• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku yang Berhubungan dengan Aktivitas Makan Bajing Tiga Warna (Callosciurus prevostii) pada Siang Hari di Penangkaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku yang Berhubungan dengan Aktivitas Makan Bajing Tiga Warna (Callosciurus prevostii) pada Siang Hari di Penangkaran"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN AKTIVITAS

MAKAN BAJING TIGA WARNA (

Callosciurus prevostii

)

PADA SIANG HARI DI PENANGKARAN

SKRIPSI

DAYANI PANDANWATI

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

▸ Baca selengkapnya: setelah hari siang maka bendahara pun gemparlah

(2)

RINGKASAN

DAYANI PANDANWATI. D24104087. 2009. Perilaku yang Berhubungan

dengan Aktivitas Makan Bajing Tiga Warna (Callosciurus prevostii) pada Siang Hari di Penangkaran. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Anita Sardiana Tjakradidjaja, MRur.Sc.

Pembimbing Anggota : Dr. Wartika Rosa Farida

Bajing tiga warna (Callosciurus prevostii) termasuk satwa liar yang perlu dilindungi dari kepunahan. Salah satu cara untuk mencegah penurunan populasi dan kepunahan bajing tiga warna diperlukan usaha penangkaran. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara deskriptif mengenai perilaku yang berhubungan dengan aktivitas makan bajing tiga warna pada siang hari di penangkaran.

Materi yang digunakan dalam penelitian adalah tiga ekor bajing tiga warna berjenis kelamin betina (1 ekor) dan jantan (2 ekor). Penelitian ini menggunakan analisis data secara deskriptif dengan menggunakan metode one zero sampling yaitu memberikan nilai satu apabila terjadi aktivitas dan nilai nol apabila tidak terjadi aktivitas. Pengamatan dimulai dari pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB dengan interval waktu pengamatan selama 15 menit.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aktivitas yang dilakukan oleh bajing tiga warna pada siang hari dari yang tertinggi ke terendah adalah istirahat (68,62%), lokomosi (13,34%), makan (8,10%), minum (4,05%), grooming (4,53%), defekasi (1,22%) dan urinasi (0,15%). Bajing betina merupakan bajing yang paling aktif jika dibandingkan dengan kedua bajing jantan. Bajing jantan A lebih sedikit melakukan aktivitas daripada kedua bajing lainnya. Jenis pakan yang diberikan selama penelitian adalah biji bunga matahari, jagung, jambu, kelapa, markisa, pepaya. Dari jenis pakan yang disajikan, jambu biji dan pepaya merupakan pakan yang paling disukai.

(3)

ABSTRACT

Behaviour related to feeding Activity of Prevost's Squirrel (Callosciurus prevostii) during Daylight in the Captivity

D. Pandanwati, A. S. Tjakradidjaja, and W. R. Farida

Prevost's squirrel (Callosciurus prevostii) is included in protected wild species list. Concervation is an alternative way to save this species from being extinct. The purpose of this experiment was to obtain information about behaviour that related to feeding activity of prevost's squirrel. The experiment was conducted at capture breeding, Zoology Division, Research Centers for Biology – LIPI, Cibinong. The observation were divided into three periods, that were morning, afternoon, and evening. Each of the observation period was further divided into interval time in every 15 minutes. Data were analyzed using one zero sampling method. The results indicated that the activites of prevost's squirrel during daylight from the highest to the lowest are resting activity (68.62%), locomotion (13.34%), eating (8.10%), drinking (4.05%), grooming (4.53%), defecation (1.22%) and urination (0.15%). Resting activity is the highest activity which is done by the squirrel. During daylight feeds given are sunflower seed, sweet corn, guava, coconut, poison fruit and papaya. From all of these feeds, squirrel likes guava and papaya very much.

(4)

PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN AKTIVITAS

MAKAN BAJING TIGA WARNA (

Callosciurus prevostii

)

PADA SIANG HARI DI PENANGKARAN

DAYANI PANDANWATI D24104087

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN AKTIVITAS

MAKAN BAJING TIGA WARNA (

Callosciurus prevostii

)

PADA SIANG HARI DI PENANGKARAN

Oleh :

DAYANI PANDANWATI D24104087

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 10 September 2009

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Anita S. Tjkradidjaja, MRur. Sc. Dr. Wartika Rosa Farida NIP. 131 624 189 NIP. 320 004 822

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kediri pada tanggal 21 Januari 1986 dan merupakan

anak kedua dari pasangan Bapak Djonny Harijanto dan Ibu Nanik Hariani.

Pendidikan Penulis diawali dari Sekolah Dasar Negeri Kandangan V Kediri pada

tahun 1992 kemudian dilanjutkan ke SDN Jombang 2 Ciputat pada tahun 1996.

Penulis menempuh pendidikan lanjutan di SLTP Negeri 3 Kediri tahun 1998 dan

lulus dari SMUN 1 Kediri tahun 2004.

Setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah atas, Penulis

melanjutkan pendidikan untuk memperoleh gelar sarjana pada tahun 2004 di Institut

Pertanian Bogor, program studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas karunia

dan nikmat-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Perilaku yang Berhubungan dengan

Aktivitas Makan Bajing Tiga Warna (Callosciurus prevostii) pada Siang Hari di Penangkaran” ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis berdasarkan hasil

penelitian di Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi – LIPI, Cibinong mulai dari

bulan Juli 2008 sampai bulan Agustus 2008.

Bajing tiga warna (Callosciurus prevostii) termasuk dalam daftar satwa liar yang dilindungi. Penangkaran sebagai salah satu upaya penyelamatan satwa liar dari

kepunahan, namun informasi mengenai perilaku bajing tiga warna di penangkaran

masih terbatas sehingga mendorong dilakukannya penelitian ini. Informasi mengenai

aktivitas makan dan pemilihan pakan dapat membantu keberhasilan dan pemeliharan

satwa liar selama di penangkaran. Apabila keberhasilan tersebut tercapai maka secara

tidak langsung dapat membantu kelestarian dari ekosistem satwa liar yang ada di

Indonesia.

Akhir kata Penulis berharap semoga skripsi yang masih jauh dari sempurna

ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Sehingga nantinya dapat dijadikan pembanding

bagi penelitian – penelitian mengenai perilaku bajing tiga warna lebih lanjut maupun

sebagai referensi bagi pembaca. Amin.

Bogor, Agustus 2009

(8)

DAFTAR ISI

Biji Bunga Matahari (Helianthus annuus) ... 6

Jagung Manis (Zea mays) ... 7

Jambu Biji (Psidium guajava) ... 7

Kelapa (Cocos nucifera)... 7

Markisa (Passiflora flavicarva)... 8

Pepaya (Cacarica papaya)... 8

Prosedur Pengamatan ... 11

Analisis Data ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

(9)

Aktivitas Bajing Tiga Warna ... 13

Aktivitas yang Berhubungan Langsung dengan Aktivitas Makan ... 15

Aktivitas makan... 16

Aktivitas Minum... 18

Aktivitas Defekasi ... 19

Aktivitas Urinasi... 20

Aktivitas yang Mempengaruhi Aktivitas Makan ... 22

Aktivitas Istirahat ... 23

Aktivitas Lokomosi ... 24

Aktivitas Grooming... 25

Pemilihan Pakan... 26

KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

Kesimpulan ... 29

Saran ... 29

UCAPAN TERIMA KASIH ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Urutan Pemilihan Pakan Bajing Tiga Warna selama

di Penangkaran ... 26

(11)

PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN AKTIVITAS

MAKAN BAJING TIGA WARNA (

Callosciurus prevostii

)

PADA SIANG HARI DI PENANGKARAN

SKRIPSI

DAYANI PANDANWATI

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(12)

RINGKASAN

DAYANI PANDANWATI. D24104087. 2009. Perilaku yang Berhubungan

dengan Aktivitas Makan Bajing Tiga Warna (Callosciurus prevostii) pada Siang Hari di Penangkaran. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Anita Sardiana Tjakradidjaja, MRur.Sc.

Pembimbing Anggota : Dr. Wartika Rosa Farida

Bajing tiga warna (Callosciurus prevostii) termasuk satwa liar yang perlu dilindungi dari kepunahan. Salah satu cara untuk mencegah penurunan populasi dan kepunahan bajing tiga warna diperlukan usaha penangkaran. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara deskriptif mengenai perilaku yang berhubungan dengan aktivitas makan bajing tiga warna pada siang hari di penangkaran.

