• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Kebijakan Perdagangan terhadap Dinamika Ekspor Karet Alam Indonesia ke Negara-Negara Importir Utama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Kebijakan Perdagangan terhadap Dinamika Ekspor Karet Alam Indonesia ke Negara-Negara Importir Utama"

Copied!
374
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN TERHADAP

DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM INDONESIA

KE NEGARA-NEGARA IMPORTIR UTAMA

DWI WAHYUNIARTI PRABOWO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM INDONESIA KE NEGARA-NEGARA

IMPORTIR UTAMA

Merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di Perguruan Tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Mei 2006

Dwi Wahyuniarti Prabowo

(3)

ABSTRAK

DWI WAHYUNIARTI PRABOWO. Dampak Kebijakan Perdagangan Terhadap Dinamika Ekspor Karet Alam Indonesia Ke Negara-Negara Importir Utama (HERMANTO SIREGAR sebagai ketua, dan ERWIDODO sebagai anggota Komisi Pembimbing).

Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. Melalui perdagangan, hasil-hasil produksi pertanian dapat diserap oleh pasar baik domestik maupun internasional. Secara khusus perdagangan internasional dapat meningkatkan manfaat yang diterima dari pengelolaan sumberdaya domestik di suatu negara. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis tren atau kecenderungan dalam perdagangan karet alam antara Indonesia dengan negara-negara importir utama karet alam yaitu Amerika Serikat dan Jepang, dan negara pesaing utama yaitu Thailand sebagai pembanding, (2) menganalisis hubungan jangka pendek dan jangka panjang dari permintaan dan penawaran impor dan ekspor karet alam asal Indonesia dan responnya terhadap perubahan pendapatan di negara importir dan harga dunia, dan (3) merumuskan implikasi dari perubahan kebijakan perdagangan dan lingkungan ekonomi terhadap arus perdagangan karet alam antara Indonesia dan negara-negara importir utama yaitu Amerika Serikat dan Jepang.

Faktor dominan yang mempengaruhi permintaan impor karet alam Amerika Serikat adalah pendapatan domestik brutonya dengan respon yang elastis, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dengan koefisien

adjustment yang relatif besar nilainya. Sedangkan kuantitas impornya tidak responsif terhadap perubahan harga riil impor karet alam Amerika

Nilai elastisitas harga ekspor karet alam Indonesia yang dibandingkan dengan Thailand untuk pasar Amerika Serikat menunjukkan dominasi ekspor karet alam Indonesia di pasar Amerika Serikat, sedangkan dominasi ekspor karet alam Thailand adalah di pasar Jepang karena nilai elastisitasnya yang lebih tinggi dari pada Indonesia. Secara umum nilai elastisitas harga ekspor karet alam adalah inelastis pada jangka pendek dan elastis pada jangka panjang. Komoditas perkebunan ini membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses produksinya dari penanaman sampai tanaman tersebut dapat menghasilkan sehingga usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kuantitas ekspor melalui peningkatkan produksi dalam jangka pendek sulit dilakukan tetapi memungkinkan dalam jangka panjang.

Hasil simulasi kebijakan menunjukkan bahwa kebijakan dalam bentuk depresiasi mata uang dan pengendalian inflasi lebih efektif untuk meningkatkan volume ekspor dari pada dengan kebijakan perpajakan.

(4)

© Hak cipta milik Dwi Wahyuniarti Prabowo, tahun 2006 Hak cipta dilindungi

(5)

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN TERHADAP

DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM INDONESIA

KE NEGARA-NEGARA IMPORTIR UTAMA

Oleh:

DWI WAHYUNIARTI PRABOWO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Penelitian : Dampak Kebijakan Perdagangan Terhadap Dinamika Ekspor Karet Alam Indonesia Ke Negara-Negara Importir Utama

Nama Mahasiswa : Dwi Wahyuniarti Prabowo Nomor Pokok : A151020331

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec. Dr. Ir. Erwidodo, M.Sc. Ketua Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Ekonomi Pertanian

Prof. Dr. Ir. Bonar M Sinaga, M.A. Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.

(7)

PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, karena hanya karena rahmat, karunia dan pertolongan-Nya tesis ini dapat diselesaikan. Tulisan dalam bentuk tesis ini dengan judul “Dampak Kebijakan Perdagangan Terhadap Dinamika Ekspor Karet Alam Indonesia ke Negara-negara Importir Utama” merupakan syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Hasil penelitian dalam bentuk tesis ini disadari memang masih belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan tulisan ini.

Pada kesempatan ini ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam proses penulisan tesis ini terutama kepada: 1. Papa dan mama sebagai inspirasi, Mas Ari, Mbak Reiny dan keluarga besar

Chaidir Kimin Dalimunthe untuk kasih sayang, dukungan dan segalanya yang tidak cukup diungkapkan dengan kata-kata.

2. Bapak Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Erwidodo, M.S sebagai anggota komisi pembimbing yang dengan sabar memberikan arahan, bimbingan dan masukan untuk kesempurnaan tesis ini serta Bapak Dr. Ir. Ma’mun Sarma, M.Ec yang telah bersedia menjadi penguji luar komisi.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, M.A. dan segenap staf pengajar dan administrasi Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian dan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor atas ilmu pengetahuan dan bantuan yang diberikan selama menyelesaikan studi.

(8)

5. Teman-teman Program Studi EPN angkatan 2001 dan 2002 terutama Mimi, Kak Chuzaimah, Mbak Yati, Adam, Andre, Kak Anna dan Ima atas bantuan dan kebersamaannya.

6. Fia, Widya, Novi, Nisma, Mbak Herni dan semua teman-teman di Graha Matudilipa untuk imbas kepanikan yang dirasakan.

7. Cici, Lili, Erin, Astried, Poppi, Ruby dan Volta untuk dukungan, pengertian dan tidak jemu bertanya kapan tesis selesai serta persahabatannya selama lima belas tahun ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, semoga tulisan hasil penelitian dalam bentuk tesis ini dapat memberikan manfaat kepada penulis dan semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Mei 2006

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 22 Juni 1978 sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan S. Koes Prabowo (Alm.) dan Noniar (Almh.). Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Adhiyaksa I Jambi pada tahun 1991. Pada tahun 1994 lulus dari sekolah menengah SMP Xaverius II Jambi dan pada tahun 1997 menamatkan sekolah menegah atas dari SMU Negeri I Jambi.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN ...

xiii xiv xv I. PENDAHULUAN ...

1.1. Latar Belakang... 1.2. Perumusan Masalah ... 1.3. Tujuan Penelitian ... 1.4. Kegunaan Penelitian ... 1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ...

1 1 4 9 9 10 II. TINJAUAN PUSTAKA ...

2.1. Perdagangan Internasional ... 2.1.1. Pandangan Merkantilis... 2.1.2. Keunggulan Absolut ... 2.1.3. Keunggulan Komparatif... 2.1.4. Heckscher-Ohlin ... 2.1.5.Analisis Keseimbangan Parsial... 2.2. Hambatan dalam Perdagangan ...

2.2.1. Hambatan Tarif ... 2.2.2. Hambatan Non-Tarif ... 2.3. Error Correction Model... 2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu ...

12 12 13 14 17 21 23 24 25 29 35 38 III. KERANGKA PEMIKIRAN ...

3.1. Kerangka Teoritis ... 3.1.1. Permintaan... 3.1.2. Penawaran... 3.1.3. Kebijakan Perdagangan... 3.2. Kerangka Operasional...

(11)

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN TERHADAP

DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM INDONESIA

KE NEGARA-NEGARA IMPORTIR UTAMA

DWI WAHYUNIARTI PRABOWO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM INDONESIA KE NEGARA-NEGARA

IMPORTIR UTAMA

Merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di Perguruan Tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Mei 2006

Dwi Wahyuniarti Prabowo

(13)

ABSTRAK

DWI WAHYUNIARTI PRABOWO. Dampak Kebijakan Perdagangan Terhadap Dinamika Ekspor Karet Alam Indonesia Ke Negara-Negara Importir Utama (HERMANTO SIREGAR sebagai ketua, dan ERWIDODO sebagai anggota Komisi Pembimbing).

Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. Melalui perdagangan, hasil-hasil produksi pertanian dapat diserap oleh pasar baik domestik maupun internasional. Secara khusus perdagangan internasional dapat meningkatkan manfaat yang diterima dari pengelolaan sumberdaya domestik di suatu negara. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis tren atau kecenderungan dalam perdagangan karet alam antara Indonesia dengan negara-negara importir utama karet alam yaitu Amerika Serikat dan Jepang, dan negara pesaing utama yaitu Thailand sebagai pembanding, (2) menganalisis hubungan jangka pendek dan jangka panjang dari permintaan dan penawaran impor dan ekspor karet alam asal Indonesia dan responnya terhadap perubahan pendapatan di negara importir dan harga dunia, dan (3) merumuskan implikasi dari perubahan kebijakan perdagangan dan lingkungan ekonomi terhadap arus perdagangan karet alam antara Indonesia dan negara-negara importir utama yaitu Amerika Serikat dan Jepang.

Faktor dominan yang mempengaruhi permintaan impor karet alam Amerika Serikat adalah pendapatan domestik brutonya dengan respon yang elastis, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dengan koefisien

adjustment yang relatif besar nilainya. Sedangkan kuantitas impornya tidak responsif terhadap perubahan harga riil impor karet alam Amerika

Nilai elastisitas harga ekspor karet alam Indonesia yang dibandingkan dengan Thailand untuk pasar Amerika Serikat menunjukkan dominasi ekspor karet alam Indonesia di pasar Amerika Serikat, sedangkan dominasi ekspor karet alam Thailand adalah di pasar Jepang karena nilai elastisitasnya yang lebih tinggi dari pada Indonesia. Secara umum nilai elastisitas harga ekspor karet alam adalah inelastis pada jangka pendek dan elastis pada jangka panjang. Komoditas perkebunan ini membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses produksinya dari penanaman sampai tanaman tersebut dapat menghasilkan sehingga usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kuantitas ekspor melalui peningkatkan produksi dalam jangka pendek sulit dilakukan tetapi memungkinkan dalam jangka panjang.

Hasil simulasi kebijakan menunjukkan bahwa kebijakan dalam bentuk depresiasi mata uang dan pengendalian inflasi lebih efektif untuk meningkatkan volume ekspor dari pada dengan kebijakan perpajakan.

(14)

© Hak cipta milik Dwi Wahyuniarti Prabowo, tahun 2006 Hak cipta dilindungi

(15)

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN TERHADAP

DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM INDONESIA

KE NEGARA-NEGARA IMPORTIR UTAMA

Oleh:

DWI WAHYUNIARTI PRABOWO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

Judul Penelitian : Dampak Kebijakan Perdagangan Terhadap Dinamika Ekspor Karet Alam Indonesia Ke Negara-Negara Importir Utama

Nama Mahasiswa : Dwi Wahyuniarti Prabowo Nomor Pokok : A151020331

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec. Dr. Ir. Erwidodo, M.Sc. Ketua Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Ekonomi Pertanian

Prof. Dr. Ir. Bonar M Sinaga, M.A. Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.

(17)

PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, karena hanya karena rahmat, karunia dan pertolongan-Nya tesis ini dapat diselesaikan. Tulisan dalam bentuk tesis ini dengan judul “Dampak Kebijakan Perdagangan Terhadap Dinamika Ekspor Karet Alam Indonesia ke Negara-negara Importir Utama” merupakan syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Hasil penelitian dalam bentuk tesis ini disadari memang masih belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan tulisan ini.

Pada kesempatan ini ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam proses penulisan tesis ini terutama kepada: 1. Papa dan mama sebagai inspirasi, Mas Ari, Mbak Reiny dan keluarga besar

Chaidir Kimin Dalimunthe untuk kasih sayang, dukungan dan segalanya yang tidak cukup diungkapkan dengan kata-kata.

2. Bapak Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Erwidodo, M.S sebagai anggota komisi pembimbing yang dengan sabar memberikan arahan, bimbingan dan masukan untuk kesempurnaan tesis ini serta Bapak Dr. Ir. Ma’mun Sarma, M.Ec yang telah bersedia menjadi penguji luar komisi.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, M.A. dan segenap staf pengajar dan administrasi Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian dan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor atas ilmu pengetahuan dan bantuan yang diberikan selama menyelesaikan studi.

(18)

5. Teman-teman Program Studi EPN angkatan 2001 dan 2002 terutama Mimi, Kak Chuzaimah, Mbak Yati, Adam, Andre, Kak Anna dan Ima atas bantuan dan kebersamaannya.

6. Fia, Widya, Novi, Nisma, Mbak Herni dan semua teman-teman di Graha Matudilipa untuk imbas kepanikan yang dirasakan.

7. Cici, Lili, Erin, Astried, Poppi, Ruby dan Volta untuk dukungan, pengertian dan tidak jemu bertanya kapan tesis selesai serta persahabatannya selama lima belas tahun ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, semoga tulisan hasil penelitian dalam bentuk tesis ini dapat memberikan manfaat kepada penulis dan semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Mei 2006

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 22 Juni 1978 sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan S. Koes Prabowo (Alm.) dan Noniar (Almh.). Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Adhiyaksa I Jambi pada tahun 1991. Pada tahun 1994 lulus dari sekolah menengah SMP Xaverius II Jambi dan pada tahun 1997 menamatkan sekolah menegah atas dari SMU Negeri I Jambi.

(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN ...

xiii xiv xv I. PENDAHULUAN ...

1.1. Latar Belakang... 1.2. Perumusan Masalah ... 1.3. Tujuan Penelitian ... 1.4. Kegunaan Penelitian ... 1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ...

1 1 4 9 9 10 II. TINJAUAN PUSTAKA ...

2.1. Perdagangan Internasional ... 2.1.1. Pandangan Merkantilis... 2.1.2. Keunggulan Absolut ... 2.1.3. Keunggulan Komparatif... 2.1.4. Heckscher-Ohlin ... 2.1.5.Analisis Keseimbangan Parsial... 2.2. Hambatan dalam Perdagangan ...

2.2.1. Hambatan Tarif ... 2.2.2. Hambatan Non-Tarif ... 2.3. Error Correction Model... 2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu ...

12 12 13 14 17 21 23 24 25 29 35 38 III. KERANGKA PEMIKIRAN ...

3.1. Kerangka Teoritis ... 3.1.1. Permintaan... 3.1.2. Penawaran... 3.1.3. Kebijakan Perdagangan... 3.2. Kerangka Operasional...

(21)

3.3. Hipotesis...60 IV. METODE PENELITIAN...

4.1. Jenis dan Sumber Data... 4.2. Spesifikasi Model ... 4.2.1. Permintaan Impor... 4.2.2. Permintaan Ekspor ...

4.2.3. Penawaran Impor ... 4.2.4. Penawaran Ekspor... 4.3. Prosedur Analisis ... 4.3.1. Uji Unit Root ... 4.3.2. Uji Kointegrasi... 4.3.3. Metode Pendugaan Model... 4.3.4. Uji Diagnostik...

4.3.5. Simulasi ... 61 61 64 64 65 65 66 66 67 68 69 70 72 V. PERKEMBANGAN PERDAGANGAN KARET ALAM...

5.1. Produksi Karet Alam... 5.2. Ekspor Karet Alam ... 5.3. Konsumsi Karet Alam... 5.4. Impor Karet Alam... 5.5. Persetujuan dalam Perdagangan Karet Alam Internasional ... 5.6. Kebijakan Perdagangan Karet Alam...

74 74 77 83 84 89 93 VI. DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM ...

6.1. Pengujian Unit Root... 6.2. Pengujian Kointegrasi... 6.3. Permintaan Impor Karet Alam ...

6.3.1. Permintaan Impor Amerika Serikat ... 6.3.2. Permintaan Impor Jepang ... 6.3.3. Elastisitas Harga Impor Karet Alam dan Pendapatan... 6.4. Permintaan Ekspor Karet Alam...

6.4.1. Permintaan Ekspor Amerika Serikat... 6.4.2. Permintaan Ekspor Jepang ...

(22)

6.4.3. Elastisitas Harga Relatif Karet Alam dan Permintaan

Impor... 110

6.5. Penawaran Impor Karet Alam ... 6.6. Penawaran Ekspor Karet Alam ...

6.6.1. Penawaran Ekspor Indonesia... 6.6.2. Penawaran Ekspor Thailand ... 6.6.3. Elastisitas Harga Ekspor Riil Karet Alam...

112 114 115 117 118 VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN

LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR

KARET ALAM...121 7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan...

7.2. Dampak Kenaikan Harga Karet Alam Dunia... 7.3. Dampak Kenaikan Pendapatan dan Harga Karet Alam Dunia... 7.4. Dampak Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang ... 7.5. Dampak Inflasi ... 7.6. Dampak Pengenaan Pajak Ekspor ... 7.7. Kombinasi Depresiasi dan Inflasi... 7.8. Kombinasi Pajak Ekspor dan Inflasi...

