map of land use in IPB Campus, measuring air temperature conducted to each land use type with using temperature sensor for 3 times replication during 10 days. The research results obtained that land use in IPB Campus Darmaga was able to be mapped in five class and carried the measurement of temperature on the fifth classifications land.

(4)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN DAN KETERKAITANNYA

DENGAN SUHU UDARA PERMUKAAN DI KAMPUS IPB

DARMAGA, BOGOR

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)
(6)
(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah penggunaan lahan dan suhu udara yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 sampai Juni 2014 dengan judul Identifikasi Penggunaan Lahan dan Keterkaitannya dengan Suhu Udara Permukaan di Kampus IPB Darmaga.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Endes N Dachlan, MS dan Ir Bregas Budianto, Ass Dipl selaku pembimbing yang telah memberikan banyak masukan selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga dan sahabat tercinta Nepenthes rafflesiana atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat dan Bahan Penelitian 2

Metode Pengambilan Data 2

Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 4

Perubahan Penggunaan Lahan 4

Analisis Sebaran Suhu Udara 6

Analisis Kelembapan Udara 11

Pengaruh Hutan Kota 14

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

(9)

DAFTAR TABEL

1 Perubahan penggunaan lahan kampus IPB Darmaga 5

tahun 2000, 2008, dan 2013 2 Luasan penggunaan lahan kampus IPB Darmaga tahun 2014 5

3 Luas Penggunaan lahan 2014 dan THI 14

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan alir pengelolaan data peta penggunaan lahan 3

2 Peta penutupan lahan kampus IPB Darmaga tahun 2014 6

3 Hutan Alhurriyah 7

4 Kolam Pintu 2 7

5 Rektorat IPB 7

6 Fapet 2 IPB 7

7 Sebaran suhu udara plot vegetasi 8

8 Sebaran suhu udara plot lahan pertanian 9

9 Sebaran suhu udara plot lahan terbuka 9

10 Sebaran suhu udara lahan terbangun 10

11 Sebaran suhu udara plot badan air 11

12 Pengukuran RH plot lahan vegetasi 12

13 Pengukuran RH plot lahan terbuka 12

14 Pengukuran RH plot lahan terbangun 13

15 Pengukuran RH plot lahan pertanian 13

16 Pengukuran RH plot badan air 14

17 Rangkaian dioda 18

18 Grafik hasil kalibrasi sensor suhu 3 bola kering 19

19 Grafik hasil kalibrasi sensor suhu 3 bola basah 19

20 Grafik hasil kalibrasi sensor suhu 4 bola kering 19

21 Grafik hasil kalibrasi sensor suhu 4 bola basah 19

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sensor suhu udara 18

2 Suhu udara rata-rata 20

3 Kelembaban udara rata-rata 20

4 Indeks Kenyamanan 20

(10)
(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga telah mengalami perkembangan cukup pesat dalam hal pembangunan, seperti terdapat gedung-gedung baru perkuliahan serta berbagai infrastruktur penunjang lainnya. Perkembangan pembangunan tersebut menimbulkan implikasi permasalahan yang berdampak pada lingkungan kampus dan sekitarnya. Dengan kondisi lahan hijau yang dikonversi untuk memenuhi kebutuhan ruang bagi kegiatan perkuliahan tentunya menyebabkan berbagai dampak terhadap ekosistem udara seperti keberadaan karbondioksida di udara semakin meningkat dan tentunya suhu udara yang semakin panas serta terganggunya keseimbangan ekologi. BMKG (2010) diaju dalam Dahlan (2011) mengatakan bahwa terjadi peningkatan suhu udara sebesar 0.25oC sejak tahun 2001 sampai tahun 2010 di Kampus IPB Darmaga. Oleh karena itu, dibutuhkan segera upaya-upaya dalam mengetahui lokasi yang mengalami dampak dari penggunaan lahan di Kampus IPB Darmaga dan disekitar wilayah kampus.

Alternatif yang dapat memberikan dampak signifikan dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup yakni tetap menjaga lahan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam menyeimbangi pembangunan di kampus IPB Darmaga. Dahlan (2008), menyebutkan bahwa vegetasi pada RTH dapat menguapkan uap air sehingga suhu di bawah tegakan pohon menjadi rendah dibandingkan di luar tegakan serta RTH memodifikasi suhu udara. Salah satu bentuk RTH yakni hutan kota. Komponen hutan kota sebagai ruang terbuka hijau dapat berupa taman kampus, tanaman, jalur hijau serta keberadaan ruang terbuka hijau lainnya (Herdiansyah 2005). Hutan kota memiliki fungsi dalam menciptakan iklim mikro, sebagai sistem hidro-orologi, meredam kebisingan, mengurangi polutan serta menjaga keseimbangan oksigen dan karbondioksida (Irwan 2005).

Kondisi Kampus IPB Darmaga yang masih memiliki kondisi vegetasi bervariasi dari tingkat pohon sampai dengan tumbuhan bawah sangat bermanfaat dalam hal pengembangan dan pengendalian fungsi lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengidentifikasi sebaran penggunaan lahan dan keterkaitannya dengan suhu udara permukaan kampus IPB Darmaga sebagai salah satu bentuk hutan kota di wilayah bogor sehingga dapat berperan optimal guna menjaga kualitas lingkungan kampus dan kehidupan masyarakat di sekitar kampus.