Materi yang digunakan dalam penelitian adalah tiga ekor bajing tiga warna berjenis kelamin betina (1 ekor) dan jantan (2 ekor). Penelitian ini menggunakan analisis data secara deskriptif dengan menggunakan metode one zero sampling yaitu memberikan nilai satu apabila terjadi aktivitas dan nilai nol apabila tidak terjadi aktivitas. Pengamatan dimulai dari pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB dengan interval waktu pengamatan selama 15 menit.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aktivitas yang dilakukan oleh bajing tiga warna pada siang hari dari yang tertinggi ke terendah adalah istirahat (68,62%), lokomosi (13,34%), makan (8,10%), minum (4,05%), grooming (4,53%), defekasi (1,22%) dan urinasi (0,15%). Bajing betina merupakan bajing yang paling aktif jika dibandingkan dengan kedua bajing jantan. Bajing jantan A lebih sedikit melakukan aktivitas daripada kedua bajing lainnya. Jenis pakan yang diberikan selama penelitian adalah biji bunga matahari, jagung, jambu, kelapa, markisa, pepaya. Dari jenis pakan yang disajikan, jambu biji dan pepaya merupakan pakan yang paling disukai.

(13)

ABSTRACT

Behaviour related to feeding Activity of Prevost's Squirrel (Callosciurus prevostii) during Daylight in the Captivity

D. Pandanwati, A. S. Tjakradidjaja, and W. R. Farida

Prevost's squirrel (Callosciurus prevostii) is included in protected wild species list. Concervation is an alternative way to save this species from being extinct. The purpose of this experiment was to obtain information about behaviour that related to feeding activity of prevost's squirrel. The experiment was conducted at capture breeding, Zoology Division, Research Centers for Biology – LIPI, Cibinong. The observation were divided into three periods, that were morning, afternoon, and evening. Each of the observation period was further divided into interval time in every 15 minutes. Data were analyzed using one zero sampling method. The results indicated that the activites of prevost's squirrel during daylight from the highest to the lowest are resting activity (68.62%), locomotion (13.34%), eating (8.10%), drinking (4.05%), grooming (4.53%), defecation (1.22%) and urination (0.15%). Resting activity is the highest activity which is done by the squirrel. During daylight feeds given are sunflower seed, sweet corn, guava, coconut, poison fruit and papaya. From all of these feeds, squirrel likes guava and papaya very much.

(14)

PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN AKTIVITAS

MAKAN BAJING TIGA WARNA (

Callosciurus prevostii

)

PADA SIANG HARI DI PENANGKARAN

DAYANI PANDANWATI D24104087

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(15)

PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN AKTIVITAS

MAKAN BAJING TIGA WARNA (

Callosciurus prevostii

)

PADA SIANG HARI DI PENANGKARAN

Oleh :

DAYANI PANDANWATI D24104087

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 10 September 2009

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Anita S. Tjkradidjaja, MRur. Sc. Dr. Wartika Rosa Farida NIP. 131 624 189 NIP. 320 004 822

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kediri pada tanggal 21 Januari 1986 dan merupakan

anak kedua dari pasangan Bapak Djonny Harijanto dan Ibu Nanik Hariani.

Pendidikan Penulis diawali dari Sekolah Dasar Negeri Kandangan V Kediri pada

tahun 1992 kemudian dilanjutkan ke SDN Jombang 2 Ciputat pada tahun 1996.

Penulis menempuh pendidikan lanjutan di SLTP Negeri 3 Kediri tahun 1998 dan

lulus dari SMUN 1 Kediri tahun 2004.

Setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah atas, Penulis

melanjutkan pendidikan untuk memperoleh gelar sarjana pada tahun 2004 di Institut

Pertanian Bogor, program studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas

(17)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas karunia

dan nikmat-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Perilaku yang Berhubungan dengan

Aktivitas Makan Bajing Tiga Warna (Callosciurus prevostii) pada Siang Hari di Penangkaran” ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis berdasarkan hasil

penelitian di Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi – LIPI, Cibinong mulai dari

bulan Juli 2008 sampai bulan Agustus 2008.

Bajing tiga warna (Callosciurus prevostii) termasuk dalam daftar satwa liar yang dilindungi. Penangkaran sebagai salah satu upaya penyelamatan satwa liar dari

kepunahan, namun informasi mengenai perilaku bajing tiga warna di penangkaran

masih terbatas sehingga mendorong dilakukannya penelitian ini. Informasi mengenai

aktivitas makan dan pemilihan pakan dapat membantu keberhasilan dan pemeliharan

satwa liar selama di penangkaran. Apabila keberhasilan tersebut tercapai maka secara

tidak langsung dapat membantu kelestarian dari ekosistem satwa liar yang ada di

Indonesia.

Akhir kata Penulis berharap semoga skripsi yang masih jauh dari sempurna

ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Sehingga nantinya dapat dijadikan pembanding

bagi penelitian – penelitian mengenai perilaku bajing tiga warna lebih lanjut maupun

sebagai referensi bagi pembaca. Amin.

Bogor, Agustus 2009

(18)

DAFTAR ISI

Biji Bunga Matahari (Helianthus annuus) ... 6

Jagung Manis (Zea mays) ... 7

Jambu Biji (Psidium guajava) ... 7

Kelapa (Cocos nucifera)... 7

Markisa (Passiflora flavicarva)... 8

Pepaya (Cacarica papaya)... 8

Prosedur Pengamatan ... 11

Analisis Data ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

(19)

Aktivitas Bajing Tiga Warna ... 13

Aktivitas yang Berhubungan Langsung dengan Aktivitas Makan ... 15

Aktivitas makan... 16

Aktivitas Minum... 18

Aktivitas Defekasi ... 19

Aktivitas Urinasi... 20

Aktivitas yang Mempengaruhi Aktivitas Makan ... 22

Aktivitas Istirahat ... 23

Aktivitas Lokomosi ... 24

Aktivitas Grooming... 25

Pemilihan Pakan... 26

KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

Kesimpulan ... 29

Saran ... 29

UCAPAN TERIMA KASIH ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

(20)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Urutan Pemilihan Pakan Bajing Tiga Warna selama

di Penangkaran ... 26

(21)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Bajing Tiga Warna di Penangkaran ... 3

2. Persentase Aktivitas Bajing Tiga Warna (C. prevostii)

Selama Pengamatan ... 14

3. Persentase Aktivitas Bajing Tiga Warna (C. prevostii)

Jantan dan Betina ... 14

4. Persentase Aktivitas yang Berhubungan Langsung

Dengan Aktivitas Makan Bajing Tiga Warna ... 15

5. Persentase Aktivitas yang Berhubungan Langsung Dengan Aktivitas Makan Bajing Tiga Warna Jantan

dan Betina ... 16

6. Persentase Aktivitas Makan Bajing Tiga Warna Jantan

dan Betina ... 17

7. Persentase Aktivitas Minum Bajing Tiga Warna Jantan

dan Betina ... 18

8. Persentase Aktivitas Defekasi Bajing Tiga Warna Jantan

dan Betina ... 20

9. Persentase Aktivitas Urinasi Bajing Tiga Warna Jantan

dan Betina ... 21

10. Persentase Aktivitas yang Mempengaruhi Aktivitas

Makan Bajing Tiga Warna ... 22

11. Persentase Aktivitas yang Mempengaruhi Aktivitas

Makan Bajing Tiga Warna Jantan dan Betina ... 22

12. Persentase Aktivitas Istirahat Bajing Tiga Warna

Jantan dan Betina ... 23

13. Persentase Aktivitas Lokomosi Bajing Tiga Warna ... 24

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Suhu dan Kelembaban Selama Pengamatan ………. 36

2. Rataan Aktivitas Bajing Tiga Warna Betina di Penangkaran …… 37

3. Persentase Rataan Aktivitas Bajing Tiga Warna Betina

di Penangkaran ……… 37

4. Rataan Aktivitas Bajing Tiga Warna Jantan A di Penangkaran …. 38

5. Persentase Rataan Aktivitas Bajing Tiga Warna Jantan A

di Penangkaran ………. 38

6. Rataan Aktivitas Bajing Tiga Warna Jantan B di Penangkaran ….. 39

7. Persentase Rataan Aktivitas Bajing Tiga Warna Jantan A

di Penangkaran ………. 39

8. Rataan Aktivitas Bajing Tiga Warna Jantan dan Betina di

Penangkaran ………. 40

9. Persentase Aktivitas Bajing Tiga Warna Jantan dan Betina di

(23)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan

yang luas. Keragaman flora dan fauna menyebar secara merata di seluruh kepulauan

Indonesia. Perkembangan zaman, pertambahan jumlah penduduk dan pembukaan

hutan telah menyebabkan populasi satwa liar di hutan semakin menurun. Penyebab

lainnya adalah pemanfaatan hutan sebagai lahan pertanian, pemukiman, pemburuan

liar yang tidak terkontrol, pembalakan hutan dan kebakaran hutan yang telah

merusak ekosistem hutan. Pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan menjadi

ancaman utama dalam kepunahan satwa liar.

Satwa liar merupakan salah satu komponen dalam ekosistem hutan sehingga

kerusakan hutan akan mempunyai dampak yang besar terhadap kelestarian satwa liar.

