• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN analisis perbandingan model pembe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DESAIN analisis perbandingan model pembe"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MANDIRI

DESAIN MODEL PEMBELAJARAN IPS “ANALISIS PERBANDINGAN MODEL”

Dosen pengampu Dr.Pujiati, M.Pd

Disususn oleh:

Nama : ETI SETIAWATI

NPM : 1523031002

Semester : I (Satu)

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT, yang telah memberikan nikmat berupa kesempatan dan kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas mandiri dalam bentuk makalah ini. Tidak lupa Saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dosen mata kuliah Desain Model Pembelajaran IPS Dr. Pujiati, M.Pd 2. Teman-teman yang telah membantu dalam pelengkapan materi dan juga

memberikan dorongan dan motivasi.

1) Pada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti mata kuliah Desain Model Pembelajaran IPS di FKIP Universitas Lampung. Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar lebih baik dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung,

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i KATA PENGANTAR... ii DARTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penulisan makalah ... 3

BAB II PEMBAHASAN

Model-model Desain pembelajaran ... 4 1. Model desain Dick dan Carey... 7 2. Model desain Assure... 10

3. Model Jerold E. Kemp, dkk 16

4. Model Smith dan Ragan

5. Model ADDIE

6. Model Front-end System Design oleh A.W. Bates

BAB.III KESIMPULAN

A. Kesimpulan

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Siswa Siswa sebagai generasi penerus bangsa perlu dibina secara terus menerus. Dengan demikian, diharapan mereka memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis, dan kreatif, sehingga mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan; memiliki keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab; memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah lantaran mengikuti perkembangan zaman, teknologi, dan budaya masyarakat. Pendidikan dari masa ke masa mengalami kemajuan yang sangat pesat, demikian juga piranti pendidikan yang canggih, oleh sebab itu perubahan yang terjadi di tengah masyarakat adalah diakibatkan oleh majunya dunia pendidikan, pendidikan tidak hanya merambah dunia nyata akan tetapi sudah merambah dunia maya, yang menurut pemikiran lama masih dalam bentuk khayalan dan angan-angan, sekarang sudah dalam bentuk kenyataan. Desain Pembelajaran adalah tata cara yang dipakai untuk melaksanakan proses pembelajaran. Konsep desain pembelajaran pertama sekali dimanfaatkan pada perang dunia II dan sesudahnya. Menurut Jerrold E. Kemp, pada waktu itu para psikolog memperkenalkan teori baru tentang proses pembelajaranmanusia, termasuk pentingnya merinci tugas yang akan dipelajari dan dilaksanakan, dan kebutuhan siswa untuk berperan aktif agar mereka benar-benar belajar. Pada waktu yang sama, ahli media audi visual menggunakan asas belajar yang diketahui dalam merancang film dan media pengajaran lainnya. (Martinis Yamin, 2010: 10)

(5)

masyarakat. Oleh karena itu, proses mendesain dan merancang suatu desain pembelajaran mesti memperhatikan sistem nilai (Value System) yang berlaku beserta perubahan – perubahan yang terjadi di masyarakat itu. Disamping itu, karena model desain pembelajaran juga harus memperhatikan segala aspek yang terjadi pada peserta didik. Persoalan–persoalan tersebut yang mendorong begitu kompleknya proses pengembangan model desain pembelajaran. Sehingga, pada makalah ini penulis akan memaparkan secara gambling tentang beberapa model desain pembelajaran beserta menganalisisnya satu per- satu.

Desain pembelajaran merupakan prinsip-prinsip penerjemahan dari pembelajaran dan instruksi ke dalam rencana-rencana untuk bahan-bahan dan aktivitas-aktivitas instruksional (Smith and Ragan, 1993). Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa disain pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu sistem yang berisi banyak komponen yang saling berinteraksi. Komponen-komponen tersebut harus dikembangkan dan diimplementasikan untuk kelengkapan suatu instruksional.

Sistem pengembangan instruksional sering kali direpresentasikan sebagai model grafik. Beberapa tahun terakhir sejumlah model desain pembelajaran diperkenalkan oleh beberapa ahli/tokoh. Gentry mengatakan bahwa model desain pembelajaran adalah suatu representatif gafik tentang suatu pendekatan sistem, yang dirancang untuk memfasilitasi pengembangan yang efektif dan efisien dari pembelajaran.

Tujuan dari desain pembelajaran yaitu membuat pembelajaran lebih efektif dan efisien dan mengurangi tingkat kesulitan pembelajaran (Morrison, Ross, dan Kemp, 2007).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimana Analisa terhadap beberapa Model Desain Sistem Pembelajaran”.

C. Tujuan Masalah

(6)

diharapkan dapat membantu seorang perancang program, guru, dan instruktur dalam menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menyenangkan.

BAB II PEMBAHASAN

(7)

dengan masukan yang telah diperoleh. Kajian ini berdasarkan tinjuan teori belajar dan pembelajaran.

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Komponen utama dari desain pembelajaran adalah:

1. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.

2. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.

3. Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari.

4. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.

5. Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar. 6. Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang

sudah dikuasai atau belum.

Model-model Desain Pembelajaran 1. Model Dick dan Carey

Perancangan pengajaran menurut system pendekatan model Dick dan Carey, yang dikembangkan oleh Walter Dick dan Lou Carey (1990). (Trianto, 2010: 89).

(8)

system pengembangan pembelajaran (Instructional System Development/ISD). Jika berbicara masalah desain maka masuk ke dalam proses, dan jika mengunakan istilah Instructional Design (ID) mengacu pada Instructional System Development (ISD) yaitu tahapan analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Instructional desain inilah yang menjadi payung bidang (Dick, Carey, dan Crey 2001).

