DAMPAK KEBERADAAN IPB
TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR KAMPUS
DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PEREKONOMIAN
KABUPATEN BOGOR
ARYS SUHARYANTO
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
DAMPAK KEBERADAAN IPB
TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR KAMPUS
DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PEREKONOMIAN
KABUPATEN BOGOR
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan
sebelumnya. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Juli 2007
ABSTRAK
ARYS SUHARYANTO. Dampak Keberadaan IPB terhadap Ekonomi Masyarakat Sekitar Kampus dan Kontribusinya terhadap Perekonomian Kabupaten Bogor. (Hermanto Siregar sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Sjafrida Manuwoto sebagai Anggota Komisi Pembimbing).
Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan dalam aliran-aliran yang menyangkut, arus, pendapatan dan manfaat (benefit) kepada masyarakat lokal, wilayah maupun nasional. Keberadaan kampus IPB Darmaga diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah keberadaan kampus IPB Darmaga memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat sekitar kampus dan Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi untuk melihat kontribusi keberadaan kampus IPB terhadap masyarakat sekitar serta analisis I-O untuk melihat peran keberadaan IPB dalam menunjang perekonomian wilayah Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi keberadaan kampus IPB, khususnya kampus Darmaga, dalam meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan Kabupaten Bogor sangat dirasakan sekali. Oleh karena itu pengembangan wilayah perlu dikelola secara terpadu dengan melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan, terutama masyarakat sekitar IPB, institusi IPB dan Pemerintah Kabupaten Bogor.
@ Hak cipta milik Arys Suharyanto, tahun 2007 Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,
DAMPAK KEBERADAAN IPB
TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR KAMPUS
DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PEREKONOMIAN
KABUPATEN BOGOR
ARYS SUHARYANTO
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PRAKATA
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan tesis ini. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Sains (S2) pada Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD), Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan tesis ini, terutama kepada Komisi
Pembimbing, yaitu Bapak Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec sebagai Ketua Komisi
Pembimbing dan Ibu Prof. Dr. Ir. Sjafrida Manuwoto, M.Sc selaku Anggota
Komisi Pembimbing. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Prof. Ir. Isang Gonarsyah, Ph.D selaku Ketua Program Studi PWD, rekan-rekan
mahasiswa PWD 2003 yang telah memberikan masukan dan dukungan serta
dorongan semangat dan pendampingan selama pengumpulan data lapangan.
Kepada Ditjen Dikti Depdiknas RI selaku sponsor/penyandang dana selama
penulis melakukan studi disampaikan penghargaan dan terima kasih. Tak lupa
kepada Papa M. Aszahari dan Mama S. Asiah Ainie yang memegang peranan
besar melalui do’a-do’a nya.
Penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh
karenanya kritik maupun saran sangat diperlukan untuk perbaikan dan
pengembangan dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap agar tesis ini dapat bermanfaat baik bagi diri
penulis maupun pihak-pihak lain yang menggunakan.
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Telukbetung-Bandar Lampung pada tanggal
1 Januari 1970 dari Papa M. Aszahari dan Mama S. Asiah Ainie. Penulis
merupakan anak ke 1 (satu) dari 5 (lima) bersaudara. Penulis menyelesaikan
pendidikan SD (Sekolah Dasar) Negeri 18 Tanjungkarang tahun 1983 dan SMP
(Sekolah Menengah Pertama) Negeri 2 pada tahun 1986 di Bandar Lampung.
Selanjutnya sekolah lanjutan tingkat atas penulis selesaikan di SMA (Sekolah
Menengah Atas) Negeri 3 Bandar Lampung pada tahun 1989, dan pada tahun
yang sama diterima di Jurusan Manajemen Program Studi Manajemen Perusahaan
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Strata Satu (S1)
tersebut penulis selesaikan pada tahun 1994. Selanjutnya penulis masuk
Strata Dua (S2) Magister Sains pada Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor pada tahun 2003.
Penulis adalah Staf Pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Saburai
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Kegunaan Penelitian ... 7
1.5 Ruang Lingkup dan Limitasi Studi ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Peran Masyarakat pada Sektor Informal ... 9
2.2 Peran Perekonomian Masyarakat Sekitar Kampus Darmaga 11 bagi Perekonomian Wilayah / Pengembangan Wilayah ... 2.3 Input-Output Model ... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28
3.1 Kerangka Pemikiran ... 28
3.2 Hipotesis ... 31
3.3 Metode Penelitian ... 31
3.3.1 Lokasi Penelitian ... 31
3.3.2 Jenis dan Sumber Data ... 31
3.3.3 Analisis Data ... 32
3.3.4 Definisi Operasional ... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Bogor ... 41
4.1.1 Sejarah Singkat ... 41
4.1.2 Geografi dan Pemerintah ... 43
4.1.3 Visi dan Misi ... 46
4.1.4 Klimatologi ... 46
4.1.5 Kesejahteraan Sosial ... 49
4.1.6 Perekonomian ... 50
4.1.7 Prasarana Wilayah ... 53
4.1.8 Sosial, Seni dan Budaya ... 59
4.3 Gambaran Umum Institut Pertanian Bogor ... 64
4.3.1 Kondisi Geografis ... 64
4.3.2 Sejarah Ringkas IPB ... 64
4.4 Analisis Regresi ... 70
4.4.1 Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh ... terhadap Pendapatan ... 73
4.5 Analisis I-O ... 75
4.5.1 Struktur I-O ... 76
4.5.2 Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage) dan ... 78
Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage) ... 4.5.3 Koefisien Penyebaran ... 82
(Coefficient of Dispersion=CD) dan Kepekaan ... Penyebaran (Sensitivity of Dispersion= SD) ... 4.5.4 Pengganda Output dan Pengganda Pendapatan ... 85
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... .. 88
5.1 Simpulan ... 88
5.2 Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 93
DAMPAK KEBERADAAN IPB
TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR KAMPUS
DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PEREKONOMIAN
KABUPATEN BOGOR
ARYS SUHARYANTO
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
DAMPAK KEBERADAAN IPB
TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR KAMPUS
DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PEREKONOMIAN
KABUPATEN BOGOR
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan
sebelumnya. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Juli 2007
ABSTRAK
ARYS SUHARYANTO. Dampak Keberadaan IPB terhadap Ekonomi Masyarakat Sekitar Kampus dan Kontribusinya terhadap Perekonomian Kabupaten Bogor. (Hermanto Siregar sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Sjafrida Manuwoto sebagai Anggota Komisi Pembimbing).
Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan dalam aliran-aliran yang menyangkut, arus, pendapatan dan manfaat (benefit) kepada masyarakat lokal, wilayah maupun nasional. Keberadaan kampus IPB Darmaga diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah keberadaan kampus IPB Darmaga memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat sekitar kampus dan Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi untuk melihat kontribusi keberadaan kampus IPB terhadap masyarakat sekitar serta analisis I-O untuk melihat peran keberadaan IPB dalam menunjang perekonomian wilayah Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi keberadaan kampus IPB, khususnya kampus Darmaga, dalam meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan Kabupaten Bogor sangat dirasakan sekali. Oleh karena itu pengembangan wilayah perlu dikelola secara terpadu dengan melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan, terutama masyarakat sekitar IPB, institusi IPB dan Pemerintah Kabupaten Bogor.
@ Hak cipta milik Arys Suharyanto, tahun 2007 Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,
DAMPAK KEBERADAAN IPB
TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR KAMPUS
DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PEREKONOMIAN
KABUPATEN BOGOR
ARYS SUHARYANTO
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PRAKATA
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan tesis ini. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Sains (S2) pada Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD), Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan tesis ini, terutama kepada Komisi
Pembimbing, yaitu Bapak Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec sebagai Ketua Komisi
Pembimbing dan Ibu Prof. Dr. Ir. Sjafrida Manuwoto, M.Sc selaku Anggota
Komisi Pembimbing. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Prof. Ir. Isang Gonarsyah, Ph.D selaku Ketua Program Studi PWD, rekan-rekan
mahasiswa PWD 2003 yang telah memberikan masukan dan dukungan serta
dorongan semangat dan pendampingan selama pengumpulan data lapangan.
Kepada Ditjen Dikti Depdiknas RI selaku sponsor/penyandang dana selama
penulis melakukan studi disampaikan penghargaan dan terima kasih. Tak lupa
kepada Papa M. Aszahari dan Mama S. Asiah Ainie yang memegang peranan
besar melalui do’a-do’a nya.
Penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh
karenanya kritik maupun saran sangat diperlukan untuk perbaikan dan
pengembangan dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap agar tesis ini dapat bermanfaat baik bagi diri
penulis maupun pihak-pihak lain yang menggunakan.
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Telukbetung-Bandar Lampung pada tanggal
1 Januari 1970 dari Papa M. Aszahari dan Mama S. Asiah Ainie. Penulis
merupakan anak ke 1 (satu) dari 5 (lima) bersaudara. Penulis menyelesaikan
pendidikan SD (Sekolah Dasar) Negeri 18 Tanjungkarang tahun 1983 dan SMP
(Sekolah Menengah Pertama) Negeri 2 pada tahun 1986 di Bandar Lampung.
Selanjutnya sekolah lanjutan tingkat atas penulis selesaikan di SMA (Sekolah
Menengah Atas) Negeri 3 Bandar Lampung pada tahun 1989, dan pada tahun
yang sama diterima di Jurusan Manajemen Program Studi Manajemen Perusahaan
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Strata Satu (S1)
tersebut penulis selesaikan pada tahun 1994. Selanjutnya penulis masuk
Strata Dua (S2) Magister Sains pada Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor pada tahun 2003.
Penulis adalah Staf Pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Saburai
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Kegunaan Penelitian ... 7
1.5 Ruang Lingkup dan Limitasi Studi ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Peran Masyarakat pada Sektor Informal ... 9
2.2 Peran Perekonomian Masyarakat Sekitar Kampus Darmaga 11 bagi Perekonomian Wilayah / Pengembangan Wilayah ... 2.3 Input-Output Model ... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28
3.1 Kerangka Pemikiran ... 28
3.2 Hipotesis ... 31
3.3 Metode Penelitian ... 31
3.3.1 Lokasi Penelitian ... 31
3.3.2 Jenis dan Sumber Data ... 31
3.3.3 Analisis Data ... 32
3.3.4 Definisi Operasional ... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Bogor ... 41
4.1.1 Sejarah Singkat ... 41
4.1.2 Geografi dan Pemerintah ... 43
4.1.3 Visi dan Misi ... 46
4.1.4 Klimatologi ... 46
4.1.5 Kesejahteraan Sosial ... 49
4.1.6 Perekonomian ... 50
4.1.7 Prasarana Wilayah ... 53
4.1.8 Sosial, Seni dan Budaya ... 59
4.3 Gambaran Umum Institut Pertanian Bogor ... 64
4.3.1 Kondisi Geografis ... 64
4.3.2 Sejarah Ringkas IPB ... 64
4.4 Analisis Regresi ... 70
4.4.1 Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh ... terhadap Pendapatan ... 73
4.5 Analisis I-O ... 75
4.5.1 Struktur I-O ... 76
4.5.2 Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage) dan ... 78
Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage) ... 4.5.3 Koefisien Penyebaran ... 82
(Coefficient of Dispersion=CD) dan Kepekaan ... Penyebaran (Sensitivity of Dispersion= SD) ... 4.5.4 Pengganda Output dan Pengganda Pendapatan ... 85
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... .. 88
5.1 Simpulan ... 88
5.2 Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 93
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Bentuk Dasar Tabel Input-Output ... 23
2. Definisi Operasional ... ... 34
3. Struktur Tabel Input-Output Kabupaten Bogor ... 37
4. Jumlah Penduduk Berumur 10 Tahun ke-atas Menurut Status ... 50
Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bogor Tahun 2005 ... . 5. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor Tahun 2002-2005... 50
6. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Berdasarkan ... 51
Lapangan Usaha Tahun 2002-2005... ... 7. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Kelompok Sektor ... 52
Kabupaten Bogor Tahun 2002-2005... 8. Perbandingan PDRB dan PAD Kabupaten Bogor Tahun 2002-2005 ... 53
9. Jumlah Penduduk Berumur 10 Tahun ke-atas yang Bekerja Menurut ... .. 61
Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bogor ... Tahun 2005 ... 10.Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Dramaga Tahun 2003... 63
11.Potensi Desa Kecamatan Dramaga ... 63
12.Jumlah Mahasiswa IPB Tahun 2003/2004 (Kumulatif) ... 68
13.Jumlah SDM IPB Tahun 2003/2004 ... 69
14.Hasil Dugaan Koefisien Regresi Berganda Faktor-Faktor yang ... ... 72
Mempengaruhi Pendapatan Usaha Sektor Informal di Sekitar Kampus ... IPB Darmaga ... 15.PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor atas Dasar ... .. 76
Harga Berlaku dan atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2002-2005 .. 16.Komponen Penyusun Tabel Input-Output Kabupaten Bogor 2003 ... 77
17.Komponen Nilai Tambah Bruto Sektor Ekonomi Kabupaten Bogor ... 78
Tahun 2003 ... 18.Keterkaitan Antar Sektor Perekonomian Kabupaten Bogor 2003 ... 80
19.Koefisien Daya Penyebaran dan Daya Kepekaan Sektor-Sektor ... 83
20.Dampak Peningkatan Sektor Jasa IPB terhadap Output Akhir ... 85
di Kabupaten Bogor ... .
21.Dampak Peningkatan Sektor Jasa IPB terhadap Pendapatan ... 87
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Dimensi Pembangunan Berkelanjutan ... 15
2. Interaksi Aspek-Aspek Pendukung Pembangunan Berkelanjutan ... 17
3. Kerangka Berpikir Tiga Dimensi Tentang Berkelanjutan ... 18
4. Bagan Kerangka Pemikiran Dampak Keberadaan IPB terhadap ... 30
Ekonomi Masyarakat Sekitar Kampus dan Kontribusinya ...
terhadap Perekonomian Kabupaten Bogor ...
5. Peta Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Bogor ... 45
6. Peta Curah Hujan di Kabupaten Bogor ... 47
7. Peta Jenis Tanah di Kabupaten Bogor ... 48
8. Peta Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Bogor ... 56
9. Peta Daerah Resapan Air di Kabupaten Bogor ... 57
10.Peta Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Bogor ... 58
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Hasil Analisis Regresi Sektor Informal (8 Peubah) ... 97
2. Hasil Analisis Regresi Sektor Informal (6 Peubah) ... 98
3. Tabel I-O Kabupaten Bogor 2003 ... 99
4. Koefisien Tehnis = Matriks A ... 103
5. Matriks Identitas (Matriks 1) ... 106
6. Matriks 1 A ... 109
7. Matriks Invers (1-A) ... 112
8. Dampak Output ... 116
9. Banyaknya Desa Menurut Klasifikasi Desa di Kabupaten Bogor 2005 .. . 117
10.Banyaknya Desa, RT dan Keluarga di Kabupaten Bogor Tahun 2005 ... 118
11.Jumlah Penduduk Keadaan 1 Januari 2005 Menurut Jenis Kelamin ... 119
di Rinci Per Kecamatan di Kabupaten Bogor ... ...
12.Banyaknya Desa Menurut Desa Kota dan Pedesaan ... 120
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya
perubahan dalam aliran-aliran baru yang menyangkut arus pendapatan dan
manfaat (benefit) kepada masyarakat lokal, regional bahkan sampai tingkat nasional. Program pembangunan dapat mendatangkan dampak berupa
manfaat-manfaat yang positif atau juga berupa kemudharatan (kebanyakan) negatif kepada
masyarakat, terutama kepada mereka yang tinggal di dekat sekitar kegiatan
ekonomi sebagai penerima akibat (dampak) dari program pembangunan yang
bersangkutan. Komunitas lokal harus mencari/mendapat peluang agar terjadi
penyesuaian terhadap perubahan karena keadaan baru tersebut (Anwar 1995).
Pembangunan dapat dikonseptualisasikan ke dalam suatu proses perbaikan
yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara
keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau manusiawi (Rustiadi et al. 2003). Rencana pembangunan atau pengembangan yang biasanya dihasilkan oleh
tenaga ahli atau konsultan pada umumnya berasal dari budaya atau latar belakang
sosial yang berbeda dalam mengatasi permasalahan penting yang mereka
temukan. Seyogyanya rencana pembangunan dimulai dengan mengenali potensi
dan kebutuhan masyarakat penerima manfaat dan penanggung risiko. Dengan
demikian kegiatan pembangunan yang mencakup perencanaan, pembiayaan,
pelaksanaan dan pemantauan serta evaluasi, akan bertitik tolak dari keinginan dan
kemampuan masyarakat penerima manfaat dan penanggung risiko itu sendiri.
