• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Stabilitas Varietas Padi (Oryza sativa L.) Pada Lahan Salin dan Sulfat Masam Menggunakan Analisis AMMI dan Sidik Lintas Komponen Produksi Dengan Produksi Gabah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Stabilitas Varietas Padi (Oryza sativa L.) Pada Lahan Salin dan Sulfat Masam Menggunakan Analisis AMMI dan Sidik Lintas Komponen Produksi Dengan Produksi Gabah"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

UJI STABILITAS VARIETAS PADI (Oryzasativa L.) PADA LAHAN SALIN DAN SULFAT MASAM MENGGUNAKAN ANALISIS AMMI

DAN SIDIK LINTAS KOMPONEN PRODUKSI DENGAN PRODUKSI

TESIS

Oleh:

MUHAMMAD SYAHRIL LUBIS 097001014/AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM MAGISTER

SEKOLAH PASCA SARJANA

FAKULAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UJI STABILITAS VARIETAS PADI (Oryzasativa L.) PADA LAHAN SALIN DAN SULFAT MASAM MENGGUNAKAN ANALISIS AMMI

DAN SIDIK LINTAS KOMPONEN PRODUKSI DENGAN PRODUKSI

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pertanian Dalam Program Studi Agroekoteknologi pada Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

MUHAMMAD SYAHRIL LUBIS 097001014/AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM MAGISTER

SEKOLAH PASCA SARJANA

FAKULAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : UJI STABILITAS VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) PADA LAHAN SALIN DAN SULFAT MASAM

MENGGUNAKAN ANALISIS AMMI DAN SIDIK

LINTAS KOMPONEN PRODUKSI DENGAN

PRODUKSI

Nama : Muhammad Syahril Lubis

NIM :097001014

Program Study : Agroekoteknologi

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS. Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi Ketua Anggota

.

Ketua Program Studi Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP. Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS

(4)

Telah diuji pada:

Tanggal : 16 April 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS.

Anggota : Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi.

Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP.

(5)

ABSTRAK

Muhammad Syahril Lubis, Uji Stabilitas Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.) menggunakan analisis AMMI dan sidik lintas komponen produksi dengan produksi gabah (dibimbing oleh Rosmayati dan Lollie Agustina. P. Putri).

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan varietas spesifik lokasi dan varietas yang stabil disemua lokasi yang diuji dan untuk mendapatkan parameter untuk seleksi secara tidak langsung pada lingkungan spesifik berdasarkan nilai pengaruh langsung dan tidak langsung komponen hasil terhadap daya hasil. Pelaksanaan dilakukan di tiga lokasi dengan kondisi tanah yaitu optimal, sulfat masam dan salin. Pada penelitian ini digunakan 18 varietas untuk masing-masing lokasi, pada lahan optimal 18 varietas dapat bertahan hidup, pada lahan sulfat masam 12 varetas dapat bertahan hidup dan pada lahan salin 5 varietas dapat bertahan hidup.

Hasil penelitian menunjukkan varietas Hipa 8 Pioner, Bernas Hipa 7dan Margasari sesuai untuk di kembangkan pada kondisi optimal, varietas Punggur, Lambur sesuai untuk di kembangkan pada kondisi pada lokasi sulfat masam, Martapura spesifik untuk lokasi optimal dan salin sedangkan varietas Siak Raya spesifik untuk lokasi optimal dan sulfat masam, varietas Banyuasin dan Dendang dapat direkomendasikan untuk ketiga jenis lokasi yang diuji.

Sidik lintas menunjukkan parameter seleksi tidak langsung pada kondisi optimal yaitu jumlah anakan produktif dan jumlah gabah per malai, jumlah anakan dan panjang malai. Parameter untuk seleksi tidak langsung pada lahan sulfat masam yaitu empat karakter yaitu tinggi tanaman,jumlah anakan produktif, jumlah gabah permalai dan % gabah berisi. Parameter untuk seleksi tidak langsung pada lahan yaitu karakter umur panen dan jumlah anakan produktif . Kata Kunci: Uji Stabilitas, Analisis AMMI, dan Analisis Lintas

(6)

ABSTRACT

Muhammad Syahril Lubis, Stability Test of Rice Varieties (Oryza sativa L.) using AMMI analysis and path analysis of yield component with yield (Supervised by Rosmayati and Lollie Agustina. P. Putri).

The aims of the research are to obtain specific location varieties and varieties are stability in all locations tested and to get the parameters for indirect selection in specific location based on the value of direct and indirect effeft from path anlysis. The reserch was conducted at three location with soil conditions are optimal, acid sulfate and saline. Used 18 varieties for each location, at optimal location 18 varieties can survive, at acid sulfat location 12 varieties can survive and saline location only 5 varieties can survive.

The results showed varieties Hipa 8 Pioner, Bernas, Hipa 7 and Margasari rekommended at location with optimal conditions, varieties Punggur and Lambur recommended at acid sulfate location, Martapura specific for the optimal location and salin while Siak Raya specific for optimal location and acid sulfate soil, and Banyuasin and Dendang can be recommended for all three types of locations that were tested.

Path analysis showed an indirect selection parameters on optimal conditions among others are number of productive tillers and grain number per panicle, number of tillers and panicle length. Parameters for indirect selection on acid sulfate soil that is four characters namely plant height, number of productive tillers, grain number per panicle and % of the grains per panicle. Parameters for indirect selection on saline land are character age and number of tillers productive

.

Keywords: Stability Test, AMMI Analysis, and Path Analysis

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulilah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya dan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis dan program studi Agroekoteknologi, Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi sebagai anggota komisi pembimbing. Dan

juga kepada ibu Prof. Dr. Ir. Hapsoh, MS Ibu Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP dan Ibu Dr. Deni Elfiati, SP. MP sebagai komisi penguji yang telah banyak memberikan saran, masukan dan bimbingan yang sangat berguna bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda dan Ibunda yang telah menanamkan semangat dan dukungan moril kepada penulis untuk menyelesaikan studi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Jenimar, MS yang telah memberikan dukungan kepada penulis

untuk menyelesaikan studi ini serta kepada Bapak Luthfi A. Mahmud Siregar, SP. MSc. Ph.D yang telah memberikan banyak

dukungan kepada penulis.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Dr. Ir. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A (K)., Direktur Pascasarjana USU Bapak Prof . Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., Dekan Fakultas Pertanian USU Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS dan kepada

(8)

Ketua Program Studi Agroekoteknologi Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP serta segenap dosen Agroekoteknologi dan staf tata usaha.

Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Agus Purwoko, S.Hut, MSi karena telah banyak memberikan motivasi dan

semangat kepada penulis. Serta kepada kawan-kawan program studi Agroekoteknologi angkatan 2009 dan kawan-kawan di BKM al-Mukhlisin Fakultas Pertanian USU.

Medan , April 2012

Penulis

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas kehendakNYA penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Uji Stabilitas Varietas Padi (Oryza sativa L.) Pada Lahan Salin dan Sulfat Masam Menggunakan Analisis AMMI dan Sidik Lintas Komponen Produksi

Dengan Produksi Gabah” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar magister pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan Tesis ini yaitu kepada Ibu. Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS. sebagai ketua komisi pembimbing dan kepada Ibu Dr. Ir. Lollie Agustina. P. Putri, MSi. sebagai anggota komisi pembimbing.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

Medan, April 2012

(10)

RIWAYAT HIDUP

Muhammad Syahril Lubis dilahirkan pada tanggal 01 November 1986 di Kotanopan Madina Sumatera Utara Bapak bernaman Murroh Lubis dan Ibu bernama Nur Jannah.Merupakan anak kelima dari 6 bersaudara.

Tamat SD 142649 Desa Lumban Pasir pada tahun 1999, tamat SMP N6 Kotanopan pada tahun 2002, dan tamat SMA N1. Kotanopan pada tahun 2005. Tamat dari Program Studi Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian USU pada tahun 2009. Pada bulan September 2009 tercatat sebagai mahasiswa S2 pada Sekolah Pascasarjan Fakultas Pertanian USU.