Tujuan Penelitian

(12)

2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan zertimbangan dalam menentukan perencanaan pembangunan kedepan kampus IPB Darmaga. Sehingga kampus IPB dapat menjadi contoh perkembangan Kampus Hijau dengan menerapkan konsep pembangunan yang tetap memperhatikan kondisi lingkungan Kampus dan sekitarnya.

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kampus IPB Darmaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pengumpulan data primer dan data sekunder dilakukan pada Bulan Maret 2014, lalu pembuatan sensor suhu pada Bulan April 2014, serta pengukuran suhu udara dari tanggal 1 – 16 Mei 2014 . Pengolahan data dan hasil penulisan laporan selanjutnya dilakukan pada bulan Juni 2014.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer dilengkapi dengan software Google Earth, sedangkan alat yang digunakan di lapangan meliputi alat sensor yaitu multimeter, dioda, resistor, kipas laptop, pipa aluminium 30cm, kabel, tombol tictac, kamera digital, dan alat tulis.

Bahan yang digunakan penelitian ini yaitu peta administrasi Kampus IPB Darmaga, Data Penggunaan Lahan Kampus IPB Darmaga dan peta Rupa Bumi Indonesia (RBI).

Metode Pengambilan Data

Persiapan peta kerja

Proses pemasukan data dilakukan dengan menggunakan seperangkat komputer yang dilengkapi Google Earth 2013 dengan cara mengklasifikasikan lahan kampus IPB yang selanjutnya peta tersebut menghasilkan sebuah peta pengklasifikasian penggunaan lahan. Data keluaran yang dihasilkan kemudian digunakan sebagai data acuan penentuan wilayah penelitian serta acuan untuk pengambilan data suhu udara permukaan sesuai dengan klasifikasi lahan.

Observasi dan ground check

(13)

3

Wawancara

Wawancara yang dilakukan kepada Pihak Penentu Kebijakan Kampus IPB Darmaga dan instansi-instansi terkait dengan pengembangan dan pembangunan Kampus pada saat ini dan di masa mendatang.

Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data penting yang dapat menunjang penelitian. Kegiatan ini dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen instansi terkait, bentuk dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini.

Analisis Data Pengolahan Peta

Dalam pengolahan peta data Google earth 2013 (peta administrasi IPB) di digitasi guna mendapatkan kelas klasifikasi penggunaan lahan di kampus IPB Darmaga. Analisis selanjutnya peta yang di digitasi di export ke dalam software Arcgis 9.3 guna mengubah format peta menjadi format shp. Dilakukannya overlay terhadap peta penutupan lahan dengan peta administratif kampus agar mendapatkan tampilan akhir peta. Peta penggunaan lahan tersebut selanjutnya menjadi dasar acuan peneliti dalam penentuan lokasi titik pengukuran suhu udara permukaan. Analisis data dapat dilihat pada bagan alir pengelolaan data peta penggunaan lahan pada Gambar 1.

Gambar 1 Bagan Alir Pengelolaan Data Peta Penggunaan Lahan.

Pengukuran Suhu Udara Permukaan

Pengumpulan data berupa data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung (observasi). Pengukuran suhu dilakukan pada berbagai tipe

Google Earth

Digitasi

Peta Administratif IPB Klasifikasi

Penggunaan Lahan Peta Penggunaan

Lahan

Overlay Peta

(14)

4

penggunaan lahan Kampus IPB Darmaga. Data pengukuran suhu dilakukan dengan tiga kali pengulangan dalam sehari yakni pada pukul 08.00-10.00 (pagi hari), pukul 13.00-15.00 (siang hari), dan pukul 16.00-18.00 (sore hari). Pengambilan data suhu udara permukaan pada setiap tipe penggunaan lahan dilakukan selama sepuluh hari, serta dilakukan dalam waktu yang bersamaan pada tiap titik pengamatan.

Kenyamanan Kampus IPB Darmaga dinyatakan secara kuantitatif menggunakan Temperature Humidity Index (THI) yang dipengaruhi oleh unsur suhu dan kelembaban udara dimana secara langsung mempengaruhi aktivitas manusia. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

THI = (0.8 x T)+ �� x � 5 Ket:

T = suhu udara (oC)

RH = Kelembaban udara (%) (Ogunjimi, et.al., 2007 dalam Listyanti, 2009)

Survey Lapang

Survey lapang bertujuan memverifikasi data citra dengan keadaan sebenarnya di bumi. Ground check dilakukan bertujuan untuk mengetahui secara pasti kondisi lapangan dan penggunaan lahan. Penentuan titik lokasi penambilan data dilakukan hanya pada beberapa tempat yang dianggap mewakili kelas klasifikasi penggunaan lahan di Kampus IPB Darmaga, misalnya kelas untuk bangunan, hutan, kebun, badan air dan lahan terbuka. Lokasi pengambilan data yang mewakili kelas penggunaan lahan disurvey dan selanjutnya akan diverifikasi dengan data citra.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Kampus IPB Darmaga secara administratif terletak di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Secara keseluruhan Kampus IPB Dramaga memiliki luas sebesar 256,97 ha dan secara geografis, Kampus IPB terletak pada perpotongan garis 6o30’-6o45’ LS dan 106o45’-106o50’ BT (Mulyani, 1985 dalam

Yazid, 2006). Kampus IPB Darmaga memiliki curah hujan rata – rata per tahun yaitu 4051 mm/th, dengan temperatur udara tahunan rata – rata 25.8oC, suhu maksimum 33.2oC dan minimum 22.7oC serta curah hujan tertinggi terjadi bulan

November yaitu 437.13 mm dan terendah pada bulan Juli yaitu 146.95 mm (BMKG 2010 dalam Dahlan 2011).