Perumusan kebijakan dan pemilihan prioritas yang tajam merupakan
sarana untuk mengimplementasikan apa yang tercantum dalam perencanaan
program pembangunan. Sasaran dari perencanaan pembangunan dapat
dikelompokan atas 3 sasaran umum yaitu: (1) efisiensi, (2) keadilan dan
akseptabilitas masyarakat, dan (3) keberlanjutan (Rustiadi et al. 2003). Pembangunan yang merupakan hasil perencanaan harus merupakan perwujudan
keadilan dan melibatkan partisipasi masyarakat, sehingga masyarakat lokal dapat
Perencanaan pembangunan modern, diartikan sebagai bentuk kajian yang
sistematis yang meliputi aspek fisik, sosial maupun ekonomi untuk mendukung
dan mengarahkan pemanfaatan sumberdaya dalam memilih cara yang terbaik
untuk meningkatkan produktifitas agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
secara berkelanjutan. Pemberlakuan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan implikasi yang luas dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah yang lebih
terdesentralisasi, serta mengisyaratkan pentingnya pendekatan pembangunan
berbasis pengembangan wilayah. Pembangunan berbasis pengembangan wilayah
dan lokal memandang pentingnya keterpaduan antarsektoral, antar spasial serta
antar pelaku pembangunan di dalam maupun di luar daerah, sehingga setiap
program pembangunan sektoral dilaksanakan dalam kerangka pembangunan
wilayah.
Otonomi daerah memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, sementara tugas
pemerintah pusat akan lebih terbatas khususnya yang menyangkut kebijaksanaan
dan penentuan norma-norma, penetapan standar, penyusunan prosedur dan
pengembangan human capital dan social capital. Daerah menjadi mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam pengelolaan sumberdaya yang dimilikinya,
baik sumberdaya alam (natural capital), sumberdaya buatan (man made capital), sumberdaya manusia (human capital) maupun sumberdaya sosial (social capital). Otonomisasi memberikan banyak kewenangan kepada pemerintah daerah, namun
dalam implementasinya memerlukan penjabaran dan peninjauan kembali
dasar-dasar pengembangannya untuk mampu memenuhi berbagai aspek kebutuhan
dalam mewujudkan pembangunan daerah yang bertanggung jawab berdasarkan
moral kemanusiaan, sesuai dengan sasaran dan tujuan akhir pembangunan.
Pemberian kewenangan kepada pemerintah daerah juga telah
memunculkan permasalahan baru, yaitu terciptanya orientasi untuk memperoleh
penerimaan daerah sebesarnya sehingga cenderung terjadi eksploitasi
besar-besaran atas sumberdaya alam. Selain itu sikap berlebihan pemegang otoritas
justru merusak tatanan kehidupan bermasyarakat serta memperparah kerusakan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
Melihat perkembangan tersebut diatas, suatu wilayah atau kawasan
diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam menunjang pembangunan
dan peningkatan pendapatan masyarakat. Untuk mencapai sasaran pembangunan
tersebut, diperlukan langkah-langkah atau strategi pembangunan yang
mengutamakan keterpaduan baik dalam lingkup lintas sektor, antarsektor maupun
wilayah. Dengan pendekatan tersebut, diharapkan suatu pembangunan yang
mantap dan efisien dapat terwujud dalam mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan. Pembangunan semacam itu tidak lain adalah usaha pengentasan
kemiskinan dan pengembangan wilayah dengan pemanfaatan berbagai
sumberdaya yang tersedia melalui peningkatan produktivitas serta nilai tambah.
Untuk itu diperlukan strategi dan sistem pengelolaan pembangunan yang lebih
mendukung dan berkelanjutan (sustainable).
Perguruan Tinggi memiliki peran yang penting dalam pembangunan
nasional yang berkelanjutan. Salah satu aspek penting pembangunan nasional
adalah pembangunan sumber daya manusia untuk menciptakan tenaga kerja yang
produktif dalam upaya memadukan pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi
dengan pemerataan pembangunan. Peran ini diusung oleh Perguruan Tinggi
sebagai tempat untuk mendidik sumber daya manusia yang berkemampuan dan
berdaya guna. Globalisasi telah menghasilkan beberapa tantangan serius bagi
Perguruan Tinggi di negara-negara berkembang (Mohamedbhai dalam Breton and Lambert 2003).
Morgan (2002) meneliti peran pendidikan tinggi dalam pembangunan
ekonomi dengan menggunakan model elite dan model outreach/diffusion, di Wales. Model outreach/diffusion menitikberatkan kepada hubungan beberapa tema yaitu formasi keterampilan dan reproduksi sosial, antisipasi globalisasi,
pembangunan modal sosial dan pengeluaran sosial. Sementara model elite menitikberatkan kepada perubahan teknologi dan tingkat daya saing nasional.
Roisin Thanki (1997) melihat bahwa institusi pendidikan tinggi memiliki
potensi untuk berkontribusi nyata terhadap pembangunan ekonomi di wilayah
dapat dipacu dengan menumbuhkan pentingnya ilmu pengetahuan dan informasi
dalam ekonomi global. Pendidikan tinggi memiliki kapasitas untuk
mengembangkan tidak hanya kehidupan ekonomi di wilayahnya tetapi juga
kehidupan sosial, politik dan budaya. Peran pendidikan tinggi dalam
pembangunan regional lebih banyak difokuskan dalam aspek pertumbuhan
ekonomi melalui perubahan-perubahan yang menyesuaikan ekonomi dan
kebijakan-kebijakan terakhir.
Melihat perkembangan pembangunan nasional dewasa ini, peran
Perguruan Tinggi dalam memacu percepatan pembangunan secara dinamis serta
terencana sangat diperlukan. Peran tersebut dapat dimulai dari masyarakat sekitar
kampus, yang kemudian akan memberikan kontribusinya pada pembangunan
daerah. Pertumbuhan dinamis pada tingkatan regional tentunya akan menambah
gemuruh laju percepatan pembangunan pada skala nasional.
Pembangunan dalam suatu tempat tertentu membutuhkan koordinasi yang
terkait dengan rencana pembangunan regional dan nasional. Hal ini meliputi unsur
sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alamnya.
Pada dasarnya pembangunan regional merupakan penghubung antara lokal dan
nasional. Oleh karenanya pembangunan pada masyarakat sekitar akan berdampak
pada pembangunan regional yang pada giliranya akan memacu pembangunan
nasional.
Sejalan dengan harapan pada Perguruan Tinggi untuk dapat memacu
pertumbuhan dan percepatan pembangunan, pada Konferensi Tingkat Dunia yang
diselenggarakan UNESCO pada Oktober 1988 di Paris, didiskusikan tuntutan
yang lebih besar terhadap peran dan fungsi pendidikan dan penelitian yang lebih
tinggi pada masyarakat modern. Konferensi membahas tantangan-tantangan
utama dalam pendidikan yang lebih tinggi dengan merumuskan tindakan-tindakan
yang lebih baik untuk mencapai harapan pendidikan yang lebih bermanfaat bagi
masyarakat. Oleh karenanya Perguruan Tinggi sebagai salah satu institusi
Pendidikan, sangat diharapkan perannya dalam mendukung pembangunan yang
berkelanjutan. Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai salah satu Perguruan Tinggi
terkemuka di Indonesia tentunya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
berada di lingkungan sekitarnya. Dengan keberadaannya, masyarakat berharap
kepada IPB untuk mampu memberikan jalan keluar bagi pemecahan permasalahan
sosial dan ekonomi dilingkungan sekitarnya, daerah bahkan nasional.
Keberadaan sebuah kampus Universitas/Perguruan Tinggi dalam suatu
wilayah tentunya akan sangat berpengaruh pada masyarakat sekitarnya.
Keberadaan ini tentunya akan menimbulkan perubahan struktur wilayah dan
berbagai kepentingan yang terkait baik secara ekonomi maupun secara sosial.
Masyarakat sekitar tentunya berharap dengan keberadaan sebuah kampus
Universitas/Perguruan Tinggi dapat memberikan perubahan pada kehidupannya
berupa peningkatan taraf hidup dan peningkatan kesejahteraan melalui interaksi
berbagai aktivitas sosial dan perekonomian serta menciptakan dan memberikan
lapangan pekerjaan pada sektor formal maupun informal.
