• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Instan Indomie Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Instan Indomie Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH LABELISASI HALAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MIE INSTAN INDOMIE PADA MAHASISWA FAKULTAS

EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

OLEH

RABUSA 080502007

PROGRAM STUDI STARATA I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

DAFTAR ISI

2.1.2. Pengertian Labelisasi Halal ...9

2.2. Manfaat Labelisasi Halal...15

2.3. Fungsi Label ...17

2.3.1 . Periklanan ...17

2.3.2. Lembaga Yang Mengeluarkan Label Halal ...19

2.4. Pengaruh Label Halal Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian ...23

2.5. Keputusan Pembelian ...24

3.2. Tempat Dan Waktu Penelitian ...31

3.3. Batasan Operasional ...31

3.4. Definisi Operasional...32

3.5. Skala Pengukuran Variabel ...33

3.6. Populasi Dan Sampel ...34

3.7. Jenis Data ...36

3.8. Metode Pengumpulan Data ...36

3.9. Uji Validitas Dan Reliabilitas ...37

3.9.1. Uji Validitas ...37

3.9.2. Uji Reliabilitas ...37

3.10. Teknik Analisis ...38

3.10.1. Metode Analisis Deskriptif ...38

3.10.2. Metode Analisis Statistik ...38

(3)

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ...41

4.1.1. Sejarah Perusahaan Dan Gambaran Umum Perusahaan ...41

4.1.2. Visi Dan Misi ...42

4.1.3. Struktur Organisasi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk ...43

4.1.4. Macam-Macam Rasa Indomie ...47

4.1.5. Label Halal LPPOM MUI ...48

4.2. Analisis Data ...50

4.2.1. Analisis Deskriptif Karakteristik Responden ...50

4.3. Analisis Deskriptif Variabel ...53

4.3.1. Variabel Labelisasi Halal ...53

4.3.2. Variabel Keputusan Pembelian ...58

4.4. Analisis Data ...62

4.4.1. Analisis Regresi Linear Sederhana ...62

4.4.2. Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ...63

4.4.3. Pengujian Koefisiensi Determinasi ...64

4.5. Pembahasan ...64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...66

5.2. Saran ...67

DAFTAR PUSTAKA ...69

(4)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 1.1 Kinerja Merek Mie Instan ...4

Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel Penelitian ...32

Tabel 3.3. Uji Validitas ...37

Tabel 3,4. Uji Reliabilitas ...38

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Program studi ...50

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Angkatan ...51

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ...51

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...52

Tabel 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ...52

Tabel 4.6. Distribusi Tanggapan Variabel Labelisasi Halal ...53

Tabel 4.7. Distribusi Tanggapan Variabel Keputusan Pembelian ...58

Tabel 4.8. Regresi Linear Sederhana ...63

(5)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1. Konsep Produk Total ...9

Gambar 2.2. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ...24

Gambar 2.5. Kerangka Konseptual ...30

Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk ...43

Gambar 4.2. Jenis-Jenis Indomie ...47

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1. Kuesiner ...71

Lampiran 2. Tabulasi Jawaban Uji Validitas Dan Reliabelitas ...74

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas Dan Realibilitas ...75

Lampiran 4. Tabulasi Jawaban Responden Penelitian ...76

Lampiran 5. Frekuensi Distribusi Jawaban Responden Penelitian...79

(7)

ABSTRAK

PENGARUH LABELISASI HALAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MIE INSTAN INDOMIE PADA MAHASISWA FAKULTAS

EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(8)

ABSTRAK

PENGARUH LABELISASI HALAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MIE INSTAN INDOMIE PADA MAHASISWA FAKULTAS

EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan bervariasi saat ini sudah semakin meningkat. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya produk-produk makanan yang terjual di pusat-pusat penjualan produk makanan. Kesadaran ini dipengaruhi oleh semakin majunya teknologi informasi di bidang pangan, sehingga masyarakat atau konsumen lebih aware terhadap segala perubahan yang ada. Perubahan-perubahan ini ternyata secara tidak langsung mengubah selera dan kebiasaan masyarakat akan produk pangan yang dikonsumsinya.

(10)

Tetapi dalam kenyataannya, walaupun label halal mie instant telah dicantumkan di dalam suatu produksi barang dalam kenyataannya label halal tersebut tidak menggambarkan keadaan sebenarnya, sehingga dalam kapasitas ini konsumen merasa tertipu. Hal ini dapat dilihat dalam kasus Ajinomoto yang pernah terjadi di Indonesia. Bukan haramnya barang yang diproduksi tersebut menjadi permasalahan tetapi pencantuman label halal dalam kemasan yang haram tersebutlah yang menjadi permasalahan.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Pasal 8 ayat (1) huruf f menyatakan bahwa: pelaku usaha dilarang memproduksi atau memperdagangkan barang atau jasa yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang atau jasa tersebut. Label halal dalam prakteknya di dalam suatu kemasan produk berfungsi ganda. Selain sebagai media informasi bagi konsumen, maka label halal juga merupakan iklan dari produk tersebut, khususnya tentang pertanyaan apakah produk tersebut layak dikonsumsi atau tidak.

(11)

Sedangkan pengaruhnya, lebih lama melekat pada ingatan masyarakat. Apabila produk Mie instan Indomie tanpa adanya label halal tidak akan mampu menggugah dan menarik perhatian konsumen. Maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa betapa label halal begitu mempengaruhi minat konsumen dalam membeli barang yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Namun pada kenyataannya, tidaklah semua label halal yang dapat menjalankan fungsi dan tujuannya sebagaimana yang diharapkan. Hal ini dikarenakan konsumen juga mempunyai pandangan dan penilaian sendiri-sendiri akibat dari berbagai pengaruh lain terhadap komunikator, pesan maupun media yang digunakan.

Sehubungan dengan ini maka ditegaskan oleh Stanton(2004:282) bahwa inti dari setiap kegiatan label halal ialah : “Berdasarkan simpati yang mengarahkan sikap, pikiran, perasaan dan cara pandang orang lain sedemikian rupa, sehingga melaksanakan apa yang dianjurkan oleh pemasang label halal. Langkah pertama ialah dengan meniadakan semua unsur yang bersifat anti atau berpengaruh negatif terhadap apa yang dianjurkan.”Bahkan tidak jarang opini yang ditampilkan publik tersebut akan secara langsung merangsang daya beli konsumen.

(12)

Kemampuan industri mie instan untuk diterima oleh pasar, hal ini sesuai dengan kinerja merek (brand value). Mie Instan Indomie untuk tahun ini mengalami penurunan kembali pada kinerja merek pada tahun sebelumnya, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1

Kinerja Merek Mie Instan Tahun 2009-2011

No Merek Brand value %

2009 2010 2011

1 Indomie 81,9 85,1 81,3

2 Mie sedap 47,9 47,2 50,9

3 Supermi 41,0 41,5 41,0

4 Sarimie 39,0 40,8 40,9

Sumber : Modifikasi Dari Majalah(2012)

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa mie instan Indomie mengalami kenaikkan pringkat kinerja merek dari 81,9 pada tahun 2009, 85,1 pada tahun 2010 dan 81,3 pada tahun 2011. Terlihat pada Tabel 1.1 bahwa pada tahun 2010 mie instan indomie sempat mengalami kenaikan, namun pada tahun 2011 mie instan Indomie mengalami penurunan. Penurunan tersebut akan menjadi motivasi bagi mie instan Indomie untuk lebih menigkatkan kinerja sehingga tetap pada posisi peringkat pertama

(13)

bagaimana pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian. Dengan menjadikan mahasiswa Fakultas Ekonomi USU sebagai study population

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan,diatas, maka permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah : “ Apakah labelisasi halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk mie instan Indomie pada mahasiswa Fakultas Ekonmoi Universitas Sumatera Utara ?”.