Model pembelajaran Dick, Carey, dan Carey baik dalam keadaan formal maupun non formal adalah sama. Komponen model Dick, Carey, dan Carey dalam keadaan formal meliputi, pembelajar, pebelajar, materi, dan lingkungan. Demikian pula di lingkungan non formal meliputi, warga belajar (pebelajar) tutor (pembelajar), materi, dan lingkungan pembelajaran. Semua komponen saling berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Untuk mengetahui kinerja dari interaksi komponen-komponen tersebut, maka perlu mengembangkan format evaluasi. Jika hasil evaluasi pebelajar kurang baik, maka komponen tersebut direvisi untuk mencapai kriteria efektif dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Model ini menekankan pada aspek revisi atau perbaikan pembelajaran yang menyeluruh dari PBM. Dalam hal ini, revisi dilakukan dalam batas tugas seorang pengajar. (Dewi Salma, 2009:35)

Komponen model Dick, Carey, dan Carey dipengaruhi oleh Condition of Learning hasil penelitian Robert Gagne yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1965. Condition of learning ini berdasarkan asumsi psikologi behavioral, psikologi cognitive, dan konstruktivisme yang diterapkan secara eklektic (Dick, Carey, dan Carey, 2001). Tiga proyek utama yang dihasilkan oleh Gagne (Bostock, 1996) yaitu 1) instructional events, 2) types of learning outcomes, 3) internal conditions and external conditions. Ketiganya merupakan masukan yang penting dalam memulai kegiatan desain pembelajaran.

(9)

sistematis (perencanaan, pengembangan, evaluasi, dan management proses) tetapi bukan pendekatan sistematis. Sedangkan komponen dasar system meliputi learners, objectives, methods, dan evaluation yang selanjutnya dikembangkan menjadi 9 (Sembilan) rencana desain pembelajaran. Seperti yang diuraikan sebelumnya, tahapan model pengembangan system pembelajaran (Instructional System Development/ISD) Dick, Carey, dan Carey (2001) terdiri dari 10 tahapan. Tahapan tersebut dapat dicermati sebagaimana dalam gambar di bawah ini. Khusus tahapan ke 10 tidak dimasukkan dalam gambar, karena itu landasan teori penelitian ini dikembangkan berdasarkan 9 tahapan. Berikut dijelaskan tahapan pengembangan system pembelajaran Dick, Cary, dan Carey: (Trianto, 2010: 90)

1. Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan

Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari serangkaian tujuan pembelajaran yang ditemukan dari analisis kebutuhan, yaitu kesulitan-kesulitan pebelajar dalam praktek pembelajaran yang dilakukan oleh para ahli di bidang atau beberapa keperluan untuk pembelajaran yang aktual.

2. Melakukan analisis pembelajaran

Menentukan langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Langkah terakhir dalam proses analisis tujuan pembelajaran adalah menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang disebut sebagai entry behavior (perilaku awal/masukan) yang diperlukan oleh warga belajar untuk memulai pembelajaran. 3. Analisis pebelajar dan lingkungannya

Analisis terhadap pebelajar dan konteks di mana mereka belajar. Sikap dan keterampilan yang lebih disukai pebelajar saat ini, ditentukan berdasarkan karakteristik atau setting pembelajaran dan setting lingkungan tempat keterampilan diterapkan.

4. Merumuskan tujuan khusus

(10)

pembelajaran dan pernyataan perilaku awal pebelajar. Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan yang dipelajari, kondisi pencapaian unjuk kerja, dan kriteria pencapaian unjuk kerja.

5. Mengembangkan instrumen penilaian

Berdasarkan tujuan pembelajaran yang tertulis, mengembangkan produk evaluasi untuk mengukur kemampuan pebelajar melakukan tujuan pembelajaran. Penekanan utama berada pada hubungan perilaku yang tergambar dalam tujuan pembelajaran untuk apa melakukan penilaian.

6. Mengembangkan strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran meliputi; kegiatan prapembelajaran (pre-activity), penyajian informasi, praktek dan umpan balik (practice and feedback, pengetesan (testing), dan mengikuti kegiatan selanjutnya. Strategi pembelajaran berdasarkan teori dan hasil penelitian, karakteristik media pembelajaran yang digunakan, bahan pembelajaran, dan karakteristik warga belajar yang menerima pembelajaran. Prinsip-prinsip inilah yang digunakan untuk memilih materi strategi pembelajaran yang interaktif.

7. Mengembangkan materi pembelajaran

Materi pembelajaran meliputi : petunjuk untuk tutor, modul untuk warga belajar, transparansi OHP, videotapes, format multimedia, dan web untuk pembelajaran jarak jauh. Pengembangan materi pembelajaran tergantung kepada tipe pembelajaran, materi yang relevan, dan sumber belajar yang ada disekitar perancang.

8. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif

Dalam merancang dan mengembangkan evaluasi formative yang dihasilkan adalah instrumen atau angket penilaian yang digunakan untuk mengumpulkan data (uji perorangan (one-to-one), uji kelompok kecil (small group) dan uji lapangan (field evaluation) sebagai pertimbangan dalam merevisi pengembangan pembelajaran ataupun produk bahan ajar.

(11)

Data yang diperoleh dari evaluasi formative dikumpulkan dan diinterpretasikan untuk memecahkan kesulitan yang dihadapi warga belajar dalam mencapai tujuan. Evaluasi formatif tidak hanya dilakukan pada draf program pembelajaran saja, tetapi juga terhadap aspek-aspek desain system pembelajaran yang digunakan dalam program, seperti analisis instruksional, entry behavior dan karakteristik siswa. (Benny, 2011: 109). Bukan hanya untuk ini, singkatnya hasil evaluasi ini digunakan untuk merevisi pembelajaran agar lebih efektif. 10. Mengembangkan evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif. Jenis evaluasi ini dianggap sebagai puncak dalam aktivitas model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carey. Evaluasi sumatif dilakukan dilakukan setelah program selesai dievaluasi secara formatif dan direvisi sesuai dengan standar yang digunakan oleh perancang. Evaluasi sumatif tidak melibatkan perancang program, tetapi melibatkan penilai independen. Hal ini merupakan satu alasan untuk menyatakan bahwa evaluasi sumatif tidak tergolong ke dalam proses desain sistem pembelajaran.