(15)

5

Perubahan Penggunaan Lahan

Bertambahnya perubahan penggunaan lahan dari vegetasi menjadi non-vegetasi seperti hutan menjadi bangunan/pemukiman dapat merubah albedo dan jumlah sinar matahari yang diserap oleh permukaan tanaman, dan selain itu dapat menjadi salah satu penyebab perubahan iklim secara global (Hairiah & Rahayu, 2007). Perubahan penggunaan lahan di Kampus IPB Darmaga dapat diketahui dari data penggunaan lahan tahun 2000, tahun 2008, dan tahun 2013. Dari awal pengklasifikasian berupa lima kelas meliputi vegetasi, lahan terbangun, lahan terbuka, lahan pertanian, serta badan air dikelompokkan lagi menjadi ke dalam tiga kelas menurut penentu kebijakan pembangunan kampus IPB yaitu bangunan, taman/penghijauan, serta jalan dan tempat parkir. Perubahan luas tiap kelas penggunaan lahan Kampus IPB dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perubahan Penggunaan Lahan Kampus IPB Darmaga tahun 2000, 2008, dan 2013

Tahun 2000 2008 2013

Klasifikasi

Penggunaan Lahan

Luas (m2)

% Luas (m2) % Luas (m2) %

Bangunan 264600 10 266000 10 434300 16

Jalan dan Tempat Parkir (Aspal)

1368000 51 1368000 51 285800 10

Taman/Penghijauan 1037500 39 1036000 39 2050600 74

Jumlah 2670000 100 2670000 100 2770700 100

Sumber: Direktorat sarana dan prasarana kampus IPB Darmaga (2014) Luasan jenis penggunaan lahan dari tahun 2000 – 2013 menunjukkan ada perubahan cukup besar terjadi pada tahun 2013 dimana adanya penambahan luasan Kampus IPB 100655m2 yang tentunya menambah luasan lahan yang dikonversi menjadi beberapa kelas penggunanaan lahan terutama pada kelas bangunan dan taman/penghijauan. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya kebutuhan dalam hal pemenuhan fasilitas sarana prasarana guna menunjang kegiatan aktivitas perkuliahan dan aktivitas perkantoran (administratif).

(16)

6

Tabel 2 Luasan penggunaan lahan Kampus IPB Darmaga tahun 2014

Klasifikasi Penggunaan Lahan Luas (m2) %

Vegetasi 1.287.300 52

Lahan Terbangun 630.000 25

Lahan Terbuka 112.000 4

Lahan Pertanian 26.200 1

Badan Air 439.300 18

Jumlah 2.494.800 100

Gambar 2 Peta penutupan lahan Kampus IPB Darmaga tahun 2014

(17)

7

Analisis Sebaran Suhu Udara

Derajat panas atau dingin yang disebut suhu diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer serta unsur iklim yang sangat penting. Suhu udara salah satu unsur iklim yang sangat mempengaruhi kenyamanan suatu tempat. Tingginya lalu lintas kendaraan bermotor di kampus IPB Darmaga menimbulkan gas buangan maupun debu ke udara yang tentunya dapat menurunkan kualitas udara.

Hasil pengukuran suhu udara pada dua puluh titik penggunaan lahan mencakup badan air, lahan terbangun, lahan terbuka, vegetasi dan lahan pertanian di kampus IPB Darmaga dapat dilihat pada gambar 2. Kelima lokasi pengukuran dipilh berdasarkan dugaan besarnya pengaruh, yaitu:

a. Vegetasi meliputi areal hutan rektorat, hutan shelter bus IPB, Hutan landskap, Cikabayan, dan Hutan alhurriyah (Alhur). Kelima lokasi ini dimanfaatkan sebagai tempat koleksi pohon-pohonan.

Gambar 3 Hutan Al Hurriyah Gambar 4 Kolam pintu 2 b. Lahan terbuka meliputi areal Gymnasium dan pintu 1 IPB, yang ditanami

vegetasi rumput dan beraspal.

c. Lahan pertanian meliputi Fapet 1, Fapet 2, dan Biofarmaka. Dalam hal ini areal tersebut ditumbuhi tanaman pertanian seperti rumput ternak, jagung, dan kelapa sawit.

d. Badan air meliputi kolam Fakultas Kelautan dan Perikanan (FPIK), kolam perpustakaan LSI, kolam Fakultas Peternakan (Fapet), dan Kolam pintu 2 IPB. Pada areal ini didominasi kondisi berair dengan dikelilingi oleh vegetasi. e. Lahan terbangun meliputi Common class room (CCR), Fakultas Peternakan

(18)

8

Gambar 6 Rektorat IPB Gambar 7 Fapet 2 IPB

Pengukuran suhu udara untuk kelima kelas lahan dilakukan pada pukul 08.00, 13.00, dan 16.00 WIB pada tiap hari pengukuran selama sepuluh hari dengan mengukur suhu bola basah (Tbb) dan suhu bola kering (Tbk). Pengukuran ini dilakukan secara acak yaiu pada hari pertama dimulai dari penggunaan lahan vegetasi ke penggunaan lahan selanjutnya, lalu pada hari kedua dimulai dari penggunaan lahan terbangun dan seterusnya sampai dengan hari kesepuluh. Hal ini dilakukan guna melihat keseragaman data hasil pengukuran diberbagai penggunaan lahan.

