• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian beberapa aspek agronomi tanaman obat meniran hijau dan meniran merah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian beberapa aspek agronomi tanaman obat meniran hijau dan meniran merah"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN BEBERAPA ASPEK AGRONOMI TANAMAN

OBAT MENIRAN HIJAU (Phyllanthus niruri

L.) DAN

MENIRAN MERAH (Phyllanthus urinaria

L.)

EVA OKTAVIDIATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam disertasi yang berjudul : Kajian Beberapa Aspek Agronomi Tanaman Obat Meniran Hijau (Phyllanthus niruri L.) dan Meniran Merah (Phyllanthus urinaria L.) adalah benar-benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing, bukan hasil jiplakan atau tiruan serta belum pernah diajukan dalam bentuk apapun untuk memperoleh gelar program sejenis di perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutif dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah dituliskan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2012

(3)

ABSTRACT

EVA OKTAVIDIATI. Study of Agronomic character of Medicinal Plants Meniran (Phyllanthus niruri L. and Phyllanthus urinaria L.) Supervised by : M. AHMAD CHOZIN as the chairman, NURHENI WIJAYANTO, MUNIF GHULAMAHDI and LATIFAH K. DARUSMAN as the member of advisory committee.

Phyllanthus niruriL. andPhyllanthus urinaria L. were identified as weeds in rice plants and used as a medicinal plant. The objectives of this research were (1) to identify and analyze public opinion which is the existence and used of phyllanthus as medicinal plants, (2) to identify and analyze the morphological character and contain of bioactive that can be used as selection criteria for biomass production and high production of bioactive, (3) to identify and analyze the diversity and genetic proximity 13 accessions of morphological character, anthocyanin content and RAPD markers, (4) to identify and analyze the effects of environmental factors (light, water and nutrients) on growth, biomass production and contain of bioactive meniran. Exploration in Bangkalan and Gresik, East Java Province, get 13 accessions belonging to six green meniran (Phyllanthus niruri L.) accessions from Bangkalan, one red meniran (Phyllanthus urinaria L.) accession from Bangkalan and six green meniran (Phyllanthus niruri L.) accessions from Gresik. The results of a survey of public opinion indicated that the meniran plant have already known and used by the community. Morphological characters are correlated positively and significantly to the production of dry biomass were plant height, leaf number, branch number, stem diameter and total wet weight. Stem diameter, number of branches, total wet weight and leaf number directly affects the production of dry biomass and can be used as characters for selection. Exploration result carried out 13 accessions and 2 types meniran, green meniran (Phyllanthus niruri L.) and red meniran (Phyllanthus urinaria L.), that developed two groups including group A consists of all accessions green meniran and group B consist of one red meniran accessions, based on RAPD markers. Among 12 accessions of green meniran 2 accessions, green meniran from Bangkalan (A6) and Gresik (A7), were higher on potential growth and biomass production than the others. Though, red meniran from Bangkalan accession (A13) has the great potential bioactive production. Based on the analysis, Phyllanthus response to the differences treatment of shade, fertilization and soil water level shown that to achieve the high growth and biomass production, green meniran (A6 and A7) need opening condition until 25% shading, combination of fertilizer manure + NPK and 100% soil water available to plants.Green meniran (A7) could produce the high containphyllantinunder the without shade condition and manure treatment. The high contain of hypophyllantin on green meniran (A7) need 50% shading there with given manure. Red meniran on considerably conditions (manure + NPK treatment and the availability of 50% soil water for the plants) produce the high contain of anthocyanin leaf.

(4)

RINGKASAN

EVA OKTAVIDIATI. Kajian Beberapa Aspek Agronomi Tanaman Obat Meniran Hijau (Phyllanthus niruri L.) dan Meniran Merah (Phyllanthus urinaria L.). Komisi Pembimbing : M. AHMAD CHOZIN (Ketua), NURHENI WIJAYANTO, MUNIF GHULAMAHDI dan LATIFAH K. DARUSMAN (Anggota).

Meniran (Phyllanthus niruriL. danPhyllanthus urinariaL.) teridentifikasi sebagai gulma tanaman padi yang keberadaannya tidak dikehendaki. Meskipun demikian, sebagian masyarakat sudah mengenal dan menggunakan meniran sebagai salah satu tanaman berkhasiat obat. Hasil penelitian farmakologi menunjukkan bahwa meniran mempunyai aktivitas antihepatotoksik, hipoglikemik, antibakteri, diuretik, aktivitas antimicrobial dan aktivitas antiplasmodial. Seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap komoditas tanaman obat maka usaha pembudidayaan tanaman obat menjadi penting untuk dilakukan agar ketersediaannya berlangsung secara terus menerus. Sejauh ini belum banyak ditemukan teknik agronomi yang tepat dalam pembudidayaan tanaman meniran.

Penelitian dilakukan dalam lima kegiatan yaitu (1) Eksplorasi meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) dan meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) di Kabupaten Bangkalan dan Gresik Propinsi Jawa Timur, (2) Analisis keragaman karakter morfologi, kandungan antosianin daun dan hubungan kekerabatan 13 aksesi meniran menggunakan penanda molekuler, (3) Pertumbuhan dan kandungan total filantindan hipofilantinaksesi meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) dan meniran merah (Phyllanthus urinariaL.) pada berbagai tingkat naungan, (4) Pertumbuhan dan kandungan total filantin dan hipofilantin meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) dan meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) pada berbagai cara pemupukan, (5) Pertumbuhan dan kandungan antosianin daun meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) dan meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) pada berbagai kadar air tanah tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengidentifikasi dan menganalisis pendapat masyarakat tentang keberadaan dan pemanfaatan tanaman meniran sebagai tanaman obat, (2) mengidentifikasi dan menganalisis karakter morfologi dan kandungan bioaktif yang dapat digunakan sebagai kriteria seleksi produksi biomassa dan produksi bioaktif yang tinggi, (3) mengidentifikasi dan menganalisis keragaman karakter morfologi, kandungan antosianin dan hubungan kekerabatan aksesi meniran berdasarkan penanda RAPD, (4) mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh faktor lingkungan (cahaya, air dan unsur hara) terhadap pertumbuhan, produksi biomassa dan kandungan bioaktif meniran.

(5)

Karakter morfologi yang berkorelasi positif dan nyata terhadap produksi biomassa kering adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, diameter batang dan bobot basah total. Diameter batang, jumlah cabang, bobot basah total dan jumlah daun berpengaruh langsung terhadap produksi biomassa kering dan dapat dijadikan sebagai karakter untuk seleksi. Dari karakter morfologi yang diamati, tidak satupun karakter yang dapat digunakan sebagai karakter seleksi terhadap kandungan flavonoid. Hasil eksplorasi 13 aksesi meniran mendapatkan 2 jenis meniran yaitu meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) dan meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) yang membentuk 3 kelompok berdasarkan keragaman karakter morfologi dan kandungan antosianin daun. Diantara 12 aksesi meniran hijau terdapat 2 aksesi yaitu aksesi meniran hijau asal Bangkalan (A6) dan Gresik (A7) mempunyai potensi pertumbuhan dan produksi biomassa yang lebih tinggi. Sedangkan aksesi meniran merah asal Bangkalan (A13) mempunyai potensi produksi bioaktif yang besar. Selanjutnya aksesi meniran hijau asal Bangkalan (A6) dan Gresik (A7) dipilih untuk digunakan pada penelitian selanjutnya. Berdasarkan kekerabatan secara molekuler terdapat 2 kelompok yaitu kelompok A terdiri dari semua aksesi meniran hijau dan kelompok B terdiri dari satu aksesi meniran merah.

Berdasarkan hasil analisis tanggap tanaman meniran terhadap perlakuan pemberian naungan, pemupukan dan kadar air tanah yang berbeda didapatkan hasil bahwa untuk menghasilkan pertumbuhan dan produksi biomassa yang tinggi, meniran hijau (A6 dan A7) membutuhkan kondisi terbuka hingga ternaungi 25%, pemberian pupuk berupa kombinasi pemberian pupuk kandang + NPK dan kadar air tanah 100% tersedia bagi tanaman.

Meniran hijau (A7) membutuhkan kondisi tanpa naungan dan pemberian pupuk kandang untuk menghasilkan kandungan filantin yang tinggi. Kandungan hipofilantin yang tinggi pada meniran hijau (A7) membutuhkan kondisi ternaungi 50% disertai pemberian pupuk kandang. Meniran merah (A13) dengan pemberian pupuk kandang + NPK, kadar air tanah 50% tersedia bagi tanaman menghasilkan kandungan antosianin daun yang tinggi

(6)

©Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(7)

KAJIAN BEBERAPA ASPEK AGRONOMI TANAMAN OBAT

MENIRAN HIJAU (Phyllanthus niruri

L.) DAN MENIRAN

MERAH (Phyllanthus urinaria

L.)

EVA OKTAVIDIATI

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Agronomi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Penguji pada Ujian Tertutup : Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S.

Dr. Ani Kurniawati, SP, M.Si

Penguji pada Ujian Terbuka : Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc

(9)

Judul Disertasi : Kajian Beberapa Aspek Agronomi Tanaman Obat

Meniran Hijau (Phyllanthus niruri L.) dan Meniran

Merah (Phyllanthus urinariaL.)