Kesepuluh langkah desain yang dikemukakan di atas merupakan sebuah prosedur yang menggunakan pendekatan sistem dalam mendesain sebuah program pembelajaran. Setiap langkah dalam desain sistem pembelajaran ini memiliki keterkaitan satu sama lain. Output yang dihasilkan dari suatu langkah akan digunakan sebagai input bagi langkah-langkah selanjutnya. Karakteristik model Dick and Carey mempunyai karakteristik sebagai

berikut: (Wardani, Muhammad. 2013)

a. Dalam penerapan model ini, setiap komponen bersifat penting dan tidak boleh ada yang dilewati.

b. Penggunaan model ini mungkin akan menghalangi kreatifitas instructional designer profesional.

(12)

d. Cocok diterapkan untuk e-learning skala kecil, misalnya dalam bentuk unit, modul, atau lesson.

Kelebihan dari Dick and Carey Model sebagai berikut. a. Setiap langkah jelas, sehingga dapat diikuti.

b. Teratur, Efektif dan Efisien dalam pelaksanaan.

c. Merupakan model atau perencanaan pembelajaran yang terperinci, sehingga mudah diikuti.

d. Adanya revisi pada analisis instruksional, dimana hal tersebut merupakan hal yang sangat baik, karena apabila terjadi kesalahan maka segera dapat dilakukan perubahan pada analisis instruksional tersebut, sebelum kesalahan didalamnya ikut mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya.

e. Model Dick and Carey sangat lengkap komponennya, hampir mencakup semua yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan pembelajaran

Sedangkan kekurangan dari Dick and Carey Model sebagai berikut. a. Kaku, karena setiap langkah telah di tentukan.

b. Tidak semua prosedur pelaksanaan KBM dapat di kembangkan sesuai dengan langkah-langkah tersebut.

c. Tidak cocok diterapkan dalam elearning skala besar.

d. Uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif.

e. Pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran maupun pada pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak nampak secara jelas ada tidaknya penilaian pakar (validasi).

2. Model Assure

(13)

assure ini merupakan rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan peserta didik dalam pembelajaran yang direncanakan dan disusun secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna bagi peserta didik. (wordpress.com:2011)

Dalam mengembangkan model desian sistem pembelajaran ASSURE, penulis Smaldino, Russel, Heinich, dan Molenda mendasari pemikirannya pada pandangan-pandangan Robert M. Gagne (1985) tentang peristwa pembelajaran atau ”Event of Instruction”. Menurut Gagne, desain pembelajaran yang efektif harus dimulai dari upaya yang dapat memicu atau memotivasi seseorang untuk belajar. Langkah ini perlu diikuti dengan proses pembelajaran yang sistematik, penilaian hasil belajar, dan pemberian umpan balik tentang pencapaian hasil belajar secara kontinyu. (Benny, 2011: 109).

Penilaian hasil belajar perlu didesain agar dapat mengukur pemahaman siswa terhadap pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dipelajari. Setelah menempuh proses penilaian hasil belajar, siswa perlu memperoleh umpan balik atau feedback. Umpan balik, berupa pengetahuan tentang hasil belajar akan memotivasi siswa untuk melakukan proses belajar secara lebih efektif dan efisien

(14)

Model ASSURE lebih difokuskan pada perencanaan pembelajaran untuk digunakan dalam situasi pembelajaran di dalam kelas secara actual. Model desain sistem pembelajaran ini terlihat lebih sederhana jika dibandingkan dengan model desain sistem pembelajaran yang lain, seperti model Dick dan Carey. Model yang dikemukakan oleh Dick dan Carey pada umumnya diimplementasikan pada sistem pembelajaran dengan skala yang yang lebih besar.

Dalam mengembangkan model desain sistem pembelajaran ASSURE, penulis-Smaldino, Russel, Heinich, dan Molenda – mendasari pemikirannya pada pandangan-pandangan Robert M. Gagne (1985) tentang peristiwa pembelajaran atau “ Events of Instruction”. Menurut Gagne, desain pembelajaran yang efektif harus dimulai dari upaya yang dapat memicu atau memotivasi seseorang untuk belajar. Langkah ini perlu diikuti dengan proses pembelajaran yang sistematik, pemberian umpan balik tentang pencapaian hasil belajar secara kontinyu.

Penilaian hasil belajar perlu didesain agar dapat mengukur pemahaman siswa terhadap pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dipelajari. Setelah menempuh proses penilaian hasil belajar, siswa perlu memperoleh umpan balik atau feedback. Umpan balik, berupa pengetahuan tentang hasil belajar akan memotivasi siswa untuk melakukan proses belajar secara lebih efektif dan efisien.

Langkah-langkah penting yang perlu dilakukan dalam model desain sistem pembelajaran ASSURE meliputi beberapa aktifitas, yaitu:

a. Melakukan analisi karakteristik siswa/ analyze learners, b. Menetapkan tujuan pembelajaran/ state objective,

c. Memilih media, metode pembelajaran/ require learners participation d. Mengevaluasi dan merevisi program pembelajaran/ evaluate and

revise.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalm mendesain sistem

(15)

A = seleksi media, metode, dan bahan = memanfatkan bahan ajar

= Melibatkan siswa dalam kegiatan belajar = evaluasi dan revisi

Untuk lebih memahami model ASSURE, berikut ini dikemukakan deskripsi dari setiap komonen yang terdapat dalam model tersebut. 1. Analyze Learners

Langkah awal yang perlu dilakukan dalam menerapkan model ini adalah mengidentifikasi karakteristik siswa yang akan melakukan aktifitas pembelajaran. Siapakah siswa yang akan melakukan proses belajar? Pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa akan sangat membantu siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Analisis terhadap karakteristik siswa meliputi beberapa aspek penting, yaitu karakteristik umum, kompetensi spesifik yang telah dimiliki sebelumnya, dan gaya belajar atau learning style siswa. 2. State objectives

Langkah selanjutnya dari model desain sistem pembelajaran ASSURE adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang bersifat spesifik. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari silabus atau kurikulum, informasi yang tercacat dalam buku teks, atau dirumuskan sendiri oleh perancang atau instruktur. Tujuan pembelajaran merupakan rumusan atau pernyataan yang mendeskripsikan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh siswa setelah menempuh proses pembelajaran.