Sebagai pihak yang senantiasa berinteraksi dengan geliat kehidupan
kampus IPB, keberadaan masyarakat sekitar kampus IPB akan berpengaruh secara
timbal balik satu sama lain. Oleh karenanya penting untuk mengetahui dampak
keberadaan IPB terhadap masyarakat sekitar kampus IPB khususnya kampus IPB
Darmaga dan terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Bogor.
Kawasan di sekitar kampus IPB Darmaga, merupakan kawasan yang
sangat potensial dan belum tergarap secara penuh untuk menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang menopang pendapatan asli daerah (PAD).
Kawasan di sekitar kampus IPB Darmaga ini pada umumnya berkembang begitu
pesat dengan kehadiran aktivitas kampus dari pagi sampai malam hari. Kehadiran
kampus IPB di kawasan ini berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat,
kualitas sumber daya manusia dan tingkat kesehatan serta daya beli yang
meningkat.
Mempertimbangkan beberapa hal tersebut di atas, maka penelitian dengan
1.2 Perumusan Masalah
Sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah yang dimulai pada awal
tahun 2001, maka peranan pemerintah daerah sangat penting dalam menggali
potensi lokalnya sebagai penambah sumber pembiayaan keuangan dalam
membantu membiayai pembangunan daerah secara mandiri. Untuk itulah
Pemerintah Kota dan Pemerintah Kabupaten dalam hal peningkatan sisi
penerimaan berupaya agar potensi lokal yang ada dapat meningkatkan pemasukan
kas daerah atau dengan kata lain sebagai kontribusi bagi pendapatan asli daerah
(PAD). Pemerintah Kota dan Pemerintah Kabupaten dituntut untuk mampu
memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada secara optimal sehingga nantinya
diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam peningkatan PAD serta
kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi, terdapat permasalahan yang muncul
dengan adanya otonomi, yaitu daerah berlomba-lomba mengeksploitasi
sumberdaya yang dimilikinya sehingga mengancam keberlanjutan pembangunan.
Kondisi ini menyebabkan terjadinya pengelolaan ekosistem dan sumberdaya yang
tidak lestari, apalagi jika otonomi daerah tidak diiringi oleh peningkatan kapasitas
dan kesadaran akan pentingnya ekologi dalam manajemen sumberdaya. Selain itu
munculnya rasa ‘primordialisme’ (rasa kedaerahan, suku, dll) yang berlebihan dapat menghambat aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat.
Pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan kebutuhan manusia
untuk tetap berkembang menjadi lebih sejahtera dan lebih makmur karena
didukung oleh lingkungan yang lebih baik. Pembangunan berkelanjutan juga
memerlukan peran serta segenap komponen pendukung, baik berupa kemampuan
dan fungsi alam dan lingkungan hidup yang baik dan utuh, kemampuan sosial
masyarakat yang semakin maju dan pertumbuhan nilai tambah ekonomi yang
semakin merata (Soegijoko dan Kusbiantoro 1997).
Pengelolaan wilayah dan kawasan di sekitar kampus IPB Darmaga hingga
saat ini menyangkut kepentingan berbagai pihak termasuk didalamnya pemerintah
kepentingan pemerintah dengan pembangunan di sisi lain dengan kepentingan
ekonomi masyarakat.
Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas, maka beberapa rumusan
masalah yang dibahas dan merupakan lingkup batasan kajian dalam penelitian ini
adalah:
1. Apa dan bagaimana peran masyarakat dalam pengelolaan sektor informal
yang ada di sekitar kampus IPB Darmaga ?
2. Apakah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan
perekonomian di sekitar kampus IPB Darmaga ?
3. Seberapa besar pengaruh perekonomian di sekitar kampus IPB Darmaga
terhadap peningkatan perkembangan perekonomian Kabupaten Bogor ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis peran masyarakat dalam pengelolaan sektor informal di
sekitar kampus IPB Darmaga
2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
perekonomian masyarakat di sekitar kampus IPB Darmaga.
3. Mengetahui dampak keberadaan kampus IPB terhadap perekonomian
masyarakat sekitar dan Kabupaten Bogor.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
pendapatan masyarakat dan aktivitas perekonomian di sekitar kampus IPB
Darmaga. Upaya ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada:
1. Masyarakat sekitar kampus IPB Darmaga dalam rangka memperbaiki dan
meningkatkan pendapatan.
2. Institut Pertanian Bogor dalam upaya menyusun rencana jangka panjang
3. Pemerintah Kabupaten Bogor dalam menyusun perencanaan program
peningkatan perekonomian di Kabupaten Bogor.
1.5 Ruang Lingkup dan Limitasi Studi
Ruang lingkup studi ini terdiri dari survei sosial ekonomi terhadap
masyarakat di sekitar kampus IPB Darmaga dan data sekunder mengenai agregat
aktivitas ekonomi IPB di Kabupaten Bogor. Data agregat aktivitas ekonomi IPB
digunakan karena penulis menghadapi kesulitan untuk mendisagregasikannya
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peran Masyarakat pada Sektor Informal
Pertumbuhan penduduk suatu negara yang diiringi dengan pertambahan
angkatan kerja telah menimbulkan permasalahan tersendiri. Hal ini antara lain
disebabkan belum berfungsinya semua sektor kehidupan masyarakat dengan baik
serta belum meratanya pembangunan disegala bidang sehingga ketersediaan
lapangan pekerjaan tidak seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk yang
cepat dan dinamis. Sektor formal tidak mampu memenuhi dan menyerap
pertambahan angkatan kerja secara maksimal yang disebabkan adanya
ketimpangan antara angkatan kerja yang tumbuh dengan cepat dengan lapangan
pekerjaan yang tersedia. Karena itu sektor informal menjadi suatu bagian yang
penting dalam menjawab permasalahan lapangan kerja dan angkatan kerja.
Istilah sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah
kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Tetapi akan menyesatkan bila disebutkan
perusahaan berskala kecil, karena sektor informal dianggap sebagai suatu
manifestasi situasi pertumbuhan kesempatan kerja di negara sedang berkembang,
karena itu mereka yang memasuki kegiatan berskala kecil ini di kota, terutama
bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan daripada memperoleh
keuntungan. Karena mereka yang terlibat dalam sektor ini pada umumnya miskin,
berpendidikan sangat rendah, tidak terampil dan kebanyakan para migran, jelaslah
bahwa mereka bukanlah kapitalis yang mencari investasi yang menuntungkan dan
juga bukan pengusaha seperti yang dikenal pada umumnya (Manning dan
Tadjuddin 1996).
Saat ini, sektor informal menjadi bagian penting dalam perumusan
kebijakan ketenagakerjaan. Sektor informal merupakan salah satu alternatif
kesempatan kerja yang mampu menampung tenaga kerja tanpa persyaratan
tertentu seperti tingkat pendidikan dan keterampilan kerja. Hal ini merupakan
salah satu faktor utama yang memudahkan tenaga kerja memasuki sektor ini dan
semakin mengukuhkan kehadirannya sebagai penyangga terhadap kelebihan
angka pengangguran di Indonesia (Harahap dan Sri Hastuty 1998). Pemberdayaan
sektor informal merupakan bagian dari pemberdayaan perekonomian rakyat guna
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Dalam beberapa hal, sektor informal
lebih dapat beradaptasi dan tidak terganggu oleh manajemen operasional yang
kaku. Dalam periode krisis perekonomian nasional, sektor informal yang bersifat
adaptif dan lentur, masih tetap bertahan bahkan mampu mengembangkan
peluang-peluang usaha dibandingkan dengan perusahaan besar.
Pada dasarnya, apabila seseorang mempunyai kemampuan, memiliki
sedikit pengetahuan praktis serta memiliki peralatan yang sederhana dan keuletan
berusaha maka ia dapat melakukan usaha dalam sektor informal. Selanjutnya
Tjiptoherijanto (1989), mengemukakan bahwa walaupun dikatakan secara umum
kegiatan sektor informal memberikan pendapatan yang rendah, namun bagi
golongan masyarakat kelas bawah sebenarnya penghasilan mereka cukup tinggi
meskipun didapatkan dengan penuh kerja keras. Hal ini merupakan daya tarik
tersendiri bagi orang-orang yang mencari pekerjaan yang mengakibatkan banyak
orang-orang yang masuk ke dalam sektor ini.