Nama : Eva Oktavidiati

NIM : A361020111

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. M.Ahmad Chozin, M.Agr Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, M.S

Ketua Anggota

Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S Prof. Dr. Ir. Latifah K.Darusman, M.S

Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Agronomi Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanawataa’laatas segala Rahmat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan

disertasi yang berjudul ‘Kajian Beberapa Aspek Agronomi Tanaman Obat Meniran Hijau (Phyllanthus niruri L.) dan Meniran Merah (Phyllanthus urinaria

L.)’.

Penelitian dan penulisan disertasi ini berlangsung di bawah bimbingan

Prof. Dr. Ir. M. Ahmad Chozin, M.Agr selaku ketua Komisi Pembimbing, Prof.

Dr. Ir. Nurheni Wijayanto. M.S, Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S dan Prof.

Dr. Ir. Latifah K. Darusman, M.S selaku anggota Komisi Pembimbing. Pada

kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas waktu

dan kesempatan yang telah diluangkan dalam mengarahkan dan membimbing

penulis. Semoga semua ini menjadi ilmu yang bermanfaat dan amal jariah dimana

pahalanya mengalir terus sampai ke Yaumil Akhir.

Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Koordinator Kopertis Wilayah II Palembang dan Rektor Universitas

Muhammadiyah Bengkulu yang telah memberikan izin belajar.

2. Dirjen DIKTI yang telah memberikan beasiswa BPPS.

3. Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan Sekolah Pascasarjana, Dekan

Fakultas Pertanian dan Ketua Program Studi Agronomi Sekolah

Pascasarjana IPB yang telah menerima penulis untuk melanjutkan studi di

Institut Pertanian Bogor.

4. Dr. Ir. Ahmad Junaidi, MSc dan Dr. Ir. Maya Melati, MS, MSc selaku

penguji luar komisi saat Ujian Kualifikasi Program Doktor yang telah

memberikan saran-saran dan koreksi konstruktif.

5. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S dan Dr. Ani Kurniawati, SP, M.Si selaku

penguji luar komisi pada Ujian Tertutup yang telah memberikan

saran-saran dan koreksi konstruktif.

6. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc dan Dr. James Sinambela, Apt. selaku

penguji luar komisi pada Ujian Terbuka yang telah memberikan

(11)

7. Dosen di Fakultas Pertanian Sekolah Pascasarjana IPB atas semua ilmu

yang telah diberikan, khususnya kepada (Almarhumah) Prof. Dr. Ir. Sriani

Sujiprihati, MS, Dr. Muhammad Syukur,SP,MSi dan Dr. Rahmi Yuniarti,

SP, MSi yang banyak memberikan Ilmu tentang Pemuliaan Tanaman dan

nasehat agar penulis tetap semangat.

8. Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS dan Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas, MS

berturut-turut sebagai moderator pada kolokium dan seminar hasil penelitian di

Pascasarjana IPB.

9. Dekan dan rekan-rekan Dosen di Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Bengkulu atas semua bantuan dan doanya.

10. Staf dan Pegawai Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Pertanian IPB atas kerjasama dan bantuannya.

11. Ibunda tercinta Hj. Aminah Djamil yang telah menemani hari-hari penulis

menempuh dan menyelesaikan pendidikan dari kecil hingga saat ini

dengan kasih sayang dan doa yang tak putus-putusnya agar ananda dapat

berhasil dan berguna dalam kehidupan ini. Almarhun Ayahanda

Syamsulbahri semoga dilapangkan kuburnya dan diampuni oleh Allah

Subhanawataa’la seluruh khilaf dan dosanya yang sampai akhir hidupnya

selalu mendoakan ananda agar dapat menyelesaikan studi S3 di IPB.

12. Ibu Mertua Hj. Soepatmi yang selalu memberikan doa dan pengertiannya.

13. Suami tercinta Dr. Ir. Sunaryadi, MS dan ananda tersayang Yesa Vadina

Afrasari, Divka Rayadi Ichmantara dan Davincka Muhammad Rayadi atas

pengertian, pengorbanan, doa dan kasih sayangnya, yang telah

menguatkan mama selama ini.

14. Bapak Adang Ruhiat selaku Kepala Kebun Percobaan Sawah Baru, Bapak

Milin selaku Kepala Kebun Percobaan Rumah Kaca Cikabayan, Bapak

Yudiansyah, Bapak Joko Mulyono, Ibu Ismi, Pak Ari, Agung Zaim, Mbak

Nunuk di Laboratorium.

15. Saudaraku Ir. Yulius Hero, MSc, Trismana Fitra Jaya, SE, Yopita Sari

S.Hut dan Nova Dewi Yani, S.Agb dan keluarga masing-masing, serta

keluarga Dr. Ir. Dwi Wahyuni Ganefianti, MSi atas semua bantuan dan

(12)

16. Saudara ipar Eliyawati, SP dan John Harry atas semua bantuan dan

doanya.

17. Teman-teman di semua angkatan, Mbak Siti, Mbak Robi, Mbak Ika, Mbak

Arifah, Yuk Atra, Yuk Mega, Mbak Reni, Mbak Ririn, Pak Amin, Pak

Ismail, Pak Edison, Pak Bahar, Pak Agus, Bu Widi, Mbak Sri, Mbak

Mawi, Ajis, Amis Naipa, Hilda, Maisura, Safrizal, dan semua pihak yang

tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu,

diucapkan banyak terima kasih.

18. Rekan-rekan seperjuangan satu bimbingan, Pak Haris, Bu Selvie, Pak Hadi

dan Pak Dwi yang telah sama-sama berbagi semangat dan satu cita-cita

untuk bisa menyelesaikan program doktor tepat waktu sebelum

dieliminasi.

Semoga karya ini bermanfaat bagi pengembangaan ilmu pengetahuan

khususnya di bidang pertanian.

Bogor, Januari 2012

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bengkulu Selatan pada tanggal 5 Oktober 1968,

merupakan putri ketiga dari lima bersaudara, dari Ayahanda Syamsulbahri

(Almarhum) dan Ibunda Aminah Djamil. Penulis menikah dengan Dr. Ir.

Sunaryadi, M.Si. pada tanggal 14 Mei 1995. Sampai saat ini penulis telah

dikaruniai tiga orang anak, seorang putri bernama Yesa Vadina Afrasari (Dina)

dan dua orang putra Divka Rayadi Ichmantara (Divka) dan Davincka Muhammad

Rayadi (Davi).

Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Agronomi, Jurusan

Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, lulus pada tahun

1991. Jenjang strata dua (S2) di Program Studi Agronomi Program Pascasarjana

IPB lulus tahun 2001. Selanjutnya, sejak tahun 2002 mengikuti jenjang starata

tiga (S3) pada Program Studi Agronomi Sekolah Pascasarjana IPB.

Penulis adalah penerima Tunjangan Ikatan Dinas (TID) dari Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan dan ditempatkan di Kopertis Wilayah II Palembang

diperbantukan (dpk) pada Universitas Muhammadiyah Bengkulu pada tahun 1994

dan sampai sekarang penulis merupakan Staf Pengajar di Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Bengkulu.

Karya ilmiah yang berjudul ‘Pertumbuhan Tanaman dan Kandungan Total

Filantin dan Hipofilantin Aksesi Meniran (Phyllanthus sp. L.) pada Berbagai

Tingkat Naungan’ telah diterbitkan pada Jurnal Penelitian Tanaman Industri 17(1): Maret 2011. Karya ilmiah ini merupakan bagian dari disertasi program S3

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL……….. xvii

DAFTAR GAMBAR………. Xx DAFTAR LAMPIRAN……….. xxi

PENDAHULUAN Latar Belakang……….. 1

Perumusan Masalah………. 4

Tujuan Penelitian………. 5

Hipotesis……… 5

Ruang lingkup penelitian……….. 6

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Botani dan Syarat Tumbuh Meniran……….. 9

Manfaat dan Kandungan Kimia……… 10

Senyawa Bioaktif Golongan Flavonoid……… 11

Senyawa Bioaktif Golongan Lignan………. 15

Jalur Pembentukan Lignan……… 17

Pengaruh Cahaya, Air dan Unsur Hara………. 19

EKSPLORASI MENIRAN HIJAU (Phyllanthus niruri L.) DAN MENIRAN MERAH (Phyllanthus urinaria L.) DI KABUPATEN BANGKALAN DAN GRESIK PROPINSI JAWA TIMUR Abstrak……….. 23

Abstract………. 23

Pendahuluan……….. 24

Bahan dan Metode……… 26

Hasil dan Pembahasan……….. 30

Simpulan……… 46

ANALISIS KERAGAMAN KARAKTER MORFOLOGI, KANDUNGAN ANTOSIANIN DAUN DAN HUBUNGAN KEKERABATAN 13 AKSESI MENIRAN MENGGUNAKAN PENANDA MOLEKULER Abstrak……… 47

Abstract……… 47

Pendahuluan……… 48

Bahan dan Metode……….. 49

Hasil dan Pembahasan………. 55

(15)

Halaman PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN TOTAL FILANTIN

DAN HIPOFILANTIN AKSESI MENIRAN HIJAU (Phyllanthus niruri L.) DAN MENIRAN MERAH (Phyllanthus urinaria L.) PADA BERBAGAI TINGKAT NAUNGAN