(16)

3. Select Methods, Media, and Materials

Langkah berikutnya adalah memilih metode, media, dan bahan ajar yang akan digunakan. Ketiga komponen ini berperan penting dalam membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah digariskan.

Pemilihan metode, media, dan bahan ajar yang tepat akan mampu mengoptimalkan hasil belajar siswa dan membantu siswa mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran. Dalam memilih metode, media, dan bahan ajar yang akan digunakan, ada beberapa pilihan yang dapat dilakukan, yaitu memilih media dan bahan ajar yang telah tersedia, dan memproduksi bahan ajar baru.

4. Utilize Materials

Setelah memillih metode, media, dan bahan ajar, langkah selanjutnya adalah menggunakan ketiganya dalam kegiatan pembelajaran. Sebelum menggunakan metode, media, dan bahan ajar, instruktur atau perancang terlebih dahulu perlu melakukan uji coba untuk memastikan bahwa ketiga komponen tersebut dapat berfungsi efektif untuk digunakan dalam situasi atau setting yang sebenarnya.

Langkah berikutnya adalah menyiapkan kelas dan sarana pendukung yang diperlukan untuk dapat menggunakan metode, media, dan bahan ajar yang dipilih. Setelah semuanya siap, ketiga komponen tersebut dapat digunakan.

5. Requires Learner Participation

Proses pembelajaran memerlukan keterlibatan mental siswa secara aktif dengan materi atau substansi yang sedang dipelajari. Pemberian latihan merupakan contoh cara melibatkan aktifitas mental siswa dengan materi yang sedang dipelajari.

(17)

6. Evaluate and Revise

Setelah mendesain aktifitas pembelajaran maka langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah evaluasi. Tahap evaluasi dalam model ini dilakukan untuk menilai efektivitas pembelajaran dan juga hasil belajar siswa. Proses evaluasi terhadap semua komponen pembelajaran perlu dilakukan agar dapat memperoleh gambaran yang lengkap tentang kualitas sebuah program pembelajaran.

Contoh pernyatan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menilai efektivitas proses pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Apakah siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan?

b. Apakah metode, media, dan strategi pembelajaran yang digunakan dapat membantu berlangsunngnya proses belajar siswa?

c. Apakah siswa terlibat aktif dengan materi pembelajaran yang dipelajari? Revisi perlu dilakukan apabila hasil evaluasi terhadap program pembelajaran menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.

Model ASSURE merupakan model desain sistem pembelajaran yang bersifat praktis dan mudah diimplementasikan untuk mendesain aktivitas pembelajaran, baik yang bersifat individual maupun klasikal. Langkah analisis karakteristik siswa akan memudahkan memilih metode, media, dan strategi pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Demikian pula halnya dengan langkah evaluasi dan revisi yang dapat dimanfaatkan untuk menjamin kualitas prosses pembelajaran yang diciptakan.

Model ASSURE memilik beberapa kelebihan walaupun masih memiliki beberapa kekurangan, secara umum keunggulan modek ASSURE sebagai berikut: (Wardani, 2011)

(18)

pembelajar, strategi pembelajar, sistem penyampaian, penilaian proses belajar dan penilaian belajar.

2. Sering di adakan pengulangan kegiatan dengan tujuan Evaluate and Review. selain itu model ini mengedepankan pembelajar, ditinjau dari proses belajar, tipe belajar, kemampuan prasyarat.

3. Turut mengutamakan partisipasi pembelajar dalam Poin Require Learner Participation, sehingga di adakan pengelompokan-pengelompokan kecil seperti pengelompokan-pengelompokan pebelajar menjadi belajar mandiri dan belajar tim dll. Serta penugasan yang bertujuan untuk memicu keaktifitasan peserta didik.

4. Menyiratkan untuk para guru untuk menyampaikan materi dan mengelola kegiatan kelas

5. Pada poin Select methods Media and Materials serta Utilize Media and Materials membuat guru atau pendidik aktif untuk menemukan dan memanfaatkan, bahan dan media yang tepat dan memanfaatkan secara optimal media yang telah ada model ini dapat diterapkan sendiri oleh guru (Randa, 2011).

Adapun kekurangan Model ASSURE sebagai berikut. 1. Tidak mencakup suatu mata pelajaran tertentu.

2. Walau komponen relatif banyak, namun tidak semua komponen desain pembelajaran termasuk di dalamnya (Randa, 2011).

3. Model Jerold E. Kemp, dkk

Model desain system pembelajaran yang dikemukakan oleh Jerold E. Kemp dkk berbentuk lingkaran menunjukkan adanya proses kontinyu dalam menerapkan desain system pembelajaran, yang terdiri dari beberapa komponen diantaranya.

1. Mengidentifikasi masalah dan menetapkan tujuan pembelajaran 2. Menentukan dan menganalisis karakter siswa

(19)

4. Menetapkan tujuan pembelajaran khusus bagi siswa

5. Membuat sistematika panyampaian materi pembelajaran secara sistematik dan logis

6. Merancang strategi pembelajaran

7. Menetapkan metode untuk menyampaikan materi pelajaran 8. Mengembangkan instrumen evaluasi

9. Memilih sumber-sumber yang dapat mendukung aktivitas pembelajaran

Model desain system pembelajaran yang memungkinkan penggunanya untuk memulai kegitan desain dari komponen yang mana saja. Model ini tergolong dalam taksonomi model yang berorientasi pada kegitan pembelajaran individual atau klasikal. Model ini dapat digunakan oleh guru untuk menciptakan proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas secara efektif, efisien, dan menarik.