Pola konservasi satwa liar bertujuan untuk melestarikan kehidupannya melalui sistem

pengelolaan yang berimbang antara habitat dengan populasinya. Kehidupan satwa

dapat dilestarikan apabila memiliki habitat yang cocok, baik untuk tempat tinggal,

mencari makan, minum, tempat berlindung maupun untuk berkembang biak. Bagi

beberapa daerah, satwa liar bebas diburu dan dianggap sebagai hama yang sering

mengganggu tanaman di lading. Bajing tiga warna (Callosciurus prevostii) termasuk jenis satwa liar yang dilindungi dari kepunahanan.

Penangkaran merupakan salah satu cara penyelamatan satwa liar dari

kepunahan. Pemeliharaan hewan di dalam penangkaran merupakan salah satu sistem

pelestarian secara ex situ. Dalam hal ini perlu diupayakan habitat yang mendekati habitat aslinya yang meliputi lingkungan untuk tempat tinggal, berlindung, istirahat

dan tersedia pakan yang sesuai dengan kebutuhan.

Satwa liar mempunyai tingkah laku dan proses fisiologis untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungannya. Tingkah laku makan secara umum meliputi menangkap,

makan, mengunyah dan menelan. Tingkah laku makan meliputi aktivitas makan dan

minum. Informasi mengenai perilaku makan bajing di penangkaran hingga saat ini

sangat terbatas sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai aktivitas makan bajing

(24)

Perumusan Masalah

Bajing tiga warna (Callosciurus prevostii) merupakan satwa liar yang dilindungi dari kepunahan. Penangkaran merupakan salah satu cara untuk mencegah

penurunan populasi dan kepunahan bajing tiga warna. Informasi mengenai perilaku

yang berhubungan dengan aktivitas makan bajing tiga warna di penangkaran sangat

terbatas sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat menunjang sistem pemeliharaan

bajing tiga warna agar menjadi lebih baik sehingga dapat mempertahankan

populasinya di masa yang akan datang.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara deskriptif

mengenai perilaku yang berhubungan dengan aktivitas makan bajing tiga warna pada

siang hari di Penangkaran Mamalia Kecil, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi

(25)

TINJAUAN PUSTAKA Bajing Tiga Warna

Bajing tiga warna (Callosciurus prevostii) merupakan jenis mamalia pengerat yang termasuk famili Sciuridae. Bajing tiga warna dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Prevost’s squirrelatau Asian tri-colored squirrel(Oakland Zoo, 2001). Bajing dan tupai memiliki perbedaan, tupai sepintas mirip dengan bajing, tetapi

berbeda anatomi dan perilakunya. Tupai mempunyai moncong lebih panjang (bagian

muka, mulut dan hidung), sedangkan bajing tidak demikian (Agus, 2007). Menurut

Hoffman (2003), klasifikasi bajing tiga warna adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Famili : Sciuridae

Genus : Callosciurus

Species : Callosciurus prevostii (Desmarest, 1822)

Gambar 1. Bajing tiga warna di Penangkaran Foto : Dayani (2008)

Bajing ini tersebar luas di bagian selatan Thailand, di beberapa bagian

kepulauan Indonesia, terutama Sumatera dan Kalimantan, dan banyak pulau kecil di

Asia Tenggara serta Semenanjung Malaysia (Corbett dan Hill, 1992). Bajing juga

ditemukan di utara Sulawesi dimana telah diperkenalkan oleh Musser pada tahun

(26)

Menurut Duckworth dan Hedges (2008), bajing tiga warna merupakan hewan

diurnal yang aktif sepanjang pagi dan siang hari. Selain itu, bajing juga merupakan

jenis hewan arboreal karena hampir sepanjang hidupnya dihabiskan di atas pohon.

Bajing hanya akan turun ke bawah pada saat mencari makanan. Bajing membuat

sarang di atas pohon dengan menggunakan ranting atau dedaunan.

Bajing tiga warna memiliki tiga macam warna rambut yang berbeda.

Punggung berwarna hitam, dengan sisi berwarna putih, dan sisi bawah berwarna

merah-coklat (Heaney, 1978). Bajing memiliki ukuran panjang tubuh antara 15

sampai 25 cm (Oakland Zoo, 2001). Bahan pakan bajing terdiri atas

kacangan-kacangan, buah-buahan dan biji-bijian dan juga serangga beserta telurnya (Heaney,

1978). Musim perkawinan bajing tiga warna adalah sepanjang tahun, namun

demikian puncaknya adalah antara bulan Juni dan Agustus. Lama kehamilannya

adalah 40 hari dan tiap kali beranak menghasilkan 3-4 ekor anak (Nowak, 1999).

Perilaku

Perilaku satwa adalah respon atau ekspresi satwa oleh adanya rangsangan

atau stimulus atau agentyang mempengaruhinya. Ada dua macam rangsangan yaitu rangsangan dalam dan rangsangan luar. Rangsangan dalam antara lain adalah faktor

fisiologis sekresi hormon dan faktor motivasi, dorongan alat insentif sebagai akibat

aktivititas. Rangsangan luar dapat berbentuk suara, pandangan, tenaga mekanis dan

rangsangan kimia (Mukhtar, 1986). Perilaku hewan adalah gerak gerik hewan dan

cenderung dianggap sebagai gerak atau perubahan gerak, termasuk dari bergerak ke

tidak bergerak (Tinbergen, 1969). Perilaku merupakan cara hewan itu berinteraksi

secara dinamik dengan lingkungannya, baik dengan mahluk lain maupun dengan

benda-benda (Tanudimadja dan Kusumamihardja, 1985).

Menurut Prijono dan Handini (1998), perilaku juga dapat diartikan sebagai

ekspresi seekor hewan yang dituangkan dalam bentuk gerakan-gerakan. Salah satu

yang mempengaruhi munculnya perilaku hewan adalah adanya rangsangan yang

berasal dari dalam tubuh hewan tersebut ataupun dari lingkungannya. Perilaku seekor

hewan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam (hormon dan sistem

saraf) dan faktor dari luar (cahaya, suhu dan kelembaban). Tingkah laku bersifat

genetis, tetapi dapat berubah oleh lingkungan dan proses belajar hewan (Hafez,

(27)

Menurut Alikodra (1990), fungsi utama tingkah laku adalah untuk

memungkinkan seekor hewan menyesuaikan diri terhadap beberapa perubahan

keadaan, baik dari luar maupun dari dalam. Tingkah laku ini berkembang sesuai

dengan perkembangan dari proses belajar. Satwa liar mempunyai tingkah laku dan

proses fisiologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk

mempertahankan hidupnya, satwa liar melakukan kegiatan-kegiatan yang agresif,

melakukan persaingan dan bekerja sama untuk mendapatkan makanan, perlindungan,

pasangan untuk kawin, reproduksi dan sebagainya.

Mukhtar (1986) menyatakan bahwa pola perilaku dapat dikelompokkan ke

dalam 9 sistem perilaku yaitu sebagai berikut :

1. Perlaku ingestif , yaitu perilaku makan dan minum

2. Shelter seeking (mencari perlindungan), yaitu kecenderungan mencari kondisi lingkungan yang optimum dan menghindari bahaya.

3. Perilaku agonistik, yaitu perilaku persaingan atau persaingan antara dua satwa

sejenis, umum terjadi selama musim kawin.

4. Perilaku seksual, yaitu perilaku peminangan (courtship behaviour), kopulasi dan hal-hal lain yang berkaitan dengan hubungan antara satwa jantan dan betina satu

jenis.

5. Care giving atau epimelitik atau perilaku pemeliharaan, yaitu pemeliharaan terhadap anak (maternal behaviour) dan memberi bantuan kepada individu lain yang menderita tekanan (succorant behaviour).

6. Care solicitingatau et-epimelitikatau perilaku meminta dipelihara, yaitu perilaku individu muda untuk dipelihara dan diperhatikan oleh yang dewasa.

7. Perilaku eliminatif, yaitu perilaku membuang kotoran.

8. Perilaku allelometik, yaitu perilaku meniru salah satu anggota kelompok untuk melakukan pekerjaan yang sama dengan beberapa tahap rangsangan dan

koordinasi yang berbalas-balasan.

9. Perilaku investigatif, yaitu perilaku memeriksa lingkungan

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan dan yang digunakan

(28)

adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh hewan secara ad libitum. Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi adalah hewan itu sendiri, pakan yang

diberikan dan lingkungan.

Kategori sumber pakan menurut Fleagle (1988) ada tiga yaitu :

1. Struktural, yaitu bagian tumbuhan yang meliputi daun, batang, cabang dan materi

tumbuhan lainnya yang mengandung struktur karbohidrat (selulosa);

2. Bagian reproduktif, yaitu organ tumbuhan seperti tunas bunga, bunga dan buah

(matang atau mentah);

3. Materi dari hewan, yaitu makanan yang berasal dari hewan baik vertebrata

maupun invertebrata.

Menurut Tilman et al. (1991), nutrisi yang terkandung dalam pakan yang dikonsumsi akan sangat penting bagi setiap bentuk kehidupan, karena dapat

digunakan untuk bertahan hidup, pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Dari segi

nutrisi perlu diperhatikan bahan kering, protein, energi dan mineral. Kebutuhan

hewan untuk tumbuh normal, tergantung pada banyak hal seperti spesies, umur, jenis

kelamin, fase pertumbuhan dan fase reproduksi.

