• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kapasitas Penyerapan Emisi CO2, NO2, dan Debu Jatuh dari Sektor Transportasi, Industri, dan Peternakan oleh Kebun Raya Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kapasitas Penyerapan Emisi CO2, NO2, dan Debu Jatuh dari Sektor Transportasi, Industri, dan Peternakan oleh Kebun Raya Bogor"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PETERNAKAN OLEH KEBUN RAYA BOGOR

PRAMUDIPTA ZAHRIYANI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kapasitas Penyerapan Emisi CO2, NO2, dan Debu Jatuh dari Sektor Transportasi, Industri, Peternakan oleh

Kebun Raya Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

(3)

Jatuh dari Sektor Transportasi, Industri, dan Peternakan oleh Kebun Raya Bogor. Dibimbing oleh ARIEF SABDO YUWONO.

Salah satu permasalahan lingkungan saat ini adalah peningkatan pencemaran udara. Di lain pihak, Kebun Raya Bogor memiliki potensi sebagai pengontrol kualitas udara. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kemampuan tumbuhan di Kebun Raya Bogor dalam mereduksi CO2, NO2, dan debu jatuh,

menganalisis korelasi morfologi daun dengan kemampuan tanaman dalam menyerap debu jatuh, dan menentukan kriteria tumbuhan pereduksi CO2, NO2, dan

debu jatuh. Total emisi CO2, NO2, dan debu jatuh serta daya serap Kebun Raya

Bogor dihitung menggunakan data sekunder dari beberapa sumber dan faktor emisi terkait. Kemampuan beberapa tanaman dalam menahan debu jatuh merupakan hasil analisis secara gravimetri menggunakan sampel yang diperoleh dari Kebun Raya Bogor. Tanaman yang diuji adalah Sansevieria trifasciata, Cinnamomum multiflorum, Callicarpa pedunculata, Carmona retusa, dan Antigonon leptopus. Hasil analisis menunjukkan bahwa Kebun Raya Bogor mampu mengurangi emisi CO2sebesar 28.7%, NO2sebesar 2.2%, dan debu jatuh sebesar 11.4%. Kemampuan

tanaman menahan debu berkisar antara 0.02-0.7 mg/cm2.Tanaman yang paling

efektif untuk menjerap debu jatuh adalah Carmona retusa dengan kapasitas jerapan debu jatuh maksimum sebesar 0.7 mg/cm2.

Kata kunci: daya serap, debu jatuh, karbon dioksida, Kebun Raya Bogor, nitrogen dioksida

ABSTRACT

PRAMUDIPTA ZAHRIYANI. Absorption Capacity of CO2, NO2, and Dustfall

Emission from Transportation, Industry, and Livestock Sectors by Bogor Botanical Garden. Supervised by ARIEF SABDO YUWONO.

One of the environmental issue is the increasing of air pollution concentration. On the other hand, Bogor Botanical Gardens has high potential as an air quality controller. This study aims to calculating Bogor Botanical Gardens plants ability to reduce CO2, NO2, and dustfall, analyzing the correlation of leave morphology with

the plant ability in absorb dustfall, and determine criteria of plant that can reduce CO2, NO2, and dustfall. Total amount of CO2, NO2, and dustfall emission and Bogor

Botanical Garden sink ability was calculated by secondary data from multiple source unit and its corresponding emission factors. The ability of several plant to absorb dustfall calculated by gravimetric method using samples from Bogor Botanical Garden. The sample plant are Sansevieria trifasciata, Cinnamomum multiflorum, Callicarpa pedunculata, Carmona retusa, dan Antigonon leptopus. The analysis show that Bogor Botanical Gardens is be able to reduce CO2emissions by

28.7%, NO2 by 2.2%, and dustfall by 11.4%. Plant ability to absorb dustfall are

0.02-0.7 mg/cm2. The most effective species to absorb dustfall is Carmona retusa

with maximum capacity of 0.7 mg/cm2.

(4)

KAPASITAS PENYERAPAN EMISI CO

2

, NO

2

, DAN DEBU

JATUH DARI SEKTOR TRANSPORTASI, INDUSTRI, DAN

PETERNAKAN OLEH KEBUN RAYA BOGOR

PRAMUDIPTA ZAHRIYANI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

pada

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)

Nama : Pramudipta Zahriyani

NIM : F44100001

Bogor, Juni 2014

Disetujui,

Pembimbing Akademik

Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc NIP 19660321 199003 1 012

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr Ketua Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

(6)
(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allahsubhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 sampai Maret 2014 ini berada dalam ruang lingkup topik payung kualitas udara ambien dengan judul Kapasitas Penyerapan Emisi CO2, NO2, dan Debu Jatuh dari Sektor Transportasi, Industri, dan

Peternakan oleh Kebun Raya Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc. selaku pembimbing, Dr. Siti Roosita Ariati, Ibu Ratna, Bapak Hendar, Bapak Harto, Bapak Akbar, dan seluruh staff Pusat Konservasi Tumbuhan–Kebun Raya Bogor, LIPI, kepada Ibu Ety selaku laboran Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, serta kepada kedua orang tua penulis, rekan-rekan mahasiswa, serta pihak-pihak lain yang telah membantu selama proses pengumpulan data.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk perbaikan selanjutnya. Semoga ide dalam skripsi ini dapat tersampaikan dengan baik dan memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2014

(8)

ii

DAFTAR ISI

PRAKATA i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Batasan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

METODE PENELITIAN 3

Tempat dan Waktu 3

Bahan dan Alat 3

Metode Pengambilan Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Karakteristik Kebun Raya Bogor 9

Emisi Kota Bogor 10

Daya Serap CO2, NO2, dan Debu Jatuh oleh Kebun Raya Bogor 13

Korelasi Jumlah Debu jatuh pada Daun dengan Morfologi Daun 14

SIMPULAN DAN SARAN 17

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 20

(9)

DAFTAR TABEL

1. Jenis tanaman yang diteliti 3

2. Intensitas energi tiap jenis kendaraan 5

3. Faktor emisi dan spesifikasi bahan bakar di Indonesia 5 4. Faktor emisi metana dan dinitrogen oksida untuk sektor peternakan 6

5. 10 Tanaman terbanyak di Kebun Raya Bogor 9

6 Kandungan emisi teoritis dari sektor transportasi 10

7 Emisi dari lima industri di Kota Bogor 11

8 Estimasi emisi industri Kota Bogor 11

9 Total emisi dari sektor peternakan 12

10 Rekapitulasi hasil perhitungan emisi Kota Bogor 12 11 Kemampuan Kebun Raya Bogor menyerap emisi Kota Bogor 14

DAFTAR GAMBAR

1. Diagram alir penelitian 4

2 Komposisi Tutupan Lahan di Kebun Raya Bogor 9

3 Jumlah debu jatuh yang tertahan pada daun berdasarkan jenis pohon 15

4 Kemampuan satu daun menahan debu jatuh 16

DAFTAR LAMPIRAN

(10)
(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pencemaran udara merupakan salah satu indikator penurunan kualitas lingkungan yang pada akhirnya berimbas pada kesehatan masyarakat. Dalam International Seminar The Utilization of Catalytic Converter and Unleaded Gasoline for Vehicle terungkap bahwa 70% gas beracun yang ada di udara berasal dari sektor transportasi darat. Kota Bogor berpenduduk 820,707 jiwa dengan komposisi 419,252 laki-laki dan 401,455 jiwa perempuan dengan rata-rata kepadatan penduduk per kilometer ditempati sebanyak 6,662 jiwa penduduk. Besarnya populasi manusia dengan pertumbuhan populasi manusia yang cepat, kebutuhan akan pangan, bahan bakar, tempat pemukiman, dan kebutuhan lainnya serta limbah domestik juga bertambah dengan cepat sehingga mempengaruhi tinggi rendahnya kualitas lingkungan hidup (Soemarwoto 2004).

Selain dari sektor transportasi, sumber emisi lainnya berasal dari aktivitas perindustrian dan peternakan. Sektor peternakan menghasilkan emisi berupa CO2

dan NO2 dari hasil fermentasi dan pengelolaan kotoran ternak (IPCC 2006).