Abstrak………. 65

Abstract……… 65

Pendahuluan ……… 66

Bahan dan Metode……….. 67

Hasil dan Pembahasan………. 71

Simpulan……….. 77

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN TOTAL FILANTIN DANHIPOFILANTIN MENIRAN HIJAU (Phyllanthus niruri L.) DAN MENIRAN MERAH (Phyllanthus urinaria L.) PADA BERBAGAI CARA PEMUPUKAN Abstrak………. 79

Abstract……… 79

Pendahuluan ……… 80

Bahan dan Metode………... 82

Hasil dan Pembahasan………. 87

Simpulan……….. 97

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN ANTOSIANIN DAUN MENIRAN HIJAU (Phyllanthus niruri L.) DAN MENIRAN MERAH (Phyllanthus urinaria L.) PADA BERBAGAI KADAR AIR TANAH TERSEDIA Abstrak………. 99

Abstract……… 99

Pendahuluan ……… 100

Bahan dan Metode……….. 103

Hasil danPembahasan………. 107

Simpulan……….. 112

PEMBAHASAN UMUM………. 113

SIMPULAN DANSARAN………. 127

DAFTARPUSTAKA……… 129

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Daftar aksesi meniran beserta asal-usulnya yang diperoleh dari

hasil eksplorasi di Kabupaten Bangkalan dan Gresik Propinsi

JawaTimur……….. 30 2 Keadaan iklim, kadar air tanah dan keasaman tanah pada

setiap lokasi pengambilan sampel di Kabupaten Bangkalan…. 33 3 Keadaan iklim, kadar air tanah dan keasaman tanah pada

setiap lokasi pengambilan sampel di Kabupaten Gresik……… 34 4 Uraian deskripsi informasi masyarakat tentang tanaman

meniran……… 37 5 Rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun majemuk, jumlah

cabang, bobot basah total, bobot kering total dan kandungan

flavonoid 13 aksesimeniran……… 39 6 Koefisien korelasi antar pasangan karakter pada 13 aksesi

meniran ………. 39 7 Pengaruh langsung dan tidak langsung beberapa karakter

morfologi terhadap bobot kering total ………... 41 8 Pengaruh langsung dan tidak langsung beberapa karakter

morfologi terhadap kandungan flavonoid……… 43 9 Bahan reaksi PCR analisis RAPD keragaman 13 aksesi

meniran……… 53 10 Pengaruh aksesi terhadap tinggi tanaman, jumlah daun

majemuk, jumlah cabang, diameter batang dan bobot 1000 biji

meniran umur 10 MST……… 55 11 Pengaruh aksesi terhadap bobot basah akar (BBA), batang

(BBB), daun (BBD) dan bobot basah total (BBT) meniran

umur 10 MST ………. 56 12 Pengaruh aksesi terhadap bobot kering akar (BKA), batang

(BKB), daun (BKD) dan bobot kering total (BKT) meniran

umur 10 MST ………. 57 13 Pengaruh aksesi terhadap kandungan antosianin daun meniran

umur 10 MST ………. 58 14 Nilai ciri dua komponen utama 14 karakter 13 aksesi meniran.. 60 15 Karakter morfologi pembentuk komponen utama……….. 60 16 Jumlah pita polimorfisme yang dihasilkan oleh 5 primer……... 62 17 Pengaruh naungan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun

majemuk dan diameter batang 13 aksesi meniran umur 10

(17)

Halaman 18 Pengaruh interaksi naungan terhadap jumlah cabang 13 aksesi

meniran……… 72 19 Pengaruh aksesi terhadap bobot basah daun, bobot basah

batang, bobot basah akar dan bobot basah total meniran umur

10 minggu setelah tanam………. 73 20 Pengaruh aksesi terhadap bobot kering daun, bobot kering

batang, bobot kering akar dan bobot kering total meniran umur

10 minggu setelah tanam………. 74 21 Kandungan total filantin dan hipofilaantin dari tiga aksesi

meniran pada berbagai tingkat naungan……….. 76 22 Pengaruh pemupukan terhadap jumlah cabang dan diameter

batangdua jenis meniran umur 10 minggu setelah tanam…….. 87 23 Interaksi pemupukan terhadap tinggi tanaman dua jenis

meniran umur 4 minggu setelah tanam……….. 88 24 Interaksi pemupukan terhadap jumlah daun majemuk meniran

umur 2 minggu setelahtanam………. 89 25 Interaksi pemupukan terhadap bobot basah batang dua jenis

meniran umur 10 minggu setelah tanam………. 91 26 Pengaruh pemupukan terhadap bobot kering akar, bobot kering

daun, bobot kering total dua jenis meniran umur 10 minggu

setelah tanam……….. 92 27 Interaksi pemupukan terhadap bobot kering batang dua jenis

meniran umur 10 minggu setelah tanam………. 93 28 Pengaruh pemupukan terhadap bobot kering akar, bobot kering

daun, bobot kering total dua jenis meniran umur 10 minggu

setelah tanam………... 94 29 Interaksi pemupukan terhadap kandungan antosianin daun dua

jenis meniran umur 10 minggu setelah tanam……… 95 30 Kandungan total filantin dan hipofilantin dari tiga aksesi

meniran pada berbagai cara pemupukan………. 96 31 Pengaruh kadar air tanah tersedia terhadap tinggi tanaman,

jumlah daun, jumlah cabang dan diameter batang dua jenis

meniran umur 10 minggu setelah tanam………. 107 33 Pengaruh kadar air tanah tersedia terhadap bobot kering akar,

bobot kering batang, bobot kering daun dan bobot kering total

dua jenis meniran umur 10 minggu setelah tanam……….. 110 34 Interaksi kadar air tanah tersedia terhadap kandungan klorofil

a, klorofil b, total klorofil dan antosianin daun dua jenis

meniran umur 10 minggu setelah tanam………. 111 35 Persyaratan mutu simplisia meniran berdasarkan Farmakope

(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Diagram alurpenelitian……….. 7 2 Penampilan meniran hijau dan meniran merah……….. 10 3 Jalur pembentukan metabolisme primer dan sekunder pada

tanaman ………... 13 4 Jalur pembentukan fenilpropanoid dan jalur biosintesis

flavonoid ………... 14 5 Struktur kimia antosianin……… 15 6 Struktur kimiafilantindanhipofilantin……….. 16 7 Senyawa aromatik berasal dari asam 5-dehidrokuinat……….. 17 8 Senyawa aromatik berasal dari asam p-kumarat……… 18 9 Peta Kabupaten Bangkalan dan letak lokasi pengambilan

sampel………. 32 10 Peta Kabupaten Gresik dan letak lokasi pengambilan sampel... 35 11 Diagram lintas beberapa karakter morfologi yang berpengaruh

terhadap bobot kering total ………..………. 42 12 Diagram lintas beberapa karakter morfologi yang berpengaruh

terhadap kandungan flavonoid……….. 45 13 Dendrogram analisis gerombol karakter morfologi 13 aksesi

meniran……… 59 14 Analisis komponen utama karakter morfologi 13 aksesi

meniran……… 61 15 Dendrogram 13 aksesi meniran berdasarkan profil pola pita

DNA dengan teknik RAPD……… 62 16 Kandungan total filantindanhipofilantinmeniran aksesi tujuh

pada berbagai tingkat naungan……… 76 17 Kandungan hara N, P, dan K pada jaringan tanaman meniran

hijau dan meniran merah pada berbagai cara pemupukan……. 97 18 Kandungan total filantin dan hipofilantin meniran hijau asal

Gresik (A7) pada berbagai cara pemupukan……….. 99 19 Penampilan (a) meniran hijau terserang hama, (b) dan meniran

merah yang sehat ………... 120 20 Tepi daun (a) meniran hijau tanpa trikoma, (b) meniran merah

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Data biner 32 pita DNA dari 5 primer RAPD pada 13 aksesi

meniran……….. 140 2 Metode analisis kandungan klorofil dan antosianin daun (mg

g-1bobot kering)……….. 141 3 Prosedur analisis jaringan tanaman untuk penetapan kadar

Nitrogen (N)……….. 142 4 Prosedur analisis jaringan tanaman untuk penetapan kadar

Posfor (P) ………. 143 5 Prosedur analisis jaringan tanaman untuk penetapan kadar

Kalium (K)……… 145 6 Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum penelitian pemupukan... 146 7 Hasil analisis kandungan unsur hara, kadar air dan abu pupuk

kandang (kotoranayam)……… 146 8 Hasil analisis kandungan NPK jaringan tanaman meniran…….. 147 9 Kromatografi hasil analisis HPLC dan contoh perhitungan

(20)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi yang

tersebar di berbagai tipe habitat. Di hutan tropis Indonesia terdapat sekitar 30 ribu

tumbuhan jauh melebihi daerah tropis lainnya seperti Amerika Selatan dan Afrika

barat. Diketahui, sekitar 9600 spesies berkhasiat obat dan sekitar 200 spesies

diantaranya merupakan tumbuhan obat penting bagi industri obat tradisional

(Sampoerno 1999, Zuhud et al. 2001; Azmy 2002). Pada tahun 2008 penduduk

Indonesia yang menggunakan obat tradisional termasuk diantaranya obat herbal

mencapai 22.26% (BPS 2009). Menteri kesehatan dalam laporannya menyebutkan

bahwa menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 80% penduduk dunia

bergantung pada pengobatan tradisional, termasuk obat herbal (Depkes 2009).