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

KATA PENGANTAR ... v

Pemuliaan Tanaman Padi di Indonesia ... 9

Stabilitas Genotipe ... 14

Analisis AMMI ... 15

Analisis Lintas ... 18

BAHAN DAN METODE ... 20

Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

Bahan dan Alat ... 21

Jumlah Anakan (batang) ... 25

Umur Keluar Malai (hari) ... 25

Jumlah Anakan Produkif (batang) ... 25

Panjang Malai (cm) ... 25

(12)

Umur Panen (hari) ... 25

Jumlah Gabah (butir.malai-1) ... 25

Persentase Gabah Berisi dan Hampa (%)... 25

Bobot 1000 Butir Gabah (g) ... 26

Produksi Gabah (g) ... 26

Jumlah stomata ... 26

Kadar klorofil a, b dan total ... 26

Analisi Data ... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

Interaksi Genetik dan Lingkungan ... 31

Analisis AMMI ... 40

Analisis Lintas ... 43

Lahan optimal ... 43

Lahan Sulfat Masam ... 45

Lahan Salin ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

Kesimpulan ... 51

Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(13)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Karakteristik Lahan Penelitian ... .... 21

2. Nilai heritabilitas pada setiap lokasi ... .... 31

2. Penampilan karakter setiap varietas pada lokasi optimal, sulfat masam dan salin ... .... 32

3. Jumlah stomata, klorofil a, b dn total pada 3 lokasi yang diuji ... .... 36

4. Nilai koefisien, simpangan regresi dan rataan 5 varietas padi ... .... 38

5. Hasil analisis ragam model AMMI ... .... 41

6. Pengaruh total, pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari karakter yang diamati pada lahan optimal... .... 44

7. Pengaruh total, pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari karakter yang diamati pada lahan sulfat masam... .... 46

8. Pengaruh total, pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari karakter yang diamati pada lahan salin ... .... 48

(14)

DAFTAR GAMBAR

No Hal. 1. Peta lokasi penelitian ... 20 2. Hubungan kausal diagram lintas antara peubah bebas dan peubah tak bebas

untuk komponen hasil ... 29 3. Interpretasi produksi dengan koefisien regresi ... 39 4. Biplot pengaruh interaksi Model AMMI 2 untuk data produksi (kesesuaian

model 89,5%) ... 42

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Hal

1. Deskripsi Varietas Banyuasin ... 56

2. Deskripsi Varietas Batanghari ... 57

3. Deskripsi Varietas Dendang ... 58

4. Deskripsi Varietas Indragiri ... 59

5. Deskripsi Varietas Punggur ... 60

6. Deskripsi Varietas Martapura ... 61

7. Deskripsi Varietas Margasari ... 62

8. Deskripsi Varietas Siak Raya ... 63

9. Deskripsi Varietas Air Tenggulang ... 64

10. Deskripsi Varietas Lambur ... 65

11. Deskripsi Varietas Mendawak ... 66

12. Deskripsi Varietas IR64 ... 67

13. Deskripsi Varietas Ciherang ... 68

14. Deskripsi Varietas Hipa 7 ... 69

15. Deskripsi Varietas Hipa 8 Pioneer ... 70

16. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) lokasi optimal ... 71

17. Data pengamatan jumlah anakan lokasi optimal ... 72

18. Data pengamatan jumlah anakan produktif ... 73

19. Data pengamatan umur keluar malai... 74

20. Data pengamatan umur panen ... 75

(16)

22. Data pengamatan jumlah gabah per malai (butir) ... 77

23. Data pengamatan % gabah hampa pada lokasi optimal ... 78

24. Data pengamatan % berisi hampa pada lokasi optimal ... 79

25. Data pengamatan bobot 1000 butir (g) ... 80

26. Data pengamatan produksi (kg) ... 81

27. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) pada lokasi sulfat masam ... 82

28. Data pengamatan jumlah anakan pada lokasi sulfat masam ... 83

29. Data pengamatan jumlah anakan produktif pada lokasi sulfat masam ... 84

30. Data pengamatan umur keluar malai (hari) pad lokasi sulfat masam ... 85

31. Data pengamatan umur panen (hari) pada lokasi sulfat masam ... 86

32. Data Pengamatan panjang malai (cm) pada lokasi sulfat masam ... 87

33. Data pengamatan jumlah gabah per malai (butir) pada lokasi sulfat masam .. 88

34. Data pengamatan % gabah hampa per malai pada lokasi sulfat masam ... 89

35. Data pengamatan % gabah berisi per malai pada lokasi sulfat masam ... 90

36. Data pengamatan bobot 1000 butir (g) pada lokasi sulfat masam ... 91

37. Data pengamatan produsi (kg) pada lokasi sulfat masam ... 92

38. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) pada lokasi salin ... 93

39. Data pengamatan jumlah anakan pada lokasi salin ... 93

40. Data pengamatan jumlah anakan produktif ... 94

41. Data pengamatan umur keluar malai (hari) pada lokasi salin ... 94

42. Data pengamatan umur panen (hari) pada lokasi salin ... 95

43. Data pengamatan panjang malai (cm) pada lokasi salin ... 95

44. Data pengamatan jumlah gabah per malai (butir) pada lokasi salin ... 96

45. Data pengamatan % gabah hampa pada lokasi salin ... 96

(17)

46. Data pengamatan % gabah berisi pada lokasi salin ... 97

47. Data pengamatan bobot 1000 butir (g) pada lokasi salin ... 97

48. Data pengamatan produksi (kg) pada lokasi salin... 98

49. Data pengamatan kerapatan stomata pada lokasi salin ... 99

50. Data pengamatan kerapatan stomata pada lokasi sulfat masam ... 99

51. Data pengamatan kerapatan stomata pada lokasi optimal ... 100

52. Data pengamatan klorofil a pada lokasi salin ... 100

53. Data pengamatan klorofil b pada lokasi salin ... 101

54. Program untuk analisis ragam ... 102

55. Program untuk penguraian pengaruh interaksi dengan analisis AMMI... 102

(18)

ABSTRAK

Muhammad Syahril Lubis, Uji Stabilitas Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.) menggunakan analisis AMMI dan sidik lintas komponen produksi dengan produksi gabah (dibimbing oleh Rosmayati dan Lollie Agustina. P. Putri).

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan varietas spesifik lokasi dan varietas yang stabil disemua lokasi yang diuji dan untuk mendapatkan parameter untuk seleksi secara tidak langsung pada lingkungan spesifik berdasarkan nilai pengaruh langsung dan tidak langsung komponen hasil terhadap daya hasil. Pelaksanaan dilakukan di tiga lokasi dengan kondisi tanah yaitu optimal, sulfat masam dan salin. Pada penelitian ini digunakan 18 varietas untuk masing-masing lokasi, pada lahan optimal 18 varietas dapat bertahan hidup, pada lahan sulfat masam 12 varetas dapat bertahan hidup dan pada lahan salin 5 varietas dapat bertahan hidup.

Hasil penelitian menunjukkan varietas Hipa 8 Pioner, Bernas Hipa 7dan Margasari sesuai untuk di kembangkan pada kondisi optimal, varietas Punggur, Lambur sesuai untuk di kembangkan pada kondisi pada lokasi sulfat masam, Martapura spesifik untuk lokasi optimal dan salin sedangkan varietas Siak Raya spesifik untuk lokasi optimal dan sulfat masam, varietas Banyuasin dan Dendang dapat direkomendasikan untuk ketiga jenis lokasi yang diuji.

Sidik lintas menunjukkan parameter seleksi tidak langsung pada kondisi optimal yaitu jumlah anakan produktif dan jumlah gabah per malai, jumlah anakan dan panjang malai. Parameter untuk seleksi tidak langsung pada lahan sulfat masam yaitu empat karakter yaitu tinggi tanaman,jumlah anakan produktif, jumlah gabah permalai dan % gabah berisi. Parameter untuk seleksi tidak langsung pada lahan yaitu karakter umur panen dan jumlah anakan produktif . Kata Kunci: Uji Stabilitas, Analisis AMMI, dan Analisis Lintas

(19)

ABSTRACT

Muhammad Syahril Lubis, Stability Test of Rice Varieties (Oryza sativa L.) using AMMI analysis and path analysis of yield component with yield (Supervised by Rosmayati and Lollie Agustina. P. Putri).

The aims of the research are to obtain specific location varieties and varieties are stability in all locations tested and to get the parameters for indirect selection in specific location based on the value of direct and indirect effeft from path anlysis. The reserch was conducted at three location with soil conditions are optimal, acid sulfate and saline. Used 18 varieties for each location, at optimal location 18 varieties can survive, at acid sulfat location 12 varieties can survive and saline location only 5 varieties can survive.

The results showed varieties Hipa 8 Pioner, Bernas, Hipa 7 and Margasari rekommended at location with optimal conditions, varieties Punggur and Lambur recommended at acid sulfate location, Martapura specific for the optimal location and salin while Siak Raya specific for optimal location and acid sulfate soil, and Banyuasin and Dendang can be recommended for all three types of locations that were tested.

Path analysis showed an indirect selection parameters on optimal conditions among others are number of productive tillers and grain number per panicle, number of tillers and panicle length. Parameters for indirect selection on acid sulfate soil that is four characters namely plant height, number of productive tillers, grain number per panicle and % of the grains per panicle. Parameters for indirect selection on saline land are character age and number of tillers productive

.

Keywords: Stability Test, AMMI Analysis, and Path Analysis

(20)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produktivitas padi adalah melalui program pemuliaan tanaman. Program yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan varietas unggul berdaya hasil tinggi dan dapat diterima masyarakat serta tidak hanya berproduksi tinggi pada lokasi tertentu tetapi diharapkan dapat juga berproduksi dengan baik pada berbagai lokasi dengan kondisi lingkungan yang beragam. Salah satu tahapan sebelum suatu varietas dilepas adalah uji multilokasi. Dari hasil uji multilokasi diharapkan diperoleh varietas-varietas yang beradaptasi baik pada lingkungan tertentu dan memiliki stabilitas yang baik pada lingkungan tertentu atau pada berbagai lingkungan, sehingga genotipe tersebut dapat dilepas sebagai varietas baru atau varietas dengan adaptabilitas yang baik.

(21)

tanaman karena hasilnya dapat digunakan untuk menduga dan menyeleksi genotipe-genotipe yang berpenampilan stabil (stability of genotypes) pada berbagai lingkungan berbeda atau beradaptasi pada suatu lingkungan spesifik (adaptation of genotypes to specific environment).