Menurut Sutardi (1980), selera makan hewan mempengaruhi konsumsi,

dimana selera makan merupakan faktor internal yang merangsang rasa lapar pada

hewan, faktor lain yang mempengaruhi konsumsi adalah kesehatan hewan.

Ditambahkan pula oleh Parakkasi (1986) bahwa faktor makanan yang meliputi sifat

fisik dan komposisi kimia akan mempengaruhi tingkat konsumsi.

Jenis Pakan

Pakan memegang peranan penting dalam suatu usaha penangkaran. Menurut

Prijono dan Handini (1998), untuk menjaga kesehatan dan mempertahankan hingga

umur yang panjang, dibutuhkan pakan yang kaya akan zat makanan. Beberapa zat

makanan utama yang terdapat dalam bahan makanan adalah karbohidrat, protein,

lemak, vitamin dan mineral serta air. Oleh karena itu, pemberian pakan yang

bervariasi sangat dianjurkan daripada hanya satu atau dua jenis pakan.

Biji Bunga Matahari (Helianthus annuus)

Bagian yang paling banyak dimanfaatkan dari bunga matahari adalah bijinya.

(29)

tanaman bunga matahari kaya akan serat dan asam lemak tak jenuh, kandungan

senyawa yang terdapat di dalamnya antara lain : minyak, tannin, vitamin B1, vitamin

B3, dan vitamin B6, juga vitamin E yang sangat penting untuk kesehatan dan juga

kaya akan kalsium dan zat besi. Komposisi gizi biji bunga matahari per 100 gram

adalah air 1 g, energi 619 kcal, protein 17,21 g, total lemak 56,8 g, karbohidrat 20,59

g, serat 11,5 g dan ampas 4,4 g (Dewayanie, 2007) .

Jagung (Zea mays)

Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada

endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan

kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan

amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan

amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi

lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis tidak mampu

memproduksi pati sehingga bijinya terasa lebih manis ketika masih muda.

Kandungan nutrisi jagung manis per 100 gram adalah kadar air 75,9 %, protein 3,22

g, lemak 1,18 g, energi 86 (kkal) (Maynard dan Loosli, 1993).

Jambu Biji (Psidium guajava)

Buah jambu biji bulat menyerupai bentuk pir atau berry, berdiameter 5 cm. Kulit buah jambu biji tipis, berwarna kuning kehijauan. Daging buah dapat berwarna

putih, kuning, merah muda atau dapat pula berwarna merah. Buah bervariasi dalam

ukuran, intensitas aroma dan rasa (Bourke, 1976).

Jambu biji mengandung berbagai zat gizi yang dapat digunakan sebagai obat

untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Kandungan kadar gizi yang terdapat

dalam 100 g buah jambu biji masak segar adalah kalori 49 kal, vitamin A 25 SI,

vitamin B1 0,05 mg, vitamin C 87 mg, kalsium 14 mg, hidrat arang 12,2 g, fosfor 28

mg, besi 1,1 mg, protein 0,9 mg, lemak 0,3 g, dan air 86 g (Departemen Pertanian,

2002).

Kelapa (Cocos nucifera)

(30)

bercabang, dan dapat mencapai 10 - 14 meter lebih. Daunnya berpelepah,

panjangnya dapat mencapai 3 - 4 meter lebih dengan sirip-sirip lidi yang menopang

setiap helaian. Buahnya terbungkus dengan serabut dan batok yang cukup kuat

sehingga untuk memperoleh buah kelapa harus dikuliti terlebih dahulu. Kelapa yang

sudah besar dan subur dapat menghasilkan 2 - 10 buah kelapa setiap tangkainya

(Ronans, 2009). Kandungan gizi kelapa per 100 g adalah air 83,3 g, protein 1 g,

lemak 0,9 g, energy 68 kcal, karbohidrat 14 g, dan vitamin 4 g (Rindengan dan

Novarianto, 2004).

Markisa (Passiflora flavicarva)

Markisa adalah tanaman yang menjalar. Buah markisa mengeluarkan sulur

paut dari pangkal daun. Bentuk daunnya bulat membujur dan rata di tepi, berukuran

kira-kira 6-7 cm dan mempunyai berat sebesar 8 g. Warna buah berwarna hijau muda

pada mulanya dan kemudian akan berubah menjadi ungu tua atau kuning ketika

masak. Markisa mempunyai rasa dan bau yang sedap apabila matang (Ahmad, 1999).

Markisa banyak mengandung asam-asam organik seperti sitrat, malat,

suksinat, malonat, askorbat, dan asam-asam volatile (mudah menguap). Setiap 100 g

markisa mengandung : air 75 g, protein 2,2 2,5 g, karbohidrat 15 20 g, kanji 2,5

-3,5 g, lemak 0,75 - 1,5 g, abu 0,6-0,8 g, unsur surih 1,5 - 2,5 g, vitamin A 500 i.u,

vitamin B1,8 mg, vitamin C20 - 30 mg, gula penurun 6,5 - 8,0 g, gula bukan penurun

1,5 - 3,0 g (Ahmad, 1999). Selain mempunyai citarasa dan aroma yang unik, markisa

merupakan sumber pro-vitamin A, vitamin C, niacin, dan riboflavin. Kulit buah

markisa dapat dijadikan makanan ternak (Ahmad, 1999).

Pepaya (Carica papaya)

Buah pepaya dimakan dagingnya, baik ketika muda maupun masak. Pepaya

dimanfaatkan pula daunnya sebagai sayuran dan pelunak daging. Getah pepaya

(dapat ditemukan di batang, daun, dan buah) mengandung enzim papain, semacam

protease, yang dapat melunakkan daging dan mengubah konformasi protein lainnya.

Daun pepaya juga berkhasiat obat dan perasannya digunakan dalam pengobatan

tradisional untuk menambah nafsu makan (Setiawan, 2006).

Buah pepaya mengandung enzim papain, alkaloid karpaina, pseudo karpaina,

(31)

papayotimin papain, vitokinose, glucoside cacirin, karpain, papain, kemokapain,

lisosim, lipase, glutamin, siklotransferase (Setiawan, 2006).

Penangkaran

Penangkaran satwa liar adalah pembiakan dan pemeliharaan satwa liar dalam

keadaan terkurung oleh manusia untuk mencapai sasaran tertentu (Alikodra, 1993).

Penangkaran adalah salah satu proses menuju domestikasi yang prinsipnya adalah

pemeliharaan dan perkembangan sejumlah satwa liar yang sampai batas-batas

tertentu dapat diambil dari alam, tetapi untuk selanjutnya pengembangannya hanya

diperkenankan mengambil dari keturunan-keturunan yang berhasil ditangkarkan.

Menurut Thohari (1987), penangkaran adalah suatu kegiatan untuk

mengembangbiakkan jenis-jenis satwa liar dan tumbuhan alam yang tujuannya untuk

memperbanyak populasi dengan mempertahankan kemurnian jenisnya sehingga

kelestarian dan keberadaanya di alam dapat dipertahankan.

Jenis satwa liar yang perlu ditangkarkan adalah yang secara alami

populasinya mengalami penurunan secara tajam dari waktu ke waktu sehingga

terancam punah. Satwa yang mempunyai nilai potensi ekonomi dan tingkat

pemanfaatan bagi manusia terus bertambah sehingga terancam kelestariannya.

Berdasarkan tujuannya penangkaran dibagi menjadi dua yaitu penangkaran untuk

(32)

METODE Waktu dan Lokasi

Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Juli hingga akhir Agustus 2008 di

Penangkaran Mamalia Kecil, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi – LIPI,

Cibinong.

Materi Hewan Penelitian

Hewan penelitian yang digunakan adalah tiga ekor bajing tiga warna

(Callosciurus prevostii) berjenis kelamin betina (1 ekor) dan jantan (2 ekor). Ketiga bajing tiga warna berasal dari pulau Belitung dengan umur rata - rata 1,5 tahun.

Kandang

Kandang yang digunakan berbentuk kandang individu sebanyak tiga buah

kandang. Kandang tersebut memiliki ukuran panjang, lebar dan tinggi

masing-masing adalah 2 X 2 X 2,5 m. Sistem perkandangan yang digunakan adalah sistem

kandang setengah tertutup (semi closed). Udara dapat keluar masuk dengan bebas. Sinar matahari pun dapat masuk kandang. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat

pakan, tempat minum, batang bambu yang dipasang bersilang untuk bermain dan

kotak tidur yang berukuran panjang x lebar x tinggi yaitu 37 X 32 X 41 cm.

Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah termohigrometer (untuk mengukur suhu dan

kelembaban udara), tempat pakan, tempat minum, jam atau pencatat waktu (untuk

membatasi interval pengamatan), peralatan untuk kebersihan, timbangan digital dan

alat tulis.