Ada beberapa factor penting yang mendasari pengunaan model desain system pembelajaran kemp yaitu :

a. Kesiapan siswa dalam mencapai kompetensi dan tujuan pembelajaran b. Strategi pembelajaran dan karakteristik siswa

c. Media dan sumber belajar yang tepat

d. Dukungan terhadap keberhasilan belajar siswa

e. Menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran f. Revisi untuk membuat program pembelajaran yang efektif dan efisien.

Model desain pembelajaran J. Kemp merupakan model desain pembelajaran di jenjang SD, SMP, dan SMA. Aplikasi model desain pembelajaran ini dibuat dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

(20)

Karena itu, RPP harus mempunyai daya terap (aplicable) yang tinggi. Tanpa perencanaan yang matang, mustahil target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya.

Sebagaimana rencana pembelajaran pada umumnya, rencana pembelajaran melalui pendekatan kontekstual dirancang oleh guru -yang akan melaksanakan pembelajaran di kelas¬yang berisi skenario tentang apa yang akan dilakukan siswanya sehubungan topik yang akan dipelajarinya. (wordpress.com/2011)

Kelebihan pada model ini adalah selalu diadakannya revisi. Dan kekurangannya adalah model pembelajarannya adalah pembelajaran konvensional, yang mana pada pembelajaran konvensional cenderung pada belajar hafalan yang mentolerir respon-respon yang bersifat konvergen, dan menekankan pada informasi konsep, latihan soal dalam tes.

4. Model Smith dan Ragan

Patricia L. Smith dan Tillman J. Ragan (2003) mengemukakan sebuah model desain sistem pembelajaran yang populer dikalangan mahasiswa dan profesional yang memiliki kecenderungan terhadap implementasi teori belajar kognitif. Hampir semua langkah dan prosedur dalam desain sistem pembelajaran ini difokuskan pada rancangan tentang strategi pembelajaran. Model yang desain yang di kemukan oleh smith dan ragan terdiri dari beberapa langkah dan prosedur yaitu : (Benny, 2011: 109). 1. Analisis lingkungan belajar

Analisis lingkungan belajar meliputi prosedur menetapkan kebutuhan akan adanya proses pembelajaran dan lingkungan tempat program pembelajaran akan di implementasikan. Tahap analisis dalam model ini digunakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran

(21)

Analisis karakter siswa meliputi aktifitas atau prosedur untuk mengidentifikasi dan menentukan karakteristik siswa yang akan menempuh program pembelajaran yang didesain. Karakter siswa yang akan menempuh program pembelajaran meliputi kondisi social ekonomi, penguasaan isi atau materi pelajaran dan gaya belajar. Gaya belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi gaya belajar auditori, gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik.

3. Analisis tugas pembelajaran

Analisis tugas pembelajaran perlu dilakukan untuk menetapkan tujuan-tujuan pembelajaran spesifik yang perlu dimiliki oleh pembelajar untuk mencapai tingkat kompetensi dalam melakukan pekerjaan.

4. Menulis butir tes

Menulis butir tes dilakukan untuk menilai apakah program pembelajaran yang dirancang dapat membantu siswa dalam mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Butir-butir tes yang ditulis harus bersifat valid dan reliable agar dapat digunakan untuk menilai kemampuan atau kompetensi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran

5. Menentukan strategi pembelajaran

Menentukan strategi pembelajaran dilakukan untuk mengelola program pembelajaran yang didesain agar dapat membantu siswa dalam melakukan proses pembelajaran yang bermakna. Strategi pembelajaran dalam konteks ini dapat diartikan sebagai siasat yang perlu dilakukan oleh instruktur agar dapat membantu siswa dalam mencapai hasil belajar yang optimal

6. Memproduksi program pembelajaran

Program pembelajaran merupakan output dari desain system pembelajaran yang mencakup deskripsi tentang kompetensi atau tujuan, metode, media, strategi dan isi atau materi pembelajaran, serta evaluasi hasil belajar.

(22)

Dilakukan untuk menemukan kelamahan-kelemahan dari draf bahan ajar yang telah dibuat agar segera direvisi

8. Merevisi program pembelajaran

9. Dengan melakukan revisi untuk terhadap draf program pembelajaran diharapkan program tersebut dapat menjadi program pembelajaran yang berkualitas yaitu pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.

Model Smith dan Ragan

Gambar 1.4 Model Smith dan Ragan

Model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Smith dan Ragan mencerminkan adanya keyakinan filosofis mereka bahwa penerapan solusi untuk memecahkan masalah pembelajaran secara sistematis akan mengahasilkan program pembelajaran yang efektif dan efisien. Smith dan Ragan juga berpandangan bahwa model desain system pembelajaran yang diciptakannya merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa. (learner centered instruction).

(23)

pembelajaran. Hal ini sering menjadi kelemahan bagi model-model desain system pembelajaran yang lain. (Benny,2011: 125)

5. Model ADDIE

Salah satu model desain sistem pembelajaran yang memperlihatkan tahapan-tahapan dasar desain sistem pembelajaran yang sederhana dan mudah dipelajari adalah model ADDIE. Model ADDIE dikembangkan oleh Dick and Carry untuk merancang sistem pembelajaran (Endang Mulyatiningsih, 2012:5). Model ini, sesuai dengan namanya, terdiri dari lima fase atau tahap utama, yaitu (A) analysis, (D) desain, (D)

development, (I) irnplementaion, dan (E ) evoaluation. Kelima fase atau tahap dalam model ADDIE perlu dilakukan secara sistemik dan sistematik Model desain system pembelajaran ADDIE dengan

komponen-komponennya. 1. Analisis

Langkah anasis terdiri atas. dua tahap, yaitu analisis kinerja atau performance analysis dan analisis kebutuhan atau need analysis. Tahap pertama yaitu analisis kinerja dilakukan untuk mengetahui dan mengklarifikasi apakah masalah kinerja yang dihadapi memerlukan solusi berupa Penyelenggaraan program pembelajaran atau perbaikan manajemen.