Perubahan pola pikir masyarakat menuju gerakan hidup kembali ke alam

(back to nature) yang dalam pelaksanaannya membiasakan hidup dengan

menghindari bahan-bahan kimia sintesis dan lebih mengutamakan bahan-bahan

alami, semua yang serba natural semakin digemari dan dicari orang (WHO 2000;

Wayland 2004; Lynch dan Berry 2007). Kecenderungan untuk kembali ke alam

sudah menjadi gaya hidup dan kebutuhan pada berbagai kalangan masyarakat,

tidak hanya di pedesaan, masyarakat di perkotaan dan kalangan menengah ke atas

juga mulai banyak mengkonsumsi jamu untuk menjaga kebugaran dan kesehatan

tubuhnya.

Meniran (Phyllanthus sp. L.) teridentifikasi sebagai gulma tanaman padi

(Soerjaniet al.1987) yang keberadaannya tidak dikehendaki. Meskipun demikian,

sebagian masyarakat sudah mengenal dan menggunakan meniran sebagai salah

satu tanaman berkhasiat obat. Hasil penelitian farmakologi menunjukkan bahwa

meniran mempunyai aktivitas antihepatotoksik (Syamasundar et al. 1985; Sabir

dan Rocha 2008; Manjrekar et al. 2008), hipoglikemik, antibakteri, diuretika

(Narayana et al. 2001; Manjrekar et al. 2008; Lopez-Lazaro 2009), aktivitas

antimicrobial(Chitravadivuet al. 2009; Akin-Osanaiyeet al. 2011)) dan aktivitas

antiplasmodial (Oluwafemi dan Debiri 2008; Njomnang Soh et al. 2009). Uji

(21)

2

berdasarkan kriteria Gleason dengan LD50 1588.781 mg kg BB-1 dan tidak

ditemukan gejala klinis ketoksikan yang nyata pada mencit sebagai hewan

percobaan. Dengan demikian herba meniran aman untuk digunakan bagi manusia

(Halim 2010).

Uji fitokimia yang dilakukan pada tanaman meniran asal B2P2TO-OT

Tawangmangu menunjukkan meniran mengandung metabolit sekunder dari

golongan flavonoid, fenol hidroquinon, steroid, tanin, saponin dan lignan

(Wahyuni 2010). Akin-Osanaiye et al. (2011) menyatakan pada daun, akar dan

batangPhyllanthus amarus(Schum dan Tonn) terdapat alkaloid, tanin, flavonoid,

saponin, glikosida tetapi tidak ditemukan steroid. Sejauh ini kualitas meniran

ditentukan berdasarkan kandungan senyawa penanda tunggal dari golongan lignan

(Elfahmi 2006; Murugaiyah dan Chan 2008). Lignan utama dari genus ini adalah

filantin dan hipofilantin. Keberadaan filantin dapat digunakan sebagai senyawa

identitas dalam menganalisis ekstrak kental herba meniran (BPOM 2004). Figuera

et al. (2006) mendapatkan kandungan lignan dari 0.65 hingga 1.24% bobot kering

diantara 4 daerah yang diteliti. Kultivar amarus CIM-Jeevan mempunyai

kandunganfilantin0.70-0.77% bobot kering (tanaman kontrolfilantin0.30-0.36%

bobot kering) sedangkan kandunganhipofilantinberkisar antara 0.32-0.37% bobot

kering (tanaman kontrol 0.12-0.17% bobot kering) (www.freepatentsonline.com).

Seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap komoditas tanaman

obat maka usaha pembudidayaan tanaman obat menjadi penting untuk dilakukan

agar ketersediaannya berlangsung secara terus menerus. Sejauh ini belum banyak

ditemukan teknik agronomi yang tepat dalam pembudidayaan tanaman meniran.

Beberapa pustaka menunjukkan pengaruh dari naungan terhadap pertumbuhan

dan produksi biomassa meniran (Tunggal 2002, Tresnawati 1993; Emmyzaret al.

1993) tetapi tidak ada informasi adanya hubungan antara perlakuan budidaya

terhadap kandungan bioaktifnya. Sampai saat ini sangat sulit menemukan petani

atau pihak tertentu yang membudidayakan meniran secara khusus.

Ghulamahdi (2003) menyatakan bahwa untuk berproduksi tinggi maka

budidaya tanaman obat harus dilakukan di tempat yang lingkungannya cocok

untuk kebutuhan spesies tersebut. Adapun kondisi lingkungan yang diperlukan

(22)

3

ditemukan. Pengetahuan mengenai taksonomi berupa pengelompokan jenis

spesies dalam famili akan sangat membantu cara perbaikan dan budidaya spesies

tersebut. Hal ini yang mendasari penyusunan perbaikan cara budidaya,

peningkatan produksi per satuan luas dan peningkatan kandungan bioaktif

tanaman.

Berdasarkan hal yang telah dikemukakan maka deskripsi tanaman

merupakan hal penting untuk dilakukan karena dapat memberikan informasi

tentang ciri-ciri dan sifat-sifat tanaman yang dapat digunakan sebagai pedoman di

dalam penelitian para pemulia dan budidayanya. Identifikasi tanaman dan analisis

hubungan kekerabatan antar tanaman dapat dilakukan secara kombinasi

menggunakan penanda morfologi, sifat agronomi atau analisis biokimia seperti

isozim (Waugh 1997). Analisis keragaman morfologi dilakukan dengan

menggunakan data hasil pengamatan atau pengukuran karakter morfologi tertentu.

Kelemahan analisis genetik menggunakan penanda morfologi adalah biasanya

dipengaruhi oleh lingkungan makro dan mikro serta umur suatu individu.

Kesulitan lain akan terjadi apabila karakter kuantitatif yang diatur oleh banyak

gen terekspresi pada akhir pertumbuhan seperti karakter hasil (Weising et al.

1995). Informasi mengenai keragaman genetik tanaman merupakan modal dasar

bagi para ahli pemuliaan dalam upaya melakukan perbaikan dan pengembangan

tanaman. Karakterisasi fenotip perlu didukung oleh karakterisasi yang dilakukan

melalui penanda molekuler. Analisis pada tingkat molekul dapat dilakukan

dengan teknik RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA). Teknik RAPD

memiliki kelebihan dibanding dengan teknik lainnya yaitu lebih sederhana.

Dengan hanya menggunakan beberapa nanogram DNA total genom telah mampu

mendeteksi pola pitanya. Primer oligonukleotida yang digunakan relatif lebih

pendek yaitu hanya 10 sampai 20 mer. Namun teknik ini memiliki kekurangan

karena tidak mampu mengidentifikasi heterozigot (Waugh 1997).

Stimulasi produksi bioaktif pada tanaman dapat dilakukan melalui

manipulasi faktor lingkungan seperti cahaya, air dan pemupukan. Gould dan

Lister (2006) mendapatkan terjadinya peningkatan kandungan flavonoid pada

(23)

4

apabila diikuti dengan terjadinya cekaman air. Hal ini merupakan mekanisme

sistem pertahanan tanaman terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan

dengan mengeluarkan senyawa metabolit sekunder (Gould dan Lister 2006).

Unsur hara esensial seperti nitrogen, fosfor dan kalium merupakan unsur

penting yang diperlukan dalam proses metabolisme pertumbuhan tanaman. Pupuk

anorganik (NPK) dapat menyediakan unsur hara tersedia langsung bagi tanaman.

Sedangkan pupuk kandang sebagai pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik

dan meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk organik memberikan bagian yang

terbesar untuk lokasi pertukaran kation di dalam tanah dengan kapasitas buffer

bahan organik yang rendah (Babbar dan Zak 1994).

Perumusan Masalah

Meniran (Phyllanthus niruri L. dan Phyllanthus urinaria L.) merupakan

tanaman berkhasiat obat. Produksi kandungan bioaktif meniran dibutuhkan

sebagai bahan baku obat yang keberadaanya harus tersedia terus menerus. Hal ini

membutuhkan penyediaan bahan tanam maupun teknik budidaya yang tepat di

lapangan.

Mengingat meniran masih dianggap sebagai tumbuhan liar dan ada juga

yang mengelompokan sebagai gulma maka penelitian mengenai keberadaan

meniran yang ada di alam maupun meniran yang sudah dibudidayakan perlu

dilakukan. Penelitian dimulai dengan melakukan eksplorasi terhadap keberadaan

tanaman meniran di alam. Sebagai pembanding dilakukan penanaman meniran

dari alam dalam kondisi lingkungan yang sama untuk melihat gambaran

pertumbuhan tanaman dari penanaman hingga panen. Dari beberapa aksesi yang

ada selanjutnya dilakukan seleksi terhadap karakter morfologi yang berhubungan

dengan peningkatan bobot kering total dan kandungan flavonoid. Selanjutnya

dilakukan analisis keragaman morfologi dan genetik untuk melihat hubungan

kekerabatan diantara aksesi yang ada. Untuk melengkapi data dilakukan penelitian

melalui pengumpulan data dari masyarakat sekitar lokasi pengumpulan tanaman.