Bahan Pakan

Bahan pakan yang diberikan berupa buah-buahan segar dan biji-bijian seperti

biji bunga matahari (Helianthus annuus), jagung (Zea mays), jambu biji (Psidium guajava), kelapa (Cocos nucifera), markisa (Passiflora flavicarva) dan pepaya (Carica papaya). Pakan diberikan untuk memenuhi kebutuhan bajing tiga warna.

(33)

Pakan dan air minum diberikan satu kali dalam sehari saat pagi hari dan diberikan ad libitum.

Rancangan Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati selama penelitian adalah :

1. Aktivitas yang berhubungan langsung dengan aktivitas makan, meliputi :

Makan : Memilih, mencium, menggigit pakan, memasukkan

makanan ke mulut, mengunyah, menelannya, kemudian

memuntahkan dan memakannya kembali

Minum : Memasukkan cairan ke dalam mulut dan menelannya

Urinasi : Mengeluarkan kotoran dalam bentuk cairan

Defekasi : Mengeluarkan kotoran dalam bentuk padat

2. Aktivitas yang mempengaruhi aktivitas makan, terdiri dari :

Lokomosi : Bergerak atau melompat, bergelayutan, berpindah tempat,

bergeser, berjalan, bangun tidur, menguap, meregangkan

tubuh, bersuara

Grooming : Membersihkan atau merawat diri, menggaruk-garuk dan menjilati setiap bagian tubuh

Istirahat : Diam, sama sekali tidak melakukan aktivitas

3. Pengamatan pemilihan dan urutan pengambilan jenis pakan yang dikonsumsi

Prosedur Pengamatan

Penelitian diawali terlebih dahulu penelitian preliminary yaitu penelitian pendahuluan yang dilakukan selama satu minggu. Pengamatan dilakukan mulai

pukul 06.00 - 18.00 WIB. Waktu pengamatan dibagi tiga periode yaitu pagi (06.00 –

10.00 WIB), siang (10.00 – 14.00 WIB) dan sore hari (14.00 – 18.00 WIB). Setiap

periode pengamatan dibagi lagi dengan interval waktu selama 15 menit. Aktivitas

yang diamati kemudian dicatat.

Pencatatan suhu dan kelembaban dilakukan setiap hari pada pagi, siang, dan

(34)

jenis pakan yang dimakan dari semua jenis pakan yang diberikan. Preferensi bajing

terhadap pakan yang diberikan juga diamati dan kemudian dicatat.

Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan deskriptif.

1. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui persentase aktivitas bajing tiga

warna dengan menggunakan metode one zero samplingyaitu angka satu apabila ada aktivitas dan angka nol apabila tidak ada aktivitas pada periode pengamatan (Martin

dan Bateson, 1988). Penghitungan persentase aktivitas setiap individu adalah sebagai

berikut :

X

Persentase perilaku = X 100 % Y

Keterangan :

X = Frekuensi satu perilaku yang diamati dalam pengamatan

Y = Frekuensi seluruh perilaku yang diamati dalam pengamatan

2. Analisis Deskriptif

Data yang sudah dianalisis secara kuantitatif kemudian dianalisis secara

deskriptif dengan cara dibuat dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil tersebut kemudian

diterjemahkan ke dalam suatu kalimat yang dapat menjelaskan dan menyimpulkan

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Penangkaran

Secara umum kondisi lingkungan yang ada di sekitar kandang mempengaruhi

aktivitas bajing tiga warna, seperti kondisi kandang, cuaca, suhu, kelembaban dan

tingkat kebisingan. Penangkaran terletak di Desa Sampora, Kecamatan Cibinong,

Kabupaten Bogor. Letak kandang bajing tiga warna dekat dengan perkampungan

penduduk, namun cukup jauh dari jalan utama yang sering dilalui kendaraan dan

pejalan kaki. Keadaan ini tidak terlalu berpengaruh pada aktivitas bajing tiga warna,

karena satwa tersebut telah beradaptasi dengan lingkungan kandang.

Ukuran kandang yang luas dengan ruang ventilasi yang cukup membuat

bajing tiga warna bebas bergerak dan udara bebas keluar masuk kandang sehingga

tidak menimbulkan kepengapan di dalam kandang. Menurut Tillman et al. (1991), kandang yang berventilasi baik dapat menjamin aliran udara yang terus menerus

melewati kandang dan sekitar hewan. Menurut Anggraeni (2006), ventilasi yang baik

juga akan mencegah seminimal mungkin debu dan kadar bau-bauan yang dapat

mempengaruhi kesehatan hewan secara langsung.

Rataan suhu yang tercatat selama penelitian adalah pada pagi 25,3 0C, siang

30,8 0C dan sore 30,1 0C serta kelembaban masing - masing sebesar 82,2%; 63,7%

dan 65%. Kondisi suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada pagi hari

serta suhu tinggi dan kelembaban rendah pada siang hari akan berpengaruh terhadap

kondisi dan aktivitas bajing tiga warna. Suhu di penangkaran hampir mendekati suhu

asal bajing tiga warna hidup yaitu Pulau Belitung dimana suhu maximum 29,9 0C

dan suhu minimumnya 24,9 0C serta kelembaban sebesar 83,1%.

Aktivitas Bajing Tiga Warna

Peubah yang diamati selama pengamatan bajing tiga warna di penangkaran

meliputi aktivitas makan, minum, urinasi, defekasi, grooming, lokomosi, dan istirahat. Secara keseluruhan aktivitas bajing tiga warna yang diamati terdiri dari dua

macam yaitu aktivitas yang berhubungan langsung dengan aktivitas makan (makan,

minum, urinasi, dan defekasi) dan aktivitas yang mempengaruhi aktivitas makan

(36)

1,22 4,53

Gambar 2. Persentase Aktivitas Bajing Tiga Warna (C. prevostii) Selama Pengamatan

Aktivitas harian tertinggi bajing tiga warna selama pengamatan adalah

istirahat sebesar 68,62% dari total seluruh aktivitas (Gambar 2). Anggraeni (2006)

menyatakan perilaku istirahat yang dominan tidak mengindikasikan rendahnya

aktivitas selama di penangkaran. Hal ini dikarenakan setiap kali bajing tiga warna

melakukan aktivitas makan, minum, defekasi, urinasi, grooming dan lokomosi selalu diselingi dengan aktivitas istirahat. Selain itu, mungkin disebabkan pengaruh suhu

yang tinggi sebesar 30,82% sehingga udara terasa panas pada siang hari. Kondisi ini

menyebabkan bajing lebih banyak menghabiskan waktunya untuk beristirahat.

Lokomosi merupakan aktivitas tertinggi kedua yang kemudian diikuti dengan

aktivitas makan, minum, grooming, defekasi dan aktivitas terendah adalah urinasi sebesar 0,15 %.

(37)

Selama pengamatan diketahui persentase aktivitas istirahat merupakan yang

tertinggi dari semua aktivitas yang dilakukan oleh ketiga bajing tiga warna tersebut.

Bajing jantan A lebih sedikit melakukan aktivitas jika dibandingkan ke dua bajing

lainnya. Aktivitas istirahat jantan A lebih besar dibandingkan jantan B dan betina. Ini

dikarenakan sifat jantan A berbeda dengan kedua bajing lainnya. Bajing A lebih

banyak menghabiskan waktunya dengan bersembunyi di dalam kotak tidur dan akan

keluar jika merasa lapar.

Berdasarkan Gambar 3 diketahui bajing betina merupakan bajing yang aktif

jika dibandingkan dengan kedua ekor bajing jantan. Ini dibuktikan dengan tingginya

aktivitas lokomosi bajing betina daripada kedua bajing jantan. Tingginya aktivitas

lokomosi ini diimbangi dengan meningkatnya aktivitas makan dan grooming. Aktivitas lokomosi yang tinggi menyebabkan peningkatan aktivitas makan

(Indarwati, 2007). Kondisi ini dikarenakan kebutuhan energi bajing yang banyak

terkuras setelah aktivitas lokomosi sehingga melakukan aktivitas makan. Hal ini juga

akan mempengaruhi peningkatan aktivitas grooming dikarenakan saat melakukan aktivitas makan selalu diselingi dengan aktivitas grooming.

Aktivitas yang Berhubungan Langsung dengan Aktivitas Makan

Aktivitas yang berhubungan langsung dengan aktivitas makan meliputi

aktivitas makan, minum, urinasi dan defekasi. Persentase aktivitas yang berhubungan

dengan aktivitas makan yang tertinggi merupakan aktivitas makan sebesar 8,10%,

kemudian diikuti dengan aktivitas minum, defekasi dan yang terendah urinasi sebesar

0,15% seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.

8,1

Makan Minum Defekas i Urinasi

Aktivitas Harian

(38)

10,1

Makan Minum Defekas i Urinas i

Aktivitas Harian

Betina Jantan A Jantan B

Gambar 5. Persentase Aktivitas yang Berhubungan Langsung dengan Aktivitas Makan Bajing Tiga Warna Jantan dan Betina

Dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa aktivitas makan bajing betina

merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan kedua jantan yaitu sebesar 10,11%

dari total seluruh aktivitas harian dan kemudian diikuti dengan aktivitas defekasi,

minum dan urinasi. Aktivitas minum jantan B merupakan yang paling tinggi jika

dibandingkan dengan jantan A dan betina. Sedangkan jantan A lebih sering

melakukan aktivitas urinasi daripada jantan B dan betina. Hal ini dapat dikarenakan

sifat dari jantan A yang mudah terkejut sehingga menimbulkan aktivitas urinasi.

Aktivitas Makan

Tingkah laku makan dipengaruhi oleh faktor genetik, suhu lingkungan, jenis

makanan yang tersedia dan habitat (Warsono, 2002). Sebelum melakukan aktivitas

makan, biasanya bajing tiga warna akan memilah pakan terlebih dahulu. Untuk

pakan jenis buah-buahan terlebih dahulu digigit dan dijilati untuk menyerap air

buah, setelah itu bajing akan menyemburkan biji-bijian yang ada dalam buah. Biji

bunga matahari sebelum dimakan terlebih dahulu dipegang dengan kedua tangannya,

kemudian kulitnya dikelupas dengan bantuan gigi.

Menurut Fraser (1974), perilaku makan pada hewan umumnya meliputi

aktivitas makan dan minum, mencari sumber pakan yang potensial, pemilihan pakan,

memakan dan menelannya. Bajing tiga warna betina lebih senang makan dengan

posisi menggantung terbalik di atas tempat pakan. Berbeda dengan jantan A yang

sebelum makan selalu melihat sekeliling terlebih dahulu. Jantan ini sangat pemalu

(39)

jantan B, lebih suka makan dengan posisi duduk (berjongkok). Biasanya hewan ini

akan makan di samping tempat pakan.

0

Gambar 6. Persentase Aktivitas Makan Bajing Tiga Warna Jantan dan Betina

Aktivitas makan bajing tiga warna selama di penangkaran sebesar 8,10% dari

total seluruh aktivitas harian. Pada Gambar 6 diketahui aktivitas makan tertinggi

yang diamati selama di penangkaran terjadi pada pukul 08.00 – 11.00 WIB.

Tingginya aktivitas makan ini berhubungan erat dengan waktu pemberian pakan

yang diberikan pada pagi hari. Kondisi ini juga dapat disebabkan pada malam hari

bajing tiga warna tidak melakukan aktivitas makan sehingga merasakan rasa lapar

pada pagi hari dan mendorong terjadinya aktivitas makan yang tinggi pada pagi hari.

Alikodra (1990) menyatakan bahwa terjadinya aktivitas makan disebabkan oleh

adanya makanan (rangsangan dari luar) dan rasa lapar (rangsangan dari dalam).

Pada pukul 11.00 – 14.00 WIB aktivitas makan ketiga bajing mengalami

penurunan. Hal ini mungkin disebabkan oleh kondisi suhu lingkungan yang tinggi

sehingga mengurangi aktivitas makan bajing tiga warna. Menurut Hafez (1968),

kebutuhan zat makanan pada hewan dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban, pada

suhu dan kelembaban tinggi dapat menyebabkan penurunan konsumsi pakan.

Sedangkan Williamson dan Payne (1978) menyatakan penurunan konsumsi pakan

akan disertai dengan menurunnya daya cerna diikuti kehilangan berat badan dan

menurunnya resistensi terhadap penyakit. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh

Sutardi (1980) bahwa suhu lingkungan yang tinggi akan menyebabkan selera makan

(40)

Pada sore hari sekitar pukul 16.00 – 18.00 WIB, aktivitas makan bajing akan

kembali meningkat. Menurut Ratnaningrum (2002), peningkatan aktivitas makan

pada sore hari dapat dikarenakan penurunan suhu lingkungan dan kondisi perut yang

kosong. Pada sore hari suhu lingkungan yang mulai turun dapat menjadi salah satu

alasan bajing untuk melakukan aktivitas makan. Aktivitas makan betina lebih tinggi

daripada kedua jantan.

Aktivitas Minum

Konsumsi air minum bajing tiga warna sangatlah sedikit. Aktivitas minum

bajing tiga warna selama di penangkaran adalah 4,05% dari total seluruh aktivitas

harian. Aktivitas minum jantan B merupakan yang tertinggi daripada aktivitas

minum betina dan jantan A. Berdasarkan Gambar 7 memperlihatkan aktivitas minum

tertinggi jantan B terjadi pada pukul 14.00 – 15.00 WIB dan betina pada sore hari

Gambar 7. Persentase Aktivitas Minum Bajing Tiga Warna Jantan dan Betina

Rendahnya aktivitas minum bajing tiga warna disebabkan kadar air dalam

buah-buahan yang dimakan cukup untuk mengganti kebutuhan air dalam tubuh

bajing tiga warna. Rendahnya aktivitas minum pada bajing tiga warna ini mirip

dengan yang terjadi pada bajing kelapa sesuai dengan yang diungkapkan Bandanaji

(2009) bahwa rendahnya bahan kering pakan bajing kelapa dikarenakan bahan pakan

berupa buah-buahan segar sehingga kadar air yang terkandung pada setiap bahan

pakan tinggi. Hal ini menyebabkan bajing kelapa tidak banyak minum karena

(41)

seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 2. Menurut McDonald et al.(1995), air dalam tubuh hewan berasal dari tiga sumber yaitu air yang berasal dari air minum, air yang

terkandung dari bahan pakan, dan air metabolik yang didapat sebagai hasil dari

oksidasi makanan. Suhu dan kelembaban kandang yang berubah-ubah juga dapat

menyebabkan konsumsi air minum yang sedikit.

Pada saat akan melakukan aktivitas minum, biasanya bajing terlebih dahulu

mendekati tempat minum perlahan – lahan kemudian memegang bagian depan

wadah dan sedikit memiringkan posisi wadah supaya memudahkan bajing untuk

minum. Oleh karena itu, tempat minum harus diikat atau dikaitkan pada kawat

dinding dengan kuat sehingga tidak mudah tumpah. Terkadang bajing jantan B

melakukan aktivitas minum dengan posisi menggantung di atas tempat minum.

Menurut Mahardika (2008), aktivitas minum sangat berhubungan dengan aktivitas

makan dan juga aktivitas lokomosi. Semakin tinggi aktivitas makan maka aktivitas

minumnya akan semakin kecil.

Aktivitas Defekasi

Menurut Indarwati (2007), aktivitas defekasi merupakan aktivitas membuang

sisa pencernaan pakan yang sudah tidak digunakan dalam bentuk padat (feces).

Defekasi terjadi setelah aktivitas makan atau pada saat aktivitas lokomosi. Terkadang

juga terjadi saat terkejut dan merasakan adanya bahaya. Aktivitas defekasi dapat

terjadi karena adanya akumulasi bahan pakan yang tidak dapat dicerna secara

sempurna oleh organ pencernaan (Mahardika, 2008). Persentase aktivitas defekasi

selama pengamatan sebesar 1,22% dari total seluruh aktivitas harian bajing tiga

warna.

Pada saat melakukan aktivitas defekasi, bajing terkadang terlihat sedikit

tegang dan sedikit mengangkat ekornya ke atas. Feces bajing tiga warna berwarna

merah seperti warna daging buah pepaya. Berukuran sedang dan keras serta

berbentuk lonjong. Setelah cukup lama, warna feces akan berubah menjadi

kehitaman dan kering. Tempat bajing defekasi selama seharian tidak pernah berubah,

(42)

0

Gambar 8. Persentase Aktivitas Defekasi Bajing Tiga Warna Jantan dan Betina

Pada pagi hari pukul 06.00 – 07.00 WIB aktivitas defekasi jantan A

merupakan yang tertinggi. Aktivitas defekasi meningkat pada pukul 08.00 - 09.00

WIB bersamaan dengan dilakukannya aktivitas makan pagi hari (Gambar 6 dan

Gambar 8). Tingginya aktivitas defekasi, dikarenakan feces yang dikeluarkan

merupakan sisa hasil pencernaan pakan pada hari sebelumnya yang tidak dicerna dan

tidak digunakan lagi oleh tubuh sehingga harus dikeluarkan pada pagi hari

(Indarwati, 2007). Pada siang hari mulai pukul 10.00 -14.00 WIB aktivitas defekasi

bajing betina dan jantan B cukup tinggi dibanding dengan jantan A. Ini dikarenakan

kedua bajing aktif lokomosi dan terkadang melakukan aktivitas makan juga pada

siang hari. Sore hari pukul 14.00 – 18.00 WIB menunjukkan aktivitas defekasi betina

yang tertinggi daripada kedua jantan. Tingginya aktivitas defekasi betina ini dapat

dipengaruhi oleh besarnya aktivitas makan dan lokomosi yang terjadi pada sore hari.