1.3 . Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian produk mie instan Indomie pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

1.3.2. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan mamfaat: 1. Bagi Perusahaan

Sebagai masukan untuk meningkatkan produktifitas, dilihat dari prusahaan mengetahui tanggapan konsumen mengenai labelisasi halal pada produknya dan mengetahui bagaimana pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian konsumen

2. Bagi penulis

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1. Pengertian Produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk diperhatikan, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi demi memenuhi keinginan atau kebutuhan. Kotler (2002:449). Kotler juga memberikan indikator terhadap produk tersebut :

a Brand name (merek) produk menunjukkan suatu jaminan kompetetif perusahaan dengan produk berkualitas

b. Kemasan, menunjukkan corak produk yang menarik dan mampu melindungi produk dengan baik

c. Keistimewaan, produk dalam rasa enak, dan textur yang lembut sangat disukai

d. Produk quality, menunjukkan kemampuan sebuah produk untuk kepuasan dan harapan konsumen

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk meningkatkan keistimewaan produk

1. Mengembangkan keistimewaan produk

Keistimewaan produk yang memenuhi kebutuhan konsumen; dimana mutu yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan untuk :

(15)

d. Meningkatkan pangsa pasar

e. Memproleh pemasukan dari penjualan f. Menjamin harga premium

2. Mengembangkan keistimewaan proses

a.Mengurangi tingkat kesalahan pada subsistem produksi, pengolahan, sehingga mampu pada subsistem pemasaran hasil

b. Mengurangi pemborosan-pemborosan dalam hal penggunaan input, proses produksi dan pemasaran hasil

c. Mengurangi kegagalan hasil dengan memperhatikan pemilihan kualitas input dengan keunggulan teknologi sesuai proses yang didukung SDM yang bermutu

d. Memperpendek waktu penempatan produk baru di pasar dengan cara pengembangan jaringan bisnis dengan dukungan sarana distribusi yang tanggu

e. Mengurangi ketidakpuasan pelanggan dengan cara mengidentifikasi dinamika kebutuhan pelanggan, preferensi, dan daya beli pelanggan

f. Memenuhi spesifikasi produk yang diinginkan

(16)

Selain itu, produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Secara rinci, konsep produk total meliputi barang, kemasan, label, pelayanan, dan jaminan, dapat dilihat pada Gambar 2.1berikut :

Sumber : Strategi Pemasaran, Tjiptono(2002:96) Gambar 2.1 Konsep Produk Total

Dari konsep ini dapat ditarik kesimpulan bahwa label termasuk bagian pembentuk produk secara utuh

2.1.2. Pengertian Labelisasi Halal

Sertifikasi halal dan labelisasi halal merupakan dua kegiatan yang berbeda tetapi mempunyai keterkaitan satu sama lain. Sertifikasi halal dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan pengujian secara sistimatis untuk atau mengetahui apakah suatu barang yang diproduksi suatu perusahaan telah memenuhi ketentuan halal. Hasil dari kegiatan sertifikasi halal adalah diterbitnya sertifikasi halal apabila produk yang dimaksudkan telah memenuhi ketentuan sebagai produk halal.

Produk

Barang

Kemasan

Label Kepuasan

pelanggan

Pelayanan

(17)

Sedangkan labelisasi halal adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud berstatus sebagai produk halal

Label halal produk pada dasarnya meruang lingkupi produk pangan yang di dalam Undang-Undang No 7 Tahun 1996 Tentang pangan. Sebagaimana dikatakan dalam pasal 1 ayat (1) Undang Undang No 7 tahun 1996 adalah Segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah maupun tidak di olah yang diperentukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman

Sedangkan label pangan pada undang-undang ini diartikan sebagai setiap keterangan maupun pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimaksukan kedalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan.

Wadji (2003:2) mengatakan secara normatif-empiris label dan iklan pangan memiliki beberapa fungsi :

(18)

sisi pelaku saja. Informasi yang benar, jelas dan jujur harus di sampaikan kepada konsumen termasuk higeinis dan kehalalannya (pasal 4 UU No 8 tahun 1999)

2. Label dan iklan dapat digunkan sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen untuk menentukan pilihan. Konsumen keritis tentu saja terlebih dahulu membaca label dan iklan dengan cermat, teliti dan melakukan perbandingan dengan produk lain dari segi komposisi, berat bersih, harga dan lain-lain sebelum membeli dan menjatuhkan pilihan (pasal 4 UU No 8 tahun 1999).

3. Label dan iklan dapat digunakan sebagai sarana memikat transaksi. Label dan iklan harus bersifat mengikat, segala sesuatu yang di informasikan dalam label dan yang di janjikan dalam iklan, harus dapat di buktikan kebenarannya. Iklan harus legal, terukur, jujur, dan objektif. Pelaku usaha harus bersedia di tuntut apabila ternyata label dan iklannya tidak terbukti benar (pasal 8, -16 dan 17 UU No 8 Tahun 1999).

(19)

Dzanni”. Dari pengertian yang telah disebutkan sebelumnya maka pada dasarnya label tersbut mencakup pengertian yang dapat diperbolehkan bagi umat Islam dimana hukumnya tidak haram. Kehalalan suatu produk pangan sangat penting bagi umat islam dalam mengkonsumsi produk pangan. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an,

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama)selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya)sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang (QS Al-Baqarah ayat 173)

Tentang label, ditetapkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Pengaturan tentang informasi yang disebut dengan berbagai istilah seperti pendanaan, label, atau etiket. Ketentuan tersebut terdapat dalam berbagai peraturan perundang-undangan yaitu :

1. UU Barang,UU No.10 Tahun 1961, memberikan informasi tentang barang pasal 2 ayat (4) UU ini menentukan :

(20)

dan atau tanda-tanda yang menunjukkan pada label dari barang yang bersangkutan

Perbuatan –perbuatan yang bertentangan dengan atau melanggar ketentuan tersebut di atas, dapat dikenakan ketentuan pidana ekonomi

2. Baik produk makanan, maupun obat diwajibkan mencantumkan label pada wadah atau pembungkusnya. Permenkes No. 79 Tahun 1978 tentang label dan periklanan makanan, pasal 1 angka 2, menyebutkan : Etiket adalah label yang dilekatkan, dicetak, diukir atau dicantumkan dengan jalan apapun pada wadah atau pembungkus

Keterangan yang harus dimuat pada label/etiket tersebut ditetapkan (pasal 7 ayat (1) dan (2) terdiri atas :

a. Nama makanan dan merek dagang

b. Komposisi, kecuali makanan yang cukup diketahui komposisinya secara umum

c. Isi netto

d. Nama dan alamat perusahaan yang memproduksi atau mengedarkan; nomor pendaftaran

e. Kode produksi

(21)

Perbuatan mengedarkan makanan tanpa label sebagai mana dimaksudkan dalam peraturan menteri kesehatan tersebut dinyatakan dilarang dan dapat diancam dengan sanksi-sanksi sebagaimana termuat dalam KUHP dan tindakan administrasi berupa penarikan nomor daftar produk itu dan tindakan lain berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. (pasal 41-45). Ketentuan tentang sanksi-sanksi atas pelanggaran kewajiban memasang label pada makanan ( dalam kemasan) tersebut dalam perundang-undangan yang lebih baru, undang-undang No 23 tahun 1992 tentang kesehatan, ketentuan tentang pelabelan makanan ditegaskan lebih lanjut. Setiap makanan yang dikemas wajib diberi tanda atau label (pasal 21 ayat (2) yang memuat keterangan tentang :

a. Bahan yang dipakai b. Komposisi setiap bahan

c. Tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa d. Ketentuan lainnya

Dalam penejelasan pasal ini (huruf d) dinyatakan bahwa ketentuan lainnya misalnya pencantuman kata atau tanda halal menjamin bahwa makanan dan minuman yang diproduksi dan diproses sesuai persyaratan makanan halal.Perbuatan mengedarkan makanan tanpa label dinyatakan sebagai tindak pidana pelanggaran dengan ancaman pidana kurungan maksimum satu tahun dan/atau denda maksimum Rp 15.000.000,00 dalam (pasal 84 -85)

(22)

untuk mewujudkan hak-hak tersebut.Hak konsumen sebagaimana tertuang dalam pasal 4 UU No. 8 Tahun 1999 adalah se bagai berikut :

a. Hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa

b. Hak untuk memilih barang atau jasa serta mendapatkan barang atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan

c. Hak untuk informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan jasa

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan jasa yang digunakan

e. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar secara benar dan jujur serta tidak diskriminasi

Maka dari itu pada dasarnya mencakup pengertian tetang adanya pencantuman label halal dalam bentuk gambar maupun huruf terhadap sesuatu barang pangan yang akan dikonsumsi oleh umat islam yang menerangkan bahwa benda tersebut diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh umat islam sesuai dengan hukum syara

2.2. Manfaat Labelisasi Halal

(23)

dalam suatu produk. Hal ini telah menyadarkan konsumen untuk memperhatikan suatu produk lebih baik. Maka peran label sebagai bagian dari produk yang memberikan informasi tentang produk dan produsen menjadi sangat penting. Maka dari itu terdapat 3 (tiga) macam label menurut Stanton (2004:282), yaitu

a. Brand label, label ini memuat merek, gambar, atau produsen dari produk yang dicantumkan dalam kemasan produk. Informasi tersebut penting bagi konsumen sehingga mereka dapat membedakan suatu produk dengan produk lainnya.

b. Descriptive label, label ini memberikan informasi mengenai bahan baku, persentase kandungan, nilai kalori gizi, cara penggunaan konsumen, tanggal pembuatan, tanggal kadaluarsa dan lain-lain.

c. Grade label, label ini menginformasikan kepada konsumen tentang penilaian kualitas produk

(24)

a. Bahan baku yang digunakan pada saat proses produksi b. Proses pengolahannya

c. Daya tahan barang

d. Cara pemakaian dan pemeliharaan

Jika dalam proses produksi menggunakan bahan baku bermutu tinggi dan tepat ukurannya dengan pengolahan yang baik, mungkin akan menghasilkan barang yang memiliki daya tahan lama.

