KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT
SKRIPSI
ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT
adalah benar hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, 12 Februari 2009
Komoditas Unggulan dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh MOCH. PRIHATNA SOBARI
Kabupaten Sukabumi memiliki potensi sumberdaya perikanan tangkap dan budidaya yang cukup besar. Potensi yang besar ini dapat dimanfaatkan secara maksimal guna meningkatkan kontribusinya terhadap pendapatan daerah, maka perlu disusun suatu strategi pengembangan yang bertujuan meningkatkan peranan sektor perikanan tangkap dan budidaya dalam pembangunan wilayah. Hasil perhitungan nilai LQ menunjukkan bahwa berdasarkan indikator pendapatan wilayah merupakan sektor basis dengan nilai LQ lebih besar dari 1, yaitu pada Tahun 2002 sebesar 1,99, kemudian pada Tahun 2003 sebesar 1,76, dan berturut-turut pada Tahun 2004, Tahun 2005, dan Tahun 2006 masing-masing sebesar 1,59, 1,80, dan 1,96. Berdasarkan hasil analisis multiplier effect, selama periode 2002-2006 berdasarkan indikator pendapatan wilayah, sektor perikanan
memberikan dampak positif terhadap pembangunan wilayah Kabupaten
Sukabumi. Hasil perhitungan penentuan komoditas unggulan didapatkan bahwa ada beberapa komoditas yang dapat dikategorikan sebagai komoditas unggulan yaitu untuk perikanan tangkap, ikan layang, ikan selar, ikan kuwe, kembung, pari, kakap, dan tuna, sedangkan untuk budidaya adalah ikan nila dikategorikan sebagai komoditas unggulan. Hasil analisis SWOT menghasilkan 3 alternatif strategi pembangunan, yaitu 1) Memberikan kemudahan akses bagi masyarakat untuk membuka peluang usaha di bidang perikanan 2) Mengundang investor
menanamkan modalnya untuk meningkatkan sarana dan prasarana perikanan baik secara kualitas maupun kuantitas serta mengembangkan usaha budidaya dan pengolahan perikanan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri, serta pemfokusan dana investasi pada komoditas yang termasuk unggulan, dan 3) Pengembangan usaha pengolahan perikanan yang bersifat padat karya sebagai langkah antisipasi dari semakin berkurangnya lahan perikanan karena beralih fungsi menjadi perkantoran, jalan dan pemukiman penduduk
PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN
KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN
WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA
BARAT
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA C44104038
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
Judul Skripsi : Peranan Sektor Perikanan dan Penentuan Komoditas Unggulan dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat
Nama Mahasiswa : Arizal Lutfien Prasslina
Nomor Pokok : C 44104038
Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan
Disetujui, Pembimbing
Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S.
NIP. 131 578 826
Diketahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc.
NIP. 131 578 799
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ponorogo, Jawa Timur pada tanggal 4 Januari 1986
dari pasangan Bapak Drs. Soiman dan Ibu Siti Yuhroida. Penulis adalah anak
pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah
Menengah Umum di SMU Darul Ulum 2 Jombang Tahun 2004, kemudian pada
tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi
Perikanan Kelautan melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI). Selama
mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjabat sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan tahun 2005-2006 dan sebagai
staf sie Keagamaan Tahun 2006-2007.
Sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi
Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Perikanan-Kelautan, penulis menulis skripsi dengan
judul “Peranan Sektor Perikanan dan Penentuan Komoditas Unggulan dalam
Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat”, dibimbing
oleh Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. Penulis dinyatakan lulus dalam sidang ujian
skripsi yang dilaksanakan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat
dan karunia yang tak terbatas, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “ Peranan Sektor Perikanan dan Penentuan Komoditas Unggulan dalam
Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat”. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1) Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S., selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan , sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2) Ayah, ibu dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dorongan,
semangat dan doa
3) Bapak Ade selaku Kepala RW 14, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten
Sukabumi yang telah banyak membantu dalam pengerjaan skripsi ini dan
pelajaran-pelajaran hidup yang dapat dipetik dari beliau.
4) Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi, Dinas Perikanan dan
Kelautan Provinsi Jawa Barat, Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi,
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, Badan Perencanaan dan
Pembangunan Kabupaten Sukabumi, atas data-data yang di perlukan untuk
penelitian ini.
5) Responden yang tidak dapat di sebutkan namanya satu persatu atas data dan
informasinya
Akhir kata semoga skripsi ini berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan
untuk penelitian lebih lanjut. Terima kasih sebanyak-banyaknya bagi pihak yang
telah memberikan andilnya dalam proses dan hasil dari penelitian ini.
Bogor,13 Februari 2009
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 2
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Perikanan ... 6
2.2 Komoditas ... 7
2.3 Perencanaan Regional ... 7
2.4 Teori Basis Ekonomi ... 8
2.5 Location Quotient ... 9
2.6 Multiflier Effect ... 11
2.7 Analisis SWOT ... 12
III KERANGKA PENDEKATAN STUDI ... 14
IV. METODOLOGI ... 16
4.1 Metode Penelitian ... 16
4.2 Jenis dan Sumber Data ... 16
4.3 Metode dan Pengambilan Responden ... 17
4.4 Metode Analisis Data ... 17
4.4.1 Analisis Shift Share ... 18
4.4.2 Analisis Peran Sektor Perikanan dalam Perekonomian Wilayah ... 18
4.4.3 Analisis Dampak Sektor Perikanan dalam Perekonomian Wilayah ... 18
4.4.4 Analisis Komoditas Unggulan ... 19
4.4.5 Analisis Strategi Pengembangan Sektor Perikanan ... 20
4.5 Konsep dan Pengukuran ... 25
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27
5.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi ... 27
5.1.1 Letak Geografis ... 27
5.1.2 Luas Wilayah ... 28
5.1.3 Kependudukan ... 28
5.1.4 Ketenagakerjaan ... 29
5.1.5 Aspek Sosial Budaya ... 32
5.2.1 PDRB dan PDRB per Kapita ... 34
5.2.2 Pertumbuhan Laju Perekonomian Sukabumi ... 38
5.2.3 Kontribusi Nilai LQ, dan Multiplier Effect Sektor Perikanan ... 40
5.3 Kondisi Umum Perikanan Kabupaten Sukabumi ... 46
5.3.1 Perikanan Budidaya ... 46
5.3.2 Perikanan Tangkap ... 48
5.4 Peranan dan Dampak Sub Sektor Perikanan Budidaya dan Tangkap ... 52
5.4.1 Sub Sektor Perikanan Budidaya ... 52
5.4.2 Sub Sektor Perikanan Tangkap ... 57
5.5 Komoditas Unggulan Kabupaten Sukabumi ... 61
5.5.1 Perikanan Budidaya ... 61
5.5.2 Perikanan Tangkap ... 57
5.6 Analisis SWOT ... 65
5.6.1 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Sektor dan Kelautan ... 66
5.6.2 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ... 73
5.6.3 Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ... 75
5.6.4 Matriks SWOT ... 75
5.6.5 Perumusan Strategi Utama ... 79
VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 81
6.1 Kesimpulan ... 81
6.2 Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 83
LAMPIRAN ... 86
PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN
KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN
WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA
BARAT
SKRIPSI
ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT
SKRIPSI
ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT
adalah benar hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, 12 Februari 2009
Komoditas Unggulan dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh MOCH. PRIHATNA SOBARI
Kabupaten Sukabumi memiliki potensi sumberdaya perikanan tangkap dan budidaya yang cukup besar. Potensi yang besar ini dapat dimanfaatkan secara maksimal guna meningkatkan kontribusinya terhadap pendapatan daerah, maka perlu disusun suatu strategi pengembangan yang bertujuan meningkatkan peranan sektor perikanan tangkap dan budidaya dalam pembangunan wilayah. Hasil perhitungan nilai LQ menunjukkan bahwa berdasarkan indikator pendapatan wilayah merupakan sektor basis dengan nilai LQ lebih besar dari 1, yaitu pada Tahun 2002 sebesar 1,99, kemudian pada Tahun 2003 sebesar 1,76, dan berturut-turut pada Tahun 2004, Tahun 2005, dan Tahun 2006 masing-masing sebesar 1,59, 1,80, dan 1,96. Berdasarkan hasil analisis multiplier effect, selama periode 2002-2006 berdasarkan indikator pendapatan wilayah, sektor perikanan
memberikan dampak positif terhadap pembangunan wilayah Kabupaten
Sukabumi. Hasil perhitungan penentuan komoditas unggulan didapatkan bahwa ada beberapa komoditas yang dapat dikategorikan sebagai komoditas unggulan yaitu untuk perikanan tangkap, ikan layang, ikan selar, ikan kuwe, kembung, pari, kakap, dan tuna, sedangkan untuk budidaya adalah ikan nila dikategorikan sebagai komoditas unggulan. Hasil analisis SWOT menghasilkan 3 alternatif strategi pembangunan, yaitu 1) Memberikan kemudahan akses bagi masyarakat untuk membuka peluang usaha di bidang perikanan 2) Mengundang investor
menanamkan modalnya untuk meningkatkan sarana dan prasarana perikanan baik secara kualitas maupun kuantitas serta mengembangkan usaha budidaya dan pengolahan perikanan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri, serta pemfokusan dana investasi pada komoditas yang termasuk unggulan, dan 3) Pengembangan usaha pengolahan perikanan yang bersifat padat karya sebagai langkah antisipasi dari semakin berkurangnya lahan perikanan karena beralih fungsi menjadi perkantoran, jalan dan pemukiman penduduk
PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN
KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN
WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA
BARAT
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA C44104038
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
Judul Skripsi : Peranan Sektor Perikanan dan Penentuan Komoditas Unggulan dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat
Nama Mahasiswa : Arizal Lutfien Prasslina
Nomor Pokok : C 44104038
Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan
Disetujui, Pembimbing
Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S.
NIP. 131 578 826
Diketahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc.
NIP. 131 578 799
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ponorogo, Jawa Timur pada tanggal 4 Januari 1986
dari pasangan Bapak Drs. Soiman dan Ibu Siti Yuhroida. Penulis adalah anak
pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah
Menengah Umum di SMU Darul Ulum 2 Jombang Tahun 2004, kemudian pada
tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi
Perikanan Kelautan melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI). Selama
mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjabat sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan tahun 2005-2006 dan sebagai
staf sie Keagamaan Tahun 2006-2007.
Sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi
Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Perikanan-Kelautan, penulis menulis skripsi dengan
judul “Peranan Sektor Perikanan dan Penentuan Komoditas Unggulan dalam
Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat”, dibimbing
oleh Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. Penulis dinyatakan lulus dalam sidang ujian
skripsi yang dilaksanakan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat
dan karunia yang tak terbatas, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “ Peranan Sektor Perikanan dan Penentuan Komoditas Unggulan dalam
Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat”. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1) Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S., selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan , sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2) Ayah, ibu dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dorongan,
semangat dan doa
3) Bapak Ade selaku Kepala RW 14, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten
Sukabumi yang telah banyak membantu dalam pengerjaan skripsi ini dan
pelajaran-pelajaran hidup yang dapat dipetik dari beliau.
4) Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi, Dinas Perikanan dan
Kelautan Provinsi Jawa Barat, Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi,
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, Badan Perencanaan dan
Pembangunan Kabupaten Sukabumi, atas data-data yang di perlukan untuk
penelitian ini.
5) Responden yang tidak dapat di sebutkan namanya satu persatu atas data dan
informasinya
Akhir kata semoga skripsi ini berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan
untuk penelitian lebih lanjut. Terima kasih sebanyak-banyaknya bagi pihak yang
telah memberikan andilnya dalam proses dan hasil dari penelitian ini.
Bogor,13 Februari 2009
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 2
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Perikanan ... 6
2.2 Komoditas ... 7
2.3 Perencanaan Regional ... 7
2.4 Teori Basis Ekonomi ... 8
2.5 Location Quotient ... 9
2.6 Multiflier Effect ... 11
2.7 Analisis SWOT ... 12
III KERANGKA PENDEKATAN STUDI ... 14
IV. METODOLOGI ... 16
4.1 Metode Penelitian ... 16
4.2 Jenis dan Sumber Data ... 16
4.3 Metode dan Pengambilan Responden ... 17
4.4 Metode Analisis Data ... 17
4.4.1 Analisis Shift Share ... 18
4.4.2 Analisis Peran Sektor Perikanan dalam Perekonomian Wilayah ... 18
4.4.3 Analisis Dampak Sektor Perikanan dalam Perekonomian Wilayah ... 18
4.4.4 Analisis Komoditas Unggulan ... 19
4.4.5 Analisis Strategi Pengembangan Sektor Perikanan ... 20
4.5 Konsep dan Pengukuran ... 25
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27
5.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi ... 27
5.1.1 Letak Geografis ... 27
5.1.2 Luas Wilayah ... 28
5.1.3 Kependudukan ... 28
5.1.4 Ketenagakerjaan ... 29
5.1.5 Aspek Sosial Budaya ... 32
5.2.1 PDRB dan PDRB per Kapita ... 34
5.2.2 Pertumbuhan Laju Perekonomian Sukabumi ... 38
5.2.3 Kontribusi Nilai LQ, dan Multiplier Effect Sektor Perikanan ... 40
5.3 Kondisi Umum Perikanan Kabupaten Sukabumi ... 46
5.3.1 Perikanan Budidaya ... 46
5.3.2 Perikanan Tangkap ... 48
5.4 Peranan dan Dampak Sub Sektor Perikanan Budidaya dan Tangkap ... 52
5.4.1 Sub Sektor Perikanan Budidaya ... 52
5.4.2 Sub Sektor Perikanan Tangkap ... 57
5.5 Komoditas Unggulan Kabupaten Sukabumi ... 61
5.5.1 Perikanan Budidaya ... 61
5.5.2 Perikanan Tangkap ... 57
5.6 Analisis SWOT ... 65
5.6.1 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Sektor dan Kelautan ... 66
5.6.2 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ... 73
5.6.3 Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ... 75
5.6.4 Matriks SWOT ... 75
5.6.5 Perumusan Strategi Utama ... 79
VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 81
6.1 Kesimpulan ... 81
6.2 Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 83
LAMPIRAN ... 86
PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN
KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN
WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA
BARAT
SKRIPSI
ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA
C44104038
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki
peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam penyediaan
bahan pangan protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan lapangan kerja.
Pada saat krisis ekonomi Tahun 1998, peranan sektor perikanan semakin
signifikan, terutama dalam hal mendatangkan devisa. Ironisnya, sektor perikanan
selama ini belum menjadi fokus utama pembangunan, padahal apabila sektor
perikanan dikelola dengan serius akan memberikan kontribusi yang besar terhadap
pembangunan ekonomi nasional serta dapat mengentaskan kemiskinan
masyarakat Indonesia terutama masyarakat nelayan dan pembudidaya ikan.
Kegagalan Indonesia dalam menentukan kebijakan pembangunan yang
selama ini lebih mengedepankan pembangunan yang bersifat sentralistik, dimana
strategi dan pembangunan untuk semua daerah disamaratakan, tanpa memandang
karakteristik dan potensi masing-masing daerah. Pada akhirnya kebijakan
sentralistik menimbulkan kesalahan dalam pengelolaan yang mengakibatkan tidak
tercapainya hasil yang diharapkan. Hal ini kemudian menghasilkan paradigma
baru, yaitu kebijakan desentralistik yang dalam pelaksanaanya memperhatikan
karakteristik masing-masing daerah. Dengan demikian diharapkan masing-masing
daerah dapat meningkatkan pembangunan sesuai potensinya masing-masing.
Hadirnya paradigma baru dalam pembangunan, maka dewasa ini sektor
perikanan menjadi perhatian dalam rencana pembangunan. Habisnya lahan dan
besarnya potensi perikanan Indonesia menjadikan fokus pembangunan pemerintah
beralih dari agraris ke sektor perikanan. Potensi sumberdaya perikanan Indonesia
sangat besar, dimana luas lautan Indonesia sebesar 2/3 luas daratan, dengan luas
perairan sebesar 5.8 juta km2. Potensi perikanan diperkirakan mencapai 6,26 juta
ton per tahun yang dapat dikelola secara lestari dengan rincian 4,4 juta ton dapat
ditangkap di perairan Indonesia dan 1,86 juta ton dari perairan ZEEI (Dahuri R
2001). Perairan tersebut mengandung potensi sumberdaya hayati yang dapat
ikan dibagi menjadi kelompok ikan pelagis kecil, ikan pelagis besar, dan ikan
demersal.
Perikanan akan menjadi fokus dari penelitian ini. Kegiatan penangkapan
ikan menjadi mata pencaharian utama dari beberapa wilayah di Indonesia,
khususnya daerah yang mempunyai garis pantai dengan potensi perikanan
tangkap. Profesi nelayan banyak ditemukan di wilayah-wilayah tersebut. Nelayan
membantu tersedianya komoditas ikan tangkap. Hasil tangkapan sangat beragam,
sehingga masing-masing komoditas memiliki keunggulan dan kelemahan.
Demikian juga dengan perikanan budidaya. Ikan hasil budidaya memiliki ciri dan
karakteristik yang berbeda dengan ikan hasil tangkapan, perbedaan ini juga
memberikan nilai plus dan minus tersendiri. Kuantitas dan kualitas suatu
komoditas ikan di setiap daerah juga berbeda-beda, sehingga peran tiap komoditas
ikan untuk tiap wilayah tidak sama.
Kabupaten Sukabumi yang terletak di wilayah Pantai Selatan Jawa
memiliki potensi baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya yang cukup
potensial untuk dikembangkan. Potensi lestari perikanan yang dimiliki Kabupaten
Sukabumi mencapai 14.592 ton per tahun (www.kabupatensukabumi.go.id).
Potensi yang cukup besar tersebut masih bisa terus dimaksimalkan untuk
meningkatkan pendapatan daerah. Berdasarkan PDRB Kabupaten Sukabumi atas
dasar harga berlaku, menurut lapangan usaha Tahun 2006, nilai sektor perikanan
mencapai Rp 9.592.102.000.000,00 atau 0.74% dari nilai PDRB (tanpa minyak
dan gas bumi), mengalami peningkatan dari Tahun 2005 sebesar Rp
8.283.335.000.000,00 atau 0.64% dari nilai PDRB (tanpa minyak dan gas bumi).
Peningkatan nilai PDRB sektor perikanan menunjukkan peranan dalam kontribusi
terhadap pendapatan daerah cukup signifikan.
Dalam PDRB Kabupaten Sukabumi sektor perikanan termasuk dalam
sektor primer. Peningkatan nilai suatu sektor yang termasuk sektor primer
diharapkan mampu meningkatkan pendapatan daerah dan lebih membuka
kesempatan kerja. Sektor perikanan terbagi menjadi dua bagian, yaitu perikanan
tangkap dan budidaya, masing-masing bagian memiliki komoditas ikan yang
berbeda. Tiap komoditas mempunyai peran sesuai dengan kuantitas dan kualitas
3
dijadikan komoditas kunci untuk pengembangan perikanan. Komoditas unggulan
yang dikembangkan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kontribusi
pada perekonomian. Melihat potensi Kabupaten Sukabumi tersebut, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat kontribusi
sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi, dengan judul “Peranan Sektor
Perikanan dan Penentuan Komoditas Ikan Unggulan dalam Pembangunan
Wilayah Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat”.
1.2 Perumusan Masalah
Sektor perikanan belum menjadi sektor yang dapat diandalkan dalam
pembangunan, karena pemerintah lebih fokus untuk mengelola sektor pertanian
yang mempunyai potensi besar dan banyak menyerap tenaga kerja. Sektor
perikanan mulai menjadi perhatian pemerintah ketika sektor pertanian mengalami
krisis pangan yang disebabkan kurangnya stok pangan. Potensi sektor perikanan
sebesar 6.167.940 ton per tahun (Budiharsono S 2001) bisa dimanfaatkan untuk
mengatasi krisis pangan dan meningkatkan lapangan kerja. Pemerintah kemudian
mengalihkan perhatiannya ke sektor perikanan dengan mengganti kebijakannya.
Pemerintah mulai melakukan pembenahan diantaranya, mengganti
kebijakan pembangunan yang bersifat sentralistik menjadi desentralistik, sehingga
tiap daerah bisa melakukan pembangunan sesuai dengan kemampuan dan potensi
yang dimiliki. Kemudian pemerintah juga mengeluarkan undang-undang
perikanan yang baru, yaitu Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan menggantikan undang perikanan yang lama, karena
undang-undang yang lama, yaitu Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang
Perikanan, belum menampung semua aspek pengelolaan sumber daya ikan dan
kurang mampu mengantisipasi perkembangan kebutuhan hukum serta
perkembangan teknologi dalam rangka pengelolaan sumber daya ikan.
Dengan adanya dukungan pemerintah tersebut, maka sektor perikanan
menjadi salah satu sektor yang mendapat perhatian dalam pembangunan, tetapi
dalam keragaannya pembangunan sektor perikanan selalu tidak maksimal.
Permasalahan yang timbul di lapangan adalah tidak diketahuinya keragaan
perikanan dalam pembangunan daerah dan tidak bisa menentukan apakah sektor
perikanan termasuk basis atau bukan.
Kegiatan perikanan dalam pelaksanaannya sering melakukan penangkapan
ikan tanpa memperhatikan apakah komoditas tersebut unggulan atau bukan, hal
ini menyebabkan tidak adanya efisiensi dalam penangkapan ikan, sehingga kurang
memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah. Kegiatan budidaya,
meskipun telah melakukan budidaya pada komoditas yang banyak diminta pasar,
namun perlu dikaji lebih jauh lagi apakah komoditas tersebut termasuk komoditas
unggulan atau non unggulan. Penentuan komoditas unggulan diperlukan untuk
mengetahui komoditas apa yang termasuk unggulan dan komoditas apa yang tidak
termasuk unggulan. Dengan ditentukannya komoditas unggulan, diharapkan
terjadi efisiensi dengan cara melakukan penangkapan atau budidaya hanya pada
komoditas ikan unggulan, sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih
dalam pendapatan daerah.
Penelitian ini mencoba mengidentifikasikan dan menganalisis peran sektor
perikanan, seberapa besar potensi sumberdaya perikanan yang tersedia telah
memberikan kontribusi yang nyata terhadap perekonomian di Sukabumi.
Penelitian ini juga mencoba menentukan komoditas perikanan yang menjadi
unggulan. Secara sistematis penelitian ini akan membahas beberapa
permasalahan:
1) Bagaimanakah keragaan sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi?
2) Apakah sektor perikanan telah berperan sebagai basis ekonomi di Kabupaten
Sukabumi dan bagaimana dengan sub sektor perikanan tangkap dan budidaya?
3) Jenis ikan apa yang menjadi unggulan di Kabupaten Sukabumi?
4) Bagaimana strategi pengembangan sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1) Mengidentifikasi keragaan sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi.
2) Menentukan peranan sektor perikanan berdasarkan perikanan tangkap maupun
budidaya terhadap perekonomian wilayah.
5
4) Menentukan strategi pengembangan sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi.
Kegunaan penelitian ini adalah:
1) Bagi penulis, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
2) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perencanaan pembangunan,
khususnya bagi pembangunan wilayah dalam kaitannya dengan pembangunan
sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi.
3) Sebagai bahan informasi dan tambahan data bagi pihak-pihak yang
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perikanan
Perikanan adalah semua kegiatan yang terorganisir berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari
praproduksi, produksi, pengolahan, sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan
dalam suatu sistem bisnis perikanan. Tujuan utama perikanan adalah penyediaan
makanan bagi manusia, sedangkan tujuan lain yaitu olahraga, rekreasi, dan produk
ikan seperti minyak ikan. Perikanan terdiri atas dua bidang, yaitu penangkapan
dan budidaya. Penangkapan ikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk
memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudayakan dengan alat
atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,
mengangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah atau mengawetkannya.
Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, atau
membiakkan ikan dan memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol
(www.wikipedia.com).
Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus
hidupnya berada di lingkungan perairan (Undang-Undang No.31 Tahun 2004
tentang Perikanan). Dalam perikanan pengelolaan dan konservasi mutlak
dilakukan untuk keterusan jalannya sektor perikanan. Pengelolaan perikanan
adalah semua upaya termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan
informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi
sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan
perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau
otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas
sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Konservasi
sumberdaya ikan adalah upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan
sumberdaya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetik untuk menjamin
keberadaan, ketersediaan dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumberdaya ikan
Sektor perikanan tak lepas dari peran nelayan dan pembudidaya. Tanpa
adanya mereka, sektor perikanan dapat diambil manfaatnya. Nelayan adalah orang
yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Nelayan kecil adalah
orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari (Undang-Undang No.31 Tahun 2004 tentang
Perikanan). Pembudidaya ikan adalah orang yang mata pencahariannya
melakukan pembudidayaan ikan. Pembudidaya ikan kecil adalah orang yang mata
pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari (Undang-Undang No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan).
2.2 Komoditas
Komoditas adalah suatu objek atau jasa yang memiliki nilai. Nilai suatu
barang akan ditentukan karena barang itu mempunyai kemampuan untuk dapat
memenuhi kebutuhan. Dalam perikanan komoditas bisa berupa barang ataupun
jasa. Komoditas berupa barang yaitu ikan atau produk ikan, sedangkan komoditas
jasa berupa rekreasi, olahraga dan lain-lain (www.wikipedia.com).
Penentuan komoditas unggulan dimaksudkan dengan tujuan efisiensi dan
peningkatan pendapatan daerah. Efisiensi bisa didapatkan dengan menggunakan
komoditas yang memiliki keunggulan yang dapat bersaing ditinjau dari segi
penawaran dan permintaan. Dari sisi penawaran komoditas ikan unggulan
dicirikan oleh kualitas dalam pertumbuhan pada kondisi biofisik, teknologi dan
kondisi sosial ekonomi nelayan yang dapat dijadikan andalan untuk meningkatkan
pendapatan. Dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya
permintaan di pasar baik pasar domestik maupun internasional (Kohar MA dan
A Suherman diacu dalam Hendayana R 2003)
2.3 Perencanaan Regional
Perencanaan adalah terutama suatu cara berpikir mengenai
persoalan-persoalan sosial dan ekonomi, perencanaan adalah terutama berorientasi kepada
masa datang, sangat berkenaan dengan hubungan antara tujuan dan
keputusan-keputusan kolektip dan mengusahakan kebijaksanaan dan program yang
8
kedalam beberapa tipe. Perbedaan-perbedaan pokok tertentu antara berbagai tipe
bermanfaat dalam analisa mengenai perencanaan regional. Tipe perencanaan
antara lain :
1) Perencanaan fisik adalah perencanaan struktur fisik suatu daerah, meliputi tata
guna tanah, komunikasi, utilitas, dan sebagainya, dan berasal dari penataan
dan pengendalian pengembangan kota,
2) Perencanaan ekonomi lebih berkenaan dengan struktur ekonomi suatu daerah
dan tingkat kemakmurannya secara keseluruhan,
3) Perencanaan alokatif adalah perencanaan yang berkenaan dengan koordinasi,
penyelarasan hal-hal yang bertentangan, agar dapat terjamin bahwa sistem
yang bersangkutan tercakup secara efisien sepanjang waktu sesuai dengan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditempuh,
4) Perencanaan inovatif berkenaan dengan perbaikan atau pengembangan sistem
yang bersangkutan sebagai keseluruhan, dengan menunjukkan sasaran baru
dan berusaha menimbulkan perubahan-perubahan besar (Glasson J 1977).
Kebijaksanaan ekonomi regional adalah penggunaan secara sadar berbagai
macam peralatan (instrument) untuk merealisasikan tujuan-tujuan regional, dan
tanpa adanya usaha yang disengaja tersebut tidak akan tercapai. Kebijaksanaan
pembangunan regional harus disesuaikan dengan struktur dasar masing-masing
daerah. Salah satu tujuan dari kebijaksanaan pembangunan adalah mengurangi
perbedaan dalam tingkat pembangunan atau perkembangan dan kemakmuran
antar daerah yang satu dengan daerah yang lain (Kadariah 1985)
Untuk melaksanakan perencanaan pembangunan terdapat beberapa teknik
analisis regional yang dapat dipergunakan untuk menentukan lokasi yang sesuai
dengan aktifitas ekonomi. Teknik-teknik tersebut antara lain basis ekonomi,
multiflier effect, model grafitsi, analisis titik pertumbuhan dan analisis I-O
(Richardson HW 1991)
2.4 Teori Basis Ekonomi
Inti dari model ekonomi basis adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu
wilayah ditentukan oleh wilayah tersebut. Ekspor tersebut berupa barang dan jasa,
hubungan interaksi perekonomian daerah dengan wilayah-wilayah di luarnya.
Proses interaksi ini memungkinkan adanya proses impor dan ekspor dari suatu
daerah ke daerah lainnya, sehingga ditentukan bahwa inti dari model ekonomi
basis adalah arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh adanya ekspor
di wilayah sendiri.
Menurut Glasson J (1977) dalam teori basis ekonomi perekonomian
regional dibagi menjadi dua sektor : kegiatan basis dan kegiatan bukan basis.
Kegiatan basis adalah kegiatan-kegiatan yang mengekspor barang dan jasa ke
tempat-tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan.
Kegiatan bukan basis adalah kegiatan yang menyediakan barang-barang yang
dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas
perekonomian masyarakat yang bersangkutan.
Total keseluruhan ekonomi sektor basis dan non basis menggambarkan
kondisi perekonomian wilayah tersebut. Sektor basis sangat dipengaruhi oleh
permintaan luar daerah secara langsung, begitu pula sektor non basis juga
dipengaruhi oleh permintaan luar daerah secara tidak langsung. Mekanisme ini
diawali dengan permintaan sektor basis yang kemudian membawa pengaruh pada
sektor non basis (Purnomo 2007)
Budiharsono S (2001) menyatakan bahwa suatu sektor dapat
diklasifikasikan sebagai sektor basis dan non basis didasarkan pada pengukuran
langsung dan tidak langsung. Apabila faktor sumber daya (biaya, tenaga kerja dan
waktu) tidak menjadi kendala, maka survai secara langsung dapat dilakukan untuk
melihat secara lebih akurat apakah suatu sektor termasuk basis atau tidak. Apabila
terdapat kendala biaya, tenaga kerja dan waktu maka tidak didapatkan data yang
bersifat langsung sehingga pengukuran sektor basis dan tidak basis tersebut dapat
dilakukan dengan pengukuran tidak langsung.
2.5 Location Quotient
Untuk mengetahui suatu sektor merupakan sektor basis atau non basis
dapat digunakan beberapa metode, yaitu (1) metode pengukuran langsung dan (2)
metode pengukuran tidak langsung. Metode pengukuran langsung dapat dilakukan
10
sektor basis. Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan beberapa
metode, yaitu (1) metode melalui pendekatan asumsi; (2) metode location
quotient; (3) metode kombinasi (1) (2) dan (4) metode kebutuhan minimum
(Budiharsono S 2001).
Metode LQ adalah membandingkan porsi lapangan kerja atau nilai tambah
untuk sektor tertentu di wilayah yang dibandingkan dengan porsi lapangan kerja
atau nilai tambah untuk sektor yang sama secara nasional. Asumsi yang
digunakan adalah bahwa penduduk di setiap daerah mempunyai pola permintaan
yang sama dengan pola permintaan pada tingkat nasional. Permintaan wilayah
akan suatu barang pertama-tama akan dipenuhi oleh hasil produksi wilayah itu
sendiri, jika jumlah yang diminta melebihi jumlah produksi wilayah, maka
kekurangannya diimpor. Produksi yang dihasilkan terlebih dahulu ditujukan untuk
konsumsi lokal dan diekspor ke luar wilayah apabila terjadi surplus produksi.
Apabila LQ kurang dari satu, maka wilayah yang bersangkutan harus mengimpor,
sedangkan jika nilai LQ lebih dari satu, maka wilayah tersebut dapat melakukan
ekspor (Tarigan R 2004)
Metode LQ mempunyai kelemahan. Asumsi yang didasarkan bahwa
produktivitas rata-rata atau konsumsi rata-rata antar wilayah adalah sama
menjadikan metode LQ banyak dikritik. Bisa saja dari suatu wilayah yang
lapangan kerjanya untuk sektor 1 rendah, tetapi total produksinya lebih tinggi.
Perbedaan pengklasifikasian dari sektor kegiatan ekonomi yang mungkin berbeda
dari suatu wilayah ke wilayah lain, dan juga kemungkinan terjadinya perhitungan
ganda. Menurut Kadariah (1985) secara umum rumus LQ adalah:
LQ =
dimana:
vi = pendapatan, nilai tambah, kesempatan kerja atau indikator lain dari industri atau sektor tertentu di suatu wilayah;
Vi= total pendapatan, nilai tambah, kesempatan kerja atau indikator lain di wilayah tersebut
vt= pendapatan, nilai tambah, kesempatan kerja atau indikator lain dari industry atau sektor tertentu di wilayah perbandingan yang lebih luas
2.6 Multiplier Effect
Setiap peningkatan yang terjadi pada kegiatan basis akan menimbulkan
efek pengganda (Multiplier Effect) pada perekonomian wilayah secara
keseluruhan. Peningkatan pada kegiatan basis akan menambah arus pendapatan ke
dalam daerah yang bersangkutan, menambah permintaan terhadap barang dan jasa
didalamnya dan menimbulkan kenaikan volume kegiatan bukan basis (Glasson J
1977). Arus pendapatan yang timbul, akan meningkatkan konsumsi dan investasi
yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja
(Kadariah 1985).
Multiplier effect dengan menggunakan indikator pendapatan ini,
dilandaskan pada kenyataan bahwa penginjeksian sejumlah tertentu uang ke
dalam perekonomian regional akan menaikkan pendapatan regional yang
mengakibatkan bertambahnya pengeluaran konsumen, meskipun dalam jumlah
yang lebih kecil daripada jumlah uang yang diinjeksikan semula. Bagian
pendapatan yang dibelanjakan ini akan menjadi pendapatan bagi pihak lain yang
selanjutnya membelanjakannya sebagian, dan demikian seterusnya (Glasson J
1977).
Menurut Glasson J (1977) secara keseluruhan pendapatan wilayah (Y)
merupakan penjumlahan pendapatan sektor basis (Yb) dan sektor non basis (Yn).
Pendapatan sektor basis akan dibelanjakan kembali di dalam wilayah maupun
untuk impor. Pendapatan yang dibelanjakan kembali di dalam wilayah untuk
produksi lokal akan menghasilkan efek pengganda terhadap pendapatan wilayah.
Jika proporsi pendapatan sektor basis yang dibelanjakan kembali di dalam
wilayah sebesar “r”, maka total pendapatan sektor basis yang dibelanjakan
kembali adalah sebesar (r) Yb. Selanjutnya pembelanjaan kembali di dalam
wilayah akan menghasilkan total pendapatan sebesar (r2) Yb, kemudian menjadi
(r3) Yb dan seterusnya. Keadaan ini dapat ditulis dalam bentuk rumus:
Y = Yb + rYb + r2Yb + r3Yb + …..+rnYb
=(1 + r + r2 + r3+….+rn) Yb………...(2)
Rumus tersebut dapat diserhanakan menjadi
12
Faktor 1-1-r di atas merupakan economic multiplier yang menimbulkan efek
pengganda terhadap perekonomian secara keseluruhan.
Secara empiris nilai “r” sulit ditentukan, maka rumus tersebut dapat
diturunkan lebih lanjut untuk mencari nilai “r” sebagai berikut :
Y/Yb = (1/1-r) atau 1-r = Yb/Y sehingga,
r = 1-(Yb/Y) atau r = (Y-Yb)/Y
Karena Y-Yb= Yn, maka :
r =
………(
4)Dengan demikian economic multiplier dalam jangka pendek adalah :
MSy =
=
=
=
=
……..……..…...………
(5)dimana : MSy = koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan Y = jumlah pendapatan wilayah
Yb = jumlah pendapatan sektor basis
Berdasarkan rumus diatas, perubahan pendapatan wilayah karena adanya
peningkatan kegiatan basis adalah :
Y = Yb (MS)……….………(6)
dimana: MSy = koefisien pengganda jangka pendek Y = perubahan pendapatan wilayah Yb = perubahan pendapatan sektor basis
Koefisien jangka pendek tersebut kemudian digunakan untuk memprediksi
dampak kegiatan atau sektor basis terhadap perekonomian wilayah.
2.7 Analisis SWOT
Strategi adalah perencanaan induk yang komprehensif, yang menjelaskan
bagaimana perusahaan akan mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan
berdasarkan misi yang telah ditentukan sebelumnya. Strategi pengembangan
adalah suatu strategi yang mengikat semua bagian usaha menjadi satu (Rangkuti F
SWOT merupakan alat untuk menyusun suatu strategi dalam
mengembangkan suatu usaha. SWOT adalah singkatan dari Strenght, Weakness,
Opportunity, dan Threath. Strenght (kekuatan) adalah unsur dari potensi
sumberdaya yang dapat melindungi dari persaingan dan dapat menciptakan
kemajuan dalam suatu kegiatan atau usaha. Weakness (kelemahan) adalah unsur
dari potensi sumberdaya yang tidak dapat bersaing sehingga tidak dapat
menciptakan suatu kemajuan dalam kegiatan atau usaha. Opportunity (peluang)
adalah unsur lingkungan yang dapat memungkinkan suatu kegiatan atau usaha
mendapatkan keberhasilan yang tinggi. Adapun Threath (ancaman) adalah unsur
lingkungan yang dapat mengganggu atau menghalangi kegiatan atau usaha jika
III KERANGKA PENDEKATAN STUDI
Perbedaan karakteristik fisik dan non fisik yang dimiliki Kabupaten
Sukabumi merupakan potensi yang menjadi aset untuk pengembangan
pembangunan wilayah. Perencanaan regional dilakukan agar setiap daerah dapat
melaksanakan pembangunan secara proporsional dan merata, sesuai dengan
potensi yang ada si daerah tersebut. Karakteristik fisik yang ada diantaranya
adalah sumberdaya alam, sumberdaya manusia, teknologi dan kelembagaan perlu
digerakkan untuk peningkatan produksi dan produktivitas, sehingga memberikan
kontribusi terhadap pendapatan wilayah (PDRB) dan perluasan kesempatan kerja
dalam rangka pembangunan wilayah. Pengembangan potensi sumberdaya alam
diutamakan pada sektor atau komoditas yang dianggap memiliki peluang bersaing
dalam era pasar global. Salah satu sektor yang signifikan dengan pengembangan
potensi sumberdaya adalah sektor perikanan tangkap dan budidaya.
Pengembangan sektor perikanan dan kelautan dirasa pengaruhnya cukup
besar terhadap kehidupan sosial masyarakat Kabupaten Sukabumi dilihat dari
semakin meningkatnya nilai PDRB sektor perikanan. Sektor perikanan tangkap
dan budidaya masih merupakan lapangan usaha yang banyak diminati dan dan
menjadi sumber penghasilan keluarga.
Salah satu metode untuk mengetahui kontribusi sektoral adalah dengan
menggunakan metode Location Quotient (LQ). LQ dapat digunakan untuk
menentukan apakah suatu sektor ekonomi di suatu daerah termasuk sektor basis
atau non basis dalam periode tertentu. Metode LQ adalah membandingkan
pendapatan untuk sektor tertentu di daerah yang lebih sempit, dibandingkan
dengan pendapatan untuk sektor yang sama secara nasional (wilayah yang lebih
luas). Metode LQ juga digunakan untuk menentukan suatu komoditas, apakah
komoditas tersebut termasuk unggulan atau non unggulan.
Dengan menggunakan metode LQ, Multiplier Effect, dan metode SWOT
sebagai alat analisis, berbagai indikator dapat digunakan untuk melihat peranan
suatu sektor terhadap perekonomian wilayah. Dalam penelitian ini, indikator yang
akan digunakan adalah pendapatan wilayah (PDRB) dan nilai produksi perikanan
peranan masing-masing indikator terhadap pembangunan wilayah di Kabupaten
Sukabumi. Perekonomian dan kesejahteraan masyarakat perlu ditingkatkan
dengan melakukan peningkatan pendapatan daerah. Metode Multiplier Effect
menunjukkan pengaruh indikator pendapatan terhadap perekonomian wilayah.
Metode SWOT digunakan untuk menentukan strategi pengembangan arah
pembangunan daerah ke depannya. Metode SWOT berbentuk matriks dengan
menempatkan indikator Strenght, Weakness, Opportunities, dan Threaths ke
[image:37.612.156.534.267.575.2]dalamnya. Skema kerangka pendekatan studi penelitian dapat dilihat pada
Gambar 1.
Analisis LQ
Analisis ME
Metode SWOT
Gambar 1. Skema Kerangka Pendekatan Studi
Keterangan : ……….. = ruang lingkup penelitian Analisis LQ = analisis Location Quotient Analisis ME = analisis Multiplier Effect Analisis SWOT = analisis SWOT
SDA
Karakteristik Fisik
Kelembagaan
Teknologi
SD
Peranan dan Komoditas Unggulan Produksi Potensi Sektor Perikanan
Karakteristik non Fisik
Implikasi Dampak PDRB
IV METODOLOGI
4.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan
satuan kasus adalah sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi. Studi kasus adalah
metode penelitian tentang subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase
spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield M 1930 diacu dalam
Nazir M 1999). Tujuan dari studi kasus adalah untuk memberikan gambaran
secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang
khas dari kasus, ataupun studi dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas
tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data berdasarkan jenisnya ada dua yaitu data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif adalah kumpulan angka-angka hasil observasi.
Berdasarkan jenisnya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif. Data kuantitatif berupa data produksi ikan Kabupaten Sukabumi dan
Provinsi Jawa Barat dan nilai PDRB Kabupaten Sukabumi serta nilai PDRB
Provinsi Jawa Barat selama lima tahun, sedangkan data kualitatif berupa data hasil
wawancara dengan responden. Dari segi perolehannya, data yang didapat
dikategorikan sebagai non experimental atau data yang diperoleh dengan tidak
melakukan percobaan.
Berdasarkan sumbernya data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara
dengan pihak-pihak yang terkait dengan perkembangan sektor perikanan baik
perikanan tangkap maupun budidaya di Kabupaten Sukabumi. Data primer ini
digunakan untuk memperkuat dan menjelaskan data sekunder yang telah didapat
serta untuk menentukan alternatif strategi pengembangan wilayah dengan
menggunakan analisis SWOT. Data sekunder merupakan data time series lima
tahun terakhir yang diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Sukabumi, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat serta Badan Perencanaan
Pembangunan Kabupaten Sukabumi
4.3 Metode Pengambilan Responden
Pemilihan responden dilakukan secara non acak yaitu dengan purposive
sampling. Menurut Fauzi A (2001), pemilihan sampel pada purposive sampling
dilakukan pada teknik anggota populasi untuk memenuhi tujuan tertentu.
Pengambilan responden ini digunakan untuk menentukan alternatif strategi
pengembangan wilayah dengan menggunakan SWOT.
Responden dipilih dari wakil setiap stakeholder atau pelaku perikanan dan
yang berelevansi dengan penelitian, berjumlah tiga orang terdiri atas Kepala Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi, Kepala Seksi Pengembangan
Penangkapan dan Budidaya Laut, dan Kepala Seksi Pengembangan Budidaya
Ikan.
4.4 Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data-data yang diperoleh dianalisis
secara deskriptif dan kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel. Analisis
deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi dan keragaaan pembangunan
sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Sukabumi.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah sektor
perikanan termasuk basis ekonomi di Kabupaten Sukabumi, serta bagaimana
dampaknya terhadap pembangunan wilayah dilihat dari indikator PDRB, tenaga
kerja dan produksi perikanan. Metode yang digunakan untuk kedua analisis di atas
adalah Location Quotient dan Multiplier Effect. Strategi pengembangan wilayah
digunakan analisis SWOT dengan identifikasi kekuatan dan kelemahan dari faktor
internal serta kesempatan dan ancaman dari faktor eksternal dari suatu sektor,
18
4.4.1 Analisis Shift Share
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi sektor perikanan
terhadap PDRB, model matematikanya adalah sebagai berikut (Sawono Y dan S
Endang 1983)
Ki =
x 100%
dimana :
Ki : Besarnya kontribusi tahun i
Vi : PDRB sektor perikanan pada tahun i Pi : Total PDRB tahun i
4.4.2 Analisis Peran Sektor Perikanan dalam Perekonomian Wilayah
Perhitungan LQ digunakan untuk mengklasifikasikan sektor perikanan
sebagai sektor basis atau non basis dalam perekonomian wilayah dengan
menggunakan rumus:
LQ
=
= vi/Vi : vt/Vt
dimana:
vi = pendapatan sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi Vi= total pendapatan seluruh sektor di Kabupaten Sukabumi vt = pendapatan sektor perikanan di Provinsi Jawa Barat Vt= total pendapatan seluruh sektor di Provinsi Jawa Barat
4.4.3 Analisis Dampak Sektor Perikanan dalam Perekonomian Wilayah
Setiap peningkatan yang terjadi pada kegiatan basis akan menimbulkan
efek pengganda (Multiplier effect) pada perekonomian wilayah secara
keseluruhan. Menurut Glasson J (1977) Multiplier Effect jangka pendek dalam hal
ini dihitung berdasarkan nilai perubahan yang terjadi berdasarkan indikator
produksi hasil perikanan dan nilai PDRB Sektor Perikanan Kabupaten Sukabumi,
dapat dilihat dari rumus sebagai berikut:
dimana :
MSy = Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan Kabupaten Sukabumi
Y = Perubahan pendapatan wilayah Kabupaten Sukabumi
Yb = Perubahan pendapatan sektor perikanan Kabupaten Sukabumi
4.4.4 Analisis Komoditas Unggulan
Penentuan komoditas ikan unggulan merupakan langkah awal menuju
pembangunan perikanan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih
keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi perdagangan global.
Komoditas unggulan dicirikan oleh keunggulan dari sisi permintaan dan
penawaran. Dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya
permintaan dari pasar domestik maupun internasional. Dari segi penawaran
komoditas ikan unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhan pada
kondisi biofisik, teknologi, dan kondisi sosial ekonomi nelayan yang dapat
dijadikan andalan untuk meningkatkan pendapatan (Syafaat N dan F Supena 2000
diacu dalam Hendayana R 2003)
Untuk dapat menentukan jenis ikan unggulan yang dijadikan prioritas
pengembangan perikanan di Kabupaten Sukabumi, dibuat matrik dari pendekatan
Location Quotient (LQ). Menurut Budiharsono S (2001) formula LQ sebagai
berikut:
LQ =
Keterangan:
Xij = produksi ikan jenis ke-j pada Kabupaten Sukabumi Xi. = produksi total perikanan Kabupaten Sukabumi X.j = produksi total jenis ikan ke-j di Jawa Barat X.. = produksi total perikanan Jawa Barat
Interpretasi nilai LQ
1) Jika nilai LQ>1, menunjukkan terjadinya konsentrasi produksi perikanan di
Kabupaten Sukabumi secara relatif dibandingkan dengan produksi perikanan
20
terjadi surplus produksi pada Kabupaten Sukabumi dan komoditas tersebut
merupakan sektor basis di Kabupaten Sukabumi.
2) Jika nilai LQ = 1, maka pada Kabupaten Sukabumi mempunyai pangsa
aktivitas perikanan setara dengan produksi total Jawa Barat.
3) Jika nilai LQ < 1, maka Kabupaten Sukabumi mempunyai pangsa relatif lebih
kecil dibandingkan dengan aktivitas perikanan di Jawa Barat, atau telah
terjadi defisit produksi di Kabupaten Sukabumi.
Pendekatan adanya pemusatan produksi perikanan dengan LQ dibedakan
dalam dua kelompok, kelompok-kelompok tersebut masing-masing terdiri atas
tiga kriteria dan dua kriteria. Kelompok pertama dilihat dari nilai perhitungan LQ,
yaitu terpusat (LQ > 1), mendekati terpusat (LQ = 0.80 sampai 0.99) dan tidak
terpusat (LQ < 1 ). Masing-masing kelompok secara berurutan dibobot dengan
nilai 3, 2, dan 1. Kelompok kedua dilihat dari nilai pertumbuhan LQ, yaitu nilai
LQ yang mengalami pertumbuhan diberi bobot 3, nilai LQ yang mengalami
pertumbuhan tetap diberi bobot 2, dan untuk nilai LQ yang mengalami
pertumbuhan negatif diberi bobot 1.
4.4.5 Analisis Strategi Pengembangan Sektor Perikanan
Analisis SWOT adalah identifikasi secara sistematis antara kekuatan dan
kelemahan dari faktor internal serta kesempatan dan ancaman dari faktor eksternal
dari suatu sektor, sehingga dapat dibuat suatu alternatif strategi. Rangkuti F
(2000) mengemukakan bahwa matrik SWOT ini dapat menghasilkan empat set
kemungkinan alternatif strategi, yaitu SO, ST, WO, WT.
1) Strategi SO (Strenghts – Opportunity)
Strategi ini adalah strategi yang memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-sebesarnya
2) Strategi ST (Strenghts – Threath)
Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
mengatasi ancaman.
3) Strategi WO (Weakness – Opportunity)
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
4) Strategi WT (Weakness – Threat)
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Masing-masing faktor internal dan eksternal dikaitkan, sehingga dapat
mengilustrasikan bagaimana bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi oleh suatu perusahaan dapat dipertemukan dengan kelemahan dan
kekuatan internal untuk menghasilkan empat kelompok kemungkinan alternatif
strategis yaitu SO, ST, WO, WT. Secara lengkap analisis SWOT dapat dilihat
[image:43.612.127.511.288.539.2]pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis SWOT
Internal
Eksternal
Strenghts (S) Weakness (W)
Opportunity(O) Strategi SO
Menciptakan strategi
yang menggunakan
kekuatan untuk
menangkap kesempatan
Strategi WO
Menciptakan strategi
yang meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
Threat(T) Strategi ST
Menciptakan strategi
yang menggunakan
kekuatan untuk
mengatasi ancaman
Strategi WT
Menciptakan strategi
yang meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti F (2000)
Dari Tabel 1 terlihat bahwa masing-masing faktor internal dan eksternal
dikaitkan, sehingga dapat mengilustrasikan bagaimana peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi oleh suatu perusahaan dapat dipertemukan dengan
kelemahan dan kekuatan internal untuk menghasilkan empat kelompok
kemungkinan alternatif strategis yaitu SO, ST, WO, WT.
Menurut Rangkuti F (2000), analisis SWOT didasarkan pada logika yang
22
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman
(treaths). Diagram analisis SWOT diperlihatkan pada Gambar 2.
Kuadran 3 Kuadran 1
Mendukung strategi turn around Mendukung strategi agresif
Kuadran 4 Kuadran 2
Mendukung strategi defensif Mendukung strategi diversifikasi
Sumber: Rangkuti F (2000)
Gambar 2. Diagram Analisis SWOT, Rangkuti F (2000)
Untuk membuat analisis SWOT, dibutuhkan analisis terhasap lingkungan
internal dan eksternal yang dihadapi suatu wilayah. Analisis lingkungan internal
dan eksternal dilakukan dengan membuat matriks Evaluasi Faktor Internal
(Internal Factor Evaluation-IFE) dan Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor
Evaluation-EFE). Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat matriks
Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE), yaitu:
a) Menyusun daftar faktor-faktor yang dianggap berpengaruh penting sebagai
faktor internal dan ekstrnal sektor perikanan Kabupaten Sukabumi.
b) Penilaian bobot setiap faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal
dalam sektor perikanan Kabupaten Sukabumi. Penentuan bobot dilakukan oleh
responden, dengan menggunakan skala:
1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting dari indikator vertikal Berbagai Peluang
Kekuatan Internal Kelemahan Internal
Tabel 2. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal
Faktor Strategis Internal A B C … Total
A
B
C
…
Total
Tabel 3. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal
Faktor Strategis Eksternal A B C … Total
A
B
C
…
Total
c) Penentuan bobot setiap variabel diperoleh dengan menggunakan proporsi nilai
dari setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan dengan rumus :
ai
=
Keterangan:
ai = Bobot variabel ke-i
Xi = Nilai variabel ke-i
i = 1,2,3,…n
n = Jumlah variabel
Pembobotan ditempatkan pada kolom kedua matriks dengan total sama dengan
satu.
d) Penentuan peringkat terhadap variabel-variabel hasil analisis situasi dilakukan
oleh peneliti, dengan skala sebagai berikut :
Nilai untuk matriks IFE, skala peringkat yang digunakan yaitu:
1 = sangat kuat 3 = lemah
24
Nilai untuk matriks EFE, skala peringkat yang digunakan yaitu :
1 = rendah 3 = tinggi
2 = sedang 4 = sangat tinggi
e) Tiap peringkat dikalikan masing-masing bobotnya untuk setiap variabel,
sehingga menjadi skor
f) Skor dijumlahkan untuk menentukan total skor.
Tabel 4. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan :
1………..
2………..
Kelemahan:
1………
2……….
Total
Tabel 5. Matriks External Factor Evaluation (EFE)
Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor
Peluang :
1………..
2………..
Ancaman:
1………
2……….
Total
g) Total skor berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2,5 menunjukkan posisi internal
dan eksternalnya lemah, sedangkan total skor diatas 2,5 menunjukkan bahwa
posisi internal dan eksternalnya berada pada tingkat yang kuat. Total skor yang
berada pada nilai 2,5 menunjukkan situasi eksternal dan internalnya berada
4.5 Konsep dan Pengukuran
Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan konsep yang penting,
antara lain:
1) Sektor perikanan dan kelautan meliputi perikanan, kelautan, pertambangan
dan energi, transportasi laut, bangunan kelautan dan jasa kelautan lainnya,
dalam penelitian ini yang dianalisis hanya sub sektor perikanan, yaitu
perikanan tangkap dan budidaya;
2) Peranan sektor perikanan dalam pembangunan adalah kedudukan sektor
perikanan dalam pembangunan wilayah yang diukur berdasarkan indikator
pendapatan wilayah dan tenaga kerja;
3) Sektor basis perikanan adalah perbandingan relatif kemampuan sektor
perikanan pada wilayah penelitian dibandingkan dengan wilayah administratif
di atasnya (nasional) serta sektor perikanan mampu memenuhi kebutuhan
komoditas perikanan Kabupaten Sukabumi dan mengekspor ke luar wilayah
Kabupaten Sukabumi;
4) Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah pendapatan total suatu
wilayah dari seluruh kegiatan perekonomian selama satu tahun. PDRB yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah PDRB atas dasar harga berlaku, yaitu
PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun berjalan, baik pada saat
menilai produksi , biaya antara maupun komponen nilai tambah. Dengan
PDRB ini, dijadikan indikator untuk melihat pengaruh perubahan tingkat
kemakmuran dan perekonomian termasuk inflasi. Selain itu digunakan PDRB
per kapita, yaitu perbandingan antara PDRB dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun, sehingga dengan PDRB per kapita dapat diketahui
kemampuan wilayah dalam menghasilkan pendapatan atau balas jasa faktor
produksi yang ikut berpartisipasi dalam menghasilkan pendapatan atau balas
jasa faktor produksi yang ikut berpatisipasi dalam proses produksi. Satuan
PDRB yang digunakan adalah jutaan rupiah;
5) Kesempatan kerja adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja. Kesempatan
kerja sektor perikanan, yaitu jumlah angkatan kerja yang bekerja pada sektor
26
6) Efek pengganda (pendapatan/ tenaga kerja) adalah koefisien yang
menunjukkan kemampuan setiap peningkatan (pendapatan/ tenaga kerja)
dalam wilayah terhadap pertumbuhan (pendapatan/ tenaga kerja) wilayah
yang bersangkutan;
7) Faktor internal adalah kekuatan yang merupakan keunggulan yang dimiliki
oleh sektor perikanan serta kelemahan yang merupakan keterbatasan atau
kekurangan sektor perikanan yang mempengaruhi kinerja pembangunan;
8) Faktor ekternal adalah peluang yang merupakan kesempatan yang dimiliki
sektor perikanan untuk dimanfaatkan dan ancaman yang merupakan
hambatan yang berasal dari luar sektor perikanan;
9) Strategi pengembangan adalah rencana atau siasat pengembangan secara
5.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi
5.1.1 Letak Geografis
Kabupaten Sukabumi secara geografis terletak antara 60 57’ Lintang
Selatan dan 1060 41’ – 1070 00’ Bujur Timur. Ibukota Kabupaten Sukabumi adalah
Palabuhanratu yang terletak di Kecamatan Palabuhanratu. Dari tata letak,
Kabupaten Sukabumi berbatasan dengan:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia
3) Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Banten dan Samudra Indonesia
4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur (Lampiran 2)
Bentuk topografi wilayah Kabupaten Sukabumi pada umumnya meliputi
permukaan yang bergelombang di daerah selatan dan bergunung di daerah bagian
utara dan tengah. Terdapat dua gunung, yaitu Gunung Salak dan Gunung Gede
masing-masing dengan ketinggian 2.211 m dan 2.958 m dpl menyebabkan
keadaan lereng sangat miring (lebih besar dari 350) meliputi 29 persen dari luas
Kabupaten Sukabumi, kemiringan antara 130-350 meliputi 37 persen dan
kemiringan antara 20-130 meliputi 21% dari luas kabupaten, sisanya adalah daerah
datar meliputi 13% dari luas kabupaten. Keadaan topografi yang demikian
menyebabkan wilayah Kabupaten Sukabumi menjadi rawan terhadap longsor,
erosi tanah dan lain-lain.
Curah hujan pada suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan
iklim, geografi, dan perputaran/ pertemuan arus angin. Oleh karena itu jumlah
curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Catatan curah
hujan rata-rata pada Tahun 2003 adalah 258,9mm, Tahun 2004 sebesar 209,8mm,
dan pada Tahun 2006 sebesar 309,9mm. Kelembaban nisbi rata-rata pada Tahun
2003 sebesar 89% dan berturut-turut pada Tahun 2004 dan 2005 sebesar 90% dan
88,8%. Temperatur udara rata-rata pada Tahun 2003 maksimal 31,60Cdan
minimal 19,60C, Tahun 2004 maksimal 31,20C minimal sebesar 19,60C, dan
28
5.1.2 Luas Wilayah
Kabupaten Sukabumi merupakan kabupaten terluas di Pulau Jawa dan
Bali. Luas wilayah Kabupaten Sukabumi, yaitu 408.560 ha, dengan alokasi
masing-masing penggunaan lahan untuk lahan sawah seluas 62.751 ha (15,35%),
kebun/ tegalan seluas 103.678 ha (25,37%), padang rumput 4.335 ha (1,06%),
kolam/ empang 1.702 ha (00,42%), tambak 200 ha (00,05%), hutan rakyat 45.851
ha (11,22%), perkebunan 74.839 ha (18,31%), dan hutan negara seluas 85.296 ha
(20,87%). Kabupaten Sukabumi memiliki 40 kecamatan, kecamatan terluas adalah
Kecamatan Ciemas, yaitu 267 km2
atau 6,46
% dari luas kabupaten, kemudian diikuti Kecamatan Jampang Tengah dengan 6,13% dari luas Kabupaten,sedangkan kecamatan paling kecil adalah Kecamatan Kebonpedes seluas 10 km2
atau 0,25%.
5.1.3 Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi pada Tahun 2004 mencapai
2.188.722 jiwa yang terdiri atas 1.135.416 laki-laki dan 1.053.306 perempuan.
Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Sukabumi sebesar 106 yang berarti
bahwa dalam 100 penduduk perempuan terdapat 106 penduduk laki-laki.
Rata-rata penduduk laki-laki adalah 1.087.485 jiwa dan perempuan sebesar 1.040.341
jiwa.
Jumlah penduduk terbesar di wilayah Kabupaten Sukabumi terdapat di
Kecamatan Cisaat sebanyak 108.065 jiwa atau sebesar 4,85 % dari penduduk
Kabupaten Sukabumi. Penduduk paling sedikit terdapat di Kecamatan Cidolog
sebanyak 18.401 jiwa atau sebesar 0,82 % dari jumlah penduduk seluruhnya.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Sukabumi adalah sebesar 540,31 orang per
Km2. Kecamatan Cisaat masih merupakan kecamatan terpadat yaitu sebesar
5.037,06 orang per Km2 dan kepadatan terendah adalah Kecamatan Cibitung yang
terletak di wilayah selatan Kabupaten Sukabumi yaitu sebanyak 159,95 orang per
Km2. Tabel 6 memperlihatkan jumlah penduduk di Kabupaten Sukabumi
Tabel 6. Jumlah Penduduk Kabupaten Sukabumi Tahun 2000-2004
Tahun
Laki-Laki
(Jiwa) Perempuan (Jiwa)
Jumlah (Jiwa)
Tingkat Pertumbuhan(%) 2000 1.047.530 1.012.390 2.059.920 0.19 2001 1.068.402 1.017.117 2.085.519 1.24 2002 1.066.805 1.059.599 2.126.404 1.94 2003 1.119.274 1.049.295 2.168.569 1.96 2004 1.135.416 1.053.306 2.188.722 0.93 Sumber: BPS, Susenas tahun 2000-2004
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kabupaten
Sukabumi selalu mengalami peningkatan dari Tahun 2000 sampai Tahun 2004.
Peningkatan tertinggi Tahun 2003 sebesar 1,96%, sedangkan yang terendah pada
Tahun 2000 yaitu 0,19%. Dari segi pendidikan di Kabupaten Sukabumi memiliki
infrastruktur pendidikan umum, seperti Sekolah Dasar sebanyak 1.176 buah,
Madrasah Ibtidaiyah sebanyak 284 buah, 144 Sekolah menengah Pertama, 166
Madrasah Tsanawiyah, 88 Sekolah Menengah Atas, dan 56 Madrasah Aliyah.
Dari segi agama, penduduk di Kabupaten Sukabumi sebagian besar beragama
Islam dengan jumlah mencapai 99,53%, diikuti agama Kristen dengan 0,44%,
Hindu 0,02%, dan Budha 0,01%.
5.1.4 Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam
kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Dalam
pembangunan ekonomi sektor ketenagak