Data yang dituju adalah seberapa besar pengetahuan masyarakat tentang tanaman

meniran, manfaat sebagai tanaman obat maupun kegiatan budidayanya. Kegiatan

penelitian berikutnya adalah melihat respon yang ditunjukkan oleh tanaman

(24)

5

informasi tentang respon pertumbuhan dan produksi bioaktif terhadap perlakuan

naungan, pemupukan dan penentuan kadar air tersedia bagi tanaman meniran

belum banyak dilaporkan. Hal ini sangat perlu dilakukan karena kondisi ideal

untuk tanaman obat adalah kombinasi biomassa dan bioaktif yang tinggi.

Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi

mengenai keragaman plasma nutfah meniran dan mendapatkan rancangan

teknologi budidaya (naungan, pemupukan dan kadar air) terbaik dalam rangka

menghasilkan produksi bioaktif yang tinggi. Penelitian ini terdiri dari beberapa

tahapan kegiatan yang bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis pendapat masyarakat tentang

keberadaan dan pemanfaatan tanaman meniran sebagai tanaman obat.

2. Mengidentifikasi dan menganalisis karakter morfologi dan kandungan

bioaktif yang dapat digunakan sebagai kriteria seleksi produksi biomassa

dan produksi bioaktif yang tinggi.

3. Mengidentifikasi dan menganalisis keragaman karakter morfologi,

kandungan antosianin daun dan hubungan kekerabatan aksesi meniran

berdasarkan penanda molekuler (genetik).

4. Mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh faktor lingkungan (cahaya,

air dan unsur hara) terhadap pertumbuhan, produksi biomassa dan

kandungan bioaktif meniran.

Hipotesis

Dari setiap tahapan penelitian dapat ditarik beberapa hipotesis sebagai berikut :

1. Ada sebagian masyarakat yang telah mengetahui keberadaan tanaman

meniran dan manfaatnya sebagai obat.

2. Terdapat keragaman karakter morfologi antar aksesi meniran, diperoleh

karakter morfologi yang dapat dijadikan kriteria seleksi untuk perbaikan

(25)

6

3. Diperoleh keragaman karakter morfologi, kandungan antosianin daun dan

hubungan kekerabatan beberapa aksesi meniran berdasarkan penanda

molekuler.

4. Terdapat perbedaan tanggap pertumbuhan, produksi biomassa dan

kandungan bioaktif aksesi meniran pada naungan, pemupukan dan kadar

air tanah yang berbeda.

Ruang Lingkup Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian di atas, maka strategi penelitian yang

dilakukan harus mempunyai keterkaitan yang satu dengan penelitian lainnya.

Penelitian ini terdiri atas dua aspek : (1) keragaman plasma nutfah meniran dan

(2) tanggap perubahan karakter meniran. Kedua kelompok tersebut dikelompokan

menjadi 5 judul penelitian : (1) eksplorasi meniran (Phyllanthus niruri L. dan

Phyllantus urinaria L.) di Kabupaten Bangkalan dan Gresik. (2) analisis

keragaman karakter morfologi, kandungan antosianin daun dan hubungan

kekerabatan 13 aksesi meniran berdasarkan penanda molekuler, (3) pertumbuhan

dan kandungan total filantin dan hipofilantin aksesi meniran hijau (Phyllanthus

niruri L.) dan meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) pada berbagai tingkat

naungan, (4) pertumbuhan dan kandungan totalfilantin dan hipofilantin meniran

hijau (Phyllanthus niruri L.) dan meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) pada

berbagai cara pemupukan, (5) pertumbuhan dan kandungan antosianin daun

meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) dan meniran merah (Phyllanthus urinaria

L.) pada berbagai kadar air tanah tersedia. Garis besar dari keseluruhan kegiatan

(26)

7

Gambar 1 Diagram alur penelitian.

Keragaman Tanaman di Lapangan

(Survei di Kabupaten Bangkalan dan Gresik)

Pengaruh faktor Lingkungan Keragaman morfologi dan

genetik pada kondisi terkontrol

Cahaya Air

Unsur hara Keragaman karakter agronomi

Keragaman produksi biomassa dan kandungan bioaktif Keragaman genetik

Tanggap pertumbuhan, produksi biomassa dan produksi bioaktif beberapa aksesi

meniran terhadap pengaruh faktor lingkungan

(27)
(28)

9

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi, Botani, dan Syarat Tumbuh Meniran

Meniran (Phyllanthus sp. L.) tergolong dalam divisi Spermatophyta,

subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Geraniles, famili Euphorbiaceae,

genus Phyllanthus (Webster 1986; de Padua et al. 1999). Penyebarannya di seluruh

Asia termasuk Indonesia (Heyne 1987; Soerjani et al. 1987), Malaysia, India, Peru,

Afrika, Amerika dan Australia (Taylor 2003). Penyebarannya di seluruh Indonesia

teridentifikasi dengan adanya nama daerah yang berbeda untuk menyebutkan

tanaman meniran. Di Sumatera dikenal dengan nama sidukung anak, dudukung anak,

ba’me tano. Di Sulawesi dikenal dengan nama bolobungo. Di Maluku dikenal

dengan nama gosau ma dungi, gosau ma dongi roriha, belalang babiji (Kardinan dan

Kusuma 2004).

Meniran tumbuh di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi dengan

ketinggian ± 1000 m di atas permukaan laut (Heyne 1987). Tumbuh secara liar di

tempat yang berbatu dan lembab seperti di tepi sungai, pantai, semak, lahan bekas

sawah atau tumbuh di sekitar pekarangan rumah, baik di pedesaan maupun di

perkotaan ( De Paduaet al. 1999).

Iklim tropis merupakan syarat tumbuh tanaman meniran. Tanaman meniran

berakar tunggang, batang tegak, tinggi mencapai 40-100 cm, batang bulat berkayu,

permukaan kasar dan bercabang. Daun tersusun majemuk, duduk melingkar pada

batang, anakan daun mengkilap, bentuk bulat telur dengan panjang 1.5-3 cm, lebar

1– 1.5 cm, ujung daun runcing, pangkal tumpul dan tepi yang rata. Daun berwarna hijau (Soerjani et al. 1987, De Padua et al. 1999, Dalimartha 2000). Bakal buah

beruang enam, mahkota berbentuk tabung, ujung membulat berwarna kuning.

Buahnya bulat, mempunyai 5-6 ruang, diameter 5-10 mm. Apabila masih muda buah

berwarna hijau setelah tua menjadi coklat. Biji buah berbentuk ginjal, pipih berwarna

coklat (De Paduaet al. 1999).

Spesies meniran yang biasa digunakan untuk pengobatan hanya dua spesies

yaitu meniran hijau dan meniran merah (Gambar 2). Khusus untuk pengobatan,

Phyllanthus niruriL. (meniran hijau) lebih dominan digunakan dibandingkan dengan

Phyllanthus urinaria L. (meniran merah). Komponen yang terkandung dalam

(29)

0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa meniran hijau mampu menghambat aktivitas

virus hepatitis B sebesar 70%, lebih baik daripada meniran merah yang hanya

mampu menghambat sebesar 28%. Terdapat perbedaan morfologi antara meniran

hijau dan meniran merah. Meniran hijau memiliki batang berwarna hijau muda atau

hijau tua. Setiap cabang atau ranting terdiri dari 8-25 helai daun. Daun berwarna

hijau. Ukurannya 0.5-2 x 0.25-0.5 cm. Buah bertekstur licin, bulat pipih dengan

diameter 2-2.5 mm. Kepala sari meniran hijau yang sudah matang akan pecah secara

membujur. Sedangkan meniran merah memiliki batang berwarna merah coklat.

Setiap cabang terdiri dari 7-13 helai daun. Warna daun hijau coklat dengan ukuran

0.5-2 cm x 1-8 mm. Buah bertekstur kasar, bulat dengan diameter 3 mm. Kepala sari

meniran merah yang sudah matang akan pecah secara melintang (Soedibyo 1998;

Soerjaniet al. 1987).

Gambar 2 Penampilan (a) meniran hijau, (b) meniran merah

Manfaat dan Kandungan Kimia

Meniran memiliki bahan aktif alkaloid, tanin, flavonoid, saponin, glikosida

tetapi tidak ditemukan steroid (Akin-Osanaiye et al. 2011), Uji fitokimia yang

dilakukan pada tanaman meniran asal B2P2TO-OT Tawangmangu menunjukkan

meniran mengandung metabolit sekunder dari golongan flavonoid, fenol

hidroquinon, steroid, tanin, saponin dan lignan (Wahyuni 2010). Flavonoid dalam

tanaman meniran diidentifikasi sebagai quercetin, quercitrin, isoquercitrin, astragalin

dan rutin (Taylor 2003). Hasil penelitian farmakologi menunjukkan bahwa meniran

mempunyai aktivitas antihepatotoksik (Syamasundar et al. 1985; Sabir dan Rocha

(30)

2008; Manjrekar et al. 2008), hipoglikemik, antibakteri, diuretika (Narayana et al.

2001; Manjrekar et al. 2008; Lopez-Lazaro 2009), aktivitas antimicrobial

(Chitravadivu et al. 2009; Akin-Osanaiye et al. 2011)) dan aktivitasantiplasmodial

(Oluwafemi dan Debiri 2008; Njomnang Sohet al. 2009).