Khusus pada tanaman padi, sebagai bahan makanan pokok untuk Indonesia, maka areal penanaman padi akan selalu ditemui baik pada daerah-daerah pantai yang umumnya didominasi oleh tanah-tanah salin atau rawa yang sering dijadikan tambak yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian yang subur tetapi butuh usaha dalam pengelolaannya. Beberapa masalah diantaranya berupa tanah yang terlalu masam atau keracunan Na pada tanah salin. Khairullah dkk., (2003) menyatakan bahwa tanaman bisa menunjukkan berbagai model toleransi terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan tersebut. Sehingga, tanaman-tanaman dengan sifat tersebut dapat dimanfaatkan di daerah/lahan dengan kondisi yang mirip dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber plasma nutfah untuk program pemuliaan tanaman.

(22)

Finlay dan Wilkinson (1963) berdasarkan analisis regresi mendefinisikan varietas yang beradaptasi umum adalah varietas yang memiliki rata-rata hasil yang tinggi pada lintas lingkungan, varietas dengan stabilitas diatas rata-rata beradaptasi pada lingkungan suboptimal dan varietas dengan stabilitas dibawah rata-rata beradaptasi pada lingkungan yang optimal.Eberhart dan Russel (1966) mengemukakan bahwa varietas yang stabil adalah yang memiliki koefisian regresi sama dengan satu dan simpangan regresinya tidak berbeda dengan nol. Varietas

yang stabil kira-kira sama dengan yang beradaptasi umum menurut Finlay dan Wilkinson (1963). Kelemahan metode Eberhart dan Russel adalah

kemungkinan tereliminasinya varietas-varietas yang responsif terhadap lingkungan produktif (koefisien regresinya >1) sedangkan produksinya di atas rata-rata.

Untuk memperoleh gambaran secara luas dari struktur data faktorial atau pola hubungan antara lingkungan dan genotipe dengan mengeliminasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada sidik ragam (ANOVA) dan analisis komponen utama (AKU) maka diperlukan pendekatan lain. Pendekatan tersebut dikenal dengan nama Pengaruh Utama Aditif dan Interaksi Ganda atau AMMI (Additive Main Effects and Multiplicative Interaction) (Mattjik, 1998).

(23)

analisis korelasi adalah sering menimbulkan salah penafsiran karena adanya efek multikolinearitas antar karakter. Hal ini disebabkan karena antar komponen-komponen hasil saling berkorelasi dan pengaruh tidak langsung melalui komponen hasil dapat lebih berperan dari pada pengaruh langsung. Dengan analisis lintas (path analisys) masalah ini dapat diatasi, karena masing-masing sifat yang dikorelasikan dengan hasil dapat diurai menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung.

Analisis sidik lintas merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan kriteria seleksi. Guna melakukan seleksi secara tidak langsung maka karakter yang digunakan sebagai kriteria seleksi harus diwariskan dan berkorelasi positif dengan karakter yang akan diseleksi.

Berdasarkan penjelasan, penulis ingin menerapkan suatu metode yang relatif lebih singkat dalam program pemuliaan tanaman khususnya tanaman padi yaitu dengan melakukan penelitian dengan penerapan metode AMMI. Varietas yang dianggap stabil dari analisis AMMI kemudian diamati seluruh karakter yang mempengaruhi komponen hasil dan kemudian dianalisis pengaruhnya secara langsung maupun tidak langsung terhadap produksi, sehingga didapat karakter yang bisa dijadikan parameter untuk seleksi.

Perumusan masalah

(24)

diharapkan. Oleh karena itu perlu didapatkan rekomendasi varietas yang bersifat spesifik lokasi, dan untuk mendapatkan ini perlu dilakukan uji multilokasi pada lokasi-lokasi yang menjadi tujuan pengembangan varietas tersebut.

Pada penelitian multilokasi digunakan anova yang hanya mampu menguji interaksi tetapi tidak mampu menentukan pola genotipe atau lingkungan untuk meningkatkan interaksi. Sedangkan pada analisis komponen utama hanya efektif menjelaskan pengaruh interaksi tanpa menerangkan pengaruh utamanya. Untuk mengetahui stabilitas suatu galur atau varietas digunakan nilai koefisien regresi. Dengan metode ini terdapat kelemahan yaitu ketika suatu galur atau varietas dengan produksi diatas rata-rata tetapi dengan koefisien regresi lebih besar dari satu, kemungkinan galur atau varietas ini akan tereliminasi. Untuk mengatasi masalah ini penulis menerapkan metode AMMI yang dengan metode ini akan didapatkan di daerah mana galur atau varietas tersebut dapat berproduksi secara optimal.

(25)

Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji stabilitas produksi beberapa varietas padi yang berpotensi untuk ditanam pada lahan salin dan sulfat masam.

2. Untuk melihat keefektifan analisis AMMI dibandingkan dengan penggunaan koefisien regresi dalam penelitian uji miltilokasi.

3. Untuk mendapatkan komponen-komponen yang berpengaruh secara positif

baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap hasil gabah yang akan dijadikan sebagai parameter untuk seleksi pada lahan optimal, salin dan sulfat masam.

Hipotesis Penelitian

1. Terdapat interaksi antara genotipe dan lingkungan, sehingga setiap genotipe memiliki lingkungan yang sesuai untuk berproduksi secara optimal.

2. Analisis AMMI lebih efektif digunakan dalam uji multilokasi dibandingkan dengan penggunaan koefisien regresi.

3. Adanya hubungan yang dapat dijadikan parameter seleksi antara komponen hasil dengan hasil gabah pada lahan optimal, salin dan sulfat masam.

Kegunaan Penelitian

(26)
(27)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Padi

Tanaman padi menurut Steenis (1978) termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim: Graminae atau Glumiflorae), merupakan terna semusim, berakar serabut; batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang; daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang; bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula. Satu set genom padi terdiri dari 12 kromosom. Padi adalah tanaman diploid, setiap sel padi memiliki 12 pasang kromosom (kecuali sel seksual).

(28)

reproduksi dalam waktu yang bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma jika telah masak. Dari segi reproduksi, padi merupakan tanaman berpenyerbukan sendiri, karena 95% atau lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang sama (Daradjat dkk., (2001).

Pemuliaan Tanaman Padi di Indonesia

Usaha peningkatan produksi tanaman padi sering mengalami kendala baik yang bersifat biotik maupun yang bersifat abiotik. Kendala biotik dapat berupa serangan hama penyakit seperti misalnya serangan hama wereng. Sedangkan kendala abiotik dapat berupa tekanan dari lingkungan seperi misalnya cekaman air, kekurangan unsur hara atau tekan lingkungan lainnya. Jonharnas (2009) menyatakan bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan hasil per satuan luas dapat ditempuh dengan menanam varietas unggul padi sawah dengan potensi hasil tinggi dan didukung oleh karakteristik low input, tahan terhadap cekaman biotik dan abiotik dan berkualitas baik.

(29)

Menurut Harahap dkk., (1972), dalam Susanto dkk., (2003) persilangan padi di Indonesia dimulai pada tahun 1920-an dengan memanfaatkan gene pool yang dibangun melalui introduksi tanaman. Sampai dengan tahun 1960-an, pemuliaan padi diarahkan pada lahan dengan pemupukan yang rendah, atau tanaman kurang responsif terhadap pemupukan. Telah dilaporkan bahwa pelepasan varietas padi pertama kali dilakukan pada tahun 1943, yaitu varietas Bengawan. Varietas tipe Bengawan memiliki latar belakang genetik yang merupakan perbaikan dari varietas Cina yang berasal dari Cina, Latisail dari India, dan Benong dari Indonesia (Hargrove dkk., (1979) dalam Susanto dkk., (2003)). Karakteristik padi sawah tipe Bengawan menurut Daradjat dkk., (2001) adalah umur 140−155 hari setelah sebar (HSS), tinggi tanaman 145−165 cm, tidak responsif terhadap pemupukan, rasa nasi pada umumnya enak, dan daya hasil sekitar 3,50−4 t/ha. Contoh varietas tipe Bengawan antar lain adalah Bengawan (1943), Jelita (1955), Dara (1960), Sinta (1963), Bathara (1965), dan Dewi Ratih (1969).

(30)

Menurut Daradjat dkk., (2001), varietas tipe PB5 memiliki karakteristik umur sedang (135−145 HSS), postur tanaman pendek -sedang (100−130 cm), bentuk tanaman tegak, posisi daun tegak, jumlah anakan sedang (15−20), panjang malai sedang (75−125 butir/malai), responsif terhadap pemupukan, tahan rebah, daya hasil rata-rata sedang (4-5 t/ ha), serta rasa nasi antara pera sampai pulen. Contoh varietas tipe PB5 adalah Pelita I-1 (1971), Pelita I-2 (1971), Cisadane (1980), Cimandiri (1980), Ayung (1980), dan Krueng Aceh (1981).

Pemuliaan Padi Sawah Tipe IRxx (Multiple Resistance) (1977 – ...)

mengarah pada peningkatan ketahanan tanaman padi terhadap cekaman biotik dan abiotik. Varietas tipe IRxx menurut Daradjat dkk., (2001) memiliki karakteristik umur sedang (115−125 HSS), postur tanaman pendek sampai sedang (95-115 cm), bentuk tanaman tegak, posisi daun tegak, jumlah anakan sedang (15-20), panjang malai sedang (75-125 butir/malai), responsif terhadap pemupukan, daya hasil sedang (4-5 t/ha), tahan hama dan penyakit utama serta cekaman abiotik, serta rasa nasi antara pera sampai pulen. Contoh varietas/galur tipe IRxx untuk tahan wereng coklat biotipe 1 adalah IR26, IR28, IR29, IR30, IR34; tahan wereng coklat biotipe 2 adalah IR32, IR36, IR42, Kencana Bali, Kelara, Babawee, PTb 33; dan tahan wereng coklat biotipe 3 yaitu IR70, IR68, Bahbutong, Barumun, dan Memberamo (Baehaki dan Rifki 1998; Soewito dkk., 2000).