2.3 Fungsi Label Halal

Fungsi Labellisasi Halal adalah untuk melindungi konsumen dari tindakan curang produsen terhadap produk makanan yang diproduksinya. Adanya label halal yang tertera dalam kemasan produk mie instan Indomie berfungsi sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen dalam membuat keputusan pembelian produk Indomi yang halal. Maka dari itu setiap produsen makanan baik makanan olahan maupun non olahan hendaknya mendaftarkan produknya untuk mendapatkan sertifikasi halal yang berfungsi untuk mendapatkan labellisasi halal.

Jadi bagi pihak supermarket/hypermarket hendaknya menetapkan peraturan pada pemasok untuk menjual produk makanan yang bersetifikat halal dan berlabel halal sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam rangka melindungi konsumen dari tindakan curang produsen makanan. Vina, ( 2011:21)

2.3.1.Periklanan

(25)

mencari pembeli. Dan pasti ada kaitannya juga dengan sistem ekonomi pasar, dimana kompetisi dan persaingan merupakan unsur hakiki, bahwa iklan justru dianggap cara ampuh untuk menonjol dalam persaingan. Dalam perkembangan periklanan, media komonikasi modern –media cetak maupun elektronik khususnya televisi memegang peranan dominan yang sangat berpengaruh terhadap persaingan.

Kehadiran iklan tidak hanya diperlukan oleh perusahaan semata-mata, tetapi juga oleh masyarakat luas, artinya dengan adanya iklan maka masyarakat jadi tahu akan kelebihan dan keuntungan yang akan diproleh dari pada barang atau jasa yang dianjurkan tersebut. Kemudian dengan adanya iklan, masyarakat jadi muda mencari tempat untuk mendapatkan barang atau jasa, sesuai yang di inginkannya. Oleh karna itu, memberitahukan, menggerakkan, meyakinkan dan menggiatkan masyarakat adalah sangat penting terutama bagi perusahaan dalam upaya meraih pasaran atau peminat dari pada barang atau jasa yang telah di hasilkan

Oleh karena itu, periklanan mungkin lebih lama memberikan reaksi positif, akan tetapi mencari jaminan dalam jangka panjang. Sementara kode etik periklanan indonesia menguraikan sebagai berikut : “ Iklan adalah suatu publikasi atau penyiaran yang berupa periklanan/reklame, pemberitahuan atau peryataan yang bersifat bukan berita.

(26)

penjelasan-penjelasan tersebut diatas, maka dapat dismpulkan bahwa pengertian iklan adalah tindakan atau usaha memperkenalkan hasil peroduksi melalui gambar, kata-kata selogan atau simbol dari pada hasil produk tersebut melalui komunikasi langsung yang ditunjukkan kepada khalayak ramai agar dibeli dan menimbulkan peembelian dan memilikinya

2.3.2. Lembaga Yang Mengeluarkan Label Halal

Label Halal adalah label yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia kepada suatu perusahaan makanan, minuman, kosmetik. Atau obat-obatan yang telah diperiksa asal bahan bakunya, sumber bahan bakunya, proses produksinya dan hasil akhirnya. Pemeriksaan ini dilakukan oleh Lembaga Pengkajian pangan obat-obatan atau kosmetik yang di lakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (LP POM MUI ).

Hasil pemeriksaan ini akan diseminarkan di depan rapat auditor LP POM MUI yang kemudian hasilnya akan diajukan kepada Komisi Fatwa Halal. Kemudian fatwa halal ini diberikan kepada perusahaan yang mengajukan permohonan dalam bentuk label dengan menggunakan (tiga) bahasa Indonesia, bahasa Arab dan bahasa Inggris

(27)

Jika suatu makanan sudah dinyatakan kehalalannya maka umat Islam tidak ragu-ragu dalam mengkonsumsinya, maka umat Islam akan menjadi pasar terbesar di Indonesia, karena kebanyakan orang Indonesia adalah umat Islam mencapai 90 % maka dari itu apapun yang menyangkut dengan makanan terutama makanan ringan seperti peroduk Mie Instan Indomie perlu kita ketahui kehalalannya, karena kebanyakkan yang mengkonsumsi Indomie adalah umat islam seperti halnya ibu rumah tangga dan para mahasiswa.

Sebaiknya jika perusahaan diketahui memproduksi dan menjual barang yang tidak halal maka konsumen akan menjauhi produk tersebut. Akibatnya produk haram tersebut hanya dikonsumsi oleh sebagian kecil masyarakat indonesia. Jika hal ini yang terjadi maka omzet penjualan akan kecil dan perkembangan perusahaan juga akan lambat. Disamping hal yang sudah dikemukakan diatas masih ada keuntungan lain bagi konsumen yaitu konsumen akan dengan mudah memilh makanan apa yang sudah dinyatakan MUI sudah dijamin kehalalannya.

(28)

Sehingga terjadilah apa yang dikenal dengan istilah “lemak babi ”. Isu ini sangat cepat tersebar kemasyarakat dan akhirnya menjalar kesistem ekonomi indonesia. Sistem perdagangan indonesia dikejutkan dengan isu lemak babi karena seluruh makanan dan minuman yang terkena isu lemak babi tersebut praktis tidak dapat bergerak dari produsen ke konsumen karena tidak satupun konsumen muslim yang mau membeli produk tersebut sehingga produk-prodok tersebut tertimbun digudang pabrik dan swalayan.

Maka tanggal 6 januari 1989 bertepatan dengan 28 jumadil awal 1409 H melalui SK No :Kep 018/MUI/I/1989 tentang pembentukkan lembaga pengkajian pangan obat-obat dan kosmetik, MUI maka terbentuklah LP-POM MUI seperti dikenal dewasa ini tugas sebagai berikut :

1. Mengkaji dan menyusun konsep-konsep dalam upaya yang berkaitan dengan memproduksi, memperjualbelikan dan menggunakan makanan, obat-obatan dan kosmetik sesuai dengan ajaran islam

2. Mengkaji dan menyusun kosep-konsep yang berkitan dengan peraturan-peraturan yang mengenai penyelenggaraan rumah makan, restoran, perhotelan, hidangan dalam pelayaran dan penerbangan, pemotongan hewan serta penggunaan berbagai jenis bahan bagi pengolahan pangan. 3. Dengan persetujuan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia lembaga

(29)

Tugas yang diemban oleh LP POM MUI bukanlah tugas yang ringan dan teryata semakin hari LP POM MUI bekerja maka semakin meningkatlah permintaan label halal kepada MUI. Jadi tata cara pengajuan prosedur label halal dimulai dengan tahap awal dengan mengajukan permohonan dengan mengisi blangko permohonan yang sudah disiapkan oleh LP POM MUI. Selain mengisi permohonan sertifikasi halal perusahaan yang mengajukan label halal MUI juga diwajibkan untuk mengisi peryataan bahan baku dan bahan tambahan serta bahan pendukung yang dipergunkan dalam peroses produksi. Peryataan ini harus dilengkapi dengan dokumen pendukung yang menerangkan tentang bahan-bahan yang dipergunakan dalam peroses produksi tersebut.

Pemeriksaan berkas permohonan tersebut bertujuan untuk menentukan apakah perusahaan tersebut layak untuk disertifikasi atau tidak, selain itu juga bertujuan untuk menentukan berapa besar biaya yang dibebankan kepada perusahaan tersebut. Setelah dinilai memenuhi persyaratan maka LP POM MUI SU akan melakukan pemeriksaan atau peninjauan langsung ke lokasi produksi.

(30)

maka perusahaan tersebut diwajibkan untuk mengajukan permohonan sertifikasi halal kembali sesuai dengan prosedur awal yang tersebut di atas.