Adanya sifat alamiah dan sifat manusia, menyebabkan timbulnya
perpindahan penduduk dari daerah yang kurang menguntungkan, seperti daerah
pedesaan ke daerah yang lebih menjanjikan, seperti daerah perkotaan atau pusat
pertumbuhan baru sebagai tempat bermukim, bekerja, berusaha dan
bermasyarakat. Migrasi ini telah menciptakan berbagai macam lapangan usaha
baru, seperti keberadaan pekerja sektor informal. Keberadaan pekerja sektor
informal turut memberikan sumbangan bagi perkembangan dan kegiatan usaha.
Tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan sektor informal tersebut telah memberikan
sumbangan yang tidak kecil bagi ekonomi lokal dalam suatu wilayah bahkan di
dalam suatu kabupaten dimana terdapatnya sektor informal tersebut.
Dilihat dari uraian diatas, bahwa dengan terjadinya peningkatan
pendapatan masyarakat golongan bawah maka terjadi peningkatan taraf hidup
mereka. Keadaan ini diharapkan memberikan kontribusi peningkatan pendapatan
daerah dan nasional. Oleh karena itu peranan sektor informal mempunyai peran
2.2 Peran Perekonomian Masyarakat sekitar kampus Darmaga bagi Perekonomian Wilayah/Pengembangan Wilayah
Wilayah merupakan suatu area geografis yang mempunyai ciri-ciri tertentu
dan merupakan media bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi.
Berdasarkan hal ini, wilayah didefinisikan, dibatasi dan digambarkan berdasarkan
ciri atau kandungan area geografis tersebut. Selanjutnya dikatakan bahwa ciri dan
kandungan area geografis yang digunakan untuk mendefinisikan wilayah masih
tetap merupakan hal yang terus diperdebatkan dan belum tercapai konsensus.
Oleh karena itu ahli ekonomi dan pengembangan wilayah sepakat bahwa ciri-ciri
dan kandungan area geografis yang digunakan untuk mendefinisikan suatu
wilayah haruslah mencerminkan tujuan analisis atau tujuan penyusunan
kebijaksanaan pengembangan wilayah. Atas dasar konsesus di atas maka didalam
pengembangan wilayah perlu dipahami pengertian perencanaan wilayah agar arah
dan maksud perencanaan pembangunan di dalam suatu daerah atau wilayah dapat
secara lebih baik tercapai dan tidak menimbulkan ketimpangan di dalam wilayah
itu sendiri atau antar wilayah (Winoto 2000).
Glasson (1990) mendefinisikan wilayah sebagai kesatuan area geografis
yang menggambarkan hubungan ekonomi, administrasi, formulasi dan
implementasi dari pembuatan perencanaan dan kebijakan masyarakat dengan
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.
Selanjutnya dinyatakan bahwa perencanaan wilayah merupakan proses
memformulasikan tujuan-tujuan sosial dan pengaturan ruang untuk
kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapaai tujuan ekonomi sosial tersebut. Unsur spasial
merupakan dasar dan pedoman bagi seorang perencana wilayah dalam membuat
suatu rencana sektoral, daerah serta program-program pembangunan wilayah.
Secara konseptual (Glasson 1990) membedakan wilayah menjadi:
a. Wilayah Homogen yaitu wilayah yang dibatasi oleh kesamaan ciri-ciri
baik yang bersifat geogarfis, ekonomi, sosial maupun politik, sehingga
apabila terjadi perubahan dari suatu bagian wilayah akan mendorong
b. Wilayah Nodal yaitu wilayah yang dilandasi oleh adanya faktor
heterogenitas akan tetapi satu sama lain saling berhubungan erat secara
fungsional. Struktur wilayah ini dapat digambarkan sebagai suatu sel
hidup yang memiliki satu wilayah inti (pusat, metropolis) dan beberapa
wilayah plasma/pinggiran (periferi, hinterland) yang merupakan bagian sekelilingnya yang bersifat komplementer terhadap intinya dan
dihubungkan oleh pertukaran informasi secara intern.
c. Wilayah Administrasi yaitu wilayah yang dibatasi oleh kesatuan
administrasi politis penduduk dari suatu wilayah, jadi batas wilayah ini
tidak ditentukan oleh derajat interaksi ataupun homogenitas antar
komponen wilayah.
d. Wilayah Perencanaan yaitu wilayah yang mempunyai keterkaitan
fungsional antar bagian-bagian penyusunnya (yang membentuk suatu
sistem), baik keterkaitan dalam biofisik–ekologis (ekosistem) maupun
sosial ekonomi. Pada wilayah ini terdapat sifat-sifat tertentu yang
alamiah, perlu perencanaan secara integral dalam pengembangan dan
pembangunannya sehingga dapat memberikan solusi dari permasalahan
regional yang dihadapi. Wilayah ini dapat mencakup lebih dari satu
wilayah administrasi.
Dengan memahami konsep wilayah diharapkan para perencana dalam melakukan
pendekatan lebih memperhatikan komponen-komponen penyusun wilayah
tersebut yang saling berinteraksi dan mengkombinasikan potensi masing-masing
komponen sehingga tercipta suatu strategi pengembangan dan pembangunann
wilayah yang baik dan terarah.
Pembangunan wilayah bertujuan untuk mencapai pertumbuhan pendapatan
perkapita yang cepat, menyediakan dan memperluas kesempatan kerja,
memeratakan pendapatan, memperkecil disparitas kemakmuran antar
daerah/regional serta mendorong transformasi perekonomian yang seimbang
antara sektor pertanian dan industri melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang
menciptakan berbagai alternatif yang lebih baik bagi setiap anggota
masyarakatnya guna mencapai cita-citanya. Penciptaan berbagai alternatif
tersebut dicirikan oleh adanya proses transformasi ekonomi dan struktural melalui
peningkatan kapasitas produksi dan produkstivitas rata-rata tenaga kerja,
peningkatan pendapatan, penurunan disparitas pendapatan, perubahan struktur
distribusi kekuasaan antar golongan masyarakat kearah yang lebih adil, serta
transformasi kultural dan tata nilai. Perubahan yang terjadi diharapkan lebih
mengarah kepada perbaikan mutu hidup dan kehidupan masyarakat
(Nasoetion 1999).
Pembangunan wilayah yang berkelanjutan dapat memberikan manfaat
optimal bagi kepentingan masyarakat umum maupun lokal (base community). Dalam pengelolaan sumberdaya alam seyogyanya pertimbangan ekonomi dan
lingkungan berada dalam keadaan seimbang agar kelestarian sumberdaya dapat
terpelihara dan terjadinya misalokasi sumberdaya dapat dihindari (Anwar 2001b).
Pembangunan wilayah yang berkelanjutan berlandaskan kenyataan adanya
keterbatasaan kemampuan sumberdaya alam sedangkan kebutuhan manusia terus
meningkat. Kondisi seperti ini membutuhkan suatu strategi pemanfaatan
sumberdaya yang lebih efektif dan efisien. Pembangunan berkelanjutan
menitikberatkan pada tanggung jawab moral dalam memberikan kesejahteraan
bagi generasi yang akan datang. Dengan demikian permasalahan utama yang
dihadapi dalam pembangunan wilayah adalah bagaimana memperlakukan alam
dengan kapasitasnya yang terbatas dan telah mengalami degradasi baik karena
faktor alam sendiri maupun faktor intervensi manusia, secara arif bijaksana tetapi
alokasi sumberdaya secara adil sepanjang waktu dan antar generasi guna
menjamin kesejahteraannya tetap berlangsung.
Konsep pembangunan menurut Todaro (2000) adalah pembangunan harus
memenuhi tiga komponen dasar yang dijadikan sebagai basis konseptual dan
pedoman praktis dalam memahami pembangunan yang paling hakiki yaitu
Konsep pembangunan berkelanjutan dengan tetap memperhatikan
kepentingan generasi yang akan datang, pertama kali digunakan oleh Komisi
Pembangunan dan Lingkungan Dunia (World Commission on Environment and Development) atau The Brundtland Commission pada tahun 1987. Palunsu dalam Hastuti (2001) mengemukakan bahwa pembangunan yang berkelanjutan
mengandung tiga pengertian yaitu:
1. Memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan masa yang
akan datang.
2. Tidak melampaui daya dukung ekosistem.
3. Mengoptimalkan manfaat dari sumberdaya alam serta sumberdaya
manusia dengan menyelaraskan manusia dan pembangunan dengan
sumberdaya alam.