Suhu udara salah satu unsur iklim yang sangat berpengaruh pada kenyamanan suatu kota. Oleh karena itu, selain persamaan-persamaan linear yang didapatkan, dilakukan pengukuran data suhu udara dari pengamatan langsung mengalami kenaikan yang secara umum jika diamati dalam satu hari maka akan terjadi kenaikan dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB yang disebabkan karena ada penambahan panas dari radiasi matahari. Pengukuran suhu udara dari perbedaan penggunaan lahan diketahui dari perbandingan suhu udara pada area vegetasi dengan keempat penggunaan lahan lainnya. Perbandingan suhu udara dibandingkan dengan diwakili suhu udara rata-rata pada pagi, siang, dan sore hari. Hasil pengukuran suhu udara pada klasifikasi lahan vegetasi dengan lima lokasi contoh pengukuran yaitu Hutan Rektorat, Hutan Shelter Bus, Hutan Alhur, Cikabayan, dan Landskap didapatkan data suhu udara rata-rata pagi hari (pukul 08.00 WIB) yaitu 25.7oC, dan suhu udara rata-rata siang hari (pukul 13.00 WIB)

pada kelas vegetasi ini didapatkan nilai 29.6oC serta suhu udara rata-rata sore hari (pukul 16.00 WIB) yaitu 27.6oC. Pengamatan selama sepuluh hari dari awal pengukuran hingga mencapai suhu maksimum, mengalami kenaikan suhu udara sebesar 3.9oC (Gambar 8). Hal ini dapat terjadi, karena radiasi matahari yang datang

(19)

9

Gambar 8 Fluktuasi suhu udara plot vegetasi

Pengukuran di lokasi penggunaan lahan pertanian selama sepuluh hari didapatkan nilai suhu udara rata-rata pada tiga lokasi contoh yaitu Fapet 1, Fapet 2, dan Biofarmaka sebesar 27.1oC pada pengukuran pagi hari pukul 08.00 WIB, sedangkan suhu udara rata-rata siang hari terjadi pada pukul 13.00 WIB dengan suhu 30.5oC (Gambar 9) serta suhu udara rata-rata sore hari yaitu 27.5oC. Hal tersebut juga terjadi pada klasifikasi lahan untuk kelas Lahan Terbuka pengukuran suhu udara rata-rata pada dua lokasi di Gymnasium dan Pintu 1 nilai suhu udara pagi hari yang didapat sebesar 26.2oC pada pukul 08.00 WIB dan suhu udara

rata-rata siang hari sebesar 29.9oC pukul pengukuran 13.00 WIB (Gambar 10), serta pengukuran suhu udara rata-rata sore hari pada pukul 16.00 WIB didapatkan nilai 28.7oC. Pada klasifikasi Lahan Terbuka dari awal hingga sepuluh hari pengamatan

terjadi kenaikan suhu udara sebesar 3.7oC.

Gambar 9 Sebaran Suhu udara plot lahan pertanian

15 20 25 30 35 40

7,00 9,00 11,00 13,00 15,00 17,00 19,00

SUHU

Waktu

Landskap Hutan Rektorat Hutan Shelter Bus Cikabayan Hutan Alhur

15 20 25 30 35 40

7,00 9,00 11,00 13,00 15,00 17,00 19,00

SUHU

Waktu

Fapet 1 (pertanian) Biofarmaka Fapet 2 (pertanian)

Pagi Siang Sore

agi

S

(20)

10

Gambar 10 Sebaran suhu udara plot Lahan terbuka.

Perubahan suhu di non vegetasi seperti Lahan terbangun, dimana pengukuran dilakukan pada enam plot contoh GWW, Perumdos, Fapet, FKH, CCR, dan Rektorat. Dari pengukuran didapatkan nilai suhu udara rata-rata pagi hari sebesar 26.4oC pada pukul 08.00 WIB, sedangkan suhu udara rata-rata siang hari pada

pukul pengukuran 13.00 WIB sebesar 30.1oC dan suhu udara rata-rata sore hari 28.5oC (Gambar 11), dengan kenaikan suhu udara sebesar 3.7oC selama sepuluh hari pengamatan. Hal ini dapat disebabkan dari bahan-bahan pembentuk permukaan yang umumnya merupakan bahan dengan daya hantar tinggi, yang menyebabkan dalam waktu yang singkat dapat cepat menerima panas lebih banyak. Kelas klasifikasi lahan terakhir untuk badan air pengukuran dilakukan pada empat lokasi contoh di Kolam LSI, Kolam Pintu 2, Kolam FPIK, dan Kolam Fapet. Nilai suhu udara rata-rata pagi hari sebesar 26.8oC sedangkan nilai suhu udara rata-rata siang hari dan sore hari pada keempat lokasi sebesar 29.5oC dan 28oC (Gambar 12).

Hasil pengukuran suhu udara pada penggunaan lahan vegetasi berkisaran antara 20.5oC - 36.3oC, sedangkan pada penggunaan lahan terbuka, lahan pertanian, lahan terbangun, dan badan air masing-masing berkisaran antara 22.6 oC – 35.4oC, 23.8oC – 35.7oC, 21.9oC – 37.6oC, dan 20.5oC – 35.7oC. Penelitian Permana (2004) yang juga mengukur suhu udara kampus IPB Darmaga, didapatkan nilai suhu udara untuk pada tipe vegetasi dan lahan terbangun masing-masing berkisar antara 24.0oC

– 31.6oC dan 24.4oC – 33.0oC. Hal ini menunjukkan terjadi kenaikan suhu maksimum dari tahun 2004 – 2014 sebesar 4.7oC dan 4.6oC untuk klasifikasi lahan

vegetasi dan lahan terbangun.