2.4. Pengaruh Label Halal Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian

Dari tinjauan pustaka sebagaimana diterangkan terdahulu terlihat bahwa soal halal selalu dikaitkan dengan kepentingan konsumen muslim. Pencatuman label halal produk diberikan bila pelaku usaha menyatakan produk yang diperdagangkannya halal dikonsumsi oleh konsumen muslim. Memang masalah halal atau haram sangat peka bagi umat islam, dan dapat dikatakan soal ini menjadi salah satu kepentingan umat islam dalam mengkonsumsi produk makanan yang halal. Dalam ajaran islam seorang muslim tidak diperkenangkan memakan sesuatu kecuali yang halal. Maka dari itu telah dijelaskan dalam Al Qur’an, sebagaimana Allah swt berfirman : Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dibumi dan janganlah kamu mengikuti langka-langka syaihtan”karena sesungguhnya syaithan adalah musuh yang nyata bagimu (Qs. Al Baqarah 168)

(31)

2.5. Keputusan Pembelian

Peroses pengambilan keputusan pembelian menurut Setiadi (2003:16), peroses pembelian yang spesifik terdiri dari : Pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif ,keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian Secara umum digambarkan sebagi berikut :

Sumber : Setiadi (2003 :16)

Gambar 2.2

Peroses pengambilan keputusan pembelian

Gambar ini menunjukkan bahwa konsumen melewati kelima tahap seluruhnya pada tahap pembelian. Secara rinci tahap-tahap teresebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pengenalan masalah

Proses pembelian menyadari adanya masalah kebutuhan, pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Sehingga para konsumen sering terlibat bila produk mahal, jarang di beli, serta sanagat beresiko apabila kebutuhan tidak sesuai dengan minat beli konsumen dan mempunyai ekspresi pribadi yang tinggi

2. Pencarian informasi

(32)

meyakinkan bahwa barang tersebut mempunyai mamfaat dan berkualitas yang baik.

3. Evaluasi alternatif

Konsumen terlebih dahulu harus mengevaluasi alternatif tersebut sebelum mengambil keputusan pembelian atau melakukan pilihan terhadap suatu alternatif, sehingga alternatif yang dipilih benar-benar bermamfaat dan berkualitas yang baik

4. Keputusan membeli

Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi terhadap pilihan-pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk tujuan membeli sesuai dengan kebutuhannya. Sebagimana Kotler (2009:60) mengemukakan bahwa Keputusan membeli di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : a. Budaya (culture, sub culture dan kelas ekonomi)

b. Sosial (lingkungan masyarakat, dan keluarga) c. Peribadi ( usia, pekerjaan dan keadaan ekomnomi) d. Psikologis (motivasi, persepsi,kepercayaan dan sikap) 5. Perilaku sesudah membeli

(33)

suatu produk, apabila harapan tidak memenuhi sesuai dengan kepuasan pelanggan maka kepuasan tersebut tidak dapat dirasakan

Keputusan pembelian didasarkan pada Perilaku konsumen adalah dinamis, berarti bahwa perilku seorang konsumen, grop konsumen ataupun masyarakat luas selalu berubah sepanjang waktu. Schiffman dan Kanuk mendefinisikan perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan, sehingga akan memuaskan kebutuhan mereka. Sumarwan, (2003: 25)

Para pemasar wajib memahami keragaman perilaku konsumen agar mampu memasarkan produknya dengan baik. Disamping itu, para pemasar juga perlu memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil keputusan membeli, sehingga pemasar dapat merancang strategi pemasaran dengan lebih baik. Pemasar yang mengerti perilaku konsumen akan memperkirakan bagaimana kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap informasi yang diterimanya.

(34)

pun dan kapan pun mereka mampu. Sekali mereka mencoba suatu merek, secara otomatis mereka akan menyamakan pengalaman ini dengan tingkat kualitas tertentu.

2.6. Penelitian Terdahulu

Safridah (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Labelisasi Halal Produk Mie Instan Indomie Terhadap Minat Beli (Studi kasus

terhadap minat beli pada ibu rumah tangga dikelurahan Tembung),

Kecamatan Medan Tembung Kota Medan” mengemukakan hasil penelitiannya sebagai berikut.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Februari 2008 di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung. Perumusan masalah yang dikemukakan adalah seberapa besar pengaruh labelisasi halal produk mie instan terhadap minat beli ibu rumah tangga di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung Kota Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung yang terdiri dari 6 lingkungan dengan jumlah populasi keseluruhannya sebesar 8.496 orang, yang terdiri dari 1639 kepala keluarga. Pengambilan sampel yang ditetapkan 94 orang didapat dengan menggunakan rumus Taro Yamane.

(35)

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research), dengan mengumpulkan data secara langsung di lokasi penelitian melalui kuisioner, yaitu dengan menyebarkan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan secara tertulis untuk dijawab oleh responden. Kuisioner penelitian disusun peneliti berdasarkan indikator-indikator dari variabel-variabel penelitian.

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi dan kepustakaan (Library Research). Adapun alat hipotesis yang digunakan berupa Koefisien Korelasi Product Moment, Koefisien Determinasi dan Uji-t. Hal ini didukung oleh hasil uji hipotesis dengan mempergunakan teknik analisis data Product Moment diperoleh hasil Koefisien (r) sebesar 0,542. Nilai thitung sebesar 6,185 dan nilai t tabel sebesar 1,98. Hal ini berarti harga thitung > ttabel, maka hubungan diterima, artinya “terdapat hubungan antara labelisasi halal produk mie instan terhadap minat beli ibu rumah tangga di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung Kota Medan”.

Ramadhan Rangkuti (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Labelisasi Halal terhadap Keputusan Pembelian Produk Makanan Dalam Kemasan (Snack Merek Chitato) Pada Mahasiswa Fakultas

(36)

Berdasarkan hasil regresi linier sederhana dan uji t yang dilakukan penelitian ini juga menghasilkan jawaban yang hampir sama yaitu labelisasi halal berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Akan tetapi hasil R2 yang diproleh menunjukkan walaupun labelisasi halal berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen.

Khusus produk Chitato, hasil R2 ini disebabkan produk chitato yang berbahan dasar kentang serta dimana produk ini telah lama dikenal oleh masyarakat, membuat konsumen yakin akan kehalalan chitato dan tidak terlalu memperhatikan keadaan label halal yang ada. Jadi kesimpulannya berdasarkan indentifikasi determinasi diketahui bahwa nilai R2 square sebesar 0,221 berarti menjelaskan bahwa kontribusi labelisasi halal dalam pengambilan keputusan pembelian konsumen pada produk chitato cukup kecil, yaitu hanya 22,1% dan sebagainya

2.7. Kerangka Konseptual

(37)

kasat mata seperti : sikap, kepercayaan, nilai-nilai, bahasa dan agama atau sesuatu yang kasat mata seperti peralatan, perumahan, produk, hasil seni.

Dengan diketahuinya halal haramnya suatu produk pangan, obat-obatan maupun kosmetika maka secara langsung akan memberikan pengaruh bagi konsumen khususnya konsumen Muslim untuk mempergunakan produk tersebut. Maka dengan adanya label halal pada produk akan mendorong konsumen Muslim dapat memastikan produk mana saja yang boleh mereka konsumsi, yaitu produk yang memilki dan mencantumkan Label Halal pada kemasannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut :

Sumber: Safrida (2008) diolah

Gambar 2.5 Kerangka konseptual

2.8. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan permasalahan yang diajukan. Menurut Singarimbun dan Effendi (2005:56): “Hipotesis merupakan kesimpulan sementara atau proposisi tentatif hubungan antara 2 (dua) variabel atau lebih”. Adapun hipotesis yang diajukan terhadap rumusan masalah yang telah diajukan adalah : Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Instan Indomie Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Labelisasi Halal (X)

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permaslahan yang terjadi. Tujuan penelitian ekspalanasi menurut Ginting dan Sitomorang(2008:57) yaitu ada yang bertujuan mempelajari, mendeskripsikan, mendeteksi (mengungkapkan) dan ada pula yang menyelidiki hubungan kausalitas. Berdasarkan tingkatan ekspalansi, maka penelitian ini adalah penelitian asosiatif yakni penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih. Jadi objek dalam penelitian ini adalah Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Instan Indomie Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3.2. Tempat dan Wktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Jalan.Prof. T.M. Hanafiah, SH. Kampus USU medan, khususnya untuk mahasiswa. Maka pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan juni 2013

3.3. Batasan Operasional

(39)

produk Mie Instan Indomie pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

3.4. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Bebas (X)

Labelisasi Halal adalah pencatuman tulisan atau pernyataan halal pada kemasan produk Indomie untuk menunjukkan bahwa produk Indomie berstatus sebagai produk halal yang dikeluarkan oleh LP POM MUI. Dengan indikator sebagai berikut :

1.Halal proses pembuatan 2. Halal bahan baku utama 3. Halal bahan pembantu 4. Efek yang baik

5. Ukuran logo halal yang jelas

Diukur dengan Skala Likert, dengan sekor 1-5. Dimana semakin tinggi angka menunjukkan semakin yakin konsumen tentang kahalalan produk Mie Instan Indomie