121 123 126 128 130 131 133 134 VIII. SIMPULAN DAN SARAN ...

8.1. Simpulan ... 8.2. Implikasi Kebijakan ... 8.3. Saran Penelitian Lanjutan ...

136 136 139 140 DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN ...

(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.

Contoh Keunggulan Absolut... Contoh Keunggulan Komparatif ... Dampak Pemberlakuan Tarif Impor terhadap Kesejahteraan ... Dampak Pemberlakuan Tarif Ekspor terhadap Kesejahteraan... Dampak Pemberian Subsidi Ekspor terhadap Kesejahteraan ... Dampak Pemberlakuan Kuota Impor terhadap Kesejahteraan ... Dampak Pemberlakuan Kuota Ekspor terhadap Kesejahteraan... Data-data yang Digunakan... Definisi Variabel ... Produksi Karet Alam dari Negara Produsen Utama...

Volume dan Pangsa Ekspor Karet Alam ... Komposisi Ekspor Karet Alam Indonesia Menurut Jenis Mutu ... Komposisi Ekspor Karet Alam Thailand Menurut Jenis Mutu... Konsumsi Karet Alam Dunia ... Volume Impor Karet Alam Dunia ... Volume dan Pangsa Impor Karet Alam Amerika dan Jepang ... Hasil Uji Unit Root untuk Setiap Variabel ... Hasil Uji Kointegrasi ... Elastisitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang Permintaan Impor ... Elastisitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang Permintaan Ekspor... Elastisitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang Penawaran Impor... Elastisitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang Penawaran Ekspor ... Dampak Kenaikan Pendapatan di Negara Importir... Dampak Kenaikan Harga Karet Alam Dunia... Dampak Kenaikan Pendapatan dan Harga Karet Alam Dunia ... Dampak Depresiasi Rupiah terhadap US Dollar ... Dampak Inflasi ... Dampak Pajak Ekspor... Dampak Depresiasi Rupiah dan Inflasi ... Dampak Pajak Ekspor dan Inflasi ...

(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11.

Keseimbangan parsial ... Dampak pemberlakuan tarif impor... Dampak pemberlakuan tarif ekspor... Dampak pemberian subsidi ekspor... Dampak pemberlakuan kuota impor... Dampak pemberlakuan kuota ekspor... Skema kerangka pemikiran penelitian... Volume ekspor karet alam Indonesia ... Perkembangan harga rataan ekspor karet alam Indonesia ... Volume impor karet alam Amerika Serikat ... Volume impor karet alam Jepang...

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. 2. 3. 4. 5.

Data dan Sumber Data dalam Logaritma ... Proses Penyusunan Analisis Uji Unit Root... Contoh Hasil Uji Statistik Unit Root pada Variabel ... Hasil Estimasi Permintaan Impor Karet Alam Amerika Serikat ... Hasil Estimasi Permintaan Impor Karet Alam Jepang ...

145 150 151 153 154 6. Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Karet Alam Indonesia dari

Amerika Serikat ...155 7. Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Karet Alam Thailand dari Amerika

Serikat...156 8.

9. 10 11. 12.

Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Karet Alam Indonesia dari Jepang... Hasil Estimasi Permintaan Ekspor Karet Alam Thailand dari Jepang... Hasil Estimasi Penawaran Impor Karet Alam ke Amerika Serikat ... Hasil Estimasi Penawaran Impor Karet Alam ke Jepang ... Hasil Estimasi Penawaran Ekspor Karet Alam Indonesia...

157 158 159 160 161 13. Hasil Estimasi Penawaran Ekspor Karet Alam Indonesia ke Amerika

Serikat...162 14.

15.

Hasil Estimasi Penawaran Ekspor Karet Alam Indonesia ke Jepang... Hasil Estimasi Penawaran Ekspor Karet Alam Thailand ...

163 164 16. Hasil Estimasi Penawaran Ekspor Karet Alam Thailand ke Amerika

(26)

I.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. Pertanian yang ingin diwujudkan adalah pertanian yang maju, efisien, dan tangguh sehingga mampu meningkatkan dan menganekaragamkan hasil, meningkatkan mutu dan derajat pengolahan produksi serta menunjang pembangunan wilayah. Melalui perdagangan, hasil-hasil produksi pertanian dapat diserap oleh pasar baik domestik maupun internasional. Secara khusus perdagangan internasional dapat meningkatkan pemberdayaan sumberdaya domestik di suatu negara, sebagai sarana pelepasan atau penyaluran surplus bagi komoditi-komoditi pertanian dan sebagai sumber devisa utama yang pada akhirnya diharapkan memberikan sumbangan kepada pertumbuhan ekonomi.

(27)

peluang pasar bagi ekspor komoditas karet Indonesia masih terbuka. Perhatian yang ditujukan dalam upaya merespon peluang pasar karet alam ini tidak hanya dalam bentuk peningkatan produksi tetapi juga harus memperhatikan sisi perdagangan (Deperindag, 2004).

Thailand memegang peranan penting dalam perdagangan karet pada akhir tahun 1980-an disaat Malaysia mengalami stagnasi produksi. Pada tahun 1969 pangsa ekspor karet Thailand baru mencapai sekitar 9.57 persen dari ekspor karet dunia namun pada tahun 1998 pangsa ekspornya tumbuh menjadi 40.78 persen. Pada periode yang sama, pangsa ekspor karet Indonesia adalah 22.8 persen dan 36.39 persen. Sementara itu pangsa ekspor Malaysia turun dari 44.81 persen pada tahun 1969 menjadi 9.45 persen pada tahun 1998. Namun produksi karet di ketiga negara tersebut terus meningkat. Pada periode 2001-2003, produksi karet alam Thailand mengalami peningkatan sebesar 9.15 persen dari 2 350 ribu ton pada tahun 2001 menjadi 2 565 ribu ton di tahun 2003, produksi karet alam Indonesia meningkat sebesar 8.96 persen dari 1 540 ribu ton menjadi 1 678 ribu ton. Sedangkan Malaysia mengalami peningkatan produksi sebesar 18.72 persen.

Amerika Serikat, Jepang, dan Inggris secara tradisional merupakan negara pengimpor utama karet alam. Pada tahun 1969 ketiga negara mengimpor sekitar 37.10 persen dari impor karet alam dunia. Pada tahun 1998 pangsa impor ketiga negara mengalami peningkatan menjadi 42.16 persen. Perubahan pangsa impor ketiga negara tersebut terjadi karena adanya perluasan pasar ekspor oleh negara-negara produsen terutama Malaysia.

(28)

secara perlahan dengan tren sebesar 13.2 persen. Sejalan dengan kenaikan impor, konsumsi karet alam juga mengalami peningkatan. Hal yang sama terjadi untuk Jepang, namun hal tersebut tidak terjadi untuk Inggris. Impor karet alam Inggris saat ini sedang dalam kecenderungan menurun. Ketiga negara tersebut merupakan negara-negara pengimpor yang cukup penting bagi Indonesia.

Malaysia merupakan pesaing utama Indonesia dalam perebutan pangsa ekspor pada ketiga pasar di atas. Namun diperkirakan bahwa perkembangan ekspor karet Malaysia akan tertahan oleh adanya keterbatasan sumberdaya dan tingginya tingkat upah pekerja. Sedangkan Indonesia masih mempunyai potensi untuk berkembang karena dukungan biaya produksi murah dan lahan yang tersedia (Ditjenbun, 1998).

Upaya untuk merebut pasar ekspor dan meningkatkan serta menstabilkan nilai ekspor terhambat oleh sifat dasar dari komoditas pertanian itu sendiri. Komoditas pertanian yang dalam hal ini adalah komoditas primer, pada dasarnya memiliki karakter permintaan dan penawaran yang inelastis dan tidak stabil yang berakibat pada instabilitas harga. Permintaan yang inelastis disebabkan karena perubahan pendapatan rumah tangga di negara maju sebagai importir tidak menyebabkan perubahan yang nyata dalam pola konsumsi mereka. Sedangkan penawaran inelastis disebabkan karena adanya kekakuan internal atau infleksibilitas dalam pengerahan sumberdaya khususnya dalam komoditi tanaman keras yang memerlukan masa penanaman yang lama.

(29)

Sama halnya seperti perjanjian Putaran Uruguay lainnya, liberalisasi pertanian mulai efektif dilaksanakan pada tahun 1995 setelah terbentuknya World Trade Organisation (WTO), dimana negara-negara maju berkomitmen untuk memperluas pasar, mengurangi bantuan domestik, dan subsidi ekspor. Perkembangan dalam perdagangan internasional ini tentunya akan mempengaruhi arus perdagangan yang terjadi antar negara.