(24)

Pada tahap kedua, yaitu analisis kebutuhan, merupakan langkah yang diperlukan untuk menentukan kemampuan-kemampuan atau kompetensi yang perlu dipelajari oleh siswa untuk meningkatkan kinerja atau prestasi belajar. Hal ini dapat dilakukan apabila program pembelajaran dianggap sebagai solusi dari masalah pembelajaran yang sedang dihadapi.

Ada dua pertanyaan kunci yang harus dicari jawabannya oleh seorang desainer atau perancang program pembelajaran pada saat melakukan langkah atau tahap analisis. Pertama apakah siswa memerlukan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan? Kedua, apakah siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan?

Jika hasil analisis data yang telah dikumpulkan mengarah kepada pembelajaran sebagai solusi untuk mengatasi masalah pembelajaran yang sedang dihadapi, perancang atau desainer program pembelajaran perlu melakukan analisis kebutuhan dengan menjawab beberapa pertanyaan lagi, sebagai berikut.

a. Bagaimana karakterisik siswa yang akan mengikuti program pembelajaran? (learner analysis)

b. Pengetahuan dan keterampilan seperti apa yang telah dimiliki oleh siswa? (pre-requisite skill)

c. Kemampuan atau kompetensi apa yang perlu dimiliki oleh siswa (task atau goal analysis)

d. Apa indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan bahwa siswa telah mencapai kompetensi yang telah ditentukan setelah melakukan proses pembelajaran? (evaluation and assessment).

e. Kondisi seperti apa yang diperlukan oleh siswa agar dapat memperlihatkan kompetensi yang telah dipelajari? (setting or condition analysis).

2. Desain

(25)

program pemb elajaran yang didesain sehingga program tersebut dapat mencapai tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan.

Pada langkah desain, pusat perhatian perlu difokuskan pada upaya untuk menyelidiki masalah pembelajaran yang sedang dihadapi. Hal ini nrerupakan inti dari langkah analisis, yaitu mempelajari masalah dan menemukan alternatif solusi yang akan ditempuh untuk dapat mengatasi masalah pembelajaran yang berhasil diidentifikasi melalui langkah analisis kebutuhan.

Langkah penting yang perlu dilakukan dalam desain adalah menentukan pengalaman belajar atau learning experience yang perlu dimiliki oleh siswa selama mengikuti aktivitas pembelajaran. Langkah desain harus mampu menjawab pertanyaan apakah program pembelajaran yang didesain dapat digunakan untuk mengatasi masalah kesenjangan performa (performance gap) yang terjadi pada diri siswa. Kesenjangan kemampuan yang dimaksud dalam hal ini adalah perbedaan yang dapat diamati (observable) antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh siswa. Dengan kata lain, kesenjangan menggambarkan perbedaan antara kemampuan yang dimiliki dengan kemampuan yang ideal. Contoh pernyataan kesenjangan kemampuan adalah “Siswa tidak mampu mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan setelah mengikuti proses pembelajaran". Contoh pernyataan lain yaitu "Siswa hanya mampu mencapai tingkat kompetensi 60% dari standar kompetensi yang telah digariskan".

Pertanyan-pertanyaan kunci yang harus dicari jawabannya oleh seorang desainer atau perancang program pembelajaran pada saat melakukan tahap atau langkah desain, sebagai berikut.

a. Kemampuan dan kompetensi khusus seperti apa yang harus dimiliki oleh siswa setelah menyelesaikan program pembelajaran? b. Indikator apa yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan

(26)

c. Peralatan atau kondisi bagaimana yang diperlukan oleh siswa agar dapat melakukan unjuk kompetensi (Pengetahuan, keterampilan, dan sikap) setelah mengikuti program pembelajaran?

d. Bahan ajar dan kegiatan seperti apa yang dapat digunakan dalam untuk mendukung program pembelajaran?

3. Development/ Pengembangan

Pengembangan merupakan langkah ketiga dalam mengimplementasikan model desain sistem pembelajaran ADDIE. Langkah pengembangan meliputi kegiatan membuat, membeli, dan memodifikasi bahan ajar atau learning materials untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Pengadaan bahan ajar perlu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran spesifik atau learning outcomes yang telah dirumuskan oleh desainer atau perancang program pembelajaran dalam langkah desain. Langkah pengembangan, dengan kata lain, mencakup kegiatan memilih dan menentukan metode, media, serta strategi pembelajaran yang sesuai untuk digunakan dalam menyampaikan materi atau substansi program pembelajaran.

Ada dua tujuan penting yang perlu dicapai dalam melakukan langkah pengembangan, yaitu:

a. memproduksi, membeli, atau merevisi bahan ajar yang akan digunakan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya, dan b. memilih media atau kombinasi media terbaik yang akan digunakan

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pertanyaan-pertanyaan kunci yang harus dicari jawabannya oleh seorang desainer atau perancang Program pembelajaran pada saat melakukan langkah pengembangan yaitu sebagai berikut.

a. Bahan ajar seperti apa yang harus dibeli untuk dapat digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran?

(27)

c. Bahan ajar seperti apa yang perlu dibeli dan dimodifikasi sehingga daapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan siswa yang unik dan spesifik?

d. Bagaimana kombinasi media yang diperlukan dalam menyelenggarakan program pembelajaran? (Kombinasi media yang dipilih tentunya harus dapat memenuhi standar efektifitas pada sekolah tempat aktivitas pembelajaran berlangsung).

4. Implementasi

Implementasi atau penyampaian materi pembelajaran merupakan langkah keempat dari model desain sistem pembelajaran ADDIE. Langkah implementasi sering diasosiasikan dengan penyelenggaraan program pembelajaran itu sendiri. Langkah ini memang mempunyai makna adanya penyampaian materi pembelajaran dari guru atau instruktur kepada siswa.

5. Tujuan utama dari tahap implementasi yang merupakan langkah realisasi desain dan pengembangan adalah sebagai berikut.

a. Membimbing siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi.

b. Menjamin terjadinya pemecahan masalah/solusi untuk mengatasi kesenjangan hasil belajar yang dihadapi oleh siswa.

c. Memastikan bahwa pada akhir program pembelajaran siswa perlu memiliki kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) yang diperlukan.

Pertanyaan-pertanyaan kunci yang harus dicari jawabannya oleh seorang perancang program pembelajaran pada saat melakukan langkah implementasi yaitu sebagai berikut.

 Metode pembelajaran seperti apakah yang paling efektif untuk digunakan dalam menyampaikan bahan atau materi pembelajaran?

 Upaya atau strategi seperti apa yang dapat dilakukan untuk menarik dan memelihara minat siswa agar tetap mampu memusatkan perhatian terhadap penyampaian materi atau substansi pembelajaran yang disampaikan?

5. Evaluasi

(28)

dilakukan untuk memberikan nilai terhadap Program pembelajaran. Pada dasarnya, evaluasi dapat dilakukan sepanjang pelaksanaan kelima langkah dalam model ADDIE. Pada langkah analisis misalnya, Proses evaluasi dilaksanakan dengan cara melakukan klarifikasi terhadap kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) yang harus dimiliki oleh siswa setelah mengikuti program pembelajaran. Evaluasi seperti ini dikenal dengan istilah evaluasi formatif. Di samping itu, evaluasi juga dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil pembelajar an yang telah dicapai oleh siswa dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.

Evaluasi terhadap program pembelajaran bertujuan untuk mengetahui beberapa hal, yaitu:

o sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran secara keseluruhan,

o peningkatan kompetensi dalam diri siswa yang merupakan dampak dari keikutsertaan dalam program pembelajaran, dan

o keuntungan yang dirasakan oleh sekolah akibat adanya peningkatan kompetensi siswa setelah mengikuti program pembelajaran.

Beberapa pertanyaan penting yang harus dikemukakan oleh perancang program pembelajaran dalam melakukan langkah-langkah evaluasi yaitu sebagai berikut.

 Apakah siswa menyukai program pembelajaran yang mereka ikuti selama ini?  Seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh siswa dalam mengikuti program

pembelajaran?

 Seberapa jauh siswa dapat belajar tentang materi atau substansi pembelajaran?  Seberapa besar siswa mampu mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan, dan

sikap yang telah dipelajari?

 Seberapa besar kontribusi program pembelajaran yang dilaksanakan terhadap prestasi belajar siswa?

(29)

2.5 Gambar Model ADDIE

Kekurangan dan Kelebihan Model Desain ADDIE ini adalah: (wordpress.com:2011)

a. Kelebihan model ini sederhana dan mudah dipelajari serta strukturnya yang sistematis.

Seperti kita ketahui bahwa model ADDIE ini terdiri dari 5 komponen yang saling berkaitan dan terstruktur secara sistematis yang artinya dari tahapan yang pertama sampai tahapan yang kelima dalam pengaplikasiannya harus secara sistematik, tidak bisa diurutkan secara acak atau kita bisa memilih mana yang menurut kita ingin di dahulukan. Karena kelima tahap/langkah ini sudah sangat sederhana jika dibandingkan dengan model desain yang lainnya. Sifatnya yang sederhana dan terstruktur dengan sistematis maka model desain ini akan mudah dipelajari oleh para pendidik.

(30)

Dalam tahap analisis ini pendesain/pendidik diharapkan mampu menganalisis dua komponen dari siswa terlebih dahulu dengan membagi analisis menjadi dua yaitu analisis kinerja dan alisis kebutuhan. Dua komponen analisis ini yang nantinya akan mempengaruhi lamanya proses menganalisis siswa sebelum tahap pembelajaran dilaksanakan. Dua komponen ini merupakan hal yang penting karena akan mempengaruhi tahap mendesain pembelajaran yang selanjutnya.

6. Model Front-end System Design oleh A.W. Bates

A.W. Bates mengemukakan sebuah model desain pembelajaran yang diberi nama front-end System Design. Model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh A.W. Bates sangat erat kaitannya dengan pengembangan bahan ajar yang dapat digunakan untuk penyelanggaraan Sistem Pendidikan Jarak Jauh (SPJJ). Hal ini mudah dimengerti karena Bates memiliki banyak pengalaman selama berkecimpung dalam dunia SPJJ di Inggris dan Canada.

SPJJ telah digunakan secara luas sebagai alternative system pendidikan yang dilakukan secara regular. Sistem pendidikan ini telah membuka kesempatan yang luas bagi pendidikan ini telah membuka kesempatan yang luas bagi yang karena satu dan lain-lain. sistem pendidikan jarak jauh memiliki sejumlah karakteristik yang khas sebagai berikut :

 Terpisahnya lokasi tutor dan siswa secara geografis  Adanya dukungan organisasi penyelenggara program  Digunakannya media dan teknologi pembelajaran  Berlangsungnya proses komunikasi dua arah

 Terselenggaranya smeinar yang mendukung kegiatan pembelajaran  Penyelenggaraan program pembelajaran berbasis industri

(Moore dan Kearsley, 2005).

1. Langkah I

Langkah awal dalam model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh AW. Bates adalah mengembangkan kerangka isi atau materi pelajaran (couse outline development). Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dalam langkah awal model Bates antara lain :

 Mengidentifikasi sasaran atau siswa,  Menganalisis kurikulum,

 Menentukan isi/materi pelajaran, dan

(31)

2. Langkah II

Dalam langkah ke II, Bates mengemukakan sebuah konsep yang dapat digunakan sebagai faktor untuk memilih jenis media dan teknologi yang akan digunakan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan jarak jauh.

Konsep tersebut dikenal dengan istilah ACTIONS yang merupakan singkatan

Konsep ACTIONS sebagai kriteria untuk menentukan media dan teknologi yang akan digunakan dalam menyampaikan substansi pelajaran dalam program sistem pendidikan jarak jauh merupakan suatu hal tang bersifat unik.