Khasiat yang beragam dari tanaman meniran berhubungan erat dengan zat

atau senyawa yang dikandungnya. Than et al. (2006) mendapatkan niruriflavone

yang merupakan senyawa antioksidan baru flavone sulfonic acid dari ekstrak

Phyllantus niruri. Senyawa flavonoid yang ada dalam meniran merupakan senyawa

anti oksidan yang lebih kuat dibandingkan dengan vitamin E. Senyawa ini mampu

merangsang kekebalan tubuh. Flavonoid rutine dan quercetin mampu menghambat

sintesis histamin yang merupakan mediator penting penyakit dermatitis alergika

(eksim). Nirurin dan quercetin yang terdapat dalam meniran berkhasiat sebagai

peluruh air seni (diuretik).Filantin,hipofilantin, tanin berperan dalam meningkatkan

sistem kekebalan tubuh dan sebagai hepatoprotektor. Hasil penelitian Rudiyanto

(2006) mendapatkan terjadinya regenerasi sel parenkim hati yang telah mengalami

kerusakan akibat paparan karbon tetraklorida dengan pemberian ekstrak etanol

meniran. Hal ini berkaitan dengan kemampuan menahan oksigen dalam darah

sehingga antibodi dapat berkembang.

Ekstrak meniran merupakan salah satu imunomodulator dari bahan biologi

aktif nonsitokin yang tidak berefek samping. Selama ini obat-obatan

imunomodulator banyak digunakan pada pasien dengan gangguan pada sistem imun

tubuh yang banyak ditemukan pada pasien AIDS. Imunomodulator adalah obat yang

bekerja dengan cara melakukan modulasi pada sistem imun (Elfahmi 2006).

Senyawa Bioaktif Golongan Flavonoid

Flavonoid adalah golongan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh

tanaman. Markham (1988) menyebutkan bahwa sekitar 2% (1 x 109ton per tahun)

dari seluruh karbon yang difotosintesis diubah menjadi flavonoid yang merupakan

salah satu golongan fenol alam yang terbesar. Flavonoid terdapat pada semua bagian

tumbuhan termasuk daun, akar, kulit kayu, tepung sari, nektar, bunga, buah dan biji

(Gould dan Lister 2006). Flavonoid alam ditemukan dalam bentuk glikosida, yaitu

suatu kombinasi antara gula dan alkohol. Flavonoid terdapat dalam tumbuhan

(31)

tumbuhan. Disamping itu, sering terdapat campuran yang terdiri atas flavonoid yang

berbeda kelas (Harborne 1988). Flavonoid biasanya terdapat sebagai flavonoid

O-glikosida (satu atau lebih gugus hidroksi flavonoid terikat pada gula), pengaruh

glikolisasi menyebabkan flavonoid menjadi kurang efektif sehingga mudah larut

dalam air, kondisi seperti ini memungkinkan flavonoid tersimpan dan berada dalam

vakuola sel (Markham 1988, Gould dan Lister 2006).

Gould dan Lister (2006) menyebutkan bahwa pada tumbuhan flavonoid dapat

meningkatkan dormansi, meningkatkan pembentukan sel-sel kalus, sebagai enzim

penghambat pembentukan protein, menghasilkan warna pada bunga untuk

merangsang serangga, burung dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan

tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan penyebaran biji. Dalam dunia

pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai antibiotik, misalnya anti

virus dan jamur, peradangan pembuluh darah, dan dapat digunakan sebagai racun

ikan.

Davies dan Schwinn (2006) menyebutkan bahwa proses biosintesis flavonoid

merupakan biosintesis gabungan dari jalur asam sikimat dan jalur asetat malonat.

Pada jalur sikimat akan terbentuk phenylalanine yang merupakan salah satu senyawa

asam amino aromik yang selanjutnya akan menghasilkan p-coumaric acid,

sedangkan pada jalur asetat malonat akan terbentuk acetyl CoA yang akan

menghasilkan malonyl CoA, setelah mengikat satu molekul CO2.Secara garis besar

jalur pembentukan metabolisme primer merupakan awal dari pembentukan jalur

pembentukan fenilpropanoid dan jalur biosintesis flavonoid disajikan pada Gambar 3

(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)

9

mendapatkan terjadinya peningkatan kandungan flavonoid pada tanaman yang

mengalami cekaman cahaya. Naungan merupakan salah satu bentuk stress cahaya

rendah. Studi tentang pengaruh cekaman intensitas cahaya rendah terhadap

menurunnya pertumbuhan dan produksi tanaman serta terganggunya berbagaai

metabolisme tanaman telah terdokumentasi cukup baik pada beberapa tanaman.

Defisit cahaya pada padi gogo menyebabkan respon metabolisme terganggu, yang

berimplikasi pada menurunnya laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat (Chozin et

al. 2000). Naungan menyebabkan menurunnya pertumbuhan dan produksi padi gogo

(Supriyono et al. 2000). Padi gogo yang ditanam di bawah pohon karet berumur 3

tahun (± 50% naungan) hasil bijinya berkisar 5-55% dari tanaman kontrol,

sedangkan pada naungan pohon karet umur 4 tahun berkisar antara 5-35% dari

kontrol. Sejalan dengan hasil penelitian Sopandie et al. (2003) pada tanaman padi

gogo yang mendapatkan adanya perbedaan morfologi daun tanaman dan kandungan

klorofil a, b serta nisbah klorofil a/b antara tanaman yang toleran dan peka terhadap

naungan. Luas daun genotipe padi gogo toleran naungan lebih tinggi dibandingkan

dengan genotipe yang peka, tetapi ketebalan daun, ketebalan mesofil dan kerapatan

stomata lebih rendah. Nisbah klorofil a/b pada genotipe toleran dan peka terjadi

penurunan pada naungan 50% dibandingkan dengan kontrol, namun penurunan yang

tertinggi terjadi pada genotipe peka. Chozin et al. (2000) menyatakan daun tanaman

yang ternaungi akan lebih tipis dan lebar daripada daun yang ditanam pada areal

terbuka, disebabkan oleh pengurangan jumlah lapisan palisade dan sel-sel mesofil.

Pada tanaman kedelai. Pemberian naungan 35% menurunkan hasil 2-56% (Asadi et

al. 1997). Naungan 50% menyebabkan terjadinya penurunan pada jumlah polong,

jumlah polong bernas dan jumlah polong hampa lebih rendah pada kedelai toleran

naungan dibandingkan dengan yang peka (Elfarisna 2000). Pada kebanyakan

tanaman, kemampuan tanaman dalam mengatasi cekaman naungan tergantung

kepada kemampuannya dalam melanjutkan fotosintesis dalam kondisi defisit cahaya.

Pada tanaman obat seperti pegagan, naungan 25% menghasilkan kandungan

flavonoid, steroid dan triterpenoid yang cukup tinggi sedangkan pada naungan

55-75% kandungan tiga metabolit sekunder tersebut mengalami penurunan

(Rachmawaty 2004). Pada kedelai pigmen antosianin meningkat pada persentase

(39)

0

kadar fumarat dan fanilat tertinggi pada naungan 75% (Urnemi et al. 2002),

sedangkan beberapa klon daun dewa yang ditumbuhkan pada kondisi 100% cahaya

menghasilkan kadar antosianin yang tidak berbeda nyata (Ghulamahdiet al. 2006).

Peningkatan kandungan flavonoid akan semakin tinggi apabila diikuti dengan

terjadinya cekaman air. Hal ini merupakan mekanisme sistem pertahanan tanaman

terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan dengan mengeluarkan senyawa

metabolit sekunder (Vickery dan Vickery 1981; Gould dan Lister 2006). Rahardjoet

al. (1999) mendapatkan terjadinya peningkatan asam asiatikosida pada pegagan

dengan adanya perlakuan cekaman air 60% kapasitas lapang atau tingkat kekeringan

40%. Penelitian terhadap penggunaan Polietilen Glikol (PEG) menunjukkan gejala

yang terjadi akibat adanya cekaman air pada tanaman. PEG merupakan kimia

organik yang dapat digunakan sebagai osmotikum dan menyebabkan cekaman air

pada tanaman. Pemberian PEG akan menghambat penyerapan air sehingga kalus

atau akar rambut mengalami cekaman. Kekurangan air akan menginduksi protein

mengkode gen-gen pembentuk enzim yang terlibat dalam metabolisme sekunder.

Dengan meningkatnya kandungan enzim dalam jaringan tanaman maka diharapkan

kandungan metabolisme dapat meningkat pula. Aktivitas enzim dipengaruhi antara

lain oleh adanya prekusor senyawa yang bersangkutan dan akumulasi produk

metabolisme sekunder tersebut (Ernawati 1992). Bozhkov dan Arnold (1998)

menyebutkan bahwa gejala spesifik yang terjadi akibat cekaman air adalah

berkurangnya kemampuan pembesaran sel sehingga ukuran sel menjadi kecil,

komposisi dinding sel berubah yaitu terjadinya penurunan perbandingan selulosa dan

hemiselulosa dan mempengaruhi akumulasi bahan metabolisme primer maupun

metabolisme sekunder dalam sel tanaman.