2. Variabel Terikat (Y)

Keputusan Pembelian adalah keputusan konsumen untuk membeli produk Mie Instan Indomie dalam kemsan berdasarkan ada atau tidaknya label halal pada kemasan produk tersebut. Dengan indikatornya

(40)

4. Pengenalan 5. Kualitas produk

Diukur dengan Skala Likert, dengan sekor 1-5. Dimana semakin tinggi angka menunjukkan semakin yakin konsumen untuk melakukan keputusan pembelian. Adapun definisi variabelnya juga dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 3.1

Tabel 3.1

Opersionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Definisi Indikator Skala

Ukur

Sumber : Kotler (2008) diolah

3.5. Skala Pengukuran Variabel

(41)

Skala pengukuran variabel responden dapat dilihat pada Tabel 1.4 berikut:

Tabel 1.4

Skala Pengukuran Variabel Responden

No Keterangan responden Skor

1 Sangat setuju (SS) 5

2 Setujuh (S) 4

3 Kurang setuju (KS) 3

4 Tidak setuju (TS) 2

5 Sangat tidak setuju (STS) 1

3.6. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang membeli produk Mie Instan Indomie dimana jumlahnya tidak diketahui secara pasti berapa jumlahnya

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut Sugiyono ( 2004:73). Populasi dengan kata lain populasi dianggap homogen, dengan jumlah kesalahan ketidaktelitian pengambilan sampel sebesar 10% untuk mengambil jumlah sampel, Oleh karena itu jumlah populasi tidak diketahui maka pengambilan jumlah sampel dilakukan dapat digunakan rumus dalam Supramono ( 2003:62 )

Sampel

Keterangan :

N = Jumlah sampel

�=��

. (). ()

(42)

Za = Nilai standar normal yang besarnya tergantung a Bila a = 0,05 Z = 1,67

Bila a = 0,01 Z = 1,96 P = Etimasi proporsi populasi Q = 1-P

D = Penyimpangan yang di tolelir

Untuk mengetahui n ( Jumlah sampel ) yang besar dan nilai p belum diketahui, maka dapat digunakan p = 0,05. Jadi nilai p =0,05 di dasarkan pada pra penelitian di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara terhadap 30 orang responden, kemudian 15 orang diantaranya setuju membeli produk mie instan indomie yang berlabel halal dengan demikian jumlah sampel yang memiliki populasi dalam penelitian ini adalah

�=��

. (). () ��

n = (�,��)�.(�,�).(�,�)

�,��

n = 96,04 = 96 orang

Menurut Sugiyono (2007:57) pengambilan sampel dilakukan dengan metode pengambilan purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan mempertimbangkan karakter dan ciri-ciri yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk membatasi sampel

Kriteria populasi yang diambil sebagai sampel adalah sebagai berikut a. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara diharapkan

(43)

b. Beragama Islam, dikarenakan konsumen Muslim lebih sensitif terhadap label halal produk

c. Telah melakukan pembelian terhadap produk Mie Instan Indomie lebih dari satu kali

3.7. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diproleh langsung dari subjek penelitian melalui kuisioner dan wawancara dengan responden

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh langsung dari sumber lain-lain yang telah diolah terlebih dahulu yaitu untuk itu penelitian ini penulis memperoleh data sekunder dari jurnal, buku pengetahuan serta informasi pendukung lain yang diperoleh dari internet mengenai produk Mie Instan merek Indomie dan labelisasi halalnya

3.8. Metode Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Menyebarkan daftar pertanyaan secara tertulis untuk diisi oleh responden (Mahasiswa) Fakultas Ekonomi USU

2. Studi Dokumentasi

(44)

3.9. Uji Validitas dan Reabilitas

3.9.1. Uji Validitas

Menurut Ginting dan Situmorang (2008:14) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevaliditan atau kesahihan suatu instrumen. Maka sebelum instrumen digunakan maka terlebih dahulu dilakukan uji Validitas dan Realibilitas. Valid artinya data yang diperoleh melalui kuisioner dapat menjawab tujuan penelitian. Pengujian Validitas instrumen dilakukan pada 30 orang Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU dalam sampel menggunakan SPSS 17,0 for windows dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jika �ℎ����� ≥ ������ maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid 2. Jika �ℎ����� ˂����� ,maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid

(45)

Hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut:

Sumber :Hasil Pengolahan SPSS (2012) Diolah

Penelitian mengajukan kuesioner yang berisi 18 pertanyaan untuk 30 responden di luar sampel, 10 pertanyaan mengenai lebelisasi halal dan 8 pertanyaan mengenai keputusan pembelian yang kesemuanya dinyatakan valid.

3.9.2. Uji Reliabilitas

Merupakan tingkat kehandalan suatu instrumen penelitian. Menurut Sugiyono(2007:105) Intrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan berulang kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan

Tabel 3.3 Uji Validitas

Corrected

Item-Total Correlation R tabel

(46)

data yang sama. Pengujian Reliabilitas artinya data yang diproleh melalui kuisioner hasilnya konsisten bila digunakan peneliti lain. Pengujian dengan program SPSS 17.0 for windows

Butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut :

1.

Jika ���� ℎ�������� ���� �����, maka pertanyaan realibel

2.

Jika ���� ℎ�������� ���� ˂����� , maka pertanyaan tidak realibel Hasil uji Reliability dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4 Realibilitas

Cronbach's Alpha N of Items

.908 18

Sumber :Hasil Pengolahan SPSS 17.0 (2012) Diolah

Pada 18 pertanyaan yang valid dalam kuesioner dengan tingkat signifikansi 5% diketahui bahwa koefisien alpha sebesar 0,908 berarti lebih besar 0,60 sehingga dapat dinyatakan bahwa koesioner tersebut telah realibel dan dapat disebarkan kepada responden untuk dapat dijadikan sebagai instrumen penelitian.

3.10. Teknik Analisis

3.10.1. Metode Analisis Deskriptif

(47)

3.10.2. Metode Analisis Statistik

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis Regresi Linear Sederhana. Metode ini digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel Labelisasi Halal terhadap Keputusan Pembelian Mie Instan Indomie. Model persamaan yang digunakan adalah:

Y = a + b X+e

Keterangan :

Y = Keputusan pembelian konsumen (variable dependen) a= konstanta

b= Koefisien regresi sederhana X= Labelisasi Halal

3.11. Pengujian Hipotesis

1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan kata lain, koefisien determinasi digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas yang diteliti yaitu pengaruh labelisasi halal (X) terhadap pembelian produk Mie Instan Indomie (Y). Semakin baik nilai koefisien determinasi, maka semakin baik kemampuan variabel (X) menerangkan variabel (Y)

2. Uji Hipotesis (uji-t)

(48)

H0 : Labelisasi Halal tidak mempunyai hubungan linear yang signifikan dan positif terhadap keputusan pembelian produk Mie Instan Indomie pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU

Ha : Labelisasi Halal mempunyai hubungan linear yang signifikan dan positif terhadap keputusan pembelian produk Mie Instan Indomie pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU. Dengan kriteria pengambilan keputusan :

Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak

(49)

BAB 1V

HASIL PENELITIAN DAN HASIL PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Sejarah Perusahaan dan Gambaran Umum Perusahaan

Indomie merupakan merek Mie Instan yang sangat terkenal di Indonesia. Indomie adalah salah satu produk PT.Indofood CBP, Sukses Makmur. Ketika Mie Instan diperkenalkan pertama kali kepada masyarakat Indonesia pada tahun 1969, oleh Sudono Salim banyak yang meragukan bahwa Mie Instan dijadikan sebagai salah satu bahan pangan pokok. Akan tetapi, karena Mie Instan Indomie sendiri harganya relatif terjangkau mudah disajikan dan awet. Indomie berkembang pesat seiring dengan diterimanya mie instan di Indonesia. Produk Indomie pertama kali diperkenalkan adalah Indomie Kuah Rasa Kaldu Ayam yang saat itu sesuai dengan selera konsumen.

Produk Indomie adalah salah satu produk Mie asli Indonesia yang diproduksi oleh Indofood ini merupakan salah satu produk asli Indonesia yang mampu menembus pasar internasional. Di indonesia, sebutan “Indomie” sudah umum digunakan sebagai istilah yang merujuk pada mi instan. Produk mie instan ini sangat digemari olah masyarakat,

(50)

(AnneAhira.com 2013), karena harganya ekonomis dan cita rasa telah disesuaikan dengan selera masyarakat Indonesia. Intinya mie ini sangat digemari oleh anak-anak remaja atau dewasa/ Mahasiswa, khususnya Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU . Citra rasa yang disesuaikan dengan aroma, rasa asin, manis, gurih, semuanya sangat pas dilidah orang Indonesia. Perusahaan pembuat mie instan ini, mengklaim bahwa mie tersebut termasuk makanan sehat dan bergizi. Mie itu memiliki kandungan protein, energi, asam folat, mineral besi, natrium, dan berbagai vitamin lainya.