Media dan Teknologi dalam Program Sistem Pendidikan Jarak Jauh

Robert Heinich dkk (2005) mengemukakan beberapa jenis media yang dapat digunakan untuk menyampaikan substansi dalam program sistem pendidikan jarak jauh yaitu :

Langkah terakhir dari model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Bates, yaitu penyampaian isi atau materi pelajaran kepada siswa yang mengikuti program sistem pendidikan jarak jauh. Dalam hal ini, siswa berperan sebagai target audience. Untuk mendukung keberhasilan langkah ini diperlukan adanya beberapa sarana pendukung, yaitu :

 Gudang dan sarana penyimpanan dan bahan ajar,

(32)

 Sistem komunikasi dan teknologi untuk menyampaikan isi atau materi pelajaran kepada siswa.

Model-model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan pada dasarnya dapat diklasifikasi berdaasarkan pemanfaatan dan output yang dihasilkan, yaitu model yang berorientasi terhadap aktivitas pembelajaran didalam kelas, model yang berorientasi pada produk, dan model yang berorientasi pada sistem. Setiap model desain sistem pembelajaran memiliki keunggulan dan keterbatasan untuk digunakan dalam setting yang spesifik.

(33)
(34)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Terdapat beberapa model desain pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam mengajar, seperti Model desain system pembelajaran Dick dan Carey, Model ASSURE, Model Jerold E. Kemp, dkk, Model Smith dan Ragan, Model ADDIE, dan Model Front-end System Design oleh A.W. Bates.

Desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik.

1. Model Dick & Carey diciptakan selain cocok untuk pembelajaran formal di sekolah, juga untuk sistem pembelajaran yang melibatkan komputer dalam proses pembelajaran.

2. Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas.

3. Model Kemp berorientasi pada perancangan pembelajaran yang menyeluruh. Sehingga guru sekolah dasar dan sekolah menengah, dosen perguruan tinggi, pelatih di bidang industry, serta ahli media yang akan bekerja sebagai perancang pembelajaran.

4. Model ADDIE menggunakan 5 tahap yakni Analysis (analisa), Design (desain /perancangan), Development (pengembangan), Implementation (implementasi/eksekusi), Evaluation (evaluasi/ umpan balik).

(35)

dapat digunakan sebagai faktor untuk memilih jenis media dan teknologi yang akan digunakan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan jarak jauh, dan yang terakhir yaitu penyampaian isi atau materi pelajaran kepada siswa yang mengikuti program sistem pendidikan jarak jauh. Dalam hal ini, siswa berperan sebagai target audience.

Sebagai suatu model desain pembelajaran tentunya satu model dengan model-model yang lain memiliki kelebihan dan kekurangan tergantung dari situasi dan kondisi implementasi model tersebut. Karena itu, tidak ada model yang terbaik. Semua model baik tergantung bagaimana kita mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran.

3.2 Saran

Makalah ini baru sekedar memberikan gambaran fakta obyektif tentang beberapa model desain pembelajaran. Untuk itu disarankan kepada para akademisi untuk melakukan pengamatan yang lebih mendalam dan lebih mendetail terhadap materi tersebut.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Pribadi, Benny A. 2011. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan Implementasinya

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara. Prawiladilaga, Dewi Salma. 2009. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media

Group.

Yamin, Martinis. 2010. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press

Ariyani, Novi. 2013. Model Desain Pembelajaran. From

http://novi-ariyaniasparagus.blogspot.com/2013/01/model-desain-pembelajaran_3812.html. Diakses Pada hari Kamis, 19/9/2013 pukul 20.25. Wardani, Muhammad. 2013. Desain Pembelajaran Model Dick and Carey. From

http://muhammadwardani.blogspot.com/2013/02/desain-pembelajaran-model-dick-and-carey.html. Diakses Pada hari Kamis, 19/9/2013 pukul 20.30

Randa. 2011. Model Pembelajaran ASSURE. From

http://randa26.wordpress.com/2011/09/28/model-pembelajaran-assure/ Diakses hari Ahad, 22/9/2013 pukul 07:39.

Amanah. 2011. Model Pembelajaran Assure ( Menciptakan Pengalaman Belajar ). From http://amanahtp.wordpress.com/2011/11/28/model-pembelajaran-assure-menciptakan-pengalaman-belajar/. Diakses Pada Hari Ahad, 22/9/2013 pukul 07:45.

Zahir, Abdul. 2011. Model Pembelajaran Jerold E. Kemp. Form

http://hepimakassar.wordpress.com/2011/11/07/model-pembelajaran-jerold-e-kemp/. Diakses Pada Hari Kamis 19/9/2013 pukul 21:05

(37)

Gambar

Gambar 1.4 Model Smith dan Ragan
Gambar 1.6 Model Front-end System Design oleh A.W. Bates

Referensi

Dokumen terkait

Menguasai prinsip, teori dan strategi pembelajaran serta teknik asesmen yang tepat pada pembelajaran matematika Memilih media pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran operasi

Sebagai bahan masukan bagi guru dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat sesuai materi yang di ajarkan untuk memudahkan dalam pembelajaran biologi sehingga dapat

Salah satunya langkah untuk memiliki strategi tersebut adalah harus menguasai teknik-teknik dasar atau dengan metode pembelajaran. Melalui model pembelajaran yang tepat, proses

Adapun masalah yang dikaji adalah bagaimana menciptakan promosi yang tepat bagi Pasar Wisata Tawangmangu sebagai pasar wisata yang memiliki produk hasil bumi, serta memilih

Sebaiknya dapat memilih alat peraga media pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran IPS sesuai dengan karakteristik tujuan dan karakteristik siswa3. Perlu direncanakan secara

Strategi Pembelajaran adalah cara-cara yang digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama pembelajaran. Model Pembelajaran Menciptakan Proses

Dalam pembelajaran guru juga harus memiliki kemampuan dalam memilih metode dan media pembelajaran yang tepat, karena jika guru menggunakan metode dan media yang

Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru harus dapat memilih strategi (pendekatan belajar mengajar), metode dan media yang tepat agar dapat membantu pencapaian