(31)

(95−115 cm), bentuk tanaman tegak, posisi daun tegak, jumlah anakan sedang (20−25 anakan/rumpun, dengan anakan produktif 15−16 anakan/rumpun), panjang malai sedang, responsif terhadap pemupukan, tahan rebah, daya hasil agak tinggi (5−6 t/ha), tahan hama dan penyakit utama, mutu giling baik, dan rasa nasi enak. Contoh varietas tipe IR64 adalah Way Apo Buru (1988), Widas (1999), Ciherang (2000), Tukad Unda (2000), dan Konawe (2001).

Nugraha dkk., (2005) menyatakan bahwa saat ini di Indonesia mulai menerapkan teknologi padi hibrida secara komersial. Padi hibrida yang berkembang di Indonesia berasal dari galur-galur tetua hasil introduksi. Dengan demikian perlu dirakit varietas padi hibrida dengan menggunakan galur padi hasil pemuliaan Balai Penelitian Tanaman Padi (Balitpa) yang telah beradaptasi baik di Indonesia. Galur-galur tersebut perlu diidentifikasi sebelum digunakan sebagai tetua padi hibrida dengan cara diuji silang.

(32)

Selain padi hibrida saat ini dikembangkan padi tipe baru (PTB) yang dihasilkan melalui persilangan antara padi jenis indica dengan japonica. Potensi hasil PTB 10-25% tebih tinggi dibandingkan dengan varietas unggul yang ada saat ini (Las dkk., 2003). Karakteristik padi tipe baru menurut Peng dkk., (1994) dalam Khush (1996) adalah potensi hasil tinggi, malai lebat (± 250 butir gabah/malai), jumlah anakan produktif lebih dari 10 dengan pertumbuhan yang serempak, tanaman pendek (± 90 cm), bentuk daun lebih efisien, hijau tua, senescence lambat, tahan rebah, perakaran kuat, batang lurus, tegak, besar, dan berwarna hijau gelap, sterilitas gabah rendah, berumur genjah (100−130 hari), beradaptasi tinggi pada kondisi musim yang berbeda, IP mencapai 0,60, efektif dalam translokasi fotosintat dari source ke sink (biji), responsif terhadap pemupukan berat, dan tahan terhadap hama dan penyakit. Contoh padi tipe baru adalah Cimilati, Gilirang dan Fatmawati.

(33)

dengan lingkungan, dengan hasil suatu genotipe sering tidak konsisten dari satu lingkungan ke lingkungan yang lain. Hal ini menyulitkan pemulia dalam memilih genotipe terbaik. Besarnya interaksi genotipe dengan lingkungan perlu diperhatikan untuk menghindari kehilangan genotipe unggul.

Suatu genotipe yang stabil dan berdaya hasil tinggi sangat diperlukan oleh para petani yang berlahan sempit untuk mengurangi resiko kegagalan panen akibat perubahan faktor lingkungan yang tidak dapat diperkirakan.

Stabilitas Genotipe

Pengujian varietas/galur pada berbagai lingkungan sering menjumpai fenomena interaksi galur/varietas dengan lingkungan, sebagai akibat dari kompleksnya kondisi lingkungan. Secara sederhana interaksi genotipe x lingkungan dapat dibedakan ke dalam: (a) perbedaan respon antara dua atau lebih genotipe (galur/varietas) berubah/berbeda dari suatu lingkungan ke lingkungan yang lain, dan fenomena ini tidak mengubah urutan (ranking) genotipe-genotipe dari suatu lingkungan ke lingkungan lainnya, dan (b) perbedaan respon dua/lebih genotipe dari suatu lingkungan ke lingkungan yang lain diikuti oleh perubahan urutan genotipe-genotipe tersebut. Pada kondisi pertama, hal ini tidak begitu berpengaruh terhadap program pemuliaan, tetapi pada kondisi kedua sangat berpengaruh karena fenomena ini akan mengeliminasi peluang untuk mendapatkan suatu genotipe yang unggul pada semua lingkungan (Miller, 1989).

(34)

genotipe dikatakan stabil statis jika respon genotipe tersebut stabil antar lingkungan dan tidak ada keragaman respon antar lingkungan. Konsep kestabilan ini sering disebut konsep kestabilan biologi. Sedangkan genotipe yang dikatakan stabil dinamis adalah genotipe yang merespon kondisi lingkungan paralel dengan rata-rata respon seluruh genotipe yang diuji. Konsep kestabilan ini sering disebut konsep kestabilan agronomis.

Lin dkk., (1986) dalam Sumertajaya (2005) mengklasifikasikan kestabilan menjadi tiga tipe, yaitu:

1. Tipe pertama

Suatu genotipe dianggap stabil apabila keragaman respon antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain kecil.

2. Tipe kedua

Suatu genotipe dianggap stabil apabila responnya terhadap lingkungan sama dengan rata-rata respon semua genotipe.

3. Tipe ketiga

Suatu genotipe dianggap stabil apabila kuadrat tengah sisaan dari model regresi terhadap indeks lingkungan kecil.

Dari ketiga tipe kestabilan di atas, konsep kestabilan statis sama dengan kestabilan tipe pertama, sedangkan konsep kestabilan dinamis sama dengan kestabilan tipe kedua.

Analisis AMMI

(35)

faktor kedua adalah lingkungan. Uji ini dilakukan seperti halnya rancangan percobaan biasa, perbedaannya yaitu blok disarangkan ke dalam lingkungan. Analisis ini sering disebut analisis ragam gabungan dengan model linier sebagai berikut:

Ybgi=µ+βb+Gg+Li+GLgi+

ε

bgi………..………..1 Analisis AMMI adalah suatu teknik analisis data dengan dua faktor perlakuan dengan pengaruh utama perlakuan bersifat aditif sedangkan pengaruh interaksi dimodelkan dengan model bilinier ganda. Analisis ini menggabungkan analisis ragam aditif bagi pengaruh utama perlakuan dengan analisis komponen utama ganda dengan pemodelan linier pada pengaruh interaksi (Zobel dkk., 1988).

Zobel and Gauch (1988) mengemukakan bahwa dalam model AMMI pengaruh interaksi genotipe x lingkungan diuraikan dengan model bilinier, sehingga kesesuaian lingkungan bagi genotipe dipetakan secara simultan dengan menggunakan biplot. Metode ini merupakan gabungan dari pengaruh aditif pada analisis ragam dan pengaruh multiplikasi pada analisis komponen utama. Tujuan terpenting dari penggunaan analisis AMMI adalah: (a) menjelaskan interaksi genotipe x lingkungan, di mana AMMI dengan biplot meringkas pola hubungan antar genotipe, antar lingkungan, dan interaksi genotipe x lingkungan; dan (b) meningkatkan keakuratan dugaan respon interaksi genotipe x lingkungan.

(36)

yang tepat hanyalah analisis komponen utama saja. Sedangkan jika semua komponen interaksi nyata berarti pengaruh interaksi benar-benar sangat kompleks, tidak memungkinkan dilakukannya tanpa kehilangan informasi penting. Kegunaan kedua dari analisis AMMI adalah untuk menjelaskan interaksi galur x lokasi. AMMI dengan biplotnya meringkas pola hubungan antar galur, antar lokasi dan antara galur dan lokasi. Kegunaan ketiga adalah meningkatkan keakuratan dengan respon interaksi galur X lokasi. Hal ini terlaksana jika hanya sedikit komponen AMMI saja yang nyata dan tidak mencakup seluruh jumlah kuadrat interaksi. Dengan sedikitnya komponen yang nyata sama artinya dengan menyatakan bahwa jumlah kuadrat sisanya hanya galat saja. Dengan menghilangkan galat ini berarti lebih memperakurat dugaan respon per galur x lokasi.

Perkembangan metode AMMI sampai saat ini sudah dapat diterapkan untuk model tetap yaitu jika genotipe dan lingkungan ditentukan secara subjektif oleh peneliti dan kesimpulan yang diharapkan hanya terbatas pada genotipe dan lingkungan yang dicobakan saja (Sumertajaya, 2007).

Pada dasarnya analisis AMMI menggabungkan analisis ragam aditif bagi pengaruh utama perlakuan dengan analisis komponen utama ganda dengan pemodelan bilinier bagi pengaruh interaksi. Pemodelan linier bagi pengaruh interaksi genotipe dengan lokasi ( GLgi) pada analisis ini adalah sebagai berikut: GLgi=Σ√λ1φg1ρi1+ Σ√λ2φg2ρi2+ Σ√λ2φg2ρi2+…………+ Σ√λnφgnρin

(Gauch, 1988).