4.1.2. Visi dan Misi

a. Visi

1. Menjadi perusahaan tangguh dan terintegrasi dalam industri agrebisnis dan akuakultur.

2. Menjadi perusahaan tempat para professional mengembangkan diri dan berkarya bagi perusahaan dan Negara.

b. Misi

1. Ikut serta menyehatkan dan mencerdaskan bangsa dengan menyediakan sumber protein yang bernilai gizi tinggi dan murah.

2. Ikut serta mengembangkan industri agribisnis dan akuakultur di Indonesia.

(51)

4.1.3. Struktur Organisasi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

Sumber :

Gambar 4.1

Struktur Organisasi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

(52)

Dalam pengelolaan kegiatan perusahaan dilaksanakan oleh dewan direksi. Dewan direksi dipimpin oleh seorang direktur utama dengan dibantu tiga orang wakil direktur, serta enam direktur. Fungsi dari direktur utama adalah sebagai pimpinan umum dalam mengelola perusahaan, memegang kekuasaan secara penuh dan bertanggung jawab terhadap pengembangan perusahaan secara keseluruhan, menentukan kebijakan yang dilaksanakan perusahaan, melakukan penjadwalan seluruh kegiatan perusahaan.

Struktur organisasi yang ada telah berjalan dengan baik, dilengkapi dengan uraian tugas yang jelas, didalamnya telah tercermin adanya pendelegasian wewenang serta tanggung jawab yang jelas pula, serta tergambar adanya pemisahan fungsi yang memungkinkan bekerjanya sistem pengendalian intern dan pengawasan.Adapun keterangan yang disebut diatas adalah:

1. RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)

RUPS berada paling atas pada struktur organisasi perusahaan, biasanya diadakan setiap satu tahun sekali. Didalam rapat tersebut dewan direksi berkewajiban memberikan laporan perihal jalannya perusahaan mulai dari tata usaha keuangan dari tahun buku yang lalu yang harus ditentukan dan disetujui. 2. Dewan Komisaris

(53)

komisaris independent yang tidak terafiliasi dengan direksi dan dewan komisaris atau pemegang saham pengendali.

3. Dewan Direksi

Dewan direksi terdiri dari satu orang direktur utama, tiga orang wakil direktur utama dan enam orang direktur. Tugas utama dari direksi adalah menentukan usaha sebagai pimpinan umum dalam mengelola perusahaan, memegang kekuasaan secara penuh dan bertanggung jawab terhadap pengembangan perusahaan secara keseluruhan, menentukan kebijakan yang dilaksanakan perusahaan, melakukan penjadwalan seluruh kegiatan perusahaan. Tanggung jawab dari direksi adalah untuk mengelola usaha perseroan sesuai anggaran dasar. Pada tahun 2006 secara formal direksi mengadakan tiga kali rapat direksi untuk mengevaluasi kinerja operasional dan keuangan perseroan, serta meninjau strategi dan hal-hal penting lainnya. Selain itu beberapa pertemuan informal juga dilaksanakan untuk membahas dan menyetujui hal-hal yang membutuhkan perhatian dengan segera.

4. Komite Audit

(54)

Komite audit bertanggung jawab langsung kepada dewan komisaris. Fungsi utama dari komite audit adalah membantu dewan komisaris untuk menjalankan peran pengendalian yang mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Memberikan saran kepada dewan komisaris atas laporan dan hal-hal yang disampaikan direksi.

b. Mengidentifikasi hal-hal yang harus ditindak lanjuti oleh dewan komisaris.

c. Melakukan tugas-tugas yang diberikan dan yang terkait dengan peran dewan komisaris dalam hal pengendalian.

Disamping itu, komite audit memberikan opini yang independen dan profesional atas aspek-aspek kepatuhan, kontrol, manajemen resiko serta aktifitas audit internal dan eksternal. Komite audit juga terlibat dalam pemilihan dan penunjukkan akuntan publik dengan mempertimbangkan independensi dan objektifitas dari para auditor.

5. Sekretaris Perusahaan

(55)

4.1.4 Macam-Macam Rasa Indomie

Indofood membuat beragam macam rasa mie instan, tentu saja disambut antusias oleh semua kalangan,selera mereka seakan terjawab dan terhidang dengan cepat rasa yang sangat pas telah membuat indomie semakin banyak penggemarnya.Indofood mempunyai beberapa rasa mie yang bisa dinikmati oleh para penggemarnya,berikut ini adalah jenis-jenis mie kuah yang paling disukai oleh seluruh masyarakat,khususnya para mahasiswa Fakultas Ekonomi USU medan, dari berbagai kalangan dan berbagai usia

Belum cukup rasanya menyajikan macam-macam mie instan yang hanya mungkin dianggap sebagi rasa mie instan asli yang dari awal diciptakan oleh pihak Indofood membuat berbagai rasa mie yang diambil dari cita rasa masakan seluruh indonesia

Sumber: www.indofood.com/indomie(2013)

(56)

4.1.5. Label Halal LPPOM MUI

Sertifikasi Halal pada produk pangan, obat-obatan, kosmetik, dan produk lainnya dilakukan untuk memberikan kepastian status kehalalan suatu produk, sehingga dapat menenteramkan batin para konsumen. Kesinambungan proses produksi halal dijamin oleh produsen dengan cara menerapkan sistem jaminan halal. Sertifikasi Halal adalah fatwa tertulis Majelis Ulama Indonesia yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syari’at islam. Sertifikasi halal ini merupakan syarat untuk mendapatkan ijin pencantuman label halal pada kemasan produk dari intasi pemerintah yang berwenang. Berikut Logo Label Halal yang berasal dari LPPOM MUI

(Sumber

Gambar 4.3.

Logo Label Halal LPPOM MUI

1. Jaminan Halal Dari Produsen

(57)

a. Sebelum produsen mengajukan sertifikasi halal terlebih dahulu harus mempersiapkan sistem jaminan halal. Penjelasan rinci tentang sistem jaminan halal dapat merujuk kapada buku pedoman penyusunan sistem jaminan halal yang dikeluarkan oleh LP POM MUI

b. Berkewajiban mengangkat secara resmi seorang tim atau auditor halal yang bertanggung jawab dalam menjamin pelaksanaan produksi halal c. Berkewajiban mendatangani kesedian untuk diperiksa secara mendadak

tanpa pemberitahuan sebelumnya oleh LPPOM MUI

d. Membuat laporan berkala setiap 6 bulan tentang pelaksanaan sistem jaminan halal

2. Prosedur Sertifikasi Halal

Prosedur yang menginginkan sertifikasi halal mendaftarkan ke seketariat LPPOM MUI dengan ketentuan sebagai berikut :

1`. Industri Pengolah

a. Produsen harus mendaftarkan seluruh produk yang diproduksi dilokasi yang sama dan atau yang memiliki merek/brand yang sama.

b. Produsen harus mendaftarkan seluruh lokasi produksi termasuk dan pabrik pengemasan

(58)

2. Restoran dan Katering

a. Restoran dan katering harus mendaftarkan seluruh menu yang dijual termasuk produk-produk titipan, kue ulang tahun serta menu musiman b. Restoran dan katering harus mendaftarkan seluruh gerai, dapur serta gudang

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu menggunakan analisis deskriptif dan statistik regresi linier sederhana. Metode analisis deskriptif dalam penelitian ini merupakan uraian atau penjelasan dari hasil pengumpulan data primer yang menunjukkan bagaimana tanggapan konsumen muslim terhadap labelisasi halal. Analisis linier sederhana digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian dengan menggunakan bantuan program software SPSS 17,0.