Potensi Indonesia untuk meningkatkan ekspor karet alam dengan ketersediaan sumberdaya untuk meningkatkan produksi tidaklah cukup untuk memicu peningkatan permintaan ekspor dan merebut pangsa pasar tanpa adanya kegiatan pemasaran yang baik dan kebijakan perdagangan yang mendukung. Oleh karena itu diperlukan informasi mengenai pola dari arus perdagangan karet alam Indonesia yang dapat menangkap dampak jangka pendek dan jangka panjang dari perubahan pendapatan dan harga yang dapat digunakan untuk melakukan prediksi dan simulasi dalam berbagai alternatif kondisi yang mungkin terjadi.

1.2. Perumusan Masalah

(30)

laju 0.45 persen dan 6.63 persen per bulan. Pada tahun 2003 produksi karet alam Thailand, Indonesia, dan Malaysia masing-masing telah mencapai 2 565 ribu ton, 1 678 ribu ton dan 647 ribu ton dimana Gapkindo memperkirakan pada tahun 2004 akan terjadi peningkatan produksi karet alam sebesar 8.19 persen untuk Thailand, 6.07 persen untuk Indonesia, dan 7.88 persen untuk Malaysia (Deperindag, 2004).

Jumlah produksi karet alam Indonesia yang cenderung meningkat dihadapkan pada masalah penetrasi pasar dimana harus bersaing dengan negara-negara produsen lain dan fluktuasi harga. Untuk merumuskan langkah-langkah pengembangan produksi maupun ekspor, diperlukan informasi mengenai pola perilaku dan tren atau kecenderungan dalam penawaran dan permintaan ekspor dan impor karet alam pada perdagangan antara Indonesia sebagai eksportir dengan negara-negara importir utama baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Harga karet alam pada pasar internasional cenderung fluktuatif dan merupakan ciri yang berkelanjutan. Karet alam mengalami harga tertinggi pada tahun 1979 yaitu sebesar US$ 2 778 per ton. Sedangkan harga karet terendah yang pernah dicapai terjadi pada tahun 2000 yaitu hanya US$ 490 per ton. Pada tahun 1998 hingga kini harga karet alam sedang berada pada tingkat yang relatif rendah dan cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2002 harga karet mencapai US$ 830 per ton dan pada tahun 2003 sedikit mengalami peningkatan dimana harga berkisar antara US$ 940-960 per ton. Sedangkan kenaikan harga dalam rupiah lebih disebabkan oleh dampak depresiasi nilai tukar.

(31)

yang memiliki konsekuensi pada perubahan lingkungan ekonomi atau kebijakan perdagangan yang secara signifikan mempengaruhi distribusi pendapatan. Sedangkan pertumbuhan ekonomi di negara-negara importir terkait dengan tingkat permintaan impor dari negara-negar tersebut. Untuk itu diperlukan informasi mengenai seberapa besar dampak perubahan harga dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara importir serta berapa lama perubahan tersebut dapat mempengaruhi arus perdagangan yang diperlihatkan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Negosiasi Perdagangan Multilateral dalam rangka Putaran Uruguay akhirnya mencapai kesepakatan pada tanggal 15 Desember 1994. Dokumen akhir Putaran Uruguay mencakup ruang lingkup yang lebih luas dari putaran perjanjian perdagangan sebelumnya, yaitu meliputi berbagai aspek ekonomi yang secara nyata akan berpengaruh terhadap perekonomian dunia termasuk bidang pertanian. Sebelum Putaran Uruguay, pertanian adalah bidang diluar cakupan GATT (General Agreement on Tariffs and Trade), karena Amerika Serikat pada tahun 1950 dengan hak legal yang dimilikinya telah menghalangi pelaksanaan untuk komoditas pertanian. Agreement on Agriculture (AoA) atau perjanjian pertanian adalah salah satu isu yang menjadi perhatian. Sama halnya seperti perjanjian Putaran Uruguay lainnya, AoA mulai efektif dilaksanakan pada tahun 1995 setelah terbentuknya World Trade Organization (WTO).

(32)

phytosanitary measures). Penerapan persetujuan bidang pertanian ini dimulai tahun 1995 dimana komitmen negara-negara maju untuk memperluas pasar, mengurangi bantuan domestik, dan subsidi ekspor diharapkan terpenuhi dalam enam tahun, sedangkan komitmen negara-negara berkembang diharapkan selesai dalam waktu sepuluh tahun.

Pada komoditas karet, liberalisasi perdagangan akan menurunkan tarif impor sebesar 40 persen. Negara-negara pengimpor karet seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Inggris akan menurunkan tarif impor dari 5.5 persen menjadi 3.2 persen. Penurunan tarif tersebut akan dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 1995. Pada sisi negara-negara pengekspor, hambatan untuk ekspor pernah diterapkan dengan menggunakan instrumen pajak ekspor. Malaysia pernah menerapkan pajak ekspor karet alam pada tingkat relatif tinggi, sedang dan rendah dalam tiga periode yaitu tahun 1960-1983, 1984-1991, dan 1992-1998. Thailand juga pernah menerapkan pajak ekspor karet dengan intensitas yang sama dengan diatas pada periode tahun 1969-1982, 1983-1988, dan 1989-1998. Sedangkan Indonesia pernah menerapkan pajak yaitu 10 persen pada tahun 1969-1975, 5 persen pada tahun 1976-1981, dan 0 persen sejak 1982 (Limbong, 1994).

Fluktuasi harga karet alam yang masih berlanjut mendorong Indonesia, Malaysia, dan Thailand sebagai negara eksportir utama karet alam, sepakat untuk membentuk International Tripartite Rubber Corporation (ITRO) yang disetujui pada tanggal 12 Desember 2001. Organisasi baru ini bertujuan mengawasi perdagangan dan produksi karet untuk mendongkrak harga karet alam di pasar dunia. Program-program ITRO adalah dalam bentuk Supply Management Scheme

(33)

pengurangan produksi karet alam sebesar 4 persen yang dilaksanakan pada tahun 2002 dan 2003. Sedangkan AETS adalah program pengurangan ekspor karet sebesar 10 persen yang dimulai pada 1 Januari 2002.

Perubahan dalam berbagai kebijakan perdagangan tersebut dapat mempengaruhi arus perdagangan karet antara Indonesia dengan negara-negara importir utama. Oleh karena itu perlu dikaji berapa besar pengaruh kebijakan tersebut dan berapa lama dampak kebijakan tersebut terlihat nyata dalam arus perdagangan karet Indonesia untuk mengetahui efektivitas kebijakan yang dilakukan.

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan-permasalahan yang coba dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tren atau kecenderungan dalam perdagangan karet alam antara Indonesia dengan negara-negara importir utama karet alam yaitu Amerika Serikat dan Jepang, serta negara eksportir pesaing yaitu Thailand sebagai pembanding.

2. Bagaimana hubungan jangka pendek dan jangka panjang dari permintaan dan penawaran impor dan ekspor karet alam asal Indonesia dan responnya terhadap perubahan pendapatan di negara importir dan harga dunia.

(34)

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola perdagangan karet alam Indonesia ke negara-negara importir utama. Secara lebih terinci, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis tren atau kecenderungan dalam perdagangan karet alam antara Indonesia dengan negara-negara importir utama karet alam yaitu Amerika Serikat dan Jepang, dan negara pesaing utama yaitu Thailand sebagai pembanding.

2. Menganalisis hubungan jangka pendek dan jangka panjang dari permintaan dan penawaran impor dan ekspor karet alam asal Indonesia dan responnya terhadap perubahan pendapatan di negara importir dan harga dunia.

3. Merumuskan implikasi dari perubahan kebijakan perdagangan dan lingkungan ekonomi terhadap arus perdagangan karet alam antara Indonesia dan negara-negara importir utama yaitu Amerika Serikat dan Jepang.

1.4. Kegunaan Penelitian

(35)

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mencoba untuk membangun model ekonometrika dinamis yang dapat menangkap efek jangka pendek dan jangka panjang dari perubahan pendapatan dan harga pada perdagangan karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang yang dapat digunakan untuk melakukan prediksi dan simulasi kebijakan dalam berbagai alternatif kondisi yang diasumsikan. Secara khusus, model respon perilaku dari importir dan eksportir karet alam yang dibangun harus memperhatikan hubungan jangka panjang antara tingkat pertumbuhan ekonomi importir dengan tingkat impor karet alam di negara-negara tersebut, dan kemampuan negara pengekspor untuk mempengaruhi tingkat ekspor mereka.