Pupuk anorganik (NPK) dapat menyediakan unsur hara tersedia langsung

bagi tanaman. Sedangkan pupuk kandang sebagai pupuk organik dapat memperbaiki

sifat fisik dan meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk organik memberikan bagian

yang terbesar untuk lokasi pertukaran kation di dalam tanah dengan kapasitas buffer

bahan organik yang rendah (Babbar dan Zak 1994). Pupuk organik yang banyak

digunakan pada budidaya tanaman adalah pupuk kandang. Penggunaan pupuk

kandang dapat menjadi sumber bahan organik yang membantu dalam pembentukan

(40)

menambahkan bahwa disamping sebagai sumber bahan organik, pupuk kandang

dapat mendorong agregasi atau dispersi agregat. Peningkatan agregasi terjadi melalui

pengikatan oleh polisakarida dan mucilage yang dihasilkan oleh bakteri, hifa jamur

maupun melalui akar. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam memiliki

kandungan hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang yang berasal

dari kotoran hewan lainnya.

Penelitian pada tanaman daun dewa menunjukkan pemberian dosis pupuk

kandang ayam 100g + SO4 0.8 g tanaman-1 menghasilkan pertumbuhan tanaman,

serapan hara NPK dan SO4, produksi flavonoid dan antosianin per tanaman tertinggi

dibanding tanpa pemupukan, sedangkan produksi kuersetin tertinggi diperoleh pada

pemberian pupuk kandang ayam 50g + SO4 0.4 g tanaman-1 (Nirwan et al. 2007).

Sedangkan pada tanaman kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Willd.)

menunjukkan kecenderungan terjadinya penurunan kandungan total bahan bioaktif

kualitatif flavonoid, steroid, saponin dan tanin pada daun dan umbi dengan semakin

tinggi dosis pupuk kandang ayam yang diberikan (Susanti et al. 2007). Hasil

Penelitian Mualim et al. (2009) menunjukkan produksi antosianin kolesom

dipengaruhi oleh pemupukan. Pemupukan yang memberikan antosianin yang

tertinggi dengan media tanah dan pupuk kandang adalah NK (100 kg urea ha-1 dan

100 kg KCl ha-1), dimana kalium merupakan faktor pembatas pada produksi

(41)
(42)

EKSPLORASI MENIRAN HIJAU (Phyllanthus niruri

L.) DAN

MENIRAN MERAH (Phyllanthus urinaria

L.) DI KABUPATEN

BANGKALAN DAN GRESIK PROPINSI JAWA TIMUR

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk (1) mengidentifikasi dan menganalisis pendapat masyarakat tentang keberadaan dan pemanfaatan tanaman meniran sebagai tanaman obat, (2) mengidentifikasi dan menganalisis karakter morfologi yang dapat digunakan sebagai kriteria seleksi produksi biomassa dan kandungan flavonoid yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksplorasi meniran di Kabupaten Bangkalan dan Gresik mendapatkan 13 aksesi yang terdiri dari 6 meniran hijau (Phyllanthus niruriL.) asal Bangkalan, 6 meniran hijau (Phyllanthus niruriL.) asal Gresik dan 1 meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) asal Bangkalan. Masyarakat telah mengenal dan memanfaatkan tanaman meniran sebagai obat diuretik, obat penurun panas, sakit gigi dan perawatan setelah persalinan. Diameter batang, jumlah cabang, bobot basah total dan jumlah daun berpengaruh langsung dan dapat dijadikan sebagai karakter untuk seleksi terhadap produksi biomassa kering. Dari 6 karakter yang diamati, tidak satupun karakter yang dapat digunakan sebagai karakter seleksi terhadap kandungan flavonoid. Aksesi meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) asal Bangkalan (A6) dan asal Gresik (A7) dipilih sebagai aksesi berpotensi mempunyai produksi biomassa tinggi. Sedangkan meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) asal Bangkalan (A13) dipilih sebagai aksesi berpotensi mempunyai kandungan flavonoid tinggi.

Kata kunci : eksplorasi, flavonoid, seleksi, aksesi, karakter

Abstract

The objectives of this research were (1) to identify and analyze public opinion which is the existence and used of plant Phyllanthusas medicinal plants (2) to identify and analyze the morphological characters that can be used as selection criteria of biomass production and its high flavonoid. The results of the research show that Phyllanthus exploration in Bangkalan and Gresik acquire 13 accessions including 6 green meniran (Phyllanthus niruriL.) from Bangkalan, 6 green meniran (Phyllanthus niruri L.) from Gresik and 1 red meniran (Phyllanthus urinaria L.) from Bangkalan. The community has been known and used this plant as drugs for diuretic, febrifuge, toothache and treatment after childbirth. Stem diameter, number of branches, total wet weight and number of leaves were direct influences and can be used as characters for selection the production of dry biomass. The six characters were observed but neither of them ca be use as a selection character for the flavonoid. Accession green meniran (Phyllanthus niruri L.) from Bangkalan (A6) and from Gresik (A7) were selected as the accession potentially had high biomass production. The red meniran (Phyllanthus urinaria L.) from Bangkalan (A13) was selected as the accession potentially had high flavonoid .

(43)

Pendahuluan

Meniran telah digunakan secara turun temurun dalam menyembuhkan

berbagai penyakit di Indonesia. Pengobatan penyakit malaria, sariawan, diare

sampai nyeri ginjal banyak menggunakan herba meniran. Pemanfaatan meniran

untuk mengobati demam dan sebagai peluruh air seni (diuretik) banyak dilakukan di

Thailand. Dalam pengobatan tradisional India, meniran digunakan untuk pengobatan

penyakit kuning (jaundice), diabetes, gangguan pada kulit dan gangguan menstruasi

(Soerjaniet al. 1987; Heyne 1987; Sulaksana dan Jayusman 2004). Efek pengobatan

yang dimiliki oleh tanaman ini antara lain disebabkan oleh adanya senyawa bioaktif

seperti flavonoid, lignan, alkaloid, triterpenoid, tanin dan asam lemak yang

terkandung di dalamnya.

Eksplorasi terhadap tanaman obat unggulan telah dilakukan oleh Pusat Studi

Biofarmaka bekerjasama dengan BPOM terhadap daerah sentra produksi tanaman

obat di Indonesia. Jawa Timur termasuk dalam daerah sentra tanaman obat

mengingat kapasitas daerah dalam menghasilkan komoditas tanaman obat yang

termasuk dalam kelompok unggulan.

Eksplorasi terhadap tanaman meniran yang tumbuh secara liar di alam

dilakukan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan kondisi agrobiofisik

dan sampel tanaman di lapangan. Data ini dapat digunakan sebagai data pembanding

untuk menyusun kegiatan budidaya pada tahapan selanjutnya. Ghulamahdi (2003)

menyatakan bahwa untuk berproduksi tinggi maka budidaya tanaman obat harus

dilakukan di tempat yang lingkungannya cocok untuk kebutuhan spesies tersebut.

Adapun kondisi lingkungan yang diperlukan untuk masing-masing spesies dapat

dilihat dari tempat asal spesies tersebut ditemukan. Pengetahuan mengenai

taksonomi berupa pengelompokan jenis spesies dalam famili akan sangat membantu

cara perbaikan dan budidaya spesies tersebut. Hal ini yang mendasari penyusunan

perbaikan cara pembiakan, budidaya, peningkatan produksi per satuan luas dan

peningkatan kandungaan bioaktif tanaman.

Langkah awal dalam kegiatan pemuliaan untuk perbaikan genetik adalah

memiliki koleksi plasma nutfah dengan keragaman genetik yang tinggi. Belum ada

informasi yang lengkap tentang data karakterisasi dan hubungan kekerabatan antar

(44)

Karakterisasi dilakukan untuk mendapatkan data sifat atau karakter

morfo-agronomis (deskripsi morfologi dasar) dari aksesi plasma nutfah. Dari data

karakterisasi dapat dibedakan dengan cepat dan mudah fenotipe dari setiap aksesi

dan jumlah aksesi yang sebenarnya untuk menghindari adanya duplikasi dalam

rangka mengurangi biaya pemeliharaan koleksi.

Pada tanaman meniran, produksi biomassa dan kandungan bioaktif

merupakan faktor penting yang menentukan produktivitas tanaman meniran sebagai

tanaman obat secara keseluruhan. Untuk meningkatkan produktivitas meniran perlu

diketahui komponen pertumbuhan yang dapat digunakaan sebagai kriteria seleksi

dengan cara memilih karakter yang memberikan kontribusi besar terhadap produksi

biomassa dan kandungan bioaktifnya. Pengetahuan mengenai korelasi antar

komponen pertumbuhan, produksi biomassa dan kandungan bioaktif sangat

diperlukan untuk menentukan kriteria seleksi tidak langsung terhadap produksi

biomassa dan kandungan bioaktifnya. Hubungan yang dinyatakan dengan korelasi

sederhana seringkali mengakibatkan diperolehnya informasi yang semu disebabkan

adanya interaksi yang akan menutup pola hubungan yang sebenarnya.

Analisis lintas (path analysis) dapat digunakan untuk mengatasi masalah

dimana masing-masing sifat yang dikorelasikan dengan produksi biomassa maupun

dengan produksi bioaktif dapat diuraikan menjadi pengaruh langsung dan tidak

langsung. Penggunaan analisis korelasi dan sidik lintas untuk mempelajari keeratan

hubungan antar komponen pertumbuhan, komponen hasil dan hasil serta untuk

pengembangan kriteria seleksi telah banyak dilakukan. Martono et al. (2010)

menggunakan analisis korelasi dan analisis lintas untuk mempelajari keeratan

hubungan antara komponen pertumbuhan dengan produksi terna dan asiatikosida

pada pegagan. Ganefiantiet al. (2006) pada tanaman cabe, Mursito (2003), Wirnaset

al. (2006) pada kedelai, Nasution (2008) pada tanaman nenas dan Sinaga (2008)

pada tanaman manggis.

Hubungan kekerabatan antar aksesi dapat memberikan informasi tentang ciri

khas karakter dari tiap kelompok aksesi yang terbentuk. Informasi ini dapat

digunakan sebagai rekomendasi untuk menentukan aksesi potensial yang dapat

(45)

6

antara karakter morfologi meniran belum terungkap. Oleh karena itu perlu dilakukan

penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi dan menganalisis

pendapat masyarakat tentang keberadaan dan pemanfaatan tanaman meniran sebagai

tanaman obat, (2) mengidentifikasi dan menganalisis karakter morfologi yang dapat

digunakan sebagai kriteria seleksi produksi biomassa dan kandungan flavonoid yang

tinggi.

Bahan dan Metode

Tempat dan Waktu Penelitian

Eksplorasi dilakukan pada bulan September 2006 sampai dengan Januari

2007 di dua lokasi di Propinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Bangkalan dan

Kabupaten Gresik. Pada setiap kabupaten diambil tiga kecamatan dan selanjutnya

dipilih enam desa berdasarkan ketinggian tempat dan tipe lahan yang berbeda (Tabel

1).

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah enam aksesi

meniran hijau asal Bangkalan, enam aksesi meniran hijau asala Gresik dan satu

aksesi meniran merah asal Bangkalan, satu set bahan kimia untuk analisis tanah, dan

analisis kandungan bioaktif tanaman. Alat-alat yang digunakan meliputi peralatan

survei lapangan, data primer dan sekunder, peralatan analisis tanah dan peralatan

analisis kandungan bioaktif tanaman.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan metode eksplorasi (survei) yaitu dengan cara

mengamati morfologi meniran di lapangan, pengamatan anatomi di laboratorium dan

analisis kandungan bioaktif di laboratorium. Tanaman yang dijadikan sampel adalah

tanaman yang telah memasuki fase generatif yang ditandai dengan adanya bunga dan

buah. Selama kegiatan eksplorasi berlangsung dilakukan kegiatan pengambilan data

dari penduduk setempat dalam bentuk kuisioner. Penentuan responden dilakukan

(46)

orang responden sehingga secara keseluruhan terdapat 120 orang responden. Data

dan informasi yang dibutuhkan meliputi :

1. Data primer berupa data tanaman, lingkungan dan data kuisioner, diperoleh

melalui penelitian lapangan berupa inventarisasi dan identifikasi aksesi

meniran dan pendapat setiap responden dengan menggunakan kuisioner yang

telah dipersiapkan dan wawancara mendalam terhadap setiap responden

untuk pertanyaan yang memerlukaan keterangan yang lebih luas.

2. Data sekunder, diperoleh dari berbagai sumber antara lain Instansi

pemerintah daerah seperti Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan,

Biro Pusat Statistik, Badan Meteorologi dan Geofisika, dan bahan pustaka

lainnya yang mendukung penelitian.

Pelaksanaan

Kegiatan dimulai dengan cara menentukan lokasi Kabupaten Bangkalan dan

Gresik secara sengaja. Setiap tempat yang dijadikan titik pengamatan ditemukan

minimal 10 tanaman meniran per kuadran (50 cm x 50 cm). Dilakukan pengamatan

dan pengambilan sampel tanaman, sampel tanah dan pengisian kuisioner.

Pengamatan

1. Pengumpulan data berupa pendapat masyarakat dilakukan secara langsung di

lapangan.

2. Pengamatan terhadap kartakter morfologi tanaman meliputi :

(1). Tinggi tanaman (cm) diukur dari pangkal batang sampai ujung pucuk

tanaman.

(2). Jumlah daun majemuk, dihitung apabila daun telah membuka sempurna

(3). Jumlah cabang, dihitung cabang yang terbentuk dari batang utama, maupun

dari cabang primer.

(4). Diameter batang (mm), dilakukan pengukuran panjang diameter pada sisi

tengah batang dengan menggunakan jangka sorong digital.

(5). Produksi biomassa basah total (g), didapat dengan cara menimbang dengan

timbangan neraca analitik seluruh tanaman.

(6). Produksi biomassa kering total (g), didapat dengan cara menimbang dengan

timbangan neraca analitik seluruh bagian tanaman yang telah dioven pada

(47)
(48)
(49)

0

Hasil dan Pembahasan

Eksplorasi

Berdasarkan kapasitas daerah dalam menghasilkan komoditas tanaman obat

yang termasuk dalam kelompok unggulan, Jawa Timur termasuk daerah sentra

tanaman obat di Indonesia.

Tabel 1 Daftar aksesi meniran beserta asal-usulnya yang diperoleh dari hasil eksplorasi di Kabupaten Bangkalan dan Gresik Propinsi Jawa Timur.

Jenis meniran Nomor aksesi Asal-usul Lokasi (kabupaten) Habitat Ketinggian tempat (m dpl) Meniran hijau

A1 Bangkalan Kebun naungan mangga

18

A2 Bangkalan Tegalan terbuka 86 A3 Bangkalan Tegalan terbuka 57 A4 Bangkalan Tegalan terbuka 72 A5 Bangkalan Pekarangan terbuka 74 A6 Bangkalan Pekarangan terbuka 27 A7 Gresik Tegalan terbuka 5 A8 Gresik Tegalan terbuka 1 A9 Gresik Kebun naungan

mangga

2

A10 Gresik Kebun naungan mangga, pisang

4

A11 Gresik Kebun naungan pisang

13

A12 Gresik Tegalan terbuka 10 Meniran merah

A13 Bangkalan Tegalan terbuka 27

Dari observasi pada 13 titik pengamatan didapatkan 12 aksesi meniran hijau

asal Bangkalan dan Gresik dan 1 aksesi meniran merah asal Bangkalan.

Keadaan Umum Propinsi Jawa Timur

Propinsi Jawa Timur terletak pada 110o54 BT sampai 115o57 BT 5o371 LS

[image:49.612.96.490.230.633.2]
(50)

berbatasan dengan Laut Bali dan Selat Bali, sebelah barat berbatasan dengan

Propinsi Jawa Tengah dan sebelah selatan berbatasaan dengan Samudera Hindia.

Berdasarkan karakteristik tinggi tempat diatas permukaan laut (dpl), Jawa

Timur terbagi atas 3 kelompok wilayah yaitu :

1. 0–500 m dpl meliputi 83% dari luas wilayah dan morfologinya relatif datar. 2. 500 – 1000 m dpl meliputi sekitar 11% dari luas wilayah dengan morfologi

berbukit dan bergunung-gunung.

3. 1000 m dpl meliputi sekitar 6% dari luas wilayah dengan morfologi terjal.

Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, 52% wilayah mempunyai

iklim tipe D. Keadaan suhu maksim

Gambar

Tabel 1 Daftar aksesi meniran beserta asal-usulnya yang diperoleh dari hasileksplorasi di Kabupaten Bangkalan dan Gresik Propinsi Jawa Timur.
Gambar 9 Peta Kabupaten Bangkalan dan letak lokasi pengambilan sampel (Sumber
Gambar 10 Peta Kabupaten Gresik dan letak lokasi pengambilan sampel (Sumber :
Tabel 4  Uraian deskripsi informasi masyarakat tentang tanaman meniran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan secara empiris Pegagan (Centella asiatica L.) dan Meniran (Phyllanthus niruri Linn.) sebagai antipiretik mendorong penulis untuk melakukan penelitian

• Bentuk sediaan ekstrak etanol herba meniran (Phyllanthus niruri L.) dosis 0,975 mg/ Mencit 20 g memiliki efektivitas yang sama dengan bentuk sediaan ekstrak air herba

• Pemberian ekstrak air dan ekstrak etanol herba meniran (Phyllanthus niruri L.) memiliki efektivitas yang sama dalam mengurangi luas daerah peradangan pada mencit

Efek Antiinflamasi dan Anti- Diare Ekstrak Etanol Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) dan Daun Ungu (Garptophyllum pictum I. Prosiding Seminar Nasional

2009, ‘Efek Antipiretik Ekstrak Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) Terhadap Tikus Putih (Rattus norvegicus) Dengan Demam Yang Diinduksi Vaksin Dpt, Skripsi, Fakultas

Daya Hambat Kombinasi Antara Fraksi Polar 29-32 Meniran (Phyllanthus niruri, L.) dengan Antibiotik Amoxicillin dan Chloramphenicol terhadap S.aureus dan E.coli.. Hasil

Apakah kombinasi ekstrak etanolik meniran ( Phyllanthus niruri L.) dan daun sirih merah ( Piper crocatum Ruiz & Pav.) mampu meningkatkan aktivitas fagositosis

Pengaruh Pemberian Ekstrak Meniran (Phyllanthus niruri Linn.) Terhadap Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Yang Diinduksi Obat Anti