4.2 Analisis Data

4.2.1. Analisis Desriptif Karakteristik Responden

Analisa deskriptif karakteristik responden dengan data frekuensi digunakan untuk mengetahui seberapa banyak responden menyatakan hal yang sama terhadap suatu obyek pernyataan. Berikut adalah hasil perhitungannya:

a. Karakteristik responden berdasarkan program studi telihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1

Karakteristik responden berdasarkan program studi

Program studi frekuensi Persentasi (%)

SI Manajemen 45 46,87

SI EP 18 18,75

SI AK 15 15,62

DIII AK 12 12,5

DIII ST 6 6,25

(59)

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa program studi SI Manajemen sebanyk 45 orang dengan persentasi 46, 87 %, pada SI EP sebanyak 18 orang dengan persentasi 18,75 %, pada SI AK sebanyak 15 orang dengan persentasi 15,62, sedangkan DIII AK sebanyak 12 orang dengan persentasi 12,5 %, dan DIII ST sebanyk 6 orang dengan persentasi 6,25. Berdasarkan data ini frekuensi yang tertinggi dalam program studi yaitu SI Manajemen dengan persentasi 46,87 %

b. Karakteristik responden berdasarkan Angkatan terlihat pada Tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2

Karakteristik responden berdasarkan Angkatan

Angkatan frekuensi Persentasi (%)

2008 45 46,87

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa angkatan 2008 sebanyak 45 orang dengan persentasi 46,87 %, pada angkatan 2009 sebanyak 19 orang dengan persentasi 19,79 %, pada angkatan 2010 sebanyak 10 orang dengan persentasi 10,41, sedangkan angkatan 2011 sebanyak 12 orang dengan persentasi 12,5,dan pada angkatan 2012 sebanyak 10 orang dengan persentasi 10,41. Berdasarkan data ini bahwa angkatan 2008 yang paling banyak dengan persentasi 46,87 %

c. Karakteristik responden berdasarkan Umur terlihat pada Tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3

Karakteristik responden berdasarkan Umur

Umur frekuensi persentasi

19-21 30 31,25

22-24 60 62,5

25-27 6 6,25

(60)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada usia 19-21 tahun sebanyak 30 orang dengan persentasi 31,25 %, sedangkan pada usia 22-24 tahun sebanyak 60 orang dengan persentasi 62,5 , dan pada usia 25-27 tahun sebanyak 6 orang dengan persentasi 6,25 %. Berdasarkan data ini bahwa dapat diketahui frekuensi tertinggi adalah usia 22-24 tahun dengan persentasi 62,5 %

d. Karakteristik responden berdasarkan Jenis kelamin terlihat pada Tabel 4.4 berikut :

Tabel 4,4

Karakteristik responden berdasarkan Jenis kelamin

Jenis kelamin Frekuensi Persentasi (%)

Laki-laki 60 62,5

Perempuan 36 37,5

Jumlah 96 100

Tabel 4,4 menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki sebanyak 60 orang dengan persentasi 62,5 %, dan berjenis perempuan sebanyak 36 orang dengan persentasi 37,5 %. Berdasarkan data ini bahwa dapat diketahui frekuensi tertinggi adalah berjenis kelamin laki-laki dengan persentasi 62,5 %

e. Karakteristik responden berdasarkan Agama terlihat pada Tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5

Karakteristik responden berdasarkan Agama

Agama frekuensi Persentasi (%)

Islam 45 46,87

Kristen 30 31,25

Hindu 12 12,5

Budha 9 9,37

Jumalh 96 100

Sumber : Data Primer dengan pengolahan (2013)

(61)

sebanyak 9 orang dengan persentasi 9,37 %. Berdasarkan data ini dapat diketahui bahwa Agama Islam mempunyai frekuensi tertinggi dengan persentasi 46,87 %

4.3 Analisis Deskriptif Variabel

4.3.1. Variabel Labelisasi Halal (X)

Distribusi jawaban responden terhadap 10 butir pertanyaan mengenai variabel labelisasi halal (X), maka dari itu jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6

Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Variabel Labelisasi Halal Sebagai Variabel X

Sumber : Data Primer Dengan Pengolahan (2013)

(62)

1. Pada butir pernyataan pertama “Dengan adanya label halal, saya yakin bahwa Proses Pembuatan Produk Mie Instan Indomie adalah halal”. Distribusi tangapan terdapat 5 orang sangat tidak setuju dengan presentase sebesar 5,2% %, 20 orang menyatakan tidak setuju dengan presentase sebesar 20,8%, 27 orang menyatakan kurang setuju dengan presentase sebesar 28,1%, 38 orang menyatakan setuju dengan besar persentase 39,6%, 6 orang menyatakan sangat setuju dengan persentase 6,3%. Dengan demikian rata rata konsumen menyatakan setuju bahwa Dengan adanya label halal, saya yakin bahwa Proses Pembuatan Produk Mie Instan Indomie adalah halal .

(63)

3. Pada butir pertanyaan ketiga “Dengan adanya labelisasi halal, saya percaya bahwa Bahan Baku Utama yang digunakan dalam produksi Produk Mie Instan Indomie adalah halal”. Distribusi tangapan terdapat 7 orang menyatakan sangat tidak setuju dengan persentase sebesar 7,3%, 21 orang menyatakan tidak setuju dengan persentase sebesar 21,9%, 34 orang menyatakan kurang setuju dengan persentase sebesar 35,4%, 27 orang menyatakan setuju dengan persentase sebesar 28,1% dan 7 orang menyatakan sangat setuju dengan persentase 73%. Dengan demikian persentase tertinggi responden menyatakan setuju bahwa Dengan adanya labelisasi halal, saya percaya bahwa Bahan Baku Utama yang digunakan dalam produksi Produk Mie Instan Indomie adalah halal

(64)

5. Pada butir pertanyaan kelima “Dengan labelisasi halal saya yakin bahwa Bahan-Bahan Pembantu yang digunakan dalam produksi Produk Mie Instan Indomie adalah halal”. Distribusi tangapan terdapat 1 orang menyatakan sangat tidak setuju dengan persentase sebesar 1,0%, 2 orang menyatakan tidak setuju dengan persentase sebesar 2,1%, 38 orang menyatakan kurang setuju dengan persentase sebesar 39,6 %, 50 orang menyatakan setuju dengan persentase sebesar 52,1% .Dengan demikian persentase tertinggi responden menyatakan setuju Dengan labelisasi halal saya yakin bahwa Bahan-Bahan Pembantu yang digunakan dalam produksi Produk Mie Instan Indomie adalah halal

6. Pada butir pertanyaan keenam “Saya percaya bahwa bahan-bahan pembantu untuk pembuatan Indomie halal dalam proses produksinya. Distribusi tangapan terdapat 4 orang menyatakan sangat tidak setuju dengan persentase sebesar 4,2%, 2 orang menyatakan tidak setuju dengan persentase sebesar 2,1%, 33 orang menyatakan kurang setuju dengan persentase sebesar 34.4%, 53 orang menyatakan setuju dengan persentase sebesar 55,2% dan 4 orang menyatakan sanagat setuju dengan persentase 4,2%. Dengan demikian persentase tertinggi responden menyatakan setuju bahwa Saya percaya bahwa bahan-bahan pembantu untuk pembuatan Indomie halal dalam proses produksinya.

(65)

terdapat 5 orang menyatakan sangat tidak setuju dengan persentase sebesar 5,2%, 2 orang menyatakan tidak setuju dengan persentase sebesar 2,1%, 36 orang menyatakan kurang setuju dengan persentase sebesar 37,5 %, 46 orang menyatakan setuju dengan persentase sebesar 47,9% dan 7 orang menyatakan sanagat setuju dengan persentase 7,3%. Dengan demikian persentase tertinggi responden menyatakan setuju bahwa Dalam labelisasi halal saya percaya bahwa Efek Produk Mie Instan Indomie tidak menyebabkan kerusakan tubuh (organ)atau mengganggu kesehatan setelah dikonsumsi.

8. Pada butir pertanyaan kelapan “Dengan adanya label halal produk mie instan Indomie tidak mempunyai efek apabila tidak selalu dikonsumsi dalam setiap hari. Distribusi tangapan terdapat 1 orang menyatakan sangat tidak setuju dengan persentase sebesar 1,0%, 5 orang menyatakan tidak setuju dengan persentase sebesar 5,2%, 39 orang menyatakan kurang setuju dengan persentase sebesar 40,6%, 45 orang menyatakan setuju dengan persentase sebesar 47,9% dan 6 orang menyatakan sanagat setuju dengan persentase 6,3%. Dengan demikian persentase tertinggi responden menyatakan setuju Dengan adanya label halal produk mie instan Indomie tidak mempunyai efek apabila tidak selalu dikonsumsi dalam setiap hari. 9. Pada butir pertanyaan sembilan “Ukuran Logo Halal dalam Mie Instan

(66)

menyatakan setuju dengan persentase sebesar 17,7%. Dengan demikian persentase tertinggi responden menyatakan kurang setuju Ukuran Logo Halal dalam Mie Instan Indomie sudah terlihat jelas .