Analisis struktur dan parameter dari hubungan perilaku jangka panjang pada pasar karet alam Indonesia menggunakan model ekonometrika dinamis dalam bentuk persamaan error correction model (ECM) yang merupakan suatu pendekatan untuk menghadapi masalah non stasioner dari time series dan spurious correlation yang sering dihadapi untuk data deret waktu dari arus perdagangan. Sedangkan kointegrasi digunakan untuk memisahkan spesifikasi dan estimasi dari hubungan ekonomi jangka panjang dan penyesuaian dinamis jangka pendek yang menuju ke keseimbangan jangka panjang.

(36)
(37)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perdagangan Internasional

Suatu negara terlibat dalam perdagangan internasional, menurut Krugman dan Obstfeld (2000) didasarkan oleh dua alasan, yang mana setiap alasan tersebut memberikan kontribusi dalam mendatangkan manfaat bagi negara yang melakukan perdagangan. Pertama, suatu negara terlibat dalam perdagangan karena setiap negara berbeda satu dengan yang lain. Negara seperti individu dapat memperoleh manfaat dari perbedaan dengan melakukan kesepakatan untuk menghasilkan sesuatu yang dapat dilakukannya dengan baik, dengan kata lain melakukan spesialisasi. Kedua, suatu negara melakukan perdagangan untuk mencapai skala ekonomi dalam produksi. Jika setiap negara hanya menghasilkan beberapa jenis produk tertentu, maka setiap negara dapat menghasilkan produk dalam skala yang lebih besar dan lebih efisien dari pada jika mencoba menghasilkan semua produk yang dibutuhkan.

(38)

2002). Teori-teori perdagangan secara umum banyak memusatkan perhatian pada persoalan pola perdagangan internasional yang dapat berbeda dan bergeser karena perbedaan dalam memiliki dan mengakses faktor-faktor produksi.

2.1.1. Pandangan Merkantilis

Pada awal perkembangannya, perdagangan internasional terjadi karena masing-masing negara berkepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduknya dengan mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari hubungan perdagangan tersebut. Pandangan Merkantilis mulai populer pada abad 16. Penganut pandangan ini berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi sebuah negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sesedikit mungkin impor. Surplus ekspor yang dihasilkan selanjutnya digunakan untuk menguasai logam-logam mulia khususnya emas dan perak sebagai simbol kekayaan dan kekuatan yang akan memberikan kemakmuran bagi penduduknya. Dengan demikian pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mendorong ekspor sebesar-besarnya dan mengurangi serta membatasi impor sehingga diharapkan dapat mendorong output dan kesempatan kerja nasional. Pandangan Merkantilis tersebut mendorong berkembangnya kolonialisme pada saat itu.

(39)

Merkantilis berkembang terutama di negara-negara Barat. Terdapat kecenderungan munculnya kembali neomerkantilisme yang diakibatkan oleh kenyataan semakin tingginya pengangguran yang sangat mengkhawatirkan pemerintahan suatu negara. Hal ini mendorong pemerintah untuk melakukan retriksi terhadap impor agar dapat mendorong kembali produksi domestik dan kesempatan kerja.

2.1.2. Keunggulan Absolut

Keunggulan absolut didasari oleh pemikiran bahwa dua negara akan melakukan perdagangan secara sukarela jika keduanya mendapatkan keuntungan. Jika salah satu negara memperoleh keuntungan sementara negara lainnya mengalami kerugian, maka tidak akan terjadi perdagangan. Pemikiran ini merupakan reaksi terhadap pandangan Merkantilis yang percaya bahwa suatu negara hanya dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan mengorbankan negara lain (zero-sum game).

Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations (1776) mengemukakan bahwa suatu negara dapat mengkonsentrasikan untuk menghasilkan suatu barang saja dan menjual sebagiannya untuk memperoleh barang lainnya dan tidak perlu ada kekhawatiran atas perdagangan yang mereka lakukan. Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara didasarkan kepada keunggulan absolut.

(40)

masing-masing melakukan spesialisasi dalam komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan menukarnya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut. Dengan proses ini, sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang paling efisien.

Secara umum keunggulan absolut suatu negara terjadi apabila untuk satu unit masukan yang sama, negara tersebut dapat menghasilkan suatu barang dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan negara lain. Maka negara tersebut akan melakukan spesialisasi untuk menghasilkan produk yang memiliki keunggulan absolut tersebut. Atau dengan kata lain untuk menghasilkan satu unit barang tertentu, suatu negara dapat menghasilkannya dengan jumlah jam tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan negara lain sebagai cerminan produktivitas.

Keunggulan absolut dapat diilustrasikan dalam contoh berikut. Misalkan ada dua negara yaitu Home dan Foreign yang menghasilkan dua komoditi yang sama yaitu gandum dan kain. Teori diatas mengasumsikan bahwa hanya ada satu faktor produksi yaitu tenaga kerja yang dinotasikan dengan L sebagai total sumber daya yang digunakan. Teknologi dimasing-masing negara ditunjukkan oleh produktivitas tenaga kerjanya dalam bentuk jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit gandum dan kain yang dinotasikan oleh aLG dan

LK

a untuk Home, sedangkan di Foreign dengan notasi aLG* dan * LK

a .

(41)

maka perekonomian harus mengorbankan satuan tertentu dari kain yang dihasilkan. Trade-off ini dapat digambarkan dalam bentuk kurva kemungkinan produksi (production possibility frontier) yang menunjukkan jumlah maksimum gandum yang dapat diproduksi pada jumlah tertentu kain yang dihasilkan. Ketika hanya ada satu faktor produksi maka kurva kemungkinan produksi suatu perekonomian akan berbentuk garis lurus. Jika QGadalah jumlah gandum yang dihasilkan, dan QKadalah jumlah kain yang dihasilkan, maka tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan gandum adalah aLG QGsedangkan tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan kain adalah aLK QK. Maka batasan produksi di suatu negara dapat dinyatakan sebagai berikut:

LG

a QG + aLK QK ≤ L

Pada saat kurva kemungkinan produksi merupakan garis lurus maka biaya korbanan (opportunity cost) dari satu karung gandum dinyatakan dalam kain adalah konstan. Opportunity cost ini dapat didefinisikan sebagai jumlah kain yang dihasikan dalam perekonomian yang harus dikorbankan untuk menghasilkan tambahan gandum. Untuk menghasilkan tambahan satu karung gandum akan dibutuhkan aLGjam tenaga kerja. Setiap jam tenaga kerja ini dapat digunakan pula untuk menghasilkan 1aLK meter kain maka opportunity cost dari gandum dinyatakan oleh kain adalah aLG aLK .

(42)

suatu produk didasarkan pada produktifitas tenaga kerjanya yang ditunjukkan oleh banyaknya jam kerja untuk menghasilkan satu unit produk.

Tabel 1. Contoh Keunggulan Absolut

Negara Gandum Kain

Home aLG = 6 jam/ karung aLK = 4 jam/ meter

Foreign a*LG = 1 jam/ karung

* LK

a = 5 jam/ meter Sumber: Salvatore, 1997.

Home memiliki keunggulan absolut dalam menghasilkan kain karena jam kerja yang digunakan untuk menghasilkan satu meter kain lebih rendah dari pada di

Foreign dimana aLK< * LK

a . Sedangkan Foreign memiliki keunggulan absolut dalam menghasilkan gandum dimana aLG>

* LG

a menunjukkan bahwa produktivitas di Home dalam menghasilkan gandum lebih rendah. Maka berdasarkan pemikiran Adam Smith, sebaiknya Home berkonsentrasi untuk menghasilkan dan mengekspor kain, dan mengimpor gandum dari Foreign untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Sedangkan Foreign berspesialisasi untuk menghasilkan gandum dan mengimpor kain.

2.1.3. Keunggulan Komparatif

(43)

Ricardo menerbitkan buku yang berjudul Principle of Political Economy and Taxation, yang berisikan penjelasan mengenai hukum keunggulan komparatif.

Hukum keunggulan komparatif menyatakan bahwa meskipun suatu negara kurang efisien atau tidak memiliki keunggulan absolut dibandingkan negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, namun masih terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara yang tidak memiliki keunggulan absolut harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut yang lebih besar. Komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil berarti memiliki keunggulan komparatif.