Penggunaan lahan terbangun dan lahan pertanian memiliki nilai suhu udara yang tinggi jika dibandingkan dengan penggunaan lahan lainnya. Hal ini disebabkan tipe lahan pertanian beberapa arealnya terbuka yang ditanami tanaman pertanian sehingga cahaya matahari dapat masuk dengan cukup tinggi dan pada lahan terbangun lebih disebabkan oleh permukaan yang keadaannya terbuka dan lebih kering (aspal/beton) secara cepat memanaskan permukaan aspal selanjutnya udara yang diatasnya dipanaskan dari permukaan aspal/beton tersebut.

Vegetasi dan badan air menunjukkan nilai suhu udara yang rendah, hal ini dikarenakan tumbuhan memiliki kemampuan menyerap cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis yang dapat menurunkan suhu sekitarnya dan badan air

15

7,00 9,00 11,00 13,00 15,00 17,00 19,00

SUHU

Waktu

Gymnasium Pintu 1

(21)

11 mampu menyimpan panas yang lebih baik dibandingkan daratan/tanah. Tajuk vegetasi yang rapat dapat menahan atau menurunkan efek dari peningkatan radiasi matahari pada siang hari dan menahan turunnya suhu udara minimum pada malam hari (Griffiths, 1976 diaju dalamListyanti 2009). Pernyataan yang sama oleh Miller (1988) diaju dalam Permana (2004) bahwa adanya hutan kota akan mampu menyejukkan suhu udara ekstrim dibandingkan dengan area terbuka atau pusat kota.

Gambar 11 Sebaran suhu udara plot lahan terbangun

Gambar 12 Sebaran suhu udara plot Badan Air

Analisis data suhu udara rata-rata menunjukkan pola hampir sama pada semua tipe penggunaan lahan dengan satu puncak suhu maksimum terjadi pada siang hari. Kisaran waktu suhu udara tertinggi terjadi pada pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB dan akan mulai menurun pada pukul 15.00 WIB (sore hari). Hal ini terjadi karena peningkatan intensitas matahari yang sampai ke

15 20 25 30 35 40

7,00 9,00 11,00 13,00 15,00 17,00 19,00

SUHU

Waktu

GWW Rektorat Fapet FKH Perumdos CCR

15 20 25 30 35 40

7,00 9,00 11,00 13,00 15,00 17,00 19,00

SUHU

Waktu

Kolam LSI Kolam Pintu 2 Kolam FPIK Kolam Fapet

Pagi Siang Sore

(22)

12

permukaan bumi. Sedangkan untuk fluktuasi suhu udara pagi hari menunjukan nilai yang tidak jauh berbeda untuk semua penggunaan lahan lainnya, disebabkan pada pagi hari pengaruh radiasi matahari masih rendah dan penyinaran yang belum begitu lama.

Analisis Kelembaban Udara

Kelembaban udara (RH) pada kelima klasifikasi penggunaan lahan dikelompokkan menjadi kelembaban udara rata – rata pada 20 lokasi titik contoh. Hasil kelembaban udara pagi hari yang didapat pada kelas lahan Vegetasi, Lahan terbuka, Lahan Terbangun, Lahan Pertanian, dan Badan air secara berurutan paling tinggi berkisaran 90% (08.00 WIB), 93% (09.12 WIB), 93% (09.37 WIB), 90% (08.03 WIB), dan 92% (09.10 WIB). Kelembaban udara untuk lahan terbangun (gambar 10) dan lahan pertanian (gambar 13) lebih tinggi 3%, hal ini karena untuk lahan terbangun dan lahan pertanian pengukuran nilai kelembaban dilakukan dibawah tegakan vegetasi disekitar bangunan (GWW) dan lahan pertanian (Biofarmaka).

Gambar 13 Pengukuran RH plot Vegetasi

Gambar 14 Pengukuran RH plot lahan terbuka

35

7,00 9,00 11,00 13,00 15,00 17,00 19,00

%

7,00 9,00 11,00 13,00 15,00 17,00 19,00

% R

H

Waktu

Gymnasium

(23)

13 Nilai kelembaban untuk waktu siang hari secara berurutan 74% (13.41 WIB), 67% (13.22 WIB), 69% (13.29 WIB), 68% (13.13 WIB), dan 69% (13.34 WIB) perbedaan kelembaban waktu siang sekitar 13% terhadap nilai kelembaban pagi hari. Nilai kelembaban di siang hari lebih rendah dipengaruhi oleh radiasi yang tinggi sehingga nilai kelembaban udara pagi dan sore hari lebih besar dibandingkan disiang hari. Kelembaban udara pada sore hari dikelima kelas lahan yaitu 91% (16.47 WIB), 83% (17.39 WIB), 84% (16.00 WIB), 82% (16.57 WIB), dan 86% (17.19 WIB).

Nilai kelembaban udara dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya tingkat ketersediaan bahan penguap, suhu udara, dan radiasi matahari. Pada pagi hari yang pengaruh radiasi matahari belum nampak, kondisi ini menunjukkan kelembaban udara yang stabil. Sebaliknya pada siang hari saat radiasi tinggi, menyebabkan kelembaban udara tergantung pada tingkat ketersediaan bahan penguap. Sehingga pada siang hari variasi kelembaban udara cukup besar dibandingkan pagi dan sore hari. Hal ini pun berlaku pada kelima penggunaan lahan.

Gambar 15 Pengukuran RH plot lahan terbangun

Gambar 16 Pengukuran RH plot lahan pertanian

Kelembaban udara tidak lepas dari pola suhu udara, yang cenderung berbanding terbalik apabila kelembaban udara tinggi maka suhu udaranya akan

35

7,00 9,00 11,00 13,00 15,00 17,00 19,00

%

7,00 9,00 11,00 13,00 15,00 17,00 19,00

(24)

14

rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Handoko (1995), bahwa kelembaban udara dipengaruhi oleh suhu udara dan tidak berlaku sebaliknya. Hasil pengukuran menunjukkan kelembaban udara tinggi terdapat pada daerah vegetasi (gambar 8). Hal ini dikarenakan pada lokasi terjadi evapotranspirasi, yang pada lokasi terdapat banyak pohon atau tanaman lain memungkinkan terjadinya evapotranspirasi yang besar oleh karena itu massa udara dilokasi ini banyak mengandung uap air dibandingkan pada klasifikasi lahan lainnya.

Hal yang sama terjadi pada areal badan air (gambar 15) memiliki kelembaban udara tinggi, disebabkan keadaan lokasi keempat plot contoh badan air disekelilingnya didominasi permukaan air dengan beberapa pepohonan disekitarnya yang memungkinkan terjadinya evaporasi dan juga evapotranspirasi yang banyak mengandung uap air. Uraian tersebut menjelaskan bahwa peranan hutan untuk menaikkan kelembaban udara melalui proses evapotranspirasi. Hal berbeda terjadi pada penggunaan lahan terbangun yang nilai kelembabannya rendah, yang dikarenakan udara dilokasi ini lebih kering sehingga kapasitas udara untuk menampung uap air yang lebih besar akan tetapi bahan penguapnya kurang.

Gambar 17 Pengukuran RH plot badan air

Pengaruh Hutan Kota di Kampus IPB Darmaga

Pemenuhan kebutuhan gedung perkuliahan dan infrastruktur lainnya, seringkali lahan hijau menjadi korban. Ditambah lagi peningkatan kendaraan bermotor di kampus IPB Darmaga meningkatkan keberadaan karbondioksida. Perubahan penggunaan lahan dapat merubah kesetimbangan energi yang pada akhirnya mempengaruhi suhu udara. Kampus IPB Darmaga hampir sebagian besar lahannya telah mengalami perubahan, dan berubah fungsi menjadi bangunan gedung-gedung kampus dan beberapa sarana prasarana penunjang aktivitas civitas kampus yang tentunya menambah kontribusi persentase peningkatan suhu udara di kampus IPB Darmaga.

5,00 7,00 9,00 11,00 13,00 15,00 17,00 19,00

(25)

15 Tabel 3. Luas Penggunaan Lahan 2014 dan THI

NO Penggunaan Lahan Luas Penggunaan Lahan (Ha) THI

1 Vegetasi 128.73 25.6

Berdasarkan literatur kondisi kenyamanan dibedakan dalam tiga kondisi yaitu nyaman (THI= 19-23), sedang (THI= 23-26), dan tidak nyaman (THI > 26) (Ayoade, 1983 dalam Listyanti, 2009).

Hasil menunjukkan bahwa penggunaan lahan untuk vegetasi di kampus IPB Darmaga memiliki luas wilayah yang besar, sedangkan penggunaan lahan terendah ada pada wilayah badan air. Hasil THI rata-rata didapat pada lima klasifikasi lahan menunjukkan untuk klasifikasi vegetasi, lahan pertanian dan badan air menunjukkan kondisi sedang dan untuk klasifikasi lahan terbuka dan lahan terbangun menunjukkan kondisi tidak nyaman. Dari beberapa uraian di atas terkait suhu dan kelembaban juga menunjukkan bahwa hutan sangat berperan penting dalam menahan radiasi matahari dengan naungan langsung ke permukaan, sehingga hutan dapat menciptakan suhu lebih dingin dibandingkan daerah terbuka tanpa pepohonan dapat memberi panas yang tinggi.

Perbedaan dalam penggunaan lahan tentu mempengaruhi kondisi iklim mikro pada masing-masing lahan. Dari tingkat kenyamanan kampus IPB Darmaga pada beberapa klasifikasi lahan masih tergolong sedang, akan tetapi beberapa tahun kedepan kondisi tersebut dapat berubah seiring pengembangan pembangunan kampus. Oleh karenanya, untuk membuat kondisi sedang berubah menjadi nyaman diperlukan pengembangan bentuk hutan kota dibeberapa lokasi. Sistem penghijaun dapat berupa jalur hijau yang ditempatkan dibeberapa tepi jalan yang padat oleh aktivitas kendaraan seperti pada lahan terbuka pintu 1, karena dilokasi ini tingkat kenyamanan sangat rendah sehingga dapat ditanam dengan tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor. Pengembangan hutan kota juga dapat dengan bentuk taman, yang dapat ditempatkan dibeberapa titik disekitar lokasi bangunan dengan tanaman bebungaan ataupun pohon seperti cemara.

(26)

16

terbangun perlu ditanami aneka vegetasi, khususnya pepohonan serta pembangunan air mancur yang dapat menyejukkan udara disekitarnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari kelima kelas lahan didapatkan secara berurutan nilai suhu udara Penggunaan lahan di kampus IPB Darmaga dipetakan dalam lima kelas lahan. Perkembangan pembangunan kampus IPB terjadi peningkatan terhadap kelas lahan terbangun dari tahun 2000 – 2014 sebesar 15%. Hasil pengukuran suhu udara di lima tipe penggunaan lahan didapatkan hasil pengukuran suhu rendah pada tipe vegetasi dan badan air serta suhu udara yang tinggi dan kelembaban udara rendah pada tipe lahan terbangun. Adanya radiasi matahari yang dipantulkan oleh tajuk pepohonan menyebabkan suhu dalam komunitas vegetasi menjadi lebih rendah dibandingkan dengan lahan terbangun yang bahan permukaannya lebih tertutup dengan aspal atau beton suhu udaranya lebih cepat tinggi/panas. Perbedaan nilai suhu udara menunjukkan bahwa adanya pepohonan (hutan kota) di Kampus IPB Darmaga mampu mempengaruhi suhu udara di kampus. Serta mempengaruhi tingkat kenyamanan pada kelima kelas penggunaan lahan di kampus. Namun, pengaruh bentuk hutan kota di kampus hanya cukup berpengaruh dalam meningkatkan kenyamanan pada kondisi siang hari, sehingga pengembangan bentuk hutan kota di IPB diperlukan baik berupa jalur hijau ataupun bentuk pertamanan.

Saran

1. Penentu kebijakan pembangunan kampus perlu menambah penghijauan lagi di lahan – lahan terbangun di kampus IPB Darmaga.

2. Bangunan kampus yang ada saat ini perlu untuk ditambahkan lagi bentuk hutan kota taman atau jalur hijau agar tingkat kenyamanan kampus dapat meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih ES, Soenarmo SH, Mujiasih S. 2001. Kajian Perubahan Distribusi Spasial Suhu Udara Akibat Perubahan Penutupan Lahan (Studi Kasus Cekungan Bandung). Warta LAPAN Vol3 (1): 29-44

Ardhiningrum, SR. 2002. Perubahan Iklim Bogor (Studi Kasus Lima Kecamatan di Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): institut Pertanian Bogor.

(27)

17 Dahlan EN. 2008. Jumlah emisi gas CO2dan pemilihan jenis tanaman berdaya rosot

sangat tinggi: studi kasus di Kota Bogor. Media Konservasi 13: 85-89 Effendy S. 2007. Keterkaitan antara ruang terbuka hijau dengan urban heta island

wilayah Jabotabek [disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Fajri PYN. 2011. Pemodelan Pengaruh Jarak Jangkau Ruang Terbuka Hijau Terhadap Suhu Permukaan di Perkotaan (Studi Kasus: Kota Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Geofisika dan Meteorologi Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya: Jakarta.

Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Penggunaan Lahan. Bogor: World Agroforestry Centre – (ICRAF SEA) Regional Office, University of Brawijaya, Indonesia.

Herdiansyah. 2005. Penentuan luasan optimal hutan kota sebagai rosot gas karbondioksida [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hernowo JB, Soekmadi R, Ekarelawan. 1991. Kajian pelestarian satwaliar di Kampus IPB Darmaga. Media konservasi III (2): 43-65.

Irwan ZD. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Bumi Aksara: Jakarta.

Listyanti AD. 2009. Pengaruh perubahan penggunaan dan penutupan lahan terhadap kenyamanan di Suburban Bogor Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Permana D. 2004. Studi iklim mikro di beberapa tipe penutupan lahan kampus IPB Darmaga [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pratama GE. 2013. Rencana pengembangan Ruang Terbuka Hijau berdaasarkan distribusi suhu permukaan dan Temperature Humidity Index (THI) di kota Surakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Prasasti I. 2004. Analisis Hubungan Penutupan Lahan dan Parameter Tururnan Data Penginderaan Jauh dengan Albedo Permukaan [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Yazid M. 2006. Perilaku berbiak katak pohon hijau (Rhacophorus reinwardtii Kuhl & van Hasselt, 1822) di kampus IPB Darmaga [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(28)

18

Lampiran 1 Sensor Suhu Udara Perakitan Suhu Udara

Sensor suhu yang digunakan yaitu dioda silikon 1N4148. Perakitan dua buah sensor (sensor 3 & sensor 4) terdiri dari sensor suhu bola kering dan suhu bola basah. Komponen utama dari alat sensor suhu yaitu dioda yang telah diklasifikasikan. Klasifikasi ini ditujukan untuk memberikan kemampuan yang sama pada tiap sensor suhu. Dioda selanjutnya dirangkai menjadi 2 rangkaian yang masing – masing satu rangkaian dipasangkan tiga dioda, lalu disambungkan dengan resistor 2k10 dan kabel yang telah tersambung pada baterai 6 volt dan multimeter (Gambar 5). Dioda yang dirangkai dicat putih guna mengurangi tingkat panas saat penggunaan dilapang. Rangkaian Dioda dipasangkan dibelakang kipas laptop yang terpasang pada pipa aluminium 30cm, guna saat kipas berputar udara yang terserap dapat melewati dioda sehingga didapatkan nilai suhu udara. Dalam membedakan sensor bola basah dengan sensor bola kering, dioda yang dirangkaikan salahsalu rangkaiannya dililitkan benang yang selanjuttnya benang tersebut dibasahi dengan air. Setelah rangkaian terbentuk untuk mengaktifkan sensor suhu dipasangkan dua tombol tictac pada pipa aluminium yang terdiri dari tombol sensor bola kering dan sensor bola basah.

Gambar 18 Rangkaian dioda

Cara Kerja Sensor Suhu

Dioda silikon 1N4148 dipilih karena perubahan arus yang mengalir pada dioda tersebut berbanding terbalik dengan suhu disekitarnya. Dengan kata lain, jika suhu udara sekitar dioda semakin tinggi maka arus yang mengalir pada dioda semakin kecil.

(29)

19

27oC, serta pengukuran terakhir dilakukan dengan cara sensor suhu diletakkan

didekat teko panas dengan suhu 30oC dan 32oC. Semua pengukuran dilakukan dengan menggunakan termometer.

Kalibrasi sensor suhu, dilakukan dengan memberikan sumber tegangan sebesar 6 Volt pada rangkaian sensor dengan pengukuran tegangan menggunakan multimeter. Hasil kalibrasi terhadap sensor suhu 3 bola basah dan sensor bola kering dapat dilihat pada gambar 6 dan 7, serta gambar 8 dan 9 untuk sensor suhu 4.

Gambar 19 Grafik hasil kalibrasi sensor suhu 3 bola kering

Gambar 20 Grafik hasil kalibrasi sensor suhu 3 bola basah

Gambar 21 grafik hasil kalibrasi sensor suhu 4 bola kering

Gambar 22 grafik hasil kalibrasi sensor suhu 4 bola basah

Hasil kalibrasi sensor suhu 3 dan sensor suhu 4 untuk sensor basah dan sensor kering menunjukkan grafik hubungan antara suhu dengan tegangan. Setelah diregresikan sensor suhu 3 bola kering diperoleh nilai R2=0.7675 dan nilai sensor bola basah R2=0.7554. sedangkan untuk sensor suhu 4 diperoleh nilai R2=0.8843 bola kering dan nilai R2=0.8151 bola basah. Dari keempat nilai R2 menyatakan

bahwa hubungan antara suhu dengan tegangan tersebut adalah linear. Nilai tegangan yang didapat akan dimasukkan kedalam komputer yang selanjutnya

(30)

20

diubah kedalam satuan suhu oC dengan menggunakan persamaan linear masing

masing sensor suhu. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan hubungan linier antara variabel bebas dan terikat. Jika nilai koefisien mendekati satu (R=1), artinya hubungan antara dua variabel itu kuat.

Lampiran 2 Suhu udara rata-rata T = (T08.00 + T13.00 + ...+ T18.00)/25

Contoh: Plot lahan terbuka = (26.2oC + 29.9oC + ... + 28.7oC)/25

= 28.3oC

Lampiran 3 Kelembaban udara rata-rata RH = (RH08.00 + RH13.00 + ... + RH17.00)/25

Contoh: Plot lahan terbuka = (77 + 60 + ... + 76)/25

= 71%

Lampiran 4 Indeks Kenyaman THI = (0.8 x T)+ �� x �

5

Contoh: Plot lahan terbuka = (0.8 x 28.3) )+ x .

5

(31)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Makassar, Sulawesi Selatan pada tanggal 29 Mei 1992 sebagai anak ke dua dari empat bersaudara pasangan Bapak Dr Muh Najib Kasim, SE MSi dan Ibunda Nuraeni Nontji, SE MSi. Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Palopo, Sulawesi Selatan. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan pada tahun 2010.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Kelompok Pemerhati Flora–Rafflesia di Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) tahun 2011-2013. Penulis juga aktif sebagai anggota Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa (Adkesmah) di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan tahun 2011 – 2012. Penulis juga aktif sebagai anggota Pengurus Pusat di Ikatan Mahasiswa Kehutanan (Sylva Indonesia) tahun 2012-2014. Penulis pernah mengikuti praktik lapang antara lain Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan Jalur Papandayan–Sancang (2012), dan Praktik Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Walat (2013), dan Praktik Kerja Lapang Profesi di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (2014). Selain itu penulis pernah mengikuti Program Magang Mandiri Fakultas Kehutanan di Taman Nasional Alas Purwo (2012). Penulis juga pernah mendapatkan dana hibah Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) bidang Penelitian dari Kementrian Pendidikan tahun 2013.

Gambar

Gambar 1 Bagan Alir Pengelolaan Data Peta Penggunaan Lahan.
Tabel 1 Perubahan Penggunaan Lahan Kampus IPB Darmaga tahun 2000, 2008, dan 2013
Tabel 2 Luasan penggunaan lahan Kampus IPB Darmaga tahun 2014
Gambar 3 Hutan Al Hurriyah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan semangat kerja yang tinggi maka karyawan diharapkan akan mencapai tingkat produktivitas yang lebih baik, dan pada akhirnya menunjang terwujudnya tujuan dari

Dengan ini memberikan ijin kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar selaku penyelenggara Kompetisi Video Edukasi (KVE) untuk menggunakan karya

Sedikit banyaknya perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru, dan secara langsung guru.. mempengaruhi kegiatan belajar anak

DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLES MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sarang stoples pada tingkat kelembaban rendah dan suhu yang cukup tinggi menghasilkan bobot panen, bobot kroto, dan

Skin Contact : Product is unlikely to cause irritation at room temperature Eye Contact : Product fines may cause mechanical irritation.. Ingestion : Product is

Precautionary Statements : Obtain special instructions before use │ Do not handle until all safety precautions have been read and understood │ Keep away from

[r]