Sehingga model (1) dapat ditulis menjadi model AMMI sebagai berikut: Ybgi=µ+βb+Gg+Li+ Σ√λnφgnρin +δge+

ε

bgi

(37)

Tahapan analisis AMMI yang dilakukan adalah :

1. Menyusun matriks pengaruh interaksi dalam bentuk matriks Ig x l

2. Melakukan penguraian bilinear terhadap matriks Ig x l melalui SVD (singular value decomposition)

3. Menentukan banyaknya Komponen Utama I (KUI) nyata melalui postdictive success

4. Membuat biplot AMMI (Mattjik, 1998)

Suatu galur dianggap stabil jika posisinya berada dekat dengan sumbu utama. Galur dianggap spesifik pada lokasi tertentu dapat dilihat melalui posisi masing-masing galur terhadap garis lokasi.

Analisis Lintas

(38)

Korelasi antar sifat merupakan fenomena umum yang terjadi pada tanaman. Pengetahuan tentang adanya korelasi antar sifat-sifat tanaman merupakan hal yang sangat berharga dan dapat digunakan sebagai dasar program seleksi agar lebih efisien. Tetapi dengan hanya menggunakan analisis korelasi tidak cukup menggambarkan hubungan tersebut. Hal ini disebabkan karena antar komponen-komponen hasil saling berkorelasi dan pengaruh tidak langsung melalui komponen hasil dapat lebih berperan dari pada pengaruh langsung. Dengan analisis lintas (sidik lintas) masalah ini dapat diatasi, karena masing-masing sifat yang dikorelasikan dengan hasil dapat diurai menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung (Li, 1956 dalam Gaspersz, 1992).

Analisis lintas merupakan pengembangan metode analisis korelasi. Analisis lintas dapat menjelaskan keeratan hubungan antar karakter dengan cara menguraikan koefisien korelasi menjadi pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung. Jika dibandingkan dengan analisis korelasi, maka analisis lintas tidak hanya memberikan informasi tentang keeratan hubungan antar karakter, tetapi juga menjelaskan mekanisme hubungan kausal antar karakter. Mekanisme hubungan kausal diperoleh dari penguraian koefisien korelasi menjadi pengaruh langsung masing-masing karakter dan pengaruh tidak langsung masing-masing karakter melalui karakter lain (Singh dan Chaudhary. 1977).

(39)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Peneltian

Penelitian di laksanakan di tiga lokasi yaitu lokasi yang bersifat salin, sulfat masam (bekas tambak) dan optimal. Lokasi untuk tanah salin dan sulfat masam (bekas tambak) berada di Percut Sei Tuan, lokasi untuk tanah sulfat masam merupakan tanah rawa bekas tambak dan untuk lokasi ketiga yang mewakili lokasi optimal dilaksanakan di lahan petani di Desa Tumpatan Nibung Kecamatan Batang Kuis. Penelitian dilakukan mulai bulan Maret 2011 sampai dengan September 2011.

(40)

Tabel 1. Karakteristik lahan penelitian

Lokasi Karakteristik

pH DHL (mmos/cm)

Optimal 6,5-6,7 -

Sulfat Masam 4,1-4,6 6,5-6,8

Salin 7,1-7,8 6,7-8,4

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas padi yang terdiri dari 18 varietas yaitu Banyuasin, Batang hari, Dendang, Indragiri, Punggur, Martapura, Margasari, Siak Raya, Air Tenggulang, Lambur, Mendawak, IR 64, IR 42, Ciherang, Nona Bokra, Hipa 7, Hipa 8 Pioner dan Bernas. Bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini berupa pupuk N, P dan K, Insektisida, bahan-bahan kimia untuk ekstraksi klorofil dan bahan pencuci daun pada saat pengamatan stomata dan bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini.

(41)

Metode Penelitian

Penelitian disusun berdasarkan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan, faktor berupa varietas padi sebanyak 18 varietas yaitu Banyuasin, Batang hari, Dendang, Indragiri, Punggur, Martapura, Margasari, Siak Raya, Air Tenggulang, Lambur, Mendawak, IR 64, IR 42, Ciherang, Nona Bokra, Hipa 7, Hipa 8 Pioner dan Bernas. Jumlah plot seluruhnya 54 plot, luas plot 3m x 2m, jarak tanam 20cm x 15 cm, jumlah tanaman per plot 156 tanaman dengan jumlah sampel per plot sebanyak 15 tanaman.

Tahapan Penelitian

Penelitian dilakukan di setiap lokasi yang diuji dengan mengukur parameter: tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah/malai, jumlah gabah hampa/malai dan produksi gabah.

Selanjutnya dilakukan pengujian pada data produksi apakah memenuhi asumsi aditif, homogen, normal dan keacakan. Jika tidak memenuhi dilakukan transformasi data dan jika telah memenuhi dilanjutkan dengan analisis AMMI.

(42)

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan lahan

Lahan dengan luas sekitar 500 m2 dari setiap lahan penelitian diolah dengan menggunakan alat bajak sebanyak 2 kali, pengolahan pertama dilakukan untuk membalik tanah. Tanah penelitian dibiarkan selama lebih kurang 10 hari, dan setelah itu dilakukan penyemprotan gulma dan dilakukan kembali pengolahan kedua untuk menghaluskan tanah. Lahan penelitian dibagi menjadi 3 ulangan dan setiap ulangan diplot menjadi 18 plot sehingga seluruh lahan terdapat 54 plot, dengan ukuran plot 2m x 3m. Setiap plot dibatasi oleh pematang selebar 50 cm dan antar plot dibatasi oleh pematang dengan lebar 100 cm dan di pinggir pematang dibuat saluran air. Khusus untuk lahan bekas tambak, pengolahan tidak dilakukan untuk menghindari terangkatnya lapisan pirit ke permukaan.

Persemaian

Masing-masing benih direndam selama 24 jam dan diinkubasikan selama 12 jam sebelum ditabur di persemaian. Persemaian di persiapkan dalam bentuk bedengan dengan luas masing-masing 50 cm x 50 cm dan dibuat drainase disekeliling bedengan. Benih yang sudah berkecambah ditabur secara merata diatas permukaan tanah. Dilakukan pengairan secara teratur sesuai dengan kebutuhan tanaman dan gulma dikendalikan secara manual.

Pengelolaan Tanaman

(43)

Pengairan dilakukan secara macak-macak pada saat fase vegetatif dan memasuki fase generatif sampai dua minggu sebelum panen dilakukan pengairan secara optimal. Dilakukan penutupan dengan jaring pada saat tanaman telah berbulir jika terdapat serangan hama burung.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dua kali yaitu sebagai pupuk dasar dan pupuk susulan. Pupuk dasar dilakukan tiga hari setelah tanam dan pemupukan susulan dilakukan tiga puluh lima (35) hari setelah tanam. Jenis dan dosis pupuk yang diaplikasikan sesuai dengan Kepmentan No. 1/2006 yaitu 235 kg urea/ha+ 120 kg SP-36/ha+ 120 kg KCl/ha sebagai pupuk dasar, dan 235 kg urea/ha pada saat pemupukan susulan kedua.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah tanaman memenuhi kriteria panen, adapun kriteria panen untuk tanaman padi adalah lebih kurang 95% gabah pada malai telah menguning. Pemanenan dilakukan dengan cara perontokan.

Pengamatan Parameter

Tinggi tanaman (cm)

(44)

Jumlah anakan (batang)

Jumlah anakan diukur dengan menghitung jumlah anakan yang muncul dengan waktu dan interval yang sama dengan pengukuran tinggi tanaman pada tanaman sampel.

Umur keluar malai (Hari)

Umur keluar malai diamati pada tanaman sampel dengan menghitung mulai dari saat tanam sampai dengan keluar malai

Jumlah anakan produktif (batang)

Jumlah anakan produktif ditentukan dari rumpun sampel pada masa panen.

Panjang malai (cm)

Panjang malai diukur dari pangkal malai sampai ujung malai pada tanaman sampel.

Umur panen (Hari)

Umur panen diamati pada tanaman sampel dengan menghitung jumlah hari mulai dari saat tanam sampai dengan waktu panen.

Jumlah gabah (butir.malai-1)

Jumlah gabah permalai ditentukan dengan menghitung total jumlah gabah dari masing-masing tanaman sampel.

Persentase gabah berisi dan hampa (%)

(45)

Bobot 1000 butir gabah

Bobot 1000 butir gabah dihitung dengan menimbang 1000 butir gabah tanaman sampel yang sama.

Produksi gabah (kg)

Produksi gabah dihitung dengan memanen tanaman dalam satu plot kemudian ditambah dengan produksi per sampel.

Jumlah stomata/mm

Metode yang digunakan mengacu pada Taulu dkk. (1991). Daun padi dipotong-potong menjadi berukuran lebih kurang 0,5 x 0,5 cm lalu potongan daun dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ke dalam tabung reaksi ditambahkan 3-4 ml HNO3 30% lalu dipanaskan di atas lampu bunsen hingga mendidih. Selanjutnya ditambahkan KClO3 10 mg dan dipanaskan lagi sampai potongan daun berwarna coklat muda atau sampai terbentuk selaput putih bening. Daun lalu dibilas dengan air mengalir sampai larutan HNO3 tercuci dan dibilas beberapa kali dengan air suling. Potongan-potongan daun yang telah dicuci lalu diletakkan dalam cawan petri dan dibersihkan dengan kuas hingga daun berwarna putih bening. Potongan-potongan daun yang sudah dibersihkan lalu dibilas dengan air suling sampai bersih, kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang sudah diberi air suling, diletakkan pada gelas objek lalu ditutup dengan penutupnya. Selanjutnya diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran l0 x 40.