Hukum keunggulan komparatif dari Ricardo didasarkan pada sejumlah asumsi yang disederhanakan yaitu (1) hanya terdapat dua negara dan dua komoditi, (2) perdagangan bersifat bebas, (3) terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam negara namun tidak ada mobilitas antara dua negara, (4) biaya produksi konstan, (5) tidak terdapat biaya transportasi, dan (6) tidak ada perubahan teknologi. Sebagai ilustrasi, misalkan terdapat dua negara yaitu Home

dan Foreign yang menghasilkan dua produk yang sama yaitu gandum dan kain. Produktifitas dalam menghasilkan gandum dan kain di masing-masing negara diperlihatkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Contoh Keunggulan Komparatif

Negara Gandum Kain

Home aLG = 6 jam/ karung aLK = 4 jam/ meter

Foreign a*LG = 1 jam/ karung * LK

(44)

Perbedaan Tabel 2 dengan Tabel 1 adalah produktivitas Foreign dalam menghasilkan kain meningkat dimana sebelumnya untuk menghasilkan satu meter kain menghabiskan 5 jam tenaga kerja tetapi sekarang hanya membutuhkan 2 jam tenaga kerja. Hal ini menyebabkan Home tidak memiliki keunggulan absolut dalam menghasilkan gandum maupun kain. Namun itu tidak berarti bahwa Home

tidak dapat melakukan perdagangan karena masih ada keunggulan komparatif. Produktivitas tenaga kerja dalam teori keunggulan komparatif dinyatakan dalam bentuk relatif dimana produktivitas menggambarkan tingkat teknologi tertentu di masing-masing negara. Komoditi yang memiliki keunggulan komparatif ditunjukkan oleh produktivitas relatifnya yang lebih tinggi. Tabel 2 memperlihatkan bahwa produktivitas relatif dalam menghasilkan kain lebih tinggi di Home dari pada menghasilkan gandum karena * *

LK LK LG

LG a a a

a > atau

* *

LG LK LG

LK a a a

a < dimana rasio kebutuhan tenaga kerja untuk menghasilkan satu meter kain dibandingkan satu karung gandum lebih rendah di Home dari pada di Foreign. Maka dapat disimpulkan bahwa Home memiliki keunggulan komparatif dalam menghasilkan kain. Oleh karena itu Home berspesialisasi untuk menghasilkan kain yang kelebihan produksinya akan diekspor, sedangkan gandum akan diimpor dari Foreign yang lebih efisien dalam memproduksinya.

(45)

produksi, penawaran gandum dan kain akan dinyatakan oleh perpindahan tenaga kerja ke sektor mana yang memberikan upah tertinggi.

Jika dimisalkan PG dan PK adalah harga gandum dan harga kain, dan tidak ada profit dalam model satu faktor ini, maka upah per jam di sektor gandum akan sama dengan nilai dari berapa yang pekerja dapat hasilkan dalam satu jam. Oleh karena itu tingkat upah pekerja per jam di sektor gandum dinyatakan oleh

LG

G a

P , sedangkan tingkat upah per jam di sektor kain dinyatakan oleh PK aLK . Upah di sektor gandum akan lebih tinggi jika PG PK >aLG aLK , karena setiap

orang akan ingin bekerja pada industri yang menawarkan upah tertingi, maka perekonomian akan berspesialisasi pada produksi gandum. Begitu pula sebaliknya jika upah di sektor kain yang lebih tinggi. Opportunity cost dari gandum yang dinyatakan oleh kain adalah aLG aLK , maka dapat disimpulkan bahwa

perekonomian akan berspesialisasi untuk menghasilkan gandum jika harga relatif gandum lebih besar dari opportunity cost-nya, dan sebaliknya perekonomian akan berspesialisasi untuk menghasilkan kain jika harga relatif gandum lebih rendah dari opportunity cost-nya.

(46)

arus perdagangan yang cukup besar antar negara yang tampaknya sama. Kelemahan ini memunculkan pemikiran baru yang dikenal dengan model Heckscher-Ohlin (HO) yang menggunakan asumsi teknologi identik tetapi dengan faktor produksi yang lebih dari satu (Siregar, 2000).

2.1.4. Heckscher-Ohlin

Para ekonom klasik sebelumnya beranggapan bahwa keunggulan komparatif di suatu negara bersumber dari perbedaan tingkat produktivitas tenaga kerja sebagai satu-satunya faktor produksi yang diperhitungkan secara eksplisit. Namun dasar pemikiran tersebut tidak memberikan penjelasan rinci mengenai penyebab perbedaan tingkat produktivitas. Heckscher-Ohlin mencoba mengembangkan pandangan klasik tersebut dengan menelaah penyebab munculnya keunggulan komparatif bagi setiap negara dan dampak yang ditimbulkan oleh perdagangan terhadap pendapatan faktor produksi di kedua negara yang terlibat.

Faktor penentu utama keunggulan komparatif bagi masing-masing negara yang merupakan landasan dalam melakukan perdagangan menurut Heckscher-Ohlin adalah kelimpahan faktor secara relatif atau kepemilikan faktor-faktor produksi yang berbeda antara satu negara dengan negara lain. Atas dasar alasan ini maka model H-O disebut juga sebagai Teori Kepemilikan Faktor (Factor Endowment Theory) atau Teori Proporsi Faktor (Factor Proportion Theory).

(47)

negara akan mengekspor komoditi yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara itu, dan dalam waktu bersamaan negara tersebut akan mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif langka dan mahal di negara itu. Teorema ini menjelaskan bahwa kelimpahan faktor dan harganya secara relatif merupakan penyebab perbedaan harga relatif antara dua negara yang menjadi dasar untuk melakukan perdagangan.

Teorema penyamaan harga faktor (price factor equalization theorem) hanya berlaku jika teorema H-O berlaku. Selanjutnya teorema ini lebih popular dengan sebutan teorema Heckscher-Ohlin-Samuelson (H-O-S). Teorema ini mendefinisikan bahwa perdagangan internasional akan mendorong terjadinya penyamaan harga-harga faktor, baik secara relatif maupun secara absolut di antara negara-negara yang terlibat di dalamnya. Dengan demikian harga-harga faktor produksi baik secara relatif maupun absolut lambat laun akan sama besarnya karena adanya perdagangan internasional.

(48)

2.1.5. Analisis Keseimbangan Parsial

Tanpa adanya perdagangan internasional, harga-harga relatif dari berbagai komoditi di masing-masing negara mencerminkan keunggulan komparatif yang dimilikinya, yang merupakan dasar bagi berlangsungnya perdagangan yang menguntungkan antara kedua belah pihak. Perbedaan harga komoditi di masing-masing negara disebabkan oleh adanya perbedaan pada faktor-faktor pembentuk harga di dalam negeri seperti tingkat biaya produksi, jumlah produksi dan konsumsi. Harga relatif komoditi dalam kondisi ekuilibrium pada saat perdagangan internasional sudah berlangsung, tercapai dalam kurun waktu tertentu yang merupakan hasil dari proses pertemuan kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan. Analisis keseimbangan parsial mencoba untuk menjabarkan proses penentuan harga komoditi relatif pada kondisi ekuilibrium setelah terjadi perdagangan internasional.

(49)
[image:49.595.98.510.128.343.2]

mengalami peningkatan permintaan domestik yang mendorong dilakukannya impor gandum.

Gambar 1. Keseimbangan Parsial

Sumber: Salvatore, 1997.

Kurva permintaan dan penawaran di pasar dunia menunjukkan bahwa saat tingkat harga relatif di P2, kuantitas impor komoditi yang diminta oleh Home

yaitu sebesarAB akan persis sama dengan kuantitas ekspor yang ditawarkan oleh

Foreign yaitu A*B*. Dengan demikianP2 adalah harga relatif ekuilibrium setelah berlangsungnya perdagangan di antara kedua negara tersebut dimana

*

EE menunjukkan kuantitas perdagangan yang terjadi.

2.2. Hambatan dalam Perdagangan

Perkembangan pemikiran tentang perdagangan bebas, didasari oleh harapan bahwa perdagangan bebas akan dapat memaksimalkan output dunia dan memberikan manfaat bagi setiap negara yang terlibat. Tetapi dalam kenyataanya masih banyak negara yang menerapkan berbagai bentuk hambatan terhadap berlangsungnya perdagangan internasional yang disebut dengan kebijakan

0 * C C * E B A E * B * A Impor Ekspor D S ED ES * D * S 2 P 1 P 3 P 3 P

Pasar Dunia Pasar di Negara

Home

Pasar di Negara

Foreign

0

0 QG QG QG

K

G P

(50)

perdagangan. Hambatan terhadap perdagangan terbagi dalam dua bentuk yaitu (1) tarif, yang terkait dengan pengenaan pajak dan bea masuk pada barang yang diperdagangkan, dan (2) non-tarif, yang berkaitan dengan berbagai instrumen kebijakan yang kompleks untuk menyembunyikan motif proteksi.

2.2.1. Hambatan Tarif

Tarif menurut Krugman dan Obstfeld (2000) pada dasarnya adalah pajak atau cukai yang bersifat diskriminatif yang dikenakan jika suatu komoditi melintasi suatu daerah pabean. Tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan hambatan perdagangan paling transparan, yang secara tradisional digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah. Ada dua macam tarif yaitu tarif impor dan tarif ekspor atau pajak ekspor. Sedangkan jenis tarif berdasarkan mekanisme penghitungannya yang pertama adalah tarif ad valorem adalah pajak yang dikenakan berdasarkan persentase tertentu dari nilai barang yang diimpor. Kedua adalah tarif spesifik yang dikenakan sebagai beban tetap pada setiap unit barang yang diimpor. Sedangkan yang terakhir adalah tarif campuran yang merupakan gabungan dari keduanya.

Tarif Impor

(51)

hanya ada dua negara yaitu Home sebagai negara pengimpor dan Foreign sebagai negara pengekspor, tarif yang diberlakukan adalah tarif spesifik, dan importir adalah negara besar dimana perubahan pada permintaan impor akan mempengaruhi harga dunia.

Tarif impor yang diberlakukan akan menggeser kurva ED vertikal ke bawah menjadi EDt sebesar jumlah tarif yang dikenakan. Hal ini menyebabkan harga dunia turun dari PW menjadi *

t

P dimana merupakan harga yang diterima oleh eksportir yang menyebabkan turunnya kelebihan penawaran di Foreign

sebesar q3* −q*4. Pada negara importir, produk impor menjadi relatif lebih mahal dibandingkan dengan produk domestik sehingga jumlah barang yang diimpor

[image:51.595.98.511.510.731.2]

Home turun menjadi q2q3. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan tarif impor terhadap suatu produk menyebabkan penurunan harga produk di negara eksportir sehingga volume ekspor berkurang. Sedangkan di negara importir terjadi kenaikan harga produk, penurunan konsumsi, peningkatan produksi domestik, penurunan volume impor, dan adanya penerimaan pemerintah dari tarif.

Gambar 2. Dampak Pemberlakuan Tarif Impor

Sumber: Krugman, 2000 dan Tweeten, 1992.

a b c d

0 0

0 q1 q2 q3 q4

* 4 q * 3 q * 2 q * 1 q k g h i j e

f

Pasar Home

(importir) t 0 Q 1 Q D * D * S S E ES ED t ED W P * t P t P

Q Q Q

P P P

Pasar Foreign

(eksportir)

(52)

Tabel 3. Dampak Pemberlakuan Tarif Impor terhadap Kesejahteraan

Eksportir Importir

Surplus Konsumen Surplus Produsen Penerimaan Pemerintah

Net National Welfare

a

-(a + b + c + d) -

-(b + c + d)

-(g + h + i + j) g i + k k – (h + j)

Net World Welfare -(b + d + h + j) = e + f Sumber: Tweeten, 1992.

Pemberlakuan tarif impor memberikan dampak pada kesejahteraan baik di negara eksportir, importir maupun dunia. Tabel 3 memperlihatkan bahwa di negara eksportir terjadi penurunan kesejahteraan nasional sebesar (b + c +d). Sedangkan dampak tarif impor terhadap kesejahteraan di negara importir ditentukan oleh elastisitas penawaran ekspornya (ES). Semakin elastis kurva penawaran ekspor maka daerah (h + j) akan lebih besar dari daerah k yang berarti bahwa negara importir akan dirugikan dengan adanya tarif. Dampak tarif impor secara umum, akan menurunkan kesejahteraan dunia karena produsen di negara eksportir menerima harga yang lebih rendah sedangkan konsumen di negara importir harus membayar harga yang lebih tinggi.

Tarif Ekspor

Definisi dari pajak atau tarif ekspor adalah pajak untuk semua komoditi yang diekspor. Secara grafis, dampak tarif ekspor diperlihatkan oleh Gambar 3 dengan asumsi, hanya ada dua negara yaitu Home sebagai negara pengimpor dan

(53)
[image:53.595.99.512.96.309.2]

Gambar 3. Dampak Pemberlakuan Tarif Ekspor

Sumber: Krugman, 2000 dan Tweeten, 1992.

Tarif ekspor yang diberlakukan akan menggeser kurva ES vertikal ke atas menjadi ESte sebesar jumlah tarif yang dikenakan yang berakibat pada penurunan penawaran. Pada kasus negara besar hal ini menyebabkan peningkatan harga dunia dari PW menjadi Pte dimana merupakan harga yang diterima oleh importir yang menyebabkan turunnya konsumsi dan naiknya produksi domestik di Home. Pada negara eksportir harga domestik turun sehingga konsumsi domestik di

Foreign naik menjadi * 2

q . Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan tarif ekspor terhadap suatu produk menyebabkan penurunan harga produk domestik, peningkatan biaya ekspor, naiknya konsumsi domestik di negara eksportir, penurunan produksi domestik sehingga volume ekspor berkurang dan adanya penerimaan pemerintah dari tarif. Sedangkan di negara importir terjadi kenaikan harga produk, yang mendorong peningkatan produksi domestik dan penurunan konsumsi sehingga menyebabkan penurunan volume impor.

0 * te P W P P 4 q

0 q1 q2 q3 * 4 q * 3 q * 2 q * 1 q k

Pasar Dunia Pasar Home

(importir)

g h i j

te

P

S

D

a b c d

* D * S te E f e ED ES te ES 0 Q 1

Q Q Q

Q

P P

Pasar Foreign

(eksportir)

(54)

Pada Tabel 4 diperlihatkan dampak dari tarif ekspor terhadap kesejahteraan baik di negara eksportir, importir maupun bagi dunia, berdasarkan ilustrasi pada Gambar 3.

Tabel 4. Dampak Pemberlakuan Tarif Ekspor terhadap Kesejahteraan

Eksportir Importir

Surplus Konsumen Surplus Produsen Penerimaan Pemerintah

Net National Welfare

a

-(a + b + c + d) c + k k – (b + d)

-(g + h + i + j) g - -(h + i + j)

Net World Welfare -(b + d + h + j) = e + f Sumber: Tweeten, 1992.

Tarif ekspor memberikan dampak terhadap penurunan kesejahteraan nasional di negara importir sebesar daerah (h + i + j), sedangkan dampak tarif bagi kesejahteraan di negara eksportir sangat tergantung pada elastisitas permintaan dan penawaran. Jika pada tingkat pajak ekspor tertentu daerah (b + d) lebih besar dari pada k, maka kesejahteraan nasional bersih bagi eksportir akan memburuk.

Pajak ekspor digunakan oleh suatu negara biasanya adalah untuk melindungi konsumen domestik dari harga komoditas ekspor yang tinggi dan untuk mendapatkan penerimaan bagi negara. Namun ternyata dampak dari tarif ekspor secara umum, akan menurunkan kesejahteraan dunia karena produsen di negara eksportir menerima harga yang lebih rendah sedangkan konsumen di negara importir harus membayar harga yang lebih tinggi.

2.2.2. Hambatan Non-Tarif

(55)

lainnya seperti subsidi ekspor, kuota impor, konsep pembatasan ekspor secara sukarela (voluntary export restraints), persyaratan kandungan lokal dan lain sebagainya.

Subsidi Ekspor

Pada dasarnya menurut Salvatore (1997), subsidi ekspor adalah pembayaran langsung atau pemberian keringanan pajak dan bantuan subsidi kepada para eksportir atau calon eksportir nasional dan/ atau pemberian pinjaman berbunga rendah kepada para pengimpor asing dalam rangka memacu ekspor suatu negara. Pemberian subsidi ini umumnya ditujukan untuk meningkatkan pendapatan produsen yang akan mendorong peningkatan ekspor sehingga harga dunia turun dan permintaan impor meningkat.

Gambar 4. Dampak Pemberian Subsidi Ekspor

Sumber: Krugman, 2000 dan Tweeten, 1992.

Ilustrasi pemberian subsidi diperlihatkan oleh Gambar 4, dimana kebijakan tersebut akan menggeser kurva penawaran ekspor ke kanan bawah yang menunjukkan peningkatan dalam volume ekspor. Berdasarkan asumsi bahwa

su

i j k l g f e

a b c d

3

q q4

2 q 1 q Q * 4 q * 3 q * 2 q * 1

q Q0 Q1

W P su P * su P ED su ES ES * S S * D D P P P Q

0 0

0 Q

Pasar Home

(importir) Pasar Dunia

Pasar Foreign

(56)

negara pengekspor adalah negara besar maka harga dunia turun dari PW menjadi

su

P yang merupakan harga yang diterima oleh negara importir sehingga volume perdagangan meningkat menjadi Q1.