Hal terpenting yang perlu mendapat perhatian bukan pada perbedaan
interpretasi pembangunan yang berkelanjutan tersebut namun lebih terfokus pada
hal-hal yang merupakan implikasi dari pelaksanaan pembangunan. Seragaldin
(1994) mengemukakan bahwa pelaksanaan pembangunan tidak akan membawa
hasil apabila dalam proses pembangunan tersebut tidak terjadi integrasi tiga poin
utama yaitu ekonomi, ekologi dan sosiologi. Ketiga aspek- aspek kehidupan dan
Ekonomi:
Pertumbuhan, Pemerataan dan Efisiensi
(sustainable growth efficiency)
Sosial: Pemerataan (Equity) Ekologi/Lingkungan
Pemberdayaan Masyarakat Integrasi ekosistem (Ecosistem Integrity) (Empowerment) keanekaragaman hayati (Biodiversity) Keterpaduan sosial (Social Cohession) daya dukung lingkungan Partisipasi Masyarakat (Participation) (Carrying Capacity)
Sumber: Anwar (2001a)
Gambar 1. Dimensi Pembangunan Berkelanjutan
Dari aspek ekonomi, pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk
memaksimalkan kesejahteraan manusia melalui pertumbuhan ekonomi dan
efisiensi penggunaan kapital dalam keterbatasan dan kendala sumberdaya dan
teknologi. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui upaya perencanaan pembangunan
secara komprehensif dengan tetap berpijak pada tujuan-tujuan jangka panjang.
Selain itu perlu adanya pengurangan eksploitasi sumberdaya secara berlebihan
dan menghindari dampak yang mungkin timbul dari eksploitasi sumberdaya
dengan memberikan harga kepada sumberdaya (pricing) dan biaya tambahan (charge). Dengan demikian sasaran ekonomi dalam pembangunan berkelanjutan adalah peningkatan ketersediaan dan kecukupan kebutuhan ekonomi (growth), kelestarian aset dalam arti efisiensi pemanfaatan sumberdaya yang ramah
lingkungan, berkeadilan bagi masyarakat pada masa kini dan yang akan datang
Aspek ekologis didasarkan pada pertimbangan bahwa perubahan
lingkungan akan terjadi diwaktu yang akan datang dan dipengaruhi oleh aktivitas
manusia. Pandangan kologis didasarkan pada 3 prinsip utama:
1. Aktivitas ekonomi yang dilakukan manusia adalah tidak terbatas dan
berhadapan dengan ekosistem yang terbatas. Kerusakan lingkungan dan
polusi yang ditimbulkannya akan mempengaruhi life support system. 2. Aktivitas ekonomi yang lebih maju seiring dengan pertumbuhan populasi
akan meningkatkan kebutuhan akan sumberdaya alam dan tingginya
produksi limbah (waste) yang dapat merusak lingkungan karena melebihi daya dukung ekosistem.
3. Pembangunan yang dilaksanakan dalam jangka panjang akan berdampak
pada kerusakan lingkungan yang irreversible (Rees 1994).
Dari aspek sosiologi, sebagaimana dikemukakan oleh Cernea (1994),
bahwa pembangunan berkelanjutan lebih ditekankan pada pemberdayaan
organisasi sosial masyarakat yang ditujukan untuk pengelolaan sumberdaya alam
yang mengarah kepada keberlanjutan. Pendekatan partisipatif masyarakat dalam
pembangunan dilakukan dengan menciptakan kesadaran masyarakat pada
peningkatan kualitas sumberdaya manusia, penghargaan terhadap bentuk
kelembagaan dan organisasi sosial masyarakat sebagai satu sistem kontrol
terhadap jalannya pembangunan, pengembangan nilai-nilai masyarakat tradisional
yang mengandung keutamaan dan kearifan serta meningkatkan kemandirian
masyarakat dalam berorganisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
keberhasilan dan kemajuan pembangunan tidak akan tercapai tanpa adanya
keterpaduan ketiga aspek tersebut yaitu ekonomi mencakup pertumbuhan dan
efisiensi yang dapat diukur dengan kriteria materi (monetary value); ekologi atau lingkungan mencakup keutuhan ekosistem, daya dukung lingkungan dan
konservasi sumberdaya alam; dan sosial mencakup keadilan, keterpaduan
kehidupan sosial, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Keberhasilan dan
kemajuan kedua aspek terakhir tersebut (ekologi dan sosial) tidak dapat diukur
dengan kriteria materi semata (nilai uang). Interaksi ketiga aspek pendukung
Tujuan ekonomi (Economic Objective) Pertumbuhan (growth) dan Efisiensi
Distribusi pendapatan Evaluasi dampak Lingkungan
Kesempatankerja PenilaianSumberdaya
Bantuan kepada Internalisasi dampak sasaran subsidi lingkungan
Tujuan Sosial Tujuan Ekosistem
Pengentasan Kemiskinan Manajemen Sumberdaya dan Pemerataan alam
Partisipasi
Konsultasi
Pluralisme
Sumber: Anwar (2001c)
Gambar 2. Interaksi Aspek-Aspek Pendukung Pembangunan Berkelanjutan.
Interaksi ketiga aspek pendukung pembangunan berkelanjutan tersebut
(ekonomi, sosial dan lingkungan hidup/ekologi) dalam upaya pengelolaan
sumberdaya yang bertujuan untuk perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat
bukan hanya dipertimbangkan secara lokal untuk sekala waktu masa kini saja,
tetapi juga dalam sistem hirarki yang lebih luas melalui lintas skala management
(internasional, nasional dan daerah atau regional) dan temporal (tahunan, jangka
menengah, dan jangka panjang). Selanjutnya dikemukakan oleh Anwar (2001c)
bahwa, dalam kerangka tiga dimensi pembangunan berkelanjutan akan terjadi
interaksi yang kuat dan tolak angsur (trade off) antara dimensi spasial, dimensi temporal dan dimensi kesejahteraan yang masing-masing memiliki perbedaan
Sumber: Anwar (2001c)
Gambar 3. Kerangka Berfikir Tiga Dimensi tentang Keberlanjutan (sustainability) Hakekat pembangunan wilayah adalah menciptakan keadaan dimana
terjadinya alternatif nyata yang lebih banyak bagi setiap anggota masyarakat
untuk mencapai aspirasinya yang paling humanistik. Penciptaan alternatif
dicirikan oleh adanya proses transformasi karakteristik masyarakat yang ditandai
oleh adanya peningkatan kapasitas produksi dan pendapatan, penurunan disparitas
pendapatan, peningkatan produktivitas tenaga kerja, perubahan struktur distribusi
kekuasaan antar golongan masyarakat kearah yang lebih adil, transformasi
struktural dan tata nilai (virtue), yang akhirnya perubahan tersebut mengarah pada perbaikan mutu hidup dan kehidupan masyarakat.
Tingkat hidup/kesejahteraan dicerminkan oleh semakin banyak
tersedianya kebutuhan fisik dibarengi dengan perbaikan mutu kehidupan yang
meliputi mutu lingkungan fisik, pola konsumsi, rasa aman, tersedianya alternatif
jenis pekerjaan yang dapat dimasuki. Dengan demikian upaya peningkatan Spasial
Temporal
Kesejahteraan Ekonomi Sosial Lingkung
Internasional
Nasional
Regional
Lokal
Pandangan jauh ke depan memerlukan terjadinya proses yang berkembang secara evolutif yang dapat
mempengaruhi keberlanjutan (sustainability)
Skala Spasial yang parallel dan berhubungan dengan hierarkhi administrasi ekologi
Aspek-aspek ini menjadi
kesejahteraan masyarakat akan dapat tercapai dan semakin terbukanya
kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan pengembangan diri.
Pembangunan wilayah pada hakekatnya merupakan suatu perubahan atau
pelaksanaan pembangunan nasional yang dilaksanakan disuatu wilayah yang
harus disesuaikan dengan kondisi dan potensi lingkungan yang terdapat didaerah
tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi tersebut tidak
hanya terbatas pada potensi fisik saja, melainkan juga meliputi berbagai aspek
lainnya yang meliputi sosial, budaya dan politik. Dengan demikian, pembangunan
wilayah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang melibatkan
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi disuatu wilayah berdasarkan
pertimbangan kondisi setempat dan ditujukan untuk memperbaiki tingkat
kesejahteraan masyarakat.