Kadar klorofil a, b dan total(mg/ml)

(46)

dalam mortar, kemudian ditambah aceton sebanyak 10 ml. Selanjutnya disaring dengan kertas filter Whatman. Filtrat kemudian diukur absorbansinya pada 645 dan 663 nm. Penghitungan kadar klorofilnya sebagai berikut:

Klorofil a mg/ml berat daun

=(12,7 x A663 -2,69 x A645 ) x10-1 Klorofil b mg / g berat daun

= (22,9 x A645 – 4,68 x A663) x 10-1 Klorofil total mg / g berat daun

= (8,02 x A663 + 20,2 x A645) x 10-1

Analisis Data

Data hasil produksi dari setiap genotipe diuji apakah memenuhi asumsi aditif, homogen, normal dan keacakan. Jika tidak memenuhi dilakukan transformasi data dan jika telah memenuhi dilanjutkan dengan analisis AMMI. Model linier untuk analisis AMMI adalah sebagai berikut:

Ybgi=µ+βb+Gg+Li+Σ√λ1φg1ρi1+Σ√λ2φg2ρi2+Σ√λ2φg2ρi2+…+Σ√λnφgnρin +δge+

ε

bgi (Mattjik, 1998).

Tahapan analisis AMMI yang dilakukan adalah :

1. Menyusun matriks pengaruh interaksi dalam bentuk matriks Ig x l

2. Melakukan penguraian bilinear terhadap matriks Ig x l melalui SVD (singular value decomposition)

3. Menentukan banyaknya Komponen Utama I (KUI) nyata melalui postdictive success

(47)

Suatu galur dianggap stabil jika posisinya berada dekat dengan sumbu utama. Galur dianggap spesifik pada lokasi tertentu dapat dilihat melalui posisi masing-masing galur terhadap garis lokasi.

Hasil dari analisis AMMI akan didapatkan lokasi yang paling sesuai bagi suatu varietas untuk dapat berproduksi secara optimal. Selanjutnya dilakukan analisis lintas lintas dari komponen produksi dengan produksi gabah sehingga didapatkan karakter yang paling berpengaruh pada suatu varietas bisa berproduksi optimal pada lingkungan yang spesifik.

Sebagai pembanding dihitung juga stabilitas genetik seperti yang dikemukakan oleh Eberhart dan Russell (1966) dengan model linear sebagai berikut:

Yij = µi + βi Ij +δij

di mana Yij adalah rataan hasil galur ke-i pada lingkungan ke-j; µi adalah rataan genotip I pada semua lingkungan; βi adalah koefisien regresi genotip pada indeks lingkungan; Ij adalah indeks lingkungan yang diperoleh dari rata-rata varietas pada lingkungan j dikurangi rata-rata seluruh populasi; δij deviasi regresi varietas I pada lingkungan j.

Perhitungan analisis regresi berganda juga digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh X terhadap Y. Karakter yang diamati meliputi:

Y : Potensi produksi X1 : Tinggi tanaman X2 : Jumlah anakan

(48)

X5 : Panjang malai X6 : Umur panen

X7 : Jumlah gabah per malai X8 : Persentase gabah berisi X9 : Persentase gabah hampa X10 : Bobot 1000 butir gabah

Persamaan regresi berganda antar variabel Y dengan variabel Xi yaitu sebagai berikut:

Y = b0+b1X1+b2X2+...+bnXn

Keterangan: Y = Produksi gabah

X = peubah bebas ke-i untuk i= 1,2,...n b0,b1,....bn = koefisien regresi

(Gomez dan Gomez, 1995).

Hubungan kausal diagram lintas antara peubah bebas dan peubah tak bebas untuk komponen hasil adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Hubungan kausal diagram lintas antara peubah bebas dan peubah tak bebas untuk komponen hasil

X1

X2

X3

X4

X5

(49)

r1.1 r1.2 r1.3 ….. r1.6

Untuk menghitung koefisien lintas digunakan metode matrik seperti yang dikemukakan oleh Singh dan Chaudary (1977) yang disajikan sebagai berikut:

A B C

Keterangan: A= Vektor koefisien korelasi antara peubah bebas Xi (1=1,2,...,n) dan peubah tak bebas Y.

B= matriks korelasi antara peubah bebas dalam regresi berganda yang memiliki n buah peubah tak bebas.

C= vektor koefisien lintas yang menunjukkan pengaruh langsung dari setiap peubah bebas terhadap peubah tak bebas.

(50)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Interaksi Genetik dan Lingkungan

Hasil analisis ragam untuk semua karakter pada setiap lokasi menunjukkan bahwa semua karakter morfologi dan agronomi yang diamati menunjukkan perbedaan yang nyata. Ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan respon dari setiap varietas yang diamati. Perbedaan respon ini terjadi karena adanya pengaruh genetik dan lingkungan serta interaksi antara genetik dan lingkungan. Besarnya kontribusi antara genetik dan lingkungan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Table 2 yang dinyatakan dengan nilai heritabilitas (h2) dalam arti luas.

Tabel 2. Nilai heritabilitas pada setiap lokasi

Lokasi

Jumlah Anakan Produktif 0.890 0.766 0.922 Umur Keluar Malai (hari) 0.980 0.973 0.997

Umur Panen (hari) 0.966 0.980 0.966

Panjang Malai (cm) 0.863 0.809 0.915

Jumlah Gabah/malai (butir) 0.779 0.603 0.981

% Gabah Hampa 0.851 0.887 0.643

% Gabah berisi 0.851 0.887 0.643

Bobot 1000 Butir (g) 0.963 0.950 0.915

Produksi 0.949 0.632 0.952

(51)

Varietas Parameter

Ket: angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%

r:rendah (0 ≤ h2≤ 0,2 s:sedang (0,2 > h2≥0,5) t:tinggi (h2 > 0,5)

(52)

Ket: angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5% *:Varietas yang tidak terdapat pada suatu lokasi menunjukkan bahwa varietas tersebut tidak mampu beradaptasi

(53)

Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata dari varietas yang diamati pada setiap karakter morfologi dan agronomi yang diamati pada setiap lokasi. Pada lokasi yang optimal, produksi tertinggi berturut-turut terdapat pada varietas Bernas, Hipa 8 Pioner, Hipa 7 dan Banyuasin yang keempatnya menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Pada lokasi Sulfat masam produksi tertinggi terdapat pada varietas Lambur, Punggur, Banyuasin dan Siak Raya yang keempatnya menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Pada lokasi salin, nilai produksi tertinggi berturut –turut terdapat pada varietas Martapura, Margasari, Banyuasin, Dendang yang keempatnya juga menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Dari hasil tersebut terlihat bahwa secara sederhana varietas memiliki adaptabilitas yang tinggi adalah Banyuasin karena varietas tersebut mampu beradaptasi pada ketiga lokasi dengan produksi yang maksimal. Pada lokasi optimal produksi tertinggi terdapat pada varietas hibrida (Bernas, Hipa 8 pioner, Hipa 7) namun ketiga varietas yang diuji tidak tumbuh pada lokasi yang marginal. Ini menunjukkan bahwa varietas hibrida tidak mampu beradaptasi pada lahan yang marginal. (Suwarno 2002) mengemukakan agar heterosis dapat terekspresi dengan baik, padi hibrida harus ditanam di lingkungan optimal dengan teknik budi

daya yang tepat. Pada lokasi yang marginal terjadi penurunan produksi jika dibandingkan dengan lahan optimal. Pada penelitian penurunan paling ekstrim terjadi pada lahan yang salin.

(54)

lahan optimal 0,87 (t). Varietas Martapura pada lahan salin 0,79 (t), pada lahan sulfat masam 0,95 (t) dan pada lahan optimal 0,92 (t). Varietas Siak raya pada lahan salin 0,35 (s), pada lahan sulfat masam 0,62 (t) dan pada lahan optimal 0,89 (t). Varietas Dendang pada lahan salin 0,74 (t), pada lahan sulfat masam 0,48 (s) dan pada lan optimal 0,77(t). Varietas Margasari pada lahan salin 0,93 (t), pada lahan sufat masam 0,92 (t) dan pada lahan optimal 0,76 (t). Secara umum nilai heritabilitas setiap varietas yang mampu beradaptasi pada setiap lokasi cendrung bernilai sedang sampai tinggi. Ini menunjukan bahwa daya adaptasi tanaman tersebut sehingga mampu berproduksi pada kondisi lahan marginal lebih dipengaruhi oleh genetik tanaman. Poespodarsono (1988) menyatakan bahwa heritabilitas dengan nilai 0 berarti bahwa keragaman fenotipe hanya disebabkan oleh lingkungan, sedangkan heritabilitas dengan nilai 1 berarti keragaman fenotipe hanya disebabkan oleh genetik. Makin mendekati 1 dinyatakan heritabilitasnya makin tinggi, sebaliknya makin mendekati 0, heritabilitasnya makin rendah. Nilai ini juga memungkinkan untuk dilakukannya seleksi pada populasi yang memiliki heritabilitas tinggi. Hayward dkk., (1993) menyatakan estimasi heritabilitas dapat digunakan sebagai langkah awal pada pekerjaan seleksi terhadap populasi. Populasi dengan heritabilitas tinggi memungkinkan dilakukan seleksi, sebaliknya dengan heritabiltas rendah masih harus dilakukan penilaian pada tingkat rendahnya karena bila mendekati 0, berarti tidak akan banyak berarti pekerjaan tersebut.