Dampak pemberian subsidi pada produsen di Foreign sebagai negara eksportir sebesar su menyebabkan harga domestik meningkat menjadi *

su

P

sehingga kelebihan penawaran yang dapat di ekspor meningkat menjadi * 4 *

1 q

q − , namun hal ini merugikan konsumen domestik karena harus membayar harga yang lebih mahal untuk komoditi yang di ekspor yang berakibat pada turunnya surplus konsumen di negara eksportir. Sedangkan di Home sebagai negara importir terjadi peningkatan permintaan impor dari q2q3menjadi q1q4karena turunnya harga dunia.

Tabel 5. Dampak Pemberian Subsidi Ekspor terhadap Kesejahteraan

Eksportir Importir

Surplus Konsumen Surplus Produsen Penerimaan Pemerintah

Net National Welfare

-(a + b) a + b + c -(b + c + d + e + f + g)

-(b + d + e + f + g)

i + j + k -(i + j)

- k

Net World Welfare -(b + d + j + l)

Sumber: Tweeten, 1992.

(57)

Kuota

Hambatan perdagangan dalam bentuk kuota adalah pembatasan secara langsung terhadap jumlah ekspor atau impor. Kuota impor merupakan pembatasan langsung atas jumlah barang yang boleh diimpor dengan tujuan untuk melindungi sektor industri domestik tertentu. Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan memberikan lisensi kepada beberapa kelompok individu atau perusahaan domestik untuk mengimpor suatu produk yang jumlahnya langsung dibatasi. Dampak kuota impor ternyata dapat menggagalkan mekanisme pasar, memicu distorsi dan korupsi yang akhirnya menimbulkan pemborosan yang merugikan perekonomian negara yang disebabkan oleh munculnya rent seeking karena tergiur pada keuntungan monopoli yang cukup besar jika memiliki lisensi impor.

Sedangkan kuota ekspor saat ini yang penting adalah dalam bentuk pembatasan ekspor secara sukarela (VER, Voluntary Export Restraints). Pada bentuk pembatasan ekspor ini, suatu negara selaku pengimpor mendorong atau bahkan memaksa negara lain untuk mengurangi ekspornya secara sukarela. Dampak ekonomi jika pembatasan ekspor ini berhasil, hampir sama dengan pemberlakukan kuota impor, perebedaannya adalah pembatasan ekspor ini dilakukan oleh negara pengekspor sehingga dampak pendapatan berupa terciptanya keuntungan monopoli akan diterima oleh pengekspor.

Secara grafis, pemberlakuan kuota impor dapat dijelaskan oleh Gambar 5.

(58)

keseimbangan baru di Q1 dengan jumlah perdagangan yang lebih rendah. Keseimbangan baru tersebut menghasilkan tingkat harga *

qu

P yang lebih rendah dari PW . Tingkat harga tersebut menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan di

[image:58.595.101.511.319.561.2]

negara importir yang dapat dihilangkan pada tingkat harga domestik Pqu, pada perpotongan kurva permintaan dengan kurva penawaran domestik yang baru. Pengenaan kuota sama halnya dengan tarif impor yang menguntungkan produsen namun merugikan konsumen karena konsumen harus menerima tingkat harga yang lebih tinggi.

Gambar 5. Dampak Pemberlakuan Kuota Impor

Sumber: Krugman, 2000 dan Tweeten, 1992.

Tabel 6 menunjukkan dampak pemberlakuan kuota impor terhadap kesejahteraan dimana negara eksportir secara nasional akan mengalami penurunan kesejahteraan karena berkurangnya surplus produsen. Sedangkan bagi negara importir, kuota akan bermanfaat jika daerah i lebih besar dari daerah (g + h). Secara umum kuota atau pembatasan impor akan menurunkan kesejahteraan dunia. * qu P W P 0 P

e f i

g h a b c d

1

Q Q0

Q * 4 q * 3 q * 2 q * 1

q q1 q2 q3 q4 Q

ES qu ED ED qu P qu S

Q 0 0 P P * D D * S S

Pasar Home

(importir) Pasar Dunia

Pasar Foreign

(59)

Tabel 6. Dampak Pemberlakuan Kuota Impor terhadap Kesejahteraan

Eksportir Importir

Surplus Konsumen Surplus Produsen Penerimaan Kuota

Net National Welfare

a

-(a + b + c + d) -

-(b + c + d)

-(e + f + g + h) e

f + i i – (g + h)

Net World Welfare -(b + d + g + h)

Sumber: Tweeten, 1992.

Sedangkan untuk pemberlakuan kuota ekspor dapat diperlihatkan oleh Gambar 6. Pembatasan ekspor ini pada dasarnya adalah untuk menjamin ketersediaan produk ekspor tersebut di dalam negeri, selain itu juga ditujukan untuk pengawasan produksi dan pengendalian harga agar stabil. Kuota ekspor yang dilakukan oleh negara Foreign selaku eksportir menyebabkan kurva ES

patah sehingga perdagangan terjadi dalam jumlah yang lebih sedikit dari * 4 *

1 q

q

menjadi sebesar Q1. Hal ini berdampak pada peningkatan harga dunia menjadi

qu

[image:59.595.102.510.489.694.2]

P sedangkan harga di negara eksportir turun. Kenaikan harga dunia tersebut menyebabkan penurunan volume perdagangan.

Gambar 6. Dampak Pemberlakuan Kuota Ekspor

Sumber: Tweeten, 1992.

0

Pasar Home

(importir)

f g h i e

*

qu

D a b c d

1

Q Q0

Q * 4 q * 3 q * 2 q * 1

q q1 q2 q3 q4 Q

ES qu ES ED qu P * qu

P

W P Q 0 0 P P P * D D * S S Pasar Dunia Pasar Foreign
(60)

Tabel 7. Dampak Pemberlakuan Kuota Ekspor terhadap Kesejahteraan

Eksportir Importir

Surplus Konsumen Surplus Produsen Penerimaan Kuota

Net National Welfare

a + b -(a + b + c + d)

c + e -d + e

-(f + g + h + i) f - -(g + h + i)

Net World Welfare -(d + g + i)

Sumber: Tweeten, 1992.

Pemberlakuan kuota ekspor meningkatkan surplus konsumen di negara eksportir sebesar (a + b) karena harga yang diterima konsumen untuk komoditi yang diekspor menjadi lebih rendah. Sebaliknya surplus produsen di negara eksportir menurun cukup besar dan di negara importir total kesejahteraan nasionalnya menurun sebesar (g + h + i). Secara umum kuota atau pembatasan ekspor akan menurunkan kesejahteraan dunia.

2.3. Error Correction Model

(61)

Pengabaian terhadap sifat non stasioner dari data deret waktu menyebabkan tingginya korelasi antara variabel dependen dan independen walaupun secara aktual keduanya tidak terkait yang disebut dengan spurious co

Gambar

Gambar 1. Keseimbangan Parsial
Gambar 2. Dampak Pemberlakuan Tarif Impor
Gambar 3. Dampak Pemberlakuan Tarif Ekspor Sumber: Krugman, 2000 dan Tweeten, 1992.
Gambar 5. Dampak Pemberlakuan Kuota Impor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ruang lingkup penelitian dalam tulisan ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam Indonesia ke negara Amerikat Serikat, Jepang, China, Jerman,

UKE TRI EVASARI. Dampak Fasilitasi Perdagangan terhadap Ekspor Elektronika Indonesia ke Negara-Negara Anggota APEC. Dibimbing oleh WIDYASTUTIK. Industri elektronika

perkembangan luas areal, produksi, produktivitas dan ekspor kopi Indonesia, (2) perkembangan ekspor kopi Indonesia ke Asia (negara tujuan ekspor utama yaitu Jepang dan

Hasil pengolahan data menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam di Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia adalah harga ekspor karet alam,

Hal ini berarti sekitar 92,82% variasi volume ekspor karet alam Indonesia ke Negara Amerika Serikat dapat dijelaskan oleh volume ekspor karet alam Indonesia ke negara importir

Variabel yang memiliki pengaruh terhadap karet alam Indonesia ke Amerika Serikat adalah kuantitas perdagangan, harga karet alam, harga karet alam pada tahun

Khususnya menganalisis penawaran ekspor karet alam Indonesia ke negara-negara konsumen utama, penawaran ekspor karet alam negara produsen pesaing utama, permintaan

Dalam konteks ekspor karet alam, peningkatan perdagangan dengan China memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan perekonomian dengan cara yang sesuai dengan