10.Pada butir pertanyaan sepuluh “Saya percaya bahwa logo halal yang ada pada kemasan produk mie instan Indomie adalah logo halal yang diakui oleh pihak LP POM MUI. Distribusi tangapan terdap, 5 orang menyatakan tidak setuju dengan persentase sebesar 5,2%, 2 orang menyatakan kurang setuju dengan persentase sebesar 2,1%, 36 orang menyatakan setuju dengan persentase sebesar 37,5%. 49 orang menyatakan sangat setuju 47,9 Dengan demikian persentase tertinggi responden menyatakan sangat setuju bahwa Saya percaya bahwa logo halal yang ada pada kemasan produk mie instan Indomie adalah logo halal yang diakui oleh pihak LP POM MUI

4.3. 2. Variabel Keputusan Pembelian (Y)

Distribusi jawaban responden terhadap 8 butir pertanyaan mengenai variabel keputusan pembelian (Y), maka dari itu jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut :

Tabel 4.7

(67)

Butir 14 1 1,0 15 15,6 58 60,4 22 22,9 0 0 96 100 Butir 15 3 3,1 6 6,3 37 38,5 43 44,8 7 7,3 96 100 Butir 16 1 1,0 5 5,2 39 40,6 45 46,9 6 6,3 96 100 Butir 17 2 2,1 0 0 68 70,8 26 27,1 0 0 96 100 Butir 18 5 5,2 2 2,1 36 37,5 46 47,9 7 7,3 96 100

Sumber : Data Primer Dengan Pengolahan (2013)

Hasil jawaban koesioner yang di peroleh dari 96 responden untuk variabel bisnis organisasi pada Tabel 4.7 yaitu:

11.Pada butir pertanyaan sebelas “Anda mengkonsumsi Produk Mie Instan Indomie karena keyakinan anda terhadap labelisasi halal pada produk tersebut. Distribusi tangapan terdap, 1 orang menyatakan tidak setuju dengan persentase sebesar 1,0%, 4 orang menyatakan kurang setuju dengan persentase sebesar 4,2%, 37 orang menyatakan setuju dengan persentase sebesar 38,5%. 47 orang menyatakan sangat setuju 49,0 . 7 menyatakan sangat setuju sebesar 7,3%Dengan demikian persentase tertinggi responden menyatakan sangat setuju Anda mengkonsumsi Produk Mie Instan Indomie karena keyakinan anda terhadap labelisasi halal pada produk tersebut .

(68)

tertinggi responden menyatakan setuju Keyakinan saya untuk melakukan keputusan pembelian karena adanya labelisasi halal pada kemasan produk mie instan Indomie.

13.Pada butir pertanyaan tigabelas “Anda mengkonsumsi Produk Mie Instan Indomie karena percaya bahwa Produk Mie Instan Indomie telah diperiksa dan telah diberi sertifikat halal MUI. Distribusi tangapan terdapat, 3 orang menyatakan tidak setuju dengan persentase sebesar 3,1%, 4 orang menyatakan kurang setuju dengan persentase sebesar 4,2 %, 36 orang menyatakan setuju dengan persentase sebesar 37,5%. 46 orang menyatakan sangat setuju 47,9% . 7 menyatakan sangat setuju sebesar 7,3 %. Dengan demikian persentase tertinggi responden menyatakan sangat setuju bahwa Anda mengkonsumsi Produk Mie Instan Indomie karena percaya bahwa Produk Mie Instan Indomie telah diperiksa dan telah diberi sertifikat halal MUI.

(69)

15. Pada butir pertanyaan limabelas “Anda berminat membeli Produk Mie Instan Indomie karena memiliki label halal. Distribusi tangapan terdapat, 3 orang menyatakan tidak setuju dengan persentase sebesar 3,1%, 6 orang menyatakan kurang setuju dengan persentase sebesar 6,3 %, 37 orang menyatakan setuju dengan persentase sebesar 38,5%. 43 orang menyatakan sangat setuju 44,8% . 7 menyatakan sangat setuju sebesar 7,3%. Dengan demikian persentase tertinggi responden menyatakan setuju bahwa Anda berminat membeli Produk Mie Instan Indomie karena memiliki label halal. 16.Pada butir pertanyaan enambelas “Dengan adanya label halal pada kemasan

produk mie instan Indomie maka semakin kuat minat saya untuk melakukan keputusan pembelian. Distribusi tangapan terdapat, 1 orang menyatakan tidak setuju dengan persentase sebesar 1,0%, 5 orang menyatakan kurang setuju dengan persentase sebesar 5,2 %, 39 orang menyatakan setuju dengan persentase sebesar 40,6%. 45 orang menyatakan sangat setuju 46,9% menyatakan sangat setuju sebesar 46,9%.6 menyatakan sangat setuju sebesar 6,3%. Dengan demikian persentase tertinggi responden menyatakan sangat setuju bahwa Dengan adanya label halal pada kemasan produk mie instan Indomie maka semakin kuat minat saya untuk melakukan keputusan pembelian.

(70)

persentase sebesar 70,8%. 26 orang enyatakan sangat setuju 27,1% . Dengan demikian persentase tertinggi responden menyatakan setuju bahwa Pengetahuan anda tentang labelisasi halal dari LP POM MUI, membuat anda memutuskan untuk membeli Produk Mie Instan Indomie.

18.Pada butir pertanyaan lapanbelas “Yang membuat saya untuk melakukan keputusan pembelian karena saya mengenal dan mengetahui bahwa produk Indomie itu adalah halal. Distribusi tangapan terdapat, 5 orang menyatakan tidak setuju dengan persentase sebesar 5,8 %. 2 orang menyatakan tidak setuju dengan persentase sebesar 2,1%. 36 orang menyatakan kurang setuju dengan persentase sebesar 37,5%. 46 orang menyatakan setuju 47,9% . 7 menyatakan sangat setuju sebesar 7,3%. Dengan demikian persentase tertinggi responden menyatakan setuju bahwa Yang membuat saya untuk melakukan keputusan pembelian karena saya mengenal dan mengetahui bahwa produk Indomie itu adalah halal.

4.4. Analisis Data

4.4.1 Analisis Regresi linear Sederhana

Pada penelitian ini untuk melihat pengaruh antara variabel X dengan Yyaitu labelisasi halal dengan keputusan pembelian mengunakan rumus dalam model yang bersifat linier. Y= a + bX

(71)

Tabel 4.8

Hasil Perhitungan Regresi Linier Sederhana Coefficientsa

Model

a. Dependent Variable: Keputusan pembelian

Sumber: Pengelolahan Kuesioenr Penelitian (2013)

Berdasarkan informasi responden yang diolah melalui Tabel 4.8 tersebut untuk menjelaskan seberapa besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang terjadi. Maka diperoleh persamaan regresi dalam penelitian ini yaitu: Y= 10.656 + 0,48

4.4.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Uji ini bertujuan untuk melihat seberapa besar variabel bebas yaitu labelisasi halal yang berpengaruh positif secara parsial terhadap variabel terikat yaitu keputusan pembelian dapat dilihat pada Tabel 4.8 variabel labelisasi halal memiliki signifikansi sebesar 0,000 yang lebih besar dari nilai alpha sebesar 0,05 (5%) atau nilai t hitung 10,290 > t tabel 1,986, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

4.4.3. Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Gambar

Tabel 1.1 Kinerja Merek Mie Instan Tahun 2009-2011
Gambar 2.1  Konsep Produk Total
Gambar 2.2 Peroses pengambilan keputusan pembelian
Gambar 2.5 Kerangka konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil dan pembahasan pada Rancang Bangun Game “ Who Wants to Be a Brillianaire ” berbasis Android adalah game ini dapat

Informan: jika itu menurut saya, yang harus dilakukan perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan pembelajaran perusahaan sudah baik, seperti menjalin dan mengembangkan

Bahwa memperhatikan kronologis pencalonan Bakal Pasangan Calon yang diusung oleh PKP Indonesia di Kabupaten Dogiyai sebagai Laporan KPU Provinsi Papua, serta mencermati proses

10 Samsung Galaxy S4 Jelly bean BBM,Email, Instagram, Path, Google crom, Facebook, Playstroe, game BBM, Instagram, email, Playstore, game.. 11 Samsung Galaxy S3 mini Jelly

Dengan menilai tingkat kesiapan mahasiswa dalam mengimplementasikan e-learning melalui tugas akhir ini, disimpulkan bahwa penerapan model Akaslan dan Law dapat

Aroma daging bebek afkir rebus yang telah diinkubasi dengan ekstrak dan supernatan buah mengkudu memiliki skor mutu yang berkisar antara 2.1 hingga 3.0.Daging dengan

Format data; pada saat membuka file , maka akan ada pilihan untuk membuka data yang akan dilakukan inversi.. Dengan memilih sub

Pelaksanaan dan proses pembelajaran yang menarik perhatian siswa dengan pemilihan metode yang baik, penggunaan metode pembelajaran akan mempermudah mentor untuk