Dalam konteks pertumbuhan regional pada umumnya dapat terjadi
sebagai akibat dari penentu-penentu endogen maupun eksogen, yakni
faktor-faktor diluar daerah, atau kombinasi keduanya. Penentu-penentu penting yang
berasal dari dalam daerah meliputi distribusi faktor produksi seperti tanah, tenaga
kerja dan modal. Sedangkan salah satu penentu eksternal yang penting adalah
tingkat permintaan dari daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh daerah
tersebut. Di sisi lain, pertumbuhan regional yang terjadi tidak dapat menyebar
secara merata dan bersamaan diseluruh wilayah. Hal ini disebabkan adanya
keragaman antar wilayah terutama keragaman dalam potensi sumberdaya alam,
teknologi dan kelembagaan. Selain itu pertumbuhan ekonomi yang terjadi akan
saling berinteraksi antar wilayah, baik interaksi menguntungkan maupun yang
merugikan. Dengan demikian dalam penelaahan pembangunan wilayah terutama
yang menyangkut dengan pusat-pusat pertumbuhan dan wilayah pendukungnya,
perlu diketahui adanya hubungan antara pusat pertumbuhan dengan daerah
hinterland-nya dalam ruang lingkup kegiatan sosial ekonomi yang tercermin dari adanya arus perpindahan orang, barang dan jasa. Hubungan yang terjadi tersebut
dapat menguntungkan (spread effect) maupun merugikan (backwash effect) terhadap hinterland sebagai akibat pertumbuhan suatu wilayah. Salah satu penyebab dari ketimpangan sosial ekonomi antar wilayah adalah struktur tata
sebagai inti sedangkan desa bertindak sebagai wilayah pheripheri (wilayah pinggiran yang mengelilingi inti).
Manusia mempunyai sifat dasar ingin selalu mencari manfaat dan
kenyamanan yang terbaik bagi dirinya ataupun kelompoknya. Suatu kelompok
masyarakat akan lebih suka bermukim di daerah yang mempunyai kesuburan baik
untuk produksi atau tempat yang mempunyai akses yang mudah untuk
mendapatkan pekerjaan, fasilitas sosial seperti rumah sakit, hiburan dan lain-lain.
Semakin tinggi ketersediaan faktor ini semakin mudah masyarakat untuk
mendapatkan kebutuhan hidupnya dan semakin menarik pula daerah tersebut
untuk tempat pemukiman.
Dengan adanya kampus IPB Darmaga, mendorong adanya migrasi
penduduk ke sekitar kampus. Kehadiran kampus menarik banyak orang untuk
mencari penghidupan yang lebih baik dan layak dari sebelumnya ditempat
tinggalnya yang terdahulu.
Teori Resource Endowment dari suatu wilayah menyatakan bahwa perkembangan ekonomi wilayah dalam pembangunan bergantung pada sumber
daya alam yang di miliki dan permintaan terhadap komoditas yang dihasilkan
dari sumber daya itu. Dalam jangka pendek sumber daya yang dimiliki suatu
wilayah merupakan suatu aset untuk memproduksi barang dan jasa yang
dibutuhkan. Nilai dari suatu sumber daya merupakan nilai dan permintaan
terhadapnya merupakan permintaan turunan. Suatu sumber daya menjadi berharga
jika dapat dimanfaatkan dalam bentuk-bentuk produksi. Pertumbuhan wilayah
jangka panjang bergantung pada kegiatan industri ekspornya. Kekuatan utama
dalam pertumbuhan wilayah adalah pemintaan ekternal akan barang dan jasa yang
dihasilkan dan dieksport oleh wilayah itu. Permintaan eksternal ini mempengaruhi
penggunaan modal tenaga kerja, dan teknologi untuk menghasilkan komoditi
ekspor. Suatu wilayah memiliki sektor ekspor karena sektor itu menghasilkan
keuntungan dalam memproduksi barang dan jasa, mempunyai sumber daya yang
unik, dan mempunyai beberapa tipe keuntungan tranportasi. Dalam
perkembangannya perekonomian wilayah cenderung membentuk kegiatan
pendukung yang dapat menguatkan posisi yang menguntungkan dalam sektor
yang dapat meningkatkan aliran modal dan teknologi yang dibutuhkan untuk
pembangunan wilayah.
Myrdal dalam Soekirno (1986) menyatakan bahwa usaha pembangunan di daerah/wilayah yang lebih maju (Growth Centre) akan memberikan dampak kepada daerah sekitarnya (hinterland). Dampak kepada daerah sekitarnya tersebut bersifat negatif, apabila terjadi penguasaan terhadap daerah sekitarnya (backwash effect) sehingga mengakibatkan adanya pertumbuhan wilayah yang terpusat (gonvergence), sebaliknya dapat pula berdapak positif, apabila dapat mendorong pertumbuhan wilayah sekitarnya (spread effect) sehingga menimbulkan pertumbuhan yang menyebar. Selanjutnya Richardson (1972), berpendapat bahwa
pada proses pembangunan ekonomi dengan adanya kecenderungan pemusatan
penduduk dan ketersediaan fasilitas, maka investasi diwilayah inti pada mulanya
lebih efisien karena berkaitan dengan efisien usaha (economies of scale) dimana masing-masing individu akan memanfaatkan keuntungan-keuntungan eksternal.
Dengan demikian akhirnya terjadi pemusatan investasi pada wilayah inti, baik
investasi publik maupun investasi swasta. Kecenderungan pemusatan aktivitas
ekonomi maupun pemusatan penduduk diwilayah inti, pada negara-negara bukan
sosialis lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara sosialis. Di negara
sosialis seperti Negara Persemakmusran Rusia, Republik Rakyat Cina dan Kuba,
pertumbuhan ekonominya lebih lamban dan struktur politik perekonomiannya
lebih mengutamakan pembangunan pertanian di wilayah pedesaan (pheriphery) sehingga arus migrasi dapat dikendalikan. Pemusatan aktivitas ekonomi dan
penduduk diwilayah inti pada akhirnya akan mengakibatkan adanya kajian-kajian
ekonomi (diseconomies of scale) karena timbulnya biaya-biaya sosial (social cost) yang semakin besar, seperti adanya kemacetan lalu lintas, pencemaran air dan
udara, biaya hidup yang tinggi dan sebagainya. Keadaan tersebut secara populer
di nyatakan bahwa daya dukung telah melampaui batas kemampuan ekologinya
(Anwar 1987).
Philip Cooke (1999) menyatakan bahwa daerah/wilayah saat ini menjadi
ruang yang proaktif, dengan memobilisasi aset-aset dan potensi yang dimiliki
untuk mengamankan daya saing yang ada. Daya saing suatu daerah/wilayah
Pengintegrasian universitas atau pendidikan tinggi dengan kebutuhan industri dan
pelatihan yang difokuskan kepada penduduk muda dan penduduk lebih tua yang
tidak bekerja untuk mengisi kebutuhan pekerjaan baru di perusahaan-perusahaan
menjadi lebih nyata. Universitas atau pendidikan tinggi cenderung menjadi
konsultan regional daripada nasional.
2.3 Input-Output Model
Pelaksanaan suatu usaha atau program pembangunan ekonomi tidak hanya
memberikan dampak positif terhadap keadaan ekonomi peserta/pelaksana usaha
tersebut, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian
wilayah/masyarakat secara keseluruhan. Adanya kegiatan usaha/program
pembangunan ekonomi dalam suatu lingkup perekonomian yang semakin
luas/berkembang akan menciptakan keterkaitan yang semakin kuat dan dinamis di
antara berbagai sektor ekonomi. Pelaksanaan kegiatan di satu sektor ekonomi
tidak mungkin dapat terjadi tanpa dukungan faktor produksi (baik tenaga kerja
maupun modal) yang memadai dari pelaku ekonomi dan dari sektor-sektor
ekonomi lainnya (Badan Pusat Statistik 1995 & 1996). Dalam kaitannya dengan
upaya peningkatan perekonomian diperlukan dukungan (kontribusi) dari berbagai
pelaku dan sektor ekonomi lainnya, terutama dalam penyediaan berbagai macam
input/sumberdaya, pemasaran dan pengolahan hasil.
Model Input-Output (I-O) merupakan kerangka atau alat analisis yang
banyak digunakan untuk mengetahui atau menganalisis dampak usaha/proyek
pembangunan terhadap berbagai keadaan ekonomi suatu negara atau wilayah.