(55)

stomata antara varietas yang ditanam dilokasi yang berbeda. Varietas yang ditanam pada lokasi optimal dan sulfat masam tidak menunjukkan perbedaan dalam hal jumlah stomata tetapi pada lahan salin terdapat perbedaan yang nyata antar varietas. Pengujian jumlah stomata berkaitan dengan proses fisiologi tanaman dalam hal fotosintesis. Hasil analisis parameter tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah stomata, pada 3 lokasi yang diuji kadar klorofil a, b dan total pada lahan salin

Rataan 312,33b 312,53b 327,93a

Kadar klorofil a pada lokasi salin (mg/g daun) Klorofil a Klorofil b Rasio a/b total

Ket: angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama dan pada baris rataan tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.

(56)

Jumlah stomata tertinggi terdapat pada varietas Dendang sedangkan yang terendah terdapat pada varietas Martapura. Nilai ini diduga memiliki hubungan dengan umur tanaman. Pada varietas Dendang yang memiliki jumlah stomata yang tertinggi ternyata memiliki umur tanaman yang terendah sedangkan varietas Martapura dengan jumlah stomata terendah ternyata memiliki umur tanaman paling lama. Dapat dijelaskan bahwa dengan semakin rendahnya kerapatan jumlah stomata maka memungkinkan tanaman untuk menghindar dari kondisi tercekam pada lahan salin yaitu dengan mempertahankan tekanan turgor tanaman. Sedangkan pada tanaman dengan jumlah stomata yang tinggi, maka salah salah satu cara tanaman untuk menghadapi kondisi tercekam yaitu dengan mempersingkat masa vegetatif dan generatif tanaman.

(57)

mempertahankan proses fisiologis dengan menurunkan nisbah klorofil a/b. Hale dan Orcutt (1987) menyatakan bahwa peningkatan klorofil sangat penting sebagai daya adaptasi tanaman yaitu dengan peningkatan jumlah kloroplas per luas daun.

Salisbury dan Ross (1992) mengemukakan bahwa P680 dalam kompleks inti Fotosistem II menerima energi cahaya dengan cara resonansi induktif dari sekitar 250 molekul klorofil a dan b yang terdapat dalam jumlah yang hampir sama sedangkan kompleks inti fotosistem I menerima energi cahaya dengan cara resonansi induktif dari sekitar 100 molekul klorofil a dan b dalam perbandingan sekitar 4:1. Akmal (2008) menyatakan kekeringan (memiliki pengaruh yang hampir sama dengan cekaman salinitas) lebih mempengaruhi fotosistem II dibandingkan dengan fotosistem I pada proses fotosintesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nisbah klorofil yang terendah (lebih aktif dalam fotosistem II) adalah pada varietas martapura. Ini merupakan sebuah adaptasi tanaman untuk menghadapi kondisi tercekam dengan meningkatkan jumlah klorofil b sehingga fotositem II bisa tetap berlangsung.

Hasil analisis regresi untuk menentukan koefisien dan simpangan regresi dari varietas yang mampu bertahan pada ketiga kondisi lingkungan ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai koefisien, simpangan regresi dan rataan 5 varietas padi.

Varietas Produksi koefisien regresi simpangan regresi

Banyuasin 4,97 1,03tn 0,03tn

Ket: *:berbeda nyata dengan 1 pada kolom koefisien regresi dan berbeda nyata dengan 0 pada kolom simpangan regresi

(58)

Tabel 5 dapat diinterpretasi dalam sebuah plot dua dimensi seperti yang disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Interpretasi produksi dengan koefisien regresi

Eberhart dan Russel (1966) mengemukakan bahwa varietas yang stabil adalah yang memiliki koefisien regresi sama dengan satu dan simpangan regresinya tidak berbeda dengan nol. Maka Tabel 5 dan Gambar 3 dapat menjelaskan bahwa varietas Banyuasin adalah satu-satunya varietas yang stabil pada ketiga kondisi lingkungan karena memiliki koefisien regresi yang tidak berbeda dengan 1 dan simpangan regresi yang tidak berbeda dengan 0. Varietas dendang walaupun memiliki nilai koefisien regresi tidak berbeda dengan 1 tapi

dianggap tidak stabil karena memiliki simpangan regresi yang tidak sama dengan 0. Tabel 5 juga menunjukkan bahwa varietas Siak raya yang memiliki

potensi hasil sama dengan rata-rata tapi dianggap tidak stabil karena memiliki koefisien regresi berbeda dengan 1 dan simpangan regresi tidak sama dengan 0. Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Eberhart dan Russel (1966) tersebut

K

oe

fis

ie

n

regresi

(59)

diatas, maka jika seorang pemulia melakukan seleksi berdasarkan stabilitas tanaman maka yang memungkinkan hanyalah varietas Banyuasin, sedangkan varietas yang lain akan tereliminasi. Pendekatan lain untuk mengatasi masalah ini digunakan analisis AMMI.

Analisis AMMI

(60)

Berdasarkan hasil pengujian daya adaptasi pada sub bab sebelumnya, ternyata hanya 5 varietas yang mampu bertahan hidup dan berproduksi pada lokasi salin. Sehingga untuk analisis AMMI hanya digunakan 5 varietas yang mampu berproduksi. Hal ini disebabkan karena pendekatan analisis AMMI masih diterapkan pada respon tunggal yaitu tingkat produksi.

Tabel 6. Hasil analisis ragam model AMMI.

SK db JK KT F P

Ulangan 2 0,972444 0,486222 4,166485 0,05 Varietas 4 3,491111 0,872778 7,478917 0,05 Lokasi 2 30,25644 15,12822 129,6352 0,05 Interaksi (V*L) 8 8,856889 1,107111 9,486942 0,05 IAKU 1 3 6,642667 2,214222 18,97388 0,05 IAKU 2 2 1,771378 0,885689 7,589554 0,05 Simpangan 3 0,442844 0,147615 1,264926 0,15

Galat 28 3,267556 0,116698

Total terkoreksi 44 46,84444 1,064646

Tabel 6 menunjukkan banyaknya komponen yang dapat di pertimbangkan pada model AMMI terdapat dua komponen yaitu komponen ke-1 dan komponen ke-2, kontribusi ragam yang dapat di terangkan oleh masing-masing komponen utama adalah 66,44%, 23,06% dan 10,5%. Berdasarkan kontribusi keragaman tersebut dua komponen pertama memiliki peranan yang dominan dalam menerangkan keragaman pengaruh interaksi yaitu sebesar 89.5%.

(61)

Ket: V1: Banyuasin V2:Martapura V3:Siak Raya V4:Dendang V5:Margasari

Gambar 4. Biplot pengaruh interaksi Model AMMI 2 untuk data produksi (kesesuaian model 89,5%).

Gambar 4. menjelaskan bahwa keragaman pengaruh interaksi sebesar 89,5%, dan keragaman yang tidak bisa di jelaskan sebesar 10,5%. Dari gambar tersebut varietas yang stabil pada ketiga lokasi adalah varietas Banyuasin dan Dendang karena memiliki posisi yang dekat dengan sumbu utama. Varietas Margasari, spesifik untuk lokasi yang optimal, varietas Martapura spesifik untuk lokasi optimal dan salin sedangkan varietas Siak Raya spesifik untuk lokasi optimal dan sulfat masam. Berdasarkan hasil ini dapat dijelaskan bahwa varietas Banyuasin dan Dendang dapat direkomendasikan untuk ketiga jenis lokasi yang diuji. Sedangkan varietas Martapura bisa di rekomendasikan untuk lokasi yang optimal sampai mengarah ke lokasi yang sifatnya salin, dan Varietas Siak Raya bisa di rekomendasikan untuk lokasi optimal dan sulfat masam, sedangkan varietas Margasari dapat dianggap kurang stabil karena hanya spesifik untuk lokasi yang optimal. Hal ini sesuai dengan Sumertajaya (2007) yang menyatakan

(62)

bahwa suatu galur dianggap stabil jika posisinya berada dekat dengan sumbu utama. Galur dianggap spesifik pada lokasi tertentu dapat dilihat melalui posisi masing-masing galur terhadap garis lokasi. Rekomendasi ini masih perlu pengujian lanjutan karena kondisi tanah salin dan sulfat masam tidak semuanya sama terutama dalam hal pH dan daya hantar listrik (DHL).

Berdasarkan penjelasan dari penggunaan analisis regresi dalam menentukan koefisien dan simpangan regresi dan penggunaan analisis AMMI, menunjukkan bahwa pada penggunaan analisis regresi hanya varietas Banyuasin yang termasuk dalam kelompok varietas yang stabil dan varietas Martapura, Margasari, Siak raya dan Dendang tidak termasuk dalam kelompok varietas yang stabil meskipun pada satu lokasi beberapa varietas diantaranya memiliki tingkat produksi yang tertinggi. Sedangkan pada analisis AMMI dapat ditentukan di lokasi mana suatu varietas dapat berproduksi dengan baik, sehingga dengan penggunaan analisis AMMI masalah tereliminasinya varietas pada analisis regresi dapat teratasi. Ini menunjukkan bahwa penggunaan analisis AMMI pada uji multilokasi lebih efektif dibandingkan dengan analisi regresi.