Sedangkan emisi yang dihasilkan dari aktivitas perindustrian diantaranya yaitu CO2, NO2, dan debu jatuh. Debu jatuh adalah partikel berukuran di atas 500 μ m

yang terbentuk akibat terangkatnya fraksi-fraksi halus dari permukaan tanah (Zhou 2010).

Kebun Raya Bogor merupakan kawasan konservasi ex-situ dalam bentuk hutan kota yang terletak di pusat Kota Bogor. Saat ini Kebun Raya Bogor memiliki multi fungsi peranan sebagai pusat konservasi tanaman, pengontrol kualitas udara, fungsi pendidikan, objek penelitian, serta ikon pariwisata Kota Bogor. Mengingat pentingnya eksistensi Kebun Raya Bogor perlu adanya penelitian lebih lanjut dalam mengeksplorasi potensi yang dimiliki Kebun Raya Bogor termasuk terkait kemampuannya dalam mengurangi konsentrasi polutan udara di Kota Bogor.

Perumusan Masalah

Dari permasalahan diatas diperoleh rumusan masalah sebagai berikut : 1. Seberapa besar kemampuan tumbuhan di Kebun Raya Bogor dalam mereduksi

emisi CO2, NO2, dan debu jatuh Kota Bogor ?

2. Bagaimana korelasi antara morfologi daun dengan kemampuan tanaman dalam menyerap debu jatuh di Kota Bogor ?

3. Apa kriteria tumbuhan yang dapat mereduksi emisi CO2, NO2, dan debu jatuh.?

Batasan Masalah Batasan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Kajian pemanfaatan tumbuhan sebagai media pereduksi konsentrasi polutan udara dilakukan berdasarkan studi literatur dan sampling dengan studi kasus di Kebun Raya Bogor.

(12)

2

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Menghitung kemampuan tumbuhan di Kebun Raya Bogor dalam mereduksi CO2, NO2, dan debu jatuh..

2. Menganalisis korelasi antara morfologi daun dengan kemampuan tanaman dalam menyerap debu jatuh di Kota Bogor.

(13)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Pengambilan sampel dilakukan di Kebun Raya Bogor. Analisis data dilakukan di Laboratorium Kualitas Udara dan Kebisingan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan selama 3 bulan (Januari-Maret 2014).

Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

1. Sampel daun dari beberapa tanaman di Kebun Raya Bogor. Jenis-jenis tanaman yang diteliti disajikan dalam Tabel 1

Tabel 1.Jenis tanaman yang diteliti

No Spesies Famili

a Sansevieria trifasciatavar.laurentii(De Wild.) N.E.Br. Agavaceae

b Cinnamomum multiflorum(Roxb.) Wight Lauraceae

c Callicarpa pedunculataR. Br. Verbenaceae

d Carmona retusa(Vahl) Masam Boraginaceae

e Antigonon leptopusHook. Et Arn. Polygonaceae

2. Aquades

3. 34 buah cawan petri Normax 4. Pinset

5. Oven Memmert

6. ShakerInforst HT Labotron S-000117608 7. Neraca analitik Ohaus Adventurer Pro AV264 8. KertasfilterWhatman 41 diameter 47 mm 9. Filter holderdan erlenmeyer Pyrex Iwaki TE-32 10.Water Circulating Vacuum PumpJ.P. Selecta 11. Gelas beker 250 mL

12. Kantong plastik flip 13. Milimeter blok 14. Gunting 15. Alat tulis

16. Mikroskop Olympus U-CMAD3 model SSC-G818 17. Kamera digital

Metode Pengambilan Data

(14)

4

Gambar 1.Diagram alir penelitian Hasil dan pembahasan

Contoh daun Hitung luas daun

Celupkan kedalam

Debu pada daun per satuan luas = (W1-W2)/A

Perhitungan jerapan debu jatuh Perhitungan daya serap oleh Kebun Raya Bogor

Pengolahan data Uji laboratorium

Mulai

Perumusan masalah

Studi literatur

Pengumpulan data

a. Koleksi Kebun Raya Bogor per Januari 2014 (LIPI 2014) b. Jumlah, berat jenis, dan luas permukaan daun (LIPI 2014) c. Jenis dan luas tutupan lahan di Kebun Raya Bogor (LIPI 2014)

d. Jumlah dan jenis kendaraan bermotor di Kota Bogor per Maret 2014 (DLLAJ 2014) e. Emisi cerobong dari lima industri besar di Kota Bogor (BPLH Kota Bogor 2013) f. Jumlah industri di Kota Bogor (BPS 2013)

g. Jumlah dan jenis hewan ternak di Kota Bogor (Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bogor 2014)

Simpulan dan saran

(15)

Estimasi total emisi primer yang dihasilkan Kota Bogor dihitung dari sektor transportasi, industri, dan peternakan. Parameter yang dihitung adalah CO2, NO2,

dan debu jatuh.

a) Sektor Transportasi

Aktivitas energi dihitung dengan menggunakan data jumlah kendaraan dan jenis bahan bakar yang dipergunakan. Nilai intensitas energi setiap jenis kendaraan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2.Intensitas energi tiap jenis kendaraan

Jenis Kendaraan Intensitas (l/km)

Bemo/Bajaj 0.024

Sumber:(Litbang Dep. Hub. 1995/1996)

Nilai spesifikasi bahan bakar dan faktor emisi disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Faktor emisi dan spesifikasi bahan bakar di Indonesia Jenis

Bensin 0.746 18.9 10.3 2

Solar 0.837 20.2 11 2.4

Sumber:(WHO 1982, Pertamina 1995/1996)

Emisi dari sektor transportasi berhubungan erat dengan tingkat konsumsi bahan bakar tiap jenis kendaraan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung total emisi kendaraan adalah sebagai berikut :

CBBM = I × NK × Vrata-rata (1)

Vrata-rata= kecepatan rata-rata ( km jam) v = laju emisi ( g jam)

EFK = faktor emisi ( g l)

b) Sektor Industri

Kota Bogor memiliki luas 118.5 km2 dengan tinggi ruang pencampuran (mixing height) sebesar 1,417 m (Purnomohadi 1995). Data tersebut digunakan untuk analisis dan pendugaan kapasitas dispersi massa udara terhadap emisi sehubungan dengan proses transformasi “emisi ambien”. Perhitungan emisi dari sektor industri menggunakan data sekunder. Emisi yang dihitung adalah emisi cerobong asap. Parameter yang diukur adalah NO2, dan debu jatuh. Perhitungan

(16)

6

Data hasil pengukuran emisi cerobong selanjutnya digunakan untuk mengestimasi emisi industri Kota Bogor secara keseluruhan. Industri yang beroperasi di Kota Bogor sebanyak 2,724 unit dengan rincian industri menengah/besar sebanyak 56 unit, industri kecil formal sebanyak 728 unit, serta industri kecil non formal sebanyak 1,938 unit (BPS 2013)

c) Sektor Peternakan

Emisi CO2 dan NO2 dihitung dengan menggunakan konsep mol yang

didasari oleh Hukum Kekekalan Massa (Lavoisier), Hukum Perbandingan Tetap (Proust), dan Hukum Perbandingan Ganda (Dalton) (Qodriyanti 2010). Ternak ruminansia menghasilkan emisi CH4 melalui proses fermentasi dan pengelolaan

kotoran, namun emisi CH4dari ternak non ruminansia seperti unggas hanya didapat

dari aktivitas pengelolaan kotoran. Gas metana dari proses fermentasi berasal dari proses pencernaan karbohidrat yang dihancurkan oleh mikroorganisme, sedangkan gas metana dan dinitrogen oksida dari pengelolaan kotoran ternak terjadi akibat dekomposisi dalam kondisi anaerobik. Dalam gas CH4 terdapat kandungan CO2

yang ditunjukkan oleh reaksi kimia :

CH4+2O2→CO2+2H2O

Pada saat CH4 bereaksi dengan gas O2 di atmosfer, tercipta CO2 dan uap air.

Sedangkan kandungan gas NO2 berasal dari N2O ketika bereaksi dengan O2 yang

ditunjukkan oleh reaksi kimia sebagai berikut :

2N2O+3O2→4NO2

Nilai faktor emisi metana dan dinitrogen oksida disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4.Faktor emisi metana dan dinitrogen oksida untuk sektor peternakan Jenis

Sapi perah 61 31.0 Tumpuk kering 0.02

sapi

Unggas - 0.02 Unggas dengan

penadahan

0.01

(17)

Total emisi CO2dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :

E ( ) = N × EF (4)

E ( ) = N × EF (5)

TE = E ( )+ E ( ) (6)

TECO2=TECH4× MrCO2 ÷ MrCH4÷ 8,640 jam tahun (7)

Keterangan:

ECH4(EF) = emisi hasil fermentasi ( kg tahun) NT = jumlah ternak (ekor)

EFTf = faktor emisi CH4hasil fermentasi ( kg ekor tahun ) ECH4(MM) = emisi pengelolaan kotoran ( kg tahun)

EFTm = faktor emisi CH4pengelolaan kotoran ( kg ekor tahun ) TECH4 = total emisi CH4 ( kg tahun )

TECO2 = total emisi CO2( kg jam) MrCO2 = massa molekul relatif CO2 MrCH4 = massa molekul relatif CH4

Selain menghasilkan CH4 dan CO2, aktivitas pengelolaan kotoran ternak

juga menghasilkan emisi berupa N2O dan NO2. Total emisi NO2 dari ternak

dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:

N2OD(mm) = NT× EF3S× NexT× MST× TAM × 365 hari/tahun (8) TENO2 = N2OD(mm) × MrNO2÷ MrN2O ÷ 8,640 jam/tahun (9)

Keterangan:

N2OD(mm) = emisi pengelolaan kotoran ( kg tahun) NT = jumlah ternak(ekor)

EF3S = faktor emisi N2O dari pengelolaan kotoran ternak ( kg kgN) NexT = rata-rata ekskresi N per ekor jenis kategori ternak ( kgN kg hari) TAM = berat ternak ( kg ekor)

TENO2 = total emisi NO2 ( kg jam) MrNO2 = massa molekul relatif NO2 MrN2O = massa molekul relatif N2O

Perhitungan daya serap emisi per jam oleh tanaman di Kebun Raya Bogor menggunakan persamaan sebagai berikut:

DCO2 = DnCO2× N (10)

DNO2 = DnNO2 × Wn× d × N ÷106 μ g g (11)

Ddebu jatuh= Dndebu jatuh× Vu (12)

Keterangan:

DCO2 = total daya serap CO2 ( g jam)

DnCO2 = daya serap CO2 per spesimen famili ( g jam pohon ) N = jumlah spesimen(pohon)

DNO2 = total daya serap NO2( g jam)

(18)

8

Wn = berat daun ( g helai)

= jumlah daun (helai)

Ddebu jatuh = total daya serap debu jatuh ( g jam)

Dndebu jatuh = daya serap debu jatuh per spesimen famili ( g m3 jam ) Vu = volume kering udara (m3)

Metode kerja kapasitas tahanan debu jatuh oleh daun adalah: 1. Pengambilan sampel daun

Setiap jenis tanaman diambil 3 helai daun pada ketinggian yang sama namun dengan posisi daun yang berbeda. Sampel daun diambil dari daun yang memiliki perkembangbiakan sempurna. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menggunting pangkal daun, kemudian disimpan dalam cawan petri dan diberi label

2. Perhitungan luas daun

Luas daun diukur dengan metode gravimetri, yaitu dengan menggambar bujursangkar pada milimeter blok dengan luas 1 cm2dan kemudian ditimbang

beratnya (Wi). Bujursangkar ini menjadi standar untuk mengukur luas daun. Masing-masing sampel dibuat pola daun dan kemudian dicetak menggunakan milimeter blok kemudian ditimbang (Wt).

A=Wt

Wi×1 cm (13)

Keterangan :

A = luas permukaan daun (cm2)

Wt = berat kertas dari masing–masing sampel daun (g) Wi = berat kertas yang dijadikan standar

3. Kandungan debu jatuh pada permukaan daun

Pengukuran jumlah debu jatuh yang tertahan oleh daun diukur dengan cara mencelupkan daun ke dalam 250 mL aquades. Air dan daun tersebut dishaker menggunakan shaker Inforst HT Labotron dengan kecepatan 200 RPM selama 15 menit. Selanjutnya kertasfilteryang telah dioven ditimbang beratnya (W1), filter holder, pompa dan erlenmeyervacuum digunakan untuk menyaring air cucian daun. Kertasfilterkembali dioven selama 2 jam dan ditimbang beratnya (W2). Selisih antara W2dan W1merupakan berat debu jatuh yang tertahan pada

daun.

Perhitungan kandungan debu jatuh per satuan luas pada daun :

W=(W1-W2)/A (14)

Keterangan:

A = luas permukaan daun (cm2)

W1= berat kertas filter sebelum penyaringan (g)

W2= berat kertas filter setelah penyaringan (g)

(19)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Kebun Raya Bogor

Kebun Raya Bogor memiliki luas 754,8 m2. Hasil analisis komposisi tutupan lahan di Kebun Raya Bogor disajikan pada Gambar 2. Sarana meliputi MCK, jembatan, dan jalan, sedangkan bangunan meliputi kantor, gudang, lab, observatorium, tempat ibadah, tempat olahraga, gedung perkantoran, pos jaga, garasi, tempat berjalan, rumah negara, mess, dan gazebo. Dari total luas lahan di Kebun Raya Bogor 86.3 % digunakan sebagai areal tanam koleksi.

Gambar 2Komposisi Tutupan Lahan di Kebun Raya Bogor Sumber : (LIPI 2014)

Tercatat 213 famili, 1,248 marga, 166 indeterminan, 8,000 genus, dan 14,057 spesies ditemukan di Kebun Raya Bogor (LIPI 2014). Koleksi terbanyak berasal dari familiArecaceaedanAraceae(Tabel 5). Umumnya digunakan sebagai peneduh jalan maupun di berbagai lahan milik institusi, seperti lahan pemerintah, perkantoran, sekolah maupun perumahan karena memiliki toleransi yang tinggi terhadap tanah padat, polusi udara, dan kekeringan.

Tabel 5.10 Tanaman terbanyak di Kebun Raya Bogor

Famili Jumlah Spesimen

Arecaceae 1,568

Araceae 742

Zingiberaceae 581

Euphorbiaceae 504

Apocynaceae 477

Rubiaceae 473

Caesalpiniaceae 392

Sapindaceae 366

Meliaceae 361

Myrtaceae 332

Sumber : (LIPI 2014) 9,054%

1,987% 2,643%

86,315%

(20)

10

Emisi Kota Bogor a) Sektor Transportasi

Tingginya kandungan emisi CO2, NO2, dan debu jatuh dilihat dari korelasi

antara jumlah kendaraan dengan konsumsi bahan bakar yang dipergunakan. Menurut data yang dihimpun dari Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Bogor tahun 2014 jenis bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan di Kota Bogor yaitu premium dan solar. Dalam perhitungan digunakan kecepatan rata-rata sebesar 40 km/jam sesuai standar DLLAJ Kota Bogor. Hasil perhitungan kandungan emisi teoritis di Kota Bogor disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6Kandungan emisi teoritis dari sektor transportasi Jenis

Faktor Emisi (g/l)b) Laju Emisi (kg/jam) CO2 NO2 Debu

5,292 35,646.9 14.1 7.7 1.5 502.7 273.9 53.2

Penumpang pribadi

1,570 7,222.0 101.8 55.5 10.8

Motor 12,172 15,239.3 214.9 117.1 22.740

Pick up kecil

609 2,655.2 37.4 20.4 4.0

Pick up besar

3,400 14,824.0 16.9 9.2 2.0 250.7 136.5 29.8

Bus 409 4,328.6 73.2 39.9 8.7

Truk 4,792 38,029.3 643.2 350.3 76.4

TOTAL 28,244 117,945.7 1,824.0 993.6 205.6

Sumber:a)(DLLAJ 2014) b)(WHO 1982)

Berdasarkan hasil perhitungan, jenis kendaraan dengan konsumsi bahan bakar minyak tertinggi adalah truk disusul dengan angkutan umum. Hal ini terjadi karena meskipun kendaraan dengan jumlah terbanyak adalah angkutan umum namun berdasarkan uji mesin yang dilakukan DLLAJ Kota Bogor truk merupakan jenis kendaraan yang paling boros bahan bakar. Disamping itu solar memiliki berat jenis yang lebih besar dibandingkan bensin. Total emisi diperoleh dengan menjumlahkan emisi dari seluruh kendaraan bermotor, sehingga hasil yang diperoleh adalah CO2sebesar 1,824.0 kg/jam, NO2sebesar 993.6 kg/jam, dan debu

jatuh sebesar 205.6 kg/jam.

b) Sektor Industri

(21)

Tabel 7Emisi dari empat industri di Kota Bogor Nama Industri Hasil Pengujian

(mg/Nm³) PT Goodyear Indonesia 498.8 48.2 3.5 0.3

PT Unitex 192.7 T.A 1.3 T.A

PT Boehringer Ingelheim 203.2 21.7 1.4 0.2

PT Nutrifood Indonesia 87.1 T.A 0.6 T.A

TOTAL 6.9 0.5

Sumber :(BPLH Kota Bogor 2013)

PT Goodyear Indonesia menggunakan ketel uap dengan bahan bakar batu bara, PT Boehringer Ingelheim Indonesia menggunakan bahan bakar minyak, dan PT Unitex serta PT Nutrifood Indonesia menggunakan bahan bakar gas. Berdasarkan hasil perhitungan, PT Goodyear Indonesia merupakan penghasil emisi terbanyak, yaitu NO2sebesar 3.5 kg/jam dan debu jatuh sebesar 0.2 kg/jam. Untuk

emisi CO2 tidak dilakukan pengujian. Hasil pengujian menunjukkan bahwa total

emisi yang dihasilkan keempat industri tersebut yaitu NO2sebesar 6.9 kg/jam dan

debu jatuh sebesar 0.5 kg/jam. Data pada Tabel 7 digunakan untuk mengestimasi emisi industri Kota Bogor seperti yang disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8Estimasi emisi industri Kota Bogor Kelompok Industri Kontribusi Emisi

(%)a)

Estimasi emisi (kg/jam) NO2 Debu Jatuh

Makanan 8 72.5 7.7

Minuman 8 72.5 7.7

Kayu olahan 4.7 42.6 4.6

Pulp dan kertas 7.7 69.8 7.5

Bahan kimia industri 5.7 51.6 5.5

Bahan galian/non logam 18 163.1 17.4

Kimia 7 63.4 6.8

Mesin dan rekayasa 6.3 57.1 6.1

Logam 13 117.8 12.6

Alat angkut 4.3 39.0 4.2

Industri tekstil 13 117.8 12.6

Industri kulit 2.3 20.8 2.2

Industri alpora 0.7 6.3 0.7

Industri elektronika 1.3 11.8 1.3

TOTAL 100 905.855 96.822

Sumber:a)(DNPI 2009)

Dari data diatas diketahui bahwa hanya empat dari 14 industri yang menyumbang lebih dari separuh perkiraan emisi NO2 dan debu jatuh pada tahun

(22)

12

Analisis yang lebih seksama memberikan pemahaman yang lebih mendalam bahwa jumlah emisi yang dihasilkan tidak selalu berkorelasi dengan jumlah unit usaha tetapi lebih mengarah pada bahan bakar yang dipergunakan serta intensifitas perawatan peralatan operasi. Misalnya, sektor makanan terdiri dari 6 usaha menengah/besar, 154 usaha kecil formal, dan 929 usaha kecil non formal sehingga menjadikan sektor ini sebagai unit usaha dengan jumlah terbesar, namun kontribusi emisi yang diberikan hanya sebesar 8% (DNPI 2009).

c) Sektor Peternakan

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bogor, unggas merupakan jenis hewan ternak yang paling banyak dipelihara masyarakat Kota Bogor, yaitu sebanyak 386,131 ekor, sedangkan jenis unggas dengan populasi paling rendah yaitu kuda dengan 76 ekor. Hasil perhitungan emisi dari sektor peternakan disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9Total emisi dari sektor peternakan

Jenis

857 750 78,844.0 25.1 31,906.1 7.7

Sapi

potong

222 319 10,656.0 3.4 3,515.4 0.9

Kerbau 187 400 10.659.0 3.4 3,713.1 0.9

Kuda 76 207 1,534.4 0.5 780.9 0.2

Kambing 1,163 40 6,070.9 1.9 2,309.3 0.6

Domba 8,948 23 73,381.8 23.4 9,941.8 2.4

Unggas 386,131 2 7,722.6 2.5 18,305.0 4.4

TOTAL 397,584 188,868.7 60.1 70,471.6 17.1

Sumber:a)(Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bogor 2014)

Berdasarkan hasil perhitungan, sapi perah merupakan ternak yang paling banyak menghasilkan emisi yaitu CO2 sebesar 25.1 kg/jam, dan NO2 sebesar 7.7

kg/jam. Total emisi peternakan yaitu CO2 sebesar 60.1 kg/jam dan NO2 sebesar

17.1 kg/jam. Dari hasil perhitungan emisi ketiga sektor diatas diperoleh total emisi untuk ketiga parameter seperti yang disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10Rekapitulasi hasil perhitungan emisi Kota Bogor

Sektor Emisi (kg/jam)

CO2 NO2 Debu jatuh

Transportasi 1,824.0 993.6 205.6

Industri T.A 905.9 98.8

Peternakan 60.1 17.1 T.A

TOTAL EMISI 1,884.1 1,916.5 304.4

(23)

Dari Tabel 10. diketahui bahwa emisi terbesar berasal dari transportasi. Penjelasan yang paling mungkin adalah berkaitan dengan tingginya jumlah kendaraan bermotor, mesin kendaraan yang tidak terawat (Joshi dan Chauhan 2008) dan kondisi jalan (Loneet al.2005). Disamping itu Kemacetan menyebabkan jarak tempuh lebih panjang sementara pada saat macet mesin kendaraan tetap bekerja dan mengkonsumsi energi (Escobedo dan Nowak 2009).

Daya Serap CO2, NO2, dan Debu Jatuh oleh Kebun Raya Bogor

Kebun Raya Bogor memiliki 213 famili, 1,248 marga, 166 indeterminen, 8,000 genus, dan 14,057 spesimen (LIPI 2014). Perhitungan pendugaan daya serap polutan CO2, NO2, dan debu jatuh yang tertahan pada daun menggunakan

pendekatan Taksonomi Benson 1957, yaitu menggunakan nilai dari tiap jenis yang mewakili famili. Masing-masing famili tanaman dikelompokkan berdasarkan kemiripannya dengan 8 famili besar, yaituVerbenaceae, Sapindaceae, Clusiaceae, Gnetaceae, Annonaceae, Sapotaceae, Burseraceae, dan kelompok kombinasi. Pohon menyerap gas CO2 dan NO2 melalui stomata pada daun dan debu jatuh

melalui intersepsi (Chauhan 2010). Nilai daya serap CO2 diambil dari hasil

penelitian Dahlan (2007), nilai daya serap NO2dari hasil penelitian Nasrullahet al.

(2000), dan nilai daya serap debu jatuh dari hasil penelitian Wawo (2010) (Lampiran 1).

Berdasarkan perbandingan tiap famili, kelompok tanaman kombinasi merupakan famili dengan daya serap karbondioksida rata-rata tertinggi, yaitu sebesar 165 g/jam, sedangkan famili Gnetaceae merupakan famili dengan daya serap karbondioksida rata-rata terendah sebesar 0.39 g/jam. Hal ini sebanding dengan luas rata-rata daun, jaringan palisade, dan kerapatan stomata. Urutan daya serap karbondioksida rata-rata/jam mulai dari yang tertinggi adalah kombinasi, Sapotaceae, Burseraceae, Verbenaceae, Annonaceae, Sapindaceae, Clusiaceae, danGnetaceae.

(24)

14

Tabel 11Kemampuan Kebun Raya Bogor menyerap emisi Kota Bogor Parameter Emisi Kota

CO2 1,884.1 541.6 28.7

NO2 1,916.5 42.8 2.3

Debu jatuh 304.4 34.6 11.4

Tabel 11 diatas mengindikasikan bahwa Kebun Raya Bogor sebagai hutan kota memiliki fungsi sebagai penyerap polutan udara di Kota Bogor. Namun demikian, persentase kontribusi Kebun Raya Bogor dalam mengurangi emisi udara masih rendah, sehingga diperlukan intensifikasi tanam salah satunya dengan menyeleksi spesies tanaman untuk program tanam di masa yang akan datang.

Tanaman yang ditanam diharapkan memiliki kemampuan untuk mereduksi emisi Kota Bogor dengan kriteria sebagai berikut (Yanget al.2005, Bunkeret al. 2005):

1. Pohon evergreen, pohon jenis ini memiliki efisiensi tinggi dalam menyerap polutan udara karena lamanya waktu retensi dedaunan.

2. Pohon berdaun lebar, karena dimensi pohon mempengaruhi konsentrasi simpanan CO2, serta luas permukaan yang dibutuhkan oleh polutan udara untuk

terdeposisi dan terintersepsi.

3. Pohon yang dapat tumbuh dengan cepat karena dapat segera memaksimumkan penyerapan CO2lebih awal dan memberikan luas permukaan yang cukup bagi

penyerapan CO2. Namun kriteria ini harus diimbangi dengan masa hidup yang

cukup lama untuk mencegah pergantian awal penyerapan CO2.

4. Tanaman dengan daun berbulu, bersisik, dan permukaan kasar mampu menangkap lebih banyak partikel daripada daun halus.

Disamping itu, pemilihan spesies tanaman juga harus mempertimbangkan kesesuaian tanaman terhadap lingkungan tempat tanaman tersebut akan ditanam. Kesesuaian tersebut antara lain dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut (Yanget al.2005):

1. Ketahanan terhadap penyakit dan hama, untuk mencegah penggunaan pestisida secara berlebih di wilayah dengan kepadatan tinggi

2. Memiliki toleransi yang tinggi terhadap berbagai permasalahan lingkungan, seperti rendahnya aerasi, konduktivitas infiltrasi, dan rendahnya suplai nutrisi. 3. Sesuai dengan iklim lokal. Kelembaban yang baik untuk tumbuh tanaman khususnya untuk mengontrol konsentrasi debu jatuh yaitu di atas 35% (Miller and Berry 2005).

4. Tahan terhadap kekeringan.

(25)

Sesuai dengan penelitian Munifah (2008) yang menyatakan bahwa perbedaan ketinggian posisi tajuk tidak berpengaruh nyata terhadap konsentrasi partikulat. Hal ini disebabkan karena sirkulasi angin akan membantu distribusi debu jatuh pada semua bagian tajuk pohon sehingga setiap bagian tajuk berkesempatan sama untuk menjerap debu jatuh di udara (Dahlan 1992). Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Naddafi et al. (2006) yang menyatakan bahwa kecepatan angin mempengaruhi hasil pengukuran debu jatuh jatuh di lapangan sebesar 66.9%. Data jumlah debu jatuh yang tertahan pada daun berdasarkan jenis pohon disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3Jumlah debu jatuh yang tertahan pada daun berdasarkan jenis pohon

Daun yang efektif menyerap debu jatuh adalah daun dengan tekstur kasar dan berbulu halus. Pada Gambar 3. Diketahui bahwa daunCarmona retusa(Vahl) Masam memiliki kemampuan menahan debu jatuh yang lebih besar dibandingkan keempat daun lainnya dengan kapasitas maksimum sebesar 0.7 mg/cm2. Sedangkan daun dengan jumlah debu jatuh yang tertahan paling kecil adalah Antigonon leptopus Hook. Et Arn. Rata-rata selisih debu jatuh yang tertahan pada daun Carmona retusa dan Sansevieria trifasciata sebesar 0.00027 g/cm², sedangkan selisih rata-rata debu jatuh yang tertahan pada daunCarmona retusadanAntigonon leptopussebesar 0.00040 g/cm².

Pada grafik terlihat bahwa sejak hari ke-9 konsentrasi debu jatuh mulai konstan, hal ini disebabkan karena variasi konsentrasi debu jatuh pada tegakan dipengaruhi oleh gerakan udara vertikal yang melewati tajuk. Penyebaran merata debu jatuh di setiap permukaan daun pada tajuk dapat terjadi ketika titik-titik paling efisien untuk menjerap partikulat pada tajuk telah mencapai kapasitas maksimum jerapan sehingga menyebabkan partikulat yang tertahan pada titik-titik paling efisien tidak dapat melekat kuat pada permukaan daun dan terjatuh atau terlempar ke daun lainnya.

Perbedaan kemampuan daun menahan debu jatuh salah satunya dipengaruhi oleh morfologi daun. Daun yang efektif menyerap debu jatuh adalah daun dengan tekstur kasar dan berbulu halus. DaunCarmona retusamemiliki trikoma yang rapat serta permukaannya kasar sehingga memungkinkan deposit debu jatuh yang lebih banyak. DaunSanseviera trifasciatadilapisi lignin, namun karena bentuk daunnya

(26)

16

yang melengkung ke dalam mengakibatkan sebagian besar debu jatuh tertahan pada bagian dalam daun khususnya di bagian daun paling bawah. Daun Cinnamomum multiflorum dilapisi lignin yang membuat permukaan daun licin sehingga debu jatuh sulit menempel. DaunCallicarpa pedunculatamemiliki trikoma yang sangat rapat namun permukaannya yang halus menyebabkan debu jatuh mudah jatuh dan larut dalam air ketika hujan. Sedangkan daunAntigonon leptopusmemiliki trikoma namun jaraknya jarang dan permukaan daun beralur yang memudahkan air membawa serta debu jatuh yang menempel pada daun jatuh ke tanah (Lampiran 2). Jumlah debu jatuh yang tertahan per daun disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4Kemampuan satu daun menahan debu jatuh

Perbedaan tahanan debu jatuh pada setiap jenis pohon tergantung dari berbagai faktor, salah satunya adalah luas permukaan daun (Dahlan 1992). Gambar 4. menunjukkan bahwa daun dengan total debu jatuh yang tertahan paling banyak dimiliki oleh Sansivieria trifasciata. Hal ini disebabkan karena luas permukaan daunnya sebesar 93.6 cm², jauh lebih luas dibandingkan luas daun keempat tanaman lainnya, sehingga meskipun kemampuan daun menahan debu jatuh per satuan luasnya bukan yang tertinggi namun secara keseluruhan tanaman Sansevieria trifasciataefektif untuk menahan debu jatuh. Luas permukaan daun Cinnamomum multiflorum sebesar 15.3 cm², Callicarpa pedunculata sebesar 20.1 cm², dan Antigonon leptopus sebesar 12.2 cm². Sebaliknya Carmona retusa memiliki kemampuan menahan debu jatuh tertinggi per satuan luas, namun ukurannya yang jauh lebih kecil dibandingkan keempat daun lainnya yaitu sebesar 2.4 cm² mengakibatkan total debu jatuh yang tertahan di setiap daun menempati urutan terakhir. Adanya perbedaan ukuran daun menunjukkan bahwa semakin luas permukaan daun, maka akan semakin besar jumlah debu jatuh yang tertahan.

Faktor lain yang mempengaruhi jumlah debu jatuh yang tertahan pada daun adalah berat daun. Berat rata-rata daun Cinnamomum multiflorum sebesar 0.5 g, daun Callicarpa pedunculata sebesar 0.1 g, daun Carmona retusa sebesar 0.2 g, dan daun Antigonon leptopus sebesar 0.3 g. Berat keempat daun tersebut berbeda jauh dengan berat rata-rata daun Sansevieria trifasciata sebesar 13.1 g. Daun dengan bobot yang ringan menyebabkan daun mudah goyang ketika tertiup angin, sehingga menurunkan kemampuan daun dalam menahan debu jatuh. Sebaliknya daun yang berat dan kaku seperti daunSansevieria trifasciatatidak mudah goyang ketika tertiup angin, sehingga daun cukup efektif untuk menahan debu jatuh

3,97

(27)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Emisi yang dihasilkan Kota Bogor yaitu CO2 sebesar 1,884.1 kg/jam, NO2

sebesar 1,916.5 kg/jam, dan debu jatuh sebesar 304.4 kg/jam. Kemampuan penyerapan Kebun Raya Bogor untuk masing-masing pencemar yaitu CO2

sebesar 28.7%, NO2sebesar 2.2%, dan debu jatuh sebesar 11.4%.

2. Daun yang efektif menahan debu jatuh adalah daun dengan permukaan kasar dan berbulu. Jenis tanaman uji dengan kemampuan daun menahan debu jatuh per satuan luas tertinggi adalah Carmona retusa, sedangkan yang terendah adalahAntigonon leptopus.

3. Tanaman yang dipilih untuk mereduksi polutan udara adalah tanaman evergreen,cepat tumbuh, berusia panjang, tahan terhadap hama, penyakit, dan mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan, serta memiliki daun yang berbulu, bersisik, dan kasar.

Saran Saran yang dapat diberikan antara lain :

1. Tanaman Carmona retusa efektif untuk menjerap debu jatuh, namun karena luas permukaan daunnya kecil perlu dilakukan rekayasa genetik atau penyilangan untuk memaksimumkan fungsinya sebagai penjerap debu jatuh. 2. Perlu dilakukan penelitian terhadap jenis tanaman lain terkait kemampuannya

(28)

18

DAFTAR PUSTAKA

[BPLH Kota Bogor] Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bogor. 2013. Pengujian dan Analisis Kualitas Udara Emisi.Bogor

[BPS] Badan Pusat Statistika. 2013. Jumlah Industri Skala Besar/Menengah, Kecil Formal, dan Kecil Non Formal di Kota Bogor. Bogor

Bunker DE, DeClerk F, Bradford JC, Colwell RK, Perfecto Y, Phillips OL, Sankaran M, Naeem S. 2005. Species Loss and Above-Ground Carbon Storage in a Tropical Forest.Science.310:1,029-1,031

Chauhan A. 2010. Tree as Bio-Indicator of Automobile Pollution in Dehradun City: A Case Study.New York Science Journal.3(6):88-95

[DLLAJ] Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Bogor. 2014. Kendaraan Bermotor Wajib Uji menurut Jenis, Status, dan Bahan Bakar Tahun 2014. Bogor. Jakarta

[DNPI] Dewan Nasional Perubahan Iklim. 2009. Opsi-opsi Pembangunan Rendah Karbon untuk Indonesia: Peluang dan Kebijakan Pengurangan Emisi. Dahlan EN. 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas

Lingkungan Hidup.Jakarta (ID): Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia. _________. 2007. Analisis Kebutuhan Luasan Hutan Kota sebagai Sink Gas CO2

Antropogenik dari Bahan Bakar Minyak dan Gas di Kota Bogor dengan Pendekatan Sistem Dinamika. [disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bogor. 2014. Data Populasi Hewan Ternak di Kota Bogor tahun 2014.Bogor

Escobedo FJ, Nowak DJ. 2009. Spatial Heterogeneity and Air Pollution by an Urban Forest.Landscape and Urban Planning.90:102-110

[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2006. Guideliness for National Gas Inventories. Institute for Global Environmental Strategies (IGES): Hayama, Japan

Joshi PC, Chauhan A. 2008. Performance of Locally Grown Rice Plants (Oryza sativaL.) Exposed to Air Pollutants in a Rapidly Growing Industrial Area of District Hardiwar, Uttarakhand, India.Life Science Journal.5(3):41-45 _______, Swami A. 2007. Physiological Responses of Some Tree Species Under

Roadside Automobile Pollution Stress Around City of Haridwar, India. Environmentalist.27:365-374

[LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Konservasi Tumbuhan - Kebun Raya Bogor. 2014. Dokumen Registrasi Koleksi Tumbuhan Kebun Raya Bogor.Bogor (ID): LIPI Press.

Litbang Dep. Hub. 1995. Intensitas Energi Kendaraan Bermotor di Indonesia. Jakarta (ID): Litbang press.

Lone PM, Khan AA, Shah SA. 2005. Study of Dust Pollution Caused by Traffic in Aligarh City.Indian Journal of Environmental Health.47(4):33-36 Miller D, Berry E. 2005. Cattle Feedlot Soil Moisture and Manure Content:I.

Impacts on Greenhouse Gases, Odor Compounds, Nitrogen Losses, and Dust.J. Environ. Qual.34: 644-655

(29)

Pohon dan Lokasi yang Berbeda (Studi Kasus di Jalur Hijau Jalan A Yani dan Jalan Prof. Moh. Yamin, Slawi, Kabupaten Tegal).[skripsi]. Bogor (ID):Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan ,Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Naddafi K, Nabizadeh R, Soltanianzadeh R, Ehrampoosh MH. 2006. Evaluation of Dustfall in the Air of Yazd, Iran.J. Environ. Health.3(3): 161-168 Nasrullah N, Gandanegara S, Suharsono H, Wungkar M, Gunawan A. 2000.

Pengukuran Serapan Polutan Gas NO2pada Tanaman Tipe Pohon, Semak,

dan penutup Tanah dengan Menggunakan Gas NO2 bertanda N. Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi. hlm 181-186.

Patra AD, Nasrullah N, Sisworo E. 2004. Kemampuan Berbagai Jenis Tanaman Menyerap Gas Pencemar Udara (NO2). Risalah Seminar Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi. Jakarta (ID): BATAN Pertamina. 1995. Spesifikasi Bahan Bakar di Indonesia. Jakarta (ID): Pertamina

Press

Purnomohadi S. 1995. Peran Ruang Terbuka Hijau dalam Pengendalian Kualitas Udara di DKI Jakarta. [disertasi]. Bogor (ID): Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Program Pascasarjana IPB

Qodriyanti N. 2010. Distribusi dan Kecukupan Luasan Hutan Kota sebagai Rosot Karbondioksida dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografi dan Penginderaan Jauh di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara. [skripsi]. Bogor(ID): Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Institut Pertanian Bogor.

Soemarwoto O. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.

[WHO] World Health Organization. 1982. Rapid Assessment of Sources of Air, Water, and Land Pollution. USA

Wawo MFC. 2010. Kemampuan Tiga Jenis Tanaman dalam Menjerap Debu (Studi Kasus: Desa Gunung Putri, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor). [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Institut Pertanian Bogor.

Yang J, McBridge J, Zhou J, Zhenyuan S. 2005. The Urban Forest in Beijing and its Role in Air Pollution Reduction. Urban Forestry & Urban Greening. 3:65-78

(30)

Keterangan:T.A: data tidak tersedia

Sumber :a)(Dahlan 2007);b)(Nasrullahet al.2000);c)(Wawo 2010);d)hasil perhitungan penulis

20

LAMPIRAN

Lampiran 1. Daya serap emisi kategori famili di Kebun Raya Bogor

No Nama Famili Nama Ordo Kemiripan Jumlah

Spesimen

1 Acanthaceae Scrophulariales verbenaceae 144 8,241 24 0.011 24.17 3,480.5 35.14 11.0 T.A T.A

2 Aceraceae Sapindales sapindaceae 5 181,000 17 0.014 6.33 31.7 12.44 2.7 0.61 39.1

3 Acrostichaceae 2 T.A T.A T.A T.A T.A T.A 0.0 T.A T.A

4 Actinidiaceae Guttiferales Clusiaceae 18 18,081 36 0.090 0.6 10.8 8.46 8.9 T.A T.A

5 Agavaceae liliales Gnetaceae 187 63,900 45 0.023 0.39 72.9 25.63 317.0 T.A T.A

6 Alangiaceae Cornales kombinasi 15 292,880 49 0.016 165 2,475.0 68.31 235.3 0.63 565.1

7 Alismataceae Alismales Gnetaceae 25 63,900 45 0.023 0.39 9.8 25.63 42.4 T.A T.A

8 Amaranthaceae Caryophyllales annonaceae 5 121,416 28 0.012 22 110.0 93.28 19.0 T.A T.A

9 Amarylliadaceae liliales Gnetaceae 88 63,900 120 0.023 0.39 34.3 25.63 397.8 T.A T.A

10 Anacardiaceae Sapindales sapindaceae 189 181,000 17 0.014 6.33 1,196.4 12.44 101.3 0.61 1,478.1

11 Ancistrocladaceae kombinasi kombinasi 2 292,880 49 0.016 165 330.0 68.31 31.4 0.63 75.3

12 Annonaceae Ranales Annonaceae 300 121,416 28 0.012 22 6,600.0 93.28 1,141.6 T.A T.A

13 Antheriaceae 23 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

14 Apiaceae Umbellales kombinasi 4 292,880 49 0.016 165 660.0 68.31 62.7 0.63 150.7

15 Apocynaceae Apocynales Sapotaceae 477 3,638 12 0.018 96.9 46,221.3 17.63 6.6 T.A T.A

16 Apostasiaceae 1 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

17 Aquifoliaceae Sapindales sapindaceae 4 181,000 17 0.014 6.33 25.3 12.44 2.1 0.61 31.3

(31)

Keterangan:T.A: data tidak tersedia

Sumber :a)(Dahlan 2007);b)(Nasrullahet al.2000);c)(Wawo 2010);d)hasil perhitungan penulis 21

No Nama Famili Nama Ordo Kemiripan Jumlah

Spesimen

19 Araliaceae Umbellales kombinasi 110 292,880 49 0.016 165 18,150.0 68.31 1,725.4 0.63 4,143.9

20 Araucariaceae Pinales Gnetaceae 28 63,900 45 0.023 0.39 10.9 25.63 47.5 T.A T.A

21 Arecaceae Palmales Gnetaceae 1568 63,900 45 0.023 0.39 611.5 25.63 2,657.9 T.A T.A

22 Aristolochiaceae Aristolochianales kombinasi 21 292,880 49 0.016 165 3,465.0 68.31 329.4 0.63 791.1

23 Asclepiadaceae Apocynales Sapotaceae 33 3,638 12 0.018 96.9 3,197.7 17.63 0.5 T.A T.A

24 Asparagaceae liliales Gnetaceae 3 63,900 45 0.023 0.39 1.2 25.63 5.1 T.A T.A

25 Asphodelaceae 5 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

26 Aspidiaceae 15 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

27 Aspleniaceae 6 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

28 Asteliaceae 29 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

29 Asteraceae Asterales verbenaceae 19 8,241 24 0.011 24.17 459.2 35.14 1.5 T.A T.A

30 averrhoaceae 25 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

31 Begoniaceae Begoniales Begoniales 15 292,880 49 0.016 165 2,475.0 9.50 32.7 T.A T.A

32 Berberidaceae Ranales Annonaceae 2 121,416 28 0.012 22 44.0 93.28 7.6 T.A T.A

33 Bignoniaceae Scrophulariales verbenaceae 186 8,241 24 0.011 24.17 4,495.6 35.14 14.2 T.A T.A

34 Bixaceae Guttiferales Clusiaceae 5 18,081 36 0.009 0.6 3.0 8.46 0.2 T.A T.A

35 Blechnaceae 3 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

36 Bombacaceae Malvales Clusiaceae 83 18,081 36 0.009 0.6 49.8 8.46 4.1 T.A T.A

37 Boraginaceae Polemoniales Sapotaceae 29 3,638 12 0.018 96.9 2,810.1 17.63 0.4 T.A T.A

38 Bromeliaceae liliales Gnetaceae 123 63,900 45 0.023 0.39 48.0 25.63 208.5 T.A T.A

(32)

Lampiran 1. Daya Serap Emisi Kategori Famili di Kebun Raya Bogor (lanjutan)

Keterangan:T.A: data tidak tersedia

Sumber :a)(Dahlan 2007);b)(Nasrullahet al.2000);c)(Wawo 2010);d)hasil perhitungan penulis

22

No Nama Famili Nama Ordo Kemiripan Jumlah

Spesimen

40 Burseraceae Rutales Burseraceae 123 28,224 18 0.020 45 5,535.0 64.80 81.0 T.A T.A

41 Buxaceae Euphorbiales Burseraceae 1 28,224 18 0.020 45 45.0 64.80 0.7 T.A T.A

42 Cactaaceae Cactales kombinasi 76 292,880 49 0.016 165 12,540.0 68.31 1,192.1 0.63 2,863.0

43 Caesalpiniaceae Rosales kombinasi 392 292,880 49 0.016 165 64,680.0 68.31 6,148.6 0.63 14,767.3

44 Calycanthaceae Ranales Annonaceae 2 121,416 28 0.012 22 44.0 93.28 7.6 T.A T.A

45 Cannaceae Musales Gnetaceae 4 63,900 45 0.023 0.39 1.6 25.63 6.8 T.A T.A

46 Capparaceae 22 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

47 Caprifoliaceae Rubiales verbenaceae 7 8,241 24 0.011 24.17 169.2 35.14 0.5 T.A T.A

48 Caryocaraceae Guttiferales Clusiaceae 1 18,081 36 0.009 0.6 0.6 8.46 0.0 T.A T.A

49 Casuarinaceae Casuarinales Burseraceae 13 28,224 18 0.020 45 585.0 64.80 8.6 T.A T.A

50 Cecropiaceae 16 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

51 Celastraceae Sapindales sapindaceae 61 181,000 17 0.014 6.33 386.1 12.44 32.7 0.61 477.1

52 Chrysobalanaceae Rosales kombinasi 19 292,880 49 0.016 165 3,135.0 68.31 298.0 0.63 715.8

53 Clusiaceae Guttiferales Clusiaceae 281 18,081 36 0.009 0.6 168.6 8.46 13.9 T.A T.A

54 Cochlospermaceae Guttiferales Clusiaceae 2 18,081 36 0.009 0.6 1.2 8.46 0.1 T.A T.A

55 Combretaceae Rubiales verbenaceae 101 8,241 24 0.011 24.17 2,441.2 35.14 7.7 T.A T.A

56 Commelinaceae liliales Gnetaceae 24 63,900 45 0.023 0.39 9.4 25.63 40.7 T.A T.A

57 Connararaceae Rosales kombinasi 51 292,880 49 0.016 165 8,415.0 68.31 799.9 0.63 1,921.3

58 Convallariaceae liliales Gnetaceae 16 63,900 45 0.023 0.39 6.2 25.63 27.1 T.A T.A

59 Convolvulaceae Polemoniales Sapotaceae 23 3,638 12 0.018 96.9 2,228.7 17.63 0.3 T.A T.A

(33)

Keterangan:T.A: data tidak tersedia

Sumber :a)(Dahlan 2007);b)(Nasrullahet al.2000);c)(Wawo 2010);d)hasil perhitungan penulis

23

No Nama Famili Nama Ordo Kemiripan Jumlah

Spesimen

61 Corynocarpaceae Corynocarpaceae Corynocarpaceae 2 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

62 Costaceae 91 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

63 Crassulaceae Rosales kombinasi 7 292,880 49 0.016 165 1,155.0 68.31 109.8 0.63 263.7

64 Crypteroniaceae Myrtales kombinasi 1 292,880 49 0.016 165 165.0 68.31 15.7 0.63 37.7

65 Cucurbitaceae Cucurbitales verbenaceae 9 8,241 24 0.011 24.17 217.5 35.14 0.7 T.A T.A

66 Cunoniaceae Rosales kombinasi 2 292,880 49 0.016 165 330.0 68.31 31.4 0.63 75.3

67 Cupressaceae Pinales Gnetaceae 5 63,900 45 0.023 0.39 2.0 25.63 8.5 T.A T.A

68 Cyatheaceae Filicales Filicales 17 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

69 Cycadaceae cycadales Gnetaceae 8 63,900 45 0.023 0.39 3.1 25.63 13.6 T.A T.A

70 Cyclanthacaeae Arales Gnetaceae 18 63,900 45 0.023 0.39 7.0 25.63 30.5 T.A T.A

71 Cyperaceae Graminales Gnetaceae 38 63,900 45 0.023 0.39 14.8 25.63 64.4 T.A T.A

72 Daphniphyllaceae 1 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

73 Datiscaceae kombinasi kombinasi 7 292,880 49 0.016 165 1,155.0 68.31 109.8 0.63 263.7

74 Davaliaceae 6 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

75 Dennstaedtiaceae Filicales Filicales 1 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

76 Dichapetalaceae Sapindales sapindaceae 3 181,000 17 0.014 6.33 19.0 12.44 1.6 0.61 23.5

77 Dilleniaceae 107 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

78 Dioscoreaceae liliales Gnetaceae 45 63,900 45 0.023 0.39 17.6 25.63 76.3 T.A T.A

79 Dipterocapaceae Guttiferales Clusiaceae 306 18,081 36 0.009 0.6 183.6 8.46 15.2 T.A T.A

80 Dracaenaceae liliales Gnetaceae 26 63,900 45 0.023 0.39 10.1 25.63 44.1 T.A T.A

(34)

Lampiran 1. Daya Serap Emisi Kategori Famili di Kebun Raya Bogor (lanjutan)

Keterangan:T.A: data tidak tersedia

Sumber :a)(Dahlan 2007);b)(Nasrullahet al.2000);c)(Wawo 2010);d)hasil perhitungan penulis

24

No Nama Famili Nama Ordo Kemiripan Jumlah

Spesimen

82 Ebenaceae Ebenales Sapotaceae 164 3,638 12 0.018 96.9 15,891.6 17.63 2.3 T.A T.A

83 Elaeagnaceae Elaeagnales kombinasi 8 292,880 49 0.016 165 1,320.0 68.31 125.5 0.63 301.4

84 Elaeocarpaceae Malvales Clusiaceae 46 18,081 36 0.009 0.6 27.6 8.46 2.3 T.A T.A

85 Equisetaceae Equisetales Equisetales 3 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

86 Erythoxylaceae Geraniales sapindaceae 9 181,000 17 0.014 6.33 57.0 12.44 4.8 0.61 70.4

87 Escaloniaceae Rosales kombinasi 5 292,880 49 0.016 165 825.0 68.31 78.4 0.63 188.4

88 Euphorbiaceae Euphorbiales Burseraceae 504 28,224 18 0.020 45 22,680.0 64.80 331.8 T.A T.A

89 Fagaceae Fagales Burseraceae 33 28,224 18 0.020 45 1,485.0 64.80 21.7 T.A T.A

90 Flacourtiaceae Violales Clusiaceae 112 18,081 36 0.009 0.6 67.2 8.46 5.6 T.A T.A

91 Flagellariaceae Monocotyledon Monocotyledon 22 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

92 Geitonoplesiaceae 3 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

93 Gesneriaceae Scrophulariales verbenaceae 5 8,241 24 0.011 24.17 120.9 35.14 0.4 T.A T.A

94 Gnetaceae Gnetales Gnetaceae 50 63,900 45 0.023 0.39 19.5 25.63 84.8 T.A T.A

95 Haloragaceae Myrtales kombinasi 2 292,880 49 0.016 165 330.0 68.31 31.4 0.63 75.3

96 Hamamelidaceae Rosales kombinasi 8 292,880 49 0.016 165 1,320.0 68.31 125.5 0.63 301.4

97 Hanguanaceae 10 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

98 Heliconiaceae 44 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

99 Hernandiaceae Ranales Annonaceae 9 121,416 28 0.012 22 198.0 93.28 34.2 T.A T.A

100 Hippocrateaceae Sapindales sapindaceae 40 181,000 17 0.014 6.33 253.2 12.44 21.4 0.61 312.8

101 Hyacinthaceae 2 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

(35)

Keterangan:T.A: data tidak tersedia

Sumber :a)(Dahlan 2007);b)(Nasrullahet al.2000);c)(Wawo 2010);d)hasil perhitungan penulis 25

No Nama Famili Nama Ordo Kemiripan Jumlah

Spesimen

103 Hypericaceae Filicales Filicales 22 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

104 Icacinaceae Sapindales sapindaceae 68 181,000 17 0.014 6.33 430.4 12.44 36.4 0.61 531.8

105 Iridaceae liliales Gnetaceae 13 63,900 45 0.023 0.39 5.1 25.63 22.0 T.A T.A

106 Irvingiaceae 4 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

107 Juglandiaceae 3 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

108 Lamiaceae Lamiales verbenaceae 19 8,241 24 0.011 24.17 459.2 35.14 1.5 T.A T.A

109 Lauraceae Ranales Annonaceae 314 121,416 28 0.012 22 6,908.0 93.28 1,194.9 T.A T.A

110 Lecythidaceae Myrtales kombinasi 81 292,880 49 0.016 165 13,365.0 68.31 1,270.5 T.A T.A

111 Leeaceae 26 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

112 Liliaceae liliales Gnetaceae 21 63,900 45 0.023 0.39 8.2 25.63 35.6 T.A T.A

113 Limnocharitaceae 2 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

114 Linaceae Geraniales sapindaceae 2 181,000 17 0.014 6.33 12.7 12.44 1.1 0.61 15.6

115 Loganiaceae Gentianales Sapotaceae 49 3,638 12 0.018 96.9 4,748.1 17.63 0.7 T.A T.A

116 Lomariopsidaceae 10 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

117 Lowiaceae 5 T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A T.A

118 Lythraceae Myrtales kombinasi 50 292,880 49 0.016 165 8,250.0 68.31 784.3 T.A T.A

119 Magnoliaceae Ranales Annonaceae 40 121,416 28 0.012 22 880.0 93.28 152.2 T.A T.A

120 Malpighiaceae Geraniales sapindaceae 32 181,000 17 0.014 6.33 202.6 12.44 17.1 0.61 250.3

121 Malvaceae Malvales Clusiaceae 41 18,081 36 0.009 0.6 24.6 8.46 2.0 T.A T.A

122 Marantaceae Musales Gnetaceae 75 63,900 45 0.023 0.39 29.3 25.63 127.1 T.A T.A

Gambar

Gambar 1. Diagram alir penelitian
Gambar 2 Komposisi Tutupan Lahan di Kebun Raya Bogor Sumber : (LIPI 2014)
Tabel 6 Kandungan emisi teoritis dari sektor transportasi
Tabel 9 Total emisi dari sektor peternakan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai upaya memberi saran/masukan kepada pengambilan kebijak:an, dalam rangka optimalisasi kebijak:an SOP pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukamara maka

Berdasarkan hasil overlay prakiraan curah hujan bulan Juni 2021 wilayah Provinsi Aceh, data kejadian banjir, dan data penggunaan lahan, maka diprakirakan Daerah Potensi

Hal ini sesuai dengan hipotesis 2 yang menyatakan bahwa variabel kehandalan yang terdiri dari kemampuan dan ketrampilan pelayanan memiliki pengaruh positif

Dan makna yang terkandung dalam tari Mapak ini adalah sebagai rasa hormat dan bahagia atas kedatangan tamu – tamu besar yang berkunjung ke Kabupaten Empat Lawang dan

Apakah ada pengaruh natrium benzoat, lama penyimpanan, penyimpanan pada suhu kamar dan penyimpanan di pendingin terhadap kadar vitamin C cabai merah.. Bagaimana

Adapun kekurangan yang dimiliki perusahaan adalah perusahaan tidak melakukan survey konsumen, tidak menyelesaikan pesanan tepat waktu, tidak membuat formulir permohonan

9 = Pergeseran pola konsumsi masyarakat yang sudah beralih ke kebutuhan yang lain 10 = Ketersediaan barang pengganti yang dapat diperoleh dengan mudah. 11 = Kenaikan harga

Masa Penularan – Adalah waktu pada saat dimana bibit penyakit mulai ditularkan baik secara langsung maupun tidak langsung dari orang yang sakit ke orang lain, dari binatang yang