Model I-O termasuk ke dalam model keseimbangan umum (general equilibrium), dikembangkan pertama kali oleh Wassily Leontief pada saat membangun model I-O perekonomian Amerika Serikat untuk tahun 1919 dan 1929. Konsep dasar
yang dikembangkan oleh Leontief yang disajikan dalam bentuk ”Tabel
Input-Output” (Budiharsono 1996) adalah:
1. Struktur perekonomian tersusun dari berbagai ”sektor” (industri) yang satu
sama lain berinteraksi melalui transaksi jual beli.
2. Output suatu sektor dijual kepada sektor-sektor lainnya dan untuk memenuhi
3. Input suatu sektor dibeli dari sektor-sektor lainnya, dan rumah tangga (jasa
tenaga kerja), pemerintah (pembayar pajak tak langsung), penyusutan dan
surplus usaha serta impor.
4. Hubungan input dengan output bersifat linier.
5. Dalam suatu kurun waktu analisis (biasanya 1 tahun) total input sama dengan
total output.
6. Suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan dan output tersebut
diproduksikan oleh satu teknologi.
Tabel I-O merupakan suatu tabel transaksi yang merekam data tentang
hasil produksi berbagai sektor ekonomi dan penggunaannya oleh sektor ekonomi
lainnya, baik sebagai input antara (intermediate inputs) maupun permintaan akhir (final demand) di suatu wilayah pada periode waktu tertentu. Tabel I-O mempunyai dua sisi, yaitu produksi dan penggunaan. Bentuk dasar tabel I-O
seperti pada Tabel 1 berikut (Sutomo 1995, Budiharsono 1996):
Tabel 1. Bentuk Dasar Tabel Input – Output
Penggunaan (Alokasi) Output Struktur Input
Permintaan Antara 1 2 … j … n
Permintaan Akhir
Input Antara
1 2 I II
i n Input Primer III IV
Sumber: Sutomo 1995, Budiharsono 1996
Berbagai asumsi dasar yang perlu diperhatikan dalam penggunaan model
I-O adalah (Sutomo 1995, Budiharsono 1996):
1. Homogenitas, menyatakan bahwa masing-masing sektor hanya memproduksi
satu output dengan satu struktur input tertentu, dan tidak ada substitusi di
antara input atau output dalam sektor.
2. Proporsionalitas, menyatakan bahwa dalam suatu proses produksi, hubungan
digunakan oleh suatu sektor tertentu akan meningkat atau menurun sebanding
dengan peningkatan atau penurunan penggunaan output sektor yang
bersangkutan.
3. Additivitas, menyatakan bahwa akibat total dari pelaksanaan produksi di
berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Ini
berarti bahwa pengaruh-pengaruh di luar sistem I-O terhadap tingkat produksi
sektor diabaikan.
Berbagai analisis ekonomi yang dapat dilakukan dengan menggunakan
model/tabel I-O dapat dibedakan atas dua kelompok yaitu: 1) Analisis Deskriptif,
antara lain: analisis struktur input, analisis alokasi output, analisis PDRB menurut
penggunaan, analisis kontribusi sektor-sektor, dan 2) Analisis Kuantitatif,
meliputi: analisis keterkaitan sektor (ke depan dan ke belakang), analisis dampak
pengganda (pendapatan, tenaga kerja dan output), analisis koefisien dan kepekaan
penyebaran (Sutomo 1995, BPS 1995, Budiharsono 1996). Berikut ini secara garis
besar berbagai analisis tersebut diuraikan:
1. Analisis Struktur Input, berguna untuk menjelaskan nilai tambah yang
dihasilkan oleh suatu sektor dibandingkan dengan total output sektor
bersangkutan, penggunaan input (antara) untuk menghasilkan output suatu
sektor. Analisis ini dilakukan dengan menganalisis koefisien input suatu tabel
I-O.
2. Analisis Alokasi Output, berguna untuk menjelaskan penggunaan output suatu
sektor oleh sektor-sektor lain, atau penggunaan output suatu sektor oleh
permintaan antara dan permintaan akhir. Analisis ini dilakukan dengan
menganalisis koefisien output suatu tabel I-O.
3. Analisis PDRB menurut Penggunaan, berguna untuk menjelaskan persentase
pembentukan PDRB suatu wilayah ditinjau dari sisi penggunaan, seperti:
konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap
bruto (PMTB), perubahan stok, dan ekspor (netto). Dari analisis ini diperoleh informasi mengenai kontribusi masing-masing komponen PDRB tersebut
4. Analisis Kontribusi Sektor-sektor, berguna untuk menjelaskan kontribusi
sektor-sektor, misalnya terhadap total output, nilai tambah, pendapatan tenaga
kerja, ekspor dan impor. Dari analisis ini diperoleh informasi mengenai
kontribusi masing-masing sektor terhadap masing-masing permasalahan yang
ditelaah (misalnya sektor mana yang menghasilkan nilai tambah terbesar).
5. Keterkaitan Langsung ke Depan (Direct Forward Linkage), menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output
sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.
6. Keterkaitan Langsung ke Belakang (Direct Backward Linkage), menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input
antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.
7. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan, menunjukkan akibat
suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output sektor
tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan
permintaan total.
8. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang, menunjukkan akibat
suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara
bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit
kenaikan permintaan total.
9. Pengganda Pendapatan, menjelaskan besarnya peningkatan pendapatan suatu
sektor akibat meningkatnya permintaan akhir sektor tersebut sebesar satu unit.
Semakin besar nilai pengganda pendapatan suatu sektor semakin besar pula
peningkatan pendapatan masyarakat dari sektor tersebut akibat
permintaan akhir. Pengganda pendapatan dibedakan atas: sederhana, total,
tipe I dan tipe II.
10.Pengganda Tenaga Kerja/Kesempatan Kerja, menunjukkan pengaruh langsung
dan tidak langsung setiap unit permintaan akhir suatu sektor terhadap
kesempatan kerja yang diciptakan output sektor bersangkutan. Pengganda
tenaga kerja dibedakan atas: tipe I dan tipe II.
11.Pengganda Output, dibedakan atas: sederhana dan total. Pengganda Output
sederhana untuk melihat pengaruh peningkatan suatu unit permintaan akhir
langsung maupun tidak langsung. Sementara itu, Pengganda Output total
untuk menghitung pengaruh induksi disamping pengaruh langsung. Dalam
perhitungannya, sektor rumah tangga dijadikan faktor endogen, sehingga
matrik yang digunakan adalah matrik kebalikan Leontief tertutup.
12.Koefisien Penyebaran (Coefficient of Dispersion), menyatakan pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu unit permintaan akhir untuk semua sektor dalam suatu
perekonomian. Koefisien penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan
tidak langsung ke belakang yang dinormalkan dengan jumlah sektor dan
jumlah seluruh koefisien matrik kebalikan Leontief.
13.Kepekaan Penyebaran (Sensitivity of Dispersion), menyatakan pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu unit permintaan akhir untuk semua sektor dalam suatu
perekonomian. Koefisien penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tak
langsung ke depan yang dinormalkan dengan jumlah sektor dan jumlah
seluruh koefisien matrik kebalikan Leontief.
Kerangka analisis lainnya yang dapat digunakan untuk menganalisis
ekonomi wilayah sebagai dampak dari adanya suatu usaha pembangunan
adalah ”Analisis Ekonomi” yang termasuk dalam ”Analisis Investasi Proyek”.
Analisis Ekonomi (Economic Analysis) adalah analisis yang melihat manfaat dan pengorbanan dalam pelaksanaan proyek terhadap perekonomian masyarakat
(nasional atau wilayah) secara keseluruhan, berbeda dari Analisis Finansial
(Financial Analysis) yang hanya membatasi manfaat dan pengorbanan dari peserta/pelaksana proyek. Analisis ekonomi terutama penting dilakukan
untuk proyek-proyek yang berskala besar dengan jangka waktu analisis lebih
dari satu tahun (multi years), yang seringkali menimbulkan perubahan dalam penambahan supply dan demand akan produk-produk tertentu, karenanya dampak yang ditimbulkan pada ekonomi nasional akan cukup berarti
(Husnan dan Suwarsono 1994).
Mangkuprawira (2000) menyatakan bahwa dalam struktur ekonomi
Kabupaten Bogor, industri memegang peranan penting sebagai sektor
penyumbang terbesar dalam Nilai Tambah Bruto. Sektor ini juga mendominasi