Analisis Lintas

Lahan Optimal

Hasil analisis regresi berganda pada lahan optimal dapat dituliskan sebagai berikut:

Ŷ=22x10-14+0.02X1-0.09X2+0.17X3-0.17X4+0.13X5-0.08X8

(63)

bahwa parameter tinggi tanaman (X1), jumlah anakan (X2), jumlah anakan produktif (X3), umur keluar malai (X4), umur panen (X5) dan jumlah gabah hampa per malai (X8) memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi pada

α=5%. Pengaruh ini sesuai dengan pengaruh langsung dari karakter terhadap produksi. Pengaruh total, pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari karakter yang diamati pada lahan optimal dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh total, pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari karakter yang diamati pada lahan optimal.

Variabel

*Data dianalisis dari 18 varietas X1=tinggi tanaman

X2=jumlah anakan

X3=jumlah anakan produktif X4= umur keluar malai X5= umur panen

Tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh total yang bernilai positif antara karakter jumlah anakan (0,504), jumlah anakan produktif (0,586), panjang malai (0.555), jumlah gabah per malai (0,707), dan % gabah berisi (0,733) dengan produksi gabah. Dari pengaruh total tersebut ternyata terdapat beberapa karakter yang pengaruh langsungnya bernilai negatif terhadap produksi di antaranya jumlah anakan (-0,745), panjang malai, dan % gabah berisi (-9,193). Hal ini terjadi karena pengaruh tidak langsung karakter tersebut lebih berpengaruh terhadap produksi dibanding dengan pengaruh langsungnya. Pada karakter

X6= panjang malai

(64)

jumlah anakan pengaruh tidak langsung yang paling berpengaruh adalah melalui jumlah anakan produktif (1,116). Pada karakter % gabah berisi pengaruh tidak langsung yang paling berpengaruh yaitu % gabah hampa (9,412). Karakter yang memiliki pengaruh langsung yang positif terhadap produksi yaitu tinggi tanaman (0,438), jumlah anakan produktif (1,164), umur panen (0,810) dan jumlah gabah per malai (0,154). Berdasarkan nilai pengaruh total, pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung ini maka dapat diambil beberapa karakter untuk dijadikan parameter seleksi tidak langsung pada kondisi optimal yaitu jumlah anakan produktif dan jumlah gabah per malai serta karakter yang memiliki pengaruh tidak langsung melalui kedua karakter tersebut yaitu jumlah anakan dan panjang malai. Hal ini sesuai dengan Singh dan Chaudhary (1977) yang menyatakan mekanisme hubungan kausal diperoleh dari penguraian koefisien korelasi menjadi pengaruh langsung masing-masing karakter dan pengaruh tidak langsung masing-masing karakter melalui karakter lain. Guna melakukan seleksi secara tidak langsung maka karakter yang digunakan sebagai kriteria seleksi harus diwariskan dan berkorelasi positif dengan karakter yang akan diseleksi.

Lahan Sulfat Masam

Hasil analisis regresi berganda pada lahan sulfat masam dapat dituliskan sebagai berikut:

Ŷ=14.92-0.15x1-0.72x2+0.59x3+0.28x4+0.19x5-0.06x8

(65)

produktif (X3), umur keluar malai (X4), umur panen (X5) dan jumlah gabah hampa per malai (X8) memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi pada

α=5%. Pengaruh ini sesuai dengan pengaruh langsung dari karakter terhadap produksi. Pengaruh total, pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari karakter yang diamati pada lahan sulfat masam dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Pengaruh total, pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari karakter yang diamati pada lahan sulfat masam.

Variabel Bebas

Pengaruh Langsung

Pengaruh Tidak Langsung Melalui Total

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10

*Data dianalisis dari 12 varietas X1=tinggi tanaman

X2=jumlah anakan

X3=jumlah anakan produktif X4= umur keluar malai X5= umur panen

Tabel 8 menunjukkan bahwa karakter yang memiliki pengaruh total bernilai positif meliputi semua karakter kecuali % gabah hampa. Tetapi terdapat beberapa karakter yang memiliki pengaruh langsung yang bernilai negatif meliputi karakter tinggi tanaman (-0,899), jumlah anakan (-1,444), dan umur panen (-0,401). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh tidak langsung dari karakter tersebut terhadap produksi lebih berperan. Pada karakter tinggi tanaman pengaruh tidak langsung yang lebih berperan adalah melalui jumlah anakan

X6= panjang malai

(66)

produktif (1,1182), hal ini dapat dijelaskan bahwa pada lokasi sulfat masam (bekas tambak) dengan kondisi lahan yang masih tergenang dibutuhkan varietas tanaman yang memiliki karakter tinggi sehingga kondisi air yang menggenangi tidak begitu berpengaruh dalam hal proses pembentukan anakan dan jumlah anakan produktif.

Pengaruh total tertinggi terdapat pada karakter jumlah gabah per malai (0,930), pada karakter ini pengaruh langsung juga terlihat lebih dominan (1,198). pengaruh total tertinggi kedua terdapat pada karakter % gabah berisi per malai (0,783) tetapi ternyata memiliki pengaruh tidak langsung yang lebih dominan yaitu melalui karakter jumlah gabah per malai (1,046). Berdasarkan penjelasan dari Tabel 8 dapat ditentukan bahwa parameter untuk seleksi tidak langsung pada lahan sulfat masam yaitu empat karakter yang meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, jumlah gabah permalai dan % gabah berisi.

Lahan Salin

Hasil analisis regresi berganda pada lahan salin dapat dituliskan sebagai berikut:

Y=14.16+0.06x1-0.65x2+0.73x3+0.21x4+0.01x5-0.012x7+0.06x8-0.07x9

Persamaan ini memberikan arti bahwa karakter yang diamati ada yang memberikan pengaruh positif dan negatif. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa parameter tinggi tanaman (X1), jumlah anakan (X2), jumlah anakan produktif (X3), umur keluar malai (X4), umur panen (X5), jumlah gabah per malai (X7), jumlah gabah hampa per malai (X8) dan % gabah berisi per malai

(67)

ini sesuai dengan pengaruh langsung dari karakter terhadap produksi. Pengaruh total, pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari karakter yang diamati pada lahan salin dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Pengaruh total, pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari karakter yang diamati pada lahan salin .

Variabel

*Data dianalisis dari 5 varietas X1=tinggi tanaman

X2=jumlah anakan

X3=jumlah anakan produktif X4= umur keluar malai X5= umur panen

Tabel 9 menunjukkan bahwa karakter yang memiliki pengaruh total positif meliputi semua karakter yang diamati kecuali % gabah hampa dan bobot 1000 butir. Pengaruh total tertinggi dijumpai pada karakter umur panen (0,758). Pada karakter umur panen, menunjukkan pengaruh langsung yang bernilai negatif. Ini menunjukkan bahwa tanaman akan menunjukkan tingkat produksi yang lebih tinggi dengan semakin lamanya umur panen. Hal ini disebabkan karena dengan semakin lamanya umur tanaman maka akan meningkatkan jumlah anakan (memiliki pengaruh tidak langsung tertinggi yaitu (7,831). Lamanya umur panen tanaman ternyata terjadi pada masa vegetatif (Tabel 3) sehingga dengan semakin lamanya umur tanaman maka jumlah anakan yang muncul pada masa vegetatif

X6= panjang malai

(68)

juga akan semakin banyak. Hal ini didukung dengan nilai pengaruh langsung tertinggi yang dijumpai pada karakter jumlah anakan produktif .

Tabel 9 juga menunjukkan bahwa pada karakter bobot 1000 butir gabah memiliki pengaruh total yang tinggi tetapi bernilai negative (-0.908). ini artinya verietas yang memiliki bulir berukuran kecil lebih adaptif untuk tanah salin. Tabel 3 menunjukkan bahwa secara umum terjadi penurunan bobot 1000 butir gabah pada kondisi salin jika dibandingkan pada kondisi optimal dan sulfat masam. Hal ini diduga adalah sebuah mekanisme adaptasi tanaman untuk meningkatkan jumlah gabah /malai dan % gabah berisi permalai. Berdasarkan penjelasan tersebut, seleksi tidak langsung pada tanah salin akan lebih akurat jika dilakukan pada karakter umur panen dan jumlah anakan produktif .

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Tabel 1. Karakteristik lahan penelitian
Gambar 2. Hubungan kausal diagram lintas antara peubah bebas dan peubah tak bebas untuk komponen hasil
Tabel 2. Nilai heritabilitas  pada setiap lokasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setiap perusahaan yang ada berusaha untuk mendapatkan karyawan dengan SDM yang baik agar dapat mendukung peningkatkan kinerja karyawan dan diyakini akan berdampak pada efektivitas

Tulisan ini akan mengkaji salah satu bentuk atau bagian pluralitas yang ada di Indonesia yakni kajian tentang agama atau kepercayaan lokal, lebih spesifiknya adalah kajian

Pengumpulan data bersumber dari laporan tahunan bank yang bersangkutan, dan dianalisis menggunakan metode data envelopment analysis (DEA) model Banker Charles and Cooper

Memang penerapan sistem REMUNERASI sampai saat ini sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengatur untuk itu adalah sebuah keharusan.. Tetapi, tentunya masih banyak cara yang lebih

Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah ”. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1)

Brand image berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian sebesar 0.40 sedangkan variabel event marketing berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian sebesar

dilakukan penelitian tentang ekstraksi senyawa alkaloid dalam daun tapak dara dengan pelarut yang lebih baik dan uji reaksi pengendapan dengan. reagen

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sendangsari Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo