KECERNAAN NUTRIEN DAN RETENSI NITROGEN PADA
DOMBA JANTAN MUDA YANG MENDAPAT RANSUM
MENGANDUNG MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI
KEVIN WANA
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kecernaan Nutrien dan Retensi Nitrogen pada Domba Jantan Muda yang Mendapat Ransum Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
KEVIN WANA. Kecernaan Nutrien dan Retensi Nitrogen pada Domba Jantan Muda yang Mendapat Ransum Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari. Dibimbing oleh TOTO TOHARMAT dan LILIS KHOTIJAH.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi kecernaan nutrien dan retensi nitrogen pada domba jantan muda yang diberi minyak biji bunga matahari dengan level berbeda dalam ransum. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Ransum perlakuan yaitu P0 (tanpa penambahan minyak biji bunga matahari), P1 (penambahan 4% minyak biji bunga matahari), dan P2 (penambahan 6% minyak biji bunga matahari). Data dianalisis menggunakan analisis varian (ANOVA) dan jika data menunjukkan perbedaan nyata, maka dianalisis lanjut menggunakan uji kontras ortogonal. Hasil menunjukkan bahwa penambahan minyak biji bunga matahari menyebabkan perbedaan terhadap konsumsi lemak, namun tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering, protein kasar, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen, kecernaan nutrien, dan retensi nitrogen secara keseluruhan. Penambahan minyak biji bunga matahari hingga 6% tidak berdampak negatif terhadap konsumsi nutrien.
Kata kunci: domba, kecernaan nutrien, minyak bunga matahari, retensi nitrogen
ABSTRACT
KEVIN WANA. Nutrient Digestibility and Nitrogen Retention of Young Ram Offered Diet Supplemented by Sunflower Seed Oil. Supervised by TOTO TOHARMAT and LILIS KHOTIJAH.
The objective of this study was to evaluate nutrient digestibility and nitrogen retention of young ram offered sunflower seed oil with different levels in diets. This study used randomized block design with 3 treatments and 3 replications. The treatments were P0 (without the addition of sunflower seed oil), P1 (the addition of sunflower seed oil at 4%), and P2 (the addition of sunflower seed oil at 6%). Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and if the result showed significant differences, it was followed by Ortogonal Contrast Test. The result showed that the treatments affected the consumption of ether extract, however it did not affect the consumption of dry matter, crude protein, crude fiber, N-free extract, nutrient digestibility, and nitrogen retention. The dietary addition of sunflower seed oil up to 6% did not negatively affect nutrien consumption.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
KECERNAAN NUTRIEN DAN RETENSI NITROGEN PADA
DOMBA JANTAN MUDA YANG MENDAPAT RANSUM
MENGANDUNG MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI
KEVIN WANA
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Judul Skripsi : Kecernaan Nutrien dan Retensi Nitrogen pada Domba Jantan Muda yang Mendapat Ransum Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari Nama : Kevin Wana
NIM : D24090086
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Toto Toharmat, MAgrSc Pembimbing I
Dr Ir Lilis Khotijah, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 hingga Juni 2013 ini ialah kecernaan nutrien dan retensi nitrogen, dengan judul Kecernaan Nutrien dan Retensi Nitrogen pada Domba Jantan Muda yang Mendapat Ransum Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari.
Pakan sumber energi sangat diperlukan untuk menghasilkan pertumbuhan domba yang sesuai. Sumber nutrien yang banyak mengandung energi adalah lemak. Minyak biji bunga matahari diketahui memiliki kandungan asam lemak tidak jenuh yang tinggi. Kandungan energi yang tinggi dalam ransum dapat membantu proses sintesis protein, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kecernaan. Pemberian minyak ke dalam pakan juga dapat digunakan untuk menilai efisiensi penggunaan nitrogen. Diharapkan dengan adanya nitrogen yang tersimpan dalam tubuh dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang akan mempercepat bobot dewasa kelamin.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun demi penyempurnaan masa mendatang. Semoga skripsi ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
BAHAN DAN METODE 2
Bahan 2
Ternak Percobaan 2
Kandang dan Peralatan 2
Pakan 2
Lokasi dan Waktu 3
Metode 4
Pemeliharaan 4
Koleksi Feses 4
Koleksi Urin 4
Peubah yang Diamati 4
Konsumsi Nutrien 4
Kecernaan Nutrien 4
Retensi Nitrogen 5
Rancangan Percobaan dan Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Konsumsi Nutrien 5
Kecernaan Nutrien 7
Retensi Nitrogen 9
SIMPULAN DAN SARAN 10
Simpulan 10
Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
LAMPIRAN 13
RIWAYAT HIDUP 16
DAFTAR TABEL
1 Komposisi bahan pakan konsentrat penelitian 3
2 Kandungan nutrien ransum penelitian 3
3 Rataan konsumsi nutrien pada domba 6
4 Rataan kecernaan nutrien pada domba 8
5 Rataan konsumsi N, N feses, N urin, dan retensi N pada domba 9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Sidik ragam konsumsi bahan kering 13
2 Sidik ragam konsumsi protein kasar 13
3 Sidik ragam konsumsi serat kasar 13
4 Sidik ragam konsumsi lemak kasar 13
5 Uji lanjut kontras ortogonal konsumsi lemak kasar 13 6 Sidik ragam konsumsi bahan ekstrak tanpa nitrogen 14
7 Sidik ragam kecernaan bahan kering 14
8 Sidik ragam kecernaan protein kasar 14
9 Sidik ragam kecernaan serat kasar 14
10 Sidik ragam kecernaan lemak kasar 14
11 Sidik ragam kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen 15
12 Sidik ragam konsumsi nitrogen 15
13 Sidik ragam nitrogen feses 15
14 Sidik ragam nitrogen urin 15
PENDAHULUAN
Populasi ternak domba di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2009, populasi domba mencapai 10 198 766 ekor dan pada tahun 2013 menjadi 14 560 480 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan 2013). Domba merupakan ternak penghasil daging yang sangat potensial karena mampu mengkonversi bahan pakan berkualitas rendah menjadi produk bergizi tinggi. Meskipun demikian, domba membutuhkan asupan nutrisi yang seimbang untuk menunjang kebutuhan hidup pokok dan produksi selama fase pertumbuhan.
Pakan sumber energi sangat diperlukan untuk menghasilkan pertumbuhan domba yang sesuai. Sumber nutrien yang banyak mengandung energi adalah lemak. Suplementasi lemak merupakan alternatif yang relatif murah dalam formulasi pakan ternak pedaging, dan penggunaannya dapat meningkatkan energi ransum dan memodifikasi asam lemak jaringan tubuh ruminansia (Soebarinoto et al. 1991). Pemberian asam lemak, terutama asam lemak tak jenuh sangat dibutuhkan oleh ternak untuk proses fisiologis. Salah satu sumber asam lemak tak jenuh diantaranya adalah minyak biji bunga matahari. Palmquist (1988) melaporkan bahwa kandungan minyak biji bunga matahari terdiri dari 8% palmitat (C16:0), 3% stearat (C18:0), 13.5% oleat (C18:1), 75% linoleat (C18:2), dan 0.5% linolenat (C18:3).
Penambahan minyak biji bunga matahari pada ransum masih harus diperhatikan penggunaannya. Penggunaan minyak biji bunga matahari dikhawatirkan dapat mengganggu proses pencernaan fermentatif rumen pada domba. Menurut Sudibyo et al. (2009), penggunaan minyak dalam ransum dalam jumlah yang tinggi akan memberikan dampak negatif terhadap mikroba rumen dan minyak akan mengalami biohidrogenasi sehingga mengubah asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuh.
Pemberian minyak dalam pakan akan turut meningkatkan kandungan lemak pakan, yang berfungsi untuk mencukupi kebutuhan ternak akan pemberian sumber energi (Parakkasi 1999). Zinn (1989) juga menyatakan bahwa peningkatan kandungan energi pada ransum dengan penambahan minyak dapat meningkatkan pula konsumsi energi. Kandungan energi yang tinggi dalam ransum dapat membantu proses sintesis protein, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kecernaan. Namun penambahan minyak dapat mengganggu pertumbuhan bakteri rumen sehingga dapat menurunkan kecernaan nutrien dan ketersediaan protein mikroba dalam rumen.
2
BAHAN DAN METODE
Bahan Ternak Percobaan
Ternak yang digunakan adalah anak domba jantan muda yang berjumlah 9 ekor dengan rataan bobot badan 18±4 kg. Anak domba dihasilkan dari induk yang sudah mendapat perlakuan ransum berupa minyak biji bunga matahari pada penelitian sebelumnya selama lima bulan, sehingga pemberian ransum sesuai dengan ransum yang diberikan kepada induk. Contoh domba penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Contoh Domba Penelitian Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan berupa kandang metabolis yang dilengkapi tempat makanan dan minuman. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan digital, wadah penampung, gelas ukur, tabung film, dan H2SO4 10%.
Pakan
3
Lokasi dan Waktu
Pemeliharaan domba penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis proksimat pakan dilakukan di Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU) Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2013 hingga Juni 2013.
Tabel 1 Komposisi bahan pakan konsentrat penelitian
Bahan P0: konsentrat tanpa penambahan minyak biji bunga matahari; P1: konsentrat dengan penambahan 4% minyak biji bunga matahari; P2: konsentrat dengan penambahan 6% minyak biji bunga matahari.
Tabel 2 Kandungan nutrien ransum penelitian
4 metabolis memiliki alas berjaring untuk menampung feses. Sampel feses diambil sebanyak 10% dari total feses dan dikeringkan pada terik matahari untuk mendapatkan berat feses kering udara. Sampel yang sudah kering udara dimasukkan ke dalam oven 60ºC, kemudian sampel dikompositkan dan digiling untuk analisis proksimat.
Koleksi Urin
Koleksi urin dilakukan selama 7 hari seiring dengan koleksi feses. Urin ditampung menggunakan wadah penampung yang diletakkan dibawah kandang. Urin yang tertampung kemudian diambil 10% dari total urin. Sampel urin kemudian disimpan dalam freezer hingga dianalisis. Setiap hari setelah ember dikosongkan, 10 ml H2SO4 10% dimasukkan ke dalam ember untuk mencegah penguapan N-NH3 urin.
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi nutrien, kecernaan nutrien, dan retensi nitrogen.
Konsumsi Nutrien
Konsumsi nutrien diperoleh dengan menghitung selisih antara pakan yang diberikan dikurangi dengan sisa pakan (Pond et al. 2005). Konsumsi nutrien yang dihitung meliputi konsumsi bahan kering, protein kasar, serat kasar, lemak kasar, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen.
Konsumsi Nutrien (g ekor-1 hari-1) = Pakan yang diberikan – Sisa pakan Kecernaan Nutrien
Kecernaan nutrien dihitung berdasarkan persentase dari selisih antara konsumsi dengan sisa yang dikeluarkan melalui feses dibagi dengan yang dikonsumsi lalu dikali 100% (Pond et al. 2005). Kecernaan nutrien yang dihitung meliputi bahan kering, protein kasar, serat kasar, lemak kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen, dan Total Digestible Nutrient (TDN).
Kecernaan Nutrien % = Nutrien yang dikonsumsi −Nutrien dalam feses
Nutrien yang dikonsumsi x 100%
TDN (%) = PK tercerna + SK tercerna + 2.25 x LK tercerna +
5 Retensi Nitrogen
Retensi nitrogen diperoleh dengan menghitung selisih antara konsumsi nitrogen dengan nitrogen yang dikeluarkan melalui feses dan urin (McDonald et al. 2002).
Retensi Nitrogen (g ekor-1 hari-1) = Konsumsi nitrogen – Nitrogen feses – Nitrogen urin
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Nilai koefisien variasi bobot badan pada penelitian ini adalah 22.95%. Sehingga rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 3 kali ulangan. Pengelompokan didasarkan pada bobot badan domba, yaitu bobot badan besar (22±2 kg), bobot badan sedang (20±2 kg), dan bobot badan kecil (13±2 kg). Perlakuan tersebut terdiri atas:
P0: Ransum tanpa penambahan minyak biji bunga matahari P1: Ransum dengan penambahan 4% minyak biji bunga matahari P2: Ransum dengan penambahan 6% minyak biji bunga matahari
Model matematik rancangan percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie 1993):
Yij = µ + i+ βj + ij Keterangan:
Yij = nilai pengamatan perlakuan ke-i, blok ke-j
μ = nilai rataan umum perlakuan
τj = pengaruh perlakuan ke-i
βi = pengaruh blok ke-j
εij = galat percobaan pada perlakuan ke-i dan blok ke-j
Perbedaan rataan perlakuan sebagai pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati, maka data yang diperoleh dianalisis sidik ragam (ANOVA), jika rataan perlakuan hasil berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut Kontras Ortogonal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Nutrien
6
Tabel 3 Rataan konsumsi nutrien pada domba
Konsumsi Perlakuan Rataan P0: ransum tanpa penambahan minyak biji bunga matahari; P1: ransum dengan penambahan 4% minyak biji bunga matahari; P2: ransum dengan penambahan 6% minyak biji bunga matahari; BK: Bahan Kering; PK: Protein Kasar; SK: Serat Kasar; LK: Lemak Kasar; BETN: Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen; Angka-angka yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan (P<0.05).
Konsumsi Bahan Kering
Konsumsi bahan kering tidak menunjukkan perbedaan (P>0.05) antar level minyak biji bunga matahari yang berbeda. Menurut NRC (2006), kebutuhan bahan kering domba dengan bobot badan 10-20 kg dan PBB 200-250 g hari-1 sebesar 5% BB berkisar antara 500-1000 g ekor-1 hari-1. Konsumsi bahan kering dalam kajian ini masih dalam kisaran normal dengan rataan sebesar 600-664 g ekor-1 hari-1 atau 2.86%-2.94% BB. Kamal (1997) menyatakan bahwa, salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi yaitu palatabilitas. Tingkat palatabilitas yang berpengaruh terhadap tingkat konsumsi bahan kering ransum diantaranya bau, rasa dan tekstur (Pond et al. 2005). Hal ini berarti penambahan minyak hingga 6% tidak menimbulkan bau, merubah rasa dan tekstur pakan sehingga tidak mempengaruhi palatabilitas ransum.
Konsumsi Protein Kasar
Pemberian minyak biji bunga matahari tidak memberikan pengaruh (P>0.05) terhadap konsumsi protein kasar. Menurut NRC (2006), kebutuhan protein kasar domba dengan bobot badan 10-20 kg berkisar antara 127-167 g ekor -1
hari-1. Konsumsi protein kasar domba dalam kajian ini berkisar antara 113-120 g ekor-1 hari-1 atau 18.07%-18.91% BK. Hasil yang didapat masih dibawah standar kebutuhan NRC. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan jenis domba yang digunakan antara domba lokal dengan domba luar yang hidup di iklim berbeda. Rendahnya konsumsi protein kasar dapat disebabkan karena kadar protein ransum yang rendah. Menurut Karolita (2011), konsumsi bahan kering memiliki korelasi positif terhadap konsumsi protein kasar karena protein kasar termasuk bagian dari bahan kering dan bahan organik.
Konsumsi Serat Kasar
7 dari kadar serat kasar konsentrat. Kesamaan tingkat konsumsi serat menunjukkan bahwa domba mengkonsumsi hijauan dan konsentrat secara proporsional pada setiap perlakuan. Hal ini berarti bahwa penambahan minyak dalam ransum tidak mengganggu konsumsi baik rumput maupun konsentrat. Yulaelawati (2011) melaporkan bahwa konsumsi serat kasar berkisar 74-181 g ekor-1 hari-1 pada domba dengan bobot rata-rata 13.4-16.1 kg yang disuplementasi 4% minyak ikan terproteksi dan L-carnitine dalam ransum. Konsumsi serat kasar dalam kajian ini masih dalam kisaran normal dengan rataan sebesar 91-98 g ekor-1 hari-1 atau 14.80%-15.80% BK. Konsumsi serat kasar sejalan dengan tidak berbedanya konsumsi bahan kering ransum, semakin tinggi konsumsi bahan kering menyebabkan konsumsi serat kasar yang tinggi dan begitu pula sebaliknya (Haddad dan Younis 2004).
Konsumsi Lemak Kasar
Hasil yang berbeda didapat pada konsumsi lemak kasar. Level minyak biji bunga matahari yang berbeda dalam ransum menyebabkan perbedaan (P<0.05) konsumsi lemak kasar. Konsumsi lemak kasar pada domba yang dikaji masih dalam kisaran normal dengan kisaran 17-38 g ekor-1 hari-1 atau 2.90%-5.93% BK jika dibandingkan dengan penelitian Ici (2012) yang berkisar antara 18-42 g ekor-1 hari-1 pada domba dengan bobot rata-rata 9 kg yang mengandung 1.5% minyak jagung dan minyak ikan lemuru dalam ransum. Konsumsi lemak kasar pada ransum yang ditambahkan minyak biji bunga matahari cenderung meningkat dibandingkan dengan yang tidak ditambahkan minyak. Peningkatan kandungan lemak dan energi dalam ransum dapat mempengaruhi tingkat konsumsi ransum (Sudarman et al. 2008). Namun kandungan lemak hingga 6% dalam ransum tidak mengubah konsumsi bahan kering ransum.
Konsumsi BETN
Konsumsi BETN tidak menunjukkan hasil yang berbeda (P>0.05) akibat penambahan minyak bunga matahari. Konsumsi BETN yang didapat pada penelitian ini berkisar antara 335-364 g ekor-1 hari-1 atau 53.93%-56.45% BK. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Ici (2012) dengan konsumsi BETN yang berkisar antara 226-265 g ekor-1 hari-1. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh komposisi onggok dalam ransum yang lebih tinggi dibandingkan penelitian Ici (2012) yang mengandung 17% onggok dalam ransum. Jumlah konsumsi BETN dipengaruhi oleh konsumsi bahan kering dan jumlah BETN yang terkandung dalam ransum. Hal ini diperkuat oleh Nur (2012) yang menyatakan bahwa konsumsi BETN ransum akan dipengaruhi oleh jumlah konsumsi bahan kering.
Kecernaan Nutrien
8
Tabel 3 Rataan kecernaan nutrien pada domba
Kecernaan Perlakuan Rataan
P0 P1 P2
---%---
Bahan Kering 59.03±1.67 59.83±8.47 59.44±4.59 59.43±4.90 Protein Kasar 65.96±2.84 61.56±7.17 65.21±3.42 64.24±4.68 Serat Kasar 39.99±4.62 48.45±12.62 45.40±9.13 44.61±8.93 Lemak Kasar 73.42±13.22 83.94±2.98 83.59±2.44 80.32±8.61 BETN 63.13±2.32 62.84±8.12 61.50±3.76 62.49±4.68 TDN 58.92±1.82 63.48±8.04 63.31±4.28 61.90±5.16 P0: ransum tanpa penambahan minyak biji bunga matahari; P1: ransum dengan penambahan 4% minyak biji bunga matahari; P2: ransum dengan penambahan 6% minyak biji bunga matahari; BETN: Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen; TDN: Total Digestible Nutrient.
Kecernaan Bahan Kering
Kecernaan bahan kering yang dihasilkan tidak berbeda (P>0.05) untuk setiap perlakuan. Zain (1999) menyatakan bahwa kecernaan bahan kering yang tidak berbeda antar perlakuan dapat dipengaruhi oleh konsumsi bahan kering yang tidak berbeda. Kecernaan bahan kering berkisar antara 59.03%-59.83%. Hasil ini masih dalam kisaran normal jika dibandingkan dengan penelitian Yulaelawati (2011) dengan kecernaan bahan kering yang berkisar antara 47.45%-73.14%. Tillman et al. (1998) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan adalah komposisi pakan, faktor hewan, serta laju perjalanan melalui alat pencernaan.
Kecernaan Protein Kasar
Penambahan minyak biji bunga matahari pada ransum tidak memberikan pengaruh (P>0.05) terhadap kecernaan protein kasar. Kecernaan protein kasar pada penelitian ini berkisar antara 61.56%-65.96%. Hasil ini sesuai dengan penelitian Ici (2012) dengan kecernaan protein kasar yang berkisar antara 52.51%-63.33%. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa kecernaan protein dalam pakan tergantung pada kandungan protein dalam ransum dan aktivitas mikroba rumen yang berpengaruh pula pada kecernaan. Hal ini dapat dilihat pada penurunan kecernaan protein pada taraf 4% dan meningkat pada taraf 6% dengan kandungan protein masing-masing 17.83% dan 18.15% tiap perlakuan. Namun, kadar lemak yang berbeda dalam ransum tidak berpengaruh pada proses pencernaan protein. Kecernaan Serat Kasar
9 antara 32.60%-55.50%, namun lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Ici (2012) dengan kecernaan serat kasar yang berkisar antara 53.41%-54.86%. Besarnya kecernaan serat kasar dipengaruhi oleh konsumsi bahan kering dan komposisi kimia bahan pakan (Nurhajah 2007).
Kecernaan Lemak Kasar
Kecernaan lemak kasar tidak menunjukkan perbedaan (P>0.05) akibat penambahan minyak biji bunga matahari dalam ransum. Hasil kecernaan lemak kasar yang tidak berbeda nyata pada tiap perlakuan dapat disebabkan lemak yang diserap mengandung trigliserida (lemak sederhana) sehingga mudah dicerna (Suci 2011). Kecernaan lemak kasar pada penelitian ini berkisar antara 73.42%-83.94%. Hasil ini masih dalam kisaran normal jika dibandingkan penelitian Ici (2012) dengan kecernaan lemak kasar yang berkisar antara 83.49%-94.08%. Tingginya daya cerna lemak kasar disebabkan oleh struktur kimia lemak yang mudah dicerna (Wiseman 1990).
Kecernaan BETN
Penambahan minyak biji bunga matahari pada ransum tidak memberikan pengaruh (P>0.05) terhadap kecernaan BETN. Hal ini sejalan dengan penelitian Kucuk et al. (2004) yang melaporkan bahwa penambahan minyak biji kedelai dari 0%; 3.2%; 6.3% hingga 9.4% dalam pakan konsentrat untuk domba tidak berpengaruh terhadap kecernaan karbohidrat. Kecernaan BETN yang semakin menurun mungkin disebabkan karena kandungan BETN dalam ransum yang menurun. Kecernaan BETN pada penelitian ini berkisar antara 61.50%-63.13%. Hasil ini sejalan dengan penelitian Ici (2012) dengan kecernaan BETN yang berkisar antara 63.26%-68.69%.
Retensi Nitrogen
Retensi nitrogen merupakan protein yang dimanfaatkan oleh tubuh ternak. Nilai retensi nitrogen didapatkan dari selisih nitrogen yang dikonsumsi dengan nitrogen yang dikeluarkan feses dan urin. Nilai rataan konsumsi N, N feses, N urin, dan retensi nitrogen pada domba penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Rataan konsumsi N, N feses, N urin, dan retensi N pada domba
Peubah Perlakuan Rataan P0: ransum tanpa penambahan minyak biji bunga matahari; P1: ransum dengan penambahan 4% minyak biji bunga matahari; P2: ransum dengan penambahan 6% minyak biji bunga matahari.
10
tiap ransum. Retensi nitrogen pada penelitian ini memiliki rataan 10.94 g ekor-1 hari-1 . Hasil penelitian ini lebih tinggi dari penelitian Sari (2012) dengan retensi nitrogen sebesar 7.42-9.00 g ekor-1 hari-1 pada domba dengan bobot badan rata-rata 9 kg yang mengandung 1.5% minyak jagung dan minyak ikan lemuru dalam ransum.
Penambahan minyak dalam ransum menghasilkan nilai retensi nitrogen yang positif. Hasil retensi nitrogen yang positif menunjukkan banyaknya nitrogen yang tertahan di dalam tubuh ternak karena dimanfaatkan oleh ternak (Prayuwidayati dan Widodo 2007). Hal ini juga menandakan bahwa nitrogen dalam pakan yang diberikan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan ternak, sehingga ternak tidak perlu merombak jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhannya sebagai konsekuensi atas kehilangan pada proses pencernaan (Purbowati 2001).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penambahan minyak biji bunga matahari dalam ransum menyebabkan perbedaan konsumsi lemak, namun hal ini tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering, protein kasar, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen, kecernaan nutrien dan retensi nitrogen secara keseluruhan. Berdasarkan hasil penelitian, penambahan minyak hingga 6% tidak berdampak negatif terhadap konsumsi nutrien.
Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
[Ditjenak] Direktorat Jenderal Peternakan. 2013. Statistik Peternakan. Jakarta (ID): Ditjenak Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
Haddad SG, HM Younis. 2004. The effect of adding ruminally protected fat in fattening diets on nutrient intake, digestibility and growth performance of awassi lambs. J Anim Sci. 113: 61-69.
Ici I. 2012. Daya cerna ransum yang ditambah minyak jagung dan minyak ikan lemuru pada domba lokal calon induk [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kamal M. 1997. Kontrol Kualitas Pakan Ternak. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada.
Karolita J. 2011. Konsumsi dan kecernaan zat makanan pada domba lokal bunting yang mendapat ransum dengan sumber karbohidrat jagung dan onggok [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kucuk O, Hess BW, Rule DC. 2004. Soybean oil supplementation of high-concentrate diet does not affect site and extent of organic matter, starch, neutral detergent fiber, or nitrogen digestion, but influences both ruminal metabolism and intestinal flow of fatty acids in limit-fed lambs. J Anim Sci. 82: 2985-2994. McDonald P, Edward RA, Greenhalgh JFD. 2002. Animal Nutritions. 6th Edition.
New York (US): Longman Scientific and Technical.
[NRC] National Research Council. 2006. Nutrient Requirement of Sheep. Washington (US). National Academy Pr.
Nur YS. 2012. Biokonversi serat sawit dengan Aspergillus niger pensintesa Cr organik sebagai komponen ransum komplit domba [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nurhajah S. 2007. Produk metabolisme rumen pada domba jantan. J Anim Prod. 9:1: 9-13.
Palmquist DL. 1988. The feeding value of fats. Feed Sci. 1: 293-311.
Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta (ID): Indonesia University Pr.
Pond WG, Church DC, Pond KR. 2005. Basic Animal Nutrition and Feeding. 5th Edition. Canada (US): John Wiley and Sons, Inc.
Prayuwidayati M, Widodo Y. 2007. Penggunaan bagas tebu teramoniasi dan terfermentasi dalam ransum ternak domba. M Ilmu Petern. 10(1):9-12
Purbowati E. 2001. Balance energi dan nitrogen domba yang mendapat berbagai aras konsentrat dan pakan dasar yang berbeda. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Sari DO. 2012. Fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin urin, dan neraca nitrogen domba lokal calon induk yang diberi sumber asam lemak tak jenuh berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soebarinoto S, Chuzaeni, Mashudi. 1991. Ilmu Gizi Ruminansia. Malang (ID): Universitas Brawijaya.
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Penerjemah: M. Syah. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Suci AA. 2011. Analisis kecernaan pakan dengan sumber energi berbeda pada
12
Sudarman A, Wiryawan KG, Markhamah H. 2008. Penambahan sabun-kalsium dari minyak ikan lemuru dalam ransum: I. Pengaruhnya terhadap tampilan produksi domba. Med Pet. 31(3): 166-171.
Sudibyo, Darsono, Martatmo P. 2009. Transfer Omega-3 melalui Kapsulisasi dan L-Karnitin pengaruhnya terhadap Komposisi Kimiawi Air Susu Sapi Perah. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo S. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Pr.
Wardeh MF. 1981. Model for estimating energy and protein utilization for feeds [dissertation]. Logan (US): Utah State University.
Wiseman J. 1990. Variability in the Nutritive Value of Fats for Ruminant. Butterworths (UK): Feedstuff Evaluation.
Yulaelawati A. 2011. Pengaruh suplementasi minyak ikan terproteksi dan L-Carnitin dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik dan kecernaan serat kasar domba lokal jantan [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
Zain M. 1999. Pengaruh taraf bungkil biji kapuk dalam ransum kambing perah laktasi terhadap kecernaan dan karakteristik kondisi rumen. J Pet Ling. 5:32–34.
13 Lampiran 1 Sidik ragam konsumsi bahan kering
SK DB JK KT Fhitung F0.05 F0.01
Total 8 160307.16 20038.39
Perlakuan 2 6234.22 3117.11 0.31 6.94 18
Kelompok 2 113231.92 56615.96 5.55 6.94 18
Galat 4 40841.02 10210.26
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah. Lampiran 2 Sidik ragam konsumsi protein kasar
SK DB JK KT Fhitung F0.05 F0.01
Total 8 5339.65 667.46
Perlakuan 2 86.76 43.38 0.12 6.94 18
Kelompok 2 3813.82 1906.91 5.30 6.94 18
Galat 4 1439.06 359.77
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah. Lampiran 3 Sidik ragam konsumsi serat kasar
SK DB JK KT Fhitung F0.05 F0.01
Total 8 3491.92 436.49
Perlakuan 2 111.33 55.67 0.27 6.94 18
Kelompok 2 2566.99 1283.49 6.31 6.94 18
Galat 4 813.61 203.40
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah. Lampiran 4 Sidik ragam konsumsi lemak kasar
SK DB JK KT Fhitung F0.05 F0.01
Total 8 1352.34 169.04
Perlakuan 2 796.74 398.37 8.37 6.94 18
Kelompok 2 365.22 182.61 3.84 6.94 18
Galat 4 190.37 47.59
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah. Lampiran 5 Uji lanjut kontras ortogonal konsumsi lemak kasar
SK DB JK KT Fhitung F0.05 F0.01
Total 8 5339.65 667.46
0 vs 2,1 1 795.29 795.29 16.71 7.71 21.20
2 vs 1 1 1.46 1.46 0.03 7.71 21.20
Galat 4 1439.06 359.77
14
Lampiran 6 Sidik ragam konsumsi bahan ekstrak tanpa nitrogen
SK DB JK KT Fhitung F0.05 F0.01
Total 8 47402.13 5925.27
Perlakuan 2 1431.28 715.64 0.23 6.94 18
Kelompok 2 33785.29 16892.65 5.55 6.94 18
Galat 4 12185.56 3046.39
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah. Lampiran 7 Sidik ragam kecernaan bahan kering
SK DB JK KT Fhitung F0.05 F0.01
Total 8 192.19 24.02
Perlakuan 2 0.94 0.47 0.01 6.94 18
Kelompok 2 34.67 17.34 0.44 6.94 18
Galat 4 156.58 39.14
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah. Lampiran 8 Sidik ragam kecernaan protein kasar
SK DB JK KT Fhitung F0.05 F0.01
Total 8 175.42 21.93
Perlakuan 2 33.16 16.58 0.59 6.94 18
Kelompok 2 29.13 14.56 0.51 6.94 18
Galat 4 113.13 28.28
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah. Lampiran 9 Sidik ragam kecernaan serat kasar
SK DB JK KT Fhitung F0.05 F0.01
Total 8 638.07 79.76
Perlakuan 2 109.99 55.00 0.52 6.94 18
Kelompok 2 105.60 52.80 0.50 6.94 18
Galat 4 422.48 105.62
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah. Lampiran 10 Sidik ragam kecernaan lemak kasar
SK DB JK KT Fhitung F0.05 F0.01
Total 8 593.63 74.20
Perlakuan 2 214.21 107.10 1.63 6.94 18
Kelompok 2 116.70 58.35 0.89 6.94 18
Galat 4 262.72 65.68
15 Lampiran 11 Sidik ragam kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen
SK DB JK KT Fhitung F0.05 F0.01
Total 8 175.52 21.94
Perlakuan 2 4.51 2.25 0.07 6.94 18
Kelompok 2 44.85 22.43 0.71 6.94 18
Galat 4 126.16 31.54
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah. Lampiran 12 Sidik ragam konsumsi nitrogen
SK DB JK KT Fhitung F0.05 F0.01
Total 8 136.69 17.09
Perlakuan 2 2.22 1.11 0.12 6.94 18
Kelompok 2 97.63 48.82 5.30 6.94 18
Galat 4 36.84 9.21
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah. Lampiran 13 Sidik ragam nitrogen feses
SK DB JK KT Fhitung F0.05 F0.01
Total 8 22.40 2.80
Perlakuan 2 2.22 1.11 0.43 6.94 18
Kelompok 2 9.76 4.88 1.87 6.94 18
Galat 4 10.42 2.61
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah. Lampiran 14 Sidik ragam nitrogen urin
SK DB JK KT Fhitung F0.05 F0.01
Total 8 1.68 0.21
Perlakuan 2 0.08 0.04 0.26 6.94 18
Kelompok 2 0.94 0.47 2.86 6.94 18
Galat 4 0.66 0.16
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah. Lampiran 15 Sidik ragam retensi nitrogen
SK DB JK KT Fhitung F0.05 F0.01
Total 8 53.73 6.72
Perlakuan 2 0.41 0.20 0.05 6.94 18
Kelompok 2 37.14 18.57 4.59 6.94 18
Galat 4 16.18 4.04
16
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cilegon, Banten pada tanggal 3 Desember 1991 dan diberi nama Kevin Wana. Penulis merupakan anak pertama dari bapak Surianto Wana dan ibu Laura Lukmana. Penulis menyelesaikan sekolah menengah pertama di SMP Mardi Yuana Cilegon pada tahun 2003-2006 kemudian sekolah menengah atas di SMA Kesatuan Bogor pada tahun 2006-2009. Setelah lulus pada tahun 2009, penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima pada Progam Studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Selama menjadi
mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah aktif dalam organisasi Keluarga Mahasiswa Katolik (Kemaki) pada tahun 2009-2011.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Ir Toto Toharmat, MAgrSc serta Dr Ir Lilis Khotijah, MSi selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi atas nasehat dan bimbingan yang telah diberikan selama ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof Dr Ir Erika B Laconi, MS selaku dosen penguji seminar pada tanggal 23 Januari 2014, dan kepada Dr Despal, SPt, MAgrSc serta Ir Sri Rahayu, MSi selaku dosen penguji sidang pada tanggal 9 Mei 2014. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Widya Hermana, MSi selaku dosen panitia seminar dan sidang penulis.