Aktivitas Urinasi

Aktivitas urinasi adalah aktivitas membuang kotoran dalam bentuk cair

(Indarwati, 2007). Bajing tiga warna jarang sekali melakukan aktivitas urinasi.

Aktivitas urinasi terjadi pada siang hari pada saat istirahat atau bersamaan dengan

aktivitas defekasi. Urinasi terjadi di atas kotak tidur dalam kandang atau di sekitar

papan penyangga kotak tidur. Aktivitas urinasi merupakan aktivitas yang terendah

dari seluruh aktivitas harian bajing tiga warna sebesar 0,15%. Hewan yang bergerak

(43)

kelembaban tinggi, umumnya hewan tidak dapat mengeluarkan keringat, akibat air

metabolik yang didapat banyak dikeluarkan melalui urine (Anggraeni, 2006).

Aktivitas urinasi bajing jantan A merupakan yang paling tinggi jika

dibandingkan dengan jantan B dan betina, terutama pada pukul 11.00 – 13.00 dan

16.00 – 17.00 WIB. Tingginya aktivitas urinasi bajing A dikarenakan bajing tersebut

mudah sekali terkejut sehingga mendorong terjadinya aktivitas urinasi. Kondisi ini

biasa terjadi saat bajing jantan A keluar dari kotak tidur untuk mengambil pakan.

Urinasi biasa terjadi pada siang dan sore hari atau terkadang pada pagi hari sebelum

pengamatan dimulai. Selain tingkat konsumsi air minum, suhu dan kelembaban juga

berpengaruh dalam tinggi rendahnya aktivitas urinasi.

0

Gambar 9. Persentase Aktivitas Urinasi Bajing Tiga Warna Jantan dan Betina

Pada pagi hari aktivitas urinasi bajing tiga warna betina (07.00 – 08.00 dan

09.00 – 10.00 WIB) dan jantan B (06.00 – 07.00 dan 08.00 – 09.00 WIB) cukup

tinggi sedangkan jantan A tidak menunjukkan adanya aktivitas urinasi pagi hari.

Oleh karena aktivitas minum bajing cukup rendah maka aktivitas urinasi yang tinggi

dapat berkaitan dengan pengeluaran produk metabolisme zat makanan. Aktivitas

urinasi yang tinggi pada pagi hari diperkirakan merupakan sisa metabolisme pakan

pada malam hari yang harus dikeluarkan pada pagi hari. Pengeluaran urin ini

merupakan salah satu cara untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuh (Indarwati,

2007). Pada siang hari bajing jantan B melakukan aktivitas urinasi pukul 15.00 –

16.00 WIB sebagai akibat dari adanya aktivitas minum yang tinggi pada pukul 14.00

– 15.00 WIB. Bajing betina sangat sedikit melakukan aktivitas urinasi pada siang

(44)

dikarenakan kondisi stress yang terjadi pada bajing sebagai akibat dari sifat bajing

yang mudah terkejut.

Aktivitas yang Mempengaruhi Aktivitas Makan

Aktivitas yang mempengaruhi aktivitas makan meliputi aktivitas istirahat,

lokomosi dan grooming. Persentase aktivitas yang dapat mempengaruhi aktivitas makan tertinggi merupakan aktivitas istirahat sebesar 68,62%, kemudian diikuti

dengan aktivitas lokomosi dan aktivitas grooming yang terendah sebesar 4,53% seperti yang ditunjukkan Gambar 10.

68,62

Is tirahat Lokomos i Grooming

Aktivitas Harian

Gambar 10. Persentase Aktivitas yang Mempengaruhi Aktivitas Makan Bajing Tiga Warna

Gambar 11 menunjukkan perbandingan aktivitas yang mempengaruhi

aktivitas makan bajing jantan dan betina dimana aktivitas istirahat merupakan yang

tertinggi daripada aktivitas lokomosi dan Grooming.

64,4 Gambar 11. Persentase Aktivitas yang Mempengaruhi Aktivitas Makan

(45)

Aktivitas istirahat bajing jantan A lebih tinggi 82,56% jika dibandingkan

jantan B dan betina. Bajing jantan A lebih banyak menghabiskan waktunya untuk

bersembunyi di dalam kotak tidur dibandingkan melakukan aktivitas lokomosi

seperti kedua bajing lainnya karena itu aktivitas lokomosi bajing jantan A lebih

rendah seperti yang terlihat pada Gambar 11. Rendahnya aktivitas lokomosi juga

mempengaruhi rendahnya aktivitas grooming.

Aktivitas Istirahat

Persentase aktivitas istirahat merupakan aktivitas yang paling tinggi dari

seluruh aktivitas bajing tiga warna selama di penangkaran sebesar 68,62%. Menurut

Kinnaird (1997), istirahat merupakan kegiatan hewan tanpa melakukan aktivitas

apapun dan terkadang diselingi dengan merawat tubuh (grooming). Perilaku istirahat bajing tiga warna dilakukan dengan cara merenggangkan semua bagian tubuh,

berdiam diri di atas kotak tidur, di sela pintu kandang, dan di atas batang bambu serta

di atas palang besi segitiga yang ada di bagian atas dalam kotak tidur. Aktivitas

istirahat biasanya dilakukan setelah aktivitas makan, disela-sela aktivitas makan dan

aktivitas lokomosi.

Gambar 12. Persentase Aktivitas Istirahat Bajing Tiga Warna Jantan dan

Betina

Aktivitas istirahat bajing jantan A merupakan yang tertinggi dibandingkan

kedua bajing lainnya. Pada Gambar 10 diketahui tingginya aktivitas istirahat

(46)

Selain itu dikarenakan sifat bajing A yang relatif pemalu sehingga bajing selalu

berada di dalam kotak tidur dan tidak melakukan aktivitas lainnya. Aktivitas

istirahat dibagi menjadi dua kelompok yaitu aktivitas istirahat pada siang hari

(istirahat pendek) dan istirahat pada menjelang malam hari (istirahat panjang atau

tidur). Menurut Pasang (1989), terdapat perbedaan kuantitas antara istirahat dalam

periode tidak aktif (malam hari) dan istirahat pada periode aktif (siang hari).

Aktivitas istirahat malam hari dikatakan istirahat panjang, karena hanya aktivitas

tidur yang dilakukan; sedangkan siang hari, aktivitas istirahat terjadi di sela aktivitas

bersuara, makan dan bergerak (lokomosi). Istirahat demikian disebut istirahat

pendek. Dengan demikian istirahat yang dilakukan oleh ketiga bajing ini adalah

istirahat pendek karena dilakukan pada saat bajing dalam kondisi beraktivitas di

siang hari.

Aktivitas Lokomosi

Lokomosi merupakan aktivitas yang sering dilakukan selain aktivitas makan,

dan beristirahat. Lokomosi terjadi saat bajing tiga warna akan melakukan aktivitas

makan, minum, bermain, atau saat berpindah tempat untuk istirahat. Bajing tiga

warna dapat berjalan di antara kawat-kawat pembatas kandang dengan

mengandalkan cengkraman kuku-kuku kakinya.

0

Gambar 13. Persentase Aktivitas Lokomosi Bajing Tiga Warna Jantan dan

Betina

Aktivitas lokomosi terkadang diiringi juga dengan bermain. Aktivitas

(47)

adalah berjalan, sedangkan aktivitas bermain lebih seperti berlari dan melompat

dengan cepat mengelilingi kandang. Ukuran kandang yang cukup luas

memungkinkan untuk bajing tiga warna bebas bergerak. Persentase aktivitas

lokomosi betina merupakan yang tertinggi diikuti oleh bajing jantan. Tingginya

aktivitas lokomosi betina dikarenakan bajing betina memiliki sifat yang lebih aktif

dibandingkan jantan.

Aktivitas Grooming

Grooming merupakan tingkah laku pada hewan untuk merawat dirinya dari ektoparasit yang melekat pada rambut di permukaan tubuh (Mitchell dan Erwin,

1987). Prosentase aktivitas groomingsebesar 4,53% dari total aktivitas harian bajing tiga warna selama di penangkaran. Aktivitas grooming betina lebih besar daripada aktivitas groomingkedua jantan.

Gambar 14. Persentase Aktivitas GroomingBajing Tiga Warna Jantan dan

Betina

Aktivitas grooming biasanya dilakukan saat istirahat atau setelah makan. Grooming pada bajing tiga warna dilakukan dengan cara menjilati tangan dan jari-jari tangan yang biasanya dilakukan setelah aktivitas makan, menggaruk-garuk

bagian tubuh, mengasah gigi yang dilakukan dengan mengerat kayu untuk

mempertajam gigi. Aktivitas grooming tertinggi terjadi pada pagi hari pukul 08.00 – 11.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 – 17.00 WIB. Hal ini dilakukan bersamaan

(48)

Pemilihan Pakan

Hewan umumnya mempunyai sifat seleksi terhadap bahan pakan yang

tersedia. Ada bahan pakan tertentu yang lebih disukai daripada pakan lainnya, karena

hewan mempunyai daya seleksi yang cukup tinggi (Church, 1976). Pemberian pakan

di penangkaran menggunakan sistem cafetaria feeding yaitu hewan diberi kebebasan untuk memilih pakan yang telah disediakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Leeson dan Summer (1978) bahwa cara pemberian pakan di penangkaran dilakukan

dengan sistem bebas pilih (cafetaria). Pemberian pakan dengan sistem ini akan memberikan peluang bagi hewan untuk menyesuaikan konsumsi zat makanannya,

terutama protein dan energi sesuai kebutuhannya. Selain itu pemilihan jenis pakan

juga dapat dilihat dari banyaknya jumlah pakan yang dikonsumsi dan dari urutan

pengambilan pakan yang dilakukan. Kadar air, warna buah, rasa, tekstur, aroma dan

temperatur dapat mempengaruhi faktor pemilihan pakan.

Jenis pakan yang diberikan selama pengamatan adalah biji bunga matahari,

jagung, jambu biji, kelapa, markisa, dan pepaya. Urutan pemilihan pakan bajing tiga

warna selama di penangkaran seperti yang terlihat pada Tabel 1. Dari urutan

pemilihan jenis pakan diketahui bahwa bajing betina lebih memilih pepaya terlebih

dahulu untuk dikonsumsi dibandingkan kedua jantan yang memilih untuk

mengkonsumsi jambu biji terlebih dahulu.

Tabel 1. Urutan Pemilihan Pakan Bajing Tiga Warna selama di Penangkaran

Keterangan : angka 1 sampai dengan angka 6 menunjukkan nomor urutan pemilihan pakan dari pakan yang pertama kali dipilih sampai pakan yang terakhir dipilih untuk dikonsumsi.

Pakan yang diberikan hampir sama dengan pakan bajing di alam yang berupa

kacang – kacangan, biji – bijian dan buah – buahan lunak serta beberapa jenis

serangga kecil (Heaney, 1978; Nowak, 1999). Jambu biji merupakan jenis pakan

Bahan Pakan Urutan Pakan yang Disukai

Total Rangking

Betina Jantan A Jantan B

Biji Bunga Matahari 2,3 3,9 5,5 11,7 6

Jagung 3,7 4,3 3,6 11,6 5

Jambu Biji 3,4 2,6 2,1 8,1 1

Kelapa 5,1 2,8 2,9 10,8 3

Markisa 4,5 3,9 2,8 11,2 4

(49)

yang paling disukai bajing tiga warna. Menurut Verheij dan Coronel (1997), jambu

biji merah merupakan pakan yang paling disukai karena rasanya yang manis dan

mengandung serat sehingga mudah untuk dimakan. Jambu biji merah juga memiliki

kadar air yang tinggi (83,3 g/100 g) dan memiliki energi yang cukup tinggi. Jambu

biji merah mengandung air dan karbohidrat yang tinggi sehingga diperlukan sebagai

sumber energi (Bandanaji, 2009). Sedangkan biji bunga matahari merupakan jenis

pakan yang kurang disukai. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bandanaji (2009),

biji bunga matahari yang disajikan dalam bentuk kering memiliki kadar energi yang

tinggi sehingga dapat menurunkan konsumsi biji bunga matahari seperti yang terlihat

pada Tabel 2. Biji bunga matahari mempunyai PK yang paling tinggi dibanding jenis

pakan lain sehingga dapat diberikan kepada bajing untuk memenuhi kebutuhan

protein dalam tubuh. Tingginya kadar air dalam bahan pakan menyebabkan

kurangnya konsumsi air minum karena kebutuhan airnya sudah terpenuhi dari bahan

pakan berupa buah-buahan segar.

Tabel 2. Kandungan Nutrisi Pakan Penelitian Bajing Tiga Warna *)

Nama Pakan BK

(%) Abu LK PK SK BETN

GE (kal/gr) ---%

BK---Biji Bunga Matahari 94,19 3,23 9,58 26,55 32,39 28,26 6049,07

Jagung 23,36 3,28 7,75 16,15 1,75 71,06 4775,67

Jambu Biji 28,07 4,13 1,46 4,66 34,06 55,68 4649,11

Kelapa 17,67 3,62 17,72 15,25 30,28 33,13 7575,44

Markisa 13,78 5,10 1,91 14,87 24,19 53,93 4932,05

Pepaya **) 6,7 5,8 1,1 8,9 6,1 78,10 5426,00

Bajing tiga warna sangat senang menyembunyikan makanan di dalam kotak

tidur atau di pojok kandang terutama jagung dan kelapa. Ini mungkin disebabkan

bajing yang senang mengumpulkan makanan sebagai cadangan yang biasa dilakukan

bajing pada umumnya di alam. Menurut Becker et al. (1985) dalam Hoffman (2003), bajing senang membawa pakan yang didapatnya ke dalam sarang yang

(50)

lebih suka memakan pepaya terlebih dahulu. Berbeda dengan kedua bajing jantan

yang lebih suka memakan jambu biji terlebih dahulu.

Perilaku yang ditunjukkan bajing tiga warna saat pemberian pakan adalah

mendekati pakan terlebih dahulu, kemudian mengendusnya dengan menggunakan

hidung untuk membedakan jenis pakan yang diberikan, dan mengambil dengan

kedua tangannya. Pakan yang paling disukai akan langsung dimakan, sedangkan

pakan yang kurang disukai hanya dicium, digigit, dan kemudian diletakkan kembali

atau hanya diambil sarinya saja. Untuk pakan jenis buah-buahan terlebih dahulu

digigit dan dijilati untuk menyerap air buah, setelah itu bajing akan menyemburkan

biji-bijian yang ada dalam buah. Biji bunga matahari sebelum dimakan terlebih

dahulu dipegang dengan kedua tangannya, kemudian kulitnya dikelupas dengan

(51)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Aktivitas yang paling dominan dari seluruh total aktivitas harian bajing tiga

warna di penangkaran adalah aktivitas istirahat sebesar 68,62 %, kemudian diikuti

aktivitas lokomosi (13,34%), aktivitas makan (8,10%), aktivitas grooming (4,53%),

aktivitas minum (4,05%), aktivitas defekasi (1,22%) dan yang terendah adalah

aktivitas urinasi (0,15%). Tingginya aktivitas istirahat ini disebabkan saat melakukan

aktivitas lainnya seperti makan, minum, defekasi, urinasi, grooming dan lokomosi selalu diselingi dengan aktivitas istirahat.

Urutan pemilihan pakan berdasarkan jenis pakan yang paling disukai adalah

jambu biji, papaya, kelapa, markisa, jagung dan yang terakhir biji bunga matahari.

Jambu biji dan pepaya adalah yang paling disukai oleh bajing tiga warna. Hasil

penelitian ini dapat memberikan masukan dalam pengelolaan bajing tiga warna di

penangkaran.

Saran

Penelitian perilaku yang berhubungan dengan aktivitas makan bajing tiga

warna (Callosciurus prevostii) ini sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut, terutama pada malam hari sebagai pembanding dengan perlakuan dan peubah yang

berbeda mengingat masih terbatasnya informasi tentang perilaku bajing tiga warna di

Gambar

Gambar 1. Bajing tiga warna di Penangkaran   Foto : Dayani (2008)
Gambar 2.  Persentase Aktivitas Bajing Tiga Warna (C. prevostii) Selama                    Pengamatan
Gambar 4.  Persentase Aktivitas yang Berhubungan Langsung  dengan                      Aktivitas Makan Bajing Tiga Warna
Gambar 5.  Persentase Aktivitas yang Berhubungan Langsung  dengan                   Aktivitas Makan Bajing Tiga Warna Jantan dan Betina
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitan mengenai Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS pada materi perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi melalui metode karya wisata telah dilaksankan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup di tengah – tengah masyarakat di

2 "e#8n t5!<5han te$hada e$5<ahan ete$#ediaan #5h5 lin5nan "ertumbuhan dan prduksi tanaman dipengaruhi leh 'aktr iklim termasuk

Dari penjelasan di atas diusulkan metode dengan menerapkan algoritma Boyer Moore untuk Text Matching sebagai klasifikasi teks untuk analisis sentimen media sosial

Mikrognatia adalah suatu keadaan dimana ukuran rahang yang lebih kecil dari normal dan bentuknya abnormal, dapat terjadi pada maksila atau mandibula.. Mikrognatia

Dia juga telah berhasil menjalin hubungan diplomasi perdagangan dengan berbagai bangsa Asing, sehingga secara internasional Aceh tidak hanya dikenal sebagai sebuah

Sinar radioaktif merupakan partikel dengan tingkat energi yang relatif tinggi dan relatif sulit berinteraksi secara kimia maupun listrik. Sehingga untuk mendeteksi radiasi

Pemilihan dosis yang digunakan diperoleh dari dosis maksimum yang diberikan secara teknis pada hewan uji mencit (16 g/kgBB) dengan mengacu pada